Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
28
BAB IV
TAHAPAN PRA-PRODUKSI, PRODUKSI, DAN PASCA PRODUKSI
Pada bab ini membahas tentang proses pembuatan atau produksi film dokumenter.
Adapun proses tersebut terdiri dari tiga tahapan yaitu pra produksi, produksi dan
pasca produksi.
4.1 PRA PRODUKSI
Tahap pra produksi adalah tahap awal pencarian data, dimana data tersebut
akan digunakan sebagai pedoman untuk melakukan tahap produksi. Data
yang diperoleh kemudian dijadikan bahan untuk menentukan alur dari film
dokumenter yang dibuat. Pada tahap pra produksi, penulis melakukan tahap
riset lapangan, perancangan story line, dan pencarian kru.
4.1.1 Riset Lapangan
Pada tahap pengambilan data awal, metode yang dilakukan
penulis adalah dengan cara melakukan riset langsung ke lokasi
karaoke di Sarirejo. Penulis melakukan proses wawancara dan diskusi
mengenai karaoke yang ada di kawasan Sarirejo. Pada riset yang
pertama, penulis bertemu dengan bapak Yanto. Dari proses
wawancara dan diskusi tersebut, didapat informasi bahwa karaoke di
Sarirejo sudah ada sejak lama dan pengoperasiannya diawasi oleh
pemerintah kota.
Pertemuan selanjutnya penulis berkunjung lagi ke karaoke
Sarirejo dan bertemu dengan mas Aris Munandar, salah satu pemilik
karaoke di Sarirejo. Dari proses wawancara, penulis mendapatkan
informasi mengenai asal usul mas Aris bekerja di dunia karaoke.
Selain itu, penulis juga diberi kesempatan untuk melihat langsung
bagaimana suasana di dalam room karaoke. Penulis juga bertemu
dengan seorang pekerja wanita di karaoke tersebut yang menjadi salah
satu narasumber.
29
Penulis berkunjung ke luar kawasan karaoke untuk mencari
pekerja karaoke yang tinggal di suatu daerah. Tepatnya di daerah
Gunung Sari, penulis bertemu dengan seorang wanita yang juga
bekerja sebagai pemandu karaoke. Penulis berkesempatan
mendengarkan cerita dan pengalaman wanita tersebut selama bekerja
di dunia karaoke. Akhirnya, penulis memutuskan untuk menjadikan
wanita tersebut sebagai narasumber.
4.1.2 Perancangan Naskah Voice Over pada Story Board
Tabel 4.1. Naskah Voice Over pada Story Board
No Audio Visual Keterangan Durasi
1 Wawancara Medium
Shot
Cuplikan
wawancara
narasumber
30”
2 Instrumen Dark +
Text
Text :
Sebuah film
tentang
perjuangan
mereka
dalam
menjalani
kehidupan
10”
3 Musik instrumen Drone
Gapura
Selamat
Datang
Kota
Salatiga
Text :
Salatiga 2020
10”
4 VO :
KOTA SALATIGA/
Drone
Lapangan
Kondisi
geografis
10”
30
SEBUAH KOTA KECIL
YANG TERLETAK DI
KAKI GUNUNG
MERBABU// LEBIH
DARI 190.000 JIWA
PENDUDUK TINGGAL
DI KOTA TERSEBUT/
MAKA TAK HERAN/
SALATIGA KINI
MENJADI KOTA
YANG SANGAT
RAMAI//
Pancasila
dan
keramaian
Salatiga
Salatiga saat
ini
5 VO : DI TENGAH
HINGAR BINGAR
KERAMAIAN KOTA
SALATIGA/ MASIH
ADA TEMPAT
HIBURAN MALAM
BERUPA WISATA
KARAOKE// YAITU
KARAOKE SARIREJO/
ATAU YANG LEBIH
DIKENAL DENGAN
SEBUTAN KARAOKE
SEMBIR//
Very Long
shot
rumah
karaoke
Sarirejo
dari jalan
Keterangan
lokasi
karaoke di
Salatiga
20”
6 VO : PADAHAL/
KARAOKE DI KOTA-
KOTA BESAR
INDONESIA/ SEPERTI
YANG ADA DI GANG
Capture
kasus
penutupan
Gang
Dolly dan
Capture
berita sumber
terpercaya
tentang
penutupan
30”
31
DOLLY SURABAYA/
DAN HOTEL ALEXIS
DI JAKARTA/ SUDAH
DITUTUP//
Alexis kasus
7 VO : FAKTANYA/
KARAOKE DI
SALATIGA MASIH
BEROPERASI HINGGA
SAAT INI//
Very Long
shot
gapura
masuk
Sarirejo +
Rumah
Karaoke
Fakta rumah
karaoke
Salatiga yang
masih
beroperasi
hingga saat
ini
30”
8 Wawancara Medium
shot
Point
wawancara :
kisah hidup
dan latar
belakang
mendirikan
karaoke
2’
9 Wawancara Medium
shot
Pendapat
warga sekitar
tentang apa
itu karaoke
Sarirejo?
