Upload
dokhanh
View
215
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang
berkedudukan di jalan Prof. Dr. H. Aloei Saboe Nomor 91 RT 1 RW 4 Kelurahan
Wongkaditi Timur Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo Provinsi Gorontalo
terletak di area lahan seluas 54.000 M².
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
dibangun pada tahun 1926 dan di manfaatkan sejak tahun 1929 dengan nama Rumah
Sakit Umum Kotamadya Gorontalo. Semula hanya 1 gedung yang terdiri dari 4
ruangan, yaitu Apotik, Poliklinik, Administrasi dan Rawat inap. Tahun demi tahun
bangunan ditambah dan sejak akhir PELITA I (1978), pembangunan rumah sakit
fisik maupun non fisik ditambah. Pada tahun 1979, Rumah Sakit Umum Daerah Prof.
Dr.H.Aloei Saboe ditetapkan dengan SK MENKES RI Nomor : 51/Men.Kes/SK/II/79
sebagai Rumah Sakit Kelas C yang memenuhi persyaratan 4 (empat) Spesialis Dasar.
Pada tanggal 17 September Tahun 1987 berubah nama menjadi Rumah Sakit Umum
Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang diambil dari nama seorang
perintis kemerdekaan Putra Daerah yang di abadikan sebagai penghargaan atas
pengabdiannya dibiang kesehatan dan ditetapkan berdasarkan SK Walikota
kotamadya Gorontalo Nomor 97 Tahun 1987. Tahun 1991 dan tahun 1992 ditambah
Spesialis Mata dan tahun 1995 ditambah Spesialis Telinga Hidung dan Tenggorokan
(THT).
Pada tanggal 31 Agustus 1995 oleh pemerintah Daerah Tingkat II
(Walikotamadya Gorontalo) di usulkan kenaikan kelas Rumah Sakit Umum Daerah
Prof. Dr. H. Aloei Saboe dari Kelas C ke Kelas B Non pendidikan.
Selanjutnya berdasarkan surat keputusan Walikota Gorontalo Nomor : 315
Tanggal 25 Maret 2002 Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe
merupakan bagian dari organisasi tata kerja pemerintahan Kota Gorontalo yaitu
badab pengelola Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
Gorontalo.
Tepatnya tanggal 19 Maret 2001 dilaksanakn peletakkan batu pertama
pembangunan gedung baru Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe dan
tanggal 19 maret 2005 dimanfaatkannya Gedung Baru Rumah Sakit Umum Daerah
Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo yang awalnya belokasi dijalan Sultan
Botutihe Nomor 7 Kelurahan Heledulaa Selatan Kecamatan Kota Timur telah
berpindah alamat dijalan Taman Pendidikan Kelurahan Wongkaditi Timur
Kecamatan Kota Utara Kota Gorontalo dengan Luas lahan 5,4 Ha.
Pada tanggal 29 Januari 2009 Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei
Saboe Kota Gorontalo ditetapkan sebagai Rumah Sakit Kelas B berdasarkan SK
MENKES Nomor 084/MENKES/SK/2009. Status pengelolaan Rumah Sakit Umum
Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe sejak bulan Desember 2009 telah ditetapkan sebagai
penyelenggaraan pola pengelolaan keuangan BLU Daerah (PPK-BLUD) melalui
surat keputusan Walikota Gorontalo Nomor : 318 Tahun 2009 tanggal 30 Desember
2009.
Sebagai performance organisasi maka struktur organisasi rumah Sakit Umum
Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo sebagai berikut : Jumlah
keseluruhan Ketenagaan baik medis, paramedis dan non medis yang ada di RSUD
Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo sebanyak 860 Orang, yang terdiri dari :
a. Tenaga Medis 77 Orang
b. Tenaga Paramedis 428 Orang
c. Tenaga Non Medis (Struktural) 355 Orang
Dengan jenis pelayanan yang ada di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
Gorontalo, yaitu sebagai berikut.
a) Pelayanan Rawat Jalan
b) Pelayanan Rawat Darurat
c) Pelayanan Rawat Inap
d) Pelayanan Rawat Insentif
e) Pelayanan Bedah Central
f) Pelayanan Laboratorium
g) Pelayanan Radiologi
h) Pelayanan Instalasi Bank Darah
i) Pelayanan Instalasi Hemodialisa
j) Pelayanan Klinik Voluntary Counseling and Testing (VCF).
k) Pelayanan Gizi
l) Pelayanan Farmasi
m) Pelayanan Rehabilitas Medik
n) Pelayanan Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
o) Pelayanan Spesialistik meliputi.
