Upload
dwika-andjani
View
182
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
BAHAN ANTIFERROMAGNETIK
1. Bahan Antiferromagnetik
Bahan antiferromagnetik pertama kali ditemukan pada tahun 1938 oleh
Bizette, Squire, dan Tsai ketika bekerja menggunakan Mangan Oksida yang
memiliki temperatur Curie dari 116 K hingga 120 K. Namun Neel dan Bitter
telah mempresentasikan lebih awal mengenai bahan antiferromagnetik secara
teoritis, dan Van Vleck pertama kali mendapatkan treament paling detail
mengenai hal ini. [1] Bahan yang menunjukkan sifat antiferromagnetik,
momen magnetik atom atau molekul, biasanya terkait dengan spin elektron
yang teratur dalam pola yang reguler dengan tetangga spin (pada sublattices
berbeda) menunjuk ke arah yang berlawanan. Hal ini seperti ferromagnetik dan
ferrimagnetik, suatu bentuk dari keteraturan magnet. Umumnya, keteraturan
antiferromagnetik berada pada suhu yang cukup rendah, menghilang pada dan
diatas suhu tertentu. Suhu Neel adalah suhu yang menandai berubahan sifat
magnet dari antiferromagnetik ke paramagnetik. Diatas suhu Neel bahan
biasanya bersifat paramagnetik.
Pada bahan antiferromagnetik terjadi peristiwa kopling momen magnetik
diantara atom – atom atau ion ion yang berdekatan. Peristiwa kopling tersebut
menghasilkan terbentuknya orientasi spin yang antiparalel. Berikut ini adalah
ilutrasinya.
Gambar 1 : Skema susunan spin spin pada bahan antiferromagnetik.
Magnitude untuk setiap momen magnetik bernilai sama dengan arah spin yang
saling milberlawanan (antiparalel)
Berikut ini adalah peristiwa kopling pada bahan antiferromagnetik.
Contohnya pada senyawa MnO. Ikatan pada MnO merupakan ikatan ionik,
Ion Mn2+ berisi lima elektron 3d, Ion-ion O2- memiliki kulit elektron yang terisi,
hibridisasi hanya dapat ditempati oleh donor elektron dari ion O2- kedalam
orbital yang kosong dari ion Mn2+.. Maka, karena semua orbital Mn berisi
sebuah elektron spin-up, ikatan hanya terjadi jika oksigen terdekatnya
mendonorkan elektron spin-downnya.
Gambar 2 : Peristiwa Kopling Bahan Antiferromagnetik [4]
2. Difraksi Neutron
Salah satu cara untuk menentukan momen magnetik secara klasik adalah
dengan menggunakan refleksi neutron atau difraksi neutron. Difraksi neutron
merupakan lenturan yang terjadi pada neutron yang dianggap sebagai
gelombang dengan riak gelombang yang diberikan oleh rumus de broglie,
gejala yang terkait dengan proses interferensi yang muncul bila neutron
dihamburkan oleh atom didalam zat padat, zat cair atau gas, juga disebut
pelenturan neutron. Proses ini memungkinkan suatu teknik untuk meneliti
fenomena zat padat . prinsip kerjanya, Sumber proton ditembakkan pada atom
berat, terjadi reaksi inti yang menghasilkan 20-30 neutron yang kemudian
mengenai sampel. Ada dua macam interaksi yang terjadi pada hamburan
neutron oleh atom yaitu interaksi antara neutron dengan inti atom dan
interaksi antara momen magnet elektron dengan momen magnet spin dan
momen magnet orbital atom. Interaksi yang kedua ini telah memberikan
informasi yang berharga mengenai bahan antiferomagnetik dan ferimagnetik.
Interaksi neutron dengan inti atom memberikan pola difraksi yang berlawanan
dengan hasil difraksi sinar X. Sinar X yang berinteraksi dengan elektron luar
inti, tidak sesuai untuk menyelidiki unsur-unsur ringan (seperti hidrogen),
sedangkan neutron menghasilkan pola difraksi atom-atom tersebut karena
berinteraksi dengan inti. Interaksi neutron dengan materi yang mungkin terjadi
adalah
1. Hamburan neutron elastis: memberikan dua tipe puncak difraksi.
2. Hamburan inkoheren: besarnya hamburan tergantung pada orientasi antara
spin inti dengan spin neutron.
