24
51 BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) 4.1.1. Letak dan Luas TNKS Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) ditetapkan melalui SK Menteri Pertanian RI No: 736/Mentan/X/1982 dan SK Menteri Kehutanan RI No: 192/Kpts/II/1996 tanggal 1 Mei 1996. TNKS merupakan taman nasional yang terluas di Sumatera, dengan luas 1.372.000 ha, terbentang di empat Provinsi, yaitu Jambi 422.190 ha (40%), Bengkulu 310.910 ha (21%), Sumatera Selatan 281.120 ha (14%), dan Sumatera Barat 353.780 ha (25%), yang mencakup 13 daerah kabupaten/kota, salah satunya adalah Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera Selatan.. Gambar 5. Peta TNKS dan Kabupaten Musi Rawas Gambar 6. Citra Satelit kawasan TNKS wilayah Kabupaten Musi Rawas TNKS merupakan gabungan dari beberapa kawasan cagar alam di Pulau Sumatera. Pada tahun 1926, pemerintah kolonial Belanda menetapkan hutan Lokasi Studi TNKS wilayah Musi Rawas TNKS Kawasan TNKS wilayah Musi Rawas

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN - … · di gugusan Bukit Barisan mulai Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan hingga Bengkulu, mengalokasikan kawasan hutannya dengan berbagai

  • Upload
    ngodung

  • View
    223

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

51

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1. Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS)

4.1.1. Letak dan Luas TNKS

Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) ditetapkan melalui SK Menteri

Pertanian RI No: 736/Mentan/X/1982 dan SK Menteri Kehutanan RI No:

192/Kpts/II/1996 tanggal 1 Mei 1996. TNKS merupakan taman nasional yang

terluas di Sumatera, dengan luas 1.372.000 ha, terbentang di empat Provinsi, yaitu

Jambi 422.190 ha (40%), Bengkulu 310.910 ha (21%), Sumatera Selatan 281.120

ha (14%), dan Sumatera Barat 353.780 ha (25%), yang mencakup 13 daerah

kabupaten/kota, salah satunya adalah Kabupaten Musi Rawas Provinsi Sumatera

Selatan..

Gambar 5. Peta TNKS dan Kabupaten Musi Rawas

Gambar 6. Citra Satelit kawasan TNKS wilayah Kabupaten Musi Rawas

TNKS merupakan gabungan dari beberapa kawasan cagar alam di Pulau

Sumatera. Pada tahun 1926, pemerintah kolonial Belanda menetapkan hutan

Lokasi Studi TNKS

wilayah Musi Rawas

TNKS

Kawasan TNKS

wilayah Musi Rawas

52

yang ada wilayah Sumatera bagian tengah yang berada di sisi barat sebagai

kawasan lindung. Masyarakat setempat mengenalnya sebagai hutan batas

Bosswesen (BW). Sampai setengah abad kemudian, kawasan hutan di pulau

Sumatera digolongkan ke dalam berbagai status. Beberapa Provinsi berdasarkan

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), telah menetapkan kawasan yang berada

di gugusan Bukit Barisan mulai Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan hingga

Bengkulu, mengalokasikan kawasan hutannya dengan berbagai status. Pola

pengelolaan kawasan yang dikembangkan kemudian berbeda satu sama lain,

sesuai status dan peruntukannya.

TNKS merupakan gabungan dari beberapa fungsi hutan, antara lain cagar

alam, suaka margasatwa, hutan wisata, hutan lindung dan hutan produksi, serta

memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi. Secara ekologis TNKS mempunyai

tipe ekosistem yang lengkap mulai dari hutan hujan dataran rendah, hutan hujan

pegunungan, vegetasi Alpin, sampai vegetasi sub alpin dengan puncak Gunung

Kerinci sebagai titik tertingginya (3805 mdpl).

Diperkirakan terdapat 4000 jenis tumbuhan, baik yang berbentuk pohon,

perdu maupun liana. Selain mempunyai kayu-kayu yang bernilai tinggi, di

beberapa lokasi terdapat tumbuhan khas antara lain kayu sigi, pinus kerinci,

bunga bangkai, dan raflesia. TNKS juga merupakan habitat berkembangbiaknya

satwa termasuk jenis yang endemik seperti harimau sumatera, badak sumatera,

dan gajah sumatera. Selain sebagai kawasan pelestarian alam yang mendukung

kehidupan berbagai jenis tumbuhan, satwa dan ekosistem, kawasan TNKS juga

memiliki fungsi hidrologis yang sangat penting bagi daerah sekitarnya karena

merupakan daerah tangkapan air seperti: DAS Batang Hari, DAS Indrapura, DAS

Musi, DAS Rawas, dan sungai-sungai lainnya.

4.1.2. Lingkungan Biologi

4.1.2.1. Tipe Ekosistem dan Tipe Vegetasi

Penetapan TNKS sebagai kawasan pelestarian alam terutama didasarkan

atas tingginya keragaman ekosistem serta flora dan fauna yang terkandung

didalamnya. Secara ekologis bentang alam TNKS merupakan kawasan ekosistem

53

asli yang cukup lengkap, mulai dari dataran rendah sampai pegunungan.

Loumonier (1994) mengklasifikasikan hutan TNKS menjadi beberapa bagian:

hutan dataran rendah, hutan bukit, hutan sub-montana, hutan montane rendah,

hutan montane sedang, hutan montane tinggi dan padang rumpu sub-alpine.

Dari klasifikasi hutan itu, Loummonier (1994) menjelaskan potensi keragaman

hayati yang ada didalamnya, yakni seperti pada Tabel 10.

