21
47 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kesenian Tari Dolalak merupakan kesenian khas dari Kabupaten Purworejo. Seiring dengan perkembangan zaman, Kesenian Tari Dolalak perlahan mulai pudar. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama dan Kesenian ini dapat kembali bangkit. Terbukti hingga saat ini Kesenian Dolalak sudah 100 tahun masih terdapat kelompok-kelompok maupun sanggar yang masih tetap mempetahankan Kesenian ini di tengah zaman yang sudah semakin berubah. 5.1 Strategi Komunikasi Kesenian Tari Dolalak 1. Dinas DIKBUDPORA bagian Kebudayaan Dinas DIKBUDPORA bagian Kebudayaan merupakan komunikator yang dapat menyampaikan pesan tentang Kesenian khas Kabupaten Purworejo, terutama Kesenian Tari Dolalak yang tumbuh di Kabupaten Puworejo. Dalam menyampaiakan kepeduliannya terhadap kesenian yang ada di Purworejo, Dinas DIKBUDPORA menugaskan 4 orang pamong budaya yang bertugas menangani/membina kelompok- kelompok kesenian di 4 kecamatan di kabupaten Purworejo. Selain itu, Dinas juga mengadakan kegiatan-kegiatan Kesenian di beberapa tempat. Untuk kegiatan terutama pentas di Gedung Kesenian tiap 2 minggu sekali, kita pentaskan di acara 17an, di acara-acara kenegaraan seperti ada tamu dari luar daerah kita suguhkan, di Gua Seplawan dan Pantai Jatimalang dalam rangka hari raya, termasuk malam tahun baru itu Dolalak semua di Alun-alun,kata Bapak Triyuliana selaku perwakilan dari Dinas DIKBUDPORA bagian kebudayaan.

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...Untuk kegiatan terutama pentas di Gedung Kesenian tiap 2 minggu sekali, kita pentaskan di acara 17an, di acara-acara kenegaraan seperti ada

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • 47

    BAB V

    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    Kesenian Tari Dolalak merupakan kesenian khas dari Kabupaten

    Purworejo. Seiring dengan perkembangan zaman, Kesenian Tari Dolalak perlahan

    mulai pudar. Namun, hal tersebut tidak berlangsung lama dan Kesenian ini dapat

    kembali bangkit. Terbukti hingga saat ini Kesenian Dolalak sudah 100 tahun

    masih terdapat kelompok-kelompok maupun sanggar yang masih tetap

    mempetahankan Kesenian ini di tengah zaman yang sudah semakin berubah.

    5.1 Strategi Komunikasi Kesenian Tari Dolalak

    1. Dinas DIKBUDPORA bagian Kebudayaan

    Dinas DIKBUDPORA bagian Kebudayaan merupakan

    komunikator yang dapat menyampaikan pesan tentang Kesenian khas

    Kabupaten Purworejo, terutama Kesenian Tari Dolalak yang tumbuh di

    Kabupaten Puworejo. Dalam menyampaiakan kepeduliannya terhadap

    kesenian yang ada di Purworejo, Dinas DIKBUDPORA menugaskan 4

    orang pamong budaya yang bertugas menangani/membina kelompok-

    kelompok kesenian di 4 kecamatan di kabupaten Purworejo. Selain itu,

    Dinas juga mengadakan kegiatan-kegiatan Kesenian di beberapa tempat.

    “Untuk kegiatan terutama pentas di Gedung Kesenian tiap 2

    minggu sekali, kita pentaskan di acara 17an, di acara-acara

    kenegaraan seperti ada tamu dari luar daerah kita suguhkan, di

    Gua Seplawan dan Pantai Jatimalang dalam rangka hari raya,

    termasuk malam tahun baru itu Dolalak semua di Alun-alun,” kata

    Bapak Triyuliana selaku perwakilan dari Dinas DIKBUDPORA

    bagian kebudayaan.

  • 48

    Gambar 16. Salah Satu Acara yang Diadakan oleh Dinas

    DIKBUDPORA

    Dengan adanya kegiatan tersebut, selain untuk memberitahu kepada

    masyarakat tentang Kesenian-Kesenian yang ada di Purworejo, kegiatan

    itu juga bertujuan untuk menyentuh kesenian-kesenian yang belum

    tersentuh.

    “Selama ini kan grup-grup kesenian di daerah-daerah masih ada

    yang belum tersentuh oleh kita, saya harapkan grup kesenian yang

    ada di Kabupaten Purworejo dengan cara ini dapat tersentuh8.”

    Media cetak (media Purworejo, Suara Merdeka, Kedaulatan Rakyat),

    Radio (Suara Irama, PDTI) juga mereka gunakan dalam

    menginformasikan kepada masyrakat bahwa mereka peduli dalam

    pengembangan Kesenian yang ada di Kabupaten Purworejo.

    “Menyampaikan bahwa dari pemerintah khususnya pemerintah

    Kabupaten Purworejo peduli dengan kebudayaan yang ada di

    daerah itu9.”

