Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Penelitian
4.1.1 Gambaran Subjek Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SDIP H. Soebandi Kec. Bawen Kab.
Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012. SDIP H. Soebandi merupakan sekolah
dasar swasta dibawah naungan Yayasan Pendidikan Islam Al Ma’arif Bawen.
Letak SDIP H. Soebandi yang agak jauh dari jalan raya membuat suasana sekolah
tenang dan nyaman untuk proses pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran
sehari-hari di SDIP H. Soebandi sesuai dengan visi dan misi sekolah yaitu selaras
antara IMTAQ dan IPTEK. Hal itu terbukti dari berbagai program sekolah dalam
bidang keagamaan maupun umum. Program-program keagamaan seperti hafalan
surat-surat setiap pagi, istighosah setiap jumat pertama dan jumat ketiga,
ekstrakurikuler tilawah, sholawat dan lain-lain. Program-program umum antara
lain jumat sehat pada minggu kedua dan jumat bersih pada minggu keempat.
Selain itu berbagai ekstrakurikuler seperti marching band, tari tradisional dan lain-
lain.
Selanjutnya mengenai proses pembelajaran di SDIP H. Soebandi. Proses
pembelajaran berorientasi pada visi misi sekolah dan bersumber pada kurikulum
yang ditetapkan (KTSP) yang dijabarkan dalam Silabus, Program Semester, dan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Sebelum pelaksanaan proses
pembelajaran, guru wajib melakukan persiapan meliputi menyusun dan
melaporkan rencana harian kepada kepala sekolah sebelum pembelajaran
dilakukan, menyiapkan materi dan media yang diperlukan.
Sekolah tidak akan maju jika gurunya tidak disiplin. Berikut tata tertib
untuk guru di SDIP H. Soebandi yaitu: (1) Guru dan karyawan datang di sekolah
paling lambat pukul 06.50 WIB, (2) Guru berbaris di samping gerbang sekolah
dan menyalami setiap murid, (3) Setiap pagi semua guru apel pagi dianjutkan
berdoa bersama.
38
39
Sebagaimana dengan guru, berikut peraturan untuk siswa, antara lain : (1)
berangkat sekolah maksimal 10 menit sebelum bunyi bel yaitu pukul 06.50 WIB,
(2) memakai seragam sesuai ketentuan sekolah, (3) siswa tidak diperkenankan
berambut panjang bagi laki-laki dan harus berjilbab bagi perempuan, (4) kuku
tidak boleh panjang, (5) siswa berbaris di depan kelas dan berdoa bersama
sebelum masuk kelas, (6) hafalan doa sehari-hari, surat pendek dan sholat dhuha
sampai pukul 07.30 WIB, (7) proses pembelajaran diakhiri pukul 14.00 WIB
untuk kelas I-II dan pukul 15.00 WIB untuk kelas III-VI. Bagi siswa yang
melanggar tentunya akan dikenai sanksi dari pihak sekolah dibawah kewenangan
bagian kesiswaan.
Selanjutnya akan dibahas mengenai sarana dan prasarana sekolah. Sekolah
ini berdiri 9 tahun yang lalu. Secara umum sarana dan prasarana sekolah cukup
memadai. Hal tersebut dilihat dari ruang kelas yang telah berkeramik, alat peraga
yang cukup lengkap, lapangan olahraga, perpustakaan dan lain lain. Namun ada
kelas yang kelebihan kuota seperti kelas 2 dikarenakan ruangan terbatas. Saat ini
ada 13 ruang kelas, ruang komputer, kantor, UKS, mushola, kantin dan lima toilet.
Sarana dan prasarana yang memadai tidak akan maksimal jika tidak diimbangi
dengan sumber daya ahli untuk mengolah, dalam hal ini guru. SDIP haji Soebandi
memiliki seorang kepala sekolah, 13 guru kelas dan 4 guru mata pelajaran. Latar
belakang guru sebagian besar telah sarjana dan sebagian lainnya dalam proses S1.
