Upload
dinhminh
View
216
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Setelah kerangka berpikir dibangun menggunakan teori yang ada
dan sampel serta teknik pengambilan sampel telah ditentukan, maka
penelitian dilanjutkan dengan pengambilan data dan mengolahnya dengan
SPSS. Dalam bab ini akan dijelaskan lebih terperinci mengenai proses
tersebut, mulai dari bagaimana penulis melakukan try-out dalam proses
penelitian guna mengetahui kelayakan skala psikologi yang digunakan
dalam penelitian yang sesungguhnya, sampai pada pembahasan hasil
penelitian.
4.1 Orientasi Kancah Penelitian
Penelitian ini berjudul Pengaruh Konsep Diri dan Dukungan Sosial
Teman Sebaya Terhadap Kompetensi Interpersonal Mahasiswa Ambon di
Universitas Kristen Satya Wacana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengkaji apakah ada pengaruh secara simultan dari konsep diri dan
dukungan sosial teman sebaya terhadap kompetensi interpersonal
mahasiswa Ambon di Universitas Kristen Satya Wacana.
Pada penelitian ini, data diperoleh melalui skala psikologi yang
disebarkan pada 136 orang mahasiswa Ambon angkatan 2012 dan 2013
setelah melewati proses try-out skala psikologi pada tanggal 10 Februari
2015 sampai 16 Februari 2015. Setelah itu dilakukan penyebaran skala
psikologi yang telah mempunyai daya diskriminasi yang baik pada tanggal
23 Februari 2015 sampai 3 Maret 2015. Tujuan dari diadakannya try-out
agar skala psikologi yang nanti dibagikan telah memiliki daya
diskriminasi yang baik dan bebas dari aitem yang gugur. Try-out diakukan
pada mahasiswa yang masih satu Provinsi Maluku dengan pertimbangan
68
memperhatikan budaya serta karakter mahasiswa, karena belum tentu
semua mahasiswa memiliki budaya yang sama dan kerakter yang
mendekati.
4.2 Prosedur Penelitian
4.2.1 Pengambilan Data Awal
Sebelum memasuki tahap penelitian lebih lanjut, penulis
melakukan proses pencarian informasi mahasiswa pada biro administrasi
akademik UKSW. Pencarian informasi ini bertujuan untuk melengkapi
data-data yang diperlukan. Data-data yang dimaksud adalah, jumlah
mahasiswa Ambon angkata 2012 dan 2013 yang akan dijadikan subjek
penelitian.
4.2.2 Penyusunan Alat Ukur dan Validitas Permukaan
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 3 skala psikologi yaitu,
skala kompetensi interpersonal, skala konsep diri dan skala dukungan
sosial teman sebaya.
a. Skala kompetensi interpersonal Interpersonal Competence
Questionnaire (ICQ), yang dimodifikasi berdasarkan aspek-aspek
yang dikemukakan oleh Buhrmester, dkk., (1988) yaitu kemampuan
berinisiatif, kemampuan bersifat terbuka, kemampuan bersikap
asertif, kemampuan memberikan dukungan emosional, dan
kemampuan mengatasi konflik.
b. Skala konsep diri Tennesse Self Concept Scale (TSCS), yang
dimodifikasi berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Fitts
(1971) yaitu identitas (identity self), diri perilaku (behavioral self),
diri penilai (judging self), diri fisiki (physical self), diri moral-etik
69
(moral-ethical self), diri pribadi (personal self), diri keluarga (family
self), diri social (social self).
c. Skala dukungan sosial The Social Provision Scale (TSPS), yang
dimodifikasi berdasarkan aspek-aspek yang dikemukakan oleh Weiss
(1974) yaitu ketergantungan yang dapat diandalkan (reliable alliance),
bimbingan (guidance), pengakuan positif (reassurance of worth),
integrasi sosial (social integration), kesempatan untuk mengasuh
(opportunity to provide nurturance).
4.2.3 Pelaksanaan Penelitian
Proses try-out dilaksanakan pada hari Selasa, 10 Februari 2015
kepada 100 orang mahasiswa Provinsi Maluku kecuali mahasiswa Ambon.
Try out dilakukan dengan cara penulis meminta bantuan kepada salah satu
teman dari masing-masing daerah yang masih masuk Provinsi Maluku,
serta penulis mengunjungi langsung beberapa tempat singah (kost) yang
penulis kenal. Penulis memberi kesempatan kepada responden try-out
untuk mengembalikan skala psikologi kepada penulis pada hari Senin, 16
Februari 2015. Skala psikologi yang kembali pada penulis berjumlah 75
skala yang telah terisi, 25 skala kembali dalam keadaan kosong/tidak
terisi.
Proses pengambilan data dilakukan penulis pada hari Senin, 23
Februari 2015 kepada 136 orang mahasiswa Ambon. Dalam proses ini
penulis meminta bantuan dari ketua Himpunan Pelajar dan Mahasiswa
Maluku salatiga (HIPMMA) untuk membantu membagikan skala bagi
mahasiswa angkatan 2012 dan 2013. Penulis memberi kesempatan
pengumpulan skala pada tanggal Senin, 2 Maret 2015, namun ternyata
baru dikembalikan pada Selasa, 3 Maret 2015.
70
4.3 Deskripsi Hasil Try-Out
4.3.1 Deskripsi Hasil Try-Out
Data try-out yang diolah pada penelitian ini adalah data primer
dalam bentuk skala psikologi dari hasil jawaban responden terkait
kompetensi interpersonal, konsep diri dan dukungan sosial teman sebaya.
Skala psikologi sebagai alat ukur didistribusikan dengan bantuan beberapa
teman serta secara langsung terhadap 100 responden, namun hanya 75
yang kembali dengan keadaan telah diisi, dan 25 yang lainnya tidak
diisi/kosong.
4.3.2 Distribusi Frekuensi Indentitas Responden Try-Out
Tabel 4.1
Demografi Responden Try Out Menurut Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase
Laki-laki 31 41%
Perempuan 44 59%
Total 75 100%
Table 4.1 memberikan informasi bahwa responden try-out yang
berjenis kelamin laki-laki berjumlah 31 orang dengan presentase 41% dan
perempuan berjumlah 44 orang dengan presentase 59%.
4.4 Uji Diskriminasi dan Reliabilitas Skala
Untuk mengetahui kualitas skala psikologi yang nantinya akan
digunakan, terlebih dahulu dilakukan seleksi aitem skala psikologi dan
reliabilitas skala psikologi, dengan tujuan untuk memilih aitem yang baik
digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini seleksi aitem dilakukan
pada proses try-out sehingga pada proses pengambilan data dengan
responden yang sebenarnya akan mendapat hasil yang benar-benar dapat
dipertanggungjawabkan.
