22

Click here to load reader

Bahasa Indonesia Tersisih

  • Upload
    setia4

  • View
    2.673

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Bahasa Indonesia Tersisih

Bahasa Indonesia TersisihPemakaian bahasa Indonesia mengalami krisis identitas dan mulai tersisih oleh semakin maraknya pemakaian bahasa asing dan bahasa campuran, baik dalam forum formal maupun nonformal. Kepala Balai Bahasa Medan (BBM), Prof. Amrin Saragih, di Medan, Rabu, mengatakan, Bahasa Indonesia merupakan jati diri dan identitas bangsa, untuk itu harus dijaga kelestariannya agar jangan sampai rusak maupun punah.

Menurutnya, dewasa ini banyak terlihat aneka merek dagang, nama tempat, nama gedung, pamflet dan kain spanduk yang menggunakan bahasa asing khususnya bahasa Inggris. Bukan itu saja, struktur teks juga menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan adalah bahasa Inggris. Misalnya nama hotel di Medan dibuat ABC Hotel bukan Hotel ABC.

“Mereka mengasumsikan kalau merek dagang dalam bahasa asing atau bercampur dengan kata asing daya jualnya lebih besar dan bergengsi. Ini membuktikan bahwa bahasa Indonesia lambat laun akan menjadi bahasa nomor dua saja di Indonesia setelah bahasa asing,” katanya.

Menurut dia upaya yang harus dilakukan untuk menyelesaikan krisis identitas tersebut adalah melalui upaya pendidikan dan pemberlakuan undang-undang kebahasaan.

Pertama, sesuai dengan sistem pendidikan di Indonesia, semua pelajaran kecuali bahasa asing harus disampaikan atau diajarkan dalam Bahasa Indonesia. Pada hal katanya, tidak ada bukti yang kuat yang menyatakan kalau matematika dan sains diajarkan dalam Bahasa Inggris, siswa akan mahir berbahasa Inggris dan cepat menjadi pintar.

Justru sebenarnya jika matematika, fisika, kimia, dan biologi diajarkan dalam Bahasa Inggris, kesulitan mata pelajaran itu akan dua kali lipat dari pada diajarkan dalam Bahasa Indonesia. “Yakni kesulitan materi pelajaran itu sendiri dan kesulitan memahami arti Bahasa Inggris,” katanya.

Kedua, pemberlakuan undang-undang kebahasaan harus segera direalisasikan sebagai payung hukum yang kuat bagi pelaksanaan bahasa yang ditetapkan pemerintah. Dalam rancangan UU kebahasaan itu, fungsi Bahasa Indonesia, bahasa daerah dan bahasa asing telah diatur secara proporsional. Rancangan itu tidak untuk memusuhi bahasa asing, seperti yang sering didengungkan orang selama ini.

“Kalau kedua hal itu sudah dapat berjalan dengan baik, maka kemurnian Bahasa Indonesia akan tetap terjaga dan Indonesia tidak akan kehilangan identitasnya.

Page 2: Bahasa Indonesia Tersisih

Krisis Bahasa Ancam Bangsa Indonesia.

Pemakaian bahasa asing yang tidak proporsional, dan pencampuran bahasa Indonesia dengan

bahasa asing, khususnya bahasa Inggris kini menjadi ancaman serius bagi hilangnya kecintaan terhadap bahasa Indonesia.

Menurut Kepala Pusat Balai Bahasa Medan Prof. Amrin Saragih, kini ada anggapan dimasyarakat bahwa satu-satunya jalan untuk selamat dari arus globalisasi adalah dengan penguasaan bahasa asing khususnya Bahasa Inggris.

Bahasa Inggris juga dianggap memiliki daya jual dan daya pengangkat marwah dan wibawa. Itulah sebabnya merek dagang, spanduk, nama perusahaan dan nama hotel atau layanan umum lainnya hampir semuanya dalam bahasa Inggris.

“Atau merek dagang bercampuraduk antara bahasa Indonesia dengan bahasa Inggris. Ini merupakan salah satu bukti kita mengalami krisis bahasa, juga mengalami krisis identitas atau jati diri karena bahasa Indonesia melambangkan jati diri bangsa,” katanya.

Menurut dia, upaya yang efektif untuk mengatasi krisis bahasa tersebut adalah dengan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap bahasa Indonesia melalui pendidikan yang berkualitas.

Disamping itu, semua pihak baik politisi, wartawan, kaum intelektual, tokoh masyarakat perlu diberi pemahaman tentang kebijakan kebahasaan yang dibuat oleh pemerintah.

Kebijakan kebahasaan Indonesia adalah menjunjung tinggi bahasa persatuan atau nasional, yakni bahasa Indonesaia dan menjadikannya sebagai bahasa pergaulan yang lebih luas secara kuantitaif dan kualitatif.

Bahasa Indonesia ditengah-tengah bahasa gaul saat ini

Mungkin sering kali kita mengucapkan kata seperti “gua”, “loe”, “bokap”, “nyokap” tanpa kita sadari. <!--more-->Mungkin pertamanya kita hanya mendengar kata-kata tersebut dari orang di sekitar kita. Tetapi karena sering didengar, maka kita jadi ikut-ikutan mengucapkannya.

