31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula, dan pertumbuhan anak yang berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak, kebiasaan hidup dan lainnya. Nutrisi dan kesehatan anak sangat mempengaruhi perkembangan fisik anak dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Selama masa bayi dan balita, anak-anak dengan mudah beradaptasi dan mendekatkan diri kepada orang lain. Awal hubungan mereka mereka biasanya dengan orang tua dan anggota keluarga lain. Pada fase ini sangat tergantung pada pengasuh untuk mendapatkan makanan, pakaian, kehangatan, dan pengasuhan. Cara mengajarkan anak mengenal sesuatu dapat disesuaikan dengan perkembangan motorik anak sesuai dengan 1

Belajar Motorik Anak (Repaired)

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Belajar Motorik Anak (Repaired)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Perkembangan fisik atau jasmani anak sangat berbeda satu sama lain, sekalipun anak

tersebut usianya relatif sama, bahkan dalam kondisi ekonomi yang relatif sama pula, dan

pertumbuhan anak yang berbeda ras juga menunjukkan perbedaan yang menyolok. Hal ini

antara lain disebabkan perbedaan gizi, lingkungan, perlakuan orang tua terhadap anak,

kebiasaan hidup dan lainnya.

Nutrisi dan kesehatan anak sangat mempengaruhi perkembangan fisik anak dalam

menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Selama masa bayi dan balita, anak-anak

dengan mudah beradaptasi dan mendekatkan diri kepada orang lain. Awal hubungan

mereka mereka biasanya dengan orang tua dan anggota keluarga lain. Pada fase ini sangat

tergantung pada pengasuh untuk mendapatkan makanan, pakaian, kehangatan, dan

pengasuhan. Cara mengajarkan anak mengenal sesuatu dapat disesuaikan dengan

perkembangan motorik anak sesuai dengan umur mereka. Oleh karena itu kita perlu

memahami apa yang dimaksud dengan belajar motorik.

Belajar motorik adalah suatu proses perubahan perilaku pada diri sendiri yang

dilakukan secara sadar dan bersifat relatif permanen akibat latihan, pengalaman serta

kondisi lingkungan dalam bentuk keterampilan gerak yang timbul dari usaha yang berupa

kemauan dan motivasi. Pada dasarnya, perkembangan ini berkembang sejalan dengan

kematangan saraf dan otot anak. Sehingga, setiap gerakan sesederhana apapun, adalah

merupakan hasil pola interaksi yang kompleks dari berbagai bagian dan system dalam

tubuh yang dikontrol oleh otak.

1

Page 2: Belajar Motorik Anak (Repaired)

Perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

perkembangan individu secara keseluruhan. Keterampilan fisik yang dibutuhkan anak

untuk belajar gerak bisa dilatih di masa-masa awal perkembangan. Sangat penting untuk

mempelajari keterampilan ini dengan suasana yang menyenangkan, tidak berkompetisi

agar anak-anak mempelajari gerak dasar dengan senang dan merasa nyaman untuk ikut

berpartisipasi.

Viktor G. Simanjuntak (2008: 49) pola gerak dasar adalah bentuk gerakan-gerakan

sederhana yang bisa dibagi kedalam 3 bentuk gerak dasar sebagai berikut:

1. Gerak lokomotor (gerakan berpindah dari satu tempat ke tempat lain) dimana

bagian tubuh tertentu bergerak atau berpindah, misalnya: jalan, lari, dan lompat

2. Gerak non lokomotor (gerakan tidak berpindah tempat) dimana sebagian anggota

tubuh tertentu saja yang digerakkan tapi tidak berpindah tempat, misalnya:

mendorong, menarik, menekuk, memutar, dan lain-lain.

3. Gerak manipulatif, dimana ada sesuatu yang digerakkan, misalnya: melempar,

menangkap, memukul, menyepak dan gerakan lain yang

Perkembangan motorik meliputi motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar

adalah gerakan tubuh yang menggunakan otot-otot besar atau sebagian besar atau seluruh

anggota tubuh yang dipengaruhi oleh kematangan anak itu sendiri, misalnya kemampuan

untuk duduk, menendang, berlari dll, sedangkan motorik halus adalah gerakan yang

menggunakan otot halus atau sebagian anggota tubuh tertentu yang dipengaruhi oleh

kesempatan untuk belajar dan berlatih.

Tidak banyak orangtua yang mengerti bahwa keterampilan motorik kasar dan halus

seorang anak perlu dilatih dan dikembangkan setiap saat dengan berbagai aktivitas.

