Beberapa Hal Yang Perlu Diperhatikan Dalam Penggunaan Obat

Embed Size (px)

Citation preview

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penggunaan obat-obatan herbal antara lain: Keamanan obat herbal pada umumnya; Kandungan racun yang mungkin dikandung tanaman herbal yang digunakan; Efek yang merugikan pada organ tertentu, seperti sistem kardiovaskuler, sistem saraf, hati, ginjal dan kulit; Keamanan obat-obatan herbal untuk pengguna yang rentan, misalnya: anak-anak dan remaja, lansia, wanita selama kehamilan dan menyusui, pasien dengan kanker dan pasien bedah; Interaksi yang mungkin terjadi di antara komponen obat herbal; Waktu penggunaan yang tepat.

Pada obat, efek samping ini dapat terkait beberapa hal, antara lain: Pemalsuan produk, Mutu produk yang rendah, karena kurang pengawasan produksi, dll. Kontaminasi zat-zat asing dari luar, Masa pemakaian yang habis, kedaluarsa. efek yang tidak dikehendaki dari obat tradisional. Kontaminasi akibat proses penyiapan bahan obat dari tumbuhan sumbeenya dan akibat proses pembuatan obat tradisional dapat berupa bahan tumbuhan lain toksik, mikroorganisme atau toksin mikroba, pestisida atau fumigan, bahan radioaktif, logam berat, bahan atau senyawa kimia sintetik dan bahan obat dari hewan (misalnya hormon).

Dalam makalah ini diuraikan secara singkat aspek toksikologi dari efek yang tidak dikehendaki pada obat tradisional sebagai dasar untuk menentukan keamanan bahan obat dan obat tradisional dengan cara uji toksisitas. Keamanan merupakan salah satu jaminan mutu yang diminta untuk obat tradisional di samping manfaat (efek, aktivitas farmakologi) dan kualitas bentuk sediaannya. Beberapa contoh jenis bahan obat asal tumbuhan yang mempunyai efek yang tidak dikehendaki, dikemukakan juga di dalam makalah ini.

Kontaminasi Dalam proses produksinya, PBA ini dapat terkontaminasi logam berat seperti timbal, merkuri, arsen, alumunum, timah, maupun obat-obatan kimia3,9. Satu kasus pernah dilaporkan, yaitu seorang pasien yang mengkonsumsi 24 tablet kasul berisi tanaman obat/hari selama satu tahun, kemudian timbul gejala kelebihan glukokortikoid, termasuk kelumpuhan otot proksimal dan osteoporosis. Ternyata, setelah diteliti setiap tablet mengandung triamcinolon 5,4 mg22. Baru-baru ini pula Dirjen POM menarik 35 jamu yang beredar di masyarakat karena dicampurkan obat-obat kimia seperti: fenilbutason, deksametason, antalgin, furosemid, klorpropamid, paracetamol, dan CTM8. Kesalahan Indentifikasi Tanaman Obat Pengobatan dengan tanaman obat Cina beberapa kali dilaporkan memiliki toksik efek. Adanya interstitial renal fibrosis23 dan gagal ginjal24 akibat penggunaan obat pengurus badan yang mengandung aristolochic acid dan mengakibatkan kematian pada lebih dari 30 pasien25. Obat pengurus badan ini beredar di Belgia antara 1990--1992 sampai terdapat peningkatan adanya kasus interstitial renal fibrosis. Semua pasien menggunakan regimen pengurus badan dan diagnosis dibuat berdasarkan biopsi ginjal. Semua pasien perburukan klinis segera dan membutuhkan dialisis. Pada studi lanjutan diperoleh data bahwa korban lebih dari 80 pasien, sekitar setengahnya membutuhkan transplantasi ginjal. Kasus yang menghebohkan di atas sebenarnya merupakan contoh dari kesalahan penggunaan tanaman obat yang berbeda. Tanaman obat yang biasa dipakai sebagai pengurus badan sebenarnya adalah fang ji (Stephania tetranda) dan hou pu (Magnolia officinalis ). Namun, formula yang dipakai selama 12 bulan adalah quang fang ji (aristolochic fang chi ) yang sebenarnya digunakan untuk arthritis serta efek diuretik dan memang mempunyai efek toksik terhadap ginjal26. Interaksi Obat Beberapa kasus pernah dilaporkan mengenai adanya interaksi obat dengan bahan alami ini. Sebagai contoh, penggunaan sediaan Ayurvedic (pengobatan tradisional di India) yang disebut shankhapushpi telah dilaporkan mengakibatkan penurunan konsentrasi serum fenitoin yang mengakibatkan hilangnya kontrol terhadap kejang3. Satu kasus pernah dilaporkan pula adanya gangguan koagulasi setelah konsumsi tanaman obat Cina yang dikombinasi dengan warfarin3. Efek Samping Lain Banyak tanaman obat mengandung flavonoid. Di pasaran Eropa, lebih dari 100 sediaan tanaman obat mengandung bahan tersebut. Flavonoid ini seringkali dihubungkan dengan efek positif seperti antioksidan dan mengurangi permeabilitas pembuluh darah. Namun, dalam beberapa kasus dilaporkan pula adanya anemia hemolitik, diare kronik, nefropati berat, dan kolitis3. Kontaminan-kontaminan yang mungkin saja dapat mengontaminasi suatu produk herbal dapat berupa logam-logam berat, seperti timbal, merkuri, arsen atau bahan-bahan farmasetik yang sengaja ditambahkan pada sediaan herbal agar timbul efek farmakologis yang diinginkan. Selain itu kontaminasi dapat berasal dari mikroorganisme akibat proses pembuatan yang tidak baik.

