Upload
nessa
View
254
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
hasil dan kesimpulan
Citation preview
30
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1 Analisa Univariat
Analisa ini dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi dan
persentase dari variabel faktor resiko penderita Sirosis Hepatis di RSUD
Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2013.
a. Umur
Tabel 4.1Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan umur pada penderita Sirosis
Hepatis di RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2013.
NO Umur Frekuensi Persentasi %1 ≥ 40 tahun 41 83.72 < 40 tahun 8 16.3
Total 49 100%
Berdasarkan tabel 4.1 dari 49 responden didapatkan data pasien yang
memiliki umur diatas 40 tahun sebanyak 41 orang (83.7%) dan yang
dibawah 40 tahun sebanyak 8 orang (16.3 %).
≥ 40 tahun < 40 tahun0
1020304050 41
8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur
Frekuensi
31
b. Jenis Kelamin
Tabel 4.2Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada penderita Sirosis Hepatis di RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi
Lampung tahun 2013NO Jenis Kelamin Frekuensi Persentasi %1 Laki-laki 36 73.52 Perempuan 13 26.5
Total 49 100%
Berdasarkan tabel 4.2 dari 49 responden didapatkan data pasien yang
memiliki jenis kelamin laki-laki sebanyak 36 orang (73.5%) dan yang
berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 orang (26.5 %).
Laki-laki Perempuan05
10152025303540
36
13
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Frekuensi
c. Riwayat Hepatitis
Tabel 4.3Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan riwayat hepatitis pada
penderita Sirosis Hepatis di RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2013
NO Riwayat Hepatitis Frekuensi Persentasi %1 Ada 46 93.92 Tidak ada 3 6.1
Total 49 100%
32
Berdasarkan tabel 4.3 dari 49 responden didapatkan data pasien yang
memiliki riwayat hepatitis sebanyak 46 orang (93.9%) dan yang tidak
memiliki riwayat hepatitis sebanyak 3 orang (6.1 %).
WHO Category 2
Category 3
Series 1
Series 1
Ada Tidak ada0
1020304050
46
3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Hepatitis
Frekuensi
d. Mengalami Asites
Tabel 4.4Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan ada tidaknya asites pada
penderita Sirosis Hepatis di RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2013
NO Asites Frekuensi Persentasi %1 Ada 45 91.82 Tidak ada 4 8.2
Total 49 100%
33
Berdasarkan tabel 4.4 dari 49 responden didapatkan data pasien yang
mengalami asites sebanyak 45 orang (91.8%) dan yang tidak memiliki
asites sebanyak 4 orang (8.2 %).
Ada Tidak ada0
10
20
30
40
5045
4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Ada Tidaknya Asites
Frekuensi
e. Mengalami Hepatomegali
Tabel 4.5Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan ada tidaknya Hepatomegali
pada penderita Sirosis Hepatis di RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Provinsi Lampung tahun 2013
NO Hepatomegali Frekuensi Persentasi %1 Ada 28 57.12 Tidak ada 21 42.9
Total 49 100%
Berdasarkan tabel 4.5 dari 49 responden didapatkan data pasien yang
mengalami Hepatomegali sebanyak 28 orang (57.1%) dan yang tidak
memiliki Hepatomegali sebanyak 21 orang (42.9 %).
34
Ada Tidak ada0
5
10
15
20
25
3028
21
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Ada tidaknya Hepatomegali
Frekuensi
f. Mengalami Splenomegali
Tabel 4.6Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan ada tidaknya Splenomegali
pada penderita Sirosis Hepatis di RSUD Dr.H.Abdul MoeloekProvinsi Lampung tahun 2013
NO Splenomegali Frekuensi Persentasi %1 Ada 37 75.52 Tidak ada 12 24.5
Total 49 100%
Berdasarkan tabel 4.6 dari 49 responden didapatkan data pasien yang
mengalami Splenomegali sebanyak 37 orang (75.5%) dan yang tidak
mngalami splenomegali sebanyak 12 orang (24.5 %).