Pengembangan ini memungkinkan seorang anak melakukan berbagai hal dengan lebih

baik, termasuk di dalamnya pencapaian dalam hal akademis dan fisik.

2

Page 3: Belajar Motorik Anak (Repaired)

Banyak sekali teori-teori belajar yang dapat dihubungkan dengan belajar motorik

salah satunya adalah teori belajar behavior. Teori belajar motorik behavior adalah

perubahan perilaku keterampilan gerak yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara

konkret yang didapat dari percobaan-percobaan. Tokoh-tokoh aliran behaviorisme antara

lain: John B Waston, Ivan Petrovich Pavlov, Edward Lee Thorndike, Clark Leonard Hull,

Edwin Ray Gutrie, dan Bhrrhus Frederick Skinner. Setiap tokoh dalam aliran behaviorisme

beranggapan bahwa dalam pembelajaran yang terpenting adalah masukan (input) yang

berupa rangsangan (stimulus) dan produk/hasil (output) yang berupa tanggapan (respons),

namun masing-masing tokoh tersebut membahas dan menjabarkan teori behavior dengan

karakteristik tertentu.

Berdasarkan latar belakang ini, maka dianggap perlu untuk memahami konsep

pembelajaran gerak khususnya gerak lokomotor. Gerak lokomotor yang dikaji adalah

berjalan, lalu di analisis berdasarkan teori-teori pembelajaran yang dikemukakan oleh

Edward Lee Thorndike yang merupakan salah satu tokoh aliran behaviorisme yang

memiliki konsep tentang pembelajaran gerak.

B. Tujuan Makalah

Tujuan dalam pembuatan makalah ini adalah untuk dapat menganalisis gerak

lokomotor berjalan pada anak sehingga dapat diimplementasikan ketahap-tahap

perkembangan anak sesuai dengan konsep pembelajaran behavioresme yang dikemukakan

oleh Edward Lee Thorndike.

3

Page 4: Belajar Motorik Anak (Repaired)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Teori Pembelajaran Edward Lee Thorndike

Menurut Thorndike (Heri Rahyubi, 2012: 33) belajar merupakan peristiwa

terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan

respon (R). Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda

untuk mengaktifkan organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah

sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.

Thorndike memplokamirkan teorinya dalam belajar ia mengungkapkan bahwasanya

setiap makhluk hidup itu dalam tingkah lakunya itu merupakan hubungan antara stimulus

dan respon adapun teori thorndike ini disebut teori koneksionisme. Belajar adalah

pembentukan hubungan stimulus dan respon sebanyak-banyaknya. Dalam artian dengan

adanya stimulus itu maka diharapkan timbulah respon yang maksimal teori ini sering juga

disebut dengan teori trial and error dalam teori ini orang yang bisa menguasai hubungan

stimulus dan respon sebanyak-banyaknya maka dapat dikatakan orang ini merupakan

orang yang berhasil dalam belajar. Adapun cara untuk membentuk hubungan stimulus dan

respon ini dilakukan dengan ulangan-ulangan.

Dalam teori trial and error ini, berlaku bagi semua organisme dan apabila organisme

ini dihadapkan denagan keadaan atau situasi yang baru maka secara otomatis oarganisme

ini memberikan respon atau tindakan-tindakan yang bersifat coba-coba atau bias juga

berdasarkan naluri karena pada dasarnya disetiap stimulus itu pasti ditemukakn respon.

Apabila dalam tindakan-tindakan yang dilakukan itu menelurkan perbuatan atau tindakan

yang cocok atau memuaskan maka tindakan ini akan disimpan dalam benak seseoarang

atau organisme lainya karena dirasa diantatara tindakan-tindakan yang paling cocok adalah

4

Page 5: Belajar Motorik Anak (Repaired)

itu, selama yang telah dilalakukan dalam menanggapi stimulus dan situasi baru. Jadi dalam

teori ini pengulangan-pengulangan respon atau tindakan dalam menanggapi stimulus atau

situasi baru itu sangat penting sehingga seseorang atau organisme mampu menemukan

tindakan yang tepat dan dilakukan secara terus menerus agar lebih tajam dan tidak terjadi

kemunduran dalam tindakan atau respon terhadap stimulus. Teorinya Thorndike

mengemukakan tiga hukum dalam belajar, yaitu:

1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)

Yaitu semakin siap suatu organisme memperoleh suatu perubahan tingkah laku, maka

pelaksanaan tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga

asosiasi cenderung diperkuat.

