Upload
buikhuong
View
220
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Transformasi Tokoh Novel ke Film Dalam Mihrab Cinta
Pada bagian ini diuraikan tokoh-tokoh yang memerankan jalan cerita
dalam novel, film, dan proses transformasi dari novel ke film Dalam Mihrab
Cinta karya Habiburrahman El Shirazy.
4.1.1.1 Tokoh dalam Novel dalam Mihrab Cinta
Tokoh-tokoh yang memerankan jalan cerita dalam novel Dalam Mihrab
Cinta karya Habiburrahman El Shirazy dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1: Tokoh Dalam Novel Dalam Mihrab Cinta
No Novel
1. Tukang becak
2. Zidna Ilman (Zizi)
3. Para Penumpang Kereta Api
4. Nenek penjual
5. Pengamen
6. Syamsul Hadi (Syamsul)
7. Pencuri
8. Dua orang gadis yang menjemput Zizi
9. Kiai Baejuri (ayah Zizi)
10. Kiai Miftah (Kakak Sulung Zizi)
11. KH. Dahlan Anwar
12. Para Santri di Pesantren Lirboyo.
13. Ahmad Zaim
14. Lelaki tua
15. Burhan
16. Isak
17. Salimin
18. Mundir
19. Baihaqi
20. Rozikin
21. Ayub
22. Asiyah (adik Ayub)
23. Khalilah (sepupu perempuan Burhan)
24. Karyono (wakil koordinator bagian keamanan)
25. Santri bagian keamanan
26. Santri Pesantren Al Furqan
27. Pak Bambang (Ayah Syamsul)
28. Ibu Bambang (Ibu Syamsul)
29. Nadia (adik Syamsul)
30. Ahmad (kaka pertama)
31. Rozak (Kakak kedua)
32. Istri Kiai Miftah
33. Pemilik warung akring di depan Mesjid Baiturrahman, Semarang.
34. Gadis penumpang bis.
35. Para penumpang bis.
36. Para Polisi
37. Dua orang narapidana.
38. Para pengurus mesjid di Jakarta yang di datangi Syamsul.
39. Pak Abbas.
40. Pak Gemati (Pemilik rumah kontrakan).
41. Manajer Kafe.
42. Pemilik restoran.
43. Manajer bengkel
44. Silvie
45. Satpam penjaga Villa Gracia.
46. Anak Muda
47. Pak Broto.
48. Ibu Broto.
49. Della
50. Pak Yahyah.
51. Pak Heru
52. Dr. Fathul Hadi
53. Neng Nur Fadhilah
54. Damayanti
55. Pak Ustman (ayah Damayanti)
56. Ibu Heru
57. Penjual Nasi Uduk
58. Jamaah Mesjid Villa Gracia
59. Pak Doddy Alfad
60. Dewi
61. Ustadz Fairuz
62. Para mahasiswa Fakultas Ekonomi UI
63. Ir. Hendra Sadew, MBA
64. Pak Anwar (ayah Burhan)
65. Ibu Anwar (ibu Burhan)
66. Jamaah ceramah Syamsul di TV
67. Sutradara program acara ceramah
68. Panitia Tabligh Akbar Masjid Al-Firdaus.
69. Jamaah Tabligh Akbar Masjid Al-Firdaus.
70. Ibu setengah baya
71. Anak-anak yang belajar mengaji
72. Pengendara sepeda motor
73. Disainer
74. Para keluarga dan tetangga yang melayat Silvie
75. Ustadz
76. Para Nelayan
77. Para santriwati Manabi’ul Qur’an
78. Seorang wartawan
79. Lelaki berambut gondrong
4.1.1.2 Tokoh dalam Film Dalam Mihrab Cinta
Tokoh-tokoh yang memerankan jalan cerita dalam film Dalam Mihrab
Cinta karya Habiburrahman El Shirazy dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2: Tokoh dalam Film Dalam Mihrab Cinta
No Film
1. Tukang becak
2. Zidna Ilman (Zizi)
3. Para Penumpang Kereta Api
4. Nenek penjual
6. Syamsul Hadi (Syamsul)
7. Pencuri
8. Dua orang gadis yang menjemput Zizi
9. Kiai Baejuri (ayah Zizi)
10. Kiai Miftah (Kakak Sulung Zizi)
11. Ahmad Zaim
12. Burhan
13. Santri bagian keamanan
14. Santri Pesantren Al Furqan
15. Pak Bambang (Ayah Syamsul)
16. Orang asing
17. Ibu Bambang (Ibu Syamsul)
18. Nadia (adik Syamsul)
19. Ahmad (kaka pertama)
20. Rozak (Kakak kedua)
21. Istri Kiai Miftah
22. Pemilik warung akring di depan Mesjid Baiturrahman, Semarang.
23. Gadis penumpang bis.
24. Para penumpang bis.
25. Para Polisi
26. Dua orang narapidana.
27. Para pengurus mesjid di Jakarta yang di datangi Syamsul.
28. Pak Abbas.
29. Pak Gemati (Pemilik rumah kontrakan).
30. Manajer Kafe.
31. Pemilik restoran.
32. Manejer tempat pencucian mobil
33. Silvie
34. Satpam penjaga Villa Gracia.
35. Anak Muda
36. Pak Broto.
37. Ibu Broto.
38. Della
39. Pak Yahyah.
40. Pak Heru
41. Damayanti
42. Pak Ustman (ayah Damayanti)
43. Ibu Damayanti
44. Ibu Heru
45. Jamaah Mesjid Villa Gracia
46. Pak Doddy Alfad
47. Pak Anwar (ayah Burhan)
48. Ibu Anwar (ibu Burhan)
49. Jamaah cerama Syamsul di TV
50. Jamaah Tabligh Akbar Masjid Al-Firdaus.
51. Pegawai tokoh busana muslim
52. Petugas kantor pos
53. Guru Nadia
54. Teman-teman sekolah Nadia
55. Orang-orang yang membantu Syamsul pindah rumah
56. Anak-anak yang belajar mengaji
57. Pengendara sepeda motor
58. Disainer
59. Para keluarga dan tetangga yang melayat Silvie
60. Ustadz
61. Para santriwati Manabi’ul Qur’an
62. Seorang wartawan
4.1.1.2 Transforasi Tokoh dalam Film Dalam Mihrab Cinta
Transformasi tokoh dari novel ke film Dalam Mihrab Cinta karya
Habiburrahman El Shirazy dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 3: Transformasi Tokoh Novel ke Film Dalam Mihrab Cinta
No Novel Film
1. Tukang becak Tukang becak
2. Zidna Ilman (Zizi) Zidna Ilman (Zizi)
3. Para Penumpang Kereta Api Para Penumpang Kereta Api
4. Nenek penjual Nenek penjual
5. Pengamen
6. Syamsul Hadi (Syamsul) Syamsul Hadi (Syamsul)
7. Pencuri Pencuri
8. Dua orang gadis yang menjemput
Zizi
Dua orang gadis yang menjemput
Zizi
9. Kiai Baejuri (ayah Zizi) Kiai Baejuri (ayah Zizi)
10. Kiai Miftah (Kakak Sulung Zizi) Kiai Miftah (Kakak Sulung Zizi)
11. KH. Dahlan Anwar
12. Para Santri di Pesantren Lirboyo.
13. Ahmad Zaim Ahmad Zaim
14. Lelaki tua
15. Burhan Burhan
16. Isak
17. Salimin
18. Mundir
19. Baihaqi
20. Rozikin
21. Ayub
22. Asiyah (adik Ayub)
23. Khalilah (sepupu perempuan
Burhan)
24. Karyono (wakil koordinator bagian
keamanan)
25. Santri bagian keamanan Santri bagian keamanan
26. Santri Pesantren Al Furqan Santri Pesantren Al Furqan
27. Pak Bambang (Ayah Syamsul) Pak Bambang (Ayah Syamsul)
28. Orang asing
29. Ibu Bambang (Ibu Syamsul) Ibu Bambang (Ibu Syamsul)
30. Nadia (adik Syamsul) Nadia (adik Syamsul)
31. Ahmad (kaka pertama) Ahmad (kaka pertama)
32. Rozak (Kakak kedua) Rozak (Kakak kedua)
33. Istri Kiai Miftah Istri Kiai Miftah
34. Pemilik warung akring di depan
Mesjid Baiturrahman, Semarang.
Pemilik warung akring di depan
Mesjid Baiturrahman, Semarang.
35. Gadis penumpang bis. Gadis penumpang bis.
36. Para penumpang bis. Para penumpang bis.
37. Para Polisi Para Polisi
38. Dua orang narapidana. Dua orang narapidana.
39. Para pengurus mesjid di Jakarta
yang di datangi Syamsul.
Para pengurus mesjid di Jakarta
yang di datangi Syamsul.
40. Pak Abbas. Pak Abbas.
41. Pak Gemati (Pemilik rumah
kontrakan).
Pak Gemati (Pemilik rumah
kontrakan).
42. Manajer Kafe. Manajer Kafe.
43. Pemilik restoran. Pemilik restoran.
44. Manajer bengkel
45. Manejer tempat pencucian mobil
46. Silvie Silvie
47. Satpam penjaga Villa Gracia. Satpam penjaga Villa Gracia.
48. Anak Muda Anak Muda
49. Pak Broto. Pak Broto.
50. Ibu Broto. Ibu Broto.
51. Della Della
52. Pak Yahyah. Pak Yahyah.
53. Pak Heru Pak Heru
54. Dr. Fathul Hadi
55. Neng Nur Fadhilah
56. Damayanti Damayanti
57. Pak Ustman (ayah Damayanti) Pak Ustman (ayah Damayanti)
58. Ibu Damayanti
59. Ibu Heru Ibu Heru
60. Penjual Nasi Uduk
61. Jamaah Mesjid Villa Gracia Jamaah Mesjid Villa Gracia
62. Pak Doddy Alfad Pak Doddy Alfad
63. Dewi
64. Ustadz Fairuz
65. Para mahasiswa Fakultas Ekonomi
UI
66. Ir. Hendra Sadew, MBA
67. Pak Anwar (ayah Burhan) Pak Anwar (ayah Burhan)
68. Ibu Anwar (ibu Burhan) Ibu Anwar (ibu Burhan)
69. Jamaah ceramah Syamsul di TV Jamaah cerama Syamsul di TV
70. Sutradara program acara ceramah
71. Panitia Tabligh Akbar Masjid Al-
Firdaus.
72. Jamaah Tabligh Akbar Masjid Al-
Firdaus.
Jamaah Tabligh Akbar Masjid Al-
Firdaus.
73. Pegawai tokoh busana muslim
74. Petugas kantor pos
75. Ibu setengah baya
76. Guru Nadia
77. Teman-teman sekolah Nadia
78. Orang-orang yang membantu
Syamsul pindah rumah
79. Anak-anak yang belajar mengaji Anak-anak yang belajar mengaji
80. Pengendara sepeda motor Pengendara sepeda motor
90. Disainer Disainer
91. Para keluarga dan tetangga yang
melayat Silvie
Para keluarga dan tetangga yang
melayat Silvie
92. Ustadz Ustadz
93. Para Nelayan
94. Para santriwati Manabi’ul Qur’an Para santriwati Manabi’ul Qur’an
95. Seorang wartawan Seorang wartawan
96. Lelaki berambut gondrong
Jlh. 79 62
Berdasarkan uraian tokoh-tokoh yang memerankan jalan cerita pada novel
dan film Dalam Mihrab Cinta yang di kemukakan pada tabel 3, dapat dikatakan
bahwa jumlah tokoh atara novel dan film berbeda. Namun, dalam penelitian ini
peneliti tidak mengkaji perbedaan jumlah tokoh tersebut tetapi peneliti
mengfokuskan pada transformasi empat tokoh penting dalam transformasi novel
ke film. Tokoh-tokoh tersebut adalah Syamsul Hadi, Zida Ilma (Zizi), Burhan, dan
Silvie.
Syamsul menjadi tokoh pertama yang dianalisis dalam unsur ini, karena
kemunculannya sering dalam novel maupun film. Tokoh Zizi dianggap penting
karena merupakan gadis yang disukai Burhan dan kecemburuan Burhan terhadap
Syamsul mengenai Zizi yang membuat Burhan memfitnah Syamsul. Selanjutnya
tokoh Burhan juga dianalisi karena tokoh Burhan merupakan penyebab sehingga
tokoh Syamsul mengalami perjalanan hidup yang penuh dengan lika-liku.
Terakhir yang dianalisis adalah tokoh Silive yang merupakan korban pencurian
Syamsul dan pacar Burhan. Tokoh Silvie inilah yang mengantarkan tokoh
Syamsul untuk kembali ke jalan yang lurus.
Pembahasan transformasi tokoh novel ke film Dalam Mihrab Cinta karya
Habiburrahman El Shirazy ini hanya dibatasi pada proses transformasi saja.
a.) Tokoh Syamsul Hadi
Syamsul Hadi merupakan anak dari seorang pengusaha batik sukses di
Pekalongan. Dia juga memiliki dua orang kakak yang merupakan pengusaha batik
sukses juga mengikuti jejak ayah dan kakeknya. Hal tersebut dapa dilihat pada
kutipan berikuti ini.
(1.) “Ia juga ingin sukses, tetapi ia tidak mau sama dengan ayahnya,
kakeknya dan kedua kakaknya yang semuanya sukses sebagai
pedagang batik. Ia ingin sukses di jalur yang berbeda...”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 6)
Dalam kutipan 1 di atas tergambar jelas tokoh Syamsul berasal dari
keluarga pengusaha sukses dibidang penjualan batik. Hal serupa juga
ditransfosmasikan ke dalam bentuk film tetapi dengan penceritaan yang berbeda.
Perhatikan gambar berikut ini.
Gambar 1: Usaha Batik Keluarga Syamsul
Dalam Gambar 1 di atas, divisualisasikan rumah tokoh Syamsul dimana
banyak orang asing yang sedang memilih dan membeli kain batik yang sedang
diperdagangkan. Visualisasi orang asing tersebut dimunculkan sebagai tanda
terkenalnya batik-batik milik keluarga Syamsul.
Proses transformasi yang terjadi yaitu perubahan keterangan tentang tokoh
Syamsul yang merupakan anak seorang pengusaha batik sukses dalam novel
diubah menjadi gambar para orang asing yang memilih dan membeli kain batik di
rumah Syamsul. Hal tersebut menandakan kesuksesan usaha keluaarga Syamsul.
Selanjutnya sifat pantang menyerah dan suka dengan tantangan yang
dimiliki oleh tokoh Syamsul tidak ditransformasikan ke dalam film. Sifat tersebut
tergambar pada kutipan berikut ini.
(2.) “Ia memang suka tantangan. Waktu masih sekolah dasar, ia paling
tidak suka dengan matematika. Karena nilai matematikanya merah. Ia
sering dihina kedua kakaknya perihal kebbodohannya dalam mata
pelajaran matematika…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 7 )
(3.) “Hinaan itu menjadi tantangan baginya…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 7 )
(4.) “Ketika teman-teman satu kelasnya sudah mulai masuk bangku kuliah,
ia masih sibuk mencari tantangan…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 8)
(5.) “Ia merasa mendapatkan tantangan baru. Ia ingin membuktikan bahwa
dirinya bisa seperti nama-nama yang disebut-sebut oleh seniman
gondrong itu sebagai seniman sejati…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 10)
(6.) “Ia takjub dengan penjelasan Sang Imam. Ia merasa jalan yang
dicarinya menjadi jelas. Ia harus ke pesantren. Tekatnya sudah
bulat…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 12)
Pada kutipan 2, 3, 4, 5, dan 6 di atas menggambarkan karakter tokoh
Syamsul yang suka dengan tantangan dan pantang menyerah. Hal tersebutlah yang
membuat Syamsul ingin mencari jati dirinya tentang kehidupan dan agama yang
mengantarkan dia untuk memilih pondok pesantren sebagai tempat belajar.
Namun, penjelasan tentang sifat Syamsul yang pantang menyerah dan suka
tantangan yang terdapat pada kutipan 2, 3, 4, 5, dan 6 tidak ditemukan dalam film.
Tokoh Syamsul Hadi juga merupakan tokoh yang baik hati dan suka
menolong sesama. Penggambaran karakter ini dimaksudkan untuk memperjelas
bahwa tokoh Syamsul ini merupakan tokoh yang baik. Berikut ini kutipan yang
akan memperjelas karakter tokoh Syamsul tersebut.
(7.) “Tenang Mbak. Ojo wedi! Jangan takut. Walaupun rambut saya
gondrong, insya Allah saya bukan orang jahat.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 5)
(8.) “Kalau tidak ada Mas, mungkin saya udah dilukai penjahat tadi. Atau
mungkin nyawa saya bisa melayang. Saya berhutang budi pada Mas.
Terima kasih ya Mas?” Ucap gadis itu dengan muka menunduk.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 20)
Pada kutipan 7 terlihat jelas karakter tokoh Syamsul yang baik hati dan
suka menolong. Pada kutipan pertama terlihat kebaikan tokoh Syamsul dari tutur
katanya. Hal serupa juga divisualisasikan dalam film seperti gambar berikut ini.
Gambar 2: Pertemuan pemuda berambut gondrong dan gadis berjilba
Pada gambar 2 di atas divisualisasikan tokoh pemudah berambut gondrong
yang sedang berbicara dengan tokoh gadis berjilbab yang kelihatan takut melihat
penampilannya. Tokoh pemuda berambut gondrong tersebut kemudian
meyakinkan bahwa dirinya merupakan orang baik. Karakter ini mempengaruhi
penilaian tokoh gadis berjilbab terhadap tokoh pemuda berambut gondrong.
Pada kutipan 8 terlihat jelas sifat sosial tokoh Syamsul yang suka
menolong orang. Tokoh gadis berjilbab yang tidak dikenalnya tersebut tetap dia
tolong ketika gadis itu disandera oleh pencuri. Tokoh Syamsul berhasil
mengalahkan pencuri tersebut dan membebaskan gadis berjilbab walaupun
sebelumnya dia mengalami luka akibat sabetan pisau pencuri itu. Hal itu dapat
dilihat pada kutipan 8 mengenai perkataan tokoh gadis berjilbab yang berterimah
kasih atas pertolongan pemuda berambut gondrong itu.
Karakter tokoh Syamsul ini divisualisasikan dalam film seperti gambar
berikut ini.
Gambar 3: Pencuri menyandera gadis berjilbab
Pada gambar 3 di atas terlihat tokoh Syamsul yang berusaha menolong
tokoh gadis berjilbab yang disandera oleh pencuri. Syamsul terus berusaha
membebaskan gadis tersebut, hingga ketika dia mendapatkan peluang untuk
melumpuhkan pencuri itu dia langsung mempergunakannya. Pada akhirnya,
pencuri tersebut berhasil dilumpuhkan tokoh Syamsul dan gadis berjilbab berhasil
ditolong tokoh Syamsul.
Tokoh Syamsul merupakan tokoh yang pintar. Gambaran karakter
kepintaran tokoh Syamsul dapat diuraikan pada kutipan 9 dan 10 di bawah ini.
(9.) “…Padahal ada dua perguruan tinggi negeri terkemuka di Semarang
yang menawarinya beasiswa, setelah ia menang dalam Olimpiade
Matematika…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 7)
(10.) “Baru enam bulan di pesantren itu, ia sudah khatam Kitab Fathul
Qarib. Dan bahkan ia membaca dan memahami kitab Fathul Qarib
dengan cukup baik…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 54)
Pada kutipan 9 kepintaran tokoh Syamsul dijelaskan dengan
menggambarkan bahwa tokoh Syamsul mendapatkan tawaran beasiswa di dua
universitas negeri terkemuka di Pekalongan. Kepintarannya juga tergambar dari
kemenangannya di olimpiade matematika.
Pada kutipan 10 kepintaran tokoh Syamsul digarmbakan pada
perkembangan belajarnya di pesantren Al Furqan. Namun, bagian ini tidak
ditemukan dalam film.
Selanjutnya tokoh Syamsul merupakan tokoh sosial dan suka menolong
juga tergambar pada kepergian tokoh Syamsul untuk menemani Burhan sesuai
dengan permintaan Burhan. Hal tersebut seperti terlihat pada kutipan di bawah ini.
(11.) “Siang itu, Syamsul ijin keluar kelas. Ia ada janji menemani
Burhan untuk berobat. Malam sebelumnya Burhan merasa radang
tenggorokannya akan kambuh. Ia meminta Syamsul menemaninya ke
tengah kota Kediri untuk pergi ke dokter…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 69)
Syamsul merupakan tokoh yang sosial tergambar pada kutipan 11, hal
tersebutlah yang membuat tokoh Burhan berhasil menjebak tokoh Syamsul.
Bagian ini juga ditransformasikan ke dalam bentuk film. Transformasi tersebut
dapat dilihat pada gambar di bawah ini.
Gambar 4: Pertemuan Syasul dan Burhan
Pada gambar 4 di atas dapat dilihat gerakan Burhan yang memegang-
megang saku bajunya, kemudian terkejut karena dia melupakan dompetnya.
Selanjutnya dia meminta Syamsul untuk mengambil dompet tersebut. Dalam
novel pertemuan mereka tersebut lebih dikarenakan Syamsul telah Berjanji untuk
menemani Burhan ke dokter.
Karakter tokoh Syamsul sebagai tokoh yang menjadi pencuri karena
keadan hidup terdapat dalam novel.
(12.) “Perut laparnya membuat akal sehatnya gelap. Akhirnya ia nekat. Ia
naik bis mini warna kuning jurusan Mangkang-Penggaron. Sampai di
Jrakah ia melakukan aksi perdananya. Mencopet.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 105)
Diceritakan tokoh Syamsul yang melarikan diri dari rumah kemudian pergi
ke kota Semarang. Di kota Semarang Syamsul yang mulai kehabisan uang dan
tidak juga mendapatkan pekerjaan mulai berfikir untuk menjadi pencuri. Hal
tersebut dapat dilihat pada kutipan 12 di atas.
Gambar 5: Syamsul sedang mencuri
Dalam film, pencurian pertama Syamsul tersebut dilakukan di atas bus dan
korbannya merupakan seorang gadis yang waspada. Pada gambar 5 di atas hal
tersebut dapat dilihat dengan jelas.
Dalam aksi pencuriannya yang pertama Syamsul tertangkap dan kemudian
masuk penjara. Dalam penjara dia bertemu dua orang narapidana yang mengajak
bergabung dengan mereka dan mengajarkannya trik-trik mencuri jitu. Syamsul
kemudian dibebesakan oleh Nadia. Dia tidak pulang ke rumah melainkan pergi ke
Jakarta. Di Jakarta dia juga mengalami kehidupa yang keras. Akhirnya dia
kembali terperosok dalam tindakan pencurian. Dia menjadi pencuri yang handal
sampai pada akhirnya dia bertemu dengan Silvie. Pada bagian selanjutnya
karakter tokoh Syamsul berubah menjadi seorang yang agamawis. Dia menjadi
seorang Ustadz dan penceramah yang terkenal. Berikut ini kutipan yang akan
menjelaskan hal tersebut.
(13.) “Sejak Syamsul mengisi ceramah dengan sangat mengesankan di
Masjid Baitul Makmur, Villa Gracia, namanya mulai banyak
dibicarakan orang, terutama dikalangan ibu-ibu majelis taklim.
Promosi dari mulut ke mulut membuat Syamsul nyaris kewalahan
memenuhi undangan yang terus bedatangan datang.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 211)
Kutipan 13 di atas menjelaskan tokoh Syamsul dari seorang tokoh yang
agamawis kemudian jatuh ke lembah hitam sebagai pencuri karena kerasnya
hidup, akhirnya dapat bangkit dan kembali ke jalan yang benar. Dari awal
penceritaan tokoh Syamsul dalam novel ditampilkan tokoh Syamsul merupakan
tokoh yang pantang menyerah dan suka tantangan. Hal tersebut kemudian
berlanjut pada pencarian jati diri tokoh Syamsul dan keinginannya untuk belajar
agama. Pada akhirnya tokoh Syamsul yang masuk pesantren dan bertemu dengan
Burhan kemudian menjadi korban fitnah Burhan. Perjalanan tokoh Syamsul
sebagai tokoh yang pantang menyerah untuk membuktikan pada keluarganya
bahwa dia tidak bersalah dimulai dari dia bertahan hidup kemudian jadi pencopet,
tertangkap jadi pencopet kembali dan pada akhirnya dia kembali ke jalan yang
benar.
Gambar 6: Syamsul menjadi mubaligh muda
Gambar 6 di atas merupakan transformasi tokoh Syamsul yang telah
kembali ke jalan yang lurus. Hal tersebut ditampilkan di dalam film.
b.) Tokoh Zidna Ilma (Zizi)
Dalaman novel ditampilkan tokoh Zizi sebagai tokoh yang muslimah dan
cantik. Sebagai wanita juga dia tidak bisa menyembunyikan perasaan sedihnya
ketika kehilangan orang yang dia sayangi. Hal tersebut terlihat pada kutipan novel
berikut ini.
(14.) “Setelah duduk ia menarik nafas dan kembali menangis. Wajah
cantiknya tidak bias menutupi kesedihannya. Ia berusaha menahan
tangisnya agar tidak terdengar oleh penumpang di sekitarnya. Ia
menangisi kematian orang yang sangat dicintainya. Yaitu ayahandanya
yang sangat menyayanginya.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 2)
Pada kutiapan 14 di atas ditampilkan seorang gadis berjilbab yang sedang
bersedih karena kepergian ayahandahnya. Hal tersebut ditransformasikan ke
dalam bentuk film seperti yang terlihat pada gambar 7 berikut ini.
Gambar 7: Kesedihan gadis berjilbab
Pada gambar 7 di atas menunjukan tokoh gadis berjilbab yang sedang
menangis bersedih. Hal tersebut serupa dengan yang terdapat dalam novel.
Namun, perbedaannya dalam novel diceritakan dia menangisi kepergian
ayahandahnya, sedangkan dalam film hanya ditransformasikan tokoh gadis
berjilbab yang sedang bersedih.
Tokoh Zizi juga ditampilkan sebagai seorang gadis muslimah yang cantik
seperti pada kutipan 15 berikut ini.
(15.) “…Begini , Sul. Kau cukup kenal dengan Zidna Ilma, kan? Apa
menurutmu adikku tak cukup cantik, saleha dan baik untuk kau sunting?”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 268)
Pada kutipan 15 di atas dalam novel tokoh Zizi ditampilkan sebagai gadis
cantik, saleha dan baik. Hal tersebut menurut perkataan kakaknya. Dalam
transformasinya ke film, tokoh Zizi juga ditampilkan sebagai tokoh yang cantik,
saleha dan baik.
Gambar 8: Kecantikan dan keanggunan Zizi
Pada gambar 8 di atas, ditampilkan tokoh Zizi merupakan tokoh yang
cantik, soleha dan baik. Hal tersebut dapa dilihat dari paras tokoh Zizi dan cara
berpakaian serta bertutur kata tokoh Zizi.
Zizi ditampilkan sebagai gadis yang pintar dan cerdas dalam menanggapi
sebuah permasalahan. Hal tersebut dapat dilihat dari penggalan novel berikut ini.
