Upload
others
View
1
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
89
BAB IV
Hasil Penelitian dan Pembahasan
4.1. Hasil Penelitian
4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Gugus Diponegoro merupakan gerbang pintu
masuk wilayah selatan untuk UPTD Pendidikan
Kecamatan Ungaran Barat sehingga gugus ini
diharapkan mampu berkembang dengan baik serta
mampu menciptakan kesan yang baik bagi kalangan
pendidikan yang masuk dari wilayah selatan. Untuk
memenuhi harapan tersebut bukanlah hal yang
mudah tetapi perlu usaha dan kerja keras dalam
pelaksanaan proses pendidikan di tingkat sekolah
dasar.
Gugus Diponegoro merupakan salah satu wilayah
gugus di Kecamatan Ungaran Barat yang terdiri dari 6
sekolah dasar yaitu: SD Negeri Langensari 01, SD
Negeri Langensari 02, SD Negeri Langensari 03, SD
Negeri Langensari 04, SD Negeri Candirejo 01 dan SD
Negeri Candirejo 02.
Sekolah dasar di wilayah Gugus Diponegoro
rata-rata sudah berusia lebih dari 15 tahun. Hal
tersebut menandakan bahwa sekolah dasar di wilayah
Gugus Diponegoro sudah banyak meluluskan siswa
dalam rangka mensukseskan program pemerintah
dalam bidang pendidikan.
Adapun gambaran keadaan siswa dan tenaga
kependidikan di Gugus Diponegoro tertuang dalam
tabel berikut:
90
Tabel 4.1. Profil Guru Gugus Diponegoro Tahun 2015
Nama SD Jumlah
Siswa
Tenaga Pendidik
S2 S1 Diploma SLTA
SDN Langensari
01 174 0 8 1 1
SDN Langensari
02 266 0 7 1 1
SDN Langensari
03 258 0 7 2 1
SDN Langensari
04 261 0 6 1 1
SDN Candirejo 01
169 1 6 2 0
SDN Candirejo
02 170 0 8 2 0
Jumlah
1298 1 42 9 4
Sumber: Laporan bulan Maret 2015, UPTD Pendidikan Ungaran Barat.
Tabel di atas menjelaskan bahwa sebagian besar
tenaga pendidik di wilayah Gugus Diponegoro sudah
kualifikasi pendidikan S1 bahkan ada yang sudah S2.
Dengan demikian secara mayoritas tenaga pendidik di
wilayah Gugus Diponegoro sudah memenuhi persya-
ratan dalam Undang-undang Guru dan Dosen No. 14
Tahun 2005, bahwa pendidik sekurang-kurangnya
harus memiliki kualifikasi Strata 1. Adapun sebagian
kecil yang belum S1, saat ini juga mereka dalam
proses studi untuk mencapai Strata1. Hal demikian
diharapkan akan dapat semakin meningkatkan
kualitas layanan di bidang pendidikan.
Focus Group Discussion dalam rangka
mengumpulkan data penelitian dilakukan dalam 2
tahap. Hal ini diharapkan agar penelitian benar-
91
benar memeroleh data yang maksimal sesuai tujuan
penelitian.
FGD pertama pada hari Sabtu tanggal 7 Maret
2015 membahas tentang realitas pelaksa-naan
kinerja guru dan masalah kinerja yang terjadi di
sekolah sewilayah Gugus Diponegoro. FGD
berikutnya pada hari Sabtu tanggal 14 Maret 2015
digunakan untuk membahas tentang akar masalah
dan upaya pemecahan masalah yang terjadi
sehubungan dengan kinerja guru di Gugus
Diponegoro. Hasil penelitian tersebut dapat dilihat
secara jelas dan terinci yang meliputi gambaran
umum, realita pelaksanaan kinerja, akar masalah
yang dihadapi serta upaya pemecahan masalah pada
pemaparan berikut. Semoga gambaran hasil
penelitian ini dapat memberikan penjelasan hasil
penelitian yang telah dilakukan.
Setelah data terkumpul dalam FGD tersebut
kemudian peneliti memohon pada pengawas sekolah
untuk melakuan pengecekan/konfirmasi. Hal ini
peneliti lakukan agar data yang diperoleh memenuhi
standar keabsyahan data. Selesai pengecekan oleh
pengawas peneliti melakuan pengecekan berulang –
ulang mengenai data hasil penelitian dan menyusun
hasil penelitian.
4.1.2. Kinerja Guru Gugus Diponegoro
Fakta mengenai kinerja Guru di Gugus Dipone-
goro yang terungkap melalui Focus Group Discussion
secara garis besar dikelompokkan dalam 3 bagian
92
berpedoman Permenpan RB, No. 16 Tahun 2009 yaitu:
Kinerja dalam proses pembelajaran, Kinerja dalam
pengembangan keprofesian dan Kinerja dalam
pelaksanaan penunjang tugas guru.
Realitas kinerja dalam proses pembelajaran hasil
FGD dengan Kepala Sekolah dan Guru. Mengenai
pelaksanaan proses pembelajaran oleh guru di sekolah
menyangkut: Penyusunan silabus, Penyusunan
program tahunan, Penyusunan program semester,
Penyusunan program evaluasi, Program analisis KKM,
Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran,
Pembuatan jurnal, Kelengkapan daftar nilai, Analisis
penilaian, Program tindak lanjut, dan Pelaksanaan
Bimbingan Konseling terungkap bahwa:
“Belum semua guru membuat sendiri silabus
pembelajaran yang dipakai dalam pembelajaran
sehari-hari melainkan masih menggunakan silabus dari BSNP tanpa merubah sedikitpun isinya.
Penyusunan program tahunan sebagian besar guru di
sekolah kami sudah belum membuat program
tahunan secara rutin. Penyusunan program semester
sebagian besar guru telah menyusun program semester. Akan tetapi dalam pelaksanaan
pembelajaran sering kali tidak sesuai dengan program tersebut. Karena program diperoleh dari copy
paste.Penyusunan program evaluasi masih banyak
guru yang tidak menyusun program evaluasi. Program
analisis KKM, sebagian besar guru tidak membuat
program analisis KKM. Pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran belum sesuai. Pembuatan
jurnal, sebagian besar guru tidak membuat jurnal
pembelajaran yang telah dilakukan. Kelengkapan
daftar nilai, sebagian besar nilai pada daftar nilai
hanya mencakup aspek kognitif, sehingga aspek afektif dan psikomotoriknya terkesan diabaikan.
Analisis penilaian, sebagian besar guru tidak melaku-
kan analisis penilaian. Program tindak lanjut,
sebagian besar guru belum melakukan tindak lanjut
dari hasil pembelajaran yang telah dilakukan.
93
Pelaksanaan bimbingan konseling, belum maksimal”
Demikian Pernyataan Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri Candirejo 01.
Pernyataan lain diungkapkan oleh
Kepala Sekolah dan Guru SD Negeri
Langensari 01 bahwa,
“Penyusunan silabus, program tahunan dan
program semester dibuat oleh guru sendiri kemudian
didiskusikan. Penyusunan program evaluasi oleh
guru kelas sendiri atau guru mapel. Program analisis
KKM oleh guru. Pembuatan rencana pelaksanaan
pembelajaran oleh guru sendiri. Pembuatan daftar nilai, analisis nilai dan program tindak lanjut oleh
guru walaupun pengadministrasiannya masih ada
kesalahan.”
Jawaban dari SD Negeri Langensari 03
menyatakan bahwa,
“Pelaksanaan dalam proses pembelajaran tertib
sesuai arahan pimpinan melalui diskusi baik tingkat
sekolah, gugus maupun keca-matan. Kelengkapan
administrasi dibuat sendiri sesuai arahan pimpinan”.
Pernyataan lain dari SD Negeri Langen-
sari 02 menyatakan,
“Pelaksanaan kinerja dalam proses
pembelajaran oleh guru di sekolah, semua sudah
dilaksanakan namun belum maksimal. Namun pihak
sekolah baik kepala sekolah dan guru selalu berusaha
untuk lebih maksimal.”
