Upload
auditya-widyasari
View
62
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
bengkak seluruh tubuh
Citation preview
Bengkak Seluruh TubuhBLOK GINJAL DAN SALLURAN KEMIH
Kelompok A-19
Kelompok : A-19
Ketua : Auditya Widyasari 1102013047
Sekretaris : Astrindita Ayu Wirasti 1102013046
Anggota : Adi Wibowo 1102011006
Fitri Rahmadani 1102012090
Abdul Rahman 1102011001
Belladina Mayyasha M 1102013055
Dara Lalita Darmestari 1102013068
Engkay Abu Bakar 1102013097
Fahimah Prasasya 1102013102
Bengkak Seluruh Tubuh
Seorang anak laki-laki berusia 6 bulan, dibawa ibunya ke dokter karena bengkak seluruh tubuh. Keluhan juga disertai dengan BAK menjadi jarang dan tampak keruh. Sebelum sakit, nafsu makan pasien baik. Pasien mengalami radang tenggorokan 2 minggu yang lalu, sudah berobat ke dokter dan dinyatakan sembuh. Riwayat sakit kuning sebelumnya disangkal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan KU: komposmentis, tekanan darah 110/70 mmHg, denyut nadi 100x/menit, suhu 37◦C, frekuensi napas 24x/menit. Didapatkan bengkak pada kelopak mata, tungkai dan kemaluan. Pada abdomen didapatkan asites. Jantung dan paru dalam batas normal. Pemeriksaan urinalisis didapatkan proteinuria dan hematuria.
SASARAN BELAJAR
LI 1.Memahami dan Menjelaskan Anatomi Sistem Urinarius.
LO 1.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopis
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mikroskopis
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Sistem Urinarius.
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Sindrom Nefrotik
LO 3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Sindrom Nefrotik
LO 3.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Sindrom Nefrotik
LO 3.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Sindrom Nefrotik
LO 3.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Sindrom Nefrotik
LO 3.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Sindrom Nefrotik
LO 3.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Sindrom Nefrotik
LO 3.7 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Sindrom Nefrotik
LO 4.8 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Sindrom Nefrotik
LO 4.9 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Sindrom Nefrotik
LI 5. Memahami dan Menjelaskan Fikih terhadap Urin, Darah dan Thaharah
1.Memahami dan Menjelaskan Anatomi Sistem Urinarius.1.1 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Makroskopis
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati.
Kutub atas ginjal kanan terletak setinggi iga keduabelas, sedangkan ginjal kiri terletak setinggi iga kesebelas.
Pada orang dewasa, panjang ginjal sekitar 12-13 cm, lebarnya 6 cm, tebal 2,5 cm dan beratnya ± 140 gram ( pria=150 – 170 gram, wanita = 115-155 gram).
Sintopi GinjalRen DextraAnterior PosteriorFlexura coli dextraColon ascendensDuodenum (II)Hepar (lob. dextra)Mesocolon transversum
M. psoas dextraM. quadratus lumborum dextraM. transversus abdominis dextraN. subcostalis (VT XII) dextraN. ileohypogastricus dextraN. ileoinguinalis (VL I) dextraCostae XII dextra
Ren Sinistra
Anterior Posterior
Flexura coli sinistraColon descendensPancreasPangkal mesocolon transversumLienGaster
M. psoas sinistraM. quadratus lumborum sinistraM. transversus abdominis sinistraN. subcostalis (VT XII) sinistraN. ileohypogastricus sinistraN. ileoinguinalis (VL I) sinistraPertengahan costae XI & XII sinistra
Vaskularisasi Ginjal Dari Aorta Abdominalis arteri renalis sinistra & dextra a.segmentalis(a.lobaris) a.interlobaris
a.arquata a.interlobularis a.afferen msk ke Glomerulus (Capsula Bowman), disini terjadi filtrasi darah.
Sebagian hasil ekskresi (urin) dikeluarkan melalui tubuli (papilla renalis) calyx minor calyx major pelvis renalis ureter
Selanjutnya darah pada cortex dikembalikan melalui : Dari Cortex a.efferen v.interlobularis v.arquata v.interlobaris (v.lobaris) v.segmentalis
v.renalis sin & dex vena cava inferior, masuk ke atrium dextra
Inervasi Plexus symohaticus renalis Serabut afferent melalui plexus renalis menuju medulla spinalis n.thoracalis X,XI,XII
Pembuluh lymph Mengikuti V.renalis melalui nl.aorta lateral,sekitar pangkal A.
