Upload
vulien
View
226
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
122
BAB IV
ANALISIS DATA PENELITIAN
Banyak cara atau langkah-langkah yang dipakai dalam pembinaan mental
santri narkoba di pesantren Ulul Albab. Berikut adalah analisis penulis dari pola
pembinaan mental santri narkoba yang ada di pesantren Ulul Albab. Di bab ini
juga penulis paparkan faktor pendukung dan penghambat serta tanggapan dari
para santri narkoba dan masyarakat sekitar, terkait pembinaan mental yang ada di
pesantren Ulul Albab.
A. Pola Pembinaan Mental Santri Narkoba di Pesantren Ulul Albab
Pelaksanaan pembinaan mental santri narkoba di pondok pesantren
Ulul Albab ini menggunakan suatu pola atau model kerja yang telah
dipikirkan dan dikonsep secara seksama agar dapat mencapai tujuan secara
efektif dan efisien. Dalam konteks ini, seorang pembina harus memperhatikan
tujuan yang hendak dicapai, kondisi santri (fisik dan psikis), usia santri,
kemampuan dasar santri, fasilitas pendukung dan situasi saat pembinaan
berlangsung. Sehingga pola yang digunakan merupakan pola yang terbaik dan
yang paling dekat juga paling cocok dalam penyampaian materi.
Adapun pola atau bentuk dalam pembinaan mental santri narkoba di
pesantren Ulul Albab adalah sebagi berikut:
1. Keteladanan.
Zamakhsyari Dhofier dalam bukunya yang berjudul: Tradisi
pesantren (Studi tentang Pandangan Hidup Kyai) mengatakan:
123
“Bahwasannya para kyai dengan kelebihan dalam Islam, sering kali
dilihat sebagai orang yang senantiasa dapat mengetahui keagungan
Tuhan dan rahasia alam, hingga demikian mereka dianggap memiliki
kedudukan yang terjangkau,terutama oleh kebanyakan orang awam.
Dalam beberapa hal, mereka menunjukan kekhususan mereka dalam
bentuk-bentuk pakaian yang merupakan simbol yaitu kopiah dan
surban”.1
Seorang pembina dalam pelaksanaan pembinaan mental, harus
dapat memberikan contoh kepada santri tentang bagaimana pelaksanaan
pembinaan tersebut. Dalam metode ini, pembina haruslah berhati-hati, baik
dalam hal bersikap maupun dalam ucapan dan perbuatan, pembina harus
mencerminkan akhlak yang baik serta menjauhkan diri dari sikap yang
kurang terpuji. Hal ini sangat penting bagi seorang pendidik karena sebaik-
baiknya ilmu adalah ilmu kha>l2, dan setiap tingkah laku dari seorang
pendidik akan menjadi sorotan yang sering kali dijadikan panutan oleh para
santri.
Kiai yang notabene adalah seorang ulama‟, pada hakikatnya adalah
penerus perjuangan Nabi dalam menegakkan syari‟at Islam. Adapun salah
satu tugas utama Nabi diutus Allah SWT. Adalah untuk menyempurnakan
akhlak. Rasulullah SAW. Bersabda:
م ار ك ا م م م ت ل ت ث ع ب إنما ق ل خ ال
Artinya: Bahwasannya Aku diutus (Allah) untuk menyempurnakan
budi pekerti. (HR. Turmudzi).
Sehingga di sini sudah menjadi hal yang wajib bagi seorang Kiai untuk
mempunyai akhlak yang baik, sebelum menjadi suri tauladan bagi para
1 Zamarkashi Dhofier, Tradisi pesantren (Jakarta: LP3ES,PT Matahari Bakti, tt),56
2 Syekh az-Zarnuji, Ta’lim al-Mutaallim (Surabaya: Al-Hidayah, tt), 4
124
santri-santrinya. Hal ini senada dengan apa yang ditulis oleh Muhammad
Suwaid dalam bukunya Mendidik Anak Bersama Nabi mengatakan
bahwasannya:
Keteladanan dan kecintaan yang kita pancarkan kepada anak, serta
modal kedekatan yang kita bina dengannya, akan membawa mereka
mempercayai pada kebenaran perilaku, sikap dan tindakan kita.
Dengan demikian, menabung kedekatan dan cinta kasih dengan anak,
akan memudahkan kita nantinya membawa mereka pada kebaikan-
kebaikan. Bagaimana tips mendidik ala Nabi SAW? Setidaknya ada
tiga cara bagaimana mendidik anak menurut Nabi SAW, yaitu: Metode
mendidik dengan memberi keteladanan (perbuatan), metode yang
berpengaruh terhadap akal, metode yang berpengaruh terhadap anak.3
Rasulullah merepresentasikan dan mengekspresikan apa yang ingin
beliau ajarkan melalui tindakannya. Sebagaimana telah difirmankan dalam
al-Qur‟an:
Artinya: Sungguh telah ada pada diri Rasullah itu suri tauladan
yang bagimu, yaitu bagi orang-orang yang mengharapkan rahmat Allah
dan hari akhir dan dia banyak mengingat Allah. (Al-Ahzab(33):21).4
Keteladanan ini mendukung dalam setiap pelaksanaan pembinaan
mental, dengan model ini santri lebih mudah untuk memahami, cepat
mengerti, terutama bagi mereka yang kurang pengetahuan tentang Agama
Islam, karena santri hanya menirukan apa yang dicontohkan oleh pembina.
Oleh karena itu, dengan mudahnya memahami, santri diharapkan lebih
3 Muhammad Suwaid, Mendidik Anak Bersama Nabi (Panduan Lengkapan PendidikanAnak
disertakan teladan kehidupan para salaf), Penerjemah: Salafudin Abu Sayyid, (Solo: Pustaka
Arafah, 2006), 453. 4 Depag RI, al-Quran dan Terjemahnya (Semarang: Diponegoro, 1995), 336
125
mudah pula dalam mengamalkannya, dan diharapkan dapat mempercepat
kesembuhan santri.
2. Ceramah
Model ceramah di pesantren Ulul Albab ini adalah pemberian
siraman rohani terkait akidah, syari‟at dan akhlak kepada santri, sehingga
diharapkan dapat menambah keimanan kepada Allah. Dengan model
ceramah, pembina mengajak santri untuk berfikir dan merenungkan tentang
hakikat, makna dan tujuan hidup ini, sehingga membawa mereka kepada
kesadaran untuk kembali ke jalan yang benar, yakni di jalan Allah.
