9
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Kelinci merupakan salah satu binatang kesayangan (  pet animal ) bagi manusia. Namun, tidak jarang juga kelinci mudah terserang penyakit. Kudis kulit (Scabies) merupakan salah satu yang sering menyerang kelinci. Kudis, penyakit ini menimbulkan gatal-gatal. Bagian tubuh yang terserang mula-mula kepala, lalu menjalar ke mata, hidung, kaki, dan kemudian seluruh tubuh. Penyebabnya kutu Sarcoptes scabiei sehingga penyakitnya disebut scabesiosis alias kudis. Selain Sarcoptes scabiei, terdapat juga Notoedres cati dan kutu Haemodipsus ventricosus  (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988; Manurung et al., 1986; Iskandar et al., 1989). Kudis adalah penyakit gatal-gatal yang mempunyai nama lain sebagai berikut: gudik (gudikan), penyakit ampera, gatal agogo, budukan, scabies, the itch, seven-year itch, Norwegian itch, Norwegian scabies, canine scabies, mange, intense pruritus, nocturnal pruritus, Sarcoptes scabies. Scabies atau mange, pada kelinci sering disebabkan oleh Psoroptes cuniculi, Cheyletiella parasitovorax, Sarcoptes scabiei, S.cuniculi , dan Notoedres cati (Wilber, 1999). Jumlah kematian kelinci yang di sebabkan penyakit cukup tinggi, bisa berkisar 15% – 40%. Mange atau scabies ini adalah penyakit yang merugikan secara ekonomi pada peternakan produksi kelinci. Salmonellosis dan scabies termasuk dalam penyakit hewan yang bersifat zoonosis, atau dapat menular ke manusia. Salmonellosis menular ke manusia melalui konsumsi daging yang telah terkontaminasi feses saat pemotongan hewan, sedangkan scabies dapat menular ke manusia melalui kontak langsung (Bell et al., 1995). Selain bersifat zoonosis, S.scabiei jika menyerang sudut mulut kelinci maka kelinci sulit makan sehingga menimbulkan kematian. Penyakit ini menyerang kelinci di Lombok (Anonimous, 1993). Sedangkan (Iskandar et al., 1989) melaporkan scabies di Sumedang (Jawa Barat). Pengobatan dan pengendalian kudis peninggalan sejarah menunjukkan bahwa kudis dan cara pengobatannya telah dikenal sejak kira-kira tiga ribu tahun yang lalu (Roncall, 1987). Penyakit kudis pada kelinci dapat disembuhkan dengan Neguvon 0,15% dan Asuntol 0,05–0,2% (Manurung et al.,1986). Salep Asuntol 0,1% dapat menyembuhkan scabies pada kelinci (Iskandar et al., 1989). Kelinci yang kena infestasi tungau harus diasingkan dan diobati campuran belerang dengan kapur 5 berbanding 3 atau Pirantel pamoat (Canex) dicampur vaselin (Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Bisa juga diobati Ivermectin dengan dosis 0,2 mg/kg berat badan diberikan sub kutan dengan selang waktu 7 hari. Kudis pada liang telinga dibersihkan dengan H2O2 3%, keropeng-keropeng dibuang, tetesi dengan tetes telinga yang dicampur antibiotik dan fungisida (Iskandar et al., 1989). Kelinci yang terkena penyakit ini juga dapat diobati dengan menyuntikan obat kutu diantara kulit dan daging ( ini apabila penyakitnya belum parah ). Obat buat injeksi ada banyak macam dan dapat dicari di toko pertanian. Apabila kudis yang dialami kelinci sudah agak parah maka sebaiknya lukanya segera dicuci dengan air hangat hingga bersih, dilap, setelah itu luka diolesi dengan obat kudis. Dapat juga diolesi dengan salep belerang atau bedak gatal untuk manusia yang dicampur minyak tanah terlebih dahulu dan dilakukan setiap 2 hari sekali. Namun, cara penyembuhan itu masih dinilai kurang sederhana oleh sebagian masyarakat

Bagian Inti GT

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bagian Inti GT

5/11/2018 Bagian Inti GT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bagian-inti-gt 1/9

