84
1 BAGIAN I PENDAHULUAN 1.1 Pengantar Bagi mahasiswa D3 bidang kesehatan yang akan mengakhiri studi diwajibkan menulis thesis, skripsi atau karya tulis ilmiah (KTI) sesuai dengan standar penulisan ilmiah, walaupun sebenarnya penulisan karya ilmiah itu menunjukkan keragaman, baik format maupun urutan penulisannya. Karya ilmiah merupakan karya berupa tulisan yang bersifat ilmiah. KBI (2001) menyebutkan karya artinya ciptaan (terutama hasil karangan) dan ilmiah artinya memenuhi syarat-syarat ilmu pengetahuan. Brotowijoyo (1985) menyebutkannya sebagai karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Jadi karya ilmiah harus ditulis secara jujur dan memenuhi syarat-syarat ilmu pengetahuan. Dengan demikian, karya tulis ilmiah (KTI) mahasiswa Program D-III dapat berupa hasil penelitian yang dilaksanakan secara empiris (turun ke lapangan) atau hasil kajian pustaka (sekunder) berdasarkan referensi-referensi yang mutakhir. Karya tulis ilmiah (KTI) adalah karya ilmiah yang ditulis mahasiswa jenjang D-III untuk melengkapi persyaratan program studi untuk memperoleh gelar Ahli Madya Kebidanan.

BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

1

BAGIAN I

PENDAHULUAN

1.1 Pengantar

Bagi mahasiswa D3 bidang kesehatan yang akan mengakhiri studi

diwajibkan menulis thesis, skripsi atau karya tulis ilmiah (KTI) sesuai dengan

standar penulisan ilmiah, walaupun sebenarnya penulisan karya ilmiah itu

menunjukkan keragaman, baik format maupun urutan penulisannya.

Karya ilmiah merupakan karya berupa tulisan yang bersifat ilmiah. KBI

(2001) menyebutkan karya artinya ciptaan (terutama hasil karangan) dan ilmiah

artinya memenuhi syarat-syarat ilmu pengetahuan. Brotowijoyo (1985)

menyebutkannya sebagai karangan ilmu pengetahuan yang menyajikan fakta

dan ditulis menurut metodologi penulisan yang baik dan benar. Jadi karya

ilmiah harus ditulis secara jujur dan memenuhi syarat-syarat ilmu pengetahuan.

Dengan demikian, karya tulis ilmiah (KTI) mahasiswa Program D-III

dapat berupa hasil penelitian yang dilaksanakan secara empiris (turun ke

lapangan) atau hasil kajian pustaka (sekunder) berdasarkan referensi-referensi

yang mutakhir.

Karya tulis ilmiah (KTI) adalah karya ilmiah yang ditulis mahasiswa

jenjang D-III untuk melengkapi persyaratan program studi untuk memperoleh

gelar Ahli Madya Kebidanan.

Page 2: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

2

1.2 Syarat-syarat yang Harus Dipenuhi

Mahasiswa yang hendak menulis karya tulis ilmiah (KTI) sebagai

karya untuk mengakhiri studi pada jenjang D-III Kebidanan dipersyaratkan:

1. Duduk di Semester 6 mahasiswa D-III Kebidanan.

2. Telah mengikuti mata kuliah metode penelitian (Metopel).

1.3 Pengajuan Tugas Karya Ilmiah

1. Mahasiswa wajib mengajukan 3 (tiga) judul kepada pembimbing yang

telah ditunjuk atau Penanggung jawab KTI atau dosen Metode

Penelitian.

2. Pembimbing memilih salah satu judul mahasiswa yang diajukan sebagai

tugas akhir dalam bentuk karya tulis ilmiah.

3. Judul yang telah disetujui segera dilaporkan ke bagian Pendidikan.

4. Melaksanakan bimbingan KTI dengan pembagian metode penelitian

diajukan kepada Pembimbing I dan hasil penelitian kepada pembimbing

II.

5. Apabila KTI telah selesai, segera dilaporkan kepada bagian pendidikan

untuk diajukan mengikuti ujian akhir (ujian akhir mempertahankan KTI-

nya).

6. KTI yang telah siap untuk ujian akhir harus membubuhkan tanda tangan

pembimbing dan Pimpinan Perguruan Tinggi.

Page 3: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

3

7. Untuk menghadapi ujian akhir, KTI diperbanyak sebanyak 3 rangkap

dan diserahkan kepada penguji paling lambat 1 hari sebelum ujian KTI

berlangsung.

8. Setelah ujian selesai dan KTI telah disetujui dan telah dinyatakan lulus,

mahasiswa wajib mencetaknya dengan luks dan diperbanyak 6 rangkap

dan diserahkan kepada bagian pendidikan sebanyak 1 rangkap beserta 1

CD (Softcopy), perpustakaan 1 rangkap, tempat penelitian 1 rangkap,

pembimbing 1 dan 2 masing-masing 1 rangkap, dan mahasiswa 1

rangkap. Tesis/ Skripsi/ KTI tersebut diserahkan paling lambat 2 minggu

setelah ujian KTI selesai.

Page 4: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

4

BAGIAN II

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN KARYA ILMIAH

Dalam upaya memudahkan mahasiswa dalam menulis karya tulis ilmiah,

diketengahkan urutan langkah-langkah penyusunan karya tulis ilmiah mahasiswa

sebagai berikut:

2.1 Menemukan Masalah yang Akan Diteliti atau Ditulis

Masalah penelitian adalah sesuatu yang belum diketahui jawabannya,

baik yang bersifat praktis maupun yang bersifat teoritis. Masalah adalah setiap

kesulitan yang menggerakkan penulis untuk menelitinya. Suatu masalah

hendaknya memenuhi empat syarat: (1) dapat diteliti, (2) mempunyai

sumbangan kepada ilmu pengetahuan, (3) asli, dan (4) layak (Huda, 2004).

Dapat diteliti artinya bahwa masalah itu dapat dijawab dengan data empiris

melalui penelitian. Data itu dapat ditemukan dan dapat dicari serta sampel data

tersebut dapat diperloleh. Mempunyai sumbangan kepada ilmu pengetahuan

artinya hasil penelitian dapat menambah wawasan keilmuan pada bidang ilmu

yang ditekuni. Untuk menentukan apakah topik atau masalah yang diteliti

cukup pantas untuk ditulis dapat ditanyakan kepada orang yang berwenang

(Dosen Pembimbing, Ka Prodi, Pimpinan Perguruan Tinggi).

Permasalahan yang dapat diangkat sebagai latar belakang penelitian

dapat dikelompokkan atas 2 (dua):

1. Masalah Real; yaitu permasalahan yang telah terjadi dan perlu penanganan

dengan segera.

Page 5: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

5

2. Masalah Latent; yaitu permasalahan yang belum terjadi, namun bila tidak

segera ditangani (dibiarkan) dapat berkembang menjadi masalah Real.

Contoh masalah Real: Kejadian Diare, Kasus Flu burung, Gizi buruk, dll.

Contoh masalah Latent: Lingkungan (masalah sanitasi) yang kotor,

peternakan ayam dekat dengan tempat tinggal, dan pengetahuan ibu yang

rendah tentang gizi.

Pada penelitian ilmiah Masalah Latent akan membentuk kelompok variabel

bebas / variabel yang mempengaruhi (Independent Variable), sedangkan

Masalah Real akan membentuk variabel terikat / variabel yang

dipengaruhi (Dependent Variable).

Masalah yang asli adalah sesuatu masalah yang ditemukan sendiri oleh

peneliti. Masalah yang asli ini dapat ditemukan setelah membaca buku, hasil

penelitian, atau menelaah bahan-bahan yang relevan. Dengan pengalaman ini,

dia akan menemukan sesuatu yang belum diketahui jawabannya. Tapi ada

kalanya, peneliti hanya melakukan penelitian ulangan (replikasi). Penelitian

replikasi diperbolehkan untuk dilakukan. Replikasi tidak harus sama persis

dalam segala hal. Penelitian replikasi adalah penelitian yang menguji hasil

penelitian sebelumnya. Apakah dengan instrumen atau responden yang berbeda

akan menghasilkan temuan yang sama?

Kelayakan adalah suatu syarat yang sangat penting dalam penulisan

karya tulis ilmiah. Kelayakan erat kaitannya dengan penggunaan waktu, tenaga

dan sarana yang ada, serta biaya yang diperlukan.

Page 6: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

6

2.2 Menetapkan Judul Karya Tulis Ilmiah

Setelah masalah penelitian teridentifikasi dan dipahami, maka langkah selanjutnya

adalah merumuskan judul penelitian atau judul karya tulis ilmiah. Judul hendaknya

menggambarkan penelitian yang akan dilakukan. Jumlah baris dalam judul tidak

lebih dari 4 (empat) baris. Diketik seluruhnya dalam huruf besar dan disusun secara

ekspresif dalam kalimat tunggal dan majemuk sederhana, singkat dan cukup

spesifik. Kata-kata seperti ―penelitian tentang‘ dan ―studi tentang‖ dihindari karena

berlebihan.

Contoh-contoh judul KTI yang telah diuji:

1. GAMBARAN KASUS TINDAKAN EPISIOTOMI DI RSU DR.

PIRNGADI MEDAN TAHUN 2011.

2. PENGETAHUAN DAN SIKAP BIDAN TERHADAP PELAKSANAAN

KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM

MALIK MEDAN.

3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR KB DENGAN

KEMANDIRIAN DALAM MELAKSANAKAN PROGRAM KB DI DESA

PAYA BAKUNG KECAMATAN HAMPARAN PERAK.

4. PENGETAHUAN IBU POST PARTUM TENTANG PERAWATAN TALI

PUSAT PADA BAYI BARU LAHIR DI KLINIK NURHALMA MEDAN

TAHUN 2011.

Page 7: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

7

BAGIAN III

KAIDAH PENULISAN KARYA TULIS ILMIAH

Karya tulis ilmiah mahasiswa harus dikemas sedemikian rupa dan ditulis

dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar serta mengikuti kerangka pikir yang

logis dan jelas.

Penulisan karya ilmiah harus mengikuti acuan yang baku. Setiap perguruan

tinggi memiliki standard acuan tersendiri. Di sini penulis akan memberikan

standard acuan penulisan karya ilmiah yang dapat digunakan mahasiswa untuk

menyusun sebuah karya ilmiah yang baik.

3.1 Format dan Isi KTI

Setiap karya tulis ilmiah (KTI) mahasiswa ditulis dengan format dan

isi. Format diartikan sebagai bentuk, susunan, atau organisasi suatu laporan.

Dalam penulisan laporan karya tulis ilmiah terdapat dua format, yaitu format

bebas dan format bebas. Dalam format bebas tidak terdapat batasan jumlah

bab dan isi masing-masing bab. Biasanya Bab pertama membahas latar

belakang masalah disertai tinjauan pustaka, dan penelitian yang terdahulu

dalam kaitannya dengan masalah yang diteliti serta membahas metode

penelitian yang dipakai. Bab-bab selanjutnya memaparkan hasil-hasil

penelitian.

Pada laporan format tetap, jumlah bab dan isi bab-bab mengikuti

aturan tertentu. Jumlah bab berkisar antara 5 dan 6. Bila jumlah bab ada lima,

topik-topik pembahasan adalah sebagai berikut: (1) Pendahuluan, (2)

Tinjauan Pustaka, (3) Metode Penelitian, (4) Hasil penelitian dan

Page 8: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

8

Pembahasan, dan (5) Kesimpulan dan Saran. Kemudian, bagian-bagian

pendahuluan berisi (1) Halaman Judul, (2) Lembar Persetujuan, (3) Lembar

Pengesahan, (4) Abstrak, (5) Daftar isi, (6) Daftar Tabel, dan (7) Daftar

Gambar. Sedangkan Daftar lampiran berisi (1) Instrumen Penelitian, (2) Hasil

Perhitungan Statistik, dan (3) Daftar Riwayat Penulis. Berikut ini adalah

outline dan uraian masing-masing topik Karya Ilmiah:

Page 9: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

9

BAGIAN IV

OUTLINE DAN URAIAN TOPIK KTI:

LEMBAR PERSETUJUAN

LEMBAR PENGESAHAN

KATA PENGANTAR

ABSTRAK DALAM BAHASA INDONESIA

ABSTRAK DALAM BAHASA INGGRIS

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL

DAFTAR GAMBAR

DAFTAR LAMPIRAN

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah terbagi dalam dua kategori: masalah Laten dan Masalah Riil.

Masalah Laten adalah masalah yang belum muncul kepermukaan. Sementara

masalah Riil adalah permasalahan yang benar-benar sudah terjadi di suatu

Lokus.

Latar belakang masalah merupakan bagian yang berisi hal-hal yang

melatarbelakangi masalah penelitian. Bagian ini mengantarkan pembaca kepada

masalah penelitian. Pada bagian ini dipaparkan konsep masalah yang diteliti

dan argumentasi pentingnya penelitian. Pada bagian ini juga dipaparkan

kenyataan yang ada yang tidak sesuai dengan harapan atau teori yang ada.

Peneliti diperkenankan memilih antara masalah Laten maupun Riil

Page 10: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

10

.

Latar belakang masalah harus dibuat dalam model Piramida Terbalik, di

mana permasalahan yang memiliki ruang lingkup paling besar ditempatkan

paling atas dan seterusnya sampai ke permasalahan yang ada pada Lokus,

misalnya: Permasalahan Busung Lapar di Indonesia, kemudian di Propinsi

Sumatera Utara, kemudian di Kabupaten Deli Serdang, kemudian di Puskesmas

Galang.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah adalah pertanyaan-pertanyaan yang hendak dicari

jawabannya melalui penelitian. Rumusan masalah biasanya ditulis dalam

kalimat pertanyaan yang disusun dengan jelas dan tidak membingungkan;

namun tidak boleh menggunakan tanda tanya. Dengan pertanyaan yang jelas

akan mudah mengidentifikasikan variabel-variabel apa yang ada dalam

pertanyaan penelitian tersebut. Ada beberapa hal yang dapat diperhatikan

dalam merumuskan masalah penelitian, antara lain:

1. Rumusan masalah hendaknya singkat dan bermakna. Hindari rumusan

masalah yang bersifat mendua.