2. Hukum Latihan (Law of Exercise)

Yaitu semakin sering tingkah laku diulang/ dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut

akan semakin kuat

3. Hukum Akibat (Law of Effect)

Yaitu hubungan stimulus respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan

dan cenderung diperlemah jika akibatnya tidak memuaskan.

4. Hukum Sikap ( Law of Attitude)

Hukum ini menjelaskan bahwa perilaku belajar gerak berjalan seseorang tidak hanya

ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan

yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi, sosial, maupun psikomotornya.

B. Gerak Lokomotor

Viktor G. Simanjuntak (2008: 49) pola gerak dasar adalah bentuk gerakan-gerakan

sederhana yang bisa dibagi kedalam 3 bentuk gerak dasar sebagai berikut:

1. Gerak lokomotor (gerakan berpindah dari satu tempat ke tempat lain) dimana

bagian tubuh tertentu bergerak atau berpindah, misalnya: jalan, lari, dan lompat

5

Page 6: Belajar Motorik Anak (Repaired)

2. Gerak non lokomotor (gerakan tidak berpindah tempat) dimana sebagian anggota

tubuh tertentu saja yang digerakkan tapi tidak berpindah tempat, misalnya:

mendorong, menarik, menekuk, memutar, dan lain-lain.

3. Gerak manipulatif, dimana ada sesuatu yang digerakkan, misalnya: melempar,

menangkap, memukul, menyepak dan gerakan lain yang

Hal yang sama juga dikemukakan Yudanto (2011: 6) terdapat tiga keterampilan

motorik dasar seseorang, yaitu: gerak lokomotor, non lokomotor, dan manipulatif.

Gerak lokomotor dapat diartikan sebagai gerak memindahkan tubuh dari satu tempat ke

tempat yang lain. Bentuk gerak lokomotor diantaranya berjalan, berlari, berjingkat

melompat dan meloncat, berderap, merayap dan memanjat.

Amalia (2010: 11) Gerak lokomotor juga dapat diartikan sebagai gerak

memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain seperti berjalan, lari,

lompat, dan loncat. Definisi gerak lokomotor juga dijelaskan oleh Asim (2005:

32) bahwa gerak lokomotor adalah gerak memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat

yang lain, baik secara horisontal maupun vertikal. Gerakan tersebut diantaranya jalan,

lari, lompat, loncat, jingkat, menderap, memanjat dan lain-lain.

Dari pendapat di atas dapat diartikan bahwa gerak lokomotor adalah merupakan

akivitas memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain, banyak contoh

gerak lokomotor salah satunya dalam hal ini adalah berjalan.

Berjalan menurut Viktor G. Simanjuntak (2008: 50) adalah aktivitas gerak

memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat yang lain, pada saat kaki melakukan

pergantian langkah salah satu kaki tetap menumpu pada dasar pijakan. Dengan konsep di

atas, berjalan dapat dilakukan dengan kaki, dengan tangan, dengan kaki dan tangan,

dengan tubuh; demikian juga arahnya, ke depan dan ke belakang, ke samping kiri dan

kanan, dalam hal usaha, bisa cepat, lambat, keras, perlahan, terhenti-henti, berkelanjutan;

6

Page 7: Belajar Motorik Anak (Repaired)

dalam hal keterhubungan, bisa di sekitar ruangan, di sekitar teman sendiri, melintasi atau

melangkahi alat, dan sebagainya.

Gambar 1. Contoh Gerakan Berjalan

C. Implementasi Teori Edward Lee Thorndike terhadap Gerak Lokomotor

Hery Rahyubi (2012: 34) Percobaan Thorndike yang terkenal dengan binatang coba

kucing yang telah dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya

dapat dibuka secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut

tersentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting and

conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan membuat salah.

Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut cenderung untuk meninggalkan

perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Setiap respons menimbulkan stimulus

yang baru, selanjutnya stimulus baru ini akan menimbulkan respons lagi, demikian

selanjutnya, sehingga dapat digambarkan sebagai berikut:

S R S1 R1

Dalam proses pembembelajaran gerak berjalan pada anak, keterampilan anak

tidak datang dengan sendirinya melainkan dengan proses pengulangan, hal ini sesuai

dengan pengertian belajar motorik yang dikemukakan Amung Ma’mun (2000: 3) belajar

gerak merupakan studi tentang proses keterlibatan dalam memperoleh dan

7

Page 8: Belajar Motorik Anak (Repaired)

Lama belajar Lama belajar

Nil

ai K

eber

hasi

lan

Nil

ai K

eber

hasi

lan

menyempurnakan keterampilan gerak sangat terkait dengan latihan dan pengalaman

individu bersangkutan. Hal ini dapat digambarkan dalam bentuk grafik di bawah ini:

Gambar 2. Kurva hasil belajar gerak

Jumlah keberhasilan akan meningkat setiap kali anak melakukan latihan, dan jumlah

kesalahan yang dilakukan akan berkurang ketika anak semakin terlatih. Berdasarkan

pendapat di atas belajar gerak berjalan selain proses dan tahap-tahap kematangan anak,

belajar berjalan harus dilakukan dengan berlatih secara berulang-ulang sehingga anak akan

mendapatkan stimulus-stimulus pada setiap respon geraknya.

5. Hukum kesiapan (Law of Readiness)

Sebelum membahas implementasi hukum kesiapan (Law of Readiness) ini, maka

terlebih dulu untuk mengetahui masa perkembangan anak. Selama setahun pertama, ada

tiga bulan yang sangat pesat perkembanganya, yaitu bulan ketiga, bulan keenam, dan bulan

kesepuluh, dalam bulan-bulan itu anak mengalami perkembangan yang maju dengan cepat.

Amalia (2010) urutan perkembangan metorik anak dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Bagian kepala

- Ocular melakukan gerakan : 4 minggu

- Sensum sosial : untuk menanggapin senyuman orang lain, 3 tiga bulan

8

Page 9: Belajar Motorik Anak (Repaired)

- Koordinasi mata : 4 bulan

- Menegakan kepala : dalam posisi tengkurap : 1 bulan, dalam posisi duduk 4

bulan

b. Bagian batang tubuh

- Membalik – dari miring ke terlentang : 2 bulan, dari terlentang ke miring : 4

bulan, lengkap : 6 bulan

- Duduk – menarik keposisi duduk : 4 bulan, dengan bantuan : 5 bulan, tampa

bantuan : 9 bulan

- Organ eminasi – pengendalian unsur : 2 bulan, pengendalian kandungan air seni

: 2-4 tahun

c. Tangan

- Gerakan bertahan : 2 minggu

- Mengisap jempol : 1 bulan

- Menggenggam dan menjangkau : 4 bulan

- Memegang dan menggenggam : 5 bulan

- Memungut benda dengan ibu jari : 8 bulan

d. Kaki

- Mengesot : 6 bulan

- Merangkak : 7 bulan

- Maju berlahan-lahan pada tangan dan lutut : 9 bulan, pada kedua tangan dan

kedua kaki : 10 tahun

- Berdiri dengan bantuan : 8 bulan, tanpa bantuan : 10 bulan

- Berjalan dengan bantuan : 11 bulan, tanpa bantuan : 12 – 14 bulan

9

Page 10: Belajar Motorik Anak (Repaired)

Setelah mengetahui urutan perkembangan motorik anak di atas, maka terlihat

tahapan atau masa belajar gerak berjalan pada anak, yaitu pada usia 6 bulan sampai 14

bulan, dimana tahapan belajar anak dimulai dari mengesot, merangkak, maju berlahan

dengan tangan dan lutut dan pada kedua tangan dan kaki, berdiri dengan bantuan, berjalan

dengan bantuan sampai saatnya berjalan tanpa bantuan.

Hal ini di tegaskan Sugiono dan Sudjarwo (1991: 16) perkembangan kemampuan

gerak berjalan berhubungan denga kekuatan kaki, keseimbangan dan koordinasi bagian-

bagian tubuh yang mendukung mekanisme keseimbangan. Kekuatan kaki diperlukan untuk

mendukung beban berat tubuh, dan keseimbangan diperlukan untuk menjaga tubuh agar

tidak roboh. Untuk menjaga keseimbangan pada saat memindahkan titik berat badan ke

kaki depan yang melangkah maka koordinasi antara kaki dengan anggota tubuh bagian atas

terutama tangan sangat diperlukan.

Dari pendapat di atas, kesiapan anak untuk melakukan gerak berjalan dapat terjadi

dengan kematangan usia. Pada saat kematangan usia ini, anak dapat melakukan tahapan-

tahapan berjalan. jika anak merasa senang atau tertarik pada belajar gerak berjalan ini,

maka ia akan cenderung mengerjakannya. Apabila hal ini dilaksanakan berulang-ulang.