Tabel 10. Tipe Hutan TNKS

-

-

-

-

-

-

-

54

Berdasarkan pembagian wilayah fisiografi; kawasan TNKS terdiri dari 4 (empat)

macam, yaitu: 1) pantai yang sempit di bagian Barat, 2) Bukit Barisan yang memanjang

dari Barat ke laut tenggara dengan sembilan puncak yang tingginya lebih dari 2.400

mdpl, 3) lembah di bagian tengah yang memanjang sejajar dengan Bukit Barisan, dan 4)

daerah kaki bukit di Timur yang melandai ke dataran hampir rata. Dimulai dari kawasan

pantai selebar 5-40 km, kawasan Bukit Barisan yang tinggi muncul dengan ketinggian

rata-rata 2.000 mdpl dan didominasi oleh Gunung Kerinci (3.804 mdpl), Gunung Tujuh

(2.300 mdpl). Danau Gunung Tujuh atau Danau Sagi, dan Gunung Masurai di sebelah

Selatan Lembah Kerinci.

Gambar 7. Keindahan Alam TNKS

4.1.2.2. Jenis Tumbuhan Endemik, Langka dan Unik

Kawasan TNKS memiliki lebih dari 4000 jenis tumbuhan baik yang

berbentuk pohon perdu maupun liana, termasuk 300 spesies anggrek. Di

beberapa lokasi tumbuh jenis-jenis pohon khas yang hanya terdapat di daerah

Kerinci, antara lain: Kayu Sigi atau Pinus Kerinci (Pinus merkusii Strain Kerinci)

dan Kayu Pacar (Harpulia arborea). Jenis-jenis tumbuhan khas lain diantaranya

pembuluh (Histiopteris incisca), Bunga Bangkai (Amorphophalus titanum), dan

Bunga Raflesia (Rafflesia arnoldi). Penelitian Biological Science Club (BScC)

tahun 1993 menemukan di perbatasan TNKS tumbuh setidaknya 115 jenis

tumbuhan obat yang digunakan untuk obat tradisional, kosmetik, bumbu dan obat

anti nyamuk. Gambar 8 menunjukkan beberapa contoh tumbuhan khas dan

langka yang ada di TNKS.

55

Bunga Rafflesia (Rafflesia arnoldi) Kantong semar (Nepenthes sp) Bunga Bangkai (Amorphopalus titanum)

Gambar 8 Jenis-jenis Karagaman Hayati yang dilindungi

Taman Nasional Kerinci Sebelat (TNKS) telah terpilih sebagai lokasi untuk

Proyek Konservasi dan Pembangunan Wilayah Terpadu (Integrated Conservation and

Development Program) karena kawasan ini merupakan Taman Nasional terbesar di

Sumatera dan memilki keragaman hayati yang sangat penting. Khusus untuk Kawasan

TNKS Kabupaten Musi Rawas, penelitian tentang identifikasi jenis tumbuhan telah

dilakukan oleh Vauzia et. al. (1993) di sekitar hutan Napal Melintang. Hasil penelitian

yang dilakukan di Napal Melintang didapatkan 56 jenis tumbuhan yang tergolong

kedalam 25 famili. Dari 56 jenis tumbuhan tersebut, 38 jenis adalah kelompok jenis

pohon dan 18 jenis kelompok vegetasi dasar. (Laporan ICDP-TNKS).

4.1.2.3 Satwa Liar

Hutan hujan dataran rendah di TNKS adalah sedikit dari habitat kaya-akan spesies

yang ada di bumi. Dari semua spesies hutan hujan, 60% terdapat di hutan dataran rendah

di bawah 600 m, dengan kekayaan terbesar di bawah 300 m. Hutan dataran rendah

merupakan habitat kunci bagi beberapa spesies langka dan terancam punah, seperti

harimau, badak Sumatera, gajah, dan tapir. Walaupun banyak spesies hutan dataran

rendah juga terdapat di daerah yang lebih tinggi, spesies tersebut sulit

mempertahankan kelangsungan hidupnya di hutan pegunungan.

TNKS memiliki nilai zoologis yang tinggi dan dihuni oleh banyak satwa

endemik, langka dan terancam punah. Jenis-jenis satwa yang juga merupakan

jenis satwa kharismatik atau “flagship” (unggulan) antara lain Harimau Sumatera

(Panthera tigris sumatrae), Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis), dan

Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus). Jenis satwa lain yang juga

dilindungi diantaranya Siamang (Sympalangus syndactylus), Tapir (Tapirus

56

indicus), Rusa Sambar (Cervus unicolor), Kijang (Muntiacus muntjak),

Napu/Kancil (Tragulus napu), Kambing Hutan (Capricornis sumatrensis) dan

Kelinci Sumatera (Nesologus netscheri).

Pentingnya melindungi kawasan hutan dataran rendah yang cukup untuk

pelestarian flora dan fauna Sumatera tidak dapat diabaikan. Populasi minimum

untuk dapat bertahan hidup adalah 500 ekor. Kebanyakan spesies hutan hujan

tergolong jarang dan kerapatannya rendah. Diperkirakan bahwa jika 10.000 ha hutan

dataran rendah di Sumatera ditebang habis untuk perkebunan kelapa sawit, sejumlah

mamalia berikut akan hilang: 30.000 tupai, 5.000 monyet, 15.000 burung enggang, 900

siamang, 600 ekor ungka (gibbon, 20 harimau, 10 tapir, 10 badak, dan 10 gajah) dan

banyak lagi hewan yang terpengaruh oleh gangguan ini. Gambar 9 menunjukkan

beberapa contoh hewan TNKS yang dilindungi.

Harimau Sumatera (Panthera tigris) Gajah Sumatera (Elephas maximus )

Siamang (Symphalangus syndactylus) Tapir (Tapirus indicus)

Gambar 9. Beberapa Jenis Hewan yang dilindungi di TNKS

57

Untuk spesies burung endemik, dijumpai di TNKS sebanyak 8 species dari

11 species endemik Sumatera, termasuk salah satunya adalah ayam pegar

(Lophura inornata). Otus stresemanni adalah merupakan satu-satunya species

burung hantu yang ada di lembah Kerinci. Sejumlah 352 jenis burung dan 144

jenis mamalia, sehingga juga dikenal sebagai sorga atau kerajaan satwa

Sumatera. Jenis burung langka yang hidup dalam kawasan ini antara lain

Rangkong Badak (Buceros rhinoceros), Enggang/kangkareng (Anthrococeros

confexus), Elang hitam (Ictinaetus malayensis) dan kuau (Argusianus argus).

