86
PEMERIKSAAN ANTIGEN NS1 DENGUE Posted on January 11, 2009  | 35 Comments PENDAHULUAN Demam dengue maupun penyakit lain akibat virus dengue merupakan penyakit akibat arbovirus yang endemik terutama di daerah tropik dan subtropik lainnya. WHO sendiri memperkirakan terdapat 50-100  juta kasus infeksi virus ini setia p tahun di seluruh dunia dan menghasilkan 24.000 kematian setiap tahunnya. Diagnosis penyakit ini adalah dari gejala klinis yang menunjukkan panas mendadak tinggi disertai dengan gejala-gejala lain yang tidak khas kadang menyerupai gejala flu biasa. Dari tanda klinis didapatkan nyeri mid epigastrik, hepatomegali dan mungkin terdapat tanda-tanda perdaraha n. Pemeriksaan laboratorium diperlukan untuk diagnosis maupun evaluasi hasil pengobatan. Saat ini terdapat beberapa teknik untuk mendeteksi infeksi virus dengue yaitu kultur dan isolasi virus, RT- PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction), serologi(IgM dan IgG anti Dengue) dan  pemeriksaan hematologi rutin. Isolasi virus atau P CR masih merupakan standar emas untuk mendeteksi virus dengue ini, tetapi terdapat keterbatasan untuk pemeriksaan ini terutama biaya, waktu dan teknik  pengerjannya. Pemeriksaan serologi I gM dan IgG antidengue y ang secara rutin dan r elatif mudah dikerjakan masih mempunyai keterbatasan yaitu ketidakmampuannya mendeteksi proses infeksi lebih awal. Saat ini terdapat terobosan pemeriksaan baru terhadap antigen nonstruktural-1 dengue (NS1)yang dapat mendeteksi virus dengue lebih awal. STRUKTUR GENOM DAN REPLIKASI VIRUS DENGUE Virus dengue merupakan virus RNA rantai tunggal, terdapat empat serotipe yang berbeda yaitu DEN1,DEN2,DEN3 dan DEN4 yang semuany a terdapat di Indonesia. Virus dengue memiliki genom 11 kb yang mengkode 10 macam protein virus yaitu tiga protein struktural (C/protein core, M/protein membrane, E/protein envelope)dan tujuh protein nonstruktural (NS1,NS2a,NS2b,NS3,NS4a,NS4b,NS5). Pada saat virus masuk ke sel melalui proses endositosis melalui reseptor,genom virus yang terdiri dari RNA rantai tunggal akan dilepaskan ke alam sitoplasma dan digunakan sebagai cetakan atau template untuk proses translasi menjadi prekursor protein yang lebih besar. Pemotongan pada bagian terminal dari  poliprotein ini oleh enzim- enzim sel inang(signala se,furin)akan mengha silkan protein-protein str uktural yang membentuk partikel virus berselubung. Poliprotein yang tersisa dibutuhkan untuk menghasilkan lebih  banyak virus yang na ntinya mengulang proses yang sama. Protein-protein nonstruktural virus tersebut diduga bersama-sama dengan protein-protein host yang belum diketahui, membentuk mesin replikasi didalam sitoplasma sel-sel yang terinfeksi yang mengkatalisis  peningkatan jumlah RNA. S ebagai contoh, NS3 da n NS5 mempuny ai aktivitas protease, helicase,polymer ase yang sangat berperan dalam proses replikasi. NS3 hanya akan aktif bila berikatan dengan NS2b yang mempunyai peran pada protein folding. RNA baru yang dihasilkan kemudian digunakan lagi untuk proses translasi dan menghasilkan kembali  protein-protein virus, unt uk sintesis lebih banyak RNA vir us atau untuk ankapsidasi ke dalam partikel virus. Pada akhirnya virion virion meninggalkan sel melalui proses eksositosis.

bahan NS1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 1/86

PEMERIKSAAN ANTIGEN NS1 DENGUEPosted on January 11, 2009 | 35 Comments 

PENDAHULUAN

Demam dengue maupun penyakit lain akibat virus dengue merupakan penyakit akibat arbovirus yang

endemik terutama di daerah tropik dan subtropik lainnya. WHO sendiri memperkirakan terdapat 50-100 juta kasus infeksi virus ini setiap tahun di seluruh dunia dan menghasilkan 24.000 kematian setiap

tahunnya.

Diagnosis penyakit ini adalah dari gejala klinis yang menunjukkan panas mendadak tinggi disertai dengan

gejala-gejala lain yang tidak khas kadang menyerupai gejala flu biasa. Dari tanda klinis didapatkan nyeri

mid epigastrik, hepatomegali dan mungkin terdapat tanda-tanda perdarahan. Pemeriksaan laboratorium

diperlukan untuk diagnosis maupun evaluasi hasil pengobatan.

Saat ini terdapat beberapa teknik untuk mendeteksi infeksi virus dengue yaitu kultur dan isolasi virus, RT-

PCR (Reverse Transcription Polymerase Chain Reaction), serologi(IgM dan IgG anti Dengue) dan

 pemeriksaan hematologi rutin. Isolasi virus atau PCR masih merupakan standar emas untuk mendeteksi

virus dengue ini, tetapi terdapat keterbatasan untuk pemeriksaan ini terutama biaya, waktu dan teknik 

 pengerjannya. Pemeriksaan serologi IgM dan IgG antidengue yang secara rutin dan relatif mudah

dikerjakan masih mempunyai keterbatasan yaitu ketidakmampuannya mendeteksi proses infeksi lebih

awal.

Saat ini terdapat terobosan pemeriksaan baru terhadap antigen nonstruktural-1 dengue (NS1)yang dapat

mendeteksi virus dengue lebih awal.

STRUKTUR GENOM DAN REPLIKASI VIRUS DENGUEVirus dengue merupakan virus RNA rantai tunggal, terdapat empat serotipe yang berbeda yaitu

DEN1,DEN2,DEN3 dan DEN4 yang semuanya terdapat di Indonesia. Virus dengue memiliki genom 11 kb

yang mengkode 10 macam protein virus yaitu tiga protein struktural (C/protein core, M/protein membrane,

E/protein envelope)dan tujuh protein nonstruktural (NS1,NS2a,NS2b,NS3,NS4a,NS4b,NS5).

Pada saat virus masuk ke sel melalui proses endositosis melalui reseptor,genom virus yang terdiri dari

RNA rantai tunggal akan dilepaskan ke alam sitoplasma dan digunakan sebagai cetakan atau template

untuk proses translasi menjadi prekursor protein yang lebih besar. Pemotongan pada bagian terminal dari

 poliprotein ini oleh enzim-enzim sel inang(signalase,furin)akan menghasilkan protein-protein struktural

yang membentuk partikel virus berselubung. Poliprotein yang tersisa dibutuhkan untuk menghasilkan lebih

 banyak virus yang nantinya mengulang proses yang sama.

Protein-protein nonstruktural virus tersebut diduga bersama-sama dengan protein-protein host yang belum

diketahui, membentuk mesin replikasi didalam sitoplasma sel-sel yang terinfeksi yang mengkatalisis

 peningkatan jumlah RNA. Sebagai contoh, NS3 dan NS5 mempunyai aktivitas protease,

helicase,polymerase yang sangat berperan dalam proses replikasi. NS3 hanya akan aktif bila berikatan

dengan NS2b yang mempunyai peran pada protein folding.

RNA baru yang dihasilkan kemudian digunakan lagi untuk proses translasi dan menghasilkan kembali

 protein-protein virus, untuk sintesis lebih banyak RNA virus atau untuk ankapsidasi kedalam partikel

virus. Pada akhirnya virion virion meninggalkan sel melalui proses eksositosis.

Page 2: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 2/86

PROTEIN NOSTRUKTURAL-1 DENGUE (NS1 DENGUE)

 NS1 adalah glikoprotein nonstrukturaldengan berat molekul 46-50 kD dan merupakan glikoprotein yang

sangat conserved. Pada awalnya NS1 digambarkan sebagai antigen Soluble Complement Fixing (SCF)

 pada kultur sel yang terinfeksi. NS1 diperlukan untuk kelangsungan hidup virus namun belum diketahui

aktivitas biologisnya. Dari bukti yang sudah ada menunjukkan bahwa NS1 terlibat dalam proses replikasi

virus. NS1 sendiri dihasilkan dalam 2 bentuk yaitu membran associated dan secreted form.

Selama infeksi sel, NS1 ditemukan berkaitan dengan organel-organel intrasel atau ditransfer melalui jalur 

sekresi ke permukaan sel (membran sitoplasma).

 Ns1 bukan bagian dari struktur virus tapi diekspresikan pada permukaan sel yang terinfeksi dan memiliki

determinan-determinan yang spesifik group dan tipenya.peran NS1 dalam imunopatogenesis juga telah

disampaikan berdasarkan temuan anti-SCF antibodies dalam serum pasien-pasien dengan infeksi sekunder 

tapi tidak pada infeksi primer. NS1 dengue disekresikan ke dalam system sirkulasi darah pada individu

yang terjangkit virus dengue dengan konsentrasi yang tinggi pada infeksi primer maupun sekunder selama

fase klinik sakit dan hari-hari pertama masa konvalesen (pemulihan).

HASIL PENELITIAN NS1 DENGUE

Dussart dkk melakukan penelitian terhadap 299 sampel serum dari pasien dengan penyakit dengue yang

terdiri dari 42 kasus DEN1. 43 kasus DEN2, 109 kasus DEN3, 49 kasus DEN4 dan56 tidak diketahui

serotipenya. Lima sampel serum fase akut onset hari ke 3-4, 51 fase konvalesen onset hari ke 5-10. Dussatr 

 juga menambahkan 50 sampel serum fase akut (hari 1-4) pasien yang mengalami dengue like syndrome

dan 20 sampel serum yellow fever.

Sampel serum yang terinfeksi dengue dibagi dua yaitu serum fase akut (hari 0-4) dan early convalescent

(hari ke 5-10). Semua sampel kemudian diperiksa MAC ELISA (IgM Antibody Captured ELISA) dan NS1

dengue.

Dari penelitian tersebut diperoleh hasil sensitivitas NS1 terhadap PCR sebesar 85% dan terhadap kultur 

virus 94,1%, dengan sensitivitas total terhadap semua jenis serotipe 88,7%. Sensitivitas pemeriksaan NS1

optimal hari ke 0-4, sementara pemeriksaan serologi dengan MAC ELISA sensitivitasnya hanya 8,6% pada

waktu tersebut. Spesivitas NS1 dengue diperoleh sebesar 100%. Kombinasi pemeriksaan NS1 dengue pada

fase akut dan MAC ELISA pada fase konvalesen akan meningkatkan sensitivitas dari 88,7% menjadi

91,9%.

Penelitian lain dilakukan oleh Kumarasamy dkk yang menggunakan sampel pasien yang sudah

dikonfirmasi dengan RT-PCR dan atau isolasi virus. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa

sensitivitas reagen komersial dengue NS1 antigen-capture ELISA untuk infeksi virus dengue akut sebesar 

93,4% dan spesivitasnya 100%. Sensitivitas untuk dengue primer sebesarakut sebesar 97,3 % dan untuk 

dengue akut sekunder sebesar 70%. Nilai ramal positif dan negatif masing-masing sebesar 100% dan

97,3%. Positive isolation rate isolasi vrus secara keseluruhan adalah sebesar 68% (73,9% untuk dengue

 pimer akut dan 31% untuk dengue sekunder akut) sedangkan positive detection rate RT-PCR secara

keseluruhan adalah 66,7% (65,2% untuk dengue primer akut dan 75,9% untuk dengue sekunder akut). Dari

hasil penelitian tersebut, Kumarasamy menyimpulkan bahwa reagen komersial dengue NS1 antigen-

Page 3: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 3/86

capture ELISA dapat lebih superior dibandingkan isolasi virus dan RT- PCR untuk diagnosis laboratorium

infeksi dengue akut berdasarkan sampel tunggal.

PENUTUP

Pemeriksaan dengue NS1 antigen dapat mendeteksi infeksi akut lebih awal dibandingkan pemeriksaan

antibodi dengue. Deteksi lebih awal adanya infeksi dengue ini sangat penting karena kita dapata

melakukan terapi suportif dan pemantauan pasien segera dan dapat mengurangi risiko komplikasi maupun

kematian.

 About these ads 

Share this:

  StumbleUpon 

  Google +1 

  Twitter  

  Email 

  Facebook 10 

 

Like this:

This entry was posted in health and tagged NS1 anti dengue, pemeriksaan dini demam berdarah. Bookmark 

the permalink. 

35 RESPONSES TO PEMERIKSAAN ANTIGEN NS1 DENGUE 

1.  robertusarian | February 9, 2009 at 03:46 | 

Kapan kita bisa memeriksa NS1 pada pasien dengan demam (hari keberapa dan apakah perlu

 pengulangan), dan apakah masih perlu pemeriksaan IgM dan IgG anti dengue? Salam!

2.  abidfahruddin | February 16, 2009 at 06:07 | 

maf nih, lama g online. ns1 karena yang diperiksakan adalah partikel virus dapat diperiksakan pada hari ke

0-4 dari mula munculnya panas. Pengulangan saya rasa tidak efektif lagi mengingat setelah hari ke 4 kadar 

dalam darah sudah menurun. Kalo pada hari ke 4-7 sudah saatnya dilakukan pemeriksaan lain yaitu

antibodi IgG/IgM dengue krn antibodi thd dengue sudah mulai terbentuk.tks

3.  arian | February 19, 2009 at 06:46 | 

Page 4: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 4/86

Terima kasih informasinya. Salam!

4.  herin | February 24, 2009 at 07:24 | 

ns-1 antigen apakah bisa bereaksi silang dengan penyakit lain

5.  cssd | March 5, 2009 at 14:36 | 

he..he… 

6.  abidfahruddin | March 6, 2009 at 06:42 | 

secara pasti saya masih belum menemukan jawaban pastinya. Tapi NS1 Antigen ini terdapat pada hampir 

semua jenis virus influenza. Jadi masih ada kemungkinan untuk terjadi reaksi silang.Saat ini kami sedang

meneliti kejadian false positif maupun false negatif ns1 di RS kami, moga2 masih bisa konsisten.

Terima kasih

7.  aji | April 14, 2009 at 04:28 | 

Apakah anda menemukan hasil positif palsu selain pada kasus DBD? mengingat resiko positif juga pada

virus2 RNA lain? Mohon penjelasan … 

8.  abidfahruddin | April 14, 2009 at 04:40 | 

dari pengalaman beberapa sejawat, kasus positif palsu seringkali bersamaan dengan kasus typhoid, tapi ini

 belum ada studi ilmiahnya. Yang sudah ada bukti bereaksi silang adalah virus japanese encephalitis.tks

9.  Zoen'S | May 6, 2009 at 18:38 | 

Istri saya stelah di cek darah di lab hasilnya NS-1 Positif, sementara trombosit 253.000, eritrosit kurang,

Hb kurang, leukosit terlalu banyak. Apa artinya?? (makasih)

10.  abidfahruddin | May 7, 2009 at 16:04 | 

Page 5: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 5/86

 NS! positif berarti istri bapak “hampir” pasti terkena infeksi virus dengue (penyebab Demam Berdarah),

meskipun beberapa virus spt Japanese encephalitis juga memberikan hasil yg positif pd pemeriks NS! ini

tetapi kasusnya sgt jarang di Indonesia. NS1 ini mrp deteksi dini jadi tidak perlu menunggu trombosit

rendah untuk penegakan diagnosis. Kalo melihat hasil lab yang lain, harus dikonfirmasi dg keluhan dan

tanda2 fisik di tubuh istri bpk. Krn ‘biasanya’ infeksi virus dengue kadar lekositnya cenderung rendah,

kecuali kalo ada infeksi oleh kuman lain… Pemeriks laborat hanyalah alat penunjang penegakan diagnosis,

wawancara dan pemeriks fisik oleh dr tetaplah yg utama.segera konsultasikan dg dr anda.semoga

membantu

11.  Ristiyanto DS | June 8, 2009 at 12:49 | 

Salam kenal..

Boleh gabung gak dengan milis NS1-nya?saya bukan sapa2, cuma karyawan salah satu perusahan yang

memasarkan produk Dengue NS1 yang dicombine dengan IgG/IgM.Bisa gak kasih saran bgmn

mengedukasi analis atau pun pihak-pihak terkait akan arti pentingnya NS1 dalam hal meminimalisasi

korban DBD?Thanx

12.  aris | June 12, 2009 at 08:28 | 

apakah NS1 setiap serotipe DEN1,DEN2,DEN3 dan DEN4 sama?

 jika protein NS1 dari serotipe DEN1 digunakan untuk diagnosis serotipe DEN1,DEN2,DEN3 dan DEN4apakah bisa?

yang membedakan antara dengue serotipe DEN1,DEN2,DEN3 dan DEN4 apanya?

13.  desi | June 21, 2009 at 06:59 | 

 jk NS1 + tp Ig G dan Ig M negatif apakah masih mungkin dengue?

14.  lisa | November 10, 2009 at 17:05 | 

Alo, saya hari minggu siang mulai mencret2(maaf) air, kurang lebih 5 kali sehari. Lalu malamnya saya

mulai demam. Hari senin pagi demam hilang, saya pergi bekerja. Sekitar jam 2 siang, badan saya lemas

sekali, perut mulas, kepala saya berat banget seperti melayang. Lalu saya pulang ke rumah dan suhu tubuh

saya mencapai 38.7^C. Lalu menurun sampai saya terkahir cek suhu 37.1 sekitar pukul 8 malam. Paginya

suhu tubuh saya masih di 37.3. Lalu siang, demam saya menghilang sampai malam. Saya telah cek NS1

tadi pagi dan hasil negatif. Apa saya harus cek ulang atau apa ada saran lain yg harus saya perhatikan? Thx

ya..

Page 6: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 6/86

15.  abidfahruddin | November 25, 2009 at 12:46 | 

Saya rasa kasus anda bukanlah kasus DBD, pemeriksaan NS1 untuk anda sebenarnya belum perlu, jadi

tidak perlu mengulang pemeriksaannya. Justru kecenderungan sumber panasnya berasal dari mencretnya.

Semoga membantu

16.  rizal | January 6, 2010 at 06:42 | 

hasil pemeriksaan NS-1 hari ke-3 pada pasien saya positif dengan trombosit 195.000, namun di hari ke-5

trombosit masih 178.000. Mohon masukan dan terima kasih

17.  abidfahruddin | January 7, 2010 at 05:18 | 

kalo gejala klinis dan pemeriksaan fisiknya mendukung, saya rasa ini Dengue Fever. Banyak kasus di

tempat saya yang tidak diikuti dengan penurunan trombosit, tapi tetap harus waspada dengan evaluasi

hematokrit dan Hb untuk mengetahui ada tidaknya plasma leakage. Tks

18.  laila | February 21, 2010 at 15:46 | 

 bagi literatur donk mas mengenai NS 1.Saya lagi penelitian nih….ada nggak..makasih ya 

19.  Rina | March 5, 2010 at 08:01 | 

Anak saya umur 10 tahun tgl. 2 Maret sekitar jam 3 sore demam, malamnya saya kasih obat penurun

demam. Untuk amannya Rabu pagi saya bawa ke dokter specialis anak, dan dites darahnya dg hasil

trombosit 183.000 dan DBnya negatif. Hari itu dokter menyarankan agar anak saya dirawat inap dan

selama hari rabu mengalami 3 kali demam sampai 39.7C. Hari Kamis suhunya berkisar 37-37,5C. Jum‟at

36.6C dan tes darah menunjukan trombositnya 211.000 dan tidak ditest denguenya, menurut perawat test

dengue hari Minggu. Jadi sebenarnya anak saya itu sakit apa ya?

20.  m3ltha | March 6, 2010 at 15:44 | 

 boleh th rfrensi anda membuat artikel ini??

terlebih utk apa itu protein struktural dan hasil penelitianny… 

Page 7: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 7/86

terima kasihhh

^^

21.  aris | March 30, 2010 at 02:33 | 

 protein struktural ada 3 (C/protein core, M/protein membrane, E/protein envelope)

 protein struktural untuk membentuk “body” dari virus. 

di Indonesia sudah ada beberapa yang meneliti protein E (envelope) rekombinant yang digunakan untuk 

diagnosis dengue.

 bergabung bersama kami di [email protected]

22.  abidfahruddin | March 31, 2010 at 05:54 | 

tks mas aris

23.  evi | September 20, 2010 at 23:26 | 

minta saeannya, kalo panas selama 2 hari & dihari ke3 menjad panas dingin tapi ditest trombosit normal

apa perlu dilakukan test NS1… 

terimaksaih

24.  abidfahruddin | September 21, 2010 at 18:56 | 

 perlu bu, tapi hasil negatif belum menyingkirkan kasus DBD.

25.  Indra | September 25, 2010 at 12:43 | 

Terimakasih atas infonya yg berharga, mau nanya dan butuh jawaban cito ni. Anak saya panas dan pada tgl

26 sudah hr keempat. sebaiknya periksa NS1 atau IgG IgM anti dengue, dan akurasinya lebih kuat mana?

26.  farrah | October 6, 2010 at 19:57 | 

Page 8: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 8/86

Maaf dok….setelah saya baca2 komen komen diatas saya menarik kesimpulan kalau sebenarnya

 pemeriksaan NS1 masih blm bisa menegaskan kalau pasien terdiagnosis DHF….jadi pemeriksaan

Antibodi dan pemeriksaan lain masih diperlukan…… 

kalau begitu Cost yg dikeluarkan pasien akan lebih besar dong….. 

27.  Ida sari | June 26, 2011 at 02:03 | 

Mbak saya tanya, kemaren saya demam badan saya rasanya ngilu semua, saya tidak ada gejala mau flu,

cuma panas aja. Setelah saya cek di lab hasilnya anti dangue IGM saya positif tetapi anti dangue IGG

negatif maksudnya apa tuh mbak?

28.  abidfahruddin | June 30, 2011 at 07:36 | 

sedang terkena DBD

29.  pradini | July 26, 2011 at 06:30 | 

 NS1 tidak untuk membedakan serotipe. Hanya bermanfaat untuk mendeteksi apakah ada protein NS1 yang

merupakan komponen virus dengue sehingga bisa menunjukkan apakah seseorang terserang infeksi dengue

atau tidak. Pemeriksaan ini paling tinggi nilai gunanya pada hari ke-2 demam dimana mencapai 90%

akurat, mulai hari ke-3 demam nilai gunanya akan semakin menurun.

