Upload
bhakti-haryanto-atmojo
View
235
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 1/53
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Geologi Regional Cekungan Barito
Cekungan Barito berada di bagian tenggara Pulau Kalimantan. Cekungan
ini merupakan cekungan asimetris. Sebelah barat dekat paparan sunda terdapat Cekungan
Barito dengan kemiringan relatif datar, ke arah timur menjadi cekungan yang dalam yangdibatasi oleh sesar-sesar naik ke arah barat dari punggungan Meratus yang merupakan
bongkah naik. Cekungan Barito disebelah barat dibatasi oleh paparan sunda, sebelah
timur Pegunungan Meratus, sebelah utara dibatasi oleh Adang Flexure. (Satyana,
dkk.,1994)
2.1.1 Tektonik Regional
Pulau Kalimantan sendiri merupakan daerah tektonik yang relatif stabil,
merupakan bagian dari Lempeng Mikro Sunda yang mempunyai karakteristik dan tatanan
struktur yang cukup berbeda dengan pulau-pulau lainnya di Indonesia, yang dipengaruhi
oleh zona subduksi.
Lempeng Mikro Sunda merupakan pecahan atau fragmental Lempeng Eurasia
yang terpisah ke bagian tenggara akibat tumbukan dengan kerak Benua Asia dan pola
tektonik yang berkembang pada Cekungan Barito mengikuti pola tektonik pada Lempeng
Mikro Sunda. Pada dasarnya pola tektonik yang terjadi pada Lempeng Mikro Sunda
merupakan proses pemisahan akibat tekanan yang terjadi pada lempeng itu sendiri. Faktor
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 2/53
eksternal yang ikut berperan dalam
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 3/53
6
a. Blok Schwaner
Blok ini oleh Van Bemmelen dianggap sebagai bagian dari Paparan Sunda yang
mengalami pengangkatan sejak Zaman Kapur Akhir, dimana batuannya terdiri dari
batuan beku dan batuan malihan yang berumur Pra-Tersier. Bagian timur dari blok ini
mengalami gerak penurunan pada Paleogen dan tertutup oleh sedimen Tersier yang
tidak terlipat. Bagian ini dikenal sebagai Pelataran Barito (Barito Platform).
b. Blok Paternoster
Blok ini dianggap suatu daerah tektonik yang kompleks, terdiri dari pelataran
paternoster yang terletak di lepas pantai Kalimantan Tenggara dan sebagian daerah di
daratan Kalimantan. Blok ini hanya sebagian yang mengalami pengangkatan.
c. Pegunungan Meratus
Daerah ini terletak diantara Blok Schwaner dan Blok Paternoster, yang merupakan
daerah dengan pengendapan yang cukup tebal. Daerah ini mengalami perlipatan dan
tersesarkan serta terangkat dengan kuat.
d. Tinggian Kuching
Tinggian Kuching atau Kuching high terbentuk akibat dari pengangkatan yang terjadi
pada busur kepulauan dengan daerah perairan dangkal di sekitarnya, yang merupakan
bagian yang tinggi pada Zaman Paleogen di Kalimantan Utara. Daerah ini terpisah
dari Kalimantan Baratlaut yang mengalami suatu penurunan dengan cepat. Tinggian
Kuching merupakan sumber (source) untuk pengendapan di daerah baratlaut dan
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 4/53
tenggara selama Neogen.
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 5/53
7
kompresional muncul pada kala miosen tengah hingga plio-plistosen mengakibatkan
inversi dan pengaktifan kembali sesar extensional yang sudah terbentuk sebelumnya
menghasilkan kenampakan struktur yang sekarang terbentuk pada cekungan barito.
Secara umum keadaan teknonik dan stratigrafi di Cekungan Sumatra Tengah
dapat digambarkan dalam 4 fase utama (Satyana, dan Silitonga, 1994). Ketiga fase
tektonik ini adalah:
1. Prerift, fase ini merupakan kompleks tektonik yang terjadi pada basement yang
terdapat pada dasar cekungan. Basement terletak di sepanjang Paparan Sunda,
dikomposisi oleh variasi pencampuran berbagai macam sumber: basement dari kerak
benua di bagian barat, zona akresi kala mesozoic dan batuan berumur Paleogen di
bagian barat. Terdapat ketidakjelasan mengenai distribusi dari tipe batuan dibawah
permukaan, akan tetapi di bagian timur cekungan, basement menunjukan tipe batuan
Meratus, tidak menunjukan tipe batuan dari Barito-Platform, hal ini menimbulkan
spekulasi mengenai kontak dari dua tipe batuan pada basement, dan menerangkan
bahwa basement tipe meratus mengalami pensesaran (Gaffney-Cline, 1971)
2. Synrift, Collision antara Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik bagian barat pada
kala Eosen Tengah meneyebabkan proses pemekaran ( rifting) pada Cekungan Barito
(Daly, Hooper, dan Smith, 1987; Kusumam dan Darin 1989; Daly et al., 1991; van de
Weerd and Armin, 1992). Fase synrift pada cekungan terjadi pada kala Paleosen-
Eosen tengah, yaitu pada pengendapan Formasi Tanjung bagian bawah, yang
merupakan sedimen yang diendapkan pada permukaan basement yang tidak teratur
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 6/53
yang disebabkan oleh rifting.
