7
DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 29, No. 2, Desember 2001: 134 - 140 Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petra http://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/ 134 BATA LEMPUNG BAHAN BANGUNAN DINDING ALTERNATIF Vincentius Totok Noerwasito Staf Pengajar Jurusan Arsitektur – Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya ABSTRAK “Bata lempung” adalah bahan bangunan dinding berupa blok terbuat dari tanah “lempung” dengan kandungan 50–60% Clay, dicetak dengan pemadatan, pengeringan tanpa dibakar, dipergunakan setelah berumur 28 hari. Karena dicetak proses pembuatan tidak tergantung pada cuaca. Aplikasi ”bata lempung” adalah sebagai dinding pemikul atau sebagai dinding pengisi, yang dapat diekspose pada dinding rumah murah, rumah mewah atau pada kompleks perumahan real estate. Hasil penelitian dari tanah yang berasal dari Pandaan – Jawa timur menghasilkan blok “bata lempung” dengan kuat tekan 60 –70 kg/cm 2 , tahan air .dan harga dibawah harga bata merah dipasaran jika diproduksi dilokasi bangunan. “Bata lempung” adalah bahan bangunan yang ramah lingkungan,henat enrgi, tidak meninggalkan banyak sisa blok, merupakan bahan bangunan struktural dan juga bahan bangunan seni. Kata kunci: Bahan bangunan dinding, blok, Clay, Semen, pemadatan, pencetakan, pembakaran, ekspose, natural, modul, kuat tekan, dinding pemikul, dinding pengisi, polusi, hemat energi, material struktural, material seni. ABSTRACT “Bata lempung” is block of wall material, main basic material is sols contains 50-60% clay, pressed and molded, without combusted, used after 28 days and production doesn’t depend climates. “Bata lempung” can used as bearing wall or curtain wall, exposed and in low-cost housing, exclusive house and real estate. Resultants of research “Bata lempung” used sols from Pandaan Jawa-Timur are resistance compression 60 –70 kg/cm2, waterproofing and cheaper than brick if produced in site of project. “Bata lemping” are material saving energy, without pollution, efficient, structural and art material. Keywords: Wall material, block, Clay, cement, press, mold, combust, expose, natural, module, resistance compression, bearing wall, curtain wall, pollution, saving energy, structural material, art material. LATAR BELAKANG Kebutuhan akan rumah tinggal tiap tahunnya makin meningkat di kota-kota besar Indonesia sejalan dengan pertambahan penduduk, peningkatan tersebut diikuti oleh makin bertambahnya jenis bahan bangunan di Indonesia. Saat ini bahan bangunan dinding didominasi oleh bata merah dan bataco, bila orang berbicara tentang bahan bangunan dinding rumah secara umum orang akan membicarakan bata merah yang diplester dan dicat, jarang orang berpikir bahwa ada bahan bangunan lain yang diekspose. Hal tersebut terjadi karena bata merah begitu mudah didapat dibandingkan dengan bahan bangunan lain, di masyarakat juga sudah terbentuk kesan bahwa bahan bangunan dinding jika bukan bata merah kurang pas. Kelemahan bata merah pada umumnya adalah sulit didapat pada waktu musim penghujan dan standard kuat tekan bata merah sangat bervariasi sekali, hal tersebut sangat tergantung pada daerah penghasil bata merah tersebut dan jenis bahan pembakarnya. “Bata lempung” merupakan bahan bangunan alternatif untuk dinding bangunan, bahan bangunan ini belum ada di Indonesia, “bata lempung” berupa blok-blok seperti bata merah, warnanya alami, proses pembuatannya tidak dibakar seperti pada bata merah, tetapi dicetak, dipadatkan dan dikeringkan dengan kondisi alam, sedangkan bahan dasar adalah tanah sekitar, jenis bahan tambahan tergantung pada kebutuhan. Karena proses pembuatan seperti itu, menyebabkan “bata lempung” dapat didisain sesuai dengan kebutuhan dan selera arsitek atau pemilik.

bahan dinding rumah

Embed Size (px)

Citation preview

DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 29, No. 2, Desember 2001: 134 - 140