 

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kelinci merupakan salah satu binatang kesayangan (  pet animal) bagimanusia. Namun, tidak jarang juga kelinci mudah terserang penyakit. Kudis kulit

(Scabies) merupakan salah satu yang sering menyerang kelinci. Kudis, penyakit

ini menimbulkan gatal-gatal. Bagian tubuh yang terserang mula-mula kepala, lalu

menjalar ke mata, hidung, kaki, dan kemudian seluruh tubuh. Penyebabnya kutu

Sarcoptes scabiei sehingga penyakitnya disebut scabesiosis alias kudis. Selain

Sarcoptes scabiei, terdapat juga Notoedres cati dan kutu Haemodipsus ventricosus  

(Smith dan Mangkoewidjojo, 1988; Manurung et al., 1986; Iskandar et al., 1989).

Kudis adalah penyakit gatal-gatal yang mempunyai nama lain sebagai

berikut: gudik (gudikan), penyakit ampera, gatal agogo, budukan, scabies, the

itch, seven-year itch, Norwegian itch, Norwegian scabies, canine scabies, mange,

intense pruritus, nocturnal pruritus, Sarcoptes scabies. Scabies atau mange, pada

kelinci sering disebabkan oleh Psoroptes cuniculi, Cheyletiella parasitovorax,Sarcoptes scabiei, S.cuniculi, dan Notoedres cati (Wilber, 1999). Jumlah kematian

kelinci yang di sebabkan penyakit cukup tinggi, bisa berkisar 15% – 40%.

Mange atau scabies ini adalah penyakit yang merugikan secara ekonomi

pada peternakan produksi kelinci. Salmonellosis dan scabies termasuk dalam

penyakit hewan yang bersifat zoonosis, atau dapat menular ke manusia.

Salmonellosis menular ke manusia melalui konsumsi daging yang telah

terkontaminasi feses saat pemotongan hewan, sedangkan scabies dapat menular ke

manusia melalui kontak langsung (Bell et al., 1995). Selain bersifat zoonosis,

S.scabiei jika menyerang sudut mulut kelinci maka kelinci sulit makan sehingga

menimbulkan kematian. Penyakit ini menyerang kelinci di Lombok (Anonimous,

1993). Sedangkan (Iskandar et al., 1989) melaporkan scabies di Sumedang (Jawa

Barat).Pengobatan dan pengendalian kudis peninggalan sejarah menunjukkan

bahwa kudis dan cara pengobatannya telah dikenal sejak kira-kira tiga ribu tahun

yang lalu (Roncall, 1987). Penyakit kudis pada kelinci dapat disembuhkan dengan

Neguvon 0,15% dan Asuntol 0,05–0,2% (Manurung et al.,1986). Salep Asuntol

0,1% dapat menyembuhkan scabies pada kelinci (Iskandar et al., 1989). Kelinci

yang kena infestasi tungau harus diasingkan dan diobati campuran belerang

dengan kapur 5 berbanding 3 atau Pirantel pamoat (Canex) dicampur vaselin

(Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Bisa juga diobati Ivermectin dengan dosis

0,2 mg/kg berat badan diberikan sub kutan dengan selang waktu 7 hari. Kudis

pada liang telinga dibersihkan dengan H2O2 3%, keropeng-keropeng dibuang,

tetesi dengan tetes telinga yang dicampur antibiotik dan fungisida (Iskandar et al.,

1989). Kelinci yang terkena penyakit ini juga dapat diobati dengan menyuntikan

obat kutu diantara kulit dan daging ( ini apabila penyakitnya belum parah ). Obat

buat injeksi ada banyak macam dan dapat dicari di toko pertanian. Apabila kudis

yang dialami kelinci sudah agak parah maka sebaiknya lukanya segera dicuci

dengan air hangat hingga bersih, dilap, setelah itu luka diolesi dengan obat kudis.

