36
47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan uraian hasil penelitian. Uraian hasil penelitian ini merupakan jawaban atas rumusan masalah pada bab satu. Beberapa hal yang akan diuraikan meliputi (1) gambaran umum TK Aisyiyah Kertonatan, (2) hasil penelitian, (3) pembahasan hasil penelitian. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan. Tahapan tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta analisis dan refleksi. A. Gambaran Umum TK Aisyiyah Kertonatan, Kartasura TK Aisyiyah Kertonatan merupakan bentuk layanan pendidikan anak usia dini yang diberikan pada anak mulai usia empat sampai enam tahun. TK Aisyiyah Kertonatan ini beralamatkan di Perum Pondok Indah Kertonatan, Kelurahan Kertonatan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo 57166 di atas tanah wakaf dari Ibu Siti warga setempat. TK Aisyiyah Kertonatan ini telah berdiri sejak tahun 1966 di bawah naungan Kementrian Agama. TK Aisyiyah Kertonatan terletak di tengah-tengah perkampungan yang cukup aman. Lingkungan yang sejuk karena tidak jauh dengan lahan persawahan sehingga udaranya masih segar. Meskipun di tengah-tengah perkampungan, TK ini cukup dekat dengan jalan raya dan jalan-jalan di sekitarnya juga sudah beraspal sehingga nyaman untuk menuju ke lokasinya.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANeprints.ums.ac.id/14125/29/06_BAB_IV.pdf · Kelurahan Kertonatan, ... sekitarnya juga sudah beraspal sehingga nyaman untuk menuju ke lokasinya

Embed Size (px)

Citation preview

47

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan disajikan uraian hasil penelitian. Uraian hasil penelitian ini

merupakan jawaban atas rumusan masalah pada bab satu. Beberapa hal yang akan

diuraikan meliputi (1) gambaran umum TK Aisyiyah Kertonatan, (2) hasil

penelitian, (3) pembahasan hasil penelitian. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas

ini dilaksanakan dalam tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali pertemuan.

Tahapan tersebut meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, serta

analisis dan refleksi.

A. Gambaran Umum TK Aisyiyah Kertonatan, Kartasura

TK Aisyiyah Kertonatan merupakan bentuk layanan pendidikan anak usia

dini yang diberikan pada anak mulai usia empat sampai enam tahun. TK

Aisyiyah Kertonatan ini beralamatkan di Perum Pondok Indah Kertonatan,

Kelurahan Kertonatan, Kecamatan Kartasura, Kabupaten Sukoharjo 57166 di

atas tanah wakaf dari Ibu Siti warga setempat. TK Aisyiyah Kertonatan ini

telah berdiri sejak tahun 1966 di bawah naungan Kementrian Agama.

TK Aisyiyah Kertonatan terletak di tengah-tengah perkampungan yang

cukup aman. Lingkungan yang sejuk karena tidak jauh dengan lahan

persawahan sehingga udaranya masih segar. Meskipun di tengah-tengah

perkampungan, TK ini cukup dekat dengan jalan raya dan jalan-jalan di

sekitarnya juga sudah beraspal sehingga nyaman untuk menuju ke lokasinya.

48

TK Aisyiyah Kertonatan ini memiliki satu gedung dengan beberapa ruang

sekolah. Adapun gedung dan ruang sekolah merupakan milik sendiri yang

terdiri dari satu ruang kantor, tiga ruang pembelajaran, satu kamar mandi/

WC, satu ruang peralatan dan alat peraga, serta halaman sekolah yang cukup

dengan beraneka alat bermain luar ruangan. Adapun alat-alat bermain di

dalam ruangan terlihat sangat sedikit dan kondisinya sudah banyak yang

rusak.

Layanan pendidikan yang diberikan oleh TK Aisyiyah Kertonatan

dilaksanakan seminggu enam kali, yaitu mulai senin sampai sabtu mulai pukul

setengah delapan pagi hingga pukul sepuluh pagi. Adapun model

pembelajaran yang digunakan adalah model klasikal, di mana pembelajaran

dipimpin sepenuhnya oleh guru dan pembelajarannya terkesan komunikasi

satu arah. Anak didik selalu diajak untuk melaksanakan tugas yang diberikan

oleh guru sehingga anak didik kurang memiliki kebebasan untuk bertanya,

mengutarakan ide dan pendapatnya. Guru dalam mengajar juga jarang

menggunakan alat peraga sehingga tidak jarang anak didik merasa bosan

dengan kegiatan pembelajarannya. Guna kelancaran proses belajar-mengajar,

secara struktural organisasi pendidikan TK Aisyiyah Kertonatan ini di kepalai

oleh Sri Lestari dengan kualifikasi pendidikan Sarjana Agama dan Magister

Studi Islam, dan dibantu oleh tiga guru kelas, dua guru pendamping dan satu

guru drum band. Adapun guru kelasnya yaitu Jumirah dengan kualifikasi

pendidikan Ahli Madya, Sri Suharni dengan kualifikasi pendidikan Sarjana

Pendidikan Bahasa Indonesia, Eni Suwandari dengan kualifikasi pendidikan

49

Sarjana Pendidikan Ekonomi. Adapun guru pendamping masing-masing yaitu

Ridaul Hasanah yang sedang menempuh jenjang pendidikan SI PAUD di

UMS, dan Krisna Dwi Effendy dengan kualifikasi pendidikan Sarjana Hukum.

Adapun guru ekstrakurikuler drum band yaitu Achmad Ischaq dengan

kualifikasi pendidikan SMA dan sedang menempuh pendidikan perguruan

tinggi SI.

TK Aisyiyah Kertonatan di tahun ajaran 2010/2011 ini memiliki 68 anak

didik. Adapun pembagiannya terdiri atas 29 anak untuk kelompok A dengan

23 anak putra dan 6 anak putri, 17 anak untuk kelompok B.1 dengan 11 anak

putra dan 6 anak putri, dan 22 anak untuk kelompok B.2 dengan 13 anak putra

dan 9 anak putri. Anak didik TK Aisyiyah Kertonatan ini sendiri rata-rata

berasal dari kalangan masyarakat menengah ke bawah.

B. Hasil Penelitian

1. Deskripsi Kondisi Awal Proses Pembelajaran Menggunakan Metode Bermain

Peran

Pada tanggal 5 April 2011, peneliti mengadakan pra tindakan bermain

peran pada anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah Kertonatan untuk mengetahui

kondisi awal kecerdasan linguistik khususnya dalam hal kemampuan

berbicara. Berdasarkan hasil pengamatan, peneliti menyimpulkan bahwa

selama ini anak didik di TK Aisyiyah Kertonatan kelompok B.1 kecerdasan

linguistiknya khususnya dalam hal kemampuan berbicaranya sangat kurang.

Hal ini terlihat saat pra tindakan pembelajaran bermain peran di mana anak

50

diminta untuk bermain peran sesuka hatinya tanpa pemberian penjelasan, dan

contoh dari guru.