(16.) “Penjelasan Zizi itu membuat Ayub tersentak kaget. Sebuah penjelasan
yang sangat cerdas. Ia harus mengakui bahwa meskipun Zizi lebih
muda dari dirinya, ternyata Zizi lebih matang ilmu ushul fiqh,
balaghah, dan semantiknya. Ia tidak berfikir seteliti dan sedalam Zizi.
Hal ini semakin membuat dirinya takjub pada putrid bungsu Kiai
Baejuri itu.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 96)
Penjelasan tentang kepintaran tokoh Zizi seperti pada kutipan 16 tidak
ditransformasikan ke dalam film. Hal tersebut karena adanya pengurangan
beberapa tokoh.
Zizi juga merupakan wanita yang bisa mencintai dan sakit hati ketika tau
orang yang dicintainya tersebut akan memilih orang lain sebagai pendamping
hidupnya. Hal tersebut terlihat pada kutipan 17 berikut ini.
(17.) “Pak Heru meminta Syamsul menikahi Silvie, putrinya. Dan Syamsul
terdiam. Syamsul tidak langsung menolaknya. Hati Zizi tidak bisa
menerima itu, dia shock. Spontan dia mundur, tak jadi masuk ke rumah
itu. Zizi balik kanan hendak kembali ke mobil.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 233)
Pada kutipan 17 dijelaskan tokoh Zizi sangat bersedih ketika mendengar
Syamsul dilamar oleh kedua orang tua Silvie dan Syamsul menyampaikan bahwa
dia belum memiliki calon pendamping. Kekecewaan tersebut membuat Zizi
langsung kembali ke mobil.
Gambar 9: Kesedihan Zizi
Pada gambar 9 tokoh Zizi yang mendengar percakapan antara Syamsul
dan orang tua Silvie yang melamar Syamsul, langsung kembali ke mobil.
Kesedihan atas hal tersebut tergambar jelas di wajah Zizi.
c.) Burhan
Tokoh Burhan merupakan tokoh yang arogan dan jahat. Gambaran ini
dapat dilihat dari ketidak sukaan Burhan terhadap Syamsul. Tokoh Burhan juga
merupakan tokoh yang munafik dan dapat melakukan segala macam cara agar
keinginannya tercapai. Hal tersebut seperti penjebakan terhadap Syamsul yang
dilakukan olehnya. Burhan menjebak dan menfitnah Syamsul telah mencuri
dompetnya.
(18.) “Aduh Sul. Bisah ngak minta tolong kau ambilkan. Aku ada urusan
sedikit dengan orang di depan sana itu. Dia sudah menunggu.
Rembukan mobil yang akan kita carter untuk ke kota. Tolong Sul…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal.70)
Pada kutipan 18 di atas dijelaskan kelicikan Burhan yang meminta
Syamsul untuk mengambi dompetnya di kamar. Permintaan Burhan ini
merupakan taktik Burhan untuk menjebak Syamsul. Hal tersebut
ditransformasikan dalam film.
Gambar 10: Kelicikan Burhan
Pada gambar 10 di atas ditampilkan tokoh Syamsul datang menemui tokoh
Burhan di gerbang pesantren. Tokoh Burhan yang mulai mencari dompetnya yang
ternyata tertinggal meminta Syamsul untuk mengambil dompet tersebut. Perminta
Burhan tersebut yang merupakan taktik Burhan untuk menjebak Syamsul.
Kejahatan Burhan juga dilakukan dengan Sumpah palsu yang
diucapkannya dihadapan Kiai Miftah, para pengurus pesantren dan Syamsul.
Dalam novel hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan 19 di bawah ini.
(19.) “Dengan tenang Burhan menjawab, “Penjahat akan melakukan apa
saja untuk menutupi kejahatannya pak Kiai. Baiklah, saya bersumpah
bahwa apa yang baru saja saya katakana benar. Jika saya berdusta
maka semoga segala laknat Allah menimpa saya.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 78)
Dalam film hal tersebut juga ditampilkan. Tokoh Burhan yang
memberikan kesaksian dan supah palsu untuk menjebak Syamsul. Hal tersebut
dapa dilihat pada gambar 11 di bawah ini.
Gambar 11: Sumpah Palsu Burhan
Pada gambar 11 tersebut Burhan yang tidak mengakui bahwa dia yang
menyurus Syamsul mengambil dompet kemudian bersumpah bahwa semua
pperkataanya tersebut benar. Tetapi, kelicikian Burhan terlihat pada bagian ini.
Sebelum melakukan sumpahnya terlebih dahul dia mengatakan sebuah pernyataan
dengan maksud pernyataannya tersebutlah yang benar.
Tokoh Burhan merupakan seorang pencuri. Di mencuri batu akik milik
Ayub. Hal tersebut juga berkat kewaspadaan dan siasat Ayub. Dalam novel hal ini
dapat dilihat dalam penggalan novel berikut ini.
(20.) “Tetapi anggapan itu berubah ketika Burhan tertangkap basah mencuri
di kamarnya sendiri. Ya, di kamarnya sendiri. Itu tidak lepas dari
kewaspadaan Ayub yang selama ini mengawasi Burhan dengan detil.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 158)
Pada kutipan 20 di atas, diceritakan Burhan tertangkap sebagai seorang
pencuri di pesantren Al Furqan. Hal tersebut tak lepas dari kewaspadaan Ayub
selama ini. Dengan tertangkapnya Burhan, maka kebenaran tentang Syamsul yang
menjadi korban fitnah Burhan terungkap.
Dalam transformasinya ke film juga diceritakan Burhan tertangkap
mencuri di pesantren. Namun kronologis penceritaanya berbeda dengan yang ada
dalam novel. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 12 di bawah ini.
Gambar 12: Burhan diketahui mencuri di pesantren
Pada gambar 12 ditampilkan Burhan yang ketahuan mencuri di pesantren
disampaikan oleh keluarg Damayanti yang dikunjung oleh keluarga Silvie.
Keluarga Damayanti menyampaikan hal tersebut untuk mengugkapkan keburukan
Burhan.
Burhan juga merupakan tokoh yang temperamental dan arogan. Hal
tersebut terlihat pada saat Silvie mengungkapkan semua keburukannya di depan
keluarga Slvie dan keluarga Burhan, dia malah memarahi dan menampar Silvie.
Hal tersebut dapat dilihat dalam kutipan novel berikut ini.
(21.) “Kurang ngajar kau! Berani menghina aku ya!”
Dan... plak!
Dengan cepat Burhan menempeleng Silvie. Kejadian itu sungguh tidak
diduga. Burhan kemabali ingin menghajar SIlvie. Namun Mas Budi cepat
bertindak. Ia segera mengatasi Burhan. Burhan melawan, tapi Mas Budi
yang jago karate itu dengan mudah melumpuhkannya.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 203)
Pada kutipan 21 diceritakaan sifat temperamental dan arogan Burhan
ketika keburukannya diungkapkan oleh Silvie di hadapan keluarga Silvie dan
keluarga Burhan yang datang untuk melamar Silvie.
Bagian ini ditransformsikan ke dalam film dengan penceritaan yang sama.
Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 13 di bawah ini.
Gambar 13: Kearogansian Burhan
Pada gambar 13 ditampilkan Burhan yang sedang menampar Silvie karena
Silvie mengungkapkan keburukan Burhan di hadapan keluarga Silvie dan
keluarga Burhan yang datang melamar Silvie. Hal inilah yang memancing sifat
temperamental dan arogan Burhan.
d.) Silvie
Tokoh Silvie merupakan tokoh yang soleha, cantik dan canggung ketika
mencoba hal yang baru.
(22.) “Seorang gadis cantik berjilbab hijau muda nampak canggung
berjalan ke arah Kopaja yang sedang berhenti. Gadis itu masuk ke
dalam Kopaja.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 129)
Pada kutipan 22 di atas, tokoh Silvie diceritakan sebagai tokoh yang
soleha, cantik dan canggung. Kecanggungan tersebut diceritaan pada saat ia ingin
mencoba hal yang baru yaitu menumpangi bus Kopaja.
Dalam transformasinya ke film, Silvie yang soleha, cantik dan canggung
digambarkan ke dalam wujud nyata. Terlihat gadis tersebut menggunakan pakaian
muslimah dan berparas cantik. Kecanggungan gadis tersebut dapat dilihat dari raut
muka dan cara berjalannya.
Gambar 15: Kecantikan Silvie
Pada gambar 15 di atas terlihat seorang gadis cantik yang berpakaian
muslimah berjalan dengan sedikit canggung menuju ke bus Kopaja.
Selanjutnya, dalam novel dan film tokoh Silvie ditampilkan sebagai tokoh
yang cerdas dan mandiri. Hal tersebut karena tokoh ini walaupun merupakan anak
orang aya, tetapi ia masih menjadi guru les matematika. Hal tersebut dapat dilihat
pada kutipan novel dan gambar berikut ini.
(23.) “Mbak Silvie-mbak Silvie, boleh ngak sebelum les matematika kita
dengar cerita saja dari Ustadz Syamsul.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 141)
Pada kutipan 23 diuraikan Silvie merupakan guru les matematika Della.
Hal ini memperlihatkan kepintaran dan kemandirian Silvie. Walaupun dia anak
seorang pengusaha ternama namun dia tetap bekerja sebagai seorang guru les
privat.
Dalam transformasinya ke film, penceritaan tentang kemandirian Silvie
dan kepintaran Silvie ini berbeda. Dalam novel diceritakan hal tersebut diketahui
dan digambarkan saat kedatangan Silvie ke rumah Della untuk memberikan les
matematika setelah Syamsul selesai mengajarkan Della mengaji. Namun, dalam
film gambaran kepintaran dan kemadirian Silvie, terjadi saat kedatangan Silvie ke
rumah Della untuk memberikan les matematika yang di perkenalkan orang tua
Della kepada Syamsul yang baru saja melamar untuk menjadi guru ngaji Della.
Bagian tersebut seperti terlihat pada gambar 15 di bawah ini.
Gambar 16. Kedatangan Silvie ke rumah Della untuk memberikan les matematika
Pada gambar 16 ini diuraikan mengenai kedatangan tokoh Silvie ke rumah
Della untuk memberikan les matematika kepada Della. Della yang berlari
menghampiri Silvie kemudian memperenalkan Syamsul sebagai ustadz barunya.
Bagian yang menggambarkan Silvie sebagai tokoh terpelajar dan
berpendidikan hanya dihadirkan dalam novel. Silvie merupakan mahasiswa
Fakultas Ekonomi UI. Hal tersebut dapat dilihat dari kutipan berikut ini.
(24.) “Silvie ternyata mahasiswi jurusan ekonomi UI. Silvie anak tunggal.
Ayahnya seorang pengusaha di bidang travel dan pariwisata.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 136)
Kutipan 24 tersebut menguraikan tentang pendidikan Silvie yang
merupakan mahasiswa jurusan ekonomi UI. Uraian ini tidak ditransformasikan ke
dalam film.
4.1.2 Transformasi Alur Novel ke Film Dalam Mihrab Cinta
4.1.2.1 Cerita novel Dalam Mihrab Cinta
Cerita novel Dalam Mihrab Cinta disusun dengan penomoran Latin. Cerita
tersebut terdiri dari seratus delapan bagian. Kelogisan alur terlihat pada alur maju
novel Dalam Mihrab Cinta. Berikut ini cerita novel Dalam Mihrab Cinta.
1) Deskripsi suasana sore hari, sebuah becak berpenumpang seorang
gadis yang sedang menangis dengan tujuan stasiun Pekalongan.
2) Gadis tersebut naik kereta dan kembali menangisi kepergian
ayahandanya K.H. Baejuri.
3) Para penumpang terus menaiki kereta. Seorang penumpang
berambut gondrong lari tergesa-gesa membeli tiket, kemudian naik
kereta. Pemuda tersebut menanyakan letak gerbong empat kepada
petugas kereta.
4) Pemuda berambut gondrong masuk ke dalam gerbong empat lalu
mencari kursinya. Diaolog antar gadis berjilbab dan pemuda
berambut gondrong.
5) Pemuda berambut gondrong kemudian kembali berfikir tentang
masa lalunya. Dia merupakan seorang yang pantang menyerah dan
pintar. Dia juga berkeinginan untuk belajar Islam lebih dalam. Oleh
imam Masjid Agung Pekalongan, dia disarankan untuk mondok di
Kediri.
6) Kereta tersebut terus meluncur melewati malam. Kereta tersebut
singgah di stasiun Jebres, Solo.
7) Seorang pencuri sedang melakukan aksinya dan tertangkap mata
oleh pemuda berambut gondrong.
8) Pencuri yang panik kemudian menyandera gadis berjilbab. Karena
keberanian pemuda berambut gondrong gadis itu berhasil
diselamatkan dan pencuri tersebut berhasil dilumpuhkan.
9) Dialog antara pemuda berambut gondrong dan gadis berjilbab
mengenai tujuan pemuda berambut gondrong untuk mondok di
Kediri. Gadis berjilbab tersebut menyarankan dia untuk
mengunjungi empat pesantren yaitu, Pesantren Lirboyo Kediri,
Pesantren Al falah Ploso, Pesantren Al Ihlsan Semen dan Pesantren
Al Furqan, Pagu.
10) Zizi sampai di komplek pesantren yang dipenuhi oleh orang-orang
yang datang melayat. Zizi disambut oleh Kiai Miftah kakanya.
Beliau menyarankan Zizi untuk berhenti menangis dan mengikuti
sholat jenazah ayahandanya.
11) Syamsul tiba di pesantren Lirboyo dan menemukan muka-muka
yang sedang bersedih atas meninggalnya K.H. Baejuri. Syamsul
bertanya tentang K. H. Baejuri namun mereka tidak terlalu
mengenal beliau.
12) Zizi membaca surat yang ditinggalkan oleh ayahandanya sebelum
beliau wafat di kamarnya.
13) Syamsul telah mengunjungi tiga pesantren besar yaitu pesantren
Lirboyo, Al Falah Ploso dan Al Inayah Semen. Tetapi, dia belum
merasa cocok dengan ketiga pesantren tersebut karena kurikulum
di pesantren tersebut tidak mengizinkannya untuk melakukan
percepatan studi.
14) Syamsul mendatangi pesantren AL Furqan. Dia diterima oleh Zaim
selaku Lurah Pondok. Syamsul menyampaikan tujuannya kepada
Zaim. Zaim mengatakan akan membicarakan keinginannya dengan
Kiai Miftah.
15) Setelah sholat ashar bejamaah di masjid, Syamsul menanyakan
nasibnya kepada Zaim. Zaim menyuruh Syamsul menunggu.
Syamsul kemudian berjalan melihat-lihat lingkungan pesantren.
Syamsul singga di warung mie gedog. Syamsul kemudian kembali
berjalan dan kembali bertemu dengan Zizi.
16) Syamsul telah diterima di pesantren Al Furqan. Syamsul
ditempatkan di kamar santrin dewasa. Teman sekamarnya, Burhan,
Salimin Mundir, Baihaqi, Rozikin dan Ayub.
17) Baru enam bulan di pesantren, Syamsul telah memperlihatkan
kemajuan dalam belajar. Zizi menegtahui kemajuan Syamsul
tersebut lewat Asiyah adik Ayub.
18) Burhan tidak menyukai kemajuan yang diraih Syamsul. Burhan
telah mengetahui penyelamatan Syamsul terhadat Zizi di kereta.
Burhan mulai cemburu dengan Syamsul.
19) Syamsul terus belajar mengejar ketertinggalannya. Dialog antara
Syamsul dengan Burhan, Ayub dan Rozikin tentang pencurian
yang terjadi di pesantren.
20) Di kantor pesantren Lurah pondok Zaim dan santri bagian
keamanan sedang membicarakan dan menyepakati sebuah taktik
untuk menjebak pencuri yang selama ini berkeliaran di lingkungan
pesantren.
21) Burhan mengetahui taktik bagian keamanan dari Karyono selaku
wakil koordinator bagian keamanan pesantren.
22) Bagian keamanan telah menjalankan taktik mereka. Namun,
mereka tidak mendapatkan pencuri yang mereka cari.
23) Syamsul pergi menemui Burhan di pintu gerbang pesantren.
Burhan telah berjanji mentraktir Syamsul setelah Syamsul
menemaninya ke Dokter. Burhan yang ketinggalan dompet
meminta Syamsul untuk mengambilkan.
24) Syamsul masuk ke kamar dan mengambil dompet Burhan. Bagian
keamanan yang telah berjaga langsung menangkap dan
menghakimi Syamsul. Mereka, tidak mendengarkan penjelasan
Syamsul.
25) Syamsul diarak keluar oleh bagian keamanan. Syamsul dihakimi
oleh para santri lalu diarak ke gudang.
26) Kiai Miftah, lurah pondok dan empat pengurus pesantren datang ke
gudang dan mulai mengintrogasi Syamsul. Syamsul membela diri
dan menceritakan tentang Burhan yang menyuruh untuk
mengambil dompetnya.
27) Burhan dihadirkan dan Syamsul meminta Burhan menjelaskan
semuanya. Burhan mengelak, saling tuding dan caci maki keluar
dari mulut kedua santri tersebut. Syamsul lalu bersumpah atas
kebenarannya dan Burhan juga bersumpah dengan sumpah palsu.
28) Ayah Syamsul ditelfon oleh lurah pondok. Sore hari Syamsul
diarak ke halaman pesantren untuk menerima hukuman.
29) Syamsul masuk ke ruang tamu pesantren. Kiai Miftah dan para
pengurus pesantren serta ayah Syamsul sedang menunggunya.
30) Syamsul langsung ditampar oleh ayahnya. Kiai Miftah yang
menasehati Syamsul balik ditantang dan disumpahi Syamsul.
31) Zizi yang mengetahui hal tersebut langsung pulang ke Kediri. Zizi
menemui Asiyah dan menanyakan kejelasan masalah Syamsul.
Zizi meminta Asiyah untuk mengatur pertemuan antara Zizi,
Asiyah dan Ayub.
32) Dialog antara Zizi dan Kiai Miftah mengenai masalah pencurian
yang dituduhkan kepada Syamsul.
33) Di rumah, Syamsul diinterogasi dan dimarahi oleh keluarganya.
34) Dialog antara Nadia dan Syamsul di kamar Syamsul.
35) Pertemuan antara Zizi, Asiyah dan Ayub di warung mie godog.
36) Syamsul pergi dari rumah. Kesedihan Nadia dan ibunya serta
kemarahan Ayah dan kakaknya mengenai kepergian Syamsul.
37) Zizi datang ke rumah Syamsul yang ditemui oleh Bu Bambang dan
Nadia. Zizi memperkenalkan diri dan menceritakan tentang
Syamsul.
38) Perjalanan hidup Syamsul di Kota Semarang.
39) Syamsul menjadi pencuri karena kerasnya hidup yang dia alami.
Syamsul tertangkap mencuri dan digelandang ke kantor polisi.
40) Syamsul diinterogasi oleh polisi di kantor polisi.
41) Berita tertangkapnya Syamsul di ketahui oleh keluarganya.
42) Berita tertangkapnya Syamsul juga sampai ke pesantren Al Furqan.
43) Syamsul mendekap dalam penjara bersama dengan dua orang
narapidana lain. Syamsul juga diajarkan trik-trik mencuri jitu oleh
para narapidana tersebut.
44) Burhan mendatangi Zizi di pesantren Manabi’ul Qur’an untuk
memberitahukan tentang tertangkapnya Syamsul.
45) Kedatangan Nadia ke kantor polisi untuk menemui Syamsul dan
menjamin Syamsul.
46) Kedatangan Zizi ke kantor polisi untuk menghilangkan rasa
penasarannya.
47) Perbincangan Nadia dan ibunya mengenai Syamsul yang pergi
setelah dijamin oleh Nadia. Kedatangan Zizi ke rumah Syamsul.
48) Syamsul tiba di Jakarta.
49) Perjalanan hidup Syamsul di Jakarta.
50) Syamsul mendapatkan rumah kontrakan.
51) Syamsul terus mencari pekerjaan untuk biaya hidupnya.
52) Syamsul menjadi pencopet professional. Syamsul juga tetap berniat
untuk mengembalikan dompet copetannya tersebut ketika dia telah
mendapatkan uang.
53) Pertemuan Syamsul dengan Silvie yang menjadi korban
pencopetan Syamsul di Kopaja.
54) Kedatangan Syamsul ke Villa Gracia.
55) Syamsul menyusuri jalan Flamboyan.
56) Kedatangan Syamsul ke rumah Pak Broto. Syamsul melamar
menjadi guru ngaji Della dan diterimah oleh Pak Broto.
57) Perbincangan Syamsul dengan Pak yahyah tentang keluarga Silvie
di masjid Baitul Makmur.
58) Syamsul didaulat menjadi imam saat sholat berjamaah di masjid
Baitul Makmur akan dimulai.
59) Perbincangan pak Heru dengan Pak Broto, Pak Yahyah dan
Syamsul mengenai kejadian yang menimpa Silvie, ketika mereka
keluar dari masjid.
60) Pertemuan antara Syamsul dan Silvie di rumah Della ketika
Syamsul baru selesai mengajar Della.
61) Syamsul mulai kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta.
62) Kepercayaan Pak Broto terhadap Syamsul.
63) Malam hari di musholla Syamsul berdoa dan menyesali segala
perbuatannya dan bertobat atas apa yang dia lakukan selama ini.
64) Di Pekalongan, ibu Syamsul menangis dan berdoa untuk Syamsul
dan keluarga saat sholat tahajut.
65) Pertemuan Syamsul dengann Dr. Fathul Hadi di perpustakaan
kampus.
66) Zizi memarahi Kiai Miftah karena Syamsul telah terbukti tidak
bersalah.
67) Pencurian yang kembali terjadi di pesantren membuat Ayub lebih
waspada terhadap Burhan. Burhan kemudian tertangkap mencuri
berkat penjebakan Ayub. Tapi, Burhan berhasil lari dari gudang
pesantren sebelum menerima hukuman.
68) Lurah Pondok yang mengetahui Burhan telah di tangkap polisi
kemudian diperintahkan Kiai Miftah untuk menjemput Burhan
agar menerima hukuman terlebih dahulu di pesantren.
69) Kedatangan Kiai Miftah, Zizi dan Lurah pondok ke rumah
Syamsul.
70) Perbincangan Syamsul dan Pak Heru mengenai Burhan.
71) Kedatangan Pak heru ke rumah kontrakan Syamsul untuk
memberitahukan masalah Burhan. Pak Heru juga mengundang
Syamsul untuk mampir ke rumahnya.
72) Syamsul menelfon ke Pesantren Al Furqan untuk menanyakan
kebenaran berita tentang Burhan.
73) Syamsul datang ke rumah Pak Heru untuk menghormati undang
Pak Heru.
74) Syamsul membelikan hadiah untuk ibu dan Nadia. Setalah itu,
Syamsul menemui Dr. fathul Hadi untuk meminta pelajaran khusus
dari beliau.
75) Di ruamh kontrakannya Syamsul membungkus jilbab dan sepucuk
surat untuk ibu dan Nadia. Dia juga membungkus dompet Silvie
beserta isinya dan sepucuk surat. Keesokan harinya Syamsul
mengirimkan barang-barang tersebut lewat kantor pos.
76) Syamsul dimintai Pak Yahyah untuk menggantikan Ustadz Fairuz
berceramah di masjid Baitul Makmur. Pertemuan Syamsul dengan
Pak Doddy.
77) Dewi menelfon Silvie untuk memberitahukan bahwa Ustadz Fairus
Abadi tidak bias hadir dalam seminar mereka besok. Dewi
meminta Silvie mencari pengganti Ustadz Fairus.
78) Silvie datang ke rumah Syamsul untuk meminta Syamsul mengisi
materi di seminar menggantikan Ustadz Fairus.
79) Kedatangan Syamsul ke rumah Dr. Fathul Hadi. Syamsul
kemudian pergi ke Fakultas Ekonomi UI untuk mengisi seminar
seperti permintaan Silvie.
80) Pak Heru menyampaikan kepada Syamsul perihal kedatang Burhan
dan keluarganya untuk melamar Silvie. Permintaan Pak Heru
kepada Syamsul untuk ikut serta dalam lamaran tersebut yang
ditolak oleh Syamsul.
81) Syamsul yang kembali menjadi imam di masjid Baitul Makmur
melihat Burhan dan keluarganya memasuki masjid.
82) Pertemuan kembali Syamsul dan Burhan setelah sholat berjamaah
di halaman masjid Baitul Makmur.
83) Penolakan lamaran Burhan dan keluarga oleh Silvie dan
keluarganya.
84) Kejujuran Syamsul kepada Silvie mengenai masa lalunya.
85) Sejak Syamsul berceramah di masjid Baitul Makmur, Syamsul
banyak mendapat panggilan ceramah. Syamsul yang baru selesai
syuting di EduTv kemudian dijemput panitia Tabligh Akbar masjid
Al-Firdaus tempat dimana dia akan berceramah.
86) Pak Abbas menemui Syamsul untuk memberitahukan bahwa
pemilik kontrakan akan menjual rumahnya. Syamsul membeli
sebuah rumah atas bantuan Pak Yahyah.
87) Syamsul menelfon Nadia dan pesantren Al Furqan untuk
memberitahukan mereka agar menonton ceramah pagi di EduTv.
88) Suasana haru saat keluarga Syamsul dan para pengurus pesantren
Al Furqan menonton Syamsul yang sedang berceramah. Silvie
yang ditemani orang tuanya juga menonton Syamsul yang sedang
berceramah. Ketertarikan Silvie kepada Syamsul diketahui oleh
orang tuanya.
89) Syamsul pulang ke rumahnya dan beristirahat.
90) Syamsul yang sedang mengajar anak-anak mengaji dikagetkan
dengan kedatangan Ibu dan Nadia yang juga diikuti Zizi. Zizi
kemudian menyampaikan bahwa Kiai Miftah dan Lurah Pondok
juga datang bersama dengan mereka. Pertemuan antara Syamsul
dengan Kiai Miftah dan Lurah Pondok.
91) Syamsul bersama dengan Ibu, Nadia, Zizi, Kiai Miftah dan Lurah
Pondok berbincang-bincang di rumah Syamsul. Orang tua Silvie
datang diikuti oleh Kiai Miftah, Lurah Pondok, Zizi dan Nadia
yang berpamitan untuk pulang. Kesedihan Zizi mendengar
Syamsul yang telah dilamar orang tua Silvie.
92) Dialog antara Syamsul dan ibunya mengenai lamaran kedua orang
tua Silvie dan Zizi.
93) Kedatangan Bu Bambang dan Syamsul ke ruamh Silvie untuk
menyampaikan jawaban atas lamaran keluarga Silvie. Mereka
kemudian merancang tanggal pernikahan Silvie dan Syamsuk.
Silvie menginginkan pernikahan mereka dilaksanakan secepatnya.