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

134

BATA LEMPUNGBAHAN BANGUNAN DINDING ALTERNATIF

Vincentius Totok NoerwasitoStaf Pengajar Jurusan Arsitektur – Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya

ABSTRAK

“Bata lempung” adalah bahan bangunan dinding berupa blok terbuat dari tanah “lempung” dengankandungan 50–60% Clay, dicetak dengan pemadatan, pengeringan tanpa dibakar, dipergunakan setelah berumur28 hari. Karena dicetak proses pembuatan tidak tergantung pada cuaca. Aplikasi ”bata lempung” adalah sebagaidinding pemikul atau sebagai dinding pengisi, yang dapat diekspose pada dinding rumah murah, rumah mewahatau pada kompleks perumahan real estate.

Hasil penelitian dari tanah yang berasal dari Pandaan – Jawa timur menghasilkan blok “bata lempung”dengan kuat tekan 60 –70 kg/cm2, tahan air .dan harga dibawah harga bata merah dipasaran jika diproduksidilokasi bangunan. “Bata lempung” adalah bahan bangunan yang ramah lingkungan,henat enrgi, tidakmeninggalkan banyak sisa blok, merupakan bahan bangunan struktural dan juga bahan bangunan seni.

Kata kunci: Bahan bangunan dinding, blok, Clay, Semen, pemadatan, pencetakan, pembakaran, ekspose,natural, modul, kuat tekan, dinding pemikul, dinding pengisi, polusi, hemat energi, materialstruktural, material seni.

ABSTRACT

“Bata lempung” is block of wall material, main basic material is sols contains 50-60% clay, pressed andmolded, without combusted, used after 28 days and production doesn’t depend climates. “Bata lempung” canused as bearing wall or curtain wall, exposed and in low-cost housing, exclusive house and real estate.

Resultants of research “Bata lempung” used sols from Pandaan Jawa-Timur are resistance compression60 –70 kg/cm2, waterproofing and cheaper than brick if produced in site of project. “Bata lemping” arematerial saving energy, without pollution, efficient, structural and art material.

Keywords: Wall material, block, Clay, cement, press, mold, combust, expose, natural, module, resistancecompression, bearing wall, curtain wall, pollution, saving energy, structural material, art material.

LATAR BELAKANG

Kebutuhan akan rumah tinggal tiaptahunnya makin meningkat di kota-kota besarIndonesia sejalan dengan pertambahanpenduduk, peningkatan tersebut diikuti olehmakin bertambahnya jenis bahan bangunan diIndonesia.

Saat ini bahan bangunan dinding didominasioleh bata merah dan bataco, bila orang berbicaratentang bahan bangunan dinding rumah secaraumum orang akan membicarakan bata merahyang diplester dan dicat, jarang orang berpikirbahwa ada bahan bangunan lain yang diekspose.Hal tersebut terjadi karena bata merah begitumudah didapat dibandingkan dengan bahanbangunan lain, di masyarakat juga sudahterbentuk kesan bahwa bahan bangunan dindingjika bukan bata merah kurang pas. Kelemahan

bata merah pada umumnya adalah sulit didapatpada waktu musim penghujan dan standard kuattekan bata merah sangat bervariasi sekali, haltersebut sangat tergantung pada daerah penghasilbata merah tersebut dan jenis bahanpembakarnya.

“Bata lempung” merupakan bahanbangunan alternatif untuk dinding bangunan,bahan bangunan ini belum ada di Indonesia,“bata lempung” berupa blok-blok seperti batamerah, warnanya alami, proses pembuatannyatidak dibakar seperti pada bata merah, tetapidicetak, dipadatkan dan dikeringkan dengankondisi alam, sedangkan bahan dasar adalahtanah sekitar, jenis bahan tambahan tergantungpada kebutuhan. Karena proses pembuatanseperti itu, menyebabkan “bata lempung” dapatdidisain sesuai dengan kebutuhan dan seleraarsitek atau pemilik.

