27
25 Bab Satu Pendahuluan Latar Belakang Inovasi dan kreativitas merupakan kunci utama organisasi untuk bisa sukses dan sanggup bertahan di era globalisasi. Inovasi dan kreativitas menunjukkan kemampuan melakukan pembaruan yang tidak hanya muncul dalam aneka bentuk dan fungsi produk dan jasa namun juga dalam berbagai unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu (misalnya manajamen persediaan dan time to market) dan ruang (pilihan cerukan pasar yang tidak terbaca pihak lain). Menurut Thomas, and Scarborough (1996) : “Creativity is the ability to develop new ideas and to discover new ways of looking at problems and opportunities”. Kreatifitas adalah kemampuan untuk mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan persoalan dan menghadapi peluang. Adapun inovasi merupakan innovation is the ability to apply creative solutions to those problems and opportunities to enhance or to enrich people 's live. Inovasi merupakan kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan.

Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

25

Bab Satu

Pendahuluan Latar Belakang

Inovasi dan kreativitas merupakan kunci utama organisasi untuk bisa

sukses dan sanggup bertahan di era globalisasi. Inovasi dan kreativitas

menunjukkan kemampuan melakukan pembaruan yang tidak hanya muncul

dalam aneka bentuk dan fungsi produk dan jasa namun juga dalam berbagai

unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu (misalnya manajamen

persediaan dan time to market) dan ruang (pilihan cerukan pasar yang tidak

terbaca pihak lain). Menurut Thomas, and Scarborough (1996) : “Creativity is

the ability to develop new ideas and to discover new ways of looking at

problems and opportunities”. Kreatifitas adalah kemampuan untuk

mengembangkan ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam

memecahkan persoalan dan menghadapi peluang. Adapun inovasi

merupakan innovation is the ability to apply creative solutions to those

problems and opportunities to enhance or to enrich people 's live. Inovasi

merupakan kemampuan menerapkan kreativitas dalam rangka memecahkan

persoalan dan peluang untuk meningkatkan dan memperkaya kehidupan.

Page 2: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

26

Konsep kreativitas dan konsep inovasi lebih sering bersama-sama daripada

dibicarakan sendiri-sendiri.

Inovasi dan kreativitas menjadi makin krusial dalam konteks ekonomi kreatif

yang kini berkembang dan ditopang oleh sejumlah sektor industri yang

disebut industri kreatif. Ini terlihat misalnya pada definisi industri kreatif

“Those industries which have their origin in individual creativity, skill and

talent and which have a potential for wealth and job creation through the

generation and exploitation of intellectual property” (Diambil dari definisi UK

Department of Culture, Media and Sport, 1998 dalam Carr, 2009).

Modal utama dari industri kreatif (UKM kreatif) adalah ide kreatif

yang diolah di dalam otak manusia. Sarana produksi utama dari industri

kreatif (UKM kreatif) adalah gagasan/ ide/ pengetahuan, serta proses

utamanya yaitu menciptakan dan mengolah gasan/ide/pengetahuan

tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai tinggi bagi pembeli.

Sejak berkembang konsep industri kreatif ini memberikan kontribusi

signifikan bagi perekonomian-perekonomian nasional. Menurut Pangestu

(2008) : Industri kreatif yang merupakan determinan ekonomi kreatif ini

diyakini dapat menjawab tantangan permasalahan dasar jangka pendek dan

menengah: (1) relatif rendahnya pertumbuhan ekonomi pasca krisis (rata-

rata hanya 4,5% per tahun); (2) masih tingginya pengangguran (9-10%),

tingginya tingkat kemiskinan (16-17%), dan (4) rendahnya daya saing industri

di Indonesia. Selain permasalahan tersebut, ekonomi kreatif ini juga

diharapkan dapat menjawab tantangan seperti isu global warming,

pemanfaatan energi yang terbarukan, deforestasi, dan pengurangan emisi

karbon, karena arah pengembangan industri kreatif ini akan menuju pola

industri ramah lingkungan dan penciptaan nilai tambah produk dan jasa yang

Page 3: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

27

berasal dari intelektualitas sumber daya insani yang dimiliki oleh Indonesia,

dimana intelektualitas sumber daya insani merupakan sumber daya yang

terbarukan.

Di Korea Selatan, industri kreatif sejak 2005 menyumbang lebih besar

daripada manufaktur. Sedangkan di Singapura ekonomi kreatif menyumbang

5% terhadap PDB atau US$ 5,2 miliar (Zumar, 2013). Akibat dipandang

semakin penting dalam mendukung kesejahteraan dalam perekonomian,

berbagai pihak berpendapat bahwa Produksi pengetahuan melalui

kreativitas dan inovasi merupakan tulang punggung sumber daya ekonomi

utama pada abad ke 21.

Indonesia pun mulai melihat bahwa sektor industri kreatif

merupakan sektor industri yang potensial untuk dikembangkan. Jika dilihat

dari sumber daya yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, kreativitas masyarakat

Indonesia dapat disejajarkan dengan bangsa-bangsa lainnya di dunia. Hal ini

tampak dari karya anak bangsa yang diakui oleh komunitas internasional.

Oleh karena itu, berdasarkan Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 6

Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif, pemerintah

menetapkan 14 sektor sebagai tulang punggung ekonomi kreatif. Ke-14

sektor ekonomi kreatif terdiri dari : Periklanan, Arsitektur, Pasar Seni dan

Barang Antik, Kerajinan, Desain, Fashion, Video-Film-dan Fotografi,

Permainan Interaktif, Musik, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan Percetakan,

Layanan Komputer dan Piranti Lunak, Televisi dan Radio, Riset dan

Pengembangan.

