Upload
others
View
9
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
56
BAB V
ANALISIS DATA PEMBINGKAIAN PORTAL BERITA KOMPAS.COM
DAN REPUBLIKA.CO.ID
Pada bab ini, penulis ingin menguraikan data hasil dari penelitian dan
memulainya dengan pembahasan. Hal yang akan dibahas disini mengacu pada
tujuan pertama dari penelitian ini, yakni menjawab permasalahan “Bagaimana
framing pemberitaan mengenai gaya kepemimpinan Ahok sebagai Gubernur
DKI Jakarta di media online Kompas.com dan Republika.co.id?” Data yang
didapatkan selama periode Maret – Desember 2016, dipaparkan langsung
dalam bentuk perangkat framing model Pan dan Kosicki.
5.1 Pembingkaian Kompas.com
Berikut adalah perangkat framing yang ditujukan untuk melihat frame
dari berita Kompas.com :
Tayangan
Berita
Sintaksis Skrip Tematik Retoris
#1. Pada
15/03/2016
Headline :
Amir
Syamsuddin:
Secara Kriteria,
Ahok Sangat
Pas Jadi
Gubernur DKI
Who: Amir
Syamsuddin
What : Amir
Syamsuddin
menilai
Ahok adalah
sosok yang
ideal untuk
memimpin
DKI Jakarta
Why : Dilihat dari
Dengan gaya
kepemimpinan
Ahok yang tegas
seperti itu, tingkat
keterpilihan atau
elektabilitas Ahok
dinilai juga akan
semakin tinggi.
Amir Syamsuddin
menilai kriteria
kinerja Ahok sangat
pas untuk
Kompas.com
memilih
menjabarkan
status Amir
Syamsuddin
selaku Ketua
Dewan
Kehormatan
Partai Demokrat,
yang semakin
menekankan
pandangan yang
57
gaya
kepemimpinan
Ahok yang tegas,
elektabilitas,
hingga
popularitasnya
membuatnya tetap
jadi pemimpin.
disampaikan oleh
salah satu pakar
tata negara
tersebut
#2. Pada
19/04/2016
Headline :
Gerakan
Dukung “Ahok
Untuk
Gubernur DKI
Jakarta”
Muncul di AS
Who :Masyarakat
Indonesia di
Amerika Serikat
What : Masyarakat
Indonesia
mengadakan
deklarasi akbar
bertajuk “USA for
Ahok, Washington
DC for Ahok,
Indonesian
American for
Ahok”
Where : Monumen
Washington, USA
Berita ini diawali
dengan penjelasan
mengenai maksud
Headline, subjek
atau pelakunya,
sekaligus peristiwa
yang terjadi Berita
ini sebagian besar
berisi tentang
pendapat-pendapat
masyarakat
Indonesia yang
mengagumi sosok
Ahok sebagai
seorang pemimpin.
Ahok dengan gaya
kepemimpinannya
yang bersih, berani,
konsisten, dan
pekerjaannya
sangat nyata itu
diyakini dapat
membawa
perubahan Jakarta
menuju perbaikan
Wartawan
mengelompokkan
pendukung Ahok
dengan memilih
kata “kalangan
pekerja”,
“mahasiswa”, dan
“kaum
intelektual” untuk
menekankan
pendukung Ahok
tidak
sembarangan dan
berasal dari kaum
berkualitas.
Gambar yang
dipilih oleh
Kompas.com
adalan gambar
para pendukung
Ahok dengan
mimik/muka
bahagia, yang
bersedia
menggunakan
http://internasional.kompas.com/tag/Ahok
58
yang positif. KTP mereka
untuk mendukung
Ahok
#3.