Kalau untuk membedakan DBD dan Demam Dengue biasa tidak bisa dengan NS1. Bisa dengan

menggunakan pemeriksaan dengue blood dimana hasil pemeriksaannya nanti adalah IgG dan IgM

(antibodi) terhadap dengue.

Demam dengue terjadi pada infeksi pertama tubuh oleh dengue dimana tubuh diserang oleh 1 serotipe.

DBD terjadi bila orang yang sebelumnya pernah terinfeksi oleh 1 serotipe dengue tertentu lalu terserang

infeksi lagi namun oleh serotipe dengue yang berbeda.

IgM akan terbentuk mulai dari demam hari ke-4 sedangkan IgG mulai demam hari ke-14. Pada demam

dengue dimana pasien baru terserang oleh 1 serotipe virus saja maka pemeriksaan pada hari ke-4 akan

memunculkan hasil IgM yang positif tapi IgG negatif. Sedangkan pada DBD dimana pasien sudah

terserang oleh 2 serotipe yang berbeda (kalau tertarik silakan baca teori secondary infection) maka IgM

dan IgG keduanya akan memberikan nilai positif. Namun yang perlu dicatat disini, IgG yang positif di

Page 9: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 9/86

demam hari ke-4 pada DBD bukanlah merupakan antibodi untuk serotipe virus yang sedang menginfeksi

saat ini, namun merupakan antibodi yang sudah dimiliki oleh tubuh terhadap serotipe lain yang berbeda

yang disebabkan oleh karena sebelumnya pasien sudah pernah terserang oleh dengue namun dari serotipe

yang berbeda. Jadi disini terdapat kesalahan di sistem imun kita, salah menganggap bahwa sekarang kita

terserang oleh serotipe yang sama dengan serotipe dengue yang sebelumnya pernah menyerang kita.

Sebagai akibatnya, walaupun sudah ada antibodi IgGnya namun tetap tidak bisa membunuh virus dan virus

tetap bereplikasi, karena merupakan IgG dari serotipe yang berbeda. Hal ini disebabkan ke-4 serotipe

dengue sangat mirip sehingga sulit dibedakan.

 Namun untuk membedakan Demam Dengue dan DBD sebenarnya cukup dengan melihat angka trombosit

dan hematokrit dari pemeriksaan darah rutin. Dimana pada DBD akan terjadi penurunan trombosit dan

 peningkatan hematokrit. Pada Demam dengue tidak ada penurunan hematokrit, dan penurunan trombosit

kalaupun ada tidak akan setajam pada DBD dan jarang sampai di bawah 100.000

Salam, semoga bermanfaat.

Page 10: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 10/86

 

ANTARA NS1 Ag DENGUE DAN IgG/IgM DENGUEPosted on April 20, 2010 | 30 Comments 

Kasus demam berdarah saat ini kembali meningkat kasusnya di berbagai daerah. Problem

yang berulang setiap tahun ini selalu menimbulkan angka kematian dan kesakitan yang tinggi

di masyarakat. Kegiatan pencegahan melalui berbagai kegiatan sampai saat ini masih belum

memberikan hasil yang signifikan. Program pemberantasan jentik nyamuk, pengelolaan

lingkungan yang baik, pengasapan dan abatisasi masih menjadi tumpuan dalam program

 pemberantasan demam berdarah ini.

Masalah lain yang muncul adalah deteksi dini untuk mengetahui apakah saat ini seseorang

sedang atau pernah terkena infeksi virus dengue. Hal ini dipersulit dengan gejala infeksi virus

dengue yang seperti sakit panas atau batuk pilek biasa. Gejala spesifik dari infeksi ini juga

hampir tidak ada. Bervariasinya jenis dan serotipe dari virus dengue dengan manifestasi

klinis yang juga bervariasi membuat semakin sulitnya melakukan deteksi dini penyakit

dengue ini.

Pemeriksaan laboratorium sebagai salah satu penunjang dalam penegakan diagnosis infeksi

virus dengue juga telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Mulai dengan

 pemeriksaan isolasi virus dengue, pemeriksaan PCR dengue, hingga pemeriksaan cepat

seperti IgG/IgM Dengue dan yang terbaru NS1 Ag Dengue. Masing-masing mempunyai

kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Saat ini yang menjadi pilihan adalah IgG/IgM

Dengue dan NS1 Ag Dengue karena akurasinya yang bagus, kecepatan selesai hasil yangcepat, mudahnya cara pemakaian serta biaya yang relatif murah dibanding pemeriksaan yang

Page 11: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 11/86

lain.

Mengingat jumlah kasus kematian akibat infeksi virus dengue, maka pemeriksaan cepat atau

rapid test ini sangat membantu tenaga medis dalam menegakkan diagnosis dengue. IgG/IgM

Dengue adalah rapid test yang muncul lebih dulu dibanding NS1 Ag Dengue, pemeriksaan inimendeteksi adanya antibodi terhadap virus dengue. Ada dua antibodi yang dideteksi yaitu

Imunoglobulin G dan Imunoglobulin M, dua jenis antibodi ini muncul sebagai respon tubuh

terhadap masuknya virus ke dalam tubuh penderita. Imunoglobulin G akan muncul sekitar 

hari ke-4 dari awal infeksi dan akan bertahan hingga enam bulan pasca infeksi. Atas dasr hal

diatas maka antibodi ini menunjukkan kalau seseorang pernah terserang infeksi virus dengue,

setidaknya dalam enam bulan terakhir.

Imunoglobulin M juga diproduksi sekitar hari ke-4 dari infeksi dengue, tetapi antibodi jenis

ini lebih cepat hilang dari tubuh. Adanya Imunoglobulin M dalam tubuh seseorang

menandakan adanya infeksi akut dengue atau dengan kata lain menunjukkan kalau penderita

sedang terkena infeksi virus dengue. Sensitivitas dan spesifitas pemeriksaan ini cukup tinggi

dalam menentukan adanya infeksi virus dengue.

Pemeriksaan IgG/IgM anti dengue meskipun cukup baik dalam mendeteksi adanya infeksi

virus dengue dalam tubuh seseorang tapi masih memiliki kekurangan dalam mendeteksi virus

dengue secara dini. Karena yang diperiksa adalah antibodi terhadap virus dengue dan

antibodi baru muncul hari keempat pasca infeksi, maka pemeriksaan ini seringkali tidak dapat

mendeteksi infeksi virus dengue pada penderita yang mengalami gejala panas hari ke-0

hingga hari ke-4.Nah baru-baru ini telah ditemukan rapid test yang mendeteksi adanya

antigen dari protein struktural virus dengue. Untuk mempertahankan hidup, virus dengue

memerlukan dukungan dari protein yang mempertahankan tubuhnya, terutama untuk 

membantu masuk dalam sel inang. Protein ini disebut sebagai protein struktural yang

 berfungsi sebagai enzim dan katalis dalam upaya virus mempertahankan hidupnya.

Pemeriksaan NS1 Ag yang berarti nonstruktural 1 antigen adalah pemeriksaan yang

mendeteksi bagian tubuh virus dengue sendiri. Karena mendeteksi bagian tubuh virus dan

tidak menunggu respon tubuh terhadap infeksi maka pemeriksaan ini dilakukan paling baik 

saat panas hari ke-0 hingga hari ke -4, karena itulah pemeriksaan ini dapat mendeteksi infeksi

virus dengue bahkan sebelum terjadi penurunan trombosit. Setelah hari keempat kadar NS1

antigen ini mulai menurun dan akan hilang setelah hari ke-9 infeksi. Angka sensitivitas dan

spesifisitasnya pun juga tinggi. Bila ada hasil NS1 yang positif menunjukkan kalau seseorang

„hampir pasti‟ ter kena infeksi virus dengue. Sedangkan kalau hasil NS1 Ag dengue

menunjukkan hasil negatif tidak menghilangkan kemungkinan infeksi virus dengue dan

Page 12: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 12/86

masih perlu dilakukan observasi serta pemeriksaan lanjutan. Ini terjadi karena untuk 

mendeteksi virus dengue diperlukan kadar yang cukup dari jumlah virus dengue yang

 beredar, sedangkan pada fase awal mungkin belum terbentuk cukup banyak virus dengue

tetapi apabila pengambilan dilakukan setelah munculnya antibodi maka kadar virus dengue juga akan turun.

Disinilah diperlukan ketepatan dalam pemilihan waktu dan jenis pemeriksaan. Apabila panas

masih awal pilihan pemeriksaannya adalah NS1 Ag Dengue tetapi apabila sudah melewati

hari ke-4 panas maka pilihannya adalah pemeriksaan IgG/IgM Dengue. Terkadanhg kedua

 pemeriksaan ini dilakukan bersamaan terutama saat waktu borderline atau hari ke-3 hingga

hari ke-5 panas. Jadi apabila ada gejala demam berdarah seperti panas tinggi, kedua

 pemeriksaan tadi dapat dilakukan disamping pemeriksaan standar seperti pemeriksaan darah

lengkap untuk melihat kadar trombosit. Semoga membantu !.

 About these ads 

Share this:

  StumbleUpon 

  Google +1 

 Twitter  

  Email 

  Facebook 10 

 

Like this:

This entry was posted in health. Bookmark the permalink. 

30 RESPONSES TO ANTARA NS1 AG DENGUE DAN IGG/IGM DENGUE 

1.  Christian Triwibowo | June 22, 2010 at 09:01 | 

Anak pertama saya pada tgl 18 Juni 2010 hari jumat malam sabtu mengalami demam,

kebetulan masih ada obat racikan turun panas (10 hr sebelumnya kena gejala flu,mbeler dan

dikasih antibiotik serta puyer turun panas yg diminumkan jika masih demam) akan tetapi

setelah diminumkan hingga hari senin panas nya seperti yoyo.. jika efek obat habis panas

lagi.. senin sore saya bawa ke dokter sekalian minta test darah lengkap termasuk Direct test &

widal dan hasil test Darah lengkap semua masih di rata rata normal, Widal (O;H;A;B)

Page 13: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 13/86

 Negatif ,

Igm Anti DHF Negatif akan tetapi IgM Anti DHF (Direct Test) POSITIF.. Saya bawa lg ke

dokter katanya Alert..secara intensif.. jika muncul gejala- gejala : Perut kembung, Kebiru-

 biruan pada ujung jari,hibung, bibir. Dingin pada kaki.. segera bawa ke Rumah sakit.. smpdetik ini saya masih tetep pantau.. kondisi anak saya .. berkeringat dingin, perut kembung…

saya masih bingung harus langsung bawa ke RS untuk rawat intensif?

2.  abidfahruddin | June 25, 2010 at 21:45 | 

sebaiknya dibawa langsung ke RS untuk opname, direct test biasanya dilakukan dengan

memakai stik sehingga hasil bisa langsung diketahui. Hasilnya biasanya tidak berbeda denganmetode yang lain misalnya ELISA. Bagaimanapun pemeriksaan lab adalah pemeriksaan

 penunjang, kondisi klinis tetap yang jadi acuan.

3.  Yusuf K  | July 13, 2010 at 08:24 | 

sblmnya sy ucapkan trimakasih atas postingan mas abid. sy hr ini mndpt hasil Lab atas

 pemeriksaan darah anak saya. kesimpulan hasil : tes IgG dan IgM anti denguenya positif, dan

trombosit 200rb. mlm ini jg sdh dirawat inap di RS. gejala panas awal hari sabtu tgl 10/07/10

sampel tes diambil selasa 13/07/10. apakah sudah benar langkah yg sy lakukan dan setelah

dirawat s.d hari ke brp yg baik utk melakukan tes lg.

4.  abidfahruddin | July 13, 2010 at 16:01 | 

Alhamd klo berguna. Langkahnya sudah benar, tapi menurut saya pada hari ketiga panas

adalah saat terbaik untuk pemeriksaan lab dengue.Ini untuk menghindari kondisi syok yang

 biasa muncul antara hr ke-4-7 panas. Tes ulang untuk melihat kadar trombosit bisa dilakukan

harian, untuk IgG/Igm tidak perlu diulang lagi krn IgG akan bertahan hingga 6 bulan dan Igm

lebih cepat lagi.Tks

5.  rina | August 14, 2010 at 22:06 | 

Page 14: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 14/86

Dear mas abid,

Thank u bgt u/ postingnya yg sangat berguna!

Ada hal yg mau saya tanyakan..

Dihari puasa pertama stelah berbuka saya merasa sakit kepala yg amat sangat tapi saya cobahiraukan karena saya pikir bdn masih beradaptasi dgn aktivitas puasa tapi malam harinya

 badan mulai panas dgn temp 37.5 dan disertai oleh rasa nyeri luar biasa disekujur tubuh

terutama dibagian punggung bagian pinggang tepatnya. keesokan harinya (hari ke dua)

disiang hari suhu tubuh meningkat menjadi 38.6 dan masih disertai oleh rasa nyeri tubuh

sepanjang hari. Tenggorokan, mata, dan kuping saya terasa sangat panas sehingga saya

dianjurkan orang dirumah untuk meminum larutan penyegar karena takutnya panas dalam.

Dihari ke tiga, panas sudah mulai turun dan badan sudah tidak lagi nyeri namun pada hari ini

saya mulai terserang diare, perut kembung, mual luar biasa, dan kehilangan napsu makan

walaupun merasa lapar. Pada hari ini juga bola mata saya terasa sakit jika digerakkan

kekanan-kiri. Karena takut terjangkit DBD maka dimalam hari ke tiga ini saya menjalani tes

darah lengkap + NS 1 antigen atas anjuran dokter yg bertugas dilaboratorium klinik tersebut.

Hasilnya adalah trombosit saya berada pd jumlah 252.000, eritrosit 6.27 (diberi lambang *),

hematokrit 39.8 (diberi lambang *), lekosit 8.930, serta NS 1 antigen negatif.

Dokter mengatakan bahwa kemungkinan terjangkit DBD sudah dapat disingkirkan, dan

dokter menjelaskan bahwa kemungkinan bsr ini adalah gangguan lambung (bbrp tahun yg

lalu saya pernah sakit maag namun jarang sekali kambuh), dan bahwa saya mengalami

anemia (mcv 63.5, mch 19.0, mchc 30.0) sehingga hanya diminta untuk makan makanan yg

mengandung zat besi saja.

 Namun, sampai hari ini (hari ke lima) walaupun badan sudah tidak demam dan tidak nyeri,

saya masih mengalami diare, mual, perut kembung, keluar keringat dingin setiap sedang tidur 

sehingga harus ganti baju berkali-kali, kehilangan napsu maka, dan bola mata saya masih

agak sakit apabila digerakkan walaupun tidak sesakit waktu hari ke tiga.

Pertanyaan saya adalah apakah saya masih perlu mencemaskan kemungkinan terjangkit

DBD? Karena simptom2 yang saya rasakan mirip sekali dengan penderita DBD walaupun NS

1 antigen saya dinyatakan negatif. Mohon bantuan sarannya dan saya ucapkan terima kasih

 banyak atas perhatiannya..sekian

6.  abidfahruddin | August 16, 2010 at 05:20 | 

Page 15: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 15/86

Thanks mbak rina, secara umum diagnosis DBD ditegakkan berdasarkan wawancara

mengenai keluhan pasien, pemeriksaan fisik oleh dokter dan pemeriksaan penunjang baik lab

maupun rontgen. Dari wawancara biasanya dikeluhkan panas mendadak tinggi, nyeri pada

 persendian dan belakang mata, nyeri perut kanan atas dan bisa disertai gejala seperti flu.Dokter akan mencari adakah tanda dari DBD seperti bercak merah dengan membendung

lengan (tes rumple leed),pembesaran dari liver.dsb. Dari lab disamping darah lengkap juga

diperiksa NS1 atau IgG/M Dengue. NS1 negatif belum menyinkirkan DBD karena sangat

tergantung hari periksa, sedangkan bila NS1 positif dapat dipastikan sedang menderita DBD.

Menurut saya lebih baik anda cek ulang Darah lengkap, IgG/M dengue dan widal atau IgM

Salmonella untuk melihat adanya kemungkinan sakit thypus (Ada gejala pencernaan sbg

salah satu diagnosis banding DBD). Diagnosis banding yang lain adalah campak atau morbili

(diketahui dari anamnesa dan pemx fisik) dan penyakit krn virus lain. Kasus Maag atau

gastritis jarang disertai dengan panas kecuali ada dehidrasi. Segera periksakan ke dokter 

anda. Mohon maaf saya baru online, semoga membantu.

7.  timmysuputra | October 28, 2010 at 21:36 | 

trims infonya,,,

8.  deana | November 4, 2010 at 06:34 | 

salam, mas abid. bapak mertua saya 2 hari demam sampai ga bisa tidur. ada lemes. hari ke 3

kami bawa ke dokter, kemudian disarankan u pemeriksaan darah. trombosit 94000. maka sore

itu langsung dirawat. hari ke 4 trombosit 50rb. hari ke 5 trombosit 25000. hari ke 6 trombosit

21000 leukosit ada kenaikan. pada hari ke 5 menjalani test IgG/M hasilnya negatif. kemudian

 pada hari ke 6 menjalani test NS-1. baru besok hasilnya keluar. apakah mungkin DB tapi

hasil igG/M negatif? mohon penjelasannya, mas. kami khawatir ada penyakit lain. terima

kasih banyak u informasinya.

9.  abidfahruddin | November 5, 2010 at 00:41 | 

Sangat mungkin apalagi pada orang tua. Karena yang diperiksa adalah sistem anibodi

tubuh,sehingga pada ortu atau org dg daya tahan tubuh rendah hasilnya bisa negatif.

Page 16: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 16/86

Pemeriksaan dokter dan gejala klinis tetap yang utama.Jangan hanya mengandalkan hasil lab

yang mrp penunjang pemeriksaan> semoga berguna

10.  yeni | November 13, 2010 at 03:32 | 

assalamualaikum mas,,trimakasih postingan nya sangat berguna tuk bahan penelitian saya,

namun konsep tgg RDT bagaimana ya mas..punya bahan referensi??

trimaksih ^_^

11.  nanny | January 4, 2011 at 21:42 | 

salam, anak saya ke -2 berusia 1 tahun 8 bln terkena panas yang disertai batuk pilek & tidak 

mau makan, setelah 4 hari panas nya turun naik, saya bawa ke dr anak & disarankan dicek 

darah. hasil testnya Igm Anti DHF Negatif akan tetapi IgM Anti DHF (Direct Test) POSITIF.

karena tidak ada biaya saya tanya hasilnya di dr Umum UGD, hasilnya positif Typus & harus

dirawat. Anak saya saya bawa pulang & saya kasih cacing tanah buatan sendiri, hasilnya

 panas langsung turun & tidak naik lagi. tapi saya perhatikan setiap sore kaki anak saya pada

dingin, saya cuma bisa kasih m.kayu putih…Apakah anak saya sudah bisa dikatakan

sembuh? Mohon bantuannya. trimakasih

12.  Abdullah | May 7, 2011 at 23:38 | 

mas mau tanya..gimana dengan IgA dengue? karna baru2 ini saudara saya sakit panas ,hari ke

3 saya bawa ke RS, dan di cek di lab hanya IgA dengue dan hasilnya positive….lalu di rawat

,tapi kalau saya lihat kondisinya tidak terlalu parah, dan akhirnya hanya 1 hari dirawat saya

 bawa pulang lagi, dan alhamdulillah sampe skrg sehat wal afiat…gimana menurut mas abid??

ko sodara saya tidak di check NS1 atau IgG/igM??

mohon penjelasannya… 

13.  abidfahruddin | June 30, 2011 at 07:37 | 

Ada yg bisa bantu,saya belum pernah dengar….. 

Page 17: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 17/86

14.  nawiazky | January 8, 2012 at 22:06 | 

ANak saya 1,5 tahun hari Rabu malam tgl 4 /01/ mulai panas besoknya dibawa ke dokter 

kemungkinan ISPA dengan indikasi adanya radang tenggorok, tapi belum ada indikasi pilek 

dan batuk.

Hari Sabtu demam juga masih muncul demamnya naik turun hingga mencapai > 39 C

hari Sabtu saya cek darah:

anti NS1 negatif;

iGG dan IgM positip (memang 6 bulan lalu anak saya dirawat demam berdarah) tapi haduhhh

anak bayi dirawat dan diinfus yg sakit hampir seluruh keluarga deh..

Trombosit 157 000Dokter mendiagnosa kemungkinan Chikungunya

nah hari ini diperiksa kembali trombosit 147.000

kira2 ada advise ngga yah dari teman2 disini thanks ya

15.  abidfahruddin | January 9, 2012 at 07:22 | 

Turut sedih juga mas, semoga adek cepet sembuh. Saya rasa masih perlu diikuti terus dengan pemeriksaan darah rutin, kadar hemoglobin dan hematokrit/Pcv yg meningkat menunjukkan

adanya kehilangan cairan. Apabila naik kemungkinan demam berdarah. Kriteria diagnosis

demam berdarah sendiri bisa dilihat di website WHO. Yg sabar ya mas….. 

16.  lina | January 10, 2012 at 02:09 | 

mau tanya nih mas….minggu tgl 1jan anak pertama saya panas,panasnya naik turun,sampai

kamis tgl 5 jan tes lab dan hasil ns1 positif,tp trombosit masih 190rb,lsg disuruh rawat

inap,padahal kondisi anak saya hanya lemas tp tidak terlihat parah…saat anak pertama 

opname,anak kedua saya panas jumat malam tgl 6jan,sabtu k dr dan selasa ini djadwalkan tes

darahnya…krn sesuatu hal,selasa ini saya konsul ulang k dr yg lebih senior,tp jawaban dr tsb

malah tidak menganjurkan tes darah dan menurutnya walaupub ns1 positif selama trombosit

masih bagus tidak perlu opname,kondisi anak kedua saya sangat mirip dengan kakaknya saat

sakit kmrn…saya bingung jadinya…sebenarnya mana pendapat dari dua dokter ini yg

 benar?tks banyak 

Page 18: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 18/86

17.  abidfahruddin | January 13, 2012 at 17:07 | 

Indikasi opname tidak berdasarkan kadar trombosit, tetapi lebih kepada gejala klinisnya.

