9

Click here to load reader

Bahan Makalah Agama

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bahan

Citation preview

Page 1: Bahan Makalah Agama

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Taqwa adalah kumpulan semua kebaikan yang hakikatnya merupakan

tindakan seseorang untuk melindungi dirinya dari hukuman Allah dengan

ketundukan total kepada-Nya. Asal-usul taqwa adalah menjaga dari kemusyrikan,

dosa dari kejahatan dan hal-hal yang meragukan (syubhat).

Seruan Allah pada surat Ali Imran ayat 102 yang berbunyi, “Bertaqwalah

kamu sekalian dengan sebenar-benarnya taqwa dan janganlah kamu sekali-kali mati

kecuali dalam keadaan muslim”, bermakna bahwa Allah harus dipatuhi dan tidak

ditentang, diingat dan tidak dilupakan, disyukuri dan tidak dikufuri.

Taqwa adalah bentuk peribadatan kepada Allah seakan-akan kita melihat-Nya

dan jika kita tidak melihat-Nya maka ketahuilah bahwa Dia melihat kita. Taqwa

adalah tidak terus menerus melakukan maksiat dan tidak terpedaya dengan

ketaatan. Taqwa kepada Allah adalah jika dalam pandangan Allah seseorang selalu

berada dalam keadaan tidak melakukan apa yang dilarang-Nya, dan Dia melihatnya

selalu.

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga menegaskan bahwa “ketakwaan

bukanlah menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah namun melalaikan yang

wajib”. Beliau rahimahullah berkata, “Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar

dengan berpuasa di siang hari, sholat malam, dan menggabungkan antara

keduanya. Akan tetapi hakikat ketakwaan kepada Allah adalah meninggalkan segala

yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala yang diwajibkan Allah. Barang

siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan maka itu adalah

kebaikan di atas kebaikan

Termasuk dalam cakupan takwa, yaitu dengan membenarkan berbagai berita

yang datang dari Allah dan beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan syari’at,

bukan dengan tata cara yang diada-adakan (baca: bid’ah). Ketakwaan kepada Allah

itu dituntut di setiap kondisi, di mana saja dan kapan saja. Maka hendaknya seorang

insan selalu bertakwa kepada Allah, baik ketika dalam keadaan

tersembunyi/sendirian atau ketika berada di tengah keramaian/di hadapan orang

(lihat Fath al-Qawiy al-Matin karya Syaikh Abdul Muhsin al-’Abbad hafizhahullah

B.     Rumusan Masalah

1.      Apa itu taqwa?

2.      Bagaimana ruang lingkup taqwa?

3.      Bagaimana ciri- ciri orang bertaqwa?

C.     Tujuan Penulisan

1.      Ingin mengetahui apa itu taqwa?

2.      Ingin mengetahui bagaimana ruang lingkup taqwa?

3.      Ingin mengetahui bagaimana ciri- ciri orang bertaqwa?

Page 2: Bahan Makalah Agama

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian, Kedudukan dan RuangLingkup Taqwa

1. Pengertian dan Kedudukan Taqwa

Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi dan wiqayah yang berarti takut, menjaga,

memelihara dan melindungi. Maka taqwa dapat diartikan sebagai sikap memelihara

keimanan yang diwujudkan dalam pengalaman ajaran agama islam. Taqwa secara

bahasa berarti penjagaan/ perlindungan yang membentengi manusia dari hal-hal

yang menakutkan dan mengkhawatirkan. Oleh karena itu, orang yang bertaqwa

adalah orang yang takut kepada Allah berdasarkan kesadaran dengan

mengerjakanperintah-Nya dan tidak melanggar larangan-Nya kerena takut

terjerumus ke dalam perbuatan dosa.

Taqwa adalah sikap mental seseorang yang selalu ingat dan waspada terhadap

sesuatu dalam rangka memelihara dirinya dari noda dan dosa, selalu berusaha

melakukan perbuatan-perbuatan yang baik dan benar, pantang berbuat salah dan

melakukan kejahatan pada orang lain, diri sendiri dan lingkungannya.

