Upload
fahmi-akmal-hasani
View
26
Download
4
Embed Size (px)
Citation preview
VII-1
BAB VII
PERMASALAHAN PROYEK
7.1 TINJAUAN UMUM
Proyek Pembangunan Gedung Mahkamah Agung RI ini direncanakan
selesai dalam 567 hari kalender. Lingkup pekerjaan yang dikerjakan oleh PT.
Waskita Karya (Persero) Tbk. meliputi pekerjaan struktur, pekerjaan arsitektur,
pekerjaan elektrikal dan pekerjaan mekanikal. Selama masa waktu tersebut
pekerjaan yang dilakukan oleh kontraktor tidak selalu mulus. Ada hal-hal yang
mengganggu dan menghambat keberjalanannya proyek baik berupa teknis maupun
non teknis. Hal inilah yang disebut sebagai permasalahan proyek.
Permasalahan proyek yang tidak ditangani dengan tepat dan cepat akan
menyebabkan terhambatnya progress dari proyek tersebut. Oleh karena itu
kontraktor harus sigap dan tanggap atas permasalahan yang muncul. Evaluasi
dilakukan berkala dalam waktu tertentu agar permasalahan yang muncul dapat
langsung dicari solusinya. Permasalahan yang dibiarkan akan menumpuk dan dapat
menimbulkan permasalahan baru di kemudian hari.
Berikut ini adalah permasalahan yang muncul dalam proyek Pembangunan
Gedung Mahkamah Agung RI. Seluruh permasalahan proyek yang terjadi dalam
proyek ini tidak penulis bahas dalam laporan ini. Hanya permsalahan proyek yang
penulis temui selama penulis melakukan kerja praktek pada proyek Pembangunan
Gedung Mahkamah Agung RI ini.
7.2 PERMASALAHAN PROYEK
Pelaksanaan pekerjaan proyek Pembangunan Gedung Mahkamah Agung RI
ini banyak menemui berbagai macam permasalahan yang harus dicari
penyelesaiannya dengan segala pertimbangannya. Masalah yang muncul dalam
Pembangunan Gedung Mahkamah Agung RI antara lain sebagai berikut :
7.2.1 Terlambatnya Concrete Mixer Truck
Ketersediaan beton menjadi hal penting dalam proses pengecoran elemen
struktur. Pada proyek Pembangunan Gedung Mahkamah Agung RI ini, beton yang
digunakan adalah beton ready mix. Sehingga ketersediaan beton ready mix sangat
VII-2
menentukan kelancaran proses pengecoran pada proyek ini. Ketersediaan beton
ready mix ini dapat tercapai jika pengiriman truck mixer tidak mengalami
keterlambatan dari batching plant.
Selama penulis melakukan kerja praktek di proyek Pembangunan Gedung
Mahkamah Agung RI ini, terjadi beberapa kali keterlambatan kedatangan truck
mixer. Keterlambatan tersebut dikarenakan kemacetan lalu lintas pada jalur antara
batching plant dan lokasi proyek. Keterlambatan ini membuat para pekerja
pengecoran menganggur. Sehingga dampak yang diakibatkan dari keterlambatan
truck mixer ini adalah terlambatnya progress pekerjaan dan kontraktor harus
memberikan uang lembur ketika proses pengecoran melewati waktu kerja normal.
7.2.2 Faktor Cuaca
Bulan November merupakan awal musim hujan. Hal ini berpegaruh
terhadap efektifitas kinerja proyek. Ketika hujan maka pekerjaan di ruang terbuka
terutama di bagian teratas gedung tidak bisa dilakukan. Sehingga jam kerja menjadi
sia-sia karena pekerja tidak melakukan pekerjaan yang semestinya. Sedangkan
kontraktor harus tetap membayarkan upah kepada para pekerja.
Selama penulis melakukan kerja praktek di proyek Pembangunan Gedung
Mahkamah Agung RI ini, terjadi beberapa kali hujan yang menyebabkan pekerjaan
dihentikan. Hujan terjadi ketika proses pengecoran kolom dan beberapa kali pada
proses penulangan dan pemasangan bekisting plat, balok, kolom dan shearwall.
Akibat hujan ini pekerjaan yang dilaksanakan pada ruang terbuka dihentikan
sementara.
Proses pengecoran sangat bergantung pada cuaca. Ketika cuaca terlalu
panas akan menyebabkan proses penguapan yang cepat pada beton. Sedangkan
pengecoran yang tercampur oleh air hujan akan menurunkan kualitas beton karena
masuknya air berlebih pada campuran beton.