71
4.4.1 Daya Diskriminasi dan Reliabilitas Skala Kompetensi
Interpersonal
Aitem yang digunakan untuk menjaring data kompetensi
interpersonal mahasiswa adalah sebanyak 40 aitem. Setelah dilakukan
diskriminasi aitem melalui corrected item-total correlation diperoleh 4
aitem yang memiliki koefisien korelasi ≤ 0,30 dan dinyatakan gugur.
Adapun aitem yang gugur tersebut adalah nomor: 5, 9, 30, 37. Hasil
lengkap terlampir dalam table di bawah ini.
Tabel 4.2
Sebaran Aitem Valid dan Gugur Skala Kompetensi Interpersonal
No Aspek
Kompetensi Interpersonal
Jumlah
Item
Nomor Item
Valid
Nomor Item
Gugur
1 Kemampuan berinsiatif 8 1,6,11,16,
21,26,31,32
-
2 Kemampuan bersikap terbuka 8 2,3,12,17,
24,27,33,34
-
3 Kemampuan bersikap asertif 8 7,13,18,
22,28,35,36
9
4 Kemampuan memeberikan dukungan
emosional
8 4,8,10,14,
19,23,38
37
5 Kemampuan mengatasi konflik 8 15,20,25,29,
39,40
5,30
Jumlah 40 36 4
Dengan berpatokan pada blue print skala kompetensi interpersonal,
maka untuk melakukan penelitian akan digunakan 30 aitem. Dari beberapa
aitem valid di atas kemudian dilihat aitem dengan jumlah corrected item-
total correlation dengan nilai yang tinggi, serta dapat mewakili setiap
indikator dari aspek yang ada. Aitem itu adalah 1, 2, 4, 6, 8, 10, 11, 13, 14,
15, 16, 17, 18, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 27, 28, 29, 31, 33, 34, 35, 36, 39,
40. Setelah itu diuji reliabilitas dari 30 aitem tersebut untuk melihat
apakah aitem tersebut telah memenuhi standar aitem yang baik dan layak
digunakan dalam penelitian. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini
72
mengunakan pengujian internal konsisten dengan melihat koefisien
Cronbach’s alpha.
Table 4.3
Hasil Uji Reliabilitas Skala Kompetensi Interpersonal
Koefisien Alpha Batas Hasil
Kompetensi Interpersonal 0,848 0,60 Reliable
Berdasarkan hasil uji reliabilitas Tabel 4.3, diketahui bahwa
variabel kompetensi interpersonal memiliki koefisien Cronbach’s alpha
sebesar 0,848 dari batas minimal yang ditetapkan adalah 0,60 sehingga
skala psikologi dalam variabel kompetensi interpersonal dinyatakan
reliabel.
4.4.2 Daya Diskriminasi dan Reliabilitas Skala Konsep Diri
Aitem yang digunakan untuk menjaring data konsep diri
mahasiswa adalah sebanyak 40 aitem. Setelah dilakukan diskriminasi
aitem melalui corrected item-total correlation diperoleh 4 aitem yang
memiliki koefisien korelasi ≤ 0,30 dan dinyatakan gugur. Adapun aitem
yang gugur tersebut adalah nomor: 12, 18, 31, 36. Hasil lengkap terlampir
dalam tabel di bawah ini.
73
Tabel 4.4
Sebaran Aitem Valid dan Gugur Skala Konsep Diri
No Aspek
Konsep Diri
Jumlah
Item
Nomor Item
Valid
Nomor Item
Gugur
1 Diri Identits
(Identitiy self)
5 8,16,24,
25,33
-
2 Diri Perilaku
(Behavioral self)
5 2,4,17,
26,34
-
3 Diri Penilai
(Judging self)
5 6,21,24,
27,35
-
4 Diri Fisik
(Physical self)
5 1,10,15,
28
36
5 Diri Moral-Etik
(Moral ethical self)
5 5,19,22,
29,37
-
6 Diri Pribadi
(Personal self)
5 11,13,30,
38
12
7 Diri Keluarga
(Family self)
5 3,7,39 18,31
8 Diri Sosial
(Sosial self)
5 9,20,25,
32,40
-
Jumlah 40 36 4
Dengan berpatokan pada blue print skala konsep diri, maka untuk
melakukan penelitian akan digunakan 32 aitem. Dari beberapa aitem valid
di atas kemudian dilihat aitem dengan jumlah corrected item-total
correlation dengan nilai yang tinggi, serta dapat mewakili setiap indikator
dari aspek yang ada. Aitem itu adalah 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 13,
14, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 23, 24, 25, 27, 28, 29, 30, 32, 34, 35, 37, 38, 39.
Setelah itu diuji reliabilitas dari 32 aitem tersebut untuk melihat apakah
aitem tersebut telah memenuhi standar aitem yang baik dan layak
digunakan dalam penelitian. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini
mengunakan pengujian internal konsisten dengan melihat koefisien
Cronbach’s alpha.
74
Table 4.5
Hasil Uji Reliabilitas Skala Konsep Diri
Koefisien Alpha Batas Hasil
Konsep Diri 0,867 0,60 Reliable
Berdasarkan hasil uji reliabilitas Tabel 4.5, diketahui bahwa
variabel konsep diri memiliki koefisien Cronbach’s alpha sebesar 0,867
dari batas minimal yang ditetapkan adalah 0,06, sehingga skala psikologi
dalam variabel konsep diri dinyatakan reliabel.
4.4.3 Daya Diskriminasi dan Reliabilitas Skala Dukungan Sosial
Teman Sebaya
Aitem yang digunakan untuk menjaring data dukungan sosial
teman sebaya mahasiswa adalah sebanyak 30 aitem. Setelah dilakukan
diskriminasi aitem melalui corrected item-total correlation diperoleh 5
aitem yang memiliki koefisien korelasi ≤ 0,30 dan dinyatakan gugur.
Adapun aitem yang gugur tersebut adalah nomor: 2, 10, 27, 29, 30. Hasil
lengkap terlampir dalam table di bawah ini.