4.2 Deskripsi Responden
Tabel 4.2
Distribusi karakteristik pasien jamkesmas rawat inap di ruang interna
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo Tahun 2013
No Karakteristik n %
1. Umur (Tahun)
< 30 Tahun 10 13.2
> 30 Tahun 66 86.8
Total 76 100.0
2. Jenis Kelamin
Laki-laki 39 51.3
Perempuan 37 48.7
Total 76 100.0
3. Pekerjaan
Nelayan 14 18.4
Petani 19 25.0
IRT 36 47.4
Wiraswasta 7 9.2
Total 76 100.0
4. Pendidikan
SD 46 60.5
SMP 17 22.4
SMA 13 17.1
Total 76 100.0
5. Lama dirawat
Hari ke 3 27 35.5
Hari ke 4 14 18.4
Hari ke 5 20 26.3
Hari ke 6 15 19.7
Total 76 100.0
Sumber : Data Primer, Mei 2013
Berdasarkan tabel 4.2 maka dapat diketahui karakteristik responden ditinjau dari
umur diketahui bahwa responden yang terbanyak berumur lebih dari 30 tahun yaitu
66 orang (86.8%), selanjutnya karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin
responden yang terbanyak adalah perempuan yaitu 39 orang (51.3%), frekuensi
reponden menurut pekerjaan responden terdapat 36 orang (47.4%) responden yang
bekerja sebagai IRT, karakteristik responden ditinjau dari pendidikan terakhir bahwa
pendidikan responden yang terbanyak adalah SD yaitu 46 (60.5%), berikut frekunsi
lama pasien dirawat di ruang interna yaitu hari ke 3 sebanyak 27 orang (35.5%.)
4.3 Hasil Uji Analisis Data Univariat
4.3.1 Variabel Pelayanan Keperawatan
Pelayanan keperawatan dalam penelitian ini diukur melalui indicator-indikator
sebagai berikut:
1. Kualitas Pelayanan Reliability (Kehandalan)
Tabel 4.2
Deskripsi Kualitas Pelayanan Reliability di Ruang Interna RSUD
Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
No PERTANYAAN
KRITERIA
Jumlah Ya Tidak
n f n f
1 Melayani pasien secara tepat 41 53.9 35 46.1 76 100.0
2 Menjelaskan peraturan tata tertib 46 60.5 30 39.5 76 100.0
3 Menjelaskan tujuan perawatan 36 47.4 40 52.6 76 100.0
4 Meminta persetujuan pasien 41 53.9 35 46.1 76 100.0
Sumber : Data Primer, Mei 2013
Tabel 4.2 menunjukkan bahwa pelayanan keperawatan pada pasien yang
ditinjau dari aspek reability dapat dijelaskan sebagai berikut: perawat yang
memberikan pelayanan secara tepat kepada pasien berjumlah 41 orang (53,9%)
sedangkan yang tidak berjumlah 35 orang (46,1%), perawat menjelaskan peraturan
tata tertib rawat inap kepada pasien berjumlah 46 orang (60.5%) sedangkan yang
tidak berjumlah 30 orang (39.5%), perawat menjelaskan tujuan perawatan kepada
pasien berjumlah 36 orang (47.4%) sedangkan yanag tidak berjumlah 40 orang
(52.6%) dan perawat meminta persetujuan kepada pasien sebelum melakukan
tindakan perawatan berjumlah 41 (53.9%) sedangkan yang tidak berjumlah 35 orang
(46.1%).
2. Kualitas Pelayanan Assurance (Jaminan)
Tabel 4.3
Deskripsi Kualitas Pelayanan Assurance di Ruang Interna RSUD
Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
No PERTANYAAN
KRITERIA
Jumlah Ya Tidak
n f n f
1 Memperkenalkan diri 46 60.5 30 39.5 76 100.0
2 Melayani pasien 45 59.2 31 40.8 76 100.0
3 Melakukan tindakan keperawatan 48 63.2 28 36.8 76 100.0
4 Percaya diri dalam melakukan
perawatan 39 51.3 37 48.7 76 100.0
Sumber : Data Primer, Mei 2013
Tabel 4.3 menunjukkan bahwa pelayanan keperawatan pada pasien yang
ditinjau dari aspek assurance dapat dijelaskan sebagai berikut: perawat yang
memperkenalkan diri kepada pasien berjumlah 46 orang (53,9%) sedangkan yang
tidak berjumlah 30 orang (39.5%), perawat melayani pasien dengan sopan dan ramah
berjumlah 45 orang (59.2%) sedangkan yang tidak berjumlah 31orang (40.8%),
perawat melakukan tindakan perawatan selalu berhati-hati berjumlah 48 orang
(63.2%) sedangkan yang tidak berjumlah 28 orang (36.8%), perawat percaya diri
dalam melakukan tindakan perawatan berjumlah 39 orang (51.3%) sedangkan yang
tidak berjumlah 37 orang (48.7%).