Latar belakang siswa yang bersekolah di SDIP H. Soebandi berasal dari
golongan keluarga berkecukupan. Orangtua siswa kebanyakan adalah PNS,
karyawan swasta, pengusaha dan wiraswasta. Hal tersebut terbukti dengan
pemenuhan fasilitas belajar untuk siswa di sekolah.
Salah satu unsur dinamis yang dapat dillihat dalam sekolah ini yaitu tata
pergaulan guru dengan murid, guru dengan guru dan murid dengan murid. Bukan
jamannya lagi guru merupakan sosok yang otoriter. Guru di SDIP H. Soebandi
dapat berperan sebagai teman namun tetap menjadi sosok panutan bagi siswanya.
40
Guru di SDIP H. Soebandi berjumlah 18 orang dan 2 staf TU. Data guru
SDIP H. Soebandi dapat dilihat dalam Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Data Guru SDIP Haji Soebandi
NO NAMA JABATAN 1. Solikhah, S.Ag Kepala Sekolah 2. Rofiqoh Guru Kelas IA 3. Any Maskanah, S.Pd.I Guru Kelas IB 4. Tatimatun Guru Kelas IC 5. Alfiyah Guru Kelas IIA 6. Anis Mahsunah, S.Pd.I Guru Kelas IIB 7. Sri Walyati Guru Kelas IIIA 8. Istirochah, S.Pd Guru Kelas IIIB 9. Isaroh Guru Kelas IVA 10. Epri Kurniawati, S.Ag Guru Kelas IVB 11. Syamsodin, S.Pd.I Guru Kelas VA 12. Anita, S.Pd Guru Kelas VB 13. Dhiana Nastitia, S.Pd Guru Kelas VIA 14. Sri Handayani, S.Pd Guru Kelas VIB 15. Ahmad Fajar K, S.Pd.I Guru Bahasa Arab 16. Setyawan Ari Guru Olahraga 17. Dani Rahman Guru TIK 18. Linta Rahmawatiningrum Guru B. Inggris 19. Ericca Fudyarina, A.Md TU 20. Sa’adah TU
Berdasarkan data pada Tabel 4.1 dapat diketahui bahwa latar belakang
guru di SDIP H. Soebandi 10 guru tela S1 sedangkan guru yang lain masih proses
untuk meraih gelar sarjana.
Berdasarkan data yang telah dikemukakan pada 3.3 yang menjadi subjek
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV SDIP H. Soebandi yang terdiri
dari 1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol. Kelas IVA dijadikan Kelas
Eksperimen dan Kelas IVB sebagai Kelas Kontrol. Pemilihan Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol didasarkan pada latar belakang guru. Guru pada kelas kontrol
telah S1 sedangkan guru pada Kelas Eksperimen masih proses kuliah untuk
meraih gelar sarjana namun guru yang sudah sarjana masa baktinya sekitar satu
tahun. Kelas IVA sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 32 siswa dan kelas
IVB sebagai kelas kontrol yang berjumlah 30 siswa. Jadi jumlah seluruh subjek
41
penelitian sebanyak 62 siswa. Subjek penelitian berdasarkan data siswa tahun
pelajaran 2011/2012. Rincian lebih lanjut dapat dilihat pada Tabel 4.2.
Tabel 4.2 Data Subjek Penelitian SDIP H. Soebandi
Kecamatan Bawen Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2011/2012
Jenis Kelamin
Kelompok Eksperimen Kelas IVA
Kelompok Kontrol Kelas IVB
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase Laki-laki 15 47 % 12 40% Perempuan 17 53 % 18 60% Jumlah 32 100% 30 100%
Beberapa alasan peneliti dalam menentukan subyek penelitian adalah
keperluan peneliti itu sendiri yaitu membutuhkan data tentang efektivitas
penggunaan metode Hypnoteaching. Selain itu beban mata pelajaran yang harus
dipelajari peserta didik lebih banyak karena ditambah berbagai mata pelajaran
keagamaan. Mata pelajaran keagamaan yang dimaksud seperti Qur’an Hadist,
Fiqih, Bahasa Arab, Aqidah Akhlak, SKI, PAI dan lain-lain. Di SDIP H. Soebandi
juga belum pernah diadakan penelitian yang serupa, sehingga diharapkan
penelitian ini menjadi pengalaman yang baru bagi siswa di SDIP H. Soebandi
khususnya kelas IV.