Pernyataan dari masing – masing sekolah dasar
mengenai pelaksanaan dalam hal yang berhubungan
dengan proses pembelajaran masih terjadi variasi
dalam pelaksanaan. Variasi yang dimaksud yaitu
terjadi pelaksanaan yang sedikit berbeda keadaannya
untuk setiap sekolah. Sebagian kecil sekolah
menyatakan sudah lancar namun sebagian besar
94
sekolah menyatakan bahwa pelaksanaan proses
pembelajaran belum lancar sesuai harapan dan
pedoman.
Pelaksanaan Kinerja dalam pengembangan
keprofesian. Pelaksanaan kinerja yang menyangkut
pengembangan keprofesian dengan pertanyaan.
Bagaimana pelaksanaan kinerja dalam pengem-
bangan keprofesian berkelanjutan oleh guru yang
meliputi: peran serta dalam diklat fungsional,
keikutsertaan dalam diklat ilmiah, publikasi ilmiah
dalam membuat karya ilmiah dan makalah ilmiah
serta dalam membuat / memodifikasi alat peraga?
Pertanyaan tersebut di atas memunculkan jawaban
sebagai berikut.
SD Negeri Langensari 01 me-
ngemukakan bahwa,
“Peran serta dalam diklat guru kelas atau mapel
mengikuti diklat fungsional misalnya diklat
kurikulum 2013, Kegiatan bersama (KKG) guru
mengikuti KKG tingkat gugus maupun kecamatan,
Guru masih belum aktif dalam mengikuti kegiatan
ilmiah (seminar), Pelaksanaan publikasi ilmiah dalam
membuat PTK dan makalah, belum semua guru
melaksanakan karena keterbatasan SDM, belum
menguasai pembuatan PTK dan makalah, dan ada
guru yang membuat/ memodifikasi alat pelajaran/
peraga /praktikum.
Pernyataan lain yang terungkap dari
SD Negeri Candirejo 02 menyatakan hal yang
terjadi.
“Kurangnya kesadaran guru untuk berpartisipasi
dalam diklat fungsional, Kegiatan bersama (KKG) dalam menyusun kurikulum dan/ atau pembelajaran
95
belum efektifkarenatidakada program yang jelas,
Sebagian besar guru masih belum aktif dalam
mengikuti kegiatan ilmiah (seminar), Belum ada guru di sekolah kami yang mempublikasikan karya
tulisnya., Belum ada guru di sekolah kami yang
mempublikasikan makalahnya, dan Sebagian besar
guru di sekolah kami belum membuat/ memodifikasi
alat pelajaran/ peraga /praktikum.
Pernyataan hampir senada diung-
kapkan dari SD Negeri Candirejo 01 yaitu
bahwa.
“Peran serta dalam diklat fungsional, sebagian besar
guru masih kurang aktif berpartisipasi dalam diklat
fungsional, Lokakarya atau kegiatan bersama (KKG)
untuk menyusun perangkat kurikulum dan/atau
pembelajaran. Kegiatan bersama (KKG) dalam
menyusun kurikulum dan/ atau pembelajaran belum
maksimal dan belum membuahkan hasil yang
signifikan. Keikutsertaan pada kegiatan ilmiah
(seminar) sebagai peserta. Sebagian besar guru masih
belum aktif dalam mengikuti kegiatan ilmiah
(seminar). Pelaksanaan publikasi ilmiah dalam
membuat karya tulis, Belum ada guru di sekolah
kami yang mempu-blikasikan karya tulisnya.
Pelaksanaan publikasi ilmiah dalam membuat
makalah, belum ada guru di sekolah kami yang
mempublikasikan maka-lahnya, Pelaksanaan
membuat/ modifikasi alat pelajaran/ peraga/
praktikum. Sebagian besar gu-ru di sekolah kami
belum membuat/ memodifikasi alat pelajaran/ peraga
/praktikum.
Pelaksanaan kinerja dalam pe-
ngembangan keprofesian yang diung-kapkan
oleh SD Negeri Langensari 04 bahwa,
“Usaha dalam pengembangan keprofesian
berkelanjutan ditinjau dari peran serta diklat, seminar, pembuatan karya ilmiah serta pembuatan
alat peraga sederhana dalam taraf usaha berlatih
bahkan ada sebagian guru yang belum memahami
hingga pelaksanaan belum dapat maksimal, belum
ada yang membuat PTK.”
96
SD Negeri Langensari 03 meng-
ungkapkan bahwa,
“Diklat fungsional baru dalam tahap wacana, Animo
untuk ikut seminar tinggi, Publikasi ilmiah animo
kecil walau bisa dilaksanakan di tingkat gugus /
beberapa sekolah.
SD Negeri Langensari 02 meng-
ungkapkan bahwa,
“Kepala sekolah beserta Guru, belum semua ber-
partisipasi aktif dalam kegiatan yang menunjang
peningkatan kemampuan profesionalisme baru se-
bagian kecil yang membuat PTK.”
Pelaksanaan penunjang tugas guru.
Pelaksanaan tugas guru sebagai pengawas ujian,
penilai terhadap proses hasil belajar, anggota
organisasi profesi PGRI, dan anggota atau pengurus
gugus depan yang terungkap.
Pernyataan yang diungkapan SD Negeri Langensari 03,..Pengawas ujian rutin sesuai
ketentuan aturan. Anggota aktif dalam PGRI. Anggota
dan pengurus dalam Gudep..
Ungkapan SD Negeri Langensari 04 bahwa,
…guru aktif sebagai pengawas dan penilai proses belajar. Guru aktif menjadi anggota profesi
PGRI. Guru aktif menjadi anggota dan pengurus
gugus depan...
Ungkapan SD Negeri Candirejo 01, …Sebagai pengawas ujian penilaian dan evaluasi
terhadap proses dan hasil belajar tingkat sekolah. Sebagian besar guru aktif sebagai pengawas ujian
penilaian dan evaluasi terhadap proses dan hasil
belajar tingkat sekolah. Menjadi anggota aktif atau
pengurus organisasi profesi (PGRI). Semua guru aktif
menjadi anggota atau pengurus organisasi profesi
(PGRI). Menjadi anggota aktif atau pengurus kegiatan
97
kepramukaan gugus depan. Sebagian besar guru aktif
menjadi anggota atau pengurus kegiatan
kepramukaan gugus depan.
Ungkapan SD Negeri Candirejo 02, Semua guru aktif sebagai pengawas ujian penilaian
dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat sekolah. Semua guru aktif menjadi anggota atau
pengurus organisasi profesi (PGRI). Sebagian besar
guru aktif menjadi anggota atau pengurus kegiatan
kepramukaan gugus depan. Ungkapan SD Negeri Langensari 01,
Semua guru aktif dalam mengawasi ujian penilaian
dan evaluasi terhadap proses dan hasil belajar tingkat sekolah. Guru aktif menjadi anggota atau pengurus
organisasi profesi (PGRI).Guru aktif menjadi anggota
atau pengurus kegiatan kepramukaan gugus depan.
Ungkapan SD Negeri Langensari 02, Pelaksanaan penunjang tugas guru, guru sebagian
aktif sebagai anggota maupun pengurus di tingkat
sekolah maupun gugus.
Ungkapan pernyataan tersebut mengung-
kapkan tentang realitas kinerja yang terjadi di Gugus
Diponegoro menyangkut kinerja dalam proses
pembelajaran, pengembangan keprofesian serta
pelaksanaan penunjang tugas guru.
Berdasarkan FGD yang telah dilaksanakan
bersama oleh Guru dan Kepala sekolah di Gugus
Diponegoro. Ditemukan beberapa masalah kinerja
yang terjadi di Gugus Diponegoro. Masalah adalah
terjadinya kesenjangan antara harapan dengan
kenyataan. Dalam hal ini terjadi kesenjangan antara
tuntutan kinerja sesuai Permenpan RB, No.16 tahun
2009 dengan realitas kinerja guru di lapangan.
Adapun masalah - masalah yang terjadi di Gugus
Diponegoro sebagai hasil analisis ishikawa dirangkum
dirangkum dalam tabel berikut.
