bacan

Embed Size (px)

Citation preview

Pulau Bacan merupakan pulau besar yang terletak di sebelah barat dari lengan bagian selatan Pulau Halmahera yang berlithologikan granit, diorit kuarsa, gneiss, serta kontak metamorf dari schist. Mungkin ini mewakili pusat intrusi dalam busur magma. Karena Pulau Bacan terletak dekat dari sesar mendatar Sorong. Secara tektonostratigrafi Pulau Bacan yang merupakan salah satu benua mikro yang ada dikawasan Laut Banda, bagian timur Indonesia diperkirakan berasal dari dari pinggiran utara benua Australia, disekitar bagian tengah Papua saat ini ( Visser and Hermes, 1962). Berdasarkan hasil analisis cekungan dan tektonik (Simandjuntak, 2003) memperkirakan benua-benua mikro ini terberai dan terpisah dari Australia pada Kapur dan kemudian teralih tempatkan ke kawasan Laut Banda pada Neogen. Dari sejarah perkembangannya sejak terpisah pada kapur akhir, terberai dan teralihtempatkan pada pelogen, kemudian pada Neogen bertumbukan dengan busur kepulauan dan jalur ofiofolit dari bagian timur sulawesi, benua benua mikro ini mengalami berbagai kegiatan tektonik, baik divergen maupun konvergen. Proses proses ini mengakibatkan berbagai jenis struktur baik yang tensional maupun kompresional di benua benua mikro tersebut. Pengalih tempatan runtunan ofiolit inipun dapat ditelusuri sebagai awalnya jalur ofiolit ini merupakan bagian dari kerak samudra, kemungkinan dari kawasan tonjolan luar (outer swell) yang segmen ujungnya menukik di palung dan tertunjamkan ke lajur benioff, di bawah pinggiran anak benua Daratan sunda, bagian selatan-tenggara benua Eurasia pada Kapur. Pasca tunjaman, pada paleosen, kerak samudera di tonjolan luar tertekan kuat, tersesarkan, terangkat dan terakrasi ke atas palung dan lereng busur kepulauan yang sebagian besar berada di bawah permukaan laut (submarine). Pada orogenesa Neogen kerak samudra bersama lajur tunjaman Kapur tersesarkan, terimbrikasi dan terangkat ke atas Jalur Magmatik Sulawesi Barat (JMSB). Batuan malihan bertekanan tinggi yang terangkat membentuk Jalur Malihan Sulawesi Tengah (JMST). Akrasi batuan ofiolit dan malihan serupa juga terdapat di kawasan Bantimala, Sulawesi Selatan, di Ciletuh dan Lok Ulo di Jawa dan Pegunungan Meratus di Kalimantan Timur. Pada orogenesa Neogen, kerak samudra bersama busur kepulauan tertekan kuat, tergencet, tersesarkan, terdeformasi dan terangkat ke atas permukaan laut mengakibatkan terbentuknya Jalur Ofiolit Sulawesi Timur (JOST). Bersamaan dengan itu, di bagian timur sulawesi, sebagaimana dijelaskan sebelumnya jalur ofiolit ini bertumbukan dengan benua-benua mikro. Tumbukan tektonik berlangsung terus mengakibatkan jalur ofiolit terobduksi ke atas benua-benua mikro, Banggai-Sula, Mekongga dan Tukangbesi-Buton. Demikian juga halnya dengan struktur mintakat yang alokton sudah jelas multifase. Fase tertua terbentuk pada saat mintakat tersebut berada di tempat asal terjadinya di bagian utara benua australia yang berumur paleozoikum (pigram dan panggabean, 1984; Simandjuntak, 1986a; Charlton, 1996), boleh jadi terlibat dalam pembentukan struktur lebih dari satu episode, yang dapat berupa struktur kompresional ataupun struktur tensional. Fase berikutnya terjadi pada mintakat pecah, memberai dan memisah dari benua atau keratan benua asalnya. Dengan demikian struktur tensional akan dominan. Selama kegiatan tektonik alihtempat dari tempat asal ke tempatnya sekarang, mintakat itu akan mengalami

gaya, baik yang kompresional ataupun tensional yang intensitasnya tergatung keadaan tektonik sepanjang perjalanannya yang difasilitasi oleh sesar sorong yang bergerak transtensional mengiri. Fase selanjutnya terjadi pada saat mintakat mencapai tempatnya yang sekarang dan kemudian bertumbukan dengan mintakat setempat, yang terdiri dari busur kepulaun paleogen , sedimen pinggiran anak benua daratan sunda yang atokton (autochthonous) dan jalur ofiolit sulawesi timur yang para-atokton (para-autochthonous).Tektonik Halmahera