4.1.2 Gambaran Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan 8 kali pertemuan. Dua pertemuan diataranya
adalah diskusi metode Hypnoteaching dengan guru. Penjelasan mengenai
pelaksanaan penelitian tercantum dalam Tabel 4.3.
Tabel 4.3 Pelaksanaan Penelitian Penggunaan Metode Hypnoteaching
No Hari/Tanggal Uraian Kegiatan
1. Selasa, 14 Februari 2012 Ijin penelitian di SDIP H.Soebandi dan diskusi dengan Guru Matematika kelas IV
2. Jumat, 9 Maret 2012 Diskusi Metode Hypnoteaching dengan guru Kelas IV tahap I
3. Sabtu, 10 Maret 2012 Diskusi Metode Hypnoteaching dengan guru Kelas IV tahap II
4. Jumat, 16 Maret 2012 Latihan penggunaan Metode Hypnoteaching pada mata pelajaran IPA
5. Senin, 2 April 2012 Kegiatan pembelajaran pertemuan pertama di kelas eksperimen yang dilakukan treatment
42
indikator 1-4
6. Selasa, 3 April 2012 Kegiatan pembelajaran kelas kontrol KBM seperti biasa yang dilakukan guru tentang mengenal pecahan indikator 1-4
7. Kamis, 5 April 2012 Kegiatan pembelajaran pertemuan kedua pada kelas eksperimen yang dilakukan treatment indikator 4-8 diakhiri pemberian post-test.
8. Jumat, 6 April 2012
Pembelajaran kelas kontrol dengan metode ceramah seperti biasa yang dilakukan guru tentang mengenal pecahan indikator 4-8 diakhiri dengan pemberian post-test.
Pelaksanaan penelitian dilakukan 4x35 menit (dua kali pertemuan) baik di
Kelas Eksperimen maupun Kelas Kontrol. Pelaksanaan penelitian tersebut dibatasi
sesuai dengan materi yang dipelajari. Sebelumnya, kedua kelas teah diuji
kesetaraan dan hasil menunjukkan bahwa kedua kelas merupakan kelas yang
setara. Selanjutnya kelas eksperimen dilakukan treatment dengan menggunakan
metode hypnoteaching dan kelas kontrol melakukan pembelajaran biasa yaitu
dengan menggunakan metode konvensional. Selanjutnya kedua kelas diukur hasil
belajarnya menggunakan post-test.
Pertemuan pertama di kelas eksperimen dilaksanakan pada hari Senin, 2
April 2012 pada pukul 08.20-09.30 WIB. Pada pertemuan pertama di kelas
ekspperimen, semua langkah-langkah Metode Hypnoteaching terlaksana. Suasana
pembelajaran di Kelas Eksperimen saat penelitian terlihat lebih menyenangkan.
Para siswa terlihat bersemangat apalagi saat guru menyuruh maju kedepan
mengerjakan soal di papan tulis. Pertemuan pertama di kelas kontrol diaksanakan
pada hari Selasa, 4 April 2012 pukul 0950-11.00 WIB. Pembelajaran berlangsung
seperti biasa. Guru sebagai pusat dalam proses pembelajaran. Dalam kelas kontrol
ini, terlihat guru sesekali bertanya jawab dan juga menyuruh siswa maju kedepan
mengerjakan tugas.
Selanjutnya, pada pertemuan kedua di kelas eksperimen dilaksanakan pada
hari kamis, 5 April 2012 pukul 07.00-08.20. Pada pertemuan kedua, terdapat
sedikit kesalahan pemahaman. Pada langkah Reward and Punishment yaitu
menggunakan Tabel Senyum seharusnya tabel tersebut untuk klasikal namun guru
menggunakanny untuk individu. Jadi ada beberapa siswa yang istirahat lebih dulu
43
dan yang lainnya tetap di dalam kelas. Pertemuan kedua di kelas kontrol
dilaksanakan hari Jumat, 6 April 2012. Pada pertemuan kedua ini, terdapat
beberapa siswa yang menguap selama pembeajaran berlangsung.