Adapun hasil pengamatannya hampir sebagian besar kemampuan anak

didik terlihat sangat kurang seperti dalam kemampuan anak didik untuk

menanyakan tentang suatu hal untuk mewujudkan rasa ingin tahunya,

kemampuan untuk menjawab pertanyaan ketika ditanya, kemampuan anak

didik untuk menyampaikan pesan sederhana, kemampuan anak didik untuk

mengutarakan pendapat, kemampuan anak didik untuk memberikan alasan

atas pendapat yang diberikan. Anak-anak didik cenderung diam dan bingung

dengan apa yang harus dilakukan dan apa yang ingin dikatakan. Anak didik

terlihat berulang-ulang hanya tersenyum dan bingung dengan apa yang ingin

dia katakan saat bermain peran. Adapun hasil pembelajaran dari pengamatan

pada pra tindakan anak didik seperti pada tabel berikut:

Table 4.1 HASIL PENGAMATAN KEGIATAN PEMBELAJARAN

SEBELUM TINDAKAN

NAMA ANAK

PENILAIAN

Bertanya Menjawab Menyampaikan Pesan

MengutarakanPendapat Alasan

Kriteria

• √ O • √ o • √ O • √ o • √  o 1. Rooney P.G. √ o O √ √  mampu

2. Putri Indah W. • • O • o sangat mampu

3. Yanuar Dilan I. O o √ o o Kurang

4. Rafif F. O √ O o o Kurang

5. Sabrina Azalia S. • √ √ √ • Mampu

51

NAMA ANAK

PENILAIAN

Bertanya Menjawab Menyampaikan Pesan

MengutarakanPendapat Alasan

Kriteria • √ O • √ o • √ o • √ o • √  o

6. Naura Galuh A.P o o o o √  Kurang

7. Alfian Yoga S. o √ o o o Kurang

8. Raffi Fitra Akbar √ √ √ o o Mampu

9. Irvan Ramadhani • • • o √  Sangat Mampu

10. Vania Yoshe R.C. o o o o o Kurang

11. Tania Wening N.K. √ • o • • Sangat Mampu

12. Arony Mukhlis A. o o o √ o Kurang

13. Aroby Mukhlas A. o o √ o o Kurang

14. Najwa Mualifah √ o o o √  Kurang

15. Septian Afriza A. o √ √ √ o Mampu

16. Indira Putri A.S. o √ o o o Kurang

17. Naufal M. Z. o o √ o o Kurang

Jumlah 3 4 10 3 6 8 1 6 10 2 4 11 2 4 11

Daya serap kelas 41,18% 52,94% 41,18% 35,29% 35,29% 7 anak

Keterangan : • : sangat mampu

ð : mampu o : kurang mampu

Kriteria ketuntasan : ð dan •

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa kecerdasan linguistik anak didik

kelas B.1 TK Aisyiyah Kertonatan khususnya dalam hal kemampuan

berbicara masih sangat rendah, yaitu anak didik yang memiliki kemampuan

bertanya sejumlah 7 anak dari 17 anak didik atau mencapai 41,18%. Anak

didik yang memiliki kemampuan menjawab pertanyaan sejumlah 9 anak dari

17 anak didik atau mencapai 52,94%. Anak didik yang memiliki kemampuan

menyampaikan pesan sejumlah 7 anak dari 17 anak didik atau mencapai

52

41,18%. Anak didik yang memiliki kemampuan mengutarakan pendapat

sejumlah 6 anak dari 17 anak didik atau mencapai 35,29%. Anak didik yang

memiliki kemampuan memberikan alasan atas pendapatnya sejumlah 6 anak

dari 17 anak didik atau mencapai 35,29%. Adapun secara umum kecerdasan

linguistik khususnya dalam hal kemampuan berbicara anak didik kelas B.1 TK

Aisyiyah Kertonatan mencapai 41,18%.

Berdasarkan hasil pengamatan proses belajar anak didik kelas B.1 TK

Aisyiyah Kertonatan pada pra tindakan, peneliti menyimpulkan bahwa

kecerdasan linguistik khususnya kemampuan berbicara anak didik kelas B.1

TK Aisyiyah Kertonatan rendah dikarenakan kondisi anak didik saat proses

pembelajaran kurang antusias terhadap pembelajaran, banyak anak yang

berlarian dan kurang perhatian terhadap kegiatan yang diberikan guru, anak

kurang mengerti/kurang faham terhadap kegiatan pembelajaran.

Peneliti melihat kondisi proses dan hasil pembelajaran pada pra tindakan

yang seperti ini, memutuskan untuk melanjutkan penelitian guna

meningkatkan kecerdasan linguistik anak khususnya dalam hal kemampuan

berbicaranya. Selanjutnya, peneliti berkolaborasi dengan guru kelas bersama-

sama menentukan kesepakatan dimulainya tindakan penelitian yaitu hari

Kamis, tanggal 7 April 2011.

2. Pelaksanaan Tindakan dan Hasil Penelitian

a. Tindakan Siklus I

1) Perencanaan

53

Peneliti melaksanakan kegiatan perencanaan ini pada hari Rabu,

tanggal 6 April 2011 di TK Aisyiyah Kertonatan. Saat itu, peneliti

berusaha melakukan perbaikan sistem pembelajaran guna

meningkatkan kecerdasan linguistik khususnya kemampuan berbicara

anak didik kelas B.1 pada TK tersebut. Peneliti dan guru kelas

mendiskusikan hal-hal yang dibutuhkan saat tindakan dilaksanakan

nanti, diantaranya peneliti mengajukan indikator-indikator

keberhasilan peningkatan kecerdasan linguistik khususnya kemampuan

berbicara anak didik yang telah peneliti susun sebelumnya. Peneliti

menyusun dan mendiskusikan SBP dengan guru mitra kolaboratif.

Adapun kegiatan pada siklus I adalah bermain peran ‘makan malam

bersama di rumah’.

Dalam perencanaan, peneliti bersama guru mitra juga menyusun

dan mendiskusikan lembar observasi guru saat mengajar, menyusun

dan mendiskusikan lembar observasi proses pembelajaran anak didik

dengan guru mitra kolaboratif. Peneliti tidak lupa menyusun dan

mendiskusikan lembar observasi hasil belajar anak kepada guru kelas.

Adapun aspek yang dinilai meliputi kemampuan bertanya,

kemampuan menjawab pertanyaan, kemampuan menyampaikan pesan,

kemampuan mengutarakan pendapat, kemampuan memberikan alasan

atas pendapat yang diberikan. Yang terakhir peneliti dan guru kelas

(rekan sejawat) bersama-sama membuat alat peraga.

54

2) Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus I ini, peneliti

melaksanakannya dengan tiga kali pertemuan yaitu pada hari Kamis

tanggal 7 April 2011, hari Jum’at tanggal 8 April 2011 dan hari Sabtu

tanggal 9 April 2011. Adapun pelaksanaan tindakan peneliti ini sesuai

dengan perencanaan yang sudah disusun. Karena peneliti di sini juga

guru sekolah di kelas itu, maka yang menjadi guru pengajar adalah

peneliti sendiri, sedang guru kelas teman sejawat peneliti mengamati

proses pembelajaran.

Adapun kegiatan yang dilalui pada tahap ini meliputi kegiatan

awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan awal dilaksanakan

selama 10 menit, terdiri dari salam, guru menyiapkan alat peraga yang

diperlukan, guru dan anak didik bercakap-cakap tentang nama-nama

anggota keluarga (ayah, ibu dan anak), guru dan anak didik bercakap-

cakap tentang makan malam di rumah.

Kegiatan inti dilaksanakan selama 60 menit, meliputi guru

menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik, guru

mengenalkan dan menjelaskan tentang permainan bermain peran, guru

menjelaskan cara dan petunjuk bermain peran ‘makan malam bersama

di rumah’, guru menjelaskan alur cerita bermain peran ‘makan malam

bersama di rumah’. Guru pengajar juga memberi contoh bermain peran

‘makan malam bersama di rumah’. Guru mengajak anak didik

membentuk kelompok sendiri, tiap kelompok empat orang dan

55

menentukan sendiri peran masing-masing (ada yang menjadi ayah, ibu,

dan dua anak). Guru mengajak anak didik memulai permainan secara

bergantian. Waktu yang diberikan untuk setiap kelompok kurang lebih

10 menit. Guru memberi pujian pada anak didik yang sudah bisa

berbicara lancar dan memberi dorongan atau motivasi pada anak didik

yang belum bisa.