BATA LEMPUNG BAHAN BANGUNAN DINDING ALTERNATIF (Vincentius Totok Noerwasito)

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

135

Pada proses pembuatan bata merah banyakterjadi kerusakan atau yang dibuang karena tidakmatang, pada “bata lempung” hal tersebut tidakterjadi karena “bata lempung” dicetak dandipadatkan, jadi kerusakan relatif kecil sekali,juga produksi “bata lempung” tidak tergantungpada cuaca, sebab tidak membutuhkan sinarmatahari langsung. “Bata lempung” disebut juga“local material” karena bahan dasar “batalempung” diperoleh dari daerah sekitar, dimanaharga bahan bangunan jenis ini lebih murahdaripada bangunan “non local material” karenabeaya transportasi yang relatif rendah.

Pada aplikasinya sebagai dinding bangunan“bata lempung” tidak perlu diplester karenatekstur yang dimiliki sudah rata, halus dan alami,sangat berbeda dengan tekstur bataco yangnampak kasar dan tidak alami. Dinding eksposeperlu dilindungi dari pengaruh negatif dari iklimtropis lembab yang ada di Indonesia, antara lainadanya jamur, serangga, perambatan rayap, gayakapiler dari air tanah dan lain-lain. Hal tersebutmenantang kreasi arsitek untuk menyelesaikanpengaruh iklim ini baik dengan cara penyelesaiankonstruksi atau dengan disain arsitektur. Selainitu dinding bata lempung adalah dindingpemikul, tetapi dapat juga dipergunakan sebagaidinding pengisi yakni dengan mempergunakanketebalan dinding yang paling kecil.

Sebagai bahan bangunan baru di Indonesia“bata lempung” dapat dipakai untuk bangunanrumah murah atau rumah mewah, hal tersebuttergantung pada penanganan dari blok “batalempung” itu sendiri. Jika untuk rumah murahdiperlukan proses produksi yang standard,sedangkan untuk rumah mewah lebih ditekankanpada tambahan pada proses produksinya, tekstur,warna, bentuk blok dan ketelitian dari pengerjaanblok.

MENGAPA MEMAKAI “BATALEMPUNG”?

Tidak semua daerah tanahnya dapatdipergunakan sebagai bahan dasar “bata merah”,karena bahan dasar bata merah memerlukanpersyaratan tertentu dan ternyata persyaratantanah tersebut sangat sulit ditemukan disemuadaerah, hal tersebut berakibat produksi batamerah hanya terdapat pada daerah-daerahtertentu, sedangkan daerah yang jauh dari daerahpenghasil tersebut menerima kenyataan harusmembayar beaya transport., sebaliknya daerahyang bahan dasarnya memenuhi persyaratan

beaya transportasinya relatif murah dan berakibatpada murahnya harga bahan bangunan tersebut.

Bahan dasar “bata lempung” adalah tanahyang banyak mengandung “lempung” dalamberarti tanah liat sedang “lempung” berasal daribahasa Jawa atau “Clay” dalam bahasa Inggris.Tanah liat banyak dijumpai dimana-manaterutama pada daerah pegunungan, sehinggarasanya tidak sulit untuk membuat blok “batalempung”, tetapi jika kandungan Clay terlalubanyak blok sulit dicetak, persyaratan Clayadalah 50 – 60%, jika lebih dari persyaratantersebut harus ditambahkan pasir atau tanah lainyang banyak mengandung pasir.

Proses produksi “bata lempung” memerlu-kan waktu lebih kurang 4 minggu hingga dapatdipergunakan sebagai bahan bangunan, hal yangmembedakan dengan bata merah adalah prosespencetakan blok dipadatkan dengan tekanantertentu, demikian juga dengan proses penge-ringannya “bata lempung” tidak perlu dibakar,tetapi hanya dikeringkan dengan cara alami,sedangkan pengeringan bata merah perlu dibakardengan temperatur minimal 10000C, untukmendapatkan temperatur yang demikian besardan merata bagi industri kecil atau menengahsangat sulit, sehingga banyak terjadi kerusakandalam proses produksi, kerusakan tersebutbahkan dapat mencapai hingga 50%. Karenaproses produksinya tidak tergantung padapemerataan pembakaran blok “bata lempung”tidak banyak mengalami kerusakan, kerusakanterjadi hanya pada tekstur permukaan blok.