94) Syamsul dan ibunya kembali ke Pekalongan setelah seluruh urusan
Syamsul di Jakarta selesai. Mereka pulang untuk merayakan hari
raya Idul Fitri bersama keluarga. Berita kepulangan Syamsul
sampai ke takmir masjid Agung Pekalongan. Syamsul kemudian
dimintai untuk menyampaikan khutbah Idul Fitri.
95) Syamsul mengajak keluarga besarnya ke Jakarta untuk melamar
Silvie secara resmi. Syamsul dan Silvie mulai mempersiapkan
pernikahan mereka. Undangan telah mereka sebar. Silvie dan
Syamsul juga mencoba baju pengantin mereka ditemani oleh orang
tua Silvie.
96) Nadia dan kedua orang tuanya di Pekalongan sedang
mempersiapkan kain yang akan dibagi kepada keluarga mereka dan
keluarga Silvie.
97) Berita pernikahan Syamsul dan Silvie sampai ke pesantren Al
Furqan.
98) Silvie berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk pergi
mengantar undangan kepada budenya di Bogor.
99) Silvie mengalami kecelakan mobil dalam perjalanannya ke Bogor.
Kecelakaan tersebut merenggut nyawanya.
100) Keluarga Silvie mendapatkan telfon mengenai kecelakaan yang
dialami Silvie.
101) Keluarga Syamsul dan Silvie beserta para tentang datang melayat
di rumah Silvie. Pak Heru meminta Syamsul untuk tetap menikahi
Silvie walaupun Silvie telah menjadi mayat.
102) Kematian Silvie merupakan Pukulan berat yang dialami oleh
Syamsul. Syamsul terpuruk dalam kesedihan. Syamsul berhenti
dari semua aktivitasnya. Ibu Syamsul berhasil membujuk Syamsul
untuk pulang ke Pekalongan. Syamsul tetap bersedih walaupun
telah dihibur keluarga.
103) Bu Bambang terus menasehati Syamsul yang masih terpuruk dalam
kesedihannya. Zizi datang untuk mampir ke rumah Syamsul.
104) Kecelakaan yang dialami Syamsul dan nadia membuat Syamsul
kembali bangkit dari keterpurukannya.
105) Syamsul yang sedang membaca koran di teras rumahnya bersamaa
dengan Ibu dan Nadia yang sedang melipat kain batik dikagetkan
dengan kedatangan Zizi. Zizi datang untuk meminta Syamsul
mengisi ceramah di pesantren Manabi’ul Qur’an.
106) Syamsul kembali berceramah di pesantren Manabi’ul Qur’an. Zizi
kemudian menelfon kakanya menyampaikan kemajuan Syamsul
dan meminta kakaknya untuk pergi ke rumah Syamsul.
107) Kiai Miftah dan istrinya datang ke rumah Syamsul yang disambut
oleh Syamsul dan keluarganya. Kiai Miftah menyampaikan
maksud kedatanganya untuk mengajak Syamsul berceramah di
pesantren Al Furqan dan melamar Syamsul untuk adiknya.
108) Kedatangan Syamsul dan keluarga ke pesantren Al Furqan yang
disambut para santri dan keluarga Kiai Miftah. Kedatangan mereka
untuk menyampaikan jawaban atas lamaran Kiai Miftah.
4.1.2.2 Sekuen Film Dalam Mihrab Cinta
Sekuen film Dalam Mihrab Cinta disusun dengan penomoran Latin. Cerita
tersebut terdiri dari Delapan puluh tujuh bagian. Kelogisan alur terlihat pada alur
maju film Dalam Mihrab Cinta. Berikut ini sekuen film Dalam Mihrab Cinta.
1. Deskripsi stasiun Pekalongan malam hari. Para penumpang kereta yang
telah menaiki kereta dan kereta yang telah berangkat.
2. Pemuda berambut gondrong yang memasuki gerbong sambil melihat
karcisnya dan mencari nomor bangkunya.
3. Dialog antara tokoh pemuda berambut gondrong dan gadis berjilbab yang
terlihat sedang bersedih.
4. Kereta tersebut terus meluncur melewati malam. Kereta tersebut singgah
di sebuah stasiun.
5. Seorang pencuri sedang melakukan aksinya dan tertangkap mata oleh
pemuda berambut gondrong.
6. Pencuri yang panik kemudian menyandera gadis berjilbab. Karena
keberanian pemuda berambut gondrong gadis itu berhasil diselamatkan
dan pencuri tersebut berhasil dilumpuhkan.
7. Dialog antara tokoh pemuuda berambut gondrong dan gadis berjilbab yang
membantu membalut luka pemuda tersebut.
8. Deskripsi kereta yang terus melaju melewati hutan-hutan.
9. Deskripsi para penumpang yang baru tiba dan keluar dari stasiun Kediri.
Dialog antara pemuda berambut gondrong dan gadis berjilbab di depan
stasiun. Gadis tersebut menjelaskan kepulangannya karena ayahnya yang
telah meninggal. Mereka berdua kemudia saling memperkenalkan diri
Syamsul Hadi dan Zidna Ilman (Zizi).
10. Dua santriwati yang datang menghampiri Zizi dan seorang laki-laki supir
mobil yang menjemput Zizi.
11. Deskripsi kota Kediri dengan seluruh kegiatan masyarakat dan keindahan
kota tersebut.
12. Para santri pesantren Al Furqan yang terlihat sedang melantunkan ayat-
ayat suci dan seorang santri yang hanya sedang bermain telfon
genggamnya.
13. Syamsul masuk ke kamar dan mengambil dompet Burhan. Bagian
keamanan yang telah berjaga langsung menangkap dan menghakimi
Syamsul. Mereka, tidak mendengarkan penjelasan Syamsul.
14. Syamsul diarak keluar oleh bagian keamanan. Syamsul dihakimi oleh para
santri lalu diarak ke gudang.
15. Kiai Miftah, lurah pondok dan empat pengurus pesantren datang gudang
dan mulai mengintrogasi Syamsul. Syamsul membela diri dan
menceritakan tentang Burhan yang menyuruh untuk mengambil
dompetnya.
16. Deskripsi pemikiran Syamsul tentang pertemuannya dengan Burhan di
depan pintu gerbang pesantren. Burhan yang berjanji akan mentraktirnya,
kemudian meminta tolong kepada Syamsul untuk mengambilkan
dompetnya yang ketinggalan karena dia sedang ditunggu orang.
17. Burhan dihadirkan dan Syamsul meminta Burhan menjelaskan semuanya.
Burhan mengelak, saling tuding dan caci maki keluar dari mulut kedua
santri tersebut. Syamsul lalu bersumpah atas kebenarannya dan Burhan
juga bersumpah dengan sumpah palsu.
18. Syamsul diarak oleh para santri ke tengah lapangan untuk menjalani
hukumannya.
19. Deskripsi Kota Pekalongan. Deskripsi rumah Syamsul dimana beberapa
orang turis asing yang sedang melihat-lihat batik. Bapak Bambang
menerima telfon.
20. Syamsul masuk ke ruang tamu pesantren. Kiai Miftah dan para pengurus
pesantren serta ayah Syamsul sedang menunggunya.
21. Syamsul langsung ditampar oleh ayahnya. Kiai Miftah yang menasehati
Syamsul balik ditantang dan disumpahi Syamsul.
22. Deskripsi rumah Syamsul dimana Syamsul sedang dipukuli dan dimarahi
oleh Rozak dan Ahmad kedua kakak laki-lakinya. Ayahnya juga
memarahinya dan tidak mendengar pembelaan dari Syamsul. Hanya Nadia
adik perempuannya dan ibunya yang membela.
23. Dialog antara Nadia dan Syamsul di kamar Syamsul.
24. Dialog antara Zizi dan Kiai Miftah mengenai masalah pencurian yang
dituduhkan kepada Syamsul.
25. Syamsul pergi dari rumah. Kesedihan Nadia dan ibunya serta kemarahan
Ayah dan kakaknya mengenai kepergian Syamsul.
26. Perjalanan hidup Syamsul di Kota Semarang.
27. Zizi datang ke rumah Syamsul yang disambut Nadia dan ibu Syamsul.
Nadia dan ibu Syamsul menyampaikan tentang kepergian Syamsul. Zizi
kemudian menyampaikan kepercayaannya bahwa Syamsul tidak bersalah.
28. Syamsul menjadi pencuri karena kerasnya hidup yang dia alami. Syamsul
tertangkap mencuri.
29. Syamsul diinterogasi oleh polisi di kantor polisi.
30. Syamsul mendekap dalam penjara bersama dengan dua orang narapidana
lain. Syamsul juga diajarkan trik-trik mencuri jitu oleh para narapidana
tersebut.
31. Berita tertangkapnya Syamsul di ketahui oleh keluarganya.
32. Burhan mendatangi Zizi di pesantren Manabi’ul Qur’an untuk
memberitahukan tentang tertangkapnya Syamsul.
33. Kedatangan Nadia ke kantor polisi untuk menemui Syamsul dan menjamin
Syamsul.
34. Perbincangan Nadia dan ibunya mengenai Syamsul yang pergi setelah
dijamin oleh Nadia. Kedatangan Zizi ke rumah Syamsul.
35. Syamsul tiba di Jakarta.
36. Perjalanan hidup Syamsul di Jakarta.
37. Syamsul mendapatkan rumah kontrakan.
38. Syamsul terus mencari pekerjaan untuk biaya hidupnya.
39. Syamsul menjadi pencopet professional. Syamsul juga tetap berniat untuk
mengembalikan dompet copetannya tersebut ketika dia telah mendapatkan
uang.
40. Pertemuan Syamsul dengan Silvie yang menjadi korban pencopetan
Syamsul di Kopaja.
41. Kedatangan Syamsul ke Villa Gracia.
42. Syamsul menyusuri jalan Flamboyan.
43. Kedatangan Syamsul ke rumah Pak Broto. Syamsul melamar menjadi guru
ngaji Della dan diterimah oleh Pak Broto. Pertemuan Silvie dan Syamsul
di rumah Della.
44. Syamsul didaulat menjadi imam saat sholat berjamaah di masjid Baitul
Makmur akan dimulai.
45. Perbincangan pak Heru dengan Pak Broto, Pak Yahyah dan Syamsul
mengenai kejadian yang menimpa Silvie, ketika mereka keluar dari
masjid.
46. Deskripsi Syamsul di rumah kontrakannya yang sedang berbicara dengan
dirinya sendiri. Kilas balik pemikiran Syamsul tentang dirinya yang
mencuri. Dialog tentang dirinya yang merasa malu dan bersalah karena
telah melakukan perbuatan yang berdosa.
47. Suasana malam hari di pekarangan rumah Della. Di sebuah pendopo
Syamsul sedang megajarkan Della mengaji.
48. Deskripsi Syamsul yang sedang mencari buku-buku pelajaran tetang
agama Islam dan tajwid.
49. Deskripsi Syamsul yang sedang mengajar Della mengaji di ruang tamu
rumah Della.
50. Deskripsi Della dan Silvie yang baru selesai les matematika. Dialog Della
kepada Silvie tentang Silvie dan Syamsul.
51. Kepercayaan Pak Broto terhadap Syamsul.
52. Malam hari di musholla Syamsul berdoa dan menyesali segala
perbuatannya dan bertobat atas apa yang dia lakukan selama ini.
53. Perbincangan Syamsul dan Pak Heru mengenai Burhan.
54. Deskripsi rumah Damayanti, dimana Silvie dan kedua orang tuannya
berbincang dengan Damayanti dan kedua orang tuanya mengenai
keburukan Burhan.
55. Kedatangan Kiai Miftah, Zizi dan Lurah pondok ke rumah Syamsul.
56. Syamsul menelfon ke Pesantren Al Furqan untuk menanyakan kebenaran
berita tentang Burhan.
57. Syamsul berceramah di masjid Baitul Makmur. Pertemuan Syamsul
dengan Pak Doddy.
58. Deskripsi Syamsul yang baru selesai syuting acara ceramah di EduTV.
59. Syamsul yang baru saja menerima terlfon kemudian menulis agenda di
catatan agendanya. Syamsul telah menjadi penceramah yang popular dan
banyak mendapatkan panggilan untuk ceramah.
60. Deskripsi Syamsul yang mengisi ceramah di Tabligh Akbar Jamaah
Masjid Al Firdaus.
61. Deskripsi Syamsul di tokoh Busana muslim yang sedang memilih bebrapa
kerudung.
62. Deskripsi Syamsul yang sedang mengisi kerudung dan surat ke dalam
sebuah kertas bingkisan. Syamsul juga mengembalikan semua uang ke
dalam dompet yang dicurinya dan dimasukan ke dalam emplop.
63. Deskripsi Syamsul yang sedang berada dalam kantor pos yang dilayani
oleh seorang petugas pos untuk mengirim barang.
64. Di rumah Ibu dan Nadia membuka paket dari Syamsul yang berisi
kerudung dan sepucuk surat. Kebahagiaan dan rasa haru tergambar
diwajah ibu dan Nadia ketika mereka membaca surat dari Syamsul.
65. Di rumahnya Silvie mendapat kiriman yang berisi dompetnya. Dia
membaca surat yang ada didalam dengan wajah kaget dan bingung.
66. Di tempat lain Zizi yang sedang melamun dikejutkan oleh Kiai Miftah.
Kiai Miftah menanyakan tentang perasaan Zizi terhadap Syamsul. Zizi
hanya tersenyum dengan wajah malu-malu.
67. Syamsul yang kembali menjadi imam di masjid Baitul Makmur melihat
Burhan dan keluarganya memasuki masjid.
68. Pertemuan kembali Syamsul dan Burhan setelah sholat berjamaah di
halaman masjid Baitul Makmur.
69. Penolakan lamaran Burhan dan keluarga oleh Silvie dan keluarganya.
70. Kejujuran Syamsul kepada Silvie mengenai masa lalunya.
71. Syamsul menelfon Nadia untuk memberitahukan agar mereka sekeluarga
menonton ceramah pagi di EduTv.
72. Suasana haru saat keluarga Syamsul dan para pengurus pesantren Al
Furqan menonton Syamsul yang sedang berceramah. Silvie yang ditemani
orang tuanya juga menonton Syamsul yang sedang berceramah.
Ketertarikan Silvie kepada Syamsul diketahui oleh orang tuanya.
73. Deskripsi beberapa orang yang membantu Syamsul memindahkan barang-
barang dari rumah kontrakan ke rumah yang lebih besar disebelah
kontrakan tersebut.
74. Syamsul yang sedang mengajar anak-anak mengaji dikagetkan dengan
kedatangan Ibu dan Nadia yang juga diikuti Zizi. Zizi kemudian
menyampaikan bahwa Kiai Miftah dan Lurah Pondok juga datang bersama
dengan mereka. Pertemuan antara Syamsul dengan Kiai Miftah dan Lurah
Pondok.
75. Syamsul bersama dengan Ibu, Nadia, Zizi, Kiai Miftah dan Lurah Pondok
berbincang-bincang di rumah Syamsul. Orang tua Silvie datang diikuti
oleh Kiai Miftah, Lurah Pondok, Zizi dan Nadia yang berpamitan untuk
pulang. Kesedihan Zizi mendengar Syamsul yang telah dilamar orang tua
Silvie.
76. Dialog antara Syamsul dan ibunya mengenai lamaran kedua orang tua
Silvie dan Zizi.
77. Nadia dan kedua orang tuanya di Pekalongan sedang mempersiapkan kain
yang akan dibagi kepada keluarga mereka dan keluarga Silvie.
78. Silvie dan Syamsul mencoba baju pengantin mereka ditemani oleh orang
tua Silvie.
79. Silvie berpamitan kepada kedua orang tuanya untuk pergi mengantar
undangan kepada budenya di Bogor.
80. Silvie mengalami kecelakan mobil dalam perjalanan ke Bogor. Kecelakaan
tersebut merenggut nyawanya.
81. Keluarga Silvie mendapatkan telfon mengenai kecelakaan yang dialami
Silvie.
82. Keluarga Syamsul dan Silvie beserta para tentang datang melayat di rumah
Silvie. Pak Heru meminta Syamsul untuk tetap menikahi Silvie walaupun
Silvie telah menjadi mayat.
83. Deskripsi kereta api yang terus melaju melewati hutan.
84. Bu Bambang terus menasehati Syamsul yang masih terpuruk dalam
kesedihan. Zizi datang ke rumah Syamsul.
85. Kiai Miftah dan istrinya datang ke rumah Syamsul yang disambut oleh
Syamsul dan keluarga. Kiai Miftah menyampaikan maksud kedatang
mereka untuk mengajak Syamsul berceramah di pesantren Al Furqan dan
melamar Syamsul untuk adiknya.
86. Kedatangan Syamsul dan keluarga ke pesantren Al Furqan yang disambut
para santri dan keluarga Kiai Miftah. Kedatangan mereka untuk
menyampaikan jawaban atas lamaran Kiai Miftah.
87. Syamsul kembali berceramah di pesantren Manabi’ul Qur’an.
4.1.2.3 Transformasi Alur Novel ke Film Dalam Mihrab Cinta
Transformasi alur novel ke film Dalam Mihrab Cinta perbandingannya
ditampilkan dalam bentuk tabel yang bertujuan untuk meletakan alur novel dan
film pada posisi seimbang dan sejajar, sehingga perbedaan alur cerita antara
keduanya terlihat jelas. Transformasi alur ini hanya dibatasi pada alur penceritaan
yang dianggap penting.
Tabel 4: Kedatangan gadis berjilbab dan pemuda berambut gondrong ke stasiun
Pekalongan.
No.
CN
Novel No.
SF
Film
1. Deskripsi suasana sore hari,
sebuah becak berpenumpang
seorang gadis yang sedang
menangis dengan tujuan stasiun
Pekalongan.
1. Deskripsi stasiun Pekalongan
malam hari. Para penumpang
kereta yang telah menaiki
kereta dan kereta yang telah
berangkat.
2. Gadis tersebut naik kereta dan
kembali menangisi kepergian
ayahandanya K.H. Baejuri.
3. Para penumpang terus menaiki
kereta. Seorang penumpang
berambut gondrong lari tergesa-
gesa membeli tiket, kemudian
naik kereta. Pemuda tersebut
menanyakan letak gerbong
empat kepada petugas kereta.
Pada awal peceritaan novel menyajikan tentang perjalanan tokoh gadis
berjilbab yang sedang bersedih menaiki becak menuju stasiun Pekalongan. Hal
tersebut dapat dilihat pada kutipan 25 di bawah ini.
(25.) “Becak itu memasuki halaman Stasiun Pekalongan. Bagunannya
Nampak sudah tua. Tidak berubah sejak dibuat oleh Pemerintah
Kolonial Hindia Belanda. Gadis itu turun dan menyerahkan uang
beberapa ribu kepada tukang becak. Ia lalu melangkah membawa
barang bawaannya memasuki Stasiun.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 1)
Pada kutipan 25 di atas, disajikan deskripsi perjalanan tokoh gadis
berjilbab yang meniki becak ke stasiun Pekalongan. Selanjutnya cerit beralih
kepada tokoh gadis berjilbab yang menaiki kereta dan kembali terlarut dalam
kesedihanya. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan 26 di bawah ini.
(26.) “Setelah duduk ia menarik nafas dan kembali menangis. Wajah
cantiknya tidak bisa menutupi kesedihannya. Ia berusaha menahan
tangisnya agar tidak terdengar oleh penumpang di sekitarnya. Ia
menangisi kematian orang yang sangat dicintainya. Yaitu
ayahandanya yang sangat menyayanginya”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 2)
Kutipan 26 di atas menjelaskan alasan kepulangan gadis berjilbab tersebut
dan juga alasan kesedihan dan duka yang sedang dia rasaka. Selanjutnya cerita
beralih pada kedatangan tokoh pemuda berambut gondrong. Hal tersebut dapat
dilihat pada kutipan 27 di bawah ini.
(27.) “Ia langsung berlari. Alarm tanda kereta siap diberangkatkan masih
berbunyi. Tangga-tangga dari kayu untuk naik ke pintu kereta mulai
ditarik. Peluit panjang dibunyikan. Ia berlari. Kereta mulai berjalan
pelan. Ia melompat ke pintu dan masuk kereta dengan selamat. Ia
melihat kembali tiketnya. Tempat duduknya ada di gerbong empat.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 4)
Pada kutipan ke 27 diuraikan tentang kedatangan tokoh pemuda berambut
gondrong yang tergesa-gesa membeli tiket dan naik kereta yang sudah mulai
berjalan pelan.
Pada awal penceritaan film, gambar yang disuguhkan langsung kepada
papan nama stasiun Pekalongan yang menandakat tempat awal cerita. Hal tersebut
dapat dilihat pada gambar 15 di bawah ini.
Gambar 17: Deskripsi Stasiun Pekalongan
Pada gambar 17 ditampilkan gambar stasiun Pekalongan hal tersebut
untuk menampilkan tempat dimana cerita tersebut berlangsung dan juga awal
mula penceritaan. Selanjutnya penceritaan berlanjut pada keberangkatan kereta
seperti yang ditampilkan pada gamabar 17 di bawah ini.
Gambar 18: Kereta yang mulai berjalan
Gambar 18 menampilkan kereta yang mulai berjalan diikuti suara dari
bagian informasi yang terdengar mengungumkan “Atas nama PT. Kerata Api
Indonesia mengucapkan trima kasih atas kesediaan anda menggunakan jasa kereta
api. PT Kereta Api Indonesia mengucapkan selamat berpergian dan semoga
selamat sampai di tempat tujuan.”
Pada proses transformasi dari novel ke film, terlihat pengurang penceritaan
novel mengenai kedatangan gadis berjilbab, pemuda berambut gonrong dan
keadaan gadisberjilbab tersebut. Penceritaan dalam film langsung kepada stasiun
Pekalongan dan kereta yang mulai berjalan meninggalkan stasiun.
Tabel 5: Pertemuan tokoh pemuda berambut gondrong dan gadis berjilbab.
No.
CN
Novel No.
SF
Film
4. Pemuda berambut gondrong
masuk ke dalam gerbong
empat lalu mencari kursinya.
Diaolog anatar gadis berjilbab
dan pemuda berambut
gondrong.
2. Pemuda berambut gondrong
yang memasuki gerbong
sambil melihat karcisnya dan
mencari nomor bangkunya.
3. Dialog antara tokoh pemuda
berambut gondrong dan gadis
berjilbab yang terlihat sedang
bersedih.
(28.) “Pemuda itu sampai di gerbong empat. Ia mencari tempat duduk
nomor 8C. Akhirnya ia menemukannya. Ia tersenyum. Nomor 8C
telah diduduki seorang berjilbab biru…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 5)
Pada kutipan 28 diuraikan pemuda berambut gondrong yang memasuki
gerbong empat, mencari tempat duduknya sesuai dengan yang tertera dalam
karcis. Dia kemudian tersenyum melihat seorang gadis berjilbab yang telah
menduduki kursinya. Selanjutnya cerita beralih pada dialog antara peuda
berambut gondrong dan gadis berjilbab seperti pada kutipan 29 di bawah ini.
(29.) “Gadis itu menoleh dan kaget. Mukanya langsung pucat pasi dan
langsung mendekap tas kecil yang ada di tangannya. Pemuda
gondrong itu langsung sadar, mungkin penampilannya yang awut-
awutan telah membuat gadis itu ketakutan…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 5)
Pada kutipan ke 29 diuraika penceritaan tentang dialog antara pemuda
berambut gondrong dan gadis berjilbab mengenai tempat duduk mereka.
Diuraikan juga ketakutan gadis berjilbab tersebut yang melihat penampilan pria
berambut gondrong itu.
Gambar 19: Pria berambut gondrong memasuki gerbong
Pada gambar 19 di atas, ditampilkan seorang gadis berjilbab yang terlihat
bersedih dan seorang pemuda berambut gondrong yang baru memasuki gerbong
tersebut.
Gambar 20: Pemuda berambut Gambar 21: Dialog antara pemuda
Gondrong sedang mencari nomor berambut gondrong dan gadis
kursinya berjilbab
Pada gambar 20 ditampilkan pemuda berambut gondrong yang sedang
mencari nomor kursinya kemudian melihat nomor kursinya telah diduduki oleh
seorang gadis berjilbab. Selanjutnya, diikuti dengan dialog antara pemuda
berambut gondrong dan gadis berjilbab mengenai nomor kursi mereka seperti
terlihat pada gambar 21 di atas.
Dalam prosesnya transformasi novel ke film pada penceritaan bagain ini
diuraikan dengan sama antara nove dan film transformasi dari novel Dalam
Mihrab Cinta.
Tabel 6: Kilas balik masa lalu pemuda berambut gondrong
No.
CN
Novel No.
SF
Film
5. Pemuda berambut gondrong
kemudian kembali berfikir
tentang masa lalunya. Dia
merupakan seorang yang
pantang menyerah dan pintar.
Dia juga berkeinginan untuk
belajar islam lebih dalam. Oleh
imam Masjid Agung
Pekalongan, dia disarankan
untuk mondok di Kediri.
(30.) “Ia memang suka tantangan. Waktu masih sekolah dasar, ia paling
tidak suka dengan matematika. Karena nilai matematikanya merah. Ia
sering dihina kedua kakaknya perihal kebodohannya dalam mata
pelajaran matematika…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 7 )
Pada kutipan 30 diuraikan tentang tokoh Syamsul yang suka dengan
tantangan yang membuat ia terdorong untuk mencari hal yang baru. Hal yang baru
tersebut ia temukan setelah berdialog dengan seorang lelaki berambut gondrong di
alun-alun kota Palembang tentang agama Islam.
(31.) “Ia takjub dengan penjelasan Sang Imam. Ia merasa jalan yang
dicarinya menjadi jelas. Ia harus ke pesantren. Tekatnya sudah
bulat…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 12)
Pada kutipan 31, diuraikan penceritaan Syamsul dengan Imam Masjid
Agung Pekalongan yang menyarankannya untuk mondok. Dia kemudian bertekat
untuk belajar agama Islam lebih mendalam dengan cara pergi mondok yang
tujuannya adalah pesantren di Kediri sesuai saran dari imam masjid tersebut.
Pada proses transformasi dari novel ke film, bagian penceritaan yang
terdapat dalam novel ini tidak ditransformasikan ke dalam bentuk film.
Tabel 7: Kereta api yang berhenti disebuah stasiun.
No.
CN
Novel No.
SF
Film
6. Kereta tersebut terus meluncur
melewati malam. Kereta
tersebut singgah di stasiun
Jebres, Solo.
4. Kereta tersebut terus meluncur
melewati malam. Kereta
tersebut singgah di sebuah
stasiun.
(32.) “Kereta itu terus meluncur menembus malam. Setelah melewati
Batang, Kendal, Semarang dan Grobogan, kereta itu menerobos hutan
jati melewati Gemolong hingga akhirnya sampai di Stasiun Jebres, Solo.
Roda-roda kereta berhenti total. Beberapa penumpang bangkit
mengambil barangnya dan turun. Gadis berjilbab biru itu bangun dari
tidurnya. Ia melongok kek jendela.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 15)
Pada kutipan 32 diuraikan perjalaan kereta yang ditumpangi gadis
berjilbab dan pemuda berambut gondrong tersebut melewati beberapa kota.