Pelvis Berbentuk corong dan keluar dari ginjal melalui hillus renalis dan menerima dari calix major. Perdarahan : diperdarahi oleh Arteri renalis cabang aorta abdominalis, Arteri Testicularis cabang
aorta abdominalis, Arteri Vesicalis superior cabang dari A. Illiaca interna. Persarafan : dipersarafi oleh plexus renalis, Nervus Testicularis, Nervus Hypogastricus.
LO 1.2 Memahami dan Menjelaskan Anatomi Mikroskopis
Apparatus Jugsta Glomerularis
Apparatus Jugsta Glomerularis berfungsi mengatur sekresi renin dan terletak di polus vascularis. Apparatus jugsta glomerularis terdiri dari:
Macula Densa
Bagian dari tubulus distal di cortex berjalan diantara vas afferent dan vas efferent dan menempel ke renal corpuscle
Sel dinding tubulus distal pada sisi yg menempel pada renal corpuscle,menjadi lebih tinggi dan tersusun rapat
Sel Jugsta Glomerularis
Merupakan perubahan sel otot polos tunika media dinding arteriol afferen menjadi sel sekretorik besar bergranula. Granula sel ini berisikan rennin
Sel Polkissen/Lacis/Mesangial Extra Glomerularis Terdapat diantara makula densa, vas afferen dan vas efferen Bentuk gepeng, panjang, banyak prosesus sitoplasma halus dg
jalinan mesangial. Berasal dari mesenchyme, mempunyai kemampuan fagositosis
Tubulus Kontortus Proksimal
• Dinding dibentuk oleh epitel selapis kubis
• Batas-batas sel tidak jelas
• Inti bulat, letak berjauhan
• Sitoplasma asidofil (merah)
• Mempunyai mikro vili pada permukaan sel
• Diameter kurang lebih 65 mm
• Microvili sel dinding tubulus proximal memberikan gambaran “brush border”
• Memperluas permukaan absorbsi
• Fungsi: reabsorbsi 75% ion dan air dari filtrat glomerulus.
Tubulus Kontortus Distal
Epitel selapis kubis
Batas-batas sel lebih jelas
Inti bulat, letak agak berdekatan
Sitoplasma basofil (biru)
Tidak mempunyai brush border
Reasorpsi ion Na dan sekresi K untuk pengaturan asam basa.
Ansa Henle Segmen Tebal Pars Descendens
• Mirip tubulus proksimal, tetapi diameternya lebih kecil dan dindingnya lebih tipis
• Selalu terpotong dalam berbagai bidang potongan
• Didaerah medula, disekitarnya tidak terlihat glomerulus
Ansa Henle segmen tipis
– Diameter 12µ
– Dinding berupa epitel selapis gepeng
– Tersusun oleh 2 sampai 5 sel
– Mirip pembuluh kapiler darah, epitelnya lebih tebal, sehingga sitoplasma lebih jelas terlihat
– Didalam lumennya tidak terdapat sel-sel darah
– Untuk pemekatan urin
Ansa Henle Segmen Tebal Pars Ascendens
Mirip tubulus kontortus distal, diameternya lebih kecil dan dindingnya lebih tipis
Reabsorpsi Na, pemekatan urin terakhir
Duktus Koligens
• Saluran besar, 40 - 200µ
• Kelanjutan tubulus distal
• Dinding dibentuk oleh sel kubis sampai torak rendah, jernih, hampir tidak mengambil zat warna (clear cells)
• Permukaan sel menonjol ke lumen
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi Sistem Urinarius.
Fungsi spesifik ginjal bertujuan mempertahankan cairan ekstrasel (CES) yang konstan.
Mempertahankan imbangan air seluruh tubuh; mempertahankan volume plasma yg tepat mll pengaturan ekskresi garam dan air ⇒ pengaturan tekanan darah jangka panjang.
Mengatur jumlah &kadar berbagai ion dalam CES, spt: ion Na+, Cl-, K+. HCO3-. Ca2+. Mg2+, SO42-, PO43-, dan H+ mengatur osmolalitas cairan tubuh.
Membantu mempertahankan imbangan asam-basa dengan mengatur kadar ion H+ dan HCO3-
Membuang hasil akhir dari proses metabolisme, seperti: ureum, kreatinin, dan asam urat yg bila kadarnya meningkat di dlm tubuh dapat bersifat toksik.
Menghasilkan beberapa senyawa khusus:
Eritropoietin: hormon perangsang kecepatan pembentukan, pemarangan & penglepasan eritrosit
Renin: enzim proteolitik yg berperan dlm pengaturan volume ces tekanan darah
Kalikrein: enzim proteolitik dlm pembentukan kinin, suatu vasodilator
Beberapa macam prostaglandin & tromboksan: derivat asam lemak yg bekerja sbg hormon lokal; prostaglandin e2 & i1 di ginjal menimbulkan vasodilatasi, ↑ ekskresi garam & air, & merangsang penglepasan renin; tromboksan bersifat vasokonstriktor.