    8 Wawancara dengan Bapak Triyuliana dari Dinas DIKBUDPORA bagian Kebudayaan , pada tanggal

    7 Desember 2015. 9 Ibid.

  • 49

    Gambar 17. Suasana Penonton pada Salah Satu Pementasan Kesenian

    dalam Daerah “Kesenian Tari Dolalak” di Gedung Kesenian Sarwo

    Edhie Wibowo.

    2. Sanggar Tari Prigel

    Sanggar Prigel berdiri pada tanggal 20 Mei 1985. Awal mulanya

    sanggar ini berdiri sesuai dengan Padepokan Bagong. Di Sanggar ini tidak

    hanya mengajarkan tari kreasi baru ataupun tradisional klasik, tetapi juga

    mengajarkan tari tradisional kerakyatan.

    “Kami baru pulang dari Padepokan Bagong jadi materinya masih

    sesuai dengan Padepokan Bagong, produksi Bagong Sudiarjo.

    Sebenarnya dalam program kami tidak hanya memeplajari tari

    kreasi baru atau tradisional klasik, tetapi juga tari tradisional

    kerakyatan. Karena Purworejo punya khas tari tradisional

    kerakyatan Dolalak, maka kami mengajarkan Dolalak kepada

    anak-anak,” kata Ibu F. Untariningsih.

    Pada tahun 90an, Sanggar menghadirkan Bapak R. Tjipto Siswojo

    yang berasal dari Kaliharjo untuk mengajar Tari Dolalak. Dan pada tahun

    95, untuk pertama kalinya Sanggar Tari Prigel dipilih untuk mengikuti

    festival menarikan tarian Dolalak mewakili Purworejo.

    “Ketika kami sudah bisa menampilkan Dolalak, kemudian dilirik

    oleh Pemerintah dan dipilih untuk mewakili Purworejo dalam

    Festival Tari Kerakyatan Tingkat Provinsi pada tahun 1995. Dari

  • 50

    situ kami menjadi juara satu Tingkat Provinsi, jadi pisan melu

    langsung nyantel10

    .”

    Dalam tiap pementasannya, Sanggar Tari Prigel ingin

    menyampaikan dan mengajak masyarakat agar peduli dengan Kesenian

    khas Kabupaten Purworejo ini. Dengan adanya kepedulian akan membuat

    masyarakat cinta dan mendukung kebudayaan sendiri.

    “Awalnya secara umum peduli dulu, kalau sudah peduli ada yang

    peduli itu menjadi cinta, ada yang sudah cinta kemudian peduli-

    mencari. Dan ayo bersama-sama dengan kami. Peduli namun tidak

    memiliki bakat seni ya setidaknya mendukung menjadi penonton

    yang baik, menjadi relawan perhatian berupa kasih maupun

    financial11

    .”

    Sanggar ini menggunakan media youtube untuk memperkenalkan

    Kesenian Tari Dolalak kepada masyarakat, serta mengajak masyarakat

    untuk peduli dengan Kesenian khasnya.

    Gambar 18. Youtube Sanggar Tari Prigel

    10

    Wawancara dengan Ibu F. Untariningsih selaku pamong budaya Dinas DIKBUDPORA dan pendiri Sanggar Tari Prigel, pada tanggal 5 Desember 2015. 11

    Ibid.

  • 51

    Dari adanya pementasan baik di dalam maupun luar kota, dapat menjadi

    bahan bagi para media cetak; elektronik; maupun online untuk membuat

    berita dan menyebarkan informasi mengenai Kesenian Tari Dolalak.

    Menurut Ibu F. Untariningsing, Sanggar yang beliau dirikan ini sering

    membuat trik-trik baru sehingga para pencari berita/wartawan tertarik.

    Sanggar beliau juga menjalin hubungan yang baik dengan para pencari

    berita/wrtawan. Hal ini juga dapat membantu Sanggar Tari Prigel dalam

    menginformasikan kepada masyarakat agar peduli dengan Keseniannya

    sendiri.

    Gambar 19. Berita di beberapa Media tentang Sanggar Tari Prigel

    Media-media tersebut cukup efektif dalam menyampaikan pesan

    dari Sanggar tersebut kepada masyarakat, khususnya masyarakat

    Kabupaten Purworejo. Hal ini terbukti dengan cukup banyak yang tertarik

    untuk bergabung bersama Sanggar ini yaitu sebesar 203 siswa.

  • 52

    Gambar 20. Suasana Latihan Tari Dolalak Anak untuk Ujian dan

    Pagelaran Tari Sanggar Tari Prigel

    3. Kelompok Dolalak Budi Santoso

    Kelompok Dolalak Budi Santoso berdiri pada tanggal 5 Agustus

    1936 di Desa Kaliharjo. Kelompok ini sempat mengalami pasang surut,

    hingga akhirnya dapat kembali bangkit dan mempertahankan Kesenian

    Tari Dolalak hingga saat ini. Dalam tiap pementasannya, kelompok ini

    ingin menyampaikan kepada masyarakat untuk tetap mempertahankan

    pakem Kesenian Tari Dolalak khususnya Dolalak Putra dan

    melestarikannya.