Kuat tekan “bata lempung” tergantung padajenis tanah liat (Clay) dan komposisi bahantambahan yang dicampurkan dan densitas dariblok, dengan “mix disain” dan pemadatantertentu akan diperoleh kuat tekan sesuai yangdiinginkan oleh para arsitek atau sipil, sebagaicontoh kuat tekan yang besar diperlukan olehpara arsitek dan Sipil untuk blok “bata lempung”sebagai dinding pemikul pada bangunanbertingkat, sedangkan jika hanya dipergunakansebagai dinding pengisi kuat tekan blok “batalempung” cukup kecil saja.

“Bata lempung” mempunyai tekstur danwarna yang alami, hal tersebut tergantung jugapada jenis tanah dan bahan tambahannya.Tampilan tersebut sangat menarik bila dipadukandengan bahan lain yang alami sehingga mampumenghasilkan suatu komposisi material yangalami. Demikian juga dengan bentuk blok yangdapat didisain sesuai dengan selera pemilik atauarsitek menjadikan “bata lempung” mudahdisesuaikan dengan rancangan arsitekturnya.

DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 29, No. 2, Desember 2001: 134 - 140

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

136

PROSES PEMBUATAN“BATA LEMPUNG”

Berikut proses pembuatan dengan proseduryang standard dan sederhana:

a. Pemilihan bahan dasar.Bahan dasar disekitar tempat pelaksanaanbangunan dibersihkan dari kotoran dan akar-akar tumbuh-tumbuhan, tanah yang baikdigali dari kedalaman 0.5 – 1.5 m dan tanahharus mengandung 50–60% Clay, bilapersyaratan tersebut tidak memenuhi perluditambahankan pasir atau tanah lain yangmengandung banyak Clay untuk yangkekurangan atau mengandung pasir bilaberlebihan Clay. Sebagai bahan tambahanadalah semen atau kapur.

b. Pengayakan.Untuk mempermudah menghilangkan bagiantanah yang merugikan antara lain krikil, batu,akar-akar tanaman, sampah dan lain-lain,perlu dilakukan seleksi dengan ayakan. Tidakhanya tanah saja yang diayak, bahantambahanpun perlu juga diayak, hal tersebutdilakukan untuk menghilangkan bagian yangmengeras yang dapat mengganggu proseshomogenisasi.

c. HomogenisasiHomogenisasi atau pengadukan dilakukanuntuk meratakan campuran agar prosesperekatan bahan dapat merata. Terdapat 2proses dalam homogen yakni homogen keringdan homogen basah, homogen keringdilakukan dengan cara pengadukan selamabeberapa menit tanpa dicampur dengan air,sedangkan homogen basah homogen yangkering dicampur dengan air dan diadukhingga merata.

d. Pencetakan.Pencetakan dilakukan dengan jalan memberitekanan sehingga komposisi menjadi padat.Ukuran kepadatan blok tidak ditentukan olehbesarnya gaya tekan pemadatan, tetapi lebihditentukan oleh densitas kepadatannya yangdiperoleh dari perbandingan antara berat blokdengan volume yang direncanakan.

e. Pemeliharaan.Setelah dicetak blok dilindungi selamabeberapa hari dan dalam kondisi lembab,setelah itu blok tetap dilindungi dari sinarmatahari langsung sampai kering. Blok dapatdipergunakan jika sudah berumur 28 hari.

f. Kontrol.Kontrol dilakukan pada dimensi blok, muaisusut, homogen warna campuran didalamblok, ketahanan terhadap air dan kuat tekanblok.

PENELITIAN BATA LEMPUNG

Penulis melakukan penelitian “batalempung” dengan mempergunakan bahan dasartanah dari daerah Pandaan Kabupaten Pasuruan,lokasi bahan dasar adalah berupa pegununganyang akan dibangun suatu real estate. Tujuanpenelitian mendapatkan blok “bata lempung”yang dapat dipergunakan sebagai dindingpemikul bangunan tetapi harganya relatif lebihmurah daripada harga bata merah dilapangan,adapun uraian hasil penelitian tersebut adalahsebagai berikut:• Bahan dasar tanah adalah tanah liat dengan

kandungan 50–60% Clay, Silt 10- 20% danSand 20-30%, tanah diambil dari kedalaman50 –100 cm yang berupa bekas galianpondasi, kondisi tanah pada waktu digalisangat keras, tetapi hancur ketika tersentuhair.