7.2.3 Pekerja yang Sering Berganti
Salah satu kunci kesuksesan dari pekerjaan suatu proyek adalah pekerja
yang cakap dalam melakukan pekerjaannya. Pekerja yang cakap dapat terpenuhi
karena dua hal yaitu pengalamannya bekerja dan kepahamannnya tentang
VII-3
pekerjaannya di proyek tersebut. Semakin banyak pengalaman bekerja maka akan
semakin cekatan mereka dalam bekerja. Sedangkan kepahamanan tentang
pekerjaan di proyek menjadikan pekerja dapat bekerja secara cepat.
Pekerja yang baru masuk akan menyesuaikan terlebih dahulu dengan
lingkungan proyek yang baru. Penyesuaian dilakukan terhadap suasana proyek dan
bagian pekerjaannya di proyek. Di awal mereka harus membaca gambar kerja dan
memahaminya secara perlahan. Hal inilah yang menyebabkan pekerja ketika awal
masuk tidak bisa langsung bekerja dengan cepat dan cekatan.
Pekerja pada proyek Pembangunan Gedung Mahkamah Agung RI ini sering
mengalami pergantian personil. Biasanya pekerja yang tidak betah dengan
lingkungan proyek akan keluar dari proyek setelah mendapat gaji mingguan yang
dibayarkan 2 minggu sekali. Bahkan beberapa pekerja ada yang kabur tanpa izin
meninggalkan proyek karena tidak nyaman dengan kondisi proyek.
Pergantian personil pekerja ini menghambat progress pekerjaan. Pekerja
yang baru harus kembali menyesuaikan diri dengan proyek dan memahami gambar
kerja. Penyesuaian tersebut membutuhkan waktu yang berdampak pada progress
pekerjaan. Pada proyek ini pernah terjadi keterlambatan pengecoran perlantai
hingga 10-12 hari dari target 8-9 hari perlantai.
7.2.4 Kerusakan Alat Berat
Proyek besar seperti proyek Pembangunan Gedung Mahkamah Agung RI
ini memliki volume pekerjaan yang sangat besar. Sehingga pekerjaannya harus
dibantu dengan bantuan berbagai alat berat seperti tower crane dan concrete pump.
Hal tersebut dilakukan untuk mempercepat pekerjaan. Bila terjadi gangguan pada
alat tersebut maka akan menghambat pekerjaan pada proyek.
Kerusakan alat berat pernah terjadi pada proyek Pembangunan Gedung
Mahkamah Agung RI ini. Kerusakan terjadi pada concrete pump ketika proses
pengecoran plat dan balok. Sehingga kontraktor harus merubah metode
pelaksanaan pengecoran yaitu dari menggunakan concrete pump menjadi
menggunakan concrete bucket. Hal ini menyebabkan pengecoran menjadi sangat
lama yaitu lebih dari 12 jam.
VII-4
7.2.5 Kesalahan Teknis Pekerjaan
Selain permasalahan-permasalahan di atas yang berasal, permasalahan
proyek juga dapat berasal dari pekerjaan proyek. Hal ini dapat berupa proses
pekerjaannya dan hasil dari pekerjaannya. Kesalahan teknis pekerjaan yang terdapat
pada proyek Pembangunan Gedung Mahkamah Agung RI ini antara lain :
1. Hasil pengecoran yang keropos
Proses pengecoran sangat penting untuk menjamin hasil pengecoran
yang berkualitas. Proses pengecoran yang tidak berjalan sesuai prosedur
akan menyebabkan hasil pengecoran yang tidak sempurna. Hal tersebut
dapat terjadi karena proses pemadatan dengan vibrator yang kurang
sempurna atau penyebaran beton yang tidak merata.
Hasil yang keropos beberapa kali terjadi pada proyek Pembangunan
Gedung Mahkamah Agung RI ini. Baik pada pekerjaan kolom maupun
balok (Gambar 7.1). Oleh karena itu diperlukan perbaikan yang menambah
waktu dan biaya terhadap bagian yang keropos tersebut.
(a) (b)
Gambar 7.1 Kolom keropos (a) Balok Keropos (b)
2. Bekisting jebol
Perbaikan pekerjaan juga terjadi akibat bekisting yang jebol. Hal ini
terjadi karena perkuatan bekisting yang tidak baik. Jebolnya bekisting ini
terjadi terjadi sekali pada bekisting shearwall . Setelah ditelusuri ternyata
penyebab utama dari bekisting tersebut jebol adalah sambungan kayu pada
bekisting yang tidak kuat sehingga menyebabkan kayu tersebut patah
(Gambar 7.2).
VII-5
Gambar 7.2 Bekisting shearwall yang jebol
3. Kesalahan Proses Pekerjaan Plat
Komposisi tulangan pada beton disusun sedemikian rupa untuk
menghasilkan kekuatan yang direncanakan. Untuk itu pada pemasangannya
harus sesuai dengan gambar rencana dan tidak boleh berubah. Pada
pemasangan plat lantai jarak antar tulangan harus sesuai dengan yang
direncakan.