PENDAHULUAN Indonesia merupakan daerah pertemuan 3 lempeng tektonik besar, yaitu lempeng IndoAustralia, Eurasia dan lempeng Pasific. Lempeng Indo-Australia bertabrakan dengan lempeng Eurasia di lepas pantai Sumatra, Jawa dan Nusatenggara, sedangkan dengan Pasific di utara Irian dan Maluku utara. Di sekitar lokasi pertemuan lempeng ini akumulasi energi tabrakan terkumpul sampai suatu titik dimana lapisan bumi tidak lagi sanggup menahan tumpukan energi sehingga lepas berupa gempa bumi. Pelepasan energi sesaat ini menimbulkan berbagai dampak terhadap bangunan karena percepatan gelombang seismik, tsunami, longsor. Besarnya dampak gempa bumi terhadap bangunan bergantung pada beberapa hal; diantaranya adalah skala gempa, jarak epicenter, mekanisme sumber, jenis lapisan tanah di lokasi bangunan dan kualitas bangunan. GEOGRAFI HALMAHERA Letak astronomis 01 00 LS- 02 20 LU, 127 25 - 129 00 BT. Letak geografis Halmahera adalah sebuah pulau yang terletak di sebelah timur pulau sulawesi yang berbentuk huruf K dengan batas laut maluku di sebelah barat, samudera pasifik disebelah utara dan timur, dan selat Obi di sebelah selatan

Sejarah Pulau Halmahera Pulau Halmahera mulai terbentuk sekitar 55 juta tahun yang lalu karena adanya pergerakan lempeng pasifik, australia, dan Eurasia. Sebelum berbentuk K seperti sekarang ini, halmahera hanyalah pulau-pulau kecil yang terbentuk karena sistem subduksi yang menghasilkan busur kepulauan yang terapung kemudian karena adanya pergerakan lempeng diatas lalu bertemu dan jadilah Halmahera sekarang ini KEADAAN TEKTONIK Hubungan Halmahera dengan Pulau Lainnya Halmahera adalah suatu gambaran tektonik yang cukup kompleks.Bentuk dua lengan Sulawesi timur dan Halmahera dapat disebandingkan dengan dua anak panah yang bergerak ke barat. Ini telah diketahui cukup lama bahwa lengan timur yang cembung ke arah barat terdiri dari ofiolit, dan busur barat terdiri dari gunungapi aktif, yang di Sulawesi telah padam pada zaman Kwarter. Sulawesi dan Halmahera merupakan busur kepulauan yang mengarah ke utara selatan yang cembung ke arah Pasifik dengan zona subduksi Sulawesi-Maluku yang miring ke barat. Pergerakan Lempeng Pasifik ke arah barat yang mengikuti sistem sesar transform menjelaskan kompleksitas tatanan geologi kawasan Sulawesi-Halmahera. Selama pergerakan ini pulau Banggai dan Buton dibawa ke arah timur laut. Pergerakan Banda ke arah timurbarat hanya merupakan pelenturan, tidak membuat sesar besar sepertihalnya di Papua dan Sulawesi. Sistem subduksi ini menjadikan halmahera sebagai daerah yang sangat aktif di Indonesia. Berdasarkan intensitas kegempaannya, Badan Meteorologi dan Geofisika membagi wilayah Indonesia atas enam zona: 1. Daerah sangat aktif (Halmahera) 2. Daerah aktif (Lepas pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Nusa Tenggara, Banda) 3. Daerah lipatan dan retakan (Pantai barat Sumatra, Sulawesi Tengah) 4. Daerah lipatan tanpa retakan ( Utara Jawa, Kalimantan Timur)Daerah Gempa Kecil (Sumatra Timur, Kalimantan Tengah) 5. Daerah Stabil (Selatan Irian, Kalimantan Barat) KEGEMPAAN DI HALMAHERA Karena wilayah halmahera adalah suatu sistem yang sangat aktif dan kompleks maka intensitas gempa yang terjadi sangat tinggi. Hal ini dikarenakan adanya suatu pola patahan halamahera yang di subduksi oleh lempeng oceanic pasifik sehingga lempeng bergerak ke barat dan menunjam ke arah lempeng maluku yang didesak pula oleh lempeng kontinen yang bergerak ke timur. Sementara itu lempeng halmahera juga mengalami sesar trasform dextral

di sebelah selatan dengan lempeng eurasia serta sesar transform sinistral dengan lempeng oceanic ( pasific ) di sebelah timur.