Hal ini sesuai dengan arti dakwah itu sendiri yaitu dakwah adalah
pengetahuan yang dapat memberikan segenap usaha yang bermacam-
macam, yang mengacu kepada upaya penyampaian ajaran Islam kepada
seluruh manusia, yang mencakup akidah, syariat, dan akhlak.5
Model ceramah terhadap santri-santri pengguna narkoba tidaklah
semudah ceramah kepada orang pada umumnya, karena dari sisi psikis
mereka masih “sakit” yang menyebabkan daya tangkap dan emosi mereka
tidak stabil. Sehingga Kiai dalam ceramahnya sangat berhati-hati dan
kondisional. Cara yang digunakan oleh KH. Abdul Malik ini sesuai dengan
apa yang dikatakan oleh Nur Syam dalam bukunya bahwa:
“Dakwah adalah proses merealisasikan ajaran Islam dalam tataran
kehidupan manusia dengan strategi, metodologi dan system dengan
mempertimbangkan dimensi religio sosio-psikologis individu atau
masyarakat agar target maksimalnya tercapai”.6
5 Faizah dan H. Lalu Muchsin Effendi, Psikologi Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, 2006), 6
6 Nur Syam, Filsafat Dakwah, (Surabaya: Jenggala Pustaka Utama, 2003), 12
126
Jadi pertimbangan dari kaca mata psikis santri, sangatlah penting bagi Kiai
dalam penyampaian ceramah agar bisa diterima dengan baik dan tepat
sasaran.
Dalam al-Qur‟an sendiri juga telah diatur cara-cara dalam
berdakwah yaitu firman Allah dalam surat An-Nahl ayat 125:
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk. (An-Nahl: 125).7
Firman Allah di atas, menjelaskan bahwa prinsip-prinsip dalam
dakwah Islam tidaklah mewujudkan kekakuan, akan tetapi menunjukkan
fleksibilitas yang tinggi. Ajakan dakwah tidak mengharuskan cepatnya
keberhasilan dengan satu metode saja, melainkan dapat menggunakan
bermacam-macam cara yang sesuai dengan kondisi dan situasi mad’u
sebagai objek dakwah. Dalam hal ini kemampuan masing-masing da‟i
sebagai subyek dakwah dalam menentukan penggunaan metode dakwah
amat berpengaruh bagi keberhasilan suatu aktivitas dakwah.8
KH. Abdul Malik dalam penyampaian ceramahnya, juga
menggunaka metode tanya jawab, namun hal ini tak lepas dari kekurangan,
lebih-lebih yang dihadapi adalah orang yang mentalnya (psikis) terganggu,
7 Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 224
8 Samsul Munir Amin, Ilmu Dakwah (Jakarta: Amzah, 2009), 96-97
127
sehingga kurang bisa menangkap nasehat-nasehat yang disampaikan oleh
Pembina. Tapi dalam prakteknya, ternyata ada beberapa santri yang
bertanya, ini menunjukkan bahwa sebagian santri ada yang mampu
menangkap pembicaraan dari pembina. Model ceramah dua arah ini
sangatlah penting, dengan tujuan agar materi dakwah benar-benar diserap,
dipahami dan mendukung dalam pembinaan mental santri.9
Sikap penyabar, menarik dalam perangai, serta luwes dalam
berbicara merupakan modal penting bagi pembina santri narkba. Model ini
dapat dijadikan sebagai wahana memberikan rangsangan atau motivasi
kepada para santri agar dirinya mempunyai bekal dan memperbanyak
pengetahuan agama, dengan ini maka santri dapat mengetahui dan
membedakan antara perbuatan baik dan buruk dalam perspektif agama,
sehingga santri mengetahui dan menyadari kesalahan yang dilakukannya.
3. Kedisiplinan.
Disiplin adalah kepatuhan serta ketaatan terhadap berbagai aturan
dan tata tertib yang berlaku. Berbicara masalah kedisiplinan kiranya sudah
tidak asing lagi dalam dunia pendidikan, tidak terkecuali di lingkup
pesantren, bahkan seringkali kedisiplinan dianggap sebagai faktor utama
dalam mencapai sebuah keberhasilan dalam dunia pendidikan. Idri Shaffat
dalam bukunya mengatakan:
Salah satu penunjang keberhasilan dalam belajar siswa adalah
kedisiplinan, dan perbuatan disiplin membutuhkan upaya tertentu
seperti kontinuitas dan ajeg (istiqomah), tepat waktu, melaksanakan
perintah dengan baik, dan taat susila. Sebaliknya pelanggaran terhadap
9 Asmuni Syukir, Dasar- Dasar Strategi Dakwah Islam (Surabaya: Al-Ikhlas, 1983) 105 - 107
128
disiplin dapat berupa terlambat, membolos, tidak sopan dan berlaku
asusila.10
Model kedisiplinan dalam konteks pendidikan santri narkoba ini
sangat ditegakkan, dengan harapan santri mematuhi semua aturan yang
berlaku di Pondok Pesantren. Dalam kedisiplinan ini terdapat hukuman
bagi santri yang melanggar peraturan-peraturan pondok. Misalnya, jika
datang waktu shalat ada santri yang masih tidur maka pembina akan
memberikan hukuman dengan percikan air. Hukuman tersebut disesuaikan
dengan tingkat kesembuhan santri dan juga kesalahan yang dilakukan oleh
santri.
Islam mengajarkan bahwa disiplin dapat melahirkan sikap
istiqomah, dan istiqomah lebih baik dari seribu karomah.
ة ام ر ك ف ل ا ن م ر خ ة ام ق ت س ال
Artinya: Istiqomah itu lebih baik dari pada seribu karomah
Maqolah di atas mengatakan bahwa betapa urgenya sikap istiqomah yang
merupakan buah dari disiplin.
Disiplin juga dituntut dalam melakukan kegiatan apapun, terutama
dalam hal pembinaan mental yang merupakan kunci pokok jika santri ingin
segera sembuh dari sakitnya. Pada hakekatnya pembinaan mental adalah
bagian dari pendidikan, dan sikap disiplin tidak bisa dilepaskan dari dunia
pendidikan, karena disiplin merupakan bagian dari pendidikan. Tanpa ada
disiplin tidak akan ada pendidikan, sedangkan kaitan antara disiplin dan
10
Idri Shaffat, Optimized Learning Strategy (Jakarta:Prestasi Pustaka, 2009) ,40
129
pendidikan adalah bahwa disiplin yang semula sebagai prasyarat dalam
proses pendidikan, pada akhirnya akan menjadi baku dan membudaya,
sehingga disiplin itu merupakan hasil dari pendidikan. Dalam penerapan
disiplin belajar, fungsi otak, baik otak kiri maupun otak kanan akan
berfungsi secara maksimal.11
Disiplin merupakan wujud dari suatu peraturan yang bertujuan
untuk menguatkan pedoman atau suatu ukuran dari sebuah organisasi.
Disiplin mengandung beberapa unsur, unsur tersebut adalah adanya sesuatu
yang ditaati atau ditinggalkan. Dalam kaitan pembinaan mental, disiplin
merupakan prasyarat utama untuk mencapai keberhasilan dalam
memperoleh kesembuhan. Tanpa disiplin yang kuat, maka kegiatan
pembinaan mental hanya merupakan aktifitas yang kurang bernilai, tidak
mempunyai makna dan target apa-apa.
Upaya-upaya untuk meningkatkan disiplin dalam menaati peraturan
pesantren dan nasehat pembina adalah hal yang penting dan harus
dilakukan dalam rangka mencapai keberhasilan pembinaan mental. Disiplin
dalam aturan atau perintah pembina penting artinya dalam proses
penyembuhan mental santri narkoba, hal ini menunjukkan bahwa disiplin
turut menentukan motivasi, kegiatan, dan keberhasilan santri narkoba.