Industri kreatif Indonesia kini berkembang menjadi sektor ekonomi

pendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Data menunjukkan bahwa

kontribusi ekonomi kreatif pada pendapatan domestik bruto rata-rata 7,8%

Page 4: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

28

per tahun dan menyerap tenaga kerja sekitar 7,4 juta orang. Sejak 2004

sampai 2010 ekspor industri kreatif mengalami peningkatan dengan rata-rata

pertumbuhan tahunan tertinggi 12 % dan mencatat nilai ekspor 131 trilyun

rupiah pada 2010, dan diharapkan pada tahun 2025 industri kreatif

menyumbang 11% pada PDB dan 12-13% untuk ekspor (Executive Summary

Pemetaaan Industri Kreatif, 2006). Di tingkat lokal, di Surabaya misalnya,

industri kreatif berkontribusi sekitar 7% dari total Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) Surabaya. Dengan pertumbuhan seperti itu, saat ini Indonesia

tercatat menempati peringkat ke‐43 di Economic Creativity Index Ranking

yang dipublikasikan oleh World Economic Forum (Ketua Bidang Industri

Kreatif, Teknologi Informasi, dan Media Hipmi Jawa Timur, SURYA Online,

26/2/2013).

Kemajuan dan peran sentral industrif kreatif yang seperti itu telah

menarik perhatian para peneliti untuk mengkaji berbagai fenomena di

dalamnya, misalnya dalam hal kemampuan melahirkan inovasi. Dalam hal

itu, ada banyak sekali studi yang telah dilakukan dan di sini hanya akan

disampaikan sebagian kecil darinya. Riset Muller, Christian dan Truby (2008)

misalnya menganalisis peran utama industri kreatif dalam inovasi produk

barang dan jasa. Industri kreatif digambarkan sebagai kegiatan ekonomi yang

berkeyakinan penuh pada kreativitas individu dalam industri kecil. Sejalan

dengan temuan itu, studi Müller dan Rammer (2008) menunjukkan bahwa

industri kreatif tidak hanya didasarkan pada sumber kreativitas, tetapi juga

menunjukkan kinerja yang kuat dalam inovasi teknologi dan dengan

demikian secara langsung berkontribusi dengan tingkat inovasi industri

dalam perekonomian dalam hal produk teknologi baru, proses baru dan hasil

R & D.

Page 5: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

29

Berpijak dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa pentingnya

keberadaan industri kreatif sangat dibutuhkan dalam menompang

pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam peningkatan PDB maupun

penyerapan tenaga kerja atau perluasan lapangan kerja baik dalam tataran

Nasional maupun Internasional.

Argumentasi terkait mengapa industri kreatif serta kreativitas,

keterampilan, bakat yang dimiliki oleh pelaku industry menjadi sedemikian

penting telah disampaikan misalnya oleh Pink (2006). Pink mengatakan

bahwa sektor-sektor yang bisa dikembangkan oleh negara-negara maju, yang

sulit ditiru oleh negara-negara lainnya, adalah sektor yang lebih banyak

melibatkan kemampuan otak kanan manusia, seperti aspek art, beauty,

design, play, story, humor, symphony, caring, empathy and meaning. Sektor

seperti tersebut banyak berada pada industri kreatif yang mengandalkan

kemampuan spesifik manusia yang melibatkan kreativitas, imajinasi, dan

bakat yang diperlukan. Sebagai bandingan sektor industri manufaktur dan

informasi, lebih banyak memerlukan kemampuan otak kiri yang berpikir

linier, mekanistik, rutin/hafalan dan parsial. Ini membawa konsekuensi dan

memberikan tantangan baru bagi negara-negara maju yang selama ini lebih

memfokuskan pendidikan pada pengembangan otak kiri manusia untuk

merevisi strategi pendidikannya. Misalnya tujuan pendidikan di Korea

Selatan di abad ke-21 adalah menempatkan aspek pengembangan kreativitas

sebagai prioritas utama. Di Singapura sejak 2005, sistem pendidikannya

dinamakan “holistic education” yaitu membangun moral anak didik,

intelektual, sosial dan estetika. Untuk mencapai kinerja unggul, industri

kreatif membutuhkan di antaranya sumber daya manusia (SDM) yang

kompeten yaitu SDM yang berbasis pengetahuan (knowledge-based workers)

Page 6: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

30

yang menguasai lebih dari satu keterampilan (multiskilled worker).

Sumberdaya manusia merupakan salah salah satu dari sumberdaya yang

menopang keunggulan bersaing yang sustainable (sustainable competitive

advantage/SCA), sebagaimana diargumentasikan oleh para ahli strategi dari

kelompok resource-based view (RBV).

Resource-based view (RBV) memandang bahwa kemampuan bersaing

organisasi merupakan fungsi dari keunikan serta nilai dari sumberdaya dan

kapabilitas yang dimiliki oleh organisasi (Peteraf dan Barney, 2003). Sumber

daya atau resources mengacu kepada ketersediaan berbagai sumber daya

yang dimiliki dan dikendalikan oleh perusahaan (Amit dan Scoemaker, 1993).

Teori resource-based memandang bahwa semua sumber daya dan

kapabilitas yang bernilai, jarang, sulit ditiru, dan tidak tergantikan yang ada

dalam perusahaan sangat diperlukan untuk dapat mempertahankan SCA

sehingga pada akhirnya berkontribusi terhadap kinerja perusahaan (Henri,

2006) dan SDM adalah salah satu sumber daya yang memenuhi kriteria itu.

Di luar SDM, asset-asset lunak (soft assets) lainnya sangat potensial untuk

menjadi sumber SCA.

Pada umumnya sebagian besar perusahaan lebih fokus pada asset-

asset yang berwujud (tangible asset), kurang memperhatikan pada asset tak

berwujud (intangible asset). Salah satu intangible assets penopang SCA

adalah intellectual capital (IC). IC dinilai merupakan sumber daya kunci dan

penggerak (driver) atas kinerja serta penciptaan nilai perusahaan (Cheng et

al., 2010). McShane dan Von Glinow (2005) juga mengatakan bahwa

Intellectual capital sebagai penggabungan dari berbagai assets yang dimiliki

organisasi memberikan competitive advantage bagi organisasi.