• Bahan tambahan adalah semen dan beberapabahan lain. Semen dipergunakan sebagaibahan yang menyebabkan blok menambahresistence tekan dan tahan terhadap air.Komposisi bahan tambahan disesuaikandengan beaya produksi dibawah harga batamerah.

• Pemadatan yang dilakukan dengan tenaga danalat manual, dimensi blok 9 x 19 x 6 cm,dimensi disesuaikan dengan modul tebaldinding pemikul sebesar 19 cm dan tinggikusen 210 cm.

• Kuat tekan yang diperoleh 60 –70 kg/cm2 dansudah memenuhi syarat sebagai blok dindingpemikul, sedangkan ketahanan terhadap gayatekan vertikal diatas jarak tumpuan 15 cmadalah minimal 720 kg. Kedua hasil tersebutdihitung dengan “Essai Bressilien”.

• Tekstur blok adalah rata, halus, mengkilapdan agak sulit dicetak bila terlalu banyak air.Blok dapat dipaku dan sesuai untuk interiorbangunan.

• Warna agak terang sesuai dengan warnabahan dasarnya yang berwarna terang dansengaja dibuat tidak merata untukmendapatkan kesan lebih alami.

BATA LEMPUNG BAHAN BANGUNAN DINDING ALTERNATIF (Vincentius Totok Noerwasito)

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

137

• Test ketahanan terhadap air dengan diredamkedalam air selama 1 minggu, ternyata bloktidak mengalami kerusakan. Banyaknya airyang meresap dalam kondisi jenuh adalah20% dari volume material.

KARAKTERISTIK “BATA LEMPUNG”

a. Kuat tekan dan densitas“Bata lempung” mempunyai kuat tekan yangdapat didisain, besar kuat tekan tersebuttergantung pada kandungan bahan dasar,komposisi bahan tambahan dan densitas. Olehkarena itulah kuat tekan” bata lempung” dapatdidisain sesuai dengan fungsinya sebagaidinding bangunan, untuk dinding pemikuldipersyaratkan minimal kuat tekan 50 kg/cm2,minimum densitas yang dipergunakan adalah1.7 g/cm3, pengaruh densitas pada “batalempung” adalah pada kuat tekan danketahanannya terhadap air. Densitas diperolehdari gaya tekan pemadatan terhadapkomposisi dalam cetakan, pada”batalempung” yang menjadi perhatian bukanbesar gaya tekan pemadatan melainkandensitas yang dimilikinya.

b. Warna.Warna ”bata lempung” tergantung padawarna bahan dasar tanah dan juga jeniscampuran bahan tambahan, pada tanah yangbanyak mengandung Laterite blok ”batalempung” berwarna gelap, sedang pada tanahyang berkapur berwarna agak terang. Dengankondisi tanah warna dari”bata lempung”dapat didisain sesuai dengan keinginan daripemakai.

c. DimensiDimensi dari “bata lempung” sangatbervariasi sekali, hal ini disesuaikan dengankebutuhan akan adanya modul bangunan, jugapertimbangan lain adalah pada pemasanganpada saat konstruksi, yakni dengan dimensiyang besar waktu akan penyelesaian dindinglebih cepat, tetapi disisi lain harusdipertimbangkan bahwa dengan dimensi besarakan berakibat pada berat blok “batalempung”, yang menyebabkan para pekerjacepat lelah karena beratnya blok.

d. BentukBentuk blok ”bata lempung“ umumnyaadalah balok. Blok yang dipergunakansebagai dinding pemikul mempunyaibeberapa jenis bentuk yakni: jenis blok biasa,

jenis blok sambungan sudut dan blok untukbagian ujung dinding, semua jenis tersebutumumnya berlubang tempat memasang lajurbesi, Jenis blok yang lain adalahperbedaannya pada ukuran yakni jenis 1/2blok dan 3/4 blok, kedua jenis ini diadakanuntuk mengurangi sampah atau sisa blok yangtidak terpakai dilapangan pada saatkonstruksi. Semua jenis diatas dapat dibentuktergantung sekali pada cetakan blok.