Setelah itu, kereta tersebut berhenti di stasiun Jebres, Solo untuk menurunkan
beberapa penumpang dengan tujuan stasiun tersebut.
Gambar 22: Kereta yang melaju Gambar 23: Kereta yang baru
menembus malam sampai di stasiun Jebres, Solo
Pada gambar 22 terlihat perjalanan kereta yang melewati hutan menembus
malam. Diikuti dengan gambar 23 yang menampilkan gambar kereta yang
berhenti di stasiun Jebres, Solo.
Pada proses transformasinya dari novel ke film, penceritaan tentang
perjalanan kereta melewati kota tidak digambarkan serta lokasi dimana kereta
berhenti. Dalam film hanya mengambarkan perjalanan kereta tersebut dan kereta
yang berhenti di sebuah stasiun.
Tabel 8: Deskripsi pencurian yang terjadi di atas kereta.
No.
CN
Novel No.
SF
Film
7. Seorang pencuri sedang
melakukan aksinya dan
tertangkap mata oleh pemuda
berambut gondrong.
5. Seorang pencuri sedang
melakukan aksinya dan
tertangkap mata oleh pemuda
berambut gondrong.
(33.) “Pemuda itu merasakan ada langkah kaki. Ia memincingkan kedua
matanya. Nampak seorang berjalan dengan langkah tenang. Seolah dia
adalah penumpang biasa. Kaosnya rapi, keren, wajahnya juga bersih.
Orang itu melihat ke kanan dan kiri. Memutar pandangannya ke seantero
gerbong. Lalu perlahan-lahan tangannya mengambil tas berwarna merah
kekuning-kuningan.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 16-17)
Pada kutipan 33 diceritaka tokoh pemuda berambut gondrong yag kaget
ketida mendengar suara kaki kemudian melihat seseorang yang sedang mengambi
tas, dia lagsung meneriaki orang tersebut.
Gambar 24: Keterkejutan pemuda Gambar 25: Seorang pencuri yang
berambut gondrong mengambil tas
Pada gambar 24 ditampilkan tokoh Syamsul yang terkejut melihat
seseorang yang sedang mengambi tas seperti yang ditampilkan pada gambar 25.
Pada proses transformasinya, penceritaan bagian ini antara novel dan film
hasil transformasi dari novel Dalam Mihrab Cinta tidak memiliki perbedaan.
Tabel 9: Pencuri menyandera gadis berjilbab
No.
CN
Novel No.
SF
Film
8. Pencuri yang panik kemudian
menyandera gadis berjilbab.
Karena keberanian pemuda
berambut gondrong gadis itu
berhasil diselamatkan dan
pencuri tersebut berhasil
dilumpuhkan.
6. Pencuri yang panik kemudian
menyandera gadis berjilbab.
Karena keberanian pemuda
berambut gondrong gadis itu
berhasil diselamatkan dan
pencuri tersebut berhasil
dilumpuhkan.
(34.) “…Dengan gerakan sangat cepat ia meraih badan gadis berjilbab itu dan
menodongkan pisaunya ke lehernya…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 17)
Pada kutipan nomor 34, diuraikan pencuri yang ketahuan tersebut karena
panik dan takut tertangkap langsung menarik badan gadis berjilbab dan menjadera
gadis tersebut dengan pisau di lehernya.
(35.) “Tiba-tiba kereta berjalan menyentak. Penjahat itu jadi limbung.
Kesempatan itu langsung digunakan pemuda gondrng itu untuk
menendang si penjahat…”
(Dalam Mihrab Cinta,hal. 18)
Pada kutipan 35, pencuri yang menyandera gadis tersebut diajak
kompromi oleh pemuda berambut gondrong. Namun, pencuri tersebut tidak
memperdulikannya, hingga saat kereta berjalan menyentak pemuda berambut
gondrong menggambil kesempatan itu untuk melumpuhkan pencuri.
(36.) “…Dengan cepat pemuda itu berlari melewati pintu lalu meloncat keluar
kereta. Ia jatuh berguling-guling di sawah dalam kegelapan malam.
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 19)
Pada kutipan 36 diuraikan pencuri yang btelah dilumpuhkan pemudah
berambut gondrong berhasil melarikan diri dan meloncat keluar dari gerbong
tersebut. Dia langsung jatuh dan berguling-guling di sawah.
Gambar 26: Pencuri yang menyandera Gambar 27: Pencuri yang berhasil
Gadis berjilbab dilumpuhkan pemuda berambut
gondrong
Pada gambar 26 ditampilkan bagaimana pencuri yang panik kemudian
menarik dan menyandera gadis berjilbab tersebut. Selanjutnya gambar 27
menampilkan gambaran kereta yang berjalan menyetak yang mengakibatkan
pencuri tersebut oleng dan berhasil dilumpuhkan oleh pria berambut gondrong.
Pada proses transformasinya, penceritaan bagian ini diceritakan sama
kecuali pada bagian dimana pencuri tersebut lari keluar dari kereta dan terguling-
guling di sawah. Bagian ini hanya diceritakan dalam novel sedangkan film hasil
transformasi dari novel tersebut tidak mengangkat penceritaan ini.
Tabel 10: Dialog antara tokoh pemuda berambut gondrong dan gadis berjilbab.
No.
CN
Novel No.
SF
Film
9. Dialog antara pemuda
berambut gondrong dan gadis
berjilbab mengenai tujuan
pemuda berambut gondrong
untuk mondok di Kediri. Gadis
berjilbab tersebut
menyarankan dia untuk
mengunjungi empat pesantren
yaitu, Pesantren Lirboyo
Kediri, Pesantren Al falah
Ploso, Pesantren Al Ihlsan
7. Dialog antara tokoh pemuda
berambut gondrong dan gadis
berjilbab yang membantu
membalut luka pemuda
tersebut.
Semen dan Pesantren Al
Furqan, Pagu.
(37.) “Saya mau ke Kediri, Mbak. Mau Nyantri.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 21)
Kutipan 37 menguraikan dialog antara tokoh peda berambut gondrong dan
gadis berjilbab tentang tujuan pemuda berambut gondrong tersebut. Pemuda
berambut gondrong tersebut pergi ke Kediri untuk mondok.
(38.) “Ya di Kediri kota dan kabupaten banyak pesantren bagus. Tapi kalau
boleh saran coba kunjungilah empat pesantren ini. Pertama Pesantren
Lirboyo Kediri, kedua Pesantren Al Falah Ploso, Ketiga Pesantren Al
Ihsan Semen, dan keempat Pesantren AL Furqan, Pagu.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 22)
Pada kutipan 38 diuraikan beberapa pesantren yang disarankan oleh gadis
berjilbab. Dia menyarankan empatpesantren besar kepada pemuda berambut
gondrong untuk dikunjungi. Keempat pesantren tersebut adalah, Pesantren
Lirboyo Kediri, Pesantren Al Falah Ploso, Pesantren Al Ihsan Semen, dan
Pesantren AL Furqan, Pagu.
Gambar 28: Dialog gadis berjilbab dan emuda berambut gondrong
Transformasi novel ke film Dalam Mihrab Cinta dalam film hanya
ditampilkan dialog antara pemuda berambut gondrgong dan gadis berjilbab
mengenai tujuan pemuda berambut gondrong. Sedangkan, untuk empat pesantren
yang bisa dikunjungi oleh tokoh pemuda berambut gondrong yang disarankan
gadis berjilbab tidak ditransformasikan ke dalam film.
Tabel 11: Perkenalan Syamsul dan Zizi, meninggalnya Kiai Baejuri, perkenalan
tokoh dua orang gadis dan sopir mobil yang menjemput Zizi.
No.
CN
Novel No.
SF
Film
10. Zizi sampai di komplek
pesantren yang dipenuhi oleh
orang-orang yang datang
melayat. Zizi disambut oleh
Kiai Miftah kakanya. Beliau
menyarankan Zizi untuk
berhenti menangis dan
mengikuti sholat jenazah
ayahandanya.
9. Deskripsi para penumpang
yang baru tiba dan keluar dari
stasiun Kediri. Dialog antara
pemuda berambut gondrong
dan gadis berjilbab di depan
stasiu. Gadis tersebut
menjelaskan kepulangannya
karena ayahnya yang telah
meninggal. Mereka berdua
kemudia saling
memperkenalkan diri Syamsul
Hadi dan Zidna Ilman (Zizi).
10. Dua santriwati yang datang
menghampiri Zizi dan seorang
laki-laki supir mobil yang
menjemput Zizi.
(39.) “Zizi dipapah oleh dua orang gadis yang menjemputnya di Stasiun
Dhoho.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 26)
Pada kutipan 39 diceritakan Zizi yang baru tiba di pesantren Al Furqan
yang sedang dipenuhi oleh para pelayat, masuk dengan di papah oleh dua orang
gadis yang menjemputnya di Stasiun Dhoho. Dia kemudian disambut oleh
kakaknya Kiai Miftah yag langsung memeluk Zizi.
Gambar 29: Syamsul dan Zizi yang Gambar 30: Dua orang santri yang
tiba di stasiun Kediri menjemput Zizi
Pada gambar 29 ditampilkan Syamsul dan Zizi yang keluar dari dalam
stasiun Kediri. Merekaberdua kemudaian dialog mengenai luka yang dialami
Syamsul. Kemudian mobil yang menjemput Zizi tiba di stasiun tersebut dua orang
santri dantang dan mencium tanggan Zizi serta mengajak Zizi untuk pulang.
Transformasi dari novel ke film penceritaan bagian ini berbeda. Dalam
novel kedua santri yang menjemput Zizi di stasiu Kediri diceritakan pada saat
mereka memapah Zizi masuk ke pesantren Al Furqan. Sedangkan, dalam film
digambarkan kedua santri tersebut mencemput Zizi di stasiun Kediri. Penambahan
juga terjadi pada bagian kedatangan dan dialog antara Zizi dan Syamsul di depan
stasiun Kediri dalam film.
Tabel 12: Deskripsi Kota Kediri.
No.
CN
Novel No.
SF
Film
11. Syamsul tiba di pesantren
Lirboyo dan menemukan
muka-muka yang sedang
bersedih atas meninggalnya
K.H. Baejuri. Syamsul
bertanya tentang K. H. Baejuri
namun mereka tidak terlalu
mengenal beliau.
11. Deskripsi kota Kediri dengan
seluruh kegiatan masyarakat
dan keindahan kota tersebut.
13. Syamsul telah mengunjungi
tiga pesantren besar yaitu
pesantren Lirboyo, Al Falah
Ploso dan Al Inayah Semen.
Tetapi, dia belum merasa
cocok dengan ketiga pesantren
tersebut karena kurikulum di
pesantren tersebut tidak
mengizinkannya untuk
melakukan percepatan studi.
(40.) “Tiga pesantren besar telah ia kunjungi. Pesantren Lirboyo, Al Falah
Ploso dan Al Inayah Semen…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 35)
Pada kutipan 40, diuraikan tempat-tempat dimana Syamsul datang untuk
mondok. Namun, dari ke tiga tempat tersebut tidak ada kurikulum yang sesuai
dengan keinginannya untuk melaksanakan percepatan studi.
Gambar 31: Deskripsi Kota Kediri
Gambar 31 menampilkan gambar deskripsi kota Kediri. Gambar ini
ditapilkan setelah kedatangan Syamsul dan Zizi di stasiun Kediri.
Dalam proses transformasinya, dalam film kepergian Syamsul ke tiga
pesantren besar yaitu Pesantren Lirboyo, Al Falah Ploso dan Al Inayah Semen
tidak ditampilkan. Bagian ini hanya diceritakan dalam novel. Sedangkan, dalam
film ditambahkan deskripsi kota Kediri dengan seluruh aktifitasnya.
Tabel 13: Deskripsi kamar Zizi dimana Zizi sedang membaca surat wasiat dari
ayahnya.
No.
CN
Novel No.
SF
Film
12. Zizi membaca surat yang
ditinggalkan oleh ayahandanya
sebelum beliau wafat di
kamarnya.
(41.) “Nduk, simpanlah surat ini. Bacalah jika abah sudah meninggal nanti.
Jangan kau baca ketika abah masih hidup.” Begitu pesan ayahnya.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 30)
Kutipan 41 menceritakan tentang Zizi yang sepulang dari pemakaman
ayahnya beristirahan di kamr. Dia kemudian teringat surat yang diberikan
ayahnya. Pesan ayahnya tersebut aga dia membaca suarat itu ketika ayahnya telah
wafat.
(42.) “Zizi duduk di tempat tidurnya. Pelan-pelan ia mengeluarkan surat
wasiat ayahnya dan membacanya dengan hati berdebar-debar.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 30)
Kutipan 42 menceritakan Zizi yang sedang membaca surat wasiat dari
ayahnya yang berisi tentang nasehat serta perintah untuk menjalankan sesuatu
sesuai dengan aturan dan ajaran agama islam.
Pada proses transformasi dari novel ke film, bagian ini tidak
ditransformasikan kedalam film.
Tabel 14: Deskripsi keadaan pesantren Al Furqan tempat Syamsul mondok.
No.
CN
Novel No.
SF
Film
14. Syamsul mendatangi pesantren
AL Furqan. Dia di terima oleh
Zaim selaku Lurah Pondok.
Syamsul menyampaikan
tujuannya kepada Zaim. Zaim
mengatakan akan
membicarakan keinginannya
dengan Kiai Miftah.
12. Para santri pesantren Al Furqan
yang terlihat sedang
melantunkan ayat-ayat suci dan
seorang santri yang hanya
sedang bermain telfon
genggamnya.
17. Baru enam bulan di pesantren,
Syamsul telah memperlihatkan
kemajuan dalam belajar. Zizi
menegtahui kemajuan Syamsul
tersebut lewat Asiyah adik
Ayub.
18. Burhan tidak menyukai
kemajuan yang diraih
Syamsul. Burhan telah
mengetahui penyelamatan
Syamsul terhadat Zizi di
kereta. Burhan mulai cemburu
dengan Syamsul.
(43.) “Akhirnya ia melangkahkan kakinya ke Pagu, Kediri. Tujuannya
adalah Pesantren Al Furqa….”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 36)
Kutipan 43 menceritakan kedatangan Syamsul ke pesantren Al Furqan
setelah tiga pesantren terdahulu yang dikunjunginya tidak bisa menyetujuinya
melakukan percepatan belajar.
(44.) “Ia di terima oleh ketua pengurus pesantren yang biasa disebut lurah
pondok. Namanya Zaim…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 36)
Kutipan 44 di atas menceritakan tentang kedatangan Syamsul ke pesantren
Al Furqan yang disambut oleh Zaim selaku lurah pondok. Kepada Zaim lah dia
menyampaikan maksud dan tujuannya, serta keinginannnya untuk melaksanakan
percepataan belajar.
(45.) “Baru enam bulan di pesantren itu, ia sudah khatam Kitab Fathul
Qarib. Dan bahkan ia membaca dan memahami kitab Fathul Qarib
dengan cukup baik…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 54)
Kutipan 45 menjelaskan bahwa Syamsul telah menjadi santri di pesantren
Al Furqan dan dalam proses belajarnya dia mengalami kemajuan pesat.
(46.) “Tidak semua orang suka dengan kemajuan yang diraih Syamsul.
Salah satu orang yang kurang begitu suka pada kemajuan yang diraih
Syamsul adalah Burhan, teman satu kamarnya. Bukan tanpa alasan
Burhan tidak suka. Dalam logika Burhan, kemajuan yang diraih
Syamsul adalah bertujuan untuk meraih simpati Zizi.
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 54)
Pada kutipan ke 46 dijelaskan bahwa kemajuan yang diraih Syamsul tidak
semua orang menyukainya, salah satunya Burhan. Burhan beranggapan bahwa
Syamsul berniat untuk memikat hati Zizi dengan kemajuannya tersebut. Hal itu
karena Burhan telah mengetahui cerita kejadian yang menimpa Zizi di kereta.
Gambar 32: Syamsul menjadi santri di pesantren Al Furqan
Gambarr 32 menampilkan tokoh Syamsul yang mulai belajar di pesantren
Al Furqan bersama dengan para santri lainnya yang sedang mengalunkan ayat-
ayat suci.
Proses transformasi bagian ini mendapatkan banyak perubahan. Dalam
novel diceritakan tentang awal kedatangan Syamsul di pesantren Al Furqan,
kemudian aktifitas serta proses belajar Syamsul di pesantren dan kemajuan yang
diraih Syamsul. Tetapi, ketika novel ditransformasikan ke dalam film penceritaan
yang muncul adalah gamabaran tokoh Syamsul bersama para santri lain yang
sedang mengalunkan ayat-ayat suci sebagai penanda Syamsul telah menjadi santri
di pesantren Al Furqan.
Tabel 15: Pencurian yang mengemparkan pesantren.
No.
CN
Novel No.
SF
Film
20. Di kantor pesantren Lurah
pondok Zaim dan santri bagian
keamanan sedang
membicarakan dan
menyepakati sebuah taktik
untuk menjebak pencuri yang
selama ini berkeliaran di
lingkungan pesantren.
21. Burhan mengetahui taktik
bagian keamanan dari Karyono
selaku wakil koordinator
bagian keamanan pesantren.
22. Bagian keamanan telah
menjalankan taktik mereka.
Namun, mereka tidak
mendapatkan pencuri yang
mereka cari.
(47.) “Jurus dan taktik bagian keamanan disetujui oleh seluruh pengurus.
Mereka semua dijanji untuk tidak membocorkan hasil rapat itu kepada
siapa pun. Ketua pengurus lalu melaporkan hasil rapat kepada Kiai
Miftah. Dan Kiai Miftah menyetujuinya.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 64)
Kutipan 47 menceritakan tentang taktik yang disetujui oleh pengurus
pesantren dan santri bagian keamanan untuk menangkap pencuri yang sedang
berkeliaran dan meresahkan pesantren.
(48.) “Ya. Pengurus sudah rapat. Aku beritahu kamu. Tapi ini tidak boleh
bocor ya,” Jawab Karyono sambil mendekatkan mulutnya ke telinga
Burha.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 66)
Pada kutipan 48 diceritakan Burhan mengentahui semua taktik yang
disusun oleh bagian keamanan dan penggurus pesantren dari Karyono wakil
bagian keamanan.
Pada proses transformasi dari novel ke film, bagian ini tidak
ditransformasikan ke dalam film.
Tabel 16: Syamsul dijebak oleh Burhan.
No.
CN
Novel No.
SF
Film
23. Syamsul pergi menemui
Burhan di pintu gerbang
pesantren. Burhan telah
berjanji mentraktir Syamsul
setelah Syamsul menemaninya
ke Dokter. Burhan yang
ketinggalan dompet meminta
Syamsul untuk mengambilkan.
13. Syamsul masuk ke kamar dan
mengambil dompet Burhan.
Bagian keamanan yang telah
berjaga langsung menangkap
dan menghakimi Syamsul.
Mereka, tidak mendengarkan
penjelasan Syamsul.
24. Syamsul masuk ke kamar dan
mengambil dompet Burhan.
Bagian keamanan yang telah
berjaga langsung menangkap
dan menghakimi Syamsul.
Mereka, tidak mendengarkan
penjelasan Syamsul.
14. Syamsul diarak keluar oleh
bagian keamanan. Syamsul
dihakimi oleh para santri lalu
diarak ke gudang.
25. Syamsul diarak keluar oleh
bagian keamanan. Syamsul
dihakimi oleh para santri lalu
diarak ke gudang.
15. Kiai Miftah, lurah pondok dan
empat pengurus pesantren
datang gudang dan mulai
mengintrogasi Syamsul.
Syamsul membela diri dan
menceritakan tentang Burhan
yang menyuruh untuk
mengambil dompetnya.
26. Kiai Miftah, lurah pondok dan
empat pengurus pesantren
datang ke gudang dan mulai
mengintrogasi Syamsul.
Syamsul membela diri dan
menceritakan tentang Burhan
yang menyuruh untuk
mengambil dompetnya.
16. Deskripsi pemikiran Syamsul
tentang pertemuannya dengan
Burhan di depan pintu gerbang
pesantren. Burhan yang
berjanji akan mentraktirnya,
kemudian meminta tolong
kepada Syamsul untuk
mengambilkan dompetnya
yang ketinggalan karena dia
sedang ditunggu orang.
(49.) “…Dengan santai ia membuka lemari Burhan lalu mencari-cari
dompet Burhan di antara tumpukan baju…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 70)
Pada kutipan 49 diceritakan Syamsul membuka lemari Burhan untuk
mengambil dompet Burhan sesuai dengan permintaan Burhan.
(50.) “Ia kaget bukan kepalang. Dari tempat ditumpuknya koper dan
kardus muncul dua orang berseragam hitam. Ia langsung tahu
keduanya dari bagian keamanan…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 70)
Pada kutipan 50 diceritakan Syamsul kaget ketika dia melihat para santri
dari atas lemari turun dan mulai memukulinya. Mereka menuduh dia yang
menjadi pencuri selama ini tanpa mendengarkan penjelasan Syamsul terlebih
dahulu. Syamsul kemudian diseret keluar oleh santri bagian keamanan dan
akhirnya Syamsul diseret ke gudang pesantren.
(51.) “Lampu gudang dinyalakan. Pintu gudang lalu ditutup oleh lurah
pondok. Pak Kiai Berdiri tepat di hadapannya. Empat pengurus dan
lurah pondok mengambil posisi mengelilingi Syamsul.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 75)
Pada kutipan 51 diceritakan Kiai Miftah dan pengurus pesantren datang
untuk menginterogasi Syamsul yang berada di gudang dan dituduh sebagi pencuri
yang selama ini meresahkan pesantren.
Gambar 33: Syamsul yang sedang Gambar 34: Para bagian keamanan
Mengambil dompet Burhan yang melompat dari atas lemari
Pada gambar 33 ditampilkan Syamsul yang sedang mengambil dompet
Burhan kemudian diikuti dengan bagian keamanan yang telah berjaga-jaga
melompat dan langsung memukuli Syamsul yang mereka tuduh sebagai pencuri
(gambar 34).
Gambar 35: Syamsul yang sedang Gambar 36: Para bagian keamanan
Mengambil dompet Burhan yang melompat dari atas lemari
Pada gamabar 35 Kiai Miftah masuk ke gudang untuk menginterogasi
Syamsul. Selanjutnya Syamsul menceritaka kronologis penceritaan Burhan yang
memintanya untuk mengambil dompet Burhan yang ketinggalan di kamar
(gambar 36).
Pada proses transformasinya, antara novel dan film hasil transformasi dari
novel untuk penceritaan bagian dimana Burhan menjebak Syamsul sama.
Perbedaannya terletak pada kejadian dimana Burhan meminta Syamsul
mengambilkan dompetnya. Dalam novel diceritakan Syamsul yang menemui
Burhan kemudian diminta Burhan untuk mengambil dompetnya yang ketinggalan.
Sedangkan, dalam film hasil transformasi novel penggambaran cerita dimana
Burhan meminta Syamsul untuk mengambilkan dompetnya terdapat pada saat
Syamsul diinterogasi oleh Kiai Miftah.
Tabel 17: Sumpah palsu Burhan
No.
CN
Novel No.
SF
Film
27. Burhan dihadirkan dan
Syamsul meminta Burhan
menjelaskan semuanya.
17. Burhan dihadirkan dan
Syamsul meminta Burhan
menjelaskan semuanya.
Burhan mengelak, saling
tuding dan caci maki keluar
dari mulut kedua santri
tersebut. Syamsul lalu
bersumpah atas kebenarannya
dan Burhan juga bersumpah
dengan sumpah palsu.
Burhan mengelak, saling
tuding dan caci maki keluar
dari mulut kedua santri
tersebut. Syamsul lalu
bersumpah atas kebenarannya
dan Burhan juga bersumpah
dengan sumpah palsu.
(52.) “Diam kau maling! Kau yang jelas bajingan bukan Burhan! Bentak
bagian keamanan.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 77)
Pada kutipan 52 diceritakan bahwa saling tuding antara Syamsl dan
Burhan atas pengelakan Burhan bahwa dia yang meminta Syamsul mengambil
dompetnya terjadi. Kemudian, bagian keamanan yang menganggap Syamsul
bersalah membentak Syamsul atas sikap Syamsul kepada Burhan.
(53.) “Dengan tenang Burhan menjawab, “Penjahat akan melakukan apa
saja untuk menutupi kejahatannya Pak Kiai. Baiklah, saya bersumpah
bahwa apa yang baru saja saya katakana benar. Jika saya berdusta
maka semoga segala laknat Allah menimpa saya.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 78)
Pada kutipan 53 diceritakan bahwa Syamsul yang telah bersumpah atas
kebenarannya diikuti oleh sumpah Burhan. Burhan bersumpah atas permintaan
Kiai Miftah. Namun, dalam sumpahnya Burhan berkata-kata dusta.
Gambar 37. Burhan yang sedang Gambar 38. Sumpah palsu Burhan
membentak Syamsul
Gambar 37 memperlihatkan Burhan yang tidak mengakui bahwa dia yang
menyuruh Syamsul mengambil dompet tersebut kemudian dihardik Syamsul.
Burhan yang tidak terima dengan hal tersebut balas menghardi Syamsul.
Selanjutnya, gambar 38 Syamsul yang bersumpah atas kebenarannya diikuti
dengan sumpah palsu Burhan. Burhan bersumpah karenan permintaan Kiai
Miftah.
Pada proses tranformasi novel ke film, penceritaan-peceritaan di atas di
gambarkan sama. Namun, pada penceritaan saling tuding dan hardik antara
Syamsul dan Burhan berbeda. Dalam novel diceritakan yang membalas tudingan
Syamsul adalah bagian keamanan yang membela Burhan, sedangkan ketika
bagian ini ditransformasikan ke film Burhanlah yang membalas tudingan Syamsul
tersebut.
Tabel 18: Lurah pondok menelfon keluarga Syamsul dan Syamsul menerima
hukuman.
No.
CN
Novel No.
SF
Film
28. Ayah Syamsul ditelfon oleh
lurah pondok. Sore hari
Syamsul diarak ke halaman
pesantren untuk menerima
hukuman.
18. Syamsul diarak oleh para
santri ke tengah lapangan
untuk menjalani hukumannya.
19. Deskripsi Kota Pekalongan.
Deskripsi rumah Syamsul
dimana beberapa orang turis
asing yang sedang melihat-
lihat batik. Bapak Bambang
menerima telfon.
(54.) “Pengurus bergerak cepat. Lurah pondok menelpon ayah Syamsul,
seorang pengusaha batik sukses di Pekalongan…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 79)
Pada kutipan 54 diceritakan lurah pondok menelpon ayah Syamsul untuk
memberitahukan bahwa Syamsul ketahuan mencuri di pesantren.
(55.) “Sore itu juga Syamsul diambil dari gudang. Di halaman pondok
telah dipersiapkan kursi yang diletakkan di tengah garis melingkar…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 79)
Kutipan 55 menggambarkan proses dimana Syamsul menerima hukuman
dari pihak pesantren berupa penggundulan.