Pada26/04/2016
Headline :
Sutiyoso Tidak
Persoalkan
Gaya Ahok
yang Meledak-
ledak
Who : Sutiyoso,
Mantan Gubernur
DKI Jakarta
What : Sutiyoso
tidak
mempersoalkan
gaya
kepemimpinan
Ahok yang tegas
dan meledak-ledak
Berita diawali
dengan kutipan
komentar Sutiyoso
mengenai gaya
kepemimpinan
Ahok yang
menurutnya tidak
menjadi persoalan
untuk menjadi
seorang pemimpin
Pada paragraf
pembuka dan
penutup,
wartawan
menggunakan
kalimat yang
sama dari
Sutiyoso
mengenai gaya
kepemimpinan
Ahok untuk
menekankan
pandangan yang
ingin ditonjolkan
#4. Pada
29/11/2016
Headline :
Gaya
Kepemimpinan
Ahok yang
Mengejutkan
Who : Salim Said,
Guru Besar
Universitas
Pertahanan
What : Salim Said
melihat gaya
kepemimpinan
Ahok yang ceplas-
ceplos layaknya Ali
Sadikin, yang
Wartawan
mengungkapkan
fakta melalui
pandangannya
dengan mengutip
kalimat bahwa
sebagian
masyarakat belum
terbiasa dengan
gayakepemimpinan
Ahok.Diungkapkan
Gaya
kepemimpinan
Ahok yang tegas
dinilai cukup
untuk membawa
perubahan pada
Jakarta yang
masyarakatnya
sudah terlalu
lama
dininabobokan
59
dulunya juga orang
nomor 1 di DKI
Jakarta
bahwa masyarakat
harus bersabar dan
tidak perlu
meributkan gaya
bicara Ahok yang
tetap akan
melahirkan
kesuksesan.
dan tidak berani
mengangkat
dagu.
#5. Pada
16/12/2016
Headline :
Anies Sebut
Djarot Juga
Pernah Kritik
Gaya
Kepemimpinan
Ahok
Who : Anies
Baswedan, Calon
Gubernur DKI
Jakarta
What : Anies
Baswedan, sebagai
saingan politik
Ahok mengkritik
gaya pemerintahan
Basuki Tjahaja
Purnama (Ahok)
Wartawan
mencoba melihat
dan
mengemukakan
pandangan tentang
gaya
kepemimpinan
Ahok dari sisi yang
berbeda, agar
terkesan netral dan
tidak memihak
Wartawan
memilih
narasumber dari
sisi yang
berlawanan
dengan Ahok
yaitu saingan
politiknya dalam
Pilkada 2017
nanti, untuk
membandingkan
pandangan pro
dan kontra
terhadap gaya
kepemimpinan
Ahok kepada
masyarakat,
melalui tokoh
yang
berseberangan
pendapat dengan
Ahok
60
5.2 Pembingkaian Republika.co.id
Berikut adalah perangkat framing yang ditujukan untuk melihat frame
dari berita Republika.co.id :
Tayangan
Berita
Sintaksis Skrip Tematik Retoris
#1. Pada
17/03/2016
Headline :
Ibnu Taimiyyah
tentang
Pemimpin Non
Muslim
Who : Ibnu
Tamimiyyah
What : Pendapat
Ibnu Taimiyyah
tentang pemimpin
non-Muslim
Why : Ahok
sebagai pemimpin
non-Muslim di
tengah penduduk
yang mayoritas
Muslim
Berita ini sebagian
besar isinya adalah
pandangan Ibnu
Taimiyyah tentang
syarat pemimpin
kaum Muslim.