Hal ini mungkin menjadi hal yang cukup sepela bagi beberapa orang, bahkan mungkin dirasa tidak cukup penting untuk dibahas. Tetapi ini adalah sebuah ironi!

Bahasa adalah salah satu ciri khas dari suatu bangsa. Bahasa Indonesia adalah ciri khas dari bangsa indonesia. Banyak mahasiswa berteriak-teriak pada malaisya kalo budaya bangsa indonesia telah dicuri. Akan tetapi bukankah ini memalukan? Kita saja sebagai bangsa indonesia tidak dapat menggunakan bahasa indonesia yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan(EYD). Budaya bangsa kita sendiri tidak kita perlihara dengan baik. Bukankah tidak mustahil kalau suatu saat bahasa bangsa kita diambil oleh negara lain.

Page 3: Bahasa Indonesia Tersisih

Oleh karena ini, melalui artikel ini. Bukan untuk mengajari, melainkan untuk menghimbau. Marilah kita bersama-sama, mulai merawat budaya bangsa kita sendiri. mulailah menggunakan bahasa Indonesia dengan benar. Janganlah kita mengacak-acak bangsa kita sendiri. mari kita berpikir dan merenung untuk melangkah lebih maju lagi.

Page 4: Bahasa Indonesia Tersisih

Bahasa Indonesia, Antara Variasi dan Penggunaan

         Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai informasi. Kebenaran berbahasa akan berpengaruh terhadap kebenaran informasi yang disampaikan. Berbagai fenomena yang berdampak buruk pada kebenaran berbahasa yang disesuaikan dengan kaidahnya, dalam hal ini berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.         Berbahasa Indonesia dengan baik dan benar mempunyai beberapa konsekuensi logis terkait dengan pemakaiannya sesuai dengan situasi dan kondisi. Pada kondisi tertentu, yaitu pada situasi formal penggunaan bahasa Indonesia yang benar menjadi prioritas utama. Penggunaan bahasa seperti ini sering menggunakan bahasa baku. Kendala yang harus dihindari dalam pemakaian bahasa baku antara lain disebabkan oleh adanya gejala bahasa seperti interferensi, integrasi, campur kode, alih kode dan bahasa gaul yang tanpa disadari sering digunakan dalam komunikasi resmi. Hal ini mengakibatkan bahasa yang digunakan menjadi tidak baik.         Berbahasa yang baik yang menempatkan pada kondisi tidak resmi atau pada pembicaraan santai tidak mengikat kaidah bahasa di dalamnya. Ragam berbahasa seperti ini memungkinkan munculnya gejala bahasa baik interferensi, integrasi, campur kode, alih kode maupun bahasa gaul.

I. Pendahuluan          "Kami, putra dan putri Indonesia menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia", demikianlah bunyi alenia ketiga sumpah pemuda yang telah dirumuskan oleh para pemuda yang kemudian menjadi pendiri bangsa dan negara Indonesia. Bunyi alenia ketiga dalam ikrar sumpah pemuda itu jelas bahwa yang menjadi bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia. Kita sebagai bagian bangsa Indonesia sudah selayaknya menjunjung tinggi bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.         Bahasa Indonesia ialah bahasa yang terpenting di kawasan republik kita (Alwi, dkk, 2003:1). Dengan menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar, berarti kita telah menjunjung tinggi bahasa persatuan seperti yang diikrarkan dalam sumpah pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928.         Kodrat manusia sebagai makhluk sosial tidak lepas dari adanya interaksi dan komunikasi antarsesamanya. Bahasa sebagai sarana komunikasi mempunyaii fungsi utama  bahasa adalah bahwa komunikasi ialah penyampaian pesan atau makna oleh seseorang kepada orang lain (1992:124). Keterikatan dan keterkaitan bahasa dengan manusia menyebabkan bahasa tidak tetap dan selalu berubah seiring perubahan kegaiatan manusia dalam kehidupannya di masyarakat.         Perubahan bahasa dapat terjadi bukan hanya berupa pengembangan dan perluasan, melainkan berupa kemunduran sejalan dengan perubahan yang dialami masyarakat. Berbagai alasan sosial dan politis menyebabkan banyak orang meninggalkan bahasanya, atau tidak lagi menggunakan bahasa lain. Dalam perkembangan masyarakat modern saat ini, masyarakat Indonesia cenderung lebih senang dan merasa lebih intelek untuk menggunakan bahasa asing. Hal tersebut memberikan dampak terhadap pertumbuhan bahasa Indonesia sebagai jati diri bangsa. Bahasa Inggris yang telah menjadi raja sebagai bahasa internasional terkadang memberi dampak buruk pada perkembangan bahasa Indonesia. Kepopuleran bahasa Inggris menjadikan bahasa Indonesia tergeser pada tingkat pemakaiannya.          Berbagai penyebab pergeseran pemakaian bahasa Indonesia, tidak hanya disebabkan

Page 5: Bahasa Indonesia Tersisih

oleh bahasa asing tetapi juga disebabkan oleh adanya interferensi bahasa daerah dan pengaruh bahasa gaul. Dewasa ini bahasa asing lebih sering digunakan daripada bahasa Indonesia hampir di semua sektor kehidupan. Sebagai contoh, masyarakat Indonesia lebih sering menempel ungkapan “No Smoking” daripada “Dilarang Merokok”, “Stop” untuk “berhenti”, “Exit” untuk “keluar”, “Open House” untuk penerimaan tamu di rumah pada saat lebaran, dan masih banyak contoh lain yang mengidentifikasikan bahwa masyarakat Indonesia lebih menganggap bahasa asing lebih memiliki nilai.