Selama pelaksanaan kegiatan bermain peran, peneliti sebagai guru

pengajar yang berfungsi sebagai mediator dan fasilitator. Hal ini

dikarenakan peneliti juga guru kelas tersebut. Selama pelaksanaan

kegitan bermain peran, observasi dan pengisisan lembar observasi

dilakukan oleh guru kelas yang berperan sebagai rekan sejawat

peneliti.

Adapun untuk kegiatan akhir, guru pengajar atau peneliti

melaksanakannya selama kurang lebih 10 menit. Pada kegiatan ini

yang dilakukan pengajar adalah review kegiatan bermain peran,

bernyanyi lagu ‘sebelum kita makan’. Tidak lupa guru pengajar juga

menyampaikan pesan untuk bermain peran selanjutnya.

Pelaksanaan tindakan pada pertemuan satu, dua dan tiga pada

siklus I ini kegiatannya adalah sama yaitu bermain peran ‘makan

malam bersama di rumah’. Hal ini dimaksudkan agar anak didik

semakin memahami dan menguasai situasi bermain peran sehingga

keberanian anak untuk berbicara semakin meningkat. Meskipun

56

kegiatan pada setiap pertemuan sama, namun ada sedikit variasi pada

pelaksanaannya, yaitu:

a) Setiap pertemuan anak memainkan peran yang berbeda, seperti

anak didik yang di pertemuan satu berperan sebagai ayah maka di

pertemuan selanjutnya diminta memainkan peran selain peran

ayah. Hal ini dimaksudkan untuk menstimulasi anak berimajinasi

dalam perannya dan mengekspresikan melalui bertanya, menjawab,

mengeluarkan pendapat, dan sebagainya.

b) Pada pertemuan satu, kegiatan penutupnya yaitu anak didik

menghafal hadits adab makan.

c) Pada pertemuan kedua, kegiatan penutupnya yaitu anak didik

lomba memakai celemek.

d) Pada pertemuan ketiga, kegiatan penutupnya anak bernyanyi

‘sebelum kita makan’.

3) Pengamatan

Kegiatan observasi ini dilakukan terhadap guru pengajar dan anak

didik yang bermain peran yang dilaksanakan saat proses pembelajaran

yaitu di kelas B.1 TK Aisyiyah Kertonatan. Adapun untuk observasi

guru pengajar yang diamati adalah tentang bagaimana cara

mengajarnya, sedangkan pada anak didik yang diamati adalah saat

proses pembelajaran dan hasil pembelajaran bermain peran.

Pelaksanaan kegiatan observasi ini sendiri dilakukan oleh guru kelas

yang berperan sebagai mitra kolaboratif peneliti. Hal ini dikarenakan

57

peneliti saat kegiatan pembelajaran bermain peran berfungsi sebagai

guru pengajar.

Kegiatan observasi terhadap pembelajaran bermain peran ini

bertujuan untuk mengetahui perkembangan kecerdasan linguistik

khususnya dalam hal kemampuan berbicara anak didik kelas B.1

meliputi kemampuan bertanya, kemampuan menjawab pertanyaan,

kemampuan menyampaikan pesan, kemampuan mengutarakan

pendapat, kemampuan memberikan alasan atas pendapat yang

diberikan.

Berdasarkan pengamatan terhadap lembar observasi, hasil

wawancara yang telah dilakukan, peneliti mendapatkan data bahwa

guru pengajar atau peneliti sudah mengajar sesuai dengan perencanaan

yang ada (SBP). Guru pengajar sudah memberikan penguatan

terhadap kemampuan bermain peran anak. Guru pengajar juga telah

berusaha mendorong anak didik untuk lebih berani berbicara,

mengutarakan ide dan pendapatnya. Namun, guru pengajar belum

dapat menciptakan suasana kelas yang tenang. Sebagian besar anak

terlihat antusias dan tertarik untuk bermain peran karena kegiatan ini

bagi mereka sangat menarik dan menyenangkan. Sedangkan sebagian

anak didik mengalami kesulitan dalam bermain peran. Beberapa anak

didik yang lain terlihat bingung dan malu bersuara. Sebagian anak

didik yang tidak sedang bermain peran cenderung berlarian.

58

Kecerdasan linguistik khususnya dalam hal kemampuan berbicara

anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah Kertonatan pada siklus I secara rinci

sebagai berikut; anak didik yang memiliki kemampuan bertanya

sejumlah 10 anak dari 17 anak (58,82%), anak didik yang memiliki

kemampuan menjawab pertanyaan sejumlah 11 anak dari 17 anak

(64,70%), anak didik yang memiliki kemampuan menyampaikan pesan

sejumlah 8 anak dari 17 anak (47,06%), anak yang memiliki

kemampuan mengutarakan ide/pendapat sejumlah 8 anak dari 17 anak

(47,06%), dan anak didik yang memiliki kemampuan memberikan

alasan atas pendapatnya sejumlah 8 anak dari 17 anak (47,06%).

Adapun secara umum kecerdasan linguistik khususnya dalam hal

kemampuan berbicara anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah Kertonatan

pada tahap siklus I ini mencapai 52, 94%.

Berdasarkan hasil pengamatan pula, secara umum dapat

disimpulkan bahwa pada siklus I ini kegiatan bermain peran dalam

upaya peningkatan kecerdasan linguistik khususnya dalam hal

kemampuan berbicara anak didik kelas B.1 sudah terlihat hasilnya

yaitu terdapat peningkatan kecerdasan linguistik anak khususnya

dalam hal kemampuan berbicara jika dibandingkan pada pra tindakan.

Pada pra tindakan kemampuannya 41,18% (7 orang) telah meningkat

menjadi 52,94% (9 orang). Secara terperinci, data peningkatan dapat

dilihat pada table berikut:

59

Tabel 4.2 Data Peningkatan Kecerdasan Linguistik

(Kemampuan Berbicara) Anak Siklus I

No Indikator Tahap Siklus I

Jumlah Anak yang

Mampu

1 Kemampuan bertanya 58,82% 10 anak 2 Kemampuan menjawab 64,70% 11 anak 3 Menyampaikan pesan 47,06% 8 anak

4 Mengutarakan ide 47,06% 8 anak

5 Memberikan alasan 47,06% 8 anak

Kemampuan rata-rata 52,94% 9 anak

Meskipun demikian, masih banyak anak didik yang kecerdasan

linguistiknya khususnya dalam hal kemampuan berbicara kurang

meningkat. Beberapa anak didik mengalami kesulitan dalam

mengeluarkan kata-kata untuk berbicara dan membutuhkan motivasi

yang lebih untuk bermain peran.

4) Analisis dan Refleksi

Peneliti melakukan kegiatan analisis ini pada hari Sabtu, tanggal

10 April 2011. Peneliti melakukan analisis ini bersama guru kelas yang

menjadi mitra kolaborasi peneliti. Setelah melakukan tahapan-tahapan

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan pada siklus I, sebagai tindak

lanjut peneliti mengadakan refleksi terhadap tahapan-tahapan tersebut.

Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana hasil yang telah

dicapai pada penelitian ini setelah peneliti memberikan penugasan

kepada anak didik yaitu bermain peran ‘makan malam bersama di

rumah’.

60

Berdasarkan hasil observasi, peneliti menyimpulkan bahwa hasil

tindakan yang dicapai anak didik pada siklus I belum memuaskan.

Hasil tindakan yang belum memuaskan ini terlihat seperti:

a) Anak didik masih bingung dalam bermain peran dan malu-malu.

b) Anak didik merasa kurang bebas berekspresi.

c) Anak didik kurang menikmati kegiatan bermain peran .

d) Sebagian anak didik kurang semangat untuk bermain peran.

Ada beberapa hal yang menjadi catatan peneliti, mengapa hasil yang

dicapai pada silkus I kurang maksimal, diantaranya:

a) Kegiatan bermain peran ini terasa baru bagi mereka sehingga anak

didik masih bingung dan malu-malu untuk lebih berani berbicara

saat bermain peran.

b) Kegiatan bermain peran masih terlihat terpimpin oleh guru

pengajar sehingga.

c) Waktu yang diberikan setiap kelompok untuk bermain peran sangat

kurang.

d) Meskipun guru pengajar telah memberikan motivasi, namun masih

diperlukan motivasi yang lebih untuk memberi semangat pada

anak.

Melihat hasil yang telah dicapai pada siklus I ini, maka peneliti dan

guru mitra menyimpulkan masih perlu diadakan tindakan penelitian

selanjutnya serta memutuskan untuk melanjutkan tindakan pada siklus

berikutnya. Pelaksanaan kegiatan tindakan pada siklus I pada dasarnya

61

sudah baik, hanya saja perlu peningkatan motivasi terhadap anak didik.

Oleh karenanya pada siklus berikutnya, peneliti akan memperbaikinya

melalui:

a) Berusaha meningkatkan motivasi anak didik dalam bermain peran.

b) Peneliti juga akan memperbaiki sistem pembagian kelompok agar

rasa malu untuk berbicara anak didik berkurang.

c) Peneliti dan guru mitra akan menambah alokasi waktu bermain

peran anak didik.

d) Selain itu, peneliti akan berusaha mengefektifkan metode bermain

peran ini agar hasil dari penelitian dapat meningkat.

b. Tindakan Siklus II

1) Perencanaan

Proses pembelajaran bermain peran telah dicapai pada siklus I pada

umumnya sudah cukup baik, tetapi belum memuaskan. Hal ini

dikarenakan masih banyak kekurangan yang menjadikan belum

berhasilnya tindakan. Untuk mengatasi kekurangan pada siklus I, maka

pada hari Senin, tanggal 11 April 2011 peneliti dan guru mitra

merencanakan tindakan siklus II.

Secara umum perencanaan pada siklus II ini sama dengan pada

siklus I, hanya saja peneliti berusaha melakukan perbaikan metode

mengajar dan memberikan variasi kegiatan agar anak didik tidak

merasa bosan. Hal ini dilakukan peneliti tidak lain untuk meningkatkan

kecerdasan linguistik khususnya kemampuan berbicara anak didik

62

kelas B.1 pada TK tersebut. Siklus II ini direncanakan akan

dilaksanakan dalam tiga pertemuan, yaitu pertemuan pertama pada hari

Selasa tanggal 12 April 2011, pertemuan kedua pada hari Rabu tanggal

13 April 2011 dan pertemuan ketiga pada hari Jum’at tanggal 15 April

2011.

Setelah melaksanakan diskusi akhirnya peneliti dan guru mitra

menyepakati beberapa hal perbaikan yang sebaiknya dilaksanakan

dalam pembelajaran bermain peran pada tindakan siklus II ini. Hal-hal

tersebut yaitu (1) peneliti akan berusaha meningkatkan motivasi anak

didik dalam bermain peran seperti melalui pujian dan reward bagi

yang sudah mampu dan dorongan bagi yang belum mampu. (2)

Peneliti akan memberi kebebasan anak didik untuk berekspresi selama

masih dalam konten yang ada agar pembelajaran lebih efektif. (3)

peneliti akan menambah alokasi waktu bermain peran anak didik. (4)

Selain itu, peneliti juga akan menambah jumlah anggota per tiap-tiap

kelompok. Harapannya adalah dengan lebih banyak jumlah anggota

dalam bermain peran, anak didik semakin semangat dan rasa malu

untuk mengeluarkan suara dalam berbicara akan berkurang.

Pada perencanaan ini peneliti dan guru mitra juga berdiskusi hal-

hal yang dibutuhkan saat tindakan dilaksanakan nanti, diantaranya

pada siklus II peneliti masih menggunakan indikator-indikator

keberhasilan yang sama dengan pada siklus I. Peneliti menyusun dan

mendiskusikan SBP dengan guru mitra. Pada tindakan siklus II ini

63

peneliti sengaja mengganti kegiatan bermain peran, hal ini

dimaksudkan untuk mengurangi mencegah munculnya kebosanan anak

didik. Meskipun kegiatannya sama, namun peneliti tetap mengambil

tema keluarga karena keluarga merupakan kondisi yang paling dekat

dengan anak didik sehingga anak didik sudah memiliki cukup

pengalaman akan tema itu. Adapun kegiatan pada siklus II ini adalah

bermain peran ‘menyambut kedatangan kakek dan nenek’.

Pada perencanaan ini peneliti juga menyusun dan mendiskusikan

lembar observasi guru mengajar dengan guru mitra, menyusun dan

mendiskusikan lembar observasi proses pembelajaran anak didik

dengan guru mitra kolaboratif. Peneliti menyusun dan mendiskusikan

lembar observasi hasil belajar anak dengan guru kelas. Adapun aspek

yang dinilai meliputi kemampuan bertanya, kemampuan menjawab

pertanyaan, kemampuan menyampaikan pesan, kemampuan

mengutarakan pendapat, kemampuan memberikan alasan atas pendapat

yang diberikan. Tidak lupa peneliti dan guru mitra kolaboratif

bersama-sama membuat alat peraga.

2) Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan tindakan siklus II ini, peneliti

melaksanakannya dengan tiga kali pertemuan yaitu pada hari Selasa,

Rabu, Jum’at, tanggal 12, 13, dan 15 April 2011. Adapun pelaksanaan

tindakan peneliti ini sesuai dengan perencanaan yang sudah disusun.

64

Pada tindakan siklus II ini, peneliti tetap sebagai guru pengajar, sedang

guru mitra kolaboratif peneliti mengamati proses pembelajaran.

Adapun kegiatan yang dilalui pada tahap ini meliputi kegiatan awal

yang dilaksanakan selama kurang lebih 10 menit. Pada kegiatan awal

ini pengajar mengawalinya dengan salam. Selanjutnya guru

menyiapkan alat peraga yang diperlukan. Guru dan anak didik

bercakap-cakap tentang nama-nama anggota keluarga besar (ada ayah,

ibu dan anak ditambah kakek dan nenek). Guru dan anak didik juga

bercakap-cakap tentang cara menyambut kedatangan kakek dan nenek.

Pada kegiatan inti pengajar atau peneliti melakukannya kurang

lebih selama 70 menit. Adapun alokasi waktu kegiatan berrmain peran

setiap kelompok kurang lebih 15 menit. Pada kegiatan inti ini guru

berusaha menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik. Guru

menjelaskan cara dan petunjuk bermain peran ‘menyambut kedatangan

nenek dan kakek’. Di sini guru mengajukan pertanyaan pada peserta

didik seperti bahwa kalau ingin bertamu, kakek dan nenek

mengucapkan apa, bagaimana cara anak-anak menyambut kakek dan

nenek, kalau ada tamu, anak-anak harus gimana, dan sebagainya.