Pelaksanaan pekerjaan plat pada proyek ini dapat menyebabkan
jarak tulangan atas dan bawah berubah dikarenakan pekerja langsung
menginjak rangkaian tulangan plat. Berubahnya jarak tulangan berakibat
pada perubahan momen nominal yang dihasilkan. Dimana semakin kecil
jarak tulangan atas dan bawah akan mengakibatkan momen nominal
menjadi kecil.
VII-6
Gambar 7.3 Pekerja menginjak tulangan secara langsung
7.3 SOLUSI TERHADAP PERMASALAHAN PROYEK
Permasalahan-permasalahan proyek yang hadir pada proyek Pembangunan
Gedung Mahkamah Agung RI ini harus segera dicarikan solusinya. Hal ini
merupakan tanggung jawab dari semua pihak yang terlibat dalam proyek tersebut.
Jika penanganan terhadap permasalahan tersebut tidak segera dilakukan maka akan
menghambat progress pekerjaan. Berikut ini adalah tindakan yang diambil untuk
mengatasi permasalahan yang ada :
7.3.1 Terlambatnya Concrete Mixer Truck
Keterlambatan truck mixer ini disebabkan oleh kemacetan yang terjadi.
Apalagi ketika sore hari ataupun malam hari truck mixer akan bertemu dengan para
pengendara pulang kantor. Solusi dari permasalahan ini adalah dengan melakukan
penjadwalan kedatangan dengan menyesuaikan kondisi lalu lintas. Selain itu
pemesanan juga tidak dilakukan terlalu dekat dengan waktu pengecoran. Misalnya
pengecoran pada jam 5 sore, maka pemesanan sudah dilakukan pada siang harinya.
Sehingga bisa dipastikan jam 5 sore truck mixer sudah berada di proyek.
7.3.2 Faktor Cuaca
Faktor cuaca menjadi masalah yang tidak bisa diprediksi kedatangannya.
Sehingga sangat sulit dalam mencari solusi terhadap permasalahan ini. Ketika
VII-7
penulis mewawancarai pelaksana, beliau mengatakan bahwa ketika hujan pekerja
akan diberikan jas hujan. Namun selama penulis kerja praktek, hal tersebut tidak
pernah terealisasi. Solusi yang dilakukan hanya mengadakan kerja lembur pada
malam hari.
7.3.3 Pekerja yang Sering Berganti
Pekerja yang sering berganti ini juga masih menjadi permasalahan yang
sulit dicarikan solusinya. Sampai penulis selesai kerja praktek pada proyek tersebut,
permasalahan ini masih menjadi penghambat pekerjaan proyek. Penulis
mendapatkan informasi bahwa para pekerja jika diberi kelonggaran maka akan
malas-malasan bekerja. Namun jika diberi ketegasan maka para pekerja akan kabur
dari proyek. Ini yang menjadi kesulitan kontraktor untuk mencari pekerja yang bisa
bertahan lama.
7.3.4 Kerusakan Alat Berat
Concrete pump yang digunakan sebelumnya adalah alat bekas yang sudah
lama dipakai. Sehingga produktifitasnya juga tidak optimal dan mudah rusak.
Hingga pada akhirnya concrete pump tersebut tidak bisa digunakan lagi. Kontraktor
mengambil keputusan untuk membeli concrete pump baru setelah yang lama rusak.
Perawatan dilakukan lebih sering terhadap concrete pump yang baru. Servis ringan
selalu dilakukan segera setelah dipakai.
7.3.5 Kesalahan Teknis Pekerjaan
Solusi dari permasalahan ini adalah dengan melakukan pengawasan
pekerjaan yang lebih ketat. Pada bagian yang terlanjur keropos maka akan
dilakukan penambalan dengan bahan semen compound. Perbaikan ini hanya
memperbaiki permukaan luarnya saja dimana kita tidak tahu apakah bagian dalam
dari beton tersebut keropos atau tidak. Perbaikan terhadap keropos beton ini adalah
dengan melakukan injeksi beton dengan bahan grouting beton (Gambar 7.3). Pada
permukaan beton dilubangi di dua titik pada jarak tertentu di sekitar retakan.
Kemudian pasang pipa sebagai jalan masuk bahan grouting. Pompa bahan grouting
pada salah satu lubang hingga bahan grouting memenuhi retakan di dalam beton
ditandai dengan keluarnya bahan grouting pada lubang lainnya. Sedangkan untuk
VII-8
shearwall yang jebol bekistingnya maka akan dibobok hingga rata sesuai dengan
ukurannya dan kemudian dihaluskan.
Kesalahan pekerjaan pemasangan tulangan plat dapat diatasi dengan cara
tidak menginjak langsung tulangan yang sudah terpasang. Pekerja dapat
meletakkan papan kayu tempat pekerja berpijak sehingga tidak mengakibatkan
penurunan terhadap tulangan plat yang sudah dipasang.
Gambar 7.4 Proses grouting pada beton