BAB_2_-_TINJAUAN_PUSTAKA

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/18/2019 BAB_2_-_TINJAUAN_PUSTAKA

    1/12

    5

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Biodiesel

    Biodiesel adalah suatu energi alternatif yang telah dikembangkan secara

    luas untuk mengurangi ketergantungan kepada BBM. Biodiesel merupakan

    bahan bakar berupa metil ester asam lemak yang dihasilkan dari proses kimia

    antara minyak nabati dan alkohol. Sebagai bahan bakar, biodiesel mampu

    mengurangi emisi hidrokarbon tak terbakar, karbon monoksida, sulfat,

    hidrokarbon polisiklik aromatik, nitrat hidrokarbon polisiklik aromatik dan partikel

    padatan sehingga biodiesel merupakan bahan bakar yang disukai disebabkan

    oleh sifatnya yang ramah lingkungan.

    2.2 Sifat Fisik dan Kimia Biodiesel

    Tabel.1. Sifat Fisik/Kimia Biodiesel

    Sifat fisik / kimia Biodiesel Solar  

    Komposisi Ester alkil Hidrokarbon

    Densitas, g/ml 0,8624 0,8750

    Viskositas, cSt 5,55 4,6

    Titik kilat, oC 172 98

     Angka setana 62,4 53

    Energi yang dihasilkan 40,1 MJ/kg 45,3 MJ/kg

    (Sumber : Internasional Biodiesel, 2001)

  • 8/18/2019 BAB_2_-_TINJAUAN_PUSTAKA

    2/12

    6

    2.3 Standar Mutu Biodiesel

    Tabel.2. Standar Nasional Biodiesel (SNI 04-7182-2006)

    No Parameter Unit Nilai Metoda

    1 Densitas (40oC) Kg/m3850 -

    890 ASTM D 1298

    2 Viskositas (40oC) Mm2/s (cSt) 2,3 – 6,0 ASTM D 445

    3 Cetane Number Min. 51 ASTM D 613

    4Flash Point (close up)

    o

    C5 Cloud point oC

    6

    Copper Strip

    Corrosion (3 jam,

    50oC)

    Max. No

    3 ASTM D 130

    7

    Carbon residu

    - sample

    - - 10% dist.

    residu

    % mass

    Max.

    0,05

    (Max.

    0,3)

     ASTM D 4530

    8 Air dan sedimen % volMax.

    0,05*

     ASTM D 2709

    atau ASTM

    D1160

    9Temperatur destilasi,

    90% recoveredoC Max. 360 ASTM D 1160

    10 Sulfated ash %massMax.

    0,02 ASTM D 874

    11 Sulfur Ppm(mg/kg) Max. 100

     ASTM D 5453

    atau ASTM

    D1266

    12 Phosphorous content Ppm(mg/kg) Max. 10 AOCS Ca 12-

    55

    13 Bilangan asam (N A) Mg-KOH/g Max. 0,8

     AOCS Cd 3-36

    atau ASTM D

    664

    14 Free Gliserin % mass Max. AOCS Ca 14-

  • 8/18/2019 BAB_2_-_TINJAUAN_PUSTAKA

    3/12

    7

    0,02 56 atau ASTM

    D6584

    15 Total Gliserin (Gttl) % massMax.

    0,24

     AOCS Ca 14-

    56 atau ASTM

    D6584

    16 Kandungan ester % mass Min. 96,5 Dihitung **

    17 Bilangan iod% mass (g

    I2/100g)Max. 115 AOCS Cd 1-25

    18 Halphen test Negative AOCS Cd 1-25

    (Sumber: dekindo.com)

    2.4 Minyak Goreng

    Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan atau

    hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan biasanya

    digunakan untuk menggoreng makanan. Minyak goreng dari tumbuhan biasanya

    dihasilkan dari tanaman seperti kelapa, biji-bijian, kacang-kacangan, jagung,

    kedelai, dan kanola. Minyak goreng biasanya bisa digunakan hingga 3 - 4 kali

    penggorengan. Jika digunakan berulang kali, minyak akan berubah warna.

    Saat penggorengan dilakukan, ikatan rangkap yang terdapat pada asam

    lemak tak jenuh akan putus membentuk asam lemak jenuh. Minyak yang baik

    adalah minyak yang mengandung asam lemak tak jenuh yang lebih banyak

    dibandingkan dengan kandungan asam lemak jenuhnya.

    Setelah penggorengan berkali-kali, asam lemak yang terkandung dalam

    minyak akan semakin jenuh. Dengan demikian minyak tersebut dapat dikatakan

    telah rusak atau dapat disebut minyak jelantah.