Tujuan utama digalakkannya kedisiplinan sampai diberikan
hukuman bagi yang melanggarnya, tidak lain adalah untuk melatih santri
menjadi teratur dalam melaksanakan kewajiban sehari-hari dan
11
Colin Rose Malcolm S. Nicholl, Accelered Learning (Bandung: Penerbit Nuansa, 2003), 54.
130
terbentuknya sifat santri yang diharapkan, yakni disiplin, berakhlak dan
berkarakter.
Ketiga pola pembinaan mental di atas adalah adalah sebuah metode
yang digunakan oleh KH. Abdul Malik dalam membina mental dan ketiga
metode tersebut harus dilaksanakan dengan baik oleh semua santri narkoba
agar cepat sembuh dari sakitnya. Adapun materi-materi yang diberikan kepada
santri narkoba di pesantren Ulul Albab adalah sebagai berikut:
1. Mandi Taubat12
Mandi taubat termasuk amalan sunah yang biasa dilakukan oleh
para sufi dan ahli tarekat.13
Mandi taubat ini sangat penting dalam proses
penyembuhan korban pecandu narkoba di Pondok Pesantren Ulul Albab.
Kegiatan ini dilaksanakan pada pukul 02.00 dini hari. Seseorang yang
mengkonsumsi narkoba dan dalam keadaan mabuk, sebelum menjalankan
dzikir, haruslah terlebih dahulu disadarkan dari keadaan mabuk tersebut
dengan mensucikan diri (thoharoh) dengan mandi taubat. Karena sifat
pemabuk adalah pemarah, sedangkan sifat pemarah adalah perbuatan
syetan yang berasal dari api, maka pemadamnya adalah menggunakan air.
Mandi taubat dilakukan dengan niat bertaubat atau menghilangkan
dosa seluruh anggota tubuh, mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Terkait niat untuk bertaubat ini al-Jailani menyatakan:
12
Menurut al Muhasibi, taubat adalah penyesalan terhadap perbuatan-perbuatan jelek pada masa
lalu dan berkeinginan tidak akan mengulanginya lagi, serta menghindar dari hal-hal yang
mengajak untuk berbuat dosa. Lihat, Abi Abdullah al-Harith bin Asad al-Muhasibi, al-Wasaya
(Bairut: Da >r al-Kutub al„Ilmiyah,1986), 222-223. 13
Tentang sifat sunah dalam mandi taubat ini dapat dilihat dalam, abd. Rahman al-jaziri, al-fiqh
„ala madzhibi al-arba‟ah, jilid 1 (Mesir: al-maktabah al-tijariyah, tt), 119. Wahbah al-zuhailiy, al-
fiqh al-islamiy wa adillatuhu, jilid 1 (Damaskus: Da >r al-Fikr), 391
131
(Wahai kaumku) berebutlah dan capailah pintu kehidupan selama
masih terbuka, karena dalam waktu dekat akan tertutup
untukmu.Berebutlah untuk mencapai pintu taubat, masuklah kalian
didalamnya, selama masih terbuka bagi kalian. Berebutlah untuk
mencapai pintu do‟a, selama masih terbuka bagi kalian. Berebutlah
kalian untuk mencapai pintu, berdesa-desaklah dengan saudara-saudara
kalian yang shalih, selama pintu tersebut masih terbuka bagi
kalian.(Wahai kaumku) bangunlah apa yang telah kalian hancurkan,
sucikanlah apa yang telah kalian najiskan, perbaikilah apa yang telah
kalian rusak, bersihkanlah apa yang telah kalian keruhkan,
kembalikanlah apa yang telah ambil, kembalikan ia kepadaAllah…14
Dari ungkapan di atas, kiranya dapat kita pahami bahwa taubat adalah suatu
usaha untuk membangun dan memperbaiki jiwa yang kotor agar bersih dan
suci kembali, salah satunya adalah dengan mandi taubat.
Kebanyakan orang memahami bahwa, mandi tengah malam ini
dapat menyebabkan sakit atau gangguan pada fisik seperti paru-paru basah
dan reumatik. Tapi dalam pandangan kaum sufi metode ini diyakini sebagai
metode ampuh untuk meningkatkan kesadaran diri (self consiousnees) dan
penyembuhan dari berbagai macam penyakit, termasuk gangguan-
gangguan psikologis yang diakibatkan oleh gangguan setan, seperti lemas,
gelisah, susah, stress dan lain-lain.15
Selain mempunyai manfaat dari sisi psikologis, mandi taubat juga
memiliki manfaat tereupatik terhadap penyakit atau gangguan-gangguan
biologis (fisik) yang bersifat psikomatif. Mandi taubat ini juga diyakini
sebagai hydrotherapy. Menurut Simon Baruch (Dokter Amerika), air
memang memiliki daya penenang jika suhu air sama dengan suhu kulit, dan
14
Abdul Qodir al-Jailani, al-Fath al-Rabbani wa al-Faid al-Rahmani (Bairut: Da >r al-Kutub al-
„Ilmiyah, 2006),31. 15
Lihat, Kharisudin Aqib, Inabah (Jalan Kembali dari Narkoba, Stress dan Kehampaan Jiwa
(Surabaya: PT. Bina Ilmu, 2005), 178
132
memiliki daya rangsang jika suhu air tidak sama dengan suhu kulit.
Sedangkan menurut Ewalt, pasien yang mengalami delirium alcohol, dan
pasien yang menunjukkan keresahan, agitasi, overitik, kecemasan yang
akut dan tumor akibat keracunan obat-obatan menunjukkan respon yang
baik terhadap hydrotherapy.16
Mandi taubat ini sangat mendukung dalam proses penyembuhan
para korban pecandu narkoba di Pondok Pesantren Ulul Albab. Tubuh
diguyur air sehingga pembuluh darah dipermukaan tubuh menciut dan
darah mengalir lebih banyak keotak serta tubuh bagian dalam. Mandi taubat
ini akan membantu mengendorkan syaraf yang tegang. Secara garis
besarnya, mandi taubat ini menjadi sebuah hydrotherapy (terapi dengan
media air) yang sangat efektif untuk menyegarkan pikiran, jiwa dan raga
yang pernah tersiksa akibat racun narkoba.
Setelah mandi dan jernih fikirannya, seseorang korban pecandu
narkoba menjadi sadar akan dirinya sehingga lebih berkonsentrasi dalam
menjalankan ibadah shalat dan dzikir, serta mendekatkan diri pada Allah
SWT.
