40
71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setelah kerangka berpikir berhasil dibangun menggunakan teori yang ada dan sampel serta teknik pengambilan sampel telah ditentukan, maka penelitin akan dilanjutkan dengan pengambilan data dan mengolahnya dengan bantuan SPSS. Bab ini akan menjelaskan secara terperinci proses tersebut. IV.1. Orientasi Kancah Penelitian Penelitian ini berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosi & Pola Asuh Otoritatif terhadap Perilaku Prososial Anak Usia 9 11 Tahun pada Siswa SD Negeri 2 Passo Kecamatan Baguala di Kota Ambon”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji apakah ada pengaruh secara simultan atau bersama-sama dari kecerdasan emosi dan pola asuh otoritatif terhadap terhadap perilaku prososial anak usia 9 11 tahun pada siswa SD Negeri 2 Passo Kecamatan Baguala di Kota Ambon. SD Negeri 2 Passo adalah satu dari 45 Sekolah Dasar yang ada di Kecamatan Baguala di Kota Ambon, yang terletak di Jl. Gang Raja Passo. SD ini memiliki 12 kelas dengan jumlah keseluruhan siswa 260 anak, yaitu kelas satu berjumlah 40 siswa, kelas dua berjumlah 48 siswa, kelas tiga berjumlah 45 siswa, kelas empat berjumlah 43 siswa, kelas lima berjumlah 41 siswa, dan kelas enam berjumlah 43 siswa. Masing-masing tingkatan terdiri dari 12 kelas paralel. Sedangkan jumlah guru tetap yang mengajar disekolah tersebut berjumlah 20 orang guru, 1 orang tata usaha dan 1 orang penjaga sekolah sekaligus sebagai cleaning service pada sekolah tersebut. Pada satu bangunan sekolah ini terdapat dua sekolah yang pararel yakni SD Negeri 1 Passo dan SD Negeri 2 Passo ini sendiri. Kedua sekolah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

71

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Setelah kerangka berpikir berhasil dibangun menggunakan teori

yang ada dan sampel serta teknik pengambilan sampel telah ditentukan,

maka penelitin akan dilanjutkan dengan pengambilan data dan

mengolahnya dengan bantuan SPSS. Bab ini akan menjelaskan secara

terperinci proses tersebut.

IV.1. Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian ini berjudul “Pengaruh Kecerdasan Emosi & Pola Asuh

Otoritatif terhadap Perilaku Prososial Anak Usia 9 – 11 Tahun pada Siswa

SD Negeri 2 Passo Kecamatan Baguala di Kota Ambon”. Tujuan dari

penelitian ini adalah untuk mengkaji apakah ada pengaruh secara simultan

atau bersama-sama dari kecerdasan emosi dan pola asuh otoritatif terhadap

terhadap perilaku prososial anak usia 9 – 11 tahun pada siswa SD Negeri 2

Passo Kecamatan Baguala di Kota Ambon.

SD Negeri 2 Passo adalah satu dari 45 Sekolah Dasar yang ada di

Kecamatan Baguala di Kota Ambon, yang terletak di Jl. Gang – Raja Passo.

SD ini memiliki 12 kelas dengan jumlah keseluruhan siswa 260 anak, yaitu

kelas satu berjumlah 40 siswa, kelas dua berjumlah 48 siswa, kelas tiga

berjumlah 45 siswa, kelas empat berjumlah 43 siswa, kelas lima berjumlah

41 siswa, dan kelas enam berjumlah 43 siswa. Masing-masing tingkatan

terdiri dari 12 kelas paralel. Sedangkan jumlah guru tetap yang mengajar

disekolah tersebut berjumlah 20 orang guru, 1 orang tata usaha dan 1 orang

penjaga sekolah sekaligus sebagai cleaning service pada sekolah tersebut.

Pada satu bangunan sekolah ini terdapat dua sekolah yang pararel

yakni SD Negeri 1 Passo dan SD Negeri 2 Passo ini sendiri. Kedua sekolah

Page 2: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

72

tersebut masuk bersamaan sehingga kelas dari setiap siswa kemudian dibuat

paralel juga dengan cara sebagian siswa ada yang bersekolah pada pagi hari

dan sebagian siswa lagi bersekolah pada siang hari. Sekolah pagi di mulai

pada pukul 07.30 WIT dan berakhir pukul 12.30 WIT, sedangkan yang

bersekolah siang dimulai pada pukul 13.00 WIT dan berakhir pukul 18.00

WIT. Waktu ini berlaku bagi kedua sekolah yang ada.

Pada penelitian ini, data diperoleh melalui skala psikologi yang

dibagikan pada 107 murid SD Negeri 2 Passo setelah melewati proses try

out skala psikologi pada tanggal 25 Februari 2015. Tujuan diadakan try out

adalah agar skala psikologi nantinya akan dibagikan telah memiliki daya

diskriminasi yang baik dan telah bebas dari aitem yang gugur. Try out

dilakukan di SD yang berbeda, yaitu SD Laboratorium UKSW Salatiga.

IV.2. Prosedur Penelitian

IV.2.1. Pengambilan Data Awal

Sebelum memasuki tahap penelitian lebih lanjut, penulis melakukan

proses mencari informasi kepada bagian tata usaha SD Negeri 2 Passo.

Pencarian informasi ini bertujuan untuk melengkapi data-data yang

diperlukan. Data-data yang dimaksud adalah untuk mengetahui gambaran

tentang perilaku prososial siswa dan jumlah siswa yang ada di SD tersebut.

IV.2.2. Penyusunan Alat Ukur dan Validitas Permukaan

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan 3 skala psikologi, yaitu:

skala kecerdasan emosi, skala pola asuh otoritatif, dan skala perilaku

prososial.

a. Skala Kecerdasan emosi diukur dengan Emotional Intelligence for

Children (EISC) dari Sullivan (1999) kemudian dimodifikasi oleh

penulis dengan pertimbangan setelah melihat konteks tempat penelitian

yang akan diteliti oleh penulis.

Page 3: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

73

b. Skala pola asuh otoritatif diukur dengan Parenting Practices

Questionnaire (PPQ) dari Robinson dkk., (1995) kemudian

dimodifikasi oleh penulis agar skala tersebut dapat dipakai oleh anak-

anak. Skala asli dari Robinson dkk., (1995) merupakan skala yang

dibuat khusus bagi orang tua dalam pengasuhan anak.

c. Sakala perilaku prososial diukur dengan Prosocial Behaviour scale

(PB) dari Caprara dan Pastorelli (1993) kemudian dimodifikasi dan

dikembangkan oleh penulis.

Setelah penulis memodifikasi dan menyusun item-item pernyataan,

penulis mengajukan skala tersebut kepada dosen pembimbing I dan dosen

pembimbing II untuk direview dan dilengkapi sebagai salah satu syarat lolos

uji validitas. Selain itu, penulis juga mengajukan draf skala psikologi yang

telah disusun tersebut kepada 13 orang anak sekolah minggu yang berusia

9 – 11 di GPIB Taman Sari Salatiga pada tanggal 08 Februari 2015 untuk

direview apakah bahasa yang digunakan dapat dengan mudah dimengerti.

IV.2.3. Perijinan

Proses perijinan try out kepada Kepala Sekolah SD Laboraturium

UKSW Salatiga diawali dengan mengajukan permohonan ijin try out

kepada Ketua Program Studi Magister Sains Psikologi UKSW Salatiga.

Setelah pihak fakultas mengeluarkan surat ijin try out, pertama-tama penulis

membawa surat ijin try out tersebut langsung kepada Kepala Sekolah SD

Laboratium UKSW Salatiga pada tanggal 09 Februari 2015 sebagai syarat

melakukan proses try out.

Kedua, untuk pelaksanan penelitian, penulis kembali meminta surat

ijin penelitian kepada Ketua Program Studi Magister Sains Psikologi

UKSW Salatiga. Setelah diberikan surat ijin penelitian, penulis kembali ke

Kota Ambon untuk melaksanakan penelitian. Surat ijin diberikan kepada

Page 4: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

74

pihak sekolah dalam hal ini Kepala Sekolah SD Negeri 2 Passo pada tanggal

30 Maret 2015.

IV.2.4. Pelaksanaan Penelitian

Proses try out dilaksanakan pada hari Rabu, 25 Februari 2015

kepada 80 orang siswa. Try out dilakukan dengan cara penulis bersama

seorang teman mendatangi SD Laboraturium UKSW Salatiga dan

membagikan skala di setiap kelas mulai dari kelas VI, V, dan terakhir kelas

IV. Semua skala psikologi yang dibagi oleh penulis telah dikembalikan

kepada penulis.