Tabel 4.6
Sebaran Aitem Valid dan Gugur Skala Dukungan Sosial Teman Sebaya
No Aspek Dukungan Sosial
Teman Sebaya
Jumlah
Item
Nomor Item
Valid
Nomor Item
Gugur
1 Ketergantungan yang dapat diandalkan
(Reliable alliance)
5 1,18,23,
25
10
2 Bimbingan
(Guidance)
5 3,12,16,
19,26
-
3 Pengakuan Positif
(Reassurance of worth)
5 6,9,13,
20
27
4 Kedekatan Emosional
(Emotional attachment)
5 11,17,21,
28
2
5 Integrasi Sosial
(Sosial integration)
5 5,8,14,
22
29
6 Kesempatan untuk Mengasuh
(Opportunity to provide nurturance)
5 4,7,15,
24
30
Jumlah 30 25 5
75
Dengan berpatokan pada blue print skala dukungan sosial teman
sebaya, maka untuk melakukan penelitian akan digunakan 24 aitem. Dari
beberapa aitem valid di atas kemudian dilihat aitem dengan jumlah
corrected item-total correlation dengan nilai yang tinggi, serta dapat
mewakili setiap indikator dari aspek yang ada. Aitem itu adalah 1, 4, 5, 6,
7, 8, 9, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24, 25, 26, 28.
Setelah itu diuji reliabilitas dari 24 aitem tersebut untuk melihat apakah
aitem tersebut telah memenuhi standar aitem yang baik dan layak
digunakan dalam penelitian. Pengujian reliabilitas pada penelitian ini
mengunakan pengujian internal konsisten dengan melihat koefisien
Cronbach’s alpha.
Table 4.7
Hasil Uji Reliabilitas Skala Dukungan Sosial Teman Sebaya
Koefisien Alpha Batas Hasil
Dukungan Sosial Teman Sebaya 0,871 0,60 Reliable
Berdasarkan hasil uji reliabilitas Tabel 4.7, diketahui bahwa
variabel dukungan sosial teman sebaya memiliki koefisien Cronbach’s
alpha sebesar 0,871 dari batas minimal yang ditetapkan adalah 0,06,
sehingga skala psikologi dalam variabel dukungan sosial teman sebaya
dinyatakan reliabel.
4.5 Deskripsi Responden Penelitian
Responden penelitian adalah mahasiswa Ambon di Universitas
Kristen Satya Wacana angkatan 2012 dan 2013 yang berjumlah 136 orang.
76
4.5.1 karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Tabel 4.8
Demografi Responden Menurut Jenis Kelamin (Angkatan 2012)
Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase
Laki-laki 30 43%
Perempuan 40 57%
Total 70 100%
Tabel 4.9
Demografi Responden Menurut Jenis Kelamin (Angkatan 2013)
Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase
Laki-laki 21 32%
Perempuan 45 68%
Total 66 100%
Data di atas menunjukan untuk angkatan 2012 jumlah mahasiswa
yang berpastisipasi dalam pengisian skala psikologi yaitu: laki-laki 43%
dan perempuan 57%. Untuk angkatan 3013 yaitu: laki-laki 32% dan
perempuan 68%.
4.5.2 Analisis Deskriptif
Table 4.10
Analisis Deskriptif
Analisis Deskriptif
N Jarak Minimal Maximal Rata-rata Std. Deviasi
Kompetensi
Interpersonal 136 38 101 139 122,61 7.425
Konsep Diri 136 44 114 158 135,33 8.420
Dukungan
Sosial Teman
Sebaya
136 30 83 113 98,4 6.048
N yang valid 136
77
Dari tabel 4.10 hasil output analisis deskriptif di atas, dapat
diartikan sebagai berikut:
1. Variabel kompetensi interpersonal memiliki rata-rata hitung sebesar
122,6 dengan standar deviasi sebesar 7,425, artinya bahwa variabel
kompetensi interpersonal berada pada daerah positif. Hal ini
menunjukkan bahwa responden menilai skala psikologi tentang
variabel kompetensi interpersonal sesuai dengan dirinya.
2. Variabel konsep diri memiliki rata-rata hitung sebesar 135,3 dengan
standar deviasi sebesar 8,420, artinya bahwa variabel konsep diri
berada pada daerah positif. Hal ini menunjukkan bahwa responden
menilai skala psikologi tentang variabel konsep diri sesuai dengan
dirinya.
3. Variabel dukungan sosial teman sebaya memiliki rata-rata hitung
sebesar 94,4 dengan standar deviasi sebesar 6,048, artinya bahwa
variabel dukungan sosial teman sebaya berada pada daerah positif. Hal
ini menunjukkan bahwa responden menilai skala psikologi tentang
variabel dukungan sosial teman sebaya sesuai dengan dirinya.
4.6 Identifikasi Skor
4.6.1 Identifikasi Skor Kompetensi Interpersonal
Dengan menentukan tinggi rendahnya variable kompetensi
interpersonal, digunakan 5 kategori, yakni sangat tinggi. Tinggi, sedang,
rendah dan sangat rendah. Jumlah aitem yang digunakan untuk mengukur
kompetensi interpersonal adalah 30 aitem dengan daya diskriminasi yang
baik. Maka nilai tertinggi yang diperoleh yaitu 150 (5 × 30) dan nilai
terendah 30 (1 × 30). Perhitungan interval dapat dilihat sebagai berikut:
78
i =
i =
i = 24.
Dengan demikian gambaran tinggi rendah hasil dari kompetensi
interpersonal dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.11
Kategorisasi Skor Kompetensi Interpersonal
Kategori Interval N Presentase
Sangat Tinggi 126 ≤ x ≤ 150 51 37,5%
Tinggi 102 ≤ x < 126 84 61,8%
Sedang 78 ≤ x < 102 1 0,7%
Rendah 54 ≤ x < 78 - -
Sangat Rendah 30 ≤ x < 54 - -
Jumlah 136 100%
SD = 7,425 Min = 101 Max = 139
Tabel 4.11 memberikan informasi bahwa skor sangat tinggi
bergerak dari 126 sampai dengan 150, skor tinggi bergerak dari 102
sampai dengan 126, skor sedang bergerak dari 78 sampai dengan 102, skor
rendah bergerak dari 54 sampai dengan 78, dan skor sangat rendah
bergerak dari 30 sampai dengan 54. Hal ini menunjukkan bahwa 0,7%
responden memiliki kompetensi interpersonal dengan kategori sedang,
61,8% responden memiliki kompetensi interpersonal dengan kategori
tinggi dan 37,5% responden berada pada kategori sangat tinggi.
4.6.2 Identifikasi Skor Konsep Diri
Dengan menentukan tinggi rendahnya variable konsep diri,
digunakan 5 kategori, yakni sangat tinggi. Tinggi, sedang, rendah dan
sangat rendah. Jumlah aitem yang digunakan untuk mengukur konsep diri
adalah 32 aitem dengan daya diskriminasi yang baik. Maka nilai tertinggi
79
yang diperoleh yaitu 160 (5 × 32) dan nilai terendah 32 (1 × 32).