Dari berbagai makna yang terkandung dalam taqwa, kedudukannya sangat

penting dalam agama islam dan kehidupan manusia karena taqwa adalah pokok dan

ukuran dari segala pekerjaan seorang muslim.

Umar bin Abdul Aziz rahimahullah juga menegaskan bahwa “ketakwaan

bukanlah menyibukkan diri dengan perkara yang sunnah namun melalaikan yang

wajib”. Beliau rahimahullah berkata, “Ketakwaan kepada Allah bukan sekedar

dengan berpuasa di siang hari, sholat malam, dan menggabungkan antara

keduanya. Akan tetapi hakikat ketakwaan kepada Allah adalah meninggalkan segala

yang diharamkan Allah dan melaksanakan segala yang diwajibkan Allah. Barang

siapa yang setelah menunaikan hal itu dikaruni amal kebaikan maka itu adalah

kebaikan di atas kebaikan.

Termasuk dalam cakupan takwa, yaitu dengan membenarkan berbagai berita

yang datang dari Allah dan beribadah kepada Allah sesuai dengan tuntunan syari’at,

bukan dengan tata cara yang diada-adakan (baca: bid’ah). Ketakwaan kepada Allah

itu dituntut di setiap kondisi, di mana saja dan kapan saja. Maka hendaknya seorang

insan selalu bertakwa kepada Allah, baik ketika dalam keadaan

tersembunyi/sendirian atau ketika berada di tengah keramaian/di hadapan orang

(lihat Fath al-Qawiy al-Matin karya Syaikh Abdul Muhsin al-’Abbad hafizhahullah

2. Ruang lingkup Taqwa

1. Hubungan manusia dengan Allah SWT

2. Hubungan manusia dengan hati nuranui dan dirinya sendiri

3. Hubungan manusia dengan sesama manusia

4. Hubungan manusia dengan lingkungan hidup

Hubungan dengan Allah SWT

Page 3: Bahan Makalah Agama

Seorang yang bertaqwa (muttaqin) adalah seorang yang menghambakan

dirinya kepada Allah SWT dan selalu menjaga hubungan dengannya setiap saat

sehingga kita dapat menghindari dari kejahatan dan kemunkaran serta membuatnya

konsisten terhadap aturan-aturan Allah. Memelihara hubungan dengan Allah dimulai

dengan melaksanakan ibadah secara sunguh-sungguh dan ikhlas seperti mendirikan

shalat dengan khusyuk sehingga dapat memberikan warna dalam kehidupan kita,

melaksanakan puasa dengan ikhlas dapat melahirkan kesabaran dan pengendalian

diri, menunaikan zakat dapat mendatangkan sikap peduli dan menjauhkan kita dari

ketamakan. Dan hati yang dapat mendatangkan sikap persamaan, menjauhkan dari

takabur dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Segala perintah-perintah Allah

tersebut ditetapkannya bukan untuk kepentingan Allah sendiri melainkan

merupakan untuk keselamatan manusia.

Ketaqwaan kepada Allah dapat dilakukan dengan cara beriman kepada Allah

menurut cara-cara yang diajarkan-Nya melalui wahyu yang sengaja diturunkan-Nya

untuk menjadi petunjuk dan pedoman hidup manusia, seperti yang terdapat dalam

surat Ali-imran ayat 138 yang artinya:

“inilah (Al-quran) suatu ketenangan bagi manusia dan petunjuk serta pelajaran bagi

orang-orang yang bertaqwa “. (QS. Ali-imran 3:138)

manusia juga harus beribadah kepada Allah dengan menjalankan shalat lima waktu,

menunaikan zakat, berpuasa selama sebulan penuh dalam setahun, melakukan

ibadah haji sekali dalam seumur hidup, semua itu kita lakukan menurut ketentuan-

ketentuan yang telah ditetapkan-Nya. Sebagaihamba Allah sudah sepatutnya kita

bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan-Nya, bersabar dalam menerima

segala cobaan yang diberikan oleh Allah serta memohon ampun atas segala dosa

yang telah dilakukan.

