38
PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG DAN KALIUM TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN BAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR MEULABOH, ACEH BARAT 2014

SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG DAN KALIUM

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

BAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum)

SKRIPSI

MAULIDIL FAJRI

08C10407008

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

2014

Page 2: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

PENGARUH DOSIS PUPUK KANDANG DAN KALIUM

TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN

BAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum)

SKRIPSI

MAULIDIL FAJRI

08C10407008

Skripsi sebagai Salah Satu Syarat untuk

Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TEUKU UMAR

MEULABOH, ACEH BARAT

2014

Page 3: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

LEMBARAN PENGESAHAN

Judul : Pengaruh Dosis Pupuk Kandang dan Kalium

Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman

Bawang Merah (Allium cepa L. kelompok

Agregatum)

Nama Mahasiswa : Maulidil Fajri

N I M : 08C10407008

Program Studi : Agroteknologi

Menyetujui :

Komisi Pembimbing,

Pembimbing Utama, Pembimbing Anggota,

Muhammad Jalil, SP, MP

NIDN. 0115068302

Ir. T. Sarwanidas

Mengetahui,

Dekan Fakultas Pertanian, Ketua Prodi Agroteknologi,

Diswandi Nurba, S.TP, M.Si

NIDN. 018048202

Jasmi, SP, M.Sc.

NIDN. 0127088002

Tanggal Lulus : 28 Februari 2014

Page 4: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bawang merah (Allium cepa L. kelompok Agregatum) merupakan salah satu

komoditas sayuran unggul yang sejak lama sudah dibudidayakan oleh petani secara

kontinue. Kebutuhan masyarakat terhadap bawang merah akan terus meningkat seiring

dengan pertambahan jumlah penduduk. Komoditas ini merupakan sumber pendapatan

yang cukup tinggi terhadap perkembangan ekonomi daerah maupun wilayah di

bahagian Indonesia. Karena kegunaan bawang merah sebagai kebutuhan penunjang

rumah tangga untuk pelengkap bumbu masak sehari-hari (Wibowo, 2005).

Bawang merah juga salah satu komoditas unggulan dibeberapa daerah di

Indonesia, yang digunakan sebagai bumbu masakan dan memiliki kandungan beberapa

zat yang bermanfaat bagi kesehatan, dan khasiatnya sebagai zat anti kangker dan

pengganti anti biotik, penurunan tekanan darah, kolestrol serta penurunan kadar gula

darah. Menurut penelitian, bawang merah mengandung kalsium, fosfor, zat besi,

karbohidrat, vitamin seperti A dan C (Irawan, 2010).

Berdasarkan hal tersebut, komoditi ini memiliki potensi yang cukup besar untuk

dikembangkan. Di Indonesia daerah yang merupakan sentra produksi bawang merah

adalah Cirebon, Brebes, Tegal, Kuningan, Wates, Yogyakarta, Lombok Timur dan

Samosir (Sunarjo dan Soedomo, 1989). Rendahnya produksi bawang merah di

Indonesia disebabkan oleh penggunaan bibit yang kurang bermutu, media tanam yang

kurang baik, pengendalian hama dan penyakit yang kurang memadai. Di Indonesia juga

belum banyak tersedia varietas atau kultivar unggul yang cocok dengan lingkungan

setempat, serta belum menyebarnya paket teknologi budidaya hasil-hasil penelitian para

peneliti ketingkat petani (Hervani et al., 2008).

Page 5: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

2

Analisis data ekspor-impor 2003-2008 mengindikasikan bahwa selama periode

tersebut Indonesia adalah net impoerter bawang merah, karena volume ekspor untuk

komoditas ini secara konsisten selalu lebih rendah dibandingkan volume impornya.

Produksi bawang merah provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009 menurut Dinas

Pertanian yang dikutip dari Badan Pusat Statistik (2010) adalah 12.655 ton, sedangkan

kebutuhan bawang merah mencapai 66.420 ton. (Anonymous, 2010).

Sementara produksi umbi kering di Nanggroe Aceh Darussalam antara 3 – 5 ton

per hektar (Anonymous, 2008 dalam Jumini et al., 2010). Sedangkan produksi umbi

bawang merah dengan daun tahun 2011 sebesar 26.004 kuintal, dengan luas panen

sebesar 788 hektar, dan rata-rata produktivitas sebesar 33 kuintal per hektar.

Dibandingkan tahun 2010, produksi mengalami penurunan sebesar 10.142 kuintal

(28,06%). Penurunan produksi disebabkan menurunnya produktivitas sebesar 21,27

kuintal per hektar (39,19 %) dan meningkatnya luas panen seluas 122 hektar (18,32%)

(Anonymous, 2011).

Dengan keadaan seperti itu, untuk menentukan perbaikan produksi kedepan

maka penggunaan pupuk sangat menentukan terhadap peningkatan hasil produksi

bawang merah. Salah satu upaya untuk meningkatkan pertumbuhan dan hasil yang baik

adalah dengan pemberian pupuk, baik pupuk anorganik maupun pupuk organik.

Beberapa jenis pupuk organik yaitu pupuk kandang dan pupuk kompos. Pupuk kandang

bisa berasal dari kotoran sapi, kotoran ayam dan juga bebek yang telah terdekomposisi

sempurna. Kandungan unsur hara yang terkandung di dalam pupuk kandang sangat

tergantung pada jenis hewan, kondisi pemeliharaan, lama atau barunya kotoran dan

tempat pemeliharaannya (Wibowo, 2006).

Hidayat et al. (1991) dalam Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

2007, Dosis pupuk kandang yang dianjurkan untuk budidaya tanaman bawang merah

Page 6: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

3

yaitu pupuk kandang kotoran sapi dengan dosis 10 – 20 ton ha-1

, 5 – 6 ton ha-1

dosis

pupuk kotoran ayam atau bebek.

Pupuk kandang sebagai sumber dari unsur hara makro maupun mikro yang

berada dalam keadaan seimbang. Unsur makro seperti N, P, K, Ca dan lain-lain sangat

penting untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur mikro yang tidak

terdapat dalam pupuk lain, tersedia dalam pupuk kandang seperti Mn, Co, dan lain-lain

(Sutanto, 2002 dalam Jumini et al., 2010).

Pupuk kandang mampu memperbaiki struktur tanah menjadi lebih baik dan

gembur, sehingga akar tanaman bawang merah dapat dengan leluasa menyerap semua

unsur hara yang terdapat di dalam tanah. Marsono dan Sigit (2002) mengatakan bahwa

kelebihan dari pupuk organik adalah mengubah struktur tanah menjadi lebih baik

sehingga pertumbuhan akar tanaman akan lebih baik, meningkatkan daya serap dan

daya tahan tanah terhadap air sehingga tersedia bagi tanaman serta memperbaiki

kehidupan organisme tanah.

Cadangan K dalam tanah cukup banyak. Pada jerami padi, bahkan kandungan K

mencapai 80%. Meski hanya sebagian kecil K tersedia yang dapat dimanfatkan oleh

tanaman, hara K mudah bergerak, terlindi, dan terikat oleh permukaan koloid tanah.