Perhitungan interval dapat dilihat sebagai berikut:
i =
i =
i = 25,6.
Dengan demikian gambaran tinggi rendah hasil dari konsep diri
dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.12
Kategorisasi Skor Konsep Diri
Kategori Interval N Presentase
Sangat Tinggi 134,4 ≤ x ≤ 160 90 66,2%
Tinggi 108,8 ≤ x < 134,4 46 33,8%
Sedang 83,2 ≤ x < 108,8 - -
Rendah 57,6 ≤ x < 83,2 - -
Sangat Rendah 32 ≤ x < 57,6 - -
Jumlah 136 100%
SD = 8,420 Min = 114 Max = 158
Tabel 4.12 memberikan informasi bahwa skor sangat tinggi
bergerak dari 134,4 sampai dengan 160, skor tinggi bergerak dari 108,8
sampai dengan 134,4, skor sedang bergerak dari 83,2 sampai dengan
108,8, skor rendah bergerak dari 57,6 sampai dengan 83,2, dan skor sangat
rendah bergerak dari 32 sampai dengan 57,6. Hal ini menunjukkan bahwa
33,8% responden memiliki konsep diri dengan kategori tinggi dan 66,2%
responden berada pada kategori sangat tinggi.
4.6.3 Identifikasi Skor Dukungan Sosial Teman Sebaya
Dengan menentukan tinggi rendahnya variable dukungan sosial
teman sebaya, digunakan 5 kategori, yakni sangat tinggi. Tinggi, sedang,
rendah dan sangat rendah. Jumlah aitem yang digunakan untuk mengukur
80
dukungan sosial teman sebaya adalah 24 aitem dengan daya diskriminasi
yang baik. Maka nilai tertinggi yang diperoleh yaitu 120 (5 × 24) dan nilai
terendah 24 (1 × 24). Perhitungan interval dapat dilihat sebagai berikut:
i =
i =
i = 19,2.
Dengan demikian gambaran tinggi rendah hasil dari dukungan
sosial teman sebaya dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 4.13
Kategorisasi Skor Dukungan Sosial Teman Sebaya
Kategori Interval N Presentase
Sangat Tinggi 100,8 ≤ x ≤ 120 63 46,3%
Tinggi 81,6 ≤ x < 100,8 73 53,7%
Sedang 62,4 ≤ x < 81,6 - -
Rendah 43,2 ≤ x < 62,4 - -
Sangat Rendah 24 ≤ x < 43,2 - -
Jumlah 136 100%
SD = 6,048 Min = 83 Max = 113
Tabel 4.13 memberikan informasi bahwa skor sangat tinggi
bergerak dari 100,8 sampai dengan 120, skor tinggi bergerak dari 81,6
sampai dengan 100,8, skor sedang bergerak dari 62,4 sampai dengan 81,6,
skor rendah bergerak dari 43,2 sampai dengan 62,4, dan skor sangat
rendah bergerak dari 24 sampai dengan 43,2. Hal ini menunjukkan bahwa
53,7% responden memiliki dukungan sosial teman sebaya dengan kategori
tinggi dan 46,3% responden berada pada kategori sangat tinggi.
81
4.7 Uji Asumsi Klasik
4.7.1 Uji Normalitas
Pengujian normalitas dilakukan dengan melihat grafik histrogram,
P-P Plot Test, dan hasil uji one sample kolmogorov smirnov.
Gambar 4.1
Histogram
Data dikatakan berdistribusi normal apabila histogram berbentuk
lonceng (bell shaped curve) (Santosa, 2000). Dengan melihat tampilan
histogram di atas, dapat disimpulkan bahwa grafik histogram memberikan
pola distribusi normal, karena berbentuk lonceng serta tidak menceng ke
kiri atau ke kanan.
82
Gambar 4.2
P-P Plot Test
Dari P-P Plot Test di atas, dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar
di sekitar garis diagonal, serta penyebarannya searah garis diagonal.
Sehingga dapat dikatakan bahwa data terdistribusi normal.
Tabel 4.14
Hasil Uji Kolmogorov Smirnov
Uji Kolmogorov-Smirnov
Kompetensi
Interpersonal
Konsep
Diri
Dukungan Sosial
Teman Sebaya
N 136 136 136
Parameter Normala,,b Rata-rata 122.61 135.33 98.40
Std. Deviasi 7.425 8.420 6.048
Perbedaan yang terlihat Absolut .053 .099 .069
Positif .049 .045 .057
Negatif -.053 -.099 -.069
Kolmogorov-Smirnov Z .616 1.154 .800
Asymp. Sig. (2-tailed) .843 .139 .544
a. Pengujian terdistribusi normal.
b. Kalkulasi dari data.
83
Berdasarkan uji Kolmogorov-Smirnov, diketahui bahwa nilai
koefisien kompetensi interpersonal sebesar 0,616 dengan signifikansi
sebesar 0,843 (p > 0,05) yang berarti bahwa data kompetensi interpersonal
terdistribusi normal. Koefisien konsep diri sebesar 1,154 dengan
signifikansi sebesar 0,139 (p > 0,05) yang berarti bahwa data konsep diri
terdistribusi normal. Selanjutnya, koefisien dukungan sosial teman sebaya
sebesar 0,800 dengan signifikansi sebesar 0,544 (p > 0,05) artinya bahwa
data dukungan sosial teman sebaya terdistribusi normal.
Dengan demikian data penelitian ini memenuhi asumsi normalitas
dan model regresi layak digunakan untuk memprediksi kompetensi
interpersonal berdasarkan konsep diri dan dukungan sosial teman sebaya.
Table 4.15
Hasil Uji Kolmogorov Smirnov contoh tunggal
Uji Kolmogorov-Smirnov
Koefisien
Terbakukan
N 136
Parameter Normala,,b Rata-rata .0000000
Std. Deviasi .99256495
Perbedaan yang terlihat Absolut .071
Positif .067
Negatif -.071
Kolmogorov-Smirnov Z .827
Asymp. Sig. (2-tailed) .501
a. Pengujian terdistribusi normal.
b. Kalkulasi dari data.
Table 4.15 menunjukan bahwa nilai koefisien terbakukan
Kolmogorov-Smirnof untuk variabel dependen sebesar 0,827 dengan
signifikansi sebesar 0,501 (p > 0,05) maka disimpulkan bahwa data
terdistribusi dengan normal.
84
Secara keseluruhan, dengan menggunakan metode grafik
histogram, P-P plot maupun statistik menunjukan bahwa data dalam
penelitian terdistribusi normal. Dengan demikian data penelitian ini
memenuhi asumsi normalitas dan model regresi layak digunakan untuk
memprediksi kompetensi interpersonal berdasarkan konsep diri dan
dukungan sosial teman sebaya.