Gambar 39: Deskripsi Kota Gambar 40: Ayah Syamsul menerima
Pekalongan telfon dari pesantren
Gambar 39 menampilkan deskripsi kota Pekalongan yang kemudian
ditampilkan rumah Syamsul. Gambar 40 menampilkan Pak Bambang (ayah
Syamsul yang sedang menerima telpon.
Gambar 41: Syamsul yang merima hukuma penggundulan dari pesantren
Gambar 41 menampilkan Syamsul yang babak belur sedang menerima
hukuman dari pesantren yaitu penggundulan yang disaksikan oleh seluruh santri.
Proses transformasi dari novel ke film menggambarkan pihak pesantren
yang member tahu keluarga Syamsul mengenai Syamsul yang tertangkap mencuri
di pesantren. Namun, penggambaran hal tersebut berbeda. Dalam novel
diceritakan pihak pesantren segera mengambil keputusan untuk menelpon
keluarga Syamsul. Ketika ditransformasikan ke dalam film diperlihatkan terlebih
dahulu deskripsi kota Pekalongan yang merupakan tempat tinggal keluarga
Syamsul lalu dilanjutkan dengan keluarga Syamsul yang menerima telpon. Pada
proses transformasi selanjutnya yaitu tokoh Syamsul yang menerima hukuman,
antara novel dan film transformasi dari novel diceritakan sama.
Tabel 19: Ruang tamu pesantren
No.
CN
Novel No.
SF
Film
29. Syamsul masuk ke ruang tamu
pesantren. Kiai Miftah dan
para pengurus pesantren serta
ayah Syamsul sedang
menunggunya.
20. Syamsul masuk ke ruang tamu
pesantren. Kiai Miftah dan
para pengurus pesantren serta
ayah Syamsul sedang
menunggunya.
30. Syamsul langsung ditampar
oleh ayahnya. Kiai Miftah
yang menasehati Syamsul
balik ditantang dan disumpahi
Syamsul.
21. Syamsul langsung ditampar
oleh ayahnya. Kiai Miftah
yang menasehati Syamsul
balik ditantang dan disumpahi
Syamsul.
(56.) “Begitu melihat Syamsul, Pak Bambang langsung menerik kerah baju
koko putra yang dulu sempat dibanggakannya itu. Kini ia merasa sangat
malu dan marah. Dan diruangan itu, dihadapan Kiai Miftah dan
Pengurus Pesantren Pak Bambang meluapkan amarahanya dengan
menampar pipi Syamsul beberapa kali.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 82)
Pada kutipan 56 diceritakan tokoh Syamsul masuk ke dalam ruang tamu
pesantren yang di dalam telah menunggu Pak Bambang, Kiai Miftah dan pengurus
pesantren. Ketika Pak Bambang melihat Syamsul dia langsung meluapkan
kemarahannya dengan menampar Syamsul bebrapa kali.
(57.) “Pak Kiai, Panjenengan belum melakukakan tabayun yang
sesungguhnya kepada saya. Ia lalu memandangi wajah pengurus
pesantren yang ada di ruangan itu satu per satu, “Kalian memutuskan
hukuman untuk saya dengan semena-mena. Ini kezaliman! Suatu saat
kalian akan tau siapa sebenarnya rayap itu. Saya tidak akan memaafkan
dosa pak Kiai dan dosa kalian sebelum kalian mencium kaki saya.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 83)
Kutipan 57 menceritakan tetang kemarahan Syamsul ketika Kiai Miftah
menasehatinya. Dia merasa dizolimi oleh mereka dan tidak menerima tuduhan dia
sebagai seorang pencuri. Pada akhirnya dia menyumpaihi Kiai Miftah dan para
penggurus pesantren. Pak Bambang yang semakin malu langsung menarik pulang
Syamsul.
Gambar 42: Syamsul ditampar Gambar 43: Kemarahan Syamsul atas
oleh Pak Bambang kezoliman yang dialaminya.
Gambar 42 menampilkan tokoh Syamsul yang baru datang di ruang tamu
pesantren langsung di tampar oleh Pak Bambang yang sangat marah dan malu
karena kelakuan Syamsul. Pada gambar 43, Syamsul yang tidak menerima
kezoliman yang dialaminya balik menantang pak Kiai yang sedang
menasehatinya. Dia kemudian mengatakan kepada para pengurus pesantren tidak
akan memafkan mereka jika mereka tidak akan mencium kakiny ketika pencuri
yang sebenarnya akan terungkap.
Pada proses transformasi, penceritaan tentang kedatangan Syamsul ke
ruang tamu pesantren yang langsung ditampar oleh Pak Bambang yang sangat
marah dan malu karena Syamsul diceritakan hampir sama. Perbedaan yang
muncul yaitu dalam novel Pak Bambang diceritakan menampar Syamsul berkali-
kali. Namun, ketika ditransformasikan ke film gambaran yang ada Pak Bambang
hanya menamparnya sekali saja. Pada proses transformasi novel ke film
penceritaan tentang kemarahan Syamsul kepada Kiai Miftah dan pengurus
pesantren dengan kezoliman yang dialaminya diceritakan sama.
Tabel 20. Syamsul dihadapan keluarganya
No.
CN
Novel No.
SF
Film
33. Di rumahnya, Syamsul
diinterogasi dan dimarahi oleh
keluarganya.
24. Deskripsi rumah Syamsul
dimana Syamsul sedang
dipukuli dan dimarahi oleh
Rozak dan Ahmad kedua
kakak laki-lakinya. Ayahnya
juga memarahinya dan tidak
mendengar pembelaan dari
Syamsul. Hanya Nadia adik
perempuannya dan ibunya
yang membela.
(58.) “Sudah lebih baik kau mengakui dosamu itu dan bertobat. Sesali
perbuatanmu itu dan jangan keras kepala.” Hardik Ahmad, akak
sulungnya yang sudah punya dua anak itu dengan nada marah.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 90)
Pada kutipan 58 diceritakan Syamsul di rumahnya diinterogasi dan
dimarahi oleh kakaknya. Keluarga Syamsul tidak mempercayayi penjelasan
Syamsul. Mereka semua lebih mempercayai keputusan pesantren kecuali Nadia.
Hanya Nadia adik perempuan Syamsul yang membela Syamsul.
Gambar 44: Syamsul yang sedang Gambar 45: Syamsul yang sedang
dipukuli oleh Rozak dipukuli oleh Ahmad
Gambar 44 menampilkan Syamsul yang dipukuli oleh Rozak kakak
Syamsul. Mereka yang tidak mendengarkan penjelasan Syamsul tentang kejadian
yang sebenarnya terjadi. Gambar 45 juga menampilkan hal serupa, Ahmad kakak
sulung Syamsul memukuli Syamsul. Mereka sangat marah dan merasa malu atas
perbuatan Syamsul. Nadia dan Ibu Bambang yang membela Syamsul justru
dimarahi oleh Pak Bambang.
Dalam transformasi dari novel ke film penceritaan bagian ini digambarkan
berbeda. Dalam novel diceritakan Syamsul hanya diinterogasi dan dimarahi oleh
keluarganya. Mereka lebih mempercayai keputusan pihak pesantren, hanya
adiknya Nadia yang membela dia. Ketika ditransformasikan ke dalam film
pengambaran berbeda ditampilkan. Dalam film Syamsul yang sedang diinterogasi
oleh keluarganya dipukuli kakak-kakaknya Ahmad dan Rozak. Dalam film
digambarkan Ibu Bambang dan Nadia membela Syamsul.
Tabel 21: Perbincangan antara Nadia dan Syamsul
No.
CN
Novel No.
SF
Film
34. Dialog antara Nadia dan
Syamsul di kamar Syamsul.
23. Dialog antara Nadia dan
Syamsul di kamar Syamsul.
(59.) “Nadia masuk ke kamarnya membawa peralatan P3K. Ia bersihkan
luka-luka kakaknya dengan air mineral, lalu dengan rivanol. Setelah itu
ia oleskan Betadine pada beberapa luka yang terlihat masih
menganga.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 90-91)
Pada kutipan 59 di atas, diceritakan Nadia masuk ke kamar Syamsul
dengan membawa peralatan P3K. Nadia datang untuk mengobati luka-luka
Syamsul.
Gambar 46: Nadia yang datang ke kamar Syamsul
Gambar 46 menjelaskan Nadia datang ke kamar Syamsul ketika Syamsul
baru selesai melaksanakan sholat. Nadia kemudian berbicara dengan Syamsul
mengenai tuduhan pencuri yang dialaminya di pesantren.
Transformasi dari novel ke film dibagian ini diceritakan berbeda. Dalam
novel diceritakan Nadia masuk ke kamar Syamsul dengan membawa kotak P3K
untuk membersihkan luka-luka Syamsul dimana Syamsul sedang tiduran.
Sedangkan, dalam film ditampilkan Nadia masuk ke kamar Syamsul disaat
Syamsul baru selesai melaksanakan sholat dan tanpa membawa apa-apa.
Tabel 22: Kepulangan Zizi ke Kediri
No.
CN
Novel No.
SF
Film
31. Zizi yang mengetahui hal
tersebut langsung pulang ke
Kediri. Zizi menemui Asiyah
dan menanyakan kejelasan
masalah Syamsul. Zizi
meminta Asiyah untuk
mengatur pertemuan antara
Zizi, Asiyah dan Ayub.
24. Dialog antara Zizi dan Kiai
Miftah mengenai masalah
pencurian yang dituduhkan
kepada Syamsul.
32. Dialog antara Zizi dan Kiai
Miftah mengenai masalah
pencurian yang dituduhkan
kepada Syamsul.
(60.) “…Ia mendapat telpon dari Asiyah. Zizi langsung mengejar pulang ke
Kediri. Ia ingin tahu kejadian yang sesungguhnya. Sebab dari hatinya
yang paling dalam ia tidak percaya Syamsul pencurinya.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 85)
Kutipan 60 menceritakan Zizi yang beradai di pesantren Manabi’ul Qur’an
mendapatkan telfon dari Asiyah yang memberitahukan seputar penangkapan
Syamsul yang dituduh sebagai pencuri di pesantren. Ia langsung bergegas pulang
ke Kediri. Hal tersebut karena dia tidak percaya kalau Syamsul melakukan
tindakan pencurian seperti yang dituduhkan kepadanya.
(61.) “…Saat itu Kiai Miftah sedang bersiap untuk berangkat mengisi
pengajian di kampung sebelah. Kiai Miftah agak kaget ketika Zizi tiba-
tiba pulang dan memprotes keputusannya menghukum dan
mengeluarkan Syamsul dari pesantren dengan tidak hormat.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 87-88)
Pada kutipan 61 diceritakan Kiai Miftah kaget dengan kepulangan
mendadak Zizi dan memprotes semua keputusan Kiai Miftah tentang Syamsul
yangdihukum dan dikeluarkan dari pesantren dengan tidak hormat.
Gambar 47. Dialog antara Zizi dan Kiai Miftah
Gambar 47 di atas menampilkan Kiai Miftah yang keluar dari kamar dan
diikuti oleh Zizi. Zizi memprotes keputusan kakaknya yang menghukum dan
mengeluarkan Syamsul dari pesantren secara tidak hormat.
Proses transformasi yang terjadi dari novel ke film menimbulkan
perbedaan. Dalam novel diceritakan kepulangan Zizi disebabkan oleh
pemberitahuan Asiyah tentang masalah pencurian yang dituduhkan kepada
Syamsul dan hukuman serta pengeluaran Syamsul dari pesantren dengan tidak
hormat. Kekagetan Kiai Miftah yang akan berangkat untuk mengsi pengajian di
kampung sebelah dengan kedatang Zizi yang tiba-tiba dan langsung memprotes
keputusan yang diambil kakaknya untuk Syamsul. Sedangkan, dalam film
ditampilkan Kiai Miftah yang keluar dari kamar dan diikuti oleh Zizi yang sedang
memprotes keputusan kakaknya tersebut mengenai hukuman dan pengeluaran
Syamsul dari pesantren dengan tidak hormat.
Tabel 22. Pertemuan antara Zizi, Asiyah dan Ayub
No.
CN
Novel No.
SF
Film
35. Pertemuan antara Zizi, Asiyah
dan Ayub di warung mie
godog.
(62.) “Warung mie Godog itu sepi. Para santri masih sibuk mengaji. Zizi dan
Asiyah masuk. Ayub menunggu di dalam. Kakek tua pemilik warung itu
langsung mengangguk hormat pada Zizi.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 91)
Pada kutipan 62 diceritakan kedatangan Asiyah dan Zizi ke warung mie
godog yang disana Ayub telah menunggu mereka. Zizi ingin berbicara langsung
dengan Ayub mengenai kronologis masalah tuduhan pencurian yang dialami
Syamsul.
Bagian penceritaan ini terdapat dalam novel. Namun, dalam proses
transformasi novel ke film bagian penceritaan tentang pertemuan antara Zizi,
Aisyah dan Ayub di warung mie godog ini tidak ditransformasikan.
Tabel 24:. Kepergian Syamsul dari rumah
No.
CN
Novel No.
SF
Film
36. Syamsul pergi dari rumah.
Kesedihan Nadia dan ibunya
serta kemarahan Ayah dan
kakaknya mengenai kepergian
Syamsul.
25 Syamsul pergi dari rumah.
Kesedihan Nadia dan ibunya
serta kemarahan Ayah dan
kakaknya mengenai kepergian
Syamsul.
(63.) “Tiba-tiba pandangan Nadia tertuju pada selembar kertas surat di atas
meja dekat lampu tidur.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 18)
Kutipan 63 menceritakan tentangg keterkejutan Nadia ketika membaca
surat yang ditinggalkan Syamsul yang memberitahukan kepergia Syamsul dari
rumah.
(64.) “Kalian ini, dasar perempuan, baru membaca surat gombal kayak gitu
saja berubah. Itu hanya acting Si Syamsul. Aku sudah tidak percaya lagi
sama anak brengsek itu!” Jawab Pak Bambang marah.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 99)
Pada kutipan 64 diceritakan kemarahan Pak Bambang ketika membaca
surat dari Syamsul tersebut. Pak Bambang juga memarahi Nadia dan Ibu
Bambang yang begitu sedih dengan kepergian Syamsul dari rumah.
Gambar 48: Ibu dan Nadia yang Gambar 49: Kemarahan Pak Bambang
sedih membaca surat Syamsul ketika membaca surat dari Syamsul.
Gambar 48 menampilkan keterkejutan dan kesedihan Nadia dan ibunya
ketika membaca surat Syamsul tentang kepergiannya dari rumah. Selanjutnya
pada gambar 49 ditampilkan kemarahan Pak Bambang ketika membaca surat dari
Syamsul tersebut dan melihat kesedihan Bu Bambang dan Nadia.
Penceritaan tetang kepergian Syamsul dari rumah yang terdapat dalam
novel ditrasformasikan sama di dalam film.
Tabel 25: Perjalanan hidup Syamsul di Kota Semarang
No.
CN
Novel No.
SF
Film
38. Perjalanan hidup Syamsul di
Kota Semarang.
26. Perjalanan hidup Syamsul di
Kota Semarang.
(65.) “Sudah satu minggu Syamsul pergi dari rumah. Ia mengelana di Kota
Semarang….”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 103)
Kutipan 65 menceritakan perjalanan Syamsul setelah dia minggat dari
rumah. Diceritakan Syamsul mengelana ke kota Semarang.
(66.) “…Dengan sangat terpaksa ia mengatakan kepada pemilik warung
bahwa ia ingin hutang satu bungus nasi saja. Nanti kalau ia punya uang
ia akan membayarnya. Tetapi pemilik warung itu keberatan.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 104)
Kutipan 66 menggambarkan Syamsul yang sudah tidak punya uang lagi,
karena perutnya merasa sangat lapar ia memberanikan diri untuk berhutang satu
bungkus nasi di warung angkring. Tetapi pemilik warung angkring itu tidak bisa
memberikan hutang kepada Syamsul.
Gambar 50: Perjalanan Syamsul di Gambar 51: Masjid Raya Baiturrahman
Kota Semarang
Gambar 50 menceritakan perjalanan Syamsul ketika minggat dari rumah.
Dia mengelana di kota Semarang. Pada gambar 51 diceritakan di depan masjid
tersebut merupakan tempat warung angkringan.
Dalam novel diceritakan Syamsul yang minggat dari rumah kemudian
berusaha untuk bertahan hidup di kota Semarang. Karena dia telah kehabisan uang
dia memberanikan diri untuk berhutang di warung tersebut dan tak diberikan oleh
pemilik warung angkring. Bagian Syamsul yang mau berhutang di warung
angkringan tidak ditransformasikan ke dalam film.
Tabel 26 Kedatangan Zizi di rumah Syamsul
No.
CN
Novel No.
SF
Film
37. Zizi datang ke rumah Syamsul
yang ditemui oleh Bu
Bambang dan Nadia. Zizi
memperkenalkan dirinya dan
menceritakan tentang Syamsul.
27. Zizi datang ke rumah Syamsul
yang disambut Nadia dan ibu
Syamsul. Nadia dan ibu
Syamsul menyampaikan
tentang kepergian Syamsul.
Zizi kemudian menyampaikan
kepercayaannya bahwa
Syamsul tidak bersalah.
(67.) “Zizi ditemui oleh Nadia dan ibunya. Kepada mereka berdua Zizi
memperkenalkan dirinya. Zizi juga menceritkan bagaimana ia pertama
kali bertemu dan kenal Syamsul. Zizi menjelaskan maksud kedatanganya
ingin menemui Syamsul, ia ingin dengar cerita yang memprihatinkan
menurut versi Syamsul.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 100)
Pada kutipan 67, diceritaka Zizi datang ke rumah Syamsul yang disambut
oleh Bu Bambang dan Nadia. Pada mereka Zizi memperkenalkan diri dan
menceritakan awal pertemuan dia dengan Syamsul. Nadia dan Bu Bambang
kemudian menjelaskan mengenai kepergian Syamsul dari rumah.
Gambar 52. Kedatangan Zizi ke rumah Syamsul
Gambar 52 menampilkan ke datangan Zizi ke rumah Syamsul. Zizi
disambut oleh Bu Bambang dan Nadia. Mereka kemudian membahas tentang
kepergian Syamsul dari rumah dan surat yng ditinggalkan Syamsul.
Pada proses transformasi terlihat beberapa perbedaan. Dalam novel. Zizi
yang datang disambut oleh Nadia dan ibunya kemudian memperkenalkan dirinya
dan menceritakan tentang awal pertemuan dia dan Syamsul. Setelah
ditransformasikan ke dalam film bagian ini dihilangkan.
Tabel 27: Syamsul menjadi pencuri dan tertangkap mencuri
No.
CN
Novel No.
SF
Film
39. Syamsul menjadi pencuri
karena kerasnya hidup yang
dia alami. Syamsul tertangkap
mencuri dan digelandang ke
kantor polisi.
28. Syamsul menjadi pencuri
karena kerasnya hidup yang
dia alami. Syamsul tertangkap
mencuri.
40. Syamsul diinterogasi oleh
polisi di kantor polisi.
29. Syamsul diinterogasi oleh
polisi di kantor polisi.
(68.) “…Sampai di dekat kampus dua IAIN Walisongo, ia tertangkap. Ia
babak belur dihakimi massa. Untung ada patrol polisi. Nyawanya
diselamtkan oleh polisi.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 105)
Kutipan 68 menceritakan tetang kerasnya hidup yang dialami Syamsul
membuat Syamsul berfikir untuk mencuri. Sayang ketika Syamsul melakukan
aksinya dia dipergoki oleh pemilik dompet. Syamsul kemudian dikejar oleh para
penumpang bus yang dia naiki. Sampai di kampus dua IAIN Walisongo, akhirnya
dia tertangkap dan menjadi bulan-bulanan massa. Beruntung ada polisi yang
sedang patrol yang menyelamatkan nyawanya.
Gambar 53: Syamsul yang berlari melewati Klenteng
Pada gambar 53 digambarkan Syamsul yang melakukan pencurian di atas
bus tertangkap oleh pemilik dompet yang meneriakinya. Dia kemudian dikejar
oleh para penumpang bus yang lain. Syamsul berlari hingga melewati Klenteng.
Transformasi penceritaan bagian ini dalam novel berbeda dengan film.
Novel menceritakan Syamsul berlari hingga kampus dua IAIN Walisongo dan
akhirnya berhasil ditangkap dan menjadi bulan-bulanan massa. Syamsul kemudian
diselamatkan oleh polisi yang sedang berpatroli dan digelandang ke kantor polisi.
Ketika bagian ini ditransformasikan ke dalam film penceritaan mengalami
perubahan. Syamsul yang berlari dikejar para penumpang bus melewati Klenteng
dan setelah itu Syamsul langsung berada di kantor polisi.
Tabel 25. Pertemuan Syamsul dengan dua orang narapidana.
No.
CN
Novel No.
SF
Film
43. Syamsul mendekap dalam 30. Syamsul menjadi pencuri
penjara bersama dengan dua
orang narapidana lain.
Syamsul juga diajarkan trik-
trik mencuri jitu oleh para
narapidana tersebut.
karena kerasnya hidup yang dia
alami. Syamsul tertangkap
mencuri dan digelandang ke
kantor polisi.
(69.) “Sejak tertangkap itu Syamsul mendekam di penjara Polsek Semarang
Tugu. Ia satu sel dengan dua orang narapidana yang tertangkap karena
mencuri sepeda motor. Dua narapidana itu mengajaknya untuk
bergabung dalam komplotannya.Ia pura-pura mengiyakan, sebab ia takut
jadi bulan-bulanan mereka. Ia diberi tahu trik-trik mencuri rumah orang
kaya.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 108)
Kutipan 69 menceritakan Syamsul berada di dalam sel bersama dengan
dua narapida yang tertangkap dengan kasus pencuriannya juga. Para narapidana
tersebut mengajak Syamsul untuk bergabung dengan mereka ketika keluar nanti.
Para narapina tersebut juga mengajarkan trik-trik mencuri kepada Syamsul.
Gambar 54: Pertemuan Syamsul dengan dua orang narapidana
Gamabar 54 menampilkan Syamsul berada di dalam sel bersama dengan
dua narapida yang tertangkap dengan kasus pencuriannya juga. Para narapidana
tersebut mengajak Syamsul untuk bergabung dengan mereka ketika keluar nanti.
Para narapina tersebut juga mengajarkan trik-trik mencuri kepada Syamsul.
Penceritaan tentang pertemuan Syamsul dengan dua orang narapida yang
mengajarkannya trik-trik mencuri jitu dalam novel ditransformasikan sama ke
dalam film.
Tabel 26. Berita tertangkapnya Syamsul menyebar luas.
No.
CN
Novel No.
SF
Film
41. Berita tertangkapnya Syamsul
di ketahui oleh keluarganya.
31. Berita tertangkapnya Syamsul
di ketahui oleh keluarganya.
(70.) “Keluarganya di Pekalongan adalah pelanggan koran. Setaip pagi
mereka membaca koran. Hari itu adalah hari yang menyesakkan dada
keluarganya di Pekalongan. Mereka membaca isi Koran dan melihat
fotonya yang babak belur di koran itu. Mereka tersentak. Bu Bambang
menangis, “Ia benar-benar menjadi pencuri.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 106-107)
Pada kutipan 70 diceritakan keluarga Syamsul yang biasa berlangganan
koran kemudian membaca berita tetang tertangkapnya Syamsul. Mereka membaca
isi koran dan melihat fotonya. Bu bambang kemudian meangis meliht hal tersebut.
Gambar 55: Berita tertangkapnya Gambar 56: Kesedihan Bu Bambang
Syamsul masuk koran atas tertangkapnya Syamsul
Gambar 55 menampilkan Pak Bambang membawa koran yang berisi berita
tentang tertangkapnya Syamsul dengan marah-marah dan menunjukan kepada Bu
Bambang. Gambar 56 menampilkan Bu Babang bersama Nadia yang membaca
berita tentang tertangkapnya Syamsul kemudian menangis semerta Pak Bambang
dan kakaknya sangat marah.
Transformasi dari novel ke film untuk menggambarkan bagian ini tidak
sama tanpa perbedaan yang mencolok.
Tabel 27. Kedatangan Nadia ke kantor polisi
No.
CN
Novel No.
SF
Film
45. Kedatangan Nadia ke kantor
polisi untuk menemui
Syamsul dan menjamin
Syamsul.
33. Kedatangan Nadia ke kantor
polisi untuk menemui Syamsul
dan menjamin Syamsul.
(71.) “…Ketika Nadia mengajak Syamsul untuk pulang ke Pekalongan,
Syamsul menolak.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 114)
Pada kutipan 71 diceritaan Syamsul yang dikunjungi oleh Nadia,
keterkejutan Nadia melihat Syamsul serta Nadia yang membebaskan Syamsul
dengan uang jaminan. Syamsul yang telah bebas dibujuk Nadia untuk pulang
karena dia telah berjanji sebelumnya. Namun Nadia tidak berhasil membujuknya.
Gambar 57: Kedatangan Nadia Gambar 58: Syamsul berlari
di Kantor Polisi menaiki bus
Gambar 57 menggambarkan Syamsul yang dikunjungi oleh Nadia,
keterkejutan Nadia melihat Syamsul serta Nadia yang membebaskan Syamsul
dengan uang jaminan. Gambar 58 digambarkan Syamsul yang telah bebas dibujuk
Nadia untuk pulang karena dia telah berjanji sebelumnya. Namun Nadia tidak
berhasil membujuknya.
Penceritaan dalam novel yang menggambarkan kedatangan Nadia ke
kantor polisi, Nadia yang membebaskan Syamsul dan kepergian Syamsul lagi
ditransformasikan sama ke dalam film.
Tabel 29: Kedatanga Zizi ke rumah Syamsul
No.
CN
Novel No.
SF
Film
46. Kedatangan Zizi ke kantor
polisi untuk menghilangkan
rasa penasarannya.
34. Perbincangan Nadia dan
ibunya mengenai Syamsul
yang pergi setelah dijamin
oleh Nadia. Kedatangan Zizi
ke rumah Syamsul.
47. Perbincangan Nadia dan
ibunya mengenai Syamsul
yang pergi setelah dijamin oleh
Nadia. Kedatangan Zizi ke
rumah Syamsul.
(72.) “Zizi sampai di Polsek Tugu tepat saat azan ashar berkumandang...”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 115)
Kutipan 72 mengambarkan kedatangan Zizi ke kantor polisi untuk
memastikan keberadaan Syamsul.
(73.) “Yang ditahan itu ya memang Syamsul. Tapi… telah kabur dari tahanan
setelah ditebus Nadia. Setelah itudia malah kabur, ndk tau kemana.”
Jelas Bu Bambang jujur.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 117)
Kutipan 73 menggambarkan tentang kedatangan Zizi ke rumah Syamsul
untuk menyampaikan bahwa dia telah mengunjungi kantor polisi tersebut tetapi
ternyata yang di tahan bukan Syamsul. Namun, ibu dan Nadia menjelsakan kalau
yang ditahan itu memang Syamsul tetapi dia kembali pergi setelah ditebus Nadia.