Selain itu juga terdapat jenis burung yang hidup di TNKS, seperti Ayam hutan

perut merah (Arborophylla rubirostris), Burung daun sayap hijau (Chloropsis

venusta), Kokoa Sumatera (Cochoa beccarii), Paok kepala besar (Pitta

schneideri), dan Merak Sumatera (Polypectron chalcurum).

4.1.3. Manfaat Kawasan

Manfaat tidak langsung kawasan TNKS adalah sebagai penyanggah sistem

kehidupan yang akhirnya bermuara kepada pemenuhan kebutuhan hidup

manusia. Contoh manfaat tidak langsung adalah pembangunan PLTA Kerinci

dan PLTA Danau Tes di Rejang Lebong yang sangat membutuhkan jasa air yang

berasal dari kawasan taman. Sedangkan manfaat langsung, yaitu pemanfaatan

secara lestari sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya, tercantum dalam Tabel

11.

Tabel 11. Pemanfaatan Secara Lestari Sumberdaya Alam Hayati dan

Ekosistemnya

No Jenis pemanfaatan Aktifitas

1 Pemanfaatan kondisi

lingkungan

berupa ekosistem, keadaan iklim, fenomena

alam, kekhasan jenis tumbuhan dan satwa serta

peninggalan budaya;

2 Pemanfaatan jenis

tumbuhan dan satwa

liar

dilakukan dengan memperhatikan

kelangsungan potensial, daya dukung dan

keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa liar.

3 Pemanfaatan untuk

pembangunan irigasi

irigasi baik skala besar maupun skala kecil dan

desa

58

Pemanfaatan langsung kawasan TNKS masih dibatasi pemanfaatan yang

bersifat ekstraktif, seperti kepentingan pariwisata dan rekreasi pada zona tertentu.

Potensi wisata di kawasan dan sekitar taman sangat mendukung, mengingat data

Inter Provincial Spatial Plan dalam draft final Report tahun 1999, menunjukkan

bahwa di dalam dan sekitar TNKS terdapat 92 objek wisata, dan diperkirakan

sekitar 46 objek berada di dalam atau di pinggir kawasan dan sangat potensial

untuk dikembangkan menjadi objek ekowisata dan mendukung pelestarian

kawasan TNKS. Berbagai lokasi objek wisata di kawasan TNKS dapat dilihat

pada Tabel 12.

Tabel 12. Objek Wisata dan Atraksinya di Kawasan TNKS

Lokasi Wisata Atraksi Wisata

Gunung Kerinci

(3.805 m dpl)

gunung tertinggi di Sumatera yang masih aktif, dapat didaki sampai puncak

melalui jalan setapak dari Kersik Tuo selama 12 jam.

Danau Gunung Tujuh

(1.996 m dpl)

merupakan kawah mati yang berisi air tawar seluas 1.000 Ha (panjang 4,5 km

dan lebar 3 km), yang dikelilingi oleh 7 gunung dan meruapakn danau air tawar

tertinggi di Asia

Bukit Tapan, padang

satwa Inum Raya

merupakan padang penggembalaan dan habitat berbagai jenis mamalia besar

(gajah, harimau, rusa, tapir) yang langsung dapat dilihat.

Gunung Seblat (2.383

m dpl)

memiliki fenomena alam yang sangat unik dengan adanya padang-padang

penggembalaan yang luas dengan berbagai jenis primata, terdapat bunga

raksasa Raflesia arnoldi

Bukit Gedang Seblat merupakan habitat badak sumatera, gajah dan harimau. Dapat dicapai dari Muko-muko ke lokasi dengan jalan kaki selama 10 jam.

Rawas Ulu Lakitan memiliki potensi berupa air terjun S. Ampar, air terjun S. Keruh, air terjun S. Kerali, air terjun S. Koten dengan dinding-dinding yang terjal dan arus sangat

Goa Napal Licin dan

Jeram Sungai Rawas

Melihat kompleks goa yang kaya akan stalaktit dan stalaknit serta arung Jeram

yang sangat unik

Wisata budaya Melihat budaya suku Kubu yang masih tradisionil. Adat istiadat tanah Kerinci,

tanah Minangkabau, tanah Bengkulu/Rejang Lebong, serta aspek seni budaya

seperti pesta adat Kerinci (Kenduri Seko), tari-tarian klasik, pakaian adat, serta

pusaka-pusaka adat. Acara pesta adat dilakukan setiap tahun sekali.

Obyek wisata lain di

sekitar kawasan

diantaranya

Taman Pagar Dewa di Bukit Rantau Bitung (Napal Licin) dianggap sebagai

tempat keramat masyarakat, Danau Depati empat, Rawa Bento, Air Panas

Semurup, Air Panas Ketenong, pengambilan emas secara tradisional di

Ketenong, Goa Napal Licin di Kecamatan Rawas Ulu, Pusat latihan gajah

(PLG) di Ipuh, Pusat Kerajinan Tangan Rotan di Sungai Tutung, Kerajinan Batu

Akik di Bengkulu dan Bangko, Pakaian Tradisional di sungai Penuh dan daerah

pesisir. Terdapat kepercayaan masyarakat bahwa di dalam kawasan Taman

Nasional Kerinci Seblat terdapat makhluk dengan ciri-ciri pemalu, berjalan

tegak, tidak berekor dan penuh misteri yang sering disebut sebagai "orang

pendek" dan "sigung" sebagai penguasa hutan.