Hubungan manusia dengan dirinya sendiri

Selain kita harus bertaqwa kepada Allah dan berhubungan baik dengan

sesama serta lingkungannya, manusia juga harus bisa menjaga hati

nuraninya dengan baik seperti yang telah dicontohkan oleh nabi Muhammad

SAW dengan sifatnya yang sabar, pemaaf, adil, ikhlas, berani, memegang

amanah, mawas diri dll. Selain itu manusia juga harus bisa mengendalikan

hawa nafsunya karena tak banyak diantara umat manusia yang tidak

dapat mengendalikan hawa nafsunya sehingga semasa hidupnya hanya

menjadi budak nafsu belaka seperti yang tertulis dalam Al-quran Surat Yusuf ayat 53

yang artinya:

“Dan aku tidak membebaskan diriku (berbuat kesalahan), sesungguhnya nafsu itu

menyuruh kepada kejahatan, kecuali siapa yang diberi rahmat oleh tuhanku.

Sesungguhnya tuhanku maha pengampum lagi maha penyayang”. (QS. Yusuf 12:53)

Maka dari itu umat manusia harus bertaqwa kepada Allah dan diri sendiri agar

mampu mengendalikan hawa nafsu tersebut. Ketaqawaan terhadap diri sendiri

dapat ditandai dengan ciri-ciri, antara lain :

1) Sabar

2) Tawaqal

Page 4: Bahan Makalah Agama

3) Syukur

4) Berani

Sebagai umat manusia kita harus bersikap sabar dalam menerima apa saja

yang datang kepada dirinya, baik perintah, larangan maupun musibah. Sabar dalam

menjalani segala perintah Allah karena dalam pelaksanaan perintah tersebut

terdapat upaya untuk mengendalikan diri agar perintah itu bisa dilaksanakan dengan

baik. Selain bersabar, manusia juga harus selalu berusaha dalam menjalankan

segala sesuatu dan menyerahkan hasilnya kepada Allah (tawaqal) karena umat

manusia hanya bisa berencana tetapi Allah yang menentukan, serta selalu bersyukur

atas apa yang telah diberikan Allah dan berani dalam menghadapi resiko dari

seemua perbuatan yang telah ditentukan.

Hubungan manusia dengan manusia

Agama islam mempunyai konsep-konsep dasar mengenai

kekeluargaan, kemasyarakatan, kebangasaan dll. Semua konsep tersebut

memberikan gambaran tentang ajaran-ajaran yang berhubungan dengan manusia

dengan manusia (hablum minannas) atau disebut pula sebagai ajaran

kemasyarakatan, manusia diciptakan oleh Allah terdiri dari laki-laki dan perempuan.

Mereka hidup berkelompok-kelompok, berbangsa-bangsa dan bernegara.

Mereka saling membutuhkan satu sama lain sehingga manusia dirsebut

sebagai makhluk social. Maka tak ada tempatnya diantara mereka

saling membanggakan dan menyombongkan diri., sebab kelebihan suatu kaum

tidak terletak pada kekuatannya, harkat dan martabatnya, ataupun dari

jenis kelaminnya karena bagaimanapun semua manusia sama derajatnya

dimata allah, yang membedakannya adalah ketaqwaannya. Artinya orang yang

paling bertaqwa adalah orang yang paling mulia disisi allah swt.

Hubungan dengan allah menjadi dasar bagi hubungan sesama

manusia. Hubungan antara manusia ini dapat dibina dan dipelihara antara lain

dengan mengembangkan cara dan gaya hidupnya yang selaras dengan nilai dan

norma agama, selain itu sikap taqwa juga tercemin dalam bentuk kesediaan

untuk menolong orang lain, melindungi yang lemah dan keberpihakan

pada kebenaran dan keadilan. Oleh karena itu orang yang bertaqwa akan

menjadi motor penggerak, gotong royong dan kerja sama dalam segala

bentuk kebaikan dan kebijakan.

