Upload
lydien
View
229
Download
2
Embed Size (px)
Citation preview
87
Bab V
Pilar Pendukung Pemberdayaan Masyarakat
Desa Tlogoweru
Apabila Bab IV merupakan pemaparan hasil penelitian
lapangan berupa temuan empiris tentang bagaimana peranan para agen
perubahan yang mampu menginspirasi dan memotivasi masyarakat
desa Tlogoweru sehingga terjadi proses pemberdayaan masyarakat yang
dapat menghasilkan kemajuan dalam pembangunan masyarakat
mereka. Maka pada Bab ini, penulis melengkapinya dengan hasil
penelitian lapangan berupa temuan empiris bagaimana para agen
perubahan mampu menggalang partisipasi aktif dari masyarakat desa
Tlogweru untuk mendukung pemberdayaan masyarakat dengan pilar-
pilar pendukungnya, yaitu program pengembangan Sumber Daya
Manusia (SDM) berupa program-program pelatihan ketrampilan
praktis bagi masyarakat desa Tlogoweru yang diimplementasikan
melalui Lembaga Pelatihan Kerja Swasta (LPKS). Bab ini mengulas
enam kelompok atau bidang pelatihan ketrampilan sebagai tiang
penopang pemberdayaan masyarakat desa Tlogoweru. Keenam
ketrampilan tersebut adalah; ketrampilan jahit menjahit, ketrampilan
komputer, ketrampilan pengembangan pertanian, ketrampilan
pengembangan usaha peternakan sapi, ketrampilan penangkaran dan
pembudidayaan burung Tyto Alba, dan ketramplan sablon. Dengan
demikian bab ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi siapa saya
yang berminat melakukan pemberdayaan masyarakat sehingga
memiliki kemampuan lebih baik dalam hal meningkatkan partisipasi
masyarakat melalui program-program ketrampilan praktis yang
menjadi tiang penopang yang mendukung keberhasilan pemberdayaan
masyarakat secara efektif.
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru
88
Program Pelatihan Ketrampilan di Lembaga Pelatihan Kerja
Swasta (LPKS) Sebagai Jawaban Atas Kebutuhan
Pengembangan SDM di Desa Tlogoweru
Sebagaimana diuraikan dalam Bab Pendahuluan, bahwa
pemberdayaan masyarakat yang efektif merupakan syarat yang harus
dipenuhi untuk mencapai keberhasilan dalam pembangunan
masyarakat, sebagaimana telah diungkapkan Ife dan Tesoriero (2008)
bahwa suatu pembangunan masyarakat (Community Development) dapat disebut berhasil dengan efektif apabila masyarakat dimana
pembangunan tersebut berlangsung telah dilengkapi pula dengan
pendidikan atau pembelajaran berupa ketrampilan-ketrampilan yang
akan melengkapi dan memampukan masyarakat setempat untuk
berpartisipasi aktif dalam menjalankan pembangunan masyarakat
tersebut. Gouzali (2000:596) lebih lanjut menegaskan bahwa:
“Pengembangan SDM (Sumber Daya Manusia) merupakan bagian yang harus dilaksanakan organisasi, agar pengetahuan (knowledge), kemampuan (ability), dan ketrampilan (skill) mereka sesuai dengan tuntutan pekerjaan yang mereka lakukan. Dengan kegiatan pengembangan ini, maka diharapkan dapat memperbaiki dan mengatasi kekurangan dalam melaksanakan pekerjaan dengan lebih baik, sesuai dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang digunakan oleh organisasi.”
Adapun bentuk pengembangan SDM yang perlu diadakan
dalam rangka pemberdayaan masyarakat yang efektif tersebut meliputi,
antara lain: (1) Kemampuan untuk mendapatkan informasi, yaitu
berupa pembelajaran tentang bagaimana masyarakat memiliki akses
yang mandiri untuk memperoleh informasi yang mereka perlukan
dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelatihan pemberdayaan
masyarakat. Informasi bisa berupa komunikasi langsung dengan para
tutor, internet atau media cetak dan buku-buku. (2) Keterampilan
kognitif yang tinggi, berupa pembelajaran yang memenuhi kriteria
pendidikan yang memadai. Pendidikan atau pelatihan yang dijalankan
haruslah berupa kurikulum atau program pelatihan yang konkrit dan
memadai sesuai dengan standard subyek pendidikan yang diberikan.