1’
10 VO : TIDAK
DIPUNGKIRI/
KEBERADAAN
KARAOKE SARIREJO/
DAPAT DIKATAKAN
MENJADI SUMBER
MATA
Very long
shot
rumah
karaoke
Long shot
room
karaoke
Perlihatkan
kondisi
dalam rumah
karaoke
30”
32
PENCAHARIAN/
HIDUP BAIK BAGI
WARGA LOKAL/
MAUPUN
PENDATANG//
NAMUN/ DI MATA
MASYARAKAT/
DUNIA KARAOKE
MASIH DIPANDANG
NEGATIF// TERLEBIH
BAGI PARA WANITA
PEMANDU KARAOKE
ATAU PK/ LADIES
COMPANION ATAU
LC//
11 Wawancara Medium
shot
Pendapat
warga
mengenai
sosok PK
atau LC
30”
12 VO : LC BERTUGAS
MENEMANI
PELANGGAN KETIKA
BERNYANYI DALAM
RUANG KARAOKE//
MAKA TAK HERAN/
JIKA TIAP RUMAH
KARAOKE PASTI
ADA SOSOK LC
YANG JUMLAHNYA
Long Shot
LC
Aktivitas yg
dilakukan di
rumah
karaoke ((LC
menemani
pelanggan)
1’
33
PUN TIDAK SEDIKIT//
13 VO : MEMILIH
BEKERJA SEBAGAI
SEORANG LC/
SEBENARNYA
APAKAH YANG
MENJADI ALASAN
MEREKA?// APA
YANG MEREKA
PERJUANGKAN?//
DAN BAGAIMANA
CERITA HIDUP
MEREKA?//
UNTUK MENJAWAB
PERTANYAAN-
PERTANYAAN
TERSEBUT/ SAYA
MELAKUKAN
PENELUSURAN
LANGSUNG KE
LOKASI KARAOKE//
Close up
LC pada
saat make
up
Pengantar
wawancara
LC
20”
14 Wawancara Medium
shot
Point
wawancara :
latar
belakang,
motif,
tanggungan,
suka duka
2’
15 Wawancara Close up
LC make
30”
34
up dan
persiapan
16 VO : DI SELA-SELA
PENELUSURAN/
SAYA BERTEMU
PULA DENGAN
SEORANG WANITA/
YANG JUGA
BEKERJA SEBAGAI
SEORANG LC//
HANYA SAJA/ DIA
MEMILIKI CERITA
YANG BERBEDA
DARI SEBELUMNYA//
30”
17 Wawancara Medium
shot +
siluet
Point
wawancara :
latar
belakang,
motif,
tanggungan,
suka duka
2’
18 VO : RIUHNYA
SUARA MUSIK/ DAN
KERLAP-KERLIP
LAMPU MALAM/
MENJADI PENANDA
JAM
BEROPERASINYA
RUMAH KARAOKE//
Long shot
rumah
karaoke
Shot apapun
aktivitas yg
dilakukan LC
30”
19 VO : NAMUN/ Long shot Shot kondisi 20”
35
SEKETIKA KERLIP
LAMPU MALAM
TERSEBUT MENJADI
REDUP// MEREKA
YANG BEKERJA DI
DUNIA KARAOKE/
IKUT MERASAKAN
DAMPAK ADANYA
PANDEMI KORONA//
KARAOKE TIDAK
BEROPERASI DAN
MEREKA TIDAK
DAPAT BEKERJA//
LALU/ APA YANG
MEREKA
LAKUKAN?// APA
YANG MEREKA
RASAKAN?//
rumah
karaoke
kini rumah
karaoke yang
sepi akibat
pandemi
korona
20 Wawancara Medium
shot
Apa yang
mereka
lakukan pada
masa
pandemi?