Proses pengambilan data penelitian dilakukan oleh penulis dan

dibantu oleh seorang guru pada tanggal 06, 07 dan 09 Maret 2015.

Pengambilan data hanya dikhususkan kepada kelas III, IV dan V.

Pembagian skala dilakukan selama 3 hari yakni pada tanggal 06 Maret

2015, skala dibagikan kepada kelas III, IV, dan V yang bersekolah pada

pagi hari. Tanggal 07 Maret 2015, skala dibagikan kepada kelas III, IV, dan

V yang bersekolah pada siang hari. Tanggal 09 Maret 2015 skala dibagikan

kepada beberapa siswa yang tidak hadir saat pembagian skala pada hari

pertama dan kedua. Dengan cara ini, penulis bisa mendapatkan seluruh

skala psikologi sesuai dengan banyaknya siswa yang didapat dari bagian

tata usaha sekolah yakni 107 siswa.

IV.3. Deskripsi Try Out

IV.3.1. Penyebaran dan Penerimaan Alat Ukur Responden Try Out

Data try out diolah pada penelitian ini adalah data primer dalam

bentuk skala psikologi dari hasil jawaban responden terkait kecerdasan

emosi, pola asuh otoritatif dan perilaku prososial. Skala psikologi sebagai

alat untuk didistribusi langsung kepada siswa kelas IV, V, dan V SD

Laboratorium UKSW Salatiga yang berjumlah 80 siswa. Dari 80 skala

Page 5: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

75

psikologi, penulis hanya memakai 72 lembar skala, karena 8 skala psikologi

tidak memenuhi kriteria responden, dalam hal ini umur yang kurang dan

lebih dari 9 – 11 tahun.

IV.3.2. Distribusi Frekuensi Identitas Responden Try Out

Distribusi frekuensi responden try out berdasarkan jenis kelamin

dan usia dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.1

Demografi Responden Try Out Menurut Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah Responden Presentase (%)

1. Laki-laki 33 siswa 46 %

2. Perempuan 39 siswa 54 %

TOTAL 72 siswa 100%

Tabel 4.1 di atas memberikan informasi bahwa responden try out

yang berjenis kelamin laki-laki berjumlah 33 siswa dengan presentase

sebesar 46% dan perempuan berjumlah 39 siswa dengan presentase sebesar

54%.

Tabel 4.2

Demografi Responden Try Out Menurut Usia

No. Usia Laki-laki Perempuan Jumlah

Responden

Presentase

(%)

1. 9 tahun 8 24,2% 13 33,4% 21 29%

2. 10 tahun 14 42,5% 9 23% 23 32%

3. 11 tahun 11 33,3% 17 43,6% 28 39%

TOTAL 33 100% 39 100% 72 100%

Tabel 4.2 di atas memberikan informasi bahwa responden try out

menurut usia. Responden dengan usia 9 tahun berjumlah 21 siswa dengan

presentase sebesar 29%, responden dengan usia 10 tahun berjumlah 23

siswa dengan presentase sebesar 32% dan responden dengan usia 11 tahun

berjumlah 28 siswa dengan presentase sebesar 39%.

Page 6: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

76

IV.3.3. Uji Diskriminasi dan Reliabilitas Skala

Seleksi aitem dan reliabilitas skala psikologi perlu dilakukan

terlebih dahulu untuk memilih aitem yang hasil ukurnya sesuai dengan hasil

ukur skala secara keseluruhan dan sejauh mana konsistensi alat ukur yang

digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini, seleksi aitem dilakukan

pada proses try out sehingga pada proses pengambilan data dengan

responden yang sebenarnya akan mendapatkan hasil yang benar-benar

dapat dipertanggung jawabkan.

IV.3.1. Daya Diskriminasi dan Reliabilitas Skala Perilaku Prososial

Aitem yang digunakan untuk menjaring data perilaku prososial

adalah sebanyak 25 aitem. Setelah dilakukan diskriminasi aitem melalui

corrected diperoleh 4 aitem yang memiliki koefisien korelasi < 0,30 dan

dinyatakan gugur. Adapun aitem perilaku prososial yang memiliki koefisien

korelasi < 0,30 adalah aitem nomor: 2, 8, 9, dan 15. Berpatokan dari blue

print perilaku prososial yang hanya memakai 20 aitem untuk penelitian,

maka harus ada satu aitem yang dibuang atau dinyatakan gugur. Aitem

tersebut yakni aitem nomor 22 karena nilai koefisien korelasi dianggap

rendah. Berikut Tabel 4.3 dijelaskan penyebaran aitem valid dan aitem

gugur pada uji coba (try-out).

Pengujian reliabilitas instrument pada penelitian ini menggunakan

pengujian internal konsistensi dengan melihat koefisien alpha Cronbach’s.

Dalam proses try out ini diuji pula reliabilitasnya agar dapat diketahui

reliabilitas dari skala psikologi yang nantinya akan dipakai dalam

pengambilan data sebenarnya.

Page 7: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

77

Tabel 4.3

Sebaran Aitem Valid Dan Aitem Gugur

Uji Coba (Try Out) Skala Perilaku Prososial

NO. ASPEK INDIKATOR AITEM TOTAL

Favorable Unfavorable

1. Altruism

(altruism)

Tidak egois

terhadap orang

lain

7, 16, 24 3 4

Melakukan hal-

hal sederhana

untuk

membantu

1, 4, 9* 17, 19 4

2. Kepercayaan

(trust)

Dapat

diandalkan

12, 23 6 3

Berperilaku

jujur

13, 21 11 3

Baik hati 15*, 20,

22*

8* 1

3. Keramahan

(agreeableness)

Berhati lembut 2*, 5 18 2

Selalu

mengalah

10, 25 14 3

Jumlah Aitem 13 7 20

TOTAL 20

Keterangan : tanda (*) adalah aitem yang gugur

Tabel 4.4

Hasil Uji Reliabilitas Skala Perilaku Prososial

Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada Tabel 4.4, diketahui bahwa

variabel perilaku prososial memiliki koefisien alpha Cronbach’s sebesar

0,864 dari batas minimal yang ditetapkan adalah > 0,60, sehingga skala

psikologi dalam variabel perilaku prososial ini dinyatakan reliabel.

IV.3.2. Daya Diskriminasi dan Reliabilitas Skala Kecerdasan Emosi

Aitem yang digunakan untuk menjaring data kecerdasan emosi

adalah sebanyak 40 aitem. Setelah dilakukan diskriminasi aitem melalui

Reliabilitas Statistik

Cronbach's Alpha N of Items

.864 20

Page 8: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

78

corrected diperoleh 11 aitem yang memiliki koefisien korelasi < 0,30 dan

dinyatakan gugur.

Adapun aitem kecerdasan emosi yang memiliki koefisien korelasi <

0,30 adalah aitem nomor: 6, 13, 14, 19, 28, 29, 30, 32, 38, 39, 40.

Berpatokan dari blue print kecerdasan emosi yang hanya memakai 26 aitem

untuk penelitian, maka harus ada tiga aitem yang dibuang atau dinyatakan

gugur, aitem tersebut yakni aitem nomor: 31, 33, 34. Berikut tabel 4.5

dijelaskan penyebaran aitem valid dan aitem gugur pada uji coba (try-out).

Pengujian reliabilitas instrument pada penelitian ini menggunakan

pengujian internal konsistensi dengan melihat koefisien alpha Cronbach’s.

Dalam proses try out ini diuji pula reliabilitasnya agar dapat diketahui

reliabilitas dari skala psikologi yang nantinya akan dipakai dalam

pengambilan data sebenarnya.

Page 9: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

79

Tabel 4.5

Sebaran Aitem Valid Dan Aitem Gugur

Uji Coba (Try Out) Skala Kecerdasan Emosi

NO. ASPEK INDIKATOR NO AITEM TOTAL

Favorable Ufavorable

1. Persepsi Emosional

(Emotional Peception)

Kemampuan

mengenali

emosi diri dan

orang lain

Wajah (Face) 1, 2, 3, 4, 5 6*, 7, 8, 9, 10 9

Musik (Music) 11, 12, 13* 14*, 15, 16 4

Cerita (Story) 18, 20, 21 17, 19*, 22 5

2. Memahami Emosional

(Understanding

Emotions)

Kemampuan

memahami

emosi diri dan

orang lain

24, 25, 26,

28*, 30*,

31*, 32*

23, 27, 29*,

33*, 34*

5

3. Mengelola Emosi

(Managing Emotions)

Kemampuan

mengelola

emosi diri dan

orang lain

35, 36, 39*,

40*

37, 38* 3

Jumlah Aitem 15 11 26

TOTAL 26

Keterangan : tanda (*) adalah aitem yang gugur

Tabel 4.6

Hasil uji Reliabilitas Skala Kecerdasan Emosi

Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada Tabel 4.6, diketahui bahwa

variabel kecerdasan emosi memiliki koefisien alpha Cronbach’s sebesar

0,893 dari batas minimal yang ditetapkan adalah > 0,60, sehingga skala

psikologi dalam variabel kecerdasan emosi ini dinyatakan reliabel.

