58
BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT SEKITAR PENGEMBANGAN LAHAN SKALA BESAR BUMI SERPONG DAMAI (BSD) Melalui tinjauan literatur yang telah dilakukan, ada beberapa perubahan sosial ekonomi yang terjadi pada wilayah peri-urban. Perubahan atau transformasi tersebut di antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, serta struktur pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. Berbagai komponen tersebut diuraikan lebih lanjut dalam sejumlah sub-bab pada pembahasan ini. Oleh karena tidak tersedianya data sekunder yang dibutuhkan, maka studi kali ini menggunakan data- data responden dari hasil survei primer (rumah tangga) untuk menjelaskan transformasi yang terjadi. Dalam hal migrasi, di antaranya dijelaskan mengenai jumlah perpindahan yang dilakukan responden pendatang, tahun dilakukannya perpindahan, proporsi rumah tangga pendatang, tempat asal, dan sebagainya. Sementara dalam sub-bab struktur mata pencaharian, dijelaskan mengenai perubahan- perubahan yang terjadi dalam struktur mata pencaharian rumah tangga, salah satunya adalah tentang dominannya sektor tersier dan sekunder sehingga menggeser keberadaan sektor primer yang dulu banyak digeluti oleh masyarakat di wilayah studi. Sedangkan dalam hal pendapatan dan pengeluaran, dijelaskan mengenai perubahan struktur pendapatan dan juga perubahan struktur pengeluaran rumah tangga dalam memenuhi berbagai kebutuhannya, di antaranya adalah mengenai peningkatan alokasi pengeluaran rumah tangga untuk berbagai kebutuhan non-primer seiring dengan perkembangan yang terjadi di wilayah studi. V.1. Identifikasi Migrasi Masyarakat Sekitar Pengembangan Lahan Skala Besar Bumi Serpong Damai Dalam karakteristik migrasi ini dibahas mengenai beberapa hal, di antaranya adalah proporsi rumah tangga pendatang, tahun tinggal pertama kali di wilayah studi, jumlah perpindahan yang dilakukan, tahun perpindahan, tempat tinggal asal, alasan pindah 73

BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

BAB V

TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

SEKITAR PENGEMBANGAN LAHAN SKALA BESAR

BUMI SERPONG DAMAI (BSD)

Melalui tinjauan literatur yang telah dilakukan, ada beberapa perubahan sosial

ekonomi yang terjadi pada wilayah peri-urban. Perubahan atau transformasi tersebut

di antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, serta struktur

pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. Berbagai komponen tersebut diuraikan

lebih lanjut dalam sejumlah sub-bab pada pembahasan ini. Oleh karena tidak

tersedianya data sekunder yang dibutuhkan, maka studi kali ini menggunakan data-

data responden dari hasil survei primer (rumah tangga) untuk menjelaskan

transformasi yang terjadi. Dalam hal migrasi, di antaranya dijelaskan mengenai

jumlah perpindahan yang dilakukan responden pendatang, tahun dilakukannya

perpindahan, proporsi rumah tangga pendatang, tempat asal, dan sebagainya.

Sementara dalam sub-bab struktur mata pencaharian, dijelaskan mengenai perubahan-

perubahan yang terjadi dalam struktur mata pencaharian rumah tangga, salah satunya

adalah tentang dominannya sektor tersier dan sekunder sehingga menggeser

keberadaan sektor primer yang dulu banyak digeluti oleh masyarakat di wilayah

studi. Sedangkan dalam hal pendapatan dan pengeluaran, dijelaskan mengenai

perubahan struktur pendapatan dan juga perubahan struktur pengeluaran rumah

tangga dalam memenuhi berbagai kebutuhannya, di antaranya adalah mengenai

peningkatan alokasi pengeluaran rumah tangga untuk berbagai kebutuhan non-primer

seiring dengan perkembangan yang terjadi di wilayah studi.

V.1. Identifikasi Migrasi Masyarakat Sekitar Pengembangan Lahan Skala

Besar Bumi Serpong Damai

Dalam karakteristik migrasi ini dibahas mengenai beberapa hal, di antaranya adalah

proporsi rumah tangga pendatang, tahun tinggal pertama kali di wilayah studi, jumlah

perpindahan yang dilakukan, tahun perpindahan, tempat tinggal asal, alasan pindah

73

Page 2: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

serta pihak yang mengajak pindah. Dikarenakan tidak tersedianya data sekunder yang

mampu menjelaskan migrasi masyarakat di wilayah studi, seperti jumlah penduduk

masuk dan keluar, tempat asal pendatang, dan sebagainya, maka studi ini didukung

oleh survei primer (kuesioner rumah tangga) yang diharapkan mampu membantu

mengidentifikasi karakteristik migrasi masyarakat di sekitar pengembangan lahan

skala besar BSD. Di samping itu, pada bagian ini juga dilakukan analisis sebaran data

dengan menggunakan tabulasi silang (crosstab) untuk melihat lebih jauh mengenai

karakteristik masyarakat pendatang di wilayah studi.

V.1.1. Proporsi Rumah Tangga Pendatang

Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga (diwakili oleh

kepala keluarga) yang sejak lahir telah bertempat tinggal di wilayah studi dan tidak

pernah pindah (keluar) dari kelurahan tempat mereka tinggal. Sedangkan penduduk

pendatang dalam studi ini merupakan responden rumah tangga (diwakili oleh kepala

keluarga) yang sejak keluarga tersebut terbentuk pernah melakukan perpindahan, baik

sekali ataupun lebih, dan perpindahan yang dilakukan minimal keluar dari kelurahan

wilayah studi.

46.8%53.2%

Penduduk asli

Penduduk pendatang

Sumber : Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.1. Perbandingan Responden Penduduk

Pendatang dan Penduduk Asli Tahun

2006

Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa antara komposisi responden penduduk

pendatang dan penduduk asli di wilayah studi hampir sama atau tidak begitu jauh

perbedaannya. Responden penduduk pendatang 6,4% lebih banyak daripada

responden penduduk asli (lihat Gambar V.1). Ini menunjukkan bahwa wilayah studi

secara signifikan diwarnai oleh adanya migrasi yang masuk ke kelurahan-kelurahan

74

Page 3: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

wilayah studi. Komposisi pendatang dan penduduk asli tersebut sejalan dengan apa

yang disampaikan Bowder dan Bohland (1990) di dalam artikelnya, bahwa sebagian

besar penduduk di daerah pinggiran merupakan pendatang yang berasal dari pedesaan

maupun perkotaan. Sehubungan migrasi yang terjadi di wilayah studi, Bryant dkk

(1982), Russwurm (1977), Iaquinta & Drescher (2000), dan lain-lain, melihat migrasi

sebagai salah satu komponen penting yang mempengaruhi proses peri-urbanisasi

pada suatu wilayah. Untuk itu di sini nampak bahwa migrasi secara langsung ataupun

tidak langsung membawa perubahan bagi masyarakat di sekitar pengembangan lahan

skala besar BSD, terutama dalam hal sosial ekonominya.

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

1936

1938

1940

1942

1944

1946

1948

1950

1952

1954

1956

1958

1960

1962

1964

1966

1968

1970

1972

1974

1976

1978

1980

1982

1984

1986

1988

1990

1992

1994

1996

1998

2000

2002

2004

Tahun

Pro

sen

tase

Total Responden Responden Penduduk Asli Responden Pendatang

Sumber : Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.2. Perubahan Prosentase Pendatang, Penduduk Asli, serta Total Responden yang

Tinggal di Wilayah Studi dari Tahun ke Tahun

Salah satu perubahan sosial yang dapat dilihat dengan mudah dan nyata pada

masyarakat sekitar pengembangan lahan skala besar adalah berkenaan dengan

pertambahan penduduknya. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, bahwa pertambahan

penduduk di wilayah studi diwarnai oleh adanya migrasi yang masuk ke sekitar

pengembangan BSD. Hal ini pula yang tampaknya ditunjukkan dari hasil responden

mengenai tahun tinggal pertama kali (lihat Gambar V.2 dan Gambar V.3). Dari

gambaran tersebut dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun jumlah responden yang

75

Page 4: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

tinggal di wilayah studi terus meningkat. Prosentase responden penduduk asli yang

tinggal di wilayah studi mengalami peningkatan dari tahun 1930-an hingga tahun

1980-an. Hal yang sama juga terjadi pada responden pendatang yang pindah ke

wilayah studi, dengan prosentase yang terus meningkat dari tahun 1980-an hingga

tahun 2005. Dari data tersebut juga dapat diketahui bahwa sejak tahun 2000-an

proporsi responden pendatang lebih besar daripada proporsi renponden yang

merupakan penduduk asli. Hal ini sekali lagi memperkuat identifikasi bahwa

peningkatan jumlah penduduk di sekitar pengembangan lahan skala besar, selain

dipengaruhi oleh pertumbuhan alami (kelahiran) juga dipengaruhi oleh adanya

migrasi.

V.1.2. Tahun Tinggal Pertama Kali di Wilayah Studi

Dari survei primer diketahui bahwa responden pendatang ada yang mulai masuk atau

tinggal di wilayah studi sejak tahun 1961, yakni jauh sebelum BSD dikembangkan,

dan ada pula yang baru pindah ke wilayah studi pada tahun 2005 (lihat Gambar V.3).

Jika menelusuri migrasi responden pendatang ini dari tahun 1960 sampai dengan

tahun 2006, nampak bahwa jumlah ataupun prosentase responden pendatang yang

pindah ke sekitar pengembangan lahan skala besar BSD mulai meningkat pada awal

tahun 1990-an, yakni pada tahun 1991, 1992, 1993, 1994, dan mengalami puncaknya

pada tahun 1995. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai tahun tinggal pertama kali

responden pendatang ke sekitar pengembangan lahan BSD, dapat dilihat pada bagian

Lampiran D.

Peningkatan tersebut tampaknya tidak terlepas dari pengembangan BSD yang mulai

dilakukan pada awal 1990-an atau tepatnya pada tanggal 16 Januari 1989. Dari

pengembangan yang dilakukan, pada di awal tahun 1990-an, mulai nampak berbagai

pembangunan pada sektor-sektor BSD, akses yang semakin membaik, kelengkapan

sarana prasarana yang dibangun untuk mendukung fungsi BSD, tumbuhnya industri

yang membuka peluang mata pencaharian bagi masyarakat dan sebagainya. Hal ini

membuat kawasan BSD maupun sekitarnya banyak didatangi oleh para pendatang

atau dengan kata lain terdapat arus migrasi yang mengarah ke wilayah ini, terlebih

76

Page 5: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

lagi sejak awal peluncurannya pengembangan BSD ini cukup menuai kesuksesan.

Untuk itu tidak mengherankan jika dalam kurun 1991 sampai dengan 1995 prosentase

masuknya pendatang ke wilayah sekitar pengembangan lahan skala besar BSD pun

semakin lama semakin besar. Berdasarkan hasil survei tahun 2006, arus pendatang

tersebut terus berlangsung hingga tahun 2005 dan tampaknya hal ini tidak terlepas

dari terus tumbuhnya industri atau sektor mata pencaharian lainnya yang memberikan

peluang pekerjaan bagi masyarakat. Untuk faktor-faktor yang mempengaruhi

pendatang tinggal di wilayah studi akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian lain

dalam sub-bab ini (sub-bab V.1.5. mengenai alasan pindah).

Tahun pertama kali tinggal di wilayah studi

2005200019951990198519801975197019651960

Pe

rcen

t

12.5%

10.0%

7.5%

5.0%

2.5%

0.0%

Diresmikannya kawasan BSD

Tahap I Pengembangan

BSD

Tahap II Pengembangan

BSD

Sumber : Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.3. Tahun Tinggal Responden Pertama Kali di Wilayah Studi

V.1.3. Jumlah Perpindahan yang Dilakukan

Melalui hasil survei yang dilakukan, diketahui bahwa responden pendatang di

wilayah studi ada yang melakukan perpindahan sebanyak satu, dua bahkan tiga kali,

sebelum akhirnya memilih bertempat tinggal di wilayah studi yang berada di sekitar

77

Page 6: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

pengembangan lahan skala besar BSD. Dari sejumlah perpindahan tersebut, sebagian

besar (87,9%) melakukan perpindahan sebanyak satu kali, yakni dari tempat asal

langsung menuju ke wilayah sekitar pengembangan BSD. Hanya sebagian kecil

(1,9%) responden pendatang yang melakukan perpindahan sebanyak tiga kali.

Gambaran prosentase jumlah perpindahan responden pendatang dapat dilihat melalui

Gambar V.4.

87.9%

10.3%1.9%

1 kali

2 kali

3 kali

Sumber : Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.4. Jumlah Perpindahan Responden

Pendatang

V.1.4. Tempat Tinggal Asal dan Tujuan Pendatang

Berikut ini dijelaskan mengenai tempat tinggal responden pendatang tepat sebelum

pindah ke wilayah studi serta wilayah-wilayah yang pernah ditempati oleh responden

pendatang sebelum akhirnya tinggal di wilayah studi. Penjelasan ini dibagi menjadi

dua bagian, yaitu tempat tinggal asal dan tempat tujuan.

Tempat tinggal asal

Berdasarkan hasil survei, responden pendatang yang kini tinggal di sekitar

pengembangan lahan BSD sebelumnya tinggal di beberapa tempat, baik yang

lokasinya dekat dengan pengembangan lahan BSD maupun yang jauh dari BSD. Dari

hasil survei, sebagian besar responden pendatang sebelumnya bertempat tinggal di

lokasi yang relatif dekat dengan wilayah sekitar BSD, yakni di Tangerang (30,8%)

dan Jakarta (27,1%). Sementara itu ada pula yang dulunya yang tinggal di Jawa

Tengah (14,0%), Jawa Barat (10,3%), Bogor (5,6%), Sumatera (4,7%), Jawa Timur

(3,7%), Depok (1,9%) dan Bekasi (1,9%). Lebih jelasnya mengenai tempat tinggal

sebelumnya bagi para pendatang ini, dapat dilihat pada Gambar V.5.

78

Page 7: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

27.1%

5.6%

1.9%

30.8%

1.9%

10.3%

14.0%

3.7%

4.7%

0.0%

0.0% Jakarta

Bogor

Depok

Tangerang

Bekasi

Jawa Barat

Jawa Tengah

Jawa Timur

Sumatera

Sulawesi

Kalimantan

Sumber : Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.5. Tempat Tinggal Responden

Pendatang Sebelum Pindah ke

Wilayah Studi

Responden yang sebelumnya tinggal di Jakarta meliputi berbagai wilayah antara lain

Jakarta Selatan (seperti Kebayoran, Pasar Minggu dan Mampang), Jakarta Barat

(seperti Grogol), Jakarta Timur (seperti Kampung Melayu) dan Jakarta Pusat.

Responden yang berasal dari Tangerang meliputi beberapa lokasi seperti Ciputat,

Cipondoh, Jatiuwung, Legok, Pamulang bahkan dari Serpong sendiri (hanya pindah

kelurahan). Responden yang berasal dari Jawa Tengah (Propinsi Jawa Tengah dan DI

Yogyakarta) diantara adalah dari Brebes, Banyumas, Yogyakarta, Surakarta, Sragen,

Kebumen dan Purworejo. Adapun untuk Jawa Barat dalam hal ini adalah wilayah-

wilayah di Jawa Barat yang tidak termasuk dalam BODETABEK, di antaranya

berasal dari Sukabumi, Cirebon, Krawang, Garut dan Ciamis. Responden yang

berasal dari Sumatera di antaranya adalah dari Sumatera Barat (Padang), Sumatera

Selatan (Palembang) dan Riau. Responden yang berasal dari Jawa Timur di antaranya

adalah dari Surabaya, Madura dan Pasuruan.

Selain meninjau tempat tinggal sebelumnya, perlu pula diketahui mengenai tempat

asal maupun tempat-tempat yang pernah ditinggali oleh para pendatang, mengingat

perpindahan yang dilakukan ada yang tidak hanya satu kali, tetapi ada yang sampai

dengan tiga kali sebelum akhirnya memilih untuk tinggal di wilayah sekitar

pengembangan BSD. Dengan menelusuri hasil survei yang terkait dengan migrasi,

pada awalnya sekali responden pendatang berasal dari berbagai wilayah. Ada yang

berasal dari wilayah Tangerang yang lokasinya dekat dengan pengembangan lahan

BSD, ada pula responden yang berasal dari titik-titik lain di sekitarnya yang masuk

79

Page 8: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

dalam kawasan Jabodetabek yaitu Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi, bahkan ada

yang berasal dari luar Pulau Jawa seperti Sumatera, Kalimantan dan Sulawesi.