 A. Penyebab terjadinya variasi penggunaan  bahasa asing dalam lingkup masyarakat Indonesia, sebagai berikut : 1. Interferensi         Heterogenitas Indonesia dan disepakatinya bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional berimplikasi bahwa kewibawaan akan berkembang dalam masyarakat. Perkembanngan ini tentu menjadi masalah tersendiri yang perlu mendapat perhatian, kedwibahasaan, bahkan kemultibahasaan adalah suatu kecenderungan yang akan terus berkembang sebagai akibat globalisasi. Di samping segi positifnya, situasi kebahasaan seperti itu berdampak negatif terhadap penguasaan Bahasa Indonesia. Bahasa daerah masih menjadi proporsi utama dalam komunikasi resmi sehingga rasa cinta terhadap bahasa Indonesia harus terkalahkan oleh bahasa daerah.         Alwi, dkk.(eds.) (2003: 9), menyatakan bahwa banyaknya unsur pungutan dari bahasa Jawa, misalnya dianggap pemerkayaan bahasa Indonesia, tetapi masuknya unsur pungutan bahasa Inggris oleh sebagian orang dianggap pencemaran keaslian dan kemurnian bahasa kita. Hal tersebut yang menjadi sebab adanya interferensi. Chaer (1994: 66) memberikan batasan interferensi adalah terbawa masuknya unsur bahasa lain ke dalam bahasa yang sedang digunakan sehingga tampak adanya penyimpangan kaidah dari bahasa yang digunakan itu. Selain bahasa daerah, bahasa asing (baca Inggris) bagi sebagian kecil orang Indonesia ditempatkan di atas bahasa Indonesia. Faktor yang menyebabkan timbulnya sikap tersebut adalah pandangan sosial ekonomi dan bisnis. Penguasaan bahasa Inggris yang baik menjanjikan kedudukan dan taraf sosial ekonomi yang jauh lebih baik daripada hanya menguasai bahasa Indonesia.          Penggunaan bahasa Inggris di ruang umum telah menjadi kebiasaan yang sudah tidak terelakkan lagi. Hal tersebut mengkibatkan lunturnya bahasa dan budaya Indonesia yang secara perlahan tetapi pasti telah menjadi bahasa primadona. Misalnya, masyarakat lebih cenderung memilih “pull” untuk “dorong” dan “push” untuk “tarik”, serta “welcome”  untuk “selamat datang”.         Sikap terhadap bahasa Indonesia yang kurang baik terhadap kemampuan berbahasa Indonesia di berbagai kalangan, baik lapisan bawah, menengah, dan atas; bahkan kalangan intelektual. Akan tetapi, kurangnya kemampuan berbahasa Indonesia pada golongan atas dan kelompok intelektual terletak pada sikap meremehkan dan kurang menghargai serta tidak mempunyai rasa bangga terhadap bahasa Indonesia. 2. Integrasi         Selain interferensi, integrasi juga dianggap sebagai pencemar terhadap bahasa Indonesia. Chaer (1994:67), menyatakan bahwa integrasi adalah unsur-unsur dari bahasa lain yang terbawa masuk sudah dianggap, diperlakukan, dan dipakai sebagai bagian dan bahasa yang menerima atau yang memasukinya. Proses integrasi ini tentunya memerlukan waktu yang cukup lama, sebab unsur yang berintegrasi itu telah disesuaikan, baik lafalnya, ejaannya,

Page 6: Bahasa Indonesia Tersisih

maupun tata bentuknya. Contoh kata yang berintegrasi antara lain montir, riset, sopir, dongkrak.

3. Alih Kode dan Campur Kode         Alih kode ( code swiching) dan campur kode (code mixing) merupakan dua buah masalah dalam masyarakat yang multilingual. Peristiwa campur kode dan alih kode disebabkan karena  penguasaan ragam formal bahasa Indonesia.         Alih kode adalah beralihnya penggunaan suatu kode (entah bahasa atau ragam bahasa tertentu) ke dalam kode yang lain (bahasa atau bahasa lain) (Chaer, 1994: 67). Campur kode adalah dua kode atau lebih digunakan bersama tanpa alasan, dan biasanya terjadi dalam situasi santai (Chaer, 1994: 69). Di antara ke dua gejala bahasa itu, baik alih kode maupun campur kode gejala yang sering merusak bahasa Indonesia adalah campur kode. Biasanya dalam berbicara dalam bahasa Indonesia dicampurkan dengan unsur-unsur bahasa daerah. Sebaliknya juga bisa terjadi dalam berbahasa daerah tercampur unsur-unsur bahasa Indonesia. Dalam kalangan orang terpelajar seringkali bahasa Indonesia dicampur dengan unsur-unsur bahasa Inggris.

