Upload
vuhuong
View
222
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
12
BAB II
KAJIAN TEORI
1.1. Motivasi Belajar
1.1.1. Pengertian Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata “motif” yang diartikan sebagai
“sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif (Sardiman, 2001).
Motivasi Belajar menurut Sardiman (2001) Motivasi belajar
merupakan pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Motivasi
memberikan suatu nilai atau intensitas tersendiri dari seorang siswa
dalam meningkatkan motivasi belajar dan prestasi belajarnya.
Menurut Mc.Donald yang dikutip Sardiman (2001), dalam
motivasi belajar mengandung tiga elemen penting, yaitu:
1. Bahwa motivasi itu mengawali terjadinya perubahan pada diri
setiap individu manusia. Perkembangan motivasi akan membawa
beberapa perubahan energy didalam system “neurophysiological”
yang ada pada organisme manusia. Karena menyangkut
perubahan energy manusia (walaupun motivasi itu muncul dari
dalam diri manusia ), penampakannya akan menyangkut kegiatan
fisik manusia.
2. Motivasi ditandai dengan munculnya, rasa/feeling, afeksi
seseorang. Dalam hal ini motivasi relevan dengan persoalan-
13
persoalan kejiwaan, afeksi dan emosi yang dapat menuntukan
tingkahlaku manusia
3. Motivasi akan dirangsang karena adanya tujuan. Jadi motivasi
dalam hal ini sebenarnya merupakan respon dari suatu aksi, yaitu
tujuan. Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi
kemunculannya karena terdorong oleh adanya unsur lain, dalam
hal ini adalah tujuan. Tujuan ini yang menyangkut dengan
kebutuhan.
Menurut Winkel (2004) motivasi sangat penting untuk
mencapai keberhasilan siswa dalam belajar. Motivasi belajar
merupakan motor penggerak yang mengaktifkan siswa untuk
melibatkan diri. Motivasi yang kuat akan membuat siswa sanggup
bekerja keras untuk mencapai sesuatu yang menjadi tujuannya, dan
motivasi itu muncul karena dorongan adanya kebutuhan.
Dalyono (2005) memaparkan bahwa “motivasi adalah daya
penggerak/ pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan, yang bisa
berasal dari dalam diri dan juga dari luar”. Dalam bukunya Ngalim
Purwanto (2007) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu
pernyataan yang kompleks didalam suatu organisme yang
mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau
perangsang (incentive).
14
Dengan demikian motivasi dalam proses pembelajaran
sangat dibutuhkan untuk terjadinya percepatan dalam mencapai
tujuan pendidikan dan pembelajaran secara khusus.
2.1.2 Ciri- Ciri Orang yang Mempunyai Motivasi Belajar
Menurut Sardiman (2004) siswa yang memiliki motivasi
belajar tinggi dapat dicirikan sebagai berikut:
1. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam
waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).
2. Ulet menghadapi kesulitan (tidak cepat putus asa).
3. Tidak memerlukan dorongan dari luar untuk berprestasi sebaik
mungkin (tidak cepat puas dengan prestasi yang telah
dicapainya).
4. Lebih senang kerja mandiri.
5. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin.
6. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan
sesuatu).
7. Tidak mudah melepaskan hal yang sudah diyakininya.
8. Senang mencari dan memecahkan soal-soal.
Berdasar akan pentingnya motivasi belajar untuk mencapai
suatu tujuan pendidikan maka dibuat program peningkatan motivasi
belajar siswa.
15
2.1.3 Jenis-jenis Motivasi Belajar
Jenis-jenis motivasi belajar, menurut Sardiman (2001)
motivasi dibagi menjadi dua tipe atau kelompok yaitu intrinsik dan
ekstrinsik:
1. Motivasi intrinsik merupakan motif-motif yang menjadi aktif
atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam
diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan
sesuatu. Contohnya seseorang yang senang membaca tidak usah
disuruh atau mendorongnya, ia sudah rajin membaca buku-buku
untuk dibacanya.
