BATUKK.doc

Embed Size (px)

Citation preview

BATUK Batuk bukanlah suatu penyakit. Batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh di saluran pernapasan dan merupakan gejala suatu penyakit atau reaksi tubuh terhadap iritasi di tenggorokan karena adanya lendir, makanan, debu, asap dan sebagainya.

Batuk terjadi karena rangsangan tertentu, misalnya debu di reseptor batuk (hidung, saluran pernapasan, bahkan telinga). Kemudian reseptor akan mengalirkan lewat syaraf ke pusat batuk yang berada di otak. Di sini akan memberi sinyal kepada otot-otot tubuh untuk mengeluarkan benda asing tadi, hingga terjadilah batuk.

Akut dan Kronis

Batuk dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu batuk akut dan batuk kronis, keduanya dikelompokkan berdasarkan waktu.

Batuk akut adalah batuk yang berlangsung kurang dari 14 hari, serta dalam 1 episode. Bila batuk sudah lebih dari 14 hari atau terjadi dalam 3 episode selama 3 bulan berturut-turut, disebut batuk kronis atau batuk kronis berulang.

Batuk kronis berulang yang sering menyerang anak-anak adalah karena asma, tuberkolosis (TB), dan pertusis (batuk rejan/batuk 100 hari). Pertusis adalah batuk kronis yang disebabkan oleh kuman Bordetella pertussis. Pertussis dapat dicegah dengan imunisasi DPT.FM JB

Penyebab batuk

Ada beberapa macam penyebab batuk : Umumnya disebabkan oleh infeksi di saluran pernapasan bagian atas yang merupakan gejala flu.

Infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA).

Alergi

Asma atau tuberculosis

Benda asing yang masuk kedalam saluran napas

Tersedak akibat minum susu

Menghirup asap rokok dari orang sekitar

BATUK

PENGERTIAN

Batuk adalah proses ekspirasi yang eksplosif yang memberikan mekanisme proteksi normal untuk membersihkan saluran pernafasan dari adanya sekresi atau benda asing yang mengganggu. Batuk sendiri sebenarnya bukan penyakit, tetapi merupakan gejala atau tanda adanya gangguan pada saluran pernafasan. Akan tetapi disisi lain, batuk juga merupakan salah satu jalan menyebarkan infeksi. Di banyak negara, batuk yang berlebihan dan mengganggu merupakan keluhan paling sering yang menyebabkan pasien pergi ke dokter untuk diperiksa.

ANATOMI DAN FISIOLOGI

Anatomi refleks batuk

Pada epithelium saluran nafas (bronkus dan trakea) terdapat lapisan tipis mucus yang melapisi dan ia dibersihkan oleh gerakan sentripetal suatu escalator mukosiliar. Batuk bertindak membersihkan jalan nafas ketika terdapat terlalu banyak benda-benda asing yang terhirup, jika terdapat lendir dalam jumlah berlebihan atau pembersihan lendir terganggu, dan jika ada sejumlah besar substansi abnormaldi jalan nafas seperti cairan edema atau nanah.

Refleks batuk dimulai dengan adanya stimulasi pada reseptor. Reseptor batuk termasuk golongan reseptor yang secara cepat beradaptasi terhadap adanya iritan. Terdapat ujung saraf yang berlokasi di dalam epithelium di hampir sepanjang saluran nafas. Ujung saraf itu paling banyak dijumpai pada dinding posterior trakea, pada karina, dan pada daerah percabangan saluran nafas utama. Di luar saluran nafas bawah, reseptor batuk dijumpai pada faring. Reseptor batuk ini dapat dipicu oleh adanya stimulus kimia maupun mekanis.

Reseptor mekanis sensitif terhadap sentuhan dan perubahan. Mereka terkonsentrasi di laring, dan trakea. Sedangkan reseptor kimia sensitif terutama pada adanya gas atau bau-bauan yang berbahaya. Reseptor ini terkonsentrasi di laring dan bronkus, dan lebih sedikit di trakea. Meskipun kedua reseptor ini, mekanik maupun kimia, bisa menjadi kurang sensitif jika dipaparkan pada stimulasi yang berlanjut, reseptor mekanik beradaptasi lebih cepat.