Kekurangan K mempengaruhi sistem perakaran, tunas, pembentukan pati, dan

translokasi gula (Wibowo, 2005).

Sumarni dan Achmad (2005) mengatakan bahwa Anjuran pupuk untuk

budidaya tanaman bawang merah dapat diberikan K sebanyak 50 – 100 kg K2O ha-1

atau 100 - 200 kg KCl ha-1

.

Pupuk KCl adalah pupuk an-organik yang mengandung kadar K2O 60% atau

unsur Kalium (K) sebagai unsur hara esensial seperti N. Ketersediaannya di tanah

dipengaruhi oleh keseimbangan antara input dan output dalam sistem tanah. Unsur N

Page 7: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

4

mudah hilang dari tanah melalui volatilisasi atau perkolasi air tanah, mudah berubah

bentuk, dan mudah pula diserap tanah (Wibowo, 2005).

Pupuk KCl mempunyai sifat berbentuk butir-butir halus berwarna putih atau

putih bercampur butir-butir merah, sedikit higroskopis, reaksi fisiologisnya asam lemah

(Setyamidjaja, 1986). Pengaruh kalium terhadap produksi tanaman, terutama umbi-

umbian seperti umbi lapis (jenis bawang-bawangan) berpengaruh sangat nyata. Pupuk

KCl akan memberikan respon yang positif terhadap pertumbuhan umbi. Unsur hara

yang diserap ini dibawa ke daun untuk diasimilasikan dalam proses fotosintesa. Salah

satu hasil fotosintesa ini adalah fruktan, dimana fruktan sangat diperlukan untuk

pembentukan umbi. Tanaman Liliaceae menyimpan fruktan dalam umbi (Salisburry

dan Ross, 1995 dalam Husna dan Evawani, 2008).

Berdasarkan permasalahan yang telah dilaksanakan, maka perlu dilakukan

penelitian untuk mengetahui dosis pupuk kandang dan kalium yang tepat agar diperoleh

pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah yang optimal.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dosis pupuk kandang dan

Kalium terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah, serta nyata tidaknya

interaksi kedua faktor tersebut.

1.3. Hipotesis

1. Dosis pupuk kandang berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman

bawang merah.

2. Dosis Kalium berpengaruh terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman

bawang merah.

3. Terdapat interaksi antara pupuk kandang dan Kalium terhadap pertumbuhan

tanaman bawang merah.

Page 8: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

II. TINJAUN PUSTAKA

2.1. Botani Tanaman Bawang Merah

2.1.1. Sistematika

Menurut Rahayu dan Berlian, (2005) tanaman bawang merah dapat

deklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Class : Monocotyledoneae

Ordo : Liliales/Liliflorae

Family : Liliaceae

Genus : Allium

Spesies : Allium cepa L. kelompok Agregatum)

2.1.2. Marfologi

1. Akar

Akar bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal dan

bercabang terpencar, pada kedalaman antara 15 – 30 cm di dalam tanah. Perakarannya

berupa akar serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu dalam tertanam dalam tanah

(Rukmana, 1994).

2. Batang

Tanaman bawang merah memiliki batang sejati atau disebut diskus yang

berbentuk seperti cakram, tipis dan pendek sebagai tempat melekat perakaran dan akar

tunas. Di bagian atas dickus terbentuk batang semu yang tersusun dari pelepah –

pelepah daun. Di antara lapisan kelopak bulbus terdapat mata tunas yang dapat

Page 9: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

6

membentuk tanaman baru atau anakan, terutama pada spesies bawang merah

(Rukmana,1994).

3. Daun

Daun bawang merah berbentuk seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara

50 – 70 cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau

tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukurannya relatif pendek (Rukmana,

1994).

4. Bunga

Tangkai daun keluar dari ujung tanaman yang panjang antara 30 – 90 cm, dan di

ujungnya terdapat 50 – 200 jumlah kuntum bunga yang tersusun melingkar (bulat)

seolah – olah berbentuk payung (Umbrella). Tiap kuntum bunga terdiri atas 5 - 6 helai

daun bunga yang berwarna putih, 6 benang sari berwarna hijau atau kekuning –

kuningan, 1 putik dan bakal buah berbentuk hampir segitiga (Wibowo, 2009).

5. Buah

Buah berbentuk bulat, bagian pangkal umbi membentuk cakram dengan

ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2 - 3 butir. Bentuk biji pipih, sewaktu

masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji - biji

berwarna merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tenaman secara

generatif (Rukmana, 1995).

6. Umbi Lapis

Umbi lapis bawang merah sangat bervariasi. Bentuknya ada yang bulat, bundar

sampai pipih, jika dipotong bahagian lapisan - lapisan umbi terlihat berbentuk cincin.

Kelopak daun tipis dan mengering tetapi cukup liat. Kelopak yang menipis dan kering

ini membungkus lapisan kelopak daun yang ada di dalamnya (yang juga saling

membungkus) dan membengkak. Karena kelopak daunnya membengkak, bagian ini

Page 10: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

7

akan terlihat mengembung. sedangkan ukuran umbi meliputi besar sedang dan kecil.

(Wibowo, 2006).

2.2. Syarat Tumbuh Tanaman Bawang Merah

a. Iklim

Daerah yang paling baik untuk budidaya bawang merah adalah daerah beriklim

kering yang cerah dengan suhu udara 250

C – 320

C. Daerah yang cukup mendapat sinar

matahari juga sangat diutamakan, dan lebih baik jika lama penyinaran matahari lebih

dari 12 jam (Wibowo, 2006).

Bawang merah dapat tumbuh dengan baik pada dataran rendah dengan

ketinggian tempat 10 – 250 m dpl. Pada ketinggian 800 – 900 m dpl bawang merah

juga dapat tumbuh, namun pada ketinggian tersebut yang berarti suhunya rendah

pertumbuhan tanaman terhambat dan umbinya kurang baik (Wibowo, 2007).

b. Tanah

Tanah yang baik untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah tanah

yang memiliki aerase dan drainase yang baik. Di samping itu hendaknya dipilih tanah

yang subur dan banyak mengandung bahan organis atau humus. Jenis tanah yang paling

baik adalah tanah lempung yang berpasir atau berdebu karena sifat tanah yang demikian

ini mempunyai aerase dan draenase yang baik. Tanah yang demikian ini mempunyai

perbandingan yang seimbang antara fraksi liat, pasir dan debu.

Tanah yang paling baik untuk lahan bawang merah adalah tanah yang

mempunyai keasaman sedikit agak asam sampai normal, yaitu pH-nya antara 6,0 - 6,8.

Keasaman dengan pH antara 5,5 - 7,0 masih termasuk kisaran keasaman yang dapat

digunakan untuk lahan bawang merah (Wibowo, 2007).

Page 11: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

8

2.3. Pupuk Organik.

Pupuk organik adalah pupuk dengan bahan dasar yang diambil dari alam dengan

jumlah dan jenis unsur hara yang terkandung secara alami. Pada umumnya pupuk

organik mengandung hara makro N, P, dan K rendah, tetapi mengandung hara mikro

dalam jumlah yang cukup yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman (Lingga

dan Marsono, 2005).