Sumber: Laporan Study Ekowisata TNKS, 2007

59

4.1.4. Pengelolaan TNKS

Kawasan Taman dikelola oleh unit konservasi di bawah Direktur Jendral PHPA

Departemen Kehutanan. Untuk pengelolaan Taman yang sebenarnya, ditunjuk seorang

Kepala Taman oleh Direktorat Taman Nasional dan Hutan Wisata, yang pada kenyataan

lebih mementingkan perbatasan Taman, misalnya perambahan dan pemukiman, yang

berkaitan dengan pemerintah propinsi, kabupaten dan lokal. Kenyataan bahwa

perbatasan Taman belum sepenuhnya dikukuhkan, dan dalam sejumlah lokasi masih

diperdebatkan, merupakan faktor yang kompleks.

Sejak Taman diusulkan pada tahun 1982, PHPA mengusulkan kegiatan proyek

Taman dengan dana terbatas, sedikit karyawan dan sumber daya. Pada tahun 1983,

kantor proyek TNKS dibangun di Sungai Penuh Kabupaten Kerinci Provinsi Jambi ntuk

mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan tersebut. Sekarang ini, staf BKSDA yang berada

di lapang berjumlah 67 penjaga terbagi pada 32 pos jaga; karyawan kantor yang jumlah

begitu banyak sampai 325 orang. Berhubung kebanyakan pos jaga berada jauh dari

kantor Taman dan sulit dicapai dengan kendaraaan, patroli, dan kegiatan pengamanan

jarang dilaksanakan. Untuk penegakan hukum, penjaga lapangan sangat bergantung pada

bantuan pemerintah daerah; mobilisasi bantuan ini merupakan proses yang lamban dan

biasanya kerusakan telah parah sebelum ada tindakan . Kepala Taman dibantu oleh

empat wakil yang berkantor di Sub-Balai KSDA di bawah pengawasan Kantor Wilayah

Kehut, sebagai berikut (Lihat Juga Gambar 12.

- 1 (satu) Kepala Balai Besar TNKS di Sungai Penuh

- 1 (satu) Kepala Bagian Tata Usaha dengan 3 (tiga) Sub Tata Usaha ( Umum,

Perencanaan dan kerjasama, Data Evaluasi pelaporan dan Humas)

- 4 (empat) bidang (Teknis Konservasi TNKS di Sungai Penuh, Pengelolaan

Balai TNKS Wilayah I Jambi di Bangko, Pengelolaan TNKS Wilayah II

Sumatera Barat di Solok, Pengelolaan TNKS Wilayah III Sumsel dan

Bengkulu di Curup)

- 8 (delapan) seksi (Seksi Pemanfaatan dan Pelayanan di Sungai Penuh, Seksi

Perlindungan, Pengawetan dan Perpetaan di Sungai Penuh, Seksi Pengelolaan

Wilayah I di Kayu Aro, Seksi Pengelolaan Wilayah II di Muara Bungo, Seksi

Pengelolaan Wilayah III di Painan, Seksi Pengelolaan wilayah IV di Sangir,

Seksi Pengelolaan Wilayah V di Lubuk Linggau dan Seksi Pengelolaan TNKS

wilayah VI di Arga Makmur)

60

- Kelompok Jabatan Fungsional yang terdiri dari Polisi Kehutanan (Jagawana),

Teknisi Kehutanan Bidang Konservasi Jenis dan Sumberdaya Alam Hayati,

dan Teknisi Kehutanan Bidang Bina Wisata Alam.

Gambar 10. Struktur Organisasi Pengelola TNKS

Dari berbagai informasi teridentifikasi beberapa kelemahan dalam

pengelolaan, yang selanjutnya menimbulkan permasalahan-permasalahan dan

kerusakan di dalam kawasan TNKS seperti perambahan hutan, penebangan liar,

penyerobotan hutan, perburuan liar, dan penambangan emas. Kelemahan-

kelemahan tersebut meliputi: 1) bentuk bentang alam kawasan TNKS yang

memanjang (Narrow Elongated Shape), keadaan kawasan dengan garis dan

daerah batas yang panjang dan luas membuka kemungkinan dan kesempatan

yang luas bagi terjadinya tekanan dan gangguan dari luar kawasan ke pusat-pusat

hutan yang merupakan zona inti; 2) terjadi gangguan dan tekanan dari

masyarakat sekitar kawasan yang didorong oleh kondisi sosial, ekonomi, dan

budaya mereka, terlebih pada kondisi krisis saat ini; 3) adanya aktivitas

pertambangan di dalam kawasan TNKS; 4) kerusakan hutan lindung dan hutan

produksi yang merupakan daerah penyangga perluasan habitat dan sosial dari

61

Taman Nasional; 5) masih lemahnya koordinasi dengan pihak dan instansi

terkait, terutama di tingkat daerah yang mendorong terjadinya benturan

kebijaksanaan; dan 6) pemekaran wilayah, terutama daerah kabupaten yang

memiliki sumberdaya alam terbatas menjadi ancaman dan potensi dilakukannya

eksploitasi TNKS.

4.2. Karakteristik Perdesaan Lokasi Penelitian

4.2.1. Fisik Geografis dan Lingkungan Perumahan

4.2.1.1. Keadaan Tanah

Berdasarkan hasil observasi lapangan pada bulan Januari 2009, desa dengan

wilayah paling luas adalah Napal Licin dengan jenis tanahnya podsolik merah

kuning dengan kelembaban yang tinggi, sedangkan keadaaan tanah desa lainnya

dapat di lihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Keadaan Tanah

No Desa Luas Wilayah

(km2)

Keadaan tanah

Jenis Kondisi

1 Pasenan 28 Lempung Lembab, subur untuk semua jenis tanaman

2 Batu Gane 21 Lempung berpasir hampir semua jenis tanaman dapat tumbuh subur

3 Napal Melintang

20 Lempung berpasir tanahnya subur,dikelilingi perbukitan

4 Napal Licin 38,73 Podsolik merah kuning

kelembanban tinggi,daerah subur, menarik daerah lain untuk datang dan berkebun

Sumber: Profil Desa, 2009

4.2.1.2. Tataguna Tanah

Berdasarkan hasil penggunaan teknik tataguna tanah, Desa yang memiliki

tata guna tanah paling banyak adalah Desa Pasenan. Desa Pasenan merupakan

desa terluas kedua setelah desa Napal Licin. Desa Pasenan dilalui oleh kawasan

perkebunan dan hutan yang luas. Sedangkan desa dengan sedikit tata guna

lahan adalah desa Napal Licin walaupun desa ini termasuk desa terluas diantara

3 desa lainnya.