Surat Al-baqarah ayat 177:

“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatukebajikan,

akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada allah, hari kemudian,

malaikat, kitab, nabi, danmemberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, anak

yatim, oaring miskin, musafir(yangmemerlukan pertolongan), dan orang-orangyang

meminta-minta, dan (merdekakanlah)hamba sahaya, mendirikan shalat

danmenunaikan zakat. Dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji

dan orang yang bersabar dalam kesempatan, penderitaan, dan dalam peperangan.

Merekaitulah orang yang benar(imannya)mereka itulah orang yang bertaqwa.

(Al- baqarah 2:177).

Page 5: Bahan Makalah Agama

Dijelaskan bahwa ciri-ciri orang bertaqwa ialah orang yang beriman kepada

Allah, hari kemudian, malaikat dan kitab Allah. Aspek tersebut merupakan dasar

keyakinan yang dimiliki orang yang bertaqwa dan dasar hubungan dengan Allah.

Selanjutnya Allan menggambarkan hubungankemanusiaan, yaitu mengeluarkan

harta dan orang-orang menepati janji. Dalam ayat ini Allah menggambarkan dengan

jelas dan indah, bukan saja karena aspek tenggang rasa terhadap sesama manusia

dijelaskan secara terurai, yaitu siapa saja yang mesti diberi tenggang rasa, tetapi

juga mengeluarkan harta diposisikan antar aspek keimanan dan shalat

Hubungan Manusia dan Lingkungan Hidup

Taqwa dapat di tampilkan dalam bentuk hubungan seseorang

dengan lingkungan hidupnya. Manusia yang bertakwa adalah manusia

yang memegang tugas kekhalifahannya di tengah alam, sebagai subjek

yang bertanggung jawab menggelola dan memelihara lingkungannya.

Sebagaipenggelola, manusia akan memanfaatkan alam untuk kesejahteraan

hidupnya didunia tanpa harus merusak lingkungan disekitar mereka. Alam dan

segala petensi yang ada didalamnya telah diciptakan Allah untuk diolah

dan dimanfaatkan menjadi barang jadi yang berguna bagi manusia.

Alam yang penuh dengan sumber daya ini mengharuskan manusia

untuk bekerja keras menggunakan tenaga dan pikirannya sehingga

dapat menghasilkan barang yang bermanfaat bagi manusia. Disamping itu,

manusia bertindak pula sebagai penjaga dan pemelihara lingkungan alam. Menjaga

lingkunan adalah memberikan perhatian dan kepedulian kepada lingkungan hidup

dengan saling memberikan manfaat. Manusia memanfaatkan lingkungan untuk

kesejahteraan hidupnya tanpa harus merusak dan merugikan lingkungan itu sendiri.

Orang yang bertaqwa adalah orang yang mampu menjaga lingkungan dengan

sebaik-baiknya. Ia dapat mengelola lingkungan sehingga dapat bermanfaat dan juga

memeliharanya agar tidak habis atau musnah. Fenomena kerusakan lingkungan

sekarang ini menunjukan bahwa manusia jauh dariketaqwaan. Mereka

mengeksploitasi alam tanpa mempedulikan apa yang akan terjadi pada lingkungan

itu sendiri dimasa depan sehingga mala petaka membayangi kehidupan manusia.

Contoh dari mala petaka itu adalah hutan yang dibabat habis oleh manusia

mengakibatkan bencana banjir dan erosi tanah sehingga terjadi longsor yang dapat

merugikan manusia.

Bagi orang yang bertaqwa, lingkungan alam adalah nikmat Allah yang harus

disyukuri dengan cara memenfaatkan dan memelihara lingkungan tersebut dengan

sebaik-baiknya. Disamping itu alam ini juga adalah amanat yang harus dipelihara

dan dirawat dengan baik. Mensyukuri nikmat Allahdengan cara ini akan menambah

kualitas nikmat yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Sebaliknya orang yang

tidak bersyukur terhadap nikmat Allah akan diberi azab yang sangat menyedihkan.

Azab Allah dalam kaitan ini adalah bencana alam akibat eksploitasi alam yang tanpa

batas karena kerusakan manusia.