Melakukan fungsi metabolic khusus:
Mengubah vitamin D inaktif menjadi bentuk aktif (1,25-dihidroksi-vitamin D3), suatu hormon yg merangsang absorpsi kalsium di usus
Sintesis amonia dari asam amino → untuk pengaturan imbangan asam-basa
Sintesis glukosa dari sumber non-glukosa (glukoneogenesis) saat puasa berkepanjangan
Menghancurkan/menginaktivasi berbagai hormon, spt: angiotensin II, glukoagon, insulin, & hormon paratiroid
Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Urin
1. Hormon
a. ADH
b. Aldosteron
c. Prostaglandin
d. Glukokortikoid
e. Renin
2. Zat - zat diuretik
3. Suhu internal atau eksternal
4. Konsentrasi Darah
5. Emosi
Fisiologi
Filtrasi
Rearbsorpsi Tubulus
Sekresi Tubulus
http://callmethedoctor.co.uk/wp-content/uploads/2012/09/Kidney3.png
LI 3. Memahami dan Menjelaskan Sindrom NefrotikLO 3.1 Memahami dan Menjelaskan Definisi Sindrom Nefrotik
Kondisi klinis yang ditandai dengan proteinuria berat, terutama albuminuria (>1 g/m2/24jam). Hipoproteinuria (albumin serum <2,5 g/dl) edema, dan hiperkolesterolemia (>250 mg/dl). Berdasarkan penyebab, sindrom nefrotik pada anak dapat dibagi menjadi sindrom nefrotik kongenital, primer (idiopatik), atau sekunder.
LO 3.2 Memahami dan Menjelaskan Etiologi Sindrom Nefrotik
Congenital Nephrotic Syndrome
Sindrom nefrotik muncul dalam 3 bulan pertama kehidupan disebut sindrom nefrotik sebagai bawaan (SSP).
Secara klinis sindrom nefrotik dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1. Sindrom nefrotik primer
2. Sindrom nefrotik sekunder
LO 3.3 Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Sindrom Nefrotik
Secara etiologi dan histopatologi sindrom nefrotik secara garis besar dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Sindrom nefrotik primer
2. Sindrom nefrotik sekunder
Tabel 1. Klasifikasi kelainan glomerulus pada sindrom nefrotik primer1. Kelainan minimal (KM)
2. Glomerulosklerosis (GS)
Glomerulosklerosis fokal segmental (GSFS)
Glomerulosklerosis fokal global (GSFG)
3. Glomerulonefritis proliferatif mesangial difus (GNPMD)
4. Glomerulonefritis proliferatif mesangial difus eksudatif
5. Glomerulonefritis kresentik (GNK)
6. Glomerulonefritis membrano-proliferatif (GNMP)
GNMP tipe I dengan deposit subendotelial
GNMP tipe II dengan deposit intramembran
GNMP tipe III dengan deposit transmembran/subepitelial
7. Glomerulopati membranosa (GM)
8. Glomerulonefritis kronik lanjut (GNKL)
Sementara itu, berdasarkan histopatologis, Churk dkk membagi sindrom nefrotik primer menjadi empat, yaitu:
a. Kelainan minimal
Gambar 1. Gambaran histopatologis sindrom nefrotik primer jenis kelainan minimal.
b. Nefropati membranosa
Gambar 2. Gambaran histopatologis sindrom nefrotik primer jenis glomerulopati membranosa.
c. Glomerulonefritis proliferative
d. Glomerulosklerosis fokal segmental
Gambar 3. Gambaran histopatologis sindrom nefrotik primer jenis glomerulosklerosis fokal segmental.
LO 3.4 Memahami dan Menjelaskan Patofisiologi Sindrom Nefrotik
Reaksi antigen antibody menyebabkan permeabilitas membrane basalis glomerulus meningkat dan diikuti kebocoran sejumlah protein (albumin).Tubuh kehilangan albumin lebih dari 3,5 gram/hari menyebabkan hipoalbuminemia, diikuti gambaran klinis sindrom nefrotik seperti sembab, hiperliproproteinemia dan lipiduria.
Proteinuria
Sindrom nefrotik merupakan tanda patognomonik dari kelainan glomerulus. Pada kelainan glomerulus, terjadi kerusakan membrane basal glomerulusndan sel podosit. Akibatnya albumin yang bermuatan negative dapat melewati membrane basal gromerulus dan celah-celah yang terbentuk antar sel podosit. Celah antar sel podosit inilah yang diperkirakan menyebabkan proteinuria masif.