Gambar 59: Kedatang Zizi ke rumah Syamsul
Gambar 59 menampilkan kedatangan Zizi kerumah Syamsul. Zizi
kemudian menjelaskan kepada Nadia dan Ibunya bahwa dia telah pergi ke Polsek
Semarang dan ternyata bukan Syamsul yang ditangkap. Nadia dan ibunya
kemudian menjelaskan bahwa Syamsullah yang ditangkap dan kemudian dia pergi
lagi.
Pada proses transformasi, bagian kepergian Zizi ke kantor polisi tidak
ditransformasikan dari novel ke film. Tetapi, dalam proses transformasinya
kepergia Nadia untuk mencaritahu kebenaran kakaknya yang berada dalam berita
tertangkapnya seorang pencuri di transformasikan sama dari novel ke film.
Tabel 30: Syamsul tiba di Jakarta
No.
CN
Novel No.
SF
Film
48. Syamsul tiba di Jakarta. 35. Syamsul tiba di Jakarta.
(74.) “Ini Lebak Bulus ya Mas?
“Iya ini Lebak Bulus.” Jawab kernet itu.
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 119)
Pada kutipan 74 diceritakan keberadaan Syamsul yang datang ke Jakarta
dan menanyakan kebenaran Lebak Bulus kepada kernet bus.
Gambar 60: Kota Jakarta
Gambar 60 ditampilkan keadaan Kota Jakarta dan patung Abang None
Jakarta yang menjadi salah satu icon penanda Kota Jakarta.
Proses transformasi dari novel ke dalam film berbeda. Dalam novel
diceritakan Syamsul yang baru sampai di Jakarta menanyakan kebenaran tempat
dimana dia berada saat itu. Namun, ketika ditransformasikan ke dalam film bagian
tersebut digantikan dengan deskripsi keadaan Kota Jakarta.
Tabel 31: Syamsul mendapatkan rumah kontrakan
No.
CN
Novel No.
SF
Film
50. Syamsul mendapatkan rumah
kontrakan.
37. Syamsul mendapatkan rumah
kontrakan.
(75.) “Jadilah ia menyewa rumah petak itu. Sejak saat itu dia tinggal disebuah
perkampungan yang berhimpitan dengan perumahan yang terletak di
kawasan Parung Barat. Tidak begitu jauh dari Ciputat dan Lebak Bulus,
Jakarta Selatan.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 124)
Kutipan 75 menceritakan Syamsul yang menyewa sebuah rumah
kontrakan dibantu oleh Pak Abbas pengurus musholla Al Ikhlas. Rumah tersebut
terletak di Parung Barat.
Gambar 61: Syamsul meyewa sebuah rumah
Gambar 61 memperlihatkan Syamsul yang baru saja mengontrak sebuah
rumah dan mengucapkan terima kasih kepada pak Abbas.
Tabel 32: Syamsul yang terus mencari pekerjaan
No.
CN
Novel No.
SF
Film
51. Syamsul terus mencari
pekerjaan untuk biaya
hidupnya.
38. Syamsul terus mencari
pekerjaan untuk biaya
hidupnya.
(76.) “…Ia mencoba masuk ke sebuah bengkel mobil. Ia melamar. Manajer
bengkel meminta ijazah STM. Ia tidak punya…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 126)
Kutipan 76 menceritakan tentang usaha Syamsul melamar pekerjaan.
Setelah ditolak dibeberapa tempat, Syamsul mencoba untuk melamar pekerjaan di
sebuah bengkel mobil. Namun karena prasyaratnya adalh ijazah STM dan dia
tidak memilikinya sehingga ia tidak bisa bekerja di bengkel tersebut.
Gambar 62: Syamsul melamar pekerjaan disebuh tempat pencucian mobil
Pada gambar 62 ditampilkan Syamsul yang sedang mencari pekerjaan.
Setelah beberapa tempat yang ia datangi tidak ada lowongan pekerjaan untuknya,
maka dia mendatangi sebuah tempat pencucian mobil. Tetapi, halyang sama
terjadi dia tidak mendapatkan pekerjaan di tempat itu.
Pada proses transformasinya terdapat perubahan. Dalam novel diceritakan
Syamsul melamar ke bengkel namun tak diterima karena Syamsul tak memiliki
ijazah STM. Ketika bagian ini ditransformasikan ke dalam film perubahan tempat
dimana Syamsul melamar kerja terlihat. Dalam film Syamsul ditampilkan
melamar kerja di tempat pencucian mobil.
Tabel 33: Pertemuan Syamsul dan Silvie
No.
CN
Novel No.
SF
Film
53. Pertemuan Syamsul dengan
Silvie yang menjadi korban
pencopetan Syamsul di
Kopaja.
40. Pertemuan Syamsul dengan
Silvie yang menjadi korban
pencopetan Syamsul di
Kopaja.
(77.) “Seorang gadis cantik berjilbab hijau muda nampak janggung berjalan ke
arah Kopaja yang sedang berhenti. Gadis itu masuk ke dalam Kopaja.
Syamsul tersenyum. Kedua matanya di balik kacamata hitamnya
berbinar. Ia telah menemukan mangsa empuk. Dengan tenang Syamsul
melangkah menuju Kopaja itu dan naik mengikuti gadis itu.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 129-130)
Kutipan 77 menceritakan Syamsul yang telah menjadi pencuri professional
melihat seorang gadis yang menaiki Kopaja sebagai mangsanya. Syamsul
kemudian berhasi mencuri dompet gadis itu. Dia lalu pulang ke rumah
kontrakkannya. Dia kemudian melihat isi dompet tersebut dan kaget ketika
melihat foto Burhan bersama gadis itu. Dia lalu teringat pada Damayanti.
(78.) “…Ia ingat Burhan sudah serius dengan Damayanti. Santriwati dari
Tulungagung. Putri seorang kepala KUA....”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 130)
Kutipan 78 menggambarkan pikiran tokoh Syamsul yang kembali
mengingat bahwa Burhan telah serius dengan seorang santiwati Tulungagung
yang bernama Damayanti.
Gambar 63: Syamsul mengikuti gadis berjilbab hijau muda menaiki Kopaja
Gambar 63 menampilkan tokoh Syamsul yang sedang mengikuti seorang
gadis berjilbab hijau muda yang kelihat canggung naik ke Kopaja. Dia
beranggapan gadis tersebut merupakan korban yang seuai untuk dia copet.
Gambar 64: Burhan seorang yang Playboy
Gambar 64 menampilkan pikiran tokoh Syamsul ketika melihat foto gadis
yang menjadi kotban pencuriannya dengan Burhan. Syamsul teringat perkataan
Burhan yang memuji kecantikan Silvie dan menanyakan soal Damayanti. Sifat
playboy Burhan tampak pada bagian ini.
Pada proses transformasinya, penceritaan tentang gadis berjilbab hijau
muda yang menjadi korban pencurian Syamsul dalam novel ditransformasikan
sama ke dalam film. Perbedaan muncul ketika pikiran Syamsul mengenai
keburukan Burhan dan sifat playboy Burhan yang ada dalam novel dan
ditransformasikan ke dalam film.
Tabel 34: Syamsul menjadi guru ngaji dan perkenalan Syamsul dan Silvie
No.
CN
Novel No.
SF
Film
56. Kedatangan Syamsul ke rumah
Pak Broto. Syamsul melamar
menjadi guru ngaji Della dan
diterimah oleh Pak Broto.
43. Kedatangan Syamsul ke
rumah Pak Broto. Syamsul
melamar menjadi guru ngaji
Della dan diterimah oleh Pak
Broto. Pertemuan Silvie dan
Syamsul di rumah Della.
60. Pertemuan antara Syamsul dan
Silvie di rumah Della ketika
Syamsul baru selesai mengajar
Della.
Penceritaan yang sama juga terjadi pada transformasi dari novel ke film
tetang Syamsul yang datang ke rumah Pak Broto untuk melamar menjadi guru
ngaji Della. Tetapi, ada beberapa perbedaan yang terlihat ketika transformasi dari
bentuk novel ke dalam bentuk film terjadi.
Dalam novel tokoh Syamsul hanya disambut oleh Pak Broto sedangkan
dalam film visualisasinya menunjukan kehadiran tokoh Ibu Broto. Tokoh Ibu
Broto ini dihadirkan untuk melengkapi dan menjelaskan bagian dimana Della
sebenarnya telah memiliki guru ngaji tetapi berhenti karena akan menikah.
Perbedaan tersebut dapat dilihat pada kutipan 79 dan gambar 65 di bawah ini.
(79.) “Dengan tenang ia masuk. Tak lama seorang lelaki gemuk bersarung
dan berbaju koko keluar.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 133)
Gambar 65: Pak Broto dan Ibu Broto
Syamsul kemudian menjadi guru ngaji Della setelah berhasil memukau
Della dengan nyanyiannya. Hal ini diceritakan dalam novel dan film namun lagu
yang dinyanyikan Syamsul berbeda. Dalam novel Syamsul menyayikan lagu
daerah sementara dalam film, Syamsul menyanyikan sebuah lagu islam.
Penceritaan tentang perkenalan Silvie dan Syamsul mengalami perbedaan
ketika ditransformasikan dari bentuk novel ke dalam bentuk film. Dalam novel
perkenalan antara tokoh Silvie dan Syamsul terjadi pada saat Syamsul sedang
menceritakan sebuah kisah islami di akhir pembelajaran kepada Della. Ketika
Syamsul telah selesai menceritakan kisah tersebut Della menginginkan agar
Syamsul bercerita lagi, namun karena waktu telah selesai Syamsul kemudian tidak
menurutinya. Tiba-tiba Silvie datang dan diperkenalkan oleh Della kepada
Syamsul. Hal tersebut dapat dilihat pada kutipan 80 di bawah ini.
(80.) “Mbak Silvie-mabak Silvie, kenalkan Della sudah punya ustadz baru.
Ustadz Della pinter ngaji, pinter nyanyi dan pinter cerita…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 141)
Hal berbeda terlihat pada saat transformasi ke dalam bentuk film. Dalam
film ditampilkan pada saat Syamsul melamar kerja menjadi ustdz Della saat itulah
mereka berdua bertemu dan diperkenalkan oleh Della. Saat itu Silvie baru saja
tiba untuk mengajar Della matematika. Hal tersebut dapat dilihat pada gambar 66
dan 67 di bawah ini.
Gambar 66: Kedatangan Silvie Gambar 67: Pak Broto memperkenalkan
di rumah Della Silvie kepada Syamsul
Tabel 35: Syamsul mulai kuliah
No.
CN
Novel No.
SF
Film
61. Syamsul mulai kuliah di
Sekolah Tinggi Agama Islam
Swasta.
(81.) “…Dan untuk menambah ilmu serta menguatkan statusnya, Syamsul
masuk kuliah di sebuah Sekolah Tinggi Agama Islam swasta. Dengan
begitu statusnya adalh mahasiswa...”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 149)
Kutipan 81 menceritakan tentang Syamsul yang mulai masuk kuliah
disebuah Sekolah TInggi Agama Islam swasta agar statusnya sebagai guru ngaji
Della lebih memiliki dasar. Namun, dalam proses transformasi dari novel ke
dalam film bagian penceritaan tentang Syamsul sebagai mahasiswa tidak
ditransformasikan.
Tabel 36: Kepercayaan Pak Broto terhadap Syamsul
No.
CN
Novel No.
SF
Film
62. Kepercayaan Pak Broto
terhadap Syamsul.
51. Kepercayaan Pak Broto
terhadap Syamsul.
Dalam transformasinya dari bentuk novel ke dalam bentuk film, bagian ini
diceritakan dengan porsi yang sama. Syamsul yang sedang berbicang dengan Pak
Broto mengenai kemajuan Della kemudian diberikan kepercayaan untuk
memberikan sumbangan dari Pak Broto kepada orang-orang yang membutuhkan.
Hal ini membuat ia sadar bahwa dia dianggap orang baik oleh Pak Broto.
Tabel 37: Syamsul bertobat
No.
CN
Novel No.
SF
Film
63. Malam hari di musholla
Syamsul berdoa dan menyesali
segala perbuatannya dan
bertobat atas apa yang dia
lakukan selama ini.
52. Malam hari di musholla
Syamsul berdoa dan menyesali
segala perbuatannya dan
bertobat atas apa yang dia
lakukan selama ini.
64. Di Pekalongan, ibu Syamsul
menangis dan berdoa untuk
Syamsul dan keluarga saat
sholat tahajut.
Transformasi dari bentuk novel ke dalam bentuk film untuk bagian ini
diceritakan secara seimbang dan sama. Dalam novel dan film diceritakan tokoh
Syamsul yang sedanga berada dalam musholla kemudian merenungi perbuatannya
dan memohon ampun serta bertobat atas semua yang telah dilakukannya.
Penceritaan yang tidak ditransformasikan dalam bentuk film adalah saat ibunya
sedang sholat tahajjut dan memohon untuk keselamat Syamsul dan keluarganya.
Tabel 38: Pertemuan Syamsul dengan Dr. Fathul Hadi
No.
CN
Novel No.
SF
Film
65. Pertemuan Syamsul dengann
Dr. Fathul Hadi di
perpustakaan kampus.
(82.) “Di dalam perpustakaan ia hanya menjumpai satu orang saja yang
sedang sibuk membaca sebuah kitab berbahasa Arab. Dan orang itu
adalah orang yang paling ia kagumi di kampus itu. Orang itu adalah Dr.
Fathul Hadi, dosen hadis merangkap dosen peradaban Islam. Dia orang
yang ‘alim dan rendah hati.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 152)
Pada kutipan 82 di atas diceritakan awal pertemuan antara Syamsul dan
Dr. Fathul Hadi dosen yang dikagumi oleh Syamsul. Namun, dalam proses
transformasinya dari novel ke film bagian ini tidak ditransformasikan ke dalam
film.
Tabel 39: Perbincangan Syamsul dan Pak Heru mengenai Burhan
No.
CN
Novel No.
SF
Film
70. Perbincangan Syamsul dan
Pak Heru mengenai Burhan.
53. Perbincangan Syamsul dan
Pak Heru mengenai Burhan.
(83.) “Sabar dulu pak. Tunggu saya selesai berbicara. Setahu saya Burhan
Faishal itu sudah serius bertunangan dengan seorang santriwati
namanya Damayanti binti Utsman. Santriwati asal Tulungagung. Saya
tahu persis. Sayang saya tidak punya foto mereka berdua. Yang jelas di
kalangan para santri dia dikenal sebagai pemuda playboy.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 171)
Pada kutipan 83 diceritakan Syamsul yang berbicara dengan Pak Heru
tentang Burhan, kemudian memberitahukan keburukan Burhan dengan syarat Pak
Heru tidak akan mengatakan identitasnya kepada Burhan.
Gambar 68: Perbincangan Syamsul dan Pak Heru mengenai Burhan
Pada gambar 68 terlihat pembicaraan antara Pak Heru dan Syamsul
mengenai Burhan. Syamsul kemudian mengatakan kepada Pak Heru ingin
memberitahukan sesuatu tentang Burhan asalkan Pak Heru tidak akan mengatakan
jati dirinya sebagai orang yang menyampaikan berita tersebut kepada Pak Heru.
Proses transformsi dari novel ke film mengalami beberapa perubhaan.
Dalam novel diceritakan Syamsul memberitahukan kepada Pak Heru mengenai
segala hal yang dia tau berkaitan dengan Burhan dan Damayanti. Namun, ketka
ditransformasikan ke dalam bentuk film hanya digambarkan pembicaraan antara
Pak Heru dan Syamsul mengenai Burhan dan perjanjian Pak Heru dan Syamsul
tetapi apa yang dikatakan Syamsul mengenai Burhan tidak disampaikan.
Tabel 40: Pertemuan antara keluarga Silvie dan keluarga Damayanti
No.
CN
Novel No.
SF
Film
71. Kedatangan Pak heru ke rumah
kontrakan Syamsul untuk
memberitahukan masalah
Burhan. Pak Heru juga
mengundang Syamsul untuk
mampir ke rumahnya.
54. Deskripsi rumah Damayanti,
dimana Silvie dan kedua orang
tuannya berbincang dengan
Damayanti dan kedua orang
tuanya mengenai keburukan
Burhan.
(84.) “Saya sudah ke Tulungagung Ustadz. Saya sudah bertemu dengan Pak
Utsman. Apa yang Ustadz samapaikan benar. Pak Utsman bercerita
panjang lebar tentang hubungan putrinya dengan Burhan.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 172)
Pada kutipan 84 diceritakan kedatangan Pak Heru ke rumah Damayanti
dan berbicara dengan orang tua Damayanti mengenai hubungan Damayanti dan
Burhan disampaikan saat Pak Heru datang mengunjungi Syamsul di rumah
kontrakannya.
Gambar 69: Pertemuan keluarga Damayanti dan keluarg Silvie
Pada gambar 69 ditampilkan pertemuan antara keluarga Silvie dan
keluarga Damayanti untuk membicarakan masalah Burhan. Keluarga Silvie sangat
kaget dengan penceritaan keluarga Damaynati tentang keburukan Burhan.
Dalam proses transformasinya, penceritaan bagian ini sangat berbeda.
Dalam novel bagian tentang pertemuan keluarga Silvie dan keluarga Damayanti
hanya diceritakan sepintas. Namun, ketika penceritaan novel ini ditransformasikan
ke dalam bentuk film terlihat gambar pertemuan antara kedua keluarga ini untuk
membahas keburukan Burhan.
Tabel 41: Kiai Miftah, Zizi dan Lurah Pondok mendatangi rumah Syamsul.
No.
CN
Novel No.
SF
Film
69. Kedatangan Kiai Miftah, Zizi
dan Lurah pondok ke rumah
Syamsul.
55. Kedatangan Kiai Miftah, Zizi
dan Lurah pondok ke rumah
Syamsul.
Dalam novel dan film penceritaan tentang bagian ini sama. Penceritaan
tentang kedatangan Kiai Miftah, Lurah pondok serta Zizi kerumah Syamsul yang
diterimah oleh keluarga Syamsul untuk menyampaikan kesalahpahamana yang
selam ini terjadi dan untuk meminta maaf atas tuduhan yang telah diberikan
kepada Syamsul.
Tabel 42: Syamsul berceramah di masjid Baitul Makmur
No.
CN
Novel No.
SF
Film
76. Syamsul dimintai Pak Yahyah
untuk menggantikan Ustadz
Faridi berceramah di masjid
Baitul Makmur. Pertemuan
Syamsul dengan Pak Doddy.
57. Syamsul berceramah di masjid
Baitul Makmur. Pertemuan
Syamsul dengan Pak Doddy.
(85.) “Begini, nanti malam kan pengajian rutin. Kebetulan temanya
menyambut bulan suci Ramadhan. Lha sayangnya Ustadz Faridi yang
menjadi pembicara tidak bisa hadir. Tolosng Ustadz gantikan ya?”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 183)
Pada kutipan 85 di atas diceritakan Pak Yahyah meminta Syamsul untuk
mengisi pengajian rutin karena Ustadz Faridi yang biasa mengisi pengajian rutin
tersebut tidak hadir. Karena bujukan Pak Yahyah akhirnya Syamsul mengisi acara
pengajian tersebut.
Gambar 70: Syamsul yang mengisi pengajian di Masjid Baitul Makmur
Pada gambar 70 di atas ditampilkan tokoh Syamsul yang sedang mengisi
acara pengajian di Masjid Baitul Makmur. Dalam film langsung ditampilkan
Syamsul yang berceramah di depan para jamaah Masjid Baitul Makmur.
(86.) “Syamsul menerima kartu nama itu dengan hati diliputi rasa syukur
kepada Allas Swt. Syamsul lalu melangkah ke halaman masjid dan
menaiki motornya…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 186)
Pada kutipan 86 diceritakan setelah tokoh Syamsul member ceramah, dia
ditemui oleh seorang direktur program acara sebuah TV swasta yang tertarik
dengan gaya berceramah Syamsul. Namanya Pak Doddy Alfad. Dia memberikan
kartu namanya kepada Syamsul dan mengajak Syamsul untuk mengisi program
acaranya tersebut.
Gambar 71: Syamsul menerima kartu nama dari Pak Doddy Alfa
Gambar 71 di atas menampilkan tokoh Syamsul yang menerima kartu
nama yang diberikan Pak Doddy Alfa yang mengajaknya untuk mengisi program
acara di stasiun TV swasta tempatnya bekerja.
Proses transformasi dari novel ke film pada penceritaan ini hampir
semuanya sama. Perbedaan yang ada, dalam novel diceritakan Syamsul mengisi
acara pengajian di Masjid Baitul Makmur atas permintaan Pak Yahyah untuk
menggantikan Ustadz Faridi yang tidak bisa hadir. Sedangkan, ketika penceritaan
tersebut ditransformasikan ke dalam film langsung pada tokoh Syamsul yang
sedang mengisi ceramah di Masjid Baitul Makmur.
Tabel 43: Syamsul mengisi acara seminar di Fakultas Ekonomi UI
No.
CN
Novel No.
SF
Film
79. Kedatangan Syamsul ke rumah
Dr. Fathul Hadi. Syamsul
kemudian pergi ke Fakultas
Ekonomi UI untuk mengisi
seminar seperti permintaan
Silvie.
Pada bagian ini diceritakan Silvie meminta Syamsul untuk mengisi
seminar yang akan dilaksanakan fakultas Ekonomi UI. Hal tersebut karena Ustadz
Faridi yang sebenarnya akan menjadi pemateri tiba-tiba tidak bisa hadir. Dengan
bujukan Silvie akhirnya Syamsul megiyakan hal tersebut. Sebelum ke fakultas
ekonomi UI, Syamsul terlebih dahulu ke rumah Dr. Fathul Hadi untuk meminta
petunjuk. Setelah itu dia langsung berangkat ke fakultas ekonomi UI untuk
memberikan seminar. Bagian penceritaan ini dalam novel tidak ditransformasikan
ke dalam film.
Tabel 44: Syamsul menjadi penceramah yang populer
No.
CN
Novel No.
SF
Film
85. Sejak Syamsul berceramah di
masjid Baitul Makmur,
Syamsul banyak mendapat
58. Deskripsi Syamsul yang baru
selesai syuting acara ceramah
di EduTV.
panggilan ceramah. Syamsul
yang baru selesai syuting di
EduTv kemudian dijemput
panitia Tabligh Akbar masjid
Al-Firdaus temapat dimana dia
akan berceramah.
59. Syamsul yang baru saja
menerima terlfon kemudian
menulis agenda di catatan
agendanya. Syamsul telah
menjadi penceramah yang
popular dan banyak
mendapatkan panggilan untuk
ceramah.
60. Deskripsi Syamsul yang
mengisi ceramah di Tabligh
Akbar Jamaah Masjid Al
Firdaus.
(87.) “Sejak Syamsul mengisi ceramah dengan sangat mengesankan di Masjid
Baitul Makmur, Vila Gracia, namanya sudah banyak diceritakan oranag,
terutama dikalangan ibu-ibu majelis taklim. Promosi dari mulut ke mulut
membuat Syamsul nyaris kewalahan menerima undangan yang
berdatangan.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 211)
Pada kutipan 87 di atas diceritakan Syamsul menjadimintanyadi
penceramah terkenal setelah Syamsul berceramah di masjid Baitul Makmur.
Kesibukannya tersebut juga ditandai dengan semakin padatnya permintaan untuk
mengisi ceramah yang.
(88.) “Syamsul diajak naik mobil sedan Camry. Sejurus kemudian sedan
itusudah meluncur di jalan raya menuju Masjid Al Firdaus Jagakarsa,
diamna tablik akbar dilaksanakan.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 212)
Pada kutipan 88 di atas, diceritakan Syamsul dijemput dua orang panitia
pelaksana kegiatan takbir akbar di stasiun EduTv setelah Syamsul selesai syuting.
Gambar 72: Gambar buku catatan Syamsul
Pada gambar 71 di atas menggambarkan kesibukan syamsul. Syamsul
menerima telfon setelah menerima telfon Syasul langsunng mencatatat hal
tersebut.
Gambar 73: Syamsul sedang mengisi Gambar 74: Masjid Al Firdaus.
Pada gambar 72 ditampilkan tokoh Syamsul yang baru selesai
melaksanakan program barunya yaitu ceramah pagi. Para jamaah pun satu per satu
datang untuk berjabat tangan dengan dia. Pada gambar 73 menggambarkan tempat
dimana Syamsul akan berceramah.
Dalam proses transforamsi dari novel ke film bagian ini diceritakan
hampir serupa. Namun, dalam novel semua kegitan Syamsul yang telah
disebutkan di atas diceritakan secara jelas dan runtun kronologi penceritaannya.
Ketika penceritaa-penceritaan tersebut ditransformasikan ke dalam film maka
yang ditampilkan adalah cuplikan-cuplikan yang menandai kegiatan-kegitan
Syamsul.
Tabel 45: Kedatangan Burhan dan keluarganya di Villa Gracia
No.
CN
Novel No.
SF
Film
81. Syamsul yang kembali menjadi
imam di masjid Baitul Makmur
melihat Burhan dan keluarganya
memasuki masjid.
67. Syamsul yang kembali menjadi
imam di masjid Baitul Makmur
melihat Burhan dan keluarganya
memasuki masjid.
(89.) “Azan maghrib dikumandangkan dan Syamsul kembali di daulat menjadi
imam. Ketika ia meluruskan barisan ia kaget.Sepintas ia melihat Burhan
masuk masjid diikuti oleh keluarganyy.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal (96-197)
Gambar 75: Pertemuan kembali Syamsul dan Burhan
Pada gambar 75 ditampilkan tokoh Syamsul yang kembali di daulat
menjadi imam. Ketika akan meluruskan barisan Syamsul melihat Burhan. Pada
proses transformasinya, penceritaan bagian ini diceritakan sama antara novel yag
diengan film yang ditransformasikan dari novel.
Proses transformasi yang terjadi pada bagian ini adalah, dalam novel
diceritakan Syamsul yang menjadi imam dikejutkan dengan kedatangan Burhan
dan keluarg di Masjid Baitul Makmur hal yang sama juga tergambar ketika novel
ini ditransformasikan ke dalam bentuk film.
Tabel 46: Pertemuan kembali Burhan dan Syamsul
No.
CN
Novel No.
SF
Film
82. Pertemuan kembali Syamsul
dan Burhan setelah sholat
berjamaah di halaman masjid
Baitul Makmur.
68. Pertemuan kembali Syamsul
dan Burhan setelah sholat
berjamaah di halaman masjid
Baitul Makmur.
(90.) “Hai maling, gimnan ceritanya kau bisa jadi imam di sini? Apa sah
sholatnya makmum yang diimami seorang penjahat? Nanti kalau aku jadi
orang sini sebaiknya kau angkat kaki sebelum diusir dengan tidak hormat
kedua kali!?”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 197-198)
Pada kutipan 90 di atas, diceritakan pertemuan kembali antara Burhan dan
Syamsul di halaman masjid. Burhan kemudian memancing emosi Syamsul dengan
hinaan-hinaannya. Syamsul sempat terpancing dengan Burhan, tetapi suara lembut
Della merendahkan kembali amarahnya. Della yang membisikan sesuatu
mengenai Silvie kemudian dijadikan Syamsul senjata untuk membalas Burhan.