4.7.2 Uji Multikolinieritas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk menguji apakah pada model
regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independen. Sebab jika
terjadi korelasi, maka terdapat problem multikolinearitas. Pengujian akan
dilakukan dengan melihat nilai Tolerance dan Variance Inflation Factor
(VIF). Multikolinearitas terjadi jika nilai tolerance ≥ 0,10 dan VIF ≤ 10
(Ghosali, 2009).
Tabel 4.16
Hasil Uji Multikolineriatas
Koefisiena
Model
Koefisien Tak
Terbakukan
Koefisien
Terbakukan
t Sig.
Statistk
Kolinearitas
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Kostanta) 31.817 9.769 3.257 .001
Konsep Diri .319 .064 .361 4.955 .000 .856 1.168
DukunganSosial
TemanSebaya
.485 .090 .395 5.413 .000 .856 1.168
a. Variable Terikat: Kompetensi Interpersonal
Dari Tabel 4.16 terlihat kedua variabel bebas yang digunakan
memiliki nilai tolerance 0,856 > 0,10 dan nilai VIF 1,168 < 10. Dengan
demikian dapat disimpulkan tidak terdapat masalah multikolinearitas pada
variabel yang digunakan.
85
Selain itu, uji multikolinieritas dapat dilihat dengan menganalisis
matrik korelasi variabel-variabel independen (bebas). Jika antar variabel
independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka
hal ini merupakan indikasi adanya multikolinearitas atau sebaliknya
Uji multikolinieritas juga dapat dilakukan dengan melihat matriks
korelasi antar variabel-variabel bebas (zero oreder correlation matrix)
yaitu jika variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya 0,90),
maka hal tersebut mengindikasikan gejala multikolinieritas (Ghozali,
2009). Hasil uji zero order correlation matrix dapat dilihat dalam Tabel
4.17.
Tabel 4.17
Hasil Uji Zero Order Correlation Matrix
Korelasi
Variabel Pengatur
Kompetensi
Interpersonal
Konsep
Diri
Dukungan Sosial
Teman Sebaya
Kompetensi
Interpersonal
Korelasi 1.000 .511 .532
Signifikan (2-tailed) . .000 .000
Df 0 134 134
Konsep Diri Korelasi .511 1.000 .379
Signifikan (2-tailed) .000 . .000
Df 134 0 134
Dukungan Sosial
Teman Sebaya
Korelasi .532 .379 1.000
Signifikan (2-tailed) .000 .000 .
Df 134 134 0
a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.
Tabel 4.17 di atas menunjukkan bahwa besaran koefisien korelasi
antar variabel bebas konsep diri dengan dukungan sosial teman sebaya
adalah 0.511 dan 0.532 (p < 0.90), sehingga dapat dikatakan bahwa tidak
terdapat masalah multikolinieritas diatas variabel dependen (kompetensi
interpersonal.
86
4.7.3 Uji Heterokedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah sebuah model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke
pangamatan yang lai. Jika varians dari pengamatan residual satu ke
pangamatan yang lain tetap maka terjadi masalah heteroskedastisitas yaitu
homoskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskedastisitas atau
tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya
heteroskedastisitas yaitu melihat scatterplot (nilai prediksi dependen
ZPRED dengan residual SRESID). Apabila titik pada grafik scatterplot
menyebar secara acak di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka
tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Santoso, 2000).
Gambar 4.3
Scatterplot
Statterplot menunjukan titik-titik terpencar dengan tidak
membentuk pola-pola tertentu di sekitar garis diagonal, tetapi titik-titik
tersebut menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Gambar 4.3
menunjukan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga model
87
regresi dapat dipakai untuk memprediksi perilaku rososial berdasarkan
kecerdasan emosi dan pola asuh otoritatif.
4.7.4 Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan linear antar
variabel. Hasil uji linearitas terhadap kompetensi interpersonal dan konsep
diri serta kompetensi interpersonal dan dukungan sosial teman sebaya
adalah sebagai berikut.
Tabel 4.18
Hasil Uji Linearitas Kompetensi Interpersonal dengan Konsep Diri
Tabel ANOVA
Jumlah
Kuadrat df
Rata-rata
Kuadrat F Sig.
Kompetensi
Interpersonal*
Konsep Diri
Antara
Kelompok
(Gabungan) 3504.681 38 92.228 2.272 .001
Linearitas 1942.933 1 1942.933 47.862 .000
Simpangan
dari Linearitas 1561.747 37 42.209 1.040 .427
Dalam Kelompok 3937.665 97 40.594
Total 7442.346 135
Berdasarkan tabel 4.18 dapat dilihat bahwa nilai penyimpangan
linearitas 0,427 (p > 0,05) dan nilai signifikansi linearitas 0,000 (p < 0,05),
dengan demikian dapat disimpulkan terdapat linearitas antara kompetensi
interpersonal dengan konsep diri.
88
Tabel 4.19
Hasil Uji Linearitas Kompetensi Interpersonal dengan Dukungan Sosial
Teman Sebaya
Tabel ANOVA
Jumlah
Kuadrat df
Rata-rata
Kuadrat F Sig.
Kompetensi
Interpersonal*
Dukungan Sosial
Teman Sebaya
Antara
Kelompok
(Gabungan) 3364.314 26 129.397 3.459 .000
Linearitas 2103.874 1 2103.874 56.234 .000
Simpangan
dari Linearitas 1260.440 25 50.418 1.348 .149
Dalam Kelompok 4078.031 109 37.413
Total 7442.346 135
Berdasarkan tabel 4.19 dapat dilihat bahwa nilai penyimpangan
linearitas 0,149 (p > 0,05) dan nilai signifikansi linearitas 0,000 (p < 0,05),
dengan demikian dapat disimpulkan terdapat linearitas antara kompetensi
interpersonal dengan dukungan sosial teman sebaya.
Gambar 4.4
Scatterplot Y (Kompetensi Interpersonal) dengan X1 (Konsep Diri)
89
Gambar 4.5
Scatterplot Y (Kompetensi Interpersonal) dan X2 (Dukungan Sosial
Teman Sebaya)
Berdasarkan Gambar 4.4 dan 4.5, terlihat bahwa garis lurus (arah
positif) yang menandakan bahwa pengaruh konsep diri dan dukungan
sosial teman sebaya terhadap kompetensi interpersonal bersifat linier.