    Kelompok ini secara langsung belum menggunakan media apapun

    untuk menginformasikan tentang Kesenian Tari Dolalak.

    “Sampai sekarang belum. Saya tidak mau karena kalau kita

    ditanggap terus kasihan anak sekolah. Anak sekolah kan belum

    tahu resikonya nanti kedepannya gak lulus atau gimana. Takut

    keteteran. Kalau disini lebih dari mulut ke mulut atau saat

    pementasan. Waktu pentas di Sarwo Edhi ada yang nanya kalau

    nanggap berapa dan minta nomor hpnya12

    .”

    Namun, mereka bekerjasama dengan Sanggar Tari Prigel dalam

    pembuatan beberapa video tarian Dolalak Putra yang akhirnya

    dipublikasikan melalui Youtube. Mereka lebih memanfaatkan waktu

    pementasan untuk menginformasikan tentang Kesenian Tari Dolalak

    12

    Wawancara dengan Bapak Bambang Ismanto selaku Ketua Kelompok Budi Santoso Kaliharjo, pada tanggal 14 Desember 2015.

  • 53

    kepada masyarakat. Meskipun mereka hanya memanfaatkan waktu

    pementasan dan dari mulut ke mulut saja, tetapi pesan mereka tentang

    mempertahankan pakem Kesenian Tari Dolalak tetap sampai kepada

    masyarakat

    Gambar 21. Video Kerjasama antara Sanggar Tari Prigel

    dengan Kelompok Budi Santoso.

    4. Kelompok Dolalak Arum Sari

    Kelompok Dolalak Arum Sari berdiri pada tanggal 16 Desember

    2010 di Desa Brenggong. Kelompok ini memiliki Dolalak Putri yang

    ingin menyampaikan pesan kepada masyarakat untuk menerima tarian

    yang merupakan ciri khas Kabupaten Purworejo.

    “Agar masyarakat dapat menerima tarian Dolalak yang

    merupakan ciri khas Purworejo, untuk diuri-uri karena merupakan

    kebudayaan asli Purworejo. Daerah lain bisa menerima masa

    masyarakat sendiri tidak,” kata Ibu Eni Nurwahyuningsih selaku

    ketua Dolalak Arum Sari.

    Kelompok ini menggunakan media online Facebook, media

    elektronik televisi, dan media lainnya seperti CD serta stiker sebagai

    tempat mereka untuk menginformasikan Kesenian Tari Dolalak.

  • 54

    Gambar 22. Facebook Kelompok Dolalak Arum Sari

    Dengan adanya pesan yang disampaikan kepada masyarakat

    melalui beberapa media, diharapkan agar masyarakat mau melestarikan

    budaya yang kita miliki tersebut.

    “Kita harus melestarikan budaya karena kita punya itu (Kesenian

    Tari Dolalak),” menurut Ibu Meisyati, salah satu penikmat

    Kesenian Tari Dolalak.

    5.2 Strategi Bertahan Kesenian Tari Dolalak menurut Talcott Parsons

    (AGIL)

    1. Dinas DIKBUDPORA bagian Kebudayaan

    Menurut Bapak Triyuliana, Kesenian Tari Dolalak saat ini sudah

    banyak yang dimodifikasi , baik dari cara menarinya maupun tembang-

    tembang yang dibakan dan sudah tidak seperti kesenian tradisional zaman

    dulu.

    “Kebanyakan kalau Kesenian Dolalak saat ini sudah dimodif.

    Rata-rata tidak seperti kesenian tradisional zaman dulu, seperti

  • 55

    cara menarinya dan tembang-tembangnya sekarang ada yang

    campursari. Padahal harapan kami justru yang tradisional13

    .”

    Dari wawancara saya dengan Bapak Triyuliana juga diketahui bahwa

    pernah saat ada suguhan Tari Dolalak untuk tamu yang datang, salah

    seorang tamu berkata “kok Tari Dolalaknya Purworejo sekarang begini

    ya.” Pihak Dinas pun tidak tinggal diam melihat banyaknya pengaruh-

    pengaruh yang membuat Kesenian Tari Dolalak saat ini berubah. Dinas

    sudah memiliki rencana untuk membina kelompok-kelompok kesenian

    yang sudah mulai dimodifikasi.

    “Kita masih punya rencana untuk tahun depan mengundang

    kelompok-kelompok yang sudah dimodif untuk workshop agar tari

    tradisionalnya tidak dihilangkan14

    .”

    Dinas DIKBUDPORA bagian Kebudayaan ini memiliki hubungan

    yang baik dengan sanggar maupun kelompok-kelompok kesenian yang ada

    di Kabupaten Purworejo. Mereka selalu membina dan memberi bantuan

    kepada kelompok-kelompok yang membutuhkan.