Menurutnya, gaya
kepemimpinan
Ahok disebabkan
karena beliau
adalah seorang
non-Muslim
sehingga tidak
memiliki sifat-sifat
sekelas seorang
ulama
Dalam tulisannya,
berita ini banyak
menekankan
bahwa masyarakat
Indonesia adalah
mayoritas kaum
Muslim
#2. Pada
20/03/2016
Headline :
Ucapan Kasar
Ahok Sebarkan
Pengaruh Negatif
Who : Tuty
Alawiyah, Ketua
Umum Badan
Kontak Majelis
Taklim (BKMT)
What : Tuty
menyayangkan
Berita ini berisi
tentang pandangan
wartawan yang
diungkapkan
melalui pendapat
Ketua Umum
BKMT, terkait
gaya
Menggunakan
seorang tokoh
terkemuka agama
agar mendukung
pandangan yang
ingin disampaikan
61
sikap
kepemimpinan
Ahok
kepemimpinan
Ahok yang dinilai
keras dan kasar
serta menyebarkan
pengaruh negatif
kepada masyarakat
#3. Pada
26/04/2016
Headline :
Anggota DPRD
Sebut Gaya
Kepemimpinan
Ahok Sulit
Dimengerti
Who : Anggota
DPRD
What : Anggota
DPRD menilai
gaya
kepemimpinan
Ahok sulit
dimengerti
Diawali dengan
penilaian seorang
anggota DPRD
terhadap gaya
kepemimpinan
Ahok yang disebut
memberikan
contoh yang tidak
baik kepada
generasi bangsa
Menggunakan
pakar tata negara
sebagai sumber
agar pandangan
yang dibuat
cenderung terlihat
semakin benar
#4. Pada
27/04/2016
Headline :
Gaya Komunikasi
Ahok Dinilai tak
Mencerdaskan
Bangsa
Who : Harmonis,
Pengajar
Komunikasi Pasca
Sarjana
Universitas
Muhammadiyah
Jakarta
What : Menilai
gaya komunikasi
Ahok tidak
mencerdaskan
bangsa
Berita ini diawali
dengan pandangan
Harmonis tentang
bagaimana
seharusnya gaya
kepemimpinan
seorang pemimpin
yang dapat dilihat
dari sikap dan cara
berkomunikasinya
Berita ini
menggunakan
seorang pakar
komunikasi
sebagai sumber
yang relevan
untuk menilai
masalah tersebut,
sehingga bisa
menempatkan
masyarakat pada
pandangan yang
akhirnya setuju
pada pendapatnya
62
Why : Gaya
komunikasi Ahok
yang cenderung
keras
#5. Pada
14/05/2016
Headline :
Survei: Gaya
Kepemimpinan
Ahok Kasar
Who : Lembaga
survei Media
Survei Indonesia
Nasional (Median)
What : Menilai
Gaya
Kepemimpinan
Ahok Kasar
When : Survei
yang berlangsung
tanggal 24 April
sampai 4 Mei 2016
Berita diawali
dengan pemaparan
hasil survei
menurut Lembaga
Survei Median
yang menunjukkan
bahwa hanya
sedikit masyarakat
yang menginginkan
sosok Ahok
kembali menjabat
sebagai gubernur
DKI Jakarta
periode 2017-
2022dikarenakan
gaya
kepemimpinan
Ahok yang dinilai
kasar
Menggunakan
lembaga survei
sebagai sumber
yang nyata agar
pandangan yang
dimiliki semakin
didukung
1.3 Perbandingan Framing Kompas.com dengan Republika.co.id
63
KOMPAS.COM
HEADLINE :
- Kompas memilih pemakaian judul
yang kadang terkesan netral dan
tidak memihak, tetapi kadang juga
terlihat pro kepada Ahok. Terlihat
dari beberapa berita Kompas yang
menggunakan judul seperti
“Sutiyoso Tidak Persoalkan Gaya
Ahok yang Meledak-ledak” dan juga
“Gerakan Dukung Ahok Untuk
Gubernur DKI Jakarta Muncul di
AS” untuk membuat pembaca
membuat sebuah persepsi yang
seakan-akan ingin memperlihatkan
bahwa banyaknya dukungan kepada
Ahok tidak hanya dari sekian banyak
warga Indonesia yang bahkan tidak
tinggal di Indonesia, tetapi juga
datang dari mantan Gubernur DKI
Jakarta itu sendiri, yaitu
Sutiyoso.Wartawan sengaja memilih
headline seperti ini agar dapat
semakin memperkuat persepsi
masyarakat terhadap apa yang ditulis
di dalam berita tersebut. Di sini
terletak pengaruh dari komunikasi
massa, kemampuannya untuk secara
mental mengurutkan dan
mengorganisir dunia untuk kita.
REPUBLIKA.CO.ID
HEADLINE :
- Republika memilih beberapa
headline yang hampir mirip dengan
berita yang ada di Kompas.
Perbedaannya ialah headline pada
berita Republika terkesan tidak
setuju dan kontra terhadap gaya
kepemimpinan Ahok. Pada berita
Kompas, headline yang digunakan
ialah“Sutiyoso Tidak Persoalkan
Gaya Ahok yang Meledak-ledak”
sedangkan headline yang digunakan
oleh Republika ialah “Anggota
DPRD Sebut Gaya Kepemimpinan
Ahok Sulit Dimengerti”. Kedua
headline yang dipilih oleh masing-
masing media sama-sama
menggunakan pakar tata negara
sebagai sumbernya, agar pandangan
yang ingin diberikan semakin jelas.