4. Bahasa Gaul         Dewasa ini pemakaian bahasa Indonesia baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dunia film mulai bergeser digantikan dengan pemakaian bahasa anak remaja yang dikenal dengan bahasa gaul. Interferensi bahasa gaul kadang muncul dalam penggunaan bahasa Indonesia dalam situasi resmi yang mengakibatkan penggunaan bahasa tidak baik dan tidak benar.         Bahasa gaul merupakan salah satu cabang dari bahasa Indonesia sebagai bahasa untuk pergaulan. Istilah ini mulai muncul pada akhir ahun 1980-an. Pada saat itu bahasa gaul dikenal sebagai bahasanya para bajingan atau anak jalanan disebabkan arti kata prokem dalam pergaulan sebagai preman.         Sehubungan dengan semakin maraknya penggunaan bahasa gaul yang digunakan oleh sebagian masyarakat modern, perlu adanya tindakan dari semua pihak yang peduli terhadap eksistensi bahasa Indonesia yang merupakan bahasa nasional, bahasa persatuan, dan bahasa pengantar dalam dunia pendidikan.         Dewasa ini, bahasa prokem mengalami pergeseran fungsi dari bahasa rahasia menjadi bahasa gaul. Dalam konteks kekinian, bahasa gaul merupakan dialek bahasa Indonesia non-formal yang terutama digunakan di suatu daerah atau komunitas tertentu. Penggunaan bahasa gaul menjadi lebih dikenal khalayak ramai setelah Debby Sahertian mengumpulkan kosa-kata yang digunakan dalam komunitas tersebut dan menerbitkan kamus yang bernama Kamus Bahasa Gaul pada tahun 1999.Contoh penggunaan bahasa gaul sebagai berikut : 

Bahasa Indonesia Bahasa Gaul (informal)

Aku, Saya Gue

Kamu Elo

Di masa depan kapan-kapan

Apakah benar? Emangnya bener?

Tidak Gak

Tidak Peduli Emang gue pikirin!

Page 7: Bahasa Indonesia Tersisih

B. Langkah-langkah

1. Menjadikan lembaga pendidikan sebagai basis pembinaan bahasa         Dunia pendidikan yang syarat pembelajaran dengan media bahasa menjadikan bahasa sebagai alat komunikasi yang primer. Sejalan dengan hal tersebut, bahasa baku merupakan simbol dalam dunia pendidikan dan cendekiawan. Penguasaan Bahasa Indonesia yang maksimal dapat dicapai jika fundasinya diletakkan dengan kokoh di rumah dan di sekolah mulai TK (Taman Kanak-kanak) sampai PT (Perguruan Tinggi). Akan tetapi, fundasi ini pada umumnya tidak tercapai. Di berbagai daerah, situasi kedwibahasaan merupakan kendala. Para guru kurang menguasai prinsip-prinsip perkembangan bahasa anak sehingga kurang mampu memberikan pelajaran bahasa Indonesia yang serasi dan efektif.         Bahasa baku sebagai simbol masyarakat akademis dapat dijadikan sarana pembinaan bahasa yang dilakukan oleh para pendidik. Para pakar kebahasaan, misalnya Keraf, 1979:19; Badudu, 1985:18; Kridalaksana, 1987:4-5; Sugono, 1994:8, Sabariyanto, 2001:3; Finoza, 2002:7; Alwi dkk., (eds.) 2003:5; serta Arifin dan Amran, 2004:20 memberikan batasan bahwa bahasa Indonesia baku merupakan ragam bahasa yang digunakan dalam dunia pendidikan berupa buku pelajaran, buku-buku ilmiah, dalam pertemuan resmi, administrasi negara, perundang-undangan, dan wacana teknis yang harus digunakan sesuai dengan kaidah bahasa yang meliputi kaidah fonologis, morfologis, sintaktis, kewacanaan, dan semantis.         Rusyana, 1984:152 menyatakan bahwa dalam membina masyarakat akademik, penggunaan bahasa yang tidak baik dan tidak benar akan menimbulkan masalah. Penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dianggap mempunyai peranan dalam menuju arah pembangunan masyarakat akademik idaman.

2. Perlunya pemahaman terhadap bahasa Indonesia yang baik dan yang benar         Kurangnya pemahaman terhadap variasi pemakaian bahasa berimbas pada kesalahan penerapan berbahasa. Secara umum dan nyata perlu adanya kesesuaian antara bahasa yang dipakai dengan tempat berbahasa. Tolok ukur variasi pemakaian bahasa adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar dengan parameter situasi. Bahasa Indonesia yang baik dan benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan norma yang berlaku dan sesuai dengan kaidah-kaidah bahasa Indonesia (Sugono, 1994: 8).a. Bahasa Indonesia yang baik         Bahasa Indonesia yang baik adalah bahasa yang digunakan sesuai dengan norma kemasyarakatan yang berlaku. Misalnya, dalam situasi santai dan akrab, seperti di warung kopi, pasar, di tempat arisan, dan di lapangan sepak bola hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang tidak terlalu terikat pada patokan. Dalam situasi formal seperti kuliah, seminar, dan pidato kenegaraan hendaklah digunakan bahasa Indonesia yang resmi dan formal yang selalu memperhatikan norma bahasa.b. Bahasa Indonesia yang benar         Bahasa Indonesia yang benar adalah bahasa Indonesia yang digunakan sesuai dengan aturan atau kaidah bahasa Indonesia yang berlaku. Kaidah bahasa itu meliputi kaidah ejaan, kaidah pembentukan kata, kaidah penyusunan kalimat, kaidah penyusunan paragraf, dan kaidah penataan penalaran. Jika kaidah ejaan digunakan dengan cermat, kaidah pembentukan kata ditaati secara konsisten, pemakaian bahasa dikatakan benar. Sebaliknya jika kaidah-kaidah bahasa kurang ditaati, pemakaian bahasa tersebut dianggap tidak benar atau tidak baku.Hymes (1974) dalam Chaer (1994:63) mengatakan bahwa suatu komunikasi dengan menggunakan bahasa harus memperhatikan delapan unsur yang diakronimkan menjadi SPEAKING, yakni :