2. Rumusan masalah hendaknya dalam bentuk kalimat tanya.

3. Rumusan masalah hendaknya jelas dan konkrit.

4. Rumusan masalah hendaknya dirumuskan secara operasional

5. Rumusan masalah hendaknya mampu memberi petunjuk tentang

kemungkinan yang dapat dilakukan dalam pengumpulan data.

Page 11: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

11

6. Perumusan masalah hendaknya dibatasi ruang lingkupnya, sehingga

memungkinkan penarikan kesimpulan yang tegas.

Beberapa contoh rumusan masalah dapat dilihat berikut:

a. Bagaimanakah penguasaan ibu hamil tentang hyperemesis

gravidarum di klinik Bersalin Elli Medan tahun 2011 (satu

variabel)

b. Apa saja faktor-faktor penghambat pelaksanaan Imunisasi di

Kelurahan Helvetia (satu variabel)

c. Apakah ada hubungan positif antara tingkat pendidikan ibu

hamil dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan selama masa

kehamilannya (dua variabel)

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dirumuskan dalam bentuk apa yang dicari, yaitu

jawaban masalah penelitian. Tujuan penelitian mengacu kepada rumusan

masalah. Misalnya untuk masalah penelitian di atas, rumusan tujuan dapat

berbunyi sebagai berikut:

1. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penguasaan ibu hamil tentang

hyperemisis gravidarum di klinik Bersalin Elli Medan tahun 2008.

2. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor penghambat

pelaksanaan Imunisasi di Kelurahan Helvetia.

Page 12: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

12

3. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tingkat

pendidikan ibu hamil dengan frekuensi pemeriksaan kehamilan selama

masa kehamilannya.

Tujuan penelitian bila perlu dapat dibagi menjadi 2 (dua); yaitu: Tujuan Umum dan

Tujuan Khusus seperti contoh di bawah:

Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Pengaruh Karakteristik Ibu Balita Terhadap Pemberian

Imunisasi di Desa Teluk Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat 2010.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan ibu balita terhadap pemberian

imunisasi dasar.

2. Untuk mengetahui pengaruh umur ibu balita terhadap pemberian imunisasi

dasar.

3. Untuk mengetahui pengaruh pekerjaan ibu balita terhadap pemberian imunisasi

dasar.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian dapat ditinjau dari segi praktis dan teoritis. Dari

segi teoritis dimaksudkan untuk mengembangkan suatu teori, apakah untuk

menguatkan atau melemahkan teori. Tidak semua penelitian mempunyai

manfaat teoritis. Dari segi praktis, manfaat penelitian dimaksudkan untuk

praktek lapangan. Dalam contoh di atas, misalnya hasil penelitian dapat

digunakan untuk menambah materi kurikulum AKBID tentang pentingnya

pemeriksaan ibu hamil secara terjadwal.

Page 13: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Dalam penulisan karya tulis ilmiah ini, tinjauan pustaka tetap dianggap

perlu, sepanjang sumber penunjang teorinya relevan dengan masalah yang akan

diteliti. Dalam tinjauan pustaka hendaknya penulis selektif, komparatif, dan analisis

memilih bahan pustaka sebagai penunjang atau teori dalam menjelaskan

permasalahan karya ilmiah yang ditulis. Sikap selektif berarti semua bahan yang

dihimpun dan digali informasinya, akhirnya dipilih yang paling tinggi relevansinya

dengan penelitian yang dilakukukan. Sikap komparatif berarti pembandingan antar

bahan rujukan dilakukan untuk melihat kekuatan dan kelemahan masing-masing

pendapat para ahli. Sikap analisis berarti penganalisisan berbagai teori atau

pendapat dilakukan untuk mendapat suatu ramuan baru dalam rangka menunjang

hipotesis yang dianut.

Tinjauan Pustaka mempunyai arti: peninjauan kembali pustaka- pustaka

yang terkait (review of related literature ). Sesuai dengan arti tersebut, suatu

tinjauan pustaka berfungsi sebagai peninjauan kembali (review) pustaka (laporan

penelitian, dan sebagainya) tentang masalah yang berkaitan—tidak selalu harus tepat

identik dengan bidang permasalahan yang dihadapi— tetapi termasuk pula yang

seiring dan berkaitan (collateral). Fungsi peninjauan kembali pustaka yang berkaitan

merupakan hal yang mendasar dalam penelitian, seperti dinyatakan oleh Leedy

(1997) bahwa semakin banyak seorang peneliti mengetahui, mengenal dan

memahami tentang penelitian- penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya (yang

berkaitan erat dengan topik penelitiannya), semakin dapat dipertanggung jawabkan

caranya meneliti permasalahan yang dihadapi.

Page 14: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

14

Walaupun demikian, sebagian penulis (usulan penelitian atau karya

tulis) menganggap tinjauan pustaka merupakan bagian yang tidak penting sehingga

ditulis ―asal ada‖ saja atau hanya untuk sekedar membuktikan bahwa penelitian (yang

diusulkan) belum pernah dilakukan sebelumnya. Pembuktian keaslian penelitian

tersebut sebenarnya hanyalah salah satu dari beberapa kegunaan tinjauan pustaka.

Kelemahan lain yang sering pula dijumpai adalah dalam penyusunan,

penstrukturan atau pengorganisasian tinjauan pustaka. Banyak penulisan tinjauan

pustaka yang mirip resensi buku (dibahas buku per buku, tanpa ada kaitan yang

bersistem) atau mirip daftar pustaka (hanya menyebutkan siapa penulisnya dan di

pustaka mana ditulis, tanpa membahas apa yang ditulis).

Berdasar kelemahan- kelemahan yang sering dijumpai di atas, tulisan ini

berusaha untuk memberikan kesegaran pengetahuan tentang cara-cara penulisan

tinjauan pustaka yang lazim dilakukan. Cakupan tulisan ini meliputi empat hal, yaitu:

(a) kegunaan, (b) organisasi tinjauan pustaka, (c) kaitan tinjauan pustaka dengan

daftar pustaka, dan (d) cara pencarian bahan- bahan pustaka, terutama dengan

memanfaatkan teknologi informasi.

Kegunaan Tinjauan Pustaka

Leedy (1997) menerangkan bahwa suatu tinjauan pustaka mempunyai kegunaan

untuk:

(1) Mengungkapkan penelitian-penelitian yang serupa dengan penelitian yang

(akan) kita lakukan; dalam hal ini, diperlihatkan pula cara penelitian-penelitian

tersebut menjawab permasalahan dan merancang metode penelitiannya;

Page 15: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

15

(2) Membantu memberi gambaran tentang metoda dan teknik yang dipakai

dalam penelitian yang mempunyai permasalahan serupa atau mirip penelitian

yang kita hadapi;

(3) Mengungkapkan sumber-sumber data (atau judul- judul pustaka yang

berkaitan) yang mungkin belum kita ketahui sebelumnya;

(4) Mengenal peneliti- peneliti yang karyanya penting dalam permasalahan yang

kita hadapi (yang mungkin dapat dijadikan nara sumber atau dapat ditelusuri

karya - karya tulisnya yang lain— yang mungkin terkait);

(5) Memperlihatkan kedudukan penelitian yang (akan) kita lakukan dalam

sejarah perkembangan dan konteks ilmu pengetahuan atau teori tempat

penelitian ini berada;

(6) Menungkapkan ide- ide dan pendekatan-pendekatan yang mungkin belum

kita kenal sebelumya;

(7) Membuktikan keaslian penelitian (bahwa penelitian yang kita lakukan

berbeda dengan penelitian- penelitian sebelumnya); dan

(8) Mampu menambah percaya diri kita pada topik yang kita pilih karena telah

ada pihak- pihak lain yang sebelumnya juga tertarik pada topik tersebut dan

mereka telah mencurahkan tenaga, waktu dan biaya untuk meneliti topik

tersebut.

Dalam penjelasan yang hampir serupa, Castetter dan Heisler (1984)

menerangkan bahwa tinjauan pustaka mempunyai enam kegunaan, yaitu:

(1) mengkaji sejarah permasalahan;

(2) membantu pemilihan prosedur penelitian;

Page 16: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

16

(3) mendalami landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan;

(4) mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian terdahulu;

(5) menghindari duplikasi penelitian; dan

(6) menunjang perumusan permasalahan.

Karena penjelasan Castetter dan Heisler di atas lebih jelas, maka

pembahasan lebih lanjut tentang kegunaan tinjauan pustaka dalam tulisan ini

mengacu pada penjelasan mereka. Satu persatu kegunaan (yang saling kait

mengkait) tersebut dibahas dalam bagian berikut ini.

Kegunaan 1: Mengkaji sejarah permasalahan

Sejarah permasalahan meliputi perkembangan permasalahan dan

perkembangan penelitian atas permasalahan tersebut. Pengkajian terhadap

perkembangan permasalahan secara kronologis sejak permasalahan tersebut

timbul sampai pada keadaan yang dilihat kini akan memberi gambaran yang

lebih jelas tentang perkembangan materi permasalahan (tinjauan dari waktu

ke waktu: berkurang atau bertambah parah; apa penyebabnya).

Mungkin saja, tinjauan seperti ini mirip dengan bagian ―Latar belakang

permasalahan‖ yang biasanya ditulis di bagian depan suatu usulan penelitian.

Bedanya: dalam tinjauan pustaka, kajian selalu mengacu pada pustaka yang

ada.

Pengkajian kronologis atas penelitian–penelitian yang pernah

dilakukan ataspermasalahan akan membantu memberi gambaran tentang

apa yang telah dilakukan oleh peneliti- peneliti lain dalam permasalahan

Page 17: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

17

tersebut. Gambaran bermanfaat terutama tentang pendekatan yang dipakai

dan hasil yang didapat.

Kegunaan 2: Membantu pemilihan prosedur penelitian

Dalam merancang prosedur penelitian (research design), banyak

untungnya untuk mengkaji prosedur - prosedur (atau pendekatan) yang

pernah dipakai oleh peneliti-peneliti terdahulu dalam meneliti permasalahan

yang hampir serupa. Pengkajian meliputi kelebihan dan kelemahan prosedur

- prosedur yang dipakai dalam menjawab permasalahan. Dengan mengetahui

kelebihan dan kelemahan prosedur - prosedur tersebut, kemudian dapat

dipilih, diadakan penyesuaian, dan dirancang suatu prosedur yang cocok

untuk penelitian yang dihadapi.

Kegunaan 3: Mendalami landasan teori yang berkaitan dengan

permasalahan Salah satu karakteristik penelitian adalah kegiatan yang dilakukan

haruslah berada pada konteks ilmu pengetahuan atau teori yang ada. Pengkajian

pustaka, dalam hal ini, akan berguna bagi pendalaman pengetahuan seutuhnya

(unified explanation) tentang teori atau bidang ilmu pengetahuan yang

berkaitan dengan permasalahan. Pengenalan teori-teori yang tercakup dalam

bidang atau area permasalahan diperlukan untuk merumuskan landasan teori

sebagai basis perumusan hipotesa atau keterangan empiris yang diharapkan.

Kegunaan 4: Mengkaji kelebihan dan kekurangan hasil penelitian

terdahulu Di bagian awal tulisan ini disebutkan bahwa kegunaan tinjauan

pustaka yang dikenal umum adalah untuk membuktikan bahwa penelitian (yang

diusulkan) belum pernah dilakukan sebelumnya. Pembuktian keaslian

Page 18: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

18

penelitian ini bersumber pada pengkajian terhadap penelitian- penelitian yang

pernah dilakukan. Bukti yang dicari bisa saja berupa kenyataan bahwa belum

pernah ada penelitian yang dilakukan dalam permasalahan itu, atau hasil

penelitian yang pernah ada belum mantap atau masih mengandung kesalahan atau

kekurangan dalam beberapa hal dan perlu diulangi atau dilengkapi.

Dalam penelitian yang akan dihadapi sering diperlukan pengacuan

terhadap prosedur dan hasil penelitian yang pernah ada (lihat kegunaan 2).

Kehati-hatian perlu ada dalam pengacuan tersebut. Suatu penelitian mempunyai

lingkup keterbatasan serta kelebihan dan kekurangan. Evaluasi yang tajam

terhadap kelebihan dan kelemahan tersebut akan berguna terutama dalam

memahami tingkat kepercayaan (level of significance ) hal- hal yang diacu.

Perlu dikaji dalam penelitian yang dievaluasi apakah temuan dan kesimpulan

berada di luar lingkup penelitian atau temuan tersebut mempunyai dasar yang

sangat lemah. Evaluasi ini menghasilkan penggolongan pustaka ke dalam dua

kelompok:

1. Kelompok Pustaka Utama (Significant literature); dan

2. Kelompok Pustaka Penunjang (Collateral Literature).

Kegunaan 5: Menghindari duplikasi penelitian

Kegunaan yang kelima ini, agar tidak terjadi duplikasi penelitian, sangat

jelas maksudnya. Masalahanya, tidak semua hasil penelitian dilaporkan secara

luas. Dengan demikian, publikasi atau seminar atau jaringan informasi tentang

hasil- hasil penelitian sangat penting. Dalam hal ini, peneliti perlu mengetahui

sumber- sumber informasi pustaka dan mempunyai hubungan (access)

Page 19: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

19

dengan sumber-sumber tersebut. Tinjauan pustaka, berkaitan dengan hal

ini, berguna untuk membeberkan seluruh pengetahuan yang ada sampai saat

ini berkaitan dengan permasalahan yang dihadapi (sehingga dapat menyakinkan

bahwa tidak terjadi duplikasi). Tinjauan pustaka (referensi) seharusnya tidak

boleh berusia lebih dari 5 tahun terhitung dimulainya penelitian, kecuali text

book atau referensi lain yang memang masih diakui.

Kegunaan 6: Menunjang perumusan permasalahan

Kegunaan yang keenam dan taktis ini berkaitan dengan perumusan

permasalahan. Pengkajian pustaka yang meluas (tapi tajam), komprehe nsif dan

bersistem, pada akhirnya harus diakhiri dengan suatu kesimpulan yang memuat

permasalahan apa yang tersisa, yang memerlukan penelitian; yang membedakan

penelitian yang diusulkan dengan penelitian- penelitian yang pernah dilakukan

sebelumnya. Dalam kesimpulan tersebut, rumusan permasalahan ditunjang

kemantapannya (justified). Pada beberapa formulir usulan penelitian

(seperti misalnya pada formulir

Kaitan Tinjauan Pustaka dengan Daftar Pustaka

Di bagian awal tulisan in telah disebutkan bahwa sering terdapat

penulisan tinjauan pustaka yang mirip daftar pustaka. Misal: ―Tentang hal A

dibahas oleh si H dalam buku . . . . . , si B dalam buku . . . . . . ; sedangkan

tentang hal J diterangkan oleh si P dalam buku . .. . . . ―. Peninjauan seperti ini

biasanya tidak menyebutkan apa yang dijelaskan oleh masing- masing pustaka

secara rinci (hanya menyebutkan siapa dan dimana ditulis). Penyebutan judul

Page 20: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

20

buku, yang seringkali tidak hanya sekali, tidak efisien dan menyaingi tugas

daftar pustaka. Dalam tulisan ini, cara peninjauan seperti itu tidak disarankan.

Pengacuan pustaka dalam tinjauan pustaka dapat dilakukan dengan

cara yang bermacam-macam, antara lain: penulisan catatan kaki, dan penulisan

nama pengarang dan tahun saja. Setiap cara mempunyai kelebihan dan

kekurangan; tapi peninjauan tentang kelebihan dan kekurangan tersebut di luar

lingkup tulisan ini. Dalam tulisan ini hanya akan dibahas pemakaian cara

penulisan nama akhir pengarang dan tahun penerbitan (dan sering ditambah

dengan nomor halaman). Misalnya: Dalam hal organisasi tinjauan pustaka,

Castetter dah Heisler (1984) menyarankan tentang bagian- bagian tinjauan

pustaka, yang meliputi: (1) pendahuluan, (2) pembahasan, dan (3) kesimpulan.

Pengacuan cara di atas mempunyai kaitan erat dengan cara penulisan daftar

pustaka. Penulisan daftar pustaka umumnya tersusun menurut abjad nama

akhir penulis; dengan format: nama penulis, tahun penerbitan dan seterusnya.

Susunan dan format daftar pustaka tersebut memudahkan untuk membaca

informasi yang lengkap tentang yang diacu dalam tinjauan pustaka. Misal, dalam

tinjauan pustaka:

―. . . . . . Mittra (1986) . . . . . .‖

Dalam daftar pustaka,

tertulis:

Mittra, S. S., 1996, Decision Support System: Tools and

Techniques, John Wiley & Sons, New York, N. Y.

Sering terjadi, seorang penulis (usulan penelitian atau karya tulis) ingin menunjukan

bahwa bahan bacaannya banyak; meskipun tidak dibahas dan tidak diacu dalam

Page 21: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

21

tulisannya, semuanya ditulis dalam daftar pustaka. Maksud yang baik ini sebaiknya

ditunjukan dengan membahas dan mengemukakan secara jelas (menurut atur an

pengacuan) apa yang diacu dari pustaka- pustaka tersebut dalam tulisannya.

Tentunya hal yang sebaliknya, yaitu menyebut nama pengarang yang diacu dalam

tinjauan pustaka tanpa menuliskannya dalam daftar pustaka (karena lupa) tidak perlu

terjadi.

Berikut Adalah Susunan Dari BAB-II:

2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Pada bagian ini peneliti dapat memasukkan berbagai referensi dari peneliti

terdahulu yang dapat mendukung tujuan dari penelitian. Tidak ada keharusan

mengenai batasan minimal jumlah peneliti terdahulu.

2.2 Landasan Teori

Penelitian kuantitatif membutuhkan teori untuk melakukan verifikasi yang

dibangun melalui hipotesa. Oleh sebab itu peneliti harus mencantumkan teori yang

akan diambil sebagai variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat

(dependent variable).

Misalnya untuk melakukan penelitian tentang motivasi, maka peneliti harus

mencantumkan teori motivasi yang menjadi landasan penelitiannya, misalnya teori

Hertzberg (1966). Menurut Herzberg (1966), ada dua jenis faktor yang mendorong

seseorang untuk berusaha mencapai kepuasan dan menjauhkan diri dari

ketidakpuasan. Dua faktor itu disebutnya faktor higiene (faktor ekstrinsik) dan

faktor motivator (faktor intrinsik).

Page 22: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

22

2.3 Kerangka Konsep

Pada dasarnya kerangka pemikiran diturunkan dari (beberapa)

konsep/teori yang relevan dengan masalah yang diteliti, sehingga

memunculkan asumsi-asumsi dan/atau proposisi, yang dapat ditampilkan

dalam bentuk bagan alur pemikiran, yang kemudian kalau mungkin dapat

dirumuskan ke dalam hipotesis operasional atau hipotesis yang dapat diuji.

Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variable-

variabel yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi. Atau dengan kata lain

dalam kerangka konsep akan terlihat faktor-faktor yang terdapat dalam

variabel penelitian.

Contoh

Judul: Gambaran Pengetahuan Ibu Post Partum Tentang Perawatan Perineum

Judul: Hubungan Karakteristik Ibu Primigravida Dengan Pengetahuan Ibu

Tentang Hyperemesis Gravidarum (Studi Korelasi) :

Gambaran Pengetahuan

Ibu Post Partum Tentang

Perawatan Perineum :

Baik

Cukup

Kurang

Karakteristik Ibu

Primigravida :

1. Umur

2. Pekerjaan

3. Pendidikan

4. Sumber Informasi

Pengetahuan Ibu

Primigravida Tentang

Hypeemesis Gravidarum

Page 23: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

23

Contoh lain: Judul: Pengaruh Variabel Bebas Terhadap Kualitas Pelayanan

Keperawatan

Contoh Kerangka konsep Penelitian Perbandingan

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan prediksi mengenai kemungkinan hasil dari suatu

kemungkinan hasil dari suatu penelitian. Hipotesis merupakan jawaban yang

sifatnya sementara terhadap permasalahan yang diajukan dalam penelitian.

Tidak semua penelitian memunculkan hipotesis secara eksplisit dirumuskan.

Berpengaruh baik secara parsial maupun berganda terhadap Siklus Haid

Tidak berpengaruh baik secara parsial maupun berganda terhadap Siklus Haid

Data Ibu Pengguna Kontrasepsi Suntik DEPO

(Jan 2009 – Juni 2009)

Data Ibu Pengguna Kontrasepsi Suntik CYCLO

(Jan 2009 – Juni 2009)

Motivasi Intrinsik :

1. Pekerjaan itu sendiri

2. Kemajuan

3. Tanggung jawab

4. Pengakuan

5. Pencapaian

Kualitas Pelayan Keperawatan:

1. Kehandalan

2. Daya tanggap

3. Jaminan

4. Bukti lansung

5. Empati Motivasi Ekstrinsik :

1. Administrasi &kebijakan

2. Penyeliaan

3. Gaji

4. Hubungan antar pribadi 5. Kondisi kerja

Page 24: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

24

Biasanya dalam penelitian kuantitatif yang melibatkan lebih dari satu variabel

perlu memunculkan secara eksplisit hipotesisnya.

Hipotesis dilihat dari kategori rumusannya dibagi menjadi dua bagian,

yaitu (1) hipotesis nihil (Ho) atau hipotesis alternatif (Ha) atau hipotesis kerja.

Hipotesis nihil dirumuskan dalam kalimat ingkar sedangkan hipotesis alternatif

dirumuskan dalam kalimat dekleratif. Misalnya, rumusan Ho: ―Tidak ada

hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan frekuensi pemeriksaan

kehamilannya‖. Rumusan Ha ―Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu

hamil dengan frekuensi pemeriksaan kehamilannya‖.

Pada penelitian yang tidak bertujuan untuk mencari hubungan atau

pengaruh tidak dibutuhkan hipotesa.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Disain penelitian merupakan bagian penelitian yang berisi uraian-

uraian tentang gambaran alur penelitian yang menggambarkan pola pikir

peneliti dalam melakukan penelitian yang lazim disebut paradigma penelitian.

Pada bagian ini juga diuraikan jenis atau bentuk penelitian, seperti deskriptif,

korelasional, eksperimen atau kuasi eksperimen, atau studi kasus. Penelitian

deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik

populasi tertentu atau bidang tertentu dan cermat apa adanya, tanpa membuat

suatu perlakuan. Penelitian deskriptif tidak menjelaskan hubungan di antara

variabel, tidak menguji hipotesis atau melakukan prediksi.

Page 25: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

25

Penelitian korelasional merupakan kelanjutan penelitian deskriptif

yang menggambarkan hubungan di atara variabel-variabel yang diteliti.

Hubungan dapat bersifat positif atau negatif. Misalnya penelitian tentang

hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan pemeriksaan

kehamilannya, ingin memperoleh keterangan apakah ada hubungan yang

signifikan antara pendidikan ibu hamil dengan frekuensi pemeriksaan

kehamilannya. Hubungan yang dicari itu disebut korelasi. Penelitian korelasi

bertujuan sejauh mana variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi pada

faktor lain.

Menurut Guilford (1967) menuliskan kategori korelasi sebagai

berikut:

< 0,20 = hubungan rendah sekali

0,20 – 0,40 = hubungan rendah tapi berarti

0,40 – 0,70 = hubungan yang cukup berarti

0,70 – 0,90 = hubungan yang tinggi atau kuat

Penelitian eksperimen ditujukan melihat hubungan sebab akibat

dengan cara memanipulasi satu atau lebih variabel pada suatu kelompok

eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan kelompok kontrol yang

tidak mengalami manipulasi (perlakukan).

Penelitian studi kasus memusatkan perhatian pada suatu kasus secara

intensif dan mendetail. Subjek yang diteliti terdiri dari satu unit atau kesatuan

unit yang dipandang sebagai kasus. Kasus dapat terbatas pada satu orang,

lembaga, keluarga, peristiwa, desa, kelompok manusia. Studi kasus umumnya

Page 26: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

26

menghasilkan gambaran hasil pengumpulan dan analisis data kasus dalam

jangka waktu tertentu.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah tempat di mana penelitian dilaksanakan.

Tempat penelitian dapat dilakukan di sekolah, kantor intansi pemerintah

atau swasta, rumah sakit, klinik, kampung, kota, dsb. Contoh : Penelitian

dilakukan di Praktek Bidan Swasta Hj. Ellyzart Am.Keb, Jl. Suluh No 23

Medan.

3.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian merujuk kepada periode pelaksanaan penelitian.

Contoh: Waktu yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 3 bulan mulai

dari Juni sampai dengan Agustus 2011.

3.3 Populasi dan Sampel

Populasi yang menjadi sasaran penelitian berhubungan dengan

sekelompok subjek, baik manusia, gejala, nilai tes benda-benda, ataupun

peristiwa. Populasi yang diteliti mungkin terbatas, mungkin pula tidak,

bergantung kepada perumusan penelitian. Seringkali suatu populasi dianggap

tidak terbatas karena ukurannya begitu besar, tetapi sesungguhnya adalah

populasi terbatas. Misalnya, penderita TBC merupakan populasi tidak terbatas

karena tidak diketahui jumlahnya sampai saat ini. Setelah dibatasi penderita

TBC di Medan dalam kurun waktu tertentu barulah menjadi populasi terbatas.

Namun kita tidak dapat meneliti segenap penderita TBC secara langsung,

Page 27: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

27

padahal tujuan penelitian ialah menemukan generalisasi (sample yang diteliti

tetapi berlaku untuk populasi) yang berlaku secara umum. Untuk itu, dalam

penelitian dipergnakan sebagian saja populasi itu yang disebut sebuah sampel,

yang dipandang representatif terhadap populasi.

Ada dua metode pengambilan sampel, yaitu pengambilan sampel

secara acak (probability sampling) dengan menggunakan random sampling dan

tidak acak dengan menggunakan pertimbangan-pertimbanagan tertentu. Ada

empat rancangan sampling dalam kategori sampel acak, yaitu (1) sampling

random sederhana, (2) sampling sistematik, (3) sampling berstrata, dan (4)

sampling kluster.

Sampling random sederhana dilakukan dengan cara menuliskan

semua populasi dalam secarik kertas, kemudian mengundinya sampai kita

memperoleh jumlah yang dikehendaki. Cara ini kurang praktis bila

menggunakan populasi besar. Oleh sebab itu, peneliti menggunakan cara

kedua, yaitu tabel random.

Sampling sistematik juga menggunakan tabel random. Dalam

sampling sistematik, sampling yang pertamalah yang dipilih secara random.

Sampel-sampel berikutnya ditarik dengan mengambil jarak tertentu. Misalnya,

populasi berjumlah 200, diperlukan 20. perbandingan ukuran populasi dengan

ukuran sampel adalah 200/20 = 10. Jika sampel pertama terpilih nomor 8, maka

sampel berikutnya adalah (8 + 10) = 16, 26, 36, 46, 56, dst.

Sampling berstrata melibatkan pembagaian populasi ke dalam kelas,

kategori, atau kelompok, yang disebut strata. Karakteristik strata bisa berupa

Page 28: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

28

kota, daerah, suku bagsa, jenis kelamin, status, usia dan sebagainya. Ada dua

jenis sampel berstrata, yaitu proporsional dan nonproporsional. Berstrata

proporsional, sampel diambil dari setiap strata dengan memperhatikan jumlah

masing-masing populasi. Contoh: ada tiga strata penderita TBC, yaitu (1)

dewasa = 300 pasien, (2) remaja = 200 pasien, dan (3) anak-anak = 400 pasien.

Dari setiap strata diambil 10% untuk menjadi sampel. Dengan demikian,

sampel menjadi: dewasa = 30, remaja = 20, dan anak-anak = 40.

Berstrata nonproporsional dapat dilakukan dengan menyamakan rata-

rata sampel dari setiap strata untuk memperoleh jumlah sampel 90. Dengan

demikian, sampel dari setiap strata ialah dewasa = 30, remaja = 30, dan anak-

anak = 30.

Sampel klaster (cluster) dilakukan dengan membagi tingkatan-

tingkatan (tahapan-tahapan) pengambilan sampel berdasarkan pada sekolah,

kelas, kecamatan, desa, lingkungan, dsb. Misalnya, kita ingin meneliti

―Persepsi masyarakat Kecamatan Helvetia terhadap penyakit flu burung‖,

maka yang menjadi sampel klaster adalah kelurahan dan lingkungan. Scara

acak, kita ambil 10 kelurahan dan dari masing-masing kelurahan diambil 3

lingkungan. Dengan demikian, dilakukan sampel kluster dua tahap, yaitu

kelurahan dari kecamatan dan lingkungan dari kelurahan.

Berikut contoh penarikan sample secara acak, dan jumlah sample

diambil mengacu kepada rumus Slovin (Notoatmojo, 2006)

𝑛 =𝑁

1 + 𝑁𝑒2=

52

1 + 52(0,05)2= 46 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑙𝑒

Page 29: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

29

Keterangan :

n = Ukuran sample

N = Jumlah populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian kesalahan dalam pengambilan

sample yang masih dapat ditolerir atau diinginkan. Dalam penelitian ini

digunakan nilai 5 % (0,05).

Sampling tidak acak (non probability sampling) terdiri atas (1)

sampling kebetulan, (2) sampling kuota, (3) sampling purposif. Sampling

kebetulan adalah pengambilan sampel secara kebetulan tanpa direncanakan.

Siapa saja yang ada ditetapkan menjadi sampel. Sampling kuota adalah

pengambilan sampel pengambilan sampel berdasarkan kuota yang diperlukan

dari setiap strata; di mana jumlah dan kriteria sample ditetapkan oleh peneliti.

Sampling purposif adalah pengambilan sampel untuk suatu tujuan dengan cara

menetapkan karakteristik tertentu yang dianggap mewakili populasi.

3.4 Defenisi Operasional

Defenisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk

mendefenisikan variabel-variabel atau faktor-faktor yang mempengaruhi

variabel pengetahuan.

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Dalam suatu penelitian, tentu akan melakukan proses pengumpulan

data. Proses pengumpulan data tentu harus sesuai dengan sifat atau

karakeristik penelitian itu sendiri. Bebarapa cara mengumpulkan data, antara

lain: interview (wawancara), angket, observasi, test, dokumentasi, dan

lainnya.

Page 30: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

30

Wawancara adalah teknik pengumpulan data secara lansung oleh

peneliti dengan responden atau subjek dengan cara tanya jawab sepihak

secara sistematis. Wawancara dapat dilakukan secara berstruktur dan tak

berstruktur. Wawancara terstruktur menunjukkan bahwa pertanyaan dan

alternatif jawaban telah ditetapkan terlebih dahulu peneliti dan responden

hanya memilih alternatif jawabannya. Keuntungannya, jawabannya dengan

mudah dapat dikelompokkan, dianalisis, dan prosesnya lebih terarah.

Wawancara tak terstruktur lebih bersifat informal. Subjek diberikan

kebebasan memaparkan dan mengungkapkan pandangan, pendapat, fakta

berdasarkan atas pertanyaan yang dikemukakan. Kelemahannya sering tidak

terarah dan sulit mengelompokkan da menganalisisnya. Sebaiknya peneliti

sewaktu melakukan wawancara, baik terstruktur maupun tak terstruktur

melengkapinya dengan pedoman wawancara.

Angket adalah instrumen pengumpul data yang berisi daftar

pertanyaan yang disampaikan kepada responden untuk dijawab secara tertulis.

Angket dapat disampaiakan secara langsung dan tidak langsung. Langsung

apabila angket tersebut langsung diisi orang yang diminta mengisinya,

sedangkan tidak langsung apabila seseorang diminta pendapatnya tentang

orang lain. Angket juga dapat berbentuk tertutup dan terbuka. Angket tertutup

merupakan angket yang menghendaki jawaban pendek atau dengan memilih

alternatif jawaban. Contoh: Apakah Ibu setuju pemberantasan flu burung

dimulai dengan memvaksinasi milik sendiri.

a. Setuju

Page 31: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

31

b. Kurang setuju

c. Tidak setuju (Skala Likert, dalam Sugiyono, 2006)

Angket terbuka atau angket isian merupakan angket yang berupa item-

item pertanyaan yang tidak disertai alternatif jawaban, melainkan

mengharapkan responen untuk mengisi dan memberi komentar atau pendapat.

Contoh: Bagaimana pendapat ibu tentang penanggulanangan flu burung saat

ini?

a. ………………………………………...

b. ………………………………. ……….

Adakalanya digunakan angket gabungan antara tertutup dan terbuka.

Contoh: 1. Apakah menurut Bapak pemberantasan flu burung telah maksimal?

2. Jika Bapak berpendapat belum, kemukakan usaha-usaha apa yang harus

dilakukan: (a) …………….. (b) ………………(c)………. …………….

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang menggunakan

pengamatan terhadap subjek penelitian. Observasi dapat dilakukan secara

langsung atau tudak langsung. Observasi langsung dilakukan dengan cara

mengamati subjek tanpa menggunakan alat sebagai perantara. Sedangkan

observasi tidak langsung menggunakan alat.

Test adalah serentetan atau latihan yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan, sikap, inteligensi, kemampuan, atau bakat yang

dimiliki individu. Beberapa jenis test yang biasa digunakan adalah test

kepribadian, test bakat, test inteligensi, test minat, test prestasi.

Page 32: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

32

Metode dokumentasi berarti cara mengumpulkan data dengan

mencatat data-data yang sudah ada.

3.6. Pengolahan Data

Pengolahan data pada penelitian terbagi atas dua, secara manual dan secara

komputerisasi. Namun pada saat sekarang teknologi komputer sudah sering

digunakan untuk membantu peneli dalam mengolah data.

Program SPSS (Statistical Product and Service Solutions) adalah salah satu

aplikasi yang paling sering digunakan dalam penelitian ilmiah untuk melakukan

analisis prediksi. Dengan bantuan program SPSS peneliti tidak lagi disulitkan

dengan perhitungan rumus-rumus statistik yang rumit.

Berikut ini adalah cara-cara pengolahan data dalam penelitian ilmiah:

3.6.1. Secara Manual

Menurut Notoatmodjo (2010), data yang terkumpul diolah dengan

cara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Proses Editing

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner

dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data

memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti.

2. Proses Coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada

variable-variabel yang diteliti, misalnya nama responden dirubah

menjadi nomor 1, 2, 3, …,42.

Page 33: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

33

3. Proses Tabulating

Untuk mempermudah pengolahan dan analisa data serta

pengambilan kesimpulan kemudian memasukkan ke dalam bentuk distribusi

frekuensi.

3.6.2. Secara Komputerisasi

Menurut Notoatmodjo (2010), data yang terkumpul diolah dengan

cara manual dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Proses Editing

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner

dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data

memberikan hasil yang menggambarkan masalah yang diteliti.

2. Proses Coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada

variable-variabel yang diteliti, misalnya nama responden dirubah

menjadi nomor 1, 2, 3, …,42.

3. Proses Processing

Data entry, yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden

yang masih dalam bentuk ―kode‖ (angka atau huruf) dimasukkan ke

dalam program komputer yang digunakan untuk ―entry data‖ peneliti

yaitu program SPSS for Windows.

4. Proses Cleaning

Memeriksa semua data dari setiap sumber data atau responden

yang telah selesai dimasukkan (input) untuk melihat kemungkinan

Page 34: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

34

adanya kesalahan-kesalahan kode, ketidaklengkapan, dan selanjutnya

dilakukan pembetulan atau koreksi.

3.7 Merancang Kuesioner

3.7.1 Pendahuluan

Di dalam pengumpulan data dengan cara apa pun, selalu diperlukan suatu

alat yang disebut ―instrumen pengumpulan data‖. Sudah barang tentu macam

alat pengumpul data ini tergantung pada macam dan tujuan penelitian. Untuk

penelitian ilmu-ilmu alam/ eksakta (natural sciences) sudah barang tentu

diperlukan instrumen yang lain dengan penelitian ilmu-ilmu sosial (social

sciences). Demikian juga alat-alat pengumpulan data untuk ilmu-ilmu sosial

pun bermacam-macam sesuai dengan cara dan tujuan dari pengumpulan data

tersebut.

Dalam bagian ini hanya akan dibahas tentang alat penpengumpulan data

yang disebut ―kuesioner‖, yang biasanya dipakai di dalam wawancara (sebagai

pedoman wawancara yang berstruktur) dan angket. Kuesioner di sini diartikan

sebagai daftar pertanyaan yang sudah tersusun dengan baik, sudah matang, di

mana responden (dalam hal angket) dan interviewer (dalam hal wawancara)

tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan tanda-tanda tertentu.

Dengan demikian kuesioner sering juga disebut ―daftar pertanyaan‖

(formulir).

Pentingnya kuesioner sebagai alat pengumpul data adalah untuk

memperoleh suatu data yang sesuai dengan tujuan penelitian tersebut. Oleh

Page 35: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

35

karena itu, isi dari kuesioner adalah sesuai dengan hipotesis penelitian tersebut

Kuesioner adalah bentuk penjabaran dari hipotesis.

Oleh karena itu suatu kuesioner harus mempunyai beberapa persyaratan,

antara lain :

- Relevan dengan tujuan penelitian.

- Mudah ditanyakan.

- Mudah dijawab.

- Data yang diperoleh mudah diolah (diproses) dan sebagainya.

3.7.2 Jenis Daftar Pertanyaan

Di dalam pengumpulan data sering digunakan 3 macam kuesioner/

formulir, yakni :

1. Kuesioner (formulir) untuk keperluan administrasi. Di mana-mana

formulir ini digunakan untuk mengumpulkan data melalui saluran-saluran

administrasi. Oleh karena itu jenis formulir ini lebih dikaitkan dengan

keperluan-keperluan administrasi. Pengisian formulir ini sepenuhnya oleh

pihak responden tetapi biasanya ada petunjuk pengisian.

Contoh: - Formulir masuk;

- Kaitu klinik, dan sebagainya.

2. Kuesioner untuk observasi (from of observation). Agar observasi itu terarah

dan dapat memperoleh data yang benar-benar diperlukan, maka sebaiknya di

dalam melakukan observasi juga mempergunakan daftar pertanyaan yang

Page 36: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

36

disiapkan terlebih dahulu. Kuesioner ini mencakup hal-hal yang diselidiki/

diobservasi.

3. Kuesioner untuk wawancara (from for quesioning).

Jenis kuesioner ini digunakan untuk mengumpulkan data melalui wawancara

(interviu). Alat ini lebih digunakan untuk memperoleh Jawaban yang akurat

dari responden. Wawancara.dapat dilakukan dengan :

- Personal interview (door to door).

- Telepon interview.

Jenis kuesioner inilah yang akan sedikit dibahas dalam bab ini.

3.7.3 Prinsip Dasar Perancangan Kuesioner

Sebelum kita mendesain suatu kuesioner lebih dahulu kita harus

rnemperhitungkan kesulitan-kesulitan umum yang sering dijumpai di dalam

interview, antara lain :

a. Responden sering tidak/ kurang mengerti maksud pertanyaan sehingga

jawaban yang diberikan tidak ada hubungan dengan yang diajukan atau

tidak memperoleh data yang relevan.

b. Responden mengerti pertanyaannya dan mungkin mempunyai

informasinya. tetapi responden kurang tepat mengingatnya atau lupa.

Contohnya : ―Apakah ada anggota keluarga di sini yang sakit pada tahun

ini?‖ Untuk pertanyaan ini sudah barang tentu sulit mengingatnya. Maka

pertanyaan ini perlu disederhanakan. Misal: ―Selama 3 bulan terakhir ini

siapa saja di dalam rumah ini yang sakit?‖

Page 37: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

37

c. Responden sering tidak bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan yang

sangat bersifat pribadi, misal, tentang jumlah pendapatan/ gaji, jumlah

perkawinan, dan sebagainnya.

d. Responden kadang-kadang mengerti pertanyaannya, tetapi ia tidak mampu

memberikan jawabannya, atau menguraikan jawaban. Misalnya : ―Apa

maksud Ibu menjadi akseptor KB?‖

e. Responden mengerti pertanyaannya dan tahu jawabannya, tetapi

pertanyaannya kurang tepat diajukan pada responden. Misalnya,

responden tidak/ belum mempunyai anak, ditanyakan di mana tempat

melahirkan.

Oleh karena itu, dalam menyusun pertanyaan-pertanyaan, hal-hal seperti

tersebut perlu diperhitungkan. Untuk itu dalam mendesain suatu kuesioner,

sebaiknya mengingat persyaratan sebagai berikut:

1. Pertanyaan hendaknya ―jelas‖ maksudnya:

a. Menggunakan kata-kata yang tepat dan jelas artinya. Penggunaan kata

atau istilah yang sulit atau ganjil akan memperoleh jawaban yang ―bias‖.

Demikian juga penggunaan kata-kata ilmiah akan membingungkan

responden.

b. Pertanyaan tidak terlalu luas atau indifinit. Pertanyaan yang sangat luas

akan membingungkan responaen untuk menjawab. Misalnya; ―Di

manakah Ibu melahirkan?‖ Pertanyaan ini jawabannya sangat luas, sebab

kemungkinan ibu tersebut sudah beberapa kali melahirkan dan tempatnya

Page 38: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

38

berbeda-beda pula. Maka sebaiknya dibatasi, misal. ―Di mana Ibu

melahirkan anak Ibu yang terakhir?‖

c. Pertanyaan tidak terlalu panjang, atau menggabungkan beberapa

pertanyaan. Misalnya: ―Apakah Ibu sudah menjadi akseptor KB dan apa

sebabnya?‖ Pertanyaan ini menghendaki 2 macam jawaban, sehingga

menyulitkan responden. Maka sebaiknya dijadikan 2 pertanyaan.

d. Pertanyaan tidak boleh memimpin (leading), misalnya: ―Ibu sudah

mengikuti KB bukan?‖ Pertanyaan seperti ini sudah memimpin, seolah-

olah si ibu tersebut sudah dipojokkan untuk menjawab ―Sudah.‖

Sebaiknya ditanyakan, ―Apakah Ibu sudah memakai cara-cara mencegah

Kehamilan?‖

e. Sebaiknya dihindari pertanyaan yang dobel negatif, misalnya : ―Bukankah

keluarga yang sudah 3 anaknya sebaiknya tidak menambah anak lagi?‖

Pertanyaan ini akan membingungkan si ibu tersebut dalam menjawabnya.

Sebaiknya diubah, ―Jumlah anak suatu keluarga itu sebaiknya cukup 3

orang saja. Bagaimana pendapat Ibu?‖

2. Pertanyaan hendaknya membantu ingatan responden

Hal ini berarti bahwa pertanyaan sedapat mungkin harus memudahkan

yang bersangkutan (responden) unruk mengingat kembali hal-ha1 yang akan

diperlukan/ dijawab. Misalnya, akan menanyakan umur responden waktu

melahirkan anak pertama kali. Sebelumnya perlu ditanyakan, tahun berapa

Page 39: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

39

yang bersangkutan (responden) itu lahir, tahun berapa ia melahirkan anaknya

yang sulung, dan sebagainya.

3. Pertanyaan itu menjamin responden untuk dengan mudah mengutarakan

jawabannya. Hal ini dimaksudkan pertanyaan itu harus menyediakan

berbagai perkiraan jawaban yang sudah dirumuskan sehingga responden

tidak disulitkan untuk memikir jawabanyang mungkin sukar dirumuskan.

Contoh : ―Apa alasan Ibu mengikuti KB?‖.

1. Penyakitan (penyempitan lubang keluar anak) malaysia

2. Ekonomi

3. Kesejahteraan ibu

4. Dipaksa suami (malaysia)

5. Lain-lain.

Jawaban ini harus dibacakan setelah responden mengalami kesulitan atau

sulit untuk menjawab.

4. Pertanyaan hendaknya menghindari ―bias‖. Jawaban yang bias kadang-

kadang terjadi karena responden tidak mau menjawab keadaan yang

sebenarnya, dan memberikan jawaban yang lain. Jawaban-jawaban yang bias

ini paling sering terjadi berhubung dengan pertanyaan-pertanyaan mengenai

umur, penghasilan, kebiasaan yang kurang baik, dan sebagainya. Untuk

menguasai hal ini maka dalam menanyakan mengenai icome atau pun umur,

sebaiknya tidak ditanyakan mengenai jumlah tepatnya, melainkan

menanyakan dalam bentuk ―range ―.

Misalnya : ―Berapa umur Ibu sekarang?‖

Page 40: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

40

1. 20 – 25 tahun

2. 26 – 30 tahun

3. 31 – 35 tahun

4. 36 – 40 tahun

dan sebagainya.

5. Pertanyaan hendaknya memotivasi responden untuk menjawab. Hal ini

berarti akan memungkinkan responden untuk menjawab semua pertanyaan.

Untuk itu maka diperlukan susunan pertanyaan atau kata-kata yang tepat.

Usahakan agar pertanyaan-pertanyaan permulaan dengan pertanyaan-

pertanyaan yang menyenangkan responden. Pertanyaan yang berhubungan

dengan income, ataupun pertanyaan yang memerlukan ingatan, sebaiknya

diletakkan pada bagian akhir dari pertanyaan-pertanyaan tersebut.

6. Pertanyaan hendaknya dapat menyaring responden. Artinya, bila ada

pertanyaan-pertanyaan yang khusus untuk si R, tertentu, harus didahului

dengan pertanyaan-pertanyaan penyaring. Sebab apabila tidak, pertanyaan

tersebut tidak akan terjawab oleh responden yang lain.

Misalnya : Akan menanyakan kontrasepsi apa yang dipakai oleh responden.

Pertanyaan ini tidak atau sulit dijawab oleh responden yang

belum mengikuti KB. Maka sebaiknya sebelum menanyakan

pertanyaan ini ada pertanyaan penyaringanya, ―Apa Ibu sudah

mengikuti KB? ‖ Apabila ―Ya. ‖ jawabannya, baru ditanyakan

kontrasepsi mana yang dipakai. Tetapi bilajawaoannya ―Tidak ‖

Page 41: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

41

atau ‖ Belum.‖ ya tudak usah atau tidak perlu ditanya-kan lebih

lanjut.

Contoh : ―Apakah Ibu sudah mengikuti Keluarga Berencana?‖

01 Sudah

02 Belum (langsung pertanyaan No. 15)

10 Alat/kontrasepsi/ menggunakan apa ibu mengikuti KB.

01 Pil

02 Pijat

03 Jamu

dan sebagainya.

15 ―Mengapa Ibu belum mengikuti KB?

01. Belum mempunyai anak

02. Baru mempunyai anak satu

03. Tidak setuju dengan KB.

Dan sebagainya.

7. Pertanyaan hendaknya sesederhana mungkin, sebab makin sederhana makin

tegas sifatnya. Pertanyaan yang tidak tegas, misalnya: ―Apakah Saudara

setuju dengan dokter Puskesmas itu?”. Sikap setuju atau tidak setuju bukan

ditujukan kepada orang, tetapi kepada perbuatannya, kebijaksanaannya, dan

sebagainya.

Page 42: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

42

3.7.4 Unsur-Unsur Dalam Kuesioner

Dalam penyusunan. sebuah kuesioner ada 4 aspek yang perlu

diperhatikan, yaitu jenis,. bentuk, isi,- dan sequences (urutan-urutan)

pertanyaan.

1. Jenis Pertanyaan

Yang perlu diperhatikan pada jenis pertanyaan ini ialah sifat data

yang mana yang akan diperoleh. Berdasarkan ini, suatu daftar pertanyaan

dapat menggali 3 hal, yaitu :

a. Pertanyaan mengenai fakta

Pertanyaan ini menghendaki jawaban fakta-fakta dari responden.

Biasanya mengenai data-data demografi, misalnya pertanyaan tentang

sex, income, pendidikan, agama, status perkawinan, jumlah anak, dan

sebagainya.

b. Pertanyaan mengenai pendapat dan sikap

Kedua hal ini sulit untuk membedakannya. Sebab kadang-kadang

sikap seseorang itu mencerminkan dari pendapatnya. Atau pendapat

seseorang itu merupakan peryataan dari sikapnya. Oleh karena itu

pertanyaan-pertanyaan mengenai sikap dan pendapat adalah

mengebali jawaban-jawaban mengenai perasaan, kepercayaan,

konsepsi/ pendapat/ ide, dan sebagainya.

c. pertanyaan-pertanyaan informant

Pertanyaan-pertanyaan ini menghendaki jawaban-jawaban dari

responden mengenai apa yang telah diketahui, apa yang telah didengar

Page 43: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

43

dan seberapa jauh apa yang diketahui serta dari mana mereka tahu, dan

sebagainya.

2. Bentuk Pertanyaan

Pada prinsipnya ada 2 bentuk pertanyaan, yaitu ―open ended

question―dan ―„closed ended question‖ atau ―structured―.

Pertanyaan Terbuka (Open Ended)

a. Free response question

Pertanyaan ini memberikan kebebasan kepada responden untuk

menjawab. Pada umumnya jenis pertanyaan ini dipergunakan untuk

memperoleh jawaban mengenai pendapat atau motif tertentu dari

responden.

Contoh : ―Bagaimana pendapat Ibu mengenai alat-alat kontra-sepsi-

IUD?” Dari pertanyaan ini responden diberi kebebasan untuk

menjawab apa saja yang diketahuinya, apa yang dipikir

tentang alat tersebut. Dengan demikian jawaban akan

mempunyai banyak variasi sehingga menyulitkan tabulasi.

b. Directed response question

Seperti halnya dengan free response, jenis pertanyaan ini juga

memberikan kebebasan menjawab bagi respondennya, tetapi sudah

sedikit diarahkan. Apabila contoh tersebut di atas diubah menjadi

penanyaan langsung, maka cukup memilih salah satu aspek dari

penggunaan IUD tersebut. Misalnya: ―Bagaimana perasaan Ibu selama

menggunakan IUD ini?‖ Di sini pertanyaan sudah diarahkan kepada

Page 44: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

44

―perasaan‖ dari pemakaian IUD tersebut pada responden. Dapat juga

ditanyakan aspek-aspek lainny, misalnya efektivitasnya terhadap

pencegahan kehamilan, efek sampingnya, dan sebagainya.

Catatan : Bentuk pertanyaan terbuka ini meskipun sulit untuk ditabulasi,

tetapi mempunyai keuntungan dapat menggali semua

pendapat, keinginan. dan sebagainya dari responden, sehingga

kualitas data yang diperoleh dapat terjamin.

Bentuk pertanyaan tertutup (Closed End)

Bentuk pertanyaan yang demikian mempunyai keuntungan mudah

mengarahkan jawaban responden,. dan juga mudah diolah (ditabulasi).

Tetapi kurang mencakup atau mencerminkan semua jawaban dari responden.

Bentuk pertanyaan ini mempunyai beberapa variasi, antara lain:

a. Dichotomous choice

Dalam pertanyaan ini hanya disediakan 2 jawaban/ alternatif, dan

responden hanya memilih satu diantaranya. Biasanya pertanyaan yang

menyangkut pendapat, perasaan atau sikap responden.

Contoh : 1. Apakah Ibu pemah membicarakan masalah KB dengan teman-

teman/ tetangga Ibu?‖

a. Pernah

b. Tidak Pernah

2. ―Apakah ibu mengetahui tentang Keluarga Berencana?‖

a. Ya

b. Tidak

Page 45: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

45

Keuntungan pertanyaan jenis ini ialah mudah mengolah/ tabulasinya.

Disamping itu, menjawabnya pun tidak sulit karena hanya memilih satu

diantara dua jawaban. Pertanyaan ini dapat digunakan, bila kita sudah

yakin dan tahu benar kemungkinan jawaban-jawabannya dari pertanyaan

yang akan diajukan.

b. Multiple Choice

Pertanyaan ini menyediakan beberapa jawaban/alternatif dan responden

hanya memilih satu diantaranya yang sesuai dengan pendapatnya.

Contoh : Ada beberapa hal/alasan yang menyebabkan orang yang

menggunakan cara-cara KB/ikut Keluarga Berencana

―Menurut pendapat Ibu, alasan mana yang paling

mendorong Ibu untuk melaksanakan Keluarga Berencana?”

1. Penyakit/Komplikasi waktu hamil/ melahirkan

2. Kesejahteraan keluarga

3. Jumlah anak

4. lain-lain (sebutkan) ………

c. Check List

Bentuk ini sebenarnya hanya modifikasi dari multiple choice. Bedanya,

responden diberikan kebebasan untuk memilih jawaban sebanyak

mungkin yang sesuai dengan apa yang dikatakan. Dilihat, dipunyai, atau

pendapatnya.

Contoh : “Mengalah kehamilan dapat dilakukan dengan berbagai cara.

Cara-cara apa saja yang sudah Ibu Ketahui?”

Page 46: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

46

1. Pil

2. IUD

3. Condom

4. Injeksi

5. Pijat/ Urut

6. ―Douche‖

7. Sistem kalender/ pantang berkala

8. Senggama terputus

9. Vasektomi

10. Tubektomi

99. lain-lain (Sebutkan) ….

jawaban responden lebih dari satu, bahkan mungkin semua

jawaban yang tersedia diketahui semua (di check). Agar

diperhatikan di sini, bahwa dalam membacakan pertanyaan/

menanyakan jawaban (option) tersebut perlu di rotasi

(digonti-ganti) untuk mengurangi bias.

d. Rangking Question

Seperti pada check list, tetapi jawaban responden diurutkan dari jawaban-

jawaban yang terswedia sesuai dengan pendapat, pengetahuan atau

perasaan responden, biasanya menyangkut gradasi dari pendapat, sikap

dan sebagainya. Jadi responden diminta untuk mengurutkan jawaban-

jawaban yang tersedia sesuai dengan pendapatnya.

Page 47: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

47

Contoh : Menurut Ibu/ Bapak/ Saudara, kebutuhan apakah yang paling

diutamakan?” (Sesuai dengan urutan kepentingannya.)

1. Pendidikan

2. Perumahan

3. Kesehatan

4. Pekerjaan

5. Hiburan/ rekreasi

6. lain-lain ( sebutkan ….. )

3. Isi Pertanyaan

Isi pertanyaan hendaknya disesuaikan dengan tujuan dari penelitian

serta tergantung pada dalam atau dangkalnya data yang digali. Banyaknya

pertanyaan sangat relatif, tergantung dari luasnya penelitian tersebut. tetapi

perlu diperhatikan pertanyaan yang terlalu banyak akan memakan waktu

yang panjang dapat menimbulkan kebosanan dari responden. Apabila

responden sudah bosan, maka jawaban-jawaban akan ―bias‖. Sebagai

pegangan sementara, jumlah pertanyaan yang optimal adalah, apabila

pertanyaan tersebut dinyatakan akan memakan waktu 15 sampai dengan 30

menit, dan paling panjang 45 menit. Apabila pertanyaan tersebut terlalu

panjang sehingga memakan waktu lebih dari 45 menit. Sebaiknya interviwer

datang dua kali untuk responden yang sama.

Page 48: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

48

4. Urutan Pertanyaan

Model pertanyaan (questionaire) dapat dibentuk dari 4 bagian, yakni :

introduksi, pertanyaan pemanasan, pertanyaan demografi dan pertanyaan

pokok.

a. Introduksi (pengantar)

Sebelum pertanyaan dimulai biasanya dibuka dengan judul penelitian

tersebut. sesudah itu diberi semacam kalimat pengantar, yang

menjelaskan kepada responden tentang maksud atau tujuan dari

penelitian tersebut juga tentang identitas responden.

Contoh :

Penelitian Tentang Jangkauan Pelayanan

Kesehatan di DKI Jakarta

Responden No. : ……………………………………..

Alamat : ……………………………………..

: ……………………………………..

Tanggal di isi : ……………………………………..

Dan sebagainya

Page 49: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

49

b. Pertanyaan Pemanasan

Adalah pertanyaan mengenai latar belakang responden, misalnya di mana

dilahirkan, dari mana asalnya sudah berapa lama tinggal di kota tersebut,

dan sebagainya.

c. Pertanyaan demografi

Biasanya pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan status

pendidikan, pekerjaan, latar belakang etnis, agama, seks dan sebagainya,

diletakkan pada urutan kedua, sekaligus sebagai pertanyaan pemanasan.

Tetapi ada juga yang terpisah.

d. Pertanyaan-pertanyaan pokok

Adalah merupakan jantungnya kuesioner. Sebab tujuan penelitian atau

data-data yang akan diperoleh akan tercakup didalam pertanyaan-

pertanyaan ini. Dari sini digali semua data yang diperlukan dalam

penelitian tersebut.

Setelah pertanyaan pokok selesai, maka sebaiknya kuesioner ditutup

dengan pertanyaan untuk membuktikan kebenaran jawaban-jawaban

semelumnya.

Pre Coding

Hasil jawaban dari suatu kuesioner selanjutnya akan diproses (dioleh)

baik melalui ‖coding sheet‖ atau dimasukkan ke dalam kartu kode, maupun

dengan alat0alat elektronik (Computer). Agar memudahkan dalam proses ini

maka sebaiknya tiap jawaban/ alternatif dari tiap pertanyaan diberi kode-

kode tertentu, misalnya dengan huruf a, b, c dan sebagainya, atau dengan

Page 50: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

50

angka 1, 2, 3, dan sebagainya. Proses semacam ini diberi nama prakoding

(pre coding). Untuk menjawab atas alternatif ―lain-lain‖ biasanya diberi kode

9, 09 atasu 99.

Contoh : ‖Apabila Bapak/ Ibu sakit kemana biasanya berobat?”

01. Diobati sendiri

02. Ke Puskesmas

03. Ke dukun

04. Ke dokter praktek

05. Ke mantri (sebutkan……………. )

3.7.5 Uji Kuesioner Sebagai Alat Ukur

Setelah kuesioner sebagai alat ukur atau alat pengumpul selesai disusun,

belum berarti kuesioner tersebut dapat langsung digunakan untuk

mengumpulkan data. Kuesioner dapat digunakan sebagai alat ukur penelitian

perlu uji validitas dan rehabilitas. Untuk itu maka kuesioner tersebut harus

dilakukan uji coba ―trial‖ di lapangan. Respon yang digunakan untuk uji coba

sebaiknya yang memiliki ciri-ciri responden dari tempat di mana penelitian

tersebut harus dilaksanan.

Agar diperoleh distribusi nilai hasil pengukuran mendekati normal maka

sebaiknya jumlah responden untuk uji coba paling sedikit 20 orang. Hasil-

hasil uji coba ini kemudian digunakan untuk-mengetahui sejauh mana alat

ukur (kuesioner) yang telah disusun tadi memiliki validitas‖ dan

―reliabilitas‖. Suatu alat ukur hams mem-punyarkriteria ―validitas‖ dan

reliabilitas‖.

Page 51: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

51

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-

benar mengukur apa yang diukur. Apabila seorang anak balita beratnya

20 kg, maka timbangan yang digunakan untuk menimbang anak tersebut

juga menunjukkan berat 20 Kg, bukan 19,,5 kg atau 20,5 kg Hal ini

berarti timbangan. tersebut valid. Demikian pula kuesioner sebagai alat

ukur harus mengukur apa yang ingin diukur. Apabila suatu kuesioner

untuk mengukur pengetahuan responden ―‗imunisasi‖ maka akan

menghasilkan sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki oleh responden

yang diukur.

Untuk mengetahui apakah kuesioner yang kita susun tersebut mampu

mengukur apa yang hendak kita ukur, maka perlu diuji dengan uji korelasi

antara skor (nilai) tiap-tiap item (pertanyaan) dengan skor total kuesioner

tersebut. Bila semua pertanyaan itu mempunyai korelasi yang bermakna

(construct validity). Apabila kuesioner tersebut telah memiliki validitas

konstruk, berarti semua item (pertanyaan) yang ada di dalam kuesioner itu

mengukur konsep yang kita ukur. Misalnya kita akan mengukur

pengetahuan imunisasi TT bagi ibu hamil, maka kita susun pernyataan-

pernyataan sebagai berikut:

1. Tetanus adalah penyakit yang dapat menyebabkan kematian

2. Imunisasi TT perlu untuk mencegah tetanus

3. Imunisasi TT dapat menyebabkan demam

4. Imunisasi TT dapat diperoleh secara gratis di puskesmas

Page 52: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

52

5. Imunisasi TT diberikan pada ibu hamil sebanyak 2 kali

6. Imunisasi TT sebaiknya diberikan sebelum kehamilan 8 bulan

7. dan seterusnya.

Pernyataan-pernyataan tersebut diberikan kepada sekelompok

responden dari lokus yang berbeda sebagai sarana uji coba. Kemudian

pernyataan-pernyataan (kuesioner) tersebut diberi skor atau nilai jawaban

n masing sesuai dengan sistem penilaian yang telah ditetapkan, misalnya:

5 untuk jawaban sangat setuju.

4 untuk jawaban setuju

3 untuk jawaban kurang setuju

2 untuk jawaban tidak setuju

1 untuk jawaban sangat tidak setuju

Sebagai gambaran, misalnya distribusi skor untuk masing-masing

pertanyaan dari 18 responden, sebagai berikut :

Pengujian validitas konstruk dengan SPSS adalah menggunakan Korelasi,

sama halnya dengan Excel. Kriterianya, instrumen valid apabila nilai korelasi

(pearson correlation) adalah positif, dan nilai probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)]

< taraf signifikan (α) sebesar 0,05.

Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:

• Ketik data jawaban angket di Excel

No.Resp 1 2 3 4 5 6 Total 1 5 5 4 4 3 2 23 2 3 4 4 4 4 2 21 3 1 2 2 3 3 3 14 4 1 1 2 3 4 4 15 5 5 5 5 5 5 5 30 6 4 4 4 4 4 4 24

Page 53: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

53

No.Resp 1 2 3 4 5 6 Total 7 3 3 3 3 3 3 18 8 4 5 5 5 4 3 26 9 3 4 4 4 4 2 21

10 1 2 2 3 3 3 14 11 4 4 4 4 4 4 24 12 3 3 3 3 3 3 18 13 4 4 4 4 4 4 24 14 3 3 3 3 3 3 18 15 4 4 4 4 4 4 24 16 3 3 3 3 3 3 18 17 4 5 5 5 4 3 26 18 2 1 2 4 4 3 16

• Buka program SPSS

• Copy skor-skor angket yang ada di Excel, termasuk skor total, dan paste-kan

di lembar data editor SPSS. Lalu klik Variable View (lihat tanda panah pada

gambar di bawah ini)

• Pada kolom Label, ketika label item-item angket (item X ke 1, item X ke 2,

dst, termasuk Total X)

Page 54: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

54

• Lalu klik menu Analyze, Correlate, Bivariate...

• Blok semua label (Item X ke 1, dst), klik ikon panah, sehingga seluruhnya

akan berpindah ke kotak Variables, lalu klik ikon

• Selanjutnya akan muncul halaman baru seperti gambar di bawah ini

Page 55: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

55

Dari gambar di atas, untuk ‖Item X ke 1‖ nilai korelasinya adalah 0,912,

dengan probabilitas korelasi [sig. (2-tailed)] sebesar 0,000. Sesuai kriteria

sebelumnya, item instrumen nomor 1 adalah valid, karena nilai

probabilitas korelasi [sig.(2-tailed) < dari taraf signifikan (α) sebesar 0,05.

Hasil lengkapnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini

Korelasi antara

Nilai

Korelasi (Pearson

Corellation)

Probabilitas

Korelasi

[sig.(2-tailed)]

Kesimpulan

Item No. 1 dengan Total

0,912

0,000

Valid

Item No. 2 dengan Total

0,901

0,000

Valid

Item No. 3 dengan Total

0,961

0,000

Valid

Item No. 4 dengan Total

0,869

0,000

Valid

Item No. 5 dengan Total

0,677

0,002

Valid

Item No. 6 dengan Total

0,359

0,143

Tidak valid

2. Uji Reliabilitas

Reliabilitas ialah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat

pengukur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti menunjukkan

sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten atau tetap asas bila

dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan

menggunakan alat ukur yang sama.

Apabila tinggi seorang anak diukur dengan sebuah meteran kayu, dan

Pengukuran dilakukan berkali-kali dengan meteran yang sama, maka hasilnya

(tinggi anak tersebut) akan tetap atau tidak berubah. Tetapi apabila meteran

tersebut dibuat dari plastik misalnya maka hasilnya akan beruubah-ubah (tidak

tetap). Hal ini akan tergantung bagaimana kita memegang meteran tersebut.

Page 56: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

56

Apabila cara mengukurnya (memegangnya) agak kendor. hasilnya akan lebih

rendah. Tetap bila memegangnya dengan tarikan yang kuat. maka

kemungkinan hasilnya akan lebih tinggi.

Oleh sebab itu meteran (alat ukur) yang dibuat dari kayu menghasilkan

pengukuran yang lebih reliabel bila dibandingkan dengan meteran yang dibuat

dari plastik. Dengan kata lain, meteran kayu hasilnya konsisten (ajeg),

sedangkan meteran plastik hasil atau kurang konsisten.

Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur untuk gejala-gejala sosial

(non fisik) harus mempunyai reliabilitas yang tinggi. Perlu dicatat, bahwa

perhitungan reliabilitas harus dilakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan

yang sudah memiliki validitas. Dengan demikian harus menghitung validitas

terlebih dahulu sebelum menghitung reliabilitas.

Masih dengan skor-skor seperti pada pengujian validitas di atas,

maka pengujian reliabilitas dapat dilanjutkan, dengan langkah-langkah

sebagai berikut:

• Klik menu Analyze, Scale, Reliability Analysis

Page 57: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

57

• Blok Item X ke 1 sd/ ke 6, tetapi ‖tidak termasuk‖ total X,

pindahkan ke kotak Items dengan mengklik tanda panah, lalu pada menu

Model, pilih salah satu, misalnya Alpha, lalu klik OK

• Hasilnya adalah sebagai berikut:

Nilai koefisien reliabilitas di atas adalah 0,8724. Sesuai kriteria,

nilai ini sudah lebih besar dari 0,60, maka hasil data hasil angket memiliki

tingkat reliabilitas yang baik, atau dengan kata lain data hasil angket dapat

dipercaya.

3.8 Teknik Analisis Data

Di sini diuraikan langkah-langkah dalam mengolah data dan teknik-

teknik dalam menganalisis data. Sebutkan alat yang digunakan untuk

mengolah data, yaitu program komputernya atau rumus statistiknya. Teknik

analisis dapat juga hanya dengan persentase, tabel, atau diagram.

Page 58: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

58

3.8.1. Analisis Univariat

Analisis univariat digunakan untuk mendeskripsikan data yang

dilakukan pada tiap variabel dari hasil penelitian. Data yang terkumpul

disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi (lihat contoh di bawah)

Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Karakteristik di

Rumah Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2009

Karakteristik Perawat N %

Umur

< 25 tahun 17 34,0

25-30 tahun 31 62,0

> 30 tahun 2 4,0

Total 50 100

Pendidikan

DIII Keperawatan 50 100,0

Total 50 100

3.8.2. Analisis Bivariat

Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel pada penelitian

ini maka analisis dilnjutkan pada tingkat bivariat. Untuk mengetahui

hubungan (korelasi) antara variabel bebas (independent variable) dengan

variabel terikat (dependent variable) (lihat contoh di halaman berikutnya).

Untuk membuktikan adanya hubungan yang signifikan antara variabel

bebas dengan variabel terikat di gunakan analisis Chi-square, pada batas

kemaknaan perhitungan statistik p value (0,05). Apabila hasil perhitungan

menunjukan nilai p < p value (0,05) maka dikatakan (Ho) ditolak, artinya

kedua variabel secara statistik mempunyai hubungan yang signifikan.

Page 59: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

59

Kemudian untuk menjelaskan adanya asosiasi (hubungan) antara variabel

terikat dengan variabel bebas digunakan analisis tabulasi silang.

Tabel 4.31. Hubungan Motivasi Ekstrinsik Perawat Outsourcing dengan

Kualitas Pelayanan Perawat Outsourcing di Instalasi Rawat Inap

Rumah Sakit Tembakau Deli Medan Tahun 2009

Motivasi Ekstrinsik

Kualitas Pelayanan Keperawatan X2

hitung p

Tinggi (>34)

Sedang (19-34)

Rendah (<19)

n % n % n % Administrasi dan Kebijakan Tinggi (>5) Rendah (≤5)

0 0

0,0 0,0

2 34

5,6 94,4

11 3

78,6 21,4

27,931

0,000

Gaji 0 0

0,0 0,0

15 21

41,7 58,3

3 11

21,4 78,6

1,792

0,181 Tinggi (>5)

Rendah (≤5)

3.8.3. Analisis Multivariat

Analisis Multivariat bertujuan untuk melihat kemaknaan hubungan

antara variabel bebas dengan variabel terikat secara simultan (Uji-F) sekaligus

menentukan faktor–faktor yang lebih domain berhubungan (Uji T). Uji

statistik yang digunakan ‖adalah regresi linier berganda ‖, pada batas

kemaknaan 95% dengan perhitungan statistik = 0,05. Persamaan regresi

yang digunakan adalah:

Y = 0 + X1 + 2 X2 + ... n Xn + e

Dimana :

Y = Variabel terikat (kinerja)

0 = Konstanta

1 - 3 = Koefisien regresi

X1 = Variabel bebas pertama

X2 = Variabel bebas kedua.

e = Error (tingkat kesalahan) yaitu 0,05 (5%)

Page 60: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

60

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Deskripsikan hal-hal yang berkaitan tentang lokasi penelitian, termasuk

diantaranya: tahun berdiri atau mulai beroperasi, visi dan misi, letak geografis

termasuk batas-batas wilayah, demografi (kependudukan), dan struktur organisasi.

4.2 Hasil Penelitian

Pada bagian ini diuraikan hasil-hasil penelitian berdasarkan masalah

penelitian. Bila penelitiannya memiliki hipotesis, susunannya adalah (1) hasil

penelitian (2) pengujian hipotesis, dan (3) pembahasan. Bagian pembahasan

merupakan upaya penafsiran terhadap hasil penelitian dan

menghubungkannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada. Untuk

lebih jelasnya ketiga susunan diuraikan sebagai berikut. Hasil penelitian

merupakan paparan hasil bersih hasil analisis data. Penghitungan statistik dan

cara menghitungnya tidak perlu dilaporkan. Cara menghitung statistik

dilaporkan pada bagian teknik analisis data. Disarankan perhitungan statistik

dapat dimuat pada lampiran. Hasil bersih yang dilaporkan dapat berupa angka

yang menyatakan jumlah, persentasi, proporsi, dan lainnya. Dalam bagian ini

juga dipaparkan gambaran-gambaran hasil angket berupa tabel-tabel yang

disertai penjelasan tabel tersebut.

4.3 Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis bagi penelitian yang mempunyai hipotesis

dilakukan dengan teknik statistik yaitu berdasarkan teori probabilitas. Yang

Page 61: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

61

diuji adalah seberapa jauh hubungan atau perbedaan dua fenomena yang

diamati. Apakah suatu fenomena terjadi secara kebetulan atau bukan, atau

karena kesalahan sampling, atau disebabkan oleh fenomena lain yang telah

diduga ada sebelumnya. Cara pengujiannya adalah membandingkan indeks

perhitungan dengan nilai kritis. Hipotesis dapat ditolak atau diterima

tergantung pada hasil perbandingan nilai hitung dengan nilai kritis. Biasanya

bila nilai hitung lebih besar dari pada nilai kritis, maka hopotesis alternatif

diterima, bila sebaliknya, hipotesis nol ditolak. Dengan demikian, ada

hubungan yang signifikan antara kedua variabel itu. Makin tinggi tingkat

pendidikan ibu hamil, makin tinggi pula dia memeriksa kehamilannya selama

masa kehamilan.

4.4 Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian adalah bagian yang menyajikan

penafsiran dari hasil-hasil penelitian, pengujian hipoteisis, membandingkan

temuan-temuan itu dengan penelitian lain yang serupa atau dalam daerah

penelitian yang sama, dan kemudian, tujuan penelitian itu untuk menguji

suatu teori, membandingkan teori-teori itu dengan temuan yang ada. Bagian

ini bisa diakhiri dengan mengemukakan keterbatasan hasil-hasil analisis data.

Page 62: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

62

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan adalah kristalisasi dari hasil interpretasi yang dirumuskan

secara ketat dan padat. Kesimpulan juga berupa abstaraksi dari pembahasan

temuan yang disajikan secara berurutan seseui dengan tujuan penelitian.

5.2 Saran-Saran.

Saran-saran adalah kelanjutan logis keimpulan. Saran-saran diberikan

berdasarkan temuan-temuan penelitian yang sedang dilaporkan. Saran-saran

harus punya kaitan dengan hasil-hasil penelitian dan didukung oleh data

penelitian. Saran-saran bisa bersifat praktis yang berhubungan dengan

pelaksanaan suatu program dan teoritis berupa usul modifikasi atau

penggunaan teori berdasarkan temuan penelitian. Saran-saran dapat diakhiri

dengan ajakan bagi peneliti lain untuk memperluas kajian dari sisi lain.

Page 63: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

63

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka mengandung sejumlah literatur yang dijadikan

referensi dalam kepentingan penelitian yang dipergunakan dalam penulisan

karya tulis ilmiah. Daftar pustaka yang dicantumkan adalah yang benar-benar

menunjang kepentingan penelitian. Fungsinya adalah untuk membantu

pembaca yang berminat dalam memperluas sumber referensi atau tertarik

membaca sumber aslinya.

Dalam penulisan daftar pustaka dapat diikuti petunjuk-petunjuk yang

berlaku umum. Memang dalam beberapa tulisan terdapat perbedaan-

perbedaan dalam gaya penyajiannya. Berikut ini diuraikan cara menuliskan

daftar pustaka yang berlaku umum. Unsur yang ditulis dalam daftar pustaka

secara berturut-turut meliputi (1) nama pengarang ditulis dengan urutan nama

akhir, nama awal, nama tengah, tanpa gelar akademik, (2) tahun penerbitan,

(3) judul, termasuk sub judul, (4) tempat penerbitan, dan nama penerbit.

Nama pengarang yang terdiri dari dua bagian ditulis dengan urutan:

nama akhir diikuti koma, nama awal (disingkat atau tidak) diakhiri dengan

titik. Tahun terbit titik kemudian nama buku digaris bawahi atau cetak

miring titik, tempat penerbitan titik dua, dan terakhir nama penerbit titik.

Perhatikan contoh di bawah ini, yakni sumber dari buku: Satu spasi untuk

intra buku dan dua spasi untuk antar buku.

Surakhmad, Winarno. 1980. Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode

dan Teknik. Bandung: Tarsito.

Jika ada beberapa buku yang diterbitkan dalam tahun yang sama oleh

pengarang yang sama, maka tahun penerbitannya diikuti a,b,c, dst.

Page 64: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

64

Surakhmad, Winarno. 1980 a . Pengantar Penelitian Ilmiah: Dasar, Metode

dan Teknik. Bandung: Tarsito.

Sumber dari artikel dalam buku kumpulan artikel (ada editor). Ditulis

seperti menulis sumber dari buku ditambah (ed), hanya judul artikelnya tidak

digarisbawahi atau dimiringkan.

Sumber dari artikel dalam jurnal. Tulis judul artikelnya tanpa

digarisbawahi atau dimiringkan, tetapi diberi tanda kutip awal dan akhir,

kemudian tulis nama jurnal (majalah ilmiah) ditulis dengan garis bawah atau

dimiringkan. Hanya huruf awalnya dalam huruf besar. Bagian akhir berturut-

turut ditulis tahun (volume), nomor, dan nomor halaman dari artikel tersebut.

Contoh:

Hasibuan, Ahmad Laut. 2003. ―Sumber Daya Manusia dalam Visi Global‖.

Akademia. Vol. 9, Nomor 7 Juli 2005, 51.

Contoh penulisan daftar pustaka menurut acuan APA 1994:

BUKU:

Dick, R, & Ramson, S (2002). Nursing Culture Issues and Developments.

Sydney: W.B. Saunders Comp.

Bjork, R.A (1999). Retrivial Inhibition, dalam Roediger, H.L. & Craik,

F.I.M (Eds), Varieties of Memory &• Consiousness (hlm. 309-330).

Hillsdale, NJ: Eribaum.

JURNAL:

Fagard, R.H. (2003). Epidemiology of Hipertension in Ederly. American

Journal of Geriatric Cardiology, 11 (1), 3-28.

SURAT KABAR:

Peran Enterpreneur dalam Pendidikan Profesi. (15 Juli, 2003). Kompas, hlm.

1 & 8.

Page 65: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

65

SUMBER ELEKTRONIK (Website):

Barbara, A.I. 2006. Maternal Mortality Rate. Medical Journal (online)

Vol.3 No.l. (http://olam.ed.asuedu/epaa/, diakses oleh: Iman

Muhammad, 24 Maret 2007, 23:30 wib).

Kumaidi, 2006. Pengukuran Hasil Belajar, Jurnal Ilmu Pendidikan (online)

Jilid 5, No.3. (http://www.malang.ac.id, diakses oleh: Iman

Muhammad, 25 Mei 2007, 08.30 wib).

Lubis, Nabilah. 2005, Hukum Perkawinan Islam.

(http://www.binadarma.co.id, diakses oleh: Syarifah Aini, 13 Juli

2008, 01.30 wib).

Page 66: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

66

4 cm

4 cm 3 cm

3 cm

BAGIAN V

TATA CARA PENULISAN

5.1 Kertas

Kertas yang dianjurkan untuk digunakan dalam penulisan karya ilmiah

adalah jenis HVS ukuran (paper size) A4 (lebar 21 cm dan panjang 29,7 cm

atau kuarto (letter) (lebar 21,59 cm dan panjang 27,94 cm). Berat kertas 70 atau

80 gram.

5.2 Margin

Margin atau tepi kanan adalah 3 cm, kiri 4 cm, atas 4 cm, dan bawah 3

cm. digambar sebagai berikut:

5.3 Penulisan Tabel

Dalam penulisan:

1. Tabel dengan nomor table (diurut dengan angka Arab besar) ditulis dengan

huruf besar dan ditempatkan simetris di tengah baris.

Page 67: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

67

2. Dua spasi di bawahnya, judul tabel ditulis dengan huruf besar, ditempatkan

simetris di tengah baris. Jika judul lebih dari satu baris, maka jarak antar

baris dibuat satu spasi dan disusun membentuk piramida terbalik/ centering

horizontal.

3. Dua spasi berikutnya adalah tabel

4. Jarak tabel dengan teks berikutnya adalah dua atau tiga spasi.

TABEL 4.2

Distribusi Penduduk Desa P.1 Purwodadi Kec. O.Mangunharjo

Kabupaten Musi Rawas Propinsi Sumatera Selatan Menurut

Golongan Umur Dan Jenis Kelamin Tahun 2011

Golongan Umur

(Tahun)

Jumlah

Pria % Wanita %

20-25 5 33,33 7 35

26-30 8 53,33 10 50

>30 2 13,34 3 15

Jumlah 15 100 20 100

Sumber: Data monografi Kecamatan O Mangunharjo tahun 2007

5.4 Gambar/Bagan

1. Jarak antar teks sebelum gambar/bagan dengan gambar/bagan adalah 3

spasi

2. Dua spasi di bawahnya, simetris di tengah baris ditulis ―Gambar n: judul

gambar/bagan ― (n adalah nomor gambar yang diurut mengikuti angka

Arab)

3. Jarak ―Gambar n: judul gambar/bagan‖ dengan teks berikutnya adalah tiga

spasi

Page 68: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

68

5.5 Jumlah Halaman

Bagian inti (body text) skripsi mulai dari pendahuluan sampai daftar

pustaka, tergantung kepada permasalahan yang dikaji.

5.6 Pengetikan

Jenis huruf (font) yang digunakan dalam pengetikan karya tulis ilmiah

adalah jenis huruf Times New Roman font 12 yang setiap baris dapat

memuat 58 sampai dengan 65 karakter.

Karya ilmiah yang jenis manapun diketik dalam spasi dua kecuali

dalam hal - hal khusus, misalnya: kutipan yang melebihi empat baris dan judul

tabel.

Setiap alinea (paragraf) dimulai setelah ketukan ke lima (pada

ketukan keenam), yang dalam pengetikan penggunaan Tab (tabulasi)

merupakan ukuran yang standar. Pengetikan harus diatur sedemikan agar

dapat diperoleh ukuran margin seperti di atas.

5.7 Penjelasan Bagian Pengantar

1. Kata Pengantar atau Acknowledgement

a. Judul ditulis dengan semua huruf kapital dan ditempatkan di tengah

baris pertama.

b. Judul dengan isi berjarak 3 spasi.

c. Berisikan maksud penulisan skripsi dan ucapan terima kasih penulis

kepada siapa saja yang telah membantu dalam penulisan.

Page 69: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

69

d. Dalam tulisan, penulis merujuk dirinya sebagai ―Penulis‖ yang dapat

diganti dengan dia atau she/he.

e. Diketik 2 (dua) spasi.

f. Kata pengantar dikahiri dengan mencantumkan di bagian kanan

halaman: tempat penulisan dilakukan, tanggal, bulan, dan tahun. Di

bawahnya ditulis, ―Penulis‖ dan di bawahnya lagi, tanda tangan dan

nama penulis.

g. Nomor halaman ditulis di tengah baris paling bawah dengan penulisan

angka Romawi kecil, dimulai dengan iii

h. Maksimum 2 halaman

2. Daftar Isi

a. Judul ditulis dengan semua huruf kapital dan ditempatkan simetris di

tengah baris pertama.

b. Di ujung kanan, berjarak 3 spasi setelah judul ditulis ―halaman‖

c. Bab, nomor bab (dalam angka Romawi) dan judul bab, ditulis dengan

huruf kapital, dilengkapi dengan titik sampai lima ketukan sebelum

margin kanan.

d. Judul sub bab ditulis seperti dalam isi skripsi, dimulai tepat di bawah

judul bab

e. Jarak antar baris adalah dua spasi

f. Nomor halaman ditulis di tangah baris paling bawah dengan penulisan

angka Romawi kecil

Page 70: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

70

3. Daftar Gambar, Tabel dan Lampiran

a. Penulisannya sama seperti daftar isi, kecuali nomor hanya memuat,

bilangan/huruf menurut urutannya saja.

b. Nama gambar, tabel atau lampiran ditulis seperti penulisan judul sub bab

4. Abstrak

a. Abstrak dibuat dalam Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris

b. Judul ―ABSTRAK‖ dan ―ABSTRACT‖ ditulis dengan huruf kapital

ditempatkan simetris di tengah baris pertama.

c. Dua spasi di bawahnya, simetris di tengah baris, judul skripsi ditulis dengan

huruf kapital, berjarak satu spasi dan dalam bentuk piramida terbalik.

d. Dua spasi di bawah judul, juga simetris di tengah baris, adalah nama penulis,

yang ditulis denan huruf kapital.

e. Tiga spasi berikutnya, adalah isi abstrak yang diketik satu spasi, kecuali

jarak antar paragraf tetap dua spasi.

f. Abstrak merupakan cakupan isi keseluruhan skripsi secara sangat singkat,

tapi mewakili skripsi, karena itu abstrak skripsi harus berisikan: latar

belakang masalah, rumusan maslah, tujuan penelitian, teori dasar, hipotesis,

populasi dan sampel, teknik pengumpulan data, teknik analisis data, temuan,

kesimpulan, dan saran terpenting.

Page 71: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

71

5.8 Kutipan

Apabila dalam karya tulis itu akan digunakan kutipan dari sumber –

sumber ilmiah, maka isi, bahasa, ejaan, maupun, tanda bacanya harus sama

dengan aslinya. Namun demikian para penulis metode penulisan

mengisyaratkan diperbolehkan mengutip satu isi sumber hanya jiwanya saja

sedangkan kalimat, ejaan dan tanda baca dapat dibahasakan sendiri oleh

pengutip (penulis).

Bila peneliti mengutip dari suatu sumber, maka peneliti harus

menuliskan sumber kutipan tersebut pada awal atau akhir kutipan. Bila

sebelum kutipan dinyatakan nama penulis sumber kutipan (sebaiknya cukup

nama akhir saja), maka di dalam kurung, sesudah nama penulis tersebut,

sebagai penyataan sumber, cukup dicantumkan tahun terbit dan halaman

sumber yang dibatasi titik dua.

Bila sebelum kutipan tidak dinyatakan nama penulis sumber kutipan,

maka sumber kutipan dituliskan di dalam kurung sesudah kutipan dengan

mencantumkan: nama akhir penulis/editor, tahun terbit dan halaman sumber.

Jadi, penulisannya, (nama, tahun: halaman)

Ada dua cara merujuk kutipan, yaitu cara pengutipan langsung dan

tidak langsung.

1. Pengutipan langsung, adalah pengutipan yang persis seperti kalimat

aslinya, penyataan serta isi dari pustaka tersebut. Cara menuliskan kutipan

tersebut berbeda menurut panjang pendeknya kutipan.

Page 72: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

72

Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris, dimasukkan dalam

teks dengan cara sebagai berikut:

- kutipan diientegrasikan langsung dengan teks.

- jarak antara baris dua spasi.

- diapit oleh tanda kutip

Contoh:

Selanjutnya Hamalik (1986) mengatakan bahwa, ―Model, hendaknya

diintegrasikan dengan alat-alat lainnya supaya pengajaran labih berhasil.‖

Atau,

Dalam suatu buku dinyatakan, ―Model, hendaknya diintegrasikan

dengan alat-alat lainnya supaya pengajaran lebih berhasil‖ (Hamalik,

1986).

Kutipan langsung yang lebih dari empat baris, dibuat dengan cara

sebagai berikut:

- jarak antar baris satu spasi.

- tidak diapit oleh tanda kutip.

- seluruh kutipan dimulai pada ketukan keenam dari margin kiri dan

diakhiri 5 ketukan sebelum margin kanan

Contoh:

…… Model pembelajaran inkuiri didefinisikan Piaget (1954) sebagai.

Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk

melaksanakan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa

yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan symbol -

simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan

penemuan yang satu dengan yang penemuan lain, membandingkan

apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain.

Page 73: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

73

Bila sumber kutipan ditulis di akhir kutipan, maka caranya adalah

sebagai berikut:

Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk

melaksanakan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa

yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol -

simbol dan mencari jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan

penemuan yang satu dengan yang penemuan lain, membandingkan

apa yang ditemukan dengan yang ditemukan orang lain (Piaget,

1954).

Jika kutipan itu dalam bahasa asing, juga harus dikuti persis aslinya,

dengan format dan tata tulis yang sama seperti pustaka dalam bahasa

Indonesia.

2. Pengutipan tidak langsung, adalah pengutipan yang sari pendapat peneliti

sendiri dari pustaka, baik dari satu pustaka atau lebih. Beberapa syarat yang

harus dipenuhi oleh kutipan tidak langsung:

- Kutipan diintegrasikan dengan teks

- Jarak antara baris 2 spasi

- tidak spasi oleh tanda kutip

Contoh :

….. Pengunaan gambar untuk menerangkan bagian - bagian dalam alat indera

dapat menyulitkan murid karena belum pernah mereka lihat. Mereka sukar

untuk membayangkan pada keadaan yang sebenarnya (Sadiman, 1986)…

3. Mengutip yang bukan dari sumber aslinya.

Kutipan yang diambil dari naskah yang merupakan kutipan dari suatu sumber

lain, baik secara langsung maupun tidak langsung, dirujuk dengan cara

menyatakan nama penulis asli dan nama pengutip, tahun terbit dan halaman.

Page 74: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

74

Contoh:

Berdasarkan perhitungan r, maka reliabilitas soal dapat digolongkan sebagai

berikut (lihat halaman berikut)

Kurang dari 0,20 : reliabilitas buruk

0,20 - 0,40 : reliabilitas rendah

0,40 - 0,70 : reliabilitas sedang

0,70 - 0,90 : reliabilitas baik

0,90 - 1,00 : reliabilitas sempurna

(Guilford, 1967)

Page 75: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

75

DAFTAR PUSTAKA

Brotowijoyo, Mukayat D. 1985. Penulisan Karangan Ilmiah. Jakarta: Akademika

Pressindo.

Castetter, W. B.; dan R. S. Heisler. 1984. Developing and Defending A Disertation

Proposal. Graduate School of Education, University of Pennsylvania,

Philadelphia, Pennsylvania.

Guilford, J. P. 1967. The Nature of Human Intelligence. New York: McGraw-Hill

Huda AH. 2004. Selayang Pandang Penyakit-Penyakit Yang Ditularkan Oleh

Nyamuk Di Propinsi Jawa Timur Tahun 2004.

(http://www.dinkesjatim.go.id/, diakses oleh: Iman Muhammad, 13

Oktober 2008, 23:30 wib)

Leedy, Paul D. 1997. Practical Research: Planning and Design. Sixth Edition.

Prectice Hall, Upper Saddle River, New Jersey.

..............2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Notoatmodjo, Sukidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineke

Cipta.

__________________. 2006. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineke

Cipta.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis, cetakan kesembilan, CV. Alvabeta:

Bandung.

Page 76: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

76

Lampiran 1: Contoh Abstrak Indonesia

ABSTRAK

PENGARUH KB SUNTIK DEPOPROGESTERON TERHADAP SIKLUS

HAID PADA AKSEPTOR KB DI DUSUN XII DESA KOTA DATAR

KECAMATAN HAMPARAN PERAK

TAHUN 2009

VIVI NURJANAH

0607156

Tingkat pemakaian alat kontrasepsi (Contraceptive Prevalence Rate/CPR) di

Indonesia meningkat dari 57% pada tahun 1997 menjadi 61,4% pada 2007. Peserta

Kelurga Berencana aktif di sumatera utara tahun 2007 berdasarkan kontrasepsi

masih didominasi oleh pemakaian Pil sebesar 35,64%, disusul Suntikan sebesar

33,39% dan IUD sebesar 10,82%. Pelayanan kasus efek samping yang tertinggi

dari peserta KB suntikan yaitu sebesar 2.672 kasus atau 54,8%, berikutnya diikuti

peserta IUD sebesar 951 atau 19,5%. Sedangkan jumlah kasus terendah terdapat

pada peserta KB kondom yaitu sebesar 0.0%.

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pengaruh KB suntik

Depoprogesteron terhadap siklus haid pada akseptor KB di Dusun XII Desa Kota

Datar Kecamatan Hamparan Perak Pada Bulan Januari – Mei Tahun 2009.

Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan data primer dengan

total sampel 30 Akseptor KB suntik Depoprogesteron di Dusun XII Desa Kota

Datar Kecamatan Hamparan Perak Pada Bulan Januari – Mei Tahun 2009.

Dari hasil penelitian didapatkan adanya perbedaan siklus haid setelah

menggunakan KB suntik Depoprogesteron yaitu pada 30 Akseptor KB sebelum

menggunakan KB suntik Depoprogesteron semua akseptor mengalami siklus haid

yang teratur, sedangkan setelah menggunakan KB suntik Depoprogesteron

mayoritas siklus haid ibu menjadi tidak teratur yaitu sebanyak 22 Akseptor (73,3%)

dan hanya 8 Akseptor (26,7%) yang siklus haidnya masih teratur.

Hal ini disebabkan karena pengaruh kandungan hormon dari kontrasepsi

tersebut. Oleh karena itu diharapkan kepada wanita agar lebih aktif untuk

berpartisipasi dan mencari informasi tentang kesehatan dirinya. Dan diharapkan

juga kepada tenaga kesehatan terutama bidan agar lebih meningkatkan komunikasi

dalam memberikan pelayanan dan informasi khususnya dalam pelayanan

kontrasepsi suntik Depoprogesteron ini.

Kata Kunci : KB suntik, Depoprogesteron, Siklus haid

Daftar Pustaka : 16 ( 2001 - 2008 ).

Maksimal

250 Kata

Page 77: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

77

Lampiran 2: Sample of Abstract in English

ABSTRACT

INFULUENCE OF DEPOPROGESTERONE PLANNED FAMILY

INJECTION TOWARD MENSTRUATION CYCLE TO PLANNED

FAMILY ACCEPTORAT DUSUN XII KOTA DATAR VILLAGE

SUBDISTRICT OF HAMPARAN PERAK IN 2009

VIVI NURJANAH

0607156

Contraceptive prevalence rate in Indonesia to be on the increase from 57%

in 1997 until 61,4% 1n 2007. Active Planned Family acceptor in north Sumatra in

2007 on based contraceptive still be nomination by using the pill until 35,64%,

follow the injection until 33,39% and IUD until 10,82%. Servicing of side effect

cases that highest from planned family injection is 2672 cases or 54,8%, and than

be followed by IUD acceptor is 951 cases or 19,5%. While sum of lowest cases,

there‟s on condom acceptor until 0,0%.

This research have somethings as a purpose to know influence of

depoprogesterone planned family injection toword menstruation cycle to planned

family acceptor in Dusun XII Kota Datar village , subdistrict of Hamparan Perak

on January – May in 2009.

This research is descriptive with use primary data with sample total until 30

depoprogesterone planned family injection acceptor in Dusun XII Kota Datar

village, subdistrict of Hamparan Perak on January - May in 2009.

From results of research are got that there‟s difference menstruation cycle

after use depoprogesterone planned family injection toward 30 planned family

acceptors before use depoprogesterone planned family injection the menstruation

cycle is regular, while after use depoprogesteron planned family injection,

mayority of women menstruation cycle to be irregular, it is until 22 acceptors

(73,3%) and only 8 acceptors (26,7%) that menstruation cycle still regular.

That is because influence of hormon from the contraseptive. Because that

hope to women in order that more active to look for information about their

personal hygiene. And also hope to medical staff especially midwifes in order that

more increase communication in gives servicing and information especially in this

depoprogesterone planned family injection.

Keywords : Planned family injection, Depoprogesterone, menstruation cycle

Bibliography : 16 (2001 – 2008)

Page 78: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

78

Lampiran 3:

Surat Pernyataan Kesediaan

Membimbing Karya Tulis Ilmiah

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :………………………………………

NIDN :……………………………………....

Dengan ini menyatakan kesediaan saya untuk memberikan bimbingan Penulisan

Karya Tulis Ilmiah dari mahasiswa (Nama Prodi dan Nama Perguruan Tinggi)

misal: Program Studi D3 Kebidanan

Nama :……………………………………

NPM :……………………………………

Demikian Surat Pernyataan ini Saya perbuat untuk dapat digunakan seperlunya.

Muara Bungo,…………………2011

Pembimbing I/II*

(……………………………..)

* Pilih salah satu

Note:

Sesuaikan dengan ketentuan Prodi masing-masing

Page 79: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

79

Lampiran 4 :

SURAT PERSETUJUAN JUDUL KTI

Nama mahasiswa :………………………………….

NPM :………………………………….

Jurusan :………………………………….

Judul KTI :………………………………….

Muara Bungo,……………………..2011

Disetujui oleh

Pembimbing I Pembimbing II

(……………….) (………………..….)

Diketahui

Pudir I

(……………………..)

Note:

Sesuaikan dengan ketentuan Prodi masing-masing

Page 80: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

80

Lampiran 5 : Contoh halaman sampul KTI

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ANEMIA

DIDUSUN II DESA HAMPARAN PERAK

KECAMATAN HAMPARAN PERAK

TAHUN 2009

KARYA TULIS ILMIAH

ALYA

NPM 0202092

AKADEMI KEBIDANAN AMANAH

MUARA BUNGO

2009

Page 81: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

81

Lampiran 6 : Contoh halaman judul

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ANEMIA

DIDUSUN II DESA HAMPARAN PERAK

KECAMATAN HAMPARAN PERAK

TAHUN 2009

KARYA TULIS ILMIAH/SKRIPSI

Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma-III Kebidanan

dan memperoleh Sebutan Professional Ahli Madya Kebidanan

Diajukan sebagai syarat untuk menyelesaikan pendidikan Diploma-III Kebidanan

dan memperoleh sebutan profesi Ahli Madya Kebidanan

ALYA

NPM 0202092

AKADEMI KEBIDANAN AMANAH

MUARA BUNGO

2009

Page 82: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

82

Lampiran 7 : Contoh lembar Persetujuan Sidang

Judul Karya Tulis Ilmiah

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ANEMIA

DIDUSUN II DESA HAMPARAN PERAK

KECAMATAN HAMPARAN PERAK

TAHUN 2009

Karya tulis Ilmiah ini telah disetujui untuk dipertahankan

dalam Sidang Karya Tulis Ilmiah

Tanggal : 15 Maret 2009

Pembimbing I Pembimbing II

(……………………) (………………………..)

Diketahui

Direktur Akbid Amanah Muara Bungo

(……………………………….)

Page 83: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

83

Lampiran 8 : Contoh lembar Pengesahan KTI

Judul Karya Tulis Ilmiah

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG ANEMIA

DIDUSUN II DESA HAMPARAN PERAK

KECAMATAN HAMPARAN PERAK

DESEMBER 2009

Karya Tulis Ilmiah ini telah diuji, diperiksa dan dipertahankan

pada tanggal 15 Maret 2009 dan dinyatakan telah memenuhi syarat

untuk diterima sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Pendidikan Diploma III Kebidanan

Di Akademi Kebidanan Amanah Muara Bungo

Penguji I Penguji II Penguji III

(…………….………) (…………………..) (…..………………)

Diketahui

Direktur Akbid Amanah Muara Bungo

(………………………………….)

Page 84: BAGIAN I PENDAHULUAN - amanah.akbid.infoamanah.akbid.info/upload/kti.pdf · KOMUNIKASI THERAPEUTIK PADA IBU NIFAS DI RSU ADAM MALIK MEDAN. 3. HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN AKSEPTOR

84

Lampiran 9 : Contoh Lembar konsultasi

Lembar Konsultasi KTI

Mahasiswa Akademi Kebidanan Amanah Muara Bungo

Tahun 2011

Nama :

NPM :

Judul :

Dosen Pembimbing

Tanggal Kegiatan

Bimbingan

Saran Paraf

Pembimbing