Page 7: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

31

Intellectual capital terdiri dari 3 elemen utama yaitu human capital,

structural capital, dan relational capital (Bontis, 2001; McShane dan von

Glinvow, 2005). Sumber daya manusia sebagai modal insani (human capital)

hanya merupakan salah satu komponen dari intellectual capital. Human

capital mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan

solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang

ada dalam perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika

perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh

karyawannya. Sedangkan structural capital merupakan kemampuan

organisasi dalam memenuhi proses rutinitas perusahaan dan strukturnya

untuk mendukung usaha karyawan dalam menghasilkan kinerja intelektual

yang optimal serta kinerja bisnis secara keseluruhan, dan semua bentuk

intellectual property yang dimiliki perusahaan (Bontis, 2001). Relational

capital (Bontis, 2001) merupakan hubungan yang harmonis (association

network) yang dimiliki oleh perusahaan dengan para mitranya, baik yang

berasal dari para pemasok yang andal dan berkualitas, berasal dari

pelanggan yang loyal dan merasa puas akan pelayanan perusahaan yang

bersangkutan, berasal dari hubungan perusahaan dengan pemerintah

maupun dengan masyarakat sekitar.

Penelitian yang terkait dengan intellectual capital tidak sedikit dan

terus berakumulasi. Riset-riset IC awal sebagian lebih fokus mengkaji

Intellectual Capital dalam perspektif akuntansi dan keuangan sebagaimana

yang dilakukan beberapa peneliti dengan beberapa tema kajian seperti :

hubungan antara intellectual capital dengan kinerja keuangan perusahaan

multinasional (Belkaoui, 2003); hubungan antara intellectual capital dengan

nilai pasar dan kinerja keuangan (Chen et al., 2005); hubungan antara

Page 8: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

32

intellectual capital disclosure dan market capitalization (Abdolmohammadi,

2005); dan dampak intellectual capital pada capital gain investor di saham

(Appuhami, 2007); mengelola modal intelektual dalam pasar tertutup

(Malinowska – Olszowy, 2012); keterkaitan antara komponen modal

intelektual terhadap nilai perusahaan (Naidenova dan Oskolkova, 2012).

Perkembangan penelitian dalam konteks IC semakin banyak terutama

keterkaitannya dengan kinerja perusahaan yang hingga kini terus

berkembang. Sebagaimana yang dilakukan beberapa peneliti dengan tema

kajian : keterhubungan antara intellectual capital dengan business

performance (Bontis, N. et al., 2007); hubungan melalui investigasi kualitatif

persepsi intellectual capital (Lennox, 2012); evaluasi terjadinya dan

manajemen modal intelektual (Malinowska – Olszowy, 2012); mengukur

modal intelektual di UKM (Matos, Lopes dan Nuno, 2012); variabel dalam

intellectual capital berhubungan dengan kinerja perusahaan (Cabrita dan

Bontis (2007). Perkembangan penelitian di atas sudah mulai berkembang

pada kajian Intellectual Capital dalam keterkaitannya dengan kinerja

perusahaan, dan dalam obyek UKM.

Beberapa penelitian intellectual capital mulai berkembang dalam

kajian yang lebih koprehensif sebagaimana yang dilakukan dengan tema

kajian sebagai berikut : dinamika intellectual capital (Ammann, 2012 ); moda

lintelektual di dunia ekonomi informasi (Adrian, 2010); pemodelan

intellectual capital (Agoston dan Dima, 2012); model pengukuranI IC di UKM

(Santos et al., 2012). Dari perkembangan penelitian di atas sudah bergeser

ke arah penelitian yang mempunyai arah multi kajian, tidak hanya fokus

dalam kajian akuntansi dan finansial namun sudah memasuki dalam bidang

Page 9: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

33

lain baik dalam bidang informasi, bidang marketing, bidang perkotaan dan

bidang lainnya.

Intellectual capital dalam organisasi tercipta sebagai akibat dari

adanya manajemen pengetahuan yang sistematis dan kokoh. Dalam hal ini

Marr et al., (2003) berargumen bahwa manajemen pengetahuan merupakan

aktivitas dasar dari pertumbuhan dan kemampuan untuk mempertahankan

intellectual capital, maka pengelolaan dan efek dari intellectual capital dalam

organisasi sangat bergantung pada proses-proses manajemen pengetahuan.

Dengan demikian, kemampuan perusahaan untuk mengelola pengetahuan

sebagai asset dasar dengan baik menjadi faktor penting bagi kinerja

organisasi melalui pembentukan asset-asset strategis lainnya, termasuk

intellectual capital.

Posisi strategis manajemen pengetahuan dalam konteks pengelolaan

dan kinerja organisasi juga telah dijelaskan oleh ahli-ahli lainnya. Nonaka dan

Takeuchi (1995) misalnya ketika mengamati perusahaan-perusahaan di

Jepang berkesimpulan bahwa kesuksesan perusahaan bergantung pada

pengelolaan/ penciptaan pengetahuan (management/ creation of

knowledge) pada organisasi. Marr et al (2003) berargumen bahwa

knowledge management yang baik dapat meningkatkan efisiensi dan

efektivitas bagi organisasi. Hal yang serupa disampaikan oleh Sangkala (2007)

: manajemen pengetahuan terkait dengan peningkatan efektivitas organisasi.

Manajemen pengetahuan dipercaya dapat memberikan kontribusi kepada

vitalitas dan kesuksesan perusahaan. Sementara itu Nonaka & Takeuchi

(1995): KM adalah alat manajemen yang membenarkan keyakinan bahwa

pengetahuan menjadi aset untuk meningkatkan kapasitas organisasi agar

mampu bekerja lebih efektif.

Page 10: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

34

Mengelola pengetahuan dapat dilakukan lewat pengenalan hubungan

yang sinergik antara pengetahuan tacit dan pengetahuan explicit. Bryan

Bergeron (2003) menjelaskan KM merupakan management tools untuk

mendorong berhasilnya strategi usaha perusahaan, guna memaksimalkan

pencapaian kinerja perusahaan, melalui pendekatan yang sistematik dalam

mengelola intellectual capital perusahaan sehingga perusahaan

memiliki competitive advantages. Al-Hawamdeh (2003) mendefinisikan

knowledge management sebagai sebuah proses mengidentifikasi,

mengorganisasi, dan mengatur sumber daya pengetahuan. Davenport dan

Prusak (1998) mendefinisikan KM sebagai sebuah upaya untuk mencatat

pengetahuan eksplisit faktual dan pengetahuan taksit yang ada di dalam

perusahaan untuk mencapai objektif bisnis. KM memberikan informasi yang

tepat kepada orang yang tepat pada saat yang tepat. KM mengubah

pengalaman dan informasi menjadi hasil.