  • 8/18/2019 BAB_2_-_TINJAUAN_PUSTAKA

    4/12

    8

    Beberapa faktor yang dapat memengaruhi kerusakan minyak adalah:

    •Oksigen dan ikatan rangkap-->Semakin banyak ikatan rangkap dan oksigen

    yang terkandung maka minyak akan semakin cepat teroksidasi.

    • Suhu --> Suhu yang semakin tinggi juga akan mempercepat proses

    oksidasi.

    • Cahaya dan ion logam --> berperan sebagai katalis yang mempercepat

    proses oksidasi.

    •  Antioksidan --> membuat minyak lebih tahan terhadap oksidasi.

    (http://id.wikipedia.org/wiki/Minyak_goreng)

    2.5 Standar Mutu Minyak Goreng

    Tabel.3. Standar Mutu Minyak Goreng Berdasarkan SNI - 3741- 1995

    Kriteria Persyaratan

    1. Bau dan Rasa Normal

    2. Warna Muda Jernih

    3. Kadar Air max 0,3%

    4. Berat Jenis 0,900 g/liter  

    5. Asam lemak bebas Max 0,3%

    6. Bilangan Peroksida Max 2 Meg/Kg

    7. Bilangan Iod 45 - 46

    8. Bilangan Penyabunan 196 - 206

    9. Index Bias 1,448 - 1,450

    10. Cemaran Logam Max 0,1 mg/kg

    (Sumber:http://www.dekindo.com/media.php?standar_mutu=3)

    2.6 Metanol

    Metanol juga dikenal sebagai metil alkohol adalah senyawa kimia dengan

    rumus kimia (CH3OH). Ia merupakan bentuk alkohol paling sederhana. Pada

    keadaan atmosfer ia berbentuk cairan yang ringan, mudah menguap, tidak

  • 8/18/2019 BAB_2_-_TINJAUAN_PUSTAKA

    5/12

    9

    berwarna, mudah terbakar, dan beracun dengan bau yang khas (berbau lebih

    ringan daripada etanol). metanol digunakan sebagai bahan pendingin anti beku,

    pelarut, bahan bakar dan sebagai bahan additif bagi etanol industri.

    Penggunaan metanol sebagai bahan bakar mulai mendapat perhatian

    ketika krisis minyak bumi terjadi pada tahun 1970-an karena ia mudah tersedia

    dan murah. Masalah timbul pada pengembangan awalnya untuk campuran

    metanol-bensin. Untuk menghasilkan harga yang lebih murah, beberapa

    produsen cenderung mencampur metanol lebih banyak. Produsen lainnya

    menggunakan teknik pencampuran dan penanganan yang tidak tepat. Akibatnya,

    hal ini menurunkan mutu bahan bakar yang dihasilkan.

     Akan tetapi, metanol masih menarik untuk digunakan sebagai bahan

    bakar bersih. Mobil-mobil dengan bahan bakar fleksibel yang dikeluarkan oleh

    General Motors, Ford dan Chrysler dapat beroperasi dengan setiap kombinasi

    etanol, metanol dan/atau bensin. (http://id.wikipedia.org/wiki/Metanol)

    2.7 Sifat Fisik dan Kimia Metanol

    Sifat fisika Metanol (CH3OH) :

    • Massa molar 32.04 g/mol

    • Berwarna bening

    • Densitas 0.7918 g/cm³,

    • Titik leleh –97 °C, -142.9 °F (176 K),

    • Titik didih 64.7 °C, 148.4 °F (337.8 K).

    • Kelarutan dalam air Fully miscible

    • Keasaman (pK a) ~ 15.5

    • Viskositas 0.59 mPas at 20 °C

    • Momen dipol 1.69

  • 8/18/2019 BAB_2_-_TINJAUAN_PUSTAKA

    6/12

    10

    Sifat Kimia Methanol:

    Mudah terbakar,• Beracun

    • Mudah menguap

    • Tidak berwarna

    • Bau yang khas (berbau lebih ringan daripada etanol)

    2.8 Katalis NaOH

    Katalis adalah suatu zat yang mempercepat laju reaksi reaksi kimia pada

    suhu tertentu, tanpa mengalami perubahan atau terpakai oleh reaksi itu sendiri

    (lihat pula katalisis). Suatu katalis berperan dalam reaksi tapi bukan sebagai

    pereaksi ataupun produk. Katalis memungkinkan reaksi berlangsung lebih cepat

    atau memungkinkan reaksi pada suhu lebih rendah akibat perubahan yang

    dipicunya terhadap pereaksi.