Pada kematangan ia akan merasa puas dan belajar berjalan akan menghasilkan prestasi

memuaskan.

6. Hukum Latihan (Law of Exercise)

Menurut Viktor G. Simanjuntak (2008: 59) pada pertumbuhan gerak akan lebih

memungkinkan anak melakukan gerakan-gerakan yang lebih terampil dan gesit, antara lain

gerakan berjalan dan memegang. Setelah melewati masa ini lambat laun anak mampu

melakukan gerak berjalan dengan lebih lancar dan mampu bergerak lebih cepat.

10

Page 11: Belajar Motorik Anak (Repaired)

Berdasarkan pendapat di atas gerak berjalan dapat dilakukan oleh anak dengan

sendirinya apabila sudah pada masa tertentu, namun gerak berjalan sudah dapat dilatih

sejak anak berusia 6 bulan, hal ini sesuai yang dikemukakan Sugiono dan Sudjarwo di atas.

Pola perkembangan penguasaan atau latihan gerak berjalan menurut Viktor G.

Simanjuntak (2008: 59) adalah sebagai berikut:

a. Irama, gerakan yang cepat dan terkontrol, bisa dilakukan kapan saja sesuai dengan

irama yang dikehendaki. Dengan kata lain anak bisa melakukan dengan irama

lambat dan juga bisa cepat.

b. Bentuk gerakan kedua kaki yang melangkah tidak mengangkang mendekati garis

lurus, sudut kedua telapak kaki menyempit.

c. Ayunan langkah menjadi semakin otomatis, sudah mampu berjalan seperti gerakan

berjalan orang dewasa pada umumnya. Anak sudah mampu berjalan dengan ayunan

kaki dan berbelok ke arah yang dikehendaki dengan mudah.

Perkembangan kemampuan gerak berjalan berhubungan dengan peningkatan

kekuatan kaki, keseimbangan, dan koordinasi bagian-bagian tubuh yang mendukung

mekanisme keseimbangan. Kekuatan kaki diperlukan untuk mendukung beban berat tubuh,

dan keseimbangan diperlukan untuk menjaga tubuh agar tidak roboh. Untuk menjaga

keseimbangan pada saat memindahkan titik berat badan ke kaki depan yang melangkah

maka koordinasi antara kaki dengan anggota tubuh bagian atas terutama tangan sangat

diperlukan. Perkembangan positif dalam hal kekuatan kaki, keseimbangan, dan koordinasi

antara kaki dengan tubuh bagian atas sangat menunjang kemampuan anak melakukan

berbagai variasi. gerakan berjalan.

Dari uraian di atas, kita dapat memahami upaya dan bentuk latihan yang dapat

dilakukan pada anak agar mereka memiliki tingkat kemampuan gerak berjalan yang tinggi.

Beberapa contoh latihan gerak berjalan adalah dengan memapah anak, banyak orang tua

11

Page 12: Belajar Motorik Anak (Repaired)

yang mengajarkan anaknya berjalan dengan baby walker dan banyak lagi jenis dan alat

latihan untuk berjalan.

Viktor G. Simanjuntak (2008: 60) Setelah anak dapat berjalan dengan lancar,

latihan-latihan untuk melatih kematangan berjalan dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Jalan cepat

Jalan cepat adalah gerak melangkah ke depan sedemikian rupa tanpa terputus

hubungan dengan tanah. Artinya, setiap kali melangkah kaki depan harus menyentuh tanah

sebelum kaki belakang meninggalkan tanah. Pada periode melangkah di mana satu kaki

harus berada di tanah maka kaki tersebut harus lurus/lutut tidak bengkok dan kaki tumpu

dalam keadaan posisi tegak lurus.

Secara teknis beberapa hal yang dapat kita perhatikan berikut ini.

a. Togok

Pada waktu bergerak maju ada kecenderungan untuk lebih condong badannya ke

depan atau ke belakang. Oleh karena itu pertahankan badan sedemikian rupa

sehingga tegak. Pundak jangan terangkat dan waktu lengan mengayun. Jika ini

dilakukan maka akibatnya akan cepat melelahkan anggota badan bagian atas.

b. Kepala

Pada saat berjalan, posisi kepala menatap ke depan, namun sesekali boleh saja

menggelengkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, sebab gerakan demikian tidak

menganggu dari lajunya gerak jalan tersebut.

c. Kaki waktu melangkah

Kaki melangkah lurus ke depan satu garis dengan garis khayal dari badan

si pejalan/garis khayal di antara kedua ujung kaki dipertahankan (jari-jari) segaris,

tidak ke luar atau ke dalam. Pada saat menumpu, tumit harus menyentuh tanah

lebih dahulu terus bergerak ke arah depan secara teratur.