    “Kalau dari dinas kami hubungannya dengan seperti sanggar,

    grup-grup kesenian Cuma membina. Kita membina dan memberi

    bantuan kepada kelompok-kelompok yang memberi proposal

    kepada kami dan sesuai dengan laporan dari para pamong

    budaya. Sementara karena dananya tidak mencukupi, untuk tahun

    ini Cuma 36 kelompok yang kami bina15

    .”

    Harapan dinas untuk kesenian-kesenian yang ada di kabupaten

    Purworejo, khususnya Kesenian Tari Dolalak adalah agar semakin maju

    dan paling tidak setiap desa atau kelurahan sudah membentuk kelompok

    Kesenian Tari Dolalak.

    13

    Wawancara dengan Bapak Triyuliana dari Dinas DIKBUDPORA bagian Kebudayaan, pada tanggal 7 Desember 2015. 14

    Ibid. 15

    Ibid.

  • 56

    Gambar 23. Narasumber Bapak Triyuliana

    2. Sanggar Tari Prigel

    Dalam perkembangannya, Kesenian Tari Dolalak di Sanggar Tari

    Prigel mengalami beberapa perubahan. Baik dari gerakan maupun kostum

    yang digunakan. Awalnya Sanggar Tari Prigel hanya mengemas bunga

    rampai, yaitu mengambil beberapa tarian kemudian digabung, misalnya 5

    tarian digabungkan. Setelah itu Sanggar sudah mulai berani untuk

    memvariasi dengan diberi interval-interval. Tahap berikutnya, Sanggar

    sudah mulai untuk mengeksplorasi gerakan-gerakan tanpa meninggalkan

    akarnya dan tetap menjadikan Dolalak Tradisi sebagai pijakannya.

    “Karya eksplorasinya mbak Nia bernuasa Kekinian tapi itu tetap

    Dolalak. Kekinian ini bisa waktu maupun umur. Untuk anak2 ya

    koreonya mendekati anak-anak. Remaja suka berdadan ditambah

    gerakan bersolek, bersendagurau bersama, tapi pijakannya tetap

    Dolalak,” kata Ibu F. Untariningsih.

    Kostum yang digunakan pun sudah mulai divariasi dengan warna-

    warna yang cerah dan model yang baru, namun tetap berpatok pada

    kostum yang sebelumnya dengan tidak menghilangkan beberapa ciri khas

    dari kostum Kesenian Tari Dolalak. Beberapa hal yang pasti dan harus ada

    dalam kostum Kesenian Tari Dolalak yaitu rumbai-rumbai, gambar untu

  • 57

    walang dan geblekan, dan disisi belakang pakaian terdapat gambar sesuai

    dengan kelompok masing.

    Visi dan misi sanggar ini adalah melestarikan dan mengembangkan

    kesenian khusunya seni tari dengan pola “Asih Asah Asuh”.

    “Jadi kami kasih dulu nomor 1, kemudian kalo sudah nyambung

    kasihnya, kemudian mengasah dan mengasuh. Diasah rasane,

    diasah kepinteranne, diasah etikanya. Diasuh, diarahkan kamu

    harunya menjadi perias, kamu selain bisa merias juga bisa

    menjadi penari.

    Saya bukan selaku guru yang mengajari, saya tidak mengajar

    secara tutorial tapi prosesnya bareng saling belajar bersama-

    sama16

    .”

    Dalam melestarikan dan mengembangkan seni tari, Ibu Untariningsing

    tidak memiliki target sampai kapan hal itu berhenti dilaksanakan.

    “Kami sudah melakukan tapi untuk targetnya tidak ada, seni itu

    sulit dicari targetnya terus saja melestarikan. Seni itu tidak tau

    awalnya kapan apalagi akhirnya. Seni itu ada di dalam hidup17

    .”

    Hubungan antara sesama pengurus maupun antar sesama penari

    terjalin dengan baik dan dekat. Sesama pengurus maupun anggota Sanggar

    memiliki hubungan yang dekat sama seperti keluarga, baik dari yang tua

    hingga yang termuda. Hubungan baik ini tidak hanya berlangsung diantara

    sesama pengurus maupun anggota, tetapi juga berjalan di luar lingkungan

    sanggar yaitu antara sanggar dengan sanggar lainnya, dinas-dinas terkait,

    kelompok-kelompok kesenian yang ada serta sekolah-sekolah.

    “Kami tidak hanya interen sanggar kok, tapi keluar sanggar. Kasih

    itu berlaku ke semua, dengan grup-grup dolalak, grup-grup

    apapun yang tradisional. Missal mereka kesulitan membuat paket

    padat, kami membantu. Konsultasi kostum.

    Mereka kesulitan paket padat dengan pola lantai, kan yang

    berjam-jam dikemas menjadi paket padat berapa menit kan sulit.