Bagaimana
tanggapannya
? Apa pesan
yang
disampaikan?
2’
21 VO : MEREKA
HANYALAH 2
Long shot
halaman
Kesimpulan
dan pesan
1’
36
CONTOH/ DARI
BANYAKNYA
PEKERJA MALAM
YANG ADA// DUNIA
MALAM YANG
KERAP KALI
DIPANDANG
NEGATIF/
NYATANYA
MENYIMPAN
SEGELINTIR CERITA
DAN KISAH HIDUP/
SOSOK-SOSOK YANG
BERJUANG//
BERJUANG UNTUK
MEMPERTAHANKAN
HIDUP/ DAN BAHKAN
MENGHIDUPI ORANG
LAIN//
PERLU KITA
RENUNGKAN/ AGAR
TIDAK MUDAH
MENILAI APA YANG
HANYA TERLIHAT/
JIKA TIDAK TAU
KEBENARANNYA//
TETAP BERJUANG/
UNTUK MENJALANI
LIKA-LIKU
KEHIDUPAN INI//
rumah
karaoke
Long shot
dalam
ruang
karaoke
Medium
shot LC
22 Musik instrumen Credit title Credit title 1’
37
4.1.3 Pencarian Kru
Pada tahap ini, penulis mencari kru yang bertugas membantu
proses pembuatan film dokumenter. Adapun kru yang dibutuhkan
dalam proses pembuatan film dokumenter ini adalah asisten sutradara,
kameramen, editor dan koordinator lapangan atau hubungan
masyarakat. Pada saat proses pencarian kru, penulis tidak langsung
mendapat persetujuan dari seluruh kru secara bersamaan, bahkan ada
penolakan dari beberapa pihak yang penulis pilih. Hal ini terjadi
karena beberapa kru yang penulis pilih sedang fokus dengan proposal
dan skripsi masing-masing.
Keterbatasan waktu untuk rapat pra produksi dan sulitnya
penyesuaian waktu juga menjadi alasan penolakan beberapa pihak
yang penulis pilih. Disamping itu, dalam masa pandemi korona ini
memang tidak dianjurkan untuk menciptakan kerumunan. Sehingga
penulis memutuskan untuk mengatasinya dengan tidak banyak
melibatkan kru dalam proses produksi film dokumenter ini dan
melakukan rapat secara daring.
4.2 PRODUKSI
Proses produksi ini merupakan proses menggali data sebanyak-
banyaknya dari narasumber. Dengan melakukan metode wawancara langsung
dan direkam menggunakan kamera dan clip on untuk merekam suara. Selain
wawancara, untuk menambah stok gambar dilakukan juga pengambilan
gambar di lokasi sekitar wawancara.
Pada tahap produksi, penulis memilih narasumber dan lokasi yang
sesuai dengan perancangan film dokumenter agar sesuai dengan tujuan awal
yaitu untuk mengetahui kompleks kehidupan pemandu karaoke. Dengan
pertimbangan tersebut, penulis memilih narasumber yang terdiri dari wanita
pemandu karaoke, pemilik karaoke dan beberapa warga sekitar yang tinggal
atau memiliki usaha di lingkungan karaoke.
38
Adapun lokasi pengambilan gambar yang dipilih adalah lokasi
karaoke, room karaoke, rumah pekerja wanita, dan beberapa spot ikon
keramaian kota Salatiga. Selain proses pengambilan gambar, pada tahap
produksi ini juga dilakukan proses rekaman suara yang digunakan untuk VO
(voice over) sebagai pemandu jalannya alur cerita.
4.3 PASCA PRODUKSI
Setelah semua tahap produksi sudah dilewati, barulah masuk pada tahap
pasca produksi.
4.3.1 Persiapan Editing
Tahap persiapan editing dimulai dengan memilih satu per sat video
yang akan dipakai dan memisahkan video yang tidak dipakai dalam
film. Hal ini dilakukan agar memudahkan pemilihan video yang akan
dipakai pada saat editing film. Sehingga, saat proses editing
berlangsung hanya tinggal menyesuaikan story line yang sudah ada.