98
Tabel 4.2. Masalah Kinerja Guru Gugus Diponegoro
Dalam Proses Pembelajaran
Kinerja Guru (Permenpan RB
no.16 Tahun 2009)
Kinerja Guru
Kinerja dalam proses pembelajaran:1)melaksanakan
proses pembelajaran, bagi
Guru Kelas dan Guru Mata
Pelajaran; 2) melaksanakan
proses bimbingan, bagi Guru Bimbingan dan Konseling; dan
3) melak-sanakan tugas lain
yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah.
a)Belum menyusun silabus sendiri,b) belum
rutin menyusun program
tahunan, program semester,
program evaluasi dan
analisis ketuntasan KKM, b) Pembuatan RPP belum
sesuai standar proses,
c)daftar nilai belum lengkap,
d) belum melakukan analisis
penilaian, e) belum
membuat program tindak lanjut, e) belum rutin
melaksanakan bimbingan
Konseling.
Sumber: data primer melalui FGD,2015
Dari hasil FGD terungkap masalah dalam
kinerja guru. Hal ini terjadi karena terjadinya
perbedaan tuntutan atau harapan yang tertuang
dalam Permenpan RB No. 16 Tahun 2009 dengan
kenyataan kinerja yang diulakukan oleh guru di Gugus
Diponegoro.
Tabel di atas tertuang tuntutan kinerja dalam
kinerja guru yang berhubungan dengan proses
pembelajaran bahwa seorang guru hendaknya:
1)melaksanakan proses pembelajaran, bagi Guru Kelas
dan Guru Mata Pelajaran; 2) melaksanakan proses
bimbingan, bagi Guru Bimbingan dan Konseling; dan
3) melaksanakan tugas lain yang relevan dengan
fungsi sekolah/madrasah. Melaksanakan proses
99
pembelajaran perlu melakukan persiapan dengan
membuat instrument atau perangkat pembelajaran.
Demikian pula seorang guru perlu hendaknya
melakukan bimbingan. Namun dalam realitas kinerja
yang menyangkut proses pembelajaran ternyata guru:
a)Belum menyusun silabus sendiri,b) belum rutin
menyusun program tahunan, program semester,
program evaluasi dan analisis ketuntasan KKM, b)
Pembuatan RPP belum sesuai standar proses, c)daftar
nilai belum lengkap, d) belum melakukan analisis
penilaian, e) belum membuat program tindak lanjut, e)
belum rutin melaksanakan bimbingan Konseling.
Hal demikian menandai terjadinya perbedaan
antara harapan sesuai tuntutan dalam Permenpan RB,
No.16 tahun 2009 dengan realitas kinerja guru di
gugus Diponegoro. Kesenjangan inilah yang
menyatakan adanya masalah dalam pelaksanaan
proses pembelajaran yang dilakukan guru di Gugus
Diponegoro.
Tabel 4.3. Masalah Kinerja Guru Gugus Diponegoro
Dalam Pengembangan Keprofesian
Kinerja Guru (Permenpan RB no.16 Tahun 2009)
Kinerja Guru
Kinerja dalam pengembangan
keprofesian: 1. pengembangan
diri: a) diklat fungsional; dan b)
kegiatan kolektif Guru yang
meningkatkan kompetensi
dan/atau kepro-fesian Guru; 2. publikasi Ilmiah: a) publikasi
ilmiah atas hasil penelitian
atau gagasan inovatif pada
bidang pendidikan formal; dan
a)belum aktif dalam
diklat fungsional, b) belum
melaksanakan Loka karya
atau kegiatan bersama
(KKG) untuk menyusun
perangat kurikulum dan /atau pembelajaran secara
rutin, c) tidak pernah
mengikuti kegiatan ilmiah
(seminar),
100
Lanjutan Tabel 4.3
b) publikasi buku teks
pelajaran, buku pengayaan,
dan pedoman Guru; 3. karya Inovatif: a)menemukan
teknologi tepat guna; b) mene-
mukan/menciptakan karya
seni; c) membuat /me-
modifikasi alat pelajaran /
peraga /praktikum; dan d) mengikuti pengembangan
penyusunan standar,
pedoman, soal dan sejenisnya;
d) belum membuat
publikasi ilmiah dalam
membuat karya tulis berupa laporan hasil
penelitian pada bidang
pendidikan di sekolahnya,
e) belum membuat
publikasi ilmiah dalam
membuat makalah berupa tinjauan ilmiah dalam
bidang pendidikan formal
dan pembe-lajaran pada
satuan pendidikan-nya, f)
belum membuat/modifikasi alat pelajaran /
peraga/praktikum.
Sumber: data primer melalui FGD,2015
Hal senada juga terjadi dalam kinerja dalam
pengembangan keprofesian tertuang dalam tabel di
atas. Dalam hal ini guru dituntut untuk melakukan
pengembangan keprofesian melalui: 1. Pengem-bangan
diri: a) diklat fungsional; dan b) kegiatan kolektif Guru
yang meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian
Guru; 2. publikasi Ilmiah: a) publikasi ilmiah atas
hasil penelitian atau gagasan inovatif pada bidang
pendidikan formal; dan b) publikasi buku teks
pelajaran, buku pengayaan, dan pedoman Guru; 3.
karya Inovatif: a)menemukan teknologi tepat guna; b)
menemukan/menciptakan karya seni; c) membuat /
memodifikasi alat pelajaran / peraga / praktikum; dan
d) mengikuti pengembangan penyusunan standar,
pedoman, soal dan sejenisnya. Namun kenyataan
realitas kinerja pengembangan keprofesian yang terjadi
adalah: a)guru belum aktif dalam diklat fungsional, b)
belum melaksanakan Loka karya atau kegiatan
101
bersama (KKG) untuk menyusun perangat kurikulum
dan /atau pembelajaran secara rutin, c) tidak pernah
mengikuti kegiatan ilmiah (seminar), d) belum
membuat publikasi ilmiah dalam membuat karya tulis
berupa laporan hasil penelitian pada bidang
pendidikan di sekolahnya, e) belum membuat
publikasi ilmiah dalam membuat makalah berupa
tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan
pembelajaran pada satuan pendidikan-nya, f) belum
membuat/modifikasi alat pelajaran / peraga / prak-
tikum.
Tabel 4.4. Masalah Kinerja Guru Gugus Diponegoro Dalam Pelaksanaan Penunjang Tugas Guru
Kinerja Guru (Permenpan RB
no.16 Tahun 2009)
Kinerja Guru Gugus
Diponegoro
Kinerja dalam pelaksanaan
penunjang tugas Guru: 1. Memperoleh gelar/ijazah yang
sesuai dengan bidang yang
diampunya; 2. memperoleh
penghargaan /tanda jasa; dan
3. melaksanakan kegiatan yang mendukung tugas Guru,
antara lain: a) membimbing
siswa dalam praktik kerja
nyata/praktik industri/
ekstrakurikuler dan sejenisnya;
b) menjadi anggota organisasi profesi / kepramukaan; c)
menjadi tim penilai angka
kredit; dan/atau d) menjadi
tutor /pelatih/instruktur.
a)belum pernah mem-
peroleh penghargaan, b)belum mahir sebagai
pembina kegiatan kepra-
mukaan.
Sumber: data primer melalui FGD,2015
Tabel di atas menggambarkan realitas kinerja
guru di Gugus Diponegoro mengenai kinerja yang
menyangkut pelaksanaan penunjang tugas guru
meliputi: 1) Memperoleh gelar/ijazah yang sesuai
102
dengan bidang yang diampunya; 2) memperoleh
penghargaan /tanda jasa; dan 3) melaksanakan
kegiatan yang mendukung tugas Guru, antara lain: a)
membimbing siswa dalam praktik kerja nyata/praktik
industri/ ekstrakurikuler dan sejenisnya; b) menjadi
anggota organisasi profesi / kepramukaan; c) menjadi
tim penilai angka kredit; dan/atau d) menjadi tutor
/pelatih/instruktur.
Dalam hal ini kesenjangan yang terjadi adalah:
a) guru belum pernah memperoleh penghargaan,
b)guru belum mahir sebagai pembina kegiatan
kepramukaan.
4.1.3. Analisis Akar Permasalahan Kinerja Guru
Melalui FGD permasalahan tersebut ditelusuri
lebih dalam dengan analisis Fishbone hingga
mendapatkan akar penyebab masalah yang terjadi.
Adapun akar masalah tersebut tertuang dalam tabel
berikut.