4.7.5 Analisis Regresi Berganda
Tabel 4.20
Hasi Analisis Regresi Nilai Koefisien Beta dan Nilai t Variabel
Independen Terhadap Variabel Dependen
Koefisiena
Model
Koefisien Tak
Terbakukan
Koefisien
Terbakukan
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Konstan) 31.817 9.769 3.257 .001
Konsep Diri .319 .064 .361 4.955 .000
Dukungan Sosial
Teman Sebaya .485 .090 .395 5.413 .000
a. Variable Terikat: Kompetensi Interpersonal
90
Dari tabel di atas diperoleh persamaan regresi linear sebagai berikut:
Y = 31,817 + 0,361 X1 + 0,395 X2
Keterangan:
1. Konstanta (a) sebesar 31,817 mengandung arti bahwa jika variabel
independen konsep diri dan dukungan social teman sebaya bernilai 0,
maka nilai kompetensi interpersonal sebesar 31,817.
2. Koefisien regresi konsep diri sebesar 0.361 memberikan pemahaman
bahwa setiap penambahan satu satuan atau satu tingkatan konsep diri
akan berdampak pada meningkatnya kompetensi interpersonal sebesar
0,361. Dengan kata lain, semakin baik kualitas konsep diri mahasiswa
Ambon di Universitas Kristen Satya Wacana akan berdampak pada
peningkatan kualitas nilai kompetensi interpersonal Mahasiswa
Ambon di Universitas Kristen Satya Wacana. Dengan sebuah asumsi
bahwa variabel independen lainnya (dalam hal ini dukungan sosial
teman sebaya) konstan.
3. Koefisien regresi dukungan sosial teman sebaya sebesar 0.395
memberikan pemahaman bahwa setiap penambahan satu satuan atau
satu tingkatan dukungan sosial teman sebaya akan berdampak pada
meningkatnya kompetensi interpersonal sebesar 0,395. Dengan kata
lain, semakin baik kualitas dukungan sosial teman sebaya mahasiswa
Ambon di Universitas Kristen Satya Wacana akan berdampak pada
peningkatan kualitas nilai kompetensi interpersonal Mahasiswa
Ambon di Universitas Kristen Satya Wacana. Dengan sebuah asumsi
bahwa variabel independen lainnya (dalam hal ini konsep diri)
konstan.
91
4.8 Uji Hipotesis
Hipotesis: Terdapat pengaruh secara simultan antara konsep diri
dan dukungan sosial teman sebaya terhadap kompetensi interpersonal
mahasiswa Ambon di Universitas Kristen Satya Wacana.
Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji regresi berganda
dua variabel. Dua variabel yang dimaksud adalah dua variabel
independen, yakni konsep diri dan dukungan sosial teman sebaya.
4.8.1 Uji Signifikan Simultan (Uji F)
Tabel 4.21
Hasil Uji Regresi Berganda Signifikansi Nilai F
ANOVAb
Model
Jumlah
Kuadrat Df
Rata-rata
Kuadrat F Sig.
1 Regresi 2935.724 2 1467.862 43.320 .000a
Residu 4506.622 133 33.884
Total 7442.346 135
a. Prediktor: (Konstan), Dukungan Sosial Teman Sebaya, Konsep Diri
b. Variable Terikat: Kompetensi Interpersonal
Berdasarkan tabel anova, diperoleh nilai Fhitung sebesar 43,320 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) dan Ftabel sebesar 3,06 (α =
0,05), maka dapat dikatakan bahwa adanya pengaruh secara simultan
antara konsep diri dan dukungan sosial teman sebaya terhadap kompetensi
interpersonal. Dari hasil perhitungan ini maka hipotesis dalam penelitian
diterima.
92
4.8.2 Uji Signifikansi Parameter Indivudual (Uji t)
Hasil perhitungan statistik secara parsial untuk variabel X1 (konsep
diri) dan X2 (dukungan sosial teman sebaya) terhadap Y (kompetensi
interpersonal) diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 4.22
Hasil Uji Regresi Berganda Nilai Koefisien Beta dan Nilai t Variabel
Independen Terhadap Variabel Dependent.
Koefisiena
Model
Koefisien Tak
Terbakukan
Koefisien
Terbakukan
T Sig. B Std. Error Beta
1 (Konstan) 31.817 9.769 3.257 .001
KonsepDiri .319 .064 .361 4.955 .000
DukunganSosial
TemanSebaya .485 .090 .395 5.413 .000
a. Variable Terikat: Kompetensi Interpersonal
Dari hasil pengujian diketahui bahwa nilai thitung konsep diri
sebesar 4,955 (ttabel = 1,98) dengan tingkat signifikansi 0,000 (p < 0,05).
Hasil ini mengartikan bahwa variabel konsep diri secara parsial dapat
menjadi prediktor kompetensi interpersonal.
Dari hasil pengujian diketahui bahwa nilai thitung dukungan sosial
teman sebaya sebesar 5,413 (ttabel = 1,98) dengan tingkat signifikansi 0,000
(p < 0,05). Hasil ini mengartikan bahwa variabel dukungan sosial teman
sebaya secara parsial dapat menjadi prediktor kompetensi interpersonal.
4.8.3 Koefisien Determinasi (R2)
Analisis koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana pengaruh antara konsep diri dan dukungan sosial teman
sebaya terhadap kompetensi interpersonal.
93
Tabel 4.23
Hasil Uji Korelasi Regresi Konsep Diri dan Dukungan Sosial Teman
Sebaya Terhada Kompetensi Interpersonal.
Jumlah Model
Model R R Kuadrat R Kuadrat yang
Disesuaikan
Std. Error
kira-kira
1 .628a .394 .385 5.821
a. Prediktor: (Konstan), Dukungan Sosial Teman Sebaya, Konsep Diri
b. Variable Terikat: Kompetensi Interpersonal
Nilai R sebesar 0,628 pada tabel 4.23, menunjukkan adanya
pengaruh konsep diri dan dukungan sosial teman sebaya terhadap
kompetensi interpersonal dengan koefisien determinasi (R2) sebesar 0,394.
Dengan demikian variabel konsep diri dan dukungan sosial teman sebaya
memberikan pengaruh terhadap kompetensi interpersonal sebesar 39,4%.
Sedangkan sisanya sebesar 60,6% dipengaruhi oleh variabel lain yang
tidak diteliti dalam penelitian ini. Oleh sebab itu dapat disimpulkan bahwa
variabel konsep diri dan dukungan sosial teman sebaya dapat digunakan
sebagai prediktor terhadap kompetensi interpersonal.