Bedanya, Republika disini dalam
headlinenya ingin mengatakan
bahwa gaya kepemimpinan Ahok
tidak mencerminkan contoh yang
baik sebagai seorang pemimpin.
Para pembaca yang membaca
headline tersebut akhirnya ikut
membentuk pandangan bahwa gaya
kepemimpinan Ahok cenderung
64
Akhirnya media berusaha
mengarahkan pikiran kita agar sesuai
dengan apa yang diberitakan. Oleh
karena itu dapat dikatakan berita ini
adalah bentuk kenyataan yang sudah
dikonstruksi oleh media, sehingga
kenyataan yang terbentuk dan
nantinya akan diterima oleh
masyarakat adalah kenyataan yang
dibuat sesuai dengan persepsi media,
dan bukan kenyataan yang
sebenarnya lagi.
tidak baik untuk ditiru dan dijadikan
contoh. Sehingga citra yang
terbentuk pada diri Ahok sebagai
seorang pemimpin adalah citra yang
buruk.
Pemilihan judul yang menarik juga
sangat mempengaruhi banyaknya
pembaca berita tersebut. Dalam hal
ini Republika juga memilih judul-
judul berita yang terkesan menarik
dan membuat pembaca yang
penasaran dengan headline tersebut
akan membaca beritanya.
65
METAMOR:
- Beberapa headline berita yang
digunakan oleh Kompas memiliki
beberapa kemiripan dengan headline
yang ada di Republika dalam jenjang
waktu yang tidak cukup jauh. Akan
tetapi, headline yang digunakan oleh
Kompas cenderung menggunakan
kata-kata yang lebih formal, salah
satu contoh judul dari beritanya ialah
“Amir Syamsuddin: Secara Kriteria,
Ahok Sangat Pas Jadi Gubernur
DKI”. Kompas menggunakan judul
tersebut untuk memperlihatkan
pandangan bahwa gaya
kepemimpinan Ahok yang dinilai
meledak-ledak tidak menjadi suatu
masalah bagi seorang Ketua Dewan
Kehormatan Partai, beliau tetap
menilai Ahok adalah sosok yang
ideal untuk memimpin DKI. Pesan
dalam isi berita yang disampaikan
oleh Kompas tersebut pun tidak jauh
berbeda dengan headlinenya. Judul
berita yang digunakan secara tidak
langsung berperan untuk
menyimpulkan apa pesan yang ingin
disampaikan media tersebut kepada
khalayak meskipun tidak seluruhnya.
METAMOR:
- Headline berita dari Republika
menggunakan kata-kata yang
sebenarnya memiliki kata kiasan,
dan digunakan untuk menyindir
Ahok dengan gaya
kepemimpinannya yang dinilai tidak
mendidik dan merupakan contoh
yang buruk sebagai seorang
pemimpin untuk masyarakatnya.
Headline secara tidak langsung
sebenarnya berperan penting untuk
menarik minat khalayak untuk
membaca berita tersebut. Khalayak
dibuat penasaran dengan headline
yang digunakan oleh Republika,
padahal judul sebuah berita juga
sudah menggambarkan apa pesan
yang ada di dalam berita tersebut
meskipun tidak seluruhnya.
Headline juga memiliki beberapa
pengertian yang sangat berperan
penting bagi media dalam
menciptakan sebuah bingkai yang
akan membentuk sebuah realita
kepada khalayak yang membacanya,
karena terkadang pembaca berita
juga kurang peka dalam menyikapi
sebuah berita yang dibacanya.
66
ISI PEMBERITAAN :
- Isi berita yang telah dianalis dengan
framing model Pan Kosicki ini
kebanyakan berisi tentang
dukungan-dukungan untuk Ahok
serta beberapa pembelaan yang tidak
hanya datang dari kaum masyarakat
saja, melainkan juga dari beberapa
pakar tata negara dan warga
Indonesia yang bahkan tidak sedang
tinggal di Indonesia.Kompas lebih
menjaga citra seorang Ahok agar
tetap baik. Meskipun ada juga
beberapa berita yang menggunakan
tokoh yang kontra terhadap Ahok
sebagai narasumbernya.