3. Hamburan neutron inelastis: hamburan koheren yang menghasilkan pola-
pola difraksi dengan interferensi.
Keuntungan difraksi neutron dibandingkan difraksi sinar X:
Sangat sensitif untuk atom ringan.
Pola neutron dapat membedakan isotop atom yang berbeda sedangkan pola
sinar X tidak dapat.
Difraksi neutron memberikan kontribusi dalam penelitian material
magnetik.
Kelemahan:
Memerlukan sumber neutron yang mempunyai fluks yang besar.
Neutron yang tidak bermuatan listrik, menjadikannya lebih sulit untuk
mendeteksi daripada sinar-x yang terionisasi. Oleh karena itu, pertama-
tama neutron harus diionkan terlebih dahulu. [3]
Contoh MnO yang memiliki struktur seperti NaCl. Bahan MnO dibuat ke
dalam keadaan dua suhu yang berbeda yaitu pada suhu 80o K dan satu lagi
pada suhu 293o K. Dengan cara yang klasik ini akan diamati refleksi pancaran
neutron yang terjadi pada setiap kisi dengan sudut hamburan tertentu. Dari
informasi – informasi yang didapatkan, nantinya akan diperoleh besar
konstanta kisi dan bentuk kisi dari bahan magnet tersebut. Pada suhu 80o K
dapat diklasifikasikan dengan hubungan unit sel berupa kubik dengan
konstanta kisi sebesar 8,85 Å. Sedangkan pada suhu 293o K refleksi memberi
informasi bahwa unit sel berbentuk FCC dengan konstanta kisi sebesar 4,43
Å. Tetapi dengan sinar X-ray baik pada suhu 80o K dan 293o K diperoleh
konstanta kisi yang sama yaitu 4,43 Å, tetapi pada suhu 80o K, ion Mn2+
tersusun secara non ferromagnetik. Bila tersusun secara ferromagnetik
seharusnya terjadi nilai refleksi yang sama. Dari data tersebut dapat dijelaskan
bahwa spin pada single plane [1 1 1] adalah paralel, tetapi yang bersebelahan
dengan daerah single plane tersebut adalah antiparalel. Susunan spin tetap
dengan hasil difraksi neutron dan dengan pengukuran magnetik. Oleh karena
itu bahan MnO merupakan antiferromagnetik. Spin antiferromagnetik akan
tersusun antiparalel dengan momen magnet total bernilai nol pada suhu
dibawah Temperatur Neel.
Semua bahan magnetik baik itu paramagnetik, ferromagnetik ataupun
antiferromagnetik akan memiliki nilai suseptibitas yang bergantung pada
konstanta Currie. Bila diketahui berapa besar konstanta Currie pada suatu
bahan antiferromagnetik, maka dapat diperkirakan besar Temperatur Neel
bahan dengan menggunakan pendekatan :
T = μ . C
Konstanta Currie merupakan nilai properti material yang menggambar
kebergantungan suseptibilitas magnetik dengan temperatur.[2]
3. Suseptibilitas Bahan Antiferromagnetik (χ)
Suseptibilitas bahan antiferromagnetik dapat ditentukan dengan
menggunakan temperatur Neel.
Gambar 3 : Skema susunan spin – spin pada bahan antiferromagnetik yang
dibagi menjadi sublattice A dan sublattice B
Dimulai dari persamaan untuk mencari nilai suseptibilitas pada bahan
ferromagnetik, yaitu :
Berbeda dengan bahan ferromagnetik, untuk antiferromagnetik konstanta
Currie pada sublattice A dan sublattice B adalah sama nilainya (CA = CB),
sehingga persamaan suseptibilitasnya menjadi :
Selain itu kita juga dapat menghitung nilai suseptibilitas antiferromagnetik
dengan hubungan temperatur Currie paramagnetik yaitu :
Dimana , dan θp merupakan temperatur Currie paramagnetik,
N1 merupakan konstanta medan molecular intrasublattice, N2 merupakan
konstanta medan molecular intersublattice. Dimana molecular intrasublattice
tersebut diperoleh dari magnetisasi dari tiap layer/sublattice, untuk kasus
antiferromagnetik diketahui bahwa magnetisasi pada sublattice A sama dengan
magnetisasi pada sublattice B.