B. Ciri- ciri Orang Bertaqwa

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah

Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka

Page 6: Bahan Makalah Agama

mendustakan (ayat-yat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan

perbuatannya. (QS.7:96)

Ciri- ciri Orang Taqwa Menurut Al-qur'an

A.     Surat al baqarah 2 - 5 :Al Kitab ini (Al Quran) adalah petunjuk buat orang

yang bertaqwa, dengan ciri sebagai berikut:

1.      Beriman pada yang ghaib

2.      Mendirikan salat

3.      Menafkahkan sebagaian rezeki yang ALlah kurniakan kepadanya

4.      Beriman kepada apa yang diturunkan kepadamu (Muhammad saw) dan sebelum

mu.

5.      Yakin kepada hari akhirat

Setiap manusia tak kira agama apapun memungkinkan untuk menjadi insan

yang taqwa, Mendirikan salat misalnya, Dalam bahasa melayu "salat" disebutnya

juga sembahyang.Setiap agama mengajarkan sembahyang, Hanya cara, metoda,

waktu dan tempat yang berbeda-beda.

B.     Surat Al baqarah 177, Mereka itulah orang-orang yang benar  dan mereka

itulah orang-orang yang bertaqwa dengan ciri-ciri sbb :

1.      Beriman kepada Allah(Tuhan YME),hari akhirat,malaikat-malaikat,kitab-kitab,nabi-

nabi

2.      Memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat,anak-anak yatim,orang-orang

miskin,musafir (orang dalam perjalanan),orang yang meminta-minta.

3.      Membebaskan perbudakan

4.      Mendirikan salat

5.      Menunaikan zakat

6.      Memenuhi janji bila berjanji

7.      Bersabar dalam dalam kesengsaraan,penderitaan dan dalam waktu peperangan.

C.     Surat Aali 'Imraan 133 - 135, "Dan bersegeralah kamu kepada ampunan

dari Tuhan mu dan surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang

disediakan bagi orang-orang yang bertaqwa, yaitu :

1.      Orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada waktu lapang maupun sempit

2.      Orang-orang yang menahan amarahnya

3.      Orang-orang yang memaafkan kesalahan orang lain

4.      Dan (juga) orang-orang yang apabila berbuat keji atau zalim terhadap dirinya,

mereka ingat kepada ALlah dan memohon ampun atas dosa-dosanya.

5.      Dan Mereka tidak meneruskan perbuatan kejinya itu.

BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Amal ibadah itu sama, ada yang lahir maupun yang batin adalah syariat. Kita

beramal dan bersyariat untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Untuk mendapat

Page 7: Bahan Makalah Agama

ridho, kasih sayang dan kekuasaan Allah. Untuk mendapat pemeliharaan,

perlindungan dan keselamatan dari Allah. Atau dengan kata lain, untuk mendapat

taqwa. Segala amalan itu untuk menambah taqwa. Kerana Allah hanya menerima

ibadah dari orang-orang yang bertaqwa. Allah hanya membela, membantu dan

melindungi orang-orang yang bertaqwa. Hanya orang-orang yang bertaqwa saja

yang akan selamat di sisi Allah Ta’ala.

Dari berbagai makna yang terkandung dalam taqwa, kedudukannya sangat

penting dalam agama islam dan kehidupan manusia karena taqwa adalah pokok dan

ukuran dari segala pekerjaan seorang muslim.

Taqwa tidak hanya berhubungan dengan Allah swt, tetapi juga berhubungan

dengan manusia dengan dirinya sendiri, antar sesama manusia, dan dengan

Lingkungan Hidup.

Islam dan Ilmu Pengetahuan

Perbincangan tentang Islam dan Ilmu pengetahuan menjadi perbincangan menarik. Islam sebagai

agama yang tidak diragukan kebenarannya tentu memuat beragam hal-hal yang memandu

manusia untuk menemukan kebenaran. Sebagai agama yang universal,  Islam dalam ajarannya

mencakup seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam konteks ajaran Islam, keseluruhan prilaku dan

tindakan dikategorikan sebagai sebuah bentuk credial (peribadatan) dan memperoleh pahala atas

perbuatan tersebut. Dalam ajaran Islam tak ada satupun yang luput dari jangkauan hukum dan

tatanannya.