Tabel 4.5 Tabel 4.5. Akar Masalah Kinerja dalam Proses
Pembelajaran Guru Gugus Diponegoro Masalah Akar masalah
(Fatimah, 2012)
Belum menyusun silabus sendiri,
belum rutin menyusun program tahunan, program
semester, program evaluasi dan analisis ketuntasan
KKM,
Pembuatan RPP belum sesuai standar proses,
daftar nilai belum lengkap,
belum memahami cara menyusun RPP yang baik
dan benar sesuai
standar proses,
kurang memahami standar isi, proses dan
penilaian,
daftar nilai hanya menunjukan kompe-tensi
kognitif, d)malas
melakukan analisis
103
Lanjutan tabel 4.5
belum melakukan analisis penilaian,
belum membuat program tindak lanjut,
belum rutin melaksanakan bimbingan Konseling.
penilaian,
tidak paham cara melakukan bimbingan
konseling, f)guru kurang
menguasai TIK,
supervisi belum rutin
Sumber: data primer melalui FGD,2015 Dari tabel 4.5 hasil FGD yang telah dilakukan
melalui penelusuran mengenai masalah yang dialami
guru di Gugus Diponegoro mengenai pelaksanaan
proses pembelajaran yang bersumber pada masalah:
a)Belum menyusun RPP sendiri, b) belum rutin
menyusun program tahunan, program semester,
program evaluasi dan analisis ketuntasan KKM, b)
Pembuatan RPP belum sesuai standar proses, c)daftar
nilai belum lengkap, d) belum melakukan analisis
penilaian, e) belum membuat program tindak lanjut, f)
belum rutin melaksanakan bimbingan Konseling.
Ketika dilontarkan pertanyaan mengapa itu
terjadi terungkap akar masalah yaitu: a)belum
memahami cara menyusun RPP yang benar, b)kurang
memahami standar isi, proses dan penilaian, c)daftar
nilai hanya menunjukan kompe-tensi kognitif, d)malas
melakukan analisis penilaian, e) tidak paham cara
melakukan bimbingan konseling, f)guru kurang
menguasai TIK, g)supervisi belum rutin. Ketika
dilontarkan pertanyaan “mengapa” itu terjadi untuk
keempat kalinya diperoleh jawaban antara lain: malas
membaca, malas belajar, merasa sibuk. Dan ketika
ditanyakan mengapa malas? Ternyata diperoleh
jawaban yang sungguh mengejutkan yaitu: “ Begini saja
sudah bayaran.” Jadi akar masalah yang terungkap
104
dalam akar masalah yang menyangkut pelaksanaan
kinerja guru dalam proses pembelajaran pada kinerja
guru di gugus Diponegoro Kecamatan Ungaran Barat
adalah sikap malas dan merasa sudah dibayar penuh
tanpa ada sangsi yang kurang jelas. Kondisi guru
seperti ini sungguh memprihatinkan karena guru
menjadi tulang punggung dalam mencerdaskan
kehidupan bangsa.
Tabel 4.6 Tabel 4.6. Akar Masalah Kinerja dalam Pengembangan
Keprofesian Guru Gugus Diponegoro Masalah Akar masalah
(Fatimah, 2012)
belum aktif dalam diklat fungsional,
belum melaksanakan Loka karya atau kegiatan bersama (KKG) untuk
menyusun perangat
kurikulum dan /atau pem-
belajaran secara rutin,
tidak pernah mengikuti kegiatan ilmiah (seminar), d)
belum membuat publikasi ilmiah dalam membuat
karya tulis berupa laporan
hasil penelitian pada bidang
pendidikan di sekolahnya,
belum membuat publikasi ilmiah dalam membuat makalah berupa tinjauan
ilmiah dalam bidang
pendidikan formal dan
pembe-lajaran pada satuan
pendidikan-nya,
belum membuat/modifikasi alat pelajaran / peraga/ praktikum.
malas mengikuti diklat fungsional karena biaya,
program dan pelaksana-an KKG belum tersusun dengan baik,
malas mengikuti kegiatan ilmiah (seminar),
belum terbiasa membuat publikasi ilmiah dalam
membuat karya tulis
berupa laporan hasil
penelitian pada bidang pendidikan di sekolah,
belum bisa membuat publikasi ilmiah dalam
membuat makalah
berupa tinjauan ilmiah
dalam bidang pendidikan formal dan pembelajaran
pada satuan pendi-
dikannya,
belum bisa membuat /modifikasi alat
pelajaran /peraga
/praktikum yang benar,
belum lancar komputer,
Sumber: data primer melalui FGD,2015
105
Tabel 4.6 merupakan ungkapan hasil FGD
tentang masalah kinerja guru dalam pengembangan
keprofesian meliputi: a)belum aktif dalam diklat
fungsional, b) belum melaksanakan Loka karya atau
kegiatan bersama (KKG) untuk menyusun perangat
kurikulum dan /atau pembelajaran secara rutin, c)
tidak pernah mengikuti kegiatan ilmiah (seminar), d)
belum membuat publikasi ilmiah dalam membuat
karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada bidang
pendidikan di sekolahnya, e) belum membuat publikasi
ilmiah dalam membuat makalah berupa tinjauan ilmiah
dalam bidang pendidikan formal dan pembe-lajaran
pada satuan pendidikan-nya, f) belum membuat/
modifikasi alat pelajaran / peraga / praktikum.
Melalui FGD masalah tersebut ditelusuri lebih
dalam dengan tehnik 5M dan ditemukan akar masalah
yang dari masalah kinerja pengembangan keprofesian
adalah sebagai berikut: a)malas mengikuti diklat
fungsional karena biaya, b)program dan pelaksanaan
KKG belum tersusun dengan baik, c) malas mengikuti
kegiatan ilmiah (seminar), d) belum bias membuat
publikasi ilmiah dalam membuat karya tulis berupa
laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di
sekolahnya, e) belum bisa membuat publikasi ilmiah
dalam membuat makalah berupa tinjauan ilmiah dalam
bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada
satuan pendidikan-nya,f) belum bisa membuat
/modifikasi alat pelajaran / peraga/praktikum yang
benar, g) belum lancar menggunakan komputer, h)
kurang arahan dari kepala sekolah, i)merasa nyaman
106
dalam golongan IVa. Masalah tersebut ketika dilontari
pertanyaan dengan Mengapa yang keempat kalinya
munculah jawaban: sudah enak nyaman tidak ada
sangsi, sudah merasa kerjanya pas, sudah malas
berusaha, sudah merasa mentok. Ketika seseorang
sudah merasa nyaman maka dia sudah mencapai pada
puncak tujuan hidupnya. Tanpa disadari sikap seperti
itu dapat menimbulkan dampak buruk pada orang lain.
Dan pada umumnya manusia merasa egois lebih
mementingkan dirinya sendiri. Hal ini juga terjadi pada
guru yang merasa sudah nyaman tanpa disadari
kenyamanan yang mereka rasakan membawa dampak
pada anak didiknya, hal tersebut terjadi menyangkut
kinerja guru dalam pengembangan keprofesian. Dari
tabel serta paparan yang diuraikan berdasarkan data
FGD yang diperoleh bahwa akar masalah tersebut
terjadi pada kinerja guru gugus Diponegoro Kecamatan
Ungaran Barat yang berhubungan dengan kinerja guru
dalam pengembangan keprofesian.
Akar masalah yang terjadi dalam kinerja yang
berhubungan dengan pelaksanaan tugas penunjang
tertera dalam tabel berikut.
Tabel 4.7. Akar Masalah Kinerja dalam Pelaksanaan
Tugas Penunjang Guru Gugus Diponegoro Masalah Akar masalah
(Fatimah, 2012)
belum pernah memperoleh penghargaan,
belum mahir sebagai pembina kegiatan
kepramukaan.
tidak pernah mengikuti lomba,
malas mengikuti kegia-tan mahir lanjutan.
Sumber: data primer melalui FGD,2015
107
Tabel 4.7 mengungkapkan masalah kinerja dalam
pelaksanaan penunjang tugas Guru meliputi: a)belum
pernah memperoleh penghargaan, b) belum mahir
sebagai pembina kegiatan kepramukaan. Dari masalah
pelaksanaan penunjang tugas guru, melalui FGD
ditelusuri akar masalah yang terjadi. Adapun akar
masalah yang terjadi meliputi: guru tidak pernah
mengikuti lomba, b) malas mengikuti kegiatan mahir
lanjutan. Akar permasalahan inilah yang ditemukan
dalam FGD.