Logam beratKontaminasi logam berat dapat terjadi dalam pengobatan herbal, misalnya berupa arsenik, merkuri dan tembaga. Keracunan akut dari kontaminasi ini dapat berakibat kegagalan fatal pada organ-organ tubuh. Misalnya masalah pada hati dan pembuluh darah yang merupakan dampak dari penggunaan garam arsenik dalam pengobatan psoriasis. Di beberapa negara, arsenik juga umum digunakan dalam pengobatan gigi.

Logam berat bisa masuk ke dalam produk herbal antara lain karena tempat tumbuh herba yang tercemar oleh logam berat tadi, sehingga logam berat menumpuk sedikit demi sedikit dalam tanaman itu, baik lewat akar, kulit maupun daun. Tanaman herba yang tumbuh di dekat pabrik-pabrik atau tempat-tempat yang menggunakan bahan kimia sangat mungkin tercemar oleh logam berat.

RacunProduk herba dapat tercemar oleh jamur yang bersifat racun atau mikotoksin. Saat ini telah dikenal 300 jenis mikotoksin, salah satu jenis di antaranya sangat berpotensi menyebabkan penyakit baik pada manusia maupun hewan, yaitu aflatoksin. Racun ini bersifat karsinogenik, hepatatoksik, mutagenik, tremogenik dan sitotoksik. Selain itu, aflatoksin juga bersifat immunosuppresif yang dapat menurunkan sistem kekebalan tubuh.

Kadar aflatoksin tidak akan hilang atau berkurang dengan pemasakan atau pemanasan. Selain itu, aflatoksin juga tidak terurai pada suhu didih air, seperti pada saat penyiapan minuman obat.

Umumnya mikotoksin bersifat kumulatif, sehingga efeknya tidak dapat dirasakan dalam waktu cepat dan sulit dibuktikan secara etiologi.

Jamur penyebab racun ini bisa tumbuh dan berkembang antara lain akibat bahan baku herbal yang disimpan terlalu lama atau tempat penyimpanan yang lembab, atau dapat juga karena proses penyiapan bahan baku herbal yang tidak bersih.

Beberapa tumbuhan obat khususnya bagian daun, diketahui mengandung beberapa jenis cendawan patogen yang berpotensi menghasilkan mikotoksin. Selain itu spesies cendawan juga ditemukan pada rimpang jahe dan kunyit.