Pupuk kandang adalah campuran antara kotoran hewan dengan sisa makanan

dan alas kandang seperti sisa rumputan, jerami, sekam padi dan lain-lain. campuran ini

mengalami pembusukan hingga tidak terbentuk seperti asalnya lagi dan memiliki

kandungan hara yang cukup untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Ada beberapa

kandungan hara terdapat dalam pupuk ini yaitu zat lemas, phospor, kalium, kapur, dan

lain-lain. Unsur tersebut dapat melonggarkan susunan dalam tanah, terutama tanah liat,

sehingga udara dapat mudah masuk ke dalam tanah serta akar mudah menembus ke

dalam tanah. Pupuk kandang dapat membuat subur kehidupan bakteri tanah yang

berguna untuk mengubah zat-zat makanan di dalam tanah (Sugiharto, 2006).

Bahan organik yang terkandung dalam kotoran bebek bermanfaat dalam proses

mineralisasi akan melepaskan hara dengan lengkap (N, P, K, Ca, Mg, S serta hara

mikro) sehingga dapat meningkatkan kandungan nutrisi tanah. Selain itu kotoran bebek

juga dapat memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah, memperbaiki struktur tanah, tanah

menjadi ringan untuk diolah, meningkatkan daya tahan air, permeabilitas tanah menjadi

lebih baik, serta meningkatkan kapasitas pertukaran kation sehingga mampu mengikat

kation menjadi tinggi, akibatnya bila pupuk dengan dosis tinggi hara tanaman tidak

mudah tercuci (Anonymous, 2010).

Penggunaan pupuk ini sebagai pupuk dasar berfungsi untuk menyuburkan tanah

dan membuat strukturnya remah hingga tidak mudah memadat. Di samping itu, juga

Page 12: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

9

meningkatkan kemampuan mengikat air hingga pengairan dapat lebih efesien. Pupuk

kandang juga mendorong mikro organisme dalam tanah yang bermanfaat untuk lebih

aktif kinerjanya (Wibowo, 2006).

2.4. Peranan Unsur Hara.

a. Unsur Nitrogen (N)

Zat ini merupakan protein bagi tanaman bawang merah yang berguna untuk

pertumbuhan pucuk daun. Jika kelebihan zat lemas akan mengakibatkan warna daun

berubah menjadi hijau gelap, serta mudah diserang penyakit. Sebaliknya jika

kekurangan zat lemas akan mengakibat pertumbuhan tanaman bawang merah menjadi

lambat, daun berwarna hijau pucat dan hasilnya pun rendah (Sugiharto, 2006).

b. Unsur Phosfor (P)

Zat phospor merupakan salah satu unsur di dalam protein yang dibutuhkan oleh

tanaman bawang merah yang mendorong tanaman dapat mempercepat pertumbuhan

umbi. Zat ini berguna sebagai perangsang akar menjadi kuat dan tahan kekeringan. Jika

kekurangan zat phospor akan mengakibatkan pertumbuhan tanaman akan terlambat,

daunnya berdiri tegak tetapi tidak tampak rimbun (Sugiharto, 2006).

c. Unsur Kalium (K)

Unsur hara kalium berfungsi untuk meningkatkan daya tahan atau kekebalan

tanaman terhadap penyakit. Tanaman yang kekurangan unsur K gejalanya adalah

batang dan daun menjadi lemas atau rebah, daun berwarna hijau gelap kebiruan tidak

hijau segar dan sehat, ujung daun menguning dan kering timbul bercak coklat pada

pucuk daun (Sutejo, 2002).

Page 13: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan dikebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas

Teuku Umar Meulaboh Aceh Barat mulai dari tanggal 03 Juni sampai dengan 23

Agustus 2013.

3.2. Bahan dan Alat

1. Bahan

Bahan – bahan yang digunakan ini yaitu :

a. Bibit

Bibit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bawang merah varietas lokal.

b. Pupuk

Pupuk yang digunakan untuk penelitian ini adalah pupuk kandang kotoran

bebek yang sudah terdekomposisi dengan baik, pupuk KCl, Urea dan SP-36.

c. Pestisida

Untuk mengendalikan gangguan hama dan penyakit digunakan Insektisida

Curater 3G dan Sevin serta Fungisida Dithane M-45.

2. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, parang, meteran,

pisau, gunting, hand spayer, gembor, timbangan dan alat tulis dan kertas.

3.3. Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan

Acak Kelompok (RAK) pola faktorial 3x4, dengan 3 ulangan. Faktor yang diteliti

meliputi dosis pupuk kandang dan Kalium.

Page 14: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

11

Faktor Dosis Pupuk Kandang (P) terdiri atas 3 taraf, yaitu :

P1 = 4,5 ton ha-1

(594 gram plot-1

)

P2 = 6,0 ton ha-1

(792 gram plot-1

)

P3 = 7,5 ton ha-1

(990 gram plot-1

)

Faktor Dosis Kalium (K) terdiri atas 4 taraf, yaitu :

K0 = 0 kg K2O ha-1

(Kontrol)

K1 = 45 kg K2O ha-1

(9,9 gr KCl plot-1

)

K2 = 90 kg K2O ha-1

(19,8 gr KCl plot-1

)

K3 = 135 kg K2O ha-1

(29,7 gr KCl plot-1

)

Dengan demikian terdapat 12 kombinasi perlakuan dengan 3 ulangan maka

terdapat 36 perlakuan. Susunan kombinasi perlakuan dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1.Susunan Kombinasi Perlakuan antara Dosis Pupuk Kandang dan Kalium.

No Kombinasi

Perlakuan

Pupuk Kandang Pupuk Kalium

ton ha-1

gr plot-1

kg K2O ha-1

KCl plot-1

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

P1K0

P1K1

P1K2

P1K3

P2K0

P2K1

P2K2

P2K3

P3K0

P3K1

P3K2

P3K3

4,5

4,5

4,5

4,5

6,0

6,0

6,0

6,0

7,5

7,5

7,5

7,5

594

594

594

594

792

792

792

792

990

990

990

990

0

45

90

135

0

45

90

135

0

45

90

135

0

9,9

19,8

29,7

0

9,9

19,8

29,7

0

9,9

19,8

29,7

Page 15: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

12

Model Matematis yang digunakan adalah:

Yijk = + βi + Pj + Kk + (PK)jk + ijk

Keterangan:

Yijk = Nilai pengamatan untuk faktor Pupuk Kandang taraf ke-j, faktor Kalium

taraf ke-k

= Nilai tengah umum

βi = Pengaruh ulangan ke-i (i = 1, 2, 3)

Pj = Pengaruh faktor Pupuk Kandang ke-j (j = 1, 2, 3)

Kk = Pengaruh faktor Kalium ke-k (k = 1, 2, 3)

(PK)ijk = Interaksi Pupuk Kandang dan Kalium pada taraf Pupuk Kandang ke-j,

taraf Kalium ke-k

ijk = Galat percobaan untuk ulangan ke-i, faktor Pupuk Kandang taraf ke-j,

Apa bila uji F menunjukkan pengaruh yang nyata maka akan dilanjutkan

dengan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf 5%. Dengan rumus sebagai berikut:

BNT0,05 = t0,05; dbg

Dimana :

BNT0,05 = Beda Nyata Terkecil pada taraf 5 %

t0,05 ;dbg = Nilai baku t pada taraf 5 %

KT g = Kuadrat Tengah galat

r = Jumlah ulangan.