Untuk mengetahui tindakan yang dilakukan guru selama proses
pembelajaran maka dilakukan observasi yang kisi-kisinya telah dibahas pada Bab
III. Observasi digunakan untuk mengukur keteraksanaan dari langkah-langkah
penggunaan metode hypnoteaching. Kriteria penilaian dalam lembar observasi
yaitu sangat baik untuk skor 4, baik, untuk skor 3, cukup, untuk skor 2 dan kurang
untuk skor 1. Berikut adalah sajian hasil observasi pelaksanaan treatment.
Tabel 4.4 Hasil Observasi Penggunaan Metode Hypnoteaching
No Aspek yang diamati Total Skor Butir Item F Persentase
Pertemuan Pertama I PRA PEMBELAJARAN 3 12 11% A Niat dan Motivasi dalam
diri 2 8 7%
II KEGIATAN PEMBUKA PELAJARAN
4 10 9%
B Pacing 2 6 5% III KEGIATAN INTI
PEMBELAJARAN
C Leading 5 16 14% D Penggunaan Kata Positif 6 11 10% E Reward and Punishment 3 10 9% IV KEGIATAN PENUTUP
PEMBELAJARAN
F Modelling 3 10 9% JUMLAH 28 83 74%
Pertemuan Kedua I PRA PEMBELAJARAN 3 10 10% A Niat dan Motivasi dalam
diri 2 8 8%
II KEGIATAN PEMBUKA PELAJARAN
4 13 13%
B Pacing 3 11 11% III KEGIATAN INTI
PEMBELAJARAN 1 4 4%
C Leading 3 11 11% D Penggunaan Kata Positif 6 16 16% E Reward and Punishment 1 2 2%
44
IV KEGIATAN PENUTUP PEMBELAJARAN
F Modelling 3 11 11% JUMLAH 25 73 86% Pada Tabel 4.4 dapat diketahui bahwa hasi observasi kelas eksperimen
pada pertemuan pertama dari skor maksimal 112 tercapai skor 83. Artinya pada
pertemuan pertama keberhasilan guru sebesar 74%. Sedangkan pada pertemuan
kedua dari 25 item dengan skor maksimal 100 tercapai skor 73. Artinya pada
pertemuan kedua persentase keberhasilan guru sebesar 86%. Jadi rata-rata
keberhasilan guru yaitu persentase pertemuan pertama ditambahkan persentase
pertemuan kedua kemudian dibagi 2. Dari penghitungan didapatkkan rata-rata
persentase keberhasilan guru dalam menggunakan metode hypnoteaching sebesar
80%. Lembar observasi penelitian dapat dilihat dalam lampiran.
4.2 Analisis Data
Analisis data dibagi menjadi dua yaitu analisis deskriptif data dan analisis
parametrik. Analisis prametrik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis Uji t. Analisis deskriptif digunakan untuk mempermudah cara membaca
hasil penelitian. Sedangkan analisis Uji t digunakan untuk memaparkan data
utama hasil penelitian berdasarkan rumusan masalah pada 1.2.
4.2.1 Analisis Deskriptif Data
Menurut Duwi Prayitno (2010:12) Analisis deskriptif menggambarkan
tentang ringkasan data-data penelitian seperti mean, standar deviasi, maksimum,
minimum. Dari analisis deskriptif dapat diketahui nilai minimum, maksimum dan
mean dalam Kelas Eksperimen maupun Kelas Kontrol. Penjelasan lebih lanjut
mengenai hasil analisis derkriptif dapat dilihat pada Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Hasil Analisis Deskriptif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Descript ive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Kelas Eksperimen 32 60.00 100.00 84.1250 9.89542
Kelas Kontrol 30 40.00 73.00 55.1000 10.68789
Valid N (listwise) 30
45
Berdasarkan 4.1.2 bahwa skor maksimum adalah 100 dapat diketahui bahwa
skor minimum Kelas Eksperimen 60 sedangkan skor minimum Kelas Kontrol
yaitu 40. Skor maksimum dari Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol berturut-turut
adalah 100 dan 73. Standar defiasi (ukuran persebaran) dari Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol berturut-turut 1,47561 dan 1,61743. Semakin kecil standar
defiasi dalam analisis deskriptif berarti semakin kecil pula persebarannya. Dengan
kata lain skor yang diperoleh siswa tidak jauh dari rata-rata kemampuan siswa
satu kelas.