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 7/53
menjadi lingkungan laut dan diendapkannya batuan karbonat yang merupakan
penyusun Formasi Berai.
4. Syninversion, pada kala Miosen Tengah terjadi collision antara Lempeng Laut China
Selatan dengan Kalimantan Utara, yang menyebabkan terbentuknya Tinggian
Kuching, pada saat yang bersamaan tumbukan ke timur Sulawesi mengakhiri
pemekaran selat Makasar dan pengangkatan Pegunungan Proto-Meratus. Kedua
peristiwa tektonik mengakibatkan pengaktifan kembali dan proses inversi dari sesar-
sesar tua pada Cekungan Barito. Proses inversi pada cekungan menjadi lebih kuat
ketika terjadi tumbukan antara Lempeng
Australia bagian baratlaut dengan Lempeng Eurasia pada kala Pliosen awal.
Pengangkatan dari Tinggian Kuching memberikan sedimen supply ke cekungan yang
lebih rendah, dan pengankatan Pegunungan-Proto Meratus menyebabkan Cekungan
Barito terpisahkan oleh lingkungan laut, sehingga siklus sedimentasi yang
sebelumnya transgresi berubah menjadi siklus regresi. Hal ini mempengaruhi
pengendapan pada Formasi Warukin dan Formasi Dahor. (Satyana, dan
Silitonga,.1994)
2.1.2 Stratigrafi Regional
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, batuan dasar ( basement) pada
cekungan barito terdiri dari pencampuran antara batuan dasar dari lempeng benua
Paparan Sunda dibagian barat yang dikenal dengan sebutan
Barito Platform, dan batuan dasar pada zona akresi dibagian timur, yaitu Pegunungan
Meratus. Secara umum stratigrafi sedimen-sedimen Tesier pada Cekungan Barito dari
formasi tua ke formasi muda secara berurut adalah sebagai
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 8/53
9
terpilah buruk, bermassa dasar batupasir kuarsa berbutir kasar. Facies ini
merupakan bagian paling bawah dari Formasi Tanjung yang diendapkan tidak
selaras diatas batuan alas Para-Tersier, tebalnya berkisar antara 8 meter dan 15
meter. Di tepi barat Pegunungan Meratus, Facies Konglomerat lebih tebal dari
yang di tepi timurnya. Di beberapa tempat di tepi timur ditemukan sisipan
batupasir berbutir kasar dengan ketebalan antara 75 cm dan 100 cm, yang
memperlihatkan structure sedimen lapisan silang-siur berskala menengah.
Adanya perbedaan ketebalan pada Facies Konglomerat dan structure perlapisan
silang-siur pada batupasir menunjukkan arah arus purba dari barat.
b. Facies Batupasir Bawah terdiri dari batupasir berbutir sedang sampai kasar
setempat konglomeratan. Batupasir ini disusun terutama oleh butiran kuarsa
dengan sedikit kepingan batuan vulkanik, rijang, dan feldspar. Facies ini
berlapis tebal yaitu antara 50 cm dan 200 cm. Structure sedimennya adalah
lapisan sejajar, lapisan silang-siur dan lapisan tersusun. Tebal facies ini terukur
di tepi barat Pegunungan Meratus antara 46 meter dan 48 meter, sedangkan di
bagian tengah dan tepi timurnya antara 30 meter dan 35 meter.
c. Facies Batulempung Bawah terdiri dari batulempung berwarna kelabu
(kecoklatan sampai kehitaman), dengan sisipan batubara dan batupasir.
Ketebalan facies ini berkisar dari 28 meter sampai 68 meter. Structure sedimen
di dalam batulempung, yang terlihat berupa lapisan pejal, laminasi sejajar,
setempat berlaminasi silang-siur dengan ketebalan berkisar antara 3 cm sampai
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 9/53
5 cm. Batubara berwarna hitam mengkilap
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 10/53
10
Setempat ditemukan pula sisipan tufa berwarna putih dengan ketebalan
perlapisan antara 5 cm dan 15 cm, sebagian terubah menjadi kaolin.
Gambar 2.1 Proses tektonik dan pengendapan formasi-formasi pada Cekungan Barito
bagian timur (Satyana, dan Silitonga, 1994)
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 11/53
11
2. Formasi Berai, litologinya terdiri dari batugamping mengandung fosil foraminifera
besar seperti Spiroclypeus orbitodeus, Spiroclypeus sp, dll yang menunjukkan umur
Oligosen-Miocene Awal. Formasi Berai dibagi menjadi tiga bagian
(Satyana,dkk.,1994), yaitu :
a. Berai Bawah disusun oleh batulempung, dan napal. Diendapkan pada
lingkungan paralic-neritik
b. Berai Tengah disusun oleh batugamping massif yang diendapkan di lingkungan
paparan (shelf )
c. Berai Atas disusun oleh batulempung, napal, dan sisipan batugamping.