3.4. Pelaksanaan Penelitian

1. Pengolahan Tanah.

Lahan yang siap dijadikan sebagai tampat ditanamnya bawang merah adalah

diperuntukkan bagi tanah yang gembur dan banyak mengandung bahan organis atau

Page 16: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

13

tanah gambut. Untuk pengolahan, tanah dicangkul tidak terlalu dalam kira-kira

mencapai kedalaman tidak lebih dari 30 cm, tidak lebih. Kemudian gumpalan-

gumpalan tanah cangkulan dihancurkan, lalu gulma atau rumputan dibersihkan.

Selanjutnya tanah dibiarkan kita-kira seminggu sampai tanah mengering.

Setelah bongkahan tanah mengering, dapat dibentuk bedengan dengan ukuran

1,10 m x 1,20 m dan di antara bedeng dibuat parit-parit kecil sebagai pemisah

bedengan, ukuran 40 cm dan drainase sedalam 40 cm.

2. Pemilihan Bibit

Bibit bawang merah yang diambil adalah bibit yang sudah disimpan

(pengusangan) minimal selama 75 hari, jika umbi dibelah sudah terlihat bakal daun.

Setelah itu bibit yang seragam dan yang tidak terserang hama dan penyakit, lalu bibit

dibersihkan kulit bibit yang paling luar dan yang mengering dihilangkan serta akar

umbi yang masih ada. Bagian ujung umbi dipotong dengan pisau bersih untuk

memudahkan pertumbuhan tunas, setelah dipotong sebagian ujungnya, lalu ditunggu

sampai bekas potongan menjadi kering untuk menghindari dari pembusukan pada

bekas potongan, dan hal ini sudah siap untuk di tanam.

3. Pengapuran

Untuk mengurangi keasaman tanah maka dilakukan pengapuran dengan

menggunakan kapur dolomit 1,5 ton/ha (198 gram plot-1

). Pengapuran dilakukan

dengan cara ditaburkan dan diaduk di atas permukaan plot dengan rata, dilakukan 14

hari sebelum tanam.

4. Pemupukan

Pupuk kandang sebagai perlakuan diberikan 2 hari sebelum tanam dengan dosis

masing-masing 4,5 ton ha-1

(594 gram plot-1

), 6,0 ton ha-1

(792 gram plot-1

) dan 7,5 ton

ha-1

(990 gram plot-1

) dengan cara menaburkan kebedengan dan megaduk dengan

Page 17: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

14

merata. Sedangkan pupuk KCl diberikan sesuai dosis yang di uji yaitu 0 kg K2O ha-1,

45 kg K2O ha-1

(9,9 KCl gram plot-1

), 90 kg K2O ha-1

(19,8 KCl gram plot-1

) dan 135 kg

K2O ha-1

(29,7 gram plot-1

) dicampurkan merata secara bersamaan dengan pupuk SP-36

dosis 200 kg ha-1

(26,4 gram plot-1

) dan dosis Urea 150 kg ha-1

(19,8 gram plot-1

) 3 hari

sebelum tanam.

5. Penanaman

Penanaman dilakukan dengan dengan cara memasukkan 1 umbi per lubang

kedalam lobang tanam dengan jarak tanam 15 cm x 20 cm. Dengan alat penugal,

lubang tanam dibuat sedalaman rata-rata setinggi bibit. Umbi bawang merah

dimasukkan ke dalam lubang tanam dengan gerakan seperti memutar sekerup, sehingga

ujung umbi tampak rata dengan permukaan tanah, sebaiknya tidak dianjurkan menanam

terlalu dalam, karena umbi mudah mengalami pembusukan.

6. Pemeliharaan

Pemeliharaan tanaman bawang merah meliputi penyiraman, penyulaman,

penyiangan gulma, serta pengendalian hama dan penyakit.

Penyiraman

Penyiraman dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari atau sesuai dengan

keadaan cuaca dengan mengunakan gembor.

Penyulaman.

Penyulaman dilakukan pada umur 14 hari setelah tanam (HST) dengan bibit yang

sama.

Penyiangan

Penyiangan dilakukan untuk membersihkan rumput – rumput liar dan gulma lainnya

yang tumbuh di areal bedengan dengan cara mencabut mengunakan tangan.

Page 18: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

15

Pengedalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dan penyakit pada tanaman bawang merah dilakukan dengan

menggunakan Fungisida Dithane M-45 dan Insektisida Curater 3G dilakukan

dengan kosentrasi 2 cc per liter air disemprotkan secara berkala saat tanaman

terserang hama. Hama yang menyerang adalah ulat pemakan daun.

3.5. Pengamatan

Adapun perubahan yang diamati dalam penelitian ini adalah sebagai berukut :

1. Tinggi Tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari pangkal batang yang telah ditandai sampai titik

tumbuh tinggi. Pengukuran dilakukan pada umur 15, 30 dan 45 HST.

2. Jumlah daun (helai)

Jumlah daun dihitung pada pada umur 15, 30 dan 45 HST, daun dihitung

berdasarkan helaian perumpun dari setiap tanaman sampel.

3. Jumlah Umbi (buah)

Jumlah umbi dihitung pada saat pengamatan panen. Umbi dihitung berdasarkan

jumlah per rumpun dan dihitung dari setiap tanaman sampel.

4. Diameter Umbi (mm)

Besar diameter umbi di ukur setelah panen dilakukan dan umbi bawang sudah

bersih dari tanah yang melekat.

5. Berat Berangkasan Basah (gram)

Berat umbi basah per rumpun ditimbang setelah umbi bersih dan keringangin.

Umbi yang ditimbang berdasarkan tanaman yang dijadikan sampel.

Page 19: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

16

6. Berat Berangkasan Kering (gram)

Berat umbi kering per rumpun ditimbang setelah umbi bersih dan dikering

anginkan. selama 1 minggu. Umbi yang ditimbang juga berdasarkan tanaman yang

dijadikan sampel.

Page 20: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengaruh Dosis Pupuk Kandang

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 20)

menunjukkan bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap

tinggi tanaman dan jumlah daun umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah umbi, diameter

umbi, berat berangkasan basah dan berat berangkasan kering.

1. Tinggi Tanaman (cm)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa

dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15,

30 dan 45 HST. Rata-rata tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis

pupuk kandang umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Rata-rata Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk

Kandang umur 15, 30 dan 45 HST

Dosis Pupuk kandang Tinggi Tanaman (cm)

Simbol ton ha-1

15 HST 30 HST 45 HST

P1 4.5 16.44 28.43 33.49

P2 6.0 17.00 27.76 32.66

P3 7.5 17.33 28.01 32.65

Tabel 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman bawang merah umur 15 HST

dijumpai pada dosis pupuk kandang 7.5 ton ha-1

(P3) dan pada umur 30 dan 45

HST dijumpai pada dosis pupuk kandang 4.5 ton ha-1

(P1) meskipun secara

statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hal

ini diduga bahwa unsur hara yang diterima oleh tanaman tidak tercukupi sehingga

akan menghambat pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pendapat

Sukanto (1991) yang menyatakan tanaman kekurangan unsur hara akan terganggu

Page 21: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

18

metabolismenya sehingga menghambat pertumbuhan dan perkembangan tanaman

bawang merah itu sendiri. Hakim et al. (1986) juga berpendapat bahwa kebutuhan

unsur hara yang diperlukan bagi tanaman belum cukup tersedia untuk

menjalankan metabolisme tanaman sehingga pertumbuhan tanaman tidak normal.

