Upload
vuongnga
View
219
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
40
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Subjek Penelitian dan Data Deskriptif
1. Deskripsi Subjek Obyek Penelitian
Kelurahan Tingkir Lor terletak satu kilometer di sebelah timur
Terminal Bis Salatiga. Kelurahan Tingkir Lor memiliki luas wilayah
105.085 ha, tanah seluas 50.500 ha dimanfaatkan untuk sawah irigasi,
sawah irigasi setengah teknis 15.500 ha, tanah sawah sederhana 5.000 ha,
dan sawah tadah hujan 6.280 ha, serta tanah kering, terdiri dari tanah
pekarangan bangunan 5.100 ha dan tegalan 17.700 ha. Topografi
Kelurahan Tingkir Lor memiliki kemiringan + 25 % dengan ketinggian
antara + 450 – 525 dpl.
Pemenuhan kebutuhan air Kelurahan Tingkir Lor disamping
berasal dari sumber air Senjoyo yang mengalir melalui Sungai Cengek
juga banyak ditemui sumber air dan sumur kedalaman rata-rata antara 3
meter s.d 8 meter. Pemanfaatan lahan lainnya untuk jalan, kuburan, sungai,
dll seluas + 5.000 ha. Iklim tropis dengan suhu udara sejuk bertemperatur
23,200C – 26,500C, Musim kemarau dan musim penghujan selih berganti
sepanjang tahun.
Berdasarkan data Salatiga Dalam Angka jumlah penduduk
Kelurahan Tingkir Lor 3.163 jiwa dengan kepadatan penduduk per kapita
1.784 jiwa/km2. Masyarakat pada Kelurahan Tingkir Lor banyak
41
bergantung pada sektor industri, perdagangan dan pertanian. Kenyataan
tersebut terlihat pada data mengenai jenis mata pencaharian penduduk
Kelurahan Tingkir Lor, penduduk yang bermata pencaharian di sektor
pertanian dan industri mendominasi jenis mata pencaharian penduduk.
2. Data Deskripsi
a. Karakteristik Responden
1) Umur Responden Penelitian
Hasil penelitian diperoleh data mengenai umur responden
penelitian sebagai berikut:
Tabel 4.1.
Usia Responden
Usia
(Tahun)
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
26-35 8 17.40
36-44 12 26.10
45-53 16 34.80
54-62 10 21.70
Total 46 100,00
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2014
Hasil penelitian menjelaskan bahwa mayoritas responden, yaitu 16
orang (34,8%) berusia antara 45-53 tahun, sedang minoritas
42
responden, yaitu 8 orang (17,4%) adalah berusia antara 26-35
tahun.
2) Pendidikan Responden
Hasil penelitian diperoleh data pendidikan responden
sebagai berikut:
Tabel 4.2.
Pendidikan Responden
Pendidikan
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
SLTP 3 6.50
SMK 2 4.30
SLTA 30 65.20
Diploma 6 13.00
S1 5 10.90
Total 46 100,00
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2014
Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat dijelaskan bahwa mayoritas
responden memiliki pendidikan SLTA (30 orang atau 65,2%),
sedang minoritas responden memiliki pendidikan SMK (2 orang
atau 4,3%).
3) Jenis Kelamin Responden
Hasil penelitian diperoleh data mengenai jenis kelamin
responden sebagai berikut:
43
Tabel 4.3.
Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
Laki-laki 21 45,70
Perempuan 25 54,30
Total 46 100,00
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2014
Tabel di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden adalah
berjenis kelamin perempuan, yaitu 25 orang (54,30%), sedang
minoritas responden berjenis kelamin laki-laki, yaitu sebanyak 21
orang (45,70%).
4) Jenis Usaha Responden
Hasil penelitian juga diperoleh data tentang jenis usaha
yang menjadi mata pencaharian responden selama ini, berikut
datanya:
Tabel 4.4
Jenis Usaha Responden
Jenis Usaha
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
Barang Antik 2 4.30
Bengkel 2 4.30
Kerajinan 2 4.30
Konveksi 14 30.40
44
Kulit 2 4.30
Makanan 16 34.80
Sembako 2 4.30
Toko Kelontong 6 13.00
Total 46 100,00
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2014
Data pada tabel 4.4 di atas menjelaskan bahwa mayoritas jenis
usaha yang dilakukan oleh responden adalah industri makanan (16
orang atau 34,80%). Sedang minoritas responden menekuni usaha
barang antik (2 orang atau 4,30%), Bengkel (2 orang atau 4,30%),
Kulit (2 orang atau 4,30%), dan Sembako (2 orang atau 4,30%).
5) Penghasilan Responden
Data tentang penghasilan responden adalah sebagai berikut:
Tabel 4.5
Penghasilan Responden
Penghasilan
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
< 1 Juta 3 6.50
1-5 Juta 19 41.30
5-10 Juta 14 30.40
10-20 Juta 4 8.70
> 20 Juta 6 13.00
Total 46 100,00
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2014
45
Tabel 4.5 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden
memiliki penghasilan 1-5 juta rupiah per bulan (19 orang atau
41,30%). Sedang minoritas responden, yaitu 3 orang (6,50%)
memiliki penghasilan <1 juta rupiah.