Perpindahan yang berasal dari berbagai titik ini merupakan salah satu bagian yang

disoroti oleh Iaquinta dan Drescher (2000), bahwa proses sosial demografi yang

terjadi pada suatu peri-urban bisa diakibatkan oleh adanya migrasi yang berasal dari

banyak (multi) titik, seperti yang terjadi pada responden di wilayah studi ini.

Seperti halnya pada gambaran tempat tinggal pendatang tepat sebelum tinggal di

wilayah sekitar BSD, berdasarkan hasil survei tempat asal mula para pendatang ini

sebagian besar juga berasal dari lokasi yang relatif dekat dengan kawasan BSD, yaitu

Tangerang (27,1%) dan Jakarta (24,3%). Melalui hasil survei, diketahui bahwa

pendatang tidak hanya berasal dari wilayah rural, tetapi juga ada yang berasal dari

wilayah urban. Responden pendatang (migran) yang berasal dari Tangerang

misalnya, sebagian besar dulunya merupakan responden yang tinggal di wilayah

dengan karakteristik rural, yakni desa-desa di sekitar wilayah studi yang masuk dalam

lingkup Kabupaten Tangerang. Sementara migran dari Jakarta mewakili pendatang

yang berasal dari wilayah dengan karakteristik urban. Membandingkan besarnya

prosentase pendatang dari kedua wilayah tersebut yang tidak jauh berbeda,

menunjukkan bahwa wilayah studi merupakan tempat yang dipilih oleh para

pendatang, baik yang dari rural maupun yang dari urban. Adapun untuk lebih jelasnya

mengenai tempat asal responden pendatang ini dapat dilihat pada Gambar V.6.

Hasil survei yang menggambarkan perpindahan responden dari Jakarta menuju

wilayah studi, serupa dengan apa yang disampaikan oleh McQiunn (1978) serta

Brunet dan Lepine (1981), bahwa migran – khususnya yang berasal dari urban

(exurbanite), berpindah ke wilayah yang dekat dengan tempat tinggal (kota)

sebelumnya. Bryant dkk (1982) juga mengungkapkan bahwa dalam suatu

perkembangan regional cities terjadi suatu pergerakan dan orang-orang bergerak

keluar dari kota menuju titik-titik aktivitas tertentu. Sementara itu, perpindahan

responden dari Jakarta menuju wilayah studi ini juga sejalan dengan hasil Survai

Penduduk Antar Sensus (SUSPAS) 1995 untuk DKI Jakarta. Berdasarkan hasil survei

tersebut terdapat aliran penduduk keluar DKI Jakarta dalam jumlah yang lebih besar

80

Page 9: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

daripada aliran penduduk yang masuk. Aliran migran itu menuju kabupaten-

kabupaten yang ada di sekitar DKI Jakarta, di antaranya Bogor, Tangerang dan

Bekasi, dengan laju pertambahan penduduk masing-masing 3,40%, 5,70% dan

5,55% per tahun, dalam kurun 1990 sampai dengan 1995. Mengingat wilayah studi

masuk dalam wilayah Tangerang, maka aliran migran dari hasil survei tersebut

(menuju Tangerang), salah satunya terjadi pada wilayah studi.

24.3%

4.7%

1.9%

27.1%1.9%

10.3%

15.9%

4.7%

7.5%

0.9%0.9% Jakarta

Bogor

Depok

Tangerang

Bekasi

Jawa Barat

Jawa Tengah

Jawa Timur

Sumatera

Sulawesi

Kalimantan

Sumber : Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.6. Tempat Tinggal Asal Responden

Pendatang

Faktor kedekatan lokasi bisa saja membuat migran yang dulunya tinggal di wilayah

yang dekat dengan wilayah studi, seperti Tangerang dan Jakarta, memiliki akses yang

lebih baik dalam mengetahui, mengenal sekaligus juga bisa lebih dulu mendapatkan

informasi tentang kawasan BSD dan sekitarnya, dibandingkan dengan wilayah lain

yang lokasinya relatif lebih jauh. Kelengkapan informasi yang diperoleh tersebut

(seperti informasi tentang harga tanah/bangunan, kemudahan akses, peluang

pekerjaan dan sebagainya di BSD dan sekitarnya), menjadi faktor penting yang

mempengaruhi keputusan pendatang hingga akhirnya memilih tinggal di wilah studi.

Tempat tujuan

Mengingat jumlah perpindahan yang dilakukan oleh responden pendatang sebagian

besar (87,9%) adalah satu kali, maka dalam hal ini para pendatang tersebut sebagian

besar langsung pindah dari daerah asalnya ke kelurahan-kelurahan wilayah studi yang

terletak di sekitar pengembangan lahan skala besar BSD. Sementara itu jika ditelusuri

lebih lanjut, dari berbagai perpindahan yang dilakukan oleh responden pendatang

tersebut, selain langsung pindah ke kelurahan wilayah studi, ada pula beberapa

81

Page 10: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

tempat tujuan perpindahan lainnya yang sempat ditinggali oleh sebagian pendatang

sebelum akhirnya memilih tinggal di wilayah studi, di antaranya adalah Jakarta,

Tangerang dan Bogor. Lebih jelasnya mengenai tempat-tempat perpindahan para

pendatang tersebut dapat dilihat pada Tabel V.1 dan Gambar V.7.

Tabel. V. 1. Perpindahan yang Dilakukan Responden Pendatang

Jumlah

Perpindahan Lokasi Jumlah Prosentase

Satu kali Tangerang wilayah studi 29 27.1

Jakarta wilayah studi 22 20.6

Jawa Tengah wilayah studi 15 14.0

Jawa Barat wilayah studi 10 9.3

Bogor wilayah studi 5 4.7

Sumatera wilayah studi 5 4.7

Jawa Timur wilayah studi 4 3.7

Bekasi wilayah studi 2 1.9

Depok wilayah studi 2 1.9

Dua kali Sumatera Jakarta wilayah studi 2 1.9

Jakarta Tangerang wilayah studi 2 1.9

Sumatera Tangerang wilayah studi 1 0.9

Jawa Tengah Bogor wilayah studi 1 0.9

Kalimantan Tangerang wilayah studi 1 0.9

Tangerang Tangerang wilayah studi 1 0.9

Jakarta wilayah studi wilayah studi 1 0.9

Jawa Tengah Jawa Barat wilayah studi 1 0.9

Sulawesi Jakarta wilayah studi 1 0.9

Tiga kali Jawa Barat Bogor Jakarta wilayah studi 1 0.9

Jawa Timur Jakarta Jakarta wilayah studi 1 0.9

Total 107 100.0

Sumber : Hasil survei rumah tangga, 2006

Berdasarkan gambaran tersebut dapat diketahui bahwa responden (rumah tangga)

pendatang di wilayah studi berasal dari berbagai wilayah yang tersebar di beberapa

titik, baik yang jaraknya dekat maupun yang jauh dengan wilayah studi. Responden

pendatang yang berasal dari titik yang relatif dekat dengan wilayah studi, seperti dari

Tangerang, Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi, sebagian besar melakukan

perpindahan satu kali atau dengan kata lain langsung memilih pindah ke kelurahan

wilayah studi tanpa pernah tinggal di tempat lain sebelumnya. Hal yang hampir sama

juga terjadi pada pendatang yang berasal dari dalam Pulau Jawa, seperti Jawa

Tengah, Jawa Barat dan Jawa Timur, sebagian besar melakukan perpindahan

sebanyak satu kali. Kalaupun ada yang melakukan perpindahan lebih dari satu kali,

pendatang ini pindah ke titik-titik yang mendekati wilayah studi, seperti Tangerang

dan Bogor.

82

Page 11: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

Perpindahan yang

Dilakukan Responden

Pendatang

Sumber: Survei rumah tangga, 2006

Gambar V.7. Perpindahan yang Dilakukan Responden Pendatang

Sementara itu, pendatang yang berasal dari titik yang relatif jauh dari wilayah studi,

seperti pendatang dari luar Pulau Jawa (dari Sulawesi dan Kalimantan), cenderung

melakukan perpindahan lebih dari satu kali – yaitu dua kali. Pendatang ini sebelum

menempati wilayah studi, terlebih dulu tinggal di wilayah lain yang lokasinya masih

relatif dekat dengan wilayah studi, seperti Jakarta, Tangerang dan Bogor. Untuk itu di

sini pendatang dari luar Jawa ini nampak seolah mendekati wilayah studi sebelum

akhirnya pindah ke kelurahan wilayah studi yang berada di sekitar pengembangan

lahan skala besar BSD.

V.1.5. Alasan Pendatang Melakukan Perpindahan

Ada beragam alasan yang melatarbelakangi responden pendatang dalam melakukan

perpindahan ke wilayah sekitar pengembangan lahan BSD. Alasan-alasan tersebut

adalah: diharuskan pindah oleh karena pekerjaan, mencari pekerjaan, memulai

usaha/pekerjaan baru, dekat dengan lokasi tempat kerja, pendapatan yang lebih baik,

perubahan status perkawinan, ikut suami/isteri/orang tua/anak, ikut saudara

kandung/famili lain, prasarana dan sarana yang lengkap, kemudahan akses, dekat

dengan BSD, harga yang terjangkau, faktor keamanan, serta alasan bising atau tidak

83

Page 12: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

nyaman tinggal di tempat yang lama. Lebih jelasnya mengenai prosentase alasan

pindah para pendatang tersebut dapat dilihat melalui Gambar V.8.

6.6%

13.2%

17.5%

7.5%12.3%

7.5%

7.1%

0.5%

6.6%

3.3%

11.3%

2.4%

2.8%

1.4% Diharuskan pindah oleh karena pekerjaan

Mencari pekerjaan

Memulai usaha di tempat tinggal baru

Dekat dengan tempat bekerja

Pendapatan yang lebih baik

Perubahan status perkawinan

Ikut suami/isteri/orang tua/anak

Ikut saudara kandung/famili lain

Prasarana dan sarana yang lengkap

Kemudahan akses

Dekat dengan BSD

Harga terjangkau

Keamanan

Bising tinggal di tempat sebelumnya

Sumber : Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.8. Alasan Dilakukannya Perpindahan oleh Responden

Pendatang ke Wilayah Studi

Dari berbagai alasan tersebut, berdasarkan hasil survei, sebagian besar responden

pendatang memilih pindah ke wilayah studi untuk memulai usaha atau pekerjaan baru

(17,0%) dan untuk mencari pekerjaan (12,7%). Adapun memulai usaha atau

pekerjaan baru dalam hal ini bisa berarti membuka lapangan usaha yang baru (seperti

wiraswasta), berubah jenis pekerjaan untuk tingkat penghidupan yang lebih baik,

merintis usaha/pekerjaan lain yang bisa menunjang mata pencaharian utama rumah

tangga, dan sebagainya. Sementara itu, responden pendatang yang pindah ke wilayah

studi untuk mencari pekerjaan merupakan responden yang dulunya belum memiliki

pekerjaan, dan setelah pindah ke sekitar BSD baru mereka memiliki pekerjaan.

Alasan pendatang yang berkaitan dengan mata pencaharian tersebut sejalan dengan

beberapa paparan teoritis yang terkait. Tacoli (1999), Briggs dan Mwamfupe (2001),

serta Brook (2000), mengemukakan adanya kesempatan bagi perluasan mata

pencaharian ataupun munculnya mata pencaharian baru seiring dengan

perkembangan area yang disebut sebagai peri-urban. Sementara itu Bryant dkk

(1982) juga menjelaskan bahwa adanya peluang pekerjaan sebagai salah satu ciri

yang terdapat pada open city, dan salah satu faktor yang menyebabkan perpindahan

84

Page 13: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

penduduk ke area yang dianggap peri-urban adalah karena adanya permintaan

(demand) terhadap tenaga kerja. Untuk itu di sini mata pencaharian merupakan faktor

penarik yang kuat bagi para pendatang untuk pindah ke wilayah studi, yang

mengalami proses peri-urbanisasi seiring dengan adanya pengembangan lahan skala

besar BSD.

Dari sudut pandang yang lain, perpindahan responden karena alasan mata

pencaharian juga terkait secara tidak langsung dengan skenario pengembangan BSD

itu sendiri. Dari tiga kemungkinan skenario yang akan dijalankan, skenario yang

dipilih adalah skenario ”inti perkotaan” (telah dijelaskan pada bagian IV.1.5).

Skenario ini salah satunya menitikberatkan pada terbukanya peluang kesempatan

kerja. Upaya menggerakkan kegiatan ekonomi BSD melalui bidang pekerjaan juga

merupakan salah satu prinsip yang dipegang oleh PT. BSD. Melalui salah satu dari

lima unsur dasar kelengkapan kota yang dicoba untuk direalisasikannya, yaitu unsur

karya, BSD berusaha tidak hanya berfungsi sebagai kawasan permukiman saja, tetapi

juga sebagai tempat bekerja, berbisnis dan melakukan usaha. Prinsip ini ternyata

tidak hanya membawa pengaruh bagi warga yang tinggal di BSD saja, tetapi juga

bagi para pendatang di sekitar area pengembangan BSD.

Adapun berdasarkan hasil survei, pendatang yang alasan pindahnya karena ingin

memulai usaha baru maupun untuk mencari pekerjaan, sebagian besar adalah

pendatang yang mata pencaharian utama rumah tangganya buruh, wiraswasta dan

karyawan di sektor swasta. Mata pencaharian tersebut merupakan sebagian dari mata

pencaharian di sektor sekunder dan tersier yang tersedia di wilayah studi seiring

dengan tumbuhnya industri serta maraknya perdagangan di wilayah ini. Adapun

untuk melihat lebih jelas mengenai sebaran alasan pindah responden pendatang

berdasarkan mata pencaharian utamanya, dapat dilihat pada bagian Lampiran D.

Alasan pendatang lainnya adalah ingin memperoleh pendapatan yang lebih baik.

Dalam hal ini dengan pindah ke wilayah studi, para pendatang berharap dapat

menghasilkan pendapatan yang lebih tinggi daripada yang diperoleh di tempat

lamanya, baik melalui pengembangan usaha atau melalui pekerjaan yang sudah ada,

85

Page 14: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

maupun dengan memulai atau merintis usaha dan pekerjaan yang baru di wilayah

studi. Peningkatan pendapatan ini hampir mirip dengan yang disampaikan Adell

(1999), Bowder dan Bohland (1990) dalam artikelnya yang mengangkat tentang

kawasan pinggiran metropolitan, bahwa penduduk di pinggiran kota terikat dengan

bermacam-macam aktivitas untuk meningkatkan pendapatan, meskipun kadang

bersifat informal. Responden yang mengemukakan alasan ini di antaranya adalah

yang bekerja sebagai buruh, karyawan dan pedagang (lebih lengkap mengenai

sebaran alasan pindah responden pendatang berdasarkan mata pencaharian utamanya

dapat dilihat pada bagian Lampiran D). Responden ini pindah ke wilayah studi karena

adanya kesempatan yang besar untuk memperoleh pendapatan yang lebih baik seiring

dengan berkembangnya BSD, terutama dengan tumbuhnya industri serta maraknya

sektor perdagangan di wilayah BSD dan sekitarnya.

Selanjutnya ada pula pendatang yang pindah ke wilayah studi karena lokasinya yang

berdekatan dengan BSD (11,32%). Hal ini tentunya tidak terlepas dari kondisi BSD

yang menjadi faktor penarik kuat bagi para pendatang. Keberadaan BSD membawa

kemajuan bagi wilayah Serpong dan sekitarnya, di antaranya adalah kemudahan

akses – baik di dalam BSD maupun akses menuju titik lain di luar BSD, kelengkapan

sarana dan prasarana yang disediakan, lingkungan yang nyaman, dan lain sebagainya.

BSD sebagai faktor penarik yang kuat juga dapat dilihat dari banyaknya kegiatan

responden yang berorientasi pada kawasan BSD melalui penggunaan sarananya, di

antaranya adalah sarana hiburan (86,20%), sarana perdagangan untuk belanja

bulanan (76,00%), dan sarana olahraga (64,80%). Pusat-pusat kegiatan di BSD yang

digunakan oleh responden tersebut di antaranya adalah Ocean Park, Taman Kota,

Water Park, Aqua City, BSD Junction, Pasar Moderen, ITC, Hypermart, Giant,

lapangan tenis, lapangan volley, dan sebagainya.

Masih terkait dengan keberadaan BSD, ada pula responden yang mengemukakan

alasan pindah ke wilayah studi karena kelengkapan prasarana dan sarana (6,6%),

kemudahan akses (3,3%), dan karena faktor keamanan (2,8%). Hal-hal tersebut

tampaknya juga terlepas dengan pengembangan serta peningkatan pelayanan yang

86

Page 15: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

dilakukan BSD, misalnya saja pembangunan jalan tol Jakarta-Serpong, tol Jakarta-

Merak, penyediaan layanan transportasi umum Trans BSD City, beragam jenis sarana

hiburan maupun sarana belanja, dan sebagainya, yang kesemuanya itu menjadi daya

tarik tersendiri bagi para pendatang untuk tinggal di wilayah studi yang berada di

sekitar BSD.