2. Jumlah Daun (helai)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan

bahwa dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun umur

15, 30 dan 45 HST. Rata – rata jumlah daun bawang merah pada berbagai dosis

pupuk kandang umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Rata-rata Jumlah Daun Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk

Kandang umur 15, 30 dan 45 HST

Dosis Pupuk kandang Jumlah Daun (helai)

Simbol ton ha-1

15 HST 30 HST 45 HST

P1 4.5 21.25 34.60 27.08

P2 6.0 21.94 33.30 25.94

P3 7.5 19.10 28.60 24.87

Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah daun bawang terbanyak pada umur 15

HST dijumpai pada dosis pupuk kandang 6.0 ton ha-1

(P2) dan pada umur 30 dan

45 HST dijumpai pada dosis pupuk kandang 4.5 ton ha-1

(P1) meskipun secara

statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hal

ini disebabkan kekurangan pupuk atau kelebihan pupuk dapat mengganggu

pertumbuhan tanaman bawang merah. Menurut Winarso (2003) menyatakan

bahwa pupuk yang baik adalah pupuk yang dapat menyerap air dan zat – zat lain

yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.

3. Jumlah Umbi (buah)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa dosis

pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi. Rata – rata jumlah

Page 22: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

19

umbi bawang merah pada berbagai dosis pupuk kandang dapat dilihat pada

Tabel 4.

Tabel 4. Rata-rata Jumlah Umbi Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk

Kandang.

Dosis Pupuk kandang Jumlah Umbi (buah)

Simbol ton ha-1

P1 4.5 8.75

P2 6.0 8.23

P3 7.5 7.85

Tabel 4 menunjukkan bahwa jumlah umbi bawang merah terbanyak

dijumpai pada dosis pupuk kandang 4.5 ton ha-1

(P1) meskipun secara statistik

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini

diduga bahwa kebutuhan unsur hara tanaman bawang merah tidak tercukupi atau

dipengaruhi oleh keadaan setempat. Hal ini sesuai dengan pendapat Setiadi (2008)

yang mengatakan bahwa pertumbuhan dan produksi suatu tanaman dipengaruhi

oleh faktor tanah, iklim dan tanaman itu sendiri yang semuanya saling berinteraksi

satu sama lain dalam memperoleh unsur hara untuk pertumbuhan dan

perkembagan yang baik.

4. Diameter Umbi (mm)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16) menunjukkan bahwa dosis

pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap diameter umbi. Rata – rata

diameter umbi bawang merah pada berbagai dosis pupuk kandang dapat dilihat

pada Tabel 5.

Page 23: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

20

Tabel 5. Rata-rata Diameter Umbi Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk

Kandang.

Dosis Pupuk kandang Diameter Umbi (mm)

Simbol ton ha-1

P1 4.5 27.93

P2 6.0 27.27

P3 7.5 26.44

Tabel 5 menunjukkan bahwa diameter umbi terbesar dijumpai pada dosis

pupuk kandang 4.5 ton ha-1

(P1) dikarenakan bahwa pertumbuhan diameter umbi

yang dipengaruhi oleh sifat fisik tanah itu sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat

Murbandono (2005). Bahwa pemberian pupuk kandang akan memperbaiki sifat

fisik tanah, struktur tanah, tanah berat akan menjadi gembur sehingga akan

memperbaiki gerakan air dan udara tanah, sedangkan pada tanah ringan pupuk

kandang cenderung mengikat butir-butir tanah dan membentuk struktur tanah

yang menguntungkan

5. Berat Berangkasan Basah (g)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 18) menunjukkan bahwa dosis

pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap berat berangkasan basah. Rata –

rata berat berangkasan basah bawang merah pada berbagai dosis pupuk kandang

dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rata-rata Berat Berangkasan Basah Bawang Merah pada Berbagai Dosis

Pupuk Kandang.

Dosis Pupuk kandang Berat Berangkasan Basah (g)

Simbol ton ha-1

P1 4.5 44.10

P2 6.0 44.35

P3 7.5 40.43

Page 24: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

21

Tabel 6 menunjukkan bahwa berat berangkasan basah terberat dijumpai

pada dosis pupuk kandang 6.0 ton ha-1

(P2) meskipun secara statistik

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini

diduga bahwa unsur hara yang dibutuhkan tidak sesuai dengan kebutuhan

tanaman bawang merah. Menurut Yasuo (2000) tanaman yang memperoleh unsur

hara dalam jumlah optimal akan meningkatkan pertumbuhan dan produksi

tanaman. Hakim et al. (1986) juga berpendapat bahwa kebutuhan unsur hara yang

diperlukan bagi tanaman belum cukup tersedia serta tidak tercukupi untuk

menjalankan metabolisme tanaman sehingga pertumbuhan tanaman tidak normal.

6. Berat Berangkasan Kering (g)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 20) menunjukkan bahwa dosis

pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap berat berangkasan kering. Rata

– rata berat berangkasan kering bawang merah pada berbagai dosis pupuk

kandang dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rata-rata Berat Berangkasan Kering Bawang Merah pada Berbagai Dosis

Pupuk Kandang.

Dosis Pupuk kandang Berat Berangkasan Kering (g)

Simbol ton ha-1

P1 4.5 34.52

P2 6.0 35.12

P3 7.5 32.57

Tabel 7 menunjukkan bahwa berat berangkasan kering terberat dijumpai

dosis pupuk kandang 6.0 ton ha-1

(P2) meskipun secara statistik menunjukkan

perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuaan lainnya. Hal ini diduga bahwa

pupuk kandang yang diberikan tidak sesuai atau tidak seimbang dengan

kebutuhan tanaman bawang merah. Menurut Parnata (2004) yang menyatakan

untuk memenuhi kebutuhan tanaman, kita harus bisa menyediakan unsur hara

Page 25: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

22

dalam jumlah yang dipekirakan cukup dan seimbang. Tanaman dapat tumbuh

dengan baik dan menghasilkan hasil yang tinggi, diperlukan unsur hara yang

cukup dan seimbang (Anonymous, 2005).

4.2. Pengaruh Dosis Kalium

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 20)

menunjukkan bahwa dosis kalium berpengaruh nyata terhadap diameter umbi dan

berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur dan jumlah daun umur 15,

30 dan 45 HST, jumlah umbi dan diameter umbi, berat berangkasan basah dan

berat berangkasan kering.