Dapat juga diolesi dengan salep belerang atau bedak gatal untuk manusia yang

dicampur minyak tanah terlebih dahulu dan dilakukan setiap 2 hari sekali. Namun,

cara penyembuhan itu masih dinilai kurang sederhana oleh sebagian masyarakat

Page 2: Bagian Inti GT

5/11/2018 Bagian Inti GT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bagian-inti-gt 2/9

 

sehingga diperlukan alternatif lain untuk menyembuhkan kudis pada kelinci selain

menggunakan obat khusus maupun salep.

Alternatif lain yang bisa dimanfaatkan yaitu dengan menggunakan jelantah

ikan klothok (minyak bekas penggorengan ikan klothok). Menggunakan jelantah

ikan klothok dapat menghemat biaya dan juga sangat praktis serta dapat

memanfaatkan sesuatu yang telah ada. Sebelumnya, minyak bekas penggorenganikan klothok hanya dipergunakan untuk menggoreng kembali atau tidak jarang

pula langsung dibuang. Jelantah ikan klothok memiliki kandungan garam yang

tinggi, sehingga jelantah tersebut memiliki rasa asin. Kandungan garam tersebut

berasal dari ikan klothok sebab ikan klothok dibuat dari penggaraman dan ikannya

berasal dari laut sehingga kandungan garamnya sangat tinggi, dimana garam

sendiri, dapat berfungsi untuk mematikan parasit-parasit penyebab penyakit

terutama yang diakibatkan oleh jamur dan bakteri seperti kutu Sarcoptes scabiei 

dan Notoedres cati juga kutu Haemodipsus ventricosus yang terdapat pada kudis

kelinci (Admin,2009). Hal ini dapat menjadi suatu terobosan baru untuk 

pemanfaatan minyak bekas penggorengan ikan klothok yaitu sebagai alternatif 

penyembuhan kudis pada kelinci yang murah, berdaya guna tinggi serta mudah

diperoleh.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka gagasan dalam PKM-GT ini

adalah tentang “Pendayagunaan jelantah ikan klothok sebagai obat penyembuhan

kudis pada kelinci” . Gagasan ini juga didasarkan untuk upaya pemanfaatan

minyak goreng bekas agar tidak tetap dikonsumsi atau mencemari lingkungan

sehingga masyarakat terhindar dari bahaya minyak goreng bekas.

Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan PKM-GT ini ialah :

1.  Untuk mengetahui sejauh mana potensi jelantah ikan klothok sebagai

bahan yang dapat menyembuhkan kudis pada kelinci.

2.  Untuk mengetahui cara pemakaian jelantah ikan klothok pada kelinci yang

terkena kudis.

3.  Memanfaatkan limbah rumah tanggah sebagai alternatif pengobatan kudis

yang murah, mudah didapat, dan berdaya guna tinggi

Manfaat

1.  Memberikan informasi kepada masyarakat mengenai pendayagunaan

 jelantah ikan klothok sebagai bahan yang dapat menyembuhkan penyakitkudis pada kelinci.

2.  Memberikan informasi kepada masyarakat untuk mengembangkan usaha

pendayagunaan jelantah ikan klothok dan sekaligus juga mengembangkan

usaha ikan klothok.

Page 3: Bagian Inti GT

5/11/2018 Bagian Inti GT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bagian-inti-gt 3/9

 

GAGASAN

Kudis adalah penyakit kulit yang kerap terjadi pada kelinci yang

menyebabkan gatal-gatal. Penyakit itu disebabkan oleh kutu Sarcoptes scabiei dan

  Notoedres cati juga kutu   Haemodipsus ventricosus. Kebanyakan tungau kudistermasuk subordo Sarcoptorina. Tungau ini mulai menyerang sekitar mata, pipi,

hidung, kepala, jari kaki kemudian meluas ke seluruh permukaan tubuh (Smith

dan Mangkoewidjojo, 1988; Manurung et al., 1986; Iskandar et al., 1989).

Pada telinga atau jari-jari kaki atau lokasi lainnya, tampak adanya alopesia

disertai keropeng-keropeng (krusta) dan kadang-kadang berdarah. Bila dilakukan

pengerokan keropeng kulit hingga berdarah, ditemukan ektoparasit (Wilber,

1999). Pada pemeriksaan secara mikroskopik, kulit akan tampak hyperkeratosis,

adanya ektoparasit dalam epidermis, disertai infiltrasi sel radang (Wilber, 1999).