Berdasarkan hasil survei, terdapat 7,5% responden pendatang yang pindah ke wilayah

studi karena dekat dengan tempat bekerja. Jika dilihat sebarannya terhadap mata

pencaharian utama, responden yang mengemukakan alasan ini sebagian besar adalah

buruh (3,30%) dan karyawan (3,30%). Hal ini tentunya juga tidak terlepas dari

maraknya perkembangan sektor sekunder dan tersier di BSD dan sekitarnya. Terlebih

lagi dengan munculnya industri-industri, pertokoan dan perkantoran yang jaraknya

relatif dekat dengan wilayah studi.

Selain itu, ada pula pendatang yang mengemukakan alasan pindah ke wilayah studi

karena perubahan status perkawinan (11,79%). Perubahan status perkawinan di sini

merupakan saat atau momen terbentuknya keluarga ataupun rumah tangga responden

akibat adanya pernikahan. Dalam hal ini pendatang yang di tempat asalnya dulu

belum menikah, dan kemudian setelah menikah mereka memutuskan untuk pindah ke

wilayah studi. Bersamaan dengan hasil identifikasi ini, di wilayah studi nampak

sebagian besar reponden (rumah tangga) yang merupakan keluarga muda pada saat

pindahnya. Berdasarkan hasil survei, tahun 2006 usia kepala keluarga responden

pendatang sebagian besar berkisar antara 29 sampai dengan 45 tahun (76,01% dari

total pendatang), sedangkan perpindahan sebagian besar dilakukan sejak tahun 1991

sampai dengan 2003 (80,20%), sehingga dalam hal ini sebagian besar responden

pendatang atau migran adalah keluarga muda. Selain itu sebagian besar responden

atau rumah tangga juga telah memiliki anak (92,52% dari total pendatang).

Sehubungan dengan gambaran tersebut, Bryant dkk (1982) sempat menyinggung hal

yang serupa pada area suburban yang sebagian besar penduduknya merupakan

keluarga muda dan telah memiliki anak.

87

Page 16: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

Selanjutnya, alasan lain pendatang pindah ke sekitar pengembangan lahan skala besar

BSD adalah karena merasa kurang nyaman tinggal di tempat lamanya, yakni karena

kebisingan yang cukup mengganggu di tempat tersebut (1,4%). Jika dikaitkan dengan

tempat asalnya, responden yang mengemukakan alasan ini merupakan responden

pendatang yang berasal dari Jakarta – yang dikenal sebagai area urban. Hal yang

hampir sama juga pernah dikemukakan AREA (1973) dalam Bryant dkk (1982),

bahwa salah satu faktor pendorong (push factor) migran dari kota atau urban

melakukan perpindahan ke area peri-urban adalah karena kurang nyamannya

lingkungan perkotaan, kemacetan serta polusi udara di kota. Penduduk tersebut

merasa telah dirugikan, secara fisik maupun psikologis, karena memilihnya sebagai

tempat tinggal.

Alasan lainnya yang dikemukakan oleh sebagian kecil responden (2,4%) di wilayah

studi adalah harga hunian di wilayah ini relatif lebih terjangkau. Dalam hal ini

responden merasa diuntungkan tinggal di sekitar BSD karena memperoleh hunian

dengan harga yang terjangkau (relatif lebih murah daripada hunian di dalam BSD)

sementara mereka tetap bisa memperoleh manfaat dari keberadaan BSD, seperti

kelengkapan fasilitas perdagangan, hiburan, akses yang baik, dan sebagainya.

Dari berbagai alasan tersebut, serta mengacu pada kajian teoritis yang telah

dipaparkan sebelumnya mengenai pull factor dan push factor oleh Russwurm (1977a

dalam Bryant dkk, 1982), ada beberapa alasan yang dapat dikategorikan sebagai

faktor pendorong dan faktor penarik para migran pindah ke sekitar pengembangan

lahan skala besar BSD. Push factor atau faktor pendorong perpindahan migran

tersebut diantaranya adalah karena diharuskan pindah oleh kantor tempat migran

bekerja, serta alasan bising (kurang nyaman) tinggal di tempat tinggal sebelumnya.

Sementara untuk pull factor atau faktor penarik, salah satunya adalah berkaitan

dengan peluang kerja seperti alasan mencari pekerjaan, memulai usaha di tempat

tinggal baru, dekat dengan tempat kerja, serta alasan lainnya seperti pendapatan yang

lebih baik, prasarana dan sarana yang lengkap, kemudahan akses, dekat dengan BSD,

harga yang terjangkan serta faktor keamanan di tempat tinggal yang baru.

88

Page 17: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

V.1.6. Pihak yang Mempengaruhi Dilakukannya Perpindahan

Ada beberapa pihak yang mempengaruhi keputusan responden pendatang untuk

pindah ke wilayah studi yang lokasinya berada di sekitar pengembangan lahan BSD.

Pihak-pihak tersebut di antaranya adalah keluarga, kantor, teman, dan ada pula yang

pindah atas inisiatif sendiri dari kepala keluarga. Berdasarkan hasil survei, sebagian

besar responden pendatang pindah ke wilayah studi karena pengaruh dari pihak

keluarga (52,3%). Dalam hal ini responden pendatang mendapat masukan, ajakan,

cerita dan sebagainya dari pihak keluarga (misal: isteri, anak, orang tua, atau pihak

keluarga lainnya), mengenai kelebihan dan kekurangan tinggal di wilayah studi. Atas

berbagai pertimbangan dan disertai alasan-alasan tertentu, responden tersebut

kemudian memutuskan pindah ke wilayah studi. Adapun masukan ataupun ajakan

juga bisa datang dari teman (11,2%), yang kemudian mempengaruhi keputusan

responden pendatang dalam melakukan perpindahan ke wilayah studi. Selain itu,

keputusan pindah responden pendatang ke wilayah studi juga bisa karena inisiatif

sendiri dari kepala keluarga (25,2%). Lebih jelasnya, gambaran prosentase pihak

yang mempengaruhi para pendatang melakukan perpindahan, dapat dilihat melalui

Gambar V.9.

25.2%

52.3%

11.2%

11.2%

Inisiatif kepala keluarga

Keluarga

Teman

Kantor/perusahaan

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.9. Pihak yang Mempengaruhi Keputusan

Responden Pendatang untuk Pindah ke

Wilayah Studi

V.2. Identifikasi Transformasi Struktur Mata Pencaharian Masyarakat

Sekitar Pengembangan Lahan Skala Besar Bumi Serpong Damai

Pada pembahasan ini dibahas mengenai beberapa hal, di antaranya adalah mengenai

perubahan jenis mata pencaharian rumah tangga – baik mata pencaharian utama

89

Page 18: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

maupun mata pencaharian tambahan, serta pembahasan mengenai lokasi atau tempat

bekerja. Oleh karena tidak tersedianya data sekunder yang mampu menjelaskan

perubahan struktur mata pencaharian masyarakat di wilayah studi – seperti jumlah

penduduk series berdasarkan struktur mata pencaharian, jumlah penduduk bekerja,

dan sebagainya, maka studi ini dibantu dengan survei primer (kuesioner rumah

tangga). Identifikasi dilakukan secara series – per lima tahun – sejak tahun 1991

sampai dengan tahun 2006. Dalam bagian ini, selain menggunakan analisis statistik

deskriptif juga dilakukan analisis sebaran data dengan menggunakan tabulasi silang

(crosstab), untuk melihat lebih jauh mengenai struktur mata pencaharian rumah

tangga masyarakat di sekitar pengembangan lahan skala besar BSD.

V.2.1. Struktur Mata Pencaharian Rumah Tangga di Wilayah Studi

Pada sub-bab ini dijelaskan mengenai perubahan jenis mata pencaharian utama rumah

tangga responden dan juga mata pencaharian tambahannya. Selain melihat

perubahannya secara keseluruhan, identifikasi ini juga melihat perubahan struktur

mata pencaharian rumah tangga berdasarkan penduduk asli dan penduduk pendatang.

V.2.1.1. Perubahan Struktur Mata Pencaharian Utama Rumah Tangga di

Wilayah Studi (1991-2006)

Berdasarkan hasil survei, pada tahun 2006 ada beragam mata pencaharian utama

rumah tangga responden di sekitar pengembangan lahan skala besar BSD, yang

terdiri dari buruh (34,8%), karyawan (23,9%), wiraswasta (14,4%), pedagang

(12,4%), PNS (4,5%), menyewakan rumah (4,5%), guru (3,0%) , TNI/Polri (1,0%),

pensiunan (1,0%) dan petani (0,5%). Gambaran prosentase mata pencaharian utama

rumah tangga responden tersebut, dapat dilihat pada Gambar V.10.

Dari hasil survei tersebut dapat diketahui bahwa sampai dengan pengumpulan data

dilakukan di tahun 2006, mata pencaharian utama rumah tangga responden sekitar

pengembangan skala besar BSD lebih didominasi oleh sektor tersier. Hal ini salah

satunya dapat dilihat dari dua prosentase terbesar dari mata pencaharian utama rumah

tangga responden pada tahun 2006 tersebut, yaitu buruh dan karyawan – yang lebih

berorientasi pada sektor jasa. Selain itu berdasarkan hasil survei rumah tangga,

terdapat suatu hal yang cukup menarik dalam kegiatan/sektor jasa di wilayah studi

90

Page 19: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

ini, yakni adanya beberapa rumah tangga responden yang justru mata pencaharian

atau penghasilan utamanya diperoleh dari menyewakan rumah. Sementara itu

prosentase terbesar lainnya pada tahun 2006, dapat dijumpai pada mata pencaharian

wiraswasta dan pedagang, yang merupakan mata pencaharian sektor sekunder.

Adapun aktivitas pada sektor perdagangan dan jasa ini pernah dipaparkan oleh Briggs

dan Mwamfupe (2000) melalui pengamatannya terhadap peri-urban di Afrika.

Sementara Bryant dkk (1982) juga mengamati adanya kegiatan di sektor jasa pada

perkembangan regional cities.

34.8%

12.4%4.5%

14.4%

1.0%

23.9%

1.0%

3.0% 0.5%

4.5%Petani

PNS

Buruh

Pedagang

Menyewakan rumah

Wiraswasta

TNI/POLRI

Karyawan

Pensiunan

Guru

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.10. Struktur Mata Pencaharian Utama

Rumah Tangga Responden di

Wilayah Studi Tahun 2006

5.0%

2.5%

21.9%

9.5%

2.5%11.4%

40.8%

0.5%6.0%

Petani

PNS

Buruh

Pedagang

Menyewakan rumah

Wiraswasta

TNI/POLRI

Karyawan

Pensiunan

Guru

Belum bekerja

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.11. Struktur Mata Pencaharian Utama

Rumah Tangga Responden di

Wilayah Studi Tahun 1991

Jika dibandingkan dengan struktur mata pencaharian rumah tangga responden di

tahun 1991, tampak bahwa responden yang bekerja sebagai petani lebih besar

daripada di tahun 2006, meskipun jenis mata pencaharian ini sudah bukan merupakan

sektor yang dominan. Sementara itu jenis mata pencaharian lainnya, khususnya di

91

Page 20: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

sektor sekunder dan tersier, cenderung mengalami peningkatan (lihat Gambar V.10

dan V.11).

Adapun untuk melihat perubahan jenis mata pencaharian utama rumah tangga

responden di wilayah studi dalam 15 tahun terakhir (1991-2006) dapat dilihat melalui

Tabel V.2 dan Gambar V.12. Berdasarkan gambar tersebut, dapat dilihat bahwa

antara tahun 1991 sampai dengan tahun 2006 ada mata pencaharian yang menurun

dan ada pula yang meningkat prosentasenya. Penurunan prosentase terjadi pada mata

pencaharian petani. Penurunan di sini menunjukkan bahwa mata pencaharian tersebut

sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian rumah tangga di wilayah studi. Penurunan

tersebut sesuai dengan apa yang digambarkan Brook dan Davila (2000), Bryant dkk

(1982), maupun yang lainnya, bahwa pada wilayah peri-urban terdapat penurunan

tenaga kerja di sektor petanian serta hilangnya fungsi lahan pertanian.

Tabel V.2. Jenis Mata Pencaharian Utama Rumah Tangga Responden (1991-2006)

Tahun 1991 Tahun 1996 Tahun 2001 Tahun 2006 Jenis Mata

Pencaharian Utama Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Petani 10 5.0 4 2.0 1 0.5 1 0.5

PNS 5 2.5 7 3.5 9 4.5 9 4.5

Buruh 44 21.9 60 29.9 69 34.3 70 34.8

Pedagang 19 9.5 22 10.9 26 12.9 25 12.4

Menyewakan rumah 5 2.5 6 3.0 6 3.0 9 4.5

Wiraswasta 12 6.0 23 11.4 28 13.9 29 14.4

TNI/POLRI 0 0.0 1 0.5 1 0.5 2 1.0

Karyawan 23 11.4 34 16.9 46 22.9 48 23.9

Pensiunan 0 0.0 0 0.0 0 0.0 2 1.0

Guru 1 0.5 4 2.0 6 3.0 6 3.0

Belum bekerja 82 40.8 40 19.9 9 4.5 0 0.0

Total 201 100.0 201 100.0 201 100.0 201 100.0Sumber: Hasil survei,rumah tangga, 2006

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

Tahun

1991

Tahun

1996

Tahun

2001

Tahun

2006

Pro

sen

tase

PNS

Buruh

Pedagang

Wiraswasta

TNI/POLRI

Karyawan

Pensiunan

Menyewakan rumah

Guru

Petani

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.12. Perubahan Mata Pencaharian Utama Rumah

Tangga Responden (1991-2006)

92

Page 21: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

Semakin berkurangnya prosentase petani tampaknya tidak terlepas dari kegiatan

pengembangan lahan yang dilakukan pada kawasan BSD. Seiring dengan

pengembangan lahan tersebut, sebagian lahan yang dulunya digunakan untuk

kegiatan pertanian, kini ada yang berubah menjadi area terbangun ataupun fungsi lain

yang mendukung keberadaan BSD. Ada pula lahan yang dulunya untuk pertanian kini

berubah kepemilikan dan belum difungsikan oleh pemiliknya. Di lain hal terdapat

pula lahan yang berubah kepemilikan dan tetap digunakan untuk kegiatan pertanian,

namun akibat perubahan kepemilikan tersebut, responden yang dulunya petani kini

hanya bekerja sebagai petani penggarap atau buruh tani, dengan keuntungan yang

diperoleh relatif lebih kecil, sehingga mata pencaharian ini semakin lama semakin

ditinggalkan oleh rumah tangga responden.

Di sisi lain, berdasarkan hasil wawancara, kegiatan pertanian tidak begitu membawa

keuntungan yang besar lagi bagi para petani. Ditambah lagi dengan faktor pertanian

di wilayah studi yang merupakan pertanian non teknis atau tadah hujan, yang sangat

tergantung pada cuaca. Pada saat cuaca kurang mendukung, pendapatan petani pun

jadi tidak menentu atau bahkan kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya.

Sementara itu dari waktu ke waktu harga berbagai kebutuhan meningkat begitu cepat

dibandingkan dengan hasil atau pendapatan yang diperoleh dari hasil bertani. Kondisi

seperti ini menjadi himpitan ekonomi tersendiri bagi rumah tangga yang

bersangkutan, sehingga banyak petani yang kemudian beralih ke mata pencaharian

lain.

Sehubungan dengan perubahan dalam mata pencaharian petani ini, ada sebagian yang

memilih menjual lahannya dan hasil penjualan lahan tersebut kemudian digunakan

sebagai modal untuk mata pencaharian lain, misalnya hasil penjualan lahan

digunakan untuk membeli sepeda motor, dan kemudian petani tersebut berubah mata

pencaharian menjadi tukang ojek untuk wilayah BSD maupun sekitarnya. Selain itu

ada pula sebagian kecil dari responden tersebut yang masih memiliki lahan serta

masih menggeluti kegiatan bertani, namun hanya menjadikan mata pencaharian ini

sebagai mata pencaharian tambahan rumah tangga, serta hanya memanfaatkan lahan

yang seadanya. Oleh karenanya hasil produksi dari kegiatan pertanian responden

93

Page 22: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

tersebut dalam waktu terakhir tidak dalam jumlah yang banyak dan sebagian besar

tidak untuk dijual, namun hanya untuk memenuhi keperluan rumah tangga itu sendiri

sehari-harinya. Kondisi seperti yang terjadi di wilayah studi ini sejalan dengan apa

yang diungkapkan oleh Blake dkk (1975, dalam Brook dan Davila, 2000), bahwa

pertanian di wilayah peri-urban masih dianggap sebagai sumber penghidupan tetapi

sudah tidak menjadi mata pencaharian utama.