4.3.2 Perangkaian Film/Editing
Pada tahap ini, semua hasil rekaman video yang dilakukan melalui
kamera akan masuk pada tahap editing. Dalam proses editing, penulis
menggunakan perangkat keras berupa komputer, dan perangkat lunak
berupa Adobe Premiere Pro CC2020. Tahapan editing terdiri dari
importing data ke software editing, import dan cutting visual,
penyelarasan audio dengan visual, menambah backsound, super
impose gambar, penambahan subtitle, dan penambahan credit title.
a) Importing data ke Software Editing
39
Gambar 2.Proses Importing data ke software editing
Proses memasukkan gambar yang diperlukan ke dalam software
Adobe Premiere Pro untuk kemudian diedit sehingga menjadi
sebuah film.
b) Import dan Cutting Visual
Gambar 2.Proses Import dan Cutting Visual
Proses menggabungkan potongan-potongan fotage menjadi
sequence yang sudah ada sebelumnya melalui proses import
video.
40
c) Penyelarasan Audio dengan Visual
Gambar 3.Proses Penyelarasan Audio dengan Visual
Proses ini bertujuan untuk menyelaraskan video dengan suara,
mengingat beberapa suara direkam menggunakan audio recorder
secara terpisah dengan microfon yang ada pada kamera.
d) Penambahan Backsound
Gambar 4.Proses Penambahan Backsound
Backsound digunakan untuk menambah kesan dari setiap adegan
yang ditampilkan. Contoh apabila ada adegan sedih atau
narasumber yang sedang menangis, maka dipilih backsound yang
low beat dan lembut sehingga penonton akan semakin merasakan
kesedihan yang ditampilkan. Dalam pembuatan film dokumenter
41
ini, penulis menggunakan backsound dari epidemicsound.com
dengan lisensi berbayar.
e) Penambahan Super Impose Gambar
Gambar 5.Proses Penambahan Super Impose Gambar
Proses menambahkan elemen seperti teks dan gambar pada sela-
sela video guna memperjelas informasi yang disampaikan. Dalam
film ini, elemen yang ditambahkan berupa capture berita tentang
penutupan Gang Dolly di Surabaya dan Hotel Alexis di Jakarta.
f) Penambahan Subtitle
Gambar 6.Proses Penambahan Subtitle
Untuk memperjelas percakapan maupun voice over yang ada pada
film, maka ditambahkan subtitle sesuai dengan dialog yang ada.
Dalam film ini, ada juga beberapa bahasa daerah yang diucapkan
42
oleh narasumber sehingga harus ditambahkan subtitle agar
penonton dapat memahami maksud dari dialog.
g) Penambahan Credit Title
Gambar 7.Proses Penambahan Credit Title
Credit title dibuat menggunakan tools : Type Tools, kemudian
ditambah black video dengan menurunkan opacity dan
ditempatkan dibagian bawah video.
h) Color Grading
Gambar 8.Proses Color Grading
Merupakan proses akhir dalam editing video sebelum rendering,
dimana tiap footage akan diwarnai agar warna tiap scene selaras.
43
i) Rendering
Gambar 9.Proses Rendering
Proses rendering ini merupakan proses terakhir dalam pembuatan
film. Dimana semua elemen baik audio, video dan teks
digabungkan menjadi satu kesatuan video yang utuh. Format
akhir video yang dihasilkan dari proses rendering ini berupa .mp4
.
4.3.3 Film Dokumenter dalam Ilmu Komunikasi
1) Film dalam Komunikasi Massa
Film adalah media komunikasi yang bersifat audio visual
untuk menyampaikan suatu pesan kepada sekelompok orang yang
berkumpul di suatu tempat tertentu (Heru Effendy, 2002: 134).
Film juga merupakan sarana hiburan yang sangat menyenangkan
bagi masyarakat. Selain itu, film menjadi media untuk
mendapatkan ilmu dan wawasan serta menjadi sarana efektif
untuk proses pembelajaran.
Berdasarkan penjelasan di atas film sebagai media
komunikasi yang ampuh terhadap massa yang menjadi
sasarannya, karena sifatnya yang audio visual yaitu gambar dan
suara. Dengan gambar dan suara, film mampu bercerita banyak
dalam waktu singkat dan mampu mempengaruhi penonton.