Diendapkan di lingkungan Lereng Delta
3. Formasi Warukin, batupasir kuarsa dan batulempung sisipan batubara, terendapkan
di lingkungan fluviatil-delta dengan ketebalan sekitar 400 meter, berumur Miocene
Tengah sampai dengan Miocene Akhir. Formasi Warukin dapat dibagi menjadi tiga
bagian (Satyana, 1994, 1995; Mason dkk, 1993; Heriyanto dkk, 1996) yaitu :
a. Warukin Bawah disusun oleh batupasir dengan batulempung gampingan dan
lensa batugamping yang tipis. Diendapkan pada lingkungan Muka Delta-
Dataran Delta
b. Warukin Tengah disusun oleh batupasir, batulempung gampingan dan batubara.
Diendapkan pada lingkungan Dataran Delta
c. Warukin Bawah disusun oleh perlapisan batubara tebal, batulempung pada
bagian atas, batupasir berlapis tipus, dan batulempung dengan lensa batubara
tipis. Diendapkan pada lingungan Fluvial-Dataran Delta
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 12/53
4. Formasi Dahor, litologinya terdiri dari batupasir kuarsa berbutir sedang
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 13/53
12
Gambar 2.2 Kolom stratigrafi dari Cekungan Barito yang menunjukan formasi ,
paleofacies, dan kejadian tektonik (Satyana,dkk,.1994)
2.1.3 Petroleum System
2.1.3.1 Potensi Source Rock
Sedimentasi Tahap pertama dari Formasi Tanjung merupakan sedimen yang
diendapkan di graben paleogen berupa alluvial channel dan fan mengalami progradasi
hingga ke lingkungan lacustrine. Sejumlah lapisan tipis batubara diduga diendapkan
sepanjang tepi danau. Lingkung lacustrine dalam terbentuk pada bagian sumbu graben.
Lingkungan ini menghasilkan lingkungan reduksi yang baik bagi akumulasi algae.
Lapisan source rock berupa Lacustrine alga dapat membentuk prolific oil.
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 14/53
13
2.1.3.2 Maturation
Dari analisismaturasi Lower Tanjung source rock diketahui :
Pada bagian baratlaut matursi hidrokarbonnya immature early mature, dan pada bagian
tengahnya mature, sedangkan dibagian tenggaranya maturasinya overmature ( bagian
paling dalam basin ini).
2.1.3.3 Potensi Reservoir
Reservoir utama berupa synrift sand tahap 1, post rift sag fill tahap 2 dan
3. batu pasir synrift pada tahap 1 ( disebut batupasir A dan B atau Z 1015 dan Z 950 )
diendapkan dilingkungan alluvial fan dan lingkungan delta front lacustrine. Memiliki
ketebalan 30 50 meter. (Gambar 2.3)
Batupasir pada tahap 2 ( batupasir c dan d atau Z.860 dan Z.825 ) mewakili
batupair alluvial fan. Reservoar properties pada batupasir Z.860 ini lebih baik di
bandingkan batupasir pada formasi Lower Tanjung, Batupasir ini memiliki sorting yang
bagus dan mineralogy maturity yang bagus, ketbalan 25 30 meter, dengan nilai porisitas
dan permeabilitas rata-rata yang bagus. Tidak seperti Z.860, batupasir Z.825 tipis dan
diskontinyu ( melensa ) dengan ketebalan 3 5 meter. (Gambar 2.3)
Tahap 3 reservoarnya terdiri dari Batupasir e ( Z.710 dan Z. 670 ). Batupasir-E
di endapakn pada pantai/ barrier bar pada lingkungan garis pantau yang terus mengalami
regresi.Ketebalan maksimum dari batupasir- E ini 30 meter. (Gambar 2.3)
Selain batupasir pada Formasi Tanjung, terdapat beberapa potensi reservoir
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 15/53
lainnya, antaralain batugamping pada Formasi Berai, yang
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 16/53
14
formasi Upper Tanjung. Batuan mudstone marine ini menyediakan sealing yang efektif
bagi reservoir Lower Tanjung. Tersusun atas 800 meter dengan dominasi neritic shale dan
silty shale.
2.1.3.5 Trap
Hydrocarbon terbentuk, bermigrasi dari Lower-middle tanjung coals,
carbonaceous shales, dan lower warukin carbonaceous shales. Kitchen utama terletak
pada depocentre basin sekarang.
Sealing rocks dihasilkan dari intra-formational shales. Generation, migration,
dan pemerangkapan hydrocarbon terjadi sejak middle early miocene
(20 Ma). Barito basin merupakan contoh dari efek interaksi tektonik terhadap tempat
pembentukan hydrocarbon (petroleum system).
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 17/53
Gambar 2.3 Formasi Tanjung bagian bawah
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 18/53
15
merupakan media untuk migrasinya hydrocarbon yang terbentuk dibagian terbawah dari
graben.
Selama late miocene, basin mengalami permbalikan akibat naiknya Meratus,
membentuk asymmetric basin, Barito basin mengalami dipping kearah NW dan makin ke
SE semakin curam. Akibatnya bagian tengah dari mengalami subsidence, sehingga
tanjung source rock s semakin terkubur, dan menghasilkan kedalaman yang cukup bagi
source rock untuk menjadi hydrocarbon.
