Bab Vi Pembahasan Debit Air

Embed Size (px)

DESCRIPTION

laporan

Citation preview

BAB VPEMBAHASAN

5.1 Kondisi Umum Daerah Pengamatana. Lokasi PengamatanLokasi yang digunakan praktikum pengukuran debit air, berada didaerah Srondol kulon, Banyumanik. Kenampakan bentang alam didaerah pengamatan memiliki bentang alam fluvial.Pada praktikum Hidrogeologi melakukan pengukuran debit air pada bagian hulu tengah sungai Srondol kulon. Kelompok kami melakukan pengukuran debit air pada kali srondol kulon bagian tengah yaitu pada daerah Banyumanik. Kondisi lingkungan di Sungai Kali Srondol Kulon ini memiliki energi transpotasi yang besar dan energi pengendapannya yang relatif kecil sehingga material yang terendapkan relatif sedikit. Hal ini diakibatkan oleh arus aliran air sungai yang terbilang cukup deras. Kemudian dari berbagai material yang didapatkan di Kali Srondol kulon ini di identifikasi sebagian besar terdiri dari batuan beku yang telah mengalami transportasi yang jauh karena hal ini dibuktikan dengan bentuk butirnya yang rounded sampai very well rounded. Daerah di sekitar sungai Srondol kulon merupakan daerah dataran aluvial sungai. Masih terdapat daerah limpahan banjir. Sungainya sendiri masuk dalam klasifikasi Stadia dewasa, dengan ciri cirinya antara lain : 1. Gradien sungai sedang2. Tidak terdapat jeram dan air terjun.3. Mulai terbentuk dataran banjir.4. Mulai terbentuk meander sungai.5. Erosi lateral lebih besar daripada erosi vertikal. Jika ditinjau dari stadia sungai, maka Sungai Srondol Kulin ini masih termasuk ke dalam stadia dewasa yang dicirikan dengan arus sungai yang cukup deras, faktor erosi lebih besar daripada faktor deposisinya dan erosi. Dengan melihat bentuk erosi yang terjadi di sungai Srondol kulon ini yaitu termasuk erosi lateral yang mengakibatkan tubuh sungai ini menjadi besar dan semakin lebar. Selain itu juga, sungai Srondol Kulon ini memiliki abrasi yang cukup tinggi. Hal ini ditunjukan pada kondisi atau keadaan tebing-tebing sungai yang telah mengalami penggerusan oleh aliran sungai sehingga dimungkinkan proses abrasi tersebut masih akan berlangsung selama aliran sungai memungkinkan untuk terjadinya proses tersebut.Litologi pada daerah bagian hulu Sungai Srondol Kulon berupa batuan beku yang berukuran bongkah,berupa batuan beku andesit serta batuan beku vulkanik. Batuan beku andesit ini memiliki warna abu-abu dengan struktur massif, bertekstur porfiroafanitik dan subhedral serta berkomposisi mineral-mineral intermediet. Selain itu terdapat pula material material lepas seperti lanau, pasir, dan kerakal. Batuan beku vulkanik yang juga terdapat di sepanjang tepi aliran sungai ini, berukuran boulder, berwarna abu-abu kehitaman dengan struktur skoriaan dan amygdaloidal. Selain itu terdapat pula material material lepas seperti lanau, pasir, pasir koral dan kerakal.