Pada kenyataannya nilai dari temperatur Currie paramagnetik tidak sama
dengan temperatur Neel (θp≠TN).
Pertama yang perlu kita ketahui yaitu N1>0 dan N2<0, dari pernyataan
tersebut dengan mengamati kedua persamaan diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa θp<TN. Dan satu hal lagi yang perlu diketahui juga bahwa dalam
material antiferromagnetik konstanta medan molecular intersublattice lebih
besar dari konstanta medan molecular intrasublattice (|N1| > N2).
Pada keadaan kristalin seringkali salah satu arah kristalografik ditemukan
pada daerah yang momen magnetik atomiknya memiliki energi yang lebih
rendah daripada arah yang lainnya, yang sering kita sebut sebagai arah
magnetisasi sederhana (easy magnetization direction).
Untuk yang arah medan aplikasinya tegak lurus terhadap easy
magnetization direction, maka besar magnetisasi yang terjadi yaitu :
Dimana
Namun bila medan aplikasi membentuk sudut α terhadap easy magnetization
direction, maka besar magnetisasi yang terjadi menjadi :
[2]
Pada saat suhu Neel, nilai suseptibilitas bahan antiferromagnetik adalah
maksimum karena suseptibilitas pada bahan antiferromagnetik bergantung
pada arah sudut magnetisasi, terdapat dua arah orientasi suseptibilitas yang
mungkin terjadi pada kristal bahan anti ferromagnetik yaitu :
Medan tegak lurus magnetisasi : Suseptibilitas bernilai konstan dibawah
temperatur Neel.
Gambar 4 : medan tegak lurus magnetisasi
Medan paralel terhadap magnetisasi : Suseptibilitas cenderung bernilai nol
pada 0 K, karena pada 0 K subkisi secara sempurna tidak sejajar (anti-aligned),
dan tidak adanya fluktuasi termal.
Gambar 5 : Medan paralel terhadap magnetisasi
suseptibilitas diperoleh dengan merata-ratakan semua kemungkinan orientasi.
Pada suhu Neel, suseptibilitas sejajar dan tegak lurus magnetisasi memiliki
nilai sehingga suseptibilitas totalnya bernilai maksimum, seperti yang
ditunjukkan kurva dibawah ini. [4]
Gambar 6 : Kurva suseptibilitas bahan antiferromagnetik
4. Hubungan Antara Antiferromagnetik dengan Sifat Magnet Lain
Bahan antiferromagnetik dan bahan diamagnetik memiliki spin yang
antiparalel atau berlawanan arah. Pada umumnya, bahan diamagnetik
merupakan sebuah unsur, sehingga spinnya yang acak merupakan bawaan
alamiah unsur tersebut, sedangkan pada antiferromagnetik bahannya berupa
senyawa, spin yang antiparalel disebabkan oleh dua atom yang terkopling.
Bahan antiferromagnetik memiliki perubahan fasa sifat magnet, ketika
bahan antiferromagnetik berada dibawah suhu Neel, maka ia akan bersifat
sebagai antiferromagnetik. Sedangkan ketika berada diatas suhu Neel maka
sifatnya akan berubah menjadi bahan paramagnetik.
Bahan antiferromagnetik dapat diubah menjadi bahan paramagnetik hanya
dengan menaikan suhu sampai diatas suhu Neelnya. Sedangkan bahan
paramagnetik, jika ingin diubah menjadi bahan antiferromagnetik tidak hanya
dengan menurunkan suhunya sampai dibawah suhu Neel, namun harus
memperhatikan bahannya juga, apabila senyawa maka hanya dengan
diturunkan suhunya maka dapat berubah menjadi antiferromagnetik,
sedangkan jika bukan senyawa maka tidak cukup jika hanya diberikan
perlakuan suhu.