Siklus hidup Sarcoptes scabiei yaitu tungau Sarcoptes masuk ke dalam

kulit. Yang betina bertelur 40 sampai 50 butir di terowongan-terowongan kulit

yang mereka buat, dan mengeluarkan telur kira-kira 3-5 setiap hari. Larva berkaki

enam menetas dalam waktu 3 sampai 5 hari. Beberapa diantara larva inimeninggalkan terowongan dan berjalan di atas kulit, sedangkan yang lainnya tetap

di dalam terowongan atau kantung-kantung di samping terowongan tersebut.

Larva tumbuh menjadi nimfa stadium pertama dan kemudian menjadi nimfa

stadium kedua di dalam kantung larva pada stratum korneum atau di dalam

terowongan. Nimfa tersebut tumbuh dewasa; perkembangan dari telur sampai

dewasa ini berlangsung kira-kira 17 hari. Kira-kira 4 sampai 5 hari sesudah betina

dibuahi, betina mulai bertelur (Levine, 1994).

Hal diatas menunjukkan bahwa penyakit gudik (skabies) mudah menular

dan menjangkiti sekelompok hewan melalui kontak langsung maupun tidak 

langsung. Karenanya tidak heran jika penyakit gudik (skabies) dapat dijumpai di

sebuah peternakan kelinci. Salmonellosis dan scabies termasuk dalam penyakit

hewan yang bersifat zoonosis, atau dapat menular ke manusia. Salmonellosis

menular ke manusia melalui konsumsi daging yang telah terkontaminasi feses saat

pemotongan hewan, sedangkan scabies dapat menular ke manusia melalui kontak 

langsung (Bell et al., 1995). Proses penularan kudis kelinci ke manusia juga

terjadi secara cepat. Maka dari itu, scabies ini mudah menyebar dari hewan ke

manusia dan dari manusia ke manusia yang lain sehingga hal itu banyak dijumpai

pada sebuah keluarga, di kelas sekolah, di asrama, dan terutama di pesantren.

Yang terpenting dalam pengobatan scabies, adalah seluruh orang yang tinggal

ditempat yang sama dengan penderita juga harus diobati. Semua pakaian, handuk,

bantal, kasur harus dijemur dibawah sinar matahari. Tujuannya agar tungau mati

karena sinar matahari. Pakaian dicuci dengan menggunakan cairan karbol. Dan

bila semua telah dilakukan, terpenting adalah mengubah cara hidup sehari-haridengan tidak saling meminjamkan pakaian dan barang pribadi lainnya ke orang

lain. Dengan begitu, scabies pasti akan musnah dan anak-anak pesantren pun

akan tersenyum bangga, bebas dari penyakit yang selama berabad-abad identik 

dengan kehidupannya.

Di Indonesia (Palaran, Samarinda), gudik (scabies) merebak lagi sejak 

tahun 2002 hingga saat ini. Pada tahap awal, penyakit gudik (scabies) sulit

dibedakan dengan penyakit alergi kulit, akibatnya gudik (scabies) menyebar

Page 4: Bagian Inti GT

5/11/2018 Bagian Inti GT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bagian-inti-gt 4/9

 

karena penyebabnya tidak diobati. Biasanya, penyakit gudik (scabies) terdeteksi

manakala menjangkiti lebih dari satu orang dalam sebuah keluarga

(www.galihgumelar.blogspot.com

 

).

Mange atau scabies ini adalah penyakit yang merugikan secara ekonomi

pada peternakan produksi kelinci. Di sisi ekonomi, ternak kelinci merupakan salah

satu aset petani yang sangat berharga. Di samping sebagai tabungan, kelinci jugasebagai penghasil daging yang tinggi kandungan protein dan rendah kolesterol

dan trigeliserida dan dapat dibuat dalam bentuk produk olahan, seperti abon,

dendeng, sosis, burger, dan bentuk cepat saji seperti sate. Selain itu sebagai

penghasil kulit bulu (fur), juga menghasilkan wool, sebagai hewan coba dalam

dunia kedokteran dan farmasi, menjadi idola atau kelinci kesayangan dengan

harga jual relatif tinggi, kotoran dan urine sebagai pupuk organik yang bermutu

tinggi untuk tanaman sayuran dan bunga. Dengan berkembangnya peternakan

kelinci maka perlu dipertimbangkan adanya penyakit sebagai salah satu kendala

dari angka mortalitas yang tinggi (Iskandar et al., 1989).