PestisidaRamuan herbal dapat juga tercemar oleh pestisida. Hal ini bisa terjadi antara lain akibat pestisida yang masuk ke dalam tanaman dan terus menumpuk sampai tanaman itu dipanen, baik lewat akar, kulit batang maupun daun tanaman herba. Tanaman herbal yang pada waktu dibudidayakan dan dirawatnya memakai pestisida secara intensif, mungkin saja produk herbalnya tercemar oleh residu pestisida.

Tips menggunakan produk herbal: Konsultasikan dengan dokter atau praktisi kesehatan sebelum menggunakan pengobatan herbal, Gunakan produk yang berasal dari produsen yang anda percayai atau reputasinya kredibel, Jangan gunakan produk yang belum anda kenal atau harganya yang sangat miring, Periksa kode produksi, tanggal kedaluarsa atau perijinan dari instansi berwenang, Pastikan produk herbal yang anda gunakan terlihat bersih dan kemasannya tidak rusak, Produk terlihat segar, tidak berjamur, tidak berubah warna dan baunya atau tidak ada tanda-tanda kerusakan lainnya, Jangan percaya begitu saja testimonial produk, carilah informasi dari pengalaman orang-orang lain di media massa, forum internet dan lain-lain,

Bahdar mengatakan, terjadi tren BKO yang dicampurkan dalam obat tradisional. Tahun 2001-2007, biasanya dicampur ke obat rematik dan penghilang rasa sakit. BKO yang dicampur adalah fenilbutason, metampiron, parasetamol, dan asam mefenamat. Sedangkan pada 2008-2011, BKO mayoritas terdapat pada obat pelangsing dan penambah stamina dengan campuran BKO berupa sibutramin, sildenafil, dan tadalfil.

Tren 2012, kata Bahdar, kembali ke obat rematik dan penghilang rasa sakit. Perubahan tren obat tradisional karena permintaan masyarakat. "Perubahan tren ini diduga karena faktor sosial ekonomi," kata Bahdar.

Pada tahun 2001-2007, kata Bahdar, ekonomi sedang sulit sehingga banyak yang terserang rematik. Tahun 2007-2011, ekonomi membaik sehingga banyak yang ingin berpenampilan baik sehingga minum obat pelangsing. Namun, soal kesimpulan ini, ia mengaku tidak menyelidiki secara ilmiah.

Bahdar mengatakan, pencampuran BKO yang tidak terukur akan berimbas pada kesehatan masyarakat. Misalnya, penggunaan fenilbutason akan menyebabkan mual, muntah, bahkan pendarahan. Penggunaan parasetamol yang tidak terukur akan menyebabkan kerusakan hati.

Data dari BPOM, pada semester 2011, ada 25 item produk obat tradisional yang ditarik. Sedangkan pada semester tahun 2012, sudah sebanyak 25 item. "Pemusnahan pada tahun 2011 sebanyak 161.516 paket dan semester pertama 41.449 paket," ucap Bahdar. Sedangkan yang masuk di meja hijau ada 17 kasus pada tahun 2011, dan semester 1 tahun 2012 sebanyak 31 kasus.

Namun, Bahdar mengatakan, masyarakat tidak perlu menghindari obat tradisional. Tidak semua herbal bermasalah karena banyak yang berkualitas. "Indonesia mempunyai sumber keanekaragaman hayati terkaya di dunia," ucap Bahdar. Ini menjadi peluang bagi Indonesia untuk menjadi produsen herbal terbaik asalkan BKO bisa ditanggulangi.

Bahdar mengatakan, omzet obat herbal di Indonesia mencapai Rp 17 triliun. "Ini bisa menjadi peluang sumber ekonomi bagi masyarakat," ucap Bahdar. Namun, industri herbal ini, kata Bahdar, bisa menurun kerena masyarakat enggan menggunakan karena takut terkena BKO.