Langkah yang dilakukan guru selanjutnya menjelaskan alur cerita

bermain peran ‘menyambut kedatangan kakek dan nenek’. Guru

memberi contoh bermain peran ‘menyambut kedatangan nenek dan

kakek’.

65

Urutan pelaksanaan setelah guru memberi contoh adalah

pembentukan kelompok. Dalam pembentukan kelompok, guru

mengajak anak didik membentuk kelompok sendiri. Setiap kelompok

lima atau enam orang dan menentukan sendiri peran masing-masing

(ada yang menjadi kakek, nenek, ayah, ibu, anak). Anak-anak yang

tidak sedang mendapat giliran bermain peran, oleh guru diajak

berperan menjadi penonton dan memberi tepuk tangan atas peran

temannya yang bagus.

Langkah selanjutnya guru mengajak anak didik memulai

permainan secara bergantian. Adapun guru sekaligus peneliti sebagai

mediator dan fasilitator. Guru melepas anak bermain peran sesuka

hatinya selama masih dalam konteks urutan alurnya. Guru memberi

pujian bagi yang sudah bisa berbicara lancar dan memberi dorongan

atau motivasi yang belum bisa.

Ada beberapa hal yang menjadi catatan pengajar saat mengajar. Di

antaranya, untuk memotivasi anak didik, guru pengajar/peneliti

memberi bintang pada anak berani berbicara dan pada anak yang bisa

menjadi penonton yang baik. Selama pelaksanaan kegitan bermain

peran, observasi dan pengisian pada lembar observasi dilakukan oleh

guru kelas yang berperan sebagai rekan sejawat peneliti.

Adapun untuk kegiatan akhir, guru pengajar/peneliti

melaksanakannya selama kurang lebih 10 menit. Pada kegiatan ini

yang dilakukan pengajar adalah review kegiatan bermain peran,

66

bernyanyi lagu ‘nenek moyangku’. Tidak lupa guru pengajar juga

menyampaikan pesan untuk bermain peran selanjutnya.

Pada dasarnya kegiatan bermain peran pada tindakan siklus II ini,

antara pertemuan satu, pertemuan dua dan pertemuan tiga adalah sama

yaitu bermain peran ‘menyambut kedatangan kakek dan nenek’. Hanya

saja antara pertemuan satu, dua dan tiga pelaksanaannya ada sedikit

variasi. Adapun variasinya yaitu:

a) Setiap pertemuan setiap anak memerankan peran yang berbeda.

Anak yang pada pertemuan satu sudah memerankan peran kakek,

maka pada pertemuan berikutnya anak didik memerankan selain

peran kakek dan seterusnya. Hal ini dimaksudkan agar anak

memiliki kesempatan yang sama untuk bebas berekspresi untuk

memerankan peran-peran dalam bermain peran. Selain itu, hal ini

juga bertujuan untuk mencegah kebosanan anak.

b) Pada pertemuan satu, sebelum bermain peran anak diajak

menirukan suara kakek dan nenek.

c) Pada pertemuan dua, sebelum bermain peran anak diajak lomba

menirukan jalannya kakek dan nenek.

d) Pada pertemuan ketiga, setelah bermain peran anak didik diajak

menirukan puisi ‘Kakekku’

3) Pengamatan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dari tindakan pada

siklus II ini peneliti mendapatkan data hasil penelitian. Melihat dari

67

segi perencanaan peneliti sudah melaksanakan prosedur dan dalam

penyusunan pun lebih terencana karena telah mendapatkan

pengalaman dari perencanaan sebelumnya. Melihat dari segi proses

pembelajaran menurut hasil observasi tindakan, dan wawancara, proses

kegiatan bermain peran terlihat sangat pakem. Keefektifan

pembelajaran pun sudah lebih terlihat. Guru pengajar atau peneliti

sudah mengajar sesuai dengan perencanaan yang ada (SBP). Guru

pengajar atau peneliti sudah memberikan penguatan terhadap

kemampuan bermain peran anak. Guru pengajar atau peneliti telah

berhasil mendorong anak didik untuk lebih berani berbicara,

mengutarakan ide dan pendapatnya dari pada pada tindakan pada

siklus I. Guru pengajar juga sudah dapat menciptakan suasana kelas

yang tenang.

Sebagian besar anak terlihat lebih antusias dan tertarik dalam

bermain yang sesungguhnya yaitu bermain peran. Anak didik sudah

lebih terlihat tidak bingung dan tidak malu untuk bersuara. Beberapa

anak didik mengalami kesulitan dalam bermain peran terlihat lebih

sedikit jika dibandingkan pada siklus sebelumya. Anak didik yang

tidak sedang bermain peran sudah terlihat lebih tenang. Ada

peningkatan kecerdasan linguistik anak didik khususnya dalam hal

kemampuan berbicara pada siklus II ini jika dibandingkan pada siklus

satu. Adapun hasil pembelajaran kegiatan bermain peran siklus II

seperti pada tabel berikut.

68

Tabel 4.3 Data Peningkatan Kecerdasan Linguistik

(Kemampuan Berbicara) Anak Siklus II

No Indikator Tahap Siklus II

Jumlah Anak yang Mampu

1 Kemampuan bertanya 64,70% 11 anak 2 Kemampuan menjawab 70, 58% 12 anak 3 Menyampaikan pesan 64, 70% 11 anak

4 Mengutarakan ide 64,70% 11 anak

5 Memberikan alasan 58,82% 10 anak

Kemampuan rata-rata 64,70% 11 anak

Kecerdasan linguistik khususnya dalam hal kemampuan berbicara

anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah Kertonatan pada siklus II secara

rinci sebagai berikut; anak didik yang memiliki kemampuan bertanya

sejumlah 11 anak dari 17 anak (64,70%). Anak didik yang memiliki

kemampuan menjawab pertanyaan sejumlah 12 anak dari 17 anak

(70,58%). Anak didik yang memiliki kemampuan menyampaikan

pesan sejumlah 11 anak dari 17 anak (64,70%). Anak yang memiliki

kemampuan mengutarakan ide atau pendapat sejumlah 11 anak dari 17

anak (64,70%), dan anak didik yang memiliki kemampuan

memberikan alasan atas pendapatnya sejumlah 10 anak dari 17 anak

(58,82%). Adapun secara umum kecerdasan linguistik khususnya

dalam hal kemampuan berbicara anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah

Kertonatan yang memiliki pada tahap siklus II ini adalah 64,70% (11

anak).

69

4) Analisis dan Refleksi

Peneliti melakukan kegiatan analisis tindakan siklus II ini pada

hari Jum’at, tanggal 15 April 2011. Peneliti melakukan analisis ini

bersama guru mitra kolaborasi peneliti. Walaupun mengalami kendala,

namun pelaksanaan siklus II ini tampak berjalan dengan baik dan

hasilnya pun bisa dikatakan lebih baik dari tahapan siklus sebelumnya.

Berdasarkan hasil data pengamatan yang diperoleh peneliti

menyimpulkan terjadi peningkatan kecerdasan linguistik khususnya

dalam hal kemampuan berbicara yang signifikan. Meskipun telah

mengalami peningkatan yang lebih namun hasil penelitian ini tetap

belum maksimal. Hal ini terjadi karena:

a) Beberapa anak tidak mau memerankan peran kakek dan nenek.

b) Beberapa anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah Kertonatan masih

memiliki kecerdasan linguistik khususnya dalam hal kemampuan

berbicara yang kurang.

c) Beberapa anak didik masih mengalami kesulitan dalam

mengeluarkan kata-kata untuk berbicara, mengungkapkan segala

sesuatu yang ingin diutarakan dan membutuhkan motivasi yang

lebih untuk bermain peran.

Ada hal yang menjadi catatan peneliti, mengapa hasil yang dicapai

pada siklus II kurang maksimal, yaitu:

a) Anak didik memiliki pemikiran bahwa peran kakek dan nenek itu

buruk dan menjadikan dirinya terlihat tua.

70

b) Anak-anak yang kemampuan kecerdasan linguistik khususnya

dalam hal kemampuan berbicaranya masih kurang, ternyata

mendapat teman-teman dalam kelompok bermain peran yang juga

sama-sama yang memiliki kemampuan berbicara yang kurang.

Dengan demikian, hasil penelitian yang dicapai pada siklus II ini

masih belum berhasil. Oleh karenanya, peneliti dan guru mitra

memutuskan untuk melanjutkan tindakan pada siklus selanjutnya.

Adapun untuk lebih meningkatkan hasil belajar pada siklus berikutnya

nanti, peneliti merencanakan melakukan beberapa perbaikan seperti :

a) Guru pengajar/peneliti akan memberikan pemahaman pada anak

didik bahwa kakek itu tidak buruk dan termasuk orang tua anak

didik juga.

b) Guru pengajar/peneliti akan memperbaiki sistem pembagian

kelompok bermain peran.

c. Tindakan Siklus III

1) Perencanaan

Hasil pembelajaran yang dicapai pada siklus II sudah terlihat lebih

memuaskan, namun belum mencapai ketuntasan hasil belajar.

Beberapa anak masih membutuhkan keberanian untuk mengeluarkan

suara dalam berbicaranya. Oleh karenanya, pada hari Sabtu, tanggal

16 April 2011 di TK Aisyiyah Kertonatan peneliti merencanakan

siklus III dengan sedikit melakukan perbaikan.

71

Secara umum perencanaan pada siklus III ini sama dengan pada

siklus II, hanya saja peneliti berusaha melakukan sedikit perbaikan.

Perbaikan itu meliputi:

a) Guru pengajar/peneliti akan memberikan pemahaman pada anak

didik bahwa kakek itu tidak buruk dan termasuk orang tua anak

didik juga.

b) Guru memperbaiki metode pengelompokan teman bermain peran.

Anak-anak didik yang telah memiliki kecerdasan linguistik

khususnya dalam hal kemampuan berbicara yang baik oleh guru

pengajar dijadikan ketua kelompok bermain peran. Adapun anak

didik yang lain dipersilahkan memilih menjadi anggota kelompok

bermain peran dengan syarat setiap kelompok anggotanya

maksimal enam anak didik.

c) Peneliti juga memberikan variasi kegiatan agar anak didik tidak

merasa bosan. Hal ini dilakukan peneliti tidak lain untuk

meningkatkan kecerdasan linguistik khususnya kemampuan

berbicara anak didik kelas B.1 pada TK tersebut.

Pada perencanaan ini peneliti dan guru mitra berdiskusi hal-hal

yang dibutuhkan saat tindakan dilaksanakan nanti, diantaranya pada

siklus III peneliti masih menggunakan indikator-indikator keberhasilan

yang sama dengan pada siklus I dan II. Peneliti menyusun dan

mendiskusikan SBP dengan guru mitra. Adapaun kegiatan pada siklus

III ini adalah bermain peran ‘kejutan pesta kecil ulang tahun mama’.

72

Peneliti juga menyusun dan mendiskusikan lembar observasi guru

mengajar dengan guru mitra. Peneliti menyusun dan mendiskusikan

lembar observasi proses pembelajaran anak didik dengan guru mitra

kolaboratif. Selanjutnya peneliti menyusun dan mendiskusikan lembar

observasi hasil belajar anak dengan guru kelas. Adapun aspek yang

dinilai meliputi kemampuan bertanya, kemampuan menjawab

pertanyaan, kemampuan menyampaikan pesan, kemampuan

mengutarakan pendapat, kemampuan memberikan alasan atas pendapat

yang diberikan. Tidak lupa peneliti dan guru mitra kolaboratif

bersama-sama membuat alat peraga.

2) Pelaksanaan

Pada tahap pelaksanaan tindankan siklus III ini, peneliti

melaksanakannya dengan tiga kali pertemuan yaitu pada hari Senin,

Rabu, Jum’at, tanggal 18, 20, dan 22 April 2011. Adapun pelaksanaan

tindakan peneliti ini sesuai dengan perencanaan yang sudah disusun.

Pada tindakan siklus III ini, peneliti tetap sebagai guru pengajar,

sedang guru mitra kolaboratif peneliti mengamati proses pembelajaran.

Adapun kegiatan yang dilalui pada tahap ini meliputi kegiatan

awal, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Pada kegiatan awal

dilaksanakan selama kurang lebih 10 menit dengan diawali kalimat

salam oleh guru pengajar. Selanjutnya guru pengajar menyiapkan alat

peraga yang diperlukan. Guru dan anak didik bercakap-cakap tentang

nama-nama anggota keluarga besar (ada ayah, ibu dan anak ditambah

73

kakek dan nenek). Guru dan anak didik juga bercakap-cakap tentang

hari ulang tahun.

Pada kegiatan inti, kegiatan bermain peran dilaksanakan selama

kurang lebih 70 menit. Pada kegiatan inti ini guru mengawali dengan

menghangatkan suasana dan memotivasi peserta didik. Selanjutnya

guru menjelaskan cara dan petunjuk bermain peran ‘kejutan pesta kecil

ulang tahun mama’. Di sini guru bercakap-cakap tentang hal-hal yang

dibutuhkan dalam persiapan pesta ulang tahun (balon, kado, kue tart,

kertas krep). Kemudian guru menjelaskan alur cerita bermain peran

‘kejutan pesta kecil ulang tahun mama’. Tidak lupa guru memberi

contoh bermain peran ‘kejutan pesta kecil ulang tahun mama’.

Selanjutnya, guru mengajak anak didik membentuk kelompok

sendiri, tiap kelompok lima atau enam orang dan anak didik

menentukan sendiri peran masing-masing. Dalam pembagian peran itu

ada yang menjadi kakek, nenek, ayah, ibu, anak. Adapun untuk

pembentukan kelompok ini, anak didik yang memiliki kecerdasan

linguistik khususnya dalam hal kemampuan berbicara masih kurang

pada siklus III dibagi secara merata pada tiap-tiap kelompok. Guru

pengajar mempersilahkannya memilih menjadi anggota kelompok-

kelompok secara berpencar yang dianggap guru memiliki kecerdasan

linguistik khususnya dalam hal kemampuan berbicara yang lebih.

Anak-anak yang tidak sedang mendapat giliran bermain peran, oleh

guru diajak berperan menjadi penonton dan memberi tepuk tangan atas

74

peran temannya yang bagus. Guru mengajak anak didik memulai

permainan secara bergantian. Guru melepas anak bermain peran sesuka

hatinya selama masih dalam konteks urutan alurnya. Guru memberi

pujian bagi anak didik yang sudah bisa berbicara lancar dan memberi

dorongan atau motivasi pada anak didik yang belum bisa berbicara

lancar.

Guna membangun anak lebih bersemangat guru pengajar/peneliti

memberi bintang pada anak berani berbicara dan pada anak yang bisa

menjadi penonton yang baik. Selama pelaksanaan kegiatan bermain

peran, peneliti sebagai guru pengajar yang berfungsi sebagai mediator

dan fasilitator. Hal ini dikarenakan peneliti juga guru kelas tersebut.

Selama pelaksanaan kegitan bermain peran, kegiatan observasi dan

pengisisan lembar observasi dilakukan oleh guru kelas yang berperan

sebagai rekan sejawat peneliti.

Adapun untuk kegiatan akhir, guru pengajar/peneliti

melaksanakannya selama kurang lebih 10 menit. Pada kegiatan ini

yang dilakukan pengajar adalah review kegiatan bermain peran,

bernyanyi lagu ‘sayang semuanya’. Tidak lupa guru pengajar juga

menyampaikan pesan untuk bermain peran selanjutnya.

Pelaksanaan tindakan pada tiap-tiap pertemuan di siklus III ini

memiliki kegiatan bermain peran yang sama yaitu bermain peran

‘kejutan pesta kecil ulang tahun mama’. Hal ini bertujuan agar anak

semakin memahami peran mainnya sehingga anak berani berbicara.

75

Meskipun kegiatannya sama, namun ada sedikit variasi kegiatan pada

setiap pertemuan. Adapun variasinya yaitu:

a) Pada setiap pertemuan anak memainkan peran yang berbeda. Hal

ini bertujuan agar masing-masing anak didik memiliki kesempatan

yang sama untuk memerankan peran-peran dalam kegiatan bermain

peran.

b) Pada pertemuan satu, sebelum kegiatan bermain peran anak diajak

lomba meniup balon.

c) Pada pertemuan dua, sebelum kegiatan bermain peran anak

meronce kalung dari sedotan.

d) Pada pertemuan tiga, sebelum kegiatan bermain peran anak diajak

lomba membungkus kado.

3) Pengamatan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, dari tindakan pada

siklus III ini peneliti mendapatkan data bahwa guru pengajar atau

peneliti sudah mengajar sesuai dengan perencanaan yang ada (SBP).

Guru pengajar atau peneliti sudah berhasil memberikan penguatan

terhadap kemampuan bermain peran anak. Guru pengajar atau peneliti

telah berhasil mendorong anak didik kelas B.1 pada umumnya dan

khususnya pada anak didik yang pada siklus II terlihat masih kurang

untuk lebih berani berbicara, mengutarakan ide dan pendapatnya. Guru

pengajar juga sudah dapat menciptakan suasana kelas yang tenang.

76

Dalam proses pembelajaran sebagian besar anak didik terlihat lebih

antusias dan menikmati kegiatan bermain peran. Anak didik dalam

perannya sudah terlihat bebas berbicara dan berekspresi. Anak didik

yang tidak sedang bermain peran sudah terlihat lebih tenang.

Tabel 4.3 Data Peningkatan Kecerdasan Linguistik

(Kemampuan Berbicara) Anak Siklus III

No Indikator Tahap Siklus III

Jumlah Anak yang

Mampu

1 Kemampuan bertanya 76,47% 13 anak 2 Kemampuan menjawab 76,47% 13 anak 3 Menyampaikan pesan 76,47% 13 anak

4 Mengutarakan ide 76,47% 13 anak

5 Memberikan alasan 70,58% 12 anak

Kemampuan rata-rata 75,29%

Adapun hasil pembelajaran, kecerdasan linguistik khususnya

dalam hal kemampuan berbicara anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah

Kertonatan pada siklus III secara rinci sebagai berikut; anak didik yang

memiliki kemampuan bertanya sejumlah 13 anak dari 17 anak

(76,47%), anak didik yang memiliki kemampuan menjawab

pertanyaan sejumlah 13 anak dari 17 anak (76,47%), anak didik yang

memiliki kemampuan menyampaikan pesan sejumlah 13 anak dari 17

anak (76,47%), anak yang memiliki kemampuan mengutarakan ide/

pendapat sejumlah 12 anak dari 17 anak (70,58%), dan anak didik

yang memiliki kemampuan memberikan alasan atas pendapatnya

sejumlah 12 anak dari 17 anak (70,58%). Adapun secara umum

77

kecerdasan linguistik khususnya dalam hal kemampuan berbicara anak

didik kelas B.1 TK Aisyiyah Kertonatan pada tahap siklus III

mencapai 75,29%.

4) Analisis dan Refleksi

Pada hari Jum’at, tanggal 22 April 2011, peneliti melakukan

kegiatan analisis tindakan siklus III ini. Peneliti melakukan analisis ini

bersama guru mitra kolaborasi peneliti. Peneliti menyimpulkan bahwa

anak didik kelas B.1 telah mencapai ketuntasan pembelajaran yang

diharapkan (75%). Anak didik sudah terlihat sangat menikmati dan

bebas berbicara yang sesuai tema kegiatan bermain peran. Dengan

hasil yang demikian, peneliti memutuskan untuk menghentikan

tindakan ini.

C. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian tindakan siklus I, siklus II dan siklus III maka

peningkatan kecerdasan linguistik khususnya dalam hal kemampuan berbicara

anak melalui bermain peran makro sudah berhasil sesuai dengan harapan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak didik telah mampu menanyakan

tentang suatu hal untuk mewujudkan rasa ingin tahunya. Anak didik telah

memiliki kemampuan untuk menjawab pertanyaan ketika ditanya. Mereka

juga telah memiliki kemampuan untuk menyampaikan pesan sederhana,

memiliki kemampuan untuk mengutarakan pendapat, serta telah memiliki

kemampuan untuk memberikan alasan atas pendapat yang diberikan. Adapun

gambaran hasil penelitian dapat dilihat pada tabael berikut:

78

Tabel 4.4 Data Peningkatan Kecerdasan Linguistik

(Kemampuan Bebicara) Anak Siklus I, II, III

No Indikator Tahap Siklus I

Tahap Siklus II

Tahap Siklus III

1 Kemampuan bertanya 58,82% 64,70% 76,47%

2 Kemampuan menjawab 64,70% 70, 58% 76,47%

3 Menyampaikan pesan 47,06% 64, 70% 76,47%

4 Mengutarakan ide 47,06% 64,70% 76,47%

5 Memberikan alasan 47,06% 58,82% 70,58%

Kemampuan rata-rata 52,94% 64,70% 75,29%

Keberhasilan penelitian dalam rangka meningkatan kecerdasan linguistik

khususnya dalam hal kemampuan berbicara anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah

Kertonatan dapat dilihat dari hasil tindakan yang dari siklus satu ke siklus

berikutnya terus mengalami peningkatan secara signifikan. Peneliti melihat

dari segi proses pembelajaran, anak mulai antusias dan tertarik untuk bermain

peran. Adapun dari segi hasil, tindakan tahap I telah menunjukkan

peningkatan yang cukup berarti. Kemampuan bertanya anak didik dari 41,18%

meningkat menjadi 58,82%, kemampuan menjawab pertanyaan anak didik

dari 52,94% meningkat menjadi 64,70%, kemampuan menyampaikan pesan

anak didik dari 41,18% meningkat menjadi 47,06%, kemampuan

mengutarakan ide atau pendapat anak didik dari 35,29% meningkat menjadi

47,06%, kemampuan memberikan alasan atas pendapatnya anak didik dari

35,29% meningkat menjadi 47,06%. Adapun secara umum kecerdasan

linguistik khususnya dalam hal kemampuan berbicara anak didik kelas B.1 TK

Aisyiyah Kertonatan pada tahap siklus I terdapat peningkatan dari 41,18%

menjadi 52,94% sehingga terdapat peningkatan sebesar 11,76%.