2. Motivasi ekstrinsik merupakan motif-motif yang aktif dan
berfungsinya karena adanya perangsang dari luar. Contohnya
seseorang itu belajar, karena tahu besok pagi ada ujian dengan
harapan akan mendapatkan nilai baik, atau agar mendapatkan
hadiah.
Menurut Syaiful Bahri Djamarah (2000) motivasi intrinsik
adalah bentuk motivasi yang di dalam aktivitas belajar dimulai dan
diteruskan berdasarkan dorongan secara mutlak berkaitan dengan
aktivitas belajar. Yang tergolong dalam motivasi intrinsik adalah:
a. Belajar karena ingin mengetahui seluk-beluk masalah selengkap-
lengkapnya.
16
b. Belajar karena ingin menjadi orang terdidik atau menjadi ahli
bidang studi pada penghayatan kebutuhan dan siswa berdaya
upaya melalui kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan ini
hanya dapat dipenuhi dengan belajar giat.
Sedangkan yang tergolong motivasi ekstrinsik antara lain:
a. Belajar demi memenuhi kebutuhan.
b. Belajar demi menghindari hukuman yang diancam.
c. Belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan.
d. Belajar demi meningkatkan gengsi sosial.
e. Belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi
memenuhi persyaratan kenaikan jenjang.
f. Belajar demi memperoleh pujian dari orang yang penting.
2.1.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Motivasi Belajar
Menurut Linda S. Lumden (1994) terdapat 2 faktor yang
membuat seseorang dapat termotivasi untuk belajar, yaitu:
1. Motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini
terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa
pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal
untuk menjalani kehidupan
2. Motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa
rangsangan dari orang lain, atau lingkungan yang dapat
mempengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.
17
Dorongan seseorang untuk belajar menurut Sardiman (2001)
yang mengutip dari Maslow sebagai berikut:
a. Kebutuhan fisiologis, seperti lapar, haus, kebutuhan untuk
istirahat dan sebagainya.
b. Kebutuhan akan keamanan, yakni rasa aman bebas dari rasa takut
dan kecemasan.
c. Kebutuhan akan cinta kasih, rasa diterima dalam suatu
masyarakat atau golongan (keluarga, sekolah, kelompok).
d. Kebutuhan untuk mewujudkan diri sendiri, yakni
mengembangkan bakat dengan usaha mencapai hasil dalam
bidang pengetahuan, sosial dan pembentukan pribadi.
Dari berbagai macam kebutuhan tersebut, ada cara untuk
merangsang motivasi belajar yang merupakan dorongan intrinsik.
Menurut Sardiman (2001) beberapa cara menumbuhkan
motivasi belajar di sekolah adalah dengan:
a. Memberikan angka
b. Hadiah
c. Saingan / kompetisi
d. Pujian
e. Hukuman
f. Hasrat untuk belajar
g. Minat
18
h. Tujuan yang diakui
2.2. Bimbingan Kelompok
2.2.1. Pengertian Bimbingan
Prayitno dan Erman Amti (dalam Salahudin, 2010)
mengemukakan bahwa bimbingan adalah proses pemberian bantuan
yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa
individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa.
Menurut Bimo Walgito (2004) mendefinisikan bahwa
bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada
individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi
kesulitan-kesulitan hidupnya, agar individu dapat mencapai
kesejahteraan dalam hidupnya.
2.2.2 Pengertian Kelompok
Menurut Johnson dan Johnson (dalam Romlah, 2001)
kelompok adalah dua orang atau lebih individu yang berinteraksi
secara tatap muka, masing-masing menyadari keanggotaannya dalam
kelompok, mengetahui secara pasti individu-individu lain yang
menjadi anggota kelompok dan masing-masing menyadari saling
ketergantungan yang positif dalam mencapai tujuan bersama.
19
Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
pengertian kelompok tidak terlepas dari unsur-unsur berupa
keberadaan dua orang atau lebih yang melakukan interaksi dan saling
mempengaruhi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
2.2.3 Jenis Kelompok
Prayitno (1995) mengemukakan bahwa dalam pelaksanaan
layanan bimbingan dan konseling melalui pendekatan kelompok, ada
dua jenis kelompok yang dapat dikembangkan yaitu kelompok bebas
dan kelompok tugas.