Dan bisa ditebak akhirnya, Burhan yang penasaran merasa mara dan ingin cepat-
cepat bertemu Silvie untuk menanyakan semuanya.
Gambar 76: Pertemuan kembali Syamsul dan Burhan di lingkungan masjid.
Pada gambar 76 di atas, diceritakan pertemuan kembali antara Burhan dan
Syamsul di halaman masjid. Burhan kemudian memancing emosi Syamsul dengan
hinaan-hinaannya. Syamsul sempat terpancing dengan Burhan, tetapi suara lembut
Della merendahkan kembali amarahnya. Della yang membisikan sesuatu
mengenai Silvie kemudian dijadikan Syamsul senjata untuk membalas Burhan.
Dan bisa ditebak akhirnya, Burhan yang penasaran merasa mara dan ingin cepat-
cepat bertemu Silvie untuk menanyakan semuanya.
Dalam proses transformasinya, penceritaan mengenai bagian pertemuan
kembali Burhan dan Syamsul dalam novel tetap mendapatkan penceritaan yang
sama ketika ditransformasikan ke dalam film.
Tabel 47: Penolakan Lamaran Burhan
No.
CN
Novel No.
SF
Film
83. Penolakan lamaran Burhan dan
keluarga oleh Silvie dan
keluarganya.
69. Penolakan lamaran Burhan dan
keluarga oleh Silvie dan
keluarganya.
Hal yang sama juga terjadi pada alur ini. Pada proses transformasinya dari
novel ke dalam bentuk film, alur ini mendapatkan porsi penceritaan yang sama
antara novel dan film. Diceritakan Burhan yang datang bersama dengan
keluarganya untuk melamar Silvie kemudian ditolak oleh keluarga Silvie. Burhan
yang tidak terima penolakan tersebut kemudian menjelek-jelekan Silvie. Silvie
yang tidak terima selanjutnya menceritakan dan memberikan bukti tentang
kebusukan Burhan. Burhan yang tidak menerima dihina langsung menampar
Silvie. Akhirnya Burhan diamankan oleh satpam.
Tabel 48: Kejujuran Syamsul
No.
CN
Novel No.
SF
Film
84. Kejujuran Syamsul kepada
Silvie mengenai masa lalunya.
70. Kejujuran Syamsul kepada
Silvie mengenai masa lalunya.
Transformasi dari novel ke dalam bentuk film untuk penceritaan alur ini
juga tidak berbeda. Syamsul yang bertemu dengan Silvie di rumah Della ketika
dia datang untuk mengajar Della dan Silvie yang baru akan pulang setelah
mengajar Della. Syamsul kemudaian memanggil Silvie untuk menyampaikan
keprihatinannya atas masalah yang menimpa Silvie semalam yang di dengarnya
dari satpam. Dia juga menceritakan semua dari awal apa yang menjadi sebab
kedatangannya ke komplek Villa Gracia tersebut. Silvie yang masih terlihat kaget
dan seperti tidak percaya dengan pengakuan Syamsul kemudian berlari pergi dan
pulang ke rumahnya.
Tabel 49: Syamsul Menelfon Nadia
No.
CN
Novel No.
SF
Film
87. Syamsul menelfon Nadia dan
pesantren Al Furqan untuk
memberitahukan mereka agar
menonton ceramah pagi di EduTv.
71. Syamsul menelfon Nadia untuk
memberitahukan agar mereka
sekeluarga menonton ceramah
pagi di EduTv.
(91.) “Tanggal 8 Ramdhan ia menelpon Nadia adiknya. Ia meminta untk
menonton cermah pagi di EduTV jam lima pagi.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 217)
(92.) “Kang tolong besok seluruh santri diminta nonton cermah siaran ruhani di
EduTV jam lima pagi. Pengisinya kalau tidak salah seorang ustadz alumi
pesantren kit…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 217)
Pada kutipan 91 Syamsul menelfon Nadia untuk memberitahukan kepada
seluruh keluarga untuk menonton ceramah pagi di EduTV yang akan diisi oleh
dirinya. Kutipan 92 diceritakan Syamsul juga menlfon pesantren Al Furqan untuk
memberitahukan hal yang sama.
Gambar 77: Nadia yang menerima telfon dari Syamsul
Pada gambar 75 di atas, ditampilkan Nadia yang sedang menerima telfon
dari Syamsul yang memberitahukan kepada Nadia agar memberitahukan kepada
seluruh keluarga untuk menonton ceramah pagi di EduTV. Syamsul juga
menyampaikan bahwa insyallah dia akan tampil pada acarah ceramah tersebut.
Dalam proses transformasinya dari novel ke film, penceritaan tentang
Syamsul yang menelfon Nadia ditransformasikan sama ke dalam film.
Perbedaannya adalah, bagian dimana Syamsul juga menelfon pihak pesantren
tidak ditransformasikan ke dalam film.
Tabel 50: Penampilan Syamsul di EduTv
No.
CN
Novel No.
SF
Film
88. Suasana haru saat keluarga
Syamsul dan para pengurus
pesantren Al Furqan menonton
Syamsul yang sedang
berceramah. Silvie yang ditemani
orang tuanya juga menonton
72. Suasana haru saat keluarga
Syamsul dan para pengurus
pesantren Al Furqan menonton
Syamsul yang sedang
berceramah. Silvie yang
ditemani orang tuanya juga
Syamsul yang sedang
berceramah. Ketertarikan Silvie
kepada Syamsul diketahui oleh
rang tuanya.
menonton Syamsul yang sedang
berceramah. Ketertarikan Silvie
kepada Syamsul diketahui oleh
orang tuanya.
Transformasi bagian ini dari novel kedalam bentuk film masi mendapat
porsi penceritaan yang sama. Pagi harinya keluarga besar Syamsul begitu terharu
menyaksikan Syamsul yang sedang berceramah di EduTv. Hal serupa juga terjadi
di pesantren AL Furqan. Keharuan dan kebahagaian tergambar di wajah mereka
ketika menyaksikan Syamsul yang sednag berceramah.
Hal berbeda timbul di rumah Slvie. Silvie bersama dengan kedua orang
tuanya sedang menyaksikan Syamsul yang sedanga berceramah di TV. Seketika
Silvie mulai memuji Syamsul dan ketertarikan Silvie terhadap Syamsul nampak
jelas diwajahnya. Orang tuanya yang melihat hal tersebut kemudian memutuskan
untuk melamarkan Syamsul buat Silvie.
Tabel 51: Kedatangan Ibu, Nadia, Zizi, Kiai Miftah dan Lurah Pondok
No.
CN
Novel No.
SF
Film
90. Syamsul yang sedang mengajar
anak-anak mengaji dikagetkan
dengan kedatangan Ibu dan
Nadia yang juga diikuti Zizi. Zizi
kemudian menyampaikan bahwa
Kiai Miftah dan Lurah Pondok
juga datang bersama dengan
mereka. Pertemuan antara
Syamsul dengan Kiai Miftah dan
Lurah Pondok.
74. Syamsul yang sedang mengajar
anak-anak mengaji dikagetkan
dengan kedatangan Ibu dan
Nadia yang juga diikuti Zizi.
Zizi kemudian menyampaikan
bahwa Kiai Miftah dan Lurah
Pondok juga datang bersama
dengan mereka. Pertemuan
antara Syamsul dengan Kiai
Miftah dan Lurah Pondok.
91. Syamsul bersama dengan Ibu,
Nadia, Zizi, Kiai Miftah dan
75. Syamsul bersama dengan Ibu,
Nadia, Zizi, Kiai Miftah dan
Lurah Pondok berbincang-
bincang di rumah Syamsul.
Orang tua Silvie datang diikuti
oleh Kiai Miftah, Lurah Pondok,
Zizi dan Nadia yang berpamitan
untuk pulang. Kesedihan Zizi
mendengar Syamsul yang telah
dilamar orang tua Silvie.
Lurah Pondok berbincang-
bincang di rumah Syamsul.
Orang tua Silvie datang diikuti
oleh Kiai Miftah, Lurah Pondok,
Zizi dan Nadia yang berpamitan
untuk pulang. Kesedihan Zizi
mendengar Syamsul yang telah
dilamar orang tua Silvie.
Hal yang sama juga terjadi pada penceritaan alur yang ditransformaiskan
dari novel ke dalam bentuk film. Syamsul yang sedang mengajar anak-anak
mengaji didatangi seorang anak yang menunjukan bahwa ada seseorang yang
mencarinya di serambi musholla. Syamsul bangkit dan keluar untuk melihatnya.
Syamsul sangat terkejut melihat kedatangan ibu dan adiknya Nadia. Rasa haru
menyelimuti ruangan tersebut. Kemudian Zizi datang dan menyampaikan bahwa
kakaknya dan lurah pondok juga ikut datang tetapi mereka masih belum berani
untuk menemui Syamsul.
Syamsul langsung pergi meuju tempat mereka. Suasaan haru juga terjadi
saat itu dimana Kiai Miftah yang meminta maaf kepada Syamsul dan ingin
mencium kaki Syamsul tetapi tidak diizinkan oleh Syamsul karena Syamsul telah
memaafkan semua kesalahan mereka.
Mereka kemudian berkumpul di rumah Syamsul. Tiba-tiba Pak Heru dan
ibu Heru datang, bersamaan dengan itu Kiai Miftah, Lurah Pondok, Zizi, dan
Nadia berpamitan untuk pulang. Ketika di jalan menuju mobil ternyata Zizi
meulpakan tasnya. Saat itu Zizi yang ditemani Nadia kembali untuk mengambil
tas tersebut. Saat didepan pintu Zizi tak sengaja mendengar pembicaraan Pak
Heru yang datang untuk melamar Syamsul. Kesedihan Nampak jelas di wajahnya.
Zizi kemudian langsung berbalik dan meminta Nadia untuk mengambilkan tasnya.
Penceritaan dalam novel untuk bagian yang telah dijelaskan di atas
ditransformasikan sama ke dalam film.
Tabel 52: Kedatangan Ibu Bambang dan Syamsul ke rumah Silvie
No.
CN
Novel No.
SF
Film
93. Kedatangan Bu Bambang dan
Syamsul ke rumah Silvie untuk
menyampaikan jawaban atas
lamaran keluarga Silvie. Mereka
kemudian merancang tanggal
pernikahan Silvie dan Burhan.
Silvie menginginkan pernikahan
mereka dilaksanakan secepatnya.
Dalam novel diceritakan Syamsul membawa ibunya ke rumah Silvie untuk
menjawab lamaran keluarga Silvie terhadpnya. Mereka kemudian menyusun
rencana tanggal pernikahan Syamsul dan Silvie. Dalam penyusunan tersebut
Silvie ingin pernikahannya segera dilaksanakan setelah lebaran Idul Fitri.
(93.) “Tidak Pa. Silvie tidak setuju. Silvie ingin secepatnya. Lebih cepat lebih
baik. Biar tidak jadi fitnah, benar tidak Mas Syamsul?...”
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 242)
Pada kutipan 93 dijelaskan keingin Silvie untuk segera melaksanakan
pernikahan dirinya dengan Syamsul. Penceritaan bagian ini yang terdapat dalam
novel tidak ditransformasikan ke dalam film.
Tabel 53: Persiapan pernikahan Syamsul oleh keluarga Syamsul
No.
CN
Novel No.
SF
Film
96. Nadia dan kedua orang tuanya
di Pekalongan sedang
mempersiapkan kain yang akan
dibagi kepada keluarga mereka
77. Nadia dan kedua orang tuanya
di Pekalongan sedang
mempersiapkan kain yang akan
dibagi kepada keluarga mereka
dan keluarga Silvie. dan keluarga Silvie.
95. Syamsul mengajak keluarga
besarnya ke Jakarta untuk
melamar Silvie secara resmi.
Syamsul dan Silvie mulai
mempersiapkan pernikahan
mereka. Undanga telah mereka
sebar. Silvie dan Syamsul juga
mencoba baju pengantin mereka
ditemani oleh orang tua Silvie.
78. Silvie dan Syamsul mencoba
baju pengantin mereka ditemani
oleh orang tua Silvie.
Persiapan pernikahan Silvie dan Syamsulpun dilakukan. Keluarga
Syamsul di Pekalongan, Nadia, Bu Bambang dan Pak Bambang dengan penuh
rasa bahagia mempersiapkan kain batik yang akan dibagi-bagikan kepada
keluarga mereka dan keluarga Syamsul.
Di Jakarta Syamsul dan Silvie bersama keluarga Silvie juga melakukan
persiapan pernikahan tersebut. Syamsul dan Silvie ditemani orang tua SIlvie
mencoba baju pengantin mereka di sebuah butik.
Penceritaan tentang persiapan pernikahan Syamsul dan Silvie dalam novel
ditransformasikan sama ke dalam film.
Tabel 54: Kepergian Silvie ke Bogor
No.
CN
Novel No.
SF
Film
98. Silvie berpamitan kepada kedua
orang tuanya untuk pergi
mengantar undangan kepada
budenya di Bogor.
79. Silvie berpamitan kepada kedua
orang tuanya untuk pergi
mengantar undangan kepada
budenya di Bogor.
99. Silvie mengalami kecelakan
mobil dalam perjalanannya ke
Bogor. Kecelakaan tersebut
merenggut nyawanya.
80. Silvie mengalami kecelakan
mobil dalam perjalanannya ke
Bogor. Kecelakaan tersebut
merenggut nyawanya.
Silvie yang memaksakan diri untuk mengantar undangan pernikahannya
kepada budenya di Bogor seorang diri. Silvie yang memacu kendaraannya dalam
perjalanan kemudian menelfon Syamsul yang sedang berada di lokasi syuting
ceramah pagi. Saat pembicaraan tersebut Silvie tidak melihat kendaraan yang
datang dari arah berlawanan, hal tersebut membuat Silvie terkejut dan tak mampu
menguasai kendali mobilnya.
Akhirnya Silvie menabrak sebuah warung dan terpental jauh. Mobil
tersebut terbalik dan Silvie mengalami kecelakaan yang merenggut nyawanya.
Syamsul yang sempat mendengar teriakannya sangat panik dan memanggil-
manggil nama Silvie.
Penceritaan tentang kecelakaan yang merenggut nyawa Silvie dalam novel
ditransformasikan sama ke dalam film.
Tabel 55: Kesedihan Syamsul dan kepulangannya ke Pekalongan
No.
CN
Novel No.
SF
Film
102. Kematian Silvie merupakan
Pukulan berat yang dialami oleh
Syamsul. Syamsul terpuruk
dalam kesedihannya. Syamsul
berhenti dari semua aktivitasnya.
Ibu Syamsul berhasil membujuk
Syamsul untuk pulang ke
Pekalongan. Syamsul tetap
bersedih walaupun telah dihibur
keluarganya.
83. Deskripsi kereta api yang terus
melaju melewati hutan.
Transformasi dari novel ke dalam film pada penceritaan ini sama. Syamsul
yang ditinggalkan Silvie kemudian terpuruk dalam kesedihan dan dunianya
sendiri. Syamsul berhenti dari semua kegiatannya. Bu Bambang kemudian
membujuk Syamsul untuk pulang ke Pekalongan. Walaupun telah dihibur oleh
seluruh keluarganya, kesedihan Syamsul belum bisa hilang dari dirinya.
Tabel 56: Kedatangan Zizi ke rumah Syamsul
No.
CN
Novel No.
SF
Film
103. Bu Bambang terus menasehati
Syamsul yang masih terpuruk
dalam kesedihan. Zizi datang
ke rumah Syamsul.
84. Bu Bambang terus menasehati
Syamsul yang masih terpuruk
dalam kesedihan. Zizi datang
ke rumah Syamsul.
Transformasi dari novel ke film pada penceritaan bagian ini sama. Zizi
yang datang ke rumah Syamsul sekedar untuk mampir dan memberikan oleh-oleh
dari Kediri yang dibawahnya. Saat kedatangan Zizi Bu Bambang sedang
menasehati Syamsul yang terlihat masih terpuruk dalam kesedihannya. Bu
Bambang kemudian menyatakan hal tersebut kepada Zizi saat Zizi menengok ke
Syamsul.
Tabel 57: Kedatangan Kiai Miftah ke rumah Syamsul
No.
CN
Novel No.
SF
Film
107. Kiai Miftah dan istrinya datang
ke ruamah Syamsul yang
disambut oleh Syamsul dan
keluarganya. Kiai Miftah
menyampaikan maksud
kedatanganya untuk mengajak
Syamsul berceramah di
pesantren Al Furqan dan
85. Kiai Miftah dan istrinya datang
ke ruamah Syamsul yang
disambut oleh Syamsul dan
keluarganya. Kiai Miftah
menyampaikan maksud
kedatanganya untuk mengajak
Syamsul berceramah di
pesantren Al Furqan dan
melamar Syamsul untuk adiknya. melamar Syamsul untuk adiknya.
Transformasi dari novel ke dalam film mengenai penceritaan kedatangan
keluarga Zizi yaitu Kiai Miftah dan istrinya ke rumah Syamsul untuk meminta
Syamsul berceramah di pesantren Al Furqan dan menjadi calon suami untuk Zizi.
Perbedaan yang muncul yaitu hal yang membuat Kiai Miftah berani untuk
mendatangi rumah Syamsul. Dalam novel kedatangan tersebut antas permintaan
Zizi yang mengetahui bahwa Syamsul telah kembali bersemangat dan kembali ke
jalan yang lurus. Sepertik kutipan berikut ini.
(94.) “ Mas Syamsul telah kembali ke jalan yang semestinya. Kalau
Kangmas, tidak keberatan sebaiknya Kangmas sowan langsung ke
keluarga Mas Syamsul. Zizi tidak perlu ikut. Kedatangan Kangmas
Miftah tanpa Zizi insya Allah cukup.’
(Dalam Mihrab Cinta, hal. 266)
Pada kutipan 93 diceritakan kepergian Kiai Miftah dan istrinya untuk
melamarkan Syamsul buat Silvie didorong karena permintaan Zizi dan
penyampaian Zizi tetang Syamsul yang telah kembali ke jalan lurus. Bagian ini
tidak di transformasikan ke dalam film.
Tabel 58: Kedatangan keluarga Syamsul ke pesantren Al Furqan
No.
CN
Novel No.
SF
Film
108. Kedatangan Syamsul dan
keluarga ke pesantren Al
Furqan yang disambut para
santri dan keluarga Kiai Miftah.
Kedatangan mereka untuk
menyampaikan jawaban atas
lamaran Kiai Miftah.
86. Kedatangan Syamsul dan
keluarga ke pesantren Al
Furqan yang disambut para
santri dan keluarga Kiai Miftah.
Kedatangan mereka untuk
menyampaikan jawaban atas
lamaran Kiai Miftah.
Transforamasi dari novel ke dalam bentuk film berikutnya adalah
penceritaan tentang kedatangan keluarga Syamsul ke Pesantren AL Furqan untuk
menyampaikan bahwa Syamsul menerima untuk menjadi penceramah di
pesantren tersebut. Selanjutnya dia juga menyampaikan bahwa dia menerima
untuk menjadi suami Zidna Ilma dan menanyakan apakan Zizi memiliki sayarat
untuknya. Denagn malu-malu Zizi menyampaikan bahwa dia tidak memiliki
Syarat apapun. Penceritaan alur dalam ini dalam novel ditransformasikan sama ke
dalam film.
Tabel 59:. Syamsul berceramah di pesantren Manabi’ul Qur’an
No.
CN
Novel No.
SF
Film
106. Syamsul kembali berceramah di
pesantren Manabi’ul Qur’an. Zizi
kemudian menelfon kakanya
menyampaikan kemajuan
Syamsul dan meminta kakaknya
untuk pergi ke rumah Syamsul.
87. Syamsul kembali berceramah di
pesantren Manabi’ul Qur’an.
Sedikit perbedaan yang terdapat pada bagian akhir dari film ini. Dalam
film dibagian akhirnya Syamsul sedang berceramah dihadapan para santri yang
disitu juga ada Nadia dan Zizi. Gambaran ini bermaksud untuk menujukkan
bahwa Syamsul telah kembali bangkit dan berceramah lagi. Perhatikan gambar
berikut ini.
4.1.3 Transformasi Latar Novel ke Film Dalam Mihrab Cinta
4.1.3.1 Latar Tempat Dalam Novel
Latar tempat yang mendukung jalan cerita novel Dalam Mihrab Cinta
dapat diuraikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 60: Latar tempat novel Dalam Mihrab Cinta
No. Novel
1. Jl. GajahMada
2. Becak
3. Stasiun Pekalongan (loket)
4. Kereta Api
5. Alun-alun Kota Pekalongan
6. Stasiun Jebres, Solo.
7. Stasiun Kediri.
8. Pesantren Al Furqa (Masjid, lingkungan pesantren, kamar para santri,
gudang, kantor pesantren, kamar Zizi, rumah Zizi)
9. Pesantren Lirboyo (Kantor pengurus, kamar santri dari daerah
Pekalongan dan Batang).
10. Pesantren Al Falah Ploso
11. Pesantren Al Inayah Semen.
12. Warung mie godog.
13. Lingkuangan pesantren
14. Pesantren Manabi’ul Qur’an (auditorium)
15. Rumah Syamsul (ruang tamu, kamar Syamsul).
16. Kota Semarang (masjid-masjid).
17. Masjid Baiturrahman, Simpang lima, Semarang.
18. Warung Naasi angkring.
19. Bus.
20. Kampus dua IAIN Walisongo.
21. Polsek Tugu Semarang (ruang tahanan, ruang kunjungan).
22. Terminal Lebak Bulus.
23. Jakarta (masjid-masjid).
24. Musholla Al Ikhlas.
25. Rumah kontrakan Syamsul.
26. Kafe.
27. Restoran.
28. Bengkel.
29. Kopaja.
30 Komplek Villa Gracia.
31. Rumah Pak Broto (ruang tamu).
32. Rumah Pak Heru (ruang tamu, kamar Silvie, ruang nonton).
33. Masjid Baitul Makmur.
34. Sekolah Tinggi Agama Islam Swasta (Perpustakaan)
35. Fakultas Ekonomi UI
36. Rumah Dr. Fathul Hadi.
37. Toko Buku
38. Stasiun TV
39. Masjid Al-Firdaus, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
40. Pasar Ciputat
41. Kantor Pos
42. Pantai.
43. Watel
44. Rumah Baru Syamsul
45. Jalan dimana Silvie menngalami kecelakaan.
4.1.3.2 Latar Tempat Dalam Film
Latar tempat yang mendukung jalan cerita film Dalam Mihrab Cinta dapat
diuraikan pada tabel di bawah ini.
Tabel 61: Latar tempat film Dalam Mihrab Cinta
No. Film
1. Stasiun Pekalongan
2. Kereta Api
3. Stasiun Jebres, Solo.
4. Stasiun Kediri.
5. Deskripsi Kota Kediri
6. Pesantren Al Furqa (Masjid, lingkungan pesantren, kamar para santri,
gudang, kantor pesantren, rumah Zizi)
7. Deskripsi Kota Pekalongan
8. Rumah Syamsul (Teras, Tempat penjualan batik, ruang tamu, kamar
Syamsul).
9. Deskripsi Kota Semarang.
10. Masjid Baiturrahman, Simpang lima, Semarang.
11. Warung Naasi angkring.
12. Bus
13. Klenteng.
14. Polsek Tugu Semarang (ruang tahanan, ruang kunjungan).
15. Pesantren Manabi’ul Qur’an.
16. Jakarta (masjid-masjid).
17. Mushola Al Ikhlas.
18. Rumah kontrakan Syamsul (ruang tamu, kamar).
19. Kafe
20. Restoran
21. Tempat pencucian mobil.
22. Kopaja
23. Komplek Villa Gracia
24. Rumah Pak Broto (ruang tamu, pendopo di pekarangan rumah).
25. Rumah Pak Heru (ruang tamu, ruang nonton dan kamar Silvie).
26. Masjid Baitul Makmur.
27. Buswey.
28. Toko Buku
29. Rumah Damayanti
30 Wartel
31. Staisun TV
32. Masjid Al Firdaus.
33. Toko baju muslimah.
34. Kantor pos.
35. Rumah baru Syamsul.
36. Jalan dimana Silvie menngalami kecelakaan.
4.1.3.3 Transformasi Latar Tempat
Tabel 62: Transformasi latar tempat novel ke film Dalam Mihrab Cinta
No. Novel Film
1. Jl. GajahMada Stasiun Pekalongan
2. Becak Kereta Api
3. Stasiun Pekalongan (loket) Stasiun Jebres, Solo.
4. Kereta Api Stasiun Kediri.
5. Alun-alun Kota Pekalongan Deskripsi Kota Kediri
6. Stasiun Jebres, Solo. Pesantren Al Furqa (Masjid,
lingkungan pesantren, kamar
para santri, gudang, kantor
pesantren, rumah Zizi)
7. Stasiun Kediri. Deskripsi Kota Pekalongan
8. Pesantren Al Furqa (Masjid,
lingkungan pesantren, kamar
para santri, gudang, kantor
pesantren, kamar Zizi, rumah
Zizi)
Rumah Syamsul (Teras, Tempat
penjualan batik, ruang tamu,
kamar Syamsul).
9. Pesantren Lirboyo (Kantor
pengurus, kamar santri dari
daerah Pekalongan dan Batang).
Deskripsi Kota Semarang.
10. Pesantren Al Falah Ploso Masjid Baiturrahman, Simpang
lima, Semarang.
11. Pesantren Al Inayah Semen. Warung Naasi angkring.
12. Warung mie godog. Bus
13. Lingkuangan pesantren Klenteng.
14. Pesantren Manabi’ul Qur’an
(auditorium)
Polsek Tugu Semarang (ruang
tahanan, ruang kunjungan).
15. Rumah Syamsul (ruang tamu,
kamar Syamsul).
Pesantren Manabi’ul Qur’an.
16. Kota Semarang (masjid-masjid). Jakarta (masjid-masjid).
17. Masjid Baiturrahman, Simpang
lima, Semarang.
Mushola Al Ikhlas.
18. Warung Naasi angkring. Rumah kontrakan Syamsul
(ruang tamu, kamar).
19. Bus. Kafe
20. Kampus dua IAIN Walisongo. Restoran
21. Polsek Tugu Semarang (ruang
tahanan, ruang kunjungan).
Tempat pencucian mobil.
22. Terminal Lebak Bulus. Kopaja
23. Jakarta (masjid-masjid). Komplek Villa Gracia
24. Musholla Al Ikhlas. Rumah Pak Broto (ruang tamu,
pendopo di pekarangan rumah).
25. Rumah kontrakan Syamsul. Rumah Pak Heru (ruang tamu,
ruang nonton dan kamar Silvie).
26. Kafe. Masjid Baitul Makmur.
27. Restoran. Buswey.
28. Bengkel. Toko Buku
29. Kopaja. Rumah Damayanti
30 Komplek Villa Gracia. Wartel
31. Rumah Pak Broto (ruang tamu). Staisun TV
32. Rumah Pak Heru (ruang tamu,
kamar Silvie, ruang nonton).
