19
BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN REFLEKSI TEOLOGIS TERHADAP KEHIDUPAN PENGUNGSI BURU DI LEMBAH AGRO PULAU AMBON 4.1 Pengantar Permasalahan hidup yang dihadapi oleh para pengungsi Buru di Lembah Agro meliputi beberapa aspek, yaitu aspek fisik, sosial dan psikologi dan spiritual. Keempat aspek ini memiliki dimensi keterkaitan antara aspek yang satu dengan aspek lainnya. Sebagaimana dikutip di atas, Aart Van Beek dalam bukunya juga mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk saling mempengaruhi, seringkali dapat mengakibatkan suatu lingkaran setan yang cukup kompleks. Suatu persoalan dapat menimbulkan persoalan baru yang bersifat sama atau tidak sama, sehingga terbentuk lingkaran penderitaan yang tidak dapat diretakkan. Clinebell juga antara lain berpandangan, bahwa upaya menolong seseorang akan gagal apabila tidak melihat keseluruhan aspek kehidupan manusia. Masalah harus dilihat secara utuh karena untuk dapat menolong seseorang tidak hanya dibutuhkan perpektif-perspektif teologi, melainkan juga perspektif-perspektif lainnya yang terkait dengan kehidupan manusia, seperti perspektif sosiologis dan psikologis. Berdasarkan pendekatan holistik, maka keseluruhan kehidupan para pengungsi Buru akan dianalisis secara menyeluruh. Bab ini berisikan kajian analisis, mulai dari aspek fisik, sosial, psikologi dan spiritual. Hasil analisis terhadap keseluruhan

BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2971/5/T2... · mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk ... Berdasarkan

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2971/5/T2... · mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk ... Berdasarkan

BAB IV

ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN REFLEKSI

TEOLOGIS TERHADAP KEHIDUPAN PENGUNGSI BURU DI

LEMBAH AGRO PULAU AMBON

4.1 Pengantar

Permasalahan hidup yang dihadapi oleh para pengungsi Buru di Lembah Agro

meliputi beberapa aspek, yaitu aspek fisik, sosial dan psikologi dan spiritual.

Keempat aspek ini memiliki dimensi keterkaitan antara aspek yang satu dengan

aspek lainnya. Sebagaimana dikutip di atas, Aart Van Beek dalam bukunya juga

mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk

saling mempengaruhi, seringkali dapat mengakibatkan suatu lingkaran setan yang

cukup kompleks. Suatu persoalan dapat menimbulkan persoalan baru yang

bersifat sama atau tidak sama, sehingga terbentuk lingkaran penderitaan yang

tidak dapat diretakkan.

Clinebell juga antara lain berpandangan, bahwa upaya menolong seseorang

akan gagal apabila tidak melihat keseluruhan aspek kehidupan manusia. Masalah

harus dilihat secara utuh karena untuk dapat menolong seseorang tidak hanya

dibutuhkan perpektif-perspektif teologi, melainkan juga perspektif-perspektif

lainnya yang terkait dengan kehidupan manusia, seperti perspektif sosiologis dan

psikologis.

Berdasarkan pendekatan holistik, maka keseluruhan kehidupan para pengungsi

Buru akan dianalisis secara menyeluruh. Bab ini berisikan kajian analisis, mulai

dari aspek fisik, sosial, psikologi dan spiritual. Hasil analisis terhadap keseluruhan

Page 2: BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2971/5/T2... · mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk ... Berdasarkan

aspek terkait akan diintegrasikan satu sama lain, kemudian akan direfleksikan

secara teologis.

4.2 Analisa Holistik

4.2.1. Analisis Fisik

Maslow dalam teorinya mengungkapkan bahwa, pada dasanya manusia

membutuhkan sandang, pangan dan papan (kebutuhan fisiologis) yang memadai.

Akan tetapi, kenyataan kehidupan masyarakat Pengungsi Buru di Lembah Agro

justru telah memperlihatkan bahwa kebutuhan-kebutuhan hidup tersebut tidak

tersedia dengan baik. Sejak terjadinya konflik hingga saat ini, para pengungsi

menempati rumah dengan ukuran yang sempit dan saling berhimpitan. Keadaan

seperti ini berdampak pada berbagai aspek lainnya, seperti kenyaman, ketenangan,

seksualitas.

Rata-rata jumlah anak dalam satu keluarga berjumlah 4 orang. Rata-rata

jumlah anak yang tidak sedikit ditambah dengan kondisi rumah yang kecil turut

mempengaruhi aktifitas keseharian keluarga, seperti tidur berdesak-desakan dan

menciptakan ketidaknyamanan seksualtas bagi pasangan suami istri. Kondisi-

kondisi fisik seperti ini menghadirkan rasa tidak nyaman terhadap setiap

keinginan dan kebutuhan-kebutuhan mendasar manusia.