3. Kualitas Pelayanan Tangibles (Bukti Fisik)
Tabel 4.4
Deskripsi Kualitas Pelayanan Tangibles di Ruang Interna RSUD
Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
No PERTANYAAN
KRITERIA
Jumlah Ya Tidak
n f n f
1 Menjelaskan fasilitas 41 53.9 35 46.1 76 100.0
2 Menjelaskan tempat kelancaran
perawat 37 48.7 39 51.3 76 100.0
3 Menjelaskan informasi secara jelas 35 46.1 41 53.9 76 100.0
4 Menjaga kelengkapan 44 57.9 32 42.1 76 100.0
Sumber : Data Primer, Mei 2013
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pelayanan keperawatan pada pasien yang
ditinjau dari aspek tangible dapat dijelaskan sebagai berikut: perawat yang
memberikan pelayanan secara tepat kepada pasien berjumlah 41 orang (53,9%)
sedangkan yang tidak berjumlah 35 orang(46,1%), perawat memberitahukan tempat
kelancaran perawat berjumlah 37 orang (48.7%) sedangkan yang tidak berjumlah 39
orang (51.3%), perawat menjelaskan informasi secara lengkap dan jelas berjumlah 35
orang (46.1%) sedangkan yang tidak berjumlah 41 orang (53.9%) dan perawat yang
selalu menjaga kelengkapan alat-alat yang dipakaiberjumlah 44 orang (57.9%)
sedang yang tidak berjumlah 32orang (42.1%).
4. Kualitas Pelayanan Emphaty (Empati)
Tabel 4.5
Deskripsi Kualitas Pelayanan Emphaty di Ruang Interna RSUD
Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
No PERTANYAAN
KRITERIA
Jumlah Ya Tidak
n f n f
1 Memberikan perhatian 44 57.9 32 42.1 76 100.0
2 Membantu pasien 33 43.4 43 56.6 76 100.0
3 Kepedulian 38 50.0 38 50.0 76 100.0
4 Kesabaran 40 52.6 36 47.4 76 100.0
Sumber : Data Primer, Mei 2013
Tabel 4.5 menunjukkanbahwa pelayanan keperawatan pada pasien yang
ditinjau dari aspek pada aspek emphaty dapat dijelaskan sebagai berikut: perawat
yang memberikan perhatian yang cukup kepada pasien berjumlah 44 orang (57.9%)
sedangkan yang tidak berjumlah 32 orang (42,1%). Perawat selalu membantu pasien
mempersiapkan obat-obatan sesuai keluhan berjumlah 33 orang (43.4%) sedangkan
yang tidak berjumlah 43 orang (56.6%).Perawat peduli kepada kesembuhan pasien
berjumlah 38 orang (50.0%) sedangkan yang tidak berjumlah 38 orang
(50.0%).Perawat selalu merawat pasien dengan penuh kesabaran berjumlah 40 orang
(52.6%) sedangkan yang tidak sebanyak 36 orang (47.4%).
5. Kualitas Pelayanan Responsiveness (Ketanggapan)
Tabel 4.6
Deskripsi Kualitas Pelayanan Reliability di Ruang Interna RSUD
Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
No PERTANYAAN
KRITERIA
Jumlah Ya Tidak
n f n f
1 Menangani pasien 76 100.0 0 0 76 100.0
2 Menanggapi keluhan pasien 76 100.0 0 0 76 100.0
3 Membantu pasien memperoleh obat 76 100.0 0 0 76 100.0
4 Membantu pasien dalam perawatan 76 100.0 0 0 76 100.0
Sumber : Data Primer Mei 2013
Tabel 4.6 menunjukkanbahwa pelayanan keperawatan pada pasien yang
ditinjau dari aspek responsiveniss dapat dijelaskan sebagai berikut: perawat yang
memberikan pelayanan secara tepat kepada pasien berjumlah 76 orang (100.0%),
menanggapi keluhan pasien, membantu pasien memperoleh obat dan membantu
pasien dalam melakukan perawatan.
Secara keseluruhan data hasil penelitian tentang pelayanan keperawatan di
ruang interna RSUD Prof. Dr. H. Aleoi Saboe, Nampak pada tabel berikut:
Tabel 4.7
Penilaian Responden Rawat Inap Terhadap Pelayanan Keperawatan Di Ruang Interna
RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
Kualitas Pelayanan Total
n %
Reliability Kurang Baik 43 56.6
Baik 33 43.4
Jumlah 76 100.0
Assurance Kurang Baik 39 51.3
Baik 37 48.7
Jumlah 76 100.0
Tangibel Kurang Baik 50 65.8
Baik 26 34.2
Jumlah 76 100.0
Emphaty Kurang Baik 50 65.8
Baik 26 34.2
Jumlah 76 100.0
Responsiveness Kurang Baik 47 61.8
Baik 29 38.2
Jumlah 76 100.0
Sumber : Data Primer, Mei 2013
Rekapitulasi jawaban pasien rawat inap mengenai kualitas pelayanan
keperawatan di ruang interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
nampak bahwa 56,6% pasien kurang baik pada aspek rebiality. pada aspek assurance
51.3%. Pada aspek tangible65.8% kurang puas, dan juga pada aspek emphaty, dan
61.8% kurang puas pada aspek respondivenes.Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa pada umumnyapelayanan keperawatan kurang baik yang ditinjau dari kualitas
pelayanan di ruang interna RSUD Prof. Dr. H.Aloei Saboe Kota Gorontalo.
4.3.2 Variabel Kepuasan Pasien Jamkesmas
Kepuasan pasien Jamkesmas Rawat Inap dalam penelitian ini diukur melalui
indicator-indikator sebagai berikut:
1. Kuakitas Pelayanan Reliability
Tabel 4.8
Deskripsi Reliability Di Ruang Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
Gorontalo
No PERTANYAAN
KRITERIA
Jumlah Puas Tidak puas
n f n F
1 Melayani pasien secara tepat 43 56.6 33 43.4 76 100.0
2 Menjelaskan peraturan tata tertib 49 64.5 27 35.5 76 100.0
3 Menjelaskan tujuan perawatan 41 53,9 35 46,1 76 100.0
4 Meminta persetujuan pasien 38 50.0 38 50.0 76 100.0
Sumber : Data Primer, Mei 2013
Tabel 4.8 menunjukkan bahwa kepuasan pasien jamkesmas terhadappelayanan
keperawatan yang ditinjau dari aspek reliability dapat dijelaskan sebagai berikut:
perawat yang memberikan pelayanan secara tepat kepada pasien berjumlah 43 orang
atau 56,6% sedangkan yang tidak berjumlah 33 orang atau 43,4%. Perawat
menjelaskan peraturan atau tata berjumlah 49 orang 64.5% sedangkann yang tidak
puas 27 orang (35.5%).Perawat menjelaskan tujuan perawatan 41 orang (53.9%)
sedangkan yang tidak berjumlah 35 orang (46.1%).Dan perawat selalu meminta
persetujuan pasien berjumlah 38 orang (50.0%) sedangkan yang tidak 38 orang
(50.0%).
2. Kualitas Pelayanan Assurance (Jaminan)
Tabel 4.9
DeskripsiAssurance Di Ruang Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
No PERTANYAAN
KRITERIA
Jumlah Puas Tidak Puas
n f n F
1 Memperkenalkan diri 42 55.3 34 44.7 76 100.0
2 Melayani pasien 43 56.6 33 43.4 76 100.0
3 Melakukan tindakan keperawatan 43 56.6 33 43.4 76 100.0
4 Percaya diri dalam melakukan
perawatan 40 52.6 36 47.4 76 100.0
Sumber : Data Primer, Mei 2013
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa kepuasan pasien jamkesmas terhadap
pelayanan keperawatan yang ditinjau dari aspek assurance dapat dijelaskan sebagai
berikut: perawat yang memperkenalkan diri kepada pasien berjumlah 42 orang
(55,3%) sedangkan yang tidak berjumlah 34 orang (44.7%), perawat melayani pasien
dengan sopan dan ramah berjumlah 43 orang (56.6%) sedangkan yang tidak
berjumlah 33 orang (43.4%), perawat melakukan tindakan perawatan selalu berhati-
hati berjumlah 43 orang (56.6%) sedangkan yang tidak berjumlah 33 orang (43.4%),
perawat percaya diri dalam melakukan tindakan perawatan berjumlah 40 orang
(52.6%) sedangkan yang tidak berjumlah 36 orang (47.4%).
3. Kualitas Pelayanan Tangibles (Bukti Fisik)
Tabel 4.10
Deskripsi Tangibles Di Ruang Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
Kota Gorontalo
No PERTANYAAN
KRITERIA
Jumlah Puas Tidak Puas
n f n F
1 Menjelaskan fasilitas 38 50.0 38 50.0 76 100.0
2 Menjelaskan tempat kelancaran
perawat 40 52.6 36 47.4 76 100.0
3 Menjelaskan informasi secara jelas 37 48.7 39 51.3 76 100.0
4 Menjaga kelengkapan 37 48.7 39 51.3 76 100.0
Sumber : Data Primer Mei 2013
Tabel 4.10 menunjukkan bahwa kepuasan pasien jamkesmas terhadap
pelayanan keperawatan pada pasien yang ditinjau dari aspek tangible dapat dijelaskan
sebagai berikut: perawat menjelaskan fasilitas yang ada diruangan berjumlah 38
orang (50.0%) sedangkan yang tidak berjumlah 38 orang (50.0%), perawat
memberitahukan tempat kelancaran perawat berjumlah 40 orang (52.6%) sedangkan
yang tidak berjumlah 36 orang (47.4%), perawat menjelaskan informasi secara
lengkap dan jelas berjumlah 37 orang (48.7%) sedangkan yang tidak berjumlah 39
orang (51.3%) dan perawat yang selalu menjaga kelengkapan alat-alat yang
berjumlah 37 orang (48.4%) sedang yang tidak berjumlah 39 orang (51.3%).