Pilar Pendukung Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru
89
Dengan demikian setiap anggota masyarakat yang terlibat
berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat tersebut mampu
memiliki ketrampilan-ketrampilan kognitif yang tinggi atau sesuai
dengan kriteria dan standard subyek pendidikan atau pelatihan yang
mereka terima. (3) Kemampuan menggunakan strategi dalam
memecahkan masalah, yakni ketrampilan praktis pemecahan solusi-
solusi dari problema-problema yang ada dalam proses pemberdayaan
masyarakat, antara lain; problema interaksi antar anggota masyarakat,
sikap dan budaya masyarakat, masalah-masalah teknis peralatan, atau
masalah hubungan kerja birokrasi, dllnya. (4) Kemampuan
menentukan tujuan yang ingin dicapai, berupa pembelajaran berupa
pendidikan atau pelatihan yang mencangkup pembekalan bagi setiap
peserta didik untuk memiliki dasar-dasar pengetahuan masalah
kepemimpinan dan manajemen umum, khususnya tentang
pengetahuan praktis dalam hal pemahaman tentang visi-misi, masalah
penetapan goal-setting dan strategi kerja. (5) Mengevaluasi hasil belajar
sendiri, yaitu memfasilitasi agar anggota masyarakat yang berpartisipasi
dalam proses pembelajaran harus pula mampu memiliki dasar-dasar
pembelajaran yang sustainable, yaitu pembelajaran yang melakukan
evaluasi atas kinerja suatu pelaksanaan program kerja. Dengan
demikian mereka akan mampu bertanggungjawab terhadap diri
sendiri, orang lain dan terhadap lingkungan hidup disekitar mereka. (6)
Adanya motivasi untuk belajar, berupa kegiatan belajar yang bukan
hanya menyangkut aspek fisik manusia, namun juga aspek kognitif
serta aspek mentalnya. Hal amat perlu, karena seringkali dalam proses
belajar-mengajar terjadi kejemuan atau bahkan stagnasi baik fisik
maupun mental peserta pendidikan. Sebab itu, peranan para tutor
pembelajaran memiliki peranan yang penting, mereka dituntut bukan
hanya sebagai penyampai materi-materi pendidikan, namun terlebih
lagi, mereka harus berperan sebagai para motivator kepada setiap
anggota masyarakat peserta pembelajaran tersebut. Dan (7) Adanya
kemampuan untuk memahami diri sendiri, berupa pendidikan atau
ketrampilan dasar tentang pengenalan diri, seperti; tingkat
intelegensia, kemampuan abstraksi, logika dan daya tangkap; Sikap
kerja, seperti ketekunan, ketelitian, tempo kerja dan daya tahan
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru
90
terhadap stress; pelatihan lainnya adalah pembinaan kepribadian,
seperti memahami pola dari keseluruhan kemampuan, perbuatan dan
kebiasaan serta pengenalan pada temperamen dan karakter pribadi.
Dalam kasus pemberdayaan masyarakat di desa Tlogoweru,
kepentingan adanya pengembangan SDM menjadi isu yang serius
dalam proses pembangunan masyarakatnya. Hal ini terlihat dari
keberadaan gedung “Santosa” yang diresmikan oleh Bupati Demak, H.
Tafna Zani, pada 19 Juni 2010, sebagai tempat dimana LPKS “Sejahtera
Bersama” beroperasi.