Sementara itu mata pencaharian lainnya memiliki kecenderungan meningkat dari

tahun 1991 sampai dengan 2006. Mata pencaharian tersebut adalah buruh, karyawan,

pedagang, wiraswasta, PNS, pensiunan, menyewakan rumah dan guru.

Untuk mata pencaharian buruh dan karyawan, seperti yang telah dijelaskan

sebelumnya, selain meningkat prosentasenya dari tahun ke tahun juga menjadi mata

pencaharian yang digeluti oleh sebagian besar rumah tangga responden sejak tahun

1991 sampai dengan tahun 2006. Gambaran peningkatan mata pencaharian di sektor

jasa ini merupakan salah satu hal yang menunjukkan bahwa masyarakat di wilayah

studi telah terurbanisasi dan terindustrialisasi, seperti yang digambarkan Bryant dkk

(1982) mengenai area fringe dan shadow. Kondisi ini tentunya tidak terlepas dari

maraknya industri yang tumbuh di kawasan BSD maupun sekitarnya. Berdasarkan

hasil survei, terdapat masyarakat yang bekerja sebagai buruh dan karyawan di Taman

Tekno BSD seperti Festo, PT. Merck Indonesia, Paul Buana Indonesia, dan

sebagainya, dan ada pula yang bekerja di perusahaan/industri yang berada di sekitar

BSD seperti pada PT. Tifiko, Indah Kiat dan sebagainya.

Perubahan yang terjadi dalam struktur mata pencaharian rumah tangga responden ini

tampaknya juga terkait dengan semakin banyaknya peluang tenaga kerja di wilayah

BSD dan sekitarnya seiring dengan dikembangkannya BSD. Adanya peluang mata

pencaharian di wilayah peri-urban ini juga sejalan dengan apa yang disampaikan

Tacoli (1999), Briggs dan Mwamfupe (2001), Brook (2000) serta Bryant dkk (1982),

seperti yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya (sub-bab V.1.5).

Berdasarkan hasil survei, ada berbagai jenis pekerjaan yang masuk dalam kategori

buruh. Di antaranya adalah buruh industri atau buruh pabrik, supir, buruh bangunan

94

Page 23: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

atau tukang bangunan, tukang taman, tukang ojek, tukang pijat, pembantu rumah

tangga, tukang cuci, dan lain sebagainya. Responden buruh tersebut sebagian besar

bekerja di sekitar tempat tinggalnya, dan ada pula yang bekerja di kawasan BSD

seperti menjadi tukang taman BSD, pembantu rumah tangga untuk keluarga yang

tinggal di BSD, dan sebagainya. Sementara itu jika dilihat dari perubahannya, ada

sebagian kecil responden yang dulunya bekerja sebagai buruh namun di tahun-tahun

berikutnya lebih memilih jenis mata pencaharian lain yang dianggap lebih baik,

misalnya ada yang kemudian bekerja menjadi karyawan, wiraswasta, pedagang dan

ada pula yang menyewakan rumah. Namun hal ini hanya terjadi pada sebagian kecil

(sekitar 27%) dari responden yang bermata pencaharian utama sebagai buruh.

Berdasarkan hasil survei, responden yang mata pencaharian utamanya karyawan di

antaranya adalah mereka yang bekerja sebagai karyawan pada perusahaan/kantor

swasta, karyawan pertokoan ataupun pusat-pusat perbelanjaan, perawat pada rumah

sakit swasta, dan sebagainya. Sementara itu, untuk jenis mata pencaharian wiraswasta

berdasarkan hasil survei di antaranya adalah pengusaha furniture, kitchen set, kusen

pintu dan jendela, pemilik wartel, warnet, bengkel, membuka usaha bimbingan

belajar, fotocopy dan sebagainya. Masing-masing pekerjaan tersebut ada yang

berlokasi di sekitar tempat tinggal, di BSD, di kelurahan lain dalam Kecamatan

Serpong, dan bahkan ada pula yang berlokasi di luar Propinsi Banten.

Adapun dalam perkembangannya, untuk mata pencaharian pedagang, dari tahun 2001

hingga 2006 mengalami sedikit penurunan prosentase. Hal ini salah satunya

disebabkan oleh adanya rumah tangga responden yang berubah mata pencaharian

utamanya, dulunya bermata pencaharian utama pedagang, namun seiring dengan

keuntungan serta kesuksesan yang diperoleh maka kemudian mencoba merintis mata

pencaharian lain, misalnya dengan berwiraswasta. Mata pencaharian pedagang di sini

bermacam-macam, di antaranya adalah pedagang sembako, pedagang buah, pedagang

onderdil sepeda motor, pedagang warung makanan, pedagang bunga/tanaman, dan

sebagainya, baik yang berlokasi di Pasar Serpong, BSD maupun di sekitar tempat

tinggalnya.

95

Page 24: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

Sementara itu untuk mata pencaharian menyewakan rumah merupakan sesuatu yang

menarik dalam pembahasan transformasi sosial ekonomi ini, mengingat terdapat

cukup banyaknya responden yang memiliki rumah kontrakan ataupun tempat kos

yang disediakan untuk para pendatang ataupun para pekerja di wilayah BSD dan

sekitarnya, misalnya bagi para buruh industri/pabrik, karyawan swasta dan

sebagainya. Untuk itu mata pencaharian ini dibahas secara tersendiri dan terpisah dari

kegiatan wiraswasta, agar terlihat lebih jelas bagaimana perubahannya dari tahun ke

tahun. Hasilnya, responden yang menggeluti mata pencaharian ini terus meningkat

dari tahun ke tahun, bahkan ada beberapa di antaranya yang merubahnya mata

pencaharian ini dari hanya sekedar sebagai tambahan atau sampingan menjadi mata

pencaharian utama bagi rumah tangganya.

Selanjutnya jenis mata pencaharian utama rumah tangga juga dapat dikelompokkan

ke dalam tiga sektor, yaitu sektor primer, sekunder dan tersier. Sektor primer

merupakan sektor mata pencaharian yang lebih berorientasi pada kegiatan penyediaan

bahan baku, yang hasil produksinya perlu diolah lagi sebelum akhirnya digunakan.

Sektor primer di antaranya adalah pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan

sebagainya. Sedangkan sektor sekunder merupakan mata pencaharian yang

kegiatannya lebih berorientasi pada upaya menghasilkan ataupun mengadakan suatu

barang, seperti perdagangan, wirausaha, industri dan sebagainya. Sementara untuk

sektor tersier, merupakan kegiatan mata pencaharian yang berorientasi pada

pelayanan atau jasa, seperti perbankan, pemerintahan, sewa menyewa rumah, buruh,

karyawan, dan sebagainya.

Berdasarkan pengelompokan tersebut, di wilayah studi dari tahun 1991 sampai

dengan tahun 2006 nampak adanya penurunan prosentase mata pencaharian utama

rumah tangga responden di sektor primer, dan di sisi lain terjadi peningkatan

prosentase mata pencaharian utama rumah tangga responden di sektor lain, terutama

pada sektor tersier (lihat Gambar V.13). Hal ini menunjukkan bahwa mata

pencaharian utama rumah tangga responden semakin lama semakin bergeser ke

sektor tersier dan sekunder, serta dan mulai meninggalkan sektor primer. Perubahan

96

Page 25: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan Bryant dkk (1982) mengenai

pergeseran struktur tenaga kerja di sektor primer.

0.0%10.0%

20.0%30.0%

40.0%50.0%60.0%

70.0%80.0%

90.0%100.0%

Tahun

1991

Tahun

1996

Tahun

2001

Tahun

2006

Pro

sen

tase Sektor primer

Sektor sekunder

Sektor tersier

Belum bekerja

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.13. Sektor Mata Pencaharian Utama Rumah Tangga

Responden (1991-2006)

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa aparat kelurahan maupun tokoh

masyarakat, pada tahun 1980-an mata pencaharian utama masyarakat masih

didominasi oleh sektor primer (pertanian dan perkebunan). Namun pada awal tahun

1990-an kondisinya justru sudah berubah dan sangat berbeda, karena sektor sekunder

dan tersier mendominasi mata pencaharian utama rumah tangga responden. Dalam

hal ini nampak terjadi suatu perubahan sosial ekonomi yang cepat, khususnya

berkaitan dengan mata pencaharian. Hal tersebut tidak terlepas dari maraknya

pembangunan yang terjadi seiring dengan pengembangan lahan skala besar BSD.

Perubahan seperti itu pernah dipaparkan oleh Webster (2002), bahwa perkembangan

peri-urban biasanya melibatkan perubahan sosial yang cepat, ketika komunitas

pertanian berubah menjadi suatu kota atau kehidupan industri dalam waktu yang

singkat. Hal yang serupa juga diungkapkan oleh Iaquinta dan Drescher (2000)

mengenai perubahan sosial yang dinamis pada wilayah yang disebut sebagai peri-

urban.

V.2.1.2. Perubahan Struktur Mata Pencaharian Utama Rumah Tangga di

Wilayah Studi berdasarkan Penduduk Asli dan Penduduk Pendatang

Sektor mata pencaharian utama rumah tangga dapat pula dikaitkan dengan status

responden, yakni menurut perpindahan yang pernah dilakukan atau dengan kata lain

97

Page 26: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

berdasarkan penduduk asli ataupun penduduk pendatang. Berdasarkan hasil survei,

mata pencaharian utama rumah tangga responden yang statusnya penduduk asli (tidak

pernah melakukan perpindahan) sebagian besar adalah buruh (mata pencaharian

sektor tersier), dan hal ini terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2006. Hal yang

serupa juga terjadi pada responden pendatang, dalam kurun waktu yang sama mata

pencaharian utama rumah tangganya sebagian besar adalah karyawan dan buruh –

yang juga termasuk dalam sektor tersier. Dalam hal ini nampak bahwa mata

pencaharian utama rumah tangga responden, baik yang merupakan penduduk asli

maupun penduduk pendatang, telah berorientasi ke sektor tersier sejak tahun 1991,

terlebih lagi di tahun-tahun selanjutnya. Untuk melihat gambaran prosentase sektor

mata pencaharian utama rumah tangga responden pendatang dan responden yang

merupakan penduduk asli dapat dilihat melalui Gambar V.14. Sedangkan untuk

sebaran datanya lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran D. Sementara itu, khusus

untuk responden pendatang, perubahan prosentase mata pencaharian utama rumah

tangganya pada saat sebelum pindah ke sekitar pengembangan lahan skala besar BSD

maupun setelah pindah, dapat dilihat melalui Gambar V.15 dan Gambar V.16.

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

45.0

Tahun

1991

Tahun

1996

Tahun

2001

Tahun

2006

Tahun

1991

Tahun

1996

Tahun

2001

Tahun

2006

Penduduk asli Penduduk pendatang

Pro

sen

tase Sektor primer

Sektor sekunder

Sektor tersier

Belum bekerja

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.14. Sebaran Sektor Mata Pencaharian Utama Rumah Tangga

Responden (1991-2006) berdasarkan Penduduk Asli dan

Penduduk Pendatang

Berdasarkan gambaran yang diperoleh, dapat dilihat bahwa pada kondisi terakhir

(tahun 2006), mata pencaharian utama rumah tangga responden pendatang sebagian

98

Page 27: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

besar telah berorientasi pada sektor tersier dan sekunder. Jenis mata pencaharian yang

mengalami peningkatan prosentase cukup besar dari responden pendatang tersebut

adalah karyawan, wiraswasta dan buruh. Sementara itu berdasarkan gambaran tahun

terakhir, sudah tidak terdapat responden pendatang yang mata pencaharian utama

rumah tangganya di sektor primer (petani). Berbagai hal tersebut dapat menunjukkan

bahwa masyarakat di wilayah studi sudah mulai terurbanisasi, seperti yang

disampaikan Bryant dkk (1982) mengenai perkembangan area fringe.

7.5%

1.9%

26.2%

13.1%

0.0%8.4%

0.0%

23.4%

0.0%

1.9%

17.8%

Petani

PNS

Buruh

Pedagang

Menyewakan rumah

Wiraswasta

TNI/POLRI

Karyawan

Pensiunan

Guru

Belum bekerja

Sumber : Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.15. Mata Pencaharian Utama Rumah

Tangga Responden Pendatang

Sebelum Pindah ke Sekitar

Pengembangan Lahan BSD

30.8%

11.2%

0.9%14.0%

0.0%

35.5%

0.9%

3.7%2.8%

Petani

PNS

Buruh

Pedagang

Menyewakan rumah

Wiraswasta

TNI/POLRI

Karyawan

Pensiunan

Guru

Belum bekerja

Sumber : Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.16. Mata Pencaharian Utama Rumah

Tangga Responden Pendatang Tahun

2006

V.2.1.3. Mata Pencaharian Tambahan Rumah Tangga di Wilayah Studi

Selain mata pencaharian utama, sebagian masyarakat sekitar pengembangan lahan

skala besar BSD juga memiliki mata pencaharian tambahan atau sampingan.

Berdasarkan hasil survei, diketahui bahwa prosentase rumah tangga responden yang

99

Page 28: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

memiliki mata pencaharian tambahan dari tahun 1991 sampai dengan 2006 semakin

meningkat dari tahun ke tahun (lihat Gambar V.17). Peningkatan ini sekaligus juga

membuat prosentase rumah tangga responden yang tidak mempunyai mata

pencaharian tambahan semakin menurun. Meskipun demikian, jika dibandingkan

antara rumah tangga responden yang memiliki mata pencaharian tambahan dengan

yang tidak memiliki pada tahun 2006, prosentase yang lebih besar adalah responden

yang tidak memiliki mata pencaharian tambahan (53,7%).

0.010.0

20.030.0

40.050.060.0

70.080.0

90.0100.0

Tahun

1991

Tahun

1996

Tahun

2001

Tahun

2006

Pro

sen

tase

Memiliki mata

pencaharian

tambahan

Tidak memiliki mata

pencaharian

tambahan

Sumber : Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.17. Perbandingan Rumah Tangga Responden yang

Memiliki dan Tidak Memiliki Mata Pencaharian

Tambahan (1991-2006)

Peningkatan prosentase rumah tangga responden yang memiliki mata pencaharian

tambahan ini menjadi suatu pertanda bahwa di wilayah studi, seiring dengan semakin

berkembangnya BSD, semakin banyak dan beragam peluang kerja yang tersedia.

Dalam hal ini masyarakat yang ada di sekitar pengembangan BSD, selain berupaya

untuk terus meningkatkan perekonomiannya juga berupaya untuk menangkap

berbagai peluang tersebut, yakni dengan mengembangkan mata pencaharian

tambahan atau sampingan rumah tangganya.

Mata pencaharian tambahan rumah tangga antara tahun 1991 sampai dengan tahun

1996 sebagian besar dimiliki oleh responden yang merupakan penduduk asli. Namun

antara tahun 2001 sampai dengan tahun 2006 mulai nampak ada perubahan, karena

dalam kurun waktu tersebut rumah tangga responden yang lebih banyak memiliki

mata pencaharian tambahan adalah responden pendatang. Di sini terdapat suatu

indikasi bahwa responden pendatang lebih peka akan berbagai peluang maupun

100

Page 29: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

kesempatan dalam mengembangkan mata pencaharian rumah tangganya. Adapun hal

tersebut sejalan dengan apa yang disampaikan beberapa aparat kelurahan dan tokoh

masyarakat setempat melalui wawancara, bahwa masyarakat pendatang cenderung

lebih gigih dan kreatif dalam menangkap berbagai peluang untuk meningkatkan

perekonomiannya dibandingkan dengan penduduk asli di wilayah studi.

Pada sisi lain, prosentase responden penduduk asli yang memiliki mata pencaharian

tambahan dari tahun ke tahun juga cenderung meningkat, namun peningkatan

responden pendatang yang memiliki mata pencaharian tambahan justru lebih cepat

daripada yang terjadi pada penduduk asli. Untuk itu dari data 10 tahun terakhir (2001

dan 2006), dapat dilihat bahwa prosentase rumah tangga responden pendatang yang

memiliki mata pencaharian tambahan melebihi prosentase yang dimiliki oleh

penduduk asli. Untuk lebih jelasnya, sebaran ada dan tidaknya mata pencaharian

tambahan rumah tangga pada responden penduduk asli maupun penduduk pendatang,

dapat dilihat melalui Tabel V.3.