ISI PEMBERITAAN :
- Berita – berita Republika.co.id yang
telah dianalisis dengan framing
model Pan Kosicki hampir sebagian
besar berisi tentang permasalahan
yang malah banyak terjadi selama
Ahok menjabat sebagai Gubernur,
serta banyaknya tokoh yang menilai
gaya kepemimpinan Ahok tidak
dapat diterima karena dianggap
kasar dan tidak mencerdaskan
bangsa. Semua beritanya terlihat
cenderung ke pencitraan negatif
Ahok.
67
GAYA BAHASA :
- Kompas menggunakan gaya bahasa
yang terkesan lebih terstruktur di
tiap kalimatnya. Gaya bahasa yang
digunakan tidak terlalu banyak
menggunakan bahasa metafora.
Pemakaian gaya bahasa juga sangat
berpengaruh di dalam membuat
sebuah konstruksi sosial kepada
masyarakat, mengingat bahwa surat
kabar dibaca oleh semua lapisan
masyarakat yang berbeda-beda
tingkat pengetahuannya. Semakin
jelas bahasa yang digunakan oleh
wartawan, semakin mudah juga
pesan akan dipahami oleh
masyarakat. Terkadang, wartawan
tidak terlalu menghiraukan
kesalahan redaksional yang malah
membuat pembaca menjadi tidak
teratik untuk membaca beritanya,
seperti misalnya pemakaian bahasa
terlalu berlebihan dan tidak koheren,
ataupun terlalu banyak
menggunakan singkatan dan
akronim.
GAYA BAHASA :
- Penggunaan gaya bahasa oleh
Republikaterkesan dibuat terlalu
banyak basa-basi dan tidak on-point.
Dalam beberapa beritanya terdapat
kesalahan, misalnya kalimat aktif
dan pasif dicampur adukkan dalam
satu paragraf. Inti dari berita kurang
jelas dan tidak spesifik, serta banyak
pendapat sendiri yang dimasukkan
ke dalam teks beritanya.Padahal jika
diperhatikan, beberapa kesalahan
kecil, jika sering terjadi akan
menurunkan kemauan membaca
para penikmat beritanya. Seperti
yang disebutkan sebelumnya, gaya
bahasa yang tepat sangat
berpengaruh untuk menggiring
pembaca berita kepada konstruksi
yang dibentuk oleh sebuah berita.
68
PEMAPARAN KALIMAT :
- Kalimat yang digunakan oleh
kompas berurutan dan menjadi
sebuah paragraf yang jelas.
Pemaparan kalimatnya lebih
sederhana dan mudah dimengerti
orang awam. Kompas menggunakan
kalimat yang ringkas dan singkat,
tetapi jelas pengertiannya. Bisa
dilihat dari berita kompas yang lebih
menekankan kepada fakta yang
terjadi sebenarnya tanpa harus terlalu
banyak menambahkan kata – kata.
IMAGE AHOK :
- Beberapa berita dari Kompas ini
cenderung terlihat lebih pro terhadap
Ahok. Sisi positif Ahok
diperlihatkan melalui komentar-
komentar positif dari beberapa pakar
tata negara dan juga masyarakat
yang pro dan mendukung Ahok.
Elektabilitas dan prestasi kerja Ahok
lebih ditonjolkan untuk menciptakan
image positif yang mendukung citra
Ahok.
PEMAPARAN KALIMAT :
- Kalimat yang dijabarkan Republika
juga berurutan menjadi sebuah
paragraf yang utuh, tapi terkadang
tidak to the point dan terkesan
bertele-tele. Ini membuat pesan dari
berita tersebut kurang tersampaikan
dengan jelas dan dapat
menimbulkan tafsiran ganda
(ambigu).