Pengelolaan KM pada perusahaan-perusahaan yang semakin maju

makin banyak melibatkan penggunaan teknologi. Seiring dengan berjalannya

waktu teknologi yang mendukung knowledge management selalu

berkembang dalam bentuk sistem-sistem yang mempermudah proses

penyebaran knowledge. Mereka menganggap bahwa inovasi, penggunaan

teknologi internet, dan pemanfaatan IT dapat dikembangkan dengan

pemanfaatan KM. Artinya KM mempunyai peran yang sangat dominan dalam

transfer pengetahuan dalam meningkatkan inovasi.

Banyak penelitian yang terkait dengan KM pada perusahaan dalam

konteks transfer pengetahuan dan teknologi sebagaimana dilakukan

beberapa peneliti dengan tema : manajemen pengetahuan dengan model

teknologi (Money danTurner, 2005); memberdayakan UKM melalui

Page 11: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

35

penggunaan inovasi teknologi (Dai dan Uden, 2008); manajemen

pengetahuan yang sukses di perusahaan software global, (Mehta, 2008).

Penelitian di atas lebih banyak mengkaji penggunaan KM dalam aspek

transfer pengetahuan dalam teknologi, hingga kini kajian-kajian aspek

tersebut masih terus dilakukan penelitian.

Dalam perkembangannya penelitian yang terkait dengan konteks KM

mulai menempatkan KM sebagai variabel moderasi/dimoderasi atau

mediasi/dimediasi dengan/oleh variabel lain. Sebagaimana beberapa

penelitian dengan tema mempelajari pengaruh manajemen pengetahuan

terhadap kinerja bisnis (Mahmoodsalehi dan Jahanyan, 2009); menguji

hubungan proses manajemen pengetahuan dan kinerja organisasi, dan

menganalisis efek mediasi modal intelektual pada hubungan antara proses

manajemen pengetahuan dan kinerja organisasi (Daud dan Yusoff, 2011);

peran mediasi knowledge management dalam hubungannya organizational

culture, structure, strategy, dan organizational effectiveness (Wei, Yang, dan

McLean, 2009); peran knowledge process capability sebagai mediator

hubungan antara intellectual capital dengan organizational effectiveness

(Hsu dan Mykytyn Jr., 2006).

Penelitian di atas menempatkan posisi KM dalam dua kelompok, yang

pertama sebagai variabel independent dalam hubungannya dengan variabel

lain (Mahmoodsalehi dan Jahanyan (2009); Daud dan Yusoff (2011).

Sedangkan kelompok kedua menempatkan KM sebagai variabel Intervening

(Wei, Yang, dan McLean (2009); Hsu dan Mykytyn Jr., (2006).

Sebagaimana dibahas di depan bahwa knowledge management (KM)

meliputi penciptaan, pengelolaan serta mendistribusikan informasi dan

pengetahuan tersebut agar berguna bagi peningkatan sumber daya (modal)

Page 12: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

36

perusahaan. Ketika proses manajemen pengetahuan dalam organisasi

mendorong karyawan-karyawannya untuk selalu saling belajar, karyawan

memiliki informasi dan pengetahuan yang diperlukan untuk beradaptasi atas

keadaan organisasi yang terus berubah. Dengan adanya KM, karyawan dapat

belajar lebih baik, karyawan dapat lebih siap atas perubahan karyawan

merasa lebih baik karena pengetahuan yang diperoleh dan peningkatan

keterampilan serta dampaknya meningkatkan kinerja perusahaan. Dampak

langsung KM pada kinerja organisasi muncul ketika pengetahuan digunakan

untuk menciptakan produk inovatif yang dapat meningkatkan pendapatan

dan keuntungan.

Hal ini sesuai dengan kajian peneliti terdahulu Mills dan Smith (2011)

serta Zaied, Hussein, dan Hassan (2012). Mills dan Smith (2011) meneliti dari

sumber daya knowledge management pada kinerja perusahaan, tujuannya

untuk menunjukkan knowledge management berdampak pada kinerja

perusahaan. Sedangkan Zaied, Hussein, dan Hassan (2012) meneliti peran

pengelolaan pengetahuan dalam meningkatkan kinerja perusahaan di

beberapa perusahaan Mesir dengan hasil yang menunjukkan hubungan

positif antara knowledge management dan kinerja perusahaan (R = 0,69).

Selaras dengan hal tersebut didukung pernyataan Azadehdel et al., (2013),

hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan antara KM (tacit

pengetahuan) dan inovasi kualitas dan juga di antara kualitas inovasi dan

kinerja perdagangan dan manufaktur perusahaan di provinsi Guilan.

Menyimak kembali bahasan di depan bahwa proses KM yang

sistematis akan menghasilkan intellectual capital yang baik. Kajian dari

Nazem (2012) : hasil analisis jalur dengan menggunakan software LISREL

menunjukkan bahwa dimensi manajemen pengetahuan memiliki efek

Page 13: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

37

langsung pada modal intelektual. Pendapat yang sama dari Hsu dan

Sabherwal (2011) mendukung bahwa dampak manajemen pengetahuan

pada modal intelektual.

Terkait dengan perubahan intellectual capital perusahaan sebagai

akibat perubahan knowledge management, dapat diperoleh melalui peran

pihak lain. Pihak lain atau pihak terkait tersebut berperan penting sebagai

komunikator serta komunikan yang menyampaikan pesan tertentu

(Jakobson, 1960). Pihak-pihak komunikator tersebut terdiri dari tiga yaitu (1)

Peneliti, (2) Industri Pengguna, dan (3) Lembaga Intermediasi (Anonim,

2011). Beberapa sebutan lain yang menunjukkan peran tersebut antara lain

“pihak ketiga”, “broker”, atau “knowledge broker ”. ‘Pihak ketiga’ merupakan

sebutan individu maupun organisasi yang dapat mengintervensi proses

pengambilan keputusan organisasi lain (Mantel dan Rosegger, 1987);

merupakan agen yang memfasilitasi difusi pengetahuan (Aldrich dan Glinow,

1992). Seorang broker pengetahuan (Hargadon, 1998), adalah perantara

(sebuah organisasi atau seseorang), yang bertujuan untuk mengembangkan

hubungan dan jaringan dengan, antara, dan antara produsen dan pengguna

pengetahuan dengan menyediakan hubungan, sumber-sumber

pengetahuan, dan dalam beberapa kasus pengetahuan itu sendiri, (misalnya

pengetahuan dalam bersikap, pengetahuan dalam kompetensi dan edukasi,

pengetahuan dalam memberikan pelayanan kepada konsumen maupun

pelanggan, pengetahuan dalam jejaring mitra kerja). Pengetahuan-

pengetahuan yang dihasilkan tersebut sebagai modal intelektual perusahaan

(intellectual capital).

