8
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deteksi Karbohidrat 4.1.1 Pengamatan Mikroskopis Sampel yang digunakan untuk praktikkum ini, ialah bawang merah dan kentang. Sesuai dengan literatur yang digunakan bahwa jika sampel mengandung karbohidrat akan terdapat warna ungu atau biru tua pada sel. Gambar 4.1.1 Sel bawang merah yang telah ditetesi lugol Perbesaran mikroskop yang digunakan untuk mengamati sel bawang merah ini adalah 100x. Pada sel bawang merah tidak terlihat bulatan ungu atau biru kehitaman. 10

BAB IV - DONE-1

Embed Size (px)

DESCRIPTION

makalah

Citation preview

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deteksi Karbohidrat4.1.1 Pengamatan MikroskopisSampel yang digunakan untuk praktikkum ini, ialah bawang merah dan kentang. Sesuai dengan literatur yang digunakan bahwa jika sampel mengandung karbohidrat akan terdapat warna ungu atau biru tua pada sel.

Gambar 4.1.1 Sel bawang merah yang telah ditetesi lugol

Perbesaran mikroskop yang digunakan untuk mengamati sel bawang merah ini adalah 100x. Pada sel bawang merah tidak terlihat bulatan ungu atau biru kehitaman. Berdasarkan literatur kandungan karbohidrat pada bawang merah lebih rendah dibanding dengan kentang. Kandungan karbohidrat pada bawang merah adalah sekitar 9.34g dari 100g bawang merah. Pada praktikkum terlihat bahwa sel bawang yang telah ditetesi lugol berwarna kuning kecoklatan dan transparan. Dengan dilakukan penambahan lugol hanya membantu memperjelas gambar dari sampel dan tidak menunjukkan adanya karbohidrat karena lugol tidak memperlihatkan perubahan warna menjadi ungu atau biru kehitaman. Seharusnya mungkin terdapat sedikit bulatan ungu, karena kandungan nutrisi karbohidrat dari bawang merah lebih dominan dibandingkan lemak dan protein. Tidak terlihatnya bulatan ungu mungkin dikarenakan perbesaran yang digunakan terlalu kecil, dan irisan bawang mungkin sedikit terlalu tebal, sehingga penyerapan lugol tidak begitu maksimal.