Hydrocarbon mengisi jebakan melalui patahan dan melalui permeable sands.Pada awal Pliocene, Tanjung source rocks kehabisan liquid hydrocarbon, sehingga
membentuk gas dan bermigrasi mengisi jebakan yang telah ada.
Lower Warukin shales pada depocentre basin mencapai kedalaman dari oil window
selama plio-pleistocene. Minyak terbentuk dan bermigrasi ke structural traps dibawah
warukin sand.
2.2 Konsep Dasar Lingkungan Pengendapan
Lingkungan sedimentasi merupakan bagian dari roman muka bumi yang
secara fisika, kimia, dan biologi berbeda dengan roman lainnya misalnya gurun, sungai
lembah, dan delta (Selley, R.C., 1985), dan dalam penentuan roman muka bumi tersebut
ada beberapa faktor yang harus diperhatikan, yaitu: geologi, geomorfologi, iklim, cuaca,
kedalaman, temperatur, dan salinitas serta sistem aliran termasuk juga flora dan fauna
yang terdapat dalam lingkungan sedimentasinya. Faktor-faktor tersebut sangat berkaitan,
sehingga apabila ada perubahan pada salah satu faktornya maka akan menyebabkan
perubahan lainnya.
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 19/53
Menurut Boggs (1987), lingkungan pengendapan adalah suatu tempat
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 20/53
16
Lingkungan pengendapan terbentuk saling berhubungan satu dengan yang
lainnya, misalnya: dataran banjir, alluvial, lingkungan ini mungkin saja dapat menjadi
daerah pasang surut kemudian menjadi daerah laut dangkal bahkan mungkin menjadi laut
dalam. Hal ini dapat terjadi karena berkaitan dengan naik turunnya muka air laut global
yang menyebabkan daratan mengalami trangresi maupun regresi. Hasil dari proses
tersebut akan membentuk suatu urutan perubahan fasies secara gradasi kearah vertikal.
Hubungan antara fasies dan lingkungan pengendapan pertama kali dikemukakan oleh
Walther (1894) yang
dalam Selley, 1985).
Gambar 2.4 Hubungan fasies dengan lingkungan pengendapan
Batuan sedimen telah lama diendapkan dalam tiga kondisi pengendapan utama, yaitu:
1. Kontinental atau terrestrial (darat)
2. Marginal-marine (batas anatar laut dan darat/transisi)
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 21/53
3. Laut
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 22/53
17
ditransportasi baik itu kelingkungan danau (lacustrine) atau cekungan cekungan laut
(marine basin).
Bentuk utama dari aggradasi permukaan fluvial adalah channel yaitu berupa
saluran tunggal atau bercabang dengan intensitas kelokan yang besar ataupun kecil
(gambar 2.1). Bentuk braided dihasilkan oleh channel dengan intensitas aliran yang kecil
(low-river stage weaves) diantara bar-bar multipel (multiple bars channel). Ketika
intensitas alirannya bertambah besar, bar-bar tersebut membentuk bidang perlapisan aktif.
Bentuk meandering dihasilkan oleh channel dengan intensitas aliran kelokan yang besaryang membentuk bar seiring dengan migrasi channel.
Channel dengan bentuk lurus (straight ) didominasi oleh lempung, intensitas
kelokan kecil, terbentuk oleh submerged , perpindahan arus terjadi pada perpindahan
kelompok-kelompok bar . Segmen channel ini jarang terbentuk pada jarak yang panjang.
Tabel 2.1 Klasifikasi sederhana lingkungan pengendapan (Boggs, 1987)
Primary Depositional Setting Major Environment Subenvironment
Alluvial fan
Fluvial Braided stream
Continental Meandering stream
Desert
Lacustrine
Glacial
Delta plainDeltaic Delta front
Marginal-marine Prodelta
Beach/barrier island
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 23/53
Estuarine/lagoonal
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 24/53
18
material tersebut kearah laut dan terlihat perubahan bentuk channel dari tipe
braided pada daerah proximal ketipe straight pada daerah distal (Gambar 2.6).
Meskipun demikian harus ditekankan pula bahwa perubahan tersebut tidaklah
mutlak karena tergantung pada morfologi daerah sistem fluvial tersebut. Seperti
keterangan di atas, Selley (1982) berpendapat bahwa bentuk utama dari channel
yang ada yaitu bentuk atau tipe braided dan tipe meander .
Gambar. 2.5. Klasifikasi channel berdasarkan pada bentuk dan tipe sedimen pengisi
yang berasosiasi dengan variabel kestabilan relatif (Schumm, 1981 dalam
Evaluation and Respone of Fluvial System)
2.2.1.1 Sistem Braided
Sistem sungai braided ini terbentuk oleh jalinan channel dengan intensitas
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 25/53
kelokan yang kecil. Pada daerah ini pengerosian terjadi dengan cepat, proses
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 26/53
19
merefleksikan pengendapan pada energi tinggi dengan aliran yang searah
(undirectional flow), tabular cross bedding dan punggungan bar yang lurus
memanjang.