1. Kelompok Bebas/Terbuka
Kelompok bebas dilaksanakan dengan ciri-ciri sebagai berikut
: tidak ada persiapan, arah dan isi kehidupan kelompok diserahkan
sepenuhnya kepada seluruh anggota kelompok (topik ditentukan atas
kesepakatan anggota), topik yang disampaikan adalah yang tidak
mempribadi, dibutuhkan kesiapan pemimpin untuk dapat mengamati,
mengatur jalannya kegiatan, mempersiapkan kegiatan selingan.
2. Kelompok Tugas/Tertutup
Kelompok ini arah dan isi kegiatan kelompok sudah
ditetapkan oleh pemimpin kelompok. Pemimpin kelompok sebagai
fasilitator, topik yang dipilih adalah topik yang bersifat umum
(strategi belajar disekolah, pemanfaatan fasilitas sekolah untuk
20
mendukung tugas siswa, dan sebagainya). Semua anggota
berkonsentrasi untuk tugas itu. Tujuan penyelesaian tugas tidak
mengurangi pentingnya tujuan bimbingan kelompok yaitu
pengembangan sikap, ketrampilan dan keberanian sosial yang
bertenggang rasa.
2.2.4 Pengertian Bimbingan Kelompok
Menurut Tohirin (2007) bimbingan kelompok adalah suatu
cara memberikan bantuan kepada individu atau siswa melalui
kegiatan kelompok.
Romlah (2001) mengemukakan bahwa bimbingan kelompok
merupakan salah satu pendekatan bimbingan yang memberi bantuan
pada individu dalam situasi kelompok.
Prayitno (1995) bimbingan kelompok adalah bimbingan yang
diberikan dalam suasana kelompok atau lebih merupakan suatu upaya
bimbingan kepada individu-individu melalui prosedur kelompok
dengan menggunakan dinamika kelompok sebagai jiwa dan olah
gerak kelompok.
Menurut Gazda (dalam Romlah, 2001) mengemukakan bahwa
pelaksanaan bimbingan kelompok pada umumnya dilakukan di kelas
dengan jumlah siswa antara 20-35 orang. Kegiatan bimbingan
21
kelompok berupa penyampaian informasi yang tepat mengenai
masalah pendidikan, pekerjaan, penyesuaian diri, dan masalah
hubungan antar pribadi.
2.2.5 Tujuan Bimbingan Kelompok
Romlah (2001) tujuan bimbingan kelompok adalah membantu
individu menemukan dirinya, mengarahkan diri dan dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Prayitno (1995)
menyatakan bahwa tujuan bimbingan kelompok adalah untuk
membantu siswa mencapai pengembangan pribadi dan membahas
masalah / topik-topik secara umum dan mendalam yang bermanfaat
bagi para anggota kelompok.
Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa
bimbingan kelompok memberikan kesempatan kepada siwa untuk
belajar hal penting yang berguna untuk mengarahkan dirinya yang
berkaitan dengan masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan sosial.
2.2.6 Teknik Bimbingan Kelompok
Menurut Tohirin (2007), kegiatan kelompok dapat menjadi
suatu teknik yang baik dalam bimbingan, karena kelompok dapat
dapat memberikan kesempatan pada individu (para siswa untuk
22
berpartisipasi secara baik. Melalui kegiatan kelompok dapat
mengembangkan bakat dan menyalurkan dorongan-dorongan tertentu
dan siswa dapat menyumbangkan pemikirannya. Dengan demikian
muncul tanggung jawab dan rasa percaya diri.