Ketika terus ditanya mengapa tidak mengikuti
lomba, mereka menjawab tidak bisa membuatnya dan
ketika ditanya mengapa tidak bisa terjawab tidak mau
berusaha belajar. Dari sini terungkap lagi bahwa guru
masih malas berusaha dan belajar yang menjadi akar
permasalahan dalam kinerja guru yang menyangkut
pelaksanaan tugas penunjang.
Berbagai akar masalah yang terjadi dalam kinerja
guru di Gugus Diponegoro terus ditelusuri dalam FGD.
Hal ini dilakukan dalam upaya untuk mencari solusi
akar permasalahan yang terjadi. Karena tujuan FGD
bukan hanya untuk mencari akar masalah tetapi lebih
utama untuk mencari solusi pemecahan masalah-
masalah yang terjadi yang menyangkut kinerja guru di
gugus Diponegoro sebagai autcome analisis fishbone.
Ketiga pokok permasalahan kinerja guru Gugus
Diponegoro meliputi kinerja dalam proses pembe-
lajaran, pengembangan keprofesian serta pelaksanaan
tugas penunjang. Dari ketiga pokok permasalahan yang
terjadi, masalah yang lebih banyak dialami oleh guru di
108
Gugus Diponegoro adalah yang menyangkut kinerja
dalam pengembangan keprofesian. Hal tersebut setelah
dikonfirmasi dengan data sasaran kerja guru memang
sebagian besar belum membuat PTK, makalah ilmiah
(sasaran kerja terlampir). Dari sasaran kerja guru
untuk kolom realisasi mendapat skor 0 artinya guru
tidak membuat sasaran kerja yang seharusnya
dikerjakan. Masalah ini lebih bersumber pada
kompetensi guru yang kurang untuk kompetensi
professional kompetensi yang kurang disebabkan
karena malas belajar dan merasa tidak ada sangsi.
Guru adalah jabatan professional sehingga guru harus
bekerja secara professional sesuai profesinya.
4.1.4. Solusi Pemecahan Masalah Kinerja Guru
Melalui proses teknik FGD yang telah
dilaksanakan terungkap solusi pemecahan masalah.
Pemecahan masalah yang digunakan dengan teknik
brainstorming.
Tabel 4.8. Solusi Pemecahan Masalah Kinerja Guru Gugus Diponegoro
Akar masalah Solusi (Hana Pramudiana, 2014)
belum memahami cara
menyusun silabus yang benar,
kurang memahami standar
isi, proses dan penilaian,
daftar nilai hanya menunjukan kompetensi
kognitif,
malas melakukan analisis penilaian,
tidak paham cara melakukan bimbingan konseling,
guru kurang menguasai TIK,
malas mengikuti diklat fungsional karena biaya
Latihan secara berkesinambungan
dalam menyusun perangkat pem-belajaran agar semakin baik.
Supervisi akademik oleh Kepala
Sekolah maupun Pengawas Sekolah secara terprogram dan terus menerus.
Mengadakan pelatihan IT bagi guru yang belum menguasai.
Memotivasi guru, Mengadakan
siraman rohani rutin, Memberikan penghargaan, Meningkatkan disiplin guru
Diskusi bedah masalah dalam KKG.
Mengagendakan pelatihan TIK dalam kegiatan KKG.
109
Lanjutan tabel 4.8
program dan pelaksanaan
KKG belum tersusun dengan baik,
malas mengikuti kegiatan
ilmiah (seminar), belum bisa membuat publikasi ilmiah dalam membuat karya tulis
berupa laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di sekolahnya,
belum bisa membuat
/modifikasi alat pelajaran / peraga/praktikum yang benar,
belum lancar menggunakan
computer,
merasa nyaman dalam
golongan Iva
Peningkatan kesadaran, membantu
dengan biaya BOS.
Menyusun program KKG dengan baik.
Memotivasi guru untuk mengikuti seminar membuat PTK dan makalah, Mengikutsertakan guru dalam pelatihan membuat PTK dan
makalah, Mengundang nara sumber, Memberikan bantuan bagi guru dalam biaya pelatihan
Memotivasi guru untuk membuat /
memodifikasi alat peraga.
Mengadakan pelatihan TIK,
Memasukkan dalam program kegiatan KKG
Memberikan penghargaan bagi
guru, Meningkatkan kesadaran melalui siraman rohani
tidak pernah mengikuti lomba,
malas mengikuti kegiatan mahir lanjutan
Meningkatkan keaktifan guru dalam kegiatan lomba,
memberikan apresiasi pada guru
Membiayai pelatihan mahir dasar
Sumber: data primer FGD 2015
Setelah dilakukan penelusuran masalah melalui
FGD kemudian dilakukan diskusi pemecahan masalah
yang terjadi. Masalah yang muncul dalam pelaksanaan
kinerja guru meliputi: Guru belum membuat
administrasi pembelajaran lengkap, Guru kurang
menguasai TIK, Faktor usia guru, Guru kurang
memahami penyusunan RPP, Guru kurang memahami
bimbingan konseling, Guru malas, kurang kerja keras,
Belum rutin membuat dan Keterbatasan pemahaman
guru. Masalah tersebut akan diselesaikan dengan:
Pelatihan secara berkesinambungan dalam menyusun
perangkat pembelajaran agar semakin baik, Supervisi
akademik oleh Kepala Sekolah maupun Pengawas
Sekolah secara terprogram dan terus menerus.
Mengadakan pelatihan IT bagi guru yang belum
110
menguasai. Memotivasi guru untuk selalu
meningkatkan kinerjanya, Diskusi bedah masalah,
Mengadakan siraman rohani rutin dalam KKG.
Meningkatkan disiplin guru, Memberikan penghargaan
serta Mengagendakan dalam kegiatan KKG.
Solusi pemecahan masalah pada kinerja dalam
pengembangan keprofesian yaitu: Peningkatan
kesadaran dan pemahaman akan pentingnya
pengembangan keprofesian berkelanjutan. Memotivasi
guru untuk membuat PTK dan makalah.
Mengikutsertakan guru dalam pelatihan membuat PTK
dan makalah. Memotivasi guru untuk membuat /
memodifikasi alat peraga. Membuat wadah kegitan di
tingkat gugus, mengundang nara sumber, memberikan
penghar-gaan bagi guru. Memberikan bantuan bagi
guru dalam biaya pelatihan serta memasukkan dalam
program kegiatan KKG.
Permasalahan kinerja dalam pelaksanaan
penunjang tugas guru meliputi: tidak pernah
mengikuti lomba, malas mengikuti kegiatan mahir
lanjutan. Permasalahan ini akan ditindaklanjuti
dengan cara: Meningkatkan keaktifan guru dalam
kegiatan lomba, memberikan apresiasi pada guru,
membiayai pelatihan mahir dasar.
Akar masalah dari permasalahan proses
pembelajaran, pengembangan keprofesian dan
pelaksanaan tugas penunjang tersebut adalah sikap
malas dan merasa sudah dibayar penuh tanpa ada
sangsi yang kurang jelas, sudah enak nyaman tidak
ada sangsi, sudah merasa kerjanya pas, sudah malas
111
berusaha, sudah merasa mentok, guru belum
professional. Dari permasalahan tersebut maka dalam
FGD ditentukan langkah untuk mencari solusi
masalah. Solusi masalah yang ditawarkan adalah:
mewajibkan guru untuk belajar dari berbagai sumber,
menghilangkan sikap malas dengan siraman rohani,
mendorong guru untuk menjadi guru yang
professional.
4.2. Pembahasan Kinerja guru adalah hasil atau taraf kesuksesan
yang dicapai seseorang guru dalam bidang pekerjaan-
nya menurut kriteria tertentu dan dievaluasi oleh
orang-orang tertentu terutama atasan yang bersang-
kutan.