Kajian studi yang terkait dengan knowledge broker (KB) sangatlah

terbatas, namun demikian studi yang terkait dengan KB dapat ditemukan

Page 14: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

38

dengan konteks yang berbeda sebagaimana yang dilakukan beberapa

peneliti dengan tema : Dalam bidang kesehatan masyarakat : dalam

penelitian terapan pelayanan kesehatan, dan ilmu sosial (Kitson, Harvey dan

Mc Cormack, 1998); Brownson, Gurney dan Land (1999); Hartwich dan

Oppen (2000); Verona, Prandelli dan Sawhney (2006); Lavis (Winter 2006);

Lyons, Warner, Langille dan Phillips (2006); jembatan atau perantara

pengetahuan (Lomas (2007); penelitian bersama dengan berbagai sumber

lain (Kammen, Savigny dan Sewankambo (2006); Robeson, Paula, Dobbins,

dan Decorby (2008). Menggunakan broker pengetahuan untuk memfasilitasi

pertukaran pengetahuan (Bowers, Kalucy, dan McIntyre (2006).

Adanya peran aktif knowledge broker dalam proses manajemen

suatu organisasi menunjukkan bahwa lembaga intermediasi jelas merupakan

bagian dari suatu sistem inovasi, termasuk sistem inovasi nasional. Dapat

dipahami bahwa knowledge broker masuk dalam bagian aliran informasi dan

ilmu pengetahuan tersebut. Knowledge broker juga dapat berperan aktif

untuk meningkatkan kualitas aliran informasi tersebut, salah satunya dengan

menjembatani proses komunikasi antar organisasi, terutama antara peneliti/

perusahaan/ pemerintah/ pakar sebagai pemberi pengetahuan dengan pihak

industri pengguna.

1.2. Identifikasi Gap Penelitian

1.2.1. Perbedaan Model dari Beberapa Studi Terdahulu

Studi dalam konteks industri kecil memang tidak sedikit, akan tetapi

industri kecil yang lebih mengeksplorasi pada konteks industri kreatif sangat

terbatas. Jika diketemukan pun dengan model riset yang tidak mendasarkan

pada kajian kompetensi intensitas tangibel/intangible based. Studi ini

Page 15: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

39

dilakukan pada konteks industri kreatif untuk menguji kaitan beberapa

variabel yakni knowledge management dan intellectual capital, dan kinerja

industri kreatif serta knowledge broker.

Nazem (2012) melakukan studi tentang pengaruh knowledge

management terhadap intellectual capital yang akan dijadikan pembanding.

Ada beberapa perbedaan studi ini dari penelitian Nazem (2012). Pertama,

Nazem (2012) untuk mengukur KM menggunakan dasar indikator reflektif

dengan 10 indikator (Sallis dan Jones, 2002), sedangkan dalam studi ini

knowledge management diukur dengan menggunakan dimensi (people,

process, technology) dengan 9 indikator (Godbout, 2000). Hal lainnya yang

menjadikan perbedaan dari Nazem (2012) adalah objek atau konteks

penelitian, dimana Nazem (2012) mengkaji pada sebuah universitas

sedangkan penelitian ini dengan konteks industri kreatif. Kesamaannya

adalah dalam variabel intellectual capital sama-sama menggunakan konsep

Bontis (1997) yang terdiri human capital, structural capital, dan relational

capital.

Sementara itu untuk memahami pengaruh antara intellectual capital

terhadap kinerja industri kreatif studi Bontis et al., (2001) yang menguji

korelasi antara intellectual capital dengan business performance dijadikan

dasar dalam studi ini. Perbedaan dari studi Bontis et al., (2001) adalah studi

tersebut dilakukan pada sektor pharmasi, sedangkan penelitian ini pada

konteks industri kreatif. Gap lainnya adalah bahwa Bontis et al., (2001)

menempatkan intellectual capital dengan komponen-komponennya human

capital, structural capital, dan relational capital secara langsung

mempengaruhi kinerja bisnis. Studi ini menggunakan Skandia Model yang

Page 16: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

40

dikembangkan oleh Edvinson (1997) yang menempatkan human capital,

structural capital, dan relational capital sebagai dimensi.

Terkait peran knowledge broker, pengaruh antara knowledge

management terhadap intellectual capital menggunakan dasar penelitian

dari Ziam etal., (2009). Perbedaan sebagai gap penelitian adalah pada objek/

kontek penelitian, dimana Ziam et al., (2009) mengkaji pada objek pelayanan

kesehatan yang bertujuan memainkan peran penting dalam pembaharuan

pengetahuan mendukung perawatan yang berkualitas dan alokasi resources.

Keterhubungan masing-masing variabel tersebut di atas adalah

secara parsial, padahal dibutuhkan sebuah model terjadi sebagai akibat

keterhubungan yang bekesinambungan yang dapat menjadikan solusi

sebuah masalah penelitian.

Dari uraian diatas, keterhubungan dari masing-masing variabel tersebut akan

menghasilkan sebuah model yang belum pernah ditemukan. Model tersebut

itulah yang diyakini sebagai hal yang mutakhir dalam model intangible based

dalam industri kreatif.