Setelah skor maksimum dan minimum dapat diketahui, selanjutnya dibuat
tabel distribusi frekuensi skor hasil belajar matematika dari hasil post-test Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol. Untuk itu, perlu ditentukan interval dari kedua
kelas penelitian yang akan disajikan dalam tabel distribusi frekuensi. Untuk
menentukan interval kelas digunakan rumus sebagai berikut:
Banyaknya kategori Sturges (k) = 1 + 3,322 log n
Interval kelas = �����������������������
��������������
Banyaknya subjek penelitian adalah 62 siswa, berdasarkan rumusan dari interval
kelas dapat diperoleh hasil sebagai berikut :
Banyaknya kategori Sturges (k) = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log (62) = 1 + 3,3 (1,8) = 1 + 5,94 = 6,94
Interval kelas = �����
�� ��
�� ����
Dapat dilihat bahwa kategori Kelas Eksperimen yaitu 6,94 kemudian daat
dibulatkan menjadi 7 kategori. Sedangkan interval distribusi frekensi yaitu 8,57
dibulatkan menjadi 9. Distribusi frekuensi berguna untuk memberikan gambaran
secara jelas mengenai hasil post-test pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.
Untuk sajian lebih lengkap mengenai distribusi frekuensi hasil post-test dapat
dilihat dalam Tabel 4.5.
46
Tabel 4.5 Tabel Distribusi Frekuensi Hasil Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No. Interval Kelas Eksperimen Kelas Kontrol
Frekuensi Presentase Frekuensi Presentase 1 40-48 0 0% 3 37% 2 49-56 0 0% 5 17% 3 57-65 1 3% 7 27% 4 66-73 7 22% 12 20% 5 74-82 7 22% 3 0% 6 83-90 8 25% 0 0% 7 91-100 9 28% 0 0%
Jumlah 32 100% 30 100%
Dari Tabel 4.5 dapat dilihat bahwa skor minimum antara Kelas
Eksperimen dan Kelas Kontrol terdapat perbedaan yang cukup jauh begitu pula
dengan skor maksimumnya. Jika distribusi frekuensi dalam Tabel 4.5
digambarkan dalam bentuk diagram batang maka akan terlihat seperti Gambar
4.1.
Gambar 4.1 Hasil Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Gambar 4.1 menunjukkan bahwa hasil belajar pada Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol tidak dalam posisi yang seimbang. Padahal kondisi awal saat
dilakukan uji setara, kedua kelas berada dalam kondisi yang setara. Namun setelah
47
Kelas Eksperimen diberikan treatment menghasilkan frekuensi skor yang lebih
tinggi.
4.2.2 Analisis Parametrik Uji t
Sesuai dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian yaitu untuk
mengetahui perbedaan efektivitas pembelajaran yang signifikan antara
penggunaan Metode Hypnoteaching maka diperlukan analisis untuk mengukur
apakah perbedaan tersebut benar-benar signifikan. Perbedaan dikatakan signifikan
jika hasil penelitian sudah diuji melalui pengukuran. Hasil penelitian diukur
menggunakan bantuan SPSS 16.0 for windows melalui teknik Independent
Samples T-Test. Namun perlu dilakukan uji normalitas dan homogenitas dahulu
sebagai prasyarat.
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa temuan data berdistribusi
normal. Selengkapnya dapat dilihat dalam Tabel 4.6.
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas Post-test Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
Berdasarkan Tabel 4.6 dapat dillihat bahwa Signifikasi pada Kelas
Eksperimen sebesar 0,97 dan signifikansi pada Kelas Kontrol sebesar 0,84.
Distribusi dikatakan normal jika signifikan > 0,05. Dari Tabel 4.6 dapat dilihat
bahwa kedua kelas memiliki signifikan > 0,05. Hal tersebut berarti data
berdistribusi normal. Distribusi temuan data digambarkan dalam Gambar 4.3
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk Statistic Df Sig . Statistic Df Sig.
