Upload
lekhuong
View
226
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
48
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan
1. Survei Pendahuluan
Pada tanggal 7 dan 8 April 2010 peneliti melakukan observasi
pembelajaran matematika di kelas VIII-2. Kegiatan ini dilakukan dengan
tujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembelajaran matematika di kelas
tersebut. Adapun hasil observasi pembelajaran di kelas adalah sebagai berikut:
a) Metode yang digunakan guru adalah ekspositori, ceramah, dan
penugasan. Guru menjelaskan materi, dan waktu lebih banyak
dipergunakan untuk mengerjakan soal-soal latihan di LKS sebagai
tugas.
b) Selama proses pembelajaran matematika, siswa terlihat kurang
mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru, kebanyakan siswa
malah mengobrol dengan teman sebangku atau teman belakang tempat
duduknya oleh sebab itu kelas terdengar cukup berisik.
c) Siswa masih merasa takut untuk bertanya dan mengajukan pendapat
tentang materi pelajaran yang tidak dipahami atau belum dipahami
dan banyak yang hanya diam saja.
d) Dari 22 orang siswa hanya 10 orang siswa yang mencatat materi yang
disampaikan guru, sisanya mencatat tetapi tidak lengkap.
e) Siswa terlihat diam saja dengan ekspresi muka yang menunjukkan
bosan dan mengantuk ketika pembelajaran matematika sedang
berlangsung karena selama pembelajaran siswa hanya duduk dan
memperhatikan guru mengajar di depan kelas.
Dokumentasi aktivitas siswa mengerjakan tugas pada penelitian
pendahuluan ini dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
49
Gambar 1
Aktivitas Siswa dalam Pembelajaran Matematika pada Penelitian
Pendahuluan
Pada tanggal 12 April 2010 peneliti memberikan soal tes kemampuan
komunikasi matematik pada pokok bahasan Lingkaran. Materi ini merupakan
materi yang telah diajarkan pada siswa sebelumnya. Kegiatan ini bertujuan
untuk mengukur kemampuan komunikasi matematik siswa. Kemudian setelah
siswa selesai mengerjakan tes kemampuan awal komunikasi matematik,
peneliti mensosialisasikan tentang pembelajaran matematika dengan
menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle dan
bagaimana langkah-langkahnya disertai dengan pembagian kelompok.
Hasil tes awal kemampuan komunikasi matematik siswa pada materi
lingkaran diperoleh nilai rata-rata kelas sebesar 46.75 dengan nilai terendah 20
serta nilai tertingginya 75 (terlampir). Dari data kemampuan awal komunikasi
matematik siswa, hanya 22,72% siswa yang sudah mencapai nilai KKM.
Berdasarkan data tersebut, dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan
komunikasi matematik siswa masih rendah Hal ini mendorong peneliti
melakukan suatu tindakan untuk meningkatkan kemampuan komunikasi
matematik siswa dengan menggunakan suatu model alternatif yaitu Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle. Hasil observasi
pembelajaran matematika di kelas, wawancara terhadap guru dan hasil tes
kemampuan awal komunikasi matematik siswa tersebut digunakan sebagai
bahan untuk merencanakan tindakan pada siklus I nanti.
50
Selanjutnya peneliti berkonsultasi dan berdiskusi dengan guru
matematika untuk mempersiapkan pelaksanaan pembelajaran yang telah
disusun sebelumnya untuk disesuaikan dengan kondisi kelas penelitian
sehingga peneliti dapat melaksanakan setiap tindakan pembelajaran sesuai
dengan sebagaimana mestinya. Sebelum proses pembelajaran disepakati
bahwa guru matematika kelas bertindak sebagai kolaborator dan peneliti
sebagai guru. Bersama dengan kolaborator, peneliti menyusun dan merancang
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Peneliti mengambil materi kubus dan balok serta prisma dan limas
sebagai materi untuk penelitian, karena materi tersebut sudah pernah siswa
pelajari waktu masih di SD walaupun sifatnya masih sederhana. Materi
tersebut sangat cocok diajarkan dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Inside-Outside Circle karena siswa hanya tinggal mengulang dari apa yang
telah mereka dapat di SD, jadi siswa sudah memiliki pengetahuan awal untuk
materi tersebut.
2. Tindakan Pembelajaran Siklus I
Tindakan pembelajaran siklus 1 merupakan tindakan awal yang sangat
penting , hal ini dikarenakan analisis dari hasil tindakan pembelajaran tahap
ini akan dijadikan sebagai refleksi bagi peneliti pada tindakan pembelajaran
selanjutnya. Pada tindakan pembelajaran siklus I sub pokok bahasan yang
disampaikan yaitu Sifat-sifat kubus dan balok, menghitung diagonal bidang
dan diagonal ruang pada kubus dan balok, menghitung luas bidang diagonal
pada kubus dan balok, luas permukaan kubus dan balok, serta volume kubus
dan balok.
a) Tahap perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah
mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), membuat
instrumen-instrumen penelitian, yang terdiri dari lembar observasi guru
pada KBM, lembar observasi kemampuan komunikasi matematik siswa,
lembar observasi kerjasama kelompok, jurnal harian siswa, alat
dokumentasi, membuat lembar tugas diskusi untuk tiap pertemuan dan
51
soal tes kemampuan komunikasi matematik siklus I. Semua persiapan ini
peneliti lakukan bersama kolaborator.
Lembar tugas diskusi dibuat sendiri oleh peneliti sebagai alat bantu
proses pembelajaran agar diskusi dengan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Inside-Outside Circle bisa lebih terarah. Lembar soal tes siklus I
dibuat untuk mengetahui perkembangan kemampuan komunikasi
matematik siswa. Lembar observasi digunakan untuk mengukur aspek-
aspek kemampuan komunikasi matematik siswa selama proses
pembelajaran berlangsung yang menggunakan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle. Jurnal harian siswa digunakan
untuk mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran matematika
yang dilakukan pada setiap pertemuan, sedangkan lembar observasi
kelompok digunakan untuk melihat bagaimana kerjasama siswa dalam
kelompoknya.
Pada siklus I ini peneliti ingin mengetahui apakah pembelajaran
dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-
Outside Circle ini dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematik
siswa. Target yang ingin dicapai pada siklus I ini yaitu siswa mengalami
peningkatan kemampuan komunikasi matematiknya, dan memiliki respon
yang positif terhadap Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside
Circle yang dilaksanakan di kelas.
b) Tahap Pelaksanaan
Tindakan pembelajaran siklus I dilaksanakan dengan alokasi waktu
(2x30 menit) tiap pertemuannya. Kegiatan ini dilakukan dari tanggal 13 -
28 April 2010 sebanyak 5 pertemuan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
siklus I dapat dilihat pada lampiran 1.
1) Pertemuan pertama (Selasa, 13 April 2010)
Pertemuan pertama pokok bahasan yang akan dipelajari adalah sifat-
sifat kubus dan balok. Pada pertemuan ini ada 2 orang siswa yang tidak
hadir, 1 orang sakit dan 1 orang tanpa keterangan. Kegiatan ini diawali
dengan membuka kegiatan pembelajaran dan apersepsi. Guru melakukan
52
apersepsi dengan cara mengingatkan siswa sekilas tentang kubus dan
balok. Guru mata pelajaran hadir sebagai observer untuk mengamati dan
memberikan penilaian ketika proses pembelajaran berlangsung kemudian
dicatat pada lembar observasi. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
informasi bagi perbaikan pengajaran pada pertemuan selanjutnya.
Kegiatan pembelajaran selanjutnya penyampaian tujuan pembelajaran
oleh guru. Kemudian guru memberikan penjelasan lagi secara sekilas
langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside
Circle dan meminta siswa duduk atau mengambil posisi dalam kelompok-
kelompok belajar yang telah ditentukan sebelumnya. Kelompok inside
berada pada posisi dalam lingkaran dan kelompok outside berada pada
posisi luar.
Pembagian kelompok sudah dilaksanakan pada pertemuan
sebelumnya yaitu pada saat peneliti melakukan pra penelitian, peneliti
bersama guru matematika kelas membagi kelompok menjadi 8 kelompok
dari 22 siswa yaitu 12 perempuan dan 10 laki-laki. 6 kelompok terdiri dari
3 siswa dan 2 kelompok terdiri dari 2 siswa. Setiap kelompok dicapur
antara laki-laki dan perempuan, namun siswa dengan peringkat 1-8 teratas
disebar pada setiap kelompok berbeda.
Siswa sudah duduk bersama kelompoknya dengan posisi yang telah
ditentukan. Kemudian peneliti bersama observer membagikan lembar
tugas diskusi pada tiap kelompok. Setiap kelompok mengerjakan lembar
tugas diskusi berisi materi dan soal yang berkaitan dengan sifat-sifat kubus
dan balok yang berbeda. Peneliti menginstruksikan bahwa waktu untuk
mengerjakan lembar tugas diskusi ± 10 menit.
Pada saat mengerjakan lembar tugas diskusi (1), antara siswa Inside
dan Outside yang saling berhadapan mendapat isi lembar tugas diskusi (1)
yang sama. Pada pertemuan pertama ini terlihat sebagian besar siswa
terihat kurang memperhatikan apa yang diperintahkan peneliti dan masih
belum kompak dalam bekerja sama. Suasana kelas menjadi ribut karena
ada beberapa siswa yang masih bercanda di dalam kelas, tetapi observer
53
1. Perhatikan gambar ! Bangun apakah gambar tersebut ? kubus Tentukan : a. Rusuk : d. Diagonal ruang
AB, BC, AD,DC, EF, EH, GH, HB, FD, AG, DF GF,HD, EA, FB, GC
b. Sisi/bidang e. Bidang diagonal ABFE, BCGF, DCGH, ADEH BDFH, EGAC ABCD, EFGH .
c. Diagonal bidang AF, BE, BG, FC, CH, DG, AH, ED, AC, BD, EG, HF
2. Sebutkan benda-benda di sekitar kamu yang berbentuk kubus ! Tempat spidol, lemari, monitor komputer
berusaha menegur mereka dan meminta siswa bekerja kembali. Selama
mengerjakan lembar tugas diskusi ada kelomok yang mengerjakannya
dengan bantuan buku paket dan LKS dari sekolah dan ada juga yang
menggunakan kerangka kubus dan balok yang sudah mereka buat sebagai
tugas pada pertemuan pertama. Pada saat diskusi kelompok, terlihat siswa
yang pintar masih mendominasi kegiatan diskusi, siswa yang lainnya
cenderung diam dan hanya sedikit yang mencoba bertanya kepada siswa
yang pintar. Kemudian masih banyak sekali siswa yang bertanya kepada
guru apa yang mereka belum pahami. Berikut ini petikan jawaban siswa
dari Lembar Tugas Diskusi (1) kelompok 1 (outside):
Dari jawaban kelompok 1 (outside) terlihat siswa cukup mampu
merefleksikan dari gambar ke dalam kalimat matematika dengan
menunjukkan sifat-sifat kubus. Ini artinya kemampuan drawing mereka
cukup baik. Kemudian kemampuan mathematical expression mereka juga
cukup baik terlihat dari mereka mampu menyebutkan benda-benda dalam
kehidupan sehari-hari yang berbentuk kubus. Dilihat dari aspek-aspek
kemampuan komunikasi pada pertemuan pertama ini kemampuan
komunikasi matematik mereka cukup baik. Namun pada beberapa
kelompok lain siswa yang pintar lebih banyak mendominasi, yang lainnya
54
d. Buatlah gambar sebuah balok KLMN.OPQR! Kemudian, Tentukan : a. Rusuk d. Diagonal ruang
KL, KN, NM, ML, LO, OP, LQ, RM, KP, NO PQ, QR, KR, RO, MP, NQ
b. Sisi/bidang e. Bidang diagonal LMNK, LORK, LMPO, MPQN, KRMP, NQLO, RQLM, KNOP OPQR, KNQR
c. Diagonal bidang KM, LN, MQ, NP, LP, OM, OQ,
e. Sebutkan benda-benda di sekitar kamu yang berbentuk balok ! Tempat pensil, lemari, meja
K
L
M
OP
Q
R
N
belum terlihat mengungkapkan argumennya, ini berarti kemampuan
kerjasama siswa belum terlihat. Hal ini bisa dilihat pada Lembar Observasi
Kelompok pada pertemuan 1, skor rata-ratanya masuk ke dalam kategori
rendah.
Siswa juga masih sulit membedakan antara diagonal bidang dengan
bidang diagonal, hal ini terlihat masih kurang lengkapnya jawaban siswa
mengenai bidang diagonal. Demikian juga kemampuan siswa
merefleksikan kalimat matematika ke dalam gambar masih kurang, hal ini
dapat dilihat dari petikan jawaban siswa pada kelompok 4 (inside) :
Dari petikan jawaban kelompok 4 (inside) terlihat kemampuan
drawing siswa masih kurang. Hal ini dapat dilihat dari siswa kurang baik
dalam menggambar sketsa balok. Kemudian tata cara penamaan balok
tersebut masih acak, sehingga agak membingungkan kelompok lain ketika
mendapat penjelasan dari kelompok 4 (inside).
Setelah siswa menyelesaikan Tugas diskusi (1) dalam waktu yang
ditentukan dan sudah memastikan jawaban siswa sudah tepat walaupun
belum lengkap, peneliti meminta kelompok outside berputar berlawanan
arah jarum jam, sehingga bertemu dengan kelompok inside yang baru,
55
kemudian peneliti menginstruksikan untuk menerangkan hasil diskusi
masing-masing kelompok selama 7 menit, begitu seterusnya sampai
kelompok outside kembali pada kelompok inside asal. Peneliti
menyampaikan kepada siswa bahwa semua mendapat giliran yang sama
untuk menjelaskan pada kelompok lain.
Di sini masih terlihat siswa bingung dan peneliti butuh waktu untuk
mengatur posisi siswa. Kemudian kemampuan written text siswa masih
rendah. Hal ini terlihat dari siswa masih terlihat malu-malu untuk
menjelaskan hasil diskusi dan argumennya kepada kelompok lain.
Sehingga mereka masih ribut sendiri dan saling mengandalkan temannya
untuk menerangkan. Siswa juga terlihat tidak mendengarkan kelompok
lain saat menjelaskan hasil diskusi mereka. Hanya 2 kelompok yang
mencatatat hasil diskusi mereka dengan kelompok lain, selebihnya hanya
mendengarkan saja. Kemampuan Mathematical Expression mereka pada
pertemuan ini cukup baik karena, mereka mampu menyebutkan benda-
benda yang ada di lingkungan sekitar yang berbentuk kubus dan balok,
karena pertanyaannya pun masih relatif mudah.
Pada pertemuan pertama ini siswa masih pasif. Terlihat siswa masih
malu-malu untuk menjelaskan hasil diskusi kelompok pada temannya,
sehingga saling mengandalkan. Kemudian tidak ada yang bertanya ketika
temannya menjelaskan. Hal tersebut terjadi karena siswa belum terbiasa
dengan cara belajar seperti ini.
Pada kegiatan akhir pembelajaran, peneliti melakukan evaluasi dengan
menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, dan menunjuk
beberapa siswa secara acak untuk menyimpulkan materi yang tadi
dipelajari. Dari 3 orang yang ditunjuk peneliti secara acak 2 orang dapat
menjawab benar pertanyaan dari peneliti. Peneliti juga memberi tugas pada
masing-masing kelompok untuk membaca materi tentang diagonal bidang
dan diagonal ruang pada kubus dan balok. Setelah itu peneliti memberikan
angket kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran pada pertemuan ini.
56
2) Pertemuan kedua (Rabu, 14 April 2010)
Pada pertemuan kedua pokok bahasan yang akan dipelajari adalah
menentukan panjang diagonal bidang dan diagonal ruang pada kubus dan
balok. Pada pertemuan ini terdapat 2 orang tidak hadir karena sakit.
