Belajar dari PATCH ADAMS 0.docx

Embed Size (px)

Citation preview

Belajar dari PATCH ADAMS 0 Berdasarkan kisah nyata, film ini bercerita tentang Hunter "Patch" Adams, seorang mahasiswa kedokteran yang berusaha mencerahkan dunia kedokteran yang "dingin". Dokter-dokter yang kaku dan acuh tak acuh menggelitik Patch. Kebanyakan dokter hanya peduli dengan penyakit pasien. Menurut Patch, paham ini harus ditinggalkan. Arti sehat bukan hanya semata-mata bebas dari penyakit, melainkan juga kepenuhan atau kesejahteraan secara fisik, mental, dan sosial. Seharusnya dokter tidak hanya merawat penyakit, tetapi juga pasiennya. Apabila dokter memperhatikan aspek psikologis pasien, semangat hidup pasien akan timbul dan pasien akan lebih memperhatikan kesehatannya. Hal inilah yang mendorong Patch menggunakan metode "humor - humanisme". Ia berusaha membuat pasiennya senang dan nyaman.Dalam bukunya, House Calls, Adams mengatakan bahwa tujuan pertama yang harus dicapai setiap kali ada pasien yang datang adalah menjalin persahabatan. Pertemuan pertama bisa berlangsung antara 3 - 4 jam. "We might go for a walk. If you like to fish, maybe we will go fishing. If you like to run, we run together, and I'll interview you while we are running. By the end of that time, I hope we have a trust, a friendship starting to develop, and from there we can proceed." Mitch Roman, rekan Patch yang menentang pendekatan Patch, merasa frustrasi. Walaupun pengetahuan dan keahliannya menyembuhkan penyakit tidak diragukan, ia tidak dapat membuat pasiennya makan.Saya ingat dengan adegan ketika Patch, untuk pertama kalinya, ke rumah sakit yang dikelola kampusnya. Saat itu Patch dan temannya menyusup di antara mahasiswa kedokteran yang sedang melakukan kunjungan. Di depan mereka, seorang perempuan, yang kakinya hampir busuk akibat diabetes, sedang terbaring. Mahasiswa-mahasiswa kedokteran itu sibuk bertanya tentang penyakitnya kepada dokter senior. Perempuan tersebut tampak bingung, seolah bertanya "Apakah yang kalian pedulikan hanya penyakitku?" Berbeda dengan yang lainnya, Patch malah menanyakan namanya. Setelah itu, pasien tersebut tersenyum, seperti mengucap terima kasih, "akhirnya ada orang yang benar-benar peduli pada saya". Secara pribadi, adegan ini paling menyentuh saya. Hal kecil, seperti menanyakan nama, ternyata dapat membuat pasien merasa senang. Pasien tidak selalu hanya butuh janji apakah ia akan sehat. Sebuah perhatian dapat membuat harinya lebih cerah.Kritik kedua Patch terhadap dunia kedokteran adalah anggapan bahwa kematian adalah musuh yang harus dikalahkan. Kalah dan menang dokter ditentukan dari keberhasilannya menyembuhkan penyakit. Sedangkan Patch menganggap kematian sebagai hal yang tidak perlu ditakuti karena kematian merupakan proses alami dalam kehidupan. Manusia pada akhirnya akan mati. "Why can't we treat death with a certain amount of humanity and dignity, and decency, and God forbid, maybe even humor." ("Patch Adams", 1998). Apabila dokter memfokuskan dirinya untuk merawat pasien, tidak akan ada kekalahan.Kematian merupakan proses yang menakutkan. Pasien-pasien, terutama dalam kasus penyakit terminal, seringkali stres karenanya. Kadangkala pasien ini butuh membicarakan kematian dengan seseorang. Dalam film ini, ada seorang pasien bernama Bill Davis yang perangainya sangat buruk. Ia sering mengusir dokter dan perawat yang berkunjung ke kamarnya. Pada awalnya, Patch juga ditolaknya. Akan tetapi, ketika Patch mengajak Bill untuk membicarakan kematian, Bill merespon dengan cukup baik. Sejak saat itu, Bill mau menjalani perawatan dengan baik. Ini merupakan adegan kedua yang paling berkesan untuk saya. Patch berani mengambil resiko membicarakan topik yang dianggap paling tabu untuk dibicarakan dengan seorang pasien. Ternyata itulah yang dibutukan oleh pasien.Dalam film ini, Patch juga mengritik biaya rumah sakit yang terlalu mahal. Rumah sakit telah melupakan aspek kemanusiaan dan lebih mementingkan uang. Seorang ibu, yang anaknya baru meninggal, tidak boleh menengok anaknya sebelum menandatangani formulir. Keadaan seperti ini membuat masyarakat ragu untuk datang ke rumah sakit. Melihat keadaan ini, Patch mendirikan Gesundheit dimana pasien yang datang tidak perlu memusingkan soal biaya."All of life is a coming home" ("Patch Adams", 1998). Semua orang mencari rumah dalam perjalanan hidupnya. Tempat yang terbaik adalah rumah. Mengambil filosofi ini, Gesundheit dikondisikan seperti rumah. Orang-orang di dalamnya seperti keluarga. Masing-masing orang di sana, termasuk pasien, diwajibkan untuk saling merawat satu sama lain, seperti memasak, mengganti perban, ataupun mendengarkan keluh kesah. Semua orang saling membantu untuk meredakan "badai" dalam hati mereka.Secara keseluruhan, film ini ingin mengajak pelaku dunia pelayanan kesehatan untuk kembali kepada akarnya, yaitu untuk membantu orang. Akan tetapi film ini masih menyisakan pertanyaan dalam realitanya. Dalam dunia pelayanan kesehatan Indonesia, seringkali terdengar keluhan pelayanan rumah sakit yang kurang bermutu dan tidak profesional, atau kurang empati dalam melakukan program pelayanan kesehatan terutama di rumah sakit. Semoga saja pemerintah dan pelaku pelayanan kesehatan Indonesia mempunyai semangat seperti Patch yang senantiasa setia membantu orang lain dengan senyum dan harapan.