2. Ibadah Shalat
Sebagai salah satu ibadah, sholat merupakan bentuk peribadatan
ritual yang wajib dilaksanakan oleh setiap orang Islam, tentunya yang
mukallaf. Dalam sholat seseorang bermunajat langsung kepada Allah tanpa
harus ada perantara, disamping itu dapat digunakan sebagai media untu
16
Ibid., 179
133
mencurahkan segala problema hidup serta berserah diri sepenuhnya kepada
Dzat yang telah menciptakannya, karena pada dasarnya hakekat sholat
adalah menyatakan hajat dan kebutuhan seseorang hamba terhadap
Kholiqnya sebagai Dzat yang patut disembah melalui perbuatan, perkataan
atau keduanya dengan sepenuh hati dan jiwa yang mendatangkan rasa
keagungan dalam jiwa atas kebesaran dan kesempurnaan-Nya.17
Berdasarkan uraian tersebut di atas, dapatlah diambil suatu
kesimpulan atau pengertian bahwa yang dimaksud dengan sholat bukanlah
sekedar do‟a dan melaksanakan perbuatan yang diawali dengan takbir dan
diakhiri dengan salam, tetapi lebih dalam lagi adalah perbuatan yang
dilakukan atas kesadaran dan dengan sepenuh hati dan khusyu‟ sehingga
dapat menimbulkan rasa takut, kagum atas kebesaran-Nya dan keagungan-
Nya, serta rela terhadap sesuatu yang datang dari Allah, untuk selanjutnya
membawa manusia kepada taqwa dan sabar, dapat terhindar dari perbuatan
keji dan munkar.
Secara spesifik, manfaat dari pada shalat itu sendiri dapat mencegah
perbuatan keji dan munkar, seperti firman Allah dalam al-Qur‟an, Surat al-
Ankabut, ayat 45.
Artinya: Dan dirikanlah shalat, sesungguhnya shalat itu mencegah
perbuatan keji dan munkar.” (Qs. Al-Ankabut: 45).18
17
Hasbi Ash- Shidiqie, Pedoman Sholat, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990), 63
18
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang : Diponegoro, 1995), 321
134
Seperti telah disebutkan dalam ayat di atas, bahwa manusia saat
sholat mengkonsentrasikan pikiran dan perasaan, pensucian jiwa dan badan,
serta khusuknya anggota badan. Keadaan seperti ini akan mengangkat jiwa
manusia di atas dorongan-dorongan jasmani, membebaskan diri dari
belenggu-belenggu hawa nafsu dan menutup pintu syetan. Sebab dalam
shalat yang dilakukan dengan khusyuk akan mengarahkan seluruh jiwa dan
raganya kepada Allah, berpaling dari problema dunia, sehingga akan
memperoleh banyak manfaat antara lain, ketenangan hati, perasaan aman
dan terlindung serta berperilaku saleh.19
Shalat merupakan salah satu bentuk pembinaan mental sebagai
dasar terapi bagi pecandu narkoba, yang dikerjakan dengan niat ikhlas
karena Allah dan disertai dengan harapan dapat tercegah dari perbuatan keji
dan munkar, yang salah satunya adalah penyalahgunaan narkoba. Shalat
merupakan media hubungan dan komunikasi antara manusia dengan Tuhan
disamping merupakan do‟a. Hal ini biasa membawa dan menimbulkan
tenaga rohani yang menyebabkan ketenangan jiwa, sebab dalam shalat
manusia membaca do‟a-do‟a dan kalam Ilahi dan tidak memikirkan
persoalan dunia, ini berarti memalingkan muka sejenak terhadap persoalan
dunia. Dr. Ustman Najati, dalam bukunya mengatakan bahwa:
Keterpalingan penuh dari berbagai persoalan dan problem
kehidupan dan tidak memikirkannya selama shalat, dengan sendirinya
akan menimbulkan itu keadaan yang tentram, jiwa yang tenang dan
fikiran yang bebas dari beban” Keadaan yang tentram dan jiwa yang
tenang yang dihasilkan oleh shalat mempunyai dampak terapi yang
19
Dadang Hawari, Al-Qur'an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Jakarta: Dana Bhakti
Bina Yasa), 273
135
penting dalam meredakan ketegangan syaraf yang timbul akibat
berbagai tekanan kehidupan sehari-hari dan menurunkan kegelisahan
yang diderita oleh sebagian orang.20
Shalat yang dikerjakan dengan niat ikhlas karena Allah, akan menjadikan
keadaan yang tentram dan jiwa yang tenang, sehingga bisa melepaskan diri
dari ketegangan syaraf yang ditimbulkan oleh berbagai persoalan
kehidupan.21
Shalat dapat dijadikan sarana untuk mengobati penyakit jiwa.
Pelaksanaan shalat tersebut diutamakan secara berjamaah, disamping
pahalanya lebih besar, juga untuk melatih hidup berkelompok dalam
kebersamaan. Selain itu shalat berjamaah juga menimbulkan perasaan
“tidak sendirian” dalam hati santri, sehingga berakibat positif dalam
jiwanya. Karena sebagaimana dikemukakan beberapa ahli psikologi bahwa
perasaan “keterasingan” dari orang lain adalah penyebab utama terjadinya
gangguan kejiwaan. Dalam shalat berjamaah perasaan terasing dari orang
lain ataupun dari dirinya sendiri dapat hilang.22
3. Dzikir
Dzikir ialah ingat kepada Allah, yang dapat dinyatakan dengan hati
dan lisan. Ada juga berpendapat bahwa dzikir tidak hanya dengan hati dan
lisan, tetapi dengan perbuatan, seperti melakukan shalat, puasa dan lain-
lain.23
Dzikir ini akan mengajak seseorang selalu kembali dan bertaubat,
20
M. Ustman Najati, Al-Qur'an dan Ilmu Jiwa (Bandung: Pustaka, 1997), 308 21
Lihat, Ibid., 317 22
Djamaluddin Ancok dan Suroso, Psikologi Islam: Solusi Berbagai Problem Problem Psikologi,
(Yogyakarta, 1995), 100 23
Hasan, Ali, Do’a Penenang Jiwa Diangkat dari al-Qur’an dan Sunnah (Jakarta: Srigunting,
1996), 85
136
hati menjadi dekat serta menghidupkan hati nurani dan mendorong
seseorang untuk selalu melaksanakan perintah Allah dan menjahui
larangan-Nya.
Dzikir menjadi salah satu materi wajib, dengan harapan santri selalu
mengingat Allah, sehingga menjadi sadar akan potensinya sebagai makhluk
Allah dan mempunyai ketergantungan spiritual yang hanya didapat melalui
pendekatan diri kepada Allah. Para santri korban penyalahgunaan narkoba
yang dirawat di Pondok Pesantren Ulul Albab merupakan individu yang
berada dalam keadaan kecanduan narkoba. Untuk menanggulangi keadaan
tersebut, maka diarahkan atau dialihkan kepada kecanduan dzikir, supaya
mereka selalu ingat dan mendekatkan diri pada Allah. Karena dengan selalu
mengingat Allah maka hati akan tenang.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam al-Qur‟an Surat Ar-
Ra‟du:
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka
menjadi tentram dengan mengingat Allah, Ingatlah hanya dengan
mengingat Allahlah hati menjadi tentram.(Q.S. Ar-Ra’du: 28).24
Adapun pelaksanaan dzikir ini dikerjakan pada waktu setiap habis
melaksanakan shalat, apabila kebiasaan dzikir sudah melekat, mereka akan
selalu ingat pada Allah yang akhirnya ia bisa melupakan problem-problem
dunia, selanjutnya ia akan menemukan ketenangan batin karena mereka
merasa dekat dengan Allah dan merasa di bawah perlindungan-Nya. Dan
24
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 201
137
karena mengingat Allah maka perbuatan atau tingkah lakunya merasa
betul-betul diperhatikan oleh Allah, dimanapun dan kapanpun.
Dzikir dan do‟a dari sudut ilmu kedokteran jiwa dan kesehatan jiwa
merupakan terapi psikiatrik, setingkat lebih tinggi dari psikoterapi biasa,
karena keduanya mengandung unsur spiritual kerohanian yang dapat
membangkitkan harapan, rasa percaya diri dari orang sakit, yang pada
gilirannya kekebalan tubuh meningkat, sehingga mempercepat proses
penyembuhan.25
Pelaksanaan pembinaan mental dari segi materi teoritis bagi
pecandu narkoba di Pondok Pesantren Ulul Albab dapat dijadikan dan
mendukung dalam proses terapi bagi korban penyalahgunaan narkoba.
Namun semua itu tergantung kepada bagaimana pengamalan materi itu
sendiri, apakah santri menghayati dalam pengamalan materi tersebut.
4. Qiyam al-lail
Qiyam al-lail (bangun malam) adalah sebuah amalan bangun di
malam hari untuk melaksanakan shalat sunah dan dzikir. Bahkan dimasa
Rasulullah, qiyam al-lail ini seperti pernah berstatus hokum wajib. Hal ini
di dasarkan pada firman Allah:
25 Dadang Hawari, Al-Qur'an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa (Yogyakarta : Dana
Bhakti Prima Yasa, 1996), 9
138
Artinya: Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah
(untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu)
seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. atau lebih dari
seperdua itu. dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan.
Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu Perkataan yang berat.
Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk)
dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang
hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). (Q.S. Al-Muzammil (73):
1-7).26
Qiyam al-Lail atau bangun di sepertiga malam terakhir adalah salah
satu materi wajib yang harus dilakukan oleh santri narkoba di pesantren
Ulul Albab. yaitu dimulai sekitar pukul 02.00 WIB (dini hari). Materi ini
diwajibkan karena diyakini bahwa dalam qiyam al-lail banyak mengandung
manfaat, yang pastinya waktu-waktu sepertiga malam ini adalah waktu
yang sangat tepat dan kondusif untuk membersihkan jiwa, bermunajat pada
Allah dan tentunya terhadap efek terapi psikologis santri narkoba. Dalam
al-Qur‟an Allah berfirman:
Artinya: Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang
tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; Mudah-
mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang Terpuji.(Q.S.Al-
Isra’ (17): 79).27
26
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 458 27
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, (Semarang : Diponegoro, 1995), 231
139
Bermunajat di waktu malam hari saat kebanyakan orang terlelap
tidur sangat kondusif untuk bisa berkonsentrasi dan khusuk. Suasana sepi
senyap di malam hari secara psikologis cukup kondusif untuk melakukan
tafakkur atau kontemplasi dalam rangka mengungkap makna dan hakikat
hidup.28
Hal ini sesuai dengan firman Allah:
Artinya: Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat
(untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.(Q.S. al-Muzammil
(74): 6).29
Adapun kegiatan yang dilakukan dalam qiyam al-lail di pesantren
Ulul Albab adalah dimulai dengan mandi taubat, dilanjutkan dengan sholat
sunat taubat, tahajjud, witir dan selanjutnya adalah dzikir sebanyak-
banyaknya.
Selain keempat materi di atas, pembinaan mental di pesantren Ulul
Albab juga memberikan materi penunjang yaitu puasa dan olah raga.
1. Puasa
Banyak cara yang ditawarkan oleh agama untuk menyucikan jiwa,
di antaranya melalui puasa. Seperti ibadah-ibadah lainnya, hikmah
ibadah puasa tidak terhitung banyaknya yang kebanyakan tidak bisa
diketahui terutama hikmah yang bersifat ruhaniah. Misalnya bagaimana
puasa menjadi benteng terhadap api neraka, dapat menghapuskan dosa
fitnah, dan dapat mengantarkan manusia ke gerbang kerajaan Ilahi,
28
Kharisudin Aqib, Inabah (Jalan Kembali dari Narkoba, Stress dan Kehampaan Jiwa., 189-190 29
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 574
140
merupakan hikmah-hikmah ruhaniah yang tidak dapat diketahui
prosesnya.
Beberapa manfaat puasa di atas tidak mengherankan, karena
masalah ruh adalah urusan Allah, dan puasa adalah ibadah untuk Allah
semata-mata yang mendapat pahala langsung, dan tidak terbatas dari
Allah SWT sendiri. Dengan demikian, kalaupun terdapat hikmah dan
faedah puasa untuk kesehatan tubuh dan kematangan jiwa serta
meningkatkan keakraban sosial, hal itu sama sekali tidak menggantikan
fungsi puasa sebagai perbuatan ibadah yang hikmahnya bersifat
ruhaniah. Dalam al-Qur‟an Allah SWT berfirman:
Artinya: Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.
(Q.S. al-Baqarah: 184).30
Menurut Adz Dzaky hikmah atau buah-buah ruhaniah dari ibadah
berpuasa adalah suatu kondisi yang bersifat batin yang terdapat dalam
diri, dimana kondisi itu mengandung potensi ketuhanan yang suci.
Dengan potensi itulah seseorang yang berpuasa akan mengalami suatu
perubahan yang positif dalam jiwa dan ruhaninya. Adapun hikmah-
hikmah dari ibadah puasa yang dimaksud adalah:31
a. Dengan berpuasa, maka diri ini dapat merasakan kenikmatan-
kenikmatan dan kasih sayang Allah Swt, sehingga hadir kekuatan
untuk senantiasa bersyukur kepada-Nya.
30
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 88 31
Adz Dzakiey, Prophetic Intelligence (Kecerdasan Kenabian), Menumbuhkan Potensi Hakiki
Insani Melalui Pengembangan Kesehatan Ruhani (Yogyakarta: Islamika, 2005), 396
141
b. Dengan berpuasa, diri ini dapat senantiasa memelihara syahwat perut
dan seks, sehingga mental akan sehat dan jiwa akan terasa tenang.
c. Dengan berpuasa, diri ini senantiasa dapat membangun jiwa toleransi
atau ada kepedulian terhadap orang-orang yang miskin lagi lemah.
d. Dengan berpuasa, diri ini senantiasa akan berada dalam kondisi suci
dan sehat secara mental, spiritual, moral, dan sosial. Dengan
berpuasa, diri ini memiliki kekuatan untuk membangun hubungan
yang sangat khusus dan rahasia dengan Allah SWT.
e. Dengan berpuasa, diri ini menjadi bersih, bercahaya, dan wangi di
hadapan Allah SWT.