44
Pada film dokumenter ini, disajikan informasi tentang
keberadaan karaoke Sarirejo di Salatiga. Selain itu, informasi
berupa kisah hidup pemilik usaha karaoke, dan 2 orang yang
bekerja sebagai Pemandu Karaoke atau Ladies Companion juga
banyak diceritakan. Film dokumenter ini menyajikan informasi
berupa audio dan visual sehingga penonton tidak hanya
menikmatinya melalui suara atau gambar saja.
2) Teori SOR (Stimulus Organism Response)
Teori S-O-R merupakan teori komunikasi sebagai singkatan
dari stimulus- organism- respon. Menurut teori ini, media massa
sangat berperan dalam memengaruhi komunikan atau penerima
pesan, teori S-R ini menggambarkan proses komunikasi secara
sederhana yang hanya melibatkan dua komponen, yaitu media
massa dan penerima pesan, yaitu khalayak. Namun respon
sesungguhnya juga dimodifikasi oleh organisme (O) yang
stimulus dan penerima menaggapinya dengan menunjukkan
respon sehingga dinamakan teori S-O-R (Morissan, 2010:17).
Sementara itu, Onong Uchjana Efendy (2003.253)
menjelaskan 3 unsur penting dalam model komunikasi S-O-R itu
yaitu : Pesan ( Stimulus, S), Komunikan (Organism, O) dan Efek
(Response, R).
Pesan (Stimulus), merupakan pesan yang disampaikan
komunikator kepada komunikan. Pesan yang disampaikan
tersebut dapat berupa tanda dan lambang.
Pada film dokumenter ini, pesan yang disampaikan diawali
dengan kondisi geografis singkat kota Salatiga yang
ditunjukkan pada scene di menit 00.00.40 – 00.00.58.
ditampilkan dalam sudut pengambilan gambar extreme long
shot menggunakan drone untuk menunjukkan kesan luas dan
padat. Ditampilkan pula gambar gunung dan bangunan-
45
bangunan yang ada di kawasan kota dari sudut pandang high
angle.
Gambar 10.Telusur Kisah Wanita Penghibur menit ke 00.00.44
Selanjutnya, pesan berupa realita keberadaan dan operasional
karraoke Sarirejo di kota Salatiga yang dimunculkan dalam
bentuk gambar atau video dan narasi voice over pada scene di
menit 00.01.01 – 00.01.14 dan 00.01.28 – 00.01.32. Gambar
diambil dari sudut pandang normal atau eye level, dengan
menggunakan ukuran gambar very long shot untuk
menunjukkana rumah-rumah di lokasi karaoke.
Gambar 11Telusur Kisah Wanita Penghibur menit ke 00.01.13
Terdapat pesan berupa capture berita penutupan Gang Dolly di
Surabaya dan Hotel Alexis di Jakarta pada scene di menit
00.01.16 – 00.01.25.
46
Gambar 12.Telusur Kisah Wanita Penghibur menit ke 00.01.21
Pesan mengenai identitas dan asal mula narasumber
mendirikan sebuah lokasi karaoke disampaikan langsung
melalui wawancara pada scene di menit 00.01.37 – 00.02.51.
Gambar diambil dari sudut pandang normal atau eye level,
dengan menggunakan ukuran gambar medium shot untuk
menunjukkana emosi dan ekspresi narasumber pada saat
diwawancara.
Gambar 13.Telusur Kisah Wanita Penghibur menit ke 00.02.47
Informasi dari warga yang berjualan di sekitar lokasi karaoke
juga disampaikan langsung oleh narasumber melalui
wawancara yang ditampilkan pada scene di menit 00.03.03 –
00. 03.11 dan 00.03.12 – 00.03.25. Gambar diambil dari sudut
pandang normal atau eye level, dengan menggunakan ukuran
47
gambar medium shot untuk menunjukkana emosi dan ekspresi
narasumber pada saat diwawancara.
Gambar 14.Telusur Kisah Wanita Penghibur menit ke 00.03.10
Selanjutnya, tanggapan dan masyarakat sekitar mengenai
sosok Pemandu Karaoke (PK) atau Ladies Companion (LC)
disampaikan langsung oleh narasumber dalam wawancara pada
scene di menit 00.03.40 – 00.03.51 dan 00.03.52 – 00.04.10.
Gambar diambil dari sudut pandang normal atau eye level,
dengan menggunakan ukuran gambar medium shot untuk
menunjukkana emosi dan ekspresi narasumber pada saat
diwawancara.