IMAGE AHOK :
- Dari berita-berita yang dibuat,
Republika telah menciptakan
konstruksi yang terlihat menurunkan
citra seorang Ahok sebagai gubernur
DKI Jakarta. Di saat Kompas lebih
berani untuk mendukung
pemerintahan Ahok, Republika lebih
memilih untuk membuat image
Ahok menjadi negatif dengan
mengumpulkan beberapa tokoh
yang kontra terhadap gaya
kepemimpinan Ahok untuk
dijadikan sebagai narasumber
beritanya.
69
FRAMING MEDIA :
- Framing yang diciptakan oleh
Kompas ialah bagaimana seorang
Ahok dalam masa jabatannya
memenuhi kriteria sebagai seorang
calon pemimpin karena dinilai
membawa banyak perubahan
terhadap DKI Jakarta, meskipun
cukup banyak juga masyarakat yang
menyatakan tidak suka terhadap
gaya kepemimpinannya yang
meledak-ledak. Kompas juga
memuat beberapa berita yang
memperlihatkan bahwa terpilihnya
Ahok sebagai pemimpin dikarenakan
kepercayaan masyarakat
terhadapnya.
FRAMING MEDIA :
- Framing yang diciptakan oleh
Republika adalah image negatif
yang sebenarnya lebih kepada kritik
terhadap Ahok dan gaya
kepemimpinannya selama masa
jabatannya sebagai gubernur.
Republika secara frontal
memperlihatkan bentuk
penolakannya terhadap gaya
kepemimpinan Ahok yang dinilai
kasar dan sulit dimengerti, melalui
berita-beritanya. Peran wartawan
dan editor disini akhirnya sangat
penting dalam mengkonstruksi
berita yang nantinya akan diterima
oleh masyarakat.
5.4 Refleksi Kritis Terhadap Pembingkaian Gaya Kepemimpinan
Ahok
Dari beberapa pemberitaan yang penulis amati, baik dari Kompas.com
maupun Republika.co.id, masing-masing media ini membuat konstruksi realitas
yang berbeda. Penulis melihat bahwa Kompas memaknai peristiwa pro dan
kontra terhadap gaya kepemimpinan Ahok ini dari sudut hukum tata negara.
70
Gaya kepemimpinan Ahok yang keras dianggap tidak menjadi persoalan dalam
pemerintahan Ahok selama prestasi kerja Ahok memuaskan. Meskipun ada
juga beberapa berita dari Kompas yang menyinggung tentang pihak yang tidak
setuju dengan gaya kepemimpinan Ahok, banyak juga berita yang
memperlihatkan bahwa ada beberapa pihak yang tidak mempersoalkan gaya
kepemimpinan Ahok ini, bahkan sangat mendukung Ahok. Dapat terlihat
framing yang tampak jelas dari judul berita yang dipakai “Amir Syamsuddin:
Secara Kriteria, Ahok Sangat Pas Jadi Gubernur DKI” dengan pemakaian judul
semacam ini, Kompas ingin menekankan bahwa Ketua Dewan Partai tersebut
sangat yakin dengan dukungannya terhadap Ahok, meskipun pihak lain
memandang Ahok belum layak menjadi seorang pemimpin. Sedangkan dilihat
dari judul berita Republika, “Ibnu Taimiyyah tentang Pemimpin Non-Muslim”,
Republika mempersoalkan Ahok sebagai seorang pemimpin yang non-muslim.
Media ini melihat persoalan kepemimpinan Ahok berkaitan dengan hal yang
agamis. Dikutip dari pernyataan Ibnu Taimiyyah, bahwa ada kesenjangan jika
pemimpin non-Muslim memimpin negeri yang mayoritas masyarakatnya ialah
Muslim. Pandangan Republika tersebut diwujudkan dalam skema atau bagan
dalam berita. Beberapa berita Republika yang lain diantaranya juga berisi
tentang pakar yang menilai gaya kepemimpinan Ahok sulit dimengerti, bahkan
dinilai tidak mencerdaskan bangsa. Berita-berita semacam ini bukan saja
menempatkan pandangan yang tidak setuju dengan gaya kepemimpinan Ahok,
melainkan juga mensugestikan khalayak untuk ikut sependapat dalam
menentang gaya kepemimpinan Ahok. Hal ini dapat diamati dari bagaimana
Republika menyusun wawancara dari berbagai narasumbernya. Kedua media
ini masing-masing mengedepankan pendapatnya masing-masing agar
menonjol dan dapat diterima oleh khalayak. Para khalayak diajak untuk
mengikuti jalan pikiran dan pandangan media, agar sejalan dengan konstruksi
realitas yang mereka ciptakan.