Gambar 4.1.2 Sel kentang yang telah ditetesi lugol

Perbesaran yang digunakan dalam praktikkum ini adalah 400x. Berbeda dengan sel bawang merah pada sel kentang terlihat jelas bulatan bulatan ungu akibat reaksi dari lugol yang bertemu dengan karbohidrat. Berdasarkan literatur juga bahwa kentang merupakan sumber karbohidrat sehingga uji karbohidrat dengan penggunaan lugol bersifat positive, terjadi perubahan warna larutan lugol yang awalnya berwarna kuning kecoklatan menjadi ungu. Kandungan karbohidrat pada kentang, yaitu 19,1g dari 100g kentang. Terbentuknya warna ungu setelah pemberian lugol disebabkan oleh iodine yang bereaksi dengan pati (struktur lingkar polisakarida).4.1.2 Pengamatan Non MikroskopisSampel yang digunakan dalam pengamatan ini adalah tepung kanji/pati yang diencerkan dalam akuades agar mempermudah pengamatan warna biru kehitaman yang dihasilkan saat direaksikan dengan larutan Lugol. Bila sampel positif mengandung karbohidrat (amilum), maka sampel akan menghasilkan kompleks warna biru kehitaman karena ion I3- yang diserap helix-helix (ruang terbuka dalam struktur molekul amilum). Penambahan NaOH dapat menyebabkan hidrolisis ikatan glikosida pada amilum sehingga memecah molekul amilum dan menyebabkan Iodine yang terserap di helix-helix amilum terlepas dan warna biru kehitaman hilang. Pemanasan juga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan hidrolisis pada amilum dan akan merusak struktur amilum sehingga tidak mampu lagi menyerap I3- di helix-helix amilum, warna biru kehitaman pun akan hilang. Pemanasan meningkatkan energi kinetik molekul-molekul dalam larutan sehingga dapat menimbulkan susunan acak pada struktur amilum dan pada akhirnya rongga-rongga yang menjadi tempat penyerapan Iodine berubah bentuk dan tidak dapat lagi menghasilkan warna biru karena Iodine dilepas saat struktur amilum berubah. Dijelaskan dalam teori bahwa hidrolisis amilum tersebut diperkuat apabila berada dalam situasi alkali (basa) dan suhu tinggi. Menurut hasil pengamatan, sampel yang hanya dipanasi membutuhkan waktu sangat lama untuk menghilangkan warna biru. Hal itu disebabkan hidrolisis amilum membutuhkan waktu lama jika hanya mengandalkan satu faktor yakni suhu. Sedangkan sampel yang diberi NaOH membutuhkan sedikit waktu untuk menghilangkan warna biru kehitaman karena pada konsentrasi kecil pati yang sudah diencerkan tersebut akan langsung bereaksi dengan NaOH dan cepat terhidrolisis. Tabung reaksi berisi amilum dan lugol yang dipanasi dalam percobaan masih berwarna biru dan belum sepenuhnya menghilang karena kemungkinan waktu pemanasan yang kurang lama, suhu yang kurang tinggi sehingga energi kinetik molekul kurang mengakibatkan struktur molekul amilum belum berubah sehingga Iodine masih terikat dalam rongga-rongga amilum dan larutan masih berwarna biru, diperkirakan pula terdapatnya kontaminan dalam larutan praktikan. 4.2 Deteksi ProteinPada hasil percobaan dilakukan pengenceran 1:100 terhadap masing-masing sampel putih dan kuning telur agar warna yang dihasilkan tidak terlalu pekat sehingga mempermudah pengujian kualitatif berhubung intensitas warna biru violet yang dihasilkan tergantung pada konsentrasi protein yang berada pada sampel dan reaksi pengikatan Cu2+ dan gugus amino protein. Bila sampel terlalu pekat, maka warna yang dihasilkan akan sulit untuk dianalisis konsentrasi protein antara putih dan kuning telur. Penambahan NaOH pekat bertujuan untuk menciptakan suasana basa yang agar reagen CuSO4 dapat bereaksi dengan gugus CONH- dari protein dan membentuk kompleks warna ungu. Menurut hasil pengamatan, tabung reaksi berisi putih telur dan kuning telur menghasilkan warna ungu artinya terdapat konsentrasi protein cukup tinggi. Warna violet pada sampel putih telur terlihat sedikit lebih ungu dibanding sampel kuning telur, hal ini disebabkan intensitas warna ungu yang dihasilkan ditentukan oleh konsentrasi protein dalam sampel. Konsentrasi protein putih telur lebih tinggi dibanding kuning telur ditunjukkan menurut data pada tabel 2.1, putih telur mengandung 10% protein dari 56,9% bagian telur sedangkan kuning telur hanya mengandung 16% protein dari 32% bagian telur, maka warna ungu reaksi Biuret putih telur yang dihasilkan juga sedikit lebih gelap dari kuning telur. Terdapatnya gumpalan hitam pada hasil uji Biuret diperkirakan merupakan protein yang terdenaturasi sehingga tidak larut dalam air dan membentuk koagulasi. Protein yang terdenaturasi juga tidak dapat bereaksi dengan larutan Biuret karena terjadinya modifikasi struktur pada protein. Protein pada sampel putih dan kuning telur terdenaturasi diperkirakan karena terekspos lingkungan alkali (basa) ataupun suhu yang tidak stabil selama masa persiapan sampel. 4.3 Deteksi Lemak (Grease Spot Test)Setelah dilakukan percobaan pada sampel makanan yang diuji yaitu berupa satu buah kemiri untuk diidentifikasi kandungan lemaknya, ternyata sampel tersebut mengandung lemak. Hal tersebut terbukti berdasarkan hasil uji pengamatan yang telah dilakukan, yaitu dengan membandingkan perubahan tekstur yang terjadi pada sampel kemiri yang sudah dihaluskan dan ditambah beberapa tetes heksana, dengan indikator berupa satu tetes larutan heksana diantara dua buah kertas yang digunakan sebagai media penyerap. Pada kertas pertama dioleskan dengan sedikit sampel kemiri dan kertas kedua ditetesi dengan satu tetes indikator heksana. Setelah diangin-anginkan beberapa menit, terjadi perubahan yang signifikan diantara kedua kertas tersebut. Pada kertas yang ditetesi indikator, setelah beberapa menit sudah tidak ada bekas yang terlihat karena tidak hampir satu menit indikator berupa satu tetes heksana tersebut langsung menguap. Sedangkan pada kertas yang diolesi sampel, setelah beberapa menit masih meninggalkan bekas yang ketika diterawang menimbulkan efek mengkilap dan teksturnya licin cenderung berminyak. Bekas mengkilap / transparan pada kertas yang diolesi dengan sampel menandakan adanya kandungan lipid berupa lemak. Hal tersebut dapat terjadi karena tekstur bekas yang dihasilkan sesuai dengan sifat yang dimiliki oleh lemak. Adanya tekstur mengkilap / transparan merupakan salah satu sifat fisik yang dimiliki oleh lemak. Unsur penyusun lemak berupa atom C, H, O, N, S, dan P ini pun turut mempengaruhi sifat fisik / tekstur yang ada. Selain itu sifat lemak yang tidak mudah menguap juga mempengaruhi timbulnya bekas pada kertas, tidak seperti sifat dari indikator yang digunakan. Indikator heksana yang digunakan merupakan senyawa alkana yang mudah menguap. Indikator yang digunakan sebagai pembanding ini harus memiliki sifat yang dapat larut dengan sampel yang merupakan senyawa non polar. Oleh sebab itu digunakan larutan heksana sebagai pelarutnya karena heksana merupakan hidrokarbon alkana yang termasuk ke dalam salah satu senyawa alifatik. Selain itu heksana juga memiliki tekanan uap murni sebesar 0,198 atm yang akan lebih cepat menguap.

14