Gambar 15.Telusur Kisah Wanita Penghibur menit ke 00.04.01
48
Pesan berupa kisah hidup, alasan, dan perjuangan LC dalam
melakoni pekerjaannya disampaikan secara langsung dalam
wawancara pada scene di menit 00.04.50 – 00.07.29. Gambar
diambil dari sudut pandang normal atau eye level, dengan
menggunakan ukuran gambar medium shot tetapi tidak
menggunakan pencahayaan tambahan sehingga gambar
menjadi siluet karena wajah dari narasumber harus
disembunyikan.
Gambar 16.Telusur Kisah Wanita Penghibur menit ke 00.05.06
Beralih dari narasumber LC yang sebelumnya, ada lagi kisah
hidup, alasan dan perjuangan LC yang memiliki cerita berbeda,
dijelaskan secara langsung dalam wawancara pada scene di
menit 00.07.55 – 00.13.55. Gambar diambil dari sudut
pandang normal atau eye level, dengan menggunakan ukuran
gambar medium shot tetapi tidak menggunakan pencahayaan
tambahan sehingga gambar menjadi siluet karena wajah dari
narasumber harus disembunyikan.
49
Gambar 17.Telusur Kisah Wanita Penghibur menit ke 00.12.58
Informasi selanjutnya tentang dampak pandemi korona yang
dirasakan oleh kedua narasumber yang bekerja sebagai LC.
Disampaikan secara langsung dalam wawancara pada scene di
menit 00.14.43 – 00.15.06 dan 00.15.07 – 00.15.38.
Gambar 18.Telusur Kisah Wanita Penghibur menit ke 00.14.46
Di akhir wawancara dengan kedua LC, mereka menyampaikan
harapan untuk kehidupan mereka di masa yang akan datang.
Disampaikan secara langsung dalam wawancara pada scene di
menit 00.16.04 – 00.16.50 dan 00.16.52 – 00.17.24.
50
Gambar 19.Telusur Kisah Wanita Penghibur menit ke 00.16.42
Sebagai penutup, disampaikan juga pesan berupa voice over
pada scene di menit 00.17.30 – 00.17.43. Gambar diambil dari
dengan teknik over shoulder dengan menggunakan ukuran
gambar medium shot tetapi tidak menggunakan pencahayaan
tambahan sehingga gambar menjadi siluet karena wajah dari
narasumber harus disembunyikan.
Gambar 20.Telusur Kisah Wanita Penghibur menit ke 00.7.36
Komunikan (Organism), merupakan keadaan komunikan
disaat menerima pesan. Pesan yang disampaikan oleh
komunikator diterima sebagai informasi, dan komunikan akan
memperhatikan informasi yang disampaikan oleh komunikator.
Perhatian disini diartikan bahwa komunikan akan
51
memperhatikan setiap pesan yang disampaikan melalui tanda
dan lambang. Selanjutnya, komunikan mencoba untuk
mengartikan dan memahami setiap pesan yang disampaikan
oleh komunikator.
Sebanyak 30 penonton yang selanjutnya disebut sebagai
responden setelah menyaksikan film dokumenter ini kemudian
diminta untuk mengisi penilaian uji publik. Adapun penilaian
ini dimaksudkan untuk melihat sejauh mana audience
menerima pesan yang ada pada film.
Efek (Response), merupakan dampak dari efek komunikasi.
Efek dari komunikasi adalah perubahan sikap afektif, kognitif,
konatif. Efek kognitif merupakan efek yang ditimbulkan
setelah adanya komunikasi, efek kognitif berarti bahwa setiap
informasi menjadi bahan pengetahuan bagi komunikan
(Effendy, 2009:255).
Dalam film dokumenter ini, respon yang diberikan oleh
audience disampaikan melalui form uji publik dan juga
komentar pada platform Youtube.
3) Teori Bertahan Hidup (Survival of the Fittest)
Kajian teori survival of the fittest berawal dari pemikiran
Charles Darwin yang kemudian dirumuskan oleh Herbert
Spencer. Ken Plummer merumuskan dasar pemikiran teori
tersebut dengan asumsi bahwa masyarakat mengalami
perkembangan layaknya tubuh makhluk hidup yaitu hewan.1
Tubuh hewan memiliki struktur yang dapat dilihat bentukknya
seperti tangan, kaki, jantung, hati, otak. Layaknya struktur yang
ada pada hewan , begitu pula struktur yang ada di masyarakat
seperti budaya, ekonomi, agama, sistem politik dan hukum.