79

Meskipun pada tindakan tahap I mengalami peningkatan, namun hasilnya

belum mencapai ketuntasan belajar. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal,

diantaranya anak didik masih bingung dalam bermain peran karena kegiatan

ini terasa baru bagi mereka, anak didik masih malu-malu untuk lebih berani

berbicara saat bermain peran, kegiatan bermain peran masih terlihat terpimpin

oleh guru pengajar sehingga anak merasa kurang bebas berekspresi, alokasi

waktu yang kurang sehingga anak dalam bermain perannya merasa belum

puas serta disebabkan oleh kurangnya motivasi yang lebih dari guru pengajar

untuk memberi semangat pada anak. Dengan hasil yang kurang maksimal ini

peneliti melanjutkan tindakan tahap II.

Pada tindakan tahap II, peneliti mendapat hasil bahwa terdapat

peningkatan hasil belajar dari tahap sebelumnya. Dilihat dari segi proses,

kegiatan bermain peran terlihat sangat pakem. Keefektifan pembelajaran pun

sudah lebih terlihat. Sebagian besar anak terlihat lebih antusias dan tertarik

dalam bermain yang sesungguhnya yaitu bermain peran. Anak didik sudah

lebih terlihat tidak bingung dan tidak malu untuk bersuara. Beberapa anak

didik mengalami kesulitan dalam bermain peran terlihat lebih sedikit jika

dibandingkan pada siklus sebelumya. Anak didik yang tidak sedang bermain

peran sudah terlihat lebih tenang. Adapun hasil kegiatan bermain peran

sebagai berikut, kemampuan bertanya anak didik dari mencapai 58,82%

meningkat menjadi 64,70%, kemampuan menjawab pertanyaan anak didik

dari 64,70% meningkat menjadi 70,58%, kemampuan menyampaikan pesan

anak didik dari 47,06% meningkat menjadi 64,70%, kemampuan

80

mengutarakan ide/pendapat anak didik dari 47,06 meningkat menjadi 64,70%,

dan kemampuan memberikan alasan atas pendapatnya anak didik dari 47,06%

meningkat menjadi 58,82%. Adapun secara umum kecerdasan linguistik

khususnya dalam hal kemampuan berbicara anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah

Kertonatan pada tahap siklus II mengalami peningkatan dari 52,94% menjadi

64,70% sehingga terdapat peningkatan sebesar 11,76%.

Meskipun pada tahap II ini anak didik lebih terlihat antusias dan anak

didik yang mengalami kesulitan dalam bermain peran lebih sedikit, hasil yang

dicapai pada tindakan tahap II ini dapat diartikan belum mencapai ketuntasan

belajar. Berdasarkan pengamatan, belum tercapainya ini dikarenakan anak-

anak yang memiliki kecerdasan linguistik khususnya dalam hal kemampuan

berbicaranya masih kurang, ternyata dalam bermain peran mendapat

kelompok teman yang juga memiliki kemampuan berbicara yang kurang.

Dengan demikian peneliti melanjutkan tindakan pada tahap III.

Hasil dari tindakan pada tahap III ini menunjukkan hasil yang

menggembirakan. Anak terlihat lebih antusias dan menikmati kegiatan

bermain peran. Anak didik dalam perannya sudah terlihat bebas berbicara dan

berekspresi. Anak didik yang tidak sedang bermain peran sudah terlihat lebih

tenang. Berdasarkan hasil analisis disimpulkan bahwa terjadi peningkatan

kecerdasan linguistik khususnya dalam hal kemampuan berbicara anak didik

hingga mendekati ketuntasan belajar (75%).

Perbandingan hasil belajar pada tahap III dengan tahap sebelumnya adalah

kemampuan bertanya anak didik meningkat dari 64,70% menjadi 76,47%,

kemamp

kemamp

Adapun

menjadi

meningk

tahap II

berbicara

terdapat

belajar a

Setela

yang dip

dilaksan

metode b

Sukoharj

mencapa

bahwa k

prosent

puan menjaw

puan menyam

untuk kema

76,47%, sed

kat dari 58,6

II ini secar

a mengalam

peningkatan

anak didik da

Gamba

ah melalui ta

peroleh dap

akan penelit

bermain per

jo tahun aja

ai ketuntasan

kecerdasan li

0

10

20

30

40

50

60

70

80

siklu

tase

wab pertany

mpaikan pe

ampuan me

dangkan kem

62% menja

ra umum k

mi peningka

n 10,59%. G

apat dilihat p

ar 4.1 Grafik

ahapan-tahap

pat disimpu

ti sebagai up

ran pada kel

aran 2010/20

n belajar ya

inguistik khu

us I siklus II

yaan mening

esan mening

ngutarakan

mampuan me

di 70,58%.

kecerdasan

atan dari 64

Guna mempe

pada grafik b

k Hasil Pene

apan dari sik

ulkan bahwa

paya peningk

lompok B T

011 telah m

ang diharapk

ususnya dala

I siklus III

gkat dari 70

gkat dari 64

pendapat m

emberikan a

Hal ini da

linguistik k

4,70% menj

erjelas gamb

berikut.

elitian Antar

lus satu ke s

a penelitian

katan kecerd

TK Aisyiyah

mencapai has

kan. Hasil ak

am hal kema

0,58 menjad

4,70 menjad

meningkat da

lasan atas pe

apat disimpu

khususnya

jadi 75,29%

baran pening

Siklus

siklus selanj

tindakan k

dasan linguis

h Kertonatan

il yang baik

khir dari pen

ampuan berb

81

di 76,47%,

di 76,47%.

ari 64,70%

endapatnya

ulkan pada

dalam hal

% sehingga

gkatan hasil

utnya hasil

kelas yang

stik melalui

n Kartasura

k dan telah

nelitian ini

bicara anak

82

telah meningkat mencapai 75,29%. Secara keseluruhan, penerapan kegiatan

bermain peran berpengaruh positif terhadap proses dan hasil belajar mengajar

anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah Kertonatan Kartasura.

Dengan hasil penelitian ini, berarti teori yang menjelaskan bahwa

‘kecerdasan linguistik dapat dikembangkan melalui berbagai kegiatan seperti

mengajak berbicara, membaca cerita dan bernyanyi, bermain drama atau

bermain peran’ itu benar adanya. Di sini, peneliti telah membuktikan melalui

kegiatan bermain peran. Kebenaran teori itu telah dibuktikan oleh peneliti

melalui tindakan-tindakan pada penelitiannya berupa kegiatan bermain peran

yang dilakukan pada anak didik kelas B.1 TK Aisyiyah Kertonatan, sehingga

kebenaran teori itu tidak perlu diragukan lagi kebenarannya.

Melalui hasil penelitian ini pula, peneliti telah memperkuat hasil penelitian

yang berjudul “Peningkatan perkembangan sosial anak usia dini melalui

metode bermain peran di TK Mawar Nganti Gemolong tahun ajaran

2009/2010”, yang dilaksanakan oleh Yanni (mahasiswa UMS jurusan FKIP

Program Studi PG-PAUD). Peneliti memperkuat bahwa metode bermain

peran dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan bahasa anak. Pada

penelitian Yanni metode bermain peran dapat meningkatkan perkembangan

sosial anak, sedangkan pada penelitian peneliti, metode bermain peran dapat

meningkatkan kecerdasan linguistik khususnya dalam hal kemampuan

berbicara.