1.2.2. Masih Minimnya Kajian Intellectual Capital dalam Konteks Industri

Kreatif

Peran IC tidak hanya dibutuhkan dalam instansi pemerintah, swasta

maupun pendidikan, namun justru dalam usaha yang sifatnya memerlukan

kemampuan art, design, fesyen, visualisation, audio sangat membutuhkan

peran IC dalam meningkatkan kinerja industri kreatif. Hal tersebut sesuai

dengan pernyataan Daniel Pink (2006), mengatakan bahwa sektor-sektor

yang bisa dikembangkan oleh negara-negara maju, yang sulit ditiru oleh

negara-negara lainnya, adalah sektor yang lebih banyak melibatkan

Page 17: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

41

kemampuan otak kanan manusia, seperti aspek art, beauty, design, play,

story, humor, symphony, caring, empathy and meaning. Sektor tersebut di

atas dibutuhkan dalam sektor industri kreatif yang penuh dengan substansi

kreativitas dan inovasi, sehingga peran IC sangat dibutuhkan dalam konteks

industri kreatif yang belum dapat diketemukan pada penelitian sebelumnya.

1.2.3. Masih Minimnya Kajian Knowledge Management dalam

Hubungannya dengan Kinerja Industri Kreatif

Kinerja tidak hanya dihasilkan oleh organisasi/ perusahaan besar saja,

namun juga dihasilkan oleh UKM termasuk industri kreatif sebagai cerminan

hasil/ karya usaha kecil tersebut. Karya UKM yang kreatif tersebut

mempunyai kekhususan yang unik, kreatif, beda, inovatif yang didasari oleh

pengetahuan seni, disain, komposisi, konfigurasi, fisualisasi, hingga rekayasa

animasi. Kekhususan unik tersebut yang dimiliki oleh industri kreatif, kondisi

demikian membutuhkan pengelolaan pengetahuan (KM) yang kokoh.

Hal tersebut sebagaimana rujukan penelitian yang terkait dengan konteks

KM dengan kinerja bisnis. Mempelajari pengaruh manajemen pengetahuan

terhadap kinerja bisnis sebagai variabel moderat (Mahmoodsalehi, dan

Jahanyan, 2009); menguji hubungan antara manajemen pengetahuan proses

dan kinerja organisasi, dan untuk menganalisis efek mediasi modal

intelektual pada hubungan antara proses manajemen pengetahuan dan

kinerja organisasi (Dauddan Yusoff ,2011); mengetahui kemampuan

knowledge process capability berperan sebagai mediator hubungan antara

intellectual capital dengan organizational effectiveness (Hsu, Mykytyn Jr.

Page 18: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

42

2006). Dari uraian di atas belum nampak adanya keterkaitan antara KM

dengan kinerja industri kreatif.

1.2.4. Minimnya Kajian Knowledge Broker dalam Konteks Industri Kreatif

Kajian penelitian knowledge broker sepengetahuan peneliti belum

pernah ditemukan. Jikapun akhirnya ditemukan, namun pada konteks kajian

kesehatan ataupun pada konteks lain yang secara kuantitatif masih terbatas.

Padahal penelitian aspek lain di luar kesehatan memerlukan kajian KB yang

lebih luas dan komprehensif. Mengutip rujukan dari Parjanen, Melkas dan

Uotila, (2010),: Broker pengetahuan yang sukses dan peningkatan kapasitas

penyerapan mempunyai peranan yang besar, namun memerlukan

pendekatan holistic untuk seluruh proses inovasi dan lingkungan yang lebih

luas. Pertumbuhan industri kreatif sudah barang tentu menghadapai banyak

tantangan dan kendala. Kendala dalam meningkatkan kemampuan

(knowledge dan intellectual) salah satu hal yang perlu mendapat perhatian.

Peran mediator/ perantara pengetahuan (knowledge broker) dapat

membantu kendala tersebut. Hal tersebut dapat dimengerti adanya

persaingan yang ketat maupun keterbatasan sumber daya yang dimiliki

perusahaan. Kondisi demikian dibutuhkan adanya mediator/ perantara

dalam mengatasi keterbatasan tersebut di atas. Keberadaan Knowledge

Broker sudah barang tentu akan dapat meningkatkan kemampuan dan

kinerja industri/ perusahaan yang menggunakan peran KB.

1.2.5. Masih Minimnya Kajian Knowledge Broker di Indonsia

Penelitian yang mengkaji peran knowledge broker (KB) sulit

diketemukan atau sangat terbatas sekali. Jika adapun dilakukan di luar negeri

Page 19: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

43

(British, Kolombia, Kanada, Jerman Timur, Finlandia) dengan kajian lebih

banyak di bidang teknologi dan kesehatan: Canadian Health Services

Research Foundation (2003); Canadian health services research foundation

(2004). Padahal Indonesia sebagai Negara berkembang masih memerlukan

peran dari pihak lain khususnya para pelaku bisnis. Peran mediasi broker

pengetahuan justru banyak dibutuhkan industri kecil kreatif yang sangat

lemah dalam pengelolaan dan transformasi pengetahuan yang inovatif dan

mutakhir. Kebutuhan demikian tidak dapat diperoleh sendiri atau hanya

mengandalkan bakat keterampilan semata. Hal tersebut dikarenakan dalam

sub sektor industri kreatif syarat dengan penggunaan IT dan informasi dan

komunikasi baik dalam bidang Iklan, Video dan film, Musik, Fesyen,

Percetakan, R&D, Seni pertunjukan dan sub sektor lain yang banyak

memerlukan pengelolaan pengetahuan (KM) dan kemampuan intellectual

capital yang banyak memerlukan peran mediasi knowledge broker.

1.3. Intellectual Capital dalam Industri Kreatif di Indonesia

Pada dasarnya industri kreatif merupakan analog dengan UKM

Kreatif, artinya UKM yang menghasilkan produk berdasarkan kreativitas

individu. Industri kreatif dapat didefinisikan sebagai “Industri yang berasal

dari pemanfaatan kreativitas, keterampilan serta bakat individu untuk

menciptakan kesejahteraan serta lapangan pekerjaan melalui penciptaan

dan pemanfaatan daya kreasi dan daya cipta individu tersebut” (Departemen

Perdagangan RI, 2008). Sedangkan menurut UK DCMS Task Force(1998)

definisi industri kreatif yang saat ini banyak digunakan oleh pihak yang

berkecimpung dalam industri kreatif adalah “Creatives industries as those

Page 20: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

44

industries which have their origin in individual creativity, skill & talent, and

which have a potential for wealth and job creation through the generation

and exploitation of intellectual property and content”.