Tabel V.3. Sebaran Ada dan Tidaknya Mata Pencaharian Tambahan Rumah Tangga

Responden berdasarkan Penduduk Asli dan Penduduk Pendatang (1991-2006)

Tahun 1991 Tahun 1996 Tahun 2001 Tahun 2006

Pen

du

du

k

Asl

i

Pen

da

tan

g

To

tal

Pen

du

du

k

Asl

i

Pen

da

tan

g

To

tal

Pen

du

du

k

Asl

i

Pen

da

tan

g

To

tal

Pen

du

du

k

Asl

i

Pen

da

tan

g

To

tal

11.0 6.0 17.0 19.0 11.0 30.0 32.0 37.0 69.0 43.0 50.0 93.0 Memiliki

mata

pencaharian

tambahan %

5.5 3.0 8.5 9.5 5.5 14.9 15.9 18.4 34.3 21.4 24.9 46.3

48.0 54.0 102.0 60.0 71.0 131.0 58.0 65.0 123.0 51.0 57.0 108.0 Tidak

memiliki

mata

pencaharian

tambahan

%23.9 26.9 50.7 29.9 35.3 65.2 28.9 32.3 61.2 25.4 28.4 53.7

35.0 47.0 82.0 15.0 25.0 40.0 4.0 5.0 9.0 0.0 0.0 0.0 Belum

bekerja %

17.4 23.4 40.8 7.5 12.4 19.9 2.0 2.5 4.5 0.0 0.0 0.0

94.0 107.0 201.0 94.0 107.0 201.0 94.0 107.0 201.0 94.0 107.0 201.0

Total%

46.8 53.2 100.0 46.8 53.2 100.0 46.8 53.2 100.0 46.8 53.2 100.0

Sumber : Hasil pengolahan data SPSS, 2007

101

Page 30: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

V.2.1.4. Perubahan Struktur Mata Pencaharian Tambahan Rumah Tangga di

Wilayah Studi

Seperti halnya pada mata pencaharian utama, mata pencaharian tambahan rumah

tangga masyarakat sekitar pengembangan lahan skala besar BSD juga beragam. Pada

tahun 2006 mata pencaharian tambahan rumah tangga responden terdiri dari

pedagang (10,9%), wiraswasta (10,0%), buruh (9,0%), karyawan (8,0%),

menyewakan rumah (4,0%), guru (2,5%), petani (1,0%), TNI/Polri (2,5%) dan PNS

(0,5%). Seperti yang terjadi pada mata pencaharian utama, dalam hal mata

pencaharian tambahan ini responden lebih terkonsentrasi pada sektor non-primer,

seperti pedagang, wiraswasta, buruh dan karyawan. Lebih jelasnya mengenai mata

pencaharian tambahan rumah tangga responden tahun 2006, dapat dilihat melalui

Gambar V.18.

9.0%

10.9%

4.0%

10.0%

0.5%

8.0%

2.5%

53.6%

0.5%

1.0%

Petani

PNS

Buruh

Pedagang

Menyewakan rumah

Wiraswasta

TNI/POLRI

Karyawan

Guru

Tidak memiliki mata pencaharian

tambahan

Sumber : Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.18. Mata Pencaharian Tambahan Rumah Tangga

Responden Tahun 2006

Jika dilihat secara keseluruhan, sebagian besar jenis mata pencaharian tambahan

rumah tangga responden semakin meningkat prosentasenya dari tahun 1991 sampai

dengan 2006. Mata pencaharian yang semakin meingkat prosentasenya itu di

antaranya adalah pedagang, wiraswasta, buruh dan karyawan. Peningkatan ini salah

satunya dipengaruhi oleh semakin banyaknya peluang kerja di BSD maupun

sekitarnya, seiring dengan semakin maraknya pengembangan BSD beserta kegiatan-

kegiatan di dalamnya. Perubahan mata pencaharian tambahan rumah tangga

102

Page 31: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

responden berdasarkan hasil survei primer (rumah tangga), dapat dilihat pada Gambar

V.19 dan Tabel V.4.

0.0

2.0

4.0

6.0

8.0

10.0

12.0

Tahun 1991 Tahun 1996 Tahun 2001 Tahun 2001

Pro

sen

tase

Petani

Buruh

Pedagang

Menyewakan rumah

Wiraswasta

Karyawan

PNS

TNI/POLRI

Guru

Sumber : Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.19. Perubahan Mata Pencaharian Tambahan Rumah

Tangga Responden (1991-2006)

Tabel V.4. Jenis Mata Pencaharian Tambahan Rumah Tangga Responden (1991-2006) Tahun 1991 Tahun 1996 Tahun 2001 Tahun 2006 Jenis Mata Pencaharian

Tambahan Jumlah % Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Petani 5 2.5 6 3.0 3 1.5 2 1.0

PNS 0 0.0 0 0.0 0 0.0 1 0.5

Buruh 3 1.5 4 2.0 10 5.0 18 9.0

Pedagang 5 2.5 7 3.5 22 10.9 22 10.9

Menyewakan rumah 1 0.5 4 2.0 9 4.5 8 4.0

Wiraswasta 2 1.0 5 2.5 14 7.0 20 10.0

TNI/POLRI 0 0.0 0 0.0 0 0.0 1 0.5

Karyawan 0 0.0 2 1.0 6 3.0 16 8.0

Guru 1 0.5 2 1.0 5 2.5 5 2.5

Tidak memiliki mata

pencaharian tambahan 102 50.7 131 65.2 123 61.2 108 53.7

Belum bekerja 82 40.8 40 19.9 9 4.5 0 0.0

Total 201 100.0 201 100.0 201 100.0 201 100.0

Sumber : Hasil survei rumah tangga, 2006

Sedangkan mata pencaharian yang prosentasenya terus menurun sejak tahun 1991

sampai dengan tahun 2006 adalah petani. Seperti halnya pada mata pencaharian

utama, berkurangnya petani di sini juga tidak terlepas dari adanya pengembangan

lahan pada BSD, seperti adanya perubahan fungsi dari lahan pertanian menjadi

hunian, komersial atau fungsi lainnya, faktor cuaca yang kurang mendukung bagi

pertanian, pendapatan dari sektor pertanian yang kurang untuk mencukupi berbagai

kebutuhan, dan sebagainya.

103

Page 32: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

Mata pencaharian tambahan lainnya yang juga mengalami kecenderungan menurun

prosentasenya adalah menyewakan rumah (dari tahun 2001 sampai 2006). Dalam hal

ini terdapat rumah tangga responden yang sebelumnya menjadikan mata pencaharian

ini sebagai mata pencaharian tambahan, namun seiring dengan berjalannya waktu,

kesuksesan serta keuntungan yang bisa diperoleh, kemudian menjadikannya sebagai

mata pencaharian utama rumah tangga.

Pada tahun 1991 sampai dengan tahun 1996, sebagian besar mata pencaharian

tambahan yang digeluti rumah tangga responden adalah petani dan pedagang. Di

tahun 1991 prosentase kedua mata pencaharian itu sama, yaitu 2,5%. Sementara itu

pada tahun 1996 mata pencaharian pedagang merupakan prosentase yang terbesar

(3,5%), bahkan lebih besar dari mata pencaharian petani (3,0%). Pada tahun 2001

sebagian besar mata pencaharian tambahan rumah tangga responden adalah pedagang

(10,9%) dan wiraswasta (7,0%). Untuk tahun 2006 sebagian besar mata pencaharian

tambahan rumah tangga responden tersebut adalah pedagang (10,9%), wiraswasta

(10,0%), buruh (9,0%) dan karyawan (8,0%). Besaran prosentase tersebut

menunjukkan adanya pergeseran mata pencaharian tambahan rumah tangga

responden dari sektor primer dan sekunder ke sektor tersier. Hal ini juga sejalan

dengan apa yang disampaikan oleh Bryant dkk (1982) bahwa dalam perkembangan

peri-urban terdapat pergeseran struktur tenaga kerja di sektor primer ke sektor non-

primer, seperti halnya yang terjadi pada mata pencaharian tambahan rumah tangga

responden di wilayah studi ini.

Perubahan seperti yang diuraikan di atas juga dapat dilihat melalui gambaran

perubahan mata pencaharian tambahan rumah tangga responden yang dikelompokkan

ke dalam tiga sektor, yaitu sektor primer, sekunder dan tersier, dari tahun 1991

sampai dengan tahun 2006 (lihat Gambar V.20). Melalui gambaran tersebut,

diketahui bahwa dari tahun 1991 sampai dengan tahun 2006, mata pencaharian

tambahan rumah tangga responden di sektor primer nampak terus mengalami

penurunan. Sementara mata pencaharian tambahan rumah tangga di sektor sekunder

dan tersier, terus mengalami peningkatan. Sektor sekunder mendominasi mata

pencaharian tambahan rumah tangga responden di tahun 1991, 1996 dan 2001.

104

Page 33: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

Sedangkan dari data terakhir yang berhasil diperoleh (tahun 2006), diketahui bahwa

sektor yang dominan dalam mata pencaharian tambahan rumah tangga responden di

tahun tersebut adalah sektor tersier. Hal ini semakin menunjukkan bahwa dalam

kurun waktu 15 tahun terakhir tidak hanya mata pencaharian utama rumah tangga

responden saja yang mengalami pergeseran ke arah sektor tersier, tetapi juga mata

pencaharian tambahannya.

0.0%10.0%

20.0%30.0%

40.0%50.0%60.0%

70.0%80.0%

90.0%100.0%

Tahun

1991

Tahun

1996

Tahun

2001

Tahun

2006

Pro

sen

tase

Sektor primer

Sektor sekunder

Sektor tersier

Tidak memiliki mata

pencaharian

tambahanBelum bekerja

Sumber : Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.20. Sektor Mata Pencaharian Tambahan Rumah Tangga

Responden (1991-2006)

V.2.1.5. Mata Pencaharian Tambahan Rumah Tangga di Wilayah Studi

berdasarkan Penduduk Asli dan Penduduk Pendatang

Seperti halnya pada mata pencaharian utama, mata pencaharian tambahan rumah

tangga dapat pula dikaitkan dengan status rumah tangga responden menurut

perpindahan yang pernah dilakukan (berdasarkan penduduk asli ataupun penduduk

pendatang). Melalui hasil survei, diketahui bahwa dalam kurun waktu 15 tahun

terakhir mata pencaharian tambahan rumah tangga responden di sektor sekunder

cenderung lebih dominan dibanding dua sektor lainnya. Dalam hal ini sebagian besar

rumah tangga responden yang memiliki mata pencaharian tambahan, baik pendatang

maupun penduduk asli, ada yang bekerja sebagai pedagang kecil di sekitar tempat

tinggalnya, pedagang makanan di kantin-kantin, pedagang kios, usaha wartel, warnet,

dan sebagainya. Sekor sekunder mendominasi mata pencaharian tambahan rumah

tangga responden penduduk asli pada tahun 1991 sampai dengan 2001, serta

mendominasi mata pencaharian rumah tangga responden pendatang pada tahun 1996

sampai dengan 2006. Jika dilihat dari perubahan prosentasenya, sektor sekunder pada

105

Page 34: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

responden pendatang nampak mengalami peningkatan yang cepat dibandingkan

dengan yang terjadi pada penduduk asli, terutama dalam lima tahun terakhir. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar responden pendatang setelah pindah ke wilayah

studi (di awal tahun 1990-an) berupaya memanfaatkan kesempatan ataupun peluang

yang ada sekitar pengembangan lahan skala besar BSD dengan bekerja di sektor

sekunder. Perubahan sektor mata pencaharian tambahan rumah tangga untuk

responden pendatang maupun penduduk asli ini dapat dilihat melalui Gambar V.21.

Sedangkan untuk lebih lengkapnya, sebaran data mata pencaharian tambahan rumah

tangga responden pendatang maupun penduduk asli dapat dilihat melalui Lampiran

D.

Adapun untuk sektor tersier dalam mata pencaharian tambahan ini, walaupun tidak

dominan seperti halnya sektor sekunder, namun seiring dengan berjalannya waktu,

prosentase sektor ini cenderung terus meningkat. Bahkan di tahun 2006 sektor ini

menjadi dominan dalam mata pencaharian tambahan rumah tangga responden

penduduk asli dibandingkan sektor lain. Di sini mata pencaharian tambahan rumah

tangga responden penduduk asli tersebut di antaranya adalah sebagai buruh industri,

tukang taman BSD, pembantu harian bagi rumah tangga di sekitarnya, tukang

bangunan, karyawan pertokoan, dan sebagainya.

0.0

5.0

10.0

15.0

20.0

25.0

30.0

35.0

40.0

Tahun

1991

Tahun

1996

Tahun

2001

Tahun

2006

Tahun

1991

Tahun

1996

Tahun

2001

Tahun

2006

Penduduk Asli Penduduk pendatang

Mata Pencaharian Tambahan

Pro

sen

tase

Sektor primer

Sektor sekunder

Sektor tersier

Tidak memiliki mata

pencaharian tambahan

Belum bekerja

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.21. Sebaran Sektor Mata Pencaharian Tambahan Rumah

Tangga Responden (1991-2006) berdasarkan Penduduk Asli

dan Penduduk Pendatang

106

Page 35: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

77.6%

17.8%

1.9%0.9%

0.9%

0.9%

Petani

PNS

Buruh

Pedagang

Menyewakan rumah

Wiraswasta

TNI/POLRI

Karyawan

Pensiunan

Guru

Tidak memiliki mata

pencaharian tambahanBelum bekerja

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.22. Mata Pencaharian Tambahan Rumah

Tangga Responden Pendatang Sebelum

Pindah ke Sekitar Pengembangan Lahan

BSD

6.5%

11.2%

4.7%

13.1%

7.5%

3.7%

53.3%

Petani

PNS

Buruh

Pedagang

Menyewakan rumah

Wiraswasta

TNI/POLRI

Karyawan

Pensiunan

Guru

Tidak memiliki mata

pencaharian tambahanBelum bekerja

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.23. Mata Pencaharian Tambahan Rumah

Tangga Responden Pendatang Tahun 2006

Adapun untuk mata pencaharian tambahan rumah tangga di sektor primer, lebih

banyak dijumpai pada responden yang merupakan penduduk asli. Jika dilihat

perubahannya dari tahun 1991 sampai dengan tahun 2006, prosentase sektor ini

cenderung menurun. Kecenderungan penurunan juga terjadi pada responden

pendatang. Hal ini menunjukkan bahwa sektor primer semakin lama semakin

ditinggalkan oleh responden, baik penduduk asli maupun penduduk pendatang.

Adapun khusus untuk rumah tangga responden pendatang, gambaran perubahan mata

107

Page 36: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

pencaharian tambahannya, baik pada saat sebelum pindah maupun setelah pindah ke

sekitar pengembangan lahan skala besar BSD, dapat dilihat pada Gambar V.22 dan

Gambar V.23.

Berdasarkan gambaran tersebut, dapat dilihat bahwa mata pencaharian tambahan

rumah tangga responden pendatang setelah pindah ke sekitar pengembangan lahan

skala besar semakin bervariasi dan lebih berorientasi pada sektor sekunder, seperti

pedagang dan wiraswasta. Sedangkan untuk petani (sektor primer), berdasarkan hasil

survei, menjadi salah satu mata pencaharian tambahan bagi sebagian kecil rumah

tangga responden pendatang sebelum melakukan perpindahan ke sekitar BSD, namun

di tahun terakhir (2006) sudah tidak terdapat lagi responden pendatang yang

menggeluti pekerjaan tersebut sebagai mata pencaharian tambahan rumah tangganya.

Untuk itu di sini dapat diketahui bahwa responden pendatang setelah pindah ke

wilayah studi lebih memilih sektor sekunder dan tersier sebagai mata pencaharian

tambahannya daripada sektor primer. Penurunan di sektor primer tersebut tampaknya

juga dipengaruhi oleh semakin berkembanganya kawasan BSD maupun sekitarnya

yang semakin membuka peluang pekerjaan bagi masyarakat sekitar, tidak tersedianya

lahan untuk pertanian, masyarakat yang sudah mulai terurbanisasi dan

terindustrialisasi (Bryant dkk, 1982), dan sebagainya.

V.2.2. Tempat Bekerja

Berdasarkan hasil survei, terdapat beberapa tempat bekerja responden, mulai dari

yang berada di luar Propinsi Banten, di luar Kabupaten Tangerang dengan lingkup

Propinsi Banten, di luar Kecamatan Serpong dengan lingkup Kabupaten Tangerang,

di luar kelurahan/desa tempat tinggal dengan lingkup Kecamatan Serpong, di dalam

ruang lingkup BSD dan di dalam ruang lingkup kelurahan wilayah studi. Berikut

adalah gambaran mata pencaharian utama rumah tangga responden mulai tahun 1991

sampai 2006.