Pembangunan gedung “Sentosa” sebenarnya merupakan
sebagai pemenuhan kebutuhan akan sebuah tempat pelatihan bagi
program pemberdayaan bagi para ibu-ibu desa Tlogoweru yang telah
diadakan pada pertengahan tahun 2009 yang disponsori oleh ibu
Elisabeth dengan mendatangkan seorang dua orang guru menjahit dari
Semarang. Tujuan dari pelatihan tersebut adalah memberi ketrampilan
bagi ibu-ibu agar dapat membuat pakaian bagi anak-anak mereka
sehingga bisa menghemat pengeluaran biaya keluarga. Pelatihan ini
pada awalnya diikuti oleh empat orang ibu kemudian setelah berjalan
sekitar tiga bulan mulai menarik minat dan diikuti oleh dua belas
peserta yang meliputi para ibu dan wanita muda, kemudian pelatihan
ditambah dengan pelatihan membaca menulis bagi anak-anak pra SD,
kemudian pelatihan komputer sebagai respon atas kebutuhan
pengembangan perkantoran desa. Dan oleh karena semakin banyaknya
peminat dalam pelatihan-pelatihan sebagai upaya pengembangan SDM
bagi pembangunan masyarakat desa Tlogoweru, maka pada akhir tahun
2009 dimulailah program pembelian lahan dan pembangunan gedung
“Santosa.” Dan proyek pembangunan tersebut dipercayakan kepada
Pak Hizkia Totok dibantu oleh pak Philip (alm), suami ibu Elisabeth
dan didukung oleh pak Soetedjo selaku kepada desa sebagai pelaksana
pembangunan hingga selesai dengan dana 120 juta rupiah yang didapat
dari donatur melalui tim Putri Sion Semarang.
Sejak peresmian gedung “Santosa” maka program-program
pelatihan yang dicanangkan oleh LPKS lebih berkembang, antara lain :
1) Pelatihan Ketrampilan Menjahit, 2) Pelatihan Ketrampilan
Pilar Pendukung Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru
91
Komputer, 3) Pelatihan Ketrampilan Pertanian, 4) Pelatihan
Ketrampilan Peternakan, 5) Pelatihan Ketrampilan Pembudidayaan
burung Tyto Alba (Burung Hantu Jawa Serak), dan 6) Pelatihan
Ketrampilan Penyablonan.
Sumber: brosur LPKS
Gambar 5.1 Logo LPKS Desa Tlogoweru
Pelatihan Ketrampilan Menjahit
Pelatihan ketrampilan jahit-menjahit pada mulanya harus
dilaksanakan setiap hari Senin dan Rabu mulai dari pukul 9 pagi hingga
jam 2 siang bahkan seringkali hingga menjelang sore hari. Hal ini
disebabkan karena antusiasme warga masyarakat, khususnya remaja
putri dan ibu-ibu yang amat berhasrat untuk mampu terampil dalam
membuat baju-baju mencapai jumlah peserta sebanyak 97 orang.
Semua bahan dan peralatan jahit telah disediakan oleh ibu Elisabeth
dan timnya, sedangkan ibu Sri Suwarti memegang peranan sebagai
koordinator lapangannya.
Ketrampilan menjahit yang diajarkan adalah ketrampilan dasar
membuat pola pakaian hingga membuat sebuah pakaian yang cukup
modis. Semua peserta LPKS untuk pelatihan jahit ini tidak dipungut
biaya sepeserpun, namun sebagai rasa solidaritas timbal-balik, mereka
menyatakan kesiapannya dengan membantu LPKS jika mendapat
orderan pembuatan pakaian dengan tidak menerima upah harian/uang
makan. Ketrampilan yang cukup dibanggakan adalah hampir semua
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru
92
peserta telah mampu membuat baju tidur, celana pendek, seragam
sekolah, seragam dinas, dan ketrampilan pengoperasian mesin obras.
Para pengajar atau tutor pelatihan jahit ini adalah para
sukarelawan dari anggota jemaat gereja-gereja di Semarang yang
berkompetensi dalam bidang ketrampilan jahit-menjahit, bahkan ada
dari antara pengajar adalah merupakan staff ahli utusan dari kalangan
pengusaha garmen untuk memberi pelatihan secara intensif. Adapun
materi pelatihan menjahit meliputi pengetahuan dasar menjahit: Pola
dasar wanita, Pembuatan busana wanita, seperti daster, blus, rok, kulot,
busana kerja wanita, baby dol.