2.2.1.2 Sistem Meander
Sikuen umum dari tipe ini didominasi oleh material dengan butiran halus
dan memperlihatkan distribusi menghalus kearah atas ( fining upward ). Struktur sedimen
yang berkembang merefleksikan berkurangnya energi arus yang bekerja, yaitu trough
cross bedding pada bagian bawah dan parallel lamianasi pada bagian atas channel.
Permukaan lateral akresi yang terbentuk merefleksikan perpindahan point-bar secara
tegak lurus terhadap arah aliran sungai (Gambar 2.8).
Tipe channel ini terbagi atas tiga subfasies utama yang menghasilkan
pengendapan sub-lingkungan yang berbeda yaitu Sub-Lingkungan Flood Plain, Sub-
Lingkungan Channel dan Sub-Lingkungan Abandoned Channel.
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 27/53
20
Sub-Lingkungan Flood plain
Endapan pasir sangat halus, lanau dan lempung, diendapkan pada daerah
overbank flood plain sungai. Struktur sedimen yang terbentuk diantaranya parallel
laminasi, ripple mark dan kadang-kadang terdapat horison batu pasir yang mengisi
struktur shringkage crack , yang diasumsikan terdapat pada daerah subarerial.
Terdapatnya tanah (soil) diindikasikan oleh adanya carbonat chaliches, ferruginous
laterites dan rootlets horizon. Gambut kemungkinan dapat terbentuk dan juga kumpulan
sisa tanaman yang terawetkan pda permukaan lapisan. Sub-fasies ini sebagian besardiendapkan pada arus suspensi selama air sungai melimpah dan memotong bagian
tanggung disisinya.
Sub-Lingkungan Abandoned Channel
Sub-fasies abandoned channel terdiri dari endapan batupasir halus berbentuk
tapal kuda dan biasanya disebut ox-bow lake yang terbentuk ketika sungai meander
memotong bagian lain dari permukaan disekitar sungai tersebut. Endapan pada sub-fasies
ini serupa dengan endapan pada sub-fasies floodplain, tetapi dapat dibedakan dari
geometrinya, yaitu endapan yang menindih abrasi konglomerat channel lag, tidak terdapat
selang dengan sikuen batupasir point -bar .
Sub-Lingkungan Channel
Perpindahan lateral meander channel mengerosi bagian luar dari tepi sungai yang
cekung (concave bank ), menoreh dasar sungai dan mengendapkan sedimen pada inner
bank ( point bar). Proses tersebut menghasilkan karakteristik sikuen pada ukuran butir dan
struktur sedimen. Pada dasar permukaan bidang erosi diisi oleh material sedimen berbutir
kasar, mud pellet dan sisa-sisa kayu. Endapan tersebut disebut sebagai lag deposite pada
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 28/53
dasar channel dan ditindih
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 29/53
21
Gambar 2.7 Sub-lingkungan pengendapan dan sikuen sedimentasi pada channel
braided (Selley, 1982)
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 30/53
22
2.2.2 Sistem Pengendapan Delta
Delta adalah salah satu bentuk lingkungan pengendapan transisi yang merupakan
akumulasi sedimen fluvial pada muara sungai. Delta akan terbentuk bila pasokan (supply)
sedimen dari sungai lebih besar daripada sedimen yang didispersikan oleh gelombang dan
pasang laut atau danau, sehingga akan terbentuk keseimbangan dinamika antara arus
sungai dan mekanisma yang bekerja pada suatu cekungan. Bersamaan dengan
pembentukan delta tersebut, terbentuk pula morfologi delta yang khas dan dapat dikenali
pada sistem delta yang ada. Morfologi delta tersebut secara umum terbagi atas tiga
komponen utama, yaitu: delta plain, delta front dan prodelta. (Gambar 2.9)
2.2.2.1 Dataran Delta ( Delta Plain)
Delta plain merupakan bagian delta yang bersifat subaerial yang terdiri dari
channel yang sudah ditinggalkan. Delta plain merupakan baigan daratan dari delta dan
terdiri atas endapan sungai yang lebih dominan daripada endapan laut dan membentuk
suatu daratan rawa-rawa yang didominasi oleh material sedimen berbutir halus, seperti
serpih organik dan batubara. Pada kondisi iklim yang cenderung kering (semi-arid)
sedimen yang terbentuk didominasi oleh lempung dan evaporit. Wright, 1975).
Daratan delta plain tersebut ditoreh oleh saluran saluran sungai yang bercabang-
cabang yang dikenal dengan sebutan distributaries channel jika arus yang datang berasal
dari sistem sungai fluvial dan disebut tidal channel jika arus yang datang berasal dari arah
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 31/53
laut akibat kuatnya arus tidal.
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 32/53
23
dengan adanya bidang erosi pada bagian dasar urutan fasies dan menunjukkan
kecenderungan menghalus ke atas. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai adalah
cross bedding, ripple cross stratification, scour and fill dan lensa-lensa lempung.
Endapan point bar terbentuk apabila terputus dari channel-ya. Sedangkan levee
alami berasosiasi dengan distributary channel sebagai tanggul alam yang memisahkan
dengan interdistributary channel. Sedimen pada bagian ini berupa pasir halus dan
rombakan material organik serta lempung yang terbentuk sebagai hasil luapan material
selama terjadi banjir.