Mekanisme

Batuk dapat dipicu secara refleks ataupun disengaja. Sebagai refleks pertahanan diri, batuk dipengaruhi oleh jalur saraf aferen dan eferen. Batuk diawali dengan inspirasi dalam diikuti dengan penutupan glotis, relaksasi diafragma, dan kontraksi otot melawan glotis yang menutup. Hasilnya akan terjadi tekanan positif pada intratoraks yang menyebabkan penyempitan trakea. Sekali glotis terbuka, perbedaan tekanan yang besar antara saluran nafas dan udara luar (atmosfir) bersama dengan penyempitan trakea akan menghasilkan aliran udara yang cepat melalui trakea. Kekuatan eksplosif ini akan menyapu sekretdan benda asing yang ada di saluran nafas.

ETIOLOGI

Batuk dapat dipicu oleh berbagai iritan yang memasuki cabang trakeobronkial melalui inhalasi (asap, debu, rokok) atau melalui aspirasi (sekresi jalan nafa, benda asing, isi lambung). Jika batuknya disebabkan karena iritasi oleh adanya sekresi jalan nafas (seperti postnasal drip) atau isi lambung, faktor pemicunya mungkin tidak dikenal dan batuknya bersifat presisten. Paparan terhadap iritan semacam itu yang berkepanjangan dapat menimbulkan inflamasi jalan nafas, yang dapat juga memacu batuk dan menyebabkan jalan nafas menjadi lebih sensitif.

Berbagai gangguan yang menyebabkan inflamasi, konstriksi, dan kompresi jalan nafas dapat juga menyebabkan batuk. Gangguan lain yang dapat menyebabkan batuk adalah gagal jantung kongestif, diduga karena adanya edema di daerah peribronkial dan interstitial. Penggunaan obat golongan ACE (angiotensin converting enzyme) sering dihubungkan dengan kejadian batuk nonproduktif dan terjadi pada 5-20% pasien yang menggunakan obat ini. Onsetnya biasanya terjadi pada waktu 1 minggu saja dimulainya pengobatan, namun bisa juga tertunda sampai 6 bulan setelah pengobatan. Meskipun mekanismenya tidak diketahui secara pasti, diduga kaitannya dengan akumulasi bradikinin atau substance P yang juga didegradasi oleh enzim ACE.

KLASIFIKASI BATUK

Batuk digolongkan menjadi tiga:

1. Batuk akut

Adalah batuk yang terjadi dan berakhir kurang dari 3 minggu. Penyebab utama batuk akut adalah infeksi saluran nafas atas, seperti selesma, sinusitis bakteri akut, pertusis, eksaserbasi akut PPOK, rhinitis alergi, atau rhinitis karena iritan. Infeksi saluran nafas atas adalah penyebab utama batuk akut.

2. Batuk subakut

Batuk yang terjadi selama 3-8 minggu. Untuk diagnosis batuk jenis ini direkomendasikan adanya pendekatan klinik berdasarkan terapi empiric dan uji lab terbatas. Penyebab yang paling umum adalah batuk pasca infeksi, sinusitis bakteri, atau asma. Batuk pasca infeksi adalah batuk yang dimulai bersamaan dengan ISPA yang tidak komplikasi dengan pneumonia dan umumnya dapat sembuh tanpa pengobatan.

3. Batuk kronis

Batuk yang terjadi lebih dari 8 minggu dapat disebabkan oleh banyak penyakit yang berbeda, tetapi pada banyak kasus biasanya mengarah pada satu atau hanya sedikit diagnosis. Penelitian menunjukkan bahwa pada 95% pasien mengalami batuk kronis penyebabnya antara lain adalah post nasal drip, sinusitis, asma, penyakit refluks gastroesofageal (GERD), bronchitis kronis karena merokok, bronkiektasis, atau penggunaan obat golongan ACE I. 5% sisanya disebabkan oleh kanker paru, sarkoidosis, gagal jantung kanan, dan aspirasi karena disfungsi faring. Jika tidak ada penyebab fisik lain, batuk kronis juga bisa disebabkan oleh faktor psikologis.

Berdasarkan ada tidaknya dahak, batuk dibedakan menjadi dua:

1. Batuk berdahak (batuk produktif)

Sebaiknya tidak ditekan, karena penekanan dapat menyebabkan retensi sputum yang justru membahayakan, dapat menyebabkan obstruksi saluran nafas atau penyebaran infeksi.