Salmonellosis dan scabies termasuk dalam penyakit hewan yang bersifat

zoonosis, atau dapat menular ke manusia. Salmonellosis menular ke manusia

melalui konsumsi daging yang telah terkontaminasi feses saat pemotongan hewan,

sedangkan scabies dapat menular ke manusia melalui kontak langsung (Bell et al.,

1995). Selain bersifat zoonosis, S.scabiei   jika menyerang sudut mulut kelinci

maka kelinci sulit makan sehingga menimbulkan kematian. Penyakit ini

menyerang kelinci di Lombok (Anonimous, 1993). Sedangkan (Iskandar et al.,

1989) melaporkan scabies di Sumedang (Jawa Barat).

Hewan penderita yang berada di tengah keluarga sulit untuk diisolasi.

Pakaian yang dicurigai harus dicuci dengan air panas atau disetrika, alat rumah

tangga dan kandang juga harus dibersihkan, meskipun tungau tidak lama bertahan

hidup di luar kulit hewan maupun manusia (Hagen, 1982; Hartadi, 1988; Sungkar,

1991; Soedarto, 1994; Iskandar, 2000). Penyakit ini sering dikacaukan dengan

 Ringworms dan Pavus.Pengobatan dan pengendalian kudis peninggalan sejarah menunjukkan

bahwa kudis dan cara pengobatannya telah dikenal sejak kira-kira tiga ribu tahun

yang lalu (Roncall, 1987). Penyakit kudis pada kelinci dapat disembuhkan dengan

Neguvon 0,15% dan Asuntol 0,05–0,2% (Manurung et al.,1986). Salep Asuntol

0,1% dapat menyembuhkan scabies pada kelinci (Iskandar et al., 1989). Kelinci

yang kena infestasi tungau harus diasingkan dan diobati campuran belerang

dengan kapur 5 berbanding 3 atau Pirantel pamoat (Canex) dicampur vaselin

(Smith dan Mangkoewidjojo, 1988). Bisa juga diobati Ivermectin dengan dosis

0,2 mg/kg berat badan diberikan sub kutan dengan selang waktu 7 hari. Kudis

pada liang telinga dibersihkan dengan H2O2 3%, keropeng-keropeng dibuang,

tetesi dengan tetes telinga yang dicampur antibiotik dan fungisida (Iskandar et al.,

1989).Selain itu, kelinci yang terkena penyakit ini dapat diobati dengan

menyuntikan obat kutu diantara kulit dan daging ( ini apabila penyakitnya belum

parah ). Obat buat injeksi ada banyak macam dan dapat dicari di toko pertanian.

Apabila kudis yang dialami kelinci sudah agak parah maka sebaiknya lukanya

segera dicuci dengan air hangat hingga bersih, dilap, setelah itu luka diolesi

dengan obat kudis. Dapat diolesi dengan salep belerang atau bedak gatal untuk 

manusia yang dicampur minyak tanah terlebih dahulu dan dilakukan setiap 2 hari

Page 5: Bagian Inti GT

5/11/2018 Bagian Inti GT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bagian-inti-gt 5/9

 

sekali. Namun, cara penyembuhan itu masih dinilai kurang sederhana oleh

sebagian masyarakat sehingga diperlukan alternatif lain untuk menyembuhkan

kudis pada kelinci selain menggunakan obat khusus maupun salep.

Melihat masalah tersebut, alternatif pengobatan yang murah, berdaya guna

tinggi serta mudah diperoleh sangat diperlukan dalam mengatasi masalah tersebut

yaitu dengan memunculkan suatu terobosan baru. Terobosan baru yang penulisajukan yaitu dengan menggunakan bahan dari minyak bekas hasil penggorengan

ikan klothok.