Selanjutnya, survivalitas masyarakat juga digambarkan
seperti struktur tubuh beserta fungsi-fungsinya. Otak untuk
1 Jurnal “Al-Qalam” Volume 25 Nomor 1 Juni 2019, diakses pada 7 Desember 2020
52
memberikan kecerdasan dan menyelaraskan tindakan, jantung
untuk memompa darah, kaki untuk berjalan, begitu juga fungsi
struktur-struktur yang ada di masyarakat. Sistem politik berfungsi
untuk mengatur kehidupan bernegara, hukum untuk
mengendalikan masyarakat, dan ekonomi berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan hidup.
Sementara itu, strategi bertahan atau survival strategy
dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mempertahankan eksistensinya baik yang bersifat material
maupun non material baik seseorang maupun sekelompok orang.2
Sehingga, dalam perspektif sosiologi, strategi bertahan digunakan
sebagai pilihan di tengah ancaman kehidupan baik dalam struktur
ekonomi, sosial atau budaya yang sewaktu-waktu dapat merusak
nilai-nilai kehidupan yang dijalani.
Bila dikaitkan dengan film dokumenter ini, survival
strategy dilakukan oleh narasumber yaitu usaha yang
dilakukannya untuk bertahan hidup. Dalam struktur ekonomi, di
tengah ancaman krisis ekonomi dan desakan pemenuhan
kebutuhan hidup, narasumber dengan nama samaran Luna yang
bekerja sebagai Pemandu Karaoke berusaha untuk memenuhi
kebutuhan. Ditunjukkan pada scene di menit 00.06.06 – 00.06.20
dengan dialog yang menyatakan bahwa penghasilan sebagai
seorang PK atau LC itu tidak menentu, terkadang cukup untuk
memenuhi kebutuhan, tapi terkadang juga kuang apabila sepi
pelanggan. Dilanjutkan dengan pernyataan bahwa ia berusaha
untuk mencukupkan kebutuhan hidupnya.
2 Jurnal Society, Volume II, Nomor 1, Juni 2014 diakses pada 7 Desember 2020
53
Gambar 21.Telusur Kisah Wanita Penghibur menit ke 00.06.11
Sementara itu, narasumber kedua dengan nama samaran Jelita
juga mengungkapkan usaha bertahan hidupnya dengan menjadi
seorang PK atau LC karena alasan pemenuhan hidup untuknya
dan anaknya, disamping itu sang suami juga tidak bekerja. Demi
tetap bisa bertahan hidup, ia beralih dari pekerjaannya yang
sebelumnya karena gaji yang didapatkan hanya Rp.15.000.
Ditunjukkan pada scene di menit 00.08.14 – 00.08.42.
Gambar 22.Telusur Kisah Wanita Penghibur menit ke 00.06.11
Dampak dari adanya pandemi korona juga dirasakan oleh
narasumber dengan nama samaran Luna. Ia mengungkapkan
usaha dan cara yang dilakukannya untuk tetap mendapatkan
penghasilan di tengah pandemi. Ia mengatakan bahwa dirinya
54
mengandalkan relasi dengan tamu-tamu agar mengirimkan uang,
terkadang menjalani pertemuan di luar karaoke Sarirejo karena
karaoke di Salatiga tidak diperbolehkan beroperasi pada saat itu.
Ditunjukkan pada scene di menit 00.14.43 – 00.15.06.
Gambar 23.Telusur Kisah Wanita Penghibur menit ke 00.14.49
Dalam struktur sosial, narasumber dengan nama samaran Jelita
mengungkapkan bahwa dirinya tidak peduli terhadap tanggapan
negatif dari orang lain tentang pekerjaan yang dilakoninya. Ia
juga menegaskan bahwa ia bukan hidup atas bantuan uang dari
orang yang memberikan tanggapan negatif tersebut. Ditunjukkan
pada scene di menit 00.10.42 – 00.11.04.