Page 8: Bahasa Indonesia Tersisih

a) Setting and Scene, yaitu unsur yang berkenaan dengan tempat dan waktu terjadinya percakapan. Contohnya, percakapan yang terjadi di kantin sekolah pada waktu istirahat tentu berbeda dengan yang terjadi di kelas ketika pelajaran berlangsung. b) Participants, yaitu orang- orang yang terlibat dalam percakapan. Contohnya, antara karyawan dengan pimpinan. Percakapan antara karyawan dan pimpinan ini tentu berbeda kalau partisipannya bukan karyawan dan pimpinan, melainkan antara karyawan dengan karyawan.c) Ends, yaitu maksud dan hasil percakapan. Misalnya, seorang guru bertujuan menerangkan pelajaran bahasa Indonesia secara menarik, tetapi hasilnya sebaliknya, murid-murid bosan karena mereka tidak berminat dengan pelajaran bahasa.d) Act Sequences, yaitu hal yang menunjuk pada bentuk dan isi percakapan. Misalnya dalam kalimat:         1). Sinta berkata dalam hati, "Semoga aku diterima di perguruan tinggi negeri".         2). Sinta berkata dalam hati, semoga dia diterima di perguruan tinggi negeri.Perkataan “Semoga aku diterima di perguruan tinggi negeri” pada kalimat (1) adalah bentuk percakapan, sedangkan kalimat (2) adalah contoh isi percakapan.e) Key, yaitu menunjuk pada cara atau semangat dalam melaksanakan percakapan.f) Instrumentalities, yaitu yang menunjuk pada jalur percakapan apakah secara lisan atau bukan.g) Norm, yaitu yang menunjuk pada norma perilaku peserta percakapan.h) Genres, yaitu yang menunjuk pada kategori atau ragam bahasa yang digunakan.

3. Diperlukan adanya undang-undang kebahasaan         Masih teringat pada benak kita beberapa tahun lalu pemerintah mencanangkan undang-undang tentang penggunaan bahasa Indonesia yang mengharamkan penggunaan bahasa asing di ruang umum. Hal tersebut menggambarkan kerja pemerintah yang dinilai masih setengah-setengah terhadap bahasa bangsa sendiri.         Dengan adanya undang-undang penggunaan bahasa diarapkan masyarakat Indonesia mampu menaati kaidahnya agar tidak mencintai bahasa negara lain di negeri sendiri. Sebagai contoh nyata, banyak orang asing yang belajar bahasa Indonesia merasa bingung saat mereka berbicara langsung dengan orang Indonesia asli, karena Bahasa yang mereka pakai adalah formal, sedangkan kebanyakan orang Indonesia berbicara dengan bahasa informal dan gaul.

4. Peran variasi bahasa dan penggunaannya         Variasi bahasa terjadi akibat adanya keberagaman penutur dalam wilayah yang sangat luas. Penggunaan variasi bahasa harus disesuaikan dengan tempatnya (diglosia), yaitu antara bahasa resmi atau bahasa tidak resmi.a. Variasi bahasa tinggi (resmi) digunakan dalam situasi resmi seperti, pidato kenegaraan, bahasa pengantar pendidikan, khotbah, suat menyurat resmi, dan buku pelajaran. Variasi bahasa tinggi harus dipelajari melalui pendidikan formal di sekolah-sekolah.b. Variasi bahasa rendah digunakan dalam situasi yang tidak formal, seperti di rumah, di warung, di jalan, dalam surat-surat pribadi dan catatan untuk dirinya sendiri. Variasi bahasa ini dipelajari secara langsung dalam masyarakat umum, dan tidak pernah dalam pendidikan formal.   5. Menjunjung tinggi bahasa Indonesia di negeri sendiri         Sebenarnya apabila kita mendalami bahasa menurut fungsinya yaitu sebagai bahasa nasional dan bahasa negara, maka bahasa Indonesia merupakan bahasa pertama dan utama di negara Republik Indonesia.         Bahasa daerah yang berada dalam wilayah republik bertugas sebagai penunjang bahasa

Page 9: Bahasa Indonesia Tersisih

nasional, sumber bahan pengembangan bahasa nasional, dan bahasa pengantar pembantu pada tingkat permulaan di sekolah dasar di daerah tertentu untuk memperlancar pengajaran bahasa Indonesia dan mata pelajaran lain. Jadi, bahasa-bahasa daerah ini secara sosial politik merupakan bahasa kedua.         Selain bahasa daerah, bahasa-bahasa lain seperti bahasa Cina, bahasa Inggris, bahasa Arab, bahasa Belanda, bahasa Jerman, dan bahasa Perancis berkedudukan sebagai bahasa asing. Di dalam kedudukannya sebagai bahasa asing, bahasa-bahasa terebut bertugas sebagai sarana perhubungan antarbangsa, sarana pembantu pengembangan bahasa Indonesia, dan alat untuk memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi modern bagi kepentingan pembangunan nasional. Jadi, bahasa-bahasa asing ini merupakan bahasa ketiga di dalam wilayah negara Republik Indonesia.