Modal utama dari industri kreatif (UKM kreatif) adalah ide kreatif yang diolah

di dalam otak manusia. Sarana produksi utama dari industri kreatif (UKM

kreatif) adalah gagasan/ ide/ pengetahuan, serta proses utamanya yaitu

menciptakan dan mengolah gagasan/ ide/ pengeta-huan tersebut menjadi

produk/ jasa yang bernilai tinggi bagi pembeli.

Pemerintah Indonesia telah menerbitkan Instruksi Presiden (Inpres)

Nomor 6 Tahun 2009 tentang Pengembangan Ekonomi Kreatif sebagai dasar

bagi seluruh pemangku kepentingan dalam mengembangkan 14 sektor

ekonomi kreatif. Sub-sektor industri kreatif tersebut: Periklanan, Arsitektur,

Pasar Seni dan Barang Antik, Kerajinan, Desain, Fashion, Video-Film-dan

Fotografi, Permainan Interaktif, Musik, Seni Pertunjukan, Penerbitan dan

Percetakan, Layanan Komputer dan Piranti Lunak, Televisi dan Radio, Riset

dan Pengembangan.

Dengan terpilihnya Joko Widodo sebagai Presiden RI ke VII,

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dihilangkan, dan untuk

mengakomodasi keberadaan industri kreatif yang semakin tumbuh,

pemerintah akhirnya resmi membentuk Badan Ekonomi Kreatif (BEK). BEK

merupakan lembaga setingkat kementerian, Kepala BEK bertanggung jawab

langsung kepada Presiden. BEK yang sebelumnya merupakan bagian dari

Kementerian Pariwisata bertugas membantu Presiden dalam merumuskan,

menetapkan, mengkoordinasikan, dan melakukan sinkronisasi berbagai

kebijakan di bidang ekonomi kreatif.

Page 21: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

45

Berdasarkan Peraturan Presiden (Perpres) No 6/2015 tentang BEK,

lembaga ini antara lain menyelenggarakan fungsi perancangan, perumusan,

penetapan, dan pelaksanaan program di bidang ekonomi kreatif, juga

pelaksanaan koordinasi dan sinkronisasi perencanaan dalam pelaksanaan

kebijakan dan program di bidang ekonomi kreatif. Data Badan Pusat Statistik

(BPS) menyebutkan industri kreatif berkontribusi terhadap produk domestik

bruto (PDB) pada urutan ke-9 dari 10 sektor lapangan usaha. Kontribusi

industri kreatif terhadap PDB memang masih relatif rendah, akan tetapi

menurut Adi Suryo (Ketua Bidang Industri Kreatif, Teknologi Informasi, dan

Media Hipmi Jawa Timur, SURYA Online, 26/2/2013) "Potensi untuk industri

kreatif di Jawa Timur sangat besar, bahkan industrikreatif ini mampu

memenuhi kebutuhan eksport Jawa Timur di bidang non migas," Saat ini

industri kreatif berkontribusi sekitar 7 persen dari total PDRB Surabaya.

Gambar 1.1.Rata-rata Kontribusi Subsektor kreatif terhadap Industri Kreatif

(2009-2012)

Page 22: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

46

Sumber: Studi Industri Kreatif Indonesia 2013 Departemen Perdagangan RI

Dari 14 sektor tersebut, nilai tambah yang dihasilkan subsektor

fasyen dan kerajinan cukup dominan, berturut-turut sebesar 43,02% dan

25,12% dari total kontribusi sektor industri kreatif. Kedua jenis industri ini

menjadi lokomotif dalam perkembangan industri kreatif nasional.

“Kontribusi fesyen dan kerajinan jauh mengungguli kontribusi jenis industri

kecil lainnya. Baik dalam nilai tambah, tenaga kerja, jumlah perusahaan,

maupun ekspornya," (DirJen. Industri Kecil dan Menengah dalam pembukaan

pameran fashion dan kerajinan bertema "Indonesia arid Craft 2013" di

Jakarta, Kamis [27/6]. Sub sektor industri kreatif yang memprihatinkan yaitu

sub sektor ‘Seni pertunjukan’, dimana sub sektor tersebut hanya mampu

memberikan kontribusi terhadap industri kreatif secara menyeluruh hanya

sebesar 0,10%. Fenomena di atas patut untuk mendapat perhatian dari

semua pihak demi eksistensi sub sektor tersebut.

Page 23: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

47

Realita Koperasi dan UKM nasional untuk menghadapi persaingan sudah

cukup baik “Sejauh ini Koperasi dan UKM kita untuk menghadapi persaingan

ini cukup bagus. Salah satu faktor hambatan utama bagi sektor Koperasi dan

UKM termasuk industri kreatif untuk bersaing dalam era pasar bebas adalah

kualitas sumber daya manusia (SDM) pelaku UKM yang secara umum masih

rendah (Menteri Koperasi dan UKM Syarief Hasan).

Dalam kaitan dengan semakin ketatnya persaingan usaha, industri

kecil manufaktur di Indonesia harus memaknai bahwa sukses bersaing

organisasi bisa dicapai dengan pengelolaan SDM (karyawan) potensial yang

dimilikinya. SDM bisa dijadikan sebagai sumber keunggulan kompetitif lestari

serta tidak mudah ditiru pesaing karena sukses bersaing yang diperoleh dari

pengelolaan SDM secara efektif tidak setransparan menge-lola SDM lainnya.

Proses pelaksaaan Human Capital Management pada industri kecil

manufaktur harus dimulai dengn memperhatikan Stakeholder dengan

menempatkan “masyarakat” termasuk didalamnya adalah “karyawan”, serta

penempatan “etika bisnis” merupakan Balancing terhadap kemungkinan

negatif dari implementasi Human Capital Management.