    16

    Wawancara dengan Ibu F. Untariningsih selaku pamong budaya Dinas DIKBUDPORA dan pendiri Sanggar Tari Prigel, pada tanggal 5 Desember 2015. 17

    Ibid.

  • 58

    Kalo sudah penggarapan biasa mereka kesulitan. Sekolah juga

    sering minta tolong18

    .”

    Dalam menghadapi lingkungan sekitar yang berubah-ubah, pihak

    Sanggar menganggap setiap adanya masalah dari pihak luar sebagai

    kerikil-kerikil yang cukup untuk dijadikan pelajaran dan masukan/refleksi

    agar mereka semakin menjadi lebih baik. Mereka juga menerapkan prisip

    legowo kepada setiap pengurus dan anggotanya, sehingga saat mereka

    dikhianati, dikritik/diejek mereka tetap dapat menerima dan mengasihi

    karena tidak ada orang yang sempurna. Ibu F. Untariningsing mengatakan

    akan selalu berusaha mempertahankan Kesenian Tari Dolalak sampai

    kapan pun. Dan mengajak semua kalangan untuk bersama-sama

    menjaganya.

    “Karena dasarnya cinta jadi sulit untuk berhenti.Karena mencintai

    kami akan terus berkarya. Awalnya tiddk mengenal, semakin

    dalam mengenal semakin mencintai dan semakin tidak bisa lepas.

    Seperti merawat tanaman, kok daunnya layu ya diberi pupuk2.

    Menjaga, memelihara.

    Harapannya tetap eksis dan tetap dicintai oleh pemiliknya dan

    dicintai oleh khalayak luas karena Dolalak bisa diterima di semua

    kalangan. Kita rawat bareng-bareng19

    .”

    Gambar 24. Narasumber Ibu F. Untariningsing

    18

    Ibid. 19

    Ibid.

  • 59

    3. Kelompok Dolalak Budi Santoso

    Awal mula munculnya kelompok Dolalak Budi Santoso, kelompok

    ini membawakan tarian Dolalak dengan penari Putra dan akhirnya

    mencoba mencampur Dolalak putra dan putri. Penari putra diletakkan di

    depan dan di belakangnya penari putri. Dan akhirnya sekitar tahun 1986an,

    kelompok Budi Santoso mulai mementaskan Dolalak Putri. Hingga saat ini

    Dolalak Putra dan Dolalak Putri di kelompok ini masih sering tampil di

    beberapa acara, baik acara festival, tujuh belasan maupun tanggapan.

    Kostum yang digunakan oleh kelompok ini masih sesuai dengan

    kostum awalnya tanpa memvariasi warna atau bentuk pakaian. Musik yang

    digunakan pada saat Dolalak Putra maasih sama seperti pakemnya yaitu

    jidur, terbang, dan kendang tanpa menambah alat musik modern. Berbeda

    halnya dengan Dolalak Putrinya, Dolalak Putri di kelompok ini sudah

    mulai mengikuti keinginan pasar. Alat musik yang digunakan pun sudah

    ditambah dengan orgen, bass gitar, serta sudah mulai memperbanyak lagu

    campursari setelah trance (jika diinginkan oleh penanggap, jika tidak

    hanya 2/3 lagu campursari).

    “Yang saya pertahankan pakemnya cuma Dolalak Putra kalo yang

    Dolalak Putri bebas tapi ya agak dikurangi campursarinya tapi

    kalau dari yang nanggap tidak mau kembali ke tarian dolalak ya

    gak apa-apa. Menerima masukan dari luar,” kata Bapak Bambang

    Ismanto selaku Ketua Dolalak Budi Santoso.

    Tujuan dari kelompok Budi Santoso ini adalah untuk melestarikan

    Kesenian Tari Dolalak yang sesuai dengan yang kita kehendaki.

    “Karena dari dulu ada ya jangan sampai punah,” kata Bapak

    Bambang Ismanto.

    Kelompok Budi Santoso memiliki hubungan yang cukup baik

    dengan dinas-dinas terkait, sanggar, maupun kelompok-kelompok

    kesenian yang lainnya. Kelompok ini juga baru saja ditawari oleh Biro

    Pariwisata Brenggong untuk bekerjasama menyuguhi para tamu

    wisatawan.

    “Kalau sini Dolalak Budi Santoso bagus. Dengan Sanggar Tari

    Prigel kerjasamanya dari tahun 90an. Sering diajak pentas

    kemana-mana. Lewat dinas pernah diajak ke istana presidenan.

  • 60

    Kerja sama antara Budi Santoso denga Prigel biasanya kalau

    pentasnya cuma beberapa menit pakai dari prigel tapi

    pengrawitnya dari Budi Santoso. Sini dengan Kelompok Dolalak

    Hulosob kalau kekurangan pemain saling meminjam. Sini kurang

    pemain e pak nek tak jak e main pye pak?yo ra popo20

    .”

    Dalam mempertahankan Kesenian ini, kita transparan antara

    sesama pengurus maupun anggota. Trasnparan baik maslah keuangan

    maupun masalah-masalah lainnya yang menyangkut kelompok.