Kemudian ketrampilan dasar menjahit, meliputi menjahit:
busana anak wanita, busana anak pria, pantalon, kemeja pria, busana
wanita, piyama. Pada pelatihan tingkat mahir, meliputi ketrampilan
menjahit: busana pesta wanita, pembuatan jas sederhana pria,
pembuatan busana kerja wanita sistem tailoring, dan pembuatan
busana daerah.
Sumber: Yusuf
Gambar 5.2 Suasana salah satu sudut pelatihan menjahit
Di samping para peserta pelatihan memiliki kemampuan
membuat pakaian untuk kebutuhan sendiri atau keluarga, hasil
pelatihan jahit-menjahit juga memotivasi ibu-ibu peserta didik untuk
membentuk kelompok kerja usaha konveksi skala kecil, yakni
menerima beberapa kodi pakaian seragam dari suatu perusahaan cat
tembok yang ada di kabupaten Demak.
Pilar Pendukung Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru
93
Pelatihan Ketrampilan Komputer
Program kurikulum awal yang diterapkan di LPKS adalah
pelatihan dasar menjahit dan komputer. Namun pelatihan komputer
menyedot perhatian masyarakat secara spektakuler, yakni ada 143
warga yang mendaftarkan diri sebagai peserta didik untuk program
pendidikan kommputer yang terdiri dari pak kades Soetedjo pribadi
bersama hampir seluruh aparat anggota perangkat desa mulai dari
camat, kodim, danrem, segenap staff kantor kepala desa dan puluhan
kaum pemuda-pemudi. Sdr. Erik dipercaya sebagai koordinator bidang
pelatihan komputer sempat kewalahan berpontang-panting mengatur
jalannya pelatihan komputer, ungkapnya:
“saya sampai bingung bagaimana cara mengaturnya … ya jalan apa adanya, karena komputer ketika itu masih cuman 6 biji”.
Para pengajar atau tutor adalah sukarelawan dari anggota
jemaat beberapa gereja di Semarang yang memang mumpuni tentang
masalah perkomputeran. Sarana fisik berupa hardware komputer meja
semuanya disediakan dan didanai oleh ibu Elisabeth dan tim
pelayanannya. Adapun kurikulum dasar yang diterapkan adalah:
Modul 1: Pengenalan Komputer, meliputi; mengenal dasar-dasar
perangkat komputer, apa itu Sistem Operasi? (Windows), apa itu File,
Folder dan Directories, mengenal Port-port pada komputer.
Modul 2: pengenalan tentang Network dan Akses Internet, memahami
mesin pencari situs atau Website (misalnya: Google), bagaiman men-
Download dan meng-Instal Program, belajar Picture Editor (2 sesi).
Modul 3: pengenalan tentang apa dan teknik-teknik Email, membuat
pesan baru pada Email.
Modul 4: pengenalan tentang OS Windows dan Program Microsoft Word, dasar-dasar aplikasi Ms.Word (2 sesi), membuat dokumen di
Ms.Word (3 sesi), membuat surat dan kop surat perusahaan (3 sesi),
membuat Table (2 sesi).
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru
94
Pelatihan komputer merupakan pelatihan yang transformatif,
karena dari hasil pelatihan inilah terlahirkanlah momentum baru bagi
pembangunan masyarakat desa Tlogoweru, karena dari pelatihan
pengetahuan dan aplikasi komputer tentang apa dan bagaimana
menjelajah dunia internet, pak kades Soetedjo berhasil menemukan
suatu terobosan dalam pemecahan masalah laten wabah hama tikus
yang sudah puluhan tahun menghantui masyarakat pertanian desa
Tlogoweru, yakni dengan ditemukannya situs tentang burung Tyto
Alba sebagai predator hama tikus.
Dari hasil pelatihan komputer ini pula, sistim kerja kantor
kepala desa mengalami pembenahan cara kerja administrasi ke arah
yang lebih efisien, karena semua data, pembuatan surat dan dokumen
dikerjakan dengan komputer. Dan oleh karena memiliki kemampuan
membuat presentasi dengan power point, maka pak Sumanto, selaku
sekretaris desa sering diundang untuk membawakan presentasi laporan
pembangunan di dusun-dusun sekitar. Pak Sumanto juga mulai mahir
dalam pembuatan desain situs blogspot Desa Tlogoweru (lihat:
tlogoweru.blogspot.com) sehingga mempermudah sosialisasi dan
publikasi berkenaan dengan program-program pembangunan desa
Tlogoweru.