Berdasarkan data yang diperoleh melalui FGD
yang telah diselenggarakan dan telah dipaparkan
dalam hasil penelitian ditemukan beberapa masalah
serta akar masalah dalam kinerja guru di Gugus
Diponegoro. Selain itu juga ditemukan solusi
pemecahan masalah lewat FGD. Hal tersebut akan kita
bahas lebih lanjut dalam pembahasan berikut.
4.2.1. Kinerja Guru Gugus Diponegoro Hasil FGD yang menyangkut pelaksanaan
kinerja guru di Gugus Diponegoro Ungarat Barat
terungkap beberapa masalah. Masalah tersebut
meliputi pelaksanaan proses pembelajaran, pengem-
bangan keprofesian serta pelaksanaan penunjang
tugas guru.
112
Kinerja guru dalam proses pembelajaran: Belum
menyusun silabus sendiri, belum rutin menyusun
program tahunan, program semester, program
evaluasi dan analisis ketuntasan KKM, Pembuatan
RPP belum sesuai standar proses, c)daftar nilai belum
lengkap, belum melakukan analisis penilaian, belum
membuat program tindak lanjut, belum rutin
melaksanakan bimbingan Konseling.
Tuntutan kinerja guru yang tertuang dalam
Permenpan RB, No.16 tahun 2009, mengenai
pelaksanaan proses pembelajaran adalah:
Melaksanakan proses pembelajaran, bagi Guru Kelas
dan Guru Mata Pelajaran; melaksanakan proses
bimbingan, bagi Guru Bimbingan dan Konseling; dan
melaksanakan tugas lain yang relevan dengan fungsi
sekolah/madrasah. Tugas ini meliputi: merencanakan
pembelajaran / bimbingan, melaksanakan pembela-
jaran / bimbingan yang bermutu, menilai dan meng-
evaluasi hasil pembela-jaran / bimbingan, serta melak-
sanakan pembela-jaran /perbaikan dan pengayaan.
Selain itu guru juga dituntut memilih dan menentukan
materi, strategi, metode, media pembelajaran /
bimbingan dan alat penilaian /evaluasi dalam melak-
sanakan proses pembelajaran / bimbingan untuk
mencapai hasil pendidikan yang bermutu sesuai
dengan kode etik profesi Guru.
Pelaksanaan tugas guru dalam proses
pembelajaran yang terjadi di Gugus Diponegoro dari
hasil FGD masih terjadi kesenjangan antara tuntutan
dan realita. Kesenjangan yang terjadi antara lain
113
belum rutin menyusun program tahunan, program
semester, program evaluasi dan analisis ketuntasan
KKM, Pembuatan RPP belum sesuai standar proses.
Guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
dituntut untuk membuat Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) yang mengacu pada standar proses
namun ralitanya guru belum rutin membuat RPP.
Selain itu guru juga belum secara rutin membuat
program semester maupun program tahunan yang
menjadi tuntutan kewajibannya. Selain itu guru juga
belum malakukan analisis Kriteria Ketuntasan
Minimal (KKM) secara rutin. Hal ini tentu menjadikan
masalah dalam pelaksanaan tugas guru.
Realitas kinerja guru dalam pengembangan
keprofesian: Belum aktif dalam diklat fungsional,
belum melaksanakan Loka karya atau kegiatan
bersama (KKG) untuk menyusun perangat kurikulum
dan /atau pembelajaran secara rutin, tidak pernah
mengikuti kegiatan ilmiah (seminar), belum membuat
publikasi ilmiah dalam membuat karya tulis berupa
laporan hasil penelitian pada bidang pendidikan di
sekolahnya, belum membuat publikasi ilmiah dalam
membuat makalah berupa tinjauan ilmiah dalam
bidang pendidikan formal dan pembelajaran pada
satuan pendidikannya, belum membuat/modifikasi
alat pelajaran / peraga/ praktikum.
Tuntutan dalam Permenpan RB, No.16 tahun
2009, mengenai tugas guru dalam pengembangan
keprofesian guru dituntut untuk: Mengikuti diklat
fungsional; dan melaksanakan kegiatan kolektif Guru
114
yang meningkatkan kompetensi dan/atau keprofesian
Guru; membuat publikasi ilmiah atas hasil penelitian
atau gagasan inovatif pada bidang pendidikan formal;
dan publikasi buku teks pelajaran, buku pengayaan,
dan pedoman Guru; menemukan teknologi tepat guna;
mene-mukan/menciptakan karya seni; membuat /me-
modifikasi alat pelajaran / peraga /praktikum; dan
mengikuti pengembangan penyusunan standar,
pedoman, soal dan sejenisnya.
Pelaksanaan untuk tugas guru dalam
pengembangan keprofesian juga masih menemui
kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Hal
terungkap misalnya dalam tuntutan guru dituntut
untuk membuat publikasi ilmiah, menciptakan
modifikasi alat peraga namun realita kinerja
menyatakan guru belum membuat publikasi ilmiah
maupun modifikasi peraga sederhana, belum membuat
tinjauan ilmiah sederhana mengenai pendidikan.
Selain itu guru juga belum mengikuti diklat fungsional
dalam rangka mengembangkan profesinya. Hal
tersebut tentu akan menghambat dalam pelaksanaan
tugas guru dalam pengembangan keprofesian.
Kinerja guru dalam pelaksanaan penunjang
tugas guru: Belum pernah memperoleh penghargaan,
belum mahir sebagai pembina kegiatan kepramukaan.
Tuntutan dalam Permenpan RB, No.16 tahun 2009
mengenai kinerja guru dalam pelaksanaan penunjang
tugas guru adalah: Memperoleh gelar/ijazah yang
sesuai dengan bidang yang diampunya; memperoleh
penghargaan /tanda jasa; dan melaksanakan kegiatan
115
yang mendukung tugas Guru, antara lain: a)
membimbing siswa dalam praktik kerja nyata/praktik
industri/ ekstrakurikuler dan sejenisnya; b) menjadi
anggota organisasi profesi / kepramukaan; c) menjadi
tim penilai angka kredit; dan/atau d) menjadi tutor
/pelatih/instruktur.
Kinerja guru mengenai pelaksanaan penunjang
tugas guru juga mengalami masalah yaitu tidak
sesuainya harapan dan realita yang terjadi. Misalnya
guru dituntut untuk membimbing siswa dalam
ektrakurikuler pramuka. Namun pada kenyataanya
guru belum mahir atau belum memiliki bekal yang
cukup dalam mahir dasar pramuka. Hal tersebut tentu
akan menjadi penghambat dalam pelaksanaan
penunjang tugas guru.
Masalah yang terjadi dalam kinerja guru yang
terungkap melalui FGD yang diselenggarakan di Gugus
Diponegoro terus ditelusuri untuk mencari akar
terhadap masalah yang terjadi.
4.2.2. Analisis Akar Permasalahan Kinerja Guru Analisis akar masalah dilakukan melalui
pengkajian dengan penelusuran yang lebih mendalam
akan masalah yang ada. Melalui teknik FGD yang
dilakukan Kepala Sekolah dan Guru di Gugus
Diponegoro dengan melakukan penelusuran yang
mendalam terhadap masalah yang ada maka
ditemukan akar masalah.
Hasil diskusi yang terungkap dalam FGD akar
permasalahan yang menyangkut kinerja guru yang
berhubungan dengan proses pembelajaran: belum
116
memahami cara menyusun silabus yang benar, kurang
memahami standar isi, proses dan penilaian, daftar
nilai hanya menunjukan kompetensi kognitif, malas
melakukan analisis penilaian, tidak paham cara
melakukan bimbingan konseling, guru kurang
menguasai TIK, supervisi belum rutin.
Akar masalah yang menyangkut kinerja guru
dalam pengembangan keprofesian meliputi: Malas
mengikuti diklat fungsional karena biaya, program
dan pelaksanaan KKG belum tersusun dengan baik,
malas mengikuti kegiatan ilmiah (seminar), belum
terbiasa membuat publikasi ilmiah dalam membuat
karya tulis berupa laporan hasil penelitian pada
bidang pendidikan di sekolahnya, belum bisa membuat
publikasi ilmiah dalam membuat makalah berupa
tinjauan ilmiah dalam bidang pendidikan formal dan
pembelajaran pada satuan pendidi-kannya, belum bisa
membuat /modifikasi alat pelajaran / peraga/prak-
tikum yang benar, belum lancar menggunakan
komputer, kurang arahan dari kepala sekolah,
h)merasa nyaman dalam golongan IVa,
Akar masalah yang menyangkut kinerja guru
dalam pelaksanaan tugas penunjang: tidak pernah
mengikuti lomba, malas mengikuti kegiatan mahir
lanjutan.