Sedangkan standart kesalahan estimasi adalah 5.821. Hal ini
disebabkan karena kedua variabel yang menjadi prediktor terhadap
kompetensi interpersonal tidak semuanya memberi pengaruh yang besar
secara bersama-sama. Jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis yang
menjelaskan Terdapat pengaruh secara simultan antara konsep diri dan
dukungan sosial teman sebaya terhadap kompetensi interpersonal
mahasiswa Ambon di Universitas Kristen Satya Wacana diterima.
94
4.8.4 Sumbangan Prediktor
Sumbangan prediktor digunakan untuk mengetahui berapa besar
sumbangan efektif masing-masing variabel independen. Sumbangan
efektif semua variabel sama dengan koefisien determinasi (Budiono,
2004). Sumbangan efektif dapat dihitung dengan rumus:
Koefisien korelasi dari variabel konsep diri dan dukungan sosial teman
sebaya dapat dilihat sebagai berikut:
SE (X1)% = Nilai β × koefisien Korelasi X1Y × 100%
= 0,361 × 0,511 × 100%
= 18,4%.
SE (X2)% = Nilai β × koefisien korelasi X2Y × 100%
= 0,395 × 0,532 × 100%
= 21%.
Tabel di atas memaparkan besarnya sumbangan yang diberikan
oleh masing-masing variabel independent terhadap variabel dependent,
dimana konsep diri memberikan pengaruh yang signifikan sebesar 18,4%
dan dukungan sosial teman sebaya memberikan pengaruh yang signifikan
sebesar 21%.
Jenis kelamin merupakan hal yang menarik untuk diteliti guna
mengetahui seberapa besar pengaruhnya terhadap kompetensi
interpersonal mahasiswa. Peneliti menggunakan uji beda t-test untuk
SE (X)% = βX × rxy × 100%
95
mengetahui perbedaan kompetensi interpersonal pada mahasiswa laki-laki
dan perempuan. Adapun analisisnya adalah sebagai berikut:
Tabel 4.24
Hasil Uji t Untuk Kompetensi Interpersonal Mahasiswa Laki-laki dan
Perempuan
Kelompok Statistik
Gender N Rata-rata Std. Deviasi Rata-rata
Std. Error
Kompetensi
Interpersonal
Laki-laki 51 120.51 7.893 1.105
Perempuan 85 123.87 6.873 .745
Uji Levene's
Kesetaraan
Varian
Uji-t Kesetaraan
Nilai
Rata-rata
F Sig. T Df
Sig.
(2-tailed)
Perbedaan
Rata-rata
Perbedaan
Std. Error
Kompetensi
Interpersonal
Asusmsi Varian
Yang Setara
.675 .413 -2.610 134 .010 -3.361 1.288
Asumsi Varian
Tak Setara
-2.521 94.232 .013 -3.361 1.333
Dari Tabel 4.24 dapat diketahui bahwa uji homogenitas dengan
Levenes Test memperoleh Fhitung sebesar 0,675 dengan signifikansi 0,413
(p > 0,05), sehingga dapat disimpulkan bahwa varian dari kedua kategori
homogen. Hasil uji t menunjukan nilai sebesar - 2,610 dengan signifikansi
sebesar 0,010 (p > 0,05), yang bermakna ada perbedaan kompetensi
interpersonal antara mahasiswa laki-laki dan perempuan. Kompetensi
interpersonal perempuan jauh lebih tinggi dengan rata-rata 123,87 dan
laki-laki 120,51.
96
4.9 Diskusi
Hasil pengukuran di atas membuktikan bahwa hipotesis terdapat
pengaruh secara simultan antara konsep diri dan dukungan sosial teman
sebaya terhadap kompetensi interpersonal mahasiswa Ambon di
Universitas Kristen Satya Wacana diterima. Hal ini terlihat dari nilai Fhitung
sebesar 43,320 dengan nilai signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05). Kedua
variabel memberikan sumbangan efektif sebesar 39,4% yang berarti
39,4% dari variasi yang terjadi pada variabel kompetensi interpersonal
dapat dijelaskan oleh variasi dari variabel konsep diri dan dukungan sosial
teman sebaya. Sedangkan sisanya sebesar 60,6% dipengaruhi oleh variabel
lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Hasil analisis regresi
menunjukan tanda positif (searah) yang berarti semakin baik kualitas
konsep diri dan dukungan sosial teman sebaya akan berdampak pada
peningkatan kompetensi interpersonal mahasiswa Ambon di Universitas
Kristen Satya Wacana.
Konsep diri merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
signifikan terhadap kompetensi interpersonal mahasiswa Ambon di
Universitas Kristen Satya Wacana. Hal ini terbukti dari hasil uji t pada
tabel 4.21 (β = 0.361). Adanya pengaruh yang signifikan disebabkan
karena konsep diri merupakan bagian dari prinsip membangun suatu
hubungan kompetensi interpersonal yang efektif. Kebiasaan hidup
bersama dan mengembangkan pergaulan yang intensif menjadikan
kompetensi interpersonal seseorang tumbuh dan berkembang dengan baik
(Danardono, 1997). Kompetensi yang dimiliki mahasiswa Ambon di
Universitas Kristen Satya Wacana membuat mereka lebih mudah menjalin
hubungan interpersonal yang lebih hangat dengan orang lain dari latar
belakang yang berbeda, serta dapat bersikap terbuka dan menyesuaikan
97
diri dengan situasi yang baru. Dengan demikian individu yang memiliki
konsep diri yang baik dapat memahami diri sendiri baik kekurangan
ataupun kelebihannya (Nashori, 2000).
Coopersmith, (1990) mengemukakan karakteristik dengan konsep
diri positif, yaitu bebas mengemukakan pendapat, cenderung memiliki
motivasi tinggi untuk mencapai prestasi, mampu mengaktualisasikan
potensinya dan mampu menyelaraskan diri dengan lingkungannya.
Seseorang yang memiliki konsep diri yang positif akan mampu
membangun hubungan kompetensi interpersonal yang baik. Pendapat
tersebut sejalan dengan yang diungkapkan Brooks dan Emmert dikutip
(Rakmat, 2008) yang menyatakan bahwa individu yang memiliki konsep
diri positif ditandai dengan lima hal, yakin akan kemampuannya
mengatasi masalah, merasa setara dengan orang lain, menerima pujian
tanpa rasa malu, menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai
perasaan, keinginan dan perilaku yang tidak seluruhnya disetujui oleh
masyarakat.
Rakhmat (2002), individu dengan konsep diri positif merasa
setara dengan orang lain. Kesetaraan dengan orang lain menjadi
modal agar individu tidak memiliki penghalang untuk mendekati
orang lain. Kesetaraan tersebut membuat individu mampu menolak setiap
usaha orang lain untuk mendominasi dirinya. Individu yang memandang
positif dirinya, memiliki kepekaan akan kebutuhan orang lain, pada
kebiasaan sosial yang telah diterima, dan pada gagasan bahwa
dirinya tidak bisa bersenang-senang dengan mengorbankan orang lain.