Jelantah ikan klothok mengandung berbagai zat aktif yang bermanfaat.

Minyak jelantah ikan klothok adalah minyak bekas penggorengan klothok yang

tinggi kandungan LTJ-nya memiliki nilai tambah hanya pada gorengan pertama

saja, sementara yang tinggi ALJ-nya bisa lebih lama lagi, meski pada akhirnya

akan rusak juga. Oleh proses penggorengan sebagian ikatan rangkap akan menjadi

 jenuh. Penggunaan yang lama dan berkali-kali dapat menyebabkan ikatan rangkap

teroksidasi, membentuk gugus peroksida dan monomer siklik.  Dalam

penggunaannya, minyak goreng mengalami perubahan kimia akibat oksidasi dan

hidrolisis, sehingga dapat menyebabkan kerusakan pada minyak goreng tersebut.

Melalui proses-proses tersebut beberapa trigliserida akan terurai menjadi

senyawa-senyawa lain, salah satunya Free Fatty Acid  (FFA) atau asam lemak 

bebas (Ketaren, 1996).

Meski demikian bukan berarti minyak bekas penggorengan ikan klothok 

tidak dapat dimanfaatkan. Minyak jelantah khususnya jelantah ikan klothok dapat

dijadikan alternatif sebagai obat yang dapat menyembuhkan penyakit kudis.

Jelantah ikan klothok ini memiliki kandungan garam yang tinggi, sehingga

 jelantah ini memiliki rasa yang asin. Kandungan garam tersebut berasal dari ikan

klothok sebab ikan klothok dibuat dari penggaraman dan ikannya adalah berasal

dari ikan laut sehingga kandungan garamnya sangat tinggi. Selain kandungan

garamnya yang tinggi, ikan klothok sendiri  elama bertahun-tahun ditemukan

mengandung sejumlah bakteri pembusuk yang dapat mematikan bakteri-bakteripatogen, termasuk bakteri asam laktat, seperti Pseudomonas spp, Staphylococcus

spp, Salmonella spp, Clostridium perfringens, Clostridium botulinum, Escherichia

coli O157: H7, dan   Listeria monocytogenes. Pada konsentrasi tertentu, garam

pada ikan asin tersebut ditemukan dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme

patogen dengan sistem kerjanya yang memberikan efek-efek pada bakteri patogen

di sel-sel dan jaringan. Hal itu dapat menciptakan suatu lingkungan hidup yang

tidak cocok untuk mikroba proliferasi. Selain itu, pada referensi lain juga

ditemukan bahwa pada kadar yang tinggi, garam sendiri dapat berfungsi untuk 

mematikan parasit-parasit penyebab penyakit terutama yang diakibatkan oleh

  jamur dan bakteri.  Konsentrasi garam yang tinggi tersebut juga dapat memecu

konsentrasi di dalam tubuh kelinci tidak seimbang. Namun, lama kelamaan

 jelantah ikan klothok tersebut akan membantu menyeimbangkan kembali prosesosmosis dan memicu daya tahan tubuh kelinci terhadap penyakit kudis yang

dideritanya sehingga jelantah akan masuk ke dalam tubuh dan menekan air serta

mematikan bakteri penyebab kudis yang kemudian bakteri tersebut akan tertekan

keluar bersamaan dengan keluarnya air melalui pori-pori kulit.

Di dalam pendayagunaan minyak jelantah ini, peran produsen ikan klothok 

sangat diperlukan guna memproduksi ikan klothok. Selain ikan klothok tersebut

Page 6: Bagian Inti GT

5/11/2018 Bagian Inti GT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bagian-inti-gt 6/9

 

digunakan sebagai lauk untuk makan, ikan klothok ini juga merupakan bahan

utama di dalam pengatasan penyakit kudis.

Selain produsen ikan klothok, peran masyarakat juga sangat dibutuhkan

untuk pengembangan pengobatan ini. Masyarakat terutama ibu rumah tangga

berperan dalam pendayagunaan jelantah sisa penggorengan ikan klothok. Jadi, ibu

rumah tangga dapat mamanfaatkan jelantah ini sebagai pengobatan kudis. Denganhal tersebut, maka jelantah menjadi lebih bermanfaat dan memiliki nilai guna

yang tinggi.