III. Simpulan          Gejala bahasa yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia dianggap asebagai penyimpangan terhadap bahasa. Kurangnya kesadaran untuk mencintai bahasa di negeri sendiri berdampak pada tergilasnya atau lunturnya bahasa Indonesia dalam pemakaiannya dalam masyarakat.         Salah satu kebijakan untuk tetap melestarikan bahasa nasional adalah pemerintah bersama segenap lapisan masyarakat menjunjung tinggi bahasa Indonesia agar tetap menjadi bahasayang dapat dibanggakan dan sejajar dengan bahasa-bahasa di seluruh dunia.

Page 10: Bahasa Indonesia Tersisih

Bahasa Gaul Tantangan Berat Pengembangan Bahasa IndonesiaYOGYAKARTA--MI: Bahasa gaul yang digunakan anak muda termasuk dalam sinetron di televisi merupakan tantangan berat pengembangan bahasa Indonesia, kata pengamat bahasa dan sastra Indonesia Jamal D Rahman.

"Padahal seharusnya siapa saja yang berkomitmen dengan sumpah pemuda harus menjunjung tinggi penggunaan Bahasa Indonesia yang baku sebagai bahasa persatuan," katanya di Yogyakarta, Kamis (15/10).

Dalam sarasehan 'Kebahasaan dan Kesastraan Indonesia' dalam rangkaian Bulan Bahasa dan Sastra 2009 yang diselenggarakan Balai Bahasa Yogyakarta, ia mengatakan lembaga kebahasaan yang ada termasuk di dalamnya media massa harus ikut menjunjung tinggi Bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan.

"Para pengelola media massa khususnya remaja harus memiliki sikap tegas memperkenalkan Bahasa Indonesia yang baku kepada remaja dengan segala risiko yang dihadapi. Memang remaja memiliki bahasa di kalangannya sendiri," katanya, seraya menambahkan, meski tidak disukai oleh remaja, harus dipaksa agar mereka menggunakan bahasa yang baku.

Jamal yang juga pemimpin redaksi majalah sastra Horison mengatakan, meski pengembangan Bahasa Indonesia menghadapi tantangan berat tetapi diyakini pasti ada generasi muda yang peduli dan berkomitmen untuk menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan baku.

"Pelembagaan Bahasa Indonesia selama ini harus menjadi bahasa ilmu dan sastra. Jika masih banyak ditemui bahasa gaul itu berarti generasi muda telah kehilangan kesempatan menjadikan Bahasa Indonesia sebagai bahasa ilmu dan sastra," jelasnya.

Menurut dia generasi muda hendaknya mencontoh tokoh Muhammad Yamin. Dia adalah cermin anak muda yang memiliki keyakinan penuh kedudukan bahasa dalam kebudayaan, dan bahasa itu adalah Bahasa Indonesia.

"Perlu diingat bahwa di tahun 1920-an di kawasan nusantara, Bahasa Melayu atau Bahasa Indonesia dijadikan alat komunikasi umum, bukan alat artikulasi kaum terpelajar," ujarnya.

Pada saat itu alat artikulasi kaum terpelajar dan elite sosial adalah Bahasa Belanda. Bahasa Melayu hanyalah bahasa kaum kebanyakan. "Namun dalam situasi seperti itu Muhammad Yamin dan kaum muda lainnya mengukuhkan Bahasa Melayu /Indonesia sebagai identitas kebangsaan dan menjadi bahasa persatuan."

Menurutnya, yang tidak kalah penting adalah wawasan visioner Muhammad Yamin sebagai anak muda, terutama pandangannya tentang tanah air Indonesia yang disampaikannya dalam puisi. "Ini jelas memperlihatkan visi seorang anak muda dinamis dan kreatif tentang nasionalisme sebagai fajar

Page 11: Bahasa Indonesia Tersisih

baru kebudayaan dan politik."

Ia mengatakan puisi Muhammad Yamin 'Indonesia, Tumpah Darahku' yang ditulisnya dua hari sebelum Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 merupakan gagasan tentang tanah air, bangsa dan Bahasa Indonesia yang sesungguhnya mendahului gagasan yang sama dalam Sumpah Pemuda.