12

Page 13: Belajar Motorik Anak (Repaired)

d. Lengan dan bahu

Gerakan lengan mengayun dari muka ke belakang dan sikut ditekuk tidak kurang

90°. Kondisi ini harus dipertahankan dan ditambah dengan mengayunkannya

dengan rileks tanpa mengganggu keseimbangan.

b. Jalan di tempat

Gerakan jalan di tempat memberikan rangsangan kepada anak untuk mau

melakukan gerakan mengangkat lutut. Tujuan gerakan ini adalah memberikan rasa atau

irama langkah yang terkendali satu sama lain. Jalan di tempat ini juga dapat dilakukan

sambil bermain seperti bermain mengenal mata angin atau arah barat, utara, timur dan

selatan. Permainan ini juga sekaligus bisa memperkenalkan arah kanan, kiri dan

sebagainya.

c. Jalan mundur

Gerakan jalan mundur memberikan rangsangan untuk keseimbangan, melatih

feeling terhadap suatu kondisi, memberikan dan merangsang rasa kewaspadaan diri

terhadap lingkungan sekitar, serta menambah rasa percaya diri bagi petumbuhan mental

anak. Gerakan-gerakan ini dapat diberikan kepada anak-anak dalam bentuk bermain

perorangan maupun kelompok.

d. Jalan menyamping

Jalan menyamping dapat dilakukan oleh semua anak dengan berbagai variasi untuk

memupuk rasa percaya diri serta meningkatkan kematangan bergerak dalam berbagai

bentuk aktivitas anak. Kegiatan ini pun dapat dilakukan dengan menggunakan alas, atau

dapat pula dilakukan dalam bentuk permainan, baik itu satu-satu, dua-dua, tiga-tiga, dan

sebagainya.

13

Page 14: Belajar Motorik Anak (Repaired)

e. Jalan silang

Jalan silang dapat dilakukan dengan dua macam cara, yaitu jalan silang maju ke

depan dan jalan silang menyamping. Jalan silang ini memberikan kualitas atau tekanan

pada kaki khususnya pada persendian pinggul dan persendian lutut serta persendian pada

pergelangan kaki. Jalan silang ini merupakan upaya meningkatkan bobot jalan pada setiap

anak serta memberikan motivasi lain dengan gerakan tersebut. Kegiatan ini dapat

dilakukan dengan bermain, baik secara perorangan maupun secara kelompok.

6) Jalan jinjit

Jalan jinjit merupakan kontraksi dari otot kaki dengan bertumpu pada ujung

kaki/telapak kaki depan didukung dengan keluasan dari persendian pergelangan kaki.

Gerakan-gerakan ini memberikan rangsangan kekuatan pada tungkai kaki sehingga cepat

sekali melelahkan otot kaki. Jalan jinjit ini pun dapat dilakukan dengan cara bermain baik

itu secara perorangan maupun berkelompok, apakah permainan yang menggunakan alat

atau tanpa menggunakan alat.

7) Berjalan ke Depan

Pada waktu berjalan posisi badan tegak, dada dibuka, perut agak ditarik ke dalam

supaya rata, kepala tegak, pandangan ke depan. Tangan diayunkan dari belakang ke depan

lemas dengan siku agak dibengkokkan di samping badan. Mula-mula langkah kaki kiri ke

depan dengan ibu jari kaki kiri lurus dan lutut agak dibengkokkan, tangan kanan ayunkan

dari belakang ke depan, siku agak dibengkokkan, tangan kiri agak diayunkan ke belakang

dengan siku agak dibengkokkan. Setelah kaki kiri kontak dengan tanah/lantai, segera

langkahkan kaki kanan dari belakang ke depan kaki kiri, tangan kiri diayunkan dari

belakang ke depan dan tangan kanan diayunkan dari depan ke belakang, demikian

seterusnya. Hal yang perlu diperhatikan pada waktu melangkahkan kaki ke depan, yang

pertama kali terkena tanah adalah tumit, kemudian pindahkan berat badan melalui ibu jari

14

Page 15: Belajar Motorik Anak (Repaired)

kaki, serta telapak kaki lurus ke depan. Selain itu, waktu melangkah ibu jari kaki dibantu

dengan jari-jari kaki yang lainnya agak ditolakkan, dan gerakan melangkahnya dimulai

dari pangkal paha.