Di dalam pencapaian karya tulis ini, penulis akan melakukan kerjasama

dengan pihak-pihak yang berhubungan dengan masalah yang ada dalam karya

tulis ini. Pihak penulis akan melakukan sosialisasi ke beberapa instansi-instansi

sebagai berikut:

Kepada pihak masyarakat yaitu dengan memberikan penjelasan kepada

masyarakat tentang pendayagunaan jelantah sisa penggorengan ikan klothok 

sebagai alternative obat kudis pada kelinci hingga hewan-hewan besar dan

manusia.

Kepada produsen ikan klothok yaitu dengan memberikan penjelasan

bahwa ikan klothok juga memiliki nilai guna yang tinggi yaitu di dalam

penuntasan penyakit kudis pada kelinci hingga hewan-hewan besar dan manusia..

Kepada PUSKESWAN yaitu dengan memberikan sosialisasi mengenai

  jelantah ikan klothok yang berpotensi sebagai alternatif pengobatan penyakit

kudis pada kelinci yang murah, mudah didapat, dan mempunyai nilai guna yang

tinggi serta di dapat proses penyembuhan yang cepat.

Kepada peternakan kelinci hingga peternakan hewan-hewan besar, yaitu

memberikan sosialisasi pada pengusaha peternakan untuk memakai jelantah ikan

klothok ini karena alternatif ini dinilai cukup murah, mudah diperoleh, dan

memiliki nilai guna yang tinggi serta di dapat proses penyembuhan yang cepat.

Page 7: Bagian Inti GT

5/11/2018 Bagian Inti GT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bagian-inti-gt 7/9

 

KESIMPULAN

Jelantah ikan klothok dapat menyembuhkan penyakit kudis pada kelinci

sebab jelantah ikan klothok mengandung kandungan garam yang tinggi. Pada

konsentrasi tertentu, garam pada ikan asin tersebut ditemukan dapat mencegah

pertumbuhan mikroorganisme patogen dengan sistem kerjanya yang memberikanefek-efek pada bakteri patogen di sel-sel dan jaringan. Hal itu dapat menciptakan

suatu lingkungan hidup yang tidak cocok untuk mikroba proliferasi. Selain itu,

pada referensi lain juga ditemukan bahwa pada kadar yang tinggi ,garam sendiri

dapat berfungsi sebagai antiseptik untuk mematikan parasit-parasit penyebab

penyakit terutama yang diakibatkan oleh jamur dan bakteri seperti kutu Sarcoptes

scabiei dan Notoedres cati juga kutu Haemodipsus ventricosus yang terdapat pada

kudis kelinci.  Konsentrasi garam yang tinggi tersebut juga dapat memecu

konsentrasi di dalam tubuh kelinci tidak seimbang. Namun lama kelamaan jlantah

ikan klothok tersebut akan membantu menyeimbangkan kembali proses osmosis

dan memicu daya tahan tubuh kelinci terhadap penyakit kudis yang dideritanya

sehingga jlantah akan masuk ke dalam tubuh dan menekan air serta mematikan

bakteri penyebab kudis yang kemudian bakteri tersebut akan tertekan keluar

bersamaan dengan keluarnya air melalui pori-pori kulit. Dari hal itu maka jelantah

ikan klothok sangat berpotensi dalam penyembuhan kudis pada kelinci maupun

hewan yang lain dan manusia.

Cara pemakaian jelantah ikan klothok guna menyembuhkan kudis yaitu

dengan cara mengoleskan minyak tersebut pada bagian kelinci yang terkena kudis

secara teratur setiap hari hingga kudis tersebut sudah kering dan dinilai sudah

sembuh.