Apakah ada nyeri perut, muntah sering, perdarahan spt mimisen (warning sign)dsb. Klo

kondisi masih bagus tidak ada „warning sign „ bisa rawat jalan. Mengenai warning sign lebih

lengkap bisa donlot di situs who. Tks

18.  Athaya Dzikra Rinjani | February 21, 2012 at 10:58 | 

Makasih info nya mas Abid… klo boleh tahu, ciri atau prosedur sama keakuratan NS-1 ini

gimana? Takutnya dokter nya “aneh-aneh”… maklum pernah pengalaman ketemu dokter 

kaya gitu mas… 

19.  abidfahruddin | February 21, 2012 at 18:42 | 

 Ns1Ag dibuat utk deteksi dini infeksi virus dengue, karena dia memeriksa bagian tubuh dari

virus dengue. Krn itu sangat baik diperiksa saat panas hari ke 0-4. Sensitivitas (kemampuan

alat mendeteksi Antigen virus) sekitar 77%, sedangkan spesifitas nya(kemampuan alat

membedakan virus dengue dg nfeksi atau bahan lain) mencapai 98%. Artinya ketika hasil

 NS1Ag dengue positif,kemungkinan besar terkena virus dengue(98%). Tp bila negatif belum

menyingkirkan diagnosis dengue (sensitivitas nya 77%).

20.  EKO | September 20, 2012 at 23:50 | 

 NS 1 boleh juga tuk mendeteksi secara dini, tp secara pastinya dilihat darah

rutinya(hb,ht,lko,trombo) dan pemeriksaan limfosit plasma biru dari spesimen.

21.  m.nasir abdullah | December 2, 2012 at 06:37 | 

Mau tanya mas,,bener ngga sih dengue Ns1 itu adlah virus dbd ganas,,,,masalahnya saya

 bawa anak saya ke dokter,,lalu dokter menyarankan u/tes lab,,nah ternyta hasilnya dengue

ns1nya positif tp trombositnya masih 187rb,,saya telp ke dokternya u/konfirmasi atas hasil

Page 19: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 19/86

lab,,dokter menyarankan u/segera opname krna itu katanya dbd yg ganas,,nah saya bingung

 bener ngga sih itu dbd ganas atau cuma pemeriksaan u/hasil yg akurat aja,,tq y mas

22.  abidfahruddin | December 4, 2012 at 06:37 | 

 Ns1 adl bag struktur virus dengue, tidak menggambarkan serotipe dri virus dengue, klo tau

serotipe virus dengue ini bisa diperkirakan prognosinya akan kemana,memberat / ganas atau

ringan2 saja.PEMERIKSAAN NS1 ini mendeteksi adanya “infeksi virus dengue ” tersebut

lwt deteksi thd struktur/bagian tubuh virus dengue tsb. NS 1 positif pun hanyalah salah satu

kriteria utk mendx demam berdarah. Yg perlu dibedakan adl adanya infeksi virus dengue

 belum tentu memberikan gejala demam berdarah, kadang2 hanya seperti flu saja. Utk kriteriademam berdarah,bisa di cek di situs WHO

23.  hervina | December 31, 2012 at 03:34 | 

Kalau NS1Ag hasilnya negatif dan hasil trombosit dibawah normal apakah itu termasuk 

infeksi virus dengue? Dan apa perlu pemeriksaan lebih lanjut? Kalau iya, pemeriksaan apa?

Terimakasih..

24.  abidfahruddin | January 1, 2013 at 18:55 | 

Hasil neg NS1 tak bisa menyingkirkan adanya infeksi virus dengue, krn kadar NS1 makin

hari makin rendah. Biasanya dokter akan mengevaluasi kondisi klinis px,melihat adanya

 peningkatan kadar Hb,hematokritnya. Juga pemx tambahan misalnya IgG/IgM dengue.

25.  Siti romlah | February 13, 2013 at 02:47 | 

Saya mau tnya,panas dh hr k 3,trombositnya 124.000 widal negati,tp tes IgG IgM Dengue

negatif,gmn tuh

26.  korikumen | February 20, 2013 at 10:04 | 

Page 20: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 20/86

terima kasih info nya bro

ayah saya hari ke 2 demam prx NS1 dgn hsl negatif…tromb 130rb, leu 4700, ht 41, hb 13.7,

 pada hari ke 4 didapatkan IGG – IGM -, Hb 14, ht 41, leu 2700, tromb 99rb, prtanyaannya,

 jika NS1 IGG IGM dianggap akurasi benar, dianggap tidak ada virus dengue di tubuhnya,apakah masih mungkin ada infeksi virus lain(selain dengue) yang memiliki karakter 

 penurunan trombosit (H2TL) yang sama? apakah ayah saya disebut menderita DHF??

Page 21: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 21/86

 

Deteksi dini demam berdarah dengan NS1REVIEW ARTIKEL 

Dr. Yoshua Viventius 

Demam berdarah adalah penyakit yang banyak terdapat di negara tropisseperti Indonesia. Penyakit ini disebabkan oleh virus dengue dari genus flavi yangditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti betina. Penyebaran tertinggi biasanyadijumpai pada masa musim pancaroba.

Penegakkan diagnosis DBD masih menggunakan kriteria WHO, 1997, yaitu

kriteria klinis dan laboratoris berupa trombositopenia kurang dari 100.000/ul ataupeningkatan hematokrit ≥ 20%. Untuk mendapatkan peningkatan hematokrit sebesar 

≥ 20% secara tepat, sulit dilakukan, mengingat belum ada nilai standar hematokrit

orang Indonesia anak-anak maupun dewasa. Selain itu menentukan peningatan

hematokrit biasanya hanya dapat dilakukan di ruma sakit tempat dirawat karena

dibutuhkan data-data harian hematokrit untuk dibuat kurva sehingga dapat

ditentukan nilai tertinggi dan terendahnya. Menurut penulis diagnosis demam

berdarah dengue hanya dapat ditentukan di rumah sakit dengan alasan yang telah

disebutkan diatas.

Pemeriksaan serologis berupa IgM dan IgG antidengue diperlukan untuk membedakan

demam yang diakibatkan virus dengue ataukah demam oleh sebab lain (demam tifoid, influenza,

malaria, hepatitis dan lain-lain).

Page 22: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 22/86

Saat ini sudah ada tes yang dapat mendiagnosis DBD dalam waktu demam 3 hari pertama

yaitu antigen virus dengue yang disebut dengan antigen NS1. Keuntungan mendeteksi antigen NS1

yaitu untuk mengetahui adanya infeksi dengue pada penderita tersebut pada fase awal demam,

tanpa perlu menunggu terbentuknya antibodi. Hal ini perlu mengingat perjalanan penyakit ini sangat

cepat apabila tidak ditangani dengan cepat. Menurut pengalaman penulis, antigen NS1 sudah dapat

ditangkap pada hari pertama demam dan setelah dirawat di RS dan diamati trombositnya memang

akan turun trombositnya dibandingkan dengan pasien dengan hasil NS1 negatif tapi menunjukkan

gejala klinis DBD.

Pemeriksaan antigen NS1 diperlukan untuk mendeteksi adanya infeksi virus dengue pada

fase akut, dimana pada berbagai penelitian menunjukkan bahwa NS1 lebih unggul sensitivitasnya

dibandingkan kultur virus dan pemeriksaan PCR maupun antibodi IgM dan IgG antidengue.

Spesifisitas antigen NS1 100% sama tingginya seperti pada gold standard kultur virus maupun PCR.

Pemeriksaan antigen NS1 merupakan pemeriksaan rapid dengan menggunakan strip atau

yang dalam bentuk kotak. Pemeriksaan ini mempunyai nilai lebih dibandingkan dengan jenis

pemeriksaan lain seperti kecepatan, kemudahan, hasil sensitif yang tinggi dengan waktu untuk

mendeteksi lebih lama (dari hari ke 1 sampai hari ke 9 demam), dan spesifitas yang tinggi (100%)

NS1 merupakan glikoprotein yang highly conserved , yang tampaknya merupakan regio penting

dalam viabilitas virus namun tidak memiliki aktivitas biologis. Tidak seperti glikoprotein virus yang lain,

NS1 diproduksi baik dalam bentuk yang berhubungan dengan membran maupun dalam bentuk yang

disekresikan (Dussart, 2006).

 Antigen NS1 terdapat baik pada infeksi primer maupun sekunder. Antigen NS1 dapat dideteksi dalam

9 hari pertama demam, yang terdapat baik pada serotipe DEN-1 (terbanyak), DEN-2, DEN-3 dan

DEN-4 (Alcon, 2002).

Kumarasamy, 2007, meneliti sensitivitas dan spesifisitas NS1 pada 554 donor sehat dan 297 pasien

terinfeksi virus dengue dimana 157 pasien PCRnya positif dan pasien diperiksa juga IgM dan IgG

antidengue. Beliau mendapatkan spesifisitas 100% dan sensitivitas 91,0 % dari 157 sampel yang

positif PCR nya dengan perbedaan yang tidak signifikan untuk ke empat serotipe, sedangkan

Blacksell, 2008 meneliti NS1 dan beliau mendapatkan sensitivitas NS1 63% dan spesifisitas 100%

dengan memperhatikan adanya perbedaan sekresi yang bervariasi antar serotipe.

Terdapat 2 macam kit pemeriksaan antigen NS1 di Indonesia, yaitu dari Panbio dan BioRad,

keduanya memakai prinsip metode ELISA (Enzyme-linked immunosorbent assay). Saat ini juga

sudah terdapat reagen NS1 dalam bentuk rapid test(ICT). 

Kesimpulan:  

Pemeriksaan dengan antigen NS1 memiliki sensitifitas dan spesifitas yang tinggi. Namunharus klinisi harus hati-hati karena hasil negatif antigen NS1 tidak menyingkirkan adanya infeksi virus

dengue, hal ini diduga berhubungan dengan serotipe virus dengue yang menginfeksi. Apabila

dijumpai hasil negatif dengan pemeriksaan antigen NS1 namun tanda klinis (+) maka sebaiknya juga

dilakukan pemeriksaan terhadap antibodi IgM dan IgG antidengue sebagai penentu apakah termasuk

 jenis infeksi primer atau sekunder dan juga untuk mengatasi kemungkinan didapat hasil negatif palsu

pada pemeriksaan antigen NS1. Jangan lupa untuk tetap melakukan pemeriksaan trombosit apabila

dicurigai demam berdarah pada pasien dengan gejala demam tanpa tanda peradangan.

Referensi:

Page 23: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 23/86

1.Application of the Dengue Virus NS1 Antigen Rapid Test for On-Site Detection of Imported Dengue

Cases at Airports access at:

http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2668285/

2.The role of dengue NS1 antigen as diagnostic tool :

http://www.google.co.id/url?sa=t&source=web&cd=1&ved=0CBkQFjAA&url=http%3A%2F%2Fitd.unair.ac.id%2Fpdf%2Ffiles%2FTHE%2520ROLE%2520OF%2520DENGUE%2520NS1%2520ANTIGEN

%2520AS%2520DIAGNOSTIC%2520TOOL.doc&rct=j&q=The%20role%20of%20dengue%20NS1%2

0antigen%20as%20diagnostic%20tool%20&ei=6bynTffmMIHYrQepsYGoCA&usg=AFQjCNHm5XVPp

VETU0Dz3dEVxk_-7TwTHA&sig2=e-ZBz3VS6G-iM97hn3wg2g&cad=rja

3. Kebocoran Plasma pada Demam Berdarah Dengue

http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/06_183Kebocoranplasmadbd.pdf/06_183Kebocoranplasmadbd.h

tml

Page 24: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 24/86

 

Dengue NSI Antigen

v Latar belakang

Virus Dengue merupakan virus RNA rantai tunggal, genus flavivirus,

terdiri dari 4 serotipe yaitu Den-1, 2, 3 dan 4. Struktur antigen ke-4

serotipe ini sangat mirip satu dengan yang lain, Infeksi dari satu

serotipe dengue dapat memberikan kekebalan seumur hidup terhadap

serotipe yang bersangkutan, namun tetap tidak terbukti adanya proteksi

silang terhadap serotipe lainnya.Di Indonesia paling banyak didapatkanserotipe DEN 2 & 3.

v Vektor

Virus Dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

Vektor paling utama (yang biasanya dapat mybb Epidemi) : Ae. aegypti

Vektor Sekunder : Ae. albopictus, Ae. polynesiensis, anggota dari Ae.

Scutellaris complex, dan Ae. (Finlaya) niveus

v Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis infeksi virus Dengue pada manusia sangat bervariasi.

Variasinya begitu luas, mulai dari asimtomatik, demam ringan yang tidak

spesifik, Demam Dengue, Demam Berdarah Dengue, hingga yang paling berat

yaitu Dengue Shock Syndrome (DSS).

menurut WHO tahun 1997 Diagnosis Demam Berdarah Dengue ditegakkan

berdasarkan dari kriteria klinis dan laboratorium. Penggunaan kriteria

ini dimaksudkan untuk mengurangi diagnosis yang berlebihan

(overdiagnosis).

v Kriteria Klinis

Demam tinggi mendadak, tanpa sebab jelas, berlangsung terus menerus

selama 1-7 hari.

Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan :

- Uji tourniquet positif (Uji Bendung)

- Petekia, ekimosis, purpura

- Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi- Hematemesis dan atau melena

Page 25: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 25/86

- Hematuria (ditemukan Eritrosit dalam urin)

- Pembesaran hati (hepatomegali).

- Manifestasi syok/renjatan

v Kriteria Laboratoris

- Trombositopeni (trombosit < 100.000/ml) (karena terjadinya

agregasi Trombosit, pembekuan darah akibat kerusakan endotel juga

akibat

tertekannya fungsi megakaryosit (sel yang kelak pecah dan menjadi

trombosit) serta destruksi trombosit yang matur (dewasa/matang).

- Hemokonsentrasi (kenaikan Hematokrit > 20%) , tanda Meningkatnya

permeabilitas dinding kapiler) (Permeabilitas adalah kemampuan suatu

membran - dalam hal ini dinding pembuluh darah- untuk melewatkan

bahan-bahan tertentu). untuk menilai tingkat kekentalan darah,

menunjukkan darah semakin mengental akibat plasma darah merembes keluar

dari sistem sirkulasi.

Untuk menentukan berat-tidaknya demam Dengue adalah peningkatan

permeabilitas pembuluh darah, penurunan volume plasma (hipovolemia),

hipotensi (penurunan tekanan darah), trombositopeni

Selain itu infeksi virus Dengue ini juga menyebabkan Disseminated

Intravascular Coagulation (DIC) (suatu keadaan kehabisan bahan

pembekuan

darah, sehingga terjadi pendarahan yang terus-menerus).

Lekosit

Awal penyakit biasanya normal / menurun, dominasi oleh netrofil

Ditemukan lekositosis > 10.000 nugj\kin karena infeksi sekunder.

Mengingat akan bahaya yang ditimbulkan adanya infeksi Dengue maka,

Berbagai tehnologi dikembangkan untuk dapat mendeteksi infeksi virusdengue secara dini dengan sensitivitas dan Spesivisitas yang lebih

baik,

mengingat bahaya komplikasi yang akan ditimbulkan.

Semakin cepat dapat dideteksi maka akan mengurangi resiko komplikasi

seperti Demam Berdarah Dengue (DHF) ataupun Dengue Syok Sindrome (DSS)

Page 26: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 26/86

Ada 4 jenis pemeriksaan laboratorium yang digunakan yaitu :

- uji serologi

- isolasi virus

- deteksi RNA/DNA dg tehnik Polymerase Chain Reaction (PCR).

- deteksi antigen (pmx Ns1)

v WHAT

Sebelum menjelaskan pmx Ns1, perlu diketahui bhw Genom dengue tersusun

dari 3 protein struktural (Badan Virus Envelope, Membrane, Core/inti)dan 7 Protein non-struktural merupakan bagian yang terbesar terdiri

dari

(NS1, NS2a, NS2b, NS3,NS4a, dan NS5, NTR-5'). Dan masing2 mempunyai

fungsi2 tersendiri, namun pada protein non-struktural yang paling

berperan adalah protein NS-1,

Peran NS1 adalah diperlukan untuk kelangsungan hidup virus. Dan yang

terlibat dalam proses replikasi virus sehingga ada keterkaitan dengan

virulensi / daya tular infeksi penyakit.

NSI dan infeksi dengue

NSI dengue disekresikan ke dalam sistem darah pada individu-individu

yang terinfeksi dengan virus dengue. NSI bersirkulasi pada konsentrasi

yang tinggi di dalam serum pasien dengan infeksi primer maupun sekunder

Apa Yang Dimaksud Dengan Pemeriksaan Dengue NSl Antigen?

Pemeriksaan Dengue NSl Antigen adalah pemeriksaan baru terhadap antigennon struktural-I dengue (NSl) yang dapat mendeteksi infeksi virus

dengue

dengan lebih awal bahkan pada hari pertama onset demam.

v WHY

Mengapa Perlu Pemeriksaan Dengue NSl Antigen?

Pemeriksaan Antigen NSl dengue dapat mendeteksi infeksi akut lebih awal

Page 27: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 27/86

dibandingkan pemeriksaan antibodi dengue.

Deteksi lebih awal adanya infeksi dengue sangat penting karena kila

dapat melakukan terapi supportive (pemberian cairan intravena/ oral dan

penggunaan obat2 terkait missal Paracetamol,dll-- bukan dengan

pemberian

antibiotic) serta dapat dilakukan pemantauan pasien dengan segera dan

hal ini tentunya akan mengurangi risiko komplikasi seperti demam

berdarah dengue (DBD) dan dengue shock syndrome (DSS).

v WHO & WHEN

Siapa Yang Memerlukan Pemeriksaan Dengue NS1 Antigen?

Pemeriksaan Dengue NS1 Antigen scbaiknya dilakukan pada individu

yang mengalami demam disertai gejala klinis infeksi dengue pada hari 1-

3

onset demam.

v Data Teknis Dengue NS1 Antigen

Sensitifitas : 92.3%

Spesifisitas : 100%

Sampel : serum atau plasma (EDTA, heparin, sitrat)

Stabilitas sampel : 7 hari pada 2-8 °C dan 7 hari -20 °C.

Nilai Rujukan : Negatif

Persyaratan spes. : Pasien dengan demam < 3 hari

Page 28: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 28/86

Kesimpulan NS1 Antigen :

- Masing2 pemeriksaan mempunyai kelebihan dan kekurangan,

sebelum dilakukan pemeriksaan yang perlu dipastikan adalah berapa hari

onset si pasien mengalami gejala demam /gejala klinis .

- Ns1 adalah pemeriksaan yang perlu dilakukan apalagi pada

pasien yang megalami gejala Demam/klinis lain < 3 hari, dikarenakan

Early detection sangatlah penting untuk menentukan pengobatan (terapi

supportif) yang tepat (cegah Resistensi antibiotik), serta pemantauan

pasien dengan segera.

- Tanpa meninggalkan pemeriksaan Dengue serologi karena

pemeriksaaan NS1 bersifat komplementer (saling menunjang), terkhususapabila didapatkan hasil Ns1 (-) dan gejala infeksi tetap muncul.

- Penggunaan Dengue IgG / IgM juga diperlukan bagi dokter

penganut paham "infeksi sekunder dapat menyebabkan infeksi yang

lebih berat dan memerlukan penanganan yang berbeda dengan infeksi

primer"

- Reagen yang digunakan oleh Prodia adalah Biorad, dengan

kelebihan tidak adanya Cross reaction.

- Dengan adanya Spesifisitas 100% dan sensitivitas 92.3%.

Dengan

dcmikian pomakaian pemeriksaan ini akan dapat meningkatkan sensitivitas

dan spesifisitas untuk diagnosis infeksi dengue.

Page 29: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 29/86

 

PENANGANAN DEMAM BERDARAH DENGUE14-Desember-2012 | hit : 2391 

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan bentuk infeksi Dengue yang

disertai dengan manisfasi perdarahan dari ringan sampai berat. DBD

menja 

di problem kesehatan baik didaerah tropic maupun didaerah sub tropik 

(sebagai “imported cases”, kasus yang dibawah dari daerah tropik). 

Sejak munculnya penyakit ini beberapa dekade yang lalu, sampai saat ini

praktis tidak ada penurunan baik insiden maupun prevalensinya. Demam

dengue adalah Demam yang disebabkan oleh infeksi virus Dengue. 

Dikenal 4 macam jenis Virus Dengue yaitu : Den-1,Den-2.Den-3,dan Den-

4. 

Tanda dan gejala klinik  Biasanya asimptomatik (tanpagejala). Pasien dibawa ke RS biasanya sudah dalam keadaan

 yang berat. Gejala dan tanda-kliniknya berupa sindrom (kumpulangejala) dari ringan berupa

demam ringan sampai syok karena perdarahan yang hebat. 

Perdarahan dan plasma leakage (kebocoran pembuluh darah) yang terjadi biasanya karena penderita

mendapatkan serangan infeksi oleh satu jenis virus Dengue.Didaerah endemic (seperti Indonesia)

sebaiknya kita mencurigai setiap demam yang terjadi sebagai Demam berdarah sampai pemeriksaan

selanjutnya membuktikan bahwa ternyata bukan Demam berdarah. 

Para dokter spesialis bedah (yang menduga ada radang usus buntu) dan dokter spesialis kandungan

(yang menduga terdapat Kehamilan di luar kandungan) harus waspada bila berhadapan dengan

penderita yang berasal dari daerah endemic atau baru kembali dari daerah endemic dengan

demam tinggi disertai nyeri abdomen (perut).

Jangan tergesa-gesa melakukan operasi, sebelum yakin bahwa nyeri perutnya bukan karena demam

 berdarah. Sebab gejalanya mirip antara Demam berdarah Dengue dengan Radang usus buntu,maupun Kehamilan di luar kandungan (kehamilan ektopik terganggu). 

Page 30: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 30/86

 

Pemeriksaan laboratorium ditandai dengan penurunan trombosit dan tanda-tanda plasma Leakage

(perembesan plasma akibat kebocoran pembuluh darah) yaitu terjadinya hemokonsentrasi

(kadar hematokrit meningkat). Perubahan klinik dan laboratorik penderita DHF Sangat

cepat, sehingga diperlukan monitoring tanda vital secara ketat serta pemeriksaan laboratsecara serial (tiap 12 jam atau 24 jam).