Gambar 2.9 Morfologi delta beserta sub-lingkungan delta (Nichols, 2009)
Endapan Interdistributary Flood Plain
Endapan interdistributary channel merupakan endapan yang terdapat diantara
distributary channel. Lingkungan ini mempunyai kecepatan arus paling kecil, dangkal,
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 33/53
tidak berelief dan proses akumulasi sedimen lambat. Pada
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 34/53
24
2.2.2.1.2 Lower Delta Plain
Lower delta plain terletak pada daerah dimana terjadi interaksi antara sungai
dengan laut, yaitu dari low tidemark sampai batas kehadiran yang dipengaruhi pasang-
surut. Pada lingkungan ini endapannya meliputi endapan pengisi teluk (bay fill deposit )
meliputi interdistributary bay, tanggul alam, rawa dan crevasse slay, serta endapan
pengisi distributary yang ditinggalkan.
2.2.2.2 Muka Delta (Delta Front)
Muka delta ( Delta front ) terbentuk pada lingkungan laut dangkal dan akumulasi
sedimennya berasal dari distributary channel. Batupasir yang diendapakan dari
distributary channel tersebut membentuk endapan bar diujung muara dari distributary
channel tersebut, atau biasanya disebut distributary mouth bar . Pada penampang
stratigrafi, endapan bar memperlihatkan distribusi mengkasar kearah atas (coarsening
upward ). Bar tersebut dapat menjadi suatu reservoir hidrokarbon yang baik tergantung
tipe delta yang terbentuk dan trgantung juga pada rata-rata suplai sedimen yang dibawa
oleh sungai (river influx). Diantara distributary mouth bar tersebut terakumulasi lempung
lanauan (silty mud ) atau lempung pasiran (sandy mud ) yang bergradasi menjadi lempung
kearah lepas pantai. Menurut Coleman (1969) dalam Fisher (1969), lingkungan
pengendapan delta front dapat dibagi menjadi beberapa sublingkungan dengan
karakteristik asosiasi fasies yang berbeda, yaitu :
Subaqueous Levees
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 35/53
Merupakan kenampakan fasies endapan delta front yang berasosiasi
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 36/53
25
Pada lingkungan ini terjadi pengendapan dengan kecepatan yang paling tinggi
dalam sistem pengendapan delta. Sedimen umumnya tersusun atas pasir yang diendapkan
melalui proses fluvial. Strukur sedimen yang dapat dijumpai antara lain : current ripple,
cross bedding dan massive graded bedding.
Distal Bar
Pada distal bar , urutan fasies cenderung menghalus ke atas, umumnya tersusun
atas pasir halus. Struktur sedimen yang umumnya dijumpai antara lain : laminasi,
perlapisan silang siur tipe through
2.2.2.3 Delta ( Pro Lereng delta)
Prodelta merupakan kelanjutan dari delta front kearah laut dengan
perubahan litologi dari batupasir bar menjadi endapan batulempung dan selalu ditandai
oleh zona lempungan tanpa pasir. Daerah ini merupakan bagian distal dari delta dimana
hanya terdiri dari akumulasi endapan suspensi halus (suspended silt and clay). Pada
endapan prodelta ini banyak ditemukan bioturbasi yang merupakan karakteristik endapan
laut. Prodelta ini kadang-kadang sulit dibedakan dengan endapan paparan, tetapi pada
prodelta ini endapannya lebih tipis dan memperlhatkan pengaruh proses endapan laut
yang tegas.
Prodelta merupakan sublingkungan transisi antara delta front dan endapan
normal marine shelf yang berada di luar delta front . Prodelta merupakan kelanjutan delta
front ke arah laut dengan perubahan litologi dari batupasir bar ke endapan batulempung
dan selalu ditandai oleh zona lempungan tanpa pasir. Daerah ini merupakan bagian distal
dari delta, dimana hanya terdiri dari akumulasi lanau dan lempung dan biasanya sendiri
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 37/53
serta fasies mengkasar ke atas
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 38/53
26
sedimennya lebih tipis dan memperlihatkan pengaruh proses endapan laut yang tegas.
Karakteristik batuan sedimen pada tiap sub-lingkungan pada delta akan
menunjukan karakter yang berbeda satu dengan yang lainnya, tergantung kepada letak
diendapkannya batuan sedimen tersebut. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan proses
sedimentasi pada tiap sub-lingkungan yang ada pada delta yang dipengaruhi oleh supply
sedimen, tempat akomodasi, arus sedimentasi, pengaruh muka air laut dan lain
sebagainya. Pada Gambar 2.10 diperlihatkan beberapa suksesi vertikal dari batuan
sedimen pada tiap sub-lingkungan delta.
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 39/53
Gambar.2.10 Suksesi vertikal dari batuan sedimen di tiap lokasi pada sistem delta.