Kegiatan pembelajaran diawali membuka kegiatan pembelajaran dengan
cara mengulang sedikit materi sebelumnya terutama mengenai diagonal
bidang dan diagonal ruang pada kubus dan balok dan mengingat kembali
teorema phytagoras.
Siswa sudah mulai mengerti bahwa pada setiap pembelajaran harus
sudah duduk dengan kelompoknya masing-masing dengan posisi yang
sama. Namun masih ada saja kelompok siswa yang belum menempati
posisinya, sehinnga peneliti perlu mengaturnya lebih tegas lagi. Seperti
biasa guru memberikan lembar tugas diskusi (2) kepada masing-masing
kelompok yang berisi materi “bidang diagonal kubus dan balok”.
Sebagian siswa terlihat sibuk mengerjakan tugasnya masing-masing dalam
kelompok. Pada saat mengerjakan sebagian besar kelompok menggunakan
bantuan buku paket dari sekolah dan LKS dari sekolah.
Pada saat siswa mengerjakan lembar tugas diskusi (2), peneliti
bersama observer berkeliling seperti sebelumnya untuk memantau
pekerjaan siswa dari kelompok satu ke kelompok lainnya. Siswa masih
sangat ribut ketika mengerjakan. Namun, terlihat antusias siswa mulai
meningkat dan aktif bertanya kepada peneliti apa saja yang mereka tidak
mengerti walaupun kelas menjadi berisik. Observer berusaha
menenangkan siswa untuk tidak berisik dalam mengerjakan tugas-tugas
dalam lembar tugas diskusi (2). Pada saat kelompok siswa bertanya kepada
peneliti, peneliti berusaha mengarahkan dan memberi petunjuk kepada
kelompok tersebut agar siswa menjadi paham.
Beberapa kelompok siswa mulai terlihat sibuk mengerjakan soal pada
lembar tugas diskusi namun kerjasama siswa belum terlalu terlihat, karena
siswa membagi-bagi tugas untuk dikerjakan tetapi soal yang dikerjakan
57
Perhatikan gambar ! a. Buatlah garis AF pada gambar kubus di samping !
Jika panjang rusuk kubus tersebut 6 cm. Tentukan panjang AF! Dik : rusuk = …6.. cm Dit : Diagonal bidang AF ? Jawab :
b. Dengan cara yang sama tentukan panjang diagonal bidang BG !
c. Bandingkan hasil jawaban a dan b! Bagaimana hasilnya ?
anggota kelompok lain mereka tidak mau tahu. Anggota kelompok lainnya
hanya fokus untuk mengerjakan soal yang menjadi bagiannya. Tetapi
masih ada juga beberapa kelompok yang hanya mengobrol dan
mengganggu siswa yang lain, walaupun sudah ditegur berulang-ulang
siswa hanya diam sejenak tetapi tetap mengulanginya. Akhirnya peneliti
mendampingi kelompok tersebut untuk mengerjakan tugasnya. Berikut ini
petikan jawaban Lembar Tugas Diskusi (2) yang dikerjakan kelompok 1
(outside) :
Hasilnya sama karena setiap rusuknya sama panjang
Dari jawaban kelompok 3 (outside) terlihat siswa cukup mampu
merefleksikan soal dalam kalimat matematika ke dalam gambar hal ini
bisa dilihat dari petikan jawaban siswa pada lembar tugas diskusi, siswa
menggambar diagonal AF (drawing) dengan benar, namun masih ada
kelompok yang menggambar diagonal bidang dan diagonal ruang masih
keliru dan tertukar. Siswa juga sudah bisa menulis apa yang diketahui dari
soal ke dalam kalimat matermatika (written text), namun argumen mereka
masih terlihat kurang, hal ini terlihat siswa masih belum mampu
mengungkapkan argumennya dengan bahasa sendiri dan tidak sistematis.
58
Sebagian besar siswa sudah bisa menghitung diagonal bidang pada
kubus dan balok karena mereka sudah paham mengenai dalil phytagoras,
tetapi mereka tidak yakin jawaban mereka benar ketika hasilnya tidak
dapat diakar kuadratkan karena mereka belum bisa menyederhanakan
bentuk akar.
Setelah waktu habis untuk menyelesaikan lembar tugas diskusi (2),
maka sekarang giliran kelompok inside circle yang berputar posisi,
sedangkan kelompok outside circle tetap pada posisinya. Kemudian
mereka berbagi dengan pasangan kelompok baru dalam waktu yang telah
ditentukan dan seterusnya.
Pada pertemuan ini kemampuan siswa mengungkapkan argumen
masih kurang baik. Terlihat dari siswa masih tampak malu-malu apalagi
ketika harus menerangkan pada siswa dalam kelompok lain yang berbeda
jenis kelamin. Kemudian, sebagian besar siswa laki-laki ribut sendiri.
Mereka kurang memperhatikan ketika siswa dari kelompok lain
menjelaskan hasil diskusinya dan jarang mengungkapkan pemikiran-
pemikirannya. Siswa masih tampak malu untuk bertanya pada kelompok
lain apabila penjelasan dari kelompok lain masih kurang dipahami.
Namun, pada pertemuan ini masih lebih baik dari pertemuan sebelumnya
karena siswa sudah paham langkah-langkah model pembelajaran
kooperatif tipe Inside-Outside Circle sehingga waktu diskusi mereka jadi
tidak terbuang.
Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan
menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, dan mengajukan
pertanyaan seputar materi yang dipelajari. Kemudian peneliti bersama
siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Peneliti juga memberi
tugas pada masing-masing kelompok untuk membaca materi tentang luas
bidang diagonal pada kubus dan balok. Kemudian peneliti memberikan
angket kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap
pembelajaran pada pertemuan ini.
59
3) Pertemuan ketiga (Kamis, 15 April 2010)
Pada pertemuan ketiga pokok bahasan yang akan dipelajari adalah
menentukan luas bidang diagonal pada kubus dan balok. Pada pertemuan
ketiga ini terapat 1 orang diantaranya tidak hadir karena sakit dan observer
sudah hadir untuk memberikan penilaian dalam kelas. Kegiatan
pembelajaran diawali dengan apersepsi dengan mengulang sedikit materi
mengenai bidang pada hubus dan balok.
Siswa mulai mengerti bahwa pada setiap pembelajaran harus sudah
duduk dengan kelompoknya masing-masing. Seperti biasa guru
memberikan lembar tugas diskusi (3) kepada masing-masing kelompok
yang berisi materi “luas bidang diagonal kubus dan balok” . Kelompok 1
dan 3 (inside dan outside) mengerjakan tugas diskusi berisi luas bidang
diagonal kubus, Kelompok 2 dan 4 (inside dan outside) mengerjakan
tugas diskusi berisi luas bidang diagonal balok. Siswa terlihat sibuk
membagi tugas kepada teman-teman dalam kelompoknya dan pada saat
mengerjakan siswa menggunakan bantuan buku paket dan LKS dari
sekolah.
Selama mengerjakan lembar tugas diskusi (3), peneliti bersama
observer berkeliling seperti sebelumnya untuk memantau pekerjaan siswa.
Siswa masih sangat ribut ketika mengerjakan lembar tugas diskusi (3).
Siswa berebut untuk bertanya cara menyelesaikan soal yang terdapat pada
lembar tugas diskusi (3). Namun, peneliti senang karena antusias siswa
mulai kelihatan meningkat dan mulai aktif bertanya kepada peneliti apa-
apa yang tidak mengerti walaupun kelas menjadi berisik. Siswa banyak
yang bertanya pada peneliti maupun observer karena siswa merasa materi
kali ini cukup sulit. Hal ini terlihat dari banyaknya siswa yang
berkomentar materinya sulit pada lembar jurnal harian. Observer meminta
siswa untuk tidak berisik dalam mengerjakan tugas-tugas dalam lembar
tugas diskusi (3). Pada saat kelompok siswa bertanya kepada peneliti,
peneliti berusaha mengarahkan dan memberi petunjuk kepada kelompok
tersebut agar siswa menjadi paham.
60
a. Pada kubus ABCD.EFGH berikut, ABGH adalah bidang diagonal. Berbentuk apakah bidang-bidang diagonal pada kubus? Persegi panjang
b. Jika panjang rusuk AB = 12 cm, maka tentukan luas bidang diagonal ABGH ! Dik : Dit : Jawab : = 122 + 122 BG = 144 + 144 = Luas ABGH = 12 x
c. Dengan cara yang sama tentukan panjang diagonal bidang ACEG ! Dik : Dit : Jawab : = 122 + 122
= 144 + 144 = = 12 x
Sebagian kelompok sudah mampu untuk menyelesaikan lembar tugas
diskusi (3), dan membagi-bagi tugas pada masing-masing anggota. Tetapi
masih ada kelompok yang hanya mengandalkan satu orang saja dan yang
lainnya mengobrol. Selama mereka mengerjakan Lembar Tugas Diskusi
(3), peneliti berkeliling lagi untuk memastikan argumen dan jawaban
mereka sudah tepat dan benar. Berikut ini petikan jawaban Lembar Tugas
Diskusi (2) yang dikerjakan kelompok 1 (inside) :
Terlihat dari petikan isi lembar tugas diskusi (3) yang dikerjakan oleh
kelompok 3 (Outside), mereka belum menulis apa yang diketahui pada
soal dengan baik. Dalam penyelesaian soal, mereka mampu
menyelesaikannya dengan bahasa mereka sendiri dibantu dengan melihat
rumus yang ada di buku paket, tanpa bertanya pada peneliti maupun
observer.
Namun, masih banyak kelompok yang kebingungan untuk
menyelesaikan lembar tugas diskusi. Karena berdasarkan angket yang
diberikan rata-rata siswa berpendapat bahwa materi luas bidang diagonal
itu sulit. Sehingga peneliti bersama observer membantu mereka untuk
mengarahkan pada jawaban yang benar.
61
Kemudian kemampuan mathematical expression mereka juga masih
kurang. Hal ini dapat dilihat dari petikan jawaban salah satu kelompok
pada lembar tugas diskusi. Jawaban mereka baru sebatas menentukan luas,
namun belum sampai pada penyelesaian masalah yang ditanyakan. Berikut
ini petikan soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang
dikerjakan oleh siswa secara berkelompok :
1. Sebuah kandang berbentuk balok berukuran panjang 24 dm, lebar 7 dm, dan tinggi 8 dm disekat menjadi dua ruang seperti tampak pada gambar. Jika papan pemisah tersebut dicat pada dua sisinya dan setiap 1 dm3 membutuhkan 15 ml cat, maka berapa ml cat yang diperlukan ! Dik : p = 24 t = 8 l = 7 Dit : berapa ml cat yang dibutuhkan
Jawab : DB = =
= = 25
= 25 x 8 = 200 dm2
Dari petikan isi lembar tugas diskusi (3) tersebut, terlihat siswa cukup
baik untuk menyatakan soal mengenai bidang diagonal kubus yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari ke dalam kalimat atau simbol
dalam matematika, namun ketika tahap penyelesaian mereka belum selesai
sampai menemukan jawaban yang ditanyakan. Tetapi argumen mereka
sudah mendekati benar.
Pada pertemuan ini, ketika kelompok outside mulai berputar
kemampuan siswa mengungkapkan argumen lebih baik dari pertemuan
sebelumnya. Hal ini terlihat dari siswa yang mulai mencoba menjelaskan
dengan argumennya sendiri yang ditulis pada lembar tugas diskusi,
walaupun masih kurang lancar karena masih kurang percaya diri padahal
argumen mereka sudah benar. Ketika kelompok yang mendapat materi
kubus dengan kelompok yang mendapat materi balok bertemu, siswa lebih
serius memperhatikan karena memang belum tahu sama sekali dengan
62
materi kelompok diskusi lain. Namun ketika berputar, siswa bertemu
dengan kelompok yang sama membahas kubus, perhatian mereka
berkurang ketika kelompok lain menjelaskan argumennya karena mereka
mengganggap sudah bisa. Kemudian terlihat hanya siswa yang pintar
dalam kelompoknya saja yang mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan
terkait tentang argumen kelompok lain tentang cara mencari luas bidang
diagonal, ketika kelompok lain menerangkan hasil diskusinya. 4 dari 8
kelompok yang ada sudah mulai mencatat hasil diskusi mereka dengan
kelompok lain.
Pada pertemuan kali ini, kemampuan drawing, written text, dan
mathematical expression siswa sudah mulai ada peningkatan walaupun
sedikit. Siswa sudah mulai mau berargumen dalam diskusi dengan
kelompok lain, dan mengajukan pendapat serta pertanyaan-pertanyaan
walaupun hanya sebagian saja.
Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan
menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, dan mengajukan
pertanyaan seputar materi yang dipelajari serta bersama-sama siswa
menyimpulkan materi yang tadi dipelajari. Peneliti juga memberi tugas
pada masing-masing kelompok untuk membaca materi tentang luas
permukaan pada kubus dan balok dan memberikaN tugas setiap kelompok
untuk membuat jaring-jaring kubus dan balok dari karton. Kemudian
peneliti memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui respon siswa
terhadap pembelajaran pada pertemuan ini.
4) Pertemuan keempat (Selasa, 27 April 2010)
Pokok bahasan yang akan dipelajari adalah Luas Permukaan Kubus dan
Balok. Pada pertemuan ini terdapat 1 orang yang tidak hadir karena sakit.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan apersepsi, yaitu menunjuk salah satu
siswa untuk menjawab materi sebelumnya. Kelas sudah mulai rapih karena
siswa sudah duduk dengan masing-masing kelompoknya pada posisi
biasanya, dan sudah kelihatan bersemangat untuk memulai pertemuan kali ini.
63
Peneliti bersama observer membagikan lembar tugas diskusi (4)
dengan materi “Luas Permukaan Kubus dan Balok” kepada setiap
kelompok. Masing-masing kelompok sudah sibuk membagi tugas kepada
teman-teman kelompoknya. Kerjasama siswa dalam kelompok mulai
terlihat membaik ketika mengerjakan lembar tugas diskusi (4) walaupun
siswa pandai masih lebih mendominasi dalam kelompok tetapi siswa lain
berusaha untuk mengerti juga. 6 dari 8 kelompok yang ada sudah terlihat
mendiskusikan dan menyusun argumennya masing-masing dengan baik
untuk menentukan luas permukaan kubus atau balok.
Peneliti bersama observer berkeliling seperti biasa memantau siswa
dalam mengerjakan lembar tugas diskusi (4). Pada proses pembelajaran
pertemuan 4 ini, peneliti sudah merasakan keringanan ketika berkeliling
karena kelompok siswa sudah terlihat lebih rapih dan teratur. Siswa yang
sering mengobrol dan membuat gaduh sudah mau mengerjakan lembar tugas
diskusi (4) walaupun belum sepenuhnya mengerti dan peneliti berusaha
memberi pengarahan dan penjelasan kepada siswa. Berikut ini petikan
jawaban lembar tugas diskusi (4) yang dikerjakan kelompok 1 (inside) :
a. Perhatikan gambar ! Sebutkan bidang pada gambar kubus disamping ! EFAB, BCFG, HGDC, HDEA, HGEF, ABCD Berbentuk apakah bidang pada kubus tersebut ? Persegi
b. Jika panjang rusuk kubus tersebut 7 cm. Tentukan Luas permukaannya ! Dik : panjang rusuk = 7 Dit : Luas permukaannya? Jawab : ABEF = s x s = 7 x 7 = 49 ABDC = s x s = 7 x 7 = 49 BCFG = s x s = 7 x 7 = 49 ADEH = s x s = 7 x 7 = 49 DCHG = s x s = 7 x 7 = 49
EFHG = s x s = 7 x 7 = 49 +
Luas permukaan = 294
Terlihat dari petikan jawaban Lembar Tugas Diskusi (3) yang
dikerjakan oleh kelompok 1(inside), rata-rata siswa sudah mampu
merefleksikan gambar ke dalam kalimat matematika. Kemudian terlihat
64
juga siswa sudah mampu mencari luas permukaan balok dengan cara
mereka sendiri dan jawabannya pun sudah tepat.