108

Page 37: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

90.0

100.0

Tahun

1991

Tahun

1996

Tahun

2001

Tahun

2006

Pro

sen

tase

Di luar Propinsi Banten

Di luar Kabupaten Tangerang

Di luar Kecamatan Serpong

Di luar kelurahan tempat tinggal

Di BSD

Di sekitar tempat tinggal (dalam

satu kelurahan wilayah studi)

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.24. Lokasi Tempat Bekerja Responden untuk Mata

Pencaharian Utama Rumah Tangga (1991-

2006)

Berdasarkan gambaran tersebut, dapat dilihat bahwa dari tahun 1991 sampai dengan

2006 sebagian besar responden bekerja (untuk mata pencaharian utama rumah

tangga) di sekitar tempat tinggal yang masih berada dalam satu kelurahan dengan

tempat tinggalnya. bahwa responden semakin lama cenderung lebih memilih lokasi

bekerja yang relatif dekat dengan tempat tinggalnya, ditambah lagi dengan

perkembangan BSD yang memberikan peluang cukup besar bagi tenaga kerja di

sektor sekunder maupun tersier. Hal ini tentunya tidak terlepas dari semakin

berkembangnya kawasan BSD dan sekitarnya yang semakin membuka peluang

pekerjaan bagi masyarakat.

Meskipun demikian, sampai dengan tahun 2006 masih ada responden yang bekerja di

luar Propinsi Banten, seperti bekerja di Jakarta, Bogor dan sebagainya, yang

lokasinya relatif jauh dari tempat tinggal. Pemilihan lokasi bekerja ini tampaknya

juga tidak terlepas dari semakin membaiknya aksesibilitas kawasan BSD dan

sekitarnya, seiring dengan pengembangan lahan yang dilakukan. Selain itu dari

wawancara dengan beberapa responden, terdapat masyarakat yang walaupun telah

pindah ke wilayah studi namun tetap bekerja di Jakarta – tempat tinggal dan tempat

bekerjanya dulu. Untuk itu dalam hal ini dengan membaiknya aksesibilitas, bersama

dengan pengembangan serta pembangunan yang dilakukan BSD, responden lebih

bebas memilih lokasi tempat bekerja, terutama untuk lokasi bekerja yang relatif jauh

dari tempat tinggalnya.

109

Page 38: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

Sementara itu, untuk gambaran lokasi tempat bekerja mata pencaharian tambahan

rumah tangga responden mulai tahun 1991 sampai 2006, dapat dilihat pada Gambar

V.25.

0.0

10.0

20.0

30.0

40.0

50.0

60.0

70.0

80.0

90.0

100.0

Tahun

1991

Tahun

1996

Tahun

2001

Tahun

2006

Pro

se

nta

se

Di luar Propinsi Banten

Di luar Kabupaten Tangerang

Di luar Kecamatan Serpong

Di luar kelurahan tempat tinggal

Di BSD

Di sekitar tempat tinggal (dalam

satu kelurahan wilayah studi)

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.25. Lokasi Tempat Bekerja Responden untuk

Mata Pencaharian Tambahan Rumah

Tangga (1991-2006)

Berdasarkan gambaran tersebut, lokasi bekerja responden untuk mata pencaharian

tambahan rumah tangganya sebagian besar adalah di sekitar tempat tinggal atau

berada dalam satu kelurahan dengan tempat tinggal. Di samping itu, seperti yang

terjadi pada mata pencaharian utama, prosentase responden yang lokasi bekerjanya

(mata pencaharian tambahan rumah tangga) di BSD juga semakin meningkat dan

merupakan terbesar kedua setelah lokasi bekerja di sekitar tempat tinggal.

Peningkatan prosentase responden yang bekerja di BSD ini terjadi pada tahun 2001

sampai dengan 2006. Hal tersebut menunjukkan bahwa seiring dengan

berkembangnya BSD maka semakin luas peluang kerja bagi masyarakat, tidak hanya

bagi mata pencaharian utama tetapi juga bagi mata pencaharian tambahan.

Sementara itu untuk melihat lebih jauh mengenai keberadaan pengembangan lahan

skala besar BSD terhadap masuknya para pendatang serta peluang kerja di BSD

maupun sekitarnya yang menjadi salah satu faktor penarik para pendatang, berikut

ditelusuri lebih jauh mengenai tempat bekerja responden pendatang setelah tinggal di

wilayah studi, baik untuk mata pencaharian utama maupun mata pencaharian

tambahan. Gambaran mengenai tempat bekerja responden pendatang dari tahun 1991

sampai dengan 2006 dapat dilihat melalui Gambar V.26 dan Gambar V.27.

110

Page 39: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

Tahun

1991

Tahun

1996

Tahun

2001

Tahun

2006

Pro

sen

tase

Masih berada di tempat tinggal

lama

Di sekitar tempat tinggal (lingkup

kelurahan wilayah studi)

Di BSD

Di luar kelurahan/desa tempat

tinggal (lingkup Kec Serpong)

Di luar Kecamatan Serpong

(lingkup Kab. Tangerang)

Di luar Kabupaten Tangerang

(lingkup Propinsi Banten)

Di luar Propinsi Banten

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.26. Tempat Bekerja Responden Pendatang

untuk Mata Pencaharian Utama Rumah

Tangga (1991-2006)

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

Tahun

1991

Tahun

1996

Tahun

2001

Tahun

2006

Pro

sen

tase

Masih berada di tempat tinggal

lama

Di sekitar tempat tinggal (lingkup

kelurahan wilayah studi)

Di BSD

Di luar kelurahan/desa tempat

tinggal (lingkup Kec Serpong)

Di luar Kecamatan Serpong

(lingkup Kab. Tangerang)

Di luar Kabupaten Tangerang

(lingkup Propinsi Banten)

Di luar Propinsi Banten

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.27. Tempat Bekerja Responden Pendatang

untuk Mata Pencaharian Tambahan

Rumah Tangga (1991-2006)

Berdasarkan gambaran tersebut dapat diketahui bahwa responden pendatang yang

setelah pindah ke wilayah studi bekerja di BSD untuk mata pencaharian utamanya

semakin lama semakin meningkat, bahkan pada tahun 2006 jumlah pendatang yang

bekerja di BSD merupakan prosentase paling besar (34,58%) dibandingkan dengan

prosentase tempat bekerja responden pendatang lainnya. Sementara itu untuk mata

pencaharian tambahan, tempat bekerja di BSD bagi para pendatang ini juga

cenderung meningkat, walaupun bukan merupakan tempat bekerja yang dominan

bagi mata pencaharian tambahan tersebut. Untuk itu, dalam hal ini pergerakan atau

migrasi penduduk menuju titik sekitar pengembangan lahan skala besar BSD turut

dipengaruhi oleh keberadaan BSD itu sendiri, yang salah satunya dapat dilihat dari

111

Page 40: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

pilihan tempat bekerja para pendatang setelah pindah – terutama untuk mata

pencaharian utamanya, yang sebagian besar berlokasi di BSD.

V.3. Identifikasi Transformasi Struktur Pendapatan dan Pengeluaran

Masyarakat Sekitar Pengembangan Lahan Skala Besar Bumi Serpong

Damai

Seperti halnya pada pembahasan mengenai migrasi dan struktur mata pencaharian

rumah tangga, identifikasi struktur pendapatan dalam studi ini juga menggunakan

data primer melalui hasil kuesioner rumah tangga. Untuk melihat transformasi

struktur pendapatan, yang menjadi salah satu bagian dari sasaran studi, data

pendapatan rumah tangga responden diurutkan secara series per lima tahun, dari

tahun 1991 sampai dengan tahun 2006. Pendapatan dalam hal ini merupakan total

pendapatan rumah tangga responden per bulan, baik yang diperoleh dari mata

pencaharian utama dan juga dari mata pencaharian tambahan rumah tangga.

Pembahasan sub-bab ini juga dilengkapi dengan identifikasi pengeluaran rumah

tangga responden per bulan untuk berbagai macam keperluan.

V.3.1. Transformasi Struktur Pendapatan Rumah Tangga di Wilayah Studi

Pendapatan rumah tangga responden dari tahun 1991 sampai dengan tahun 2006

dinilai cukup bervariasi. Pada tahun 1991 total pendapatan rumah tangga responden,

baik dari mata pencaharian utama rumah tangga maupun dari mata pencaharian

tambahannya, berkisar antara Rp.320.000,00 per bulan sampai dengan

Rp.3.200.000,00 per bulan. Sementara pada tahun 1996 total pendapatan rumah

tangga responden berkisar antara Rp.350.000,00 per bulan sampai dengan

Rp.5.000.000,00 per bulan. Adapun untuk tahun 2001 dan 2006 total pendapatan

rumah tangga responden memiliki rentang yang lebih besar dari sebelumnya, yakni

mulai dari Rp.300.000,00 per bulan sampai dengan Rp.10.000.000,00 per bulan pada

tahun 2001, dan Rp.650.000,00 per bulan sampai dengan Rp.15.000.000,00 per bulan

pada tahun 2006. Adanya rentang yang cukup besar dalam total pendapatan rumah

tangga responden tersebut dapat menjadi salah satu indikasi adanya kesenjangan pada

ekonomi masyarakat sekitar pengembangan lahan skala besar BSD. Sementara

112

Page 41: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

rentang yang semakin lama semakin lebar antara nilai minimum dan nilai maksimum

total pendapatan rumah tangga tersebut (lihat Tabel V.5 dan V.32), menunjukkan

bahwa semakin lama seiring dengan masuknya para pendatang dari berbagai wilayah,

persaingan yang semakin ketat, dan sebagainya, kesenjangan yang terjadi dalam hal

pendapatan pun semakin besar. Adapun untuk gambaran total (absolut) pendapatan

rumah tangga responden dari tahun 1991 sampai dengan tahun 2006, dapat dilihat

pada V.28 sampai dengan Gambar V.31.

Sehubungan dengan adanya rumah tangga responden yang memiliki pendapatan

relatif tinggi di wilayah studi tersebut, menguatkan hasil pengamatan Bryant dkk

(1982) terhadap karakteristik masyarakat di city’s countryside, bahwa di wilayah

yang juga dikenal sebagai peri-urban ini terdapat masyarakat dengan kondisi sosial

ekonomi yang relatif baik – salah satunya dengan berpenghasilan tinggi. Meskipun

demikian, masih ada pula sebagian rumah tangga responden yang pendapatan per

bulannya sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai minimum pendapatan dari

mata pencaharian utamanya yang selalu berada di bawah Rp.1.000.000,00 dari 1991

sampai dengan 2006.

Dalam mengidentifikasi perubahan atau transformasi struktur pendapatan di sini,

perlu pula ditelusuri bagaimana kecenderungan memusat pendapatan rumah tangga

responden dari tahun ke tahun, dalam hal ini dilihat melalui nilai modus dan

mediannya (lihat Tabel V.5 dan Gambar V.32). Modus merupakan nilai variabel yang

paling sering terjadi atau dengan kata lain nilai/besaran pendapatan yang paling

banyak dimiliki oleh rumah tangga responden. Sedangkan median adalah nilai

variabel pendapatan rumah tangga responden yang mempunyai setengah jumlah

kasus di atasnya dan setengah jumlah kasus di bawahnya setelah diurutkan dari tinggi

ke rendah.

113

Page 42: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

Perc

en

t

12.5%

10.0%

7.5%

5.0%

2.5%

0.0%

Total pendapatan tahun 1991

15,0

00,0

00

14,0

00,0

00

13,0

00,0

00

12,0

00,0

00

11,0

00,0

00

10,0

00,0

00

9,0

00

,000

8,0

00

,000

7,0

00

,000

6,0

00

,000

5,0

00

,000

4,0

00

,000

3,0

00

,000

2,0

00

,000

1,0

00

,0000

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.28. Pendapatan Rumah Tangga Responden Tahun 1991

Perc

en

t

12.5%

10.0%

7.5%

5.0%

2.5%

0.0%

Total pendapatan tahun 1996

15,0

00

,000

14,0

00

,000

13,0

00

,000

12,0

00

,000

11,0

00

,000

10,0

00

,000

9,0

00,0

00

8,0

00,0

00

7,0

00,0

00

6,0

00,0

00

5,0

00,0

00

4,0

00,0

00

3,0

00,0

00

2,0

00,0

00

1,0

00,0

000

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.29. Pendapatan Rumah Tangga Responden Tahun 1996

114

Page 43: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

Perc

en

t

12.5%

10.0%

7.5%

5.0%

2.5%

0.0%

Total pendapatan tahun 2001

15

,00

0,0

00

14

,00

0,0

00

13

,00

0,0

00

12

,00

0,0

00

11

,00

0,0

00

10

,00

0,0

00

9,0

00

,000

8,0

00

,000

7,0

00

,000

6,0

00

,000

5,0

00

,000

4,0

00

,000

3,0

00

,000

2,0

00

,000

1,0

00

,0000

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.30. Pendapatan Rumah Tangga Responden Tahun 2001

Perc

en

t

12.5%

10.0%

7.5%

5.0%

2.5%

0.0%

Total pendapatan tahun 2006

15,0

00

,000

14,0

00

,000

13,0

00

,000

12,0

00

,000

11,0

00

,000

10,0

00

,000

9,0

00,0

00

8,0

00,0

00

7,0

00,0

00

6,0

00,0

00

5,0

00,0

00

4,0

00,0

00

3,0

00,0

00

2,0

00,0

00

1,0

00,0

000

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.31. Pendapatan Rumah Tangga Responden Tahun 2006

115

Page 44: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

Tabel V. 5. Nilai Minimum, Nilai Maksimum, Median dan Modus Total

Pendapatan Responden (1991-2006)

Total

pendapatan

tahun 1991

Total

pendapatan

tahun 1996

Total

pendapatan

tahun 2001

Total

pendapatan

tahun 2006

Jumlah Sudah bekerja 119 161 192 201

Belum bekerja 82 40 9 0

Mean 728,840.3 1,078,565 1,713,656 2,356,144

Median 600,000 850,000 1,275,000 1,750,000

Mode 700,000 600,000 1,000,000 1,200,000

Minimum 320,000 350,000 300,000 650,000

Maximum 3,200,000 5,000,000 10,000,000 15,000,000

Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2007

0

1,000,000

2,000,000

3,000,000

4,000,000

5,000,000

6,000,000

7,000,000

8,000,000

9,000,000

10,000,000

11,000,000

12,000,000

13,000,000

14,000,000

15,000,000

16,000,000

Tahun 1991 Tahun 1996 Tahun 2001 Tahun 2006

To

tal P

en

dap

ata

n

Median

Mode

Nilai minimum

Nilai maksimum

Sumber: Hasil pengolahan data SPSS, 2007

Gambar V.32. Perubahan Nilai Minimum, Nilai Maksimum, Median dan

Modus Total Pendapatan Responden (1991-2006)

Dalam kurun waktu 1991 sampai dengan 2006, nampak adanya peningkatan median

pendapatan rumah tangga responden. Hal yang hampir sama juga nampak pada

modus, yang dalam 10 tahun terakhir nilai modus pendapatan rumah tangga

responden juga cenderung meningkat. Penurunan modus sempat terjadi antara tahun

1991 ke 1996, dan hal ini tampaknya tidak terlepas dari masuknya para pendatang

dari berbagai wilayah ke sekitar pengembangan lahan skala besar BSD di awal tahun

1990-an. Pada tahun-tahun tersebut sebagian para responden pendatang baru

beradaptasi dan memulai mata pencahariannya di wilayah studi dengan pendapatan

116

Page 45: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

yang relatif kecil, sehingga hal ini mempengaruhi modus pendapatan di tahun 1996

yang lebih kecil daripada modus di lima tahun sebelumnya (tahun 1991).

Sementara itu jika membandingkan nilai modus dan median dari tahun ke tahun, pada

tahun 1991 modus berada sedikit di atas median atau lebih besar dari mediannya.

Sedangkan dalam 10 tahun terakhir (1996 sampai 2006), modus berada di bawah atau

lebih kecil dari median. Kondisi demikian menunjukkan bahwa nilai pendapatan yang

banyak dimiliki oleh rumah tangga responden merupakan pendapatan yang relatif

masih kecil atau terkonsentrasi pada titik yang lebih rendah daripada nilai tengah atau

mediannya. Kondisi demikian dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya

adalah karena masuknya para pendatang yang baru mulai beradaptasi dan baru mulai

merintis mata pencahariannya di wilayah studi, karakteristik rumah tangga responden

yang merupakan keluarga muda atau baru memulai kehidupan berumah tangga, serta

jenis mata pencaharian yang digeluti oleh sebagian besar rumah tangga responden

adalah buruh – yang pendapatannya relatif kecil. Berbagai faktor tersebut membawa

pendapatan sebagian rumah tangga responden cenderung atau terkonsentrasi pada

titik yang lebih rendah dari median pendapatannya. Namun hal ini belum bisa

memastikan bahwa kondisi perekonomian masyarakat sekitar pengembangan lahan

skala besar BSD semakin baik atau semakin buruk dalam kurun waktu 15 tahun

terakhir tersebut. Lebih lanjut untuk mengidentifikasi pendapatan rumah tangga di

wilayah studi, dijelaskan perubahannya berdasarkan kelas pendapatan.