Kriteria WHO masih dipakai untuk diagnosis DHF.Akan Tetapi dalam keadaan tertentu kita tidak 

 boleh hanya berpegangan dengan satu macam pemeriksaan. Nilaitrombosit yang kurang dari 100.000

( saja ) tidak bias dijadikan pegangan untuk memasukkan penderita ke Rumah sakit, karena

trombosit yang masih diatas 100.000/mm3 dapat mendadak turun secara drastis. Sehingga kalau

penderita masih dirumah tentu sangat membahayakan jiwa penderita. 

Diagnosis DBD dengan pemeriksaan serologi ELISA maupun rapidtest (tescepat) dengan Dengue

 blot.Untuk Dengue Blot biasanya baru positif di hari kelima demam. Ada pemeriksaan lain: Antigen

NS1,dianjurkan untuk pasien dengan demam kurang 3 hari, bila positif mendukung kearah Demam

Dengue, Tetapi bila hasilnya negative harus dikonfirmasi lagi dengan Dengue Blot setelah

hari ke 5 demam. 

Penatalaksanaan Terapi Demam Berdarah Dengue bersifat suportif (meningkatkan daya tahan tubuh) dan simtomatis

(menghilangkan gejala). Belum ditemukan obat khusus untuk membunuh virus Dengue. 

Perlu mengganti kehilangan cairan akibat kebocoran plasma (virus Dengue menyerang dinding

pembuluh darah) dan memberikan terapi substitusi (pengganti) komponen darah bilamana

diperlukan. Jika jumlah trombosit sangat rendah dan timbul perdarahan, maka diberikan

transfuse trombosit. 

Dalam pemberian terapi cairan, perlu pemantauan pemberian cairan. Dengan memperhatikan pasien

 baik secara klinis maupun laboratories (melihat kadar Hemoglobin, Hematokrit, dantrombosit).

Proses kebocoran plasma dan terjadinya trombositopenia (trombosit yang turun) umumnya terjadi

hari ke 4 hingga 6 sejak demam. Dengan demikian, perlu waspada bila merawat DBD di hari ke 4

hinggi ke 6. Pada hari tersebut pasien sering tidak mengeluh panas dan cenderung minta rawat jalan. 

Hari ke-7 demam, proses kebocoran plasma akan berkurang dan cairan kembali dari ruang

interstitial (di sekitar pembuluh darah) ke intravascular (ke dalam pembuluh darah). Terapi cairan

pada keadaan tersebut secara bertahap harus dikurangi. Sebab, akan menimbulkan timbunan cairan yang cukup banyak di pembuluh darah.

Page 31: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 31/86

 

Perlu pemantauan kemungkinan terjadinya kelebihan cairan serta terjadinya efusi pleura

(penumpukan cairan di lapisan paru) atau pun asites (penumpukan cairan di rongga perut). Dapat

dilihat dari gejala klinis : sesak nafas, nafas terasa berat, dan perasaan tidak nyaman. 

PerluTerapi nonfarmakologis (tanpa obat) yang meliputi tirah baring (pada trombosit openia=

penurunan jumlah trombosit yang berat). Kadar trombosit normal: 150 ribu sampai 450 ribu. Apabila

turun di bawah 100 ribu, sebaiknya dirawat di rumah sakit. Karena dikhawatirkan akan terjadi

perdarahan dan kemungkinan Syok (Sindrom Syok pada Dengue).

Pemberian makanan dengan kandungan gizi: nasi biasa atau nasi lunak sesuai dengan selera pasien.

Diperlukan makanan yang tidak mengandung zat atau bumbu yang mengiritasi saluaran cerna (pedas,

asam). 

Terapi simptomatis (penghilang gejala), diberikan antipiretik (obat penurun panas): parasetamol,

mengatasi keluhan dyspepsia (rasa tidaknyaman di uluhati, berupa mual, muntah, sebah, mudah

kenyang, kembung, sering sendawa). 

Protokol pemberian cairan sebagai komponen utama penatalaksanaan DBD dewasa mengikuti 5

protokol, yang mengacu pada protokol WHO. 

Protokol tersebut terbagi dalam 5 kategori, sebagai berikut: 

1. Penanganan tersangka DBD tanpa syok.

2. Pemberian cairan pada tersangka DBD dewasa di ruang rawat. 

3. Penatalaksanaan DBD dengan peningkatan hematokrit (kekentalan darah) >20%

4. Penatalaksanaan perdarahan spontan pada DBD dewasa 

5. Tatalaksana sindroma syok dengue pada dewasa 

Demam Berdarah Dengue akan selalu ada sepanjang tahun. Kita bias mencegah penularan penyakit

ini dengan bersama-sama mengusahakan pemutusan rantai penularan dengan pemberantasan sarang

nyamuk. 

Oleh: Dr Muchlis Achsan Udji Sofro SpPD-KPTI 

SMF Penyakit Dalam RSUP Dr Kariadi Semarang 

Page 32: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 32/86

Berita terkait  Jaga Kebersihan Diri Hindari Amandel 

  Jangan Remehkan Nyeri Pinggang 

  Penyembuhan Kanker Dengan Radioterapi 

  Laser Cara Terstandar Menghapus Tato 

PEMERIKSAAN NS1 DENGUE PADA PENDERITA DEMAM

23 Oktober 2012 oleh infosehat09hartonoprasetyo 

Page 33: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 33/86

Sore itu, anak kami kembali diserang demam. Berbekal surat pengantar dokter untuk melakukan

pemeriksaan NS1 5 hari sebelumnya, kami menuju laboratorium di rumah sakit. Biaya

pemeriksaan NS1 cukup tinggi, namun mengingat demam berdarah memiliki siklus pelana kuda,

hal tersebut tetap kami lakukan. Saat kontrol, dokter menyatakan bahwa pemeriksaan NS1setelah hari ke-3 kurang bermanfaat. Mengapa ?

Penyakit yang diakibatkan virus Dengue 

World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar 50-100 juta kasus infeksi virus dengue

terjadi setiap tahun baik di negara yang terletak di daerah tropik maupun subtropik, yang

mengakibatkan 250.000-500.000 kasus demam berdarah dengue dan 24.000 kematian setiap

tahunnya.

Demam dengue adalah penyakit yang disebabkan virus dengue yang masuk ke tubuh manusia

melalui gigitan nyamuk Aedes yang terinfeksi, terutama Aedes aegypti. 

Gejala umum penyakit demam berdarah 

1. Demam tinggi yang mendadak 2-7 hari (38 °C- 40 °C)

2. Manifestasi pendarahan.

3. Hepatomegali (pembesaran hati)

4. Syok, nadi turun, sistolik turun.

5. Trombositopeni, pada hari ke 3 – 7 s/d di bawah 100.000/mmk.

6. Hemokonsentrasi, meningkatnya nilai Hematokrit.

7. Gejala-gejala klinik lainnya yang dapat menyertai:

tidak nafsu makan, lemah, mual, muntah, sakit perut, diare, kejang dan sakit kepala.

8. Pendarahan pada hidung dan gusi.

9. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah.

Namun demikian,

Penyakit yang disebabkan oleh infeksi virus dengue sering tidak khas, dapat menyerupai penyakit

flu, demam tifoid, demam chikungunya, leptospirosis, malaria dan berbagai penyakit lain.

Manifestasi klinis akibat infeksi virus dengue ini dapat menyebabkan keadaan yang

beranekaragam, mulai dari tanpa gejala (asimtomatik), demam ringan yang tidak spesifik

(undifferentiated febrile illness), demam dengue (DD) atau bentuk yang lebih berat yaitu demam

berdarah dengue (DBD) dan sindrom syok dengue (SSD).

Saat ini sudah ada tes yang dapat mendiagnosis DBD dalam waktu demam 4 hari pertama yaitu

antigen virus dengue yang disebut dengan antigen NS1.

Apa yang dimaksud dengan pemeriksaan NS1 ? 

Page 34: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 34/86

Pemeriksaan Non Struktural 1 (NS1) ditujukan untuk mendeteksi virus dengue lebih awal. Virus

dengue memiliki 3 protein structural dan 7 protein non structural. NS1 adalah glikoprotein non

structural yang diperlukan untuk kelangsungan hidup virus.

Keuntungan mendeteksi antigen NS1 yaitu untuk mengetahui adanya infeksi dengue pada

penderita tersebut pada fase awal demam, tanpa perlu menunggu terbentuknya antibodi.

Dengan demikian kita dapat segera melakukan terapi suportif dan pemantauan pasien . Hal ini

tentunya akan mengurangi risiko komplikasi seperti demam berdarah dengue dan dengue shock

syndrome yang dapat berakibat kematian.

Kapan waktu terbaik untuk pemeriksaan NS1 ? 

Pemeriksaan Dengue NS1 Antigen sebaiknya dilakukan pada penderita yang mengalami demam

disertai gejala klinis infeksi virus dengue (pada hari 1-3 mulai demam) untuk mendeteksi infeksi

akut disebabkan virus dengue.

Menurut Dr.Aryati,dr, MS, Sp.PK(K), positivitas dan kadar Ag NS1 Dengue tertinggi pada hari-hari

awal demam dan akan menurun dengan bertambahnya hari demam, sehingga sebaiknya

dilakukan sebelum hari keempat demam.

Apakah pemeriksaan IgG dan IgM tetap diperlukan ? 

Pemeriksaan serologis berupa IgM dan IgG antidengue diperlukan untuk membedakan demam

yang diakibatkan virus dengue ataukah demam oleh sebab lain (demam tifoid, influenza, malaria,

hepatitis dan lain-lain).

Pemeriksaan IgM dan IgG antidengue tetap diperlukan untuk membedakan infeksi primer atau

infeksi sekunder. Hal ini penting untuk penatalaksanaan manajemen terapi di samping

epidemiologi, karena pada infeksi sekunder keadaan dapat menjadi lebih berat (DBD/SSD=

Sindrom Syok Dengue).

Page 35: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 35/86

 

Dengue NS1 Antigen 

Deskripsi  : Pemeriksaan terhadap antigen non struktural-1 dengue (NS1) dapat mendeteksi infeksi

virus dengue dengan lebih awal dari pemeriksaan antibodi dengue, dan bahkan dapat

terdeteksi pada hari pertama mulai demam. Pemeriksaan ini sebaiknya dilakukan pada

penderita demam yang disertai dengan gejala klinis infeksi virus dengue pada hari 1-3

mulai demam. Bila hasilnya negatif tetapi gejala infeksi virus dengue menetap, dianjurkan

untuk periksa  Anti-Dengue IgG &  IgM, serta hematologi rutin.

Manfaat

Pemeriksaan 

: Mendeteksi awal adanya infeksi virus dengue yang dapat menyebabkan demam berdarah

dengue dan dengue shock syndrome.

Persyaratan & 

Jenis Sampel 

: -

Stabilitas

Sampel 

: -

Persiapan

Pasien 

: -

Hari Kerja  : -

Metode  : -

Nilai Rujukan  : 

Tempat

Rujukan 

Catatan  : 

Pemeriksaan Laboratorium - Imuno Serologi 

Page 36: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 36/86

 

Gangguan imunologi dan rheumatoid 

Imunologi

Pemeriksaan imunologi yang dilakukan di Laboratorium Klinik Bio Medika meliputi

 pemeriksaan serologi khususnya pada penyakit infeksi, kelainan tulang/rematik dan petanda

tulang.

Pemeriksaan serologi adalah pemeriksaan yang menggunakan serum seperti pemeriksaan

 pada dugaan demam dengue. Demam dengue dapat merupakan infeksi pertama kali yang

disebut infeksi primer dan dikenal sebagai demam dengue, serta infeksi kedua kali yang

disebut infeksi sekunder yang dapat menimbulkan penyakit demam berdarah yang dikenal

sebagai dengue haemorragic fever (DHF) yang dapat mengalami renjatan dan berakhir dengan kematian. Pada demam dengue, pemeriksaan serologi yang tersedia adalah

 pemeriksaan antigen NS-1, IgA-anti dengue, antibodi dengue IgG dan IgM.

• Pemeriksaan antigen NS-1 dengue dapat dilakukan pada hari pertama sampai hari

kesembilan dari demam baik pada infeksi primer maupun infeksi sekunder, sehingga

antigen NS-1 ini merupakan pemeriksaan dini untuk mengetahui adanya infeksi dengan

virus dengue.

• Pada infeksi primer didapatkan kadar antibodi IgM setelah hari ke 4 - 5 demam dan

antibodi IgG akan timbul setelah hari ke 14 demam dan bertahan dalam jangka waktu yang

lama. Pada infeksi sekunder, antibodi IgG akan timbul lebih dahulu yaitu 1  – 2 hari setelah

gejala demam timbul dan antibodi IgM akan timbul pada setelah hari ke 5 – 10 demam.• Selain itu dikenal juga pemeriksaan antibodi dengue IgA yang merupakan pertanda

Page 37: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 37/86

serologi infeksi yang aktif. Kadar antibodi dengue IgA lebih tinggi pada infeksi akut yang

akan mengalami renjatan dibanding dengan penderita infeksi primer/sekunder sehingga

dapat dikatakan kadar IgA berkorelasi dengan beratnya penyakit.

Pemeriksaan serologi tersebut di atas mempunyai hasil yang sangat bervariasi tergantung

 pada respon imun penderita.

Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan yang bertujuan mengetahui adanya demam tifoid

yang disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A,B,C.

Pemeriksaan Widal sering menunjukkan reaksi silang dengan kuman usus sehingga

 pemeriksaan ini tidak bersifat spesifik. Untuk mendeteksi infeksi dengan Salmonella typhi

yang spesifik dapat diperiksa Salmonella typhi IgM.

Pada infeksi lambung yang disebabkan oleh kuman Helicobacter pylori yang dapat

menyebabkan radang, tukak pada lambung dan dapat menimbulkan keganasan. Oleh karena

itu, adanya infeksi dengan kuman Helicobacter pylori dapat diketahui dengan pemeriksaan

antibodi terhadap H.pylori IgG-IgM.

Penyakit infeksi lain yang banyak di Indonesia adalah infeksi dengan parasit Entamoeba

histolityca yang dapat menyebabkan perdarahan usus bahkan dapat menimbulkan kerusakan

dinding usus (perforasi). Pasien yang diduga pernah mengalami infeksi dengan parasit

tersebut dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi terhadap amoeba golongan IgG.

Terhadap penyakit tuberculosis (TBC), khususnya yang telah menyebar di dalam tubuh

dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi terhadap kuman tuberculosis.

Untuk penyakit syphilis yang disebabkan oleh Treponema pallidum dapat dilakukan

 pemeriksaan VDRL/TPHA. VDRL adalah pemeriksaan yang tidak spesifik tetapi cukup

sensitif untuk penyakit syphilis. Tetapi pada beberapa penyakit seperti TBC, kusta,frambusia dapat menimbulkan hasil positif palsu. Sedangkan syphilis stadium dini dan

syphilis stadium lanjut sering menghasilkan reaksi negatif palsu. Untuk membuktikan

seseorang pernah kontak dengan kuman Treponema pallidum dilakukan pemeriksaan

serologi TPHA yang menguji adanya antibodi spesifik terhadap kuman Treponema

 pallidum.

C-reactive protein (CRP) adalah protein yang dihasilkan oleh hati pada proses kerusakan

aringan dan peradangan. Kadarnya akan meningkat di dalam darah 6 – 10 jam setelah

 peradangan akut atau kerusakan jaringan dan mencapai puncak 24 – 72 jam. Peningkatan

kadar CRP dapat terjadi pada arthritis rheumatoid, infeksi akut, infark jantung, dan

keganasan. Kadar CRP akan menjadi normal 3 hari setelah kerusakan jaringan membaik.Makin tinggi kadar CRP, maka makin luas proses peradangan atau kerusakan jaringan.

Pemeriksaan CRP lebih dini menunjukkan hasil yang abnormal dibanding dengan

 pemeriksaan laju endap darah.

hsCRP adalah uji yang sangat sensitif untuk deteksi risiko kelainan kardiovaskuler dan

 penyakit pembuluh darah tepi. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan bersamaan dengan profil

lipid. Dalam kepustakaan dikatakan, sepertiga dari pasien yang mendapat serangan jantung

menunjukkan kadar kolesterol dan tekanan darah yang normal tetapi hsCRP sudah

menunjukkan peningkatan sehingga peningkatan dari hsCRP menunjukkan adanya risiko

tinggi untuk timbulnya penyakit pembuluh darah koroner dan stroke. Pada angina pectoris,

hsCRP tidak meningkat. Pemeriksaan ini dapat menunjukkan adanya inflamasi/peradangan pada proses arterosklerosis, khususnya pada arteri koroneria.

Page 38: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 38/86

 

Rheumatoid Arthritic Factor (RAF) adalah pemeriksaan penyaring untuk mendeteksi

adanya antibodi golongan IgM, IgG atau IgA yang terdapat dalam serum pada penderita

arthritis rheumatoid. Pemeriksaan ini berhasil positif pada 53 – 94% pasien dengan arthritis

rheumatoid. Selain itu, RAF bisa didapatkan pada bermacam-macam penyakit jaringan ikat

seperti lupus erythematosus, sklerodema, dermatomiositis serta pada penyakit TBC,leukemia, hepatitis, sirosis hati, sipilis dan usia lanjut.

Bakteri β-hemolytic Streptococcus mengeluarkan enzim yang disebut streptolysin-O yang

mampu merusak/melisiskan eritrosit. Streptolysin-O ini bersifat sebagai antigen dan

merangsang tubuh untuk membentuk antibodi antistreptolysin-O (ASO). Kadar ASO yang

tinggi di dalam darah berarti terdapat infeksi dengan kuman Streptococcus yang

menghasilkan ASO seperti pada demam rematik, penyakit glomerulonephritis akut.

Peningkatan kadar ASO menandakan adanya infeksi akut 1 – 2 minggu sebelumnya dan

mencapai puncak 3 – 4 minggu dan dapat bertahan sampai berbulan-bulan.

Petanda tumor umumnya diperiksa dari darah. Kegunaan dari petanda tumor untuk deteksi

kanker. Petanda tumor ini dipakai untuk menyaring dan membantu menegakkan diagnosis

untuk kanker, mengikuti perjalanan penyakit dan ingin mengetahui adanya kekambuhan

(relapse). Umumnya pemeriksaan petanda tumor tidak dapat diperiksa secara tunggal untuk 

mendeteksi adanya kanker, harus dengan menggunakan beberapa petanda tumor.

Alpha fetoprotein (AFP) adalah glikoprotein yang dihasilkan oleh kantung telur yang akan

menjadi sel hati pada janin. Ternyata protein ini dapat dijumpai pada 70 – 95% pasien

dengan kanker hati primer dan juga dapat dijumpai pada kanker testis. Pada seminoma yang

lanjut, peningkatan AFP biasanya disertai dengan human Chorionic Gonadotropin (hCG).

Kadar AFP tidak ada hubungan dengan besarnya tumor, pertumbuhan tumor, dan derajat

keganasan. Kadar AFP sangat tinggi pada kasus dengan keganasan hati primer sedangkan

 pada metastasis tumor ganas ke hati (keganasan hati sekunder) kadar AFP kurang dari 350 –  400 IU/mL. Pemeriksaan AFP ini selain diperiksa di dalam serum, dapat juga diperiksakan

 pada cairan ketuban untuk mengetahui adanya spinabifida, ancephalia, atresia oesophagus

atau kehamilan ganda.

Carcinoembryonic antigen (CEA) adalah protein yang dihasilkan oleh epitel saluran cerna

anin yang juga dapat diekstraksi dari tumor saluran cerna orang dewasa. Pemeriksaan CEA

ini bertujuan untuk mengetahui adanya kanker usus besar, khususnya ardenocarcinoma.

Pemeriksaan CEA merupakan uji laboratorium yang tidak spesifik karena 70% kasus

didapatkan peningkatan CEA pada kanker usus besar dan pankreas. Peningkatan kadar CEA

dapat pula dijumpai pada keganasan oesophagus, lambung, usus halus, dubur, kanker 

 payudara, kanker serviks, sirosis hati, pneumonia, pankreatitis akut, gagal ginjal, penyakitinflamasi dan trauma pasca operasi. Yang penting diketahui bahwa kadar CEA dapat

meningkat pada perokok.

Cancer antigen 72-4 atau dikenal dengan Ca 72-4 adalah mucine-like, tumor associated

glycoprotein TAG 72 di dalam serum. Antibodi ini meningkat pada keadaan jinak seperti

 pankreatitis, sirosis hati, penyakit paru, kelainan ginekologi, kelainan ovarium, kelainan

 payudara dan saluran cerna. Pada keadaan tersebut spesifisitas sebesar 98%. Peningkatan

Ca 72-4 mempunyai arti diagnostik yang tinggi untuk kelainan jinak tersebut. Pada

keganasan lambung, ovarium dan kanker usus besar mempunyai arti diagnostik yang tinggi.

Pada kanker lambung, uji diagnostik Ca 72-4 mempunyai nilai sensitifitas 28 – 80% ; pada

kanker ovarium, sensitifitas 47 – 80% ; sedangkan pada kanker usus besar, sensitifitasnya20 – 41%. Pemeriksaan petanda tumor ini dipakai untuk menegakkan diagnosis, bila

Page 39: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 39/86

diperlukan harus digunakan lebih dari 1 petanda tumor. Selain itu pemeriksaan Ca 72-4 juga

dipakai pada pasca operasi dan pada waktu relapse.

Cancer antigen 19-9 (Ca 19-9) adalah antigen kanker yang dideteksi untuk membantu

menegakkan diagnosis, keganasan pankreas, saluran hepatobiliar, lambung dan usus besar.

Kadar Ca 19-9 meningkat pada 70 – 75% kanker pankreas dan 60 – 65% kanker hepatobiliar. Pada peningkatan ringan, kadar Ca 19-9 dapat dijumpai pada radang seperti

 pankreatitis, sirosis hati, radang usus besar.

Cancer antigen 12-5 (Ca 12-5) dipakai untuk indikator kanker ovarium epitel non-

musinous. Kadar Ca 12-5 meningkat pada kanker ovarium dan dipakai untuk mengikuti

hasil pengobatan 3 minggu pasca kemoterapi.