Kelas Eksperimen .147 30 .097 .933 30 .060
Kelas Kontrol .150 30 .084 .916 30 .022
a. Lilliefors Significance Correction
Gambar 4.3 Q-Q Plot Uji Normalitas
Distribusi data dalam gambar 4.3 menunjukkan bahwa data hasil
tersebar Kelas Eksperimen disekitar garis pusat. Hal ini berarti kemampuan siswa
di Kelas Eksperimen tidak begitu jauh rentangnya dengan kemampuan rata
kelas. Sedangkan kemampuan siswa Ke
4.4.
Gambar 4.4 Q-Q Plots Post-test Kelas Kontrol
Persebaran data Kelas Kontrol dalam Gambar 4.4 juga menunjukkan
bahwa data tersebar di sekitar garis pusat. Skor yang diperoleh memang tidak
Q Plot Uji Normalitas Post-test Kelas Ekperimen
si data dalam gambar 4.3 menunjukkan bahwa data hasil
tersebar Kelas Eksperimen disekitar garis pusat. Hal ini berarti kemampuan siswa
di Kelas Eksperimen tidak begitu jauh rentangnya dengan kemampuan rata
kelas. Sedangkan kemampuan siswa Kelas Kontrol dapat dilihat dalam Gambar
Kelas Kontrol
Persebaran data Kelas Kontrol dalam Gambar 4.4 juga menunjukkan
bahwa data tersebar di sekitar garis pusat. Skor yang diperoleh memang tidak
48
si data dalam gambar 4.3 menunjukkan bahwa data hasil post-test
tersebar Kelas Eksperimen disekitar garis pusat. Hal ini berarti kemampuan siswa
di Kelas Eksperimen tidak begitu jauh rentangnya dengan kemampuan rata-rata
las Kontrol dapat dilihat dalam Gambar
Persebaran data Kelas Kontrol dalam Gambar 4.4 juga menunjukkan
bahwa data tersebar di sekitar garis pusat. Skor yang diperoleh memang tidak
49
setinggi Kelas Eksperimen. Namun kemampuan siswa memiliki rentang yang
tidak terlalu jauh dari kemampuan rata-rata siswa Kelas Kontrol. Sehingga dapat
dikatakan bahwa meskipun skor tidak setinggi Kelas Eksperimen namun
kemampuan siswa Kelas Kontrol berdistribusi normal.
Seteah uji normalitas, dilanjutkan dengan uji homogenitas dan Uji t.
Karena menggunakan teknik Independent Samples T-Test, selain mengetahui hasi
Uji t juga sekaligus mengetahui Homogenitas kedua kelas. Penjelasan lebih lanjut
dapat dilihat dalam Tabel 4.7
Tabel 4.7 Hasil Uji T dan Homogenitas Post-test
Dalam Tabel 4.7 dapat dilihat hasil uji homogenitas menunjukkan
signifikansi 0,511. Kelas Eksperimen dikatakan homogen dengan Kelas Kontrol
jika memiliki signifikan > 0,05. Dengan demikian Kelas Eksperimen dan Kelas
Kontrol merupakan kelas yang homogen. Kemudian dilihat dari hasil uji dua sisi
(sig. 2-tailed) pada kolom Equal variances assumed menunjukkan signifikansi
0,000.
Independent Samples Test
Skor Equal
variances
assumed
Equal
variances not
assumed
Levene's Test for
Equality of Variances
F .438
Sig. .511
t-test for Equality of
Means
T 11.095 11.061
Df 60 58.560
Sig. (2-tailed) .000 .000
Mean Difference 4.35833 4.35833
Std. Error Difference .39283 .39401
95% Confidence
Interval of the
Difference
Lower 3.57255 3.56979
Upper 5.14412 5.14688
50
4.3 Uji Hipotesis
Analisis hasil post-test uji Independent Samples T-Test disajikan dalam
Tabel 4.7. Selanjutnya dilakukan uji hipotesis penelitian. Dalam penelitian ini
pengujian hipotesis dilakukan dengan menguji hipotesis nol (H0) yang
menyatakan bahwa tidak terdapat perbedaan efektivtas pembelajaran. Oleh karena
itu untuk menguji hipotesis sebagaimana dirumuskan dalam 2.3, maka
dirumuskan hipotesis nol untuk diuji signifikansinya. Rumusan hipotesis dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
H0 = tidak ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang signifikan antara
penggunaan Metode Hypnoteaching dengan Metode Konvensional pada
mata pelajaran Matematika Kelas IV Semester II SDIP H. Sobandi Kec.