Total pendapatan rumah tangga responden dapat diklasifikasikan menjadi lima1 kelas

pendapatan. Hal ini dilakukan untuk mengidentifikasi serta melihat perubahan

masing-masing kelas pendapatan tersebut dari tahun ke tahun (lihat Gambar V.33).

1 Rentang atau range dibuat dengan mempertimbangkan besarnya pendapatan penduduk Indonesia

atau Pendapatan Domestik Bruto (PDB) per kapita Indonesia di tahun 2006 versi BPS, yakni

mencapai Rp.15.000.000,00 per tahun atau sekitar Rp.1.250.000,00 per bulan (sumber:

Kuswaraharja, 2007), serta juga melihat pendapatan maksimal masyarakat di wilayah studi yang

mencapai Rp.15.000.000,00 per bulan. Dari pertimbangan tersebut dibuat lima kelas pendapatan,

yang terdiri dari <Rp.1250.000: pendapatan sangat rendah, Rp.1.250.000–Rp.2.500.000: pendapatan

rendah, Rp.2.500.000-Rp.5.000.0000: pendapatan sedang, Rp.5.000.000–10.000.000: pendapatan

tinggi, dan >Rp.10.000.000 pendapatan sangat tinggi.

117

Page 46: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

Dari gambaran tersebut dapat dilihat bahwa dalam kurun waktu 1991 sampai dengan

2006, ada kelas pendapatan yang cenderung menurun dan ada pula yang cenderung

meningkat. Untuk kelas pendapatan <Rp.1.250.000,00 nampak cenderung menurun

dan ini berarti bahwa prosentase rumah tangga responden yang memiliki pendapatan

kurang dari Rp.1.250.000,00 semakin lama semakin berkurang. Sementara untuk

kelas pendapatan lain, yang nilainya berkisar antara Rp.1.250.000,00 hingga lebih

dari Rp.10.000.000,00 justru cenderung meningkat.

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

Tahun

1991

Tahun

1996

Tahun

2001

Tahun

2006

Pro

sen

tase

<Rp.1,250,000

Rp.1,250,000-Rp.2,499,999

Rp.2,500,000-Rp.4,999,999

Rp.5,000,000-Rp.10.000.000

>Rp.10,000,000

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.33. Perubahan Pendapatan Rumah Tangga Responden berdasarkan

Kelas (1991-2006)

Peningkatan di kelas pendapatan ini selain karena inflasi yang terjadi dalam kurun

waktu tersebut, juga karena semakin membaiknya kondisi perekonomian rumah

tangga masyarakat itu sendiri. Untuk sebab yang terakhir, hal ini dapat dilihat dari

pertumbuhan prosentase beberapa kelas pendapatan per tahun yang lebih besar

daripada rata-rata inflasi per tahun yang terjadi dalam kurun waktu tersebut (lihat

Tabel V.6). Kondisi yang demikian dapat dilihat pada kelas pendapatan

Rp.1.250.000-Rp.2.499.999, Rp.2.500.000-Rp.4.999.999, Rp.5.000.000-

Rp.10.000.000 serta >Rp.10.000.000,00 (lihat bagian yang diarsir pada Tabel V.6).

Gambaran melalui kelas pendapatan ini memberikan suatu indikasi bahwa kondisi

perekonomian masyarakat sekitar pengembangan lahan skala besar BSD, khususnya

yang berkaitan dengan pendapatan, semakin membaik. Hal ini mendekati dengan apa

yang menjadi hasil analisis Bauer dan Roux (1976), bahwa masyarakat yang tinggal

118

Page 47: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

di area peri-urban atau city’s country side memiliki kondisi sosial ekonomi yang

relatif baik, salah satunya diwakili oleh karakteristik pendapatan ini.

Tabel V.6. Kenaikan/Penurunan Pendapatan Rumah Tangga Responden (berdasarkan

Kelas) serta Perbandingannya terhadap Inflasi

Sa

tua

n

1991 - 1996 1991 - 2001 1991 - 2006

Pertumbuhan prosentase rumah tangga dengan pendapatan

<Rp.1,250,000 (per tahun) % -2.18 -8.88 -14.69

Pertumbuhan prosentase rumah tangga dengan pendapatan

antara Rp.1,250,000-Rp.2,499,999 (per tahun) % 14.00 69.25 96.04

Pertumbuhan prosentase rumah tangga dengan pendapatan

antara Rp.2,500,000-Rp.4,999,999 per tahun % 31.74 79.17 222.74

Pertumbuhan prosentase rumah tangga dengan pendapatan

antara Rp.5,000,000-Rp.10,000,000 (per tahun) % 24.80 52.00 99.60

Pertumbuhan prosentase rumah tangga dengan pendapatan

>Rp.10,000,000 (per tahun) % 0.00 31.20 39.80

Rata-rata inflasi (per tahun) % 8.39 14.36 12.70

Sumber: - Hasil survei rumah tangga, 2006, - BPS

- Hasil analisis, 2007 - na, 2005

Catatan: bagian yang diarsir merupakan prosentase kenaikan yang lebih besar daripada rata-rata inflasi yang terjadi

dalam kurun waktu tersebut

Sementara itu, jika membandingkan antara pendapatan rumah tangga responden

dengan pendapatan penduduk yang tinggal di BSD, nampak bahwa penduduk di

dalam BSD memiliki pendapatan yang lebih baik dibandingkan dengan responden

yang tinggal di sekitar BSD (lihat Tabel V.7 dan Tabel V.8). Dilihat dari kelas

pendapatan yang paling rendah, penduduk BSD yang berpendapatan kurang dari

Rp.1.000.000,00 per bulan hanya sebesar 7,5% (Harmanujeni, 2005), sementara

rumah tangga responden yang berpendapatan kurang dari Rp.1.250.000,00

mencapai 23,9%. Di kelas pendapatan lainnya terdapat 69,2% rumah tangga

responden yang berpendapatan antara Rp.1.250.000,00-Rp.4.999.999,00, dan

55,6% penduduk BSD yang berpendapatan antara Rp.1.000.000,00-

Rp.5.000.000,00 (Harmanujeni, 2005). Sedangkan pada kelas pendapatan

Rp.5.000.000,00-10.000.000,00, dimiliki oleh 13,1% penduduk BSD

(Harmanujeni, 2005) dan 5,0% untuk rumah tangga responden.

119

Page 48: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

Tabel V.7. Penghasilan Penduduk

dalam BSD Tahun 2006

Penghasilan per bulan %

< 1,000,000 7.5

1,000,000 – 5,000,000 55.6

5,000,000 – 10,000,000 13.1

10,000,000 – 41,666,667 20.0

> 41,666,667 3.8

Jumlah 100.0

Tabel V.8. Pendapatan Rumah

Tangga Responden Tahun

2006

Penghasilan per bulan %

<Rp.1,250,000 23.9

Rp.1,250,000-Rp.2,499,999 48.8

Rp.2,500,000-Rp.4,999,999 20.4

Rp.5,000,000-Rp.10.000.000 5.0

>Rp.10,000,000 2.0

Total 100.0Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006 dalam

Harmanujeni, 2006 Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Selanjutnya, pendapatan rumah tangga responden ini juga dapat dibandingkan

terhadap pendapatan per kapita nasional, terhadap upah minimum propinsi – baik

Propinsi Banten yang merupakan bagian wilayah studi, maupun UMP di wilayah

sekitarnya seperti DKI Jakarta dan Jawa Barat. Selain itu perbandingan juga

dilakukan terhadap upah minimum kabupaten (UMK) Tangerang. Dalam

perbandingan ini digunakan pendapatan rumah tangga responden dari mata

pencaharian utama, mengingat pendapatan per kapita maupun upah tersebut

diasumsikan berasal dari satu sektor tertentu dan juga merupakan penghasilan per

orang. Berdasarkan perbandingan tersebut, di tahun 2006 sebagian besar rumah

tangga responden memiliki pendapatan yang berada di atas masing-masing

pendapatan maupun upah yang telah ditetapkan. Dalam perbandingannya dengan

pendapatan nasional, terdapat 63,2% rumah tangga responden yang memiliki

pendapatan di atas pendapatan nasional per kapita. Sedangkan dalam

perbandingannya dengan UMP Banten, DKI Jakarta dan Jawa Barat, masing-masing

memiliki prosentase sebesar 96,5%, 91,5% dan 98,5% rumah tangga responden yang

memiliki pendapatan di atas UMP. Untuk perbandingan dengan UMK Tangerang,

terdapat 91,5% rumah tangga responden yang pendapatannya di atas UMK

Tangerang. Lebih jelasnya, perbandingan ini dapat dilihat pada bagian Lampiran D.

Hasil perbandingan tersebut dapat menjadi suatu gambaran bahwa pada tahun 2006,

sebagian besar rumah tangga di wilayah studi memiliki kondisi perekonomian yang

relatif baik, karena pendapatan mereka sebagian besar berada di atas standar

minimum, tidak hanya standar minimum di wilayah Kabupaten Tangerang dan

Propinsi Banten saja, tetapi juga Jawa Barat bahkan DKI Jakarta.

120

Page 49: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

V.3.2. Transformasi Struktur Pengeluaran Rumah Tangga di Wilayah Studi

Di samping memperhatikan pendapatan, untuk mengetahui lebih lanjut mengenai

transformasi sosial ekonomi masyarakat di wilayah studi, dibahas pula pengenai

pengeluaran rumah tangga per bulan untuk berbagai keperluan. Adapun kebutuhan

rumah tangga dalam pembahasan ini meliputi biaya makan, biaya kesehatan, biaya

pendidikan, biaya listrik, air dan telepon, biaya transportasi, biaya hiburan, biaya

rutin tempat tinggal (sewa, pajak, dsb), tabungan serta biaya lain-lain. Berikut adalah

gambaran pengeluaran rumah tangga responden dari tahun 1991 sampai dengan tahun

2006, dimulai dari identifikasi total pengeluaran rumah tangga per bulan dan

dilanjutkan dengan identifikasi beraneka jenis pengeluaran rumah tangga dalam

memenuhi berbagai kebutuhannya. Untuk gambaran perubahan pengeluaran rumah

tangga per bulan (1991-2006), dapat dilihat melalui Gambar V.34.

0.00

10.00

20.00

30.00

40.00

50.00

60.00

70.00

80.00

90.00

100.00

1991 1996 2001 2006

Pro

sen

tase

<Rp.1,250,000

Rp.1,250,000-Rp.2,499,999

Rp.2,500,000-Rp.4,999,999

Rp.5,000,000-Rp.10.000.000

>Rp.10,000,000

Sumber: Hasil analisis, 2006

Gambar V.34. Perubahan Pengeluaran Rumah Tangga Responden berdasarkan

Kelas (1991-2006)

Pengeluaran rumah tangga responden per bulan tampaknya tidak jauh berbeda dengan

pendapatan per bulannya. Hal ini dapat dilihat dari kisarannya dari tahun ke tahun

(nilai maksimum dan minimum), maupun kecenderungan memusatnya (modus dan

median) yang menunjukkan nilai yang hampir sama dengan yang ditunjukkan pada

total pendapatan dari tahun ke tahunnya. Gambaran nilai minimum, nilai maksimum,

median dan modus total pengeluaran rumah tangga ini, dapat dilihat melalui

121

Page 50: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

Lampiran D. Hal yang hampir sama juga ditunjukkan perubahan total pengeluaran

dari tahun ke tahun yang diklasifikasikan ke dalam lima kelas.

Kondisi yang identik atau kesamaan tersebut menunjukkan bahwa total pengeluaran

rumah tangga berimbang dengan besarnya pendapatan rumah tangga. Selain itu,

seperti halnya pada pembahasan pendapatan di bagian sebelumnya, terjadi

kecenderungan peningkatan pengeluaran dari tahun ke tahunnya, terutama pada kelas

pengeluaran mulai dari Rp.1.250.000,00 hingga lebih dari Rp.10.000.000,00.

Peningkatan di sini bukan hanya dipengaruhi oleh inflasi, tetapi juga karena semakin

meningkatnya kebutuhan rumah tangga yang diiringi dengan semakin membaiknya

perekonomian rumah tangga tersebut, karena berbagai kebutuhan rumah tangga

sebagian besar dapat dipenuhi dengan pendapatan per bulan yang diperoleh (total

pengeluaran kurang dari dan atau sama dengan total pendapatan).

Meskipun demikian, ada pula rumah tangga responden yang pengeluarannya lebih

besar daripada pendapatan (lihat Tabel V.9 dan Gambar V.35). Hal ini perlu pula

ditelaah lebih lanjut dalam melihat perubahan sosial ekonomi masyarakat di wilayah

studi. Berdasarkan hasil survei, dari tahun 1991 sampai dengan 2006, nampak

terdapat sebagian kecil rumah tangga responden yang pengeluarannya lebih besar dari

pada pendapatan. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian kecil rumah tangga di

wilayah studi masih belum mampu mencukupi berbagai keperluan rumah tangganya

dengan pendapatan yang diperoleh setiap bulannya. Kondisi yang demikian dialami

oleh beberapa rumah tangga responden yang berpenghasilan relatif masih rendah,

yakni pada kelas pendapatan <Rp.1.250.000,00 dan pendapatan Rp.1.250.000,00-

Rp.1.2499.999,00 (dapat dilihat melalui bagian yang diarsir pada Tabel V.9).

Berdasarkan hasil survei, di tahun 1991 kondisi seperti yang tersebut di atas dialami

oleh responden pendatang. Namun pada tahun-tahun selanjutnya (1996-2006) tidak

hanya responden pendatang saja yang mengalami pengeluaran lebih besar daripada

pendapatan, tetapi juga responden yang merupakan penduduk asli. Ini terjadi karena

beberapa hal, di antaranya adalah karena keterbatasan keahlian dan keterampilan,

122

Page 51: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

Tabel V.9. Perbandingan Pendapatan dan Pengeluaran Rumah Tangga Responden

(1991-2006) Pengeluaran

TAHUN 1991 <Rp.1,250,000

Rp.1,250,000-

Rp.2,499,999

Rp.2,500,000-

Rp.4,999,999

Rp.5,000,000-

Rp.10.000.000 >Rp.10,000,000 Total

105 2 0 0 0 107<Rp.1,250,000

% 88.20% 1.70% 0.00% 0.00% 0.00% 89.90%

2 8 0 0 0 10Rp.1,250,000-

Rp.2,499,999 % 1.70% 6.70% 0.00% 0.00% 0.00% 8.40%

0 1 1 0 0 2Rp.2,500,000-

Rp.4,999,999 % 0.00% 0.80% 0.80% 0.00% 0.00% 1.70%

0 0 0 0 0 0Rp.5,000,000-

Rp.10.000.000 % 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%

0 0 0 0 0 0>Rp.10,000,000

% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%

107 11 1 0 0 119Total

% 89.90% 9.20% 0.80% 0.00% 0.00% 100.00%

TAHUN 1996<Rp.1,250,000

Rp.1,250,000-

Rp.2,499,999

Rp.2,500,000-

Rp.4,999,999

Rp.5,000,000-

Rp.10.000.000 >Rp.10,000,000 Total

126 3 0 0 0 129<Rp.1,250,000

% 78.30% 1.90% 0.00% 0.00% 0.00% 80.10%

2 21 0 0 0 23Rp.1,250,000-

Rp.2,499,999 % 1.20% 13.00% 0.00% 0.00% 0.00% 14.30%

0 2 5 0 0 7Rp.2,500,000-

Rp.4,999,999 % 0.00% 1.20% 3.10% 0.00% 0.00% 4.30%

0 0 1 1 0 2Rp.5,000,000-

Rp.10.000.000 % 0.00% 0.00% 0.60% 0.60% 0.00% 1.20%

0 0 0 0 0 0>Rp.10,000,000

% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00% 0.00%

128 26 6 1 0 161Total

% 79.50% 16.10% 3.70% 0.60% 0.00% 100.00%

TAHUN 2001<Rp.1,250,000

Rp.1,250,000-

Rp.2,499,999

Rp.2,500,000-

Rp.4,999,999

Rp.5,000,000-

Rp.10.000.000 >Rp.10,000,000 Total

92 4 0 0 0 96<Rp.1,250,000

% 47.90% 2.10% 0.00% 0.00% 0.00% 50.00%

3 68 1 0 0 72Rp.1,250,000-

Rp.2,499,999 % 1.60% 35.40% 0.50% 0.00% 0.00% 37.50%

0 1 15 0 0 16Rp.2,500,000-

Rp.4,999,999 % 0.00% 0.50% 7.80% 0.00% 0.00% 8.30%

0 0 2 3 0 5Rp.5,000,000-

Rp.10.000.000 % 0.00% 0.00% 1.00% 1.60% 0.00% 2.60%

0 0 2 1 0 3>Rp.10,000,000

% 0.00% 0.00% 1.00% 0.50% 0.00% 1.60%

95 73 20 4 0 192Total

% 49.50% 38.00% 10.40% 2.10% 0.00% 100.00%

TAHUN 2006<Rp.1,250,000

Rp.1,250,000-

Rp.2,499,999

Rp.2,500,000-

Rp.4,999,999

Rp.5,000,000-

Rp.10.000.000 >Rp.10,000,000 Total

38 10 0 0 0 48<Rp.1,250,000

% 18.90% 5.00% 0.00% 0.00% 0.00% 23.90%

3 94 1 0 0 98Rp.1,250,000-

Rp.2,499,999 % 1.50% 46.80% 0.50% 0.00% 0.00% 48.80%

0 7 34 0 0 41Rp.2,500,000-

Rp.4,999,999 % 0.00% 3.50% 16.90% 0.00% 0.00% 20.40%

0 0 4 6 0 10Rp.5,000,000-

Rp.10.000.000 % 0.00% 0.00% 2.00% 3.00% 0.00% 5.00%

0 0 1 1 2 4>Rp.10,000,000

% 0.00% 0.00% 0.50% 0.50% 1.00% 2.00%

41 111 40 7 2 201

Pen

da

pa

tan

Total% 20.40% 55.20% 19.90% 3.50% 1.00% 100.00%

Sumber : Hasil pengolahan data SPSS, 2007

Catatan: bagian yang diarsir merupakan jumlah & prosentase rumah tangga yang pengeluarannya > pendapatannya.