e. TeksturPermukaan blok ”bata lempung” relatif halusdan licin, apalagi bila mempunyai densitastinggi, tetapi tidak menutup kemungkinanblok “bata lempung” didisain dengan teksturyang tidak rata dan dengan pola tertentu, haltersebut dapat tercapai dengan disain polacetakan.

f. ProduksiProduksi blok dapat dilakukan dengan alatcetak tenaga manual, mekanik dan hydraulik.Perbedaan pemakaian tenaga tersebut adalahtergantung pada banyaknya produksi yangingin dihasilkan perharinya atau karenakarena pertimbangan manajemen dilapangan.Untuk melayani kebutuhan blok yang relatifsedikit lebih kurang 300 blok/hari diperlukanproses produksi dengan tenaga manual,sedangkan untuk produksi 300-800 blok/haridiperlukan alat cetak dengan tenaga mekanik,alat hydraulik diperlukan untuk produksi blok800 buah keatas perhari, kesemua diatasmemerlukan analisa-analisa effisiensi pema-kaian alat dan produksi yang diinginkan.

g. Kelemahan.Kerusakan dari “bata lempung” disebabkanoleh adanya air yang berlebihan, jamur, lumutdan air bergaram. Pencegahan dapat dengandilakukan dengan cara penyelesaian kon-struksi, penambahan bahan kimia dan disainarsitektural.

h. Kebutuhan bahan dasarUntuk 1000 blok dengan dimensi blok 19 x 9x 6 cm dari hasil penelitian dibutuhkan tanahsebanyak 2.8 m3 dimana tanah tersebut dapatdiambilkan dari bekas tanah galian pondasiatau Septic-tank.

APLIKASI “BATA LEMPUNG”

“Bata lempung” mempunyai karakteristikyang dapat didisain sesuai dengan kebutuhan,karena kekhasan tersebut aplikasi”bata lempung”

DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 29, No. 2, Desember 2001: 134 - 140

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

138

sangat fleksibel yang dapat disesuaikan denganjenis bangunannya. Berikut aplikasinya pada:

1. Jenis Bangunan

• Rumah murah.Pada jenis bangunan ini keindahan keasliandinding tidak dipersoalkan oleh penghuni,bahkan penghuni cenderung menutup dindingdengan plesteran yang dicat. Kesan alami daritampilan “bata lempung” mungkin tidakmerupakan unsur yang menarik, demikianpula dengan konstruksinya penghunicenderung memperlakukan “bata lempung”sama dengan konstruksi bata merah karenakebiasaan dengan bata merah yang padaumumnya berfungsi sebagai dinding pengisisaja, meskipun “bata lempung” mempunyaikarakteristik dan kuat tekan yang lebih besardaripada bata merah.Untuk memudahkan pelaksanaan dilapanganblok “bata lempung” mempunyai dimensiyang bermacam-macam hal ini bertujuanuntuk menghindari adanya sampah ataubuangan bahan yang berlebihan, sebagaicontoh para pekerja sudah terlalu biasa bilamembutuhkan potongan atau setengah batalangsung memotong bata merah utuh,sedangkan pada blok “bata lempung” haltersebut tidak perlu dilakukan seperti itumengingat “bata lempung” sudah disediakanpotongan setengah dan tiga perempat blokdan sudah terencana pada gambar disain.Pelaksanaan “bata lempung” sebagai dindingpemikul perlu kehati-hatian dari pekerja padasaat konstruksi, kebiasaan konstruksimempergunakan bata merah harus ditinggal-kan, terutama pada pekerjaan sambungansudut dan ketepatan pengaturan antara blok.Hal lain yang perlu dipertimbangkanpemakaian blok “bata lempung” sebagaidinding pemikul adalah kebiasaan penghunirumah murah sering merubah dinding denganalasan perluasan ruangan, sehingga merekakadang-kadang tidak dapat membedakandinding yang struktural dan yang bukan, haltersebut dapat berakibat fatal bila yangdibongkar justru dinding yang struktural,bangunan dapat roboh, apalagi bila bangunantersebut bertingkat, untuk itu perlu dibedakankonstruksi dinding pemikul dan dindingpengisi. Bila blok “bata lempung”dipergunakan sebagai dinding pengisi padarumah murah tidak ada masalah karena dapatdilakukan seperti konstruksi bata merah dan