4. Kualitas Pelayanan Emphaty (Empati)
Tabel 4.11
Deskripsi Emphaty Di Ruang Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
Kota Gorontalo
No PERTANYAAN
KRITERIA
Jumlah Puas Tidak Puas
n f n F
1 Memberikan perhatian 43 56.6 33 43.4 76 100.0
2 Membantu pasien 37 48.7 39 51.3 76 100.0
3 Merasa puas dengan kepedulian 34 44.7 42 55.3 76 100.0
4 Kesabaran 41 53.9 35 46.1 76 100.0
Sumber : Data Primer, Mei 2013
Tabel 4.11 menunjukkanbahwa kepuasan pasien jamkesmas terhadap pelayanan
keperawatan pada pasien yang ditinjau dari aspek emphaty dapat dijelaskan sebagai
berikut: perawat yang memberikan perhatian yang cukup kepada pasien berjumlah 43
orang (56.6%) sedangkan yang tidak berjumlah 33 orang (43,4%). Perawat selalu
membantu pasien mempersiapkan obat-obatan sesuai keluhan berjumlah 37 orang
(48.7%) sedangkan yang tidak berjumlah 39 orang (51.3%).Perawat peduli kepada
kesembuhan pasien berjumlah 34 orang (44.7%) sedangkan yang tidak berjumlah 42
orang (55.3%).Perawat selalu merawat pasien dengan penuh kesabaran berjumlah 41
orang (53.9%) sedangkan yang tidak sebanyak 35 orang (46.1%).
5. Kualitas Pelayanan Responsiveness (Ketanggapan)
Tabel 4.12
Deskripsi Responsiveneee Di Ruang Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
Kota Gorontalo
No PERTANYAAN
KRITERIA
Jumlah Puas Tidak Puas
n f n F
1 Menangani pasien 41 53.9 35 46.1 76 100.0
2 Menanggapi keluhan pasien 44 57.9 32 42.1 76 100.0
3 Membantu pasien memperoleh
obat 33 43.3 43 56.6 76 100.0
4 Membantu pasien untuk
tenang, dan merasa nyaman. 44 57.9 32 42,1 76 100.0
Sumber : Data Primer Mei 2013
Tabel 4.12 menunjukkan bahwa kepuasan pasien jamkesmas terhadap
pelayanan keperawatan yang ditinjau dari aspek responsiveness dapat dijelaskan
sebagai berikut: perawat yang memberikan pelayanan secara tepat kepada pasien
berjumlah 41 orang atau 53,9% sedangkan yang tidak berjumlah 35 orang atau
46,1%. Ketanggapan perawat dalam menangani keluhan pasien berjumlah 44 orang
(57.9%) sedangkan yang tidak puas 35 orang (46.1%). Membantu pasien memperoleh
obat-obatan sesuai dengan keluhan berjumlah 33 orang (43.3%) sedangkan yang tidak
puas sebanyak 43 orang (56.6%) dan perawat membantu pasien untuk tenang dan
merasa nyaman berjumlah 44 orang (57.9%) sedangkan pasien yang tidak puas
sebanyak 32 orang (42.1%).
Secara keseluruhan data hasil penelitian tentang kepuasan pasien jamkesmas
terhadap pelayanan keperawatan di ruang interna RSUD Prof. Dr. H. Aleoi Saboe,
Nampak pada tabel berikut:
Tabel 4.13
Penilaian Kepuasan Responden Rawat Inap Terhadap Pelayanan Keperawatan Di
Ruang Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo
Kualitas Pelayanan Total
n %
Reliability Kurang puas5065.8
puas2634.2
Jumlah 76 100.0
Assurance Kurang puas50 65.8
puas26 34.2
Jumlah 76 100.0
Tangibel Kurang puas 54 71.1
puas2228.9
Jumlah 76 100.0
Emphaty Kurang puas 5673.7
puas2026.3
Jumlah 76 100.0
Responsiveness Kurang puas4660.5
Puas 30 39.5
Jumlah 76 100.0
Sumber : Data Primer Mei 2013
Rekapitulasi jawaban pasien rawat inap mengenai kepuasan pasien terhadap
pelayanan keperawatan di ruang interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
Gorontalo nampak bahwa 65,8% pasien kurang puas pada aspek reability dan aspek
assurance. Pada aspek tangible 71,1% pasien kurang puas, 73,7% kurang puas pada
aspek emphaty dan 60,5% kurang puas pada aspek respondiveness. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pada umumnya pasien kurang puas terhadap pelayanan
keperawatan di RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota Gorontalo.
4.4 Hasil Analisis Data Bivariat
Tabel 4.14
Distribusi Analisis Hubungan Pelayanan Keperawatan Dengan Kepuasan
Pasien Jamkesmas Rawat Inap Di Ruang Interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe
Kualitas Pelayanan
Keperawatan
Kepuasan Pasien Jamkesmas Total Hasil
Uji
P
Value
( <0,05) Kurang Puas Puas
n % n % n %
Reliability
Kurang Baik 35 46,1 3 3,9 38 50,0
0,000 0,05 Baik 2 2,6 36 47,4 38 50,0
Jumlah 37 48,7 39 51,3 76 100,0
Assurance
Kurang Baik 31 40,8 0 0,0 31 40,8
0,000 0,05 Baik 6 7,9 39 51,3 45 59,2
Jumlah 37 48,7 39 51,3 76 100,0
Tangible
Kurang Baik 37 48,7 2 2,6 39 51,3
0,000 0,05 Baik 0 0,0 37 48,7 37 48,7
Jumlah 37 48,7 39 51,3 76 100,0
Emphaty
Kurang Baik 37 48,7 1 1,3 38 50,0
0,000 0,05 Baik 0 0,0 38 50,0 38 50,0
Jumlah 37 48,7 39 51,3 76 100,0
Responsiv
e-ness
Kurang Baik 37 48,7 1 1,3 38 50,0
0,000 0,05 Baik 0 0,0 38 50,0 38 50,0
Jumlah 37 48,7 39 51,3 76 100,0
Sumber : Data Primer, Mei 2013
1. Hasil analisis hubungan antara reability dengan kepuasan menunjukan bahwa,
dari 76 pasien, sebanyak 3,9% yang merasa puas pada aspek pelayanan kurang
baik dan 46,1% lainnya kurang puas, sebanyak 47,4% yang merasa puas pada
aspek pelayanan yang baik dan 2,6% lainnya kurang puas. Adapun hasil
pengujian hubungan antara reability yang ditinjau dari kepuasan diperoleh nilai
pearson chi-square sebesar 120,6pada taraf siignifikansi sebesar 𝜌 =0,000.
Nilai signifikan ini lebih kecil dari nilai alpha (0,05) sehingga hipotesis H0
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kualitas pelayanan pada aspek reability dengan kepuasan pada
tingkat kepercayaan 95%.
2. Hasil analisis hubungan antara assurance dengan kepuasan menunjukan bahwa,
dari 76 pasien, sebanyak 0,0% yang merasa puas pada aspek pelayanan kurang
baik dan 40,8% lainnya kurang puas, sebanyak 51,3% yang merasa puas pada
aspek pelayanan yang baik dan 7,9% lainnya kurang puas. Adapun hasil
pengujian hubungan antara assurance yang ditinjau dari kepuasan diperoleh
nilai pearson chi-square sebesar 133,7pada taraf siignifikansi sebesar 𝜌 =0,000.
Nilai signifikan ini lebih kecil dari nilai alpha (0,05) sehingga hipotesis H0
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kualitas pelayanan pada aspek assurance dengan kepuasan
pada tingkat kepercayaan 95%.
3. Hasil analisis hubungan antara tangibel dengan kepuasan menunjukan bahwa,
dari 76 pasien, sebanyak 2,6% yang merasa puas pada aspek pelayanan kurang
baik dan 48,7% lainnya kurang puas, sebanyak 48,7% yang merasa puas pada
aspek pelayanan yang baik dan 0,0% lainnya kurang puas. Adapun hasil
pengujian hubungan antara tangibel yang ditinjau dari kepuasan diperoleh nilai
pearson chi-square sebesar 117,6pada taraf siignifikansi sebesar 𝜌 =0,000.
Nilai signifikan ini lebih kecil dari nilai alpha (0,05) sehingga hipotesis H0
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kualitas pelayanan pada aspek tangibel dengan kepuasan pada
tingkat kepercayaan 95%.
4. Hasil analisis hubungan antara emphaty dengan kepuasan menunjukan bahwa,
dari 76 pasien, sebanyak 1,3% yang merasa puas pada aspek pelayanan kurang
baik dan 48,7% lainnya kurang puas, sebanyak 50,0% yang merasa puas pada
aspek pelayanan yang baik dan 0,0% lainnya kurang puas. Adapun hasil
pengujian hubungan antara emphaty yang ditinjau dari kepuasan diperoleh nilai
pearson chi-square sebesar 142,4pada taraf siignifikansi sebesar 𝜌 =0,000.
Nilai signifikan ini lebih kecil dari nilai alpha (0,05) sehingga hipotesis H0
ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang
signifikan antara kualitas pelayanan pada aspek emphaty dengan kepuasan pada
tingkat kepercayaan 95%.
5. Hasil analisis hubungan antara responsiveness dengan kepuasan menunjukan
bahwa, dari 76 pasien, sebanyak 1,3% yang merasa puas pada aspek pelayanan
kurang baik dan 48,7% lainnya kurang puas, sebanyak 50,0% yang merasa puas
pada aspek pelayanan yang baik dan 0,0% lainnya kurang puas. Adapun hasil
pengujian hubungan antara responsiveness yang ditinjau dari kepuasan
diperoleh nilai pearson chi-square sebesar 115,2pada taraf siignifikansi sebesar
𝜌 =0,000. Nilai signifikan ini lebih kecil dari nilai alpha (0,05) sehingga
hipotesis H0 ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang signifikan antara kualitas pelayanan pada aspek responsiveness
dengan kepuasan pada tingkat kepercayaan 95%.