Saat ini, tidak sedikit dokter yang sangat tergantung dengan alat-alat kedokteran yang canggih untuk menjalani prakteknya. Ketika alat-alat itu tidak ada, maka otomatis mereka tidak bisa melakukan praktek kedokterannya dengan baik. Sungguh ironis memang melihat hal ini sudah semakin menggejala di kalangan praktisi kesehatan.

Seakan-akan, dunia kedokteran adalah dunia yang dipenuhi oleh alat-alat canggih yang dibeli dari milyaran rupiah uang rakyat. Dan lebih ironis lagi, tidak semua rakyat yang turut membayar lewat pajak- bisa menikmatinya.

Banyak cerita dokter-dokter baru yang ditempatkan di daerah terpencil sangat kesulitan mengembangkan kemampuannya dibandingkan ketika dia kuliah dulu di kota. Hal ini tak lain karena ketergantungan alat-alat kedokteran. Sehingga kemampuan asli dari si dokter ini tidak keluar.

Nah, buku ini mencoba memberikan pemahaman mengenai hal tersebut kepada praktisi kesehatan dan pasien mengenai pentingnya memurnikan kembali ajaran kedokteran ini.Siapa Patch Adams ?

Gaya ala Badutnya Selalu Mengundang Tawa

Dokter, aktivis sosial, badut profesional, diplomat rakyatm penulis, dan pendiri Gesundheit! Institute.

Hunter Campbell Patch Adams, atau biasa dipanggil Patch Adams saja, merupakan seorang dokter lulusan dari Medical College of Virginia, Health Science Divisions of Virginia Commonwealth University. Bisa dibilang sebagai dokter yang sangat eksentrik dengan ciri khasnya berupa hidung merah besar ala badut yang sering dikenakannya.

Sejak kuliah kedokterannya, ia termasuk orang yang anti kedokteran modern. Dimana pasien dilakukan bagai robot, dan meminta bayaran yang tinggi pula. Hal ini yang mengusik nurani Patch untuk mengubah itu semua. Mengembalikan seni ilmu kedokteran ke asalnya dimana rasa kasih sayang dan penuh perhatian diberikan kepada pasien.Perwujudan Mimpi seorang Patch Adams

Patch bersama rekannya telah membangun Gesundheit! Institute. Fasilitas kesehatan yang memiliki luas 147 hektar ini berada di Pocahontas County, West Virginia, Amerika Serikat.

Siapapun boleh datang kesini anak-anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang kaya (yang kekurangan rasa cinta di rumah sakit lainnya), para korban perang yang diabaikan oleh negara- dan kabar baiknya tidak dipungut bayaran alias gratis.

Gratis ? Ya, gratis. Patch ingin menunjukkan bahwa dengan tidak memungut bayaran, ia bisa memberikan cinta dan kasih sayang kepada para pasiennya. Memang sudah sepantasnya rumah sakit dan dokter tidak melibatkan bisnis dalam praktek kedokteran. Patch melihat hal itu sebagai hal yang salah.

Di Gesundheit, Patch tak hanya menyediakan fasilitas kesehatan, ia juga menyediakan sebuah lahan yang penuh dengan tanaman. Siapa saja boleh menanam dan memakannya. Para pasien boleh tinggal disitu dan bercocok tanam. Yang hasilnya bisa dimakan bersama-sama dengan pasien lainnya.

Tak ayal lagi, hal ini lah yang membuat banyak pasien sembuh. Rasa cinta dan penuh perhatian yang diberikan oleh seluruh praktisi kesehatan di Gesundheit membuat tubuh pasien menghasilkan kesembuhan yang alami.