Hipoalbuminemia
Merupakan konsekuensi dari hilangnya albumin melalui urin. Terjadi mekanisme kompensasi oleh hepar dengan meningkatkan sintesis albumin. Namun pada pasien nefrotik, mekanisme kompensasi ini menumpul sehingga kadar albumin semakin turun.
Edema
Rendahnya kadar albumin menurunkan tekanan onkotik plasma sehingga terjadi transudasi dari pembuluh darah ke ruangan ekstraselular.
Adanya defek sekresi natrium oleh ginjal sehingga menyebabkan tekanan darah meningkat. Tekanan darah tinggi serta tekanan onkotik yang rendah memprovokasi transudasi cairan ke ruang ekstraselular.
Teori underfilled
Kelainan glomerulus
Albuminuria
Hipoalbuminemia
Tekanan onkotik hidorpatik koloid plasma
Volume plasma
Retensi Na renal sekunder
Edema
Teori Overfilled
Kelainan glomerulus
Retensi Na renal primeri Albuminuria
Hipoalbuminemia
Volume plasma
Edema
Hiperlipidemia. Beberapa mekanisme yang menyebabkan abnormalitas lipid pada pasien:
Peningkatan sintesis LDL, VLDL dan Lp(a) oleh hepar akibat hipoalbuminemia,
Defek pada lipoprotein lipase perifer sehingga meningkatkan kadar VLDL.
Hilangnya HDL melalui urin.
LO 3.5 Memahami dan Menjelaskan Manifestasi Klinis Sindrom Nefrotik
Proteinuria masif >3,5 g/24 jam
Hiperlipidemia
Edema anasarka
Hipoalbuminemia <3,5 g/dL
Lemas, urin yang berbusa, kehilangan nafsu makan
Kadang ditemukan hipertensi
Garis putih pada kuku (Muehrcke’s band) merupakan tanda hipoalbuminemia.
Edema anasarka (generalisata) menyebabkan pertambahan berat badan
Pada urinalisis dapat ditemukan oval fat bodies.
LO 3.6 Memahami dan Menjelaskan Diagnosis dan Diagnosis Banding Sindrom Nefrotik
ANAMNESIS
Keluhan yang sering ditemukan adalah bengkak di ke dua kelopak mata, perut, tungkai, atau seluruh tubuh dan dapat disertai jumlah urin yang berkurang. Keluhan lain juga dapat ditemukan seperti urin berwarna kemerahan.
PEMERIKSAAN FISIK
Pada pemeriksaan fisik sindrom nefrotik dapat ditemukan edema di kedua kelopak mata, tungkai, atau adanya asites dan edema skrotum/labia. Kadang-kadang ditemukan hipertensi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Urinalisis dan bila perlu biakan urin.
Protein urin kuantitatif, dapat berupa urin 24 jam atau rasio protein / keriatinin pada urin pertama pagi hari.
Pemeriksaan darah antara lain Darah tepi lengkap (hemoglobin, leukosit, hitung jenis, trombosit, hematokrit, LED)
Kadar albumin dan kolesterol plasma
Kadar ureum, kreatinin, serta klirens kreatinin dengan cara klasik atau dengan rumus Schwartz
Kadar komplemen C3 bila dicurigai Lupus Eritematosus sistemik, pemeriksaan ditambah dengan komplemen C4, ANA (Anti nuclear antibody) dan anti ds-DNA
DIAGNOSIS BANDING
Proteinuria transien, terjadi akibat latihan fisik hebat.
Proteinuria prostural(ortostatik), proteinuria ringan yang terjadi sewaktu pasien berubah posisi dari berbaring menjadi berdiri.
Proteinuria glomerular, kondisi ringan (<0,5/g/m2/hari) sering disebabkan oleh pielonefritis, penyakit kistik ginjal, uropati obstruktif, dan glomerulonefritis ringan.
Glomerulonefritis kronis eksaserbasi akut
Purpura Henoch-Schonlein
Hematuria idiopatik
Nefropati IgA
Sindroma Alport’s
LO 3.7 Memahami dan Menjelaskan Penatalaksanaan Sindrom Nefrotik
Suportif
Tirah baring pada kasus edema anasarka.
Pemberian diet protein normal (1,5-2g/KgBB/hari)
Diet rendah garam (1-2g/hari)
Diuretik: furosemid 1-2 mg/KgBB/hari.
Pemberian antihipertensi dipertimbangkan bila disertai hipertensi.