Human chorionic gonadotropin (HCG) adalah hormon yang dihasilkan plasenta, didapatkan

 pada darah dan urin wanita hamil 14 – 26 hari setelah konsepsi. Kadar HCG tertinggi pada

minggu ke 8 kehamilan. HCG tidak didapatkan pada wanita yang tidak hamil, pada

kematian janin dan 3 – 4 hari pasca melahirkan. HCG meningkat pada keganasan seperti

mola hidatidosa, koreonepitelioma, koreocarcinoma dari testis.

Cancer antigen 15-3 (Ca 15-3) dipakai untuk mengidentifikasi kanker payudara dan

monitoring hasil pengobatan. Pemeriksaan petanda tumor ini akan lebih sensitif bila

digunakan bersama CEA. Kadar Ca 15-3 meningkat pada keganasan payudara, ovarium,

 paru, pankreas dan prostat.

Prostat Spesific Antigen (PSA) dipakai untuk diagnosis kanker prostat. Dahulu kala

 pemeriksaan kanker prostat dilakukan pemeriksaan aktifitas prostatic acid phosphatase

(PAP), diikuti dengan pemeriksaan colok dubur. Tetapi aktifitas PAP yang tinggi disertai

dengan pembesaran kelenjar prostat selalu sudah terjadi metastasis. Untuk pemeriksaan dini

kanker prostat dipakai pemeriksaan PSA. Kadar PSA dapat meningkat pada hipertrofi prostat jinak dan lebih tinggi lagi pada kanker prostat. Kadar PSA meningkat setelah colok 

dubur atau bedah prostat. Pemeriksaan PSA disarankan untuk pemeriksaan rutin pada pria

usia lebih dari 40 thn. Total PSA (tPSA) terdiri dari PSA bebas dan PSA kompleks. Kadar 

PSA total dipakai untuk mendapatkan persen (%) PSA bebas.

 Neuron Specific Enolase (NSE) dipakai untuk menilai hasil pengobatan dan perjalanan

 penyakit, keganasan small cell bronchial carcinoma, neuroblastoma, dan seminoma. Kadar 

 NSE tidak mempunyai hubungan dengan adanya metastasis, tapi memiliki korelasi yang

 baik terhadap stadium perjalanan penyakit. Peningkatan ringan kadar NSE dapat dijumpai

 pada penyakit paru jinak dan penyakit pada otak.

Squamous cell carcinoma (SCC) antigen diperoleh dari jaringan karsinoma sel skuamosa

dari serviks utri. Pemeriksaan SCC bertujuan untuk menilai prognosis, kekambuhan dan

monitoring penyakit. Umumnya SCC meningkat pada keganasan sel squamosa seperti

faring, laring, palatum, lidah dan leher.

Cyfra 21-1 dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis kelainan paru yang jinak seperti

 pneumonia, sarcoidosis, TBC, bronchitis kronik, asma, dan emfisema. Kadarnya juga

meningkat pada kelainan hati dan gagal ginjal. Kadar cyfra 21-1 lebih dari 30 ng/ml

didapatkan pada primary bronchial carcinoma.

Triidothyronine (T3) adalah hormon tiroid yang ada dalam darah dengan kadar yang sedikityang mempunyai kerja yang singkat dan bersifat lebih kuat daripada tiroksin (T4). T3

Page 40: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 40/86

disekresikan atas pengaruh thyroid stimulating hormone (TSH) yang dihasilkan oleh

kelenjar hipofise dan thyroid – releasing hormone (TRH) yang dihasilkan oleh hipotalamus.

T3 didalam aliran darah terikat dengan thyroxine binding globulin (TBG) sebanyak 38 –  

80%, prealbumin 9 – 27% dan albumin 11 – 35%. Sisanya sebanyak 0.2 – 0.8% ada dalam

 bentuk bebas yang disebut free T3. Free T3 meningkat lebih tinggi daripada free T4 pada

 penyakit graves dan adenoma toxic. Free T3 dipakai untuk monitoring pasien yangmenggunakan obat anti-tiroid, karena pada pengobatan tersebut, produksi T3 berkurang dan

T4 dikonversi menjadi T3. Selain itu, kadar free T3 diprediksi untuk menentukan beratnya

kelainan tiroid.

Thyroxine (T4) di dalam aliran darah ada dalam bentuk free T4 dan yang terikat dengan

 protein. Protein pengikat T4 adalah TBG sebanyak 75%, albumin 10% dan prealbumin 15%

dari T4 total. Sebagian kecil yaitu 0.03% dari T4 ada dalam bentuk bebas yang disebut free

T4. Free T4 ini merupakan suatu uji laboratorium yang paling baik untuk mengetahui

adanya disfungsi dari kelenjar tiroid.

Thyroid stimulating hormone (TSH) adalah hormon yang dihasilkan oleh hipofisa interior.

TSH berfungsi merangsang produksi hormon tiroid seperti T4 dan T3 melalui receptornya

yang ada di permukaan sel thyroid. Sintesis dari TSH ini dipengaruhi oleh thyrotropin

releasing hormone (TRH) yang dihasilkan oleh hypothalamus bila didapatkan kadar hormon

tiroid yang rendah di dalam darah. Bila kadar T3 dan T4 meningkat, produksi TSH akan

ditekan sehingga akan terjadi penurunan kadar T3 dan T4.

Sebagaimana diketahui, hormon tiroid di dalam aliran darah terikat pada protein yang

disebut thyroxin binding protein. Banyaknya thyroxin binding protein yang tidak mengikat

hormon tiroid merupakan ukuran dari T-Uptake.

Sebagaimana diketahui T4 didalam aliran darah terikat pada beberapa protein seperti yang

telah disebutkan diatas. Selain itu T4 dapat meningkat pada kehamilan, pengobatan denganestrogen, hepatitis kronik aktif, sirosis bilier atau kelainan bawaan pada tempat pengikatan

T4. Pada keadaan ini , peningkatan T4 seolah-olah menunjukkan gangguan fungsi tiroid

yang berlebihan, yang sebenarnya peningkatan itu bersifat palsu. Oleh karena itu, untuk 

mengetahui fungsi tiroid yang baik dapat diperiksa dengan FTI. Pemeriksaan kadar T3, T4,

FTI, Free T3, Free T4, dan TSH dapat dilakukan dengan metoda ELISA.

Anti-thyroglobulin antibody adalah autoantibodi terhadap tiroglobulin dihasilkan oleh

kelenjar tiroid. Pada penyakit autoimmune tiroid akan dihasilkan antibodi tiroid yang akan

 berikatan dengan tiroglobulin yang menimbulkan reaksi radang daripada kelenjar tiroid.

Pada tirotoxikosis, titer anti-thyroid antibody dapat mencapai 1/1600 dan pada thyroiditis

Hashimoto lebih dari 1/5000. Pada keadaan tertentu seperti kanker tiroid dan penyakitrheumatoid, titer anti-thyroglobulin antibody dapat meningkat.

Luteinizing hormone (LH) adalah hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa anterior 

yang kerjanya bersamaan dengan Follicle Stimulating Hormone (FSH) yang menyebabkan

terjadinya ovulasi. Setelah ovulasi, LH membantu merangsang timbulnya corpus luteum

yang menghasilkan progesteron. Selain itu, LH juga merangsang produksi testosteron

 bersamaan dengan FSH akan mempengaruhi pematangan spermatozoa. Oleh karena itu,

 pemeriksaan LH dipakai untuk mengetahui infertilitas baik pada pria maupun wanita.

Kadarnya yang sangat tinggi didapatkan pada disfungsi kelenjar gonad seperti testis dan

ovarium, dan kadarnya rendah dikaitkan dengan kelainan pada hipotalamus dan hipofisa.

Prolaktin adalah hormon yang dikeluarkan oleh kelenjar hipofisa anterior yang kerjanya

Page 41: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 41/86

 pada kelenjar payudara saat menyusui, serta merangsang dan mempertahankan laktasi pada

saat melahirkan. Bila ibu tidak menyusui, kadar prolaktin serum menurun menjadi normal.

Kadar prolaktin dalam darah menurun pada pertumbuhan tumor hipofisa dan pada

 penggunaan bromocriptine yang mengakibatkan penurunan kadar prolaktin serum dan

mengurangi pertumbuhan tumor hipofisa. Pemeriksaan kadar prolaktin dipakai untuk 

monitoring pasca bedah, pasca kemoterapi dan pasca radiasi pada keganasan kelenjar yangmenghasilkan prolaktin.

Estradiol (E2) mempunyai sifat lebih kuat daripada estrone (E1) dan estriol (E3).

Pemeriksaan estradiol dipakai untuk mengetahui kelainan kelenjar gonad, juga dipakai

untuk mengevaluasi siklus haid dan masa fertilisasi pada wanita. Pada pria, estradiol

meningkat pada keganasan tumor testis dan tumor adrenal, sedangkan wanita pada tumor 

ovarium.

Progesteron adalah hormon primer yang dihasilkan oleh corpus luteum dari ovarium dan

dalam jumlah yang kecil diproduksi oleh korteks adrenal. Kadar progesteronemencapai

 puncak pada fase lutheal dari siklus haid selama 4 – 5 hari dan selama kehamilan.

Pemeriksaan serum progesteron berguna untuk konfirmasi ovulasi, masalah infertilitas dan

untuk mengetahui fungsi plasenta pada kehamilan.

Testosteron adalah hormon seks pada pria yang dihasilkan oleh testis dan kelenjar adrenal.

Pada wanita, hormon ini selain dihasilkan ovarium, juga dihasilkan oleh kelenjar adrenal.

Pemeriksaan testosteron serum untuk menegakkan diagnosis male sexual precocity sebelum

usia 10 thn dan infertilitas pada pria. Kadar testosteron serum tertinggi pada pagi hari.

Kadar rendah didapatkan pada hipogonadism primer dan sekunder.

Insulin-like Growth Factor 1 (IGF-1) adalah faktor pertumbuhan yang mempunyai fungsi

sangat kompleks. Faktor pertumbuhan IGF-1 merupakan perantara terhadap hormon

 pertumbuhan, memicu pengambilan asam amino, sintesis protein dan utilisasi penggunaanglukosa. Faktor pertumbuhan ini diproduksi oleh hati yang membantu kerja dari fungsi

endokrin. Kadar IGF-1 dalam serum meningkat pada saat pertumbuhan dan menurun

setelah dewasa.

Kortisol adalah hormon golongan glikokortikoid yang dihasilkan oleh korteks adrenal atas

 pengaruh adrenocorticotropic hormone (ACTH). Hormon ini mempengaruhi metabolisme

karbohidrat, protein dan lemak ; sebagai anti inflamasi ; mempertahankan tekanan darah ;

memperlambat kerja insulin dan memicu terjadinya glikogenesis di hati. Kadar kortisol di

dalam darah dipengaruhi oleh waktu pengambilan, pada pagi hari kadarnya lebih tinggi dan

rendah pada sore hari. Pemeriksaan kadar kortisol bertujuan untuk mengetahui fungsi

korteks adrenal.

Transferin adalah protein yang tergolong dalam fraksi beta globulin yang dihasilkan oleh

hati. Transferin berfungsi mengangkut besi dari dinding usus atau cadangan besi ke sumsum

tulang untuk pembentukan prekursor eritrosit dan limfosit. Kadar transferin ini meningkat

 bila didapatkan defisiensi besi dan menurun pada infeksi menahun, peradangan, penyakit

kanker, penyakit ginjal dengan proteinuria dan penyakit kelainan hati.

Fosfatase asam adalah enzim yang dihasilkan terutama oleh kelenjar prostat dan didapatkan

dalam kadar tinggi di dalam semen. Selain itu, enzim ini didapatkan pula dalam sumsum

tulang, eritrosit, limpa dan hati. Sepertiga sampai seperempat dari kadar fosfatase asam total

dihasilkan oleh kelenjar prostat yang disebut sebagai fosfatase asam prostat yangmerupakan isoenzim fosfatase asam. Kadar fosfatase asam dan fosfatase asam prostat ini

Page 42: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 42/86

meningkat terutama pada kanker prostat, sedangkan kadarnya pada hipertrofi prostat jinak 

normal. Setelah prostatic massage atau extensive palpation dapat meningkatkan kadar 

fosfatase asam. Untuk menentukan adanya kanker prostat lebih baik dilakukan pengukuran

kadar Prostate Spesific Antigen (PSA).

Beta crosslaps adalah pemeriksaan yang dipakai untuk monitoring pasien dengan pengobatan yang menghambat resorbsi tulang seperti pada penggunaan biphosphonate,

Hormone Replacement Therapy (HRT) dan pada wanita post menopausal.

Total Procollagen type 1 amino-terminal propeptide (P1NP) dipakai untuk monitoring

 pengobatan penderita dengan osteoporosis, pada wanita post menopausal dan penyakit

Paget pada tulang.

 N-MID Osteocalcin adalah pemeriksaan yang dipakai untuk mengontrol hasil pengobatan

yang menghambat resorbsi tulang seperti pada kasus dengan osteoporosis atau dengan

hiperkalsemi.

Di Laboratorium Klinik Bio Medika, pemeriksaan serologi dilakukan dengan menggunakan

metoda rapid test, reaksi aglutinasi dan immunochromatography dan pada pemeriksaan

imunologi digunakan metoda Enzyme-linked Immunosorbent Assay (ELISA) dengan

metoda Chemiluminescent Microparticle Immunoassay (CMIA) dan

Electrochemiluminescence Immmunoassay (ECLIA).

0 KOMENTAR 

Page 43: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 43/86

 

Pemeriksaan Serologi

Pemeriksaan serologi mempunyai hasil yang sangat bervariasi tergantung pada respon imun saat

 pemeriksaan laboratorium dilakukan dan lamanya kelainan yang dialami penderita. 

Pemeriksaan serologi adalah pemeriksaan yang menggunakan serum seperti pemeriksaan pada

dugaan demam dengue. Demam dengue dapat merupakan infeksi pertama kali yang disebut

infeksi primer dan dikenal sebagai demam dengue, serta infeksi kedua kali yang disebut infeksi

sekunder yang dapat menimbulkan penyakit demam berdarah yang dikenal sebagai Dengue

 Haemorragic Fever (DHF). Penyakit ini dapat berlanjut dengan renjatan dan berakhir dengan

kematian. Pada demam dengue, pemeriksaan serologi yang tersedia adalah pemeriksaan antigen

 NS-1, antibodi dengue IgG dan IgM.

  Pemeriksaan antigen NS-1 dengue dapat dilakukan pada hari pertama sampai hari

kesembilan dari demam baik pada infeksi primer maupun infeksi sekunder, sehingga

antigen NS-1 ini merupakan pemeriksaan dini untuk mengetahui adanya infeksi dengan

virus dengue.

  Pada infeksi primer didapatkan kadar antibodi IgM setelah hari ke 4 - 5 demam dan

antibodi IgG akan timbul setelah hari ke 14 demam dan bertahan dalam jangka waktu

yang lama. Pada infeksi sekunder, antibodi IgG akan timbul lebih dahulu yaitu 1 – 2 hari

setelah gejala demam timbul dan antibodi IgM akan timbul pada setelah hari ke 5 – 10

demam.

Page 44: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 44/86

Pemeriksaan antibodi terhadap virus Chikungunya IgM dilakukan terhadap pasien demam dengan

gejala pusing, sakit kepala, nyeri sendi dan ruam berwarna merah pada kulit. Untuk memastikan

 perlu dilakukan pemeriksaan antibodi terhadap virus Chikungunya IgM. Bila hasil negatif 

sebaiknya diulang 2 – 4 hari kemudian.

Pemeriksaan Widal adalah pemeriksaan yang bertujuan mengetahui adanya demam tifoid yang

disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhi atau Salmonella paratyphi A,B,C. Pemeriksaan

Widal sering menunjukkan reaksi silang dengan kuman yang berasal dari usus sehingga

 pemeriksaan ini tidak bersifat spesifik. Untuk mendeteksi infeksi dengan Salmonella typhi yang

spesifik dapat diperiksa Salmonella typhiIgM.

Pada infeksi lambung yang disebabkan oleh kuman Helicobacter pylori yang dapat menyebabkan

radang, tukak lambung dan dapat menimbulkan keganasan. Oleh karena itu adanya infeksi

dengan kuman Helicobacter pylori dapat diketahui dengan pemeriksaan antiboditerhadap H.pylori IgG-IgM.

Penyakit infeksi lain yang banyak di Indonesia adalah infeksi dengan parasit Entamoeba

histolityca yang dapat menyebabkan perdarahan usus bahkan dapat menimbulkan kerusakan

dinding usus (perforasi). Pasien yang diduga pernah mengalami infeksi dengan parasit tersebut

dapat diketahui dengan pemeriksaan antibodi IgG terhadap amoeba.

Terhadap penyakit tuberculosis (TBC), khususnya yang telah menyebar di dalam tubuh dapat

diketahui dengan pemeriksaan antibodi terhadap kuman tuberculosis.

Untuk penyakit syphilis yang disebabkan oleh Treponema pallidum dapat dilakukan pemeriksaan

VDRL/TPHA. VDRL adalah pemeriksaan yang tidak spesifik tetapi cukup sensitif untuk 

 penyakit syphilis. Tetapi pada beberapa penyakit seperti TBC, kusta, frambusia dapat

menimbulkan hasil positif palsu. Sedangkan syphilis stadium dini dan syphilis stadium lanjut

sering menghasilkan reaksi negatif palsu. Untuk membuktikan seseorang pernah kontak dengan

kuman Treponema pallidum dilakukan pemeriksaan serologi TPHA yang menguji adanya

antibodi spesifik terhadap kuman Treponema pallidum.

Chlamydia trachomatis adalah bakteri Gram negatif yang hidup intraseluler. Infeksi dengan

 bakteri ini dapat menimbulkan non-gonorrheal urethritis, lymphogranuloma venereum,

trachoma, neonatal pneumonia dan sindrom Reifer's. Penyakit terbanyak yang ditimbulkan oleh

 bakteri ini adalah non-gonorrheal urethritis. Empat puluh persen (40%) kasus non-gonorrheal 

urethritis disebabkan oleh infeksi bakteri Chlamydia, 70% kasus pada wanita menyebabkan

infeksi endoserviks dan 50% pada lelaki timbul urethritis asimptomatik. Pemeriksaan untuk 

mengetahui adanya infeksi dengan bakteri C. trachomatis dapat dilakukan dengan mendeteksi

antibodi atau antigen C. trachomatis. Pemeriksaan dengan antibodi terhadap C. trachomatis

menggunakan serum atau plasma. Antibodi C. trachomatis ada 2 macam yaitu golongan IgG danIgM. Deteksi antibodi C. trachomatis IgM mempunyai banyak kelemahan karena antibodi IgM

Page 45: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 45/86

tidak selalu timbul pada infeksi akut demikian juga dengan antibodi IgG. Antibodi IgG dapat

menimbulkan hasil positif palsu bila terdapat faktor rheumatoid dalam darah yang mengganggu

reaksi pada pemeriksaan.

Virus measles menyebabkan penyakit demam akut pada anak yang sangat menular. Penyakit iniditandai oleh radang selaput lendir saluran napas atas disertai ruam pada kulit. Penyakit ini

disertai komplikasi radang paru, telinga dan otak. Pada telinga dapat menyebabkan hilang

 pendengaran dan pada wanita hamil infeksi virus Measles dapat mengakibatkan abortus spontan,

kematian janin dan cacat kongenital. Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan berdasarkan

 pemeriksaan fisik dan antibodi IgM terhadap virus Measles di dalam serum pada keadaan akut

dan antibodi IgG setelah penyembuhan karena antibodi IgG ini bertahan dalam waktu yang cukup

lama atau akibat vaksinasi.

Infeksi virus Mumps dalam keadaan akut dapat menimbulkan radang kelenjar liur (parotitis),radang selaput otak (meningitis) dan radang pada testis (orchitis). Untuk memastikan adanya

infeksi akut diperiksa antibodi IgM terhadap virus Mumps dan infeksi masa lampau diketahui

dengan memeriksa antibodi IgG. Antibodi IgG terhadap Mumps mungkin didapatkan setelah

imunisasi 12 – 24 bulan.

Page 46: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 46/86

 

 Anti-Dengue IgG &  IgM 

Deskripsi  : Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi (IgG &  IgM) terhadap

virus dengue. Anti-Dengue IgG &  IgM baru dapat dideteksi setelah hari ke-3 demam.

Manfaat

Pemeriksaan 

: Mendeteksi awal adanya infeksi virus dengue yang dapat menyebabkan demam

berdarah dengue dan dengue shock syndrome.

Persyaratan & 

Jenis Sampel 

: Serum, plasma (EDTA, heparin, sodium sitrat) 50-100 μl 

Stabilitas Sampel  : 2 minggu pada suhu 2-8oC; > 2 minggu pada suhu ≤ -20oC

Persiapan Pasien  : Tidak ada persiapan khusus

Hari Kerja  : -

Metode  : Immunochromatografi

Nilai Rujukan  : Negatif 

Tempat Rujukan  : -

Catatan  : -

Pemeriksaan Laboratorium - Imuno Serologi 

Page 51: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 51/86

 sedangkan bakteri gram-negatif akan

berwarna merah

atau merah muda.

 Perbedaan

klasifikasi antara

kedua jenis bakteriini terutama

didasarkan pada

erbedaan struktur 

dinding sel bakteri.