Bawen Kab. Semarang.
Ha = ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang signifikan antara
penggunaan Metode Hypnoteaching dan Metode Konvensional pada
mata pelajaran Matematika Kelas IV Semester II SDIP H. Sobandi Kec.
Bawen Kab. Semarang.
Pengambilan keputusan hasil uji hipotesis berdasarkan pada kriteria
pengujian uji Independent Samples T-Test yaitu H0 diterima jika signifikansi >
0,05 dan jika signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak. Hasil uji Independent Samples
T-Test tercantum dalam Tabel 4.7. Pada pengujian 2 sisi dalam tabel 4.7 diketahui
bahwa signifikansi 0,000. Hal ini berarti signifikansi < 0,05 sehingga H0 ditolak.
Karena H0 ditolak (signifikansi < 0,05), maka Ha yang menyatakan ada
perbedaan efektivitas pembelajaran yang signifikan antara penggunaan Metode
Hypnoteaching dan Metode Konvensional pada mata pelajaran Matematika Kelas
IV Semester II SDIP H. Sobandi Kec. Bawen Kab. Semarang diterima.
4.4 Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada siswa Kelas IV Semester II SDIP H.
Soebandi Tahun Pelajaran 2011/2012. Siswa Kelas IV A sebagai Kelas
Eksperimen berjumlah 32 orang sedangkan siswa Kelas IV B sebagai Kelas
Kontrol berjumlah 30 orang. Kedua kelas merupakan kelas yang setara karena
telah diuji kesetaraannya. Karena kedua kelas merupakan kelas yang setara,
51
efekvitas pembelajaran kedua kelas diukur dari post-test yang telah diberikan
kepada siswa. Post-test diberikan setelah Kelas Eksperimen diberi treatment
menggunakan metode hypnoteaching dan Kelas Kontrol diberi pembelajaran
seperti biasa dengan menggunakan metode konvensional.
Seteah dilakukan penelitian, didapatkan hasil post-test pada kedua kelas.
Pengolahan data dilakukan dengan bantuan SPSS 16.0 for widows. Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu Independent Sample t-test. Namun
sebeumnya dilakukan uji normalitas dan homogenitas sebagai prasyarat.
Seperti yang telah dicantumkan pada Tabe 4.7, hasi uji normalitas pada kelas
eksperimen memiliki signifikansi 0,97. Sedangkan pada hasi uji normalitas pada
Kelas Kontrol memiliki signifikansi 0,84. Dengan demikian kedua kelas dapat
dikatakan berdistribusi normal karena signifikansinya lebih dari 0,05. Selanjutnya
dilakukan uji homogenitas. Dari uji homogenitas dapat diketahui bahwa kedua
kelas memiliki signifikansi 0,511. Suatu data dapat dikatakan homogen jika
memiliki signifikansi lebih dari 0,05. Dari uji homogenitas yang telah dilakukan
dapat dikatakan bahwa kedua kelas merupakan kelas yang homogen. Karena
kedua kelas sudah diketahui merupakan kelas yang berdistribusi norma dan
homogen maka langkah selanjutnya dilakukan uji-t. Uji t dilakukan menggunakan
teknik Independent Sample t Test. Dari uji t dapat diketahui bahwa sig. 2 tailed
sebesar 0,000.
Sebagaimana hipotesis yang telah dibahas pada BAB III, pengujian
hipotesis dilakukan untuk menguji hipotesis nol (H0) yang menyatakan tidak ada
perbedaan yang signifikan antara penggunaan metode hypnoteaching dengan
metode konvensional. Adapun rumusan hipotesis dalam penelitian ini sebagai
berikut :
H0 = tidak ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang signifikan antara
penggunaan Metode Hypnoteaching dengan Metode Konvensional.