8) Berjalan ke Samping

Dari permulaan sikap berdiri tegak, langkahkan kaki kiri ke samping kiri, setelah

kaki kiri kontak dengan tanah segera kaki kanan langkahkan ke samping kiri dan rapatkan

pada kaki kiri, demikian seterusnya dan bila berjalan ke samping kanan langkahkan dulu

kaki kanan disusul dengan kaki kiri dilangkahkan ke samping kanan dan dirapatkan pada

kaki kanan, pandangan tetap ke depan.

Latihan sebaiknya dilakukan secara bervariasi sesuai dengan irama belajar anak dan

karakteristik anak. Pada dasarnya anak selalu ingin bermain, untuk itu sebaiknya latihan

dilakukan dengan cara bermain agar anak tidak merasa bosan waktu mengikuti latihan

berjalan tersebut.

7. Hukum Akibat (Law of Effect)

Sesuai dengan hukum akibat yang dikemukakan Thorndike, yaitu hubungan stimulus

respon cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah jika

akibatnya tidak memuaskan. Latihan gerak berjalan yang diberikan kepada anak harus

sesuai dengan keinginan atau irama belajar anak atau dengan kata lain latihan gerak

berjalan divariasikan dengan bermain sehingga pada melaksanakan latihan anak merasa

senang. Apibila anak merasa senang, maka anak akan dapat memahami atau menguasai

latihan yang diberikan tersebut.

8. Hukum Sikap ( Law of Attitude)

Hukum ini menjelaskan bahwa perilaku belajar gerak berjalan seseorang tidak hanya

ditentukan oleh hubungan stimulus dengan respon saja, tetapi juga ditentukan keadaan

yang ada dalam diri individu baik kognitif, emosi, sosial, maupun psikomotornya.

15

Page 16: Belajar Motorik Anak (Repaired)

            Terkadang anak sudah bisa melakukan gerakan berjalan akan tetapi ada juga anak

yang belum  bisa melakukan gerakan ini sama sekali. Untuk itu kita sebagai orang tua

seharusnya memantau perkembangan anak mereka dari berbagai aspek. Gerakan ini salah

satu termasuk dalam peranan pertumbuhan dan perkembangan anak, apabila pertumbuhan

dan perkembangan anak baik bisa dipastikan anak akan cepat untuk melakukan gerakan

berjalan ini.

Yudanto (2011) Berdasarkan hal tersebut diartikan bahwa selain faktor

keberhasilan latihan gerak berjalan di atas, terdapat faktor yang menghambat keberhasilan

gerak berjalan pada anak, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Keluarga

           Aktivitas gerak berjalan sangat dipengaruhi oleh kesempatan untuk melakukan

aktivitas fisik itu sendiri. Apabila usia dini selalu dikekang atau tidak diberi kesempatan

untuk melakukan aktivitas gerak, maka perkembangan  gerak berjalan pada anak akan

mengalami keterlambatan. Sebaliknya apabila anak diberikan kesempata untuk melakukan

aktivitas  anak menjadi berkembang tentunya dalam gerak dasar mereka terutama gerak

berjalannya. Perkambangan gerak berjalan ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan

keluarga. Dalam hal ini peran keluarga dan orang dewasa sangat penting. Biasanya orang

tua suka menggendong anaknya terutama pada anak pertamanya. Hal itu justru tidak baik

untuk perkembangan gerak khususnya kemampuan berjalannya. Seharusnya orang tua

harus memberikan fasilitas dan memberikan kesempatan untuk bergerak  kepada anak-

anaknya.

2. Asupan Gizi

Dengan adanya asupan gizi yang baik modal mereka untuk berkembangan semakin

baik, fungsi organ-organ tubuh akan baik dengan dukungan gizi. Kekurangan gizi, bisa

16

Page 17: Belajar Motorik Anak (Repaired)

mengakibatkan  daya tahan tubuh lemah dan rentan sakit. Bagaimana anak bisa

berkembangan dengan keadaan anak yang seperti ini.

3. Kesempatan untuk bergerak

            Perkembangan gerak anak juga ditentukan banyak atau tidaknya mereka dalam

melakukan aktivitas gerak. Seorang anak itu cenderung untuk bergerak tetapi orang tua

justru membatasi aktivitas mereka. Maksud mereka itu baik menjaga anak agar tidak

terluka, akan tetapi sikap mereka itu justru mengenghambat perkembangan gerak mereka.