Sumber: Yusuf
Gambar 5.3 Ruangan LPKS pelatihan komputer
Pilar Pendukung Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru
95
Pelatihan Ketrampilan Pertanian
Masyarakat pertanian terutama anggota tani dari kelompok-
kelompok tani menerima pelatihan dan pendidikan intensif tentang
metode pertanian yang terbaru agar bisa mengolah tanah pertanian
dengan lebih benar dan lebih berproduktif secara maksimal. Pelatihan-
pelatihan yang diprogramkan berupa pendidikan intensif pengetahuan
dasar pertanian dari para pakar pertanian dari beberapa universitas di
Indonesia, termasuk salah satunya adalah dari UKSW Salatiga.
Pelatihan juga dijalankan melalui studi banding, program
lainnya adalah mendatangkan prakstisi pertanian dari lembaga-
lembaga penelitian dan pengembangan pertanian baik dari instansi
pemerintah maupun swasta yang berkompeten di bidang pertanian,
salah satunya adalah dari PT Sido Muncul.
Tujuan pelatihan, antara lain:
1) Menyediakan acuan pelaksanaan penanaman padi dan jagung
melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan
dengan pendekatan kawasan skala luas untuk mendukung
kegiatan peningkatan produksi panen padi dan jagung di desa
Tlogoweru;
2) Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan pelaksanaan
penanaman padi dan jagung melalui pola pertumbuhan,
pengembangan dan pemantapan dengan pendekatan kawasan
skala luas, antara Pusat, Provinsi dan Kabupaten/Kota;
3) Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perubahan
sikap petani guna mempercepat penerapan komponen
teknologi tanaman padi dan jagung dalam usaha taninya agar
replikasi/penyebarluasan teknologi ke petani sekitarnya
berjalan lebih cepat;
4) Meningkatkan produktivitas, produksi dan pendapatan serta
kesejahteraan petani padi dan jagung.
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru
96
Adapun sasaran pelatihan adalah:
1) Tersedianya acuan pelaksanaan tanaman padi dan jagung
melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan pemantapan
dengan pendekatan kawasan skala luas untuk mendukung
kegiatan peningkatan produksi panen padi dan jagung di desa
Tlogoweru;
2) Terkoordinasinya dan terpadunya pelaksanaan penanaman padi
dan jagung melalui pola pertumbuhan, pengembangan dan
pemantapan dengan pendekatan kawasan skala luas antara
pusat, provinsi dan kabupaten / kota;
3) Meningkatnya pengetahuan, keterampilan dan sikap petani
sehingga penerapan adopsi teknologi tanaman padi dan jagung
berjalan lebih cepat, dan keberlanjutan serta replikasi ke areal
yang lebih luas dapat terwujud.
Sumber: Sumanto
Gambar 5.4 Studi banding ke perkebunan Sido Muncul
Pelatihan Ketrampilan Peternakan
Sebelum adanya LPKS, sebagian besar masyarakat desa
Tlogoweru, khususnya masyarakat petaninya tidak tertarik untuk
melakukan pemeliharaan hewan ternak apalagi berternak sapi. Hal ini
disebabkan oleh kondisi daerah yang amat kering ketika musim
kemarau dan mengalami kebanjiran jika musim penghujan, ditambah
pula dengan minimnya pengetahuan yang memadai tentang masalah
Pilar Pendukung Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru
97
peternakan. Untuk memberi solusi permasalahan sosial inilah, maka
salah satu program LPKS adalah mengusahakan pelatihan peternakan,
yaitu dengan memberi sarana kepada para petani yang berkeinginan
untuk mengembangkan bidang peternakan, khususnya untuk
memelihara dan mengembangkan hewan ternak sapi.
Pak Kades Soetedjo dengan susah payah melakukan sosialisasi
tentang program LPKS yang memiliki program kerjasama memelihara
sapi milik LPKS dengan masyarakat, dimana nantinya dari hasil
penjualan sapi hasil peternakan bisa untuk membantu kesejahteraan
masyarakat.