penghuni dapat bebas membongkar dindingsesuai dengan keinginannya.Pemakaian dinding pemikul untuk rumahmurah mempunyai kelebihan yakni beayabangunan menjadi lebih murah karena tidakmemerlukan kolom dan balok beton apalagijika dinding bangunan diekspose.Pada proses produksi untuk rumah murahblok “bata lempung” dibuat lebih murahdaripada bata merah, untuk itu diperlukantanah yang berasal dari lokasi dan prosentasedari komposisi bahan tambahan tidak teralubesar,

• Rumah mewah atau rumah exclusiveRumah mewah cenderung merupakankarakter unik si penghuni yang sudah mapan,estetika, kreatif, novelty (kebaharuan),invention (temuan) dan “keakuan penghuni”merupakan hal yang utama. Untuk rumahpribadi ini karakteristik dari “bata lempung”sangat tepat karena dapat didisain sesuaidengan selera pemilik, masalah warna warnidinding, bentuk blok, tekstur, ukuran bloksampai dengan konstruksi klasik denganbentuk busur dan kubahnya dapat dilakukan,bahkan system “woodless construction” yaknisystem konstruksi tanpa mempergunakankayu pada atapnya dapat direalisasikan.Pada jenis rumah ini, arsitek dapatmenampilkan karakteristik “bata lempung”secara optimal, terutama ekspose dindingdengan permainan susunan blok denganukuran yang berbeda-beda tetapi tetapmenyatu, demikian juga dengan warna-warniblok dapat ditampilkan pada dinding denganmempergunakan berbagai blok dengan bahandasar dari daerah yang berbeda warnatanahnya.Disain interior dengan mempergunakanpotensi tekstur, warna, dapat dipaku dansystem konstruksi dinding pemikul “batalempung” betul-betul akan menambahsuasana natural yang tidak dibuat-buat dalamruangan.Pemakaian “bata lempung” pada rumahmewah, proses produksi memerlukankreativitas tersendiri, bahan dasar tanah perludilakukan seleksi terutama untuk pemakaianwarna tertentu, tekstur dan ukuran blok yangexclusive menghendaki tersedianya cetakanyang khusus, sehingga pembuatan blok inimerupakan proses pembuatan bendastruktural bangunan sekaligus juga merupa-kan benda seni.

BATA LEMPUNG BAHAN BANGUNAN DINDING ALTERNATIF (Vincentius Totok Noerwasito)

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

139

Pada proses produksi “bata lempung” untukrumah mewah, pengaturan komposisi daribahan tambahan tidak terlalu dipersoalkan,tetapi persoalan lebih kepada bagaimanamembuat blok “bata lempung” menjadinatural, bagus kualitasnya dan exclusive.

• Kompleks perumahan real estate.Site kompleks perumahan real estate sebelumdibangun biasanya masih berupa sawah atauladang, site tersebut nantinya akan diratakandengan urugan, hal yang menarik tanah asaltersebut sebetulnya merupakan bahan dasaryang bagus untuk “bata lempung”. Bila realestate ingin mempergunakannya sebagaibahan bangunan, sebelum diurug seluruhnyadisisakan site seluas 10 - 20% sebagai sumberbahan dasar.Keuntungan pemakaian “bata lempung” padareal estate perumahan dengan memper-gunakan bahan dasar sekitarnya adalah beayabahan bangunan menjadi lebih murah karenabahan dasar gratis, beaya transport yangrendah dan dapat menentukan kwalitas blokpada bagian-bagian tertentu, disamping itutempat pembuatan bahan bangunan masihdapat dipergunakan untuk produksi bahanbangunan cadangan setelah bangunansemuanya diserahkan kepada pemiliknya.