Reliabilitas Statistik

Cronbach's Alpha N of Items

.893 26

Page 10: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

80

IV.3.3. Daya Diskriminasi dan Reliabilitas Skala Pola Asuh Otoritatif

Aitem yang digunakan untuk menjaring data pola asuh toritatif

adalah sebanyak 27 aitem. Setelah dilakukan diskriminasi aitem melalui

corrected diperoleh 5 aitem yang memiliki koefisien korelasi < 0,30 dan

dinyatakan gugur.

Adapun aitem pola asuh otoritatif yang memiliki koefisien korelasi

< 0,30 adalah aitem nomor: 17, 18, 22, 23, dan 27. Berpatokan dari blue

print pola asuh otoritatif yang hanya memakai 20 aitem untuk penelitian,

maka harus ada dua aitem yang dibuang atau dinyatakan gugur. Aitem

tersebut yakni aitem nomor: 9 dan 25 karena nilai koefisien korelasi

dianggap rendah. Berikut Tabel 4.7 dijelaskan penyebaran aitem valid dan

aitem gugur pada uji coba (try-out).

Pengujian reliabilitas instrument pada penelitian ini menggunakan

pengujian internal konsistensi dengan melihat koefisien alpha Cronbach’s.

Dalam proses try out ini diuji pula reliabilitasnya agar dapat diketahui

reliabilitas dari skala psikologi yang nantinya akan dipakai dalam

pengambilan data sebenarnya.

Page 11: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

81

Tabel 4.7

Sebaran Aitem Valid Dan Aitem Gugur

Uji Coba (Try Out) Pola Asuh Otoritatif

NO. ASPEK INDIKATOR NO AITEM TOTAL

Favorable Ufavorable

1. Kehangatan &

Keterlibatan

(Warmth &

Involvement)

Memberikan kasih

sayang

4, 5, 8 9* 3

Peduli dengan

keadaan anak

2, 6, 7 1, 3 5

2. Penuh

Pertimbangan

(Reasoning/Indu

ction)

Mempunyai banyak

waktu dengan anak

10, 11 2

Berpikir kritis dan

kreatif

12, 15, 16 17* 3

Argumentasi yang

tepat

14, 18* 13 2

3. Partisipasi

Demokrasi

(Democratic

Participation)

Memprioritaskan anak 19, 20 2

Mempertimbangkan

dan mendorong anak

dalam

mengekspresikan diri

21, 23* 22* 1

4. Baik Hati

(Good

Natured/Easy

Going)

Memiliki karateristik

lembut, sabar,

humoris, dan saling

menghormati

24, 25*, 26 27* 2

Jumlah Aitem 17 3 20

TOTAL 20

Keterangan : tanda (*) adalah aitem yang gugur

Tabel 4.8

Hasil uji Reliabilitas Skala Pola Asuh Otoritatif

Reliabilitas Statistik

Cronbach's Alpha N of Items

.886 20

Page 12: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

82

Berdasarkan hasil uji reliabilitas pada Tabel 4.8, diketahui bahwa

variabel pola asuh otoriatif memiliki koefisian alpha Cronbach’s sebesar

0,886 dari batas minimal yang ditetapkan adalah > 0,60, sehingga skala

psikologi dalam variabel perilaku prososial ini dinyatakan reliabel.

IV.4. Deskripsi Responden Penelitian

Reponden dalam penelitian ini adalah siswa yang berusia 9 – 11

tahun pada SD Negeri 2 Passo yang berjumlah 107 orang. Terdapat

beberapa karakteristik responden yang digambarkan sebagai berikut:

IV.4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Sasaran responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat dalam

tabal di bawah ini:

Tabel 4.9

Presentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Populasi Presentase (%)

1. Laki-laki 61 siswa 57%

2. Perempuan 46 siswa 43%

TOTAL 107 siswa 100%

Tabel 4.9 menunjukkan jumlah siswa sebanyak 107 orang yang

terdiri dari, 61 siswa laki-laki dengan presentase 57% dan 46 siswa

perempuan dengan presentase 43%. Dapat dilihat bahwa responden laki-

laki lebih banyak dari responden perempuan.

Tabel 4. 10

Presentase Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Laki-laki Perempuan Jumlah

Responden

Presentase

(%)

1. 9 tahun 27 44% 16 35% 43 40%

2. 10 tahun 23 38% 16 35% 39 36%

3. 11 tahun 11 18% 14 30% 25 23%

TOTAL 61 100% 46 100% 107 100%

Page 13: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

83

Tabel 4.10 menunjukkan siswa yang berusia 9 tahun sebanyak 43

siswa (40%), siswa yang berusia 10 tahun sebanyak 39 siswa (36%), dan

siswa yang berusia 11 tahun sebanyak 25 siswa (23%). Dapat dilihat bahwa

jumlah siswa yang berusia 9 tahun lebih banyak kemudian diikuti dengan

siswa berusia 10 tahun dan 11 tahun.

IV.4.2. Analisis Deskriptif

Tabel 4.11

Analisis Deskriptif

Dari Tabel 4.11 hasil output analisis deskriptif di atas, dapat

diartikan sebagai berikut:

1. Variabel perilaku prososial memiliki rata-rata hitung sebesar 80,93

dengan standar deviasi sebesar 6,467, artinya bahwa variabel perilaku

prososial berada pada daerah positif. Hal ini menunjukkan bahwa

responden menilai aitem skala psikologi tentang variabel perilaku

prososial sesuai dengan dirinya.

2. Variabel kecerdasan emosi memiliki rata-rata hitung sebesar 109,68

dengan standar deviasi sebesar 9,105, artinya bahwa variabel kecerdasan

emosi berada pada daerah positif. Hal ini menunjukkan bahwa

responden menilai aitem skala psikologi tentang variabel kecerdasan

emosi sesuai dengan dirinya.

3. Variabel pola asuh otoritatif memiliki rata-rata hitung sebesar 79,15

dengan standar deviasi sebesar 7,735, artinya bahwa variabel pola asuh

Deskriptif Statistik

N Minimum Maximum Mean Std. Deviasi

Perilaku_Prososial 107 60 97 80.93 6.467

Kecerdasan_Emosi 107 70 126 109.68 9.105

Pola_Asuh_Otoritatif 107 60 97 79.15 7.735

Valid N (listwise) 107

Page 14: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

84

otoritatif berada pada daerah positif. Hal ini menunjukkan bahwa

responden menilai aitem skala psikologi tentang variabel pola asuh

otoritatif sesuai dengan dirinya.

IV.4.3. Identifikasi Skor

IV.4.3.1. Identifikasi Skor Perilaku Prososial

Skala perilaku prososial ini menggambarkan persepsi siswa

terhadap diri mereka terkait perilaku tolong menolong baik kepada diri

sendiri maupun terhadap orang lain. Artinya reponden diminta untuk

menilai ataupun merespons sejauh mana perilaku prososial mereka. Dalam

menentukan tinggi rendahnya variabel perilaku prososial, digunakan 5

kategori yakni sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Jumlah aitem yang digunakan dalam variabel ini adalah 20 aitem valid. Skor

empiris yang diperoleh bergerak dari 100 (5×20) sampai 20 (1×20). Untuk

mengetahui perilaku prososial digunakan interval ukuran sebagai berikut:

𝑖 =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ

banyak kategori

𝑖 =5 (20) − 1(20)

5

i = 16.

Dengan demikian gambaran tinggi rendahnya hasil dari perilaku

prososial dapat dilihat pada Tabel 4.12 di bawah ini.