Tujuan utama pelatihan peternakan LPKS adalah:
1) Meningkatkan penerapan teknologi tepat guna dalam usaha
budidaya ternak sapi potong;
2) Memotovasi tampilnya jiwa kewirausahaan kelompok tani
dalam pengembangan usaha ekonomi produktif yang berbasis
sapi potong (agribisnis);
3) Meningkatkan kemampuan kelembagaan peternak dalam
mengakses berbagai potensi sumber daya peternakan, sumber
permodalan dan peluang usaha;
4) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas usaha budidaya ternak
sapi potong;
5) Meningkatkan kemampuan kelompok-kelompok tani dalam
memfasilitasi kebutuhan modal usaha (modal keuangan) bagi
para anggota kelompok-kelompok tani yang ada;
6) Meningkatkan produksi ternak sapi untuk memenuhi
permintaan kebutuhan konsumsi daging lokal maupun daerah
sekitar kabupaten;
7) Memacu pendayagunaan potensi lahan secara optimal dalam
rangka memenuhi kebutuhan konsumsi daging;
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru
98
8) Meningkatkan kesejahteraan anggota kelompok dan
masyarakat pada umumnya di wilayah desa Tlogoweru melalui
penggemukan hewan ternak sapi;
9) Memberikan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha
terhadap peternak dan masyarakat petani pada umumnya.
Dari program pelatihan ini, LPKS memiliki sasaran yang
hendak dapat dicapai dari pengembangan peternakan dan
penggemukan ternak sapi potong melalui pola pemberdayaan
kelompok masyarakat ini, antara lain:
1) Meningkatkan produksi dan produktifitas sapi potong;
2) Berkembangnya usaha kelompok-kelompok tani yang akan
meningkatkan pendapatan dan tercapainya kesejahteraan
kelompok-kelompok tani dan masyarakat pada umumnya;
3) Meningkatnya kemandirian kelompok-kelompok tani dan
masyarakat umum yang terlibat dalam pendidikan dan
pelatihan ketrampilan;
4) Terciptanya peluang usaha dan peningkatan ekonomi
perdesaan;
5) Terbangunnya lapangan kerja dan mengurangi angka pekerja
angkatan muda yang keluar desa ke kota-kota besar untuk
mencari pekerjaan.
Itulah sebabnya, LPKS berupaya dengan sekuat tenaga agar:
1) Peternak binaan LPKS akan lebih terampil dan profesional
dalam melakukan usaha budidaya hewan ternak sapi melalui
penerapan program tepat guna;
2) Peternak akan lebih memiliki kiat-kiat praktis untuk
meningkatkan populasi ternak sapi di wilayah pilot program
dari populasi sebelumnya; dan
3) Desa Tlogoweru akan mengembangkan potensinua untuk
membangun wadah kelompok-kelompok usaha peternakan
Pilar Pendukung Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru
99
yang mandiri dan fungsional dalam konteks perdesaan yang
berbasis sumber daya lokal.
Kurikurulun pelatihan peternakan antara lain; para peternak
dibekali dengan ilmu pengetahuan dasar tentang susunan dan profil
biologis sapi dan kemudian pelatihan motivasi diri dan pengenalan
sistem peternakan yang lebih baru melalui pelatihan studi banding ke
beberapa peternakan yang telah sukses dalam mengimplementasikan
metode yang telah diajarkan. Di tempat studi banding ini, para
peternak mendapat penyuluhan intensif, setelah pulang dari pelatihan
studi banding, para peternak juga mendapat pelatihan tentang
bagaimana peningkatan kualitas dan kuantitas daging sapi.
Sumber: Sumanto
Gambar 5.5 Pak Kades Soetedjo turun tangan sendiri memberi makan
ternak sapi
Pelatihan Ketrampilan Penangkaran dan Pembudidayaan Burung Tyto
Alba
Pelatihan penangkaran dan pengembang biakan burung Tyto
Alba merupakan program pelatihan LPKS yang telah mencapai prestasi
tersendiri dalam sumbangsihnya untuk pembangunan masyarakat desa
Tlogoweru, khususnya dalam bidang pertanian. Program pelatihan ini
dimulai ketika tim Tyto Alba terbentuk setelah mereka kembali dari
pelatihan pembudidayaan burung Tyto Alba di dusun Munggur, desa
Giriharjo, kecamatan Ngrambe, Ngawi pada November 2009.