2. Disain Konstruksi Bangunan

Karena bata lempung mempunyai karakteryang berbeda dengan bata merah, disainkonstruksinya juga berbeda, berikut secaraumum disain tersebut:• Melebarkan sosoran untuk melindungi

dinding dari air hujan yang berlebihan.• Pemasangan lajur besi pada tiap jarak 1 m

pada dinding dan pada sudut-sudut dindinguntuk mengatasi gempa, karena dindingpemikul rawan gempa. Pemasangan lajurtersebut pada bagian blok yang berlubangyang dibuat khusus dan dipasang pada bagianpembesian dan sudut-sudut dinding.

• Peninggian pondasi setinggi minimal 30 cmdari muka tanah, untuk menjauhkan dinding“bata lempung” bagian bawah dari air yangtergenang atau pantulan air hujan.dari tanah.

• Mengatur modul blok terhadap panjangdinding agar tidak terjadi adanya sisa blok.

KESIMPULAN

• “Bata lempung” tidak merusak lingkungan,tidak menghasilkan polusi udara akibat

pembakaran pada proses produksinya ataumerusak lingkungan dengan mengambil kayudihutan sebagai bahan bakar, demikian pulaterhadap sampah dilapangan “bata lempung”relatif tidak banyak menghasilkan sisa blokkarena sudah tersedianya potongan-potonganblok yang moduler.

• “Bata lempung” sangat “supel” dapatmengadaptasi terhadap rancangan arsitekturyang sederhana atau rumit dan dapatdiaplikasikan pada bangunan sederhana ataumewah.

• “Bata lempung” banyak berperan aktif padabangunan sesuai dengan karakteristiknyayang dapat mengikuti kemauan penghuni atauarsitek, dibandingkan dengan bata merahyang berperan apa adanya, disamping ituharga “bata lempung” relatif lebih murahdaripada bata merah karena merupakan bahanbangunan lokal.

• Pada proses produksi “bata lempung” tidakbanyak blok terbuang dengan alasan tidakdapat dipergunakan, karena pada prosesproduksi tidak ada yang mempergunakanenergi pembakaran yang besar.

• “Bata lempung” tidak saja merupakan bahanbangunan yang “structural material” tetapijuga “art material”, hal tersebut merupakantantangan tersendiri bagi arsitek dalammengoptimalkan pemakaian “bata lempung”.

DAFTAR PUSTAKA

-----------, Learning from tradition, Basin, AugustNo.12.,SKAT, Swiss, 1996.

Acetta, Construction en terre, Sciences desMateriaux INSA.LYON, France, 1989.

Astrand Johny, Blockmaking machines for soilblocks, Sadel–Arskitektur I, Lund –sweden,. 1086.

Doat, Hays, Houben, Construire en terre,Gamma, Paris –France, 1985.

ESCAP-United Nations, Building Materil andConstruction Technology for Low CostHousing in Developping Country, buildingtechnology series, Bangkok – Thailand,1989.

Herbert Mathissen, Earth as ConstructionMaterials for development Work ,Misereor, Aachen-Germany, 1995.

DIMENSI TEKNIK ARSITEKTUR Vol. 29, No. 2, Desember 2001: 134 - 140

Jurusan Teknik Arsitektur, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan - Universitas Kristen Petrahttp://puslit.petra.ac.id/journals/architecture/

140

Kenneth Sandin, Mortars for Masonry andRendering Choice and Application,Building Issues, Lund Center for HabitatStudies. Lund – Sweden, 1995.

Noerwasito Totok, Perencanaan Rumah DenganBahan Bangunan Tanah, procedingseminar hasil terbaru penelitian bahan,PAU-GAMA, Yogyakarta, 1993.

Noerwasito Totok, Dinding Tanah Pada RumahSederhana Dengan Kondisi Iklim TropisLembab di Indonesia, Laporan penelitian,Puslit-ITS, 1996.

Noerwasito Totok, Bata Tanah Liat Ijuk , PatenDirjen HaKI, Januari 2001, No. Pendaft.P002001 00053.

Rigassi Vincent, Blocs de terre Comprime,Manuel de production CRA-Terre – EAG,Grenoble, France, 1995.

Stulz Roland and Kiran Mukerji, AppropriateBuilding Materials, Third Revised Edition,SKAT Publications, Switzerland, 1993.

LAMPIRAN