Written by Kris Cahyo Mulyatno

Thursday, 13 January 2011 08:32

VIROLOGIHepatitis 

 HBsAg (ELISA)  Uji serologi (IgG & IgM) untuk mengetahuiantigenS virus Hepatitis B 

± 1 hari 

  Anti-HBs (ELISA)  Uji serologi (IgG & IgM) untuk mengetahui antiboditerhadap S virus Hepatitis B 

± 1 hari 

  Anti-HBc  Uji serologi untuk mengetahui antibodi terhadap CvirusHepatitis B 

± 1 hari 

  Anti-HBc IgM  Uji serologi (IgM) untuk mengetahui antibodi terhadap

C virus Hepatitis B 

± 1 hari 

 HBeAg  Uji serologi untuk mengetahui antigen HBe  ± 1 hari 

  Anti-HBe  Uji serologi untuk mengetahui antibodi HBe  ± 1 hari 

  Anti-HAV IgM  Uji serologi (IgM) untuk mengetahui infeksi virus HAV  ± 1 hari 

  Anti-HAV  Uji serologi untuk mengetahui antibodi terhadapHAV  ± 1 hari 

  Anti HCV  Uji serologi untuk mengetahui antibodi terhadapHCV  ± 1 hari 

 HBV/HCV – kuantitatif   Mengetahui kuantitas HBV/HCV  Maks 1 bulan 

 HBV/HCV – kualitatif   Identifikasi gen penyandi untuk menentukan adanyainfeksi virus HBV/HCV/HGV 

Maks 1 bulan 

 HBV/HCV – typing  Tahap lanjutan dari tes kualitatif yang positif untuk mengetahui sub-tipe virus HBV/HCV/HGV 

± 1 bulan 

VIROLOGI Avian Influenza 

 H5N1 - PCR   Pemeriksaan DNA untuk menentukan adanya infeksivirus H5N1 

± 12 jam 

Hasil diambil

Selasa danJumat 

Page 52: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 52/86

 H5N1 - serologi  Uji serologi untuk mengetahui infeksi virus H5N1  ± 1 hari 

 H5N1 - sequencing  Untuk mendeteksi mutan dari virus H5N1 denganmenggunakan sequencer. Juga untuk mengetahuiurutan nukleotida yang diteliti 

± 1 minggu 

 H5N1 – rapid test  Suatu cara cepat untuk mendeteksi adanya infeksi virusH5N1 

± 1 hari 

Dengue 

 Dengue ns-1 Ag  Uji serologi / biologi molekuler untuk mengetahuiantigen virus Dengue 

± 1 hari 

  Anti DHF IgG/ IgM  Uji serologi (IgG / IgM) untuk mengetahui antiboditerhadap infeksi virus Dengue 

± 1 hari 

 PCR Dengue  Identifikasi virus Dengue pada penderita  ± 12 jam 

Hasil diambilSelasa danJumat 

HIV /AIDS 

  Anti-HIV 3 metode  Uji serologi (3 metode) untuk mengetahui infeksi HIV  ± 1 hari 

 HIV RNA viral load  Identifikasi jumlah RNA HIV  ± 2 – 4minggu 

 CD 4  Uji status imunitas (jumlah CD 4)  Maks 1minggu 

Page 53: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 53/86

 

PEMERIKSAAN VIROTEC DENGUE IgG/IgM XP DALAM MENEGAKAN

DIAGNOSA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

Disusun Oleh :

Farikhah Lutfiana

G0C.007.018

I.1. Latar Belakang

Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit demam yang

disertai perdarahan bawah kulit, selaput hidung dan lambung, yang ditemukan di daerah

tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria. Penyakit ini disebabkan oleh

empat serotipe virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4) dari genus Flavivirus, famili

Flaviviridae dengan daya infeksi tinggi pada manusia.

Setiap serotipe cukup berbeda sehingga tidak ada proteksi-silang dan wabah yang disebabkan

 beberapa serotipe (hiperendemisitas) dapat terjadi. Virus dengue ditularkan melalui gigitan

nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya sudah menggigit orang yang terinfeksi dengue.(Soegijanto S, 2004)

Page 54: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 54/86

Nyamuk Aedes aegypti hidup dengan subur didaerah tropis dan subtropis. Perkembangan

hidup nyamuk Aedes aegypti dari telur hingga dewasa memerlukan waktu sekitar 10-12 hari.

Hanya nyamuk betina yang menggigit dan menghisap darah serta memilih darah manusia

untuk mematangkan telurnya. Sedangkan nyamuk jantan tidak bisa menggigit/menghisap

darah, melainkan hidup dari sari bunga tumbuh-tumbuhan. Umur nyamuk Aedes aegypti

 betina sekitar 2-3 bulan, tergantung dari suhu kelembaban udara disekelilingnya. (Rejeki, sri.Hadinegoro dan Hindra Irawan Satari.1999).

Klasifikasi nyamuk Aedes aegypti

Kingdom :Animalia

Filum :Invertebrata

Kelas :Insecta

Ordo :Dipera

Famili :Culicidae

Subfamili :Culicinae

Genus :Aedes

Subgenus :StegomiyaSpesies : Aedes aegypti

(women. M. 1993)

Populasi nyamuk Aedes aegypti akan meningkat pesat saat musim hujan namun nyamuk ini

 juga dapat hidup dan berkembang biak pada bak-bak penampungan air sepanjang tahun. Satu

gigitan nyamuk yang telah terinfeksi sudah mampu untuk menimbulkan penyakit dengue

 pada orang yang sehat, setelah tergigit nyamuk pembawa virus. Masa inkubasi akan

 berlangsung antara 3 sampai 15 hari sampai gejala demam dengue muncul. (Woman

M.1993).

Gejala demam dengue akan diawali oleh perasaan menggigil, nyeri kepala, nyeri saatmenggerakan bola mata dan nyeri punggung. Kesakitan pada tungkai dan sendi akan terjadi

 beberapa jam sejak gejala demam dengue mulai dirasakan. Suhu tubuh akan meningkat

dengan cepat mencapai 40 derajat celcius dengan detak nadi yang normal serta tekanan darah

yang cenderung turun. Bola mata akan tampak kemerahan. Kemerahan juga tampak pada

wajah yang dengan cepat akan menghilang. Kelenjar pada leher dan tenggorokan terkadang

ikut membesar. Setelah itu mulai muncul antibodi yang spesifik untuk penyakit dengue.

(Soegijanto S, 2004)

Antibodi yang muncul pada umumnya adalah IgG dan IgM, untuk Infeksi primer ditandai

dengan timbulnya antibodi IgM terhadap dengue sekitar tiga sampai lima hari setelah

timbulnya demam, meningkat tajam dalam satu sampai tiga minggu serta dapat dideteksisampai tiga bulan. Antibodi IgG terhadap dengue diproduksi sekitar dua minggu sesudah

infeksi. Titer IgG ini meningkat cepat, kemudian menurun secara lambat dalam waktu yang

lama dan biasanya bertahan seumur hidup. Pada infeksi sekunder terjadi reaksi anamnestik 

dari pembentukan antibodi, khususnya dari kelas IgG dimana pada hari kedua saja, IgG ini

sudah dapat meningkat tajam. (Rejeki, sri. Hadinegoro dan Hindra Irawan Satari.1999).

Dalam tubuh manusia virus dengue berkembang biak didalam sel retikuloendotelial,

kemudian terjadi viraemia yang diikuti dengan respon imun terhadap virus dengue baik 

humoral maupun seluler. Virus bersirkulasi dalam darah perifer di dalam sel monosit, sel

limfosit B dan sel limfosit T. Sebagi reaksi terhadap infeksi virus, tubuh akan membuat

antibodi anti-dengue, baik berupa anti netralisasi, anti-hemaglutinasi dan anti komplemen.

Diduga bahwa kebocoran vaskuler pada DBD disebabkan oleh pelepasan sitokin (IL-1β dan

Page 55: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 55/86

TNF-α) serta PAI oleh monosit dan pelepasan IL-2, IL-1β serta TNF-α oleh limfosit T yang

terinfeksi oleh infeksi virus tersebut. ( Aryati, Yolanda Probohoesodo. 2000)

Penemuan virus dengue dari sampel darah atau jaringan adalah cara yang paling konklusif 

untuk menunjukkan infeksi dengue, meskipun demikian perlakuannya tidak mudah karena

virus dengue tumbuh kurang baik di hewan atau biakan sel serta membutuhkan waktu lebihdari dua minggu untuk mendapatkan hasil yang positif. Isolasi virus merupakan cara diagnosa

laboratorium yang terbaik karena hasilnya langsung akan dapat diketahui sampai pada

serotipenya, namun cara ini sulit, lama dan mahal. (Rezeki Sri H. Hadinegoro , Hindra

Irawan Satari . 1999)

Lima uji serologi berdasarkan atas timbulnya antibodi pada penderita DBD yang terjadi

setelah infeksi yaitu:

1. Uji HI (Hemaglitination Inhibition test)

Uji HI merupakan uji serologi yang paling banyak dipakai secara rutin. Selain sederhana,

mudah, murah juga sensitive dan hasilnya bisa dipercaya apabila dilakukan sesuai prosedur 

yang ada. Tapi antibodi HI akan berada di dalam darah untuk waktu yang sangat lama (> 50thn). Hal ini menjadi masalah besar karena uji laboratorium tersebut tidak dapat memberikan

hasil yang cepat, dan dapat menimbulkan keraguan atas penerapan secara umum, uji ini

dalam klasifikasi dengue.

2. Uji Pengikatan Komplemen (Complement Fixation test)

Uji ini tidak banyak dipakai untuk diagnosis serologi secara rutin. Selain rumit caranya juga

memerlukan keahlian tersendiri. Antibodi pengikatan komplemen (CF antibody) biasanya

timbul setelah antibodi HI timbul dan sifatnya lebih spesifik pada infeksi primer dan biasanya

cepat menghilang dari darah.

3. Uji Neutralisasi (Neutralization tes)Uji ini merupakan uji serologi yang paling sensitif dan spesifik untuk infeksi dengue

dibandingkan dengan uji serologi yang lain. Antibodi netralisasi timbul bersamaan atau

sedikit lebih lambat dari antibodi HI tetapi lebih cepat dari timbulnya antibodi pengikatan

komplemen. Antibodi ini akan bertahan di dalam darah untuk waktu yang lama (>50 th). Uji

netralisasi ini tidak dipakai secara rutin karena caranya sangat rumit, mahal, dan memerlukan

ketrampilan khusus.

4. Uji Mac.Elisa (IgM capture enzyme-linked immunosorbent assay)

Uji ini berdasarkan atas adanya antibody IgM pada serum penderita yang ditanggap oleh

Goat anti Human IgM yang sebelumnya dilekatkan pada suatu permukaan yang kasar. Untuk 

memberikan kepastian maka pemeriksaan ulang terhadap specimen konvalasen sangatdiperlukan IgM Mac-Elisa sedikit kurang sensitive dibandingkan dengan uji HI dan

konplemen.

5. Uji IgG Elisa indirek 

Uji IgG Elisa indirek merupakan uji serelogi yang sebanding dengan uji HI karena uji ini

harus menggunakan dua specimen yaitu akut dan konvalesen. Uji Elisa sangat tidak spesifik,

 banyak reaksi silang dengan flafirus yang lain, juga tidak dapat menentukan serotif. (Rezeki

Sri H. Hadinegoro , Hindra Irawan Satari . 1999)

Akhir-akhir ini beredar uji cepat dalam bentuk kit untuk mendeteksi antibodi IgM atau IgG

salah satunya yaitu pemeriksaan VIROTEC DENGUE IgG/IgM XP. Pemeriksaan ini

merupakan tes cepat generasi terbaru secara Immunochromatographic untuk membedakan

Page 56: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 56/86

infeksi dengue primer dan sekunder. Tes ini juga dapat mendeteksi semua serotip Dengue,

yaitu 1-4. (Suroso, torry Chrishantoro.2004)

I.2. Permasalahan

Dari uraian latar belakang diatas terdapat permasalahan yaitu bagaimana pemeriksaan

serologi Virotec Dengue IgG/IgM XP untuk deteksi kualitatif antibodi IgG atau IgM terhadapvirus dengue dalam serum atau darah manusia.

I.3. Tujuan

Untuk mengetahui pemeriksaan serologi Virotec Dengue IgG/IgM Xp, untuk deteksi

kualitatif antibodi IgG atau IgM terhadap virus dengue dalam serum atau darah manusia serta

untuk membedakan antara infeksi dengue primer dan sekunder.

BAB II

METODE PEMERIKSAAN

II.1. Bahan Pemeriksaan (Alat dan Reagen)Bahan yang digunakan dalam pemeriksaan ini antara lain Komponen Kit yang terdiri dari

Tes device Virotec Dengue IgG/IgM XP, dilluent dalam dropper vial, dan plastic loops (1 µl)

II.2. Bahan Pemeriksaan (Sampel)

Sampel yang digunakan adalah Serum atau darah manusia dari darah vena, serum atau darah

manusia yang segar akan memberikan hasil yang terbaik.

II.3. Prinsip

Sampel apabila mengandung antibodi IgG dan atau IgM yang diteteskan pada tes devis, maka

akan bergerak ke arah konjugat yaitu blue particle conjugated with purified recombinant

dengue envelope protein membentuk complexes. Senyawa complexes ini akan terus bergerak ke area tes yang merupakan bagian membran, dimana masing-masing sudah dilapisi dengan

 purified monoclonal anti human IgM yang diimobilisasikan pada area IgG. Selanjutnya akan

terjadi ikatan sesuai dengan jenis antibody yang terdapat pada sampel ditandai dengan

terbentuknya garis berwarna biru pucat pada area IgG dan atau IgM. Hal ini menunjukan

hasil positif dari antibody IgG dan atau IGM.intensitas garis yang terbentuk tersebut

 bervariasi tergantung dari jumlah/kadar antibody yang terdapat dalam sampel. Garis warna

merah pada area control menandakan bahwa tes bekerja dengan baik.

II.4. Cara Kerja Pemeriksaan Verotex Dengue IgG/IgM XP

1. tes device terlebih dahulu diadaptasikan pada suhu kamar 

2. sejumlah tes devis yang diperlukan disiapkan, kemudian tes devis diletakan pada tempat

yang datar dan bersih

3. sampel diambil menggunakan plastic loops yang tersedia dalam kemasan, untuk serum

sebanyak 1 loops (1 µl) atau 2 loops (2 µl) untuk darah, tanpa adanya gelembung udara.

Kemudian plastic loops ditempelkan pada lubang sampel (S) dengan posisi sekitar 45º, plastic

loops dibalik dan diulang penekannya untuk mendapatkan hasil yang optimal. Serum

dipastikan tidak tersisa dalam plastic loops

4. ditambah 4 tetes dilluent buffer pada lubang sampel (S)

5. dibaca hasilnya dalam waktu 15-30 menit.

Hasil yang Negatif dapat dikonfirmasikan setelah 30 menit.

Dengan catatan :

Page 57: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 57/86

1. tidak boleh menukar dilluent buffer maupun tes devis dari satu lot ke lot yang laen.

2. untuk mendapatkan hasil yang valid, sebaiknya tes devis dibaca dengan bantuan

lampu/cahaya.

3. hasil sebaiknya tidak dibaca setelah 60 menit.

BAB IIIHASIL DAN PEMBAHASAN

III.1. HASIL

Adanya perbedaan warna pada area Kontrol dan area tes.

I. Positif 

Tampak 1 atau 2 garis biru pada salah satu atau kedua area dan garis merah pada area Kontrol

dari Virotec Dengue IgG/IgM XP.

I.1 Infeksi Dengue Primer 

Pemeriksaan dinyatakan positif untuk dengue primer apabila IgM positif (garis biru pada area

1), IgG negative (tidak tampak garis pada area 2) dan adanya garis merah pada area Kontrol(C).

I.2. Infeksi Dengue Sekunder 

Pemeriksaan dinyatakan positif untuk dengue sekunder apabila IgM positif (garis biru pada

area 1), IgM positif (garis biru pada area 2) dan adanya garis merah pada control (C) atau

IgM negatif (tidak tampak garis pada area 1), IgG positif (garis biru pada area 2) dan adanya

garis merah pada area control (C).

2. Negatif 

Pemeriksaan dinyatakan negatif apabila hanya terdapat garis merah pada area control (C)

yang terlihat pada saat 15 sampai 30 menit. Pemeriksaan diulangi dalam 4 sampai 7 hariapabila gejala klinis tetap muncul.

3. Invalid

Pemeriksaan dinyatakan invalid apabila IgM positif (terdapat garis biru pada area 1), IgG

 positif (terdapat garis biru pada area 2) dan tidak terdapat garis merah pada area Kontrol (C).

III.2. Pembahasan

Pemeriksaan VIROTEC DENGUE IgG atau IgM XP menggunakan membran dengan

kapasitas pengikatan dan daya alir yang tinggi, Monoklonal anti human IgM antibodi dan

Monoklonal anti human IgG antibodi berafinitas tinggi yang dilapiskan pada membran,

konjugat yakni recombinant dengue envelope protein yang dikonjugasi dengan blue particle.Pemeriksaan ini menghasilkan sensitifitas dan spesifisitas tinggi.

Perbedaan garis warna pada area control dan area memberikan kemudahan dan akurasi pada

interpretasi hasil.

BAB IV

KESIMPULAN

Demam berdarah (DB) atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit febril akut yang

ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis yang mirip dengan malaria.

Penyakit ini disebabkan oleh empat serotipe virus dengue (DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4)

dari genus Flavivirus, famili Flaviviridae dengan daya infeksi tinggi pada manusia. Virus

dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti yang sebelumnya sudah menggigit

Page 58: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 58/86

orang yang terinfeksi dengue. Nyamuk Aedes aegypti hidup dengan subur didaerah tropis dan

subtropis.

Infeksi primer ditandai dengan timbulnya antibodi IgM terhadap dengue sekitar tiga sampai

lima hari setelah timbulnya demam, meningkat tajam dalam satu sampai tiga minggu serta

dapat dideteksi sampai tiga bulan. Antibodi IgG terhadap dengue diproduksi sekitar duaminggu sesudah infeksi. Titer IgG ini meningkat cepat, kemudian menurun secara lambat

dalam waktu yang lama dan biasanya bertahan seumur hidup. Pada infeksi sekunder terjadi

reaksi anamnestik dari pembentukan antibodi, khususnya dari kelas IgG dimana pada hari

kedua saja, IgG ini sudah dapat meningkat tajam.

Virotec Dengue IgM atau IgG XP berbentuk strip memiliki nilai diagnostic yang tinggi dalam

membantu menegakan diagnose DBD karena sensitifitas dan spesitifitas diagnostic yang

tinggi, disamping itu pemeriksaan ini juga sangat praktis, cepat dan mudah dalam

 pelaksanaanya.

BAB V

DAFTAR PUSTAKA

Aryati, Yolanda Probohoesodo. 2009. Mendeteksi Demam Berdarah Dengan Cepat. Vol 3 (6)

Rezeki Sri H. Hadinegoro, Hindra Irawan Satari. 1999. Demam Berdarah Dengue. Jakarta:

FKUI.

Soegijanto S, 2004. Demam Berdarah Dengue. Airlangga University Press Surabaya. Hal 99.

Suroso, Torry Chrishantoro.2004. Panbio Dengue Fever Rapid Strip Igg dan Igg . Jakarta:

Pasific Biotekindo.

Woman, M.1993. The Yellow Fever Mosquito,Aedes Aegypti wing beats vol 5 (4) 4.

www.blogdokter.net/2008/06/27/demam-berdarah-dengue.

Page 59: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 59/86

 

PEMERIKSAAN SEROLOGI DEMAM BERDARAH DENGUE 

Infeksi virus dengue akan mengakibatkan terbentuknya antibody. Antibody yang pertamadibentuk ialah Neutralizing antibody (NT), yaitu pada hari kelima. Titer antibody ini naik sangat cepat, kemudian menurun secara lambat untuk waktu yang lama, biasanya seumurhidup. Antibody ini bersifat spesifik. Setelah pembentukan NT, segera akan timbulHemaglutination inhibition antibody (HI). Titer naik sejajar dengan NT dan kemudian akanturun secara perlahan-lahan, lebih cepat daripada antibody NT. Untuk waktu yang lama,tetapi lebih pendek daripada antibody NT.

 Antibodi HI bersifat spesifik terhadap golongan tapi tidak terhadap tipe virus. Dengandemikian dalam satu golongan dengan lebih dari satu tipe virus dapat terjadi reaksi silangdiantara masing-masing tipe virus.

 Antibodi yang terakhir timbul adalah Complement fixing antibody (CF), yaitu sekitar harikedua puluh, titer naik setelah perjalanan penyakit mencapai maksimum dalam waktu 1-2bulan dan kemudian turun secara cepat dan menghilang setelah 1-2 tahun.

Dasar pemeriksaan serologis adalah membandingkan titer antibody pada masa akut danmasa konvalesen. Pemeriksaan dapat berupa Neutralizing test, complement fixation testatau hemagglutination inhibition test. Bergantung pada kebutuhannya. Pemeriksaanserologis dapat membantu menegakkan diagnosis klinis. Untuk pemeriksaan serologis inidibutuhkan 2 contoh darah pada masa konvalesen yang diambil 1-4 minggu setelahperjalanan penyakit. Dalam praktek sukar sekali mendapatkan contoh darah kedua karenabiasanya penderita setelah sembuh tidak bersedia diambil darahnya.

Page 60: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 60/86

Maksud diambil contoh darah yang kedua ialah selain untuk menjaga kemungkinan tidak didapatkan contoh darah ketiga juga untuk mempercepat hasil akan sudah cukup nyatasehingga dapat diinterpretasi. Apabila hanya diperoleh satu contoh darah, penafsiran akansulit atau bahkan sering tidak mungkin dilakukan.

Hemagglutination Inhibition Test 

Pemeriksaan uji Hemagglutination inhibition antibody dapat dilakukan dengan 2 cara :

  Dalam bentuk serum yaitu dengan mengambik 2-5 ml darah vena dengan menggunakansemprit atau vacutainer. Selanjutnya serum dipisahkan dan dimasukkan ke dalam botolsteril yang tertutup rapat. Sebelum dikirim serum disimpan dalam lemari es dan padawaktu dikirim ke laboratorium dimasukkan ke dalam termos berisi es.

  Dengan menggunakan kertas saring “filter paper disc”. Kerta saring ini khusus, dengandiameter 12,7 mm, mempunyai tebal dan daya hisap tertentu. Darah dari tusukan pada

ujung jari atau darah vena dari semprit dikumpulkan pada kertas saring sampai jenuhbolak-balik, artinya seluruh permukaan kertas saring harus tertutup darah. Diusahakanagar kertas saring tidak diletakkan pada permukaan yang memudahkan kertas saringmelekat, misalnya pada kaca atau plastik. Kertas saring yang dikeringkan pada suhukamar selama 2-3 jam dapat dikirim dalam amplop dengan perantaraan pos kelaboratorium.

Cara pertama merupakan cara yang terbaik, tetapi bila diingat bahwa pengumpulan serumserum memerlukan alat-alat khusus (semprit steril, lemari es, sentrifuse, pipet Pasteur steril,termos es dll.), maka cara kedua adalah lebih tepat.

Hasil yang diperoleh dengan menggunakan kertas saring adalah cukup baik, terutamaapabila cara pengisian dilakukan dengan betul.