Menurut Romlah (2001), beberapa teknik yang digunakan
dalam pelaksanaan bimbingan kelompok, yaitu antara lain:
1. Pemberian informasi atau ekspositori.
Teknik pemberian informasi sering juga disebut denganmetode ceramah, yaitu pemberian penjelasan oleh seorang pembicarakepada sekelompok pendengar. Pemberian informasi tidak hanyadiberikan secara lisan, tetapi juga dapat dilakukan melalui berbagaimedia, misalnya papan bimbingan, majalah sekolah, rekaman (taperecorder), video dan film. Keuntungan teknik ini antara lain adalah,a) Dapat melayani banyak orang, b) Tidak membutuhkan banyakwaktu sehingga efisien, c) Tidak terlalu banyak memerlukan fasilitasuntuk melaksanakannya, d) Mudah dilaksanakan bila dibandingkandengan teknik yang lain, dan sebagainya.
2. Diskusi kelompok
Diskusi kelompok adalah percakapan yang sudahdirencanakan antara tiga orang atau lebih dengan tujuan untukmemecahkan masalah atau untuk memperjelas suatu persoalan,dibawah pimpinan seorang pemimpin. Diskusi kelompok merupakansalah satu teknik bimbingan kelompok yang penting, malahan dapatdikatakan sebagai jantungnya bimbingan kelompok. Hampir semuateknik bimbingan kelompok menggunakan diskusi sebagai carakerjanya, misalnya permainan peranan, karya-wisata, permainansimulasi, pemecahan masalah, homeroom, dan pemahaman dirimelalui proses kelompok. Meskipun ada berbagai macam bentukdiskusi, misalnya diskusi kelas, diskusi kelompok kecil (buzz groupdiscussion), dan diskusi panel, tetapi pada prinsipnya aturan-aturandasarnya sama. Keuntungan teknik ini antara lain adalah, a) Membuatanggota kelompok lebih aktif karena tiap anggota mendapatkesempatan untuk berbicara dan memberi sumbangan pada kelompok,b) Anggota kelompok dapat saling bertukar pengalaman, pikiran,perasaan dan nilai-nilai, yang akan membuat persoalan yangdibicarakan menjadi lebih jelas, c) Anggota kelompok belajarmendengarkan dengan baik apa yang dikatakan anggota kelompok
23
yang lain, d) Memberi kesempatan pada anggota untuk belajarmenjadi pemimpin.
3.Pemecahan masalah (problem-solving)
Teknik pemecahan masalah (problem-solving techniques)digunakan untuk menyebut ”suatu proses yang kreatif dimanaindividu-individu menilai perubahan-perubahan yang ada pada dirinyadan lingkungannya, dan membuat pilihan-pilihan baru, keputusan-keputusan, atau penyesuaian yang selaras dengan tujuan-tujuan dannilai-nilai hidupnya”. Dengan demikian dapat dikatakan, bahwateknik pemecahan masalah merupakan teknik yang pokok untuk hidupdalam masyarakat yang penuh dengan perubahan-perubahan.Keuntungan teknik ini adalah mengajar individu untuk mengalamiproses berfikir analitis sintetis, yaitu mengumpulkan data yangrelevan, menghubung-hubungkan data dan menarik kesimpulan.Selain itu individu juga belajar mencari informasi dari sumber-sumberlain yang dapat membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.
4.Penciptaan suasana kekeluargaan (home-room)
Teknik penciptaan suasana kekeluargaan (homeroom)adalah teknik untuk mengadakan pertemuan dengan sekelompoksiswa diluar jam-jam pelajaran dalam suasana kekeluargaan, dandipimpin oleh guru atau konselor. Yang ditekankan dalam pertemuan”homeroom” adalah terciptanya suasana yang penuh kekeluargaanseperti suasana rumah yang menyenangkan. Dengan suasana yangmenyenangkan dan akrab, siswa merasa aman dan diharapkan dapatmengungkapkan masalah-masalah yang tak dapat dibicarakan dalamkelas pada waktu jam pelajaran bidang studi. Keuntungan teknik iniantara lain adalah, a) Karena siswa mengikuti kegiatan ”homeroom”yang dipimpin oleh guru atau konselor tertentu selama satu tahun ataulebih, maka kontinuitas dan kemajuan kegiatan bimbingan dapatdirencanakan dengan lebih baik, b) Waktu yang lama dalammengikuti kegiatan ”homeroom” memungkinkan untuk membinakepercayaan dan kohevisitas kelompok, yang merupakan elemen-elemen penting untuk bimbingan kelompok yang efektif.