Bahan antiferromagnetik juga dapat dibuat dari bahan ferromagnetik, yaitu
dengan cara menjadikan bahan ferromagnetik menjadi senyawa oksida atau
sulfida. Contohnya Ni2O3. Berikut ini adalah kurva yang menggambarkan
hubungan sifat bahan bahan magnet.
Gambar 7 : kurva suseptibilitas terhadap suhu berbagai sifat bahan magnet
5. Kromium (Cr)
Contoh bahan antiferromagnetik adalah senyawa- senyawa oksida, dan
senyawa sulfida. Kebanyakan bahan antiferromagnetik adalah senyawa, namun
ada satu unsur yang memiliki sifat antiferromagnetik yaitu Kromium.
Kromium sebagai bahan antiferromagnetik disebabkan karena memiliki dua
keistimewaan yaitu :
spin-density waves pada Fermi surface
first-principles total-energy calculations on bcc Cr
Hal ini menunjukkan bahwa dua sifat khusus dari Cr diperlukan untuk
menjelaskannya antiferromagnetisme. Salah satu properti khusus adalah
kepekaan dikenal antiferromagnetik gelombang spin-density karena bersarang
dari permukaan Fermi. Sebuah properti khusus kedua baru datang dari
pertama-prinsip perhitungan jumlah energi pada bcc Cr, yang menunjukkan
bahwa, meskipun terendah keadaan energi adalah bukan magnetik, ekspansi
kecil kisi membawa transisi orde kedua ke fase antiferromagnetik tipe-I dengan
cepat naik momen lokal. Sifat gabungan menyediakan mekanisme untuk
stabilisasi keadaan dasar antiferromagnetik tidak biasa, karena gelombang
spin-density yang memodulasi saat fase antiferromagnetik dapat digunakan
untuk mengkompensasi energi regangan dari ekspansi kisi. Mekanisme
gabungan ini juga menjelaskan berbagai properti dari Cr, seperti sensitivitas
besar antiferromagnetisme untuk tekanan. Berikut adalah gambar yang
menggambarkan spin-density waves. [5]
Gambar 8 : spin-density waves chromium
6. Aplikasi Bahan Antiferromagnetik
Terdapat beberapa aplikasi dari bahan antiferromagnetik yaitu :
a. Salah satu aplikasi bahan antiferromagnetik adalah untuk media
pengimpanan magnetik. Hal ini didasari oleh beberapa alasan sebagai
berikut :
1. Penyimpanan magnetik bergantung pada orientasi balikan/putaran spin
dalam bahan magnetik, dan ini bergantung pada batas – batas bahan.
Namun para peneliti telah menunjukkan bahwa merek dapat
memanfaatkan berbagai jenis bahan magnetik untuk mempercepat
kecepatan tulis, meskipun perubahan dalam orientasi magnetik
mengambil jumlah waktu yang sama. Pada umumnya, teknologi hard
drive berdasarkan pembalikan orientasi pada bahan magnet. Ketika
medan aplikasi diberikan pada bahan magnet, maka spin elektron akan
mulai berputar. Kecepatan presesi dan waktu yang dibutuhkan untuk
flip spin elektron sebanding dengan kekuatan medan magnet. Medan
aplikasi yang lebih besar menyebabkan spin lebih cepat berputar untuk
presesi. Namun demikian, medan aplikasi yang terlalu besar dapat
merusak keteraturan spin magnet (merusak magnet).
2. Seperti yang telah diketahui, bahan antiferromagnetik memiliki dua
kelompok atom (spin). Spin – spin tersebut memiliki besar yang sama
tetapi memiliki arah yang berbeda. Putaran/getaran spin pada
antiferromagnetik berperilaku seperti memiliki inersia, yang berarti
walaupun medan aplikasi tidak ada lagi, spin masih tetap berosilasi dan
berputar. Dinamika material dapat diamati dengan memvariasikan
waktu antara pulsa magnetik dan pengukuran pulsa. Flip spin
memerlukan waktu beberapa picosecond, sedangkan spin terus
berosilasi di sekitar orientasi baru untuk sekitar 100 picoseconds ketika
medan aplikasi dihilangkan. Ini adalah sesuatu yang tidak pernah
diamati pada ferromagnets dan hanya bisa terjadi jika spin memiliki
semacam inersia dan waktu yang diperlukan untuk spin melakukan flip.