123

Page 52: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

persaingan yang ketat, tuntutan akan berbagai jenis kebutuhan yang semakin

kompleks sementara harga terus naik, dan sebagainya, sehingga membuat sebagian

rumah tangga mengalami kesulitan untuk mencukupi berbagai keperluan rumah

tangganya. Adapun untuk ketidak mampuan yang dialami oleh penduduk pendatang,

juga bisa disebabkan karena rumah tangga tersebut masih relatif baru dalam merintis

atau memulai pekerjaannya. Di pihak lain terkait dengan kondisi ini, beberapa aparat

kelurahan melalui wawancara, menuturkan bahwa penduduk asli di wilayah studi

cenderung kurang siap dan kurang kreatif dalam menghadapi persaingan di dunia

kerja dibandingkan dengan penduduk pendatang, terlebih lagi dulunya penduduk asli

ini sangat mengandalkan aset yang dimiliki – seperti kepemilikan sejumlah lahan

yang kemudian dijual untuk memenuhi berbagai kebutuhannya. Hal inilah pula yang

dimungkinkan menjadi penyebab semakin meningkatnya prosentase responden

penduduk asli yang kurang mampu dalam memenuhi kebutuhannya atau dengan kata

lain pengeluaran lebih besar daripada pendapatannya.

0.00%

1.00%

2.00%

3.00%

4.00%

5.00%

6.00%

1991 1996 2001 2006

Pro

sen

tase

Penduduk pendatang

Penduduk asli

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.35. Prosentase Rumah Tangga Responden Penduduk Asli dan

Pendatang yang Memiliki Pengeluaran > Pendapatan

Selanjutnya, dalam bagian pembahasan pengeluaran ini juga dijelaskan mengenai

perubahan pengeluaran berdasarkan jenis kebutuhan rumah tangga, yakni meliputi

biaya makan, biaya kesehatan, biaya pendidikan, biaya listrik, air dan telepon, biaya

transportasi, biaya hiburan, biaya rutin tempat tinggal (sewa, pajak, dsb), tabungan

serta biaya lain-lain.

124

Page 53: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

0

50,000

100,000

150,000

200,000

250,000

300,000

350,000

400,000

450,000

500,000

550,000

600,000

650,000

700,000

750,000

1991 1996 2001 2006

Pengelu

ara

n r

um

ah tangga (

Rp)

Makan

Kesehatan

Pendidikan

Listrik, air dan telepon

Transportasi

Hiburan

Rutin tempat tinggal

Tabungan

Lain-lain

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006 dan hasil pengolahan data SPSS, 2007

Gambar V.36. Perubahan Pengeluaran menurut Berbagai Jenis

Keperluan Rumah Tangga Responden (1991-2006)

Jika dilihat nilai rata-rata (absolut) secara keseluruhan, biaya-biaya yang dikeluarkan

rumah tangga responden untuk berbagai keperluan cenderung terus meningkat (lihat

Gambar V.36). Biaya paling tinggi yang harus dikeluarkan rumah tangga responden

setiap bulannya adalah biaya makan, diikuti dengan biaya-biaya lainnya seperti biaya

lain-lain, tabungan, transportasi, biaya rutin tempat tinggal, biaya pendidikan, biaya

hiburan, biaya listrik, air dan telepon, serta biaya kesehatan. Sebagai gambaran, pada

tahun 1991 pengeluaran rumah tangga responden untuk biaya makan adalah 40.28%

dari total pengeluaran, dan pada tahun 2006 prosentasenya menjadi 31,39% dari total

pengeluaran (lebih jelasnya, perbandingan berbagai jenis pengeluaran rumah tangga

dari tahun ke tahun terhadap total pengeluaran maupun pendapatan, dapat dilihat pada

Lampiran D). Adapun penurunan di sini diiringi dengan peningkatan pengeluaran

untuk biaya yang lain, seperti biaya listrik, air dan telepon, biaya kesehatan,

tabungan, biaya transportasi, biaya pendidikan dan biaya hiburan. Peningkatan ini

selain dikarenakan inflasi juga karena semakin meningkatnya berbagai kebutuhan

masyarakat tersebut (lihat Tabel V.10).

125

Page 54: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

Tabel V.10. Pertumbuhan Rata-Rata Berbagai Jenis Pengeluaran Rumah

Tangga Responden (1991-2006)

Jenis pengeluaran Satuan 1991-1996 1996-2001 2001-2006

Makan % 6.09 15.38 26.49

Kesehatan % 9.68 30.75 49.13

Pendidikan % 7.04 25.03 43.58

Listrik, air dan telepon % 10.16 32.88 51.02

Transportasi % 8.78 25.80 45.87

Hiburan % 10.51 25.51 37.51

Rutin tempat tinggal % 1.70 19.64 33.16

Tabungan % 14.47 30.61 41.80

Lain-lain % 7.03 22.85 43.38

Rata-rata inflasi (per tahun) % 8.39 14.36 12.7Sumber : Hasil perhitungan dan pengolahan data SPSS, 2007

Catatan: bagian yang diarsir merupakan prosentase kenaikan yang lebih besar daripada rata-rata

inflasi yang terjadi dalam kurun waktu tersebut

Dari berbagai jenis pengeluaran tersebut, ada beberapa biaya yang tidak dialokasikan

oleh sebagian rumah tangga responden untuk pengeluaran per bulannya. Biaya-biaya

tersebut di antaranya adalah biaya rutin tempat tinggal, biaya lain-lain, biaya

tabungan, biaya hiburan, biaya pendidikan, biaya kesehatan dan biaya listrik, air dan

telepon. Sementara jenis pengeluaran yang selalu dialokasikan oleh rumah tangga

responden setiap bulannya adalah biaya makan dan biaya transportasi. Lebih jelasnya

mengenai jumlah/prosentase biaya-biaya yang masuk maupun yang tidak masuk

dalam alokasi pengeluaran rumah tangga responden tersebut, dapat dilihat melalui

Lampiran D.

Biaya yang paling banyak tidak terdapat dalam alokasi pengeluaran rumah tangga,

responden dari tahun 1991 sampai dengan 2006, adalah biaya rutin tempat tinggal.

Biaya rutin di sini merupakan jenis pengeluaran yang berkaitan dengan pajak dan

sewa rumah. Jika melihat hasil survei, di tahun 2006 terdapat 82,6% responden yang

status tempat tinggalnya adalah milik sendiri, dan 16,9% responden status tempat

tinggalnya rumah sewa/kontrak. Sementara itu, jumlah responden yang tidak

memiliki alokasi pengeluaran untuk biaya rutin tempat tinggal adalah sebesar

74,13%, sehingga jika diasumsikan seluruh rumah tangga yang status tempat

tinggalnya sewa/kontrak menganggarkan pengeluaran untuk biaya rutin tempat

tinggalnya, maka rumah tangga dengan status tempat tinggal milik sendiri yang tidak

menganggarkan biaya untuk membayar pajak adalah sekitar 73,63% responden atau

126

Page 55: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

89,14% dari total yang seharusnya membayar pajak. Hal ini tampaknya disebabkan

kurangnya perhatian masyarakat di wilayah studi terhadap kewajiban dalam

membayar pajak. Selain itu juga dimungkinkan karena biaya pajak dibayar satu tahun

sekali, sehingga tidak dimasukkan dalam alokasi pengeluaran rumah tangga per

bulan.

Sementara itu, berdasarkan hasil survei, prosentase rumah tangga responden yang

tidak memiliki alokasi pengeluaran untuk biaya tabungan, hiburan, pendidikan dan

kesehatan, cenderung menurun, dengan kata lain, terdapat semakin banyak rumah

tangga responden yang mengalokasikan pengeluarannya untuk biaya-biaya tersebut

(lihat Gambar V.37). Ini menunjukkan bahwa rumah tangga di wilayah studi semakin

lama tidak hanya berupaya untuk memenuhi kebutuhan primernya saja, tetapi juga

mulai memperhatikan kebutuhan lainnya (non-primer), yakni dengan mengalokasikan

biaya untuk tabungan, kebutuhan akan hiburan atau rekreasi, pendidikan dan

kesehatan bagi keluarganya. Ini sekaligus juga memberikan indikasi bahwa kondisi

perekonomian rumah tangga masyarakat di sekitar pengembangan lahan skala besar

BSD semakin lama semakin membaik.

0.00

20.00

40.00

60.00

80.00

100.00

120.00

1991 1996 2001 2006

Pro

sen

tase

Makan

Transportasi

Kesehatan

Pendidikan

Listrik, air dan telepon

Hiburan

Rutin tempat tinggal

Tabungan

Lain-lain

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.37. Keberadaan Alokasi Pengeluaran Rumah Tangga

Responden untuk Berbagai Jenis Keperluan Keluarga

per Bulan (1991-2006)

Hal lainnya yang juga dapat ditarik dari gambaran karaktersitik tersebut adalah

adanya pergeseran pola hidup masyarakat di wilayah studi ke arah pola hidup

masyarakat urban yang kompleks, serta mulai meninggalkan pola hidup rural yang

sederhana. Adapun yang dimaksud dengan kompleks di sini adalah semakin

127

Page 56: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

beragamnya jenis kebutuhan masyarakat dalam kehidupannya sehari-hari serta

semakin meningkatnya pengeluaran rumah tangga untuk keperluan non-primer. Salah

satu contoh, dulu sebagian responden tidak perlu mengalokasikan pengeluaran untuk

biaya hiburan, namun seiring dengan berubahnya karakteristik tempat tinggalnya oleh

proses peri-urbanisasi, maka kini sebagian besar responden memiliki alokasi

pengeluaran untuk kebutuhan hiburan.

Di sisi lain, peningkatan prosentase reponden yang mengalokasikan pengeluarannya

untuk biaya pendidikan maupun kesehatan dapat menjadi salah satu indikasi bahwa

perhatian masyarakat akan pentingnya pendidikan dan kesehatan juga semakin

meningkat. Demikian pula halnya dengan peningkatan pada alokasi pengeluaran

untuk tabungan, menunjukkan bahwa masyarakat dengan pola pikir dan

pengetahuannya yang semakin maju, jadi lebih menyadari dan memperhatikan

pentingnya tabungan untuk kepentingan di masa yang akan datang.

Sedangkan untuk biaya lain-lain, dari tahun 1991 sampai dengan 2006 prosentase

responden yang memiliki alokasi pengeluaran ini cenderung menurun. Jika biaya

lain-lain menggambarkan biaya-biaya yang harus dikeluarkan rumah tangga untuk

membayar cicilan, hutang dan sebagainya, maka dalam hal ini terjadi penurunan

prosentase responden yang memiliki hutang maupun cicilan setiap bulannya. Untuk

itu, hal ini kiranya juga dapat menggambarkan semakin membaiknya kondisi

perekonomian masyarakat di wilayah studi, karena masyarakat dapat memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya tanpa melalui hutang dan cicilan. Dari berbagai jenis

pengeluaran tersebut, gambaran total pengeluaran rumah tangga responden dari tahun

1991 sampai dengan tahun 2006 dapat dilihat melalui Gambar V.38 sampai dengan

Gambar V.41.

128

Page 57: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

Pe

rce

nt

7.0%

6.0%

5.0%

4.0%

3.0%

2.0%

1.0%

0.0%

Total pengeluaran per bulan tahun 1991

13,5

00,0

00

13,0

00,0

00

12,5

00,0

00

12,0

00,0

00

11,5

00,0

00

11,0

00,0

00

10,5

00,0

00

10,0

00,0

00

9,5

00,0

00

9,0

00,0

00

8,5

00,0

00

8,0

00,0

00

7,5

00,0

00

7,0

00,0

00

6,5

00,0

00

6,0

00,0

00

5,5

00,0

00

5,0

00,0

00

4,5

00,0

00

4,0

00,0

00

3,5

00,0

00

3,0

00,0

00

2,5

00,0

00

2,0

00,0

00

1,5

00,0

00

1,0

00,0

00

500,0

000

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.38. Total Pengeluaran Rumah Tangga Responden Tahun 1991

Perc

en

t

7.0%

6.0%

5.0%

4.0%

3.0%

2.0%

1.0%

0.0%

Total pengeluaran per bulan tahun 1996

13,5

00,0

00

13,0

00,0

00

12,5

00,0

00

12,0

00,0

00

11,5

00,0

00

11,0

00,0

00

10,5

00,0

00

10,0

00,0

00

9,5

00,0

00

9,0

00,0

00

8,5

00,0

00

8,0

00,0

00

7,5

00,0

00

7,0

00,0

00

6,5

00,0

00

6,0

00,0

00

5,5

00,0

00

5,0

00,0

00

4,5

00,0

00

4,0

00,0

00

3,5

00,0

00

3,0

00,0

00

2,5

00,0

00

2,0

00,0

00

1,5

00,0

00

1,0

00,0

00

500

,0000

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.39. Total Pengeluaran Rumah Tangga Responden Tahun 1996

129

Page 58: BAB V TRANSFORMASI SOSIAL EKONOMI · PDF filedi antaranya dapat terlihat pada migrasi, struktur mata pencaharian, ... Penduduk asli dalam hal ini merupakan responden rumah tangga

Pe

rce

nt

7.0%

6.0%

5.0%

4.0%

3.0%

2.0%

1.0%

0.0%

Total pengeluaran per bulan tahun 2001

13,5

00,0

00

13,0

00,0

00

12,5

00,0

00

12,0

00,0

00

11,5

00,0

00

11,0

00,0

00

10,5

00,0

00

10,0

00,0

00

9,5

00,0

00

9,0

00,0

00

8,5

00,0

00

8,0

00,0

00

7,5

00,0

00

7,0

00,0

00

6,5

00,0

00

6,0

00,0

00

5,5

00,0

00

5,0

00,0

00

4,5

00,0

00

4,0

00,0

00

3,5

00,0

00

3,0

00,0

00

2,5

00,0

00

2,0

00,0

00

1,5

00,0

00

1,0

00,0

00

500,0

000

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.40. Total Pengeluaran Rumah Tangga Responden Tahun 2001

Perc

en

t

7.0%

6.0%

5.0%

4.0%

3.0%

2.0%

1.0%

0.0%

Total pengeluaran per bulan tahun 2006

13,5

00,0

00

13,0

00,0

00

12,5

00,0

00

12,0

00,0

00

11,5

00,0

00

11,0

00,0

00

10,5

00,0

00

10,0

00,0

00

9,5

00,0

00

9,0

00,0

00

8,5

00,0

00

8,0

00,0

00

7,5

00,0

00

7,0

00,0

00

6,5

00,0

00

6,0

00,0

00

5,5

00,0

00

5,0

00,0

00

4,5

00,0

00

4,0

00,0

00

3,5

00,0

00

3,0

00,0

00

2,5

00,0

00

2,0

00,0

00

1,5

00,0

00

1,0

00,0

00

500

,0000

Sumber: Hasil survei rumah tangga, 2006

Gambar V.41. Total Pengeluaran Rumah Tangga Responden Tahun 2006

130