"Semua itu menunjukkan kreativitas seorang anak muda dalam membangun bahasa dan sastra bangsanya," tegas Jamal. (Ant/OL-04)

Page 12: Bahasa Indonesia Tersisih

BAHASA INDONESIA

UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

NAMA KELOMPOK :

1. FAISHAL ( 170410090011 )2. BEYIN M. MILLAH ( 170410090012 )3. DARA WIEKA ( 170410090013 )4. PIPIT ( 170410090014 )5. INDRA WINANTO ( 170410090015 )6. VINCENTIA P. ( 170410090016 )7. RYAN KURNIAWAN ( 170410090017 )8. NAJIE HAKIM ( 170410090018 )9. OKI KURNIAWAN ( 170410090019 )10. SYURYA MUHARAM ( 170410090020 )

UNIVERSITAS PADJAJARANJL.RAYA BANDUNG SUMEDANG KM 21,

JATINANGOR 45363

Page 13: Bahasa Indonesia Tersisih

Penipu CantikSelly Kini Mencari Korban Lewat FacebookFitraya Ramadhanny - detikNews

Foto: Facebook

Ada yang tau nama Selly Yustiawati sebelumnya? Dia ini bukan artis atau model loh apalagi anak pejabat :P, Selly Yustiawati adalah cewek penipu di Facebook!! Selly Yustiawati yang cantik ini meramaikan dunia maya atas penipuan yang dilakukannya. Selly yang selalu lolos sejak 2006 ini memakai Facebook untuk mencari mangsa baru. Diduga, sudah ratusan juta berhasil dikeruknya. Jadi harap anda berhati-hati kalau suatu ketika tanpa sengaja berhubungan dengannya.

Jakarta - Facebook lagi-lagi dimanfaatkan untuk tujuan jahat. Selly Yustiawati, penipucantik yang selalu lolos sejak 2006 ini memakai Facebook untuk mencari mangsa baru.

Pada awalnya, Selly selalu keluar masuk sebuah perusahaan. Targetnya adalah para karyawan dengan modus menawarkan bisnis pulsa murah atau butuh uang karena kepepet. Dengan bujuk rayu dan wajah cantik, korban pun berjatuhan.

Sejak menipu karyawan Hotel Gran Mahakam dan Kompas Gramedia pada 2009, belum ketahuan lagi perusahaan lain yang ditipu Selly. Korban baru yang berjatuhan malah melalui jaringan pertemanan Facebook.

Seperti dikisahkan NB, keluarga mereka ditipu Rp 4,6 juta. Tidak besar memang, namun mengingat pelaku adalah Selly, kemungkinan masih banyak lagi keluarga lain yang ditipu dengan cara yang sama. Keluarga NB kenal dengan Selly lewat Facebook.

"Dia mengaku namanya Eyy, kenalan adik kami dari Facebook. Dia main ke rumah dan mengaku sebagai wartawati Kompas. Karena dia sopan, kami percaya saja," kata NB saat dihubungi detikcom, Selasa (16/2/2010).

Page 14: Bahasa Indonesia Tersisih

Selly memakai ransel dengan logo Kompas, sehingga mereka percaya Selly wartawan sungguhan. Selly alias Eyy sangat ramah dan mempesona. Ketika dia menawarkan bisnis pulsa murah, semua orang tertarik. Selly pun menawarkan Blackberry dengan harga miring. Setelah mempengaruhi para korban, Selly pun meminta mereka mentransfer uang ke Bank Mandiri.

"Setelah kita transfer uang, ada yang menelepon entah siapa. Dia mengatakanhati-hati dengan Selly dia penipu. Dia lagi dicari polisi," kata NB lagi. NB lalu mengecek nama Selly di situs pencarian. Lalu terungkaplah sepak terjang Selly sebagai penipu kawakan. Namun terlambat, uang sudah dikirimkan. Ponsel Selly tidak bisa dihubungi.

Saat dicari dalam jejaring Facebook, dia menghapus dirinya dari semua jaringan pertemanan terkait dengan keluarga NB. Seperti dikatakan AT, adik NB, Selly lalu melenyapkan diri dari Facebook untuk menutup jejaknya.

"Semua teman yang kenal di-remove, mungkin dia ganti nama. Di Facebook dia nggak pernah pakai nama asli. Dia pakai nama seperti Panggil Aku Eyy, Aksel Namaku dan Wanita di Titik Nol," kata AT. (fay/anw)

Pada awalnya, Selly selalu keluar masuk sebuah perusahaan. Targetnya adalah para karyawan dengan modus menawarkan bisnis pulsa murah atau butuh uang karena kepepet. Dengan bujuk rayu dan wajah cantik, korban pun berjatuhan.

Sejak menipu karyawan Hotel Gran Mahakam dan Kompas Gramedia pada 2009, belum ketahuan lagi perusahaan lain yang ditipu Selly. Korban baru yang berjatuhan malah melalui jaringan pertemanan Facebook.

Seperti dikisahkan NB, keluarga mereka ditipu Rp 4,6 juta. Tidak besarmemang, namun mengingat pelaku adalah Selly, kemungkinan masih banyak lagi keluarga lain yang ditipu dengan cara yang sama. Keluarga NB kenal dengan Selly lewat Facebook.

"Dia mengaku namanya Eyy, kenalan adik kami dari Facebook. Dia main ke rumah dan mengaku sebagai wartawati Kompas. Karena dia sopan, kami percaya saja," kata NB saat dihubungi detikcom, Selasa (16/2/2010).