Dari 8 kelompok, 7 kelompok sudah mampu menulis apa yang
diketahui pada soal dengan baik walaupun belum sepenuhnya benar. Siswa
juga sudah mampu membuat argumen dengan bahasanya sendiri,
walaupun masih ada siswa yang menggunakan rumus sama dengan yang
ada di buku paket. Namun, 3 kelompok masih kurang lengkap dalam
menjawab sehingga masih membingungkan kelompok lain.
Setelah selesai mengerjakan lembar tugas diskusi, pada pertemuan kali
ini, giliran kelompok inside yang berputar. Ketika kelompok inside
berputar searah jarum jam, maka siswa sudah berhadapan dengan
kelompok outside yang baru. Kemudian siswa mempresentasikan hasil
lembar tugas diskusi (4) dengan kelompok baru tersebut. Pada pertemuan
kali ini siswa sudah mulai terbiasa dan tidak malu-malu seperti pada
pertemuan sebelumnya untuk berdiskusi dengan kelompok lain.
Kemampuan siswa mengungkapkan argumennya lebih baik dari
pertemuan sebelumnya. Terlihat dari siswa mulai mencoba menjelaskan
dengan argumennya yang sudah ditulis pada lembar tugas diskusi dengan
bahasa sendiri. Tetapi, masih terlihat kurang percaya diri padahal
argumennya sudah benar. Siswa juga sudah bisa membedakan mana
gambar jaring-jaring kubus mana yang bukan. Bahkan ada salah satu
kelompok menggunting-gunting kubus yang mereka buat dari karton untuk
dapat menggambar jaring-jaring balok yang benar.
Ketika kelompok yang mendapat materi kubus dengan kelompok yang
mendapat materi balok bertemu, kelompok 3 dan 4 baik inside maupun
outside agak kesulitan untuk menyampaikan argumennya mengenai cara
mencari luas permukaan balok, sehingga siswa dari kelompok lain pun
tidak paham dengan penjelasan mereka. Kemudian hanya sedikit siswa
bertanya pada kelompok lain tentang cara mencari luas bidang diagonal,
ketika kelompok lain menerangkan hasil diskusinya. Dan 4 dari 8
65
kelompok yang ada sudah mulai mencatat hasil diskusinya dengan
kelompok lain.
Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan
menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti, seperti yang sudah
dipaparkan sebagian besar mereka masih kurang paham dengan cara
mencari luas permukaan balok. Kemudian peneliti menjelaskan sedikit
mengenai luas permukaan balok dan memberikan rumusnya. Peneliti juga
mengajukan pertanyaan seputar materi yang dipelajari dan bersama-sama
siswa menyimpulkan materi yang telah dipelajari. Peneliti juga memberi
tugas pada masing-masing kelompok untuk membaca materi tentang
volume kubus dan balok. Kemudian peneliti memberikan angket kepada
siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran pada
pertemuan ini.
5) Pertemuan kelima (Rabu, 28 April 2010)
Pokok bahasan yang akan dipelajari adalah volume Kubus dan Balok.
Pada pertemuan kelima ini terdapat 2 orang siswa yang tidak hadir karena
izin. Peneliti mereview pembelajaran pada pertemuan sebelumnya untuk
mengingatkan siswa agar tidak lupa. Kelas sudah mulai rapih karena siswa
sudah duduk dengan masing-masing kelompoknya, dan sudah menempati
dan sudah kelihatan bersemangat untuk memulai pertemuan kali ini.
Peneliti bersama observer membagikan lembar tugas diskusi (5) yang
berisi materi “volume kubus dan balok” kepada setiap kelompok dan
berkeliling seperti biasa memantau siswa dalam mengerjakan lembar tugas
diskusi (5). Siswa sudah terlihat mulai sibuk mengerjakan lembar tugas
diskusi (5) dengan membagi tugas kepada teman-teman kelompoknya
tanpa instruksi dari peneliti terlebih dahulu sehingga proses menyelesaikan
lembar tugas diskusi (5) dapat selesai tepat waktu. Kerjasama siswa dalam
kelompok mulai terlihat membaik ketika mengerjakan lembar tugas
diskusi (5). Walaupun siswa pandai masih mendominasi dalam kelompok
tetapi siswa lain berusaha untuk mengerti juga dengan bertanya dan
66
memperhatikan penjelasan dari siswa yang pintar. Kemudian masih
terlihat ada 3 kelompok yang belum aktif dalam mengerjakan lembar tugas
diskusi (5). Berikut ini petikan jawaban dari lembar tugas diskusi (5) yang
dikerjakan oleh kelompok 3 outside :
a. Ada berapa kubus kecil yang terdapat pada susunan gambar tersebut ! 18 kubus = 3 x 2 x 3
b. Jika panjang SR = 24 cm, UV = 18 cm, dan VR = 8 cm. Tentukan volume balok PQRS.TUVW ! Dik : SR = 24 cm UV = 18 cm VR = 8 cm Dit : volume balok PQRS.TUVW ? Jawab : = p x l x t = 24 x 18 x 8 = 432 x 8 = 3456 cm3
Terlihat dari petikan jawaban lembar tugas diskusi (5) yang
dikerjakan oleh kelompok 3 (Outside), siswa sudah mampu merefleksikan
gambar ke dalam kalimat matematika. Siswa juga sudah mampu
mengungkapkan argumennya dengan baik. Terlihat dari petikan lembar
tugas diskusi, argumen siswa sudah benar, karena sebetulnya pada materi
ini siswa hanya mengulang dari Sekolah Dasar. Sehingga dapat
disimpulkan kemampuan drawing dan written text siswa sudah mulai
meningkat.
Pada pertemuan ini, giliran kelompok outside yang berputar. Ketika
kelompok outside berputar searah jarum jam, maka siswa sudah
berhadapan dengan kelompok inside yang baru. Kemudian siswa
mempresentasikan hasil lembar tugas diskusi(5) dengan kelompok baru
tersebut dengan waktu yang ditentukan. Pada pertemuan kali ini siswa
sudah mulai terbiasa dan terlihat lebih percaya diri untuk memaparkan
argumennya dalam lembar tugas diskusi(5), terlihat memang benar mereka
67
menguasai materi tersebut. Karena menguasai materi maka mereka jadi
lebih bersemangat untuk memperhatikan dan mendengarkan kelompok
lain dalam memaparkan hasil lembar tugas diskusi(5)nya. Kemudian
mereka sudah mulai aktif bertanya apalagi ketika ada kelompok yang
membahas soal yang berbeda dari yang biasanya. Rasa ingin tahu mereka
mulai meningkat.
Siswa juga mampu menyelesaikan soal-soal yang berhubungan
dengan volume kubus dan balok yang terkait dengan kehidupan sehari-hari
walaupun belum sepenuhnya. Karena sedikit dibantu dalam memahami
soal tersebut oleh peneliti. Siswa juga mampu menjelaskannya kepada
kelompok lain. Kemudian dalam menjelaskan soal kepada kelompok lain
ada beberapa siswa yang menjelaskannya dengan menggunakan bantuan
gambar sehingga siswa lain menjadi mudah memahaminya.
Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan
menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti. Kemudian peneliti
mengajukan pertanyaan seputar materi yang dipelajari serta bersama-sama
siswa menyimpulkan materi yang tadi dipelajari. Peneliti juga
mengumumkan bahwa untuk pertemuan selanjutnya yaitu ulangan harian
dengan materi ”kubus dan balok”. Kemudian peneliti memberikan angket
kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran pada
pertemuan ini.
6) Pertemuan keenam (Kamis, 29 April 2010)
Kegiatan pembelajaran dimulai dengan membuka pembelajaran dan
memeriksa absensi siswa, dan semua siswa hadir. Pertemuan ini tidak dibagi
kelompok karena akan dilaksanakan tes akhir siklus 1. Tes ini berbentuk
essai yang telah di uji validitas isi oleh ahli, dalam hal ini dosen
pembimbing. Soal berjumlah 6 butir yang terdiri dari menjelaskan sifat-
sifat kubus dan balok, menghitung panjang rusuk pada kubus dan balok,
menentukan jaring-jaring kubus dan balok, menghitung luas permukaan
kubus dan balok, dan menentukan volume kubus dan balok. Tes ini
68
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemapuan komunikasi matematik
siswa.
Tes ini dilaksanakan selama 60 menit. Selama proses berlangsung,
suasanapun menjadi sepi dan hening namun masih ada beberapa siswa
yang masih menyontek dengan teman sebangkunya dan peneliti segera
menegurnya. Setelah waktu habis siswa segera mengumpulkan lembar
jawaban tes dan pada pertemuan ini siswa tidak diberikan lembar jurnal
harian siswa.
Di akhir waktu sebelum siswa mengumpulkan soal dan jawaban
mereka, peneliti menugaskan mereka untuk membuat kerangka prisma dan
limas untuk pertemuan selanjutnya, adapun pembagian kelompoknya
sebagai berikut :
Kelompok 1 (inside dan outside) : kerangka prisma alas segienam
Kelompok 2 (inside dan outside) : kerangka prisma alas segitiga
Kelompok 3 (inside dan outside) : kerangka limas alas segitiga
Kelompok 4 (inside dan outside) : kerangka limas alas persegi
c) Tahap Observasi dan analisis
Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Guru kelas (observer) melakukan pengamatan langsung terhadap pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle dan kemampuan komunikasi
matematik siswa secara lisan selama proses pembelajaran. Hasil pengamatan
kemampuan komunikasi matematik siswa secara lisan melalui lembar observasi
dapat dilihat pada tabel 6 berikut:
69
Tabel 6
Rekapitulasi Persentase Hasil Observasi Kemampuan Komunikasi
Matematik Siswa Siklus I
Aspek Kemampuan Komunikasi
Matematik (KKM)
Skor total
Rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa pertemuan ke - Rata2 tiap
kemampuan1 2 3 4 5
Written Text 25 49,80% 49,60% 50,67% 65,90% 70,00% 57,20% Drawing 10 50,00% 48,50% 51,90% 52,86% 64,00% 53,45% Mathematical Expression 10 42,50% 41,00% 46,67% 43,33% 58,50% 46,40%
Rata2 (%) 47,43% 46,36% 49,74% 54,03% 64,16% Rata2 KKM siswa
siklus I 52,34%
Skor normal 27 60%
Berdasarkan tabel 6, diperoleh informasi bahwa kemampuan komunikasi
matematik siswa pada siklus I adalah sebagai berikut:
1) Written Text
Written Text meliputi kemampuan komunikasi matematik yang berupa
kemampuan memuat persoalan ke dalam kalimat matematika pada saat
diskusi, menjelaskan dan bertanya pada kelompok lain ketika berputar,
memperhatikan penjelasan siswa lain ketika diskusi sedang berlangsung,
mendiskusikan, menyusun argumen terkait dengan soal yang dikerjakan pada
lembar tugas diskusi dan mencatat hasil diskusinya. Rata-rata persentase
kemampuan written text siswa hanya 57,20%. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan written text siswa masih rendah, karena persentase tersebut masih
dibawah persentase skor normal(rata-rata).
Masalah yang terjadi yaitu ketika siswa harus menjelaskan argumen
mereka pada kelompok lain masih terlihat malu-malu. Mereka belum
menguasai materi yang akan dijelaskan kepada kelompok lainnya dan masih
terlihat kurang percaya diri dengan jawaban dan argumen mereka. Kemudian
sebagian besar siswa kurang memperhatikan apalagi bertanya ketika siswa
dari kelompok lain menjelaskan argumennya. Selain itu, siswa yang pintar
70
masih terlihat mendominasi dalam diskusi dan menyusun argumen sementara
yang lainnya hanya mengandalkan pada siswa yang pintar. Hanya sedikit siswa
yang mencatat hasil diskusinya dengan kelompok lain. Namun sebagian besar
siswa sudah mampu menuliskan apa yang diketahui pada soal dengan benar.
Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar kemampuan written text siswa
pada setiap pertemuan makin meningkat. Persentase kemampuan written siswa
untuk siklus I ini masuk dalam kategori cukup. Namun, masih perlu diadakan
perbaikan pada siklus dua dengan membuat suasana belajar yang lebih
menyenangkan dan peneliti memberikan motivasi yang lebih baik lagi.
2) Drawing
Kemapuan Drawing yaitu kemampuan merefleksikan benda nyata ke
dalam kalimat matematika dan sebaliknya. Rata-rata persentase kemampuan
drawing siswa pada lembar observasi dari tiap pertemuan makin meningkat
selama siklus I ini yaitu mencapai 53,45%. Hal ini menunjukkan bahwa
kemampuan drawing siswa masih rendah, karena persentase tersebut masih
dibawah persentase skor normal(rata-rata).
Kemampuan siswa dalam merefleksikan gambar ke dalam kalimat atau
simbol matematika masih dikatakan cukup. Hal ini dapat dilihat ketika siswa
nenulis apa yang diketahui dari gambar ke dalam kalimat matematika sudah
benar, namun masih banyak ditemukan kelompok yang belum baik dalam
merefleksikan dari gambar kedalam kalimat matematika. Kemudian dari
lembar tugas diskusi belum banyak tugas yang memuat merefleksikan kalimat
matematika ke dalam gambar. Ini dapat dijadikan refleksi pada siklus
selanjutnya. Sehingga dikatakan secara keseluruhan kemampuan drawing
siswa belum baik dan perlu adanya perbaikan pada siklus II.
3) Mathematical Expression
Mathematical Expression yaitu kemampuan siswa menyatakan soal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari ke dalam bahasa atau simbol
matematika dan mampu menyelesaikannya. Dilihat dari tabel diatas rata-rata
persentase kemapuan mathematical expresion siswa masih rendah yaitu hanya
46,40%.
71
Masalah yang terjadi adalah pada saat menyelesaikan soal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa masih banyak yang bertanya
pada observer maupun pada peneliti. Kemudian dalam menjawab soal-soal
yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari siswa baru hanya sebatas
argumennya saja belum sampai menjawab apa yang ditanyakan pada soal.
Selain itu, dalam lembar tugas diskusi belum banyak memuat soal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari. Hal ini masih perlu perbaikan
pada siklus II, misalnya dengan lebih banyak memberikan soal-soal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari sehingga siswa banyak berlatih
mengasah kemampuan mathematical expresionnya, apalagi ketika pada saat
kelompok inside atau outside berputar dan bertemu dengan kelompok lain,
lalu mereka masing-masing menjelaskan hasil diskusinya maka akan semakin
banyak masukan bagi siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan
dengan kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil observasi kemampuan komunikasi matematik siswa
pada saat pembelajaran siklus I rata-rata persentase kemampuan komunikasi
matematik siswa diperoleh sebesar 52,34%. Namun masih banyak perbaikan
dalam pembelajaran siklus I ini dalam semua aspek kemampuan komunikasi,
seperti kemampuan menyusun argumen, menjelaskan dan bertanya tentang
materi yang dipelajari, merefleksikan kalimat matematika ke dalam gambar,
kemampuan menyelesaikan soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-
hari, dan sebagainya. Hal ini perlu diperhatikan sebagai bahan perbaikan pada
siklus II. Pembelajaran masih harus dilanjutkan karena kemampuan
komunikasi matematik siswa belum mencapai hasil yang diharapkan yaitu
persentasenya diatas 60%.