Page 15: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

85

Tabel 4. 12

Kategori Skor Perilaku Prososial

NO. Kategori Skor N Presentase (%)

1. Sangat Tinggi 84≤ x ≤100 36 34%

2. Tinggi 58≤ x <84 71 66%

3. Sedang 52≤ x <58 - 0%

4. Rendah 36≤ x <52 - 0%

5. Sangat Rendah 20≤ x <36 - 0%

Jumlah 107 100%

SD = 6,467 Max = 97 Min = 60

Dari Tabel 4.12 di atas diketahui bahwa perilaku prososial siswa SD

Negeri 2 Passo mempunyai tingkat perilaku prososial yang dapat

dikategorikan tinggi dan sanggat tinggi. Tepatnya 34% siswa memiliki

perilaku prososial pada kategori sanggat tinggi dan sisanya 66% memiliki

perilaku prososial pada kategori tinggi.

IV.4.3.2. Identifikasi Skor Kecerdasan Emosi

Skala kecerdasan emosi ini menggambarkan persepsi siswa

terhadap diri mereka sendiri terkait kebutuhan dalam berperilaku prososial.

Artinya reponden diminta untuk menilai ataupun merespons sejauh mana

tingkat kecerdasan emosi mereka. Dalam menentukan tinggi rendahnya

variabel kecerdasan, digunakan 5 kategori yakni sangat tinggi, tinggi,

sedang, rendah, dan sangat rendah. Jumlah aitem yang digunakan dalam

variabel ini adalah 26 aitem valid. Skor empiris yang diperoleh bergerak

dari 130 (5×26) sampai 26 (1×26). Untuk mengetahui kecerdasan emosi

digunakan interval ukuran sebagai berikut:

𝑖 =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ

banyak kategori

𝑖 =5 (26) − 1(26)

5

i = 20,8.

Page 16: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

86

Dengan demikian gambaran tinggi rendahnya hasil dari kecerdasan

emosi dapat dilihat pada Tabel 4.13.

Tabel 4.13

Kategori Skor Kecerdasan Emosi

NO. Kategori Skor N Presentase (%)

1. Sangat Tinggi 109,2≤ x ≤130 70 65%

2. Tinggi 88,4≤ x <109,2 35 33%

3. Sedang 67,6≤ x <88,4 2 2%

4. Rendah 46,8≤ x <67,6 - 0%

5. Sangat Rendah 26≤ x <46,8 - 0%

Jumlah 107 100%

SD = 9,105 Max = 126 Min = 70

Dari Tabel 4.13 di atas diketahui bahwa kecerdasan emosi siswa SD

Negeri 2 Passo mempunyai tingkat kecerdasan emosi yang dapat dikatakan

mengarah dari kategori sedang ke sanggat tinggi. Tepatnya 65% siswa

memiliki kecerdasan emosi pada kategori sangat tinggi, 33% siswa

memiliki kecerdasan emosi pada kategori tinggi dan sisanya 2% memiliki

kecerdasan emosi pada kategori sedang.

IV.4.3.3. Identifikasi Skor Pola Asuh Otoritatif

Skala pola asuh otoritatif ini menggambarkan persepsi siswa

terhadap pengasuhan orang tua sehingga dapat memberikan contoh bagi

siswa untuk berperilaku prososial di luar lingkungan keluarga. Artinya

reponden diminta untuk menilai ataupun merespons sejauh mana pola asuh

otoritatif yang diterapkan bagi mereka di dalam lingkungan keluarga.

Dalam menentukan tinggi rendahnya variabel pola suh otoritatif, digunakan

5 kategori yakni sanggat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah.

Jumlah aitem yang digunakan dalam variabel ini adalah 20 aitem valid. Skor

empiris yang diperoleh bergerak dari 100 (5×20) sampai 20 (1×20). Untuk

mengetahui pola asuh otoritatif digunakan interval ukuran sebagai berikut:

Page 17: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

87

𝑖 =𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑡𝑖𝑛𝑔𝑔𝑖 − 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑡𝑒𝑟𝑒𝑛𝑑𝑎ℎ

banyak kategori

𝑖 =5 (20) − 1(20)

5

i = 16.

Dengan demikian gambaran tinggi rendahnya hasil dari pola asuh

otoritatif dapat dilihat pada Tabel 4.14 di bawah ini.

Tabel 4.14

Kategori Skor Pola Asuh Otoritatif

NO. Kategori Skor N Presentase (%)

1. Sangat Tinggi 84≤ x ≤100 27 25%

2. Tinggi 58≤ x <84 80 75%

3. Sedang 52≤ x <58 - 0%

4. Rendah 36≤ x <52 - 0%

5. Sangat Rendah 20≤ x <36 - 0%

Jumlah 107 100%

SD = 7,735 Max = 97 Min = 60

Dari Tabel 4.14 di atas diketahui bahwa siswa SD Negeri 2 Passo

yang mendapatkan gaya pengasuhan otoritatif dapat di kategorikan tinggi

dan sanggat tinggi. Tepatnya 25% siswa mendapatkan pengasuhan otoritatif

pada kategori sanggat tinggi dan sisanya 75% siswa mendapatkan

pengasuhan otoritatif pada kategori tinggi.

IV.5. Hasil Uji Asumsi Klasik

Pengujian untuk asumsi klasik digunakan diantaranya adalah uji

normalitas, uji muktikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji linearitas.

IV.4.4.1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui bahwa data itu

berdistribusi normal. Selain itu dari hasil pengujian normalitas juga dapat

menunjukkan bahwa sampel yang diambil berdistribusi normal atau hampir

berdistribusi normal (Arikunto, 2006). Pengujian normalitas secara statistik

Page 18: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

88

dapat dilakukan dengan uji one sample Kolmogrov-smirnov dengan p >

0,05. Sedangkan bila menggunakan metode grafik adalah melihat grafik

histogram dan P-P Plot Test. Hasil uji normalitas dengan menggunakan

aplikasi SPSS 16 dapat dilihat sebagai berikut:

Gambar 4.1

Histogram

Data dikatakan berdistribusi normal apabila histogram berbentuk

lonceng (bell shaped curve) (Santoso, 2000). Gambar 4.1 menunjukkan

bahwa data berdistribusi normal karena kurva membentuk lonceng (bell

shaped curve). Dengan standar deviasi sebesar 0.991. Selain menggunakan

histogram, normalitas juga dapat dilihat melalui grafik P-P Plot Test.

Gambar 4.2.

Grafik P-P Plot Test

Page 19: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

89

Gambar 4.2 di atas menunjukkan bahwa sebaran data berupa titik-

titik menyebar di sekitaran garis diagonal dan penyebarannya mengikuti

arah garis diagonal tersebut, sehingga asumsi normalitas dapat dipenuhi.

Tabel 4.15

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov

Tabel 4.15 di atas menunjukkan bahwa nilai Asymp. Sig. (2-tailed)

untuk perilaku prososial sebesar 0,310, kecerdasan emosi sebesar 0,028,

dan pola asuh otoritatif sebesar 0,483. Dikarenakan nilai signifikasi variabel

terikat (perilaku prososial) > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data

terdistribusi normal.

Uji Satu Sampel Kolmogorov-Smirnov

Perilaku

Prososial

Kecerdasan

Emosi

Pola Asuh

Otoritatif

N 107 107 107

Parameter Normal Rata-rata

Std. Deviasi

80.93 109.68 79.15

6.467 9.105 7.735

Perbedaan yang Paling Extrim Absolut .093 .141 .081

Positif .071 .082 .041

Negatif -.093 -.141 -.081

Kolmogorov-Smirnov Z .965 1.460 .839

Asymp. Sig. (2-tailed) .310 .028 .483

a. Uji distribusi normal.

Page 20: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

90

Tabel 4. 16

Hasil Uji Kolmogorov-Smirnov Contoh Tunggal

Uji Satu Sampel Kolmogorov-Smirnov

StandarResidual

N 107

Parameter Normal Rata-rata .0000000

Std. Deviasi .99052111

Perbedaan yang Paling Extrim Absolut .108

Positif .092

Negatif -.108

Kolmogorov-Smirnov Z 1.114

Asymp. Sig. (2-tailed) .167

a. Uji distribusi normal.

Tabel 4.16 di atas menunjukkan bahwa koefisien Kolmogorov-

Smirnov test sebesar 1,114 dengan (Asymp. Sig. 2-tailed) sebesar 0,167.

Oleh karena signifikansi 0,167 (p > 0,05), maka dapat disimpulkan data

nilai residual terdistribusi normal.

Secara keseluruhan dengan menggunakan metode statistik maupun

grafik histogram dan grafik normal P-P Plot menunjukkan bahwa data

dalam penelitian ini berdistribusi secara normal sehingga dapat dinyatakan

bahwa asumsi normalitas dalam penelitian ini terpenuhi dan model regresi

layak digunakan untuk menjadi alat penganalisa perilaku prososial

berdasarkan kecerdasan emosi dan pola asuh otoritatif.