Bagaimana seorang Patch Adams bisa mengumpulkan duit untuk menjalankan biaya operasionalnya ? Baca aja deh selengkapnya di buku. Pokoknya, sebuah cara yang sangat luhur. Wajib dituru oleh siapapun yang ingin membantu sesama.Cara Praktek yang Unik

Patch juga menyajikan sebuah praktik kedokteran yang berbeda. Ia mendatangi pasien-pasiennya dengan menggunakan sepeda beroda satu. Dengan pakaian badut dan hidung besar merahnya, membuat siapa saja pasti tertawa dan mampu melupakan sedikit rasa sakit yang dialaminya.

Patch juga sering melakukan kunjungan ke rumah pasiennya. Ia beranggapan kalau untuk menganalisa (anamnesis) penyakit seorang pasien tidak hanya bisa melalui wawancara dan pemeriksaan di ruang praktek saja.

Melalui kunjungan ke rumah, Patch bisa melihat dengan jelas gaya hidup seseorang, kebersihan lingkungannya, pola makan dan berbagai hal lainnya yang dapat menunjukkan sebab suatu penyakit timbul. Sehingga ia bisa memberikan masukan untuk mengobati penyakit dari sumbernya langsung.Sebuah Buku Wajib bagi Siapa SajaWalaupun sebagaian besar buku ini sangat bermanfaat untuk praktisi kesehatan (dokter, perawat, bidan, ahli kesehatan masyarakat), tetapi saya merekomendasikan buku ini untuk siapa saja.

Di bagian terakhir dari buku ini ada beberapa tips yang diberikan untuk seorang dokter, tenaga profesional di bidang perawatan kesehatan, mahasiswa kedokteran, bahkan hingga orang-orang diluar praktik kedokteran. Semua orang bisa melakukan perubahan untuk mewujudkan praktik kesehatan yang sebenarnya.

Jadi, segeralah pergi ke toko buku manapun dan temukan buku setebal 228 halaman ini. Dan saya yakin, anda akan berempati dengan apa yang dilakukan oleh seorang dokter eksentrik, Patch Adams, M.D.

http://www.wilihandarwo.com/2008/07/01/resensi-buku-patch-adams-menemukan-arti-sebenarnya-dari-praktek-kedokteran/

Cerita bermula pada seorang Patch yang penuh dengan masalah hidup, sehingga membuatnya harus menjalani terapi mental di rumah sakit jiwa. Namun, ia merasa tidak mendapatkan pemecahannya disana, karena para dokter dan pegawai rumah sakit jiwa tersebut bahkan tidak mau tahu keluhan para pasiennya. Sang Patch pun mulai berbuat onar dan dianggap semakin aneh oleh sang dokter. Titik balik perubahan Patch adalah saat suatu malam, Rudy, teman sekamarnya tidak bisa ke kamar mandi karena takut oleh tupai yang hanya ada di bayangannya (namanya saja orang gila). Rudy merasa bahwa di dalam kamarnya banyak tupai berkeliaran yang membuatnya tidak mau turun dari tempat tidur. Patch yang melihat kondisi ini, mencoba melihat dari sisi lain, dan berusaha melayani keluhan Rudy. Patch pun berakting seakan-akan memang ada banyak tupai di ruangan mereka, lalu mengeluarkan pistol (hanya tangannya yang dibentuk pistol) dan menembak tupai-tupai itu. perang pun terjadi melawan para tupai. Rudy yang merasa harus membantu teman sekamarnya, mulai turun dari kasur dan ikut berperang. Pada akhirnya, di bawah perlindungan Patch, Rudy berlari menuju kamar mandi untuk menuntaskan tanggungannya. Patch pun tampak senang, dan ia merasa, dengan membantu Rudy, ia telah berhasil melupakan masalah-masalahnya!Tidak puas sampai disana, Patch keluar dari rumah sakit jiwa itu, dan masuk ke Fakultas Patch kuliah. Menurut walcott, sangatlah tidak pantas jika seorang dokter harus sejajar, duduk sama rata dengan pasien. Apalagi menjadi teman mereka. Bagi Walcott, dokter adalah dokter, dan itulah yang dibutuhkan pasien, bukan seorang teman. Untungnya para perawat di rumah sakit itu, selalu senantiasa membantu Patch dalam melaksanakan misinya, karena mereka merasa terbantu dengan tingkah laku Patch.Kedokteran. Tujuannya terbesarnya adalah ingin menolong orang sebanyak mungkin. Patch membuat terobosan-terobosan yang tidak terduga, termasuk menyelinap ke rumah sakit untuk bertemu pasien-pasien disana (dalam peraturan fakultas, seorang mahasiswa baru bisa menghadapi pasien minimal tingkat 3). Patch berusaha membantu para pasien dengan menjadi teman baik mereka, memenuhi keinginan mereka, bahkan kalau perlu, menjadi badut yang siap menghibur mereka. Intinya, Patch ingin agar para pasien tidak berkonsentrasi pada penyakit yang dideritanya. Hal ini tentu mendapat tenangan dari Walcott, kepala rumah sakit yang sekaligus sebagai dekan tempat