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru
100
Kurikulum pelatihan antara lain; pengenalan fisik biologis,
habitat, dan kemampuan unik dari butung Tytto Alba. Kemudian
tentang bagaimana mendeteksi, mencari, menangkap, memelihara,
mengawinkan, membuat habitat sehingga bisa bertelor, merawat
anakan, hingga di tempatkan di rubuha-rubuha yang dipancang di area
persawahan agar bisa bisa berperan sebagai predator hama tikus.
Keberhasilan pelatihan pemberdayaan burung Tyto Alba di
LPKS tidak lepas dari peran Pak Pujo Arto selaku ketua tim Tyto Alba
sekaligus sebagai tutor dalam pelatihan di LPKS ini. Pak Pujo seorang
yang autodidak dalam mengembangkan pengetahuan tentang
penangkaran dan pembudidayaan burung Tyto Alba, berbekal dari
pengetahuan dasar pelatihan di Ngrambe dan melalui pengunduhan
pengetahuan pada situs-situs internet, ditambah dengan dedikasi total
pribadi atas waktu dan tenaganya, pak Pujo hari ini diakui memiliki
pengetahuan bukan hanya secara akademis namun terlebih lagi
pengetahuan pratika tentang segala hal berkenaan dengan burung Tyto
Alba.
“Saya pernah berdebat dengan seorang profesor biologi dari universitas ……. di Bandung yang sudah menulis tentang burung Tyto Alba, bukunya ada dijual di toko buku Gramedia. Saya buktikan bahwa teorinya salah tentang bagaimana mengenali jenis kelamin burung Tyto Alba …”1
Program pelatihan ini bukan saja bagi masyarakat setempat,
namun juga telah diminati dan dijalankan untuk beberapa tim instasi
baik dari swasta maupun pemerintahan daerah. Penulis pernah
mendapati dari daftar tamu yang disediakan di meja teras kantor kepala
desa, tercatat rombongan dari Kabupaten Sleman, Yogyakarta, sudah
13 kali belajar di LPKS. “Ada juga dari Surabaya, Jakarta, Medan, dan
paling jauh dari Kalimantan,” dijelaskan oleh pak Pujo ketika
menyebutkan beberapa nama daerah mana saja yang telah berkunjung
1 Karena alasan privasi terhadap buku tersebut yang ternyata salah, penulis tidak memuatkan perincian uraian tentang apa dan bagaimana cara mengenali jenis kelamin burung Tyto Alba.
Pilar Pendukung Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru
101
untuk menimba ilmu praktika tentang metode pembasmian hama tikus
dengan predatornya adalah burung Tyto Alba.
Sumber: Soetedjo
Gambar 5.6 Sepasang burung Tyto Alba di Kandang Penangkaran
Pelatihan Ketrampilan Sablon
Salah satu bidang lain yang disentuh untuk peningkatan
pendapatan ekonomi masyarakat desa Tlogoweru yang dipikirkan oleh
bu Elisabeth melalui LPKS adalah pelatihan ketrampilan sablon untuk
diaplikasikan pada kaos dan media kertas.
Kurikulum pelatihan ketrampilan sablon yang diterapkan
adalah: Pengenalan alat sablon, teknik dan trik sablon manual,
pengetahuan dasar mengenali perbedaan sablon pada media (kaos,
kain, kertas, karton), teknik mencampur obat afdruk, praktek membuat
film sablon, penyinaran dengan lampu atau dengan matahari, teknik
tusir, pencetakan ke media/ merackel ke media, pembersihan screen
sablon, sablon dengan tinta timbul. Diawal penyelenggaraan pelatihan
ini, pak Robby Trijono, bersama dengan temannya pak Refi dari
Bandung sebagai tutor, selalu siap membantu dalam penyediaan segala
macam peralatan sablon yang dibutuhkan,
“kita seringkali klabakan untuk pembuatan sablon, mulai dari masalah daya listrik, lalu alat cetak sablon yang tidak cocok dengan matrasnya, … pendeknya mumet lah …” tegasnya.