IV.4.4.2. Uji Multikolinieritas

Uji multikolinieritas dilakukan dengan melihat nilai tolerance dan

Variance Inflation Factor (VIF). Multikolinearitas tidak terjadi jika nilai

tolerance ≥ 0,10 dan VIF ≤ 10 (Ghozali, 2009). Berikut ini adalah tabel uji

multikolinieritas.

Page 21: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

91

Tabel 4.17

Hasil Uji Multikolinieritas Koefisiena

Tabel 4.17 di atas menunjukkan bahwa kedua variabel bebas yang

digunakan memiliki nilai toleransi sebesar 0,912 > 0,10 dan nilai VIF

sebesar 1,096 < 10. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

multikolinieritas pada variabel bebas yang digunakan.

Selain itu, uji multikolinieritas dapat dilihat dengan menganalisis

matrik korelasi variabel-variabel bebas. Jika antar variabel terikat ada

korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0,90), maka hal ini merupakan

indikasi adanya multikolinearitas.

Uji multikolinieritas juga dapat dilakukan dengan melihat matriks

korelasi antar variabel-variabel bebas (zero oreder correlation matrix) yaitu

jika variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya 0,90), maka

hal tersebut mengindikasikan gejala multikolinieritas (Ghozali, 2009). Hasil

uji zero order correlation matrix dapat dilihat dalam Tabel 4.18.

Model

Koefisien Tak

Standar

Koefisien

Standar

t Sig.

Statistik

Kolinearitas

B Std. Error Beta Toleransi VIF

1 (Konstan) 48.206 8.197 5.881 .000

Kecerdasan_

Emosi .128 .068 .181 1.901 .060 .912 1.096

Pola_Asuh_

Otoritatif .235 .080 .282 2.961 .004 .912 1.096

a. Variabel Terikat: Perilaku_Prososial

Page 22: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

92

Tabel 4.18

Hasil Uji Zero Order Correlation Matrix

Korelasi

Pengaturan Variabel

Perilaku

Prososial

Kecerdasan

Emosi

Pola Asuh

Otoritatif

Perilaku_Prososial Korelasi 1.000 .264 .335

Signifikan (2-tailed) . .006 .000

Df 0 105 105

Kecerdasan_Emosi Korelasi .264 1.000 .296

Signifikan (2-tailed) .006 . .002

Df 105 0 105

Pola_Asuh_Otoritatif Korelasi .335 .296 1.000

Signifikan (2-tailed) .000 .002 .

Df 105 105 0

a. Cells contain zero-order (Pearson) correlations.

Tabel 4.18 di atas menunjukkan bahwa besaran nilai koefisien

korelasi antar variabel bebas kecerdasan emosi sebesar 0,264 (p < 0,90) dan

pola asuh otoritatif sebesar 0,335 (p < 0,90), sehingga dapat dikatakan

bahwa tidak terdapat masalah multikolinieritas antar variabel bebas.

IV.4.4.3. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah sebuah model

regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual suatu pengamatan ke

pangamatan yang lain. Jika varians dari pengamatan residual satu ke

pangamatan yang lain tetap maka terjadi masalah heteroskedastisitas yaitu

homoskedastisitas. Model regresi yang baik yaitu homoskedastisitas atau

tidak terjadi heteroskedastisitas. Cara untuk mendeteksi ada tidaknya

heteroskedastisitas yaitu melihat scatterplot (nilai prediksi dependen

ZPRED dengan residual SRESID). Apabila titik pada grafik scatterplot

menyebar secara acak di atas dan di bawah angka nol pada sumbu Y maka

tidak terjadi masalah heteroskedastisitas (Santoso, 2000).

Page 23: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

93

Gambar 4.3

Scatterplot

Statterplot menunjukan titik-titik terpencar dengan tidak

membentuk pola-pola tertentu di sekitar garis diagonal, tetapi titik-titik

tersebut menyebar diatas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y. Gambar 4.3

menunjukan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas sehingga model regresi

dapat dipakai untuk memprediksi perilaku prososial berdasarkan

kecerdasan emosi dan pola asuh otoritatif.

IV.4.4.4. Uji Lineritas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui hubungan linear antar

variabel bebas dan variabel terikat dan untuk mengetahui signifikansi

penyimpangan dari linearitas dengan p > 0,05. Maka suatu data dikatakan

adanya hubungan linear apabila nilai p < 0,05

Page 24: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

94

Tabel 4.19

Hasil Uji Linearitas Kecerdasan Emosi dengan Perilaku Prososial

Dari tabel 4.19 di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi linearitas

sebesar 0,010 (p < 0,05) dan nilai signifikansi penyimpangan linearitas

sebesar 0,913 (p > 0.05) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan

yang linear antara kecerdasan emosi dan perilaku prososial.

Tabel 4.20

Hasil Uji Linearitas Pola Asuh Otoritatif dengan Perilaku Prososial

Tabel ANOVA

Jumlah

Square df

Rata-rata

Square F Sig.

Perilaku_Prososial *

Pola_Asuh_Otoritatif

Antar

Kelompok

(Gabungan) 1829.083 31 59.003 1.699 .032

Linearitas 498.048 1 498.048 14.343 .000

Simpangan dari

Linearitas 1331.034 30 44.368 1.278 .196

Dengan Kelompok 2604.319 75 34.724

Total 4433.402 106

Dari Tabel 4.20 di atas, diketahui bahwa nilai signifikansi lineritas

sebesar 0,000 (p < 0.05) dan nilai signifikansi penyimpangan linearitas

Tabel ANOVA

Jumlah

Square Df

Rata-rata

Square F Sig.

Perilaku_Prososial *

Kecerdasan_Emosi

Antar

Kelompok

(Gabungan) 1221.720 33 37.022 .841 .704

Linearitas 309.622 1 309.622 7.038 .010

Simpangan dari

Linearitas 912.097 32 28.503 .648 .913

Dalam Kelompok 3211.682 73 43.996

Total 4433.402 106

Page 25: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

95

sebesar 0,196 (p > 0.05) sehingga dapat disimpulkan terdapat hubungan

yang linear antara pola asuh otoritatif dan perilaku prososial.

Selain melihat tabel statistik, uji linearitas juga dapat dicek dengan

melihat residual scatterplot sebagai bagian dari perhitungan regresi

berganda. Residual scatterplot harus menunjukkan garis lurus sebagai

indikator bahwa pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat bersifat

linier (Pallant, 2007).

Gambar 4.4

Residual Scatterplot

Linearitas antara Kecerdasan Emosi (X1) dan Perilaku Prososial (Y)

Gambar 4.5

Residual Scatterplot

Linearitas antara Pola Asuh Otoritatif (X2) dan Perilaku Prososial (Y)

Berdasarkan kedua scatterplot pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5 di

atas, terlihat bahwa garis lurus (arah positif) yang menandakan bahwa

Page 26: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

96

pengaruh kecerdasan emosi dan pengaruh pola asuh otoritatif terhadap

perilaku prososial bersifat linier.

IV.5. Hasil Uji Hipotesis

Pengujian terhadap hipotesis yang telah dirumuskan dilakukan

dengan menggunakan analisis regresi berganda baik secara simultan

ataupun parsial.

Hipotesis : Adanya pengaruh secara simultan kecerdasan emosi

dan pola asuh otoritatif terhadap perilaku prososial

anak umur 9 – 11 tahun pada SD Negeri 2 Passo

Kecamatan Baguala di Kota Ambon.

Sebagai bukti maka hipotesis yang digunakan adalah uji

signifikansi (uji F), dengan tujuan untuk mengetahui keberartian koefisien

regresi secara bersama-sama. Sedangkan parsial digunakan uji signifikansi

parameter individual (uji t).

IV.5.1. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

Hasil uji statistik secara simultan untuk variabel bebas (kecerdasan

emosi dan pola asuh otoritatif) terhadap variabel terikat (perilaku prososial)

diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.21

Hasil Uji Signifikansi (Uji F)

ANOVAb

Model Jumlah Square Df Rata-rata Square F Sig.

1 Regresi 630.223 2 315.112 8.617 .000a

Residual 3803.179 104 36.569

Total 4433.402 106

a. Prediktor: (Konstan), Pola_Asuh_Otoritatif, Kecerdasan_Emosi

b. Variabel Terikat: Perilaku_Prososial

Page 27: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

97

Berdasarkan Tabel 4.21, diketahui Fhitung sebesar 8,617 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,000 (p < 0,05) dan Ftabel sebesar 3,08 (α = 5%) yang

berarti ada pengaruh yang signifikan kecerdasan emosi dan pola asuh

otoritatif terhadap perilaku prososial. Dari hasil perhitungan ini, maka

hipotesis dalam penelitian ini diterima.