Seiring berjalannya waktu teori Torndike mengalami revisi, hal ini dikemukakan

Heri Rahyubi (2012: 38) hukum belajar yang direvisi Thorndike antara lain hukum latihan

karena ditemukan pengulangan saja tidak cukup untuk memperkuat hubungan stimulus

respon, sebaliknya tanpa pengulanganpun hubungan stimulus respon belum tentu

diperlemah. Artinya ada juga kasus di mana seseorang mampu menguasai materi pelajaran

dengan baik tanpa proses pengulangan dan sebaliknya ada juga seseorang tetap saja tidak

mampu menguasai materi pelajaran dengan baik meskipun proses belajarnya telah diulang-

ulang. Tetapi Thorndike masih mempertahankan bahwa latihan mengarah kepada

peningkatan yang minor dan kurangnya latihan mengarah pada proses pelupaan.

Hukum akibat direvisi bahwa yang berakibat positif untuk perubahan tingkah laku

adalah hadiah, sedangkan hukuman tidak berakibat apa-apa. Dilanjutkan Heri Rahyubi

(2012: 38) respon yang diikuti kondisi yang menyenangkan bisa berakibat meningkatkan

kekuatan hubungan, sedangkan hukuman tidak berpengaruh terhadap kekuatan hubungan.

           

17

Page 18: Belajar Motorik Anak (Repaired)

BAB III

KESIMPULAN

Belajar menurut teori Thorndike merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi

antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R). Stimulus adalah

suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan

organisme untuk beraksi atau berbuat sedangkan respon dari adalah sembarang tingkah

laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.

Belajar motorik adalah suatu proses perubahan perilaku pada diri sendiri yang

dilakukan secara sadar dan bersifat relatif permanen akibat latihan, pengalaman serta

kondisi lingkungan dalam bentuk keterampilan gerak yang timbul dari usaha yang berupa

kemauan dan motivasi.

Gerak dasar adalah bentuk gerakan-gerakan sederhana yang bisa dibagi kedalam 3

bentuk gerak dasar sebagai berikut:

1. Gerak lokomotor (gerakan berpindah dari satu tempat ke tempat lain) dimana bagian

tubuh tertentu bergerak atau berpindah, misalnya: jalan, lari, dan lompat

2. Gerak non lokomotor (gerakan tidak berpindah tempat) dimana sebagian anggota

tubuh tertentu saja yang digerakkan tapi tidak berpindah tempat, misalnya:

mendorong, menarik, menekuk, memutar, dan lain-lain.

3. Gerak manipulatif, dimana ada sesuatu yang digerakkan, misalnya: melempar,

menangkap, memukul, menyepak dan gerakan lain yang

Impelemntasi gerak lokomotor dalam hal ini gerak berjalan adalah sesuai dengan

teori hukum Thorndike adalah sebagai berikut:

1. Hukum kesiapan (Law of Readiness)

2. Hukum Latihan (Law of Exercise)

18

Page 19: Belajar Motorik Anak (Repaired)

3. Hukum Akibat (Law of Effect)

4. Hukum Sikap (Law of Attitute)

Selain faktor keberhasilan latihan gerak berjalan, terdapat faktor yang menghambat

keberhasilan gerak berjalan pada anak, antara lain adalah sebagai berikut:

1. Keluarga

2. Asupan gizi

3. Kesempatan untuk bergerak.

19

Page 20: Belajar Motorik Anak (Repaired)

DAFTAR PUSTAKA

Amalia. (2010). Petunjuk pembelajaran gerak dasar lokomot r melalui bentuk-bentuk permainan. Malang: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang.

Asim (2005). Pengembangan riset dalam belajar motorik.. Malang: JIK FIP

Amung Ma’mun. (2000). Perkembangan gerak dan belajar gerak. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

Heri Rahyubi. (2012). Teori-teori belajar dan aplikasi pembelakaran motorik. Bandung: Nusa Media

Soetjiningsih. (2002). Tumbuh Kembang Anak. Surabaya: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Suyono dan Hariyanto (2011). Belajar dan pembelajaran: Teori dan konsep dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Victor G Simanjuntak, dkk (2008). Pendidikan jasmani dan kesehatan. Jakarta: Departemen Jendral Pendidikan Tiggi: Departemen Pendidikan Nasional.

Yudanto. (2011). Stimulasi gerak dasar siswa sekolah dasar kelas bawah. Yogyakarta: Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.

20