1. Tinggi Tanaman (cm)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 2, 4 dan 6) menunjukkan bahwa

dosis kalium berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur 15, 30 dan 45

HST. Rata-rata tinggi tanaman bawang merah pada berbagai dosis kalium umur

15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rata-rata Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Kalium

umur 15, 30 dan 45 HST

Dosis Kalium Tinggi Tanaman (cm)

Simbol kg ha-1

15 HST 30 HST 45 HST

K0 0 16.97 27.53 31.91

K1 45 16.71 28.10 34.13

K2 90 15.91 27.52 32.15

K3 135 18.09 29.11 33.54

Tabel 8 menunjukkan bahwa tinggi tanaman bawang merah tertinggi umur

15 dan 30 HST dijumpai pada dosis kalium 135 kg ha-1

(K3) dan umur 45 HST

dijumpai pada dosis pupuk kalium 45 kg ha-1

(K1) meskipun secara statistik

menunjukkan perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini

diduga karena pertumbuhan tinggi tanaman bawang merah merupakan cerminan

Page 26: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

23

panjang daun (bagian vegetatif). Menurut pendapat Hardjowigeno (2007) yang

menyatakan hara Kalium berfungsi sebagai katalisator berupa unsur lain dalam

pembentukan protein, mengatur kegiatan berbagai unsur mineral, menetralkan

reaksi dalam sel terutama dari asam organik, menaikan pertumbuhan jaringan

meristem, mengaktifkan enzim baik langsung maupun tidak langsung,

meningkatkan kadar karbohidrat dan gula dalam buah dan membuat tanaman

menjadi lebih tahan terhadap hama dan penyakit.

2. Jumlah Daun (helai)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 8, 10 dan 12) menunjukkan

bahwa dosis kalium berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah daun umur 15, 30

dan 45 HST. Rata-rata jumlah daun bawang merah pada berbagai dosis kalium

umur 15, 30 dan 45 HST dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9. Rata-rata Jumlah Daun Bawang Merah pada Berbagai Dosis Kalium

umur 15, 30 dan 45 HST

Dosis Kalium Jumlah Daun (helai)

Simbol kg ha-1

15 HST 30 HST 45 HST

K0 0 20.42 32.37 24.38

K1 45 21.56 29.89 25.76

K2 90 20.80 33.13 27.97

K3 135 20.27 33.28 25.75

Tabel 9 menunjukkan bahwa jumlah daun bawang merah terbanyak umur

15 HST dijumpai pada dosis kalium 45 kg ha-1

(K1) dan umur 30 HST pada dosis

kalium 135 g ha-1

(K3) dan pada umur 45 HST dijumpai pada dosis kalium 90 kg

ha-1

(K2) meskipun secara statistik menunjukkan perbedaan yang tidak nyata

dengan perlakuan lainnya.

Hal ini disebabkan bahwa pemberian kalium sesuai dengan kebutuhan

tanaman akan berpengaruh terhadap tanaman itu sendiri. Pada masa pertumbuhan

Page 27: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

24

vegetatif tanaman bawang merah hanya membutukan hara yang dibutukan untuk

pertumbuhan. Sutejo (2002) berpendapat bahwa tanaman yang kekurangan unsur

K gejalanya adalah batang dan daun menjadi lemas atau rebah, daun berwarna

hijau gelap, ujing daun menguning dan kering timbul bercak coklat pada pucuk

daun.

3. Jumlah Umbi (buah)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 14) menunjukkan bahwa dosis

kalium berpengaruh tidak nyata terhadap jumlah umbi. Rata – rata jumlah umbi

bawang merah pada berbagai dosis kalium dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10. Rata-rata Jumlah Umbi Bawang Merah pada Berbagai Dosis Kalim.

Dosis Kalium Jumlah Umbi (buah)

Simbol kg ha-1

K0 0 7.88

K1 45 7.63

K2 90 8.92

K3 135 8.67

Tabel 10 menunjukkan bahwa jumlah umbi terbanyak dijumpai pada dosis

kalium 90 kg ha-1

(K2) meskipun secara statistik berpengaruh tidak nyata terhadap

perlakuan lainnya. Hal ini disebabkan bahwa dosis kalium yang diberikan tidak

sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangan tanaman bawang merah. Menurut

Hasibuan (2009) yang menyatakan bahwa dosis pupuk dalam pemupukan haruslah

tepat, artinya dosis tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak yang dapat

menyebabkan pemborosan atau dapat merusak akar tanaman. Bila dosis pupuk

terlalu rendah, tidak ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman sedangkan

bila dosis terlalu banyak dapat mengganggu keseimbangan hara dan dapat

meracuni akar.

Page 28: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

25

4. Diameter Umbi (mm)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 16) menunjukkan bahwa dosis

kalium berpengaruh nyata terhadap diameter umbi. Rata – rata diameter umbi

bawang merah pada berbagai dosis kalium setelah diuji dengan BNT0.05 dapat

dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Rata-rata Diameter Umbi Bawang Merah pada Berbagai Dosis Kalium

Dosis Kalium Diameter Umbi (mm)

Simbol kg ha-1

K0 0 24.22 a

K1 45 28.24 b

K2 90 28.03 b

K3 135 28.36 b

BNT0.05 3.28 Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf

peluang 5% (BNT 0,05).

Tabel 11 menunjukkan bahwa diameter umbi bawang merah terbesar

dijumpai pada dosis kalium 135 kg ha-1

(K3) yang berbeda nyata dengan dosis

pupuk kalium Kontrol (K0) dan tidak berbeda nyata dengan dosis pupuk kalium

45 kg ha-1

(K1) dan 90 kg ha-1

(K2).

Adapun hubungan antara diameter umbi bawang merah dengan dosis

pupuk kalium.

Page 29: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

26

Gambar 1. Diameter Umbi pada Berbagai Dosis Pupuk kalium

Gambar 1 menunjukkan bahwa diameter umbi terbesar dijumpai pada

dosis pupuk kalium 45 kg ha-1

(K1). Hal ini diduga bahwa kalium yang diberikan

sesuai dengan kebutuhan hara tanaman. Menurut Suwandi (2009) tanaman dapat

memenuhi siklus hidupnya apabila hara yang dibutuhkan tercukupi. Fungsi hara

tanaman tidak dapat digantikan oleh unsur lain dan apabila tidak terdapat suatu

hara tanaman, maka kegiatan metabolisme akan terganggu dan berhenti sama

sekali. Disamping itu umumnya tanaman yang kekurangan atau ketiadaan suatu

unsur hara akan menampakkan gejala pada suatu organ tertentu yang spesifik.

5. Berat Berangkasan Basah (g)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 18) menunjukkan bahwa dosis

kalium berpengaruh tidak nyata terhadap berat berangkasan basah. Rata – rata

berat berangkasan basah bawang merah pada berbagai dosis kalium dilihat pada

Tabel 12.

24,22

28,24 28,03

28,36

21,00

22,00

23,00

24,00

25,00

26,00

27,00

28,00

29,00

0 45 90 135

Dia

mete

r U

mb

i (m

m)

Dosis Pupuk Kalium (kg ha-1)

Page 30: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

27

Tabel 12. Rata-rata Berat Berangkasan Basah Bawang Merah pada Berbagai

Dosis Kalium.