(Nichols, 2009)
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 40/53
27
Kegunaan dasar dari wireline logs dilihat dari aspek petrofisika dan geologi
umum dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2. Kegunaan Dasar Wireline Logs; - (Pada dasarnya) kegunaan kualitatif; +
kegunaan semi-kuantitatif dan kuantitatif; * kuantitatif
Kegunaan Petrofisika Geologi Umum
Log
P o r o s i t a s
P e r m e a b i l i t a s
V o l u m e
L e m p u n g
S a l i n i t a s A i r
F o r m a s i
S a t u r a s i
H i d r o k a r b o n
I d e n t i f i k a s i G a s
L i t o l o g i ( u m u m )
I d e n t i f i k a s i
M i n e r a l
K o r e l a s i
S t r a t i g r a f i F a s i e s
L i n g k u n g a n
P e n g e n d a p a n
SP - + * - -
Resistivity + - - * - - - -
Gamma Ray + - - - -
Sonic * - + -
Density * - + - -
Neutron * - - + - -
2.3.1. Spontaneous Potential Log
Perbedaan SP merupakan hasil dari suatu potensial elektron yang hadir
antara lubang bor dan formasi sebagai hasil dari perbedaan salinitas antara R mf
(mud filtrate) dan Rw (air formasi). Spontaneous Potential Log dapat digunakan untuk:
1. Mendeteksi lapisan-lapisan permeabel,
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 41/53
28
PSP = pseudo static spontaneous potential (SP formasi lempungan)
SSP = static spontaneous potential suatu clean sand atau karbonat 9
SSP = - K x log (Rmf /Rw)
K = 60 + (0.133 x Tf )
Kurva SP dapat ditekan oleh lapisan-lapisan tipis, kelempungan, dan kehadiran
gas.
2.2.2. Gamma Ray Log
Gamma ray log merupakan log litologi yang mengukur radioaktifitas
alami suatu formasi. Radiasi memancar dari uranium, thorium dan potassium yang
terbentuk secara alami. Karena material radioaktif terkonsentrasi dalam lempung,
lempung memiliki bacaan gamma ray yang tinggi. Sedangkan batupasir dan karbonat
memiliki bacaan gamma ray yang rendah. Gamma ray log digunakan untuk identifikasi
litologi, korelasi antar formasi, dan menghitung volume lempung.
2.3.3. Resistivity Log
Log resistivitas merupakan suatu pengukuran resistivitas formasi, yaitu
ketahanannya terhadap lintasan arus listrik. Log ini dapat digunakan untuk:
1. Menentukan zona-zona pembawa air dan hidrokarbon,
2. Mengindikasi zona-zona permeabel, dan
3. Menentukan resistivitas porositas.
Sebagian besar mineral-mineral pembentuk matriks batuan dan hidrokarbon dalam pori-
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 42/53
pori itu tidak konduktif, sehingga kemampuan batuan untuk
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 43/53
29
campuran lempung dan material-material non-konduktif, konduktifitas dihasilkan
oleh air formasi tetapi juga oleh lempung itu sendiri.
2.3.4. Porosity Logs
Terdapat 3 jenis log porositas, yaitu sonic, density, dan neutron.
2.3.4.1 Sonic Log
Sonic log merupakan suatu log porositas yang mengukur interval waktu
i formasi
dan unitnya adalah microsecond per foot (µ sec/ft).
2.3.4.2 Density Log
Density log merupakan suatu log porositas yang mengukur densitas elektron suatu
formasi (Gambar 2.11). Densitas elektron formasi ini berkaitan dengan bulk density b)
formasi dalam g/cc dan dapat dikaitkan juga dengan porositas formasi.
2.3.4.3 Neutron Log
Neutron log merupakan suatu log porositas yang mengukur konsentrasi
ion hidrogen dalam formasi. Dalam formasi yang tidak mengandung lempung dimana
porositas diisi oleh air, neutron log dapat dikaitkan dengan porositas yang diisi oleh air.
Dalam reservoir gas, neutron log akan mencatat porositas yang rendah
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 44/53
dibandingkan dengan porositas formasi sebenarnya karena gas memiliki
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 45/53
30
Tiap batuan dibawah permukaan bumi akan menunjukan respon log yang
berbeda-beda, tergantung pada batuan itu, kandungan fluida pada batuan, dan jenis log itu
sendiri yang mempunyai reaksi terhadap kandungan tertenu yang dimiliki oleh batuan.
Beberapa contoh respon log dari berbagai jenis log dari tiap litologi akan ditunjukan pada
gambar 2.11.
2.3.5 Anotasi Elektrofasies
Elektrofasies dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian respon dan
karakteristik well log yang dapat dipisahkan dari elektrofasies lain (Rider, 1996). Fasies
dalam ilmu geologi umum, mungkin tidak identik dengan elektrofasies. Tujuan utama
anotasi elektrofasies adalah mempersiapkan kumpulan data well log untuk analisis
lingkungan pengendapan atau fasies. Anotasi yang harus ditandai pada log adalah:
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 46/53
31
perusahaan dan waktu yang berbeda, maka perlu dilakukan normalisasi nilai
Gamma Ray agar semua sumur memiliki nilai baseline/cut off yang sama.
b. Trend Lines
Suatu tren log merupakan perubahan menerus dalam satu nilai log melalui beberapa
ketebalan, baik bertambah maupun berkurang. Tren mungkin bisa lebih dari satu
meter, jika berhubungan dengan lapisan-lapisan dan kontak lapisan, puluhan meter,
jika berhubungan dengan siklus atau sikuen, atau lebih dari ratusan meter jika
berhubungan dengan struktur yang besar atau pengisi cekungan. Tren melalui
ketebalan yang kecil dapat terjadi dalam tren yang lebih panjang sebagai variasi ordo
kedua (Gambar 2.12). Tren dengan ketebalan yang besar mungkin mengindikasikan
perubahan yang menerus dalam sedimentasi.