5. Permainan peranan (Roleplaying)
Permainan peranan adalah suatu alat belajar untukmengembangkan keterampilan-keterampilan dan pengertian-pengertian mengenai hubungan antar manusia dengan jalanmemerankan situasi-situasi yang paralel dengan yang terjadi dalamkehidupan yang sebenarnya. Salah satu faktor yang penting yangmenentukan dalam permainan peranan yang akan menghasilkanperubahan perilaku adalah pengurangan hambatan-hambatan.Hambatan-hambatan yang biasa timbu adalah perasaan takut dikritik,
24
takut dihukum, atau ditertawakan. Hambatan-hambatan ini harusdihilangkan supaya perubahan dapat terjadi. Permainan perananmenyediakan kondisi yang dapat menghilangkan rasa takut ataucemas, karena dalam permainan peranan individu dapatmengekspresikan dirinya secara bebas tanpa takut kena ”sanksi”sosial terhadap perbuatannya. Macam-macam permainan perananantara lain : sosiodrama, psikodrama, permainan peranan terstruktur(fasilitator menentukan struktur dan menjelaskannya pada pesertapermainan) , permainan peranan tidak terstruktur atau permainanperanan yang bersifat pengembangan adalah permainan peranandimana hubungan antara pemeran utama dengan pemeran-pemeranlain dalam permainan tidak ditentukan oleh fasilitator tetapi oleh paraanggota kelompok.
6. Karyawisata (field trip)
Karyawisata adalah kegiatan yang diprogramkan olehsekolah untuk mengunjungi obyek-obyek yang ada kaitannya denganbidang studi yang dipelajari siswa, dan dilaksananakan untuk tujuanbelajar secara khusus. Keuntungan metode karyawisata adalah sebagaiberikut: a) Anak mendapat pengalaman-pengalaman pribadi yangnyata dan langsung, b) Anak dapat mengamati kejadian-kejadiandalam situasi yang sebenarnya, c) Anak dapat belajar berbagai macamhal dalam waktu yang bersamaan.
7. Permainan simulasi
Permainan simulasi dapat dikatakan merupakan gabunganantara teknik bermain peranan dengan teknik diskusi. Dalamperminan simulasi para pemainnya berkelompok dan berkompetisiuntuk mencapai tujuan-tujuan tertentu dengan mentaati peraturan-peraturan yang ditetapkan bersama. Permainan simulasi cocok dipakaiuntuk memotivasi anak belajar, terutama bila bahan pelajaran yangdipelajarinya kurang menarik. Permainan simulasi selain bergunauntuk memperkenalkan konsep dan menanamkan pengertian tentangsesuatu hal, juga mempunyai kekuatan untuk membangkitkan minatdan perhatian anak.
2.2.7 Tahap Pelaksanaan Bimbingan Kelompok
Tahap pelaksanaan bimbingan kelompok menurut Prayitno
(1995) ada empat tahapan, yaitu:
25
a. Tahap I Pembentukan
Tahap ini disebut juga tahap pengenalan, tahap pelibatan
diri atau tahap memasukkan diri kedalam kehidupan suatu
kelompok. Pada tahap ini pada umumnya para anggota saling
memperkenalkan diri dan juga mengungkapkan tujuan ataupun
harapan-harapan yang ingin dicapai baik oleh masing-masing,
sebagian, maupun seluruh anggota. Memberikan penjelasan tentang
bimbingan kelompok dengan teknik kegiatan kelompok sehingga
masing-masing anggota akan tahu apa arti bimbingan kelompok,
kegiatan kelompok dan mengapa bimbingan kelompok
dilaksanakan serta menjelaskan aturan main yang akan diterapkan
dalam bimbingan kelompok ini. Jika ada masalah dalam proses
pelaksanaannya, mereka akan mengerti bagaimana cara
menyelesaikannya. Asas kerahasiaan juga disampaikan kepada
seluruh anggota agar orang lain tidak mengetahui permasalahan
yang terjadi pada mereka.
b. Tahap II Peralihan
Adapun yang dilaksanakan dalam tahap ini yaitu: 1)
Menjelaskan kegiatan yang akan ditempuh pada tahap berikutnya;
2)Menawarkan atau mengamati apakah para anggota sudah siap
menjalani kegiatan pada tahap selanjutnya; 3) Membahas suasana
yang terjadi; 4) Meningkatkan kemampuan keikutsertaan anggota;
5) Bila perlu kembali kepada beberapa aspek tahap pertama.