Gambar 24.Telusur Kisah Wanita Penghibur menit ke 00.10.51
4.3.4 Kendala Pembuatan Film
55
Proses pembuatan film dokumenter ini membutuhkan observasi yang
cukup panjang. Penulis menyadari bahwa riset dan observasi yang
penulis lakukan masih kurang mendalam mengingat adanya pandemi
virus korona yang masih terjadi saat ini. Dalam pembuatan film ini,
penulis menemui beberapa kendala, diamtaranya :
a) Narasumber (LC) mabuk saat malam hari sebelum diwawancara,
sehingga harus menunggu pulih dan sehat kembali untuk siap
melakukan wawancara.
b) Mati listrik di daerah Sarirejo akibat adanya hujan deras dan pohon
tumbang pada saat akan dilakukan pengambilan gambar. Karena
hal tersbut, maka terpaksa mengganti jadwal pengambilan gambar
di lain hari.
c) Gangguan suara musik dari pelanggan dan LC karaoke pada saat
pengambilan video wawancara di room karaoke. Akibatnya,
menimbulkan suara noise sehingga harus menunggu tamu dan LC
selesai bernyanyi.
d) Kendala teknis yaitu pada saat proses editing video, software yang
digunakan mengalami crash sehingga harus instal ulang aplikasi.
4.3.5 Uji Publik
Setelah keseluruhan film dokumenter selesai diproduksi, penulis
melakukan uji publik film tersebut dengan cara mengunggah film
pada platform youtube dan menyebar form penilaian dalam google
document. Orang yang sudah menonton film diminta untuk mengisi
penilaian tersebut kemudian mengirimkan kembali pada penulis. Hasil
penilaian yang didapat akan dikumpulkan dan disimpulkan untuk
mengetahui hasil tugas akhir dari pembuatan film dokumenter.
Adapun aspek penilaian uji publik sebagai berikut :
1) Nama Film Dokumenter ini menarik untuk khalayak sasarannya.
2) Pesan dalam Film Dokumenter ini sesuai untuk khalayak
sasarannya.
56
3) Khalayak sasaran dapat memahami dengan jelas pesan yang
disampaikan melalui Film Dokumenter ini.
4) Durasi Film Dokumenter ini sesuai untuk khalayak sasarannya.
5) Pengisi suara yang menarasikan Film Dokumenter ini terdengar
jelas dalam menyampaikan pesan.
6) Kualitas audio dalam Film Dokumenter ini jernih.
7) Kualitas gambar dalam Film Dokumenter ini baik dan jelas.
8) Narasumber dapat menyampaikan pesan dengan baik, tepat
sasaran tujuannya.
9) Bahasa yang digunakan dalam Film Dokumenter sesuai dan dapat
dipahami oleh khalayak sasarannya.
10) Film Dokumenter ini layak untuk dipublikasikan kepada khalayak
sasarannya.
11) Film Dokumenter ini telah memenuhi Etika.
12) Ada penyajian animasi yang berisi data untuk memperjelas pesan
yang disampaikan melalui Film Dokumenter ini.
Berdasarkan aspek penilaian tersebut, dari total 30 responden
diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 25.Hasil Penilaian Uji Publik Pertanyaan 1
57
Gambar 26.Hasil Penilaian Uji Publik Pertanyaan 2
Gambar 27.Hasil Penilaian Uji Publik Pertanyaan 3
Gambar 28.Hasil Penilaian Uji Publik Pertanyaan 4
58
Gambar 29.Hasil Penilaian Uji Publik Pertanyaan 5
Gambar 30.Hasil Penilaian Uji Publik Pertanyaan 6
Gambar 31.Hasil Penilaian Uji Publik Pertanyaan 7
59
Gambar 32.Hasil Penilaian Uji Publik Pertanyaan 8
Gambar 33.Hasil Penilaian Uji Publik Pertanyaan 9
Gambar 34.Hasil Penilaian Uji Publik Pertanyaan 10
60
Gambar 35.Hasil Penilaian Uji Publik Pertanyaan 11
Gambar 36.Hasil Penilaian Uji Publik Pertanyaan 12
Berdasarkan hasil penilaian tersebut, dapat disimpulkan bahwa judul
yang digunakan dalam film menarik, suara voice over disajikan
dengan jelas. Akan tetapi masih ada beberapa koreksi terutama pada
kurangnya penyajian grafis/animasi dan penyajian subtitle yang dirasa
terlalu kecil sehingga ada beberapa bagian yang tidak terlihat dengan
jelas. Selain itu, kualitas audio dan visual masih harus diperbaiki.