6) Lama Usaha
Data tentang lama usaha yang dilakukan responden adalah
sebagai berikut:
Tabel 4.6
Lama Usaha Responden
Lama Usaha
Jumlah
(Orang)
Persentase
(%)
5-10 th 6 13.0
10-20 th 27 58.7
> 20 th 13 28.3
Total 46 100,00
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2014
Tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden telah
menekuni usahanya selama 10-20 tahun (27 orang atau 58,70%),
sedang minoritas responden, yaitu 6 orang (13%) menekuni usaha
selama 5-10 tahun.
b. Analisis Diskriptif
1) Tanggapan Responden Terhadap Self Assessment System
46
Untuk mengetahui tanggapan responden terhadap self
assessment system dalam penelitian ini peneliti mengelompokkan
jawaban responden kedalam 5 kategori, yaitu: 10-18=Sangat
Tidak Sesuai, 19-26= Tidak Sesuai, 27-34=Cukup Sesuai, 35-
42=Sesuai, dan 43-50= Sangat Sesuai.
Adapun tanggapan responden terhadap self assessment
system adalah sebagai berikut:
Tabel 4.7
Self Assesment System (X)
Interval
Nilai
Jumlah
Persentas
e (%)
Keterangan
10-18 0 0,00 Sangat Tidak Sesuai
19-26 0 0,00 Tidak Sesuai
27-34 3 6,50 Cukup Sesuai
35-42 29 63,00 Sesuai
43-50 14 30,40 Sangat Sesuai
Total 46 100,00
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2014
Tabel 4.7 di atas menunjukkan mayoritas responden, yaitu 29
orang (63%) menyatakan bahwa penerapan self assessment
system dalam pemungutan pajak pasal 25 sudah sesuai, dan
minoritas responden, yaitu 3 orang (6,5%) menyatakan jawaban
cukup sesuai.
47
2) Tanggapan Responden Terhadap Kepatuhan Membayar
Pajak Penghasilan Pasal 25
Untuk menilai tingkat kepatuhan responden dalam
membayar pajak penghasilan pasal 25 dalam penelitian ini
peneliti mengelompokkan jawaban responden kedalam 5 kategori,
yaitu: 10-18=Sangat Tidak Patuh, 19-26= Tidak Patuh, 27-
34=Cukup Patuh, 35-42=Patuh, dan 43-50= Sangat Patuh. Berikut
penilaian terhadap tingkat kepatuhan responden dalam membayar
pajak penghasilan pasal 25,
Tabel 4.8
Kepatuhan Membayar Pajak Penghasilan Pasal 25 (Y)
Interval
Nilai
Jumlah
Persentase
(%)
Keterangan
10-18 0 0,00 Sangat Tidak Patuh
19-26 0 0,00 Tidak Patuh
27-34 7 15.2 Cukup Patuh
35-42 24 52.2 Patuh
43-50 15 32.6 Sangat Patuh
Total 46 100.0
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2014
Tabel 4.8 di atas menunjukkan bahwa mayoritas responden, yaitu
24 orang (52,2%) menyatakan jawaban patuh dalam membayar
48
pajak penghasilan pasal 25, dan minoritas responden, yaitu 7
orang (15,2%.) menyatakan jawaban cukup patuh.
B. Uji Validitas dan Reliabilitas
1. Hasil Uji Validitas
Uji validitas merupakan satu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan dan kesahihan suatu instrumen penelitian. Sebuah instrumen
dikatakan valid apabila memiliki nilai r-hitung > r-tabel.
Hasil uji validitas dengan alat analisis korelasi pearson product
moment dengan menggunakan alat bantu program SPSS diperoleh hasil
sebagai berikut:
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas
No. Variabel
No.
r-hitung r-tabel Keterangan
Indikator
1 Self Assesment 1 0.659 0,291 Valid
System (X) 2 0.718 0,291 Valid
3 0.487 0,291 Valid
4 0.691 0,291 Valid
5 0.628 0,291 Valid
6 0.611 0,291 Valid
7 0.719 0,291 Valid
8 0.607 0,291 Valid
49
9 0.612 0,291 Valid
10 0.613 0,291 Valid
2 Kepatuhan 1 0.520 0,291 Valid
Wajib Pajak (Y) 2 0.626 0,291 Valid
3 0.585 0,291 Valid
4 0.776 0,291 Valid
5 0.724 0,291 Valid
6 0.367 0,291 Valid
7 0.774 0,291 Valid
8 0.719 0,291 Valid
9 0.774 0,291 Valid
10 0.652 0,291 Valid
Sumber: Data Primer Yang diolah, 2014
Hasil uji validitas menunjukkan bahwa 10 indikator yang digunakan untuk
mengukur kuesioner self essesment system, dan 10 indikator yang
digunakan untuk mengukur kepatuhan wajib pajak adalah valid,
ditunjukkan nilai r-hitung masing-masing indikator (0367s/d 0,776) > r-
tabel (0,291).