HC mencerminkan kemampuan kolektif perusahaan untuk menghasilkan

solusi terbaik berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh orang-orang yang

ada dalam perusahaan tersebut. Human capital akan meningkat jika

perusahaan mampu menggunakan pengetahuan yang dimiliki oleh

karyawannya. HC adalah salah satu komponen dari Intellectual Capital selain

Structural Capital dan Relational Capital. Sejumlah pihak juga menilai hingga

saat ini pemerintah belum mempunyai kebijakan yang komprehensif

menghadapi MEA yang sudah berjalan ini. Padahal, negara lain seperti

Malaysia, Singapura dan Thailand sudah mempunyai strategi khusus agar

Page 24: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

48

negara mereka bisa mengambil keuntungan optimal di pasar bebas ASEAN

tersebut.

Menghadapi dan menjalani MEA 2016 ini, Indonesia tampaknya

belum mampu melakukan dengan baik terkait dengan pembenahan Human

Capital (HC). Hal tersebut terlihat dalam indikator Human Development Index

(HDI) 2013 yang dirilis UNDP (United Nations Development Programme),

Corruption Perceptions Index (CPI) 2013 yang dikeluar-kan Transparency

International, dan Indeks Daya Saing Global (Global Competitiveness Index/

GCI) 2013–2014 yang dikeluarkan World Economic Forum (WEF). Dari sisi

kekuatan human capital, Indonesia terbilang masih tertinggal dengan

beberapa negara tetangga. Angka HDI Indonesia terbilang masih rendah,

yakni hanya sebesar 0,62 dan tergabung dalam kelompok negara dengan HDI

kategori medium human development. HDI nya masih berada jauh di bawah

Singapura (0,89) dan Brunei (0,85) yang mampu tampil sangat maju dalam

kelompok negara dengan HDI kategori very high human development.

Malaysia juga juga cukup jauh di atas Indonesia dengan HDI sebesar 0,76 dan

tergolong dalam kategori negara high human development.

Terkait dengan pembenahan Human capital di atas yang merupakan

salah satu dimensi dari Intellectual capital serta rangkaiannya dengan

knowledge management, merupakan fokus kajian dalam penelitian ini.

Alasan yang mendukung yaitu sub sektor yang kompetensinya lebih banyak

porsinya dalam tataran Intellectual Capital dan Knowledge Management,

sebagaimana dapat dipahami melalui gambar berikut. Dimana kompetensi

dalam cakupan Intangible Based (Intangible Asset) yang merupakan ranah

dalam Intellectual Capital adalah sub sektor: (Film, Video, Foto grafi), (TV &

Radio), (Musik), (Periklanan), (Game interaktif), (IT & Software).

Page 25: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

49

Gambar 1.2. Potensi Kompetensi Intensitas Tangibel/Intangible Based

Sumber : Menparekraf, Mari Elka Pangestu Dalam News Letter

Informasi Pemasaran Pariwisata 2012

Dari gambar tersebut di atas, sub sektor industri kreatif yang

kompetensinya lebih banyak porsinya dalam tataran knowledge

management dan intellectual capital terletak pada sub sektor dimana

kompetensi dalam cakupan Intangible Based (Intangible Asset) yang

merupakan ranah dalam Intellectual Capital adalah sub sektor: (Film, video,

Foto grapie), (TV & Radio), (Musik), (Periklanan), (Permainan interaktif),

(Komputer dan piranti lunak). Dalam sub sektor tersebut lebih menekankan

intensitas sumberdaya mulai media, seni budaya, desain hingga IPTEK,

dimana lebih terkait dengan implementasi Knowledge Management dan

Page 26: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

50

Intellectual Capital yang lebih mengacu Intangible Based dari pada Tangible

Based. Terkait dengan Intangible Based ini perhatian dalam Human capital

harus lebih intens dan berkelanjutan.

1.4. Masalah Penelitian

Berdasarkan uraian di gap penelitian di atas, masalah penelitian ini

adalah: bagaimanakah kinerja industri kreatif tergantung dari knowledge

management, intellectual capital, dan knowledge broker .

1.5. Persoalan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan masalah dalam penelitian tersebut,

maka persoalan penelitian ini adalah: (1) Apakah knowledge management

yang digunakan mempunyai pengaruh positif terhadap intellectual capital

industri kreatif?. (2) Apakah intellectual capital yang dimiliki mempunyai

pengaruh positif terhadap kinerja Industri kreatif?. (3) Apakah knowledge

management yang digunakan mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja

industri kreatif?. (4) Apakah tingkat pemanfaatan knowledge broker dapat

memoderasi pengaruh antara knowledge management dengan intellectual

capital industri kreatif?

1.6. Tujuan Penelitian

Berdasarkan masalah dan persoalan penelitian tersebut, maka tujuan

penelitian ini adalah: (1) Menganalisis pengaruh Knowledge Management

yang digunakan terhadap intellectual capital industri kreatif. (2) Menganalisis

pengaruh intellectual capital yang dimiliki terhadap kinerja Industri kreatif.

(3) Menganalisis pengaruh knowledge management yang digunakan

Page 27: Bab Satu Pendahuluanrepository.uksw.edu/bitstream/123456789/11296/1/D_922013022_BAB I.pdf · unsur bisnis misalnya terkait dimensi waktu ... tersebut menjadi produk/jasa yang bernilai

51

terhadap kinerja industri kreatif. (4) Menganalisis peran moderasi

memanfaatkan Knowledge Broker dalam hubungan antara knowledge

management dengan intellectual capital industry kreatif.

1.7. Manfaat Penelitian

Manfaat Pengetahuan

a) Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat khususnya

pengetahuan yang terkait knowledge management, intellectual capital, dan

knowledge broker.

b) Memberikan sumbangan pemikiran dan pengayaan teori-teori dalam

lingkup resources based view, terutama intellectual capital serta konsep

knowledge broker dan industri kreatif yang mendasarkan pada kajian

intangible based.

Manfaat Praktis

a) Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pemerintah cq. Dinas

Perindustrian Perdagangan dan UMKM sebagai pihak pengambil kebijakan

khususnya dalam pengambilan keputusan dalam bidang industri kreatif.

b) Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengelola/

pemilik industri kreatif dalam keterkaitannya dengan pemanfaatan

knowledge management dan knowledge broker.