    Katalis menyediakan suatu jalur pilihan dengan energi aktivasi yang lebih

    rendah. Katalis mengurangi energi yang dibutuhkan untuk berlangsungnya

    reaksi. Katalis dapat dibedakan ke dalam dua golongan utama: katalis homogen

    dan katalis heterogen. Katalis heterogen adalah katalis yang ada dalam fase

    berbeda dengan pereaksi dalam reaksi yang dikatalisinya, sedangkan katalis

    homogen berada dalam fase yang sama. Satu contoh sederhana untuk katalisis

    heterogen yaitu bahwa katalis menyediakan suatu permukaan di mana pereaksi-

    pereaksi (atau substrat) untuk sementara terserap.

    Ikatan dalam substrat-substrat menjadi lemah sedemikian sehingga

    memadai terbentuknya produk baru. Ikatan antara produk dan katalis lebih

    lemah, sehingga akhirnya terlepas.

  • 8/18/2019 BAB_2_-_TINJAUAN_PUSTAKA

    7/12

  • 8/18/2019 BAB_2_-_TINJAUAN_PUSTAKA

    8/12

    12

    2.10 Transesterifikasi

    Produksi metil ester dapat dilakukan melalui transesterifikasi minyak nabati

    dengan metanol ataupun esterifikasi langsung asam lemak hasil hidrolisis minyak

    nabati dengan metanol. Namun transesterifikasi lebih intensif dikembangkan,

    karena proses ini lebih efisien dan ekonomis.

    Transesterifikasi adalah reaksi ester untuk menghasilkan ester baru yang

    mengalami penukaran posisi asam lemak. Untuk mendorong reaksi ke arah

    kanan, perlu digunakan banyak alkohol atau memindahkan salah satu produk

    dari campuran reaksi (Swern, 1982). Tujuan dari transesterifikasi adalah untuk

    memecah dan menghilangkan gliserida, serta menurunkan boiling, pour, flash

    point, dan viskositas minyak (Mittelbach, 1996). Metanol lebih dipilih sebagai

    sumber alkohol daripada etanol karena harganya yang lebih murah (Zhang et al.,

    2003). Persamaan reaksinya digambarkan oleh Gambar 1.

    Gambar 1. Reaksi pembentukan metil ester 

    Reaksi transesterifikasi dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal.

    Faktor internal adalah kondisi yang berasal dari minyak, misalnya kandungan air,

    asam lemak bebas, dan zat terlarut/tak terlarut. Faktor eksternal adalah kondisi

    yang bukan berasal dari minyak dan dapat mempengaruhi reaksi, di antaranya

    adalah waktu reaksi, kecepatan pengadukan, suhu, jumlah rasio molar metanol

    terhadap minyak, serta jenis dan konsentrasi katalis.

  • 8/18/2019 BAB_2_-_TINJAUAN_PUSTAKA

    9/12

    13

    Transesterifikasi minyak menjadi metil ester dilakukan dengan satu atau dua

    tahap proses, bergantung pada mutu awal minyak. Minyak yang mengandung

    asam lemak bebas tinggi dapat dikonversi menjadi esternya melalui dua tahap

    reaksi yang melibatkan katalis asam untuk mengesterifikasi asam lemak bebas

    yang dilanjutkan dengan transesterifikasi berkatalis basa yang mengkonversi sisa

    trigliserida (Gerpen, 2004).

    Kandungan asam lemak bebas dan air yang lebih dari 0,5% dan 0,3% dapat

    menurunkan rendemen transesterifikasi minyak (Freedman et al., 1984).

    Senyawa polar (zat tidak terlarut) merupakan hasil degradasi minyak goreng

    yang terdiri dari dekomposisi senyawa hasil pemecahan asam lemak dari

    trigliserida. Jika senyawa polar ini jumlahnya cukup banyak dapat memicu

    terjadinya kerusakan lemak yang lebih jauh dan menghasilkan persenyawaan

    yang lebih beragam, sehingga dapat mengganggu kesetimbangan reaksi

    transesterifikasi dan menurunkan rendemen metil ester.

    2.11 Distilasi

    Distilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahan bahan kimia

    berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas)

    bahan. Dalam penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan

    uap ini kemudian didinginkan kembali dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik

    didih lebih rendah akan menguap lebih dulu. Penerapan proses ini didasarkan

    pada teori bahwa pada suatu larutan, masing-masing komponen akan menguap

    pada titik didihnya. Model ideal distilasi didasarkan pada Hukum Raoult dan

    Hukum Dalton.

    (http://id.wikipedia.org/Distilasi).