Dosis Kalium Berat Berangkasan Basah (g)

Simbol kg ha-1

K0 0 39.27

K1 45 41.17

K2 90 43.02

K3 135 48.38

Tabel 12 menunjukkan bahwa berat berangkasan basah terberat dijumpai

pada dosis kalium 135 kg ha-1

(K3) meskipun secara statistik menujikkan

perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena

kalium yang tersedia didalam tanah sudah mencukupi untuk proses pembentukan

umbi dan meningkatkan hasil berangkasan kering umbi tanaman bawang merah.

Menurut pendapat Singh dan Verma, (2001) dalam Sumarni et al., (2012)

tanaman lebih berpengaruh terhadap unsur hara K tanah sedangkan kelebihan

pemberian dosis K yang diberikan penyerapannya sesuai dengan kebutuhan

tanaman itu sendiri.

6. Berat Berangkasan Kering (g)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 20) menunjukkan bahwa dosis

kalium berpengaruh nyata terhadap berat berangkasan kering. Rata – rata berat

berangkasan kering bawang merah pada berbagai dosis kalium dapat dilihat pada

Tabel 13.

Page 31: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

28

Tabel 13. Rata-rata Berat Berangkasan Kering Bawang Merah pada Berbagai

Dosis Kalium.

Dosis Kalium Berat Berangkasan Kering (g)

Simbol kg ha-1

K0 0 32.32

K1 45 31.45

K2 90 34.83

K3 135 37.68

Tabel 12 menunjukkan bahwa berat berangkasan kering terberat dijumpai

pada dosis kalium 135 kg ha-1

(K3) meskipun secara statistik menunjukkan

perbedaan yang tidak nyata dengan perlakuan lainnya. Hal ini diduga karena

kalium yang tersedia didalam tanah sudah mencukupi untuk proses pembentukan

umbi dan meningkatkan hasil berangkasan kering umbi tanaman bawang merah

demikian diduga oleh (Singh dan Verma, 2001 dalam Sumarni et al., 2012).

Kebutuhan K meningkat dengan meningkatnya hasil tanaman karena fungsi K

berhubungan dengan.

4.3. Pengaruh interaksi

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran bernomor genap 2 sampai 20)

menunjukkan bahwa terdapat interaksi yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman

dan nyata jumlah daun umur 45 HST antara dosis pupuk kandang dan kalium

terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah.

1. Tinggi Tanaman (cm)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 6) menunjukkan bahwa terdapat

interaksi yang nyata antara dosis pupuk kandang dan kalium terhadap tinggi

tanaman umur 45 HST. Rata-rata tinggi tanaman umur 45 HST pada berbagai

dosis pupuk kandang dan kalium setelah diuji dengan BNT0,05 dapat dilihat pada

Tabel 14.

Page 32: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

29

Tabel 14. Rata-rata Tinggi Tanaman pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang dan

Kalium umur 45 HST.

Dosis Pupuk

Kandang

(ton ha-1

)

Dosis Kalium (kg ha-1

) BNT

0.05 0 (K0) 45 (K1) 90 (K2) 135 (K3)

4.5 (P1) 32.20 ab 26.34 a 37.19 b 37.60 b

5.20 6.0 (P2) 35.82 b 28.92 a 29.30 a 32.73 ab

7.5 (P3) 34.41 ab 34.78 ab 35.75 ab 30.10 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNT 0,05).

Tabel 14 menunjukkan bahwa tanaman tertinggi umur 45 HST dijumpai

pada dosis pupuk kandang 4,5 ton ha-1

(P1) dan dosis kalium 135 kg ha-1

(K3).

Tidak beebeda nyata dengan 6.0 ton ha-1

(P2) dengan kontol (K0) dan 4.5 ton ha-1

(P1) dan 90 kg ha-1

(K2). Hubungan antara tinggi tanaman pada berbagai dosis

pupuk kandang dan kalium umur 45 HST dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Tinggi Tanaman Bawang Merah pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang dan

Kalium umur 45 HST.

Gambar 2 menunjukkan bahwa tinggi tanaman bawang merah tertinggi

dijumpai pada dosis pupuk kandang 4.5 ton ha-1

(P1) dan dosis kalium 45 kg ha-1

(K1). Hal ini diduga bahwa dosis pupuk kandang dan dosis kalium dapat

memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah dan untuk menambah unsur hara.

32,20

35,82 34,41

26,34 28,92

34,78

37,19

29,3

35,74

37,6

32,73

30,1

20,00

22,00

24,00

26,00

28,00

30,00

32,00

34,00

36,00

38,00

40,00

P1 P2 P3

Tn

gg

i T

an

am

an

(cm

)

K0

K1

K2

K3

Page 33: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

30

Hal ini sesuai dengan pendapat Setiadi (2008) yang mengatakan bahwa

pertumbuhan dan perkembangan suatu tanaman dipengaruhi oleh faktor tanah,

iklim dan tanaman itu sendiri yang semuanya saling berinteraksi satu sama lain

dan waktu pemupukan yang tepat.

2. Jumlah Daun (helai)

Hasil uji F pada analisis ragam (lampiran 10) menunjukkan bahwa terdapat

interaksi yang nyata antara dosis pupuk kandang dan kalium terhadap jumlah daun

umur 45 HST. Rata-rata jumlah daun umur 45 HST pada berbagai dosis pupuk

kandang dan kalium setelah diuji dengan BNT0,05 dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Rata-rata Jumlah Daun pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang dan

Kalium umur 45 HST.

Dosis Pupuk

Kandang

(ton ha-1

)

Dosis Kalium (kg ha-1

) BNT

0.05 0 (K0) 45 (K1) 90 (K2) 1 (K3)

4.5 (P1) 25.18 a 16.79 a 31.17 ab 31.23 ab

9.00 6. 0 (P2) 29.51 ab 16.54 a 23.51a 28.61 ab

7.5 (P3) 31.78 ab 28.42 ab 28.84 ab 19.99 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf yang sama berbeda tidak nyata pada taraf peluang 5% (BNT 0,05).

Tabel 14 menunjukkan bahwa jumlah daun terbanyak umur 45 HST

dijumpai pada dosis pupuk kandang 7. 5 kg ha-1

(P3) dan dosis kalium kontrol

(K0). Hubungan antara tinggi tanaman pada berbagai dosis pupuk kandang 7.5 kg

ha-1

(P3) dan tanpa pupuk kalium (kontrol) umur 45 HST dapat dilihat pada

Gambar 3.

Page 34: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

31

Gambar 3. Jumlah Daun pada Berbagai Dosis Pupuk Kandang dan Kalium umur 45 HST.

Gambar 3 menunjukkan bahwa jumlah daun terbanyak dijumpai pada

dosis pupuk kandang 7.5 ton ha-1

(P3) dan dosis kalium kontrol (K0). Hal ini

pengunaan pupuk yang tepat dan seimbang dengan kebutuhan tanaman akan

membantu tanaman tersebut tumbuh dengan baik. Menurut Supriyadi (2009)

pemberian pupuk kalium mampu meningkatkan produksi tetapi dengan pemberian

pupuk anorganik secara terus menerus dapat menyebabkan terjadinya kemunduran

produktivitas tanah baik kimia, fisika maupun biologi tanah. Sedangkan pupuk

kandang mempunyai peranan meningkatkan kesuburan fisik tanah karena mampu

mengurangi plastisitas, meningkatkan agregat ruang pori, ketersediaan air dan

kelekatan juga aerasi tanah serta mampu meningkatkan efisiensi pemakaian

pupuk.