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 47/53
32
c. Shapes
Suatu bentuk log dapat dikenali, tetapi tidak dengan pola log yang kompleks.
Bagaimanapun, bentuk-bentuk ini mungkin terjadi dalam setiap litologi, pada setiap
log, dalam setiap bentuk dan di banyak skala. Bentuk harus ditandai pada log yang
akan menjadi indikator fasies (Gambar 2.13).
1. Bell shape, dapat diindikasikan sebagai batupasir yang menghalus ke atas.
fluviatil, dan point bar . Secara umum merupakan indikasi sikuen yang menghalus
ke atas yang kemungkinan berupa channel
fluvial/aluvial dan juga batupasir paparan transgresif.
2. Funnel shape, dapat diindikasikan sebagai suksesi mengasar ke atas, prograding
estuarine shoreline, progradasi deltaic atau progradasi laut
dangkal.
3. Cylinder (Blocky) shape, bentuk ini biasanya dominan pada batupasir channel
fluvial, turbidit, dan Aeolian. Evaporit juga dapat memiliki bentuk blocky.
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 48/53
33
Data yang lebih banyak diperlukan untuk membedakan sesar dengan
ketidakselarasan. Dipmeter dan seismik kemungkinan dapat memperkuat hipotesis sesar.
Dipmeter, seismik, dan faunal dating juga dapat digunakan untuk identifikasi
ketidakselarasan (Gambar 2.14).
d. Abrupt Breaks
Perubahan mendadak dapat mengindikasikan perubahan litologi, perubahan struktural,
perubahan fluida, tetapi yang paling penting adalah bahwa hal itu
suatu perubahan fasies secara vertikal yang saling berhubungan (secara lateral). Di
bawah ini perubahan-perubahan mendadak yang dapat diidentifikasi:
1. Perubahan yang berhubungan dengan Litologi: erosi, penggenangan, catastrophe
2. Perubahan non-litologi: ketidakselarasan, sesar, perubahan diagenetis, perubahan
fluida
e. Anomali
Nilai anomali log memiliki arti stratigafi. Konsentrasi mineral-mineral yang tidak
biasa pada ketidakselarasan atau dalam tanah-tanah yang keras akan sering
menciptakan suatu puncak gamma ray yang besar (Gambar 2.15).
2.4 Konsep Dasar Interpretasi Seismik
Interpretasi dan analisis data seismik dalam pencarian hidrokarbon merupakan
salah satu bagian pekerjaan paling utama bagi para ahli ilmu kebumian ( earth scientist )
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 49/53
untuk menginterpretasi keadaan bawah permukaan.
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 50/53
34
memberikan jawaban yang paling dapat dipertanggung jawabkan berdasarkan hasil
analisa seluruh data yang ada. Interpretasi adalah membuat pemodelan dari suatu daerah
prospek dimana diperlukan pengalaman dan imajinasi untuk mengembangkan interpretasi
yang mengarah pada perkembangan baru dari daerah yang sedang diteliti.
Gambar 2.14 Contoh dari abrupt breaks (perubahan mendadak) (Rider, 1996)
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 51/53
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 52/53
35
Berikut adalah hal-hal yang perlu dilakukan dalam interpretasi seismik.
1. Interpretasi Sesar-sesar mayor, suatu interpretasi struktural dasar dengan
memprediksi kesamaan kejadian.
2. Picking horizon kunci, horizon-horizon dipilih terutama pada kontinuitasnya melalui
volume.
3. Interpretasi sesar secara rinci.
4. Horizon-horizon kunci pengisian celah-celah, data di- picking pada setiap line dan
trace berdasarkan gridnya.
5. Interpolasi horizon, dilakukan untuk mengisi celah-celah di area dan memberikan
permukaan lengkap untuk visualisasinya.
6. Membandingkan/ Horizon slicing, bertujuan untuk menghasilkan irisan waktu secara
geologi dan identifikasi geometri pengendapan yang dapat digunakan untuk
menentukan fasies.
7. Pembuatan peta kedalaman dan atribut seismik, atribut yang digunakan meliputi peta
dip dan peta azimuth (digunakan untuk koreksi struktur), dan juga peta amplitudo
(RMS Amplitude).
8. Pemetaan properti reservoir , atribut peta-peta tersebut berhubungan dengan
semua data geologi termasuk core, palinologi dan data log untuk menghasilkan peta
lingkungan pengendapan dan model geologi untuk systems tracts mayor pada
tingkatan prospektif.
9. Visualisasi akhir, hasilnya dapat digunakan untuk perencanaan well dan diskusi
multidisiplin selanjutnya.
7/21/2019 barito basin
http://slidepdf.com/reader/full/barito-basin 53/53