gambar 5.1 kondisi lapangan

Pada Sungai Srondol Kulon bagian tengah memiliki lebar sekitar 20,1 meter, dengan kedalaman 0,2-0,65 meter. Pengukuran debit sungai pada bagian hulu Srondol Kulon dilakukan dengan membagi sungai menjadi 3 segmen, yang kemudian akan dilakukan pengukuran debit pada tiap masing masing segmen. Dari ketiga segmen tersebut kemudian dirata rata untuk menemukan debit rata- rata bagian sungai tersebut. Pada segmen 1 memiliki rata-rata debit 1,2700 m3/s, pada segmen 2 memiliki debit rata-rata 0,9125 m3/s, sedangkan debit rata-rata pada segmen 3 adalah 1,777 m3/s. Setelah dirata rata, debit air pada sungai ini adalah 1,5265 m3/s.Berdasarkan hasil tersebut di atas dapat diketahui bahwa debit air sungai memiliki besar debit yang berbeda-beda pada tiap segmennya. Besarnya debit air akan berpengaruh kepada tingkat energi transportasi dan energi pengendapan. Debit air sungai yang besar akan menghasilkan energi transportasi dan energi pengendapan yang besar pula. Sebaliknya debit air sungai yang kecil akan menghasilkan energy transportasi dan energi pengendapan yang kecil. Hal ini berpengaruh pada ukuran besar kecilnya material sedimen yang mampu ditransport dan diendapkan. Sungai di bagian segmen 3 energi transportasinya lebih tinggi sehingga kemungkinan besar mengangkut material sedimen dengan ukuran butir lebih variatif yakni dari boulder hingga pasir dan lanau. Dan menyebabkan sungai pada bagian tepinya tererosi oleh air sungai. Energi pengendapan sungai Srondol kulon ini juga lebih tinggi sehingga di tepi tepi sungai mampu mengendapkan material sedimen berukuran pasir ( 1/16 2 mm ) sehingga material sedimen yang berukuran lanau ( 1/256 1/16 mm ) tidak ada yang terlitifikasi menjadi batulanau. Dilihat dari tekannya pada alat 1 ( timun) dan alat 2 (botol) kecepatan yang mendorong air pada kedua benda tersebut maka kecepatan yang lebih besar adalah kecepatan pada timun, dimana massa timun lebih besar dibandingkan dengan massa botol. Sehingga kecepatan air untuk mendorong timun pun lebih besar sedangkan pada massa botol ada faktor lain yang menyebabkan kecepatannya lebih kecil dibandingkan dengan timun yaitu faktor udara. Dimana di dalam botol masih ada sisa ruang udara yang menyebabkan kecepatan botol lebih lambat. Dari hasil lapangan menunjukkan rata-rata kecepatan pengukuran dengan timun pada segmen I 34,9 s, segmen II 12,58 s dan segmen III 17,96 s, sedangkan kecepatan rata-rata dengan menggunakan botol adalah pada segmen I 13,04 s, segmen II 17,6 dan segmen III 14,45 s. Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa kecepatan botol lebih cepatan dibandingkan dengan kecepatan timun, hal tersebut kemungkinan kecepatan aliran sungai dipengaruhi oleh kondisi sungai yang mana pada sungai srondol kulon ini terdapat adanya material-material bongkah yang menyusun sungai ini sehingga menyebabkan material yang terbawa terganggu/ terhambat. Selain itu kemungkina pada saat dilakukannya pengukuran terjadi kesalahan teknis seperti tali rafia yang tersangkut oleh batu-batuan disekitar sungai ini. Berdasarkan Pada daerah Sungai Srondol Kulon bagian tengah terdapat bar deposit seperti channel bar dan point bar. Proses erosi pada sungai ini berlangsung secara lateral Tingkat pelapukan di daerah sungai ini tinggi disebabkan karena iklim yang tropis dengan curah hujan yang tinggi. Proses erosinya didominasi oleh erosi vertikal daripada erosi lateral. Slope sungai pada bagian hulu ini tidak terlalu curam. Dilihat dari ciri cirinya bagian hulu Sungai ini termasuk sungai berstadia muda hingga dewasaPada bagian hulu Srondol Klon aliran air sungai dimanfaatkan untuk irigasi pertanian, mencuci baju dan ada juga yang memanfaatkan untuk tempat memancing. Di sekitar sungai ini banyak dimanfaatkan warga sebagai ladang serta kebun. Di Sungai ini juga digunakan untuk perkebunan, irigasi dan sarana MCK bagi warga sekitar.

Gambar 6.2 Tata guna lahan ( Kamera menghadap barat laut )

Kelerengan sungai yang berbeda menjadi salah satu faktornya Kelerengan yang lebih kecil atau landai akan menghasilkan resultan gaya berat air ke bawah yang tidak terlalu besar sehingga debit air yang dihasilkannya tidak terlalu besar. Sebaliknya kelerengan yang lebih curam akan menghasilkan resultan gaya berat air pada arah vertical ke bawah yang lebih besar sehingga debit air yang dihasilkannya cukup besar.Besarnya debit air akan berpengaruh kepada tingkat energi transportasi dan energi pengendapan. Debit air sungai yang besar akan menghasilkan energi transportasi dan energi pengendapan yang besar pula. Sebaliknya debit air sungai yang kecil akan menghasilkan energy transportasi dan energi pengendapan yang kecil. Hal ini berpengaruh pada ukuran besar kecilnya material sedimen yang mampu ditransport dan diendapkan Sungai ini.

BAB VIKESIMPULAN

1. Kondisi lingkungan di Sungai srondol kulon memiliki energi transpotasi besar dan energi pengendapan yang relatif kecil sehingga material yang terendapkan relatif sedikit2. Hasil pengukuran pada sungai srondol kulon, dibagi menjadi 3 segmen dan 3 alat uji (timun dan botol) dalam melakukan pengukurannya didapatkan hasil debit total rata-rata pada daerah ini sebesar 1.5265 m3/dt.3. Berdasarkan hasil tersebut di atas dapat diketahui bahwa debit air sungai di bagian di sungai srondol kulon dengan menggunakan 2 alat uji( timun dan botol) memiliki kecepatan yang berbeda: Debit rata-rata dengan alat uji timun = 1,1137 m3/dt Debit rata-rata dengan alat uji botol = 1,9705 m3/dt4. Besarnya nilai kecepatan debitnya dengan menggunakan 2 alat uji tersebut didapatkan hasil yang berbeda, kemungkinan dipengaruhi oleh kondisi sungai serta massa bahan/material yang terbawa oleh air serta kedalaman sungai dan kecepatan arus air yang mengalir.5. Besarnya debit air akan berpengaruh kepada tingkat energi transportasi dan energi pengendapan.

DAFTAR PUSTAKA

Kodoatie, Robert J. 1996. Pengantar Hidrogeologi. Yogyakarta : Penerbit AndiSuharyadi. 1989. Diktat Kuliah Hidrogeologi. Yogyakarta : Penerbit UGMhttp://www.malang.ac.id/e-Learning/FMIPA/Budi%20Handoyo/geografi.htm