Selly memakai ransel dengan logo Kompas, sehingga mereka percaya Selly wartawan sungguhan. Selly alias Eyy sangat ramah dan mempesona. Ketika diamenawarkan bisnis pulsa murah, semua orang tertarik. Selly pun menawarkan Blackberry dengan harga miring. Setelah mempengaruhi para korban, Selly pun meminta mereka mentransfer uang ke Bank Mandiri.

Page 15: Bahasa Indonesia Tersisih

"Setelah kita transfer uang, ada yang menelepon entah siapa. Dia mengatakanhati-hati dengan Selly dia penipu. Dia lagi dicari polisi," kata NB lagi. NB lalu mengecek nama Selly di situs pencarian. Lalu terungkaplah sepak terjang Selly sebagai penipu kawakan. Namun terlambat, uang sudah dikirimkan. Ponsel Selly tidak bisa dihubungi.

Saat dicari dalam jejaring Facebook, dia menghapus dirinya dari semua jaringan pertemanan terkait dengan keluarga NB. Seperti dikatakan AT, adik NB, Selly lalu melenyapkan diri dari Facebook untuk menutup jejaknya.

"Semua teman yang kenal di-remove, mungkin dia ganti nama. Di Facebook dianggak pernah pakai nama asli. Dia pakai nama seperti Panggil Aku Eyy, AkselNamaku dan Wanita di Titik Nol," kata AT.

Anda bisa membuktikan ketenarannya. Cukup mengetikan namanya di situs pencari Google, Anda akan diantarkan ke berbagai situs mulai dari Tweeter, situs berita sampai Umurnya masih muda, hanya 25 tahun. Namun dia selicin penipu belia dalam film Catch Me If You Can yang dimainkan Leonardo DiCaprio. Bermodalkan wajah cantik dan kemampuan bercuap-cuap. Ratusan orang telah bertekuk lutut dan rela menyerahkan uangnya, dengan alasan mulai dari bisnis pulsa sampai dibantu mencari kerja.

Detikcom pun pernah mengendus Selly pada 2006 silam. Pada Kamis 3 Agustus 2006, sejumlah mahasiswi Universitas Prof Dr Moestopo (Beragama) melaporkan Selly karena penipuan ke Polda Metro Jaya. Selly menjanjikan para mahasiswi itu menjadi Sales Promotion Girl (SPG), asalkan mereka menyetor Rp 200.000 per orang. 30 Mahasiswi terbujuk, Selly pun melarikan Rp 6 juta.

Entah bagaimana langkah polisi mengurusi penipuan hanya Rp 6 juta. Yang jelas, akhir 2008 Selly kembali beraksi. Kali ini dia menjadi staf HRD Hotel Gran Mahakam. Modusnya kali ini adalah menawarkan pulsa murah, selain juga mengaku sakit dan butuh uang. Korban pun berjatuhan dari karyawan Gran Mahakam. Setelah bekerja sekitar 2 bulan, Selly menghilang pada awal 2009.

"Dahulu kami sudah melapor ke polisi. Kami pikir sudah ditangkap. Kami sangat berharap polisi menangkapnya," kata Debby, Humas Hotel Gran Mahakam kepada detikcom, Selasa (16/2/2010). Debby tidak ingat berapa puluh juta uang karyawan lenyap.

Lolos dari Gran Mahakam, Selly ketahuan beraksi lagi di Kompas Gramedia padamedio 2009. Kali ini dia menjadi operator telepon redaksi Kompas. Seluk beluk kerja wartawan pun dipelajarinya. Sementara Selly tetap beraksi dengan modus lama menawarkan pulsa murah selain meminjam uang untuk kebutuhannya.

Selly berhasil menghimpun Rp 30,6 juta uang karyawan dan wartawan Kompas sebelum kembali menghilang. Setelah 6 bulan dicari, para karyawan Kompas berhasil menjebak Selly dan membawanya ke Polsek Tanah Abang pada awal Januari 2010. Namun Selly sungguh licin. Alih-alih ditangkap, Selly hanya diminta membuat surat perjanjian untuk mengembalikan uang dan tidak mengulangi perbuatannya.

"Kita gemas sekali, sudah capek-capek kita jebak, eh malah dilepas," kata Sarie, wartawan

Page 16: Bahasa Indonesia Tersisih

Kompas.

Selly pun kembali melenggang. Sudah 3 kali Selly dilaporkan bahkan sempat dibawa ke polisi, namun dia selalu lolos. Entah sudah berapa ratus orang yang menjadi korbannya.

Dia punya ciri khas dalam beraksi. Dia bisa dengan mudah keluar masuk perusahaan untuk mencari korban para karyawan. Cukup 2-3 bulan bekerja sambil mencari mangsa, lalu menghilang tiba-tiba.

Selly pun bisa saja menipu miliaran rupiah sekali gasak. Namun diduga dia tidak ingin menarik perhatian polisi, sehingga dia tidak pernah menipu dalam jumlah besar. Penipuan Rp 5-30 juta, itu kasus remeh temeh buat polisi.

Namun yang polisi mungkin tidak tahu, Selly melipatgandakan jumlah korban. Pada akhirnya, Selly tetap mereguk uang banyak. Selly pun diuntungkan dengan para korban yang malu untuk melapor. Selly bahkan punya ilmu baru, yaitu mengaku sebagai wartawan Kompas.