Selain beberapa manfaat di atas, puasa juga dipercaya memberikan hasil
yang sangat baik bagi pecandu narkoba karena dapat melemahkan nafsu
untuk mengkonsumsi narkoba dengan skala besar.32
Pada saat yang sama
pula, puasa berperan membersihkan tubuh dari racun. Ini bisa
memantulkan energy positif bagi stabilitas kondisi psikologis orang yang
berpuasa.33
Disadari ataupun tidak, puasa akan memberi pengaruh positif
kepada rasa (emosi), cipta (rasio), karsa (will), karya (performance),
bahkan kepada ruh manusia, apabila rukun dan syaratnya dipenuhi dan
32
Abdel Daem Al-Kaheel, Rahasia dalam Alquran dan Hadis (Jakarta: Amzah, 2012), 13 33
Abdel Daem Al-Kaheel, Pengobatan Qur’ani, Manjurnya Berobat dengan Al-Quran (Jakarta:
Amzah, 2012), 50
142
dilakukan dengan penuh sabar dan ikhlas. Bila digali lebih dalam akan
ditemukan lebih banyak lagi hikmah psikologis dari ibadah puasa.34
2. Olah Raga
Di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat (Men Sana in
Corpore Sano). Kata-kata sakti ini begitu populer di telinga kita,
semenjak kita duduk di bangku sekolah dasar sudah diperkenalkan
dengan kata sakti ini, dan mungkin hal ini adalah salah satu alasan
kenapa perawatan kesehatan jiwa di pesantren Ulul Albab juga
dilakukan dengan berolah raga. Langkah perawatan kesehatan dengan
berolah raga ini juga dianjurkan oleh ajaran Islam yaitu dengan
menggerakkan tubuh agar menjadi sehat dan segar. Dalam hal ini,
Rasulullah SAW bersabda:
ىل ع ص ر ح ا ,ر خ ل ك ف و ف ع الض ن م ؤ م ال ن م ى للا ل إ ب ح ا و ر خ ي و ق ال ن م ؤ م ال
....ز ج ع ت ل و الل ب ن ع ت اس و ك ع ف ن ا م
Artinya: “Orang mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai
Allah daripada orang mukmin yang lemah. Pada keduanya memang ada
kebaikan. Raihlah apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah
pertolongan kepada Allah, dan janganlah bersikap lemah....” (HR.
Muslim, Ibnu Majah, dan Ahmad)
Olahraga sedikitnya 10 menit setiap hari membuat mental menjadi
lebih sehat, pikiran jernih, stres berkurang dan memicu timbulnya
perasaan bahagia. Bahwa olahraga membuat peredaran darah menjadi
34
Sihotang, Aslim D.,Hubungan Puasa dengan Kesehatan Jasmani dan Rohani (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 2001), 251-254
143
lancar, membakar lemak dan kalori, serta mengurangi risiko darah tinggi
dan obesitas merupakan suatu hal yang diketahui umum.
Manfaat berolahraga dapat dilihat dari dua aspek. Salah satunya
manfaat olah raga terhadap otak yang diungkapkan oleh Daniel Landers,
profesor pendidikan olahraga dari Arizona State University (Muhammad
Tamyiz, 2008) , antara lain:
a. Meningkatkan kemampuan otak.
Latihan fisik yang rutin dapat meningkatkan konsentrasi,
kreativitas, dan kesehatan mental. Karena olahraga bisa
meningkatkan jumlah oksigen dalam darah dan mempercepat aliran
darah menuju otak. Para ahli percaya bahwa hal-hal ini dapat
mendorong reaksi fisik dan mental yang lebih baik
b. Membantu menunda proses penuaan.
Riset membuktikan bahwa latihan sederhana seperti jalan
kaki secara teratur dapat membantu mengurangi penurunan mental
pada wanita di atas 65 tahun. Semakin sering dan lama mereka
melakukannya, maka penurunan mental kian lambat. Kabarnya,
banyak orang merasakan manfaat aktivitas itu setelah sembilan
minggu melakukannya secara teratur tiga kali seminggu. Latihan ini
tidak harus dilakukan dalam intensitas tinggi. Cukup berupa jalan
kaki di sekitar rumah.
c. Mengurangi stres.
144
Olahraga dapat mengurangi kegelisahan. Bahkan lebih jauh
lagi, bisa membantu mengendalikan amarah. Latihan aerobik dapat
meningkatkan kemampuan jantung dan mempercepat mengatasi
stres. Aktivitas seperti jalan kaki, berenang, bersepeda, dan lari
merupakan cara terbaik mengurangi stres
d. Menaikkan daya tahan tubuh.
Olahraga meski tak terlalu lama namun sering atau lama
namun dengan santai melakukannya, maka aktivitas itu bisa
meningkatkan hormon-hormon baik dalam otak seperti adrenalin,
serotonin, dopamin, dan endorfin. Hormon ini berperan dalam
meningkatkan daya tahan tubuh. Studi yang dilakukan di Inggris
memperlihatkan bahwa 83 persen orang yang memiliki ganguan
mental, mengandalkan olahraga untuk meningkatkan mood dan
mengurangi kegelisahan.
Memperbaiki kepercayaan diri, umumnya semakin mahir
seseorang dalam suatu jenis aktivitas, maka kepercayaan diri pun
akan meningkat. Bahkan suatu riset membuktikan bahwa remaja
yang aktif berolahraga merasa lebih percaya diri dibandingkan
dengan teman-temannya yang tidak melakukan kegiatan serupa.35
Beberapa materi pembinaan mental di atas bisa juga di katakan
sebagai tahap-tahap yang harus di lakukan oleh para santri sebagai upaya
35
Siti Wardah, Nilai-Nilai Keislaman dalam Pendidikan Renang di SMP Al-Hikmah Surabaya
(Skripsi__IAIN Sunan Ampel Surabaya, 2011), 83-85
145
dalam riadhatun nafsi. Dan beberapa materi tersebut di atas, bisa di
klasifikasikan menjadi 2 tahap:
1. Takhalli
Takahlli di sini adalah upaya membersihkan (mengosongkan) diri
dari sifat-sifat tercela, kotoran hati, maksiat lahir dan maksiat batin.
Karena sifat-sifat tercela ini sebagai penghalang utama manusia dalam
berhubungan dengan Allah.36
Adapaun materi-materi yang dapat di
kelompokkan ke dalam tahap ini adalah mandi taubat, shalat dan puasa.
Pertama, mandi taubat di sini merupakan langkah awal bagi para
santri narkoba dalam berniat dan membulatkan tekad untuk insaf dan
tidak akan mengulangi kesaahan-kesalahannya di masa yang akan
datang. Kedua, kondisi seseorang ketika sedang sholat (khusuk) maka
seluruh fikirannya terlepas dari segala urusan dunia yang membuat
jiwanya gelisah. Setelah menjalankan sholat ia senantiasa dalam keadaan
tenang sehingga secara bertahap kegelisahan itu akan mereda. Dan yang
pasti dengan sholat, seseorang dapat terhindar dari perbuaan keji dan
munkar. Ketiga, puasa sebagai suatu intuisi dalam Islam, dijadikan
disiplin spiritual, moral dan fisik yang tinggi, juga sebagai alat
meningkatkan kualitas rohani manusia. Dengan berpuasa maka kita akan
terjaga dari berbagai macam maksiat. Karena hakikatnya puasa tidak
sekedar menahan makan dan minum saja (puasa lahir), tetapi juga
menghindarkan diri dari segala macam maksiat (puasa bathin).