Berdasarkan hasil penggunaan teknik tataguna tanah, luas wilayah Desa

Pasenan yaitu 28 kilometer persegi yang terdiri dari tanah perumahan 10 ha,

62

tanah sawah 2 ha, perkebunan rakyat 4.500 ha, tegalan 500 ha, hutan desa

6.500 ha, danau/rawa 300 ha, tanah tandus 300 ha, alang-alang 232 ha, Empang

450 ha, kolam/tebat 2 ha, dan perkuburan 2 ha, dan lapangan 2 ha. Sedangkan

tata guna tanah untuk ke tiga desa lainnya dapat di lihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Penggunaan Lahan di Desa

No Desa Luas

(km2)

Lahan

Permukiman

Sawah/Ladang

/Tegalan

Perkebunan Hutan

Desa

Danau,Kol

am,

Dan lain-

lain

1

2

3

4

Pasenan

Batu Gane

Napal Licin

Napal Melintang

28

21

20

38,73

0,36

0,50

10

0,77

17,87

0

0

7,74

160,7

27

67

16,78

232

0

22,5

0

27,14

0

0

0

10,07

72,5

7

74,65

Sumber: Profile Desa 2009

4.2.1.3. Keadaan Perumahan dan Sanitasi

Keadaan rumah penduduk masih memerlukan peningkatan dihampir seluruh

desa, dengan empat kriteria yaitu rumah panggung, semi permanen, permanen dan

rumah kayu/pondok. Secara keseluruhan jumlah terbesar adalah rumah panggung

yang besarnya mencapai 42,36%, kemudian disusul oleh rumah Gubuk (35,56%),

semi permanen (11,11%) dan terakhir rumah kayu/pondok (10,97%). Seperti pada

dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11. Perumahan Penduduk

Tingkat kesadaran penduduk terhadap kebersihan lingkungan masih sangat

kurang, hal ini terbukti dengan sedikitnya masyarakat menggunakan dan memiliki

WC. Desa yang sama sekali tidak memiliki fasilitas MCK adalah desa Batu gane dan

Napal Melintang. Sedangkan desa Pasenan hanya memiliki fasilitas MCK sebesar

2,39% sedangkan desa Napal Licin sebesar 4,5%. Masyarakat masih menggunakan

Sungai sebagai MCK, seperti Nampak pada Gambar 12.

63

Gambar 12. Aktifitas MCK Masyarakat masih menggunakan Sungai

4.2.1.4. Prasarana dan Sarana

Berdasarkan data yang diperoleh melalui tehnik Peta Pelayanan Sosial yang

dilaksanakan pada bulan Januari 2009, maka sarana dan prasarana yang ada di

empat desa penelitian dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Sarana dan Prasarana

Infrastruktur Desa

Pasenan Batu Gane Napal Melintang Napal Licin

Sarana Transportasi

Darat

Mobil, sepeda, motor

sepeda motor, mobil angkutan hanya 1

mobil dan sepeda sepeda, motor

Transportasi Air

Perahu Ketek perahu(musim hujan) perahu ketek perahu ketek

Pendidikan 1 unit gedung SD 1 unit gedung SD, 1 unit gedung SD 1 unit gedung SD

Olah Raga 1 Lap volly,1 Lap Bulutangkis

1 Lap Volly 1 Lap Volly(di SD) 1 lap Volly

Kesehatan 1 polindes, 1 puskesmas pembantu 1 buah rumah bidan

1 buah rumah bidan desa,

Ibadah 1 masjid,1 musholla

1 masjid ,1 musholla 1 masjid 2 masjid

Penerangan Listrik

4 unit diesel, 13 PLTS, Teplok, lampu petromak

3 diesel,lampu teplok/petromak,Aki,PLTA

2 unit diesel, lampu teplok dan petromak

9 unit diesel, lampu teplok, petromak

Fasilitas Lain 2 mesin penggilingan, 13, warung,balaidesa pasar kalangan

3 mesin penggilingan padi,4 warung,kantor kepala desa

6 mesin penggilingan padi/kopi, kantor Hades, pos kehutanan, balai desa

6 mesin penggilingan padi/kopi, , pos kamling, balai desa

Sumber : Profile Desa 2009

4.2.2. Kondisi Sosial Masyarakat

4.2.2.1. Keadaan Penduduk

Berdasarkan buku profil desa tahun 2009, kelompok umur anak-anak dan

remaja terdapat paling banyak Desa Pasenan dibandingkan 3 desa lainnya,

sedangkan kelompok umur usia kerja terdapat paling banyak Desa Napal Licin. Hal

ini penting bagi pembangunan sumberdaya manusia dalam usaha mempercepat

64

laju pertumbuhan dan perkembangan desa di masa yang akan datang . Untuk

kelompok Lanjut usia hampir merata jumlahnya baik di Desa Pasenan maupun

Napal Licin. Terdapat perbedaan yang cukup signifikan pada kelompok usia 56-60

tahun, dimana Desa Napal melintang menduduki posisi tertinggi sebagai desa

dengan jumlah kelompok usia lanjut terbanyak. Desa Batu Gane mendapatkan porsi

paling sedikit di hampir semua kelompok usia, seperti pada Gambar 13.

Gambar 13. Diagram Jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur

4.2.2.2. Pendidikan

Masyarakat desa sekitar kawasan TNKS, umumnya berpendidikan rendah.

Seperti yang dapat dilihat pada Gambar 14. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa

faktor seperti keterbatasan sarana pendidikan, jarak antara permukiman dengan

fasilitas pendidikan relatif jauh, serta kurangnya kesadaran masyarakat akan

manfaat dan pentingnya pendidikan. Tingkat pendidikan masyarakat ini

selanjutnya dapat dijadikan indikator kualitas sumberdaya manusia di desa sekitar

TNKS atau lebih spesifik lagi dapat menduga tingkat keberdayaan masyarakat di

kawasan ini.