Ha = ada perbedaan efektivitas pembelajaran yang signifikan antara
penggunaan Metode Hypnoteaching dan Metode Konvensional
Pengambilan keputusan hasil uji hipotesis berdasarkan pada kriteria
pengujian uji Independent Samples T-Test yaitu H0 diterima jika signifikansi >
52
0,05 dan jika signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak. Hasil uji Independent Samples
T-Test tercantum dalam Tabel 4.7. Pada pengujian 2 sisi dalam tabel 4.7 diketahui
bahwa signifikansi 0,000. Hal ini berarti signifikansi < 0,05 sehingga H0 ditolak.
Karena H0 ditolak (signifikansi < 0,05), maka Ha yang menyatakan ada
perbedaan efektivitas pembelajaran yang signifikan antara penggunaan Metode
Hypnoteaching dan Metode Konvensional pada mata pelajaran Matematika Kelas
IV Semester II SDIP H. Sobandi Kec. Bawen Kab. Semarang diterima.
Hal ini sesuai dengan teori James Braid yang menyatakan tentang
keyakinan akan kekuatan sugesti. Sugesti-sugesti dalam metode hypnoteaching
selama pembelajaran berlangsung mempengaruhi hasil belajar dan motivasi siswa.
Selama pembelajaran berlangsung, siswa terlihat antusias mengikuti
pembelajaran.
Hasil penelitian ini juga sama dengan hasil penelitian Rudy Aryanto yang
dilaksanakan pada tahun 2012. Dari penelitian Rudy Ariyanto yang berjudul
“Pengaruh Metode hypnoteaching Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas V Di Sd
Negeri Begalon Ii No.241 Surakarta Tahun 2011 /2012” setelah diuji hipotesis
diperoleh hasil a symp sig = 0,00. Artinya signifikansi < 0,005 sehingga H0
ditolak. Kesimpulan dari penelitian Rudy adalah Metode Hypnoteaching
mempunyai pengaruh terhadap hasil belajar siswa di SDN Begalon II No.241
Surakarta Tahun 2011 / 2012.
Penggunaan Metode Hypnoteaching ini dapat berhasil karena dipengaruhi
beberapa faktor yaitu : (1) guru mampu bekerja sama dan semangat mempelajari
Metode Hypnoteaching, (2) siswa menjadi antusias mengikuti pelajaran karena
pembelajaran berbeda dari biasanya, (3) sarana dan prasarana sekolah mendukung
terlaksananya penerapan Metode Hypnoteaching ini.
Perbedaan efektivitas antara kedua metode pembelajaran dapat dilihat dari
perbedaan rata-rata kedua kelas. Kelas eksperimen memiiki 32 siswa. Rata-rata
skor hasil belajar untuk kelas eksperimen adalah 84. Skor minimal sebesar 60 dan
maksimal 100. KKM mata pelajaran matematika di SDIP H. Soebandi adalah 65.
Dari hasil belajar di kelas eksperimen dapat diketahui terdapat satu orang yang
tidak mencapai KKM. Kelas kontrol memiliki 30 siswa. Rata-rata hasil belajar
53
sebesar 64. Skor minimal 40 dan skor maksimal 80. Dari hasil belajar kelas
kontrol dan kelas eksperimen dapat diketahui ada 14 orang siswa yang tidak
mencapai KKM. Rincian perbedaan rata-rata hasil belajar kedua kelas disajikan
dalam Tabel 4.9
Tabel 4.9 Rata-rata Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kotrol
Subjek Kelas Jumah siswa KKM Rata-rata Kelas Eksperimen IVA 32 65 84 Kelas Kontrol IVB 30 65 64 Perbedaan 20
Dari Tabel 4.9 dapat diketahui perbedaan rata-rata nilai post-test dengan
seish skor sebesar 20. Artinya dapat dikatakan bahwa penggunaan metode
hypnoteaching lebih efektif dibandingkan metode konvensional.