36
M. Saifullah al-Aziz S. Risalah Memahami Ilmu Tasawuf (Surabaya: Terbit Terang, 1998), 87
146
2. Tahalli
Tahap tahalli yaitu merupakan tahap pengisian diri dengan
kebaikan, yang dapat di masukkan dalam tahap tahalli adalah sholat,
puasa dan dzikir. Sholat, puasa dan dzikir ini adalah amal-amal baik
yang dapat digunakan oleh para santri narkoba untuk mengisi atau
menghiasi diri setelah mereka mengosongkan atau membersihkan diri
dari amal perbuatan yang buruk.
Sholat, puasa dan dzikir bisa digunakan oleh para santri
narkoba sebagai media untuk selalu bisa mengingat Allah SWT dan
akan membuat hati mereka menjadi tenang serta kehidupan menjadi
lebih damai dan tentram.
Menurut KH. Abdul Malik selain dari beberapa pola pembinaan
mental di atas, yang tidak kalah penting adalah pembacaan ayat Khirsi.
Pada ayat-ayat tersebut dipercaya mengandung 100 obat dari berbagai
macam penyakit seperti penyakit buduk (sejenis penyakit kulit), penyakit
belang dan berbagai penyakit lainnya. Diriwayatkan dari Muhammad bin
Ali R.A. “Bila ayat Khirsi ini dibacakan pada orang tua yang sedang sakit,
niscaya Allah akan memberikan kesembuhan padanya”.37
Segelas air ini diberikan pada setiap santri narkoba yang baru
datang, baik yang dalam kategori kelas ringan maupun kelas berat dan air
ini diminumkan setiap hari sebanyak satu gelas pada penderita kelas ringan,
37
Lihat, Syekh Ahmad al-Dairobi, Mujarrobat al-dairobi al-kabir,, 40
147
dan tiga kali sehari pada penderita kelas berat, sampai santri narkoba benar-
benar sembuh total dari sakitnya.
Sudah menjadi rahasia umum, terutama dalam dunia islam bahwa
do‟a-do‟a atau ayat-ayat Qur‟an yang dibacakan pada segelas air dapat
mendatangkan (dijadikan) sebuah obat bagi seseorang yang sakit. Dalam
hal ini, al-Qur‟an sendiri telah mengajarkan kepada kita bahwa ia adalah
obat, penyembuh, penghibur duka lara, penunjuk dan seterusnya. Dengan
kata lain, ia adalah sarana di alam ruhani bagi seluruh umat manusia.38
Allah SWT berfirman:
Artinya: Hai manusia, Sesungguhnya telah datang kepadamu
pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang
berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang
beriman.(Q.S. Yunus: 57).39
Artinya: dan Kami turunkan dari Al Quran suatu yang menjadi
penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan Al Quran itu
tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian.(Q.S. al-Isra’: 82).40
Dalam ayat lain Allah SWT juga telah berfirman.
38
M. Reza Karimi, Pengobatan dengan Al-Qur’an (Jakarta: Cahaya, 2006), 6 39
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 171 40
Ibid.,232
148
Artinya: Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang
padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. dan dari air Kami
jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka Mengapakah mereka tiada
juga beriman?(QS. Al-Anbiya’: 30).41
Dari ayat di atas juga di sebutkan bahwa air adalah sumber kehidupan di
muka bumi, dan tanpa air niscaya semua makhluk hidup dapat bertahan di
bumi.
Penjelasan secara ilmiah tentang bagaimana air yang dibacakan
do‟a-do‟a dapat dijadikan obat, mungkin bisa dibuktikan melalui penelitian
Dr. Masaru Emoto dari Universitas Yokohama. Pada tahun 2005, ia telah
menemukan suatu teori bahwa ternyata air bisa “mendengar” kata-kata, bisa
“membaca” tulisan, dan bisa “mengerti” pesan. Dalam bukunya The
Hidden Message in Water, Dr. Masaru Emoto menguraikan bahwa air
bersifat bisa merekam pesan, seperti pita magnetik atau compact disk.
Semakin kuat konsentrasi pemberi pesan, semakin dalam pesan tercetak di
air. Ia mengemukakan bahwa medan elektromagnetik dari molekul air
sangat dipengaruhi oleh suara, dan nada-nada tertentu yang bisa
mempengaruhi molekul-molekul air dan menjadikannya lebih teratur.42
Hasil penemuan ini mungkin bisa menjelaskan, kenapa air putih
yang didoakan bisa menyembuhkan orang sakit. Banyak orang yang masih
41
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 259 42
Lihat, Abdel Daem Al-Kaheel, Pengobatan Qur’ani, Manjurnya Berobat dengan al-Quran, 11
149
beranggapan, hal ini bisa mendatangkankan kemusyrikan, atau paling tidak
hanya dianggap sekadar sugesti, tetapi ternyata molekul air itu menangkap
pesan doa kesembuhan, menyimpannya, lalu vibrasinya merambat kepada
molekul air lain yang ada di tubuh orang yang sakit.
Selain ayat Khirsi di atas juga di bacakan surat al-Fatihah sebanyak
1.011 kali oleh Kiai dan orang tua santri. Dan menurut keterangan dari KH.
Abdul Malik, jika orang tua dari santri narkoba kurang serius dalam
membacakan surat Fatikhah, maka akan berakibat pada lambatnya proses
penyembuhan santri narkoba. Dari sini dapat disimpulkan bahwa peran
orang tua dalam proses penyembuhan sangatlah penting dan sangat
berpengaruh dalam proses penyembuhan santri narkoba.
B. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pembinaan Mental Santri
Narkoba di Pondok Pesantren Ulul Albab
Pembinaan mental pada korban pecandu narkoba tidak selamanya
berjalan sesuai dengan harapan pembina maupun santri itu sendiri. Di Pondok
Pesantren Ulul Albab, terdapat faktor-faktor yang dapat mendukung dan
menghambat proses penyembuhan santri narkoba, baik dari diri sendiri
maupun dari pihak lain, yaitu:
1. Faktor-faktor pendukung
a. Keseriusan orang tua dalam keikutsertaan pembinaan mental santri
narkoba (membacakan surat al-Fatikhah 1.011 kali setiap malam).
150
b. Kemauan kuat Santri untuk sembuh, sehingga mengikuti semua aturan
dan nasehat Pembina pesantren.
c. Adanya hubungan baik dengan keluarga (orang tua) Santri.
d. Situasi Lingkungan masyarakat yang cukup representatif sebagai tempat
pembinaan mental.
e. Hubungan yang baik antar santri dengan santri lain dan santri dengan
Pembina.
f. Pangetahuan agama santri sebelum masuk pesantren.