Pada Grafik berikut ini, terlihat bahwa status pendidikan penduduk usia

kerja (15-65 tahun), terbanyak berada pada golongan tidak tamat SD dan tamat SD,

hal ini merupakan kondisi yang buruk. Untuk golongan tidak tamat SD terbanyak

terdapat pada Desa Napal Licin, sedangkan untuk golongan tamat SD terbanyak

terdapat pada Desa Pasenan. Sedangkan status pendidikan tamat S1 merupakan

status pendidikan yang sangat jarang dimiliki oleh ke empat desa tersebut, hanya

65

Desa Napal Licin yang memiliki penduduk berstatus tamat S1 dan itu hanya 1

orang. Kondisi ini dapat menjadi kajian lebih lanjut, betapa masih rendahnya

pendidikan di keempat desa ini. Diagram tingkat pendidikan dapat dilihat pada

Gambar 14.

Gambar 14. Diagram Tingkat Pendidikan

Gambar 15. Diagram Jumlah Penduduk Usia 7-15 Tahun Menurut Keadaan Bersekolah

Kemudian jika kita melihat status pendidikan pada golongan usia sekolah (7-

15 tahun), ternyata seluruh desa memiliki porsi tertinggi pada status pendidikan

sedang SD, dengan jumlah terbanyak terdapat pada Desa Pasenan yang tidak

berbeda jauh dengan Desa Napal Licin, lalu disusul oleh Desa Batu gane dan Napal

66

Melintang. Selanjutnya status kedua tertinggi ada pada golongan yang di drop out

(keluar dari sekolah). Secara umum kodisi pendidikan untuk penduduk usia

sekolah cukup memprihatinkan, hal ini dapat di lihat pada Gambar 15.

4.2.2.3. Kesehatan

4.2.2.3.1. Usia Kawin Pertama

Hasil peta sensus yang dilakukan pada bulan Januari 2009 menunjukkan

bahwa hampir seluruh penduduk pada masing-masing desa, rata-rata memiliki usia

kawin pertama 20 tahun. Berdasarkan Tabel 16 ke empat desa tersebut juga

berpenduduk dengan status belum kawin (53,85%) dan sudah kawin (43,62%),

serta jarang yang menjanda (1,99%) atau duda (0,55%). Desa dengan status

penduduk sudah kawin tertinggi adalah Desa Napal licin dan terendah Desa Batu

Gane. Sedangkan desa dengan status penduduk belum kawin tertinggi terdapat

pada Desa Pasenan disusul oleh Desa Napal Licin, Napal Melintang dan terakhir

Batu Gane. Secara umum dapat dikatakan keadaan status penduduk di tiap-tiap

desa hampir homogen seperti terlihat pada Tabel 16.

Tabel 16 Status Perkawinan Penduduk

Status Pasenan Batu Gane

Napal Melintang

Napal Licin

Total %

Kawin 522 261 303 672 1758 43,62

Belum Kawin 710 374 439 647 2170 53,85

Janda 31 20 13 16 80 1,99

Duda 7 1 5 9 22 0,55

4.2.2.3.2. Partisipasi Masyarakat dalam Program Keluarga Berencana

Dari diagram batang dibawah ini, terlihat bahwa untuk pengguna suntik, Pil

dan Susuk terbanyak adalah wanita di desa Pasenan, untuk pengguna implant

terbanyak adalah wanita di desa Napal melintang. Sedangkan pengguna spiral

dan yang steril sangat jarang di masing-masing desa. Hal ini berarti kesadaran

masyarakat tentang pentingnya pengaturan kelahiran agar kesehatan ibu maupun

anak menjadi lebih baik sudah cukup tinggi. Secara total penggunaan pil

menduduki peringkat terbanyak untuk sebagai alat kontrasepsi yang digunakan

67

oleh wanita di keempat desa tersebut. Selanjutnya disusul oleh penggunaan

implant (28,29%), suntik (20,39%), susuk (15,79%) dan terakhir spiral (3,29%).

Sedangkan masyarakat yang tidak menggunakan alat kontrasepsi adalah sebesar

2,3%. Hal ini sudah menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan dan kesadaran

masyarakat dalam pemilihan dan penggunaan alat kontrasepsi sudah cukup

tinggi, seperti pada terlihat pada Gambar 16.