Fatimah (2012), dalam hasil penelitiannya
menyatakan bahwa Kompetensi guru, Pengalaman
Mengajar serta Kompetensi Kepala Sekolah merupa-
kan faktor yang berpengaruh signifikan dan positif
terhadap kinerja guru baik secara terpisah maupun
117
bersama – sama. Hal ini terbukti bahwa dari akar
masalah yang terungkap dalam FGD tersebut terjadi
bersumber pada ketiga faktor tersebut.
Kompetensi guru meliputi: Kompetensi
pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial
dan kopetensi profesional. Kompetensi pedagogik
meliputi: 1) pemahaman guru terhadap peserta didik,
2) perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, 3)
evaluasi hasil belajar,dan 4) pengembangan peserta
didik untuk mengaktualisasi berbagai potensi yang
dimilikinya. Apabila kompe-tensi ini benar-benar
dimiliki guru maka masalah seperti: belum memahami
cara menyusun silabus yang benar, kurang memahami
standar isi, proses dan penilaian, daftar nilai hanya
menunjukan kompetensi kognitif, malas melakukan
analisis penilaian, tidak paham cara melakukan
bimbingan konseling. Seorang guru yang memiliki
kompetensi professional yang baik maka ia akan dapat
menjalankan profesinya dengan baik karena dia dapat
memahami peserta didik, merancang dan
melaksanakan pembelajaran dengan baik, melakukan
evaluasi dengan benar serta mengembangkan
kompetensi peserta didik dengan maksimal.
Kompetensi kepribadian merupakan kemam-
puan personal yang mencerminkan kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. Bila hal
ini dihayati dan dilakukan guru dengan baik maka
masalah seperti rasa malas akan hilang dari sifat guru.
Seorang guru yang memiliki kompetensi kepribadian
118
akan mencerminkan sikap yang mantap, arif hingga
dia melaksanakan kewajibannya tanpa rasa malas.
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru
untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif
dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga
kependidikan, orangtua atau wali peserta didik, dan
masyarakat sekitar. Kompetensi sosial apabila dimiliki
guru dengan baik maka dia juga dapat melaksanakan
bimbingan dengan baik. Karena melaksanakan
bimbingan bikan hanya sekedar ucapan tetapi guru
mampu memberikan teladan kepribadian yang baik
terhadap siswanya. Hal ini dilakukan melalui
komunikasi yang baik dengan siswa, orangtua wali
maupun sesame guru.
Kompetensi profesional merupakan pengua-saan
materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang
mencakup penguasaan materi kurikulum mata
pelajaran dari sekolah dan substansi keilmuan yang
menaungi materinya. Penguasaan materi yang
mendalam bukan hanya pada materi pelajaran namun
tetapi juga materi penunjang pelaksanaan tugas guru
seperti kepramukaan. Selain itu juga materi lain yang
menjadi tuntutan guru sesuai tugasnya seperti
pengembangan karya ilmiah, pembuatan alat peraga
sederhana. Apabila hal ini benar-benar dikuasai maka
tidak akan terjadi masalah.
Keempat kompetensi yang sesuai Peraturan
pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang standar
pendidikan nasional bahwa tenaga kependidikan harus
memiliki kompetensi pedagogik, profesional,
119
kepribadian dan sosial. Apabila benar-benar dihayati
dan dikembangkan guru maka tidak akan terjadi
permasalahan dalam pelaksanaan kinerja guru.
Faktor lain yang mempengaruhi kinerja guru
adalah pengalaman mengajar. Dalam akar masalah
tersebut terungkap bahwa ada guru yang merasa
nyaman karena sudah golongan IVa. Tingginya
golongan seorang guru menandakan bahwa seorang
guru tersebut sudah lama menjadi guru artinya sudah
berpengalaman. Namun waktu yang lama justru
diartikan sebagai zona nyaman. Masalah ini
menandakan bahwa lamanya guru mengajar bukan
menjadikan semakin kreatif tapi mengarah ke semakin
malas. Misalnya dengan timbulnya masalah malas
membuat karya inovasi karena sudah golongan IVa.
Hal ini merupakan pemahaman yang salah dan harus
diluruskan. Justru semakin tinggi golongan semakin
tinggi tuntutan yang harus diemban guru bukannya
dibuat malas-malasan dalam membuat karya ilmiah.
Selain itu untuk mensukseskan pendidikan juga
diperlukan kompetensi kepala sekolah yang meliputi:
kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial,
kompetensi kewirausahaan, kompetensi supervisi dan
kompetensi sosial. Permasalahan yang terjadi pada
guru tidak luput dari kompetensi kepala sekolah.
Masalah seperti supervisi yang belum rutin, guru
kurang menguasai TIK, guru belum dapat membuat
karya ilmiah dapat diselesaikan apabila kepala sekolah
memiliki 5 kompetensi yang harus dimiliki.
120
Kompetensi Kepribadian, meliputi 5 sub
kompetensi dasar: Berakhlak mulia, mengembangkan
budaya dan tradisi akhlak mulia, dan menjadi teladan
akhlak mulia bagi komunitas di sekolah /madrasah;
memiliki integritas kepribadian sebagai pemimpin;
memiliki keinginan yang kuat dalam pengembangan
diri sebagai kepala sekolah / madrasah; bersikap
terbuka dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi;
mengendalikan diri dalam menghadapi masalah dalam
pekerjaan sebagai kepala sekolah/ madrasah; serta
memiliki bakat dan minat jabatan sebagai pemimpin
pendidikan. Apabila seorang kepala sekolah dapat
memiliki kompetensi kepribadian yang baik maka dia
dapat dijadikan teladan bagi guru maupun siswanya.
Guru dan siswanya dapat mengembangkan diri dengan
baik karena ada sikap terbuka dari kepala sekolah.
Kompetensi manajerial, meliputi 16 sub
kompetensi dasar: menyusun perencanaan sekolah/
madrasah untuk berbagai tingkatan perenca-naan;
mengembangkan organisasi sekolah/ madrasah sesuai
dengan kebutuhan; memimpin sekolah/ madrasah
dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah/
madrasah secara optimal; mengelola perubahan dan
pengembangan sekolah/madrasah menuju organisasi
pembelajar yang efektif; menciptakan budaya dan
iklim sekolah/ madrasah yang kondusif dan inovatif
bagi pembelajaran peserta didik; mengelola guru dan
staf dalam rangka pendayagunaan sumber daya
manusia secara optimal; mengelola sarana dan
prasarana sekolah/ madrasah dalam rangka pendaya-
121
gunaan secara optimal; mengelola hubungan sekolah/
madrasah dan masyarakat dalam rangka pencarian
dukungan ide, sumber belajar, dan pembiayaan
sekolah/ madrasah; mengelola peserta didik dalam
rangka penerimaan peserta didik baru, dan
penempatan dan pengembangan kapasitas peserta
didik; mengelola pengembangan kurikulum dan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan arah dan tujuan
pendidikan nasional; mengelola keuangan
sekolah/madrasah sesuai dengan prinsip pengelolaan
yang akuntabel, transparan, dan efisien;mengelola
ketatausahaan sekolah/madrasah dalam mendukung
pencapai-an tujuan sekolah/ madrasah;mengelola unit
layanan khusus sekolah/ madrasah dalam men-
dukung kegiatan pembelaja-ran dan kegiatan peserta
didik di sekolah/ madrasah;mengelola sistem
informasi sekolah/ madrasah dalam men-dukung
penyusunan program dan pengambilan keputusan;
memanfaatkan kemajuan teknologi informasi bagi
peningkatan pembelajaran dan manajemen
sekolah/madrasah; serta melakukan monitoring,
evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan program kegiatan
sekolah/ madrasah dengan prosedur yang tepat, serta
merencanakan tindak lanjutnya. Kompetensi ini bila
dengan baik dimiliki kepala sekolah maka hambatan
seperti tidak memiliki biaya dalam diklat dapat
teratasi. Hal tersebut karena kepala sekolah dapat
mengangarkan pembiayaan dari BOS yang diperoleh
sekolah.