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru
102
Hasil karya ketrampilan sablon yang sudah jadi adalah
membuat kaos seragam untuk kepanitian acara lokal dan
memprosduksi 300 buah kaos oblong untuk souvenir dengan logo icon
burung Tyto Alba bertuliskan “Tlogoweru Desa Wisata”; “Tlogoweru
Desa Inovasi Burung Tyto alba” dan “Tlogoweru Owl Conservation.”
Kaos-kaos souvenir Tlogoweru ternyata cukup diminati oleh khalayak
pengunjung desa Tlogoweru, baik bagi mereka yang sedang dalam
rangka tugas belajar, kegiatan pemerintahan atau mereka yang sekedar
berwisata alam.
Sumber: LPKS
Gambar 5.7 Logo di kaos souvenir Tlogoweru
Catatan Penutup
LPKS desa Tlogoweru sebagai tiang pendukung pemberdayaan
masyarakat melalui pelatihan-pelatihan ketrampilannya tanpa disadari-
nya telah mampu menampilkan aspek-aspek dari suatu prinsip
mendasar atas suatu pembangunan yang berorientasi pada
pembangunan manusia (people-oriented development), yaitu
tertanamnya dan teraplikasikannya nilai-nilai kebersamaan (fairness), transparasi (disclosure and transparency), akuntabilitas (accountability)
dan pertanggungjawaban (responsibility) sehingga menghasilkan
pembangunan SDM bagi masyarakat yang bersangkutan (Siagian 1989).
Apa dan bagaimana yang telah dan akan terus dilakukan oleh
LPKS desa Tlogoweru merupakan suatu usaha praktik konkrit dari
pemberdayaan masyarakatnya, yakni suatu upaya yang didasarkan atas
dorongan luhur dari bu Elisabeth dan anggota timnya yang didukung
Pilar Pendukung Pemberdayaan Masyarakat Desa Tlogoweru
103
penuh oleh pak kades Soetedjo beserta segenap perangkat pemerin-
tahan desa, untuk meningkatkan harkat martabat setiap anggota
masyarakat dari kondisi yang lemah mengangkat diri dari perangkap
kemiskinan, sehingga pernah berpredikar sebagai Desa Tertinggal,
sampai mampu untuk menjadi masyarakat yang mandiri.
Pengalaman proses dalam pemberdayaan masyarakat desa
Tlogoweru menyatakan suatu dimensi lain dari suatu usaha
pemberdayaan masyarakat, yaitu bahwa bukan saja hal ini
meningkatkan taraf kehidupan ekonomi, melainkan juga secara
implisit membuka wawasan penegakan demokrasi ekonomi, yakni
kedaulatan masyarakat di bidang ekonomi, dimana kegiatan ekonomi
yang berlangsung adaah kegiatan ekonomi oleh rakyat dan untuk
rakyat.
Dengan demikian, masyarakat adalah pelaku utama dari
pembangunan masyarakatnya, sedangkan pihak pemeritah (birokrasi)
berperan sebagai mitra masyarakat yang membantu untuk
mengarahkan, membimbing dan menciptakan iklim sosial yang
konduktif dalam membangun bersama melalui partsisipasi
masyarakatnya.
Sumber: Yusuf
Gambar 5.8 Contoh jadwal pelatihan pada tahun 2012
Keberhasilan pemberdayaan masyarakat desa Tlogoweru dalam
sektor pengembangan SDM melalui LPKS diakui oleh Kepala
Kecamatan Guntur, Bapak Moh. Syahrie ketika beliau memberi
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Tlogoweru
104
sambutan pada Temu Penyuluh Tingkat Propinsi Jawa Tengah, pada 24
September 2012,
“Keberadaan LPKS amat strategis bagi pembangunan masyarakat bukan saja bagi penduduk desa Tlogoweru, tetapi juga bagi penduduk kecamatan Guntur dan kecamatan-kecamatan lainnya di kabupaten Demak ini”