IV.5.2. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Hasil uji statistik secara parsial untuk variabel bebas (kecerdasan

emosi dan pola asuh otoritatif) terhadap variabel terikat (perilaku prososial)

diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.22

Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji t)

Koefisiena

Model

Koefisien Tak Standar

Koefisien

Standar

T Sig. B Std. Error Beta

1 (Konstan) 48.206 8.197 5.881 .000

Kecerdasan_Emosi .128 .068 .181 1.901 .060

Pola_Asuh_Otoritatif .235 .080 .282 2.961 .004

a. Variabel Terikat: Perilaku_Prososial

Dari hasil Tabel 4.22 maka pengujian diketahui bahwa nilai thitung

kecerdasan emosi sebesar 1,901 (ttabel = 1,98) dengan tingkat signifikansi

sebesar 0,060 (p > 0,05). Hasil ini memberikan arti bahwa variabel bebas

kecerdasan emosi secara parsial tidak berpengaruh terhadap perilaku

prososial.

Sedangkan dari hasil pengujian diketahui bahwa nilai thitung pola

asuh otoritatif sebesar 2,961 (ttabel = 1,98) dengan tingkat signifikansi

sebesar 0,004 (p < 0,05). Hasil ini memberikan arti bahwa variabel bebas

pola asuh otoritatif secara parsial berpengaruh terhadap perilaku prososial.

Page 28: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

98

IV.5.3. Koefisien Determinasi (R2)

Analisis koefisien determinasi (R2) dilakukan untuk mengetahui

sejauh mana pengaruh antara kecerdasan emosi dan pola asuh otoritatif

terhadap perilaku prososial anak usia 9 – 11 tahun pada SD Negeri 2 Passo.

Berdasarkan pengolahan secara statistik, diperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4.23

Hasil Uji Koefisien Determinasi

Tabel 4.23 di atas menunjukkan nilai R sebesar 0,377 dengan

demikian dapat dikatakan bahwa ada pengaruh kecerdasan emosi dan pola

asuh otoritatif terhadap perilaku prososial dengan koefisien determinasi

(R2) sebesar 0,142. Dengan demikian variabel kecerdasan emosi dan pola

asuh otoritatif memberikan pengaruh terhadap perubahan variabel perilaku

prososial sebesar 14,2%. Sedangkan sisanya sebesar 85,8% dipengaruhi

oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

Dari hasil analisis di atas, diketahui bahwa variabel kecerdasan

emosi dan pola asuh otoritatif dapat dijadikan sebagai prediktor perilaku

prososial.

IV.5.4. Sumbangan Efektif Tiap Variabel

Sumbangan efektif tiap variabel digunakan untuk mengetahui

seberapa besar sumbangan dari masing-masing variabel bebas (kecerdasan

emosi dan pola asuh otoritatif) terhadap variabel terikat (perilaku prososial).

Sumbangan efektif semua variabel bebas sama dengan nilai koefisien

Jumlahb Model

Model R R Square

R Kuadrat yang

Disesuaikan Std. Error Kira-kira

1 .377a .142 .126 6.047

a. Predictors: (Constant), Pola_Asuh_Otoritatif, Kecerdasan_Emosi

b. Dependent Variable: Perilaku_Prososial

Page 29: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

99

determinasi (Budiono, 2004). Sumbangan efektif dapat dihitung dengan

rumus:

Koefisien korelasi dari variabel kecerdasan emosi dan pola asuh

otoritatif dapat dilihat di bawah ini:

Sumbangan variabel kecerdasan emosi dapat dihitung sebagai berikut:

SE (X1)% = 0,181 × 0,264 × 100%

= 4,8%

Sumbangan variabel pola asuh otoritatif dapat dihitung sebagai berikut:

SE (X2)% = 0,282 × 0,335 × 100%

= 9,4%

Dari perhitungan di atas dapat dilihat bahwa besarnya sumbangan

efektif variabel kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial adalah

sebesar 4,8% sedangkan sumbangan efektif variabel pola asuh otoritatif

terhadap perilaku prososial adalah sebesar 9,4%. Berdasarkan hasil analisis

sumbangan efektif diketahui bahwa variabel pola asuh otoritatif

memberikan sumbangan yang lebih besar terhadap perilaku prososial. Jadi

jumlah sumbagan dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel

terikat adalah sebesar 14,2%.

SE (X)% = βX × rxy × 100%

Page 30: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

100

IV.5.5. Analisis Regresi Berganda

Tabel 4.24

Hasil Regresi Nilai Koefisien Beta Dan Nilai t Variabel Bebas Terhadap

Variabel Terikat

Koefisisena

Model

Koefisian Tak Standar

Koefisien

Standar

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Konstan) 48.206 8.197 5.881 .000

Kecerdasan_Emosi .128 .068 .181 1.901 .060

Pola_Asuh_Otoritatif .235 .080 .282 2.961 .004

a. Variabel Terikat: Perilaku_Prososial

Berdasarkan Tabel 4.24 di atas diperoleh persamaan regresi yang

dapat disusun, yaitu:

Y = a + b1 X1 + b2 X2, sehingga dapat ditulis

Y = 48,206 + 0,181 kecerdasan emosi + 0,282 pola asuh otoritatif.

Dapat dilihat bahwa koefisien regresi menunjukkan tanda positif

(+), hal ini menunjukkan bahwa ada suatu kondisi yang searah yaitu

peningkatan variabel bebas (kecerdasan emosi dan pola asuh otoritatif) akan

menyebabkan peningkatan variabel terikat (perilaku prososial).

Persamaan regresi berganda dapat diartikan sebagai berikut:

1. Konstansa (a) sebesar 48,206 menyatakan bahwa jika variabel bebas

dianggap konstan, maka nilai variabel perilaku prososial sebesar

48,206.

2. Koefisien regresi kecerdasan emosi sebesar 0,128 memberikan

pemahaman bahwa setiap penambahan satu satuan atau satu tingkatan

kecerdasan emosi akan berdampak pada meningkatnya perilaku

prososial sebesar 0,128. Dengan kata lain, semakin baik kualitas

kecerdasan emosi yang dimiliki siswa SD Negeri 2 Passo akan

Page 31: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

101

berdampak pada peningkatan kualitas perilaku prososial. Dengan

sebuah asumsi bahwa variabel bebas lainnya (dalam hal ini pola asuh

otoritatif) konstan.

3. Koefisien regresi pola asuh otoritatif sebesar 0,235 memberikan

pemahaman bahwa setiap penambahan satu satuan atau satu tingkatan

pola asuh otoritatif akan berdampak pada meningkatnya perilaku

prososial sebesar 0,235. Dengan kata lain, semakin baik kualitas pola

asuh otoritatif yang dimiliki siswa SD Negeri 2 Passo akan berdampak

pada peningkatan kualitas perilaku prososial. Dengan sebuah asumsi

bahwa variabel bebas lainnya (dalam hal ini kecerdasan emosi)

konstan.

Jenis kelamin merupakan hal yang menarik untuk diteliti guna

mengetahui apakah ada perbedaan perilaku prososial antara siswa laki-laki

dan perempuan. Penulis menggunakan uji beda t-test untuk mengetahui

perbedaan tersebut. Adapun analisisnya sebagai berikut:

Tabel 4.25

Hasil Uji t Untuk Perilaku Prososial Siswa Laki-laki dan Perempuan

Grup Statistik

Gender N Rata-

rata

Std. Deviasi Rata-rata Std.

Error

Perilaku_Prososial Laki-laki 61 80.15 6.277 .804

Perempuan 46 81.96 6.640 .979

Tabel 4.25 menunjukkan bahwa laki-laki dan perempuan tidak

memiliki perbedaan perilaku prososial yang signifikan. Dimana nilai rata-

rata untuk perempuan sebesar 81,96, sedangkan laki-laki memiliki nilai

rata-rata sebesar 80,15.