2. Batuk kering (batuk non produktif)

Dalam pengobatannya tidak dimaksudkan untuk mengeluarkan secret atau gangguan lain dari saluran pernafasan, batuk sebaiknya ditekan, apalagi bila sangat menganggu.

TUJUAN TERAPI

Untuk meminimalkan gejala

Untuk menghilangkan atau mengatasi penyebab batuk

STRATEGI TERAPI

1. Terapi non farmakologi

Batuk akut dan subakut umumnya bisa sembuh dengan sendirinya, terapi non farmakologi yang diperlukan adalah :- menghindari pemicu/perangsang batuk yang dapat dikenali, seperti merokok, makan makanan berminyak, dll.

- minum air banyak-banyak cukup membantu agar kerongkongan tidak kering yang kadang dapat memicu batuk.

Untuk batuk kronis, jika penyebabnya diketahui dan dapat dihindarkan, maka dilakukan penghindaran terhadap penyebabnya.

2.Terapi farmakologi

Pada batuk akut dan subakut digunakan obat-obat simptomatik untuk mengurangi gejala batuk. Macam-macam obat batuk adalah:

1. Antitusif

Antitusif bekerja untuk menekan refleks batuk. Obat ini sesuai digunakan pada batuk jenis batuk kering dan tidak boleh digunakan pada batuk jenis batuk berdahak, karena dahak yang tertahan pada cabang trakeobronkial dapat menganggu ventilasi dan bisa meningkatkan kejadian infeksi. Contohnya obat ini adalah dekstrometorfan, noskapin, etilmorfin, kodein. Obat-obat ini merupakan derivate senyawa opioid sehingga memiliki efek samping konstipasi, sedatif, dll. Kodein : 10-20 mg setiap 4-6 jam jika perlu (tidak boleh lebih dari 120 mg/hari)

6-12 th: 5-10 mg setiap 4-6 jam jika perlu (tidak boleh lebih dari 60 mg/hari)

2-6 th: 0,25 mg/kg sampai 4xsehari

Noskapin: 25 mg atau 5 ml sirup, setiap 8 jam

0-4 th: 1,25 ml

4-10 th: 2,5 ml

10-15 th: 3,75 ml setiap 8 jam

Dekstrometorfan :10-20 mg tiap 4 jam atau 30 mg tiap 6-8 jam, maks 120 mg/hari

1mg/kg/hari dalam 3-4 dosis terbagi

2. Ekspektoran

Ditujukan untuk merangsang batuk sehingga memudahkan pengeluaran dahak/ekspektoransia. Obat yang paling sering digunakan adalah gliseril guaikolat atau guaifenesin.

3. Mukolitik

Golongan mukolitik bekerja menurunkan viskositas mucus/dahak, sehingga memudahkan ekspektorasi. Biasa digunakan pada kondisi dimana dahak cukup kental dan banyak, seperti penyakit paru obstruksi kronis (PPOK), asma, bronkiektasis, dan sistik fibrosis. Contoh mukolitik adalah N-asetilsistein, karbosistein, ambroksol, bromheksin, dan mesistein.

Asetilsistein : 200 mg, 3x sehari

100 mg, 3x sehari

Karbosistein: Awal; 750 mg, 3x sehari, kemudian: 1,5 g sehari dosis terbagi

2-5 th: 65,5-125 mg, 4x sehari

6-12 th: 250 mg, 3 x sehari

Ambroksol HCl: 60 mg, 2x sehari

6-12 th: 30 mg, 2-3x sehari

2-6 th: 15 mg, 3x sehari

Bromheksin: 8 mg, 3-4x sehari

> 10 th: 8 mg, 3x sehari

3-10 th: 4 mg, 3x sehari

DAFTAR PUSTAKA

Ikawati, Zulies., 2008, Farmakoterapi Penyakit Sistem Pernafasan, Pustaka Adipura, Yogyakarta.

Canning, B.J., 2006, Anatomy and neurophysiology of the Cough Reflex: ACCP evidence based clinical practice guidelines. Chest;129 (suppl).

IONI, 2000, Information Obat Nasional Indonesia, Dirjen POM Depkes RI, Jakarta.

Diposkan oleh [email protected] di 21:31