26
c. Tahap III Kegiatan
Tahap ini merupakan inti dari kegiatan kelompok. Ada
beberapa yang harus dilakukan oleh pemimpin dalam tahap ini,
yaitu sebagai pengatur proses kegiatan yang sabar dan terbuka,
aktif akan tetapi tidak banyak bicara, dan memberikan dorongan
dan penguasaan serta penuh empati.
Beberapa kegiatan yang dilaksanakan pada tahap ini, yaitu:
1. Masing-masing anggota secara bebas mengemukakan masalah
atau topik bahasan.
2. Menetapkan masalah atau topik yang akan dibahas terlebih
dahulu.
3. Anggota membahas masing-masing topik secara mendalam
dan tuntas
4. Kegiatan selingan.
Kegiatan tersebut dilakukan dengan tujuan terungkapnya
masalah dan terbahasnya masalah yang dikemukakan secara
mendalam dan tuntas. Seluruh anggota diharapkan mengikuti
kegiatan secara aktif dan dinamis dalam pembahasan baik yang
menyangkut unsur tingkah laku, pemikiran ataupun perasaan.
d. Tahap IV Pengakhiran
Pada tahap pengakhiran bimbingan kelompok, pokok utama
pada hasil yang telah dicapai oleh kelompok itu sehingga
27
mendorong kelompok itu harus melakukan kegiatan demi
mencapai tujuan bersama. Dalam tahap ini kelompok bersepakat
sampai kapan mereka berhenti melakukan kegiatan dan kemudian
bertemu kembali untuk melakukan kegiatan.
Beberapa kegiatan pada tahap ini, yaitu:
1. Pemimpin kelompok mengemukakan bahwa kegiatan akan
segera diakhiri.
2. Pemimpin dan anggota kelompok mengemukakan kesan dan
hasil-hasil kegiatan.
3. Membahas kegiatan lanjutan.
4. Mengemukakan pesan dan harapan.
Tujuan pada tahap ini anggota kelompok diharapkan
mampu menerapkan hal-hal yang dipelajari (dalam suasana
kelompok), pada kehidupan nyata sehari-hari, mendapat
kesempatan untuk menyumbangkan pikirannya dan memiliki rasa
tanggung jawab.
2.3 Kajian Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Giyanti (2003) tentang
motivasi belajar setelah mengikuti bimbingan kelompok motivasi belajar
siswa kelas VII E SMP N 1 Getasan, dari hasil penelitian ini diperoleh
p=0,001 < 0,050 artinya ada perbedaan yang signifikan antara kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol setelah diberi bimbingan motivasi belajar.
28
Riyanti (2000) tentang hubungan layanan bimbingan belajar dengan motivasi
belajar siswa kelas XI SMA Kristen 1 Salatiga, dari hasil penelitian diperoleh
(rxy=0,365**, p=0,000 < 0,001). Artinya terbukti secara empirik ada
koefisien korelasi sebesar 0,365 antara layanan bimbingan belajar dengan
motivasi belajar. Teki Margawati (2007) tentang meningkatkan motivasi
belajar melalui bimbingan kelompok siswa kelas VII B SMP N 3 Tuntang,
dari hasil penelitian diperoleh p=0,000 < 0,050 artinya kegiatan layanan
bimbingan kelompok berhasil meningkatkan motivasi belajar.
2.4 Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah Motivasi belajar
siswa meningkat melalui bimbingan kelompok pada siswa kelas VIII C SMP
Negeri 2 Pabelan, Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2011/2012.