Page 32: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

102

Tabel 4.26

Hasil uji Signifikansi Perilaku Prososial Ditinjau dari Jenis Kelamin

Independent Samples Test

Uji Levene

Kesamaan Varians

Uji t Kesamaan nilai Rata-rata

F Sig. T Df Sig. (2-

tailed)

Perilaku_Prososial Asumsi

Varians yg

Sama

.008 .928 -1.440 105 .153

Asumsi Varians Tak

Sama

-1.428 94.050 .157

Dari Tabel 4.26 di atas dapat diketahui bahwa uji homogenitas

dengan Levenes Test memperoleh Fhitung sebesar 0,008 dengan nilai

signifikansi sebesar 0,928 (p > 0,05) sehingga dapat disimpulkan bahwa

varian dari kedua kategori homogen. Hasil uji t yaitu t = -1,440 dengan

signifikansi 0,153 (p>0,05) yang bermakna tidak ada perbedaan perilaku

prososial antara siswa laki-laki dan perempuan.

Selain jenis kelamin, usia juga merupakan hal yang menarik untuk

diketahui apakah ada perbedaan perilaku prososial antar kelompok usia

siswa SD Negeri 2 Passo. Penulis menggunakan uji one way ANOVA untuk

mengetahui perbedaan perilaku prososial siswa berdasarkan usia yang telah

disyaratkan mulai dari usia 9, 10, dan 11 tahun. Adapun analisisnya sebagai

berikut:

Page 33: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

103

Tabel 4.27

Analisis Deskriptif Perilaku Prososial Berdasarkan Usia

Berdasarkan Tabel 4.27 nampak bahwa siswa yang berusia 9 tahun

memiliki nilai rata-rata perilaku prososial sebesar 79,19, siswa yang berusia

10 tahun memiliki nilai rata-rata perilaku prososial sebesar 82,90,

sedangkan siswa yang berusia 11 tahun memiliki nilai rata-rata perilaku

prososial sebesar 80,84. Dapat dianalisis bahwa siwa yang berusia 10 tahun

lebih mempunyai perilaku prososial yang tinggi di banding siswa berumur

11 tahun dan 9 tahun.

Tabel 4.28

Hasil Uji Homogenitas Berdasarkan Perbedaan Usia

Dari Tabel 4.28 terlihat bahwa hasil uji menunjukkan ketiga

kelompok usia tersebut sama (p = 0,534), sehingga uji Anova dapat dipakai.

Deskriptif

Perilaku_Prososial

N Rata-rata Std. Deviasi Std. Error

95% Kelayakan Interval

untuk Rata-rata

Min Max

Rendah

Terikat

Tinggi

Terikat

9 tahun 43 79.19 6.500 .991 77.19 81.19 61 96

10 tahun 39 82.90 5.647 .904 81.07 84.73 68 97

11 tahun 25 80.84 6.968 1.394 77.96 83.72 60 95

Total 107 80.93 6.467 .625 79.69 82.16 60 97

Uji Homogenitas Varian

Perilaku_Prososial

Statistik Levene df1 df2 Sig.

.632 2 104 .534

Page 34: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

104

Tabel 4.29

Uji Signifikansi Perilaku Prososial Berdasarkan Usia

Dari Tabel 4.29, dapat dilihat pada nilai signifikansi sebesar 0,033.

Dengan demikian p < 0,05 maka dapat dianalisis bahwa ada perbedaan

perilaku prososial pada kelompok usia siswa.

Tabel 4.30

Perbandingan Perilaku Prososial Berdasarkan Usia

Beberapa Perbandingan

Perilaku_Prososial

(I) Usia (J) Usia

Perbedaan Rata-

rata (I-J) Std. Error Sig.

95% Kelayakan Interval

Rendah Terikat Tinggi Terikat

9 tahun 10 tahun -3.711* 1.397 .025 -7.03 -.39

11 tahun -1.654 1.589 .553 -5.43 2.12

10 tahun 9 tahun 3.711* 1.397 .025 .39 7.03

11 tahun 2.057 1.619 .415 -1.79 5.91

11 tahun 9 tahun 1.654 1.589 .553 -2.12 5.43

10 tahun -2.057 1.619 .415 -5.91 1.79

*. Perbedaan rata-rata signifikan pada tingkat 0,05.

Berdasarkan Tabel 4.30 di atas menunjukkan bahwa ada perbedaan

rata-rata perilaku prososial kelompok siswa, dilihat dari nilai signifikansi

sebesar 0,025 (p < 0,05) atau dapat ditandai dengan tanda bintang (*) adalah

kelompok siswa yang berusia 9 tahun dan 10 tahun.

ANOVA

Perilaku_Prososial

Jumlah Squares Df Rata-rata Square F Sig.

Hubungan Grup 281.940 2 140.970 3.532 .033

Jarak Grup 4151.461 104 39.918

Total 4433.402 106

Page 35: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

105

IV.7. Diskusi

Berdasarkan hasil pengukuran analisis data di atas, diketahui bahwa

kecerdasan emosi dan pola asuh otoritatif secara simultan mempunyai

pengaruh yang positif dan signifikan terhadap perilaku prososial. Besarnya

pengaruh kecerdasan emosi dan pola asuh otoritatif terhadap perilaku

prososial tercermin dalam hasil penelitian dengan uji F (uji signifikansi

simultan) dengan nilai Fhitung sebesar 8,617 pada taraf signifikansi sebesar

0,000 (p < 0,05). Temuan ini juga didukung dengan pembuktian nilai R

Square (R2) sebesar 0,142 yang berarti 14,2% dari total varians perilaku

prososial dapat dijelaskan secara simultan oleh kecerdasan emosi dan pola

asuh otoritatif, sisanya sebesar 85,8% dipengaruhi oleh variabel lain.

Kekuatan kecerdasan emosi dan pola asuh otoritatif sebagai

pengaruh perilaku prososial pada anak usia 9 – 11 tahun pada SD Negeri 2

Passo juga dapat dilihat melalui hasil analisis regresi menunjukkan tanda

positif (searah) yang berarti semakin baik kualitas kecerdasan emosi dan

pola asuh otoritatif akan berdampak pada peningkatan perilaku prososial.

Penelitian Afolabi (2013) tentang kecerdasan emosi dan Altay dan Gürea

(2012) tentang pola asuh otoritatif secara terpisah mengungkapkan bahwa

kecerdasan emosi dan pola asuh otoritatif masing-masing merupakan faktor

internal dan eksternal yang mendorong siswa untuk berperilaku prososial

terhadap orang lain. Husada (2013) yang telah meneliti dua variabel ini

secara bersama-sama terhadap remaja memperoleh hasil berdasarkan uji

hipotesis bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pola asuh

otoritatif (demokratis) dan kecerdasan emosi terhadap perilaku prososial.

Penelitian ini kembali meneliti tentang hal tersebut, tetapi agak sedikit

berbeda. Penulis lebih melihat pada subjek anak-anak yang berusia 9 – 11

tahun yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Adanya kekuatan

Page 36: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

106

hubungan yang berpengaruh secara posif dan signifikan disebabkan karena

secara psikologis kecerdasan emosi dan pola asuh otoritatif berinteraksi dan

saling melengkapi dalam meningkatkan perilaku prososial siswa SD Negeri

2 Passo.

Dilihat dari determinasi parsial diketahui bahwa kecerdasan emosi

memberikan sumbangan efektif sebesar 4,8% dengan determinasi parsial

sebesar 0,181 atau dengan kata lain naik turunnya perilaku prososial yang

mampu di jelaskan oleh kecerdasan emosi adalah sebesar 18%. Nilai

signifikansi kecerdasan emosi secara parsial sebesar 0,060 (p > 0,05) itu

berarti variabel kecerdasan emosi secara parsial tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap perilaku prososial siswa SD Negeri 2 Passo. Dengan

demikian, dapat dikatakan bahwa tinggi atau rendahnya kecerdasan emosi

siswa SD Negeri 2 Passo tidak berpengaruh terhadap perilaku prososial

mereka. Hal ini mungkin disebabkan karena orang Ambon secara umum

dikenal mempunyai temperamen tinggi, emosi mudah bergejolak dan

mengalahkan nalar serta akal sehat (Anwar, 2004). Emosi yang sering

bergejolak pada orang Ambon bukan baru terbentuk saat mereka dewasa

tetapi mungkin juga emosional tersebut sudah terbentuk semenjak masa

kanak-kanak. Berdasarkan hal tersebut, mungkin saja itu sangat

berpengaruh bagi perilaku menolong anak-anak sejak dini.