 Antibodi HI dapat diperiksa dengan suatu pemeriksaan yang disebut uji HI(hemagglutination inhibition test). Dasar pemeriksaan ini ialah sifat virus yang dapatmenggumpalkan (mengaglutinasi) darah yang dapat dihambat oleh serum yangmengandung antibody homolog terhadap antigen (dalam hal ini virus) yang dipakai.

Untuk pemeriksaan HI terhadap virus dengue dipakai antigen 8 satuan. Pertama-tamadigunakan antigen virus dengue tipe1 atau 2. Apabila hasil pemeriksaan negative,percobaan diulangi dengan menggunakan ketiga antigen lain.

Pada pemeriksaan serologis uji HI serum diencerkan menjadi kelipatan 2 kali, dimulaidengan pengenceran 1:10, 1:20, 1:40 dan seterusnya.

Interpretasi hasil pemeriksaan berdasarkan Kriteria WHO (1975) yaitu:

1.  Pada infeksi primer, titer antibody HI pada masa akut, yaitu bila serum diperolehsebelum keempat sakit adalah kurang dari 1:20 dan titer anak naik 4 kali atau lebih padamasa konvalesen, tetapi tidak akan melebihi 1:1280.

2.  Pada infeksi sekunder, adanya infeksi baru (recent dengue infection) ditandai oleh titerantibody HI kurang dari 1:20 pada masa akut, sedangkan pada masa konvalesen titer

bernilai sama atau lebih besar daripada 1:2560. Tanda lain infeksi sekunder ialah apabila

Page 61: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 61/86

titer antibody akut sama atau lebih besar daripada 1:20 dan titer akan naik 4 kali ataulebih pada masa konvalesen.

3.  Persangkaan adanya infeksi sekunder yang baru terjadi (presumptive diagnosis) ditandaioleh titer antibody HI yang sama atau lebih besar daripada 1:280 pada masa akut. Dalamhal ini tidak diperlukan kenaikan titer 4 kali atau lebih pada masa konvalesen.

Tabel interpretasi hasil uji HI

Titer Ab akut Titer Ab konvalesen Interpretasi

< 1:20

< 1:20

≥ 1:20 

≥ 1:1280 

 Naik 4x atau lebih (<1:1280)

≥ 1:2560 

 Naik 4x atau lebih

Tidak perlu naik 4x atau lebih

Infeksi primer 

Infeksi sekunder baru

Infeksi sekunder baru

Infeksi sekunder tersangka baru terjadi

Dengue Blot IgG dan IgM 

Tes serologi lainnya adalah dengue blot IgG dan IgM. Dengue blot IgG masih banyak kelemahannya. Sensitivitas pada infeksi sekunder tinggi, tetapi pada infeksi primer sangatrendah. Hasil positif IgG menandakan adanya infeksi sekunder dengue. Tetapi bisa jugadibaca sebagai pernah terkena infeksi virus dengue. Untuk IgM sensitivitasnya lebih baik,khususnya untuk infeksi primer dengue. Sayang harganya relatif lebih mahal. Tes inimerupakan pemeriksaan kualitatif dengan mempergunakan metode enzyme immunoassay.Dengan tes ini, antibodi IgM baru dapat diketahui setelah hari ke-5 infeksi dengue.

Tes lainnya yang beredar adalah Dengue IgG dan IgM Capture ELISA (EnzymelinkedImmunosorbent Assay). Pemeriksaan ini memerlukan waktu 90 menit untuk IgM dan 60menit untuk IgG. Hasilnya dapat keluar sebagai kadar dari IgG dan IgM (kuantitatif).

Kit yang lebih baru lagi adalah Dengue Rapid Strip IgG-IgM. Antigen yang digunakan yaiturekombinan Den-1, 2, 3, 4 dengan metode Rapid Immunochromatographic Capturedantibodi virus IgG dan IgM. Deteksi IgM menginterpretasikan infeksi primer atau sekunder.Nilai cut-off IgG dirancang untuk mendeteksi kadar tinggi yang khas muncul dari infeksisekunder. Tes ini terbukti mempunyai korelasi yang sangat baik terhadap uji HAI.Sensitivitas dan spesifisitas diagnostik dari tes ini dilaporkan sebesar 92-99%. Tes ini sangatpraktis dan hanya memerlukan waktu selama 15 menit.

 Antibodi IgM akan muncul 2 sampai 6 hari setelah dimulainya gejala, sedangkan IgG setelah6 hari. IgG akan meningkat secara perlahan dalam beberapa minggu. Ini umumnya yangterjadi pada infeksi primer dengue. Pada infeksi sekunder dengue, kadar IgM kadang-kadang bisa lebih rendah atau sulit terdeteksi sehingga dalam keadaan ini deteksi IgGmenjadi sangat penting. Kadar antibodi IgG akan cepat meningkat karena telah adanyamemori antigen dengue.

Enzym-enzym hati pada kasus infeksi sekunder dengue (DHF) cenderung menunjukkanadanya kenaikan seperti SGOT (AST) dan SGPT (ALT). Kenaikan kadar ini kadang juga dapatdipakai untuk membedakan apakah infeksinya termasuk DF atau DHF. Hal ini disebabkan

oleh adanya kerusakan sel-sel karena terjadinya perdarahan kecil dalam hati. Dalamperkembangan diagnostik sampai saat ini di samping dengan menilai gejala-gejalanya, juga

Page 62: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 62/86

pemeriksaan laboratorium akan sangat membantu untuk menegakkan diagnostik penyakitDHF. Yang lebih penting lagi adalah bagaimana bisa menegakkan diagnosis sedini mungkin,sehingga pengobatan secara adekwat dapat segera diberikan.

Pemeriksaan Rumple leed test 

Percobaan ini bermaksud menguji ketahanan kapiler darah dengan cara mengenakanpembendungan kepada vena-vena, sehingga darah menekan kepada dinding kapiler.Dinding kapiler yang oleh suatu sebab kurang kuat akan rusak oleh pembendungan itu,darah dari dalam kapiler itu keluar dari kapiler dan merembes ke dalam jaringan sekitarnyasehingga nampak sebagai bercak merah kecil pada permukaan kulit (petechiae).

Pemeriksaan dilakukan dengan memasang sfigmomanometer pada lengan atas danpompalah sampai tekanan berada ditengah-tengah nilai sistolik dan diastolik. Pertahankantekanan itu selama 10 menit, setelah itu lepaskan ikatan dan tunggulah sampai tanda-tandastasis darah lenyap lagi. Stasis darah telah berhenti jika warna kulit pada lengan yang

dibendung tadi mendapat lagi warna kulit lengan yang tidak dibendung. Lalu carilahpetechiae yang timbul dalam lingkaran berdiameter 5 cm kira-kira 4 cm distal dari venacubiti. Test dikatakan positif jika terdapat lebih dari 10 petechiae dalam lingkaran tadi.

 About these ads 

Like this:

6 Responses to “PEMERIKSAAN SEROLOGI DEMAMBERDARAH DENGUE”  

1.  mbak… punya literatur tentang metode HI yang digunakan untuk virus dengue gak? kalo boleh taupartikel apa dari virus dengue yang menyebabkan terjadinya hemaglutinasi. karena setahu saya,

hemaglutinasi disebabkan oleh partikel hemaglutinin dari virus. thank you sebelumnya

2

0

Rate This

Wiwid DVM - March 11, 2011 at 9:23 am | Reply 

Reply 

2.  thanks yaaa, boleh dikopi kann ke blog saya

terima kasih sebelumnyaa

0

0

Rate This

eliza  - November 14, 2010 at 10:36 pm | Reply 

Page 63: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 63/86

Reply 

o  boleh2…silahkan mba eliza 

0

0

Rate This

ifan050285  - November 14, 2010 at 11:31 pm | Reply 

Reply 

3.  tolong kalo buat tulisan ilmiah diberi sumber dan daftar pustakanya yaaaa… thanks infonyaaa..

1

1

Rate This

ima - May 17, 2010 at 7:28 pm | Reply 

Reply 

o  iya maap emang beberapa artikel gak ada daftar pustaka nya. lain kali saya akan tulis daftarpustaka nya. btw thanks for your critics… 

1

1

Rate This

ifan050285  - May 17, 2010 at 9:04 pm | Reply 

Reply 

4.  theng so..

0

0

Rate This

yeny  - May 16, 2010 at 11:51 pm | Reply 

Reply 

Page 64: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 64/86

 

Page 65: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 65/86

 

HUBUNGAN antara pemeriksaan antibodi

LGM/IgG dengan jumlah tranbosit pada

penderita Dbd

Edition

Call Number 610.7 TRI h

ISBN/ISSN

Author(s) TRIYANISubject(s) KARYA TULIS ILMIAH ANALIS

KESEHATAN

Classification 610.7

Series Title KARYA TULIS ILMIAH ANALIS KESEHATAN

GMD Text

Language Indonesia

Publisher AK PERGURUAN TINGGI MH THAMRIN

Publishing Year 2011

Publishing Place jakarta

Collation

Abstract/Notes Demam Berdarah Dengue ( DBD )

disebabkan oleh virus dengue ditularkan

melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti.

Ada beberapa tes serologi yang dapat

digunakan sebagai tolak ukur untukidentifikasi penyakit DBD salah satunya

Page 66: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 66/86

adalah pemeriksaan dengue rapid test IgG

dan IgM. Pemantauan jumlah trombosit

pada penderita DBD sangat penting dan

Pemeriksaan serologis anti dengue IgM

dan IgG juga sangat diperlukan untukmembedakan demam yang diakibatkan

virus dengue ataukah demam oleh sebab

lain ( demam typoid, malaria, influenza )

dan juga untuk membedakan derajat

infeksi yang terjadi.

Penelitian ini membahas hubungan

pemeriksaan antibody dengue IgM dan IgG

dengan jumlah trombosit dengan

melakukan pengumpulan data sekunder

pada 50 orang penderita DBD pada bulanJanuari sampai Mei tahun 2011 di RS st.

Carolus Jakarta.

Berdasarkan hasil pengolahan data rata-

rata jumlah trombosit mengalami

penurunan pada hari kedua selama tiga

hari perawatan. Hal tersebut dapat

terjadi karena penurunan produksi

trombosit (penekanan produksi di

sumsum tulang), penggunaan trombosit

yang berlebihan dan adanya antibodi antitrombosit dalam darah.

Maka dalam penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa infeksi dari hasil

pemeriksaan antibodi dengue IgM dan IgG

mempengaruhi jumlah Trombosit.

Page 68: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 68/86

Pemeriksaan antibodi IgG dan IgM yang spesifik berguna dalam diagnosis infeksi virus dengue.

Kedua antibodi ini muncul 5-7 hari setelah infeksi. Hasil negatif bisa saja muncul mungkin

karena pemeriksaan dilakukan pada awal terjadinya infeksi. IgM akan tidak terdeteksi 30-90 hari

setelah infeksi, sedangkan IgG dapat tetap terdeteksi seumur hidup. IgM yang positif memiliki

nilai diagnostik bila disertai dengan gejala yang mendukung terjadinya demam berdarah.

Pemeriksaan IgG dan IgM ini juga bisa digunakan untuk membedakan infeksi dengue primeratau sekunder.

(Halstead, 2008)

Dengue primer 

Dengue primer terjadi pada pasien tanpa riwayat terkena infeksi dengue sebelumnya. Pada

pasien ini dapat dideteksi IgM muncul secara lambat dengan titer yang rendah.

Dengue Sekunder 

Dengue sekunder terjadi pada pasien dengan riwayat paparan virus dengue sebelumnya.

Kekebalan terhadap virus dengue yang sama atau homolog muncul seumur hidup. Setelah

 beberapa waktu bisa terjadi infeksi dengan virus dengue yang berbeda. Pada awalnya akan

muncul antibodi IgG, sering pada masa demam, yang merupakan respon memori dari sel imun.

Selain itu juga muncul respon antibodi IgM terhadap infeksi virus dengue yang baru.

Untuk mudahnya bisa dilihat pada tabel di bawah :

Selain itu juga bisa digunakan rasio IgM/IgG. Rasio > 1,8 lebih mendukung infeksi dengue

primer, sedangkan raso ≤ 1,8 lebih ke arah infeksi dengue sekunder. 

Page 70: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 70/86

February 2013 

M T W T F S S

4 5 6 7 8 9 10

11 12 13 14 15 16 17

18 19 20 21 22 23 24

25 26 27 28

RECENT POSTS  Cara Mudah Membaca Analisa Gas Darah 

  Pemeriksaan Serologi pada Hepatitis B 

  Sindroma Mielodisplasia atau MDS 

  Pemeriksaan Lactate Dehydrogenase (LDH) 

  Strategi Penatalaksanaan Laboratorium pada Gagal Ginjal Kronis 

RECENT COMMENTS  Anonymous on Hello world! 

ARCHIVES  February 2013 

CATEGORIES  Hematologi 

  Misc. 

  Pemeriksaan 

  Penyakit 

  Uncategorized 

Page 71: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 71/86

 

Diagnosis Laboratoris DBD Terkini 

DIAGNOSIS LABORATORIS DBD TERKINI 

PENDAHULUAN Sampai saat Demam Berdarah Dengue ( DBD ) masih merupakan masalah kesehatan,

bersifat endemis dan timbul sepanjang tahun. Penyakit ini walau banyak terjadi pada anak-anak,

namun terdapat kecenderungan peningkatan jumlah penderita dewasa serta menyebabkan

morbiditas dan mortalitas.

Diagnosis laboratoris DBD baik pada anak maupun dewasa belum pernah dibedakan secara jelas, di mana masih memakai kriteria umum yaitu isolasi virus dengan cara kultur, pemeriksaan

serologis dengan mendeteksi antibodi anti-dengue, maupun pemeriksaan asam nukleat dari RNA

virus dengue yang sekaligus dapat mendeteksi jenis serotipe virus dengue yang diperlukan tidak saja

untuk keperluan epidemiologi, namun salah satu faktor yang kemungkinan dapat mengarah pada

gradasi berat ringannya gejala infeksi virus dengue.

Konsekuensinya, diperlukan pemahaman prosedur pemeriksaan yang dapat dilakukan

secara rutin maupun untuk penelitian, beserta interpretasi hasil uji laboratorisnya. Pengertian

mengenai kinetik replikasi virus dengue dan respons terhadap host , demikian juga untuk

pengumpulan dan penanganan spesimen diperlukan untuk mengklarifikasi kekuatan dan kelemahan

dari berbagai uji/metode diagnosis infeksi virus dengue.

Page 72: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 72/86

Diagnosis infeksi virus Dengue, selain dengan melihat gejala klinis, juga dilakukan

dengan pemeriksaan darah di laboratorium. Pada Demam Dengue

(DD), saat awal demam akan dijumpai jumlah leukosit (sel darah putih) normal, kemudian

menjadi leukopenia (sel darah putih yang menurun) selama fase demam. Jumlah trombosit

pada umumnya normal, demikian pula semua faktor pembekuan, tetapi saat epidemi/wabah

dapat dijumpai trombositopenia (jumlah trombosit yang menurun ). Enzim hati dapatmeningkat ringan. Pada Demam Berdarah Dengue (DBD), pemeriksaan laboratorium

menunjukkan trombositopenia dan hemokonsentrasi. Pada kasus syok/SSD, selain

ditemukan hasil laboratorium seperti DBD di atas, juga terdapat kegagalan sirkulasi ditandai

dengan terjadi penurunan demam disertai keluarnya keringat, ujung tangan dan kaki teraba

dingin, nadi cepat atau bahkan melambat hingga tidak teraba serta tekanan darah tidak

terukur. Seringkali sesaat sebelum syok, penderita mengeluh nyeri perut, beberapa tampak

sangat lemah dan gelisah. 

Dalam menegakkan diagnosis infeksi virus Dengue diperlukan pemeriksaan untuk

mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap virus Dengue di dalam serum penderita baik

berupa IgM antidengue maupun IgG antidengue. 

Penting diketahui bahwa IgG antidengue bersifat diagnostik, dapat menjadi parameter 

terjadinya dugaan infeksi dengue sekunder akut. Hal ini sesuai dengan teori yang masih

dianut sampai saat ini, yaitu teori heterologous infection maupun ADE (Antibody Dependent 

Enhancement).Jadi IgG yang terdeteksi dalam pemeriksaan laboratorium tidak menunjukkan

adanya proteksi atau sekedar infeksi virus dengue di masa lampau. 

Diagnosis yang telah ditegakkan dengan pemeriksaan klinis dan laboratoris (WHO,1997),

ditunjang dengan pemeriksaan serologis adanya baik IgM anti dengue ataupun IgG anti

dengue yang idealnya diikuti kadarnya ( apabila memungkinkan ), hal ini akan mempertajam

diagnosis DBD. Pemeriksaan lanjutan untuk mengetahui serotipe Den1,2,3,4 dari virus

dengue saat ini banyak dilakukan dengan metode molekuler yaitu nested RT-PCR ( Reverse

Transcriptase Polymerase Chain Reaction ).Untuk wabah DBD yang sekarang merebak di

Indonesia saat ini, idealnya pemeriksaan dilanjutkan tidak hanya sampai serotipe namun

untuk melihat subtipe, yang akhir-akhir ini diduga sebagai strain baru. 

IMUNOPATOGENESISDi dalam tubuh manusia, virus berkembang biak dalam sistim retikuloendotelial, dengan

target utama virus dengue adalah APC ( Antigen Presenting  Cells ) di mana pada umumnya berupa

monosit atau makrofag jaringan seperti sel Kupffer dari hepar 

( hepatosit) juga dapat terkena.Viremia timbul pada saat menjelang tampak gejala klinik hingga 5 - 7

hari setelahnya. Virus bersirkulasi dalam darah perifer di dalam sel monosit/makrofag, sel limfosit B

dan sel limfosit T.

Imunopatogenesis DBD dan SSD masih merupakan masalah yang kontroversial. Dua teori

yang digunakan untuk menjelaskan perubahan patogenesis pada DBD dan SSD yaitu hipotesis

infeksi sekunder (teori secondary heterologous infection) dan hypothesis antibody dependent 

enhancement ( ADE ). Teori infeksi sekunder menyebutkan bahwa apabila seseorang mendapatkan

infeksi primer dengan satu jenis virus, akan terjadi proses kekebalan terhadap infeksi terhadap jenis

virus tersebut untuk jangka waktu yang lama, tetapi jika orang tersebut mendapatkan infeksi sekunder 

dengan jenis serotipe virus yang lain, maka terjadi infeksi yang berat. Pada teori

Page 73: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 73/86

kedua(ADE), menyebutkan tiga hal yaitu antibodies enhance infection, T-cells enhance infection serta

limfosit T dan monosit akan melepaskan sitokin yang berkontribusi terhadap terjadinya DBD dan

SSD.Singkatnya secara umum ADE dijelaskan sebagai berikut, bahwa jika terdapat antibodi spesifik

terhadap jenis virus tertentu, maka antibodi tersebut dapat mencegah penyakit, tetapi sebaliknya

apabila antibodi yang terdapat dalam tubuh merupakan antibodi yang tidak dapat menetralisasi virus,

 justru dapat menimbulkan penyakit yang berat.

Infeksi dari salah satu serotipe dengue menimbulkan imunitas seumur hidup, namun hanya

sebagian kecil yang memiliki imunitas silang protektif terhadap infeksi serotipe lain. Pada anak,

infeksi virus dengue sering bersifat subklinis atau dapat menyebabkan penyakit demam yang self-

limited , namun apabila suatu saat penderita terkena infeksi virus dengue berikutnya dengan serotipe

yang berbeda, penyakit ini akan lebih berat, menjadi demam berdarah dengue ataupun dengue syok

sindrom ( anamnestic dengue infection ).Di daerah endemis, penderita yang terdiagnosis demam

dengue seringkali terbukti infeksi sekunder.

Infeksi primer ditandai dengan timbulnya antibodi IgM terhadap dengue sekitar tiga sampai

lima hari setelah timbulnya demam, meningkat tajam dalam satu sampai tiga minggu serta dapat

dideteksi sampai tiga bulan. Antibodi IgG terhadap dengue diproduksi sekitar dua minggu sesudah

infeksi. Titer IgG ini meningkat amat cepat, lalu menurun secara lambat dalam waktu yang lama dan

biasanya bertahan seumur hidup.Pada infeksi sekunder terjadi reaksi anamnestik dari pembentukan

antibodi, khususnya dari kelas IgG di mana pada hari ke dua saja, IgG ini sudah dapat meningkat

tajam. Pada berbagai penelitian di daerah di mana dengue primer dan sekunder terjadi keduanya,

didapatkan suatu angka signifikan yang menyatakan bahwa pada pasien dengan infeksi sekunder 

dengue, antibodi IgM tidak terdeteksi dalam waktu lima hari sejak infeksi timbul, bahkan pada

beberapa kasus tidak menunjukkan suatu respon hingga hari ke 20.

PEMERIKSAAN LABORATORIUMPemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menskrining penderita demam dengue adalah

melalui uji Rumpel Leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah trombosit dan

hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru.

Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue ( metode cell culture ) ataupun deteksi

antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR ( Reverse Transcriptase Polymerase Chain

Reaction ), namun karena teknik yang rumit yang berkembang saat ini adalah tes serologis ( adanya

antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi total, IgM maupun IgG ).

Pemeriksaan serologis ditujukan untuk deteksi antibodi spesifik terhadap virus dengue.

Pemeriksaan yang banyak digunakan adalah berupa uji HI ( hemagglutination inhibition test = uji

hambatan hemaglutinasi ) yang merupakan standar WHO, kemudian uji Indirect ELISA, ujiCaptured ELISA untuk Dengue baik IgM Captured -ELISA

( MAC-ELISA ) maupun IgG Captured   – ELISA,  Dengue blot /Dengue Stick / Dot imunoasai

Dengue, dan uji ICT ( Immuno-chromatographic Test ) antara lain Dengue Rapid Test ,sedangkan

uji fiksasi komplemen dan uji netralisasi sudah lama ditinggalkan karena rumit dan tidak praktis.

Uji HI yang merupakan uji serologis yang dianjurkan menurut standar WHO, dapat mendeteksi

antibodi anti-dengue, di mana infeksi virus dengue akut ditandai dengan terdapatnya peningkatan titer 

empat kali atau lebih antara sepasang sera yaitu serum akut dan serum konvalesen, di samping itu

titer 

1:2560 menunjukkan interpretasi infeksi flavivirus sekunder.