Jelantah ikan klothok dapat menjadi alternatif pengobatan kudis pada

kelinci yang sangat sederhana, murah, dan berdaya guna tinggi. Selain itu ,

 jelantah ikan klothok ini juga dapat langsung bekerja ke jaringan dan permukaan

sel di kulit sehingga langsung menghambat perkembangbiakkan bakteri. Namundi sisi lain, penggunaan jelantah ikan klothok dapat menimbulkan bau yang

kurang enak pada saat pengobatan yaitu bau seperti ikan klothok dan akan terasa

agak lengket di kulit.

Page 8: Bagian Inti GT

5/11/2018 Bagian Inti GT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bagian-inti-gt 8/9

 

DAFTAR PUSTAKA

Admin. 2009. Dikutip dari; http://www.jokermerah.net

Anonimus. 1993. Skabies menyerang Lombok . Kompas 14 Agustus. Dikutip dari;http://pets.groups.yahoo.com/group/kelinciherbal/message/69

Campbell, N. A. 1996. Biology,fourth edition. Benyamin Cummings Publishing

Hagen. 1976.   Domestic Rabbits: Disease and Parasites. Veterinarian, Western

Region. Agricultural Research Service. Departement of Veterinary Pathology.

Iowa State University. Ames. Iowa. Dikutip dari;

http://pets.groups.yahoo.com/group/kelinciherbal/message/69

Hartadi. 1999. Dikutip dari; http://jogjakelinci.wordpress.com/2009/11/02/kudis-

scabies-kulit-pada-kelinci/ 

Hickman Jr, Cleveland P., Roberts,Larry S.1990. Biology,of Animals,sixth edition.Wm. C. Johm Publishers. Company, Inc., Redwood City.

Iskandar, T., J. Manurung dan S.J. Simanjutak. 1989. Penyakit pada Kelinci.

  Latihan Keterampilan Budidaya Kelinci. Badan Pendidikan Latihan dan

Penyuluhan Pertanian Cihea-Cianjur. Dikutip dari;

http://pets.groups.yahoo.com/group/kelinciherbal/message/69

Iskandar, T. 2000.   Masalah skabies pada hewan dan manusia serta

 penanggulangannya. Dikutip dari;

http://pets.groups.yahoo.com/group/kelinciherbal/message/69

Ketaren, S., 1986, Pengantar Teknologi Minyak  dan Lemak Pangan, Universitas

Indonesia, Jakarta. Dikutip dari;http://pets.groups.yahoo.com/group/kelinciherbal/message/69

Levine. 1994. Dikutip dari; http://jogjakelinci.wordpress.com/2009/11/02/kudis-

scabies-kulit-pada-kelinci/ 

Manurung, J., S. Partoutomo dan Knox. 1986. Pengobatan kudis kelinci lokal

(Notoedres cati) dengan ivermectin atau neguvon. Penyakit Hewan.

17(29):308−311. Dikutip dari;

http://pets.groups.yahoo.com/group/kelinciherbal/message/69

Moeljanto, R. 1982. Penggaraman dan Pengeringan Ikan. PT Penebar Swadaya.

Jakarta.Roncalli, R.A. 1987. The history of scabies in veterinary and human medicine

from biblical to modern times. Vet. Parasitol. 25: 193−198. Dikutip dari;

http://pets.groups.yahoo.com/group/kelinciherbal/message/69

Smith, J.B. dan Mangkoewidjojo. 1988. Pemeliharaan Pembiakan dan

Penggunaan Hewan Percobaan di Daerah Tropis. UI-Press. Dikutip dari;

http://pets.groups.yahoo.com/group/kelinciherbal/message/69

Page 9: Bagian Inti GT

5/11/2018 Bagian Inti GT - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/bagian-inti-gt 9/9

 

Soedarto, M. 1994. Skabies. Dexa Media. 7: 4−6. Dikutip dari;

http://pets.groups.yahoo.com/group/kelinciherbal/message/69

Sungkar, S. 1991. Cara pemeriksaan kerokan kulit untuk menegakkan diagnosis

skabies. Maj. Parasitol. Ind. 61−64. Dikutip dari;http://pets.groups.yahoo.com/group/kelinciherbal/message/69

Syamsuri,I,et al.2004. Biologi SMA kelas X I . Jakarta : Erlangga.

www.galihgumelar.blogspot.com.