Ada Tidak ada05
10152025303540
37
12
Distribusi Frekuensi Responden Berdadsarkan Ada Tidaknya Splenome-
gali
Frekuensi
g. Mengalami Ikterus
35
Tabel 4.7Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan ada tidaknya Ikterus pada
penderita Sirosis Hepatis di RSUD Dr.H.Abdul MoeloekProvinsi Lampung tahun 2013
NO Ikterus Frekuensi Persentasi %1 Ada 46 93.92 Tidak ada 3 6.1
Total 49 100%
Berdasarkan tabel 4.7 dari 49 responden didapatkan data pasien yang
mengalami Ikterus sebanyak 46 orang (93.9.5%) dan yang tidak
memiliki Ikterus sebanyak 3orang (6.1 %).
Ada Tidak ada0
1020304050
46
3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasdarkan Ada Tidaknya Ikterus
Frekuensi
4.2. Pembahasan
a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan umur pada penderita
Sirosis Hepatis
Dari penelitian diatas didapatkan hasil bahwa penderita sirosis
hepatis di RSUD Dr.H.Abdul moeloek rata –rata berumur diatas 40 tahun
sebanyak 41 orang dan sisanya sebanyak 8 orang.
Umur merupakan salah satu sifat karakteristk tentang orang yang
sangat utama. Umur mempunyai hiubungan dengan tingkat keterpaparan,
besarnya resiko serta sifat resistensi. Perbeedaan pengalaman terhadap
36
masalah kesehatan/penyakit dan pengambilan keputusan dipengaruhi oleh
umur individu.15
Sebagian individu tampaknya lebih renasn terhadap penyakit ini
dibandingkan individu lain tanpa ditemukan apaka individu tersebut
memiliki kebiasaan meminum – minuman keras ataukan menderita
malnutrisi. Dan mayoritas pasien sirosis berusia 40 hingga 60 tahun.15
Pada usia diatas 40 tahun penyakit hepatitis yang disebabkan oelh infeksi
virus menyebabkan sel-sel hati mengalami kerusakan sehingga tidak dapat
berfungsi sebagaimana mestinya. Pada umumnya, sel-sel hati dapat
tumbuh kembali dengan sisa sedikit kerusakan, tetapi penyembuhannya
memerlukan waktu berbulan – bulan dengan diet dan istirahat yang baik
sedangkan pada individu dengan umur ≤ 40 tahun yang relatif masih
muda secara psikologis dan biologis keadaan tubuhnya masih kuat, sel –
sel tubuh dan organ – organ tubuh masing berfungsi dengan normal.15
Hasil penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Stanislaus Kristiyanto tahun 2007 yang berjudul “faktor-faktor resiko
kejadian sirosis hati (Studi di ruang penyakit dalam rumah sakit umum
daerah Kota Semarang).Hasil penelitian didapatkan P value = 0.01.
Peneliti menyimpulkan bahwa umur memiliki hubungan dengan kejadian
sirosis hati.15
b. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada
penderita Sirosis Hepatis
37
Dari penelitian diatas didapatkan hasil sebagian bersar responden
yangmengalami sirosis hepatis berjenis kelamin laki-laki sebanyak 15
orang (48.4%).
Sifat keadaan, perbedaan secara biologis antara perempuan dengan
laki – laki sejak lahir, jenis kelamin yang sering terkena penyakit sirosis
hepatitis adalah jenis kelamin laki – laki lebih banyak di bandingkan jenis
kelamin perempuan yakni 1,6 : 1 .15
Laki – laki lebih beresiko terkena penyakit sirosis hepatitis karena
aktivitas pria di luar lebih banyak dibandingkan wanita, sehingga pria
lebih retan terkena kanker hati. Perbandingannya sekitar tiga banding satu
sampai enam banding satu dan biasanya terjadi pada pasien jenis kelamin
laki – laki. Selain banyak melakukan aktivitas di luar, infeksi virus
hepatitis B dan C yang diduga penyebab utama kanker hati ternyata lebih
banyak ditemui pada pria. Sedangkan pada jenis kelamin wanita jarang
mengalami karena wanita selalu hidup sehat seperti olahraga secara
teratur, tidak merokok, dan mengkonsumsi alkohol itulah yang
menyebabkan wanita jarang mengalami penyakit sirosis hepatis.15
Penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri
Maryani Sutadi mengenai sirosis hati dari fakultas kedokteran Universitas
Sumatera Utara menyimpulkan bahwa penderita sirosis hati lebih banyak
ditemukan pada kaum laki-laki jika dibandingkan dengan kaum
perempuan sekitar 1,6 : 1.24
38
c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Hepatitis pada
penderita Sirosis Hepatis
Dari penelitian diatas didapatkan riwayat hepatitis penyebab terbesar
untuk terjadinya sirosis hepatis, didapatkan dari 49 responden 46
responden (93.9%) mengalami sirosis hepatis .
Hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan hati
yang disebabkan oleh virus, bakteri dan obat-obatan.4. Sekitar 25-75%
kasus sirosis memiliki riwayat hepatitis virus sebelumnya. Kasus HCV
merupakan sekitar 25% dari kasus sirosis.18. hepatitis virus B lebih
banyak mempunyai kecenderungan untuk lebih menetap dan
mengakibatkan gejala sisa serta menunjukkan perjalanan yang kronis
dibandingkan HV A. Sekitar 10% penderita hepatitis virus B akut
perkembangannya akan menjadi kronis bahkan dapat menjadi sirosis.
Penderita dengan hepatitis aktif kronis banyak yang menjadi sirosis karena
banyak terjadi kerusakan sel hati yang kronis.21
Menurut hasil penelitian Nur Aisyah di RSUD Dr.Pirngadi Medan
tahun 2002-2006, proporsi penderita sirosis hati dengan riwayat hepatitis
sebanyak 142 orang (56.5%) dari 251 penderita.27
d. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan yang mengalami asites
pada penderita Sirosis Hepatis
Dari penelitian diatas didapatkan sebagian besar responden sirosis
hepatis mengalami asites sebanyak 45 orang (91.8%) dari 49 responden.
39
Penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suyono dkk dari bagian radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret di RSUD Dr. Moewardi Surakarta). Dari 62 pasien yang
mengalami Asites sebanyak 54 orang (87%).31
Asites adalah terjadinya akumulasi cairan yang berlebihan dalam
rongga peritonium. Akumulasi cairan mengandung protein tersebut terjadi
karena adanya gangguan pada struktur hepar dan aliran darah yang
disebabkan oleh inflamasi, nekrosis fibrosis atau obstruksi menyebabkan
perubahan hemodinamis yang menyebabkan peningkatan tekanan limfatik
dalam sinusoid hepar, mengakibatkan transudasi yang berlebihan cairan
yang kaya protein ke dalam rongga peritonium. Peningkatan tekanan
dalam sinusoid menyebabkan peningkatan volume aliran ke pembuluh
limpatik dan akhirnya melebihi kapasitas drainage sehingga tejadi
overflow cairan limpatik kedalam rongga peritonium.25 Cairan asites
merupakan cairan plasma yang mengandung protein sehingga baik untuk
media pertumbuhan bakteri patogen, diantaranya enterobacteriaceae (E.
Coli), bakteri gram negatif, kelompok enterococcus.26
Apabila timbul asites lebih lanjut penderita perlu istirahat di tempat
tidur. Konsumsi garam perlu dikurangi hingga kira-kira 0,5 gr perhari
dengan total cairan yang masuk 1,5 liter per hari. Penderita diberi obat
diuretic dital yaitu spironolakton 4 x 25 g per hari. Yang dapat dinaikkan
sampai dosis total 800 mg per hari. Bila perlu penderita diberikan obat
diuretic loop yaitu Furosemid dan dilakukan koreksi kadar albumin di
dalam darah.26
40
e. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan yang mengalami
Hepatomegali pada penderita Sirosis Hepatis
Dari penelitian diatas pasien yang mengalami hepatomegali sebanyak
28 rang (57.1%) dari 49 responden yang ada.
Penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suyono dkk dari bagian radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret di RSUD Dr. Moewardi Surakarta). Dari 62 pasien yang
mengalami hepatomegali (pembesaran hat) sebanyak 28 orang (45%),
normal sebanyak 8 orang (13%) dan yang mengecil sebanyak 26 orang
(42%). 31
Hepatomegali Pembesaran Hati adalah pembesaran organ hati yang
disebabkan oleh berbagai jenis penyebab seperti infeksi virus hepatitis,
demam tifoid, amoeba, penimbunan lemak (fatty liver), penyakit
keganasan seperti leukemia, kanker hati (hepatoma) dan penyebaran dari
keganasan (metastasis). Keluhan dari hepatomegali ini gangguan dari
sistem pencernaan seperti mual dan muntah, nyeri perut kanan atas, kuning
bahkan buang air besar hitam. Pengobatan pada kasus hepatomegali ini
berdasarkan penyebab yang mendasarinya.29
Apabila dokter sudah mendiagnosis Anda mengalami pembesaran
hati, mungkin Anda direkomendasikan untuk melakukan beberapa tes atau
pengecekan seperti di bawah ini:29
1. Tes darah: Sebuah sampel darah diuji di laboratorium untuk
menentukan tingkat enzim hati. Hasil dari tes ini juga dapat
41
menunjukkan kondisi organ hati Anda, apakah hati Anda sehat atau
tidak. Selain itu, virus penyebab pembengkakan hati, seperti virus
hepatitis dapat diidentifikasi melalui tes ini.
2. Tes pencitraan dengan melakukan computerized tomography (CT)
scan, USG, atau magnetic resonance imaging (MRI).
3. Magnetic resonance elastography: Tes ini menggunakan gelombang
suara untuk menciptakan peta visual (elastogram) dari kekakuan
jaringan organ hati. Jenis tes ini dapat menjadi alternatif untuk biopsi
hati.
f. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan yang mengalami
Splenomegali pada penderita Sirosis Hepatis
Dari hasil penelitian diatas dari 49 responden yang mengalami
slenomegali sebanyak 37 orang (75.5%) lebih banyak dari yang tidak
mengalami sebanyak 12 orang (24.5%)
Penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suyono dkk dari bagian radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret di RSUD Dr. Moewardi Surakarta). Dari 62 pasien yang
mengalami splenomegali sebanyak 46 orang (74%), dan yang tidak
sebanyak 16 orang (26%).31
Splenomegali atau Pembesaran limpa merupakan temuan patologi
yang umum dan penting. Pembesaran pada pulpa merah terjadi karena
adanya peningkatan jumlah sel-sel fagosit dan atau peningkatan jumlah sel
darah. Pada infeksi yang bersifat kronis, hiperplasia jaringan limfoid dapat
42
ditemukan. Terdapat 5 penyebab terjadinya pembesaran limpa
(splenomegali), yaitu: Infeksi, Gangguan Sirkulasi, Degenerasi dan
Storage Disease, Neoplasma/tumor, Kelainan Sel Darah.29
Jika limpa membesar (splenomegali), kemampuannya untuk
menangkap dan menyimpan sel-sel darah akan meningkat. Splenomegali
dapat menyebabkan berkurangnya jumlah sel darah merah, sel darah putih
dan trombosit dalam sirkulasi. Jika limpa yang membesar menangkap
sejumlah besar sel darah yang abnormal, sel-sel ini akan menyumbat limpa
dan mengganggu fungsinya. Proses ini menyebabkan suatu lingkaran
setan, yaitu semakin banyak sel yang terperangkap dalam limpa, maka
limpa akan semakin membesar; semakin membesar limpa, maka akan
semakin banyak sel yang terperangkap.29
Jika limpa terlalu banyak membuang sel darah dari sirkulasi
(hipersplenisme), bisa timbul sejumlah masalah, seperti:
- anemia (karena jumlah sel darah merah berkurang)
- sering mengalami infeksi (karena jumlah sel darah putih berkurang)
- kelainan perdarahan (karena trombosit berkurang).
Pada akhirnya limpa yang sangat membesar juga menangkap sel darah
merah yang normal dan menghancurkannya bersama dengan sel-sel yang
abnormal. 29
g. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan yang mengalami ikterus
pada penderita Sirosis Hepatis
43
Dari penelitian diatas didapatkan responden yang mengalami ikterus
sebanyak 46 orang dari seluruh responden.