Gambar 17. Jenis Kontrasepsi dalam Keluarga Berencana

4.2.2.3.3. Angka Kelahiran dan Kematian Bayi

Berdasarakan Data Profil Desa 2009 menunjukkan bahwa Angka

Kematian Bayi di keempat desa masih sangat tinggi. Dari total 80 jiwa kelahiran

, yang terdiri dari 47 laki-laki dan 33 perempuan. Jika dilihat tiap desa, desa

dengan jumlah bayi lahir terbanyak adalah Pasenan yang mendapatkan porsi 40%

dari jumlah kelahiran total, disusul oleh Desa Batu Gane (30%), Napal Melintang

(20%) dan terakhir Napal Licin (10%). Dari 80 jiwa kelahiran sebanyak 23,75 %

ditolong oleh medis, yaitu bidan desa dan 75,25 % ditolong oleh dukun. Angka

kematian bayi masih relatif tinggi, yaitu sebesar 104 per 1000 kelahiran. Desa

yang memiliki persentase kematian bayi terbesar adalah Desa Batu Gane dan

Napal Melintang, kemudian disusul oleh Desa Pasenan dan Napal Licin. Seperti

terlihat pada Tabel 17

68

Tabel 17 Perbandingan Anagka Kelahiran dan Kematian Bayi

Desa Kelahiran Kematian

Lahir Penolong

LK Pr Total Medis Dukun

Total Lk Pr Total

Pasenan 19 13 32 9 23 32 3 - 3

Batu Gane 13 11 24 4 20 24 3 1 4

Napal Melintang

10 6 16 3 13 16 3 1 4

Napal Licin 5 3 8 3 5 8 2 - 2

Total 47 33 80 19 61 80 11 2 13

Persentase 58,75

41,25

100 23,75 76,25 100 84,6 15,4 100

Sumber : Profil desa 2009

Gambar 17. Jumlah Bayi Lahir dan Bayi Meninggal

4.2.2.4. Penyakit Umum yang diderita Masyarakat

Penyakit yang umum berjangkit di ke empat desa ini hampir sama, dengan

keragaman jenis penyakit paling banyak di desa Napal Licin. Umumnya penyakit

kolera biasanya berjangkit pada musim kemarau. Penyakit disentri biasanya

terjadi pada musim hujan karena bersamaan musim buah-buahan yang dikonsumsi

secara berlebihan. Penyakit influenza sangat berkaitan dengan pergantian dari

musim hujan ke musim kemarau atau sebaliknya. Dan detailnya dapat dilihat pada

Tabel 18.

69

Tabel 18. Jenis Penyakit Umum Pada Setiap Desa

Desa Jenis Penyakit umum Waktu berjangkitnya Penyakit

Pasenan muntaber(kolera),disentri, influenza saat musim kemarau,hujan, pergantian musim

Batu Gane muntaber,thypes,demam panas saat musim kemarau,musim buah, pergantian

musim

Napal Melintang Kolera,disentri,demam,flu saat musim kemarau,musim buah, pergantian

musim

Napal Licin kolera (muntaber), demam pansa (influenza),

demam berdarah, cacar, batuk, dan disentri

saat musim kemarau,musim buah, pergantian

musim

4.2.2.5. Alokasi Waktu

Pada umumnya kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat pada keempat desa

ini adalah sama. Baik untuk masyarakat yang masuk ke dalam kategori wanita dan

laki-laki dewasa maupun yang termasuk dalam kategori anak-anak. Mereka akan

memulai aktivitas paling pagi dari pukul 04.00 dan akan mengakhiri aktivitasnya

jika waktu sudah menunjukkan pukul 22.00. Jenis aktivitas yang dilakukan oleh

mereka pun tidak jauh berbeda, wanita dewasa akan membantu suami mereka

yang kebanyakan bekerja di ladang atau kebun serta bagi anak-anak setelah pulang

sekolah akan membantu orang tuanya. Anak laki-laki akan membantu orang tuanya

di kebun atau di ladang, sedangkan anak perempuan akan membantu orang tuanya

di rumah. Aktifitas masyarakat dan anak-anak disore hari dapat dilihat pada

Gambar 18.

Gambar 18. Aktivitas Masyarakat dan Anak-anak

70

4.2.3. Kondisi Perekonomian

4.2.3.1. Mata Pencaharian

Pola hidup masyarakat sekitar kawasan TNKS masih sangat dipengaruhi oleh

kondisi alam setempat dan merupakan masyarakat agraris dengan sektor

pertanian utama adalah perkebunan dan peladang. Di samping itu, masih ada

masyarakat yang mengumpulkan hasil hutan dari dalam kawasan. Mayoritas

penduduk 4 Desa penelitian bekerja di sektor pertanian, yaitu sebesar 91,21%, baik

sebagai pemilik lahan, buruh tani maupun penggarap.

Sistem pengolahan lahan pertanian pada umumnya masih dilakukan dengan

sangat sederhana dan para petani memanen hasil pertaniannya hanya sekali

setahun, kecuali tanaman karet dapat dipanen dalam waktu sepanjang tahun

khususnya dimusim kemarau. Pada waktu menunggu menunggu panen, para petani

mengambil hasil hutan sebagai sampingan. Terlihat dari Tabel 19, desa dengan

persentase terbesar yang penduduknya memiliki pekerjaan pokok sebagai Petani

/Buruh Tani adalah Desa Napal Licin, disusul oleh Napal Melintang, kemudian

Pasenan dan terendah Desa Batu Gane.

Tabel 19. Kepala Keluarga menurut Jenis Pekerjaan Pokok

Jenis Pekerjaan Pokok Pasenan Batu Gane

Napal Melintang

Napal Licin

Total

Petani/Buruh Tani 245 147 301 348 1041

PNS/ Kades/karyawan 2 5 0 3 10

Dagang 11 5 11 10 37

Sopir mobil 3 0 0 0 3

Ojek perahu 1 0 0 0 1

Buruh kayu/ bangunan 8 0 3 0 11

Sumber : Profil desa 2009

Selain itu penduduk desa juga mempunyai pekerjaan sampingan, persentase

terbesar pekerjaan sampingan penduduk adalah menjadi buruh sadap sebesar

40,95%. Persentase jenis pekerjaan penduduk dapat dilihat pada Tabel 20.

71

Tabel 20. Kepala Keluarga menurut Jenis Pekerjaan Sampingan

Jenis Pekerjaan Sampingan

Pasenan Napal Melintang

Batu Gane

Napal Licin

Total

Dagang 16 15 0 5 36

Buruh kayu 18 0 4 0 22

P3N 1 0 0 0 1

Tukang bangunan 11 2 0 4 17

Sopir mobil 1 0 3 9 13

Petani 14 0 0 0 14

Ojek ketek 1 0 0 0 1

Perangkat desa 4 0 0 0 4

Pengrajin anyaman 0 1 0 0 1

Buruh sadap 0 60 0 35 95

Dukun bayi 0 3 2 0 5

Guru 0 0 1 0 1

Ternak 0 0 21 0 21

guru Mengaji 0 0 0 1 1

Sumber : Profil desa 2009

4.2.3.2. Status dan Luas Lahan yang dimiliki oleh Masyarakat

Status garapan lahan pada masyarakat keempat desa tersebut sebagian

besar hak milik pribadi atau warisan dari orang tua. Kepemilikan lahan tersebut

berkisar antara 0,12 ha sampai lebih dari 5 ha. Sebagian besar ditanami padi,

kopi, dan karet. Jumlah rumah tangga petani gurem dengan pemilikan lahan

kurang dari 0,2 ha meningkat dari 10,8% pada tahun 1999 menjadi 33% pada

tahun 2009. Oleh karena itu, dalam kurun waktu sepuluh tahun terjadi

peningkatan persentase rumah tangga tani gurem dari 52,1% menjadi 56,2%.

Masalah tersebut bertambah buruk dengan struktur penguasaan lahan yang

timpang karena sebagian besar petani gurem tidak secara formal menguasai

lahan sebagai hak milik. Masalah lain adalah kurang adanya pengakuan dan

perlindungan terhadap penguasaan tanah yang dikelola oleh para petani.

72

4.2.3.3. Jenis Komoditi yang Diusahakan dan Kalender Kegiatan Pertanian

Desa Pasenan, Batu Gane, Napal Melintang dan Napal Licin merupakan

daerah pertanian. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian di bidang

pertanian, berdasarkan diagram batang di bawah ini terlihat bahwa komoditi

terbanyak adalah karet (34,34%) disusul oleh produk kopi (31,59%) dan padi

(23,45%). Desa Napal Licin merupakan desa produsen terbesar untuk ketiga

komoditi ini. Untuk karet produsen terbesar kedua adalah desa Pasenan kemudian

desa Napal Melintang dan terakhir desa Batu Gane. Data selengkapnya dapat dilihat

pada Tabel 21.

Tabel 21. Jumlah Kepala Keluarga menurut jenis Budidaya Tanaman

Sumber : Profil desa 2009

Gambar 19. Hasil Pertanian di Kawasan TNKS

73

Kegiatan pertanian masyarakat pada keempat desa ini pada umumnya

hampir seragam, dengan tahapan-tahapan yang hamper sama, diawali oleh

pembukaan lahan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 22.

Tabel 22. Kalender Pertanian Masyarakat

Jenis Kegiatan Rincian

Tanaman Padi Ladang, Kopi atau Karet

Empat bulan pembukaan lahan, penyiangan lahan, September sampai November dilakukan penugalan dan dilanjutkan dengan penanaman tanaman padi dan kopi atau padi dan karet. Sistem penanamannya gotong royong/sambatan (upah), pemeliharaan seperti pembersihan gulma, hama dan penyakit bulan November, dan panen pada bulan maret dengan sistem sambatan, dimana panen sekali dlm setahun.

Penyadapan Karet Dilakukan sepanjang tahun, termasuk di musim hujan, asalkan pukul 6.00-12.00 tidak hujan.

Pembasmian Hama/Gulma

Pembasmian hama dan penyakit tanaman, pemupukan dilakukan dari bulan November sampai mendekati panen.

Sumber: Profil Desa, 2009

4.2.3.4. Jenis Ternak yang dimiliki Masyarakat

Masyarakat umumnya memelihara ternak sebagai kegiatan rumah tangga.

Pada diagram dibawah ini, menunjukkan ternak yang terbanyak dipelihara

masyarakat adalah ayam. Desa dengan jumlah ternak ayam terbanyak adalah Desa

Napal Licin, kemudian Desa Pasenan, seperti terlihat pada Tabel 23

Tabel 23. Ternak pada setiap Desa

Jenis Ternak

Pasenan Napal Licin Batu Gane Napal Melintang

Jumlah Ternak

Jumlah KK

Jumlah Ternak

Jumlah KK

Jumlah Ternak

Jumlah KK

Jumlah Ternak

Jumlah KK

Ayam 565 200 276 77 276 77 850 125

Itik 94 26 28 4 28 4 20 4

Entok 15 5 0 0 0 0 15 6

Kambing 29 15 124 27 124 27 50 28

Kerbau 17 10 3 1 3 1 23 19

Sapi 0 0 21 7 21 7 80 34

Sumber : Profil desa 2009

74

4.2.3.5. Tingkat Kemakmuran Masyarakat

Berasarkan hasil diskusi dengan tokoh kunci masyarakat di keempat desa

yang dijadikan objek penelitian, didapatkan empat kriteria dalam menentukan

tingkat kesejahteraan yang ada di desa tersebut. Empat kriteria tersebut meliputi:

1. Kaya, dengan kriteria : Memiliki rumah permanen, kebun karet lebih dari 5 ha,

memiliki mobil/truk, mesin diesel, kulkas, televisi, radio tape, pembangkit

listrik tenaga surya (PLTS), pada umumnya pedagang karet dan memiliki

usaha lebih dari satu.

2. Sedang, dengan kriteria: memiliki rumah permanen/semi permanen, memiliki

kebun karet 2-5 ha, memiliki motor, toko kebutuhan sehari-hari (manisan),

televisi, radio tape/radio, mesin chainsaw (mesin kayu), pembangkit listrik

tenaga surya (PLTS), serta mobil angkutan (angdes).

3. Miskin, dengan kriteria mempunyai rumah panggung, memiliki kebun karet

lebih kurang 1 ha, radio, sepeda, sebagian mempunyai ternak ayam atau

kambing.

4. Sangat Miskin, dengan kriteria: memiliki rumah kayu (pondok)/panggung atau

menumpang pada orangtua atau orang lain, tidak mempunyai lahan, pada

umumnya buruh tani, mata pencarian tidak tetap serta tidak mempunyai harta

benda.

Berdasarkan kriteria yang ada, maka masyarakat dalam keempat desa

tersebut dideskripsikan seperti pada Tabel 24.

Tabel 24. Tingkat kemakmuran masyarakat

Desa Tingkatan (%)

Kaya Sedang Miskin Sangat Miskin

Pasenan 3,35 31,58 23,88 42,19

Batu Gane 4,40 7,89 23,28 64,43 Napal

Melintang 2,61 9,15 31,98 56,25

Napal Licin 2,00 9,76 13,00 75,24 Sumber: Profil Desa, 2009