2. Faktor Penghambat
a. Kurang seriusnya orang tua dalam keikutsertaan mendoakan
(membacakan surat al-Fatikhah 1.011 kali setiap malam) kepada
anaknya yang menjadi korban penyalahgunaan narkoba.
b. Adanya beberapa santri yang kurang serius dalam mengikuti peraturan
pesantren.
c. Latar belakang budaya santri yang berbeda-beda, sehingga kadang
terjadi kesalahpahaman antar santri.
d. Kurangnya pengetahuan agama santri sebelum mengikuti pembinaan
mental.
Beberapa faktor pendukung dan penghambat di atas, sering dijumpai di
pesantren Ulul Albab. Berdasarkan pada jenis-jenis masalah yang dihadapi
dalam pembinaan mental santri narkoba di atas, dapat penulis analisis bahwa
sumber utamanya adalah kurangnya tenaga Pembina yang ada di pesantren.
Hal ini menyebabkan kurangnya kontrol terhadap para santri dalam aktivitas
151
kesehariannya. Hal ini akan berdampak pada banyaknya santri yang tidak
mengikuti aturan pesantren dengan tertib dan disiplin.
Adanya konflik antar santri narkoba merupakan hal yang wajar terjadi,
mengingat perbedaan latar belakang dan lingkungan asal mereka dan disisi
lain lebih dikarenakan adanya gangguan psikis pada diri santri narkoba. Hal
ini berdampak pada kuatnya ego masing-masing santri dan santri juga kurang
bisa berfikir secara jernih dalam menghadapi perbedaan yang ada pada
masing-masing santri. Di sinilah sebenarnya kehadiran seorang Pembina
sangat dibutuhkan, sehingga bila terdapat konflik bisa segera terselesaikan.
Minimnya pengetahuan agama dari santri narkoba juga menjadi faktor
penghambat dalam pembinaan mental santri narkoba. Faktor ini berdampak
pada kurang tanggapnya santri dalam memahami instruksi atau nasehat dari
Pembina. Terlepas dari semua faktor penghambat tersebut, hal terpenting
dalam pembinaan mental santri narkoba adalah seberapa besar kemauan atau
tekad dari masing-masing santri untuk bisa segera sembuh dari ketergantungan
barang haram tersebut, serta keinginan dan keseriusan yang kuat dari orang
tua agar anaknya segera sembuh. Dalam hal ini Allah SWT berfirman:
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan suatu kaum
sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. dan
apabila Allah menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, Maka tak ada
152
yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain
Dia.(QS. Ar-Ra’du: 11).43
C. Tanggapan Santri dan Masyarakat terhadap Pelaksanaan Pembinaan
Mental Santri Narkoba di Pondok Pesantren Ulul Albab
1. Tanggapan Santri terhadap Pelaksanaan Pembinaan Mental Santri Narkoba
Data tentang tanggapan santri terhadap pelaksanaan pembinaan
mental di Pondok Pesantren Ulul Albab, penulis peroleh dengan cara
mengadakan wawancara dengan 30 orang santri korban penyalahgunaan
narkoba di Pondok pesantren tersebut. Tanggapan secara umum dan
manfaat yang dirasakan akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Tanggapan Umum
Berdasarkan hasil wawancara dengan 30 responden mayoritas
mereka menyatakan senang dengan Pembinaan mental yang diterapkan
di Pondok Pesantren Ulul Albab. Hal ini dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.1: Tanggapan Santri Secara Umum
No Jenis jawaban Frekuensi %
1
2
Senang
Biasa saja
25
5
83,3%
16,6%
Jumlah 30 100%
43
Depag RI, Al-Quran dan Terjemahnya, 199
153
Dari tabel di atas dapatlah diketahui bahwa tanggapan santri secara
umum adalah senang karena 83,3% dari jawaban mereka menyatakan
senang dengan pembinaan mental yang ada di Pesantren Ulul Albab.
b. Manfaat yang dirasakan
Santri merasakan adanya manfaat dari pembinaan mental di
Pondok pesantren Ulul Albab. Dari hasil wawancara, tanggapan mereka
bervariasi dalam memberikan jawaban yang penulis lontarkan, yakni
ada yang menjawab terdorong melaksanakan ajaran agama, menunjang
kesembuhan, merasa tenang, merasa menyesal dengan masa lalu, biasa-
biasa saja, tidak dirasakan.
Dari beberapa jawaban di atas kemudian penulis buat skala atau
3 varian jawaban, yaitu sangat baik, baik,biasa saja. Yang hasilnya
dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.2: Manfaat yang Dirasakan Santri Secara Umum
No Jenis jawaban Frekuensi %
1
2
3
Sangat baik
Baik
Biasa saja
24
5
1
80%
16,6%
3,3%
Jumlah 30 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa santri korban
penyalahgunaan narkoba di Pondok Pesantren Ulul Albab sebagian
besar merasakan manfaat dari proses Pembinaan mental tersebut.
154
2. Tanggapan Masyarakat terhadap Pelaksanaan Pembinaan Mental Santri
Narkoba
Tanggapan masyarakat sekitar pesantren terhadap pelaksanaan
pembinaan mental di Pondok Pesantren Ulul Albab, penulis dapatkan
dengan mengadakan wawancara terhadap 20 orang, yang terdiri dari ketua
RT, tokoh agama, tokoh masyarakat dan penduduk sekitar pesantren.
Dengan adanya pembinaan mental di Pondok pesantren Ulul Albab
ini, masyarakat sekitar merasakan adanya manfaat baik dari segi
keagamaan maupun sosial. Dari segi keagamaan, masyarakat merasakan
adanya budaya religius di lingungan sekitar karena selain para santri datang
ke pesantren guna untuk pembinaan mental, selanjutnya mereka juga
menimba ilmu agama di pesantren. Dari sini tampak adanya budaya religius
dari para santri saat bersosialisasi dengan masyarakat sekitar, baik dalam
bentuk tutur kata maupun tingkah laku.
Dari segi sosial kemasyarakatan, para orang tua khususnya sekitar
pesantren merasa terbantu dengan adanya pesantren yang dapat
menampung dan mendidik para remaja yang menjadi korban
penyalahgunaan narkoba. Karena tidak sedikit juga dari para orang tua
menitipkan anaknya yang terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba untuk
mendapatkan perawatan dan pendidikan di Pesantren Ulul Albab.
Tanggapan masyarakat bervariasi dalam memberikan jawaban
yang penulis lontarkan, yakni ada yang menjawab sangat senang, senang,
biasa-biasa saja dan tidak senang. Dari beberapa jawaban di atas kemudian
155
penulis buat skala atau 3 varian jawaban yaitu senang, biasa saja dan tidak
senang. Yang hasilnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.3: Manfaat yang Dirasakan Masyarakat secara Umum
No Jenis jawaban Frekuensi %
1
2
3
Senang
Biasa saja
Tidak senang
14
4
2
70%
20%
10%
Jumlah 20 100%
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa tanggapan dari
masyarakat terhadap pembinaan mental korban penyalahgunaan narkoba di
Pondok Pesantren Ulul Albab sebagian besar merasakan senang dan
antusias terhadap proses Pembinaan mental tersebut.