Selain itu, kenyataan-kenyataan hidup lainnya yang dihadapi jemaat seperti

kurangnya air dan makanan-makanan bergizi sebagai kebutuhan dasar kesehatan

belum terpenuhi secara baik. Hal ini dipengaruhi oleh keadaan ekonomi yang

minim yang secara rata-rata tidak sebanding dengan harga kebutuhan-kebutuhan

hidup di kota. Kondisi hidup seperti ini dapat memicu timbulnya stress (aspek

psikologi).

Page 3: BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2971/5/T2... · mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk ... Berdasarkan

4.2.2 Analisis Sosiologis

Menurut Edward Shils, masayarakat bukan kesatuan fisik (entity), tetapi

seperangkat proses yang saling berkait setingkat ganda. Berikut adalah

pernyataannya:

Masyarakat adalah fenomena antar waktu. Masyarakat terjelma bukan

karena keberadaannya di suatu saat dalam perjalanan waktu. Tetapi ia

nyanya ada melalui aktu, ia adalah jelmaan waktu (1981: 327).

PIotr dalam bukunya “Sosiologi Perubahan Sosial”, menyebutkan bahwa

masyarakat ada setiap saat dari masa lalu ke masa yang akan datang.

Kehadirannya justru melalui fase yang telah terjadi dan akan terjadi. Hal ini mau

menyatakan bahwa masyarakat dalam rentetan sejarahnya tidak statis, tapi terus

bergerak, berproses seiring dengan berjalannya waktu. Dari pengertian ini maka.

Masyarakat Pengungsi Buru dalam sejarahnya adalah mayarakat yang berproses.

dan kenyataan-kenyataan seperti diusir dari tempat asal, pengalaman-pengalaman

menjadi pengungsi adalah kenyataan yang telah terjadi dan menjadi kenyataan-

kenyataan sejarah yang tak bisa ditolak.

Kenyataan konflik sosial terjadi, diusir dan diungsikan, berada di tempat dan

lingkungan yang baru menjadikan masyarakat pengungsi Buru mengalami

perubahan dalam kehidupan sosial. Yang jelas, pengalaman-pengalaman masa

lalu itu tidak bisa dilepas pisahkan dari keberadaan kehidupan saat ini. Piotr

mengatakan bahwa, masyarakat takan pernah menjadi masyarakat bila kaitan

dengan masa lalunya tidak ada (Shils, 1981:328). Kaitan masa lalu dan masa kini

adalah basis tradisi.

Salah satu aspek penting untuk menjelaskan hubungan kehidupan masa lalu

dan masa kini adalah mekanisme idel (psikologi) bekerja melalui kemampuan

Page 4: BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2971/5/T2... · mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk ... Berdasarkan

mengingat dan berkomunikasi. Menurut Piatr, pengalaman masa lalu akan

terpelihara karena orang mengingat pengalaman masa lalu mereka. Dengan

demikian, pengalaman-pengalaman masa lalu dari pengungsi Buru adalah faktor

penting dan memiliki kaitan dengan keberadaan kehidupan mereka saat ini.

Pengalaman sejarah seperti diusir dari tempat asal mereka di pulau Buru,

meninggalkan pekerjaan yang mereka miliki, meninggalkan rumah, hasil tanaman,

binatang peliharaan, dan harus tinggal di tempat yang baru dengan kondisi

lingkungan yang baru, dengan kondisi rumah yang sederhana akan menjadi

kenyataan yang mempengaruhi keberadaan mereka saat ini.

Di sisi yang lain, para pengungsi Buru yang sekarang menetap di Lembah

Agro pada awalnya berasal berasal dari tempat berbeda di Buru Utara. Ketika

konflik sosial terjadi, beberapa kelompok masyarakat yang keseluruhan beragama

Kristen itu diungsikan dan tinggal bersama. Dengan demikian, maka proses itu

telah menciptakan atau menghasilkan keadaan atau struktur sosial yang baru bagi

kehidupan mereka, sekaligus bersamaan dengan dampak lanjutnya. Proses

peubahan yang terjadi bagi pengungsi Buru dikatakan terjadi sejarah tiba-tiba

karena dampak dari konflik sosial. Proses ini sama halnya dengan konsep Merton

tentang “proses laten”. Artinya bahwa perubahan itu sendiri terjadi tidak diduga

dan diharapkan sehingga hasilnya muncul secara mengagetkan tergantung pada

penerimaan atau penolakannya.

Kenyataan perubahan sosial yang dialami oleh pengungsi Buru secara

langsung berdampak pada aspek kehidupan yang lain. Aspek-aspek lain yang

dapat diamati dan dilihat dimulai dari aspek relasi atau pergaulan yang kurang

baik dengan masyarakat disekitar wilayah pengungsian, berdampak pada aspek

Page 5: BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2971/5/T2... · mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk ... Berdasarkan

ekonomi, dan psikologi masyarakat. Secara jelas dapat dikatakan bahwa

kenyataan perubahan status sosial masyarakat Pengungsi Buru memiliki kekuatan

mempengaruhi aspek-aspek lain dari kehidupan mereka.

4.2.3. Analisis Psikologis

Terkait dengan fenomena psikologi pengungsi Buru, maka ada beberapa hal

yang bisa dijelaskan terkait dengan hal tersebut. Pada dasarnya manusia memiliki

beberapa kebutuhan mendasar ketika menjalani kehidupannya. Menurut Maslow,

ada lima kebutuhan dasar manusia yang tidak bisa ditolak semasa hidupnya,

diantaranya kebutuhan akan fisiologis (sandang, pangan, papan). Kenyataan

psikologis pengungsi buru tidak terlepas dari pengaruh keadaan fisik (rumah,

makanan, kesehatan). Ketika kebutuhan ini tidak terpenuhi secara baik, maka akan

berakibat pada kondisi psikologi seseorang. Kenyataan yang digambarkan dalam

data sebelumnya memperlihatkan kondisi fisiologis yang kurang baik di

pengungsian. Dan kondisi ini akan berakibat pada pskologi mereka.

Disisi yang lain, kenyataan-kenyataan diusir dari tempat asal adalah

pengalaman yang tidak bisa dihindari dan dilupakan. Kenyataan-kenyataan itu

memberi dampak pada keingian seseorang untuk berelasi secara baik dengan

orang lain, atau kominitas lain. Fenomena selalu terjadi tauran antara pengungsi

Buru dengan daerah-daerah sekitarnya bisa juga merupakan dampak dari trauma

kekerasan yang telah mereka rasakan. Kenyataan pada kondisi psikologis, seperti

cepat emosi, suka merenung, adalah merupakan hasil dari pengalaman-

pengalaman kehilangan pasca konflik sosial.

Adapun fenomena psikologis lain yang dirasakan fungsi kognitif pengungsi

Buru. Dari data memperlihatkan bahwa konflik sosial, ataupun fenomena

Page 6: BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2971/5/T2... · mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk ... Berdasarkan

fisiologi yang tidak baik itu tidak mempengaruhi konsep diri dari pengungsi

Busru. Kepercayaan diri, daya berpikir. Obtimisme, menjadi sesuatu yang tidak

bisa dipengaruhi sama sekali oleh factor-faktor di atas. Hal ini disebutkan Malow

sebagai puncak dari aktualisasi diri. Artinya bahwa pengungsi Buru mampu

mengaktualisasikan potensi positif yang sebenarnya dimiliki oleh semua manusia.

Akhirnya dapat dikatakan bahwa, kenyataan-kenyataan psikologis

sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari beberapa aspek penting dari sejarah

kehidupan masyarakat Pengungsi Buru, antara lain: pengalaman penderitaan

sebagai pengungsi, kondisi fisiologis, kondisi sosial ekonomi. Keseluruhan aspek

yang ada disekitar turut mempengaruhi kondisi psikologi Pengungsi Buru di

lembah Agro.

4.2.4. Analisis Spiritual.

Boisen dalam buku “Konseling Pastoral dalam Transisi” menyebutkan bahwa

penyembuhan batin, harus secara fundamental, dilaksanakan dengan bahan

mentah pengalaman religius (the raw stuff of religious experiences). Arinya

bagaimana fungsi-fungsi pengalaman religius orang-orang terhadap masalah-

masalah kehidupan mereka, bagaimana mereka berpandangan tentang realitas

tertinggi yang mereka yakini. Bila konsep ini dipakai untuk menganalisis

pengalaman religius Pengungsi Buru di Lembah Agro, maka ada beberapa hal

yang dapat dijelaskan. Antara lain, pengalaman-pengalaman menjadi konflik

sosial dan pengalaman bisa selamat dari konflik menjadikan mereka lebih percaya

akan pemeliharaan Tuhan dalam hidup mereka. Terlebih lagi mereka menganggap

bahwa konflik sosial adalah salah satu cara Tuhan agar umatnya bisa dekat pada-

Nya. Seperti apa yang dikatakan S. N (suku jawa, berkediaman lama di Buru) :

Page 7: BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2971/5/T2... · mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk ... Berdasarkan

Kerusuhan merupakan jalan Tuhan untuk mengingatkan umat-Nya yang

sudah melanggar hukum Tuhan ke jalan yang benar. dulu malas bekerja,

sekarang rajin bekerja. dulu malas ke ibadah, sekarang rajin ke ibadah.

Maksud Tuhan itu baik, sebab rencana Tuhan bukan rencana kita, dan

rencana Tuhan tidak seorang pun manusia bisa menyelami. Saya pernah

menjadi Majelis Jemaat Lima Periode, dan banyak sekali kebaikan-kebaikan

Tuhan yang pernah saya rasakan. Seperti pada saat saya sakit, saya

disembuhkan oleh Tuhan. Ketika saya ditangkap oleh pasukan jihat tapi

tangan Tuhan menyelamatkan saya bersama dengan semua keluarga saya.

(Sutikno)

Pernyataan seperti S.N ini sama dengan-pernyataan-pernyataan pengungsi-

pengungsi lainnya. Di mana hampir semua dari para pengungsi memiliki

pemahaman yang sama, menganggap diselamatkan dari konflik sosial merupakan

bukti pemeliharaan Tuhan. Oleh sebab itu, kenyataan itu harus disambut dengan

penuh rasa syukur. Kami kehilangan rumah, tetapi kami masih punya tempat

untuk menetap, sekalipun apa adanya. Kami tergusur dari tempat tinggal kami,

dan diusir jauh, namun Tuhan menyediakan tempat bagi kami di Lembah Agro

ini.

Pemahaman-pemahaman yang disebutkan di atas memperlihatkan bahwa

pengungsi Buru pada dasarnya menerima konflik sosial yang mereka alami

sebagai suatu rancangan Tuhan bagi kehidupan mereka. Keyakinan ini dipahami

sebagai suatu respons positif dari bukti penyelamatan yang mereka alami semasa

konflik sosial di Buru Utara. Disisi lain, nampak jelas bahwa keyakinan itu tidak

didukung oleh rasa saling memiliki di dalam satu persekutuan. Hal ini terlihat

pada minimnya angota masyarakat dalam mengikuti ibadah-ibadah dalam jemaat.

Ketika diamati dan dianalisis, ternyata ada hal yang terabaikan dalam mengatasi

persoalan-persoalan kehidupan selama di pengungsian. Dalam hal ini berkaitan

dengan fungsi pelayanan (pastoral) kurang maksimal dilakukan. Hal ini

dikarenakan fokus dari kegiatan Majelis Jemaat lebih pada kebutuhan-kebutuhan

Page 8: BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2971/5/T2... · mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk ... Berdasarkan

fisik, ketimbang memperhatikan kebutuhan-kebutuhan atau masalah-masalah

psikolosis pengungsi. Dari hasil wawancara dengan beberapa orang dalam jemaat,

sebagian besar keluhan diarahkan pada Pola pelayanan Majelis jemaat.

Situasi demikan jika dianalisis maka kenyataan itu disebabkan oleh kurangnya

pola manajemen yang kurang baik dari Mejelis jemaat dalam mengelola berbagai

masalah pengungsi Buru. Tidak salah kalau aspek-akpek fisik harus mendapat

perhatian dalam proses pelayanan, namun harus disadari juga bahwa totalitas

keberadaan jemaat bukan hanya terletak pada persoalan fisiologis, akan tetapi

lebih dari pada itu aspek psikologis harus menjadi basis perhatian mendalam dari

pola pelayanan.

Geoffrey Brunn dalam ulasannya mengenai buku Peter Vierch yang berjudul

The Unadjusted Man: A New Hero For Americans, berpandangan bahwa “zaman

kita adalah zaman anak yatim piatu, zaman yang penuh dengan realitas

kemiskinan dan penderitaan, ketidak adilan akibat dari perubahan zaman yang

begitu dinamis. Oleh karena itu, pada zaman ini setiap individu yang berada

dalam “kesepian dan keramaian”, sering dihantui oleh perasaan ditinggalkan dan

merasa kesendirian tanpa teman. Untuk itu berjuta-juta manusia tidak mendapat

sumber untuk menghadapi pengalaman hidup manusia pada umumnya.

Pernyataan ini ingin menjelaskan bahwa pada dasarnya manusia membutuhkan

sumber-sumber yang bisa dipakai sebagai referensi untuk menghadapi persoalan-

persoalan hidup. Sember-sumber itu bisa berupa orang lain untuk mengisi

kehidupannya, mendengar keluhan batinnya. Sama halnya dengan pengungsi Buru

di lembah Agro, mereka akan merasa kesepian dan bisa kehilangan arah, ketika

tidak ada orang lain, terlebih khusus Gereja dalam memperhatikan keluhan-

Page 9: BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2971/5/T2... · mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk ... Berdasarkan

keluhan batin mereka. Ekspresi dari kekosongan itu akan berdampak pada

kejenuhan terhadap situasi di sekitar. Malas bersekutu dengan jemaat dalam setiap

kegiatan-kegiatan ibadah adalah respons rasional dari ketidak pedulian gereja

terhadap persoalan-persoalan batin yang mereka rasakan.

4.2.5. Analisis holistik

Dari ke empat analisis di atas, maka ada beberapa konsep yang menonjol dari

setiap aspek yang turut mempengaruhi pertumbuhan kehidupan pengungsi Buru di

Lembah Agro. Pertama: kondisi fisiologis yang tidak memadai berakibat pada

rasa kenyamanan, Kedua: konteks perubahan status sosial akibat dari konflik

sosial yang menjadi hal yang tidak mudah untuk diterima bergitu saja oleh

pengungsi Buru. Ketiga: Pengalaman traumatik akibat dari konflik sosial yang

terjadi berakibat pada fungsi emotif (emosi) yang tidak stabil, dan behavior

(tindakan) atau perilaku yang tidak baik, suka berkelahi dengan orang lain atau

komunitas lain disekitar mereka. Keempat: kurangnya perhatian serius dari

pemerintah, dan kurangnya perhatian dari Gereja dalam mengatur pola pelayanan

ke semua aspek terutama melihat kebutuhan-kebutuhan psikologi dari pengungsi

Buru pasca konflik sosial yang mereka alami.

Selanjutnya keputusan para pengungsi untuk tetap tinggal di Lemba Agro

dipengaruhi oleh beberapa alasan antara lain: alasan keamanan (Buru Utara

mayoritas beragama Islam), alasan Ekonomi, alasan Administratif (telah

dilembagakan Menjadi Jemaat baru di Klasis Pulau Ambon), terikat secara moral

dengan Suster Fransescus Moem yang telah membantu memberikan dana untuk

membangun rumah di Lemba Agro.

Page 10: BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2971/5/T2... · mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk ... Berdasarkan

4.3 Refleksi Teologis

Manusia pada hakekatnya adalah makluk sosial, tidak bisa hidup sendiri,

melainkan dengan orang lain. Dengan demikian ajaran cintailah sesamamu

seperti dirimu sendiri adalah tepat. Ini berarti bahwa hormat terhadap keutuhan

kekhususannya sendiri, cinta dan pengertian akan diri sendiri, tidak terpisahkan

dari hormat, cinta dan pengertian kepada orang lain. Cinta akan diri sendiri

tergabung akan cinta kepada orang lain.

Manusia juga tidak bisa berdiri sendiri sebagai seorang individu yang bebas

terlepas aspek-aspek lain yang turut mempengaruhi kehidupan individunya. Jika

individu atau komunitas itu punya masalah, maka masalahnya harus dilihat dari

berbagai aspek yang turut mendukung terciptanya persoalan atau masalah

tersebut. dalam kaitan itu maka perspektif pastoral disebutkan bahwa

pengembalaan dan konseling harus bersifat Holistik (menyeluruh), artinya

berusaha untuk memungkinkan penyembuhan dan pertumbuhan keutuhan

manusia dalam dimensinya. Model ini berorientasi pada sistem-sistem, artinya

bahwa keutuhan orang dilihat dalam keterlibatannya dengan segala hubungan-

hubungannya yang penting dan saling ketergantungannya dengan orang-orang-

kelompok-kelompok dan institusi-institusi. Dengan demikian, manusia harus

dilihat secara utuh, mencakup keseruruhan aspek kehidupannya, begitu pun

dengan masyarakat pengungsi Buru dalam keberadaannya, dan dalam pertolongan

terhadap dampak konflik sosial maka pendekatan holistik adalah pendekatan yang

dilihat sangat relefan.

Manusia dalam pemahaman Ibrani, secara esensi adalah Non- dualistic.

Keutuhan meliputi kesatuan atas seluruh dimensi manusia, yakni tubuh, roh, jiwa.

Page 11: BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2971/5/T2... · mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk ... Berdasarkan

Dalam sudut pandang yang holistik ini, gambaran Alkitabiah tentang tubuh

sebagai bait Roh Kudus dan petunjuk yang jelas untuk memuliakan Allah dalam

Tubuhmu” (1 Kor 6:19-20). Hal ini merefleksikan pentingnya tubuh rohani. Dan

hal ini merupakan dimensi pertama dari keutuhan.

Dalam menyikapi dampak konflk sosial terhadap pengungsi Buru maka

pendekatan yang dilakukan adalah memperhatikan tubuh. Dalam konteks analisis

dibahasakan sebagai aspek fisik. Jika tubuh adalah alat untuk memulaikan Tuhan,

maka aspek fisik berupa kesehatan, kebutuhan makan, istirahat, harus menjadi

fokus perhatian yang harus diperhatikan secara baik. Keadaan fisiologis yang

kurang memadai, akan mempengaruhi kesehatan tubuh. Dengan demikian, maka

pertolongan terhadap masyarakat Pengungsi Buru, entah dari lembaga-lembaga

sosial, pemerintah, ataupun Gereja harus bermuara pada tersedianya kebutuhan

fisiologis.

Adapun perintah Alkitabiah yang dikutip oleh Yesus (Mrk: 12:30), yang

menyatakan bahwa “kasihilah Allah dengan segenap jiwamu.(sama halnya

dengan, hati, roh, dan kekuatannmu). Dalam konteks psikologi, perintah ini

menegaskan makna intelektual kognitif sama seperti aspek emotif dan jiwa.

Dalam pengertian kontemporer tentang mengasihi Allah dengan segenap jiwa,

dapat direfleksikan bahwa kognitif, emotif, dan tindakan dari manusia harus

dijadikan sebagai alat untuk mengasihi Allah. Artinya bahwa ketiga fungsi psikis

itu harus diarahkan sepenuhnya untuk memuliakan Tuhan. Dalam konteks

menyikapi dampak konflik sosial dari yang terjadi pada masyarakat Buru di

Lembah Agro, maka ketiga fungsi itu (kognitif, emotif, dan motivasi) harus

dihantar ke arah yang dikehendaki Tuhan. Tugas dan tanggung jawab dari Gereja,

Page 12: BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2971/5/T2... · mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk ... Berdasarkan

adalah mengintegrasikan ketiga fungsi itu agar menjadi alat pendorong upaya

mempelihara suasana hati.

Dimensi berikutnya adalah, dimensi persekutuan (komunitas). Dimensi ini

merupakan motif yang paling kuat dalam Alkitab. Dalam Perjanjian Baru, kata

koinonia digunakan untuk menggambarkan gereja sebagai suatu komunitas yang

saling memelihara dalam satu komitmen religius yang berintegrasi diterangkan

baik dalam konsep” satu daging”. Gambaran ini berkaitan dengan ikatan

perkawinan (Kej 2:24), maupun dalam gambaran gereja sebagai Tubuh Kristus

dengan banyak anggotanya (Rm 12:5). Tekait dengan dimensi ini maka,

pengungsi Buru sesungguhnya merupakan suatu komunitas orang-orang orang

percaya, yang semestinya dihantar untuk saling menyembuhkan, dan mengalami

transformasi yang berpusat pada Roh Kudus.

Roma 8:22-24, dalam ayat ini Paulus ingin menegaskan bahwa transformasi

kreatif selalu melibatkan dan penantian orang percaya akan pekerjaan Roh

Kudus. Penderitaan adalah bagian dari pemahaman holistik dalam rangka

membuka jalan bagi terwujudnya perubahan. Penderitaan yang dialami harus

dipahami dalam konsep teologi salib. Dalam teologi Salib, citra mengenai derita

demi orang lain diangkat menjadi dimensi terdalam (ultimate). Dalam pengertian

manusiawi, seorang yang bersedia menolong orang lain dan siap menderita

sesungguhnya mengikuti derita Yesus. Oleh karena itu, secara teologis, orang itu

tidak akan sendiri untuk menghadapi penderitaan itu, melainkan akan Yesus turut

menderita dan menanggung penderitaan itu dan akan menyediakan kekuatan dan

penyertaan.

Page 13: BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2971/5/T2... · mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk ... Berdasarkan

Dari penjelasan di atas, pengungsi buru dengan pengalaman-pengalaman

penderitaannya harus dipahami sebagai salah satu cara Tuhan mentrasformasikan

kehidupan mereka. Secara teologis dapat dikatakan bahwa, Yesus tidak akan

meninggalkan orang yang menderita itu mengalami penderitaannya sendiri,

melainkan akan turut bekerja dalam penderitaan itu, dan terlebih lagi menjadikan

penderitaan sebagai salah satu sarana atau alat penyataan kasih Allah. Hal ini juga

berkaitan dengan kesiapan sang penolong (konselor). Kesiaapan dan kerelaan

berkorban untuk mereka yang menderita secara Teologis memiliki dimensi yang

mendalam. Karena Yesus tidak akan meninggalkannya sendiri untuk menanggung

derita atas kebaikan yang dilakukan terhadap orang lain. Dalam kepentingan itu

maka konseling pastoral terhadap masyarakat pengungsi buru adalah salah satu

sarana menuju transformasi itu.

Konseling pastoral sebagai bentuk penggembalaan didasari atas pengakuan di

dalam Perjanjian Baru yang selalu berbicara tentang Bela Rasa, Kasih, dan

Keramahan besar yang datang dari Roh dan kemudian merupakan tanggung jawab

gereja untuk selalu menunjukan kasih ini bagi sesama, terlebih khusus bagi orang

pendosa.

Konseling pastoral merupakan bentuk penggembalaan memiliki pendasaran

Alkitab, dengan demikian mengarahkan pengertian, sejarah, proses, pendekatan

dan metode. I Petrus 5:2,3 mencatat kesaksian “Gembalakanlah kawanan domba

Allah yang ada padamu, jangan dengan paksa, tetapi dengan sukarela sesuai

dengan kehendak Allah, dan jangan karena kamu mau mencari keuntungan tetapi

dengan pengabdian diri” (ayat 2); “Janganlah seolah-olah kamu mau memerintah

Page 14: BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2971/5/T2... · mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk ... Berdasarkan

atas mereka yang dipercayakan kepadamu, tetapi hendaklah kamu menjadi teladan

bagi kawanan domba itu” (ayat 3).

Kesaksian ini menunjuk dengan tegas secara teologis, konseling pastoral

merupakan bentuk pembritaan dan kesaksian gereja yang berlangsung dalam

kerangka karya Allah yang berorientasi antropologi. Orientasi ini akan bergerak,

akan berproses dalam gerak melingkar dengan pendekatan yang holistik. Layanan

ini ditujukan bagi manusia dalam sejarah hidupnya baik dalam kesaksian fisik

maupun mental prima atau keadaan sakit yang tak tersembuhkan, dalam keadaan

sukacita atau sedih, dalam keadaan menggembirakan atau menyedihkan. Setiap

situasi manusia merupakan peluang untuk suatu proses penggembalaan.

Kebutuhan akan layanan ini ditandai dengan keadaan tekanan tegangan hidup

yang mempengaruhi tubuh dan jiwa.

Ketika menyebut konseling pastoral sebagai penggembalaan maka tindakan

pengembalaan itu memiliki fungsi penyembuhan (healing), penopangan

(sustaining), pembimbingan (guiding), dan pendamaian (reconciling).

• Penyembuhan (healing) : merupakan suatu fungsi pastoral yang bertujuan

untuk mengatasi kondisi fisik (darah tinggi dan magh), emosi yang tidak

terkontrol secara baik (pemarah), dan suka mengasingkan diri, dengan cara

mengembalikan orang itu pada suatu keutuhan hidup, tidak bermasalah pada

kondisi fisik, emosi bisa terkontrol secara baik, dan kemudian menuntun dia

kearah yang lebih baik dari kondisi sebelumnya.

• Penopangan (sustaining) berarti, menolong orang yang stres karena perubahan

sosial yang dialaminya, karena kondisi fisiologi yang tidak memadai untuk

Page 15: BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2971/5/T2... · mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk ... Berdasarkan

tetap bertahan dan melewati suatu keadaan yang di dalamnya pemulihan

kepada kondisi semula.

• Pembimbingan (guiding). Hidup di dalam situasi pengungsian bisa membuat

seseorang bingung ketika ingin mengambil suatu keputusan. Fungsi ini

merupakan suatu upaya untuk membantu orang-orang yang kebingungan itu

untuk menentukan pilihan-pilihan yang pasti dalam upaya pemaknaan.

• Pendamaian (reconciling). Kenyataan bahwa pengalaman korban kkonflik

sosial adalah orang-orang yang kemudian merasa terasing dari dirinya, dari

persekutuan. Dengan demikian fungsi ini berupaya membangun ulang relasi

yang cendrung rusak itu ke relasi yang baik kembali.

Konseling pastoral adalah usaha untuk memperkuat pertumbuhan

seseorang kearah keutuhan dalam emam aspek kehidupan, yang mana satu sama

lainnya saling berkaitan. Enam aspek itu adalah:

• Menyegarkan pikiran, yang mencakup pengembangan sumber-sumber

personalitas seperti kemampuan berpikir. Manusia normal, kemampuan

berpikirnya hanya sedikit saja yang dipakai. Karena itu mempekaya horizon-

horizon intelektual dan arstistik manusia merupakan begian dari pendekatan dan

konseling pestoral yang dipusatkan pada keutuhan hidup.

• Membuat tubuh lebih bergairah. Dimensi ini berkaitan dengan dimensi

pertama. Hal ini berarti kita belajar untuk mengalami dan menikmati tubuh

lebih sempurna dan memamfaatkannya dengan lebih efektif dan lebih

mengasihinya. Ini sering melibatkan perhatian atas kebutuhan jasmani

misalnya makan, dan istirahat yang cukup bagi tubuh..

Page 16: BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2971/5/T2... · mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk ... Berdasarkan

• Memperbaharui dan memperkaya hubungan-hubungan dekat. Baik

penyembuhan atau pertumbuhan bergantung pada kualitas hubungan-

hubungan yang penting. Karena itu, penyembuhan yang mencakup hubungan-

hubungan itu dan latihan dan ketrampilan kea rah pertumbuhan adalah

bahagian hakiki dari dari suatu layanan pastoral.

• Membebaskan hubungan manusia dengan lingkunan hidup serta memperluas

kesadaran, juga hubungan erat dan pemeliharaan lingkungan oleh menusia.

• Pembebasan, penyembuhan dan pertumbuhan lembaga-lembaga dan

masyarakat. Pengembalaan dan konseling pastoral sepatutnya mencakup

membangkitkan kesadaran orang untuk melihat akar-akar social dari rasa

sakit dan kehancuran mereka secara individual, serta akar-akar social untuk

merintangi pertumbuhan mereka.

• Pertumbuhan rohani yang berkaitan dengan ke lima demensi terdahulu, dan

merupakan ikatan yang mempersatukan keseluruhan demensi lainnya.

Dari keenam aspek yang telah ditunjukan di atas, maka idealnya pengungsi

Buru sebagai korban dari konflik sosial yang terjadi di Buru Utara harus bisa

bertumbuh sesuai dengan ke enam aspek tersebut. Karena disitulah konseling

pastoral menjadi suatu tindakan penggembalaan yang efektif dan fungsional

Dalam pelayanan-Nya Yesus mengutus manusia sebagai alat kesaksian-Nya,

mereka adalah ke-12 murid (Lukas 10:1) dan diteruskan oleh kita semua. Pada

masa kini yang mengemban tugas pelayanan ini adalah pendeta, bishop, uskup,

imam, penatua, penginjil dan pengkhotbah. Bukan nama atau jabatan yang

penting disini melainkan tugas yang diemban dan dipercayakan. Mereka diutus

untuk bersaksi tentang Allah dan untuk menyatakan “tahun rahmat Tuhan” karena

Page 17: BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2971/5/T2... · mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk ... Berdasarkan

kerajaan Surga sudah dekat. Kerajaan Allah yang dimaksudkan adalah kerajaan

yang membawa kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus (Roma

14:17) yang ditemukan dalam Gereja. Tugas itu bukan hak milik pribadi

melainkan kepada gereja dalam perluasan kerajaan Allah.

Ada dua motif Alkitabiah layanan pastoral. Yaitu motif Hamba dan Gembala;

• Motif hamba

Imam, Nabi, Raja, menurut Perjanjian Lama hanyalah alat atau sarana

hamba Allah. Hal ini sama dengan pelayanan Yesus pada zaman Perjanjian Baru

(Filipi 2 : 7-8).1 Pelayan (pendeta dan majelis jemaat) merupakan hamba Allah

yang diharuskan untuk tetap taat pada Allah sebagai tuannya. Wujud ketaatan

kepada Allah dinyatakan di dalam sikap hidup, di mana siap melakukan kehendak

Allah dan terus meyatakan kasih-Nya bagi dunia. Ketika konsep ini dibawa dalam

konteks disiplin gereja, maka pendeta dan para perangkat pelayan adalah

merupakan hamba Allah yang memiliki tanggung jawab untuk tetap taat untuk

menyampaikan dan menunjukan kasih Allah bagi semua orang. Bukan saja orang-

orang bernar, tetapi juga memereka-mereka yang jauh dari Allah.

• Motif gembala

Sistem pastoralia teologis dibangun atas dasar gembala. Karakter Allah

dilihat lebih kuat sebagai gembala (Yes. 40:1-11) yang memimpin , memberi

makan, mendisiplin dan melindungi umat-Nya. Selain sifat yang ditunjukan Allah

ini, para pelayan juga semestinya menunjukan ketrampilan pendidikan, status,

tetapi juga mempelajari peraturan-peraturan yang ada dan belajar menganalisa

situasi dan keadaan warga jamaat dalam bidangnya. Yesus dalam karya-Nya hadir

1 Mesack Krisetya, Diktat Konseling Pastoral; hlm. 2-3

Page 18: BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2971/5/T2... · mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk ... Berdasarkan

dan memberi resolusi nilai kepemimpinan baru. Ia mengukur kebesaran seseorang

dari sudut kualitas moral palayanan berdasarkan pada ketaatan Firman Tuhan.2

Seorang Pelayan mesti memulai pelayanannya dengan mendengar kehendak

Allah karena Allahlah yang memanggil. Dengan demikian pendeta atau pelayan

itu harus memiliki pengakuan akan Allah sehingga tugas itu dilakukan dengan

ketulusan hati. Kasih inilah yang mesti menjadi sesuatu yang utama dalam

pelayanan. Selain itu, para pelayan tidak mempunyai hak-hak khusus atau

kekuasaan selain malayani Tuhan-Nya. Sehingga tidak perlu mencari-cari puji-

pujian atau penghormatan dari manusia. Menurut Pdt.Richard Baxter yang

menulis di abad ke-17, pendeta mesti mampu hadir dalam kesulitan-kesulitan,

rendah hati, mampu hadir dalam keadaan-keadaan yang berkekurangan, bijaksana,

lembut, setia, tekun, serius, mampu member jalan keluar yang terbaik bagi semua

orang. Pendeta mesti hadir dengan warna cinta, sabar, dan teliti, tekun

mandapatkan persatuan dan pendamaian gereja. termasuk mengembalikan orang-

orang berdosa ke jalan yang dikehendaki Allah

Karakteristik personal yang perlu diperhatikan untuk membantu

memersiapkan diri penolong orang lain adalah sebagai berikut: keaslian

menolong, berpikir jernih dan positif, nalar yang baik, kesadaran diri, kehanyatan,

sikap tenang, bertanggung jawab, tidak menghakimi, memiliki rasa humor, jujur

dan percaya diri, menghargai orang lain dan terbuka, rajin, dapat menyimpan

rahasia, rendah hati, organisator yang baik, memiliki visi dan misi yang jelas serta

disiplin. Pelayanan adalah tugas semua orang, namun disadari bahwa ada

perbedaan dalam tugas dan tanggung jawab serta peran masing-masing orang

2 Mesack Krisetya, Diktat Konseling Pastoral; hlm 2-3

Page 19: BAB IV ANALISIS HOLISTIK (MENYELURUH) DAN …repository.uksw.edu/bitstream/123456789/2971/5/T2... · mengungkapkan antara lain, bahwa kecendrungan permasalahan manusia untuk ... Berdasarkan

sesuai dengan apa yang telah ditetapkan Allah. Dengan begitu, jika salah satu

anggota tubuh tidak berfungsi maka akan terjadi ketidak sempurnaan dalam

manjalankan tugas yang diemban. Meski dipahami bersama bahwa gereja adalah

persekutuan orang kudus yang saling menolong, melayani dan mendukung.

Tugas serta karakter dari seorang pelayan seperti yang ditunjukan di atas

merupakan hal-hal yang mestinya dimiliki oleh para pelayan. karakter para

pelayan kemudian sangatlah berpengaruh pada proses pelayanan yang dilakukan.

Kesadaran sebagai hamba yang melayani dan gembala yang memulihkan dari

seorang pelayan, seperti yang dijelaskan akan berdampak pada proses pelayanan

yang dilakukannya. Konsep hamba dan gembala dan berbagai karakter yang boleh

ditampilkan dan ditawarkan kepada pada pelayan akan memungkinkan lahirnya

suatu motifasi yang kuat dalam melayani.