Hal ini senada dengan penelitian yang dilakukan oleh Afolabi

(2013) terhadap 200 mahasiswa di Nigeria, dimana bila kecerdasan emosi

dipasangkan dengan keseluruhan variabel maka bernilai positif signifikan,

tetapi bila diukur secara parsial dengan perilaku prososial maka tidak

signifikan. Berbeda dengan Husada (2013) dalam penelitiannya terhadap 96

siswa SMP Citra Hati Surabaya dengan teknik sampel acak proposional

sederhana, sehingga harga t = 2,961 pada p = 0,008 (p < 0,05) untuk korelasi

Page 37: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

107

antara variabel kecerdasan emosi dengan perilaku prososial, artinya

variabel kecerdasan emosi juga berkorelasi sangat signifikan dengan

perilaku prososial. Kontribusi kecerdasan emosi pada penelitian Husada

(2013) sangat besar dibandingkan dengan penelitian ini, hal ini disebabkan

karena lokasi penelitian dan perbedaan sampel berdasarkam usia serta

realita emosi orang Ambon yang sering bergejolak.

Psikolog Gustavo Carlo (dikutip oleh Carpenter, 2001, dalam Baron

& Byrne, 2005) yang berkata, “Terdapat perbedaan individual yang besar

dalam disposisi simpati, dan kita mengetahui bahwa anak-anak yang

berkarakter simpatik umumnya berasal dari lingkungan yang hangat dan

suportif. Anak-anak yang karakter simpatiknya tinggi juga cenderung

menjadi anak yang memiliki penalaran moral yang cukup canggih serta

cenderung baik dalam mengelola emosi mereka.”

Hasil selanjutnya menunjukkan bahwa pola asuh otoritatif

memberikan sumbangan efektif sebesar 9,4% dengan determinasi parsial

sebesar 0,282. Artinya naik turun perilaku prososial yang mampu dijelaskan

oleh pola asuh otoritatif adalah sebesar 28,2%. Nilai signifikansi pola asuh

otoritatif secara parsial sebesar 0,004 (p < 0,05) itu berarti variabel pola

asuh otoritatif secara parsial mempunyai hubungan secara signifikan

dengan perilaku prososial siswa SD Negeri 2 Passo. Arah hubungan yang

positif menunjukkan bahwa semakin tinggi pola asuh otoritatif orang tua

maka semakin tinggi pula perilaku prososial pada anak. Sebaliknya,

jika semakin rendah pola asuh otoritatif orangtua maka semakin rendah

pula perilaku prososial pada anak. Hasil tersebut sesuai dengan

pendapat Psikiater Rober Coles (1997) menekankan pentingnya ibu

dan ayah dalam membentuk perilaku-perilaku seperti itu dalam bukunya

The Moral Intelligence of Children. Coles menyatakan bahwa kuncinya

Page 38: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

108

adalah dengan mengajarkan anak untuk menjadi “baik” dan untuk berpikir

mengenai orang lain selain dari diri sendiri.

Penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Altay

dan Gürea (2012) yang menemukan bahwa ibu yang menunjukkan gaya

pengasuhan otoritatif terhadap anak maka perilaku prososial anak lebih

tinggi dibandingkan dengan ibu yang gaya pengaguhannya permisif. Selain

itu, studi yang dilakukan Hastings, Mcshane, Parker, dan Ladha (2007) juga

menemukan adanya kontribusi positif orang tua otoritatif terhadap perilaku

prososial anak dalam hal ini ketika anak berinteraksi dengan orang asing.

Bumrid dan Black (dalam Kusjamilah, 2001) dalam penelitiannya

menemukan bahwa teknik-teknik asuhan orang tua yang otoritatif akan

menumbuhkan keyakinan dan kepercayaan diri maupun mendorong

tindakan-tindakan prososial, mandiri serta mampu membuat keputusan

sendiri yang akan berakibat munculnya tingkah laku mandiri yang

bertanggung jawab.

Menurut Schohib (2010) pola asuh otoritatif menjadikan adanya

komunikasi yang dialogis antara anak dan orang tua dan adanya

kehangatan yang membuat anak merasa diterima oleh orang tua. Pola asuh

otoritatif yang diterapkan oleh orang tua terhadap anak merupakan interaksi

yang terjadi antara anak dengan orang tua selama melakukan kegiatan

pengasuhan. Kegiatan pengasuhan ini tidak hanya berarti bagaimana

perlakuan orang tua terhadap anak, tetapi juga bagaimana orang tua

mendidik, membimbing, mendisiplinkan, melindungi dan mengawasi anak

untuk mencapai perkembangan sesuai dengan norma, ketentuan dan

harapan masyarakat pada umumnya.

Menurut Hurlock (2006) ditinjau dari cara menanamkan disiplin

pola asuh otoritatif, adalah dengan cara menggunakan penjelasan diskusi

Page 39: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

109

dan penalaran untuk membantu anak mengerti mengapa perilaku

tertentu diperlukan. Metode ini lebih menekankan aspek pendidikan dan

disiplin dari pada aspek hukumannya.

Secara historis, pola asuh otoritatif sangat bertolak belakang dengan

pola asuh yang diterapkan oleh sebagian orang tua di Ambon. Pola asuh

yang diterapkan sebagian orang tua Ambon lebih banyak adalah pola asuh

otoriter yaitu pola asuh yang berkarakter “keras” dan cenderung kasar. Hal

ini terbentuk dalam konteks masyarakat “tangsi” (militer). Karakteristik

yang demikian sudah membudaya bagi orang Ambon, karakteristik budaya

“militeristik” yang sudah cukup lama mendominasi kehidupan sosial orang

Maluku termasuk Ambon sejak keterlibatan orang Maluku sebagai tentara

kolonial (KNIL). Inilah yang membuat orang tua-orang tua Ambon

mendidik anak dengan keras, baik secara verbal maupun nonverbal.

Mungkin dengan realita pengasuhan sebagian orang tua Ambon yang

bertolak belakang dengan pengasuhan otoritatif inilah, sehingga dalam

penelitian ini sumbangan efektif variabel pola asuh otoritatif terlihat lebih

kecil dari pada sumbangan efektif variabel pola asuh demokratis (otoritatif)

pada penelitian yang dilakukan oleh Husada (2013).

Sebagai informasi tambahan hasil penelitian ini, secara demografi

jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 4.25 dan Tabel 4.26 bahwa tidak ada

perbedaan perilaku prososial antara laki-laki dan perempuan dilihat dari

nilai signifikansi sebesar 0,982 (p > 0,05) dan nilai Sig. (2-tailed) sebesar

0,153 dan 0, 157 (p > 0,05). Hal ini konsisten dengan penelitian yang

dilakukan oleh Roberts dan Strayer (1996), Hastings dkk., (2007) bahwa

tidak ada perbedaan jenis kelamin dalam perilaku prososial. Hal ini

menunjukkan bahwa perbedaan gender bukan faktor yang mempengaruhi

tingkat perilaku prososial seseorang, khususnya siswa SD Negeri 2 Passo.

Page 40: BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN IV.1. Orientasi ...repository.uksw.edu/bitstream/123456789/9293/4/T2_832013014_BAB IV.pdf71 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN . Setelah

110

Secara spesifik laki-laki dan perempuan memiliki kemampuan dan

kesempatan yang sama untuk berperilaku prososial. Perilaku prososial

antara laki-laki dan perempuan tidak berbeda karena dalam hal-hal tertentu

perempuan lebih mudah memberikan pertolongan, namun pada situasi lain

laki-laki juga akan lebih mudah bereaksi untuk memberikan pertolongan

(Dayakisni dan Hudaniah, 2009).

Selain jenis kelamin, secara demografi usia dapat dilihat pada Tabel

4.27, Tabel 4.28, Tabel 4.29, Tabel 4.30. Bahwa ada perbedaan usia

terhadap perilaku prososial dengan nilai Sig. 0,033 (p < 0,05). Perbedaan

tersebut pada kelompok usia 9 dan 10 tahun dengan nilai signifikansi

sebesar 0,025 (p < 0,05). Penelitian ini didukung oleh penelitian yang

dilakukan oleh Retnaningsih (2005) bahwa kelompok anak usia muda

menunjukkan lebih tinggi dalam perilaku prososial, berbagi,

bekerjasamadan menolong dibanding kelompok anak yang usianya lebih

tua. Berbeda dengan penelitian Fabes dan Einsenberg (1998) dimana

semakin tua kelompok usia dibuktikan perilaku prososialnya lebih besar.

Dengan bertambahnya usia seseorang akan makin memahami atau

menerima norma-norma sosial, lebih empti dan lebih dapat memahami nilai

ataupun makna dari tindakan prososial yang ditunjukkan (Staub, 1978;

Peterson, 1983, dalam Dayakisni dan Hudaniah, 2009). Hal ini berarti

meningkatnya usia, bukan merupakan jaminan akan meningkat pula

perilaku prososial anak, bahkan malah dapat menurunkan perilaku

prososialnya.