4.5 Pembahasan
Rekapitulasi hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan sebelumnya
terhadap hubungan antara pelayanan keperawatan dengan kepuasan pasien
jamkesmas rawat inap di ruang interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe Kota
Gorontalo adalah sebagai berikut :
Tabel 4.15
Rekapitulasi Hasil Pengujian dan Analisis
Kualitas Pelayanan Hasil Pengujian α Keterangan
Reliability0.000 0.05 Terdapat hubungan
Assurance0.000 0.05 Terdapat hubungan
Tangible0.0000.05 Terdapat hubungan
Emphaty0.0000.05 Terdapat hubungan
Responsiveness0.000 0.05 Terdapat hubungan
Sumber : Data Primer Mei 2013
Berdasarkan rekapitulasi hasil analisis diatas terlihat bahwa dari lima kualitas
pelayanan yang dianalisis, semuanya mempunyai hubungan yang signifikan dengan
kepuasan pasien jamkesmas rawat inap di ruang interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei
Saboe. Sedangkat untuk tingkat keeratan hubungan yang terjadi, kelima kualitas
pelayanan tersebut memberikan hasil yang sama.
4.5.1 Kualitas Pelayanan Reliability (Kehandalan)
Hubungan dari kualitas pelayanan reliability(kehandalan), pengujian
dilakukan dengan menggunakan Chi Square.
Dari hasil analisis dapat terlihat bahwa dari 76 pasien yang disurvei,sebanyak
3,9% yang merasa puas pada aspek pelayanan kurang baik dan 46,1% lainnya kurang
puas, sebanyak 47,4% yang merasa puas pada aspek pelayanan yang baik dan 2,6%
lainnya kurang puas.
Dari hasil tersebut diperoleh nilai chi-square 0,000.Nilai signifikan ini lebih
kecil dari nilai alpha yang digunakan (0.05) sehingga dengan demikian bahwa
terdapat hubungan signifikan antara pelayanan keperawatan yang ditinjau dari
kualitas reliability dengan kepuasan pasien jamkesmas rawat inap RSUD Prof. Dr. H.
Aloei Saboe. Hal ini sesuai dengan dimana disebutkan bahwa salah satu kepuasan
pelanggan adalah mengenai sikap, tindakan dan latihan untuk para petugas (Lee, 1995
dan jurnal AKK Unair), dan pendapat Tener dan De Toro (1992) yang menyebutkan
bahwa nilai mutu yang paling mudah dipahami dari suatu barang atau jasa pelayanan
adalah cepat (faster) artinya bagaimana suatu sarana atau jasa pelayanan dapat
diperoleh secara cepat, mudah atau menyenangkan.
Berbagai kegiatan dan prasarana pelayanan kesehatan yang mencerminkan
kualitas rumah sakit merupakan determinan utama dari kepuasan pasien. Pasien akan
memberikan penilaian (reaksi afeksi) terhadap berbagai kegiatan pelayanan
keperawatan yang diterimanya maupun terhadap sarandan prasarana kesehatan yang
terkait dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Penilaian pasien terhadap
kondisi rumah sakit (mutu baik atau buruk) merupakan gambaran kualitas rumah
sakit seutuhnya berdasarkan pengalaman subjektif individu pasien.Hasil penilaian ini
cenderung merupakan faktor penentu terjadinya tingkat kepuasan pasien.
4.5.2 Kualitas PelayananAssurance (Jaminan)
Jaminan mutu pelayanan kesehatan adalah kegiatan pengukuran derajat
kesempurnaan layanan kesehatan yang dibandingkan dengan standar layanan
kesehatan, dilanjutkan dengan tindakan perbaikan yang sistematis serta
berkesinambungan untuk mencapai kualitas pelayanan yang optimal.Pohan (2007).
Hubungan antara pelayanan keperawatan dari kualitas Assurance (jaminan),
pengujian dilakukan dengan menggunakan analisis Chi Square. Hasil analisis diatas
dapat dilihat bahwa dari 76 pasien yang disurvey, sebanyak 0,0% yang merasa puas
pada aspek pelayanan kurang baik dan 40,8% lainnya kurang puas, sebanyak 51,3%
yang merasa puas pada aspek pelayanan yang baik dan 7,9% lainnya kurang puas.
Dari hasil di atas diperoleh nilai pearson chi-square sebesar 133,7pada taraf
siignifikansi sebesar 𝜌 =0,000. Nilai signifikan ini lebih kecil dari nilai alpha (0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pelayanan
keperawatan yang ditinjau dari kualitas pelayanan assurance dengan kepuasan pasien
jamkesmas rawat inap rawat inap ruang interna RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe. Hal
ini sejalan dengan pendapat menurut zethaml, Berry dan Parasuraman (1985) dimana
mereka mengidentifikasi kualitas pelayanan diantaranya assurance (jaminan) yang
mencakup kemampuan, kesopanan dan sifat dapat dipercaya yang dimiliki staf, bebas
dari bahaya, resiko atau keragu-raguan.