Peneliti juga menggunakan lembar observasi kerjasama kelompok
untuk mengetahui bagaimana kerjasama siswa dalam kelompok dalam
Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle dan sebagai acuan untuk
merencanakan tindakan selanjutnya. Hasil pengamatan kerjasama siswa dalam
kelompok dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle melalui
lembar observasi dapat dilihat pada tabel 7 berikut:
72
Tabel 7
Rekapitulasi Hasil Observasi Kerjasama Siswa Dalam Kelompok Siklus I
KELOMPOK PERTEMUAN RATA-RATA Keterangan
1 2 3 4 5 1 (OUTSIDE) 16 18 22 16 24 19.20 Sedang 1 (INSIDE) 10 12 14 18 21 15.00 Rendah 2 (OUTSIDE) 15 13 18 20 23 17.80 Rendah 2 (INSIDE) 9 11 15 18 23 15.20 Rendah 3 (OUTSIDE) 12 13 16 21 21 16.60 Rendah 3 (INSIDE) 9 11 15 18 20 14.60 Rendah 4 (OUTSIDE) 10 11 15 17 21 14.80 Rendah 4 (INSIDE) 9 11 13 15 17 13.00 Rendah Skor rata-rata tiap pertemuan 11,25 12,50 16,00 17,88 21,25
Keterangan : Skala penilaian jumlah rata-rata skor kemampuan kerjasama siswa dalam kelompok: 9-18 : Kemampuan kerjasama siswa dalam kelompok rendah 19-27 : Kemampuan kerjasama siswa dalam kelompok sedang 28-36 : Kemampuan kerjasama siswa dalam kelompok tinggi Tabel 7 menunjukkan bahwa skor kerjasama siswa dalam kelompok
dari tiap pertemuan semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa
kerjasama siswa dalam kelompok semakin membaik. Pada pertemuan awal
hanya siswa yang pintar saja yang mengerjakan lembar tugas diskusi yang
lain hanya memperhatikan bahkan ada yang mengobrol, namun setelah
diberikan pengarahan, pada pertemuan selanjutnya tampak ada perbaikan.
Siswa mulai membagi tugas dalam mengerjakan lembar tugas diskusi.
Namun pembagian tersebut belum berjalan dengan baik karena siswa
hanya peduli dengan soal yang menjadi bagian tugasnya, sementara soal
yang lain mereka tidak memperhatikan. Kemudian selama proses pem
tetap siswa yang pintar yang banyak mengajukan argumennya dalam
menyelesaikan soal yang lain hanya mengikuti saja. Selain itu, pada saat
bertemu dengan kelompok lain untuk menjelaskan hasil diskusi, siswa
dalam kelompok masih malu-malu, mereka masih saling mengandalkan
Hal ini perlu diperhatikan sebagai bahan perbaikan pada siklus II.
73
Selain lembar observasi, peneliti menggunakan jurnal harian siswa
untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe
inside-outside circle pada siklus I ini. Beberapa respon siswa terhadap
tindakan pembelajaran pada setiap pertemuan siklus I yang diperoleh dari
jurnal harian siswa
Dari jurnal harian siswa selama pembelajaran pada siklus 1, pendapat
siswa sangat bervariasi. Sebagian besar siswa menyatakan respon positif
terhadap pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle di kelas. Hal
ini dapat dilihat dari komentar-komentar mereka pada jurnal harian. Ada
yang menuliskan seru, inovatif karena biasanya kita hanya duduk
mendengarkan, have fun, menarik dan mudah dimengerti, serta
menyenangkan. Komentar-komentar positif ini didapat karena pada
pembelajaran biasanya mereka cenderung hanya duduk mendengarkan
penjelasan guru saja, sehingga pembelajaran jadi membosankan.
Kemudian, dengan adanya interaksi antar siswa, dapat menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan. Apalagi dengan ada beberapa siswa
yang menjelaskan hasil diskusinya dengan gaya yang agak sedikit lucu, itu
menjadi hiburan tersendiri bagi siswa. Selain itu ada juga beberapa siswa
yang berkomentar biasa saja, bahkan tidak memberikan komentar apapun.
Namun ada siswa yang berkomentar negatif. Komentar mereka antara lain
agak sulit, komentar ini banyak didapat ketika pada pertemuan ketiga
karena mereka rata-rata berpendapat materinya sulit. Tidak seru, kurang
seru, dan bosan, komentar ini didapat karena ada siswa yang tidak mau
satu kelompok dengan yang bukan sahabatnya, sehingga mereka jadi agak
malas untuk mengikuti pembelajaran. Respon-respon yang negatif ini akan
dipelajari peneliti, sebagai bahan refleksi untuk perbaikan pada siklus II.
Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti mengamati
kerjasama siswa di dalam kelompok siswa apa saja yang dilakukan siswa
ketika proses diskusi sebagaimana pada gambar berikut:
74
Gambar 2
Guru Sedang Memberi Pengarahan
Gambar 2 menunjukkan guru sedang membimbing siswa dalam
kelompok belajarnya. Hal ini agar siswa lebih terarah dan lebih mengerti
apa yang harus mereka kerjakan dari penjelasan peneliti.
Gambar 3
Siswa yang Lebih Pintar sedang Memberi Penjelasan kepada Siswa Lain
pada Saat Berdiskusi
Gambar 3 menunjukkan pada saat siswa berdiskusi terlihat serius dan
tampak pada gambar siswa yang lebih pintar berusaha menjelaskan kepada
teman-teman yang lain dan teman yang lain pun terlihat serius
memperhatikan.
Pada awal-awal proses penerapan model pembelajaran kooperatif tipe
inside-outside circle siswa masih terlihat malu-malu karena sebelumnya
siswa belum pernah diajarkan secara berkelompok apalagi menjelaskan
hasil diskusi kelompoknya pada kelompok lain. Pada gambar di bawah ini
terlihat siswa ketika menjelaskan argument mereka kepada kelompok lain
yang ada dihadapan mereka .
75
Gambar 4
Siswa sedang menjelaskan argument mereka ketika menjelaskan hasil
Lembar Tugas Diskusi kepada kelompok lain
Nilai tes kemampuan komunikasi matematik selama siklus I diperoleh
dari tes akhir kemampuan komunikasi matematik siklus I pada pertemuan
keenam. Hasil tes akhir siklus I tersebut dapat dilihat pada Tabel 8
berikut:
Tabel 8
Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus I
INTERVAL F F% KETERANGAN > 96.20 0 0.00 sangat baik
82.57-96.20 2 9.09 baik 55.31 - 82.57 18 81.82 cukup 41.68 - 55,31 1 4.55 kurang
< 41.68 1 4.55 sangat kurang Keterangan:
Nilai tertinggi = 83,33 Jumlah siswa = 22
Nilai terendah = 20.83 Rata-rata = 68,94
Berdasarkan tabel 8, terlihat bahwa hasil tes kemampuan komunikasi
matematik siswa pada siklus I ini mencapai rata-rata 68,94. Hal ini
menunjukkan bahwa hasil tes kemampuan komunikasi matematik siswa
pada siklus I ini cukup baik dan mengalami peningkatan dari tes
kemampuan awal. Namun masih ada 8 orang siswa yang mendapat nilai
dibawah KKM, artinya hanya 63,64% siswa yang sudah mencapai KKM.
76
Hasil tes kemampuan komunikasi matematik siswa pada siklus I ini masih
belum memenuhi target yang ingin dicapai yaitu 75% siswa mencapai
KKM. Sehingga tindakan pada siklus I ini masih perlu perbaikan untuk
siklus selanjutnya.
d) Tahap refleksi
Berdasarkan hasil jurnal harian, lembar observasi kemampuan
komunikasi matematik siswa dan wawancara dengan guru terhadap hasil dari
analisis data dan seluruh pelaksanaan pembelajaran siklus I. Adapun hasil
refleksi tersebut adalah sebagai berikut:
Tabel 9
Refleksi Kegiatan Tindakan Siklus I
No Aspek Temuan
Rencana Perbaikan Peneliti Siswa
1 Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle
- Pengaturan waktu tidak sesuai apa yang direncanakan sebelumnya
- Pegelolaan kelas yang belum maksimal, sehingga masih banyak terdapat siswa yang ribut
- Siswa masih sedikit bingung dalam menjalankan Model pembelajaran inside-outside circle
- Tempat/posisi kelompok agak berantakan
- Mengoptimalkan waktu untuk mengerjakan Lembar Tugas Diskusi dan ketika siswa berputar menjelaskan hasil diskusinya kepada kelompok lain
- Menjelaskan kembali bagaimana menepakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle pada siswa
- Tempat/posisi lebih ditegaskan lagi agar sebelum mulai pembelajaran harus rapi
2 Kemampuan Komunikasi matematik siswa dalam model Pembelajaran kooperatif tipe inside-
- Masih kesulitan dalam membimbing siswa karena siswa masih sering teriak-teriak jika
- Beberapa siswa masih kurang memahami soal-soal latihan yang ada pada Lembar Tugas
- Guru memperbaiki soal-soal latihan agar mengacu semua aspek-aspek komunikasi matematik.
- Memberikan reward berupa pujian dan pemberian coklat pada
77
outside circle memanggil guru
- Soal-soal pada Lembar Diskusi Siswa masih belum lengkap mewakili aspek-aspek kemampuan komunikasi matematik
Diskusi - Siswa masih
malu-malu untuk menjelaskan argument mereka pada kelompok lain
- Masih banyak yang salah pada saat menjelaskan soal-soal dalam Lembar Tugas Diskusi
- Masih banyak siswa yang tidak mencatat hasil diskusinya
kelompok yang berargumen dengan baik pada saat diskusi dengan kelompok lain sehingga siswa tidak malu dan lebih termotivasi untuk menjelaskan hasil diskusinya.
- Setiap kelompok mempunyai 4 rangkap Lembar Tugas Diskusi sehingga siswa tinggal mencatat hasil diskusi dari kelompok lain tanpa mencatat soalnya, jadi lebih hemat tenaga dan waktu.
3 Kerjasama siswa dalam kelompok
- Belum bisa mengkondisikan kelas dengan baik
- Kerjasama siswa dalam kelompoknya masih kurang, terlihat dari pembagian tugas yang belum merata dan siswa yang pandai masih mendominasi proses diskusi
- Suasana kelas menjadi sangat ribut
- Keaktifan siswa mengemukakan pendapat dalam menyelesaikan Lembar Tugas Diskusi masih kurang
- Meningkatkan keaktifan siswa dengan cara memberikan reward berupa pujian dan pemberian coklat pada siswa yang mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya dengan baik sehingga setiap kelompok tidak hanya mengandalkan satu orang saja
- Guru lebih tegas lagi dalam menghadapi siswa yang ribut agar kondisi kelas kondusif
- Memberikan reward berupa pujian dan pemberian coklat pada kelompok yang mengerjakan tugas kelompoknya dengan baik dan kompak
78
2. Tindakan Pembelajaran Siklus II
a) Tahapan Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan ini adalah menyiapkan
RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), menyiapkan lembar tugas diskusi,
lembar observasi kemampuan komunikasi matematik siswa, lembar observasi
kerjasama siswa dalam kelompok, dan jurnal harian siswa.
Berdasarkan hasil refleksi dari siklus I, pada siklus II ini proses
pembelajaran harus lebih diarahkan. Peneliti harus mampu mengoptimalkan
waktu yang digunakan agar seluruh tahapan model pembelajaran kooperatif
tipe inside-outsid circle dapat selesai sesuai waktu yang diinginkan seperti
mengelola kelas lebih baik sehingga waktu tidak terbuang untuk mengatur
siswa. Peneliti memperbaiki soal-soal pada lembar tugas diskusi agar soal
tidak terlalu banyak dan dapat mewakili seluruh aspek komunikasi. Peneliti
harus lebih tegas dalam mengkondisikan kelas, memberikan pengarahan
kepada siswa secara detail dan dapat menjadikan suasana kelas menjadi
santai, tidak tegang dan tidak terburu-buru. Memberikan reward kepada
kelompok siswa yang mampu mempresentasikan argumen atau hasil
diskusinya dengan baik kepada kelompok lain agar siswa termotivasi baik
keaktifannya maupun prestasinya.
Materi yang dibahas pada siklus II ini adalah menyebutkan sifat-sifat
pada prisma dan limas, menentukan jaring-jaring prisma dan limas,
menghitung luas permukaan prisma dan limas serta menghitung volume
prisma dan limas. Target pada siklus II ini siswa semakin baik dalam
menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle dan
kemampuan komunikasi matematik siswa semakin meningkat melalui lembar
observasi dibandingkan dengan siklus I. Tes kemampuan komunikasi
matematik siswa semakin meningkat dengan target pencapaian peneliti
dimana rata-rata tes kemampuan komunikasi matematik siswa mencapai nilai
KKM yaitu 70 dan sebesar 75% dari jumlah siswa di kelas sudah mencapai
KKM.
79
b) Tahap Pelaksanaan
Tindakan pembelajaran siklus II dilaksanakan dengan alokasi waktu
(2x30 menit) tiap pertemuannya. Kegiatan ini dilakukan dari tanggal 5-12
Mei 2010 sebanyak 4 pertemuan. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran siklus
II dapat dilihat pada lampiran 2.
1) Pertemuan ketujuh (Rabu, 5 Mei 2010)
Pokok bahasan yang akan dipelajari adalah sifat-sifat prisma dan limas.
Pertemuan ketujuh ini siswa yang tidak hadir 2 orang karena izin. Kegiatan
pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dan apersepsi. Peneliti
mereview soal tes yang belum dimengerti siswa untuk mengingatkan siswa
agar menjadi paham dan mengkondisikan kelas dengan lebih tegas agar siswa
lebih disiplin.
Peneliti menyampaikan tujuan pembelajaran dari materi siklus II dan
memberikan penjelasan dan pengarahan agar proses pembelajaran lebih baik
lagi dan siswa semakin aktif dalam menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe inside-outside circle. Sebelum proses pembelajaran
dilaksanakan, guru meminta siswa untuk duduk bersama kelompok
sebelumnya.
Peneliti bersama observer membagikan lembar tugas diskusi (6) yang
berisi materi “sifat-sifat prisma dan limas” kepada setiap kelompok. Tanpa
instruksi peneliti terlebih dahulu masing-masing kelompok sudah sibuk
membagi tugas kepada teman-teman kelompoknya. Aktivitas siswa mulai
terlihat membaik ketika mengerjakan lembar tugas diskusi (6) walaupun
siswa pandai masih lebih mendominasi dalam kelompok tetapi siswa lain
berusaha untuk mengerti juga.
Peneliti bersama observer berkeliling seperti biasa memantau siswa
dalam mengerjakan Tugas Diskusi (6), pada proses pembelajaran di
pertemuan 6 sudah terlihat mengalami banyak peningkatan, walaupun masih
ada saja dalam kelompok siswa yang hanya diam saja. Peneliti menegur siswa
tersebut dengan memberi pengertian kalau siswa yang tidak ikut mengerjakan
80
akan dikeluarkan dari kelas dan tidak mendapatkan nilai. Lembar tugas
diskusi (6) dapat diselesaikan sesuai waktu yang ditentukan walaupun masih
ada 2 kelompok yang belum tuntas tetapi peneliti harus menutup sesi
mengerjakan tugas diskusi (6) sesuai waktu yang telah ditentukan.
Setelah selesai mengerjakan lembar tugas diskusi (6), pada pertemuan
ini, giliran kelompok inside yang berputar. Ketika kelompok inside berputar
searah jarum jam, maka siswa sudah berhadapan dengan kelompok outside
yang baru. Kemudian siswa mempresentasikan hasil lembar tugas diskusi(6)
dengan kelompok baru tersebut. Pada pertemuan kali ini siswa sudah mulai
terbiasa dan terlihat lebih percaya diri untuk menjelaskan argumennya pada
lembar tugas diskusi (6).
Setiap siswa dalam satu kelompok mulai bergantian mengungkapkan
argumen mereka terkait hasil pengerjaan dari hasil lembar tugas diskusi.
Kemudian perhatian siswa juga sudah mulai meningkat, ini dapat dilihat
siswa sudah mulai aktif bertanya apalagi ketika ada kelompok yang
membahas bangun ruang yang agak rumit, seperti prisma segienam. Namun
masih ada beberapa siswa yang hanya memperhatikan saja tetapi tidak aktif
bertanya. Selain itu dalam menjelaskan soal kepada kelompok lain ada
beberapa siswa yang menjelaskan menggunakan bantuan gambar dan
kerangka yang sudah dibuat oleh kelompoknya sehingga siswa lain menjadi
mudah memahaminya. Siswa juga sudah banyak yang mulai mencatat namun
hanya 4 kelompok saja yang catatannya lengkap hingga akhir putaran.
Berikut ini petikan jawaban dari Lembar Tugas Diskusi (6) yang dikerjakan
oleh kelompok 2 outside :
81
1. Buatlah gambar sebuah limas segiempat T.ABCD! Kemudian, Tentukan : a. Rusuk
AB, BC, CD, DA, AT, BT, CT, DT b. Sisi/bidang
ABCD, TAB, TBC, TCD, TDA c. Diagonal bidang
AC, BD d. Diagonal ruang
Gak ada A B
CD
T
e. Bidang diagonal Gak ada
2. Coba sebutkan bangun-bangun lainnya yang termasuk limas ! Pyramid, topi ulang tahun(kerucut), limas segi5, limas segi 6, segi 7, segi 8,
……
3. Sebutkan benda-benda disekitarmu yang berbentuk limas dan tentukan banyak rusuk serta bidangnya! Pyramid, topi ulang tahun, permen payung
Terlihat dari petikan jawaban lembar tugas diskusi (6) yang dikerjakan
oleh kelompok 2 (Outside), siswa sudah mampu merefleksikan kalimat
matematika ke dalam gambar. Dari 8 kelompok, 7 kelompok sudah mampu
menyebutkan rusuk, sisi/bidang, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang
diagonal dengan baik. Siswa juga sudah mampu mengungkapkan argumennya
dengan baik menggunakan bahasa sendiri dan mampu menyebutkan benda-
benda dalam kehidupan sehari-hari yang berbentuk prisma dan limas. Namun,
sebagian besar kelompok tidak menyebutkan sifat-sifat dari benda-benda
tersebut.
Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan
menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti. Peneliti memanggil
siswa secara acak untuk menyebutkan salah satu sifat-sifat dari prisma dan
limas yang sudah dibahas serta bersama-sama siswa menyimpulkan materi
yang telah dipelajari. Peneliti menugaskan mereka untuk membuat bangun
prisma dan limas dari karton untuk pertemuan selanjutnya, adapun pembagian
kelompoknya sebagai berikut :
Kelompok 1 (inside dan outside) : bangun prisma alas segitiga
82
Kelompok 2 (inside dan outside) : bangun prisma alas belahketupat
Kelompok 3 (inside dan outside) : bangun limas alas persegi
Kelompok 4 (inside dan outside) : bangun limas alas persegi panjang
kemudian peneliti memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui respon
siswa terhadap pembelajaran pada pertemuan ini.
2) Pertemuan kedelapan (Kamis, 6 Mei 2010)
Pokok bahasan yang akan dipelajari adalah jaring-jaring Prisma dan
Limas. Pertemuan delapan ini siswa yang tidak hadir 2 orang karena izin.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dan
apersepsi, yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari materi Jaring-
jaring Prisma dan limas. Kelas sudah mulai rapih karena siswa sudah duduk
dengan masing-masing kelompoknya, dan sudah kelihatan bersemangat untuk
memulai pertemuan kali ini.
Peneliti bersama observer membagikan lembar tugas diskusi (7) yang berisi
materi “Jaring-jaring Prisma dan limas” kepada setiap kelompok. Tanpa
perintah peneliti terlebih dahulu masing-masing kelompok sudah sibuk membagi
tugas kepada teman-teman kelompoknya. Aktivitas siswa mulai terlihat
membaik ketika mengerjakan lembar tugas diskusi (7) walaupun siswa pandai
masih lebih mendominasi dalam kelompok tetapi siswa lain berusaha untuk
mengerti juga.
Peneliti bersama observer berkeliling seperti biasa memantau siswa
dalam mengerjakan lembar tugas diskusi (7) dan memberikan penilaian pada
lembar observasi terhadap siswa. Pada proses pembelajaran ini sudah terlihat
mengalami banyak peningkatan, walaupun masih ada saja dalam kelompok
siswa yang hanya diam saja. Siswa sudah tidak begitu ribut dan peran
penelitipun sudah mulai berkurang karena siswa sudah paham dengan
sendirinya. Dari 8 kelompok terlihat 4 kelompok agak kesulitan untuk
menggambar jaring-jaring yang diperintahkan dalam lembar tugas diskusi (7),
yaitu jaring-jaring prisma alas belah ketupat dan prisma alas persegi panjang.
Oleh karena itu, peneliti menyarankan untuk mengunakan bangun prisma
83
belah ketupat yang sudah mereka buat dan membimbing siswa untuk
membuat gambar jaring-jaring yang benar. Lembar tugas diskusi (7) dapat
diselesaikan sesuai waktu yang diinginkan walaupun masih ada 2 kelompok
yang belum tuntas tetapi peneliti harus menutup sesi mengerjakan lembar
tugas diskusi (7) sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Setelah selesai mengerjakan lembar tugas diskusi (7), pada pertemuan ini,
giliran kelompok outside yang berputar dan mulai observer memberikan
penilaian terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. Ketika kelompok
outside berputar searah jarum jam, maka siswa sudah berhadapan dengan
kelompok inside yang baru, kemudian mempresentasikan hasil lembar tugas
diskusi(7) dengan kelompok baru tersebut.
Pada pertemuan ini siswa sudah mulai terbiasa dan terlihat lebih percaya
diri untuk menjelaskan argumennya pada lembar tugas diskusi (7). Sesuai
dengan instruksi yang peneliti berikan, setiap siswa dalam satu kelompok
harus bergantian mengungkapkan argumennya pada kelompok lain. Siswa
pun mulai saling berbagi dan terlihat berdiskusi.
Perhatian siswa juga sudah mulai meningkat, mereka sudah mulai
bertanya pada kelompok lain ketika kelompok lain menjelaskan argumennya.
Namun tetap masih ada beberapa siswa yang hanya memperhatikan saja
tetapi tidak aktif bertanya. Masalah yang terjadi pada pertemuan ini adalah
siswa agak kesulitan untuk memahami gambar jaring-jaring prisma ataupun
limas jika tidak ada jaring-jaringnya secara langsung.
Dalam hal menjelaskan soal kepada kelompok lain ada beberapa siswa
yang menjelaskannya dengan menggunakan bantuan gambar dan bangun
prisma dan limas yang mereka buat dari karton sehingga siswa lain menjadi
mudah memahaminya. Siswa sudah banyak yang mulai mencatat namun
hanya 4 kelompok saja yang catatannya lengkap hingga akhir putaran.
Berikut ini petikan jawaban dari Lembar Tugas Diskusi (6) yang dikerjakan
oleh kelompok 3 outside
84
1. Gambar jaring-jaring limas alas persegi dengan menggunakan model limas alas persegi yang telah kamu buat !(minimal 3 model jaring-jaring)
2. Jaring-jaring limas alas persegi terdiri atas ...1..buah bangun berbentuk ……sebagai alasnya dan ...4... buah bangun berbentuk … .. sebagai sisi tegaknya.
3. Tentukan luas permukaan dari bangun tersebut dari jaring-jaring yang telah kamu gambar! L = L + L + L + L + L
4. Perhatikan gambar di samping ! Berbentuk bangun apakah kardus makanan tersebut ? Buatlah jaring-jaringnya !
5. Tentukan luas permukaan bangun tersebut berdasarkan dari jaring-jaring
yang telah kamu buat ! L= L + L + L + L
Terlihat dari petikan jawaban Lembar Tugas Diskusi (7) yang dikerjakan
oleh kelompok 3 (Outside), rata-rata mereka sudah mampu merefleksikan
kalimat matematika ke dalam gambar. Dari 8 kelompok, 6 kelompok sudah
mampu mengungkapkan argumen mereka dengan bahasa sendiri dalam
menentukan rumus luas permukaan prisma dan limas berdasarkan jaring-
jaring yang mereka buat sebelumnya. Kemudian mereka juga mampu
menentukan cara mencari luas permukaan benda-benda yang berbentuk
prisma dan limas dalam kehidupan sehari-hari. Namun mereka masih
kesulitan untuk menentukan luas permukaan prisma belah ketupat dan prisma
segienam.
85
Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan
menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti. Peneliti memanggil
siswa secara acak untuk menentukan jaring-jaring prisma dan limas yang
sudah dibahas serta bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah
dipelajari. Kemudian peneliti memberikan angket kepada siswa untuk
mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran pada pertemuan ini.
3) Pertemuan kesembilan (Selasa, 11 Mei 2010)
Pokok bahasan yang akan dipelajari adalah luas permukaan prisma dan
limas. Pada pertemuan kesembilan ini terdapat 2 siswa yang tidak hadir
karena izin. Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran
dan apersepsi yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran dari materi luas
permukaan Prisma dan limas dan mereview kembali materi pelajaran
sebelumnya dengan cara tanya jawab secara lisan. Kelas sudah mulai rapih
karena siswa sudah duduk dengan masing-masing kelompoknya, dan sudah
kelihatan bersemangat untuk memulai pertemuan ini.
Peneliti bersama observer membagikan lembar tugas diskusi (8) yang
berisi materi “Luas permukaan Prisma dan limas” kepada setiap kelompok.
Siswa sudah mulai terbiasa dengan tugas-tugas yang ada di dalam lembar
tugas diskusi tanpa perintah peneliti terlebih dahulu masing-masing kelompok
sudah sibuk membagi tugas kepada teman-teman kelompoknya. Peran siswa
dalam kelompok sudah membaik tidak ada lagi siswa yang tidak mengerjakan
tugas dengan kelompoknya.
Peneliti bersama observer berkeliling seperti biasa memantau siswa
dalam mengerjakan lembar tugas diskusi (8) dan memberikan penilaian
terhadap proses pembelajaran. Pada pertemuan kali ini sudah terlihat
mengalami banyak peningkatan, siswa sudah tidak begitu ribut dan peran
penelitipun suda mulai berkurang karena siswa sudah paham dengan
sendirinya. Lembar tugas diskusi (8) dapat diselesaikan sesuai waktu yang
ditentukan.
86
1. Perhatikan gambar limas alas persegi O. KLMN ! Tentukan luas permukaannya ! Dik : Alas = 13 Tinggi = 18 Dit : L. permukaan ? Jawab : (4 x L. ) + L. ) = 4 x + 12 x 12
= 4 x 60 + 144 = 240 + 144 = 384
Setelah selesai mengerjakan lembar tugas diskusi (8), pada pertemuan
ini, giliran kelompok inside yang berputar. Ketika kelompok inside berputar
searah jarum jam, maka siswa sudah berhadapan dengan kelompok outside
yang baru, kemudian mempresentasikan hasil Lembar Tugas Diskusi(8)
dengan kelompok baru tersebut.
Pada pertemuan ke 8 ini siswa sudah mulai terbiasa menjelaskan
argumen mereka menggunakan bahasa sendiri dan terlihat sudah lebih
percaya diri dalam menyampaikan argumennya. Sesuai dengan instruksi yang
peneliti berikan, setiap siswa dalam satu kelompok mulai bergantian
menjelaskan argument mereka terkait hasil pengerjaan dari lembar tugas
diskusi. Perhatian siswa juga sudah lebih meningkat, ini dapat dilihat
mereka sudah mulai aktif bertanya apalagi ketika ada kelompok yang
menjelaskan bangun ruang yang agak rumit, bahkan tidak hanya bertanya
tetapi mereka juga menyumbangkan pemikiran mereka walaupun tugas
tersebut bukan tugas kelompok mereka. Disini mulai terjadi diskusi antar
kelompok yang sebenarnya. Namun masih ada saja beberapa siswa yang
hanya memperhatikan saja tetapi tidak aktif bertanya. Siswa sudah banyak
yang mulai mencatat namun hanya 4 kelompok saja yang catatannya lengkap
hingga akhir putaran, kelompok lainnya mencatat namun tidak lengkap.
Berikut ini petikan jawaban dari Lembar Tugas Diskusi (8) yang dikerjakan
oleh kelompok 3 outside :
87
2. Atap sebuah rumah berbentuk limas dengan alas berbentuk persegi berukuran 12 m x 12 m, dan tinggi limas 8 m. tentukan banyak genting yang diperlukan untuk menutup atap itu, jika setiap 1 m2 memerlukan 14 genting! = (4 x L. ) = 4 x
= 4 x 60 = 240 = 240 x 14 = 3360 genteng
Terlihat dari petikan jawaban lembar tugas diskusi (8) yang dikerjakan
oleh kelompok 3 (Outside), siswa sudah mampu merefleksikan gambar ke
dalam kalimat matematika walaupun belum sepenuhnya lengkap. siswa juga
sudah mampu mengungkapkan argumennya dengan benar dan menggunakan
bahasa mereka sendiri. Kemudian mereka juga mampu menyelesaikan soal-
soal yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang berkaitan dengan
prisma dan limas hingga tuntas. Itu artinya mathematical expression mereka
sudah baik
Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan
menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti. Peneliti memanggil
siswa secara acak ke depan untuk menyelesaikan salah satu soal yang terdapat
pada Lembar Tugas Diskusi (8). Kemudian peneliti memberikan angket
kepada siswa untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran pada
pertemuan ini.
4) Pertemuan kesepuluh (Kamis, 12 Mei 2010)
Pokok bahasan yang akan dipelajari adalah volume prisma dan limas.
Pada pertemuan kesepuluh ini terdapat 2 siswa yang tidak hadir karena sakit.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan membuka pembelajaran dan apersepsi.
yaitu guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan mereview kembali materi
pelajaran sebelumnya dengan cara tanya jawab secara lisan. Kelas sudah mulai
rapih karena siswa sudah duduk dengan masing-masing kelompoknya, dan
sudah kelihatan bersemangat untuk memulai pertemuan ini.
88
Peneliti bersama observer membagikan lembar tugas diskusi (9) yang
berisi materi “volume prisma dan limas” kepada setiap kelompok. Tanpa
insrtuksi peneliti terlebih dahulu masing-masing kelompok sudah sibuk
membagi tugas kepada teman-teman kelompoknya. Kontribusi siswa dalam
kelompok sudah sangat membaik tidak ada lagi siswa yang tidak
mengerjakan tugas dengan kelompoknya.
Peneliti hanya memantau dari depan tidak lagi berkeliling seperti
biasanya karena semua siswa sudah sangat mengerti akan tugasnya dan
seperti biasa observer tetap berkeliling untuk memberikan penilaian pada
lembar observasi terhadap siswa, pada proses pembelajaran di pertemuan 10
sudah terlihat mengalami banyak peningkatan. Semua siswa dapat
mengerjakan lembar tugas diskusi (9) sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan.
Setelah mengerjakan lembar tugas diskusi (9), pada pertemuan ini, giliran
kelompok outside yang berputar dan mulai observer memberikan penilaian
terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung. Ketika kelompok outside
berputar searah jarum jam, maka siswa sudah berhadapan dengan kelompok
inside yang baru. kemudian mempresentasikan hasil lembar yugas diskusi (9)
dengan kelompok baru tersebut.
Pada pertemuan ini siswa sudah mulai terbiasa dan terlihat lebih percaya
diri untuk menjelaskan argumennya dalam lembar tugas diskusi (9). Ssesuai
dengan instruksi yang peneliti berikan, siswa juga sudah terlihat bergantian
membagi tugas untuk menjelaskan hasil diskusi dan argumen mereka dari
hasil lembar tugas diskusi (9) pada kelompok lain dihadapannya. Mereka pun
mulai saling berbagi dan terlihat berdiskusi. Kemudian perhatian siswa juga
sudah meningkat, siswa terlihat memperhatikan dan bertanya apa yang belum
dipahami pada kelompok lain ketika kelompok lain menjelaskan argumennya.
Siswa sudah banyak yang mulai mencatat namun hanya 2 kelompok saja yang
catatannya belum lengkap hingga akhir putaran. Berikut ini petikan jawaban
dari Lembar Tugas Diskusi (9) yang dikerjakan oleh kelompok 2 inside :
89
1. P r ! erhatikan gamba a. Bangun apakah gambar tersebut ? b. Tentukan volumenya ? L. ala s =
=
= 57 cm
V = L. alas x t. prisma
= x 14
= 57 x 14
= 798 cm3
2. Sebuah kolam renang yang berisi penuh oleh air dengan ukuran panjang 20 m dan lebar 5 m. Kedalaman air pada ujung yang dangkal 1 m dan terus menurun sampai 3 m pada ujung yang paling dalam. Berapa literkah volume air dalam kolam itu ? Dik : p = 20, l = 5, kedalaman = 1 – 3 m
Dit : v ….?
Jawab :
V =
=
= 40 x 5
= 200 m3 = 200.000 liter
1 m
5 m
20 m
3 m
Terlihat dari petikan jawaban Lembar Tugas Diskusi (9) yang dikerjakan
oleh kelompok 2 (inside), mereka sudah mampu merefleksikan gambar ke
dalam kalimat matematika. Dari 8 kelompok, 7 kelompok sudah mampu
mengungkapkan argumennya dengan bahasa sendiri dalam menentukan
volume prisma dan limas berdasarkan diskusi dengan kelompoknya, dan
menuliskan apa yang diketahui dari soal cukup lengkap. Kemudian mereka
juga mampu menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan kehidupan
sehari-hari terkait dengan bangun prisma dan limas.
Pada kegiatan akhir pembelajaran peneliti melakukan evaluasi dengan
menanyakan materi apa yang masih kurang dimengerti. Peneliti meminta
salah satu siswa untuk menyimpulkan materi yang tadi dipelajari. Kemudian
90
peneliti memberikan angket kepada siswa untuk mengetahui respon siswa
terhadap pembelajaran pada pertemuan ini.
5) Pertemuan kesebelas (Selasa, 18 Mei 2010)
Pertemuan kesebelas sama halnya dengan pertemuan sebelumnya
berlangsung 2x30 menit (2 jam pelajaran). Kegiatan pembelajaran dimulai
dengan membuka pembelajaran dan memeriksa absensi siswa, dan semua
siswa hadir.
Pertemuan ini tidak dibagi kelompok karena akan dilaksanakan tes akhir
siklus II. Tes ini berbentuk essai yang telah di uji validitas isi oleh ahli, dalam
hal ini dosen pembimbing. Soal berjumlah 6 butir yang terdiri dari sifat-sifat
prisma dan limas, menentukan jaring-jaring prisma dan limas, mencari luas
permukaan prisma dan limas, dan mencari volume prisma dan limas. Tes ini
dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kemampuan komunikasi matematik
siswa.
Tes ini dilaksanakan selama 60 menit. Selama proses berlangsung,
suasanapun menjadi sepi dan hening namun masih ada beberapa siswa yang
masih menyontek dengan teman sebangkunya dan peneliti segera
menegurnya. Setelah waktu habis siswa segera mengumpulkan lembar
jawaban tes dan pada pertemuan ini siswa tidak diberikan lembar jurnal
harian siswa.
c) Tahap Observasi dan analisis
Tahap observasi berlangsung bersamaan dengan pelaksanaan tindakan.
Guru kelas (observer) melakukan pengamatan langsung tentang pelaksanaan
pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle dan kemampuan
komunikasi matematik siswa secara lisan selama proses pembelajaran. Hasil
pengamatan kemampuan komunikasi matematik siswa secara lisan melalui
lembar observasi dapat dilihat pada tabel 10 berikut:
91
Tabel 10
Rekapitulasi Persentase Hasil Observasi Kemampuan Komunikasi
Matematik Siswa Siklus II
Aspek Kemampuan Komunikasi Matematik
Skor total
Rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa pertemuan ke - Rata2 tiap
kemampuan 6 7 8 9
Written Text 25 71,60% 76,91% 79,20% 80,20% 76,98% Drawing 10 64,50% 72,73% 78,50% 79,00% 73,68% Mathematical Expression 10 65,00% 71,82% 74,00% 74,50% 71,33%
Rata2 (%) 67,03% 73,82% 77,23% 77,90% Rata2 KKM siswa
siklus II 74,00%
Skor normal 27 60%
Berdasarkan tabel 10, diperoleh informasi bahwa kemampuan komunikasi
matematik siswa pada siklus II adalah sebagai berikut:
1) Written Text
Written Text yaitu kemampuan komunikasi matematik yang meliputi
kemampuan memuat persoalan ke dalam kalimat matematika pada saat
diskusi, menjelaskan dan bertanya pada kelompok lain ketika berputar,
memperhatikan penjelasan siswa lain ketika diskusi sedang berlangsung,
mendiskusikan, menyusun argumen terkait dengan soal yang dikerjakan pada
Lembar Tugas Diskusi dan mencatat hasil diskusinya. Rata-rata persentase
siswa dalam kemampuan written text hanya sebesar 76,98%. Persentase ini
terbilang sudah cukup memuaskan, karena sudah mencapai diatas persentase
skor normal(rata-rata).
Pada saat siswa harus menjelaskan argumen mereka pada kelompok lain
terlihat lebih percaya diri karena pada saat berdiskusi mengisi lembar tugas
diskusi siswa ikut terlibat dan memperhatikan penjelasan siswa lainnya dalam
satu kelompok sehingga pada saat menjelaskan argumennya pada kelompok
lain terlihat lebih percaya diri., hanya satu atau dua siswa yang kurang mampu
dalam menyampaikan ide-ide matematikanya. Kemudian sebagian besar siswa
memperhatikan dengan baik apa yang dijelaskan kelompok lain, karena
92
peneliti memotivasi mereka bahwa setiap soal ulangan tidak jauh berbeda
dengan soal yang ada pada lembar tugas diskusi sehingga siswa benar-benar
memperhatikan. Kemudian terlihat rasa keingintahuan siswa juga meningkat,
siswa sudah tidak malu-malu bertanya pada kelompok lain apabila
penjelasannya masih kurang dipahami, dan mengoreksi kelompok lain apabila
ada kesalahan. Karena pada siklus I siswa banyak yang tidak mencatat maka
pada siklus II ini diperbaiki, setiap kelompok memiliki lembat tugas diskusi
kelompok lain sehingga pada saat diskusi antar kelompok inside dan outside
mereka langsung mencatat hasil diskusinya tanpa harus menulis soalnya lagi
secara bergantian antar anggota kelompok. Sehingga dapat disimpulkan bahwa
rata-rata kemampuan written text siswa menunjukkan adanya peningkatan
dibandingkan dengan siklus I yang hanya mencapai 57,20%.
2) Drawing
Kemampuan Drawing yaitu kemampuan merefleksikan benda nyata ke
dalam kalimat matematika dan sebaliknya. Rata-rata persentase kemapuan
drawing siswa pada saat diskusi dengan kelompoknya maupun pada saat
menjelaskan hasil diskusinya pada kelompok lain dari tiap pertemuan yaitu
73,68%. Persentase ini terbilang baik, karena sudah mencapai diatas
persentase skor normal(rata-rata).
Pada saat diskusi dalam kelompoknya sebagian besar siswa mampu
merefleksikan apa yang diketahui dari gambar ke dalam kalimat atau simbol
matematika maupun sebaliknya. Demikian juga ketika siswa menjelaskan
argumennya pada kelompok lain, siswa mampu menggunakan media gambar
atau benda-benda yang berbentuk prisma dan limas yang sudah dibuat agar
penjelasan mereka dipahami oleh siswa anggota kelompok lain.
3) Mathematical Expression
Mathematical Expression yaitu kemampuan siswa menyatakan soal
yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari ke dalam bahasa atau simbol
matematika dan mampu menyelesaikannya. Dilihat dari tabel diatas persentase
kemampuan mathematical expresion siswa mengalami peningkatan
93
dibandingkan sebelumnya yaitu 71,33%. Persentase ini terbilang baik, karena
karena sudah mencapai diatas persentase skor normal(rata-rata).
Sebagian besar siswa mampu menyatakan menyatakan soal yang
berhubungan dengan kehidupan sehari-hari ke dalam bahasa atau simbol
matematika namun pada tahap penyelesaian soal masih ada kelompok yang
bertanya pada observer maupun pada peneliti. Disini observer dan peneliti
hanya memberi arahan saja kepada namun penyelesaiannya tetap dikerjakan
oleh siswa. Kemudian pada pertemuan selanjutnya terlihat adanya
peningkatan. Hal ini ditandai dengan dari 8 kelompok 6 kelompok sudah
mampu menyelesaikan soal yang berhubungan dengan kehidupupan sehari-
hari. Dengan lebih banyak memberikan soal-soal yang berhubungan dalam
kehidupan sehari-hari, siswa banyak berlatih mengasah kemampuan
mathematical expresionnya, apalagi ketika pada saat kelompok inside atau
outside berputar dan bertemu dengan kelompok lain, lalu mereka masing-
masing menjelaskan hasil diskusinya maka akan semakin banyak masukan
bagi siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan kehidupan
sehari-hari.
Kemudian peneliti juga menggunakan lembar observasi kerjasama
kelompok untuk mengetahui bagaimana kerjasama siswa dalam kelompok
dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle dan sebagai acuan
untuk merencanakan tindakan selanjutnya. Hasil pengamatan kerjasama siswa
dalam kelompok dalam Pembelajaran Kooperatif Tipe Inside-Outside Circle
pada siklus II melalui lembar observasi dapat dilihat pada Tabel 11 berikut:
94
Tabel 11
Rekapitulasi Hasil Observasi Kerjasama Siswa dalam Kelompok pada
Siklus II
KELOMPOK PERTEMUAN RATA-RATA Keterangan
6 7 8 9 1 (OUTSIDE) 27 27 30 32 29.00 Tinggi 1 (INSIDE) 23 26 27 30 26.50 Sedang 2 (OUTSIDE) 22 26 27 32 26.75 Sedang 2 (INSIDE) 19 26 25 31 25.25 Sedang 3 (OUTSIDE) 24 25 28 31 27.00 Sedang 3 (INSIDE) 18 27 25 32 24.00 Sedang 4 (OUTSIDE) 22 27 27 34 29.00 Tinggi 4 (INSIDE) 22 27 27 32 28.25 Tinggi Skor rata-rata tiap pertemuan 22,13 26,38 27,00 31,75
Keterangan :
Skala penilaian jumlah rata-rata skor kemampuan kerjasama siswa dalam kelompok: 9-18 : Kemampuan kerjasama siswa dalam kelompok rendah 19-27 : Kemampuan kerjasama siswa dalam kelompok sedang 27-36 : Kemampuan kerjasama siswa dalam kelompok tinggi
Tabel 11 menunjukkan bahwa skor kerjasama siswa dalam kelompok
dari tiap pertemuan semakin meningkat. Hal ini menunjukkan bahwa
kerjasama siswa dalam kelompok semakin membaik dibandingkan dengan
siklus I. Pada pertemuaan-pertemuan di siklus II ini, siswa terbiasa dengan
belajar berkelompok. Peran mereka masing-masing dalam kelompok sudah
mulai terlihat, seperti berbagi tugas dalam mengerjakan lembar tugas diskusi,
bertanya, memperhatikan dan mendengarkan teman satu kelompoknya ketika
menyatakan argumennya. Siswa juga tidak malu-malu lagi untuk
mengeluarkan pendapatnya, sehingga peran setiap anggota sama, walaupun
siswa yang pintar lebih banyak mengeluarkan pendapatnya, namun yang lain
berusaha juga bertanya agar mengerti juga.
Pada saat berputar dan siswa bertemu dengan kelompok lain, sebagian
besar kelompok sudah terlihat bergantian untuk menjelaskan argumennya
pada kelompok lain, sehingga dapat terlihat kemampuan masing-masing.
95
Ketika kelompok lain ada yang bertanya mengenai lembar tugas diskusi yang
sudah mereka kerjakan, mereka berusaha saling membantu menjawab
pertanyaan. Namun, masih ada sebagian kecil kelompok yang masih
mengandalkan anggota kelompoknya yang pintar untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan dari kelompok lain. Dari penjabaran tadi dapat disimpulkan bahwa
kerjasama siswa dalam kelompok sudah cukup baik.
Selain lembar observasi, peneliti menggunakan jurnal harian siswa
untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran kooperatif tipe inside-
outside circle pada siklus II ini. Beberapa respon siswa terhadap tindakan
pembelajaran pada setiap pertemuan siklus II yang diperoleh dari jurnal harian
siswa.
Dari jurnal harian siswa selama pembelajaran pada siklus II, pendapat
siswa bervariasi. Sebagian besar siswa menyatakan respon positif terhadap
pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle di kelas. Hal ini dapat
dilihat dari komentar-komentar mereka pada jurnal harian, ada yang
menuliskan seru, menarik, mudah dimengerti, asik dan menyenangkan. Ada
yang berkomentar seru, karena terlihat selama pembelajaran mereka sudah
akrab satu sama lain, karena sebelumnya tidak. Kemudian selama proses
pembelajaran berlangsung siswa makin terlihat lebih baik dalam menjelaskan
hasil diskusi mereka, sehingga bnayak yang berkomentar mudah dipahami.
Ada juga beberapa siswa yang berkomentar biasa saja, ada yang bingung ada
yang tidak bahkan tidak memberikan komentar apapun. Ada juga sebagian
kecil siswa yang berkomentar negatif, antara lain agak sulit dipahami,
komentar ini banyak didapat karena menurut sebagian siswa materi prisma dan
limas lebih sulit dibandingkan dengan materi kubus dan balok, lalu ada juga yang
siswa berkomentar enak tapi bosan. Namun dapat disimpulkan untuk siklus II ini
sebagian besar siswa berkomentar positif terhadap pembelajaran kooperatif tipe
inside-outside circle.
Selama proses pembelajaran berlangsung, peneliti mengamati
kerjasama siswa di dalam kelompok siswa apa saja yang dilakukan siswa
ketika proses diskusi sebagaimana pada gambar berikut:
96
Gambar 5
Siswa Sedang Berdiskusi Ketika Mengerjakan Lembar Tugas Diskusi
Gambar 5 menunjukkan siswa sedang berdiskusi dengan kelompoknya
dalam mengerjakan Lembar Tugas Diskusi, dalam siklus II ini dapat
dilihat sebagian besar siswa ikut berkontribusi dalam diskusi dalam
kelompoknya.
Gambar 6
Kelompok Inside dan Outside sedang Menjelaskan Argumen Mereka
Masing-Masing
Gambar 6 menunjukkan bahwa siswa terlihat lebih serius berdiskusi
menjelaskan argument mereka ketika bertemu dengan kelompok lain.
Terlihat banyak peningkatan pada siklus II ini, siswa sudah terlihat
memperhatikan dengan serius ketika teman dari kelompok lain
menjelaskan hasil diskusinya.
Setiap akhir proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle guru selalu melakukan
evaluasi salah satunya menunjuk secara acak siswa untuk menjawab
pertanyaan yang diberikan dan menjelaskan materi yang masih sulit dipahami
97
siswa. Pada gambar di bawah ini terlihat siswa mencoba menyelesaikan salah
satu soal yang dianggap sulit didepan pada akhir pembelajaran.
Gambar 7
Siswa Maju ke Depan Menyelesaikan Soal Ketika Guru Menunjuknya
pada Akhir Pembelajaran
Hasil tes kemampuan komunikasi matematik selama siklus II
diperoleh dari nilai tes akhir kemampuan komunikasi matematik siklus II
pada pertemuan kesepuluh. Hasil tes akhir kemampuan komunikasi
matematik siklus II tersebut dapat dilihat pada tabel 12 berikut:
Tabel 12
Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siklus II
INTERVAL F F% KETERANGAN > 96.63 0 0.00 sangat baik
88.18 - 96.63 2 9.09 baik 71.28 - 88.18 15 68.18 cukup 62.83 - 71.28 4 18.18 kurang
< 62.83 1 4.55 sangat kurang Keterangan:
Nilai tertinggi = 91,67 Jumlah siswa = 22
Nilai terendah = 62,50 Rata-rata = 79,73
Berdasarkan tabel 12, terlihat bahwa hasil belajar siswa pada siklus II
ini mencapai rata-rata 79,73. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar
siswa pada siklus II ini cukup baik, dan sebesar 81,82% siswa sudah
mencapai nilai diatas KKM, sehingga penelitian dapat dihentikan.
98
d) Tahap refleksi
Dalam pelaksanaan proses pembelajaran metode yang digunakan oleh
guru pada proses pembelajaran telah sesuai yaitu model pembelajaran
kooperatif tipe inside-outside circle walaupun dalam pelaksanaannya masih
terdapat banyak kekurangan tetapi hal tersebut dapat diatasi pada tindakan
pembelajaran selanjutnya dengan adanya kegiatan refleksi pada setiap akhir
proses pembelajaran.
Berdasarkan pengamatan selama proses pembelajaran melalui lembar
observasi sudah baik dalam menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
inside-outside circle hasil tes kemampuan komunikasi matematik siswa siklus
II sudah menunjukkan hasil yang baik, rata-rata nilai tes kemampuan
komunikasi matematik siswa mengalami peningkatan dari 68.94 pada siklus I
menjadi 79,73 pada siklus II dan peningkatannya sebesar 10,79.
B. Pemeriksaan Keabsahan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
terdiri atas instrument tes dan non tes. Untuk instrumen tes digunakan tes
kemampuan komunikasi matematik yaitu tes yang dilaksanakan pada setiap
akhir siklus. Tes ini bertujuan untuk menganalisis peningkatan kemampuan
komunikasi matematik siswa pada tiap siklus. Instrument tes kemampuan
komunikasi matematik dilakukan uji validitas secara isi (content validity).
Validitas isi mengandung arti bahwa suatu alat ukur dipandang valid apabila
sesuai dengan apa yang hendak diukur, sehingga mendapatkan data yang
absah.Validitas isi dilakukan dengan mengkonsultasikan instrument tes
tersebut kepada para pakar (ahli) dalam hal ini yaitu dosen pembimbing I dan
dosen pembimbing II yang merupakan pakar di bidang evaluasi pendidikan
matematika.
Instrumen non tes berupa lembar observasi, jurnal harian dan wawancara
yang ditujukan untuk guru. Lembar observasi diisi pada setiap pertemuan
sedangkan wawancara dilakukan pada kegiatan pra penelitian dan di akhir
penelitian. Untuk mendapatkan data yang absah dan memiliki tingkat
99
keterpercayaan yang tinggi dilakukan validasi dengan teknik triangulasi dan
saturasi. Triangulasi yaitu menggali data dari berbagai sumber, dan data dari
sumber yang satu dibandingkan dengan data dari sumber berikutnya, dan
seterusnya. Sedangkan saturasi adalah situasi pada waktu data sudah jenuh,
atau tidak ada lagi data lain yang berhasil dikumpulkan, maka waktunya
peneliti untuk mengambil keputusan untuk mengakhiri siklus. Selain
melakukan triangulasi dan saturasi, untuk mendapatkan data yang absah
dilakukan pula member check. Kegiatan ini meliputi memeriksa kembali
keterangan atau informasi yang diperoleh selama observasi dari narasumber,
memeriksa apakah data tersebut tetap sifatnya dan dapat dipastikan kebenaran
data. Peneliti juga secara rutin melakukan diskusi dengan guru kolaborator
mengenai hasil observasi yang diperoleh, dibaca berulang-ulang, dan
menghilangkan data yang tidak relevan dengan fokus penelitian. Hal ini
bertujuan agar data yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.
C. Analisis Data
Tahap analisis data dimulai dengan membaca keseluruhan data yang ada
dari berbagai sumber baik tes maupun non tes. Data kemampuan komunikasi
matematik siswa pada setiap akhir siklus didapat dari Tes kemampuan
komunikasi matematik dan lembar observasi kemampuan komunikasi
matematik siswa, adapaun analisis datanya sebagai berikut :
Hasil tes kemampuan komunikasi matematik siswa tiap akhir siklus,
diperoleh tingkat kemampuan komunikasi matematik siswa tertinggi, tingkat
kemampuan komunikasi matematik siswa terendah dan rata-rata kemampuan
komunikasi matematik siswa yang dirangkum dalam Tabel 13 berikut :
100
Tabel 13
Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa
Tingkat Kemampuan Komunikasi
Matematik (KKM)
Hasil Tes KKM
Tes Awal Siklus I Siklus II Tingkat KKM tertinggi 75.00 83.33 91.67 Tingkat KKM terendah 20.00 20.83 62.50 Rata-rata tingkat KKM 46.75 68.94 79.73
Indikator ketercapaian kemampuan komunikasi matematik siswa dalam
penilaian ini adalah jika siswa mendapatkan nilai rata-rata ≥70 dan sebanyak
70% sudah mencapainya, maka penelitian dihentikan. Dilihat dari persentase
tingkat KKM siswa mengalami peningkatan mulai dari tes awal ke siklus I
kemudian ke siklus II. Dari tes awal ke siklus I mengalami peningkatan
sebesar 22,19 dan dari siklus I ke siklus II juga mengalami peningkatan
sebesar 10,79 sehingga dari kemampuan awal siswa ke siklus II mengalami
peningkatan sebesar 32,98. Persentase tingkat KKM siswa dapat dikonversikan
dalam Diagram 1 berikut :
0
20
40
60
80
100
Tes Awal Siklus I Siklus II
Tingkat KKM terendahTingkat KKM tertinggiTingkat KKM rata-rata
Diagram 1
Tingkat Kemampuan Komunikasi Matematik (KKM) Siswa
Selain data hasil tes kemampuan komunikasi matematik, observasipun
dilakukan kepada siswa untuk mengetahui kemampuan komunikasi
matematik siswa secara lisan, adapun analisis datanya sebagai berikut :
101
Tabel 14
Rekapitulasi Hasil Observasi Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa
Aspek Kemampuan Komunikasi Matematik
Skor total
Tingkat KKM
Siklus I Siklus II
Rata-rata skor
Rata-rata skor
Written Text 25 57,20% 76,98% Drawing 10 53,45% 73,68%
Mathematical Expression 10 46,40% 71,33%
rata-rata 52,34% 74,00% a. Written text
Written Text yaitu kemampuan komunikasi matematik yang meliputi
kemampuan memuat persoalan ke dalam kalimat matematika pada saat
diskusi, menjelaskan dan bertanya pada kelompok lain ketika berputar,
memperhatikan penjelasan siswa lain ketika diskusi sedang berlangsung,
mendiskusikan, menyusun argumen terkait dengan soal yang dikerjakan pada
Lembar Tugas Diskusi dan mencatat hasil diskusinya. Rata-rata persentase
siswa dalam kemampuan written text pada siklus I hanya sebesar 57,20%.
Persentase ini terbilang masih rendah, karena masalah yang terjadi yaitu siswa
masih malu-malu dalam menjelaskan argumennya pada kelompok lain. Hal ini
terjadi kerena siswa masih belum terbiasa cara belajar seperti ini dan terlihat
kurang percaya diri dengan jawaban mereka. Kemudian siswa Siswa juga
masih banyak yang tidak memperhatikan apalagi bertanya ketika kelompok
lain sedang menjelaskan argumennya.
Seiring berjalannya waktu siswa sudah mulai terbiasa dengan cara
belajar menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Inside-Outside
Circle, kemampuan written textnya pun mulai terasah. Pada saat siswa harus
menjelaskan argumen mereka pada kelompok lain terlihat lebih percaya diri
karena pada saat berdiskusi mengisi Lembar Tugas Diskusi mereka ikut
terlibat dan memperhatikan penjelasan siswa lainnya dalam satu kelompok.
Kemudian mereka sudah mulai aktif bertanya pada kelompok lain sedang
102
menjelaskan argumennya. Sehingga pada siklus II, rata-rata kemampuan
written text siswa meningkat menjadi 76,98%.
b. Drawing
Kemampuan Drawing yaitu kemampuan merefleksikan benda nyata ke
dalam kalimat matematika dan sebaliknya. Rata-rata persentase kemampuan
drawing siswa pada siklus I baru mencapai 53,45%. Sehingga dapat
dinyatakan kemampuan drawing siswa pada siklus I masih rendah. Masalah
yang terjadi adalah sebagian besar siswa belum mampu merefleksikan apa
yang diketahui pada soal ke dalam gambar, hanya siswa yang pintar saja yang
sudah mampu melakukannya. Kemudian dalam hal kemampuan merefleksikan
gambar ke dalam kalimat matematika mereka juga masih kurang. Sangat
jarang sekali mereka menggunakan media gambar untuk membantu
menyelesaikan masalah yang terdapat pada lembar tugas diskusi.
Namun, karena seringnya mereka berdiskusi dan menjelaskan
argumennya, mereka sering menggunakan gambar untuk mempermudah
kelompok lain memahami apa yang mereka sampaikan, sehingga kemampuan
drawingnya makin terlihat baik. Pada siklus II rata-rata kemampuan drawing
siswa meningkat menjadi 73,68%.
c. Mathematical expression
Mathematical Expression yaitu kemampuan siswa menyatakan soal
yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari ke dalam bahasa atau simbol
matematika dan mampu menyelesaikannya. Dilihat dari tabel 11 persentase
kemampuan mathematical expresion siswa pada siklus 1 hanya mencapai
46,40%. Kemudian pada siklus II, peneliti lebih banyak lagi memberikan soal-
soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari pada lembar tugas diskusi
untuk mengasah kemampuan Mathematical Expression siswa. Hasil dari
lembar observasi pada siklus II, kemampuan Mathematical Expression
mengalami peningkatan dibandingkan sebelumnya yaitu 71,33%. Sebagian
besar siswa mampu menyatakan menyatakan soal yang berhubungan dengan
103
kehidupan sehari-hari ke dalam bahasa atau simbol matematika dan sudah ada
beberapa kelompok yang mampu sampai pada tahap penyelesaian.
Dalam penelitian ini, peneliti tidak hanya melihat bagaimana kemampuan
komunikasi matematik siswa tetapi juga menggunakan lembar observasi
kerjasama siswa dalam kelompok untuk mengetahui bagaimana kerjasama siswa
dalam kelompok sebagai data pendukung dengan asumsi bahwa jika kerjasama
siswa dan peran siswa dalam kelompok itu baik maka kemampuan
komunikasinya pun juga baik. Hasil dari lembar observasi kerjasama siswa dalam
kelompok dapat dilihat dari tabel 15 berikut :
Tabel 15
Rekapitulasi Hasil Observasi Kerjasama Siswa dalam Kelompok
KELOMPOK Rata-rata skor kerjasama siswa dalam
kelompok Siklus I Ket Siklus II Ket
1 (OUTSIDE) 19,20 sedang 29,00 tinggi 1 (INSIDE) 15,00 rendah 26,50 sedang 2 (OUTSIDE) 17,80 rendah 26,75 sedang 2 (INSIDE) 15,20 rendah 25,25 sedang 3 (OUTSIDE) 16,60 rendah 27,00 sedang 3 (INSIDE) 14,60 rendah 24,00 sedang 4 (OUTSIDE) 14,80 rendah 29,00 tinggi 4 (INSIDE) 13,00 rendah 28,25 tinggi
rata-rata 15,77 rendah 26,96 sedang
Berdasarkan tabel 15, dapat dilihat bahwa rata-rata skor kerjasama siswa
dalam kelompok , dari siklus I ke siklus II mengalami peningkatan untuk
semua kelompok. Rata-rata peningkatan tersebut sebesar 11,19, artinya
sebagian besar siswa sudah mengalami peningkatan saat bekerja sama dalam
kelomponya. Hal ini terlihat dari siswa memberikan kontribusinya dalam
kelompok, membagi-bagi tugas pada tiap anggota dan aktivitas siswa dalam
kelompoknya meningkat selama pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle.
Respon siswa terhadap pembelajaran dalam setiap tindakan penting
untuk dijadikan pertimbangan dan perbaikan bagi penyusunan rencana
104
pembelajaran berikutnya. Respon siswa tersebut disusun dalam sebuah jurnal
harian siswa yang diberikan kepada siswa setiap akhir pembelajaran. Respon
yang dikemukakan siswa beragam, ada yang berkomentar baik, komentar
negatif, bahkan ada yang tidak berkomentar. Jurnal harian yang telah disusun
kemudian dihitung persentasenya dan hasilnya dirangkum pada Tabel 16
berikut :
Tabel 16
Rekapitulasi Respon Siswa Selama Pembelajaran
Komentar Alternatif Jawaban Persentase siklus I siklus II
Positif Seru dan menyenangkan 44,95 47,45
Jadi mudah dipahami 9,81 15,68 Asik dan menarik 14,67 15,68 Inovatif 1,00 total 70,43 78,81
Negatif Susah materinya dan sulit dipahami 3,90 7,27
Kurang asik dan seru 14,76 Bosan 2,00 3,75 total 20,66 11,02 Netral Biasa saja 4,90 7,16 Tidak berkomentar 4,00 3,64
Berdasarkan tabel 16, pada siklus I sebagian besar siswa memberikan
respon yang baik dan positif terhadap model pembelajaran kooperatif tipe
inside-outside circle. Pada siklus II terdapat peningkatan dimana respon
positif siswa dari 70,43% naik menjadi 78,18% pada siklus II, dengan
kenaikan sebesar 7,75%.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa senang
mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe inside-outside circle. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya peresentase
siswa yang memberikan respon positif dari setiap siklus, dan menurunnya
105
persentase siswa yang berkomentar negatif. Peningkatan ini tentunya
berdampak positif terhadap kemampuan komunikasi matematik siswa.
Selain data yang diperoleh dari observasi dan jurnal harian siswa diperkuat
lagi dengan hasil wawancara yang dilakukan peneliti sebelum dan sesudah
pelaksanaan penelitian terhadap guru matematika yang bersangkutan untuk
mengetahui keadaan awal siswa di kelas dan keadaan siswa setelah
diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle.
Informasi yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut adalah sebagai berikut :
1. Minat siswa kelas VIII-2 terhadap matematika masih kurang, sehingga
nilai dalam pelajaran matematika juga kurang memuaskan.
2. Rata-rata maksimal hanya 50% siswa mencapai nilai KKM pada setiap
ulangan harian.
3. Metode yang sering digunakan guru adalah konvensional, ceramah, tanya
jawab, penugasan dan belum pernah menerapkan pembelajaran
berkelompok.
4. Sebagian besar siswa kelas BP-2 sangat pasif dalam belajar matematika
namun berisik pada saat pembelajaran matematika berlangsung.
5. Beberapa siswa masih takut bertanya kepada guru, mereka harus dipicu
dulu untuk bertanya karena memang minat mereka dalam belajar
matematika kurang.
6. Seluruh siswa mengerjakan setiap tugas yang diberikan guru. Namun ada
beberapa siswa yang meremehkan tugas sehingga terlambat dalam
megumpulkan tugas.
7. Sebagian besar siswa memiliki kemampuan yang rendah mulai dari aspek
kemampuan komunikasi, koneksi sampai aspek pemecahan masalah.
8. Sebagian besar siswa sudah terlihat lebih aktif setelah menerapkan model
pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle. Karena suasana kelas
tidak monoton. Minat mereka juga sudah mulai terlihat dan justru lebih
antusias dengan pembelajaran seperti ini. Mereka sudah berani berbicara
mengelurkan ide-idenya, kemudian bertanya apabila ada yang kurang
dipahami dan memperhatikan dengan serius saat berdiskusi. Mereka juga
106
terlihat antusias ketika menyelesaikan soal-soal yang berhubungan dengan
kehidupan sehari-hari.
9. Kemampuan komunikasi matematik siswa mengalami peningkatan setelah
diterapkannnya model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle,
meskipun tidak signifikan.
D. Interpretasi Hasil Analisis
Pada siklus I dari hasil pengamatan dan jurnal harian siswa menunjukkan
bahwa siswa cukup senang dan semangat belajar menggunakan model
pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle. Dengan antusias dan
semangat siswa dalam belajar matematika menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe inside-outside circle menunjukkan bahwa model pembelajaran
ini dapat menciptakan sikap positif siswa terhadap matematika. Siswa juga
terlihat semakin terbiasa menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe
inside-outside circle. Hal ini ditandai dengan mereka mengungkapkan
argumen ketika berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing dan berbagi
tugas dalam menyelesaikan lembar tugas diskusi. Kemudian ketika mereka
berputar bertemu dengan kelompok baru, mereka berusaha menjelaskan
argumennya dibantu dengan gambar atau media lain agar siswa lain dapat
memahami. Disamping itu siswa juga terlihat memperhatikan dan bertanya
ketika siswa dari kelompok lain mengungkapkan argumenya. Kegiatan lain
yang juga terlihat dari siswa adalah menulis hasil diskusinya. Hal ini
menunjukkan bahwa kemampuan komunikasi matematiknya semakin
meningkat. Namun pada pembelajaran siklus I masih banyak terdapat hambatan,
sebagian siswa tidak mau laki-laki dan perempuan berada satu kelompok, namun
hali ini dapat diatasi dengan membujuk mereka dan menasehati mereka.
Sehingga proses pembelajaran pun akhirnya berjalan lancar.
Pada penelitian pendahuluan diperoleh rata-rata skor kemampuan
komunikasi matematik siswa yaitu 46,75 dan setelah tindakan siklus I
diperoleh skor rata-rata kemampuan komunikasi matematik siswa sebesar
68,94. Sedangkan setelah tindakan siklus II diperoleh skor rata-rata
107
kemampuan komunikasi matematik siswa sebesar 79,75 ini artinya terjadi
peningkatan skor kemampuan komunikasi matematik siswa, dari skor awal
terhadap skor hasil tes kemampuan komunikasi matematik siswa siklus I
sebesar 22,19 sedangkan dari siklus I terhadap siklus II mengalami
peningkatan sebesar 10,81. Peningkatan skor kemampuan komunikasi
matematik siswa ini terjadi karena pembelajaran matematika dengan model
pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle di kelas.
Dan dari hasil observasi kemampuan komunikasi matematik siswa dengan
menggunakan lembar observasi menunjukkan persentase rata-rata
kemampuan komunikasi matematik siswa pada siklus I yaitu 52,34%
sedangkan pada siklus II mencapai 74%. Sehingga dapat disimpulkan terjadi
peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa dari siklus I terhadap
siklus II sebesar 21,66%.
Adapun peningkatan kemampuan komunikasi matematik siswa pada setiap
aspek yaitu sebagai berikut : kemampuan written text pada siklus I sebesar
57,20% sedangkan pada siklus II persentase rata-rata kemampuan written text
sebesar 76,98%, ini artinya terjadi peningkatan kemampuan written text siswa
dari siklus I terhadap siklus II sebesar 19,78%. Kemudian persentase rata-rata
kemampuan drawing siswa juga meningkat dari siklus I sebesar 53,45%
menjadi 73,68% pada siklus II, sehingga terjadi kenaikan skor kemampuan
drawing siswa sebesar 20,23%. Dan terakhir persentase rata-rata kemampuan
mathematical expression siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I
yaitu sebesar 46,40% dan siklus II sebesar 71,33% maka terjadi kenaikan
sebesar 24,93%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pada semua aspek
kemampuan komunikasi matematik siswa mengalami kenaikan dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle.
Berdasarkan hasil observasi kerjasama siswa dalam kelompok selama
proses pembelajaran dari siklus I dan II melalui lembar observasi
menunjukkan peningkatan. Hal ini ditandai dengan siswa berperan aktif dan
berbagi tugas dengan baik dalam kelompoknya. Pada siklus I, hasil observasi
kerjasama siswa dalam kelompok tercatat skor rata-rata sebesar 15,77
108
sedangkan pada siklus II skor rata-rata hasil observasi mengalami
peningkatan menjadi 26,96. Ini artinya semakin baik kerjasama siswa dalam
kelompoknya maka setiap siswa memiliki kesempatan yang sama dalam
mengungkapkan argumennya tanpa didominasi oleh satu anggota kelompok
saja. Dengan bertanya, memperhatikan dan mengungkapkan argumen mereka
dengan bahasanya sendiri ketika diskusi maka sesungguhnya mereka sedang
menggunakan kemampuan komunikasi matematiknya.
Selain itu, jurnal harian siswa melengkapi data yang sudah ada, tujuannya
agar data yang diperoleh kuat keberadaannya. Berdasarkan hasil jurnal harian
siswa yang diperoleh bahwa persentase siswa yang memberikan respon
positif terhadap pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe inside-outside circle pada siklus I sebesar 70,43% sedangkan
persentase siswa yang memberikan respon yang negatif sebesar 20,66%.
Namun pada siklus II persentase siswa yang memberikan respon naik menjadi
78,18% dan persentase siswa yang berkomentar negatif turun menjadi
11,02%. Peningkatan ini tentunya berdampak positif terhadap kemampuan
komunikasi matematik siswa.
Rekapitulasi hasil pengukuran kemampuan komunikasi matematik siswa
dapat dilihat pada Tabel 17 berikut :
109
Tabel 17
Rekapitulasi Hasil Pengukuran Kemampuan Komunikasi Matematik
Siswa
No Instrumen Tes Awal Siklus I Siklus II 1 Tes KKM 46,75 68,94 79,73
2
Lembar Observasi Kemampuan Komunikasi Matematik
WT : 57,20% DR : 53,45% ME : 46,40%
WT : 76,98% DR : 73,68% ME : 71,33%
3 Lembar Observasi Kerjasama Siswa Dalam Kelompok
15,77 (rendah) 26,96 (sedang)
4 Jurnal Harian Siswa
Respon : Positif : 70.43% Negatif : 20.66% Netral : 4.90% tidak berkomentar : 4%
Respon : Positif : 78.18% Negatif : 11.02% Netral : 7.16% tidak berkomentar : 3.64%
Ket : WT : Written Text DR : Drawing ME : Mathematical Expression
Berdasarkan hasil observasi kemampuan komunikasi matematik, jurnal
harian siswa, wawancara guru dan hasil tes kemampuan komunikasi
matematik siswa di setiap akhir siklus terlihat bahwa pembelajaran dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle dapat
meningkatkan kemampuan komunikasi matematik siswa. Semakin pandai
siswa berdiskusi dan menjelaskan kembali hasil diskusinya kepada temannya
dari kelompok lain maka kemampuan komunikasi matematik siswa pun dapat
terus meningkat. Hal ini sesuai dengan teori bahwa dalam pembelajaran
kooperatif dapat melatih kemampuan komunikasi matematik siswa. Seperti
pada model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle yang
menekankan siswa berdiskusi mengungkapakan argumen-argumen matematiknya,
mempresentasikan dan menerangkan hasil diskusinya pada kelompok lain,
memperhatikan dan bertanya, serta menulis hasil diskusi sesungguhnya siswa
sedang menggunakan kemampuan komunikasi matematiknya.
110
E. Pembahasan Temuan Penelitian
Selama penelitian berlangsung, peneliti mencacat semua kegiatan-kegiatan
siswa yang terjadi selama pembelajaran. Hal-hal yang terjadi tentu sangat
banyak, namun ada beberapa temuan penelitian yang unik ditemukan selama
penelitian.
Temuan-temuan unik yang terjadi antara lain, pada saat peneliti
melakukan kegiatan pra penelitian, terlihat mereka cenderung berkelompok-
kelompok dalam bergaul. Hal ini terbukti ketika peneliti membagi siswa
kedalam beberapa kelompok secara acak banyak sekali siswa yang keberatan
karena tidak satu kelompok dengan teman dekatnya. Namun setelah
pembelajaran dengan cara ini siswa terlihat berbaur lebih akrab satu sama
lainnya baik selama pembelajaran maupun diluar jam pelajaran. Kemudian
selama pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
tipe inside-outside circle siswa-siswa yang sebelumnya cenderung terlihat
pendiam dan pasif selama peneliti melakukan observasi di kelas, menjadi
lebih aktif berbicara mengungkapkan argumennya pada saat diskusi. Hal ini
dapat dilihat dari lembar observasi kemampuan komunikasi matematik siswa
yang pada tiap pertemuan skornya relatif meningkat.
Selain itu, ketika siswa berdiskusi dalam kelompoknya pada pertemuan
ke 7 yaitu pada saat materi jaring-jaring prisma dan limas, ada beberapa
kelompok menggunting bangun prisma dan limas yang sudah mereka buat
untuk mendapatkan pola jaring-jaring yang benar. Mereka terlihat belum
yakin jika hanya membayangkan gambarnya saja. Hal ini berarti mereka
sedang melatih kemampuan komunikasi matematiknya.
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru, ternyata setelah penelitian
selesai, siswa menjadi terbiasa mengerjakan latihan soal dengan memulai
menuliskan apa yang diketahui dari soal kemudian baru mengerjakan
penyelesaiannya. Temuan- temuan yang unik selama pembelajaran ini
tentunya memberikan dampak yang positif bagi siswa.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan dapat disimpulkan hal-hal
sebagai berikut :
1. Pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe inside-outside circle memberikan kesempatan siswa
untuk mengungkapkan argumen-argumen matematisnya dalam diskusi.
Siswa menjadi lebih aktif ketika belajar matematika di kelas.
2. Siswa memiliki respon yang positif terhadap pembelajaran matematika
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-
outside circle karena memberikan suasana baru yang membuat siswa
senang dalam belajar matematika.
3. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle dalam
pembelajaran matematika di kelas, dapat meningkatkan kerjasama siswa.
4. Kemampuan komunikasi matematik siswa meningkat setelah
menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe inside-outside circle
dalam pembelajaran matematika.
B. Saran
Apabila pembelajaran ini dilaksanakan di dalam kelas maka guru perlu
persiapan yang matang agar pembelajaran dapat berjalan dengan optimal.
Oleh karena itu hal-hal yang perlu diperhatikan oleh guru dalam
pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe
inside-outside circle diantaranya :
1. Kelas harus dikelola secara baik dan diperhatikan ketersediaan waktu
yang ada.
2. Guru harus memperhatikan keragaman siswa dalam kelompok, agar
kelompok yang dibuat terdiri dari siswa yang memiliki kemampuan
yang heterogen agar tidak terjadi kecemburuan sosial
3. Mempersiapkan banyak model lembar kerja untuk siswa.
111
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah
diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan masalah "Apakah Model
112
113
Pembelajaran Kooperatif tipe Inside‐Ouside Circle Dapat Meningkatkan
Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa?"
Dari perumusan masalah tersebut, maka dijabarkan beberapa
pertanyaan yang akan dicari jawabannya dalam penelitian ini, yaitu :
1. Bagaimana penerapan pembelajaran matematika dengan model
kooperatif tipe Outside‐Inside Circle di kelas?
2. Bagaiamana respon siswa dalam pembelajaran matematika dengan
model kooperatif tipe Outside‐Inside Circle?
3. Bagaiamana kerjasama siswa dalam pembelajaran matematika dengan
model kooperatif tipe Outside‐Inside Circle?
4. Bagaiamana kemampuan komunikasi matematik siswa setelah
pembelajaran matematika dengan model kooperatif tipe Outside‐Inside
Circle?
112
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman, Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta, Cet. 2.
Anitah, Sri. 2007. Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: Universitas Terbuka.
Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, Ed. Revisi, Cet. 10.
Arikunto, Suharsimi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : PT. Bumi Aksara, Cet ke-4.
Aryan, Bambang. Komunikasi dalam Matematika. dari http://rbaryans.wordpress.com, 27 Januari 2010.
_____. Membangun Ketrampilan Komunikasi Matematika dan Nilai Moral Siswa Melalui Model Pembelajaran Bentang Pangajen. dari http://rbaryans.wordpress.com, 20 Januari 2010
Cangara, Hafied. 2005. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Press. Cet. II.
Djamarah, Syaiful Bahri dan Azwan Zain. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Ed. Revisi.
Djamarah, Syaiful Bahri. 2008. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Ed. 2.
Isjoni. 2009. Cooperative Larning Mengembangkan Kemampuan Belajar Berkelompok. Bandung: Alfabeta.
Lindquist, Mary M.. 1996. NCTM 1996 year book: Communication in Mathematics, K-12 and Beyond. USA : NCTM INC.
Muin, Abdul. 2005. Pendekatan Metakognitif Untuk Meningkatkan Kemampuan Matematik Siswa SMA, Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika. Jakarta : CeMED Jur. Pend Matematika. Vol. 1.
Mumun Syaban. Menumbuhkan Daya Matematis Siswa, dalam http://educare.e-fkipunla.net, 24 Januari 2010.
NCTM. 2000. Principles and Standart for School Mathematics. Reston, VA : NCTM.
113
Putu Suarta, I Gusti dan I Made Suarjana. 2007. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Realistik Untuk siswa Sekolah Dasar yang Berorientasi pada Pemecahan Masalah, Penalaran, dan Komunikasi Matematika. Lembaga Penelitian Universitas Pendidikan GANESHA.
Riyanto, Yatim. 2009. Paradigma Baru Pembelajaran : Sebagai Referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Jakarta : Kencana.
Roudhonah. 2007. Ilmu Komunikasi. Jakarta: UIN Jakarta Press. Cet. 1. Sanjaya, Wina. 2005. Kurikulum dan pembelajaran Tori dan Praktek Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Grup.
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Kencana Prenada Media Grup. Cet. 3, Ed. 1.
_____. 2006. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Saputra, M Yudha dan Iis Marwan. 2008. Strategi Pembelajaran Kooperatif.
Bandung: CV. Bintang WarliArtika.
Satriawati, Gusni. 2006. Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Open-ended untuk Meningkatkan Pemahaman dan Kemampuan Komunikasi Matematik Siswa SMP. Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika. Vol. 1.
Shodiq, Fajar. Laporan Hasil Seminar dan Lokakarya Pembelajaran Matematika di P4TK (PPPG) Matematika. dalam : www.docstoc.com, 4 Maret 2010
Soemanto, Wasti. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Rineka Cipta. Cet. 5.
Stone. 2000. Cooperative LearningReading Activities. Kagan Publishing.
Suprijono, Agus. 2009. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Suwangsih, Erna dan Tiurlina. 2006. Model Pembelajaran Matematika. Bandung: UPI Press.
Suyatno. 2009. Menjelajah Pembelajaran Inovatif. Sidoarjo : Masmedia Buana Pustaka.
Syah, Muhibbin. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
114
Triyanto. 2007. Model Pembelajaran Terpadu dalam Teori dan Praktek, Jakarta: Prestasi Pustaka.
_____. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Uno, Hamzah B. 2007. Model Pembelajaran menciptakan Proses Belajar Mengajar yang Kreatif dan Efektif. Jakarta: Bumi Aksara.
Vardiansyah, Dani. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia. Cet. I.
Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Wiranataputra, Udin S, dkk. 2007. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Wiriatmadja, Rochiati. 2005. Penelitian Tindakan Kelas untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen. Bandung: Remaja Rosda Karya, Cet. I.
Zurinal dan Wahyu Sayuti. 2006. Ilmu Pendidikan Pengantar dan Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan. UIN Jakarta Press. Cet. 1.