Page 74: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 74/86

 

1.Uji Rumpel Leede ( RL ) 

Pemeriksaan RL ditujukan untuk menilai ada tidaknya gangguan vaskuler.

Perlu diingat bahwa bila uji ini positif tidak selalu disebabkan oleh virus dengue saja, namun

 juga dapat oleh penyakit virus lainnya .Hasil dikatakan normal bila petekia yang timbul

dalam lingkaran berdiameter 5 cm yang terletak 4 cm di bawah lipatan siku berjumlah 5 atau

kurang. 

2.Kadar hematokrit 

Peningkatan nilai hematokrit atau hemokonsentrasi selalu dijumpai pada DBD, merupakan

indikator terjadinya perembesan plasma. Hemokonsentrasi dapat dilihat dari peningkatan

hematokrit 20% atau lebih. Harga normal hematokrit di laboratorium PK RSUD Dr.Sutomo

,wanita 35-45%, pria 40-50%. 

3.Jumlah trombosit 

Penurunan jumlah trombosit ( trombositopenia ) pada umumnya terjadi sebelum ada

peningkatan hematokrit dan terjadi sebelum suhu turun. Trombositopenia

100.000/Ul atau kurang dari 1-2 trombosit per lapangan pandang besar (lpb) dengan rata-

rata pemeriksaan dilakukan pada 10 lpb, biasanya dapat dijumpai antara hari sakit ketiga

sampai ketujuh. Apabila diperlukan, pemeriksaan trombosit perlu diulangi setiap hari sampai

suhu turun. 

4.Isolasi virus 

Diagnosis pasti yaitu dengan cara isolasi virus dengue dengan menggunakan kultur sel.

Faktor yang mempengaruhi keberhasilan isolasi virus adalah pengambilan spesimen yang

awal biasanya dalam lima hari setelah timbulnya demam , penanganan spesimen serta

pengiriman spesimen yang baik ke laboratorium. Bahan untuk isolasi virus dengue dapat

berupa serum, plasma atau lapisan buffy-coat darah-heparinized. 

Kultur sel yang banyak digunakan adalah dari sel AP/61, C6/36 dan TRA-284-SF. Hasil

kultur diidentifikasi dengan menggunakan metode imunofloresen DFA ( 

Direct  Immunofluorescent Assay ) atau IFA ( Indirect Immunofluorescent Assay ) dengan

Page 75: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 75/86

menggunakan antibodi monoklonal spesifik. Keterbatasan metode ini adalah sulitnya

peralatan serta memerlukan waktu dua sampai tiga minggu untuk mendapatkan hasil.  

5.Uji serologis 

5.1.Uji Inhibisi Hemaglutinasi ( Haemagglut inat ion Inhibi t ion Test )  

Uji serologi HI merupakan gold standard WHO untuk diagnosis infeksi virus dengue.

Uji ini untuk menetapkan titer antibodi anti-dengue yang dapat menghambat kemampuan virus

dengue mengaglutinasi sel darah merah angsa. Antibodi HI bertahan di dalam tubuh sampai

bertahun-tahun, sehingga uji ini baik untuk studi sero-epidemiologi.

Sayangnya uji ini membutuhkan sepasang sera dengan perbedaan waktu fase akut dan konvalesenpaling sedikit 7 hari, optimalnya 10 hari.Uji ini dapat digunakan untuk membedakan infeksi primer dan

sekunder berdasarkan titer antibodinya.

Tabel 1. Interpretasi Uji HI (Hambatan Hemaglutinasi ; WHO , 1997 )

Kenaikan titer  Interval Serum I-II  Titer konvalesen  Interpretasi 

≥ 4kali

≥ 4 kali

≥ 4 kali 

Tidak ada kenaikan

≥ 7 hari 

spesimen apapun

< 7 hari

spesimen apapun

≤ 1 : 1280 

≥ 1 : 2560 

≤ 1 : 1280 

≥ 1 : 2560 

Infeksi flavivirus akut,

primer

Infeksi flavivirus akut,

sekunder

Infeksi flavivirus akut,

primer atau sekunder

Infeksi flavivirus baru,

Sekunder

Page 76: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 76/86

 

Tidak ada kenaikan

Tidak ada kenaikan

Tidak diketahui 

≥ 7 hari 

< 7 hari

spesimen tunggal 

≤ 1 : 1280 

≤ 1 : 1280 

≤ 1 : 1280 

Bukan dengue

Tdk dpt diinterpretasi

Tdk dpt diinterpretasi 

5.2.Uji ELISA 

Uji ELISA tidak membutuhkan sepasang serum, cukup dengan serum tunggal dapat untuk

mendeteksi IgG maupun IgM anti-dengue.Uji ini bersifat kuantitatif, biasanya hasil yang

dibaca berupa absorbans yang kemudian dikonversikan menjadi satuan unit atau rasio.  

Prinsip uji ELISA untuk deteksi antibodi terhadap virus dengue, tehnik dapat berupa ELISA

tak langsung ( Indirect ELISA ) maupun Captured ELISA. 

Di pasaran Indonesia saat ini terdapat pemeriksaan ELISA baik yang Indirect ELISA untuk

mendeteksi IgG anti-dengue maupun yang Captured ELISA yang dapat mendeteksi IgG

anti-dengue serta IgM anti-dengue dalam serum penderita.MAC ELISA adalah istilah dari

singkatan IgM Captured ELISA, dengan prinsip dasar goat atau rabbit antihuman IgM yang

dilapiskan pada fase padat (microtiter plate ELISA ) akan berikatan dengan IgM anti-dengue

dari serum penderita .Langkah berikutnya ditambahkan antigen dengue, selanjutnya diberi

konjugat anti viral IgG-HRP dan substrat lalu diukur kadar absorbansnya sehingga dapat

diketahui konsentrasi IgMnya. 

Keuntungan uji Captured ELISA dibandingkan uji HI pada infeksi dengue akut yaitu lebih

cepat dan dengan hanya spesimen serum tunggal didapatkan sensitivitas ELISA 78%

sedangkan uji HI 53%, di mana pada sepasang serum sensitivitas uji ELISA ini meningkat

menjadi 97% melebihi uji HI. 

Page 77: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 77/86

Pemeriksaan Captured ELISA untuk IgM dan IgG sekaligus pada pemeriksaan dengan

metode Dengue Duo ELISA ( Panbio, Australia) dapat untuk membedakan infeksi primer 

dan infeksi sekunder, walaupun hanya memakai serum tunggal. 

Tabel 2. Interpretasi uji ELISA Dengue ( Panbio, Catalogue No. E-DEN02G ) 

Rasio  Hasil  Interpretasi 

IgM < 0,9  negatif   tidak ada infeksi dengue 

IgM 0,9-1,1  ekuivokal  perlu tes ulang 

IgM > 1,1  positif   dugaan infeksi baru dengue 

IgG < 1,8  negatif   tidak ada infeksi sekunder 

IgG 1,8-2,2  ekuivokal  perlu tes ulang 

IgG > 2,2 

positif  

dugaan infeksi sekunder aktif  

5.3.Uji Dengue Blot  /Dot imunoasai/Dengue Stick  

Prinsip dasar uji dengue blot/ dengue stick / dot imunoasai adalah uji ELISA, baik uji ELISA

tak langsung ( Indirect ELISA ) atau menggunakan Captured-ELISA. Yang membedakan

uji dengue blot/dengue stick /dot imunoasai dibandingkan dengan ELISA yaitu pada fase

padatnya, menggunakan kertas nitroselulose yang bersifathigh capacity . Pemeriksaan ini

dilakukan pada serum tunggal dengan hasil kualitatif. 

Pada uji dengue blot/dengue stick/dot imunoasai dapat menggunakan metode ELISA tak

langsung yaitu antigen virus dilekatkan langsung pada fase padat, di mana setelah diberikan

blokade untuk menutup celah-celah di antara antigen pada kertas nitroselulose, langsung

diberikan serum penderita. Bila di dalam serum penderita terdapat antibodi anti-dengue

dapat berupa IgG anti-dengue atau IgM anti-dengue , yang dikerjakan secara terpisah

yaitu IgG Indirect ELISA saja atauIgM Indirect ELISA, maka antibodi tersebut akan berikatandengan antigen yang terikat pada kertas nitroselulose. Setelah tahap inkubasi dan

Page 78: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 78/86

pencucian, ikatan antigen-antibodi ini dapat dilacak dengan menggunakan konjugat yaitu

antibodi yang berlabel enzim AP (alkalinefosfatase), HRP (horseradish  peroxidase)

maupuncolloidal gold yang akan memberikan dot berwarna biru keunguan setelah ditambah

substrat berkromogen. 

Selain dengan metode ELISA tak langsung, uji ini dapat dilakukan dengan menggunakan

metode Captured ELISA , misalnya pada IgM Captured ELISA di mana antihuman

IgM dilekatkan pada fase padat kertas nitroselulose. Antihuman IgM ini akan menangkap

IgM di dalam serum penderita. Tahap berikutnya diberikan antigen dengue, selanjutnya

diberikan pelacak seperti yang terdapat pada metode ELISA tak langsung di atas dan akan

memberikan hasil dot berwarna biru keunguan yang menunjukkan hasil positif. 

5.4.Uji Imunokromatografi (ICT) 

Dewasa ini di pasaran berkembang pemeriksaan dengue cara cepat dengan menggunakan

metode imunokromatografi, antara lain Dengue Rapid Test (Dengue Duo IgM and IgG Rapid Strip

Test Catalogue No. DEN-25S ) dari PanBio Pty Ltd. Uji ini menggunakan protein envelop rekombinan

dengue, serta digunakan untuk membedakan infeksi dengue primer dan sekunder.

Uji ini dapat mendeteksi baik IgM dan IgG anti-dengue sekaligus dalam serum tunggal

dalam waktu 15-30 menit. 

Pada Dengue Rapid Test (uji ICT) berbentuk strip ini telah distandardisasi sedemikian rupa

sehingga pada penderita infeksi primer IgM positif dimana IgGnya negatif, sebaliknya pada

infeksi sekunder hasil IgG positif dapat disertai dengan atau tanpa hasil IgM yang positif. 

Prinsip pemeriksaan yaitu Captured ELISA dengan fase padat nitroselulose/dipstick dengan

daya kromatografi maka antibodi IgM atau IgG anti-dengue yang terdapat di dalam serum penderita

akan berikatan dengan antihuman IgM atau antihuman IgG yang telah diimobilisasi pada fase

padatnya membentuk garis melintang pada membran tes.Secara bersamaan antibodi monoklonalanti-dengue yang berlabel gold bereaksi dengan antigen dengue (rekombinan). Konjugat ini ( antibodi

monoklonal anti-dengue yang berikatan dengan antigen dengue ) akan berikatan dengan antibodi IgM

atau IgG dari serum penderita tersebut membentuk garis berwarna ungu.

Nuryati, 2001 mendapatkan sensitivitas diagnostik Dengue Rapid Test 97,36% dan

spesifisitas diagnostik 84,38% pada penderita demam berdarah dengue.

Tabel 3. Hasil penelitian Dengue Rapid Strip Test Panbio Pty Ltd  

Page 79: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 79/86

Peneliti  Sensitifitas diagnostik  Spesifisitas diagnostik 

Cuzzubo AJ et al  99 % ( 149/150 )  87% ( 85/98 ) 

Nuryati S  97,36 % ( 37/38 )  84,38 % ( 27/32 ) 

Aryati et al  98,28 % ( 57/58 )  81,82 % ( 36/44 ) 

Tabel 4. Analisis Spesifisitas Dengue Rapid Strip Test  

Sampel  Jumlah IgM-  Jumlah IgG-  Jumlah IgM & IgG 

Tifoid  15/19 (78,95%)  19/19 (100%)  15/19 (78,95%) 

Bronkopnemoni  8/8 (100%)  8/8 (100%)  8/8 (100%) 

Difteri  4/4 (100%)  ¾ ( 75% )  ¾ ( 75% ) 

ISK  1/1 (100% )  1/1 ( 100% )  1/1 ( 100% ) 

Malaria  9/12 ( 75% )  12/12 ( 100 )  9/12 ( 75% ) 

Total (spesifisitas )  37/44 ( 84, 09% )  43/44 ( 97,73% )  36/44 ( 81,82% ) 

Berpijak dari data penelitian Dengue Rapid Test ( strip ) baik yang dilakukan oleh Cuzzubo

et al, Nuryati S dan kami sendiri , terdapat hal-hal yang perlu dicermati yaitu pada infeksi

sekunder tidak perlu harus menunggu timbulnya garis IgM antidengue yang positif, cukup

bila timbulnya garis IgG antidengue yang karakteristik untuk infeksi sekunder sudah dapat

Page 80: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 80/86

dikatakan indikasi infeksi dengue sekunder ( hanya 25-78% IgM positif pada infeksi

sekunder akut ).Di samping itu perlu pula dicermati bahwa pada infeksi primer kita harus

lebih waspada dalam mendiagnosis, terutama kecurigaan pada tifoid dan malaria, perlu

dikonfirmasi dengan klinis dan pemeriksaan laboratorium lainnya. 

Uji imunokromatografi ini baik untuk digunakan di lapangan karena cepat dan praktis serta lebih

berguna pada daerah di mana infeksi sekunder lebih sering terjadi misalnya di Asia Tenggara dan

 Amerika Selatan.

6. Nested RT-PCR ( Reverse Transcrip tase- Polymerase Chain Reaction )  

Virus dengue merupakan virus RNA, sehingga untuk melakukan PCR harus dilakukanreverse

transcription agar terbentuk cDNA ( complementary DNA ) yang kemudian akan diamplifikasi dengan

menggunakan alat DNA Thermal Cycler .

Deteksi RNA virus dengue menggunakan teknik Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction ( 

RT-PCR ) ini sekaligus juga dapat untuk menentukan serotipe virus dengue ( D1, D2, D3, D4 ).Teknik

yang digunakan adalah nested PCR , di mana pada PCR tahap kedua menggunakan type specific 

 primer ( TS1-4 ) sesuai dengan serotipe virus dengue.

Prinsip PCR terdiri atas tiga tahap yaitu denaturasi untai ganda DNA, selanjutnya annealing (

penempelan ) primer pada DNA targetnya, terakhir  primer extension 

( pemanjangan primer ) dengan adanya DNA polimerase. Hasil DNA yang terjadi merupakan

akumulasi eksponensial dari DNA target yang spesifik, sekitar 2n

di mana n adalah jumlah siklus yang

diatur dalam proses PCR ini. Visualisasi proses penggandaan DNA ini dapat dilakukan denganbeberapa cara antara lain dengan elektroforesis gel atau dengan menggunakan DNA probe.

Primer yang dipakai pada nested RT-PCR untuk deteksi virus dengue di TDC (Tropical 

Disease Centre ) Unair adalah sebagai berikut. 

Primer Sekuens Posisi genom Jumlah dlm bp 

D1 5’-TCAATATGCTGAAACGCGCGAGAAACCG-3’ 134-161 511 

D2 5’-TTGCACCAACAGTCAATGTCTTCAGGTTC-3’ 616-644 511 

TS1 5’-CGTCTCAGTGATCCGGGGG-3’ 568-586 482 

Page 81: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 81/86

TS2 5’-CGCCACAAGGGCCATGAACAG-3’ 232-252 119 

TS3 5’-TAACATCATCATGAGACAGAGC-3’ 400-421 290 

TS4 5’-CTCTGTTGTCTTAAACAAGAGA-3’ 506-527 392 

RINGKASAN  

Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menskrining penderita demam dengue adalah

melalui uji Rumpel Leede, pemeriksaan kadar hemoglobin, kadar hematokrit, jumlah trombosit dan

hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif disertai gambaran limfosit plasma biru.Diagnosis pasti didapatkan dari hasil isolasi virus dengue ( metode cell culture ) ataupun deteksi

antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR ( Reverse Transcriptase Polymerase Chain

Reaction ), namun karena teknik yang rumit yang berkembang saat ini adalah tes serologis ( adanya

antibodi spesifik terhadap dengue berupa antibodi tota

sumber :  pusat penelitian dan pengabdian masyarakat UNAIR  

 Di po sk an ol eh da nn y sa tr iy o di  12:50 AM    Ki rim kan In i le wa t Em ailBlo gTh is!Berbagi ke

Twitter Ber ba gi ke Fa ce book  

K O M E N T A R :   ada 0 Comment ke “Diagnosis Laboratoris DBD Terkini”  

Poskan Komentar  

dr danny satriyo. Diberdayakan oleh Blogger . 

My profil 

L I H AT PR O F I L L E N GKAPKU  

Search

 

BLOG ARCHIVE 

  ►  2013 (22) 

  ▼  2012 (60) 

o  ►  Desember (16) 

Page 82: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 82/86

o  ▼  November (44) 

  KELAHIRAN PRETERM PRETERM BIRTH

  KARSINOMA HEPATOSELULER

  PURPURAE TROMBOSITOPENIA IDIOPATIK (PTI) ANTITROMB...

  LYMPHANGIOMA

  KESEHATAN MATA MASYARAKAT

  BRONCHIOLITIS

  DIFTERI

  Inflammatory bowel disease (IBD)

  REFERAT INFEKSI SALURAN KEMIH PADA ANAK

  Ca Of Unknown Origin

  SEPSIS

  FILARIASIS

  Dengue Shock Syndrome

  Flu Burung (Avian Influeza)

  Glomerulonefritis Akut

  Meningitis Bakterial

  Morbili / Campak

  Demam

  Pertusis

  Sepsis Neonatorum

  Tetanus

  Crohn Disease

  Varicella

  WILMS TUMOR

  ANEMIA DEFISIENSI BESI

  Kern Icterus

  Glomerulonefritis Akut Pascastreptokokus

  Persisten Ductus Arteriosus

  Meningitis TB

  Penatalaksanaan Bayi dengan Ibu HBsAg Positif 

  Hipertensi Krisis Pada Anak

  Luka Bakar ( Combustio )

Page 83: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 83/86

  TUKAK PEPTIK ( Perforasi Gastrointestinal )

  Cholelithiasis

  Penyakit Hirschsprung

  HERNIA INGUINALIS

  APPENDICITIS ACUTE

  DEMAM TIFOID

  Benign Prostat Hypertrophy

  Diagnosis Laboratoris DBD Terkini

  LEUKOPLAKIA

  Informasi Terbaru Tentang Manfaat ASI

  Infeksi Human Immunodeficiency Virus pada Kehamila...

  Belajar nge-BLOG

 ARTIKEL POPUPLER 

  MENINGITIS ( Radang Selaput Otak )

A. LatarBelakang Pembangunan kesehatan pada hakekatnya bertujuan untuk meningkatkan

kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi set...

  TORCH

Infeksi TORCH (toksoplasma, rubela, cytomegalovirus/CMV dan herpes simplex) adalah sekelompok

infeksi yang dapat ditularkan dari wanita h...

  Prolaps Uteri

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Prolapsus uteri adalah pergeseran letak uterus ke bawah

sehingga serviks berada di dalam...

  SIFILIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sifilis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh

Treponema pallidum , yang merupakan pen...

  Perdarahan Post Partum ( HPP )

Jika kita berbicara tentang persalinan sudah pasti berhubungan dengan perdarahan, karena semua

persalinan baik pervaginam ataupun perabdomin...

Page 84: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 84/86

PENGUNJUNG 

109373 

FOLLOW 

DIGITAL CLOCK  

BLOGGER INDONESIALink Exchange 

Page 85: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 85/86

 

ASPEK SEROLOGIS DALAM DIAGNOSIS DEMAM BERDARAH DENGUE

Author : Dr.Aryati,dr, MS, Sp.PK(K) 

 Year : 2011

Abstact :

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu manifestasi klinik dari infeksi virus dengue

(IVD). Sering terjadi kerancuan dalam menegakkan diagnosis DBD hanya berdasarkan hasil positif 

pemeriksaan serologi baik deteksi antibodi IgM antidengue, IgG antidengue dan IgA antidengue sertaantigen dengue NS1. Positivitas dari hasil antibodi antidengue maupun antigen NS1 tersebut, tidak

Page 86: bahan NS1

7/16/2019 bahan NS1

http://slidepdf.com/reader/full/bahan-ns1 86/86

mencerminkan kepastian DBD tetapi kepastian adanya paparan IVD baik di saat ini ataupun di masa

yang lalu. Untuk memastikan DBD tetap diperlukan kriteria WHO 1997 yaitu demam, trombositopenia,

minimal salah satu tanda perdarahan (misal Rumpel Leede/tes tourniket), dan salah satu tanda

kebocoran plasma (peningkatan hematokrit 20% dari basal atau penurunan hematokrit 20% setelah

terapi cairan atau efusi pleura/asites/hipoalbuminemia), ditambah pemeriksaan serologi untuk

mengkonfirmasi adanya paparan IVD tersebut. Dengue guidelines 2009 masih dalam taraf sosialisasi

untuk dapat diterima secara luas di kalangan klinisi mengingat masih banyak keterbatasan dalam

penentuan diagnosis maupun tatalaksana. IgM dan IgG antidengue diperlukan untuk membedakan

 jenis infeksi apakah primer atau sekunder/tersier/dan seterusnya. Infeksi sekunder ditakutkan dapat

 jatuh pada keadaan yang lebih berat seperti sindrom syok dengue. Antigen NS1 memiliki

keterbatasan dalam hal sensitivitasnya, namun memiliki spesifisitas yang sangat tinggi, artinya hasil

NS1 yang positif memastikan seseorang terinfeksi virus dengue. Sebaliknya bila hasil NS1 negatif,

hal ini tidak menyingkirkan seseorang terinfeksi virus dengue. Sensitivitas diagnostik NS1 tampaknya

 juga tergantung pada jenis infeksi maupun hari demam pengambilan sampel. IgA antidengue saat ini

telah beredar secara komersial dengan sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik terutama pada

 jenis infeksi yang sekunder, untuk menutupi validitas NS1 yang kurang sensitif. Dengan adanya 4macam parameter serologi untuk infeksi virus dengue yaitu IgM, IgG, IgA antidengue maupun NS1,

perlu diperhatikan segala kelebihan maupun kelemahan berbagai tes tersebut.

Keyword : IgM IgG IgA antidengue antigen dengue NS1