Penelitian diatas sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh
Suyono dkk dari bagian radiologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret di RSUD Dr. Moewardi Surakarta). Dari 62 pasien yang
mengalami ikterus sebanyak 58 orang (93%).31
Ikterik atau jaundice adalah keadaan dimana jaringan terutama kulit
dan sklera mata menjadi kuning akibat deposisi bilirubin yang berdiffusi
dari konsentrasinya yang tinggi didalam darah. Ikterus yang ringan dapat
dilihat paling awal pada sclera mata, dan ini terjadi kalau konsentrasi
bilirubin sudah berkisar antara 2 – 2,5 mg/dL (34 – 43 umol/L) jika ikterus
sudah jelas dapat dilihat dengan nyata maka bilirubin sudah mencapai 7
mg%. Warna tersebut timbul akibat penimbunan pigmen bilirubin indirek
yang larut dalam lema kulit. Organ utama yang berperan dalam masalah
ini adalah hati. Langkah pertama pendekatan diagnosis pasien dengan
ikterus ialah melalui anamnesis, pemeriksaan fisik yang teliti serta
pemeriksaan faal hati. Pada dasarnya penatalaksanaan pasien dengan
ikterus obstruktif bertujuan untuk menghilangkan penyebab sumbatan atau
mengalihkan aliran empedu. Dapat berupa pembedahan sesuai etiologi dari
ikterus. Jika terapi tidak adekuat, maka komplikasi yang dapat terjadi pada
pasien ini adalah gagal hati, sirosis hati, diare, pruritus, koagulopati,
sindroma malabsorpsi, gagal ginjal, hiperkolesterolemia, dan defisiensi
vitamin K.30
44
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data hasil penelitian mengenai gambaran klinis dan
faktor resiko penerita sirosis hepatis di RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Bandar
Lampung tahun 2013 diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
45
1. Didapatkan hasil bahwa penderita sirosis berdasarkan faktor resiko yakni
umur diatas 40 tahun 83,7% dan sisanya dibawah 40 tahun,jenis kelamin
sebagian besar pada laki-laki 73,5% dan sisanya perempuan,untuk riwayat
hepatitis lebih banyak yakni 93,9% dan sisanya tidak mempunyai resiko
hepatitis
2. Didapatkan hasil bahwa penderita sirosis hepatis berdasarkan gambaran
klinis yakni asites 91,8% sisanya tidak mengalami asites,hepatomegali
yakni didapatkan 57,1% dan sisanya tidak mengalami hepatomegali,
splenomegali yakni didapatkan 75,5% dan sisanya tidak mengalami
splenomegali, ikterus didapatkan yakni didapatkan 93,9% dan sisanya
tidak mengalami ikterus.
5.2. Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Agar hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi dan daftar kepustakaan
bagi mahasiswa khususnya mahasiswa kedokteran Universitas Malahayati
Bandar Lampung.
2. Bagi Institusi Kesehatan ( RSUD Dr.H.Abdul Moeloek)
Perlunya peningkatan usaha untuk melakukan edukasi yang secara cermat
dan lebih teliti kepada penderita sirosis hepatis mengenai pentingnya
menigkatkan kepatuhan seta perlunya meningkatkan penjelasan yang lebih
detail dan secara lebih sederhana kepada penderita sehingga penderita
lebih mengerti dan mudah untuk mengaplikasikannya.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
46
Diharapkan mampu untuk menjadi dasar, pondasi dan bahan rujukan untuk
dilakukan penelitian – penelitian lainnya yang mampu memberikan
manfaat bagi penderita sirosis hepatis
http://www.budilukmanto.org/index.php/sirosis-hepatis/41-sirosis-hepatis/64-
seputar-hepatitis
suyono, sofiana, heru, novianto, musrifah (bagian radiologi fakultas
kedokteran univeristas sebelas maret /RSUD Dr. Moewardi Surakarta) Cermin
kedokteran , No. 150. 2006
47