50
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas digunakan untuk menguji seberapa konsisten alat
pengukuran mengukur suatu konsep yang diukur. Suatu instrumen
dikatakan realibel apabila memiliki nilai Cronbach Alpha > 0,6.
Berdasarkan hasil uji reliabilitas diperoleh data sebagai berikut:
Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas
No. Variabel Alpha
Alpha
Pembanding
Keterangan
1
Self Assesment System
(X) 0,8309 0,6 Reliabel
2
Kepatuhan Wajib Pajak
(Y) 0,8470 0,6 Reliabel
Sumber: Data Primer Yang diolah, 2014
Tabel di atas menunjukkan bahwa kuesioner Self Assesment System (X),
dan Kepatuhan Wajib Pajak (Y) masing-masing memiliki nilai alpha
0,8309 dan 0,8470 > 0,6, sehingga dapat dikatakan bahwa kuesioner
penelitian reliabel.
51
C. Pengujian Hipotesis Penelitian
1. Hasil Analisis Korelasi
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
analisis korelasi pearson product moment, berikut hasilnya:
Tabel 4.11
Hasi Perhitungan Korelasi Pearson Product Moment
Self Assesment
System (X)
Kepatuhan
Wajib Pajak
Self
Assesment
System (X)
Pearson Correlation
1 .557(**)
Sig. (2-tailed) . .000
N 46 46
Kepatuhan
Wajib Pajak
Pearson Correlation
.557(**) 1
Sig. (2-tailed) .000 .
N 46 46
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Data Primer Yang Diolah, 2014
Dari tabel 4.11 di atas menunjukkan hasil uji statistik hubungan antara self
assessment system dengan kepatuhan wajib pajak penghasilan Pasal 25
diperoleh nilai p-value sebesar 0,000 (<0,05), hal tersebut menunjukkan
52
bahwa self assessment system memiliki hubungan dengan kepatuhan wajib
pajak penghasilan Pasal 25, berarti berpernyataan hipotesis penelitian
“Ada hubungan signifikan antara self assessment system dengan kepatuhan
wajib pajak penghasilan Pasal 25”, dapat diterima. Besarnya hubungan
kedua variabel tersebut adalah +0,557, ini berarti bahwa kekuatan
hubungan antara self assessment system dengan kepatuhan wajib pajak
penghasilan Pasal 25 adalah sedang (0,40 – 0,599) dengan arah positif,
artinya semakin sesuai penilaian wajib pajak pasal 25 terdahap self
assessment system maka akan meningkatkan kepatuhan wajib pajak.
D. Pembahasan
Hasil analisis deskriptif menunjukkan bahwa mayoritas responden
dalam hal ini wajib pajak penghasilan pasal 25 memberikan jawaban sangat
sesuai (29 orang atau 63%) berkenaan dengan penerapan self assessment
system sebagai sistem pemungutan pajak. Begitu pula tanggapan responden
terhadap kepatuhan wajib pajak juga menunjukkan bahwa mayoritas responden
(24 orang atau 52,2%) memberikan jawaban patuh. Jawaban tersebut secara
deskriptif dapat dikatakan bahwa penerapan self assessment system sebagai
sistem pemungutan pajak penghasilan pasal 25 memiliki hubungan dengan
kepatuhan wajib pajak dalam membayar pajak.
Hasil analisis deskriptif di atas juga didukung oleh hasil analisis
korelasi pearson produck moment yang menunjukkan bahwa self assessment
system memiliki hubungan dengan kepatuhan wajib pajak penghasilan Pasal
53
25, hal tersebut dibuktikan nilai p-value hasil analisis sebesar 0,000 (<0,05).
Penerimaan hipotesis penelitian tersebut menunjukkan bahwa penerapan sistem
pemungutan pajak self assessment system telah cukup berhasil mengakomodasi
keadilan, kesederhanaan dan kepastian hukum bagi Wajib Pajak sehingga
meningkatkan kepatuhan Wajib Pajak dalam membayar pajak penghasilan
pasal 25.
Hal ini sesuai dengan pendapat Zain (2003), pelaksanaan self
assessment system memberatkan Wajib Pajak itu sendiri, karena: (1) Wajib
Pajak harus melaporkan semua informasi yang relevan dalam SPT, (2)
Menghitung Dasar Pengenaan Pajaknya (DPP), (3) Mengkalkulasi jumlah
pajak yang terutang maksudnya mengurangi pajak yang terutang dengan
jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan, dan (4) Melunasi pajak yang
terutang atau mengangsur jumlah pajak yang terutang.
Tetapi disisi lain keunggulan dari sistem Self Assessment akan lebih
mendorong Wajib Pajak untuk memahami dengan baik atas sistem perpajakan
yang berlaku terhadapnya. Disebutkan pula oleh Zain (2003), bahwa
keunggulan lain dari self assessment system, yaitu adanya kepastian hukum,
sederhana perhitungaanya, mudah pelaksanaannya, lebih adil dan merata, dan
perhitungan pajak dilakukan oleh wajib pajak. Jadi wajib pajak pasal 25 yang
menjalankan self assessment system akan memiliki kesadaran dan kepatuhan
untuk membayar pajaknya tepat waktu dan tepat bayar.