122
Kompetensi Kewirausahaan, meliputi 5 sub
kompetensi dasar yaitu: menciptakan inovasi yang
berguna bagi pengembangan sekolah /madrasah;
bekerja keras untuk mencapai keberhasilan
sekolah/madrasah sebagai organisasi pembelajar yang
efektif; memiliki motivasi yang kuat untuk sukses
dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya
sebagai pemimpin sekolah/madrasah; pantang
menyerah dan selalu mencari solusi terbaik dalam
menghadapi kendala yang dihadapi sekolah /
madrasah; serta memiliki naluri ke-wirausahaan
dalam mengelola kegiatan produksi /jasa sekolah/
madrasah sebagai sumber belajar peserta didik. Kepala
sekolah harus mampu berinovasi namun dalam
kenyataan kepala sekolah kuarang melakukan inovasi
dalam pembelajaran sehingga kurang dapat
memotivasi guru untuk berinovasi.
Kompetensi Supervisi, dalam hal ini meliputi 3
sub dimensi kompetensi dasar: merencanakan
program supervisi akademik dalam rangka
peningkatan profesionalisme guru; melaksanakan
supervisi akademik terhadap guru dengan
menggunakan pendekatan dan teknik supervisi yang
tepat; serta menindaklanjuti hasil supervisi akademik
terhadap guru dalam rangka pening-katan
profesionalisme guru. Supervisi menjadi penting untuk
dilakukan oleh kepala sekolah. Melalui supervise yang
dilakukan maka guru akan terbimbing untuk
melakukan perbaikan dalam proses pembelajaran.
Miasalnya tentang kurangya pemahaman guru dalam
123
penyusunan RPP. Hal ini tidak akan terjadi atau akan
segera teratasi apabila kepala sekolah melakukan
supervise dengan baik.
Kompetensi Sosial, kompetensi ini memiliki 3
sub kompetensi dasar meliputi: bekerja sama dengan
pihak lain untuk kepentingan sekolah/ madrasah;
berpartisipasi dalam kegiatan sosial kemasyarakatan;
serta memiliki kepekaan sosial terhadap orang atau
kelompok lain. Dalam hal ini kepala sekolah
senantiasa hendaknya mendorong guru untuk aktif
dalam kegiatan KKG. Dari berbagai masalah yang
muncul di Gugus Diponegoro, masalah yang paling
menonjol adalah masalah pada kinerja dalam pengem-
bangan keprofesian terutama dalam pembuatan karya
ilmiah berupa Penelitian Tindakan Kelas untuk guru
dan Penelitian Tindakan Sekolah untuk kepala
sekolah. Selain itu juga masalah dalam publikasi yang
menyangkut makalah ilmiah. Hal ini terlihat dari nilai
pencapaian sasaran kerja yang diperoleh guru (contoh
terlampir).
Akar masalah dari permasalahan proses
pembelajaran, pengembangan keprofesian dan
pelaksanaan tugas penunjang tersebut adalah sikap
malas dan merasa sudah dibayar penuh tanpa ada
sangsi yang kurang jelas, sudah enak nyaman tidak
ada sangsi, sudah merasa kerjanya pas, sudah malas
berusaha, sudah merasa mentok, guru belum
professional.
124
4.2.3. Solusi Pemecahan Masalah Kinerja Guru
Lamtenggo mengatakan bahwab kinerja Guru
yang baik tergambar pada penampilan mereka, baik
dari penampilan kemampuan akademik maupun
kemampuan profesi menjadi guru artinya mampu
mengelola pengajaran di dalam kelas dan mendidik
siswa di luar kelas dengan sebaik-baiknya.
Seiring pendapat tersebut maka FGD yang
dilakukan tidak hanya berhenti mencari akar masalah
namun juga mencari solusi terhadap masalah yang
terjadi. Berdasarkan diskusi tentang pemecahan
masalah yang terjadi dihasilkanlah kesepakatan upaya
pemecahan masalah yang terjadi.
Solusi pemecahan masalah dalam kinerja
pelaksanaan proses pembelajaran hasil kesepakatan
meliputi: Latihan secara berkesinambungan dalam
menyusun perangkat pembelajaran agar semakin baik,
Supervisi akademik oleh Kepala Sekolah maupun
Pengawas Sekolah secara terprogram dan terus
menerus, Mengadakan pelatihan IT bagi guru yang
belum menguasai, dalam KKG.
Solusi pemecahan masalah yang berhubungan
dengan pengembangan keprofesian meliputi:
Memotivasi guru untuk mengikuti seminar membuat
PTK dan makalah, Mengikutsertakan guru dalam
pelatihan membuat PTK dan makalah, Mengundang
nara sumber, Memberikan bantuan bagi guru dalam
biaya pelatihan, Memotivasi guru untuk membuat /
memodifikasi alat peraga, Mengadakan pelatihan TIK,
Memasukkan dalam program kegiatan KKG,
125
Memberikan penghargaan bagi guru, Meningkatkan
kesadaran melalui siraman rohani
Upaya dalam pelaksanaan kinerja yang
menyangkut penunjang tugas guru ditempuh dengan
cara: Meningkatkan keaktifan guru dalam kegiatan
lomba, memberikan apresiasi pada guru, membiayai
pelatihan mahir dasar
Upaya pemecahan masalah tersebut terus
diupayakan agar kinerja guru yang baik dapat
terwujud. Dengan demikian guru dapat memberikan
layanan yang maksimal kepada masyarakat di bidang
pendidikan.
Upaya pemecahan masalah ini sesuai yang
dengan penelitian Hana Pramudiana ( 2014) dalam
penelitiannya tentang “Upaya Peningkatan Kinerja
Guru Untuk Meningkatkan Mutu Pendidikan”
menjelaskan bahwa upaya yang dapat dilaksanakan
untuk meningkatkan kinerja guru antara lain antara
lain: 1) menerima kehadiran hal yang baru dengan
baik; 2) memberi tugas mengajar baru sesuai dengan
bidang dan kompetensi yang dikuasi oleh guru baru; 3)
membentuk dan melaksanakan kelompok kerja guru
bidang studi dan musyawarah guru bidang studi
sejenis (MGMP) sebagai wadah bagi guru untuk
berdiskusi merencanakan masalah dan memecahkan
masalah yang terjadi di kelas; 4) melakukan supervisi
administrasi dan akedemik terhadap guru baru
sebagai bahan perbaikan dan menentukan kebijakan;
5) melukukan pembinaan baik bersifat administratif,
akademik, maupun karier guru baru; 6) memberi
126
kesempatan pada guru baru untuk mengikuti
pelatihan baik yang dilaksanakan di sekolah,
kabupaten, propinsi maupun pada tingkat nasional; 7)
memberi reward (penghargaan) pada guru yang
berprestasi dan memberikan hukuman pada guru yang
malas dan bermasalah; 8) memberi tugas tambahan
pada guru baru; 9) membentuk ikatan keluarga di
sekolah masing-masing dengan pertemuan
dilaksanakan di rumah anggota ikatan keluarga.
Solusi pemecahan masalah kinerja yang terjadi
pada gugus Diponegoro hasil kesepakatan dalam FGD
ada kesesuaian dengan upaya yang telah dibuktikan
dalam penelitian Hana Pramu-diana. Untuk itu upaya
pemecahan masalah hasil FGD akan ditindaklanjuti
sebagai wujud komitmen bersama dalam mengatasi
masalah kinerja yang terjadi di Gugus Diponegoro.
Ketika kinerja guru dalam kualitas yang baik
maka peningkatan kualitas sumber daya manusia
akan terpenuhi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Mulyasa (2004) bahwa peningkatan kualitas sumber
daya manusia perlu diupayakan secara bertahap dan
berkesinambungan melalui sistem pendidikan yang
berkualitas baik pada jalur pendidikan formal,
informal, maupun non formal.
Solusi masalah yang ditawarkan adalah:
mewajibkan guru untuk belajar dari berbagai sumber,
menghilangkan sikap malas dengan siraman rohani,
mendorong guru untuk menjadi guru yang
professional.