4.5.3 Kualitas Pelayanan Tangible (Bukti fisik)
Hubungan antara pelayanan yang ditinjau dari kualitas pelayanan tangible
(bukti fisik), pengujian dilakukan denag menggunakan analisis Chi Square.
Hasil analisa diatas dapat dilihat bahwa dari 76 pasien yang disurvey,sebanyak
2,6% yang merasa puas pada aspek pelayanan kurang baik dan 48,7% lainnya kurang
puas, sebanyak 48,7% yang merasa puas pada aspek pelayanan yang baik dan 0,0%
lainnya kurang puas.
Dari hasil di atas diperoleh nilai pearson chi-square sebesar 117,6pada taraf
siignifikansi sebesar 𝜌 =0,000. Nilai signifikan ini lebih kecil dari nilai alpha (0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pelayanan
keperawatan yang ditinjau dari kualitas pelayanan Tangibel dengan kepuasan pasien
rawat inap RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe.
Untuk pasien yang menjadiakan Tangibel sebagai suatu indicator dalam
menentukan kepuasan terhadap sarana yang diterima, maka hal ini perlu mendapat
perhatian dari pihak rumah sakit sebab dimensi Tangibel ini merupakan suatu bukti
fisik yang dapat dirasakan dan dapat diukur oleh pasien. Sedangkan menurut
Zeithaml, Berry dan Parasuraman Tangibel (bukti fisik) merupakan tampilan
pelayanan secara fisik, fasilitas fisik, penampilan tenaga kerja, alat atau peralatan
yang digunakan dan dalam memberikan bukti fisik sebagai media awal bagi pasien
untuk melihat secara nyata pertana kali apa yang ada, sesuai penampilan petugas
maupaun tentang sarana fisik yang digunakan di unit rawat inap RSUD Prof. Dr. H.
Aloei Saboe.
4.5.4 Kualitas Pelayanan Emphaty (Empati)
Hubungan antara pelayanan keperawatan yang ditinjau dari kualitas pelayanan
Emphaty pengujian dilakukan dengan menggunakan Chi Square. Hasil analisa diatas
dapat dilihat bahwa dari 76 pasien yang disurvey,sebanyak 1,3% yang merasa puas
pada aspek pelayanan kurang baik dan 48,7% lainnya kurang puas, sebanyak 50,0%
yang merasa puas pada aspek pelayanan yang baik dan 0,0% lainnya kurang puas.
Dari hasil diatas diperolehnilai pearson chi-square sebesar 142,4pada taraf
siignifikansi sebesar 𝜌 =0,000. Nilai signifikan ini lebih kecil dari nilai alpha (0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pelayanan
keperawatan yang ditinjau dari kualitas pelayananEmphatydengan kepuasan pasien
rawat inap RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe.
Dari hasil penelitian ini dan peneliti sebelumnya membuktikan bahwa dengan
memberikan pelayanan yang menyenangkan dan mengikuti proses yang sesuai maka
kualitas pelayanan yang sesuai dapat diwujutkan, sebagaimana definisi kualitas dari
salusu (1996). Sehingga dalam menentukan kualitas pelayanan tidak hanya dari
pemberi layanan tetapi harus memperhatiakn keinginan pasien yang ingin dipuaskan
atau harus memperhatikan keinginan pasien (kemampuan pemahaman petugas) diunit
pelayanan rawat inap.
4.5.5 Kualitas Pelayanan Responsivess (Daya tangkap)
pengujian dilakukan dengan menggunakan Chi Square. Hasil analisa diatas
dapat dilihat bahwa dari 76 pasien yang disurvey,sebanyak 1,3% yang merasa puas
pada aspek pelayanan kurang baik dan 48,7% lainnya kurang puas, sebanyak 50,0%
yang merasa puas pada aspek pelayanan yang baik dan 0,0% lainnya kurang puas.
Dari hasil diatas diperoleh nilai pearson chi-square sebesar 115,2pada taraf
siignifikansi sebesar 𝜌 =0,000. Nilai signifikan ini lebih kecil dari nilai alpha (0,05)
sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara pelayanan
keperawatan yang ditinjau dari kualitas pelayananResponsivess dengan kepuasan
pasien rawat inap RSUD Prof. Dr. H. Aloei Saboe.
Hal ini sejalan dengan Robert dan Prevost tahun 1987 dalam Azwar (1996)
menyatakan bahwa bagi pemakai jasa pelayanan kesehatan.Kualitas pelayanan lebih
terkait dengan ketanggapan petugas memehuhi kebutuhan pasien dan kelancaran
komunikasi antara petugas dengan pasien, dimana dalam hal ini kebutuhan pasien
adalah menjadi lebih sesuai atau sembuh dari keluhan yang dideritanya.