Masjid Al Firdaus.
33. Masjid Baitul Makmur. Toko baju muslimah.
34. Sekolah Tinggi Agama Islam
Swasta (Perpustakaan)
Kantor pos.
35. Fakultas Ekonomi UI Rumah baru Syamsul.
36. Rumah Dr. Fathul Hadi. Jalan dimana Silvie menngalami
kecelakaan.
37. Toko Buku
38. Stasiun TV
39. Masjid Al-Firdaus, Lenteng
Agung, Jakarta Selatan.
40. Pasar Ciputat
41. Kantor Pos
42. Pantai.
43. Watel
44. Rumah Baru Syamsul
45. Jalan dimana Silvie menngalami
kecelakaan.
Jlh. 45 36
Berdasarkan uraian latar tempat pada novel dan film Dalam Mihrab Cinta
yang di kemukakan pada tabel 3, dapat dikatakan bahwa jumlah latar tempat
antara novel dan film berbeda. Namun, dalam penelitian ini peneliti tidak
mengkaji perbedaan jumlah latar tersebut tetapi peneliti mengfokuskan pada latar
yang mempengaruhi jalannya cerita yang didasarkan kepada empat tokoh penting
yang telah diuraikan pada bagian transformasi tokoh.
1.) Kereta Api
Kereta Api merupakan tempat pertemuan antara tokoh Syamsul dan tokoh
Zizi. Latar kereta api ini ditampilkan dalam novel dan film yang
ditransformasikan dari novel. Berikut ini kutipan novel dan gambarnya.
(95.) “Ia langsung berlari. Alaram tanda kereta siap diberangkatkan masih
berbunyi. Tangga-tangga dari kayu untuk naik ke pintu kereta mulai di
tarik…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal 4)
Pada kutipan 95 dijelaskan pemuda berambut gondrong yang berlari
memasuki kereta api yang mulai berjalan.
Gambar 78: Kereta api yang mulai berjalan
Gambar 78 memperlihatkan kerta api yang sudah berjalan meninggalkan
Stasiun Pekalongan.
Dalam proses transformasih, deskripsi latar kereta dalam film
ditransformasikan dama dari deskripsi latar kereta dalam novel.
Pemuda berambut gondrong setelah mendapatkan tiketnya berlari
memasuki kereta tanpa melihat lagi gerbong yang dia naiki.
(96.) “Ini gerbong berapa Pak? Tanyanya pada seorang petugas kereta.
Karena tergesa-gesa ia tidak sempat memperhatikan di grbong berapa ia
meloncat.
“Ini gerbong tujuh.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal 4)
Pada kutipan 96 di atas, diceritakan pemuda berambut gondrong yang
tergesa-gesa menaiki kereta tidak melihat gerbong yang dia naiki. Pemuda
berambut gondrong tersebut berada di gerbong tujuh sementara ditiket kereta yang
dia miliki tertulis gerbong empat.
Latar gerbong tujuh ini hanya terdapat dalam novel dan tidak
ditransformasikan ke film Dalam Mihrab Cinta.
2.) Alun-alun Kota Pekalongan
Tempat ini tidak ditampilkan dalam film yang ditransformasikan dari
novel karena adanya pengurangan beberapa alur dan tokoh dari novel yang
ditransformasikan ke dalam film. Berikut ini kutipan dalam novel yang
menggambarkan latar tempat ini.
(97.) “Suatu sore, ia pergi ke alun-alun kota Pekalongan…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal 8)
Pada kutipan 97 diceritakan ketika pemuda berambut gondrong mengingat
kembali masa lalunya, deskripsi latar tempat yang tergambarkan adalah alun-alun
kota Pekalongan dimana dia bertemu dengan lelaki berambut gondrong yang
membicarakan masalah agama islam.
Latar alun-alun kota Pekalongan ini hanya terdapat dalam novel dan tidak
ditransformasikan ke dalam film.
3.) Pesantren Al Furqan.
Dalam transformasinya, Pesantren Al Furqan ditampilkan bersama dengan
beberapa tempat yang ada didalmnnya yang mendukung jalannya cerita. Tempat-
tempat tersebut adalah, masjid, kamar para santri, gudang, ruang tamu pesantren.
Latar yang tidak diangkat ke dalam film yaitu kamar Zizi. Hal tersebut karena
adanya pengurangan alur yang terjadi ketika novel ini ditransformasikan ke dalam
bentuk film.
(98.) “Yang penting sekarang ia resmi tercatat sebagai santri baru
Pesantren Al Furqan…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal 49)
Pada kutipan 98 diceritakan Syamsul telah resmi menjadi santri di
Pesantren Al Furqan. Pesantren Al Furqan merupakan tempat dimana Syamsul
sedang menimba ilmu tentang agama islam.
Gambar 79: Pintu gerbang pesantren AL Furqan
Gambar 79 memperlihatkan pintu gerbang yang di papan nama tertulis
“Pondok Pesantren Al Furqan.”
Pesantren Al Furqan yang diceritakan dalam novel ditransformasikan ke
film Dalam Mihrab Cinta.
(99.) “…Syamsul melangkah tenang ke kamarnya. Ia langsung menuju
lemari Burhan…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal 70)
Kutipan 99 mendeskripsikan kamar di pesantren Al Furqan dimana
Syamsul dan teman sekamarnya tinggal.
Gambar 80: Kamar Syamsul di pesantren Al Furqan
Gambar 80 memperlihatkan keadaan kamar Syamsul dan teman-temannya
di Pesantren Al Furqan. Dalam proses transformasi dari novel ke film deskripsi
kamar Syamsul di pesantren Al Furqan ini diperlihatkan.
(100.) “…Akhirnya dia dilempar ke gudang…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal 74)
Kutipan 100 mendeskripsikan bagian gudang pesantren dimana Syamsul
ditempatkan setelah dia dituduh mencuri dan juga tempat Syamsul menunggu
untuk mendapatkan hukuman.
Gambar 81: Gudang Pesantren Al Furqan
Gambar 81 memperlihatkan gudang pesantren Al Furqan dimana Syamsul
disekap untuk menunggu hukuman. Pada proses transformasinya dari novel ke
film gudang pesantren ditransformasikan sama.
(101.) “Siang itu setelah jenazah Kiai Baejuri dimakamkan, Zizi
menghempaskan tubuhnya ke kamarnya.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal 29)
Kutipan 101 mendeskripsikan kamar Zizi dimana Zizi membaringkan
badannya setelah pemakaman ayahnya dan tempat dimana Zizi membaca surat
wasiat ayahnya. Deskripsi kamar Zizi ini tidak ditransformasikan ke film.
4.) Rumah Syamsul.
Rumah Syamsul merupakan salah satu tempat terjadinya alur cerita dalam
film yang ditransformasikan dari novel Dalam Mihrab Cinta.
(102.) “Syamsul istirahan di kamarnya dengan mata berkaca-kaca. Ia merintih
kepada Tuhan, “Ya Allah, jika keluarga sudah tidak lagi percaya
padanya. Apalah arti hidup di dunia ini.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal 90)
Kutipan 102 mendeskripsikan kamar Syamsul dimana Syamsul sedang
beristirahat dan Nadia masuk untuk mengobati Syamsul.
Gambar 82: Deskripsi Kamar Syamsul
Gambar 82 mendeskripsikan suasan kamar Syamsul dimana Syamsul baru
selesai sholat dan Nadia masuk untuk berbicara bersamnya.
(103.) “Hari berikutnya Zizi sampai di rumah orang tua Syamsul”
(Dalam Mihrab Cinta, hal 100)
Pada kutipana 103 digambarkan tempat dimana Zizi berada yaitu di rumah
Syamsul.
Gambar 83: Deskripsi rumah Syamsul
Gambar 83 memperlihatkan keberadaan Zizi di rumah Syamsul. Dalam
proses transformasinya, rumah Syamsul dalam novel ditransformasikan ke film/.
Gambar 84: Tempat penjualan kain batik yang ada di rumah Syamsul
Gambar 84 memperlihatkan tempat penjualan kain batik yang dimiliki
keluarga Syamsul di rumah Syamsul. Bagian dari rumah Syamsul ini dalam novel
tidak ditransformaskan ke film Dalam Mihrab Cinta.
5.) Warung mie gedog
Latar ini hanya ditampilkan dalam novel. Hal tersebut karena dalam film
latar ini tidak diperlukan karena alur yang menggambarkan latar ini tidak diangkat
ke dalam film. Berikut ini kutipan novel yang menunjukan keberadaan latar ini.
(104.) “…Tak jauh dari situ ada warung makanan yang menjual mie
gedog…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal 39)
Deskripsi latar warung mie godog yang ada dalam novel tidak
ditransformasikan ke film Dalam Mihrab Cinta.
6.) Polsek Tugu Semarang
Dalam penggambaran latar ini juga dihadirkan penjara dimana Syamsul
mendekam. Latar ini ditransformasikan ke dalam film. Berikut ini kutipan novel
dan gambar yang menjelaskan tentang keberadaan latar ini.
(105.) “Sejak tertangkap itu Syamsul mendekam di penjara Polsek
Semarang Tugu. Ia sat sel dengan dua orang narapidan yang
tertangkap karena mencuri sepeda motor.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal 108)
Pada kutipan 105 dideskripsikan temapt dimana Syamsul dipenjara setelah
tertangkap mencuri dan digelandang ke kantor polisi.
Gambar 85: Syamsul berada di dalam tahanan
Gambar 85 memperlihatkan ruang tahanan di kantor polisi dimana
Syamsul sedang ditahan karena kashus pencurian bersama dua orang narapidana
yang lain. Latar dalam film ini ditransformasikan sama dengan latar yang ada
dalam novel.
7.) Villa Gracia
Latar berikutnya yang akan di deskripsikan adalah komplek Villa Gracia.
Beberapa latar yang akan diuraikan berkaitan dengan latar komplek Villa Gracia
adalah rumah Pak Broto, rumah Silvie dan masjid Baitul Makmur.
(106.) “… Ia sudah mantap mengahadapi satpam. Ia kembali balik arah ke
Villa Gracia.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal 131)
Pada kutipan 106 dideskripsikan Syamsul yang datang ke komplek Villa
Gracia.
Gambar 86: Komplek Villa Gracia
(107.) “Lalu dengan mantap ia memarkir sepeda motornya di depan
rumah di jalam Flamboyan no. 17. Ia pencet bel dan mengucapkan
salam…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal 132)
Pada kutipan 107 di atas, dideskripsikan kedatangan Syamsul ke rumah
pak Broto.
Gambar 87: Komplek Villa Gracia
Gambar 84 memperlihatkan deskripsi rumah Pak Broto di Jalan
Flamboyan no. 17.
(108.) “…Ia masuk jalan flamboyant. Rumah bernomor 19, luar biasa
besar da mewah…”
(Dalam Mihrab Cinta, hal 131)
Pada kutipan 108 dideskripsikan rumah Silvie yang terletak di Jalan
Flamboyan nomor 19.
Gambar 88: Rumah Silvie
Gambar 88 memperlihatka rumah Silvie di Jalan Flamboyan no. 19.
(109.) “Syamsul meninggalkan rumah itu dan pergi ke masjid.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal 135)
Pada kutipan 109 menggambarkan keberadaan Syamsul di masjik komplek
Villa Gracia.
Gambar 89: Masjid Baitul Makmur
Gambar 89 memperlihatkan deskripsi masjid Baitul Makmur di komplek
Villa Gracia.
8.) Sekolah Tinggi Agama Islam (Perpustakaan)
Latar ini tidak di transformasikan ke dalam film. Hal tersebut karena alur
penceritaan yang menggunakan latar ini tidak ditransformasikan ke dalam film.
(110.) “Agaknya ia terlalu dini samapi di kampusnya. Suasanya masih
sangat sepi. Belum ada seorang mahasiswa pun yang datang kecuali
dirinya. Ia tetap melangkahkan kakinya memasukigedung kuliah.
Seorang tukang bersih-bersih Nampak sedang bekerja. Kelas-kelas
masih terkunci. Ia melihat pintu perpustakaan terbuka, berarti ada
orang disana. Ia berjalan menuju perpustakaan.”
(Dalam Mihrab Cinta, hal 151)
Tempat ini merupakan tempat dimana Syamsul bertemu dengan Dr. Fathul
Hadi dan mendapatkan banyak pencerahan tentang hidup. Latar ini juga
mendeskripsikan tempat Syamsul mengejam perkuliahan.
4.2 Pembahasan
4.2.1 Transformasi Tokoh Novel ke Film Dalam Mihrab Cinta
Perbandingan transformasi tokoh novel ke film Dalam Mihrab Cinta
hanya difokuskan pada pengurangan, penambahan dan perubahan bervariasi yang
terjadi dalam proses transformasinya. Perbandingan ini juga hanya difokuskan
pada empat tokoh yang berperan penting dalam jalannya cerita. Perbandingan
tersebut digambarkan pada tabel di bawah ini.
4.2.1.1 Transformasi tokoh Syamsul Hadi dalam novel ke film Dalam Mihrab
Cinta
Tabel 63: Tokoh Syamsul merupakan anak seorang pengusaha batik sukses
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Dalam novel Syamsul sebagai
anak pengusaha batik sukses
digambarkan pada saat kilas
balik pikiran Syamsul tentang
masa lalunya. Dalam film
bagian ini diperlihatkan
melalui gambaran rumah
Syamsul dimana banyak
orang asing yang sedang
memilih dan membeli kain
batik yang mereka dagangkan.
Tabel 64: Tokoh Syamsul merupakan anak tokoh yang suka dengan tantangan dan
pantang menyerah
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Dalam novel, pada bagian
dimana Syamsul mengingat
kembali masa lalunya,
digambarkan dia merupakan
tokoh yang suka dengan
tantangan-tantangan dalam
hidupnya dan pantang
menyerah sebelum dia
mendapatkan apa yang dia
inginkan.
Tabel 65: Tokoh Syamsul merupakan tokoh yang pintar
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Dalam novel, pada bagian
dimana Syamsul mengingat
kembali masa lalunya,
digambarkan dia merupakan
tokoh yang pintar. Gambaran
kepintaran tokoh Syamsul
yaitu dia berhasil
memenangkan Olimpiade
matematika dan ditawarkan
beasiswa di dua perguruan
tinggi negeri terkemuka di
Semarang.
4.2.1.2 Transformasi tokoh Zidna Ilma (Zizi) dalam novel ke film Dalam
Mihrab Cinta
Tabel 66: Tokoh Zizi merupakan gadis yang pintar dan cerdas dalam menanggapi
sebuah masalah
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Dalam novel diceritakan
tokoh Zizi ditemani Asiyah
bertemu dengan Ayub di
warung mie godog untuk
membicarakan kronologis
masalah pemfitnahan Burhan
terhadap Syamsul. Pada
bagian ini diceritakan Zizi
berhasil menganalisis dan
menyimpulkan sumpah
Burhan yang ternyata
merupakan sumpah palsu.
4.2.1.3 Transformasi tokoh Burhan dalam novel ke film Dalam Mihrab Cinta
Tabel 67: Tokoh Burhan merupakan seorang pencuri
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Burhan sebagai seorang pencuri
dalam novel diceritakan pad
abagian dimana pencurian
kembali terjadi di pesantren,
dan karna kewaspadaan Ayub
juga jebakan Ayub akhirnya
Burhan tertangkap dan
diketahui sebagai pencuri yang
berada di pesantren selama ini.
Dalam film bagian ini justru
dikemukakan pada saat
pertemuan antara keluarga
Silvie dan Keluarga Damayanti
4.2.1.4 Transformasi tokoh Silvie dalam novel ke film Dalam Mihrab Cinta
Tabel 68: Tokoh Silvie merupakan seorang mahasiswi ekonomi UI
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Status Silvie sebagai
mahasiswi fakultas
Ekonomi, dalam novel
diceritakan pada saat
Syamsul berbicara dengan
Pak Yahyah selaku penjaga
masjid Baitul Makmur.
4.2.2 Transformasi Alur Novel ke Film Dalam Mihrab Cinta
Tabel 69: Transformasi kedatangan gadis berjilbab dan pemuda berambut
gondrong ke stasiun Pekalongan
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Kedatangan gadis berjilbab
ke stasiun Pekalongan,
kedatangan pemuda
berambut gondrong ke
stasiun Pekalongan serta ke
loket pembelian tiket dan
penyebab kesedihan gadis
berjilbab itu yang ada dalam
novel tidak
ditransformasikan ke dalam
film.
Tabel 70: Transforamasi kilas balik masa lalu pemuda berambut gondrong
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Pemuda berambut gondrong
yang kembali mengingat
masa lalunya tentang dirinya
yang sangat suka dengan
tantangan serta pantang
menyerah ketika yang dia
inginkan belum dia dapatkan.
Bagian ini ada dalam novel
namun, tidak
ditransformasikan ke dalam
film.
Tabel 71: Transformasi dialog antara tokoh pemuda berambut gondrong dan gadis
berjilbab
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Ketika pemuda berambut
gondrong dan gadis berjilbab
berdialog, gadis berjilbab
menyarankan kepad
apemuda berambut gondrong
untuk mendatangi empat
pesantren besar yang ada di
Kediri yaitu, Pesantren Al
Falah Ploso, Pesantren Al
Inayah Semen, Pesantren
Lirboyo Kediri dan
Pesantren Al Furqan. Bagian
ini hanya terdapat dalam
novel sedangakan film hasil
transformasinya tidak
mengaangkat bagian ini.
Tabel 72: Transformasi perkenalan Syamsul dan Zizi, meninggalnya Kiai Baejuri,
perkenalan tokoh dua orang gadis dan sopir mobil yang menjemput Zizi.
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Kedatangan Syamsul
dan Zizi yang baru
keluar dari stasiun
Kediri dan berbincang-
bincang sekalugus
berkenalan di depan
stasiun. Bagian ini
hanya terdapat dalam
film hasil transformasi
dari novel
Bagian dimana dua orang
gadis yang menjemput Zizi
di perkenalkan mengalami
perbedaan cerita dalam
novel dan film. Dalam
novel mereka ditampilkan
saat Zizi memasuki
pesantren Al Furqan yang
ramai dengan pelayat dan
dipapah oleh kedua gadis
tersebut. Sedangkan, dalam
film hasil transformasi dari
novel kedua tokoh tersebut
ditampilkan saat mereka
datang menjemput Zizi di
stasiun Kediri.
Tabel 73: Transformasi deskripsi kota Kedir
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Dalam film ditampilkan
deskripsi kota Kediri
dengan seluruh aktifitas
masyarakanya. Bagian
ini hanya ditampilkan
dalam film.
Kedatangan Syamsul ke
tiga pesantren besar di
Kediri yaitu pesantren
Lirboyo, pesantren Al
Inayah Semen, dan
pesantren Al Falah Ploso
yang terdapat dalam
novel tidak
ditransformasikan ke
film.
Tabel 74: Transformasi deskripsi kamar Zizi dimana Zizi sedang membaca surat
wasiat dari ayahnya.
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Zizi yang sedang membaca
surat wasiat ayahnya di
kamarnya, dalam novel tidak
ditransformasikan ke film.
Tabel 75: Transformasi deskripsi keadaan pesantren Al Furqan tempat Syamsul
mondok
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Syamsul yang baru datang
ke pesantren Al Furqan
untuk mondok dan tahapan
Syamsul yang belajar di
pesantren Al Furqan tidak
ditampilkan dalam film.
Dalam film langsung
menampilkan Syamsul yang
telah menjadi satri di
pesantren Al Furqan.
Tabel 76: Transformasi pencurian yang menggemparkan pesantren
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Dialog antara Syamsul dan
teman-teman sekamarnya
tentang pencurian yang
akhir-akhir ini terjadi di
pesantren serta Burhan yang
mengetahui taktik bagian
keamanan dari Karyono yang
ada dalam novel tidak
ditransformasikan ke dalam
film.
Tabel 77: Transformasi Syamsul dihadapan keluarganya
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Dalam penceritaan novel
Syamsul hanya dimarahi oleh
kedua kakaknya, namun ketka
ditransformasikan ke film
terlihat kedua kakaknya
bergantian menampar
Syamsul.
Tabel 78: Transformasi perbincangan antara Nadia dan Syamsul
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Dalam novel diceritakan
kedatangan Nadia ke kamar
Syamsul membawa kotak
P3K untuk mengobati luka
Syamsul. Namun, ketika
ditransformasikan ke film
Nadia datang ke kamar
Syamsul hanya untuk
berbicara dengan Syamsul
ketika Syamsul baru selesai
sholat.
Tabel 79: Transformasi kepulangan Zizi ke Kediri
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Dalam novel diceritakan
kepulangan Zizi ke Kediri
untuk menemui kakaknya
Kiai Miftah membicarakan
masalah yang menimpa
Syamsul. Kedatangannya
karenan dia mendapatkan
kabar tersebut dari Asiyah.
Namun, dalam film hanya
ditampilkan Zizi yang
bertemu dengan kakaknya
Kiai Miftah dan berbicara
masalah Syamsul.
Tabel 80: Transformasi pertemuan antara Zizi, Asiyah dan Ayub
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Bagian dimana Zizi bertemu
dengan Asiyah dan Ayub di
warung mie godog untuk
membicarakan kronologis
masalah yang menimpa
Syamsul tidak
ditransformasikan ke film.
Tabel 81: Transformasi Syamsul menjadi pencuri dan tertangkap mencuri
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Syamsul yang ketahuan
mencuri kemudian di kejar
oleh para penumpang dalam
novel diceritakan Syamsul
berlari hingga dekat kampus
dua IAIN Walisongo namun
ketika ditransformasikan ke
film gambar yang muncul
Syamsul berlari hingga
melewati Klenteng. Dalam
novel juga diceritakan
keberadaan Syamsul di kantor
polisi karena dibawah oleh
polisi yang sedang patrol yang
melihat dia sedang dihakimi
massa, namun dalam film hal
tersebut tidak dijelaskan.
Tabel 82: Transformasi kedatangan ke rumah Syamsul
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Bagian kepergian Zizi ke
kantor polisi tidak
ditransformasikan ke film.
Kepergian Zizi ini hanya
dikatakannya ketika bertemu
dengan Bu Bambang dan
Nadia
Tabel 83: Transformasi Syamsul mendaptkan rumah kontrakan
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Dalam novel diceritakan
Syasul mendapatkan rumah
kontrakan atas bantuan dari
Pak Abbas pengurus
musollah yang memberikan
Syamsul pinjaman uang.
Namun, dalam film hanya
digambarkan Syamsul telah
mendapatkan rumah
kontrakan.
Tabel 84: Transformasi Syamsul yang terus mencari pekerjaan
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Dalam film
digambarkan Syamsul
mencari pekerjaan di
sebuah tempat
pencucian mobil.
Bagian ini hanya
terdapat dalam film.
Dalam novel diceritakan
Syamsul melamar
pekerjaan di sebuah
bengkel mobil namun
karena tidak memiliki
ijazah STM dia tidak
diterima. Dalam film
penceritaan ini tidak
ditransformasikan.
Tabel 85: Transformasi Syamsul menjadi guru ngaji dan perkenalan Syamsul
dengan Silvie
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Dalam film
digamabrkan saat
Syamsul melamar kerja
di rumah Pak Broto
Silvie datang untuk
memberikan les
matematika kepada
Della dan
diperkenalkan kepada
Syamsul oleh Pak
Broto. Bagian ini hanya
terdapat dalam film.
Pertemuan dan perkenalan
Syamsul dengan Silvie
saat Syamsul baru selesai
mengajar ngaji Della yang
terdapat dalam novel tidak
ditransformasikan ke film.
Tabel 86: Transformasi Syamsul mulai kuliah
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Dalam novel diceritakan
Syamsul mulai masuk
Sekolah Tinggi Agama Islam
swasta agar statusnya
sebagai guru ngaji Della
lebih memiliki dasar. Bagian
ini tidak ditransformasikan
ke film.
Tabel 87: Transformasi pertemuan Syamsul dengan Dr. Fathul Hadi
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Pertemuan antara Syamsul
dengan Dr. Fathul Hadi di
perpustakaan kampus yang
terdapat dalam novel tidak
ditransformasikan ke dalam
film.
Tabel 88: Transformasi Pertemuan antara keluarga Silvie dan Keluraga
Damayanti
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Pertemuan antara
keluarga Silvie dan
Damayanti hanya di
tampilkan dalam film.
Syamsul mengetahui
bahwa Burhan telah
tertangap mencuri di
pesantren. Dalam novel
Syamsul mengetahuinya
dari Pak Heru yang datang
ke rumahnya, namun
dalam film Burhan
sebagai pencuri di
pesantren diketahui dari
perbincangan antara
keluarga Silvie dan
keluarga Damayanti.
Tabel 89: Transformasi Syamsul berceramah di masjid Baitul Makmur
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Dalam novel diceritakan
Pak Yahyah meminta
Syamsul untuk mengisi
acara ceramah di masjid
Baitul Makmur karena
ustadz Fairuz tidak bisah
hadir. Dalam film hanya
digambarkan Syamsul
sedang berceramah di
masjid Baitul Makmur.
Tabel 90: Transformasi Syasul mengisi acara seminar di Fakultas Ekonomi UI
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Silvie yang memita Syamsul
untuk menjadi pemateri di
acara seminar yang diadakan
fakultasnya karena pemateri
yang sebenarnya telah
mereka hubungi tidak bisa
hadir. Bagian ini tidak
ditransformasikan ke dalam
film.
Tabel 91: Transformasi kedatangan kedatangan Ibu Bambang dan Syamsul ke
rumah Silvie
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Syamsul membawa ibunya
ke rumah Silvie untuk
menjawab lamaran keluarga
SIlvie untuknya dan untuk
merancang tangal pernikahan
antara Syamsul dan SIlvie.
Tabel 92: Transformasi Syamsul berceramah di pesantren Manabi’ul Qur’an
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Dalam novel Syamsul
berceramah di pesantren
Manabi’ul Qur’an atas
permintaan Zizi sebelum
Syamsul dan Zizi telah
sepakat untuk menikah.
Namun, dalam
transformasinya ke film
Syamsul berceramah di
pesantren Manabi’ul
Qur’an setelah dia dan Zizi
merancang pernikahan
mereka.
4.2.3 Transformasi Latar Novel ke Film Dalam Mihrab Cinta
Tabel 93: Transformasi latar kereta api
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Deskripsi alun-alun kota
Pekalongan diamna Syamsul
berbincang denga seorang
lelaki berambut gondrong
tidak ditampilkna dalam
film.
Tabel 94: Transformasi latar rumah Syamsul
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Dalam film deskripsi tempat
penjualan kain batik di
ruamh Syamsul di
tampilkan.
Tabel 95: Transformasi latar Sekolah Tinggi Agama Islam (Perpustakaan)
Penambahan Pengurangan Perubahan Bervariasi
Latar perpustakaan kampus
diaman Syamsul bertemu
dengan Dr. Fathul Hadi yang
memberikan banyak
masukan dan pelajaran hidup
kepadanya tidak
ditransformasikan ke film.