    “Kalau ada masalah intern ya harus segera diselesaikan. Kalau

    ada masalah pasti selalu saya kumpulkan. Dulu harus ditelponin

    tiap malam minggu, sekarang cuma tepok tular aja mau dateng

    latihan. Kalau saya salah yo ditegor21

    .”

    Bapak Bambang Ismanto berharap untuk kedepannya ada

    kerjasama antara pihak keamanan, karang taruna setempat dan kelompok

    Dolalak agar Kesenian Tari Dolalak semakin berkembang.

    “Ya kalau harapan saya gini mungkin kenapa sekarang Dolalak

    sudah mulai berkurang karena pada saat pentas ada tawuran.

    Yang saya harapkan kita bekerjasama antar pihak keamanan,

    karang taruna lokasi pementasan, dan kelompok dolalak. Ya dari

    kesenian itu sendiri harus bisa mengatur. Kan tarian/musik itu

    membakar semangat, kalau sudah rame ya harus dipindah ke

    dolalak lagi22

    .”

    20

    Wawancara dengan Bapak Bambang Ismanto selaku Ketua Kelompok Budi Santoso Kaliharjo, pada tanggal 14 Desember 2015. 21

    Ibid. 22

    Ibid.

  • 61

    Gambar 25. Narasumber Bapak Bambang Ismanto

    4. Kelompok Arum Sari

    Awalnya Ibu Eni Nurwahyuningsih atau biasa disebut Ibu Eni

    Arum Sari menghimpun anak-anak sekolah yang mempunyai bakat tari

    untuk membentuk Kelompok Dolalak (sanggar). Tarian awal yang mereka

    bawakan yaitu tarian klasik dan akhirnya mengikuti perkembangan zaman

    ditambah dengan tari kreasi baru. Musik yang digunakan pun sudah mulai

    menyesuaikan dengan pasar. Kostum yang mereka gunakan juga sudah

    menggunakan warna-warna yang cerah.

    Visi misi dari kelompok ini yaitu menghibur masyarakat,

    mengembangkan bakat tari abak-anak, dan di samping itu juga untuk

    dikomersilkan untuk membantu ekonomi khusunya grup (tanggapan).

    Tujuan mereka untuk tanggapan sudah tercapai.

    “Alhamdulilah sampai detik ini sudah tercapai mbak. Terbukti

    dengan sudah pentas sampai ke luar kota, yang paling jauh ke

    Banjarnegara, ke Jakarta pernah23

    .”

    Hubungan Kelompok Arum Sari dengan pihak-pihak lainnya yang

    berhubungan dengan kebudayaan dan kesenian cukup baik.

    23

    Wawancara dengan Ibu Eni Nurwhyuningsih selaku Ketua Kelompok Arum Sari, pada tanggal 9 Desember 2015.

  • 62

    “Masih dibimbing dinas. Saat ada pentas keluar kami minja ijin

    dulu ke dinas. Dengan kelompok yang lainnya saling tukar

    menukar tarian. Kalo di sini kurang penari minta bantuan

    kelompok lain, kalo kelompok lain kekurangan penari kami

    bantu24

    .”

    Dalam menghadapi lingkungan sekitar, jika mereka tidak

    menyalahi aturan dan tidak mengganggu, mereka akan tetap jalan. Selain

    itu pihak pengurus kelompok Arum Sari juga membekali ajaran moral

    kepada setiap anggotanya.

    “Selama tidak menyalahi aturan dan tidak mengganggu orang dan

    lingkungan ya jalan saja. Membekali moral. Kita mau maju pasti

    ada saja ganguan dan hambatannya, jangan minder. Di samping

    belajar tari-taran juga menggembleng moral25

    .”

    Gambar 26. Narasumber Ibu Eni Nurwahyuningsih

    5. Penikmat Kesenian Tari Dolalak

    Selain Dinas DIKBUDPORA, Sanggar, serta Kelompok Dolalak,

    penulis juga mewawancarai beberapa penikmat Kesenian khususnya

    Kesenina Dolalak. Mereka mengatakan saat ini Kesenian Tari Dolalak

    mengalami beberapa perubahan baik dari pakaian yang sudah lebih sopan

    dan sudah mulai ada variasi pada gerakan serta musiknya. Kebanyakan

    24

    Ibid. 25

    Ibid.

  • 63

    dari mereka mengaku sudah mulai melihat Kesenian Tari Dolalak sejak

    dari kecil, karena mereka lahir dan tumbuh di Purworejo.

    Salah satu narasumber Ibu Meisyati mengatakan, bahwa gerakan

    dari Kesenian Tari Dolalak ini cukup menarik. Ibu ini juga merupakan

    mantan penari Kesenian Tari Dolalak saat masih duduk dibangku Sekolah

    Dasar (SD) kelas 4 hingga Sekolah Menengah Pertama (SMP).