Kelebihan ini menyebabkan medan magnet aplikasi hanya perlu
diberikan untuk 100 femtosekon pertama yang akan menyebabkan
kecepatan menulis bisa jauh lebih cepat.[2]
b. Kegunaan bahan antiferromagnetik lainnya adalah digunakan sebagai katup
spin (spin valve), karena adanya fenomena yang dinamakan pertukaran
anisotropik (exchange anisotropy) atau kopling exchange-bias. Exchange
anisotropy pertama kali di teliti lebih dari 50 tahun yang lalu dalam sebuah
partikel single domain (berdiameter 100 -1000 A) Co (bahan
ferromagnetik) yang dilapisi dengan antiferromagnetik CoO, seperti pada
gambar dibawah ini.
Gambar 3 : Skema dari partikel core-shell yang berisi inti ferromagnetik
Co, dengan kulit antiferromagnetik CoO disekelilingnya.
Sampel Co/CoO tersebut, didinginkan pada medan nol, dan memiliki
histerisis normal, mengingat bahwa sampel field-cooled yang telah
diobservasi sebelumnya memiliki loop hysterisis (shifted hysterisis loop),
seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.
Gambar 4 : skema loop hysterisis pada sebuah sistem dengan pertukaran
anisotropy
Secara keseluruhan, koersivitas dinaikkan dan dibandingkan dengan sampel
zero fieldcooled. Dan magnitudenya berbeda untuk medan yang dinaikkan
dan diturunkan. Perbedaan koersivitas dari medan forward (maju) dan
reverse (balik) diaplikasikan pada sistem exchange-bias yang digunakan
pada aplikasi katup-spin (spin valve) modern untuk meletakkan arah
magnetisasi dari lapisan ferromagnetik. Lapisan yang diletakkan tersebut
dikopling kepada lapisan ferromagnetik kedua yang dapat merubah
orientasi mgnetisasinya dalam respon terhadap medan luar. Resistansi dari
devais bernilai kecil jika lapisan ferromagnetik disejajarkan pada arah yang
sama, dan bernilai tinggi jika mereka disejajarkan pada arah yang
berlawanan. Oleh karena itu, devais tersebut dapat digunakan sebagai
sensor medan magnetik sensitif.[1]
c. Bahan antiferromagnetik Kromium (Cr)
1. Digunakan untuk mengeraskan baja, untuk pembuatan stainless steel,
dan untuk membentuk paduan
2. Digunakan dalam plating untuk menghasilkan permukaan yang indah
dan keras, serta untuk mencegah korosi.
3. Digunakan untuk memberi warna hijau pada kaca zamrud.
4. Digunakan sebagai katalis. seperti K2Cr2O7 merupakan agen oksidasi
dan digunakan dalam analisis kuantitatif dan juga dalam penyamakan
kulit
5. Merupakan suatu pigmen, khususnya krom kuning
d. Bahan antiferromagnetik senyawa oksida
Digunakan untuk bahan gading tiruan, obat penyakit mag, dan pelapis
tanur.
DAFTAR PUSTAKA
[1] Nicola A Spaldin.2010.Magnetic Materials Fundamental and Applications
2nd Edition. Cambrige : Cambridge University Press.
[2] Risdiana.2012.Buku Diktat Bahan Magnet dan Superkonduktor.Bandung :
Jurusan Fisika Universitas Padjadjaran.
[3] http://ardiannisworld.blogspot.com/2008/01/difraksi-neutron_31.html (diunggah pada tanggal 24 November, pukul 18 : 09)
[4] Riza.Antiferromagnetik. Universitas Padjadjaran.ppt
[5] Oleg Shpyrko.XPCS Studies of Antiferromagnetic Domain Wall Dynamics in Elemental Chromium. University of California San Diego : Departement Of Physics.pdf
BAHAN ANTIFERROMAGNETIK
Paper Ini Disusun Untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Bahan Magnet dan Superkonduktor
Disusun Oleh :
Dwika Andjani
140310100083
JURUSAN FISIKA
FALKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2013