25,18

29,51

31,78

16,79

16,54

28,42

31,17

23,51

28,84

31,23

28,61

19,99

10

15

20

25

30

35

P1 P2 P3

JU

mla

h D

au

n (

hela

i)

K0

K1

K2

K3

Page 35: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

1. Dosis pupuk kandang berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tanaman dan

jumlah daun umur 15, 30 dan 45 HST, jumlah umbi, diameter umbi, berat

berangkasan basah dan berat berangkasan kering. Pertumbuhan dan hasil

tanaman bawang merah terbaik dijumpai pada dosis pupuk kandang

4.5 ton ha-1

.

2. Dosis kalium berpengaruh nyata terhadap diameter umbi dan berpengaruh

tidak nyata terhadap tinggi tanaman umur dan jumlah daun umur 15, 30 dan

45 HST, jumlah umbi dan diameter umbi, berat berangkasan basah dan berat

berangkasan kering. Pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah terbaik

dijumpa pada dosis kalium 135 kg ha-1

.

3. Terdapat interaksi yang sangat nyata terhadap tinggi tanaman dan nyata

jumlah daun umur 45 HST antara dosis pupuk kandang dan kalium terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah.

5.2. Saran

Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang kalium pada jenis tanah

lainnya, dengan musim tanam yang berbeda terhadap pertumbuhan tanaman

bawang merah.

Page 36: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

34

DAFTAR PUSTAKA

Anonymous, 2005. Implementasi Penerapan Program CSR PT. Petrokimia Gresik

Dalam Upaya Pemberdayaan Masyarakat Disekitarnya.

,2008. Sumatera Utara dalam Angka 2008. Badan Pusat Statistik

Sumatera Utara. Medan.

,2010. Sumatera Utara Dalam Angka. Badan Pusat Statistik. Provinsi

Sumatera Utara, Medan. http: www.bps.go.id [17 September 2010]

,2011. Aceh Dalam Angka 2011. Produksi Cabai Besar, Bawang Merah,

dan Mangga. Badan Pusat Statistik. Aceh.

Dwijoseputro D., 1986. Pengantar Fisiologi Pertumbuhan. Gramedia, Jakarta.

Estu Rahayu dan Nur Berlian VA., 2005. Bawang Merah. Penebar Swadaya, Cet-

12, 2005. Jakarta. Hal 6

Hakim, M., 1988. Kesuburan Tanah. Bandar Lampung.Universitas Lampung.

Hervani, D., L. Syukriani, E. Swasti, dan Erbasrida, 2008. Teknologi Budidaya

Bawang Merah pada Beberapa Media Tanam dalam POT di Kota

Padang. Universitas Andalas, Padang.

Hidayat, H., 2011. Buku Panduan Praktikum Fisiologi Tanaman. Politeknik. IPB,

Bogor

Husna Y., dan Evawani E., 2008.Penggunaan Pupuk Organik dan KCl pada

Tanaman Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Sagu, Vol. 7 No. 1 : 13-18. Maret 2008

Hardjowigeno, S., 2007. Ilmu Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta. p.288. Irawan, dan Daniel, 2010. Bawang Merah dan Pestisida. Badan Ketahanan Pangan

Sumatera Utara. Medan. Jumini, Yenny S, dan Nurul F., 2010. Pengaruh pemotongan umbi bibit dan jenis

pupuk organik terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman bawang merah, Jurnal Floratek., vol. 5, no 2. October 28, 2010

Islami, T. dan Utomo, W.H., 1995. Hubungan Tanah, Air dan Tanaman. IKIP

Semarang Press, Semarang. Leiwakabessy, F.M. dan A. Sutandi, 2003. Pupuk dan Pemupukan. Departemen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Marsono dan Sigit, 2005. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penerbit Swadaya 2005.

Jakarta.

Page 37: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

34

Odum, H. T., 1959. Energi Basis for Man and Nature, Me. Graw Hill, New York.

Pranata, Ayub. S., 2004. Pupuk Organik Cair: Aplikasi dan Manfaatnya. Agmedia

Pustaka, Jakarta.

Rukmana, 1994. Bawang Merah. Kanisius. Yogyakarta. Hal 11-12

, 1995. Bawang Daun. Kanisius. Yogyakarta.

Rinsema, W. T., 1986. Pupuk dan Cara Pemupukan (terjemahan H. M. Saleh).

Bhatara Karya Aksara, Jakarta. 135 hlm.

Setyamidjaja, D., 1986. Pupuk dan Pemupukan. Jakarta: CV. Simpleks.

Supriyadi, M., 2009. Pengaruh Pupuk Kandang Dan NPK Terhadap Populasi

Bakteri Azotobacter Dan Azospirillum Dalam Tanah Pada Budidaya

Cabai (Capsicum Annum), Surakarta. www.biosains.mipa.uns.ac.id.

Sugiharto, 2006. Budi Daya Tanaman Bawang Merah. Aneka Ilmu, Semarang.

Hal 31-32

Sumarni, N. Rosliana, S. Basuki, RS. dan Hilman Y., 2012. Pengaruh Varietas,

Status K-Tanah, dan Dosis Pupuk Kalium terhadap Pertumbuhan, Hasil

Umbi, dan Serapan Hara K Tanaman Bawang Merah., J.Hort. 22(3):233-

241, 2012.

Sunarjono, Adan Soedomo, 1989. Budidaya Bawang Merah. Sinarbaru, Bandung.

Sutejo, M M., 2002. Pupuk dan Pemupukan. Pustaka Buana. Bandung.

Sutanto. R., 2002. Pertanian Organik. Menuju Pertanian Alternatif dan

Berkelanjutan. Kanius, Yogyakarta.

Suwandi, 2009. Pupuk dan Pemupukan. USU Press. Medan. Thom Wignyanta, 1974. Pupuk Buatan Dan Cara Memakainya. Ende-Flores:

Nusa Inda. Wibowo, 2005. Budi Daya Bawang Putih, Merah dan Bombay. Penebar

Swadaya, Cet-13, 2005. Jakarta. , 2006. Budi Daya Bawang Putih, Merah dan Bombay. Penebar

Swadaya, Cet-14, Jakarta. Hal 88 , 2007. Budi Daya Bawang Putih, Merah dan Bombay, Penebar

Swadaya, Cet-16, Jakarta. , 2009. Bawang Merah, Bawang Putih, Bawang Bombay, Penebar

swadaya, Jakarta.

Page 38: SKRIPSIrepository.utu.ac.id/333/1/I-V.pdfBAWANG MERAH (Allium cepa L. kelompok Agregatum) SKRIPSI MAULIDIL FAJRI 08C10407008 PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

34

Yasuo, F., 2000. Nitrogen absorption and distribution of muskmelons (Curcumis

melon L.) at different growth stges using hydroponics. Jurnal of Soil

Science and Plant Nutrition. 71 (1):72-81.