71
1.5 Gaya Kepemimpinan Ahok
Dalam kepemimpinannya, Ahok sangat dikenal sebagai pemimpin yang
sangat tegas, keras, dan berani dalam menangani masalah-masalah di Ibu kota.
Meskipun dalam masa kepemimpinannya Ahok berhasil membuktikan banyaknya
perubahan yang terjadi mulai dari masalah banjir, pemungutan biaya di sekolah,
dan banyak hal lagi yang sudah semakin membaik, masih ada beberapa oknum
yang tidak setuju dengan gaya kepemimpinan yang dimiliki Ahok tersebut.
Dalam hal ini ialah kedua media yang masing-masing mempunyai pandangan
yang berbeda dalam melakukan pembingkaian beritanya, Republika dan Kompas.
Republika terkesan menolak gaya kepemimpinan ini karena dinilai membawa
dampak yang buruk bagi masyarakat. Berbeda dengan Kompas yang cenderung
terlihat menerima gaya kepemimpinan Ahok yang seperti ini karena dianggap
dapat membawa kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia.
Berdasarkan teori tentang gaya kepemimpinan, jika dikaitkan dengan gaya
kepemimpinan Ahok tersebut, masing-masing media membingkai gaya
kepemimpinan Ahok dengan bingkai yang berbeda. Kompas menggolongkan
Ahok sebagai pemimpin dengan gaya kepemimpinan transformasional. Dimana
Ahok sendiri digambarkan sebagai pemimpin yang dapat mengkomunikasikan
visi masa depan dan membagikannya kepada anggotanya dengan jelas. Visi ini
menggambarkan tentang hasil akhir yang akan didapatkan. Pemimpin
transformasional seperti Ahok yang memimpin dengan menggunakan dirinya
sebagai contoh dapat menjadi panutan bagi anggota-anggotanya.1
Kepemimpinan transformasional menurut Pidekso dan Harsiwi (2001:3)
didefinisikan sebagai kepemimpinan yang melibatkan perubahan dalam
organisasi. Kepemimpinan ini juga didefinisikan sebagai kepemimpinan yang
membutuhkan tindakan memotivasi para bawahan agar bersedia bekerja demi
1http://www.kompasiana.com/theresiagitasitohang/ini-gaya-kepemimpinan-
ahok_54f93366a33311b6078b4891 diunduh tanggal 10 Januari 2017 (23:10)
http://www.kompasiana.com/theresiagitasitohang/ini-gaya-kepemimpinan-ahok_54f93366a33311b6078b4891http://www.kompasiana.com/theresiagitasitohang/ini-gaya-kepemimpinan-ahok_54f93366a33311b6078b4891
72
sasaran-sasaran "tingkat tinggi" yang dianggap melampaui kepentingan
pribadinya pada saat itu.
Sedangkan Republika membingkai gaya kepemimpinan Ahok ini dengan
menyimpulkan bahwa gaya kepemimpinan Ahok cenderung tergolong
transaksional, dimana cara yang digunakan Ahok sebagai pemimpin dalam
menggerakkan anggotanya ialah dengan menawarkan imbalan/akibat terhadap
setiap kontribusi yang diberikan oleh anggota kepada organisasi. Ahok menurut
Republika melibatkan proses pertukaran (exchange process), dimana pemimpin
menggunakan serangkaian imbalan untuk memotivasi para anggota, dan
eksepsi/pengecualian, dimana pemimpin memberi tindakan koreksi atau
pembatalan imbalan atau bahkan sanksi apabila anggotanya gagal mencapai
sasaran prestasi yang ditetapkan.
Pemimpin transaksional sendiri menurut Burn seperti yang dikutip oleh
Daryanto (2005:8) pada hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin perlu
menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan
organisasi. Disamping itu, pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri
pada penyelesaian tugas-tugas organisasi. Untuk memotivasi agar bawahan
melakukan tanggung jawab mereka, para pemimpin transaksional sangat
mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada
bawahannya.