    “Menarik. Gerakannya bisa untuk olahraga, ada daya seni

    tersendiri. Gerakannya unik,” kata Ibu Meisyati.

    Pementasan-pementasan Kesenian khususnya Kesenian Tari

    Dolalak, mereka ketahui dari radio, sanggar/ kelompok yang

    mementaskannya, serta dari orang-orang sekitar yang sudah

    mengetahuinya. Mereka mengaku dapat melihat pementasan Kesenian

    Tari Dolalak hanya pada saat event-event pendidikan, hari-hari besar, dan

    hari jadi Purworejo. Salah satu narasumber juga mengatakan bahwa saat

    ini sudah susah menemui Kesenian Tari Dolalak pada acara-acara

    tanggapan di desa mereka. Setelah melihat pementasan-pementasan

    tersebut, mereka mengatakan agar terus dapat melestarikan budaya

    khususnya melalui Kesenian.

    Ibu Era (Guru TK) salah satu narasumber mengatakan, bahwa

    sudah sejak tahun lalu pemerintah menggalakkan sosialisasi tentang

    Kesenian Tari Dolalak di Taman Kanak-Kanak (TK), Kelompok Bermain

    (KB), serta PAUD.

    “Tahun-tahun kemarin sudah ada pelatihan untuk guru-guru TK,

    KB, dan PAUD. Juga sudah dilombakan untuk TK.”

    Para narasumber beharap agar Kesenian Tari Dolalak kedepannya

    lebih sopan lagi dalam penggunanan kostum (celana), dikembangkan lagi

    jangan sampai mati, serta dapat lebih maju lagi dan lebih dikenal lagi

    sampai ke luar negeri.

  • 64

    5.3 Kaitan dengan Teori Fungsionalisme Struktural (Model AGIL)

    Menurut Talcott Parsons, jika sebuah subsistem atau masyarakat ingin

    bertahan dalam waktu yang cukup panjang harus terdapat AGIL (adaptation, goal

    attainment, integration, latency) di dalamnya.

    Adapatasi, sistem dituntut harus mampu mengatasi kebutuhan yang datang

    dari luar sistem itu. Sebuah sistem harus mampu beradapasi agar tidak kandas di

    tengah jalan. Saat ini Kesenian Tari Dolalak mengalami beberapa perubahan, baik

    dari gerakan, musik/lagu, maupun kostum yang mereka gunakan. Perubahan ini

    dianggap beberapa pihak sebagai sesuatu yang baik, tetapi juga dianggap tidak

    baik oleh beberapa pihak. Oleh karena itu, pemerintah sudah berencana untuk

    mengundang kelompok-kelompok yang sudah melakukan modifikasi dan

    melakukan workshop agar tari tradisionalnya tidak dihilangkan.

    Goal (tujuan) juga merupakan salah satu syarat yang perlu dimiliki oleh

    sebuah sistem agar dapat terus bertahan. Tujuan yang ingin dicapai adalah

    melestaraikan, mengembangkan, serta menjaga Kesenian Tari Dolalak. Dalam

    pelaksanaannya Pemerintah telah bekerjasama dengan sanggar serta kelompok

    dengan mengadakan beberapa kegiatan yang dapat mendukung tercapainya tujuan

    mereka. Mereka telah mengadakan beberapa event baik yang berkaitan dengan

    pendidikan maupun tidak, yaitu mengadakan pelatihan-pelatihan dan sosialisasi

    bagi para guru TK, mengadakan pementasan Kesenian Tari Dolalak di beberapa

    tempat wisata di Kabupaten Purworejo dan di Gedung Kesenian. Selain dengan

    adanya pementasan di Kabupaten Purworejo, pemerintah juga mendukung

    sanggar serta kelompok Kesenian Tari Dolalak untuk mengikuti/mengadakan

    pementasan di luar Kabupaten Purworejo.

    Integrasi adalah fungsi yang mengatur hubungan antar bagian yang satu

    dengan yang lainnya. Untuk mencapai tujuan di atas, Dinas DIKBUDPORA

    menjalin hubungan baik dengan sanggar maupun kelompok Kesenian Tari

    Dolalak. Mereka membina dan memberi bantuan kepada setiap kelompok yang

    membutuhkan pembinaan dan bantuan. Dinas DIKBUDPORA juga mengutus 4

  • 65

    orang pamong budaya untuk mempermudah dalam membina kelompok-kelompok

    yang ada. Satu orang pamong budaya bertugas menangani kelompok-kelompok

    yang berada di 4 kecamatan. Selain itu, sanggar serta kelompok juga memiliki

    hubungan yang baik dengan sesama sanggar ataupun kelompok. Dalam tiap

    kelompok terdapat struktur organisasi yang mengatur hubungan mereka dan tugas

    mereka di dalam kelompok tersebut.