  • 8/18/2019 BAB_2_-_TINJAUAN_PUSTAKA

    10/12

    14

    2.12 Macam-macam Distilasi

    Distilasi juga bisa dikatakan sebagai proses pemisahan komponen yang

    ditujukan untuk memisahkan pelarut dan komponen pelarutnya. Hasil distilasi

    disebut distilat dan sisanya disebut residu. Jika hasil distilasinya berupa air, maka

    disebut sebagai aquadestilata (disingkat aquadest).

    (http://emalovetasari.blogspot.com/2013/05/macam-macam-destilasi.html)

    Proses distilasi dapat dibagi menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut:

    2.12.1 Distilasi Sederhana

    Pada proses distilasi sederhana, campuran larutan yang

    dipanaskan akan menguuap. Distilasi sederhana ini digunakan untuk

    memisahkan campuran 2 zat yang memiliki titik didih yang berbeda

     jauh. Zat yang lebih mudah menguap akan menguap lebih dahulu

    sehingga yang tersisa hanyalah zat yang titik didihnya lebih tinggi.

    2.12.2 Distilasi Bertingkat

    Secara prinsip distilasi bertingkat ialah distilasi sederhana yang

    hasil distilasinya dilakukan distilasi ulang. Distilasi ini memiliki rangkaian

    alat kondensor yang lebih baik, sehingga mampu memisahkan dua

    komponen yang memiliki perbedaan titik didih yangberdekatan. Untuk

    memisahkan dua jenis cairan yang sama-sama mudah menguap dapat

    dilakukan dengan distilasi bertingkat. Distilasi ini biasanya diterapkan

    untuk pemurnian minyak bumi.

    2.12.3 Distilasi Azeotrop

    Memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih komponen yang

    sulit dipisahkan) biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa lain

  • 8/18/2019 BAB_2_-_TINJAUAN_PUSTAKA

    11/12

    15

    yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut, atau dengan

    menggunakan tekanan tinggi.

    2.12.4 Distilasi Uap

    Memisahkan zat senyawa cair yang tidak larut dalam air dan titik

    didihnya cukup tinggi sedangkan zat cair tersebut mencapai titik

    didihnya, zat cair sudah terurai, teroksidasi atau mengalami reaksi

    pengubahan (rearrangement ). Destilasi uap adalah istilah umum untuk

    destilasi campuran air dengan senyawa yang tidak larut dalam air.

    2.12.5 Distilasi Vakum

    Distilasi vakum adalah distilasi yang tekanan operasinya 0,4 atm

    (≤300 mmHg absolut). Proses distilasi dengan tekanan dibawah

    tekanan atmosfer. Distilasi vakum biasanya digunakan jika senyawa

    yang ingin didistilasi tidak stabil, dengan pengertian dapat

    terdekomposisi sebelum atau mendekati titik didihnya atau campuran

    yang memiliki titik didih di atas 150oC. Metode distilasi ini tidak dapat

    digunakan pada pelarut dengan titik didih yang rendah jika

    kondensornya menggunakan air dingin, karena komponen yang

    menguap tidak dapat dikondensasi oleh air. Untuk mengurangi tekanan

    digunakan pompa vakum atau aspirator. Aspirator berfungsi sebagai

    penurunan tekanan pada sistem distilasi ini.

    2.13 Distilasi Reaktif 

    Reaktif distilasi merupakan proses kombinasi antara reaksi kimia dan

    separasi (distilasi) yang terjadi secara simultan dalam suatu kolom distilasi

    tunggal. Dimana produk yang terbentuk langsung dipisahkan secara distilasi.

  • 8/18/2019 BAB_2_-_TINJAUAN_PUSTAKA

    12/12

    16

    Misalnya suatu reaksi reversible mengikuti persamaan : A + B ↔ C + D

    (eksotermis).

    Kelebihan reaktif distilasi:

    1. Simple design sehingga mengurangi capital cost

    2. Konversi mendekati 100%. Dapat mengurangi biaya untuk recycle

    3. Selektivitas meningkat. Pengambilan produk dapat mencegah terjadinya

    reaksi samping

    4. Untuk menghasilkan konversi yang sama, RD membutuhkan lebih sedikit

    katalis

    5. Menghindari terjadinya azeotrop

    6. Heat integration

    7. Mengurangi hilangnya panas.

    Syarat dilakukannya RD:

    1. T reaksi ≈ T distilasi

    2. Produk merupakan lowest boiling point atau highest boiling point

    3. Katalis stabil

    4. Tidak terjadi panas yang ekstrem

    2.14 Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Biodiesel

    Faktor utama yang mempengaruhi rendemen metil ester yang dihasilkan

    pada reaksi transesterifikasi adalah rasio molar antara trigliserida dan alkohol,

     jenis katalis yang digunakan, suhu reaksi, waktu reaksi, kandungan air, dan

    kandungan asam lemak bebas.