Pengertian Ilmu dalam Islam

Dalam bahasa Arab, Ilmu berasal dari kata, alima – ya’lamu yang bermakna tahu atau

mengetahui. Ilmu merupakan pengetahuan mengenai segala sesuatu yang telah disusun secara

runtut dan merupakan satu kesatuan berdasarkan metode-metode tertentu yang dapat digunakan

untuk menjelaskan gejala-gejala dari objek (pengetahuan) itu.

Islam dan Ilmu Pengetahuan

Dalam sejarah munculnya ajaran Islam yang ditandai dengan turunnya Wahyu juga sesungguhnya

telah mengisyaratkan tentang keunggulan dan keutamaan setiap penerima wahyu untuk

mengedepankan Ilmu Pengetahuan. Sehingga pembicaraan tentang Islam dan Ilmu Pengetahuan

tak bisa dilepaskan dari pembicaraan al-Qur’an sebagai sumber hukum pokok dan sumber

kebenaran mutlak. Seperti pada QS. Iqra’ ayat 1 – 5 telah mengisyaratkan bagaimana pentingnya

“membaca” sebagai salah satu sumber Ilmu Pengetahuan. Dalam banyak ayat yang diturunkan

sesudahnya juga banyak memuat penjelasan tentang anjuran dan bahkan perintah kepada

manusia untuk menggunakan potensi berpikir, meneliti, dan belajar dengan tetap menjadikan al-

Quran sebagau ukuran mutlak dari kebenaran pengetahuan.

Dalam al-Qur’an (QS Ali Imran [3] : 190-191) disebutkan bahwa “Sesungguhnya dalam penciptaan

langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah)

bagi orang-orang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk

atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi

Page 8: Bahan Makalah Agama

(seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau ciptakan ini dengan sia-sia. Maha Suci Engkau,

maka peliharalah kami dari siksa neraka.”

Penjelasan tersebut diuraikan bahwa ayat-ayat bersumber dari fenomena, prinsip-prinsip dan

hukum alam), yang merupakan sumber pengetahuan bagi sispa saja yang berpikir. Hal tersebut

bisa dibaca, dipelajari, diamati dan direnungkan, melalui mata, telinga dan hati akan semakin

mempertebal pengetahuan, pengenalan, keyakinan dan keimanan kita kepada Allah

swt,. Kedudukan Ilmu dalam Islam

Kedudukan Ilmu pengetahuan dalam Islam menempati kedudukan tinggi dimana Al-Qur’an

memandang orang yang beriman dan berilmu pengetahuan berada pada posisi yang tinggi dan

mulia, dan juga ditegaskan dalam Hadits-hadits Nabi yang memuat anjuran dan dorongan untuk

menuntut ilmu. “Allah akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu

pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Mujadillah [58]: 11 ) Hal ini juga ditegaskan dalam beberapa

ayat dan hadits rasulullah saw sebagai berikut:

“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang

diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

(QS Mujaadilah [58] :11)

Rasulullah saw pun memerintahkan para orang tua agar mendidik anak-anaknya dengan sebaik

mungkin. “Didiklah anak-anakmu, karena mereka itu diciptakan buat menghadapi zaman yang

sama sekali lain dari zamanmu kini.” (Al-Hadits Nabi saw). “Menuntut ilmu itu diwajibkan bagi

setiap Muslimin, Sesungguhnya Allah mencintai para penuntut ilmu.” (Hadis Nabi saw).

Ayat ini menguraikan bagaimana kedudukan dari setiap umat manusia yang memiliki tingkat

keimanan yang tinggi yang dibarengi dengan Penguasaan terhadap ilmu pengetahuan. Tidak akan

beriman seseorang jika tidak memiliki pengetahuan dan sesungguhnya pengetahuan itu akan

melahirkan kemudharatan jika tidak dibarengi dengan kaar keimanan yang baik. Hal ini

memberikan indikasi bahwa sesungguhnya antara Islam dan Ilmu Pengetahuan adalah

maerupakan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain.