16
Bandara Kalimarau - per Oktober 2010

Bandara Kalimarau

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Bandara Kalimarau

Citation preview

Page 3: Bandara Kalimarau

foto koleksi pribadi Diposkan oleh @LutfiArbhi... follow ya :D di 21.11 Tidak ada komentar:

Bandara Kalimarau yang Sangat Memikat

Hal pertama yg saya lihat di Berau tentu saja bandara Kalimarau. Ini karena saya naik pesawat kesana, kalau saya naik kapal pastinya yg saya lihat pertama kali adalah pelabuhan. He..he.., guyon dikit. Bandara dengan landasan sepanjang 2250 meter ini terbilang sebagai bandara yg representatif di utara Kaltim, selain bandara Juwata Tarakan. Nah untuk urusan bandara, Berau jauh sekali di atas Samarinda.

Sampai sekarang saya masih sangat sedih campur kesal dengan Samarinda. Bagaimana sebuah ibukota provinsi Kaltim tak memiliki bandara yg layak. Sedih sekali karena sejak 2005 bandara Sungai Siring atau Bandara Samarinda Baru sebenarnya sudah mulai dibangun, namun hingga akhir 2010 nasibnya terkatung-katung, tidak jelas dan mangkrak. Berbeda dengan Berau yg membangun bandaranya dengan langkah pasti.

Kalimarau mungkin bisa dibilang bandara terbaik di utara Kaltim jika kelak terminal barunya nanti selesai. Bahkan terminal baru Kalimarau dilengkapi dengan garbarata atau belalai yg memudahkan kita masuk ke pesawat. Fasilitas ini pertama di Kaltim, mengalahkan Sepinggan sebagai main gate Kaltim. Bahkan terminal baru dengan desain modern minimalis ini jauh lebih mewah dibanding Sepinggan, bahkan jika dibandingkan dengan terminal B sepinggan sekalipun.

Page 4: Bandara Kalimarau

Terminal dengan model bangunan seperti penyu itu terlihat glassy, mirip bandara Hasanuddin di Makassar. Per Desember 2010 kemaren, bangunannya sudah memasuki tahap finishing. Bahkan garbarata sudah terletak untuk siap dipasang. Terminal baru ini hebatnya terdiri dari 2 lantai, dengan fasilitas eskalator serta 10 meja chek-in yang lengkap dengan layar LCD. Wuihh,...sangat modern. Salut buat pemkab Berau yg sudah membangun bandara sebagus ini. Saya sangat tidak sabar menantikan undangan peresmiannya nanti.

Bandara Kalimarau juga sudah didarati oleh pesawat-pesawat besar, seperti Batavia dan Sriwijaya. Meski belum ada conecting flight menuju kota-kota besar seperti Surabaya dan Jakarta, namun kehadiran pesawat tersebut sangat memudahkan transportasi warga Berau, seperti saya. Harganya untuk flight ke Balikpapan termurah Rp.470 ribuan, kalau lagi apes bisa dapat Rp.800 ribuan. Kalau mau ke Samarinda, bisa terbang langsung menggunakan Kalstar atau Trigana yg menggunakan armada ATR-42. Harganya paling murah Rp.650 ribu.

Setidaknya, kehadiran bandara yg sangat modern dan megah ini bakal menjadi daya tarik tersendiri bagi para investor. Sebuah daerah yg memiliki bandara bagus pasti akan didatangi investor, entah itu untuk industri maupun properti. Saya berharap hotel-hotel akan semakin banyak dibangun di Berau, begitupula sektor lain yg menunjang seperti restaurant waralaba atau toko pakaian. Syukur kalau jaringan cinema mau masuk ke Berau, atau ada investor yg berniat bangun mall di Berau. Jadi saya tidak merasa bete lagi disini, hehe....

Bandara Kalimarau, memang sangat memikat siapa saja yg melihat. Pasti bagi pendatang baru tidak akan menyangka di Berau ada bandara semegah itu. Diposkan oleh @LutfiArbhi... follow ya :D di 20.50 Tidak ada komentar:

Beradaptasi dengan Berau

Hari-hari pertama di Berau, utamanya Tanjung Redeb langsung diisi dengan kesibukan luar biasa untuk persiapan pembukaan kantor saya. Namun disela kesibukan tersebut, saya menikmatinya sambil mempelajari sedikit demi sedikit keadaan di Berau. Ceritanya beradaptasi. Bagaimana bertemu dengan warga sekitar kantor hingga berkenalan dengan petinggi-petinggi di Berau. Kesimpulan saya tentang orang Berau adalah....mereka semua sangat ramah dengan para pendatang. Sangat welcome, sangat hangat dan sangat bersahabat.

Hanya ada 2 hal yang kurang bersahabat dengan saya, yaitu cuaca dan harga barang!! Hehe... untuk urusan cuaca, Berau ternyata lebih puannass dibanding Samarinda. Panas di Berau jika

Page 5: Bandara Kalimarau

sedang terik sangat membuat gerah. Kalau pulang ke rumah, sore atau malam, bawaannya pasti ingin langsung berendam di air. Sangat panas. Kata orang sini, cuaca panas ini mungkin diakibatkan oleh aktifitas tambang batu bara. Huft...saya belum berani memastikannya. Tapi seperti daerah lain di Indonesia, cuaca panas memang sudah menjadi kawan sehari-hari.

Yang kedua adalah masalah harga barang, ya harga semua komoditas termasuk harga sewa rumah dan lain-lainnya. Harga seporsi nasi kuning di Berau minimal Rp.12-15 ribu. Di Samarinda kita masih dapat harga Rp.7-10 ribu dengan lauk yang lengkap. Semua menu makanan harganya di atas rata-rata kota kelahiran saya. Cukup mahal dan menjadikan kita harus pintar mengatur keuangan untuk pos makanan. Tapi jangan sampai karena hemat kita jadi kurusan selama di Berau. Buktinya bb saya masih stabil hingga sekarang, hehe.... Meski untuk pos pengeluaran, pasti 30-50% lebih tinggi dibanding di kota sebelumnya.

Urusan harga yang lain, seperti rumah kontrakan atau kos-kosan juga mahal. Kos pertama yang saya tinggali Rp.500/bulan, konstruksi bangunan kayu dengan kamar mandi di luar. Ada 10 kamar dengan penghuni sekitar 15 orang, sementara kamar mandinya 5, namun yang berfungsi hanya 2, dan hanya 1 diantaranya yg bagus. Selama 1 bulan saya tinggal disini, untungnya saya sudah terbiasa dengan kondisi yang serba berkekurangan. Di kost ini terdapat orang Jakarta, orang Jogja, orang Bulungan hingga dari Samarinda seperti saya. Kelebihan kosan ini adalah lokasinya yang di tengah kota, sangat dekat dengan tepian Segah yang terkenal itu. Jadi kalau malam mau cari makan, cukup berjalan kaki ke luar kos kita sudah dihadapkan pada pemandangan warung-warung tenda aneka makanan. Sangat ramai dan mampu mengobati "efek kejut" akibat pindah ke kota kecil. He he...

1 bulan disana, saya kemudian pindah ke kontrakan seharga 9 juta/tahun, saya bagi 2 dengan anggota saya, sehingga ongkos akomodasi jadi ringan. Lokasinya di jalan Teuku Umar. Rumahnya minimalis modern, tergolong masih baru, 2 kamar dan punya dapur serta ruang tamu sendiri. Disitulah hingga sekarang saya berlindung dari panas dan hujan di Berau. Lokasinya relatif di pinggir kota, namun dekat dengan pusat perkantoran. Kalau mau cari makan, musti pake motor karena jaraknya lumayan.

Nah begitulah proses adaptasi saya dengan Berau. Relatif tidak ada kendala berarti, kecuali saya tidak bisa lagi menikmati prafucino di excelso cafe atau nonton film terbaru di 21. Itu saja, tapi bagi saya hal itu bukanlah masalah besar. Diposkan oleh @LutfiArbhi... follow ya :D di 17.53 1 komentar:

Pertama Kali Masuk Berau

Page 6: Bandara Kalimarau

Setibanya di bandara, saya langsung menelpon "ajudan" saya untuk keperluan penjemputan....jiahhh...haha. dan ternyata mereka masih dalam perjalanan menuju bandara. Gak papa, barang-barang saya masih belum semuanya terkumpul. Maklum ritual pindahan dari Samarinda ini cukup menguras tenaga dan pikiran, apalagi keterlibatan ibu saya yg sangat banyak membantu anaknya ini dengan menitipkan segala macam barang yg saya pikir sebelumnya tidak perlu dibawa, toh di Berau nanti bisa beli baru. Dan ternyata jangan remehkan barang titipan ibu anda. Ujung-ujungnya aneka barang itu sangat berguna bagi hidup kita setelah dibuat repot membawanya, hehe...

Tak menunggu lama, mobil Avanza hijau (bukan promosi ya) tepat parkir di hadapan saya. Bangunan terminal lama bandara memang tidak begitu besar, ya seukuran lah dengan temindung. Namun yang jelas lebih ramai karena bandara ini sudah didarati oleh pesawat besar seperti Batavia dan Sriwijaya. Di depan pintu kedatangan, terdapat cafe bernama banuanta yg menjual aneka suvenir dan minuman ringan.

Setelah barang masuk mobil dan setelah sedikit berbasa basi dengan teman-teman yang menjemput, saya pun konsen menikmati pemandangan kota yang saya lalui. Inilah Berau, tempat perjuangan saya selanjutnya. Tempat yang benar-benar baru, meskipun saya disini tak sendiri-sendiri amat. Saya punya sepupu yang jadi PNS dan sudah hijrah ke Berau sejak 1992. Saya juga ada kerabat dari ibu yang juga sudah puluhan tahun tinggal disini.

Tanjung Redeb adalah ibukota Kabupaten, berpenduduk sekitar 55 ribu jiwa, dari total 171 ribu penduduk Berau berdasarkan hasil sensus 2010 lalu. Dibanding kecamatan lain, seperti halnya ibukota, Tanjung Redeb adalah barometer di Berau. Ya tempat belanja, ya tempat keramaian, ya pusat pemerintahan, semuanya bermuara ke Tanjung Redeb. Ada sebutan khas orang Berau bagi ibukotanya, yaitu "Tanjung". Ya, orang Berau cukup menyebut "Tanjung" untuk sebutan ibukotanya tersebut. Ini setelah saya memperhatikan selama 3 bulan tinggal di Berau, hehehe...

Pemandangan pertama ketika keluar jalan bandara adalah sungai Segah. Sungai yang membelah kota Tanjung Redeb ini mirip mahakam di Samarinda. Cuma tidak terlalu lebar. Di seberang sana terlihat kecamatan Gunung Tabur, salah satu bekas kesultanan di Berau. Jalan di Berau, atau sebut saja Tanjung Redeb cukup mulus. Jarak bandara ke pusat kota sekitar 10 km. Pemandangan kiri kanan masih dipenuhi bangunan sederhana ala kota kecil. Hanya bangunan terminal bus saja yg cukup menarik perhatian saya, lalu ada gedung dinas PU yang berlantai 3, gedung DPRD dan kolam renang Kakaban yang dipakai untuk PON 2008 lalu, dan hotel Bumi Segah, hotel terbesar dan menjadi andalan Berau saat ini.

Page 7: Bandara Kalimarau

Selanjutnya mobil menyusuri jalan Pemuda, jalan dua jalur dengan median taman yang cukup bagus. Ada kantor Polres Berau yang cukup megah, gedung bank BPD Kaltim, GOR serbaguna dan beberapa ruko. Sedang dibangun pula showroom Toyota, yang mengindikasikan daerah ini cukup baik potensi perekonomiannya.

Mobil terus masuk ke kota, dengan lalu lintas yang sangat lancar, melewati daerah downtown Tanjung Redeb. Ada bangunan bank BRI yang cukup bagus, bank BNI, kantor PLN dan akhirnya saya melihat land mark kota Tanjung Redeb dan Berau, mesjid Agung Baitul Hikmah yang megah! Diposkan oleh @LutfiArbhi... follow ya :D di 03.29 Tidak ada komentar:

Selamat Datang di Berau

18 September 2010, untuk pertama kalinya saya menjejakkan kaki di tanah Berau, tepatnya di bandara Kalimarau yang terletak di kelurahan Teluk Bayur, Kecamatan Tanjung Redeb, Kabupaten Berau. Pesawat Kalstar jenis ATR-42 yg membawa 40 penumpang tiba dengan selamat sekitar pukul 10.30 wite, setelah sebelumnya membawa saya ke Balikpapan dari Samarinda.

Saya ke Berau bukan sekedar jalan-jalan biasa. Kali ini saya ke kabupaten ini untuk menjalankan tugas mahaberat yang dibebankan ke pundak saya, yang mungkin akan dijalani dalam waktu yang tidak singkat. Oke kita abaikan saja apa tugas saya di Berau, karena blog ini khusus membicarakan bagaimana keadaan Berau, secara objektif dari pandangan saya sebagai seorang manusia. He..he... sorry agak lebay bahasanya :)

Sebelumnya saya sudah 2x mendarat di Berau, dengan pesawat yang sama. Pertama tahun 2002 ketika saya pulang dari KKN di Tarakan. Saya harus pulang seminggu lebih cepat karena ibunda dari ibu saya alias nenek saya wafat. Meski tak sempat menghadiri pemakamannya, namun kesempatan pulang lebih cepat itu menjadikan saya melihat Berau untuk kali pertama meski hanya dari atas pesawat. Saat itu pemandangan kiri-kanan bandara hanyalah belantara hutan yang hijau.

Kedua akhir tahun 2009 lalu, ketika pulang dinas dari Tarakan juga, transit sekitar 15 menitan di kalimarau sebelum menempuh 40 menit ke temindung Samarinda. Saat itu pemandangan dari atas terlihat ada yang sedikit berubah. Banyak kawah-kawah galian tambang batubara yang cukup merusak hutan hijau Berau. Hmmmmmm....

Nah kali ini setelah 9 bulan lewat, saya akhirnya benar-benar turun dari pesawat setelah 2x

Page 8: Bandara Kalimarau

hanya transit. Sebelumnya saya melihat bangunan terminal baru bandara yang begitu megah dan menarik. Wow.....inikah Berau, tempat tinggal saya yang baru?

Bismillahirrahmanirahim, saya pun menginjakkan kaki di aspal landasan bandara. Tidak pake sujud syukur segala, ntar takut ada yg moto.... hahaha. Saya pun dengan langkah pasti yang "dikuat-kuatkan" memasuki terminal kedatangan yang sederhana, namun cukup bersih dan rapi. Terdapat satu conveyor barang yang memanjang sehingga barang yang tak terambil oleh pemiliknya pasti akan jatuh menumpuk di ujung conveyor.

Melangkahkan kaki untuk pertama kalinya di salah satu propinsi Kalimantan timur yang berbatasan langsung dengan Sabah, Malaysia membuat saya excited. Walau trip saya kali ini bukan murni bertujuan untuk wisata, namun banyak hal dan kegiatan disana yang dapat dikategorikan sebagai small trip alias wisata kecil. :). Serta banyak pelajaran-pelajaran menarik yang dapat saya ambil dari sisi ke-Indonesiaan yang bisa saya share di sini.

Pesawat yang mengantarkan saya menuju Berau, Kalimantan timur yang akan transit view minutes di Balikpapan akhirnya datang. Perjalanan yang memakan waktu sekitar 1 jam 20 menit menuju bandara Sepinggan-Balikpapan berawal dengan lancar. Setelah transit 20 menit yang cukup melelahkan (kenapa saya bilang melelahkan? hanya transit 20 menit saja tetapi tetap saja kami diminta untuk turun dari pesawat dan berputar lumayan jauh dari gate kedatangan menuju gate keberangkatan lagi untuk check in dll dengan alasan logis bahwa pesawat akan dibersihkan), kemudian saya melanjutkan penerbangan menuju bandara Kalimarau, Berau, Kalimantan timur yang memakan waktu lebih kurang 1 jam 15 menit.   Saya paling suka terbang melintasi Borneo, karena view yang ditampilkan sangatlah cantik. Dari jendela pesawat saya bisa melihat lekok sungai diKalimantan yang memang terkenal dengan pulau kesungaiannya, serta melihat jejeran hijau hutan kalimantan serta beberapa bopeng-bopeng kalimantan yang dikeruk dengan sengaja untuk tambang batu bara. 1 jam lebih perjalanan tidak membuat saya bosan karena pemandangan cantik yang disuguhkan.

Bandara Kalimarau lama (kiri) ; Bandara Kalimarau baru (kanan) yang akan beroperasi tahun 2012

Akhirnya saya tiba di Bandara Kalimarau, Berau. Cuaca berawan dengan suhu yang relatif lebih rendah dari pada Balikpapan menambah cantik suasana. Pesawat mendarat didepan gedung baru Bandara. Perlu diketahui, bandara berau merupakan bandara kelas kecil yang sedang mengalami perluasan. Baru sekitar tahun 2008 bandara ini bisa didarati oleh pesawat

Page 9: Bandara Kalimarau

besar semacam seperti yang dimiliki oleh Maskapai penerbangan Batavia air, Trigana dan Sriwijaya air tetapi masih belum bisa dilewati pesawat-pesawat panjang seperti Lion air.  Sebelumnya bandara ini baru bisa dilintasi oleh pesawat-pesawat kecil (dan pesawat perintis) seperti milik maskapai KAL star dan susi air. Kini, bandara ini mengalami invasi besar-besaran ditandai dengan dibangunnya bandara baru dengan lintasan yang lebih panjang sehingga nantinya dapat dilewati oleh jenis pesawat panjang seperti Lion air dengan kapasitas penumpang yang lebih banyak sehingga perluasan dan pembesaran ruang tunggu penumpang juga dilakukan.

Pemandangan di Bandara Kalimarau (atas). Jenis pesawat Kal star (bawah kiri) dan susi air (bawah kanan)

Hal cukup menarik bagi saya setibanya saya di bandara ini adalah,bertemu dengan Panglima. Jangan buru-buru menyimpulkan bahwa saya telah bertemu dengan panglima kesatuan perang angkatan darat, laut atau udara yang sering muncul di TV untuk mengawal bapak presiden. Panglima yang saya temui waktu itu adalah Panglima Kumbang yang merupakan panglima “perang” suku Dayak. Panglima yang bernama asli Udin Bahlok sangat dikenal karisma dan wibawanya serta sangat disegani oleh masyarakat Kalimantan ini  diundang oleh tokoh pemerintahan Balikpapan dalam sebuah acara kemasyarakatan. Awalnya, saya tidak tahu menahu tentang Panglima ini. Saya sempat mengira bahwa Beliau adalah salah satu suku diPapua yang kebetulan mampir ke Berau sehingga menjadi model dadakan (banyak yang minta foto dengan beliau). Perawakan yang kecil tapi kekar dengan rambut terurai panjang dan ikat kepala merah serta tato yang menghiasi sekujur tubuhnya hingga mengesankan bahwa warna kulitnya gelap seperti orang papua membuat saya pada saat itu tidak tertarik untuk berfoto dengan beliau padahal hampir semua orang disana heboh untuk berfoto dengan

Page 10: Bandara Kalimarau

beliau. Baru setelah beberapa orang menceritakan kepada saya siapa Pria “aneh” itu dan sepak terjang beliau, saya menyesal tidak mengabadikan momen pertemuan itu seperti yang orang-orang lakukan. Menurut penuturan beberapa orang, Panglima kumbang inilah yang berhasil meredam amarah penduduk Tarakan dalam tragedi Tarakan baru-baru ini. Selain itu, “perang” suku yang pernah terjadi di Sampit dulu juga diredam oleh Panglima ini. Bukan hanya perang-perang besar antar suku semacam itu saja yang melibatkan beliau, tetapi juga kegiatan pemilu ataupun pembangunan suatu kawasan di Kalimantan juga membutuhkan beliau untuk meredam emosi warga pedalaman Kalimantan. Beliau sendiri sebenarnya berasal dari suku Dayak di pedalaman Sampit, Kalimantan tengah dan akan rela turun gunung dari singgasananya apabila ada perang suku yang terjadi kalimantan untuk melakukan upaya perdamaian. Konon kabarnya, panglima yang katanya memiliki 8 istri yang cantik bak bidadari ini, memiliki kemampuan untuk menerbangkan parang serta kesaktian-kesaktian lainnya yang berbau mistis non-logis tetapi kenyataannya ada. Wah… saya jadi tertarik untuk tau lebih lanjut tentang kalimantan beserta budaya-budaya setempat…. :)

Aktifitas pagi di pelabuhan kecil sungai segah yang biasa dilalui kapal tongkal pengangkut batu bara

Setelah hingar bingar berfoto ria dengan Panglima Kumbang usai, saya beserta rombongan bergegas untuk menuju Hotel Bumi segah yang terletak didepan sungai segah yang setiap hari dilewati oleh kapal tongkang bermuatan gunungan batu bara hasil tambang yang menurut sumber yang saya terima harganya untuk per-tongkang adalah sekitar 7 Miliyard.  Woww, nilai yang cukup fantastis. Jalan dari bandara menuju hotel cukup berputar dan membutuhkan waktu sekitar 20-30 menit karena melewati jalanan pedesaan yang belum beraspalt, bertopografi naik turun serta agak becek. Untuk itulah mengapa sebagian besar mobil disana berjenis mobil besar 4 wheel karena memang medan tersebut cukup riskan untuk dilalui mobil biasa. Jalanan menuju hotel awalnya tidak berputar, tetapi melewati jalanan aspalt disisi sungai segah yang rutenya jauh lebih singkat. Namun, karena kelongsoran yang terjadi di sisi sungai segah yang menghabiskan separo badan jalan aspalht membuat jalan tersebut ditutup untuk lalu lintas karena sangat berbahaya untuk dilewati. Untuk mengantisipasi kelongsoran yang mungkin akan berlanjut, pemerintah daerah Berau sudah melakukan review desain untuk melakukan pencegahan kelongsoran sekaligus melakukan pelebaran jalan disepanjang sungai segah tersebut. Saya mendapatkan sedikit cerita unik dari warga disepanjang daerah kelongsoran tersebut. Ternyata, mereka tidak hanya melakukan antisipasi yang bersifat teknis dan teoritis tetapi juga melalui ritual mistis. Konon kabarnya, beberapa kali mereka melakukan pelarungan kambing dan sapi yang digunakan sebagai tumbal sekaligus memohon ijin kepada “penunggu” setempat untuk proyek pelebaran jalan tersebut agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Memang sih agak sedikit diluar akal sehat, padahal kalau dilihat dari lokasinya, kelongsoran tersebut terjadi tepat di lekokan sungai besar sehingga menyebabkan kemiringan talud yang relatif terjal dan kemungkinan terjadinya

Page 11: Bandara Kalimarau

scouring (gerusan) yang cukup besar. Tetapi, ritual dan kepercayaan setempat harus dan wajib diikuti demi keselamatan bersama.

Bubur sayur+ketela+kerang (kiri). Sup ikan putih (kanan)

Berau merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Kalimantan Timur dengan Tanjung Redeb sebagai ibukotanya. Jangan dibayangkan jalanan di tanjung redeb yang notabene adalah sebuah ibukota sangat ramai oleh lalu lalang kendaraaan. Jalanannya lengang berkelok-kelok dan naik turun ini hanya dilalui oleh segelintir kendaraan yang mana sebagian besar kendaraan yang lewat itu adalah kendaraan proyek batu bara Berau coal maupun pegawai-pegawai dinas pemerintahan. Tidak banyak terdapat swalayan layaknya di ibukota yang menjual kebutuhan sehari-hari serta tidak banyak restoran-restoran elit layaknya dikota-kota besar. Yang ada hanya beberapa restoran maupun depot yang sebagian besar menyajikan seafood sebagai menu andalannya. Berau memang terkenal dengan hasil lautnya, ada udang berkepala besar (udang air payau dan air sungai bertubuh besar yang saya lupa namanya), ada berbagai jenis ikan seperti ikan putih, baronang dkk serta jenis cumi-cumi. Selain itu, ada satu atau dua depot yang menyajikan panganan telur penyu yang dibanderol harga 10000/butir. Sebenarnya telur penyu ini sudah tidak boleh diperjual belikan secara besar-besaran, hanya beberapa restoran yang memiliki ijin jual saja yang boleh menjual hanya dengan jumlah yang terbatas.  Selain seafood, menu andalah lain adalah daging rusa yang juga diperjual belikan terbatas mengingat rusa merupakan salah satu hewan yang dilindungi. Rasa dari daging rusa ini sebenarnya tidak jauh beda dengan daging sapi, tetapi lebih empuk  sehingga mudah digigit. Ada juga jenis sambal yang mirip seperti petis tetapi warna merah (lagi-lagi saya lupa namanya) yang rasanya mantap dan ciamik soro wess (wenakk..) serta jenis sayuran yang berkuah santan. Ada juga suguhan semacam bubur yang merupakan olahan sayur dan ketela yang di tumbuk serta dicampur santan dan daging kerang. Saya sempat menanyakan nama jenis bubur itu kepada pelayan restoran, tetapi (begonya) si pelayan tidak tahu menahu nama bubur itu.

Sayangnya, saya tidak punya cukup waktu untuk mengunjungi Kepulauan Derawan yang terkenal memiliki pemandangan laut yang sangat eksotik. Kata bapak penguasa salah satu pulau dan wahana laut di kepulauan derawan, waktu yang tepat untuk berkunjung ke lokasi tersebut adalah antara Maret- Mei dimana pada saat itu air laut lebih tenang sehingga lebih nyaman untuk mancing plus menyewa perahu lengkap dengan alat panggang ikannya. Saya harap dilain waktu saya dapat mengunjungi pulau Derawan yang indah itu sekaligus menikmati keindahan alam Indonesia di pulau-pulau kecil perbatasan, tentunya murni untuk tujuan berlibur bukan bekerja sambil berlibur… :)

Page 12: Bandara Kalimarau

Sekian cerita saya^^

Saya berpose diujung run way Kalimarau..heheheh