Kepekaan yang tinggi dari orang yang memiliki konsep diri positif ini
akan mengantarkan kepada tercapainya kemampuan memberikan
dukungan emosional kepada orang lain. Hasil penelitian yang dilakukan
98
Hartanti (2006) menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan
antara konsep diri dengan kompetensi interpersonal pengurus UKM
Undip. Nashori (2000) dalam penelitiannya juga menyatakan terdapat
hubungan antara konsep diri dengan kompetensi interpersonal mahasiswa
psikologi Universitas Islam Indonesia. Selain itu penelitian oleh Sangeeta
(2012) menemukan pengaruh yang signifikan antara konsep diri dengan
kompetensi interpersonal.
Selain konsep diri, dukungan sosial teman sebaya juga
berpengaruh terhadap kompetensi interpersonal mahasiswa Ambon di
Universitas Kristen Satya Wacana. Hasil uji t pada tabel 4.21
memperlihatkan bahwa dukungan sosial teman sebaya (β = 0.395)
memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan konsep diri
(β = 0.361) terhadap kompetensi interpersonal. Dukungan sosial menjadi
penting dalam proses perkembangan individu selanjutnya. Dukungan
sosial orang tua selalu menjadi hal yang penting dalam perkembangan
individu. Namun ketika individu telah jauh dari keluarga dan bergerak
dalam suatu komunitas baru, orang tua kemudian kehilangan fungsi
kontrol. Untuk itu dukungan sosial teman sebaya menjadi penting dalam
memantapkan suatu proses interaksi mahasiswa Ambon dalam lingkungan
yang baru. Dalam proses antara teman sebayanya, mahasiswa akan banyak
mengembangkan kemampuan yang dimilikinya. Tekait dengan hal
tersebut, Erwin dan Hartup (dalam Durkin, 1995) meyakini bahwa
dukungan teman sebaya memiliki banyak fungsi termasuk dalam proses
pengembangan identitas sosial, saling membagi norma perilaku sosial,
mempraktekkan kemampuan sosial (social skill), dan mempertahankan
struktur sosial.
99
Hasil penelitian ini secara langsung mendukung pendapat yang
diajukan oleh Hartup (dalam Garbarino dan Benn, 1992) yang
mengungkap bahwa hubungan teman sebaya berpengaruh penting dalam
perkembangan kehidupan individu. Meskipun pendapat yang diajukan
Hartup tersebut tidak secara ekplisist menyebut tentang kompetensi
interpersonal, namun setidaknya dapat dimaknai bahwa hubungan antar
teman sebaya akan berpengaruh dalam kehidupan individu. Perkembangan
yang terjadi pada individu dapat dimaknai salah satunya terkait dengan
kompetensi interpersonal yang dimiliki individu yang bersangkutan. Suatu
oleh Merrill-Palmer Quarterly (2006), penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui kompetensi interpersonal lewat dukungan sosial orang tua,
dukungan sosial teman sebaya dan dukungan pasangan. Dari ketiga
dukungan ini dilaporkan bahwa dukungan sosial teman sebaya memiliki
kontribusi cukup besar terhadap kompetensi interpersonal.
Analisa selanjutnya dengan menggunakan uji t pada tabel 4.24,
menunjukkan Hasil uji t sebesar - 2,610 dengan signifikansi sebesar 0,010
(p > 0,05), yang bermakna ada perbedaan kompetensi interpersonal antara
mahasiswa laki-laki dan perempuan. Kompetensi interpersonal perempuan
jauh lebih tinggi dengan rata-rata 123,87 dan laki-laki 120,51. Hal serupa
dikemukakan Latane dan Bidwell (Silawati, 1991), dalam penelitiannya
mengemukakan bahwa kaum perempuan lebih banyak bersama orang lain,
sekurang-kurangnya di tempat-tempat umum. Berdasarkan hal di atas,
Latane dan Bidwell menyimpulkan bahwa kaum perempuan memiliki
motif berafiliasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini
sejalan dengan pendapat Barry dkk., (dalam Wrightsman dan Deaux,
1981) bahwa perempuan lebih nurturant, lebih afiliatif, dan menunjukkan
minat yang lebih besar terhadap orang lain bila dibandingkan dengan
100
kaum laki-laki. Pendapat di atas diperkuat oleh Bosman (Hadi, 1994) yang
menandaskan bahwa perempuan lebih kohesif, lebih terbuka, dan tanpa
malu-malu berhubungan dengan sesama anggota dibanding laki-laki.
Kecenderungannya untuk bersama orang lain mendorong perempuan
untuk memupuk kemampuan berhubungan secara interpersonal yang
disebut kompetensi interpersonal.
Hadiyono dan Kahn (1987) melaporkan bahwa mahasiswa laki-
laki memiliki ciri lebih dalam stabilitas emosi, memiliki keberanian dan
kepuasan diri, sedangkan mahasiswa perempuan lebih tinggi tingkat
kecemasannya dan lebih sering menarik diri. Sementara penelitian yang
dilakukan Danardono (1997) menunjukkan bahwa mahasiswa laki-laki
memiliki kompetensi interpersonal yang lebih tinggi dibandingkan dengan
mahasiswa perempuan. Perbedaan hasil ini diduga disebabkan oleh
komposisi dan karakteristik subjek penelitian. Pada penelitian Danardono
subjeknya adalah pecinta alam yang lebih banyak mengandalkan laki-laki
sebagai pengambil inisiatif, pemegang kepemimpinan, dan ujung tombak
tim. Tuntutan demikian memungkinkan tumbuh kembangnya kompetensi
interpersonal di kalangan mahasiswa laki-laki. Berbeda dengan itu, dalam
penelitian yang dilakukan Nashori (2003). Penelitian ini menunjukan
bahwa tidak ada perbedaan kompetensi interpersonal antara mahasiswa
laki-laki dan perempuan. Adanya fakta bahwa mahasiswa laki-laki dan
mahasiswa perempuan memiliki kompetensi interpersonal yang setara
menunjukkan bahwa proses pendidikan dan pengasuhan yang diberikan
lembaga pendidikan dan orang tua kepada laki-laki dan perempuan relatif
sama. Pendidikan dan pengasuhan yang tidak mendiskriminasi laki-laki
dan perempuan ini menghasilkan buah berupa keseimbangan mereka
dalam berbagai hal, salah satunya adalah kompetensi interpersonal.