    Latensi atau dapat dipahami sebagai pemeliharaan pola. Sistem yang ada

    harus mampu menciptakan motivasi dan pola budaya yang kemudian tertanam

    pada diri setiap individu dalam sistem tersebut. Dinas DIKBUDPORA memberi

    bantuan untuk stimulant yang dari bantuan tersebut diharapkan dapat mendorong

    kelompok untuk semakin berkembang dan maju, seperti membantu kelompok

    yang belum memiliki alat musik dengan memberikan 1 alat musik yang

    diharapkan dapat mendorong kelompok untuk mengadakan alat-alat yang lainnya.

    Selain dari Dinas, sanggar maupun kelompok Kesenian Tari Dolalak juga

    memotivasi setiap anggotanya agar semakin lebih baik di setiap penampilannya.

    Mereka juga memberikan perajalan moral kepada setiap anggotanya.

    Strategi-strategi yang digunakan Kesenian Tari Dolalak dalam

    memperthankan kesenian ini yaitu dengan cara:

    1. Strategi Modifikasi

    Dalam mempertahankan Kesenian Tari Dolalak, mereka sudah

    mulai memodifikasi baik dari musik, gerakan, serta pakaian yang

    digunakan dengan tetap berpijak pada akar Kesenian Tari Dolalak. Hal ini

    bertujuan agar para penikmat Kesenian Tari Dolalak yang muda atau

    penikmat yang suka dengan hal-hal yang modern masih tetap dapat

    menikmati kesenian ini.

  • 66

    Pakaian dan celana pada kesenian ini awalnya berwarna hitam

    dengan alasan agar saat digunakan tidak terlihat lusuh26

    , dengan hiasan-

    hiasan berwarna kuning keemasan serta untu walang berwarna merah-

    putih serta kaos kaki berwarna kuning atau merah. Namun, saat ini kostum

    Kesenian Tari Dolalak sudah mulai dimodifikasi dengan menggunakan

    warna-warna yang cerah dan model pakaian serta celananya sudah mulai

    mengikuti kebutuhan saat ini, seperti menggunakan pakaian panjang dan

    celana panjang jika yang menari menggunakan hijab.

    2. Strategi Bertahan

    Selain dengan memodifikasi kesenian, ada juga yang masih tetap

    mempertahankan kepakeman Kesenian Tari Dolalak. Strategi ini

    dilakukan agar para penikmat Kesenian Tari Dolalak yang tertarik dengan

    Dolalak Tradisi masih tetap dapat menikmatinya.

    3. Strategi Pemerintah

    Pemerintah Kabupaten Purworejo juga melakukan beberapa

    strategi agar kesenian ini masih dapat bertahan yaitu dengan menjadikan

    Kesenian Tari Dolalak sebagai ekstrakulikuler di sekolah-sekolah yang

    telah berjalan beberapa tahun ini. Selain itu, pemerintah juga mengadakan

    sosialisasi dan pelatihan bagi guru-guru TK, Kelompok Bermain, dan

    PAUD agar para guru-guru dapat mengajarkannya kepada para murid

    mereka. Sebelumnya, Kesenian Tari Dolalak juga sempat dijadikan

    muatan lokal pada kurikulum Sekolah Dasar di Kabupaten Purworejo

    (Kedaulatan Rakyat 12 Desember 1996). Namun, menjelang akhir tahun

    1996, sekelompok orang Islam Purworejo datang ke kantor DPRD untuk

    memprotes keberadaan tari Dolalak karena masuk kurikulum sekolah. Inti

    protes tersebut yaitu hanyalah mengenai permasalahan celana pendek yang

    26

    Sentri Captian Ningsih. 2013. Tari Dolalak sebagai Identitas Masyarakat Kabupaten Purworejo. Halaman 159.

  • 67

    dipakai oleh para penarinya yang menurut mereka terlalu “seronok” dan

    “hot”27

    .

    Pemerintah Kabupaten Purworejo melalui Dinas Pendidikan dan

    Kebudayaan melakukan pembinaan dan pelatihan hingga sekolah-sekolah

    di seluruh Kabupaten Purworejo, bahkan telah dipentaskan secara missal

    oleh siswa pada Peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun 2009 di Alun-

    alun Purworejo dan seluruh Kecamatan se-Kabupaten Purworejo dengan

    jumlah peserta 2.100 anak di Alun-alun dan sekitar 16.000 siswa di semua

    kecamatan. Selain itu, kesenian ini juga sudah diterapkan pada kegiatan

    Pramuka di Kabupaten ini. Kesenian Tari Dolalak telah dipentaskan oleh

    para peserta Kwarcab Gerakan Pramuka Kabupaten Purworejo yang

    mengikuti lomba tingkat (LT) IV Penggalang Kwarda XI Gerakan

    Pramuka Jawa Tengah di bumi perkemahan “Candra Birawa” Gunung Pati

    Kabupaten Semarang28

    .

    27

    Sutiyono. Memodifikasi Busana Seni Tradisi Dolalak Bermasalah. Halaman: 152-153. 28

    Sumber: http://purworejokab.go.id