Pada kasus edema refrakter, syok, atau kadar albumin ≤ 1g/dL dapat diberikan albumin 20-25% dengan dosis 1g/KgBB selama 2-4jam. Sedangkan apabila kadar albumin 1-2g/dL, dapat dipertimbangkan pemberian albumin dosis 0,5/KgBB/hari.
Medikamentosa
Prednison dengan dosis awal 60mg//hari atau 2 mg/KgBB/hari, diberikan dengan dosis terbagi 3, selama 4 minggu.
Apabila terjadi remisi (proteinuria negatif 3 hari berturut-turut), pemberian dilanjutkan dengan 2/3 dosis awal (40mg//hari, maksimum 60mg/hari) dosis tunggal pagi selama sehari (alternating dose) selama 4 minggu. Total pengobatan menjadi 8 minggu.
Apabila terjadi relaps, berikan prednison 60mg//hari sampai terjadi remisi (maksimal 4 minggu), dilanjutkan 2/3 dosis awal (40mg//hari) secara alternating selama 4 minggu. Pemberian prednison jangka panjang dapat menyebabkan efek samping hipertensi.
Apabila sampai 4 minggu pengobatam steroid dosis penuh belum juga terjadi remisi, maka disebut steroid resisten. Kasus dengan steroid resisten atau toksik resisten , diterapi menggunakan imunosupresan seperti siklofosfamid peroral berat badan tanpa edema. Pemberian siklofosfamid dapat mnyebabkan efek sampng depresi sumsum tulang (apabila leukosit <3000/µl, terapi dihentikan).
LO 4.8 Memahami dan Menjelaskan Komplikasi Sindrom Nefrotik
LO 4.9 Memahami dan Menjelaskan Prognosis Sindrom Nefrotik
Prognosis umumnya baik, kecuali pada keadaan-keadaan sebagai berikut:
Menderita untuk pertama kalinya pada umur di bawah 2 tahun atau di atas enam tahun.
Disertai oleh hipertensi.
Disertai hematuria.
Termasuk jenis sindrom nefrotik sekunder.
Gambaran histopatologik bukan kelainan minimal.
Angka kejadian relaps SN pada anak yang responsif terhadap steroid berkisar 60-80%. Namun angka relaps tersebut semakin kecil seiring bertambah usia anak.
LI 5. Memahami dan Menjelaskan Fikih terhadap Urin, Darah dan Thaharah
Air kencing (manusia) itu najis, dan wajib mensucikan tempat yang mengenainya baik itu badan, pakaian, wadah, tanah, atau selainnya.
Cara mensucikan air kencing yang ada di tanah adalah menyiramkannya dengan air, dan tidak disyaratkan memindahkan debu dari tempat itu baik sebelum menyiramnya maupun setelahnya. Hal serupa (penyuciannya) dengan air kencing adalah (penyucian) najis-najis lainnya, dengan syarat najis-najis tersebut tidak berbentuk padatan.
Fikih Terhadap Darah
Darah Haid
Untuk darah haidh sudah dijelaskan bahwa darah tersebut adalah darah yang najis. Dalil yang menunjukkan hal ini, dari Asma’ binti Abi Bakr, beliau berkata, “Seorang wanita pernah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata, “Di antara kami ada yang bajunya terkena darah haidh. Apa yang harus kami perbuat?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab, “Gosok dan keriklah pakaian tersebut dengan air, lalu percikilah. Kemudian shalatlah dengannya.” (HR. Bukhari no. 227 dan Muslim no. 291)
[2] Darah manusia
Untuk darah manusia, mengenai najisnya terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama. Mayoritas ulama madzhab menganggapnya najis. Dalil mereka adalah firman Allah Ta’ala,
[ٌس]ِر_ْجaُهc _َّن [ِز_يِرhَفfِإ ْن fْح[َمfِخ_ ْو[َلf اَأ sوًحaُف ْو[َدfَمsاَمfْس[
f fًةsَأ [َت fَمfْي aوَّن fُك [ْي َّنf _الَأ fْط[َعfَمaُهaِإ َمhْي fىْطfاِع_ َمsاِعfَل cِرfْحaَمc fْي _َل fِإ ْي aْوًح_ ْج_ُدaَف_ْيَمfاَأ
f [الَأ ُقaَل
“Katakanlah: “Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaKu, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi – karena sesungguhnya semua itu kotor.” (QS. Al An’am: 145).Para ulama tersebut menyatakan bahwa karena dalam ayat ini disebut darah itu haram, maka konsekuensinya darah itu najis.
[3] Darah dari hewan yang halal dimakan
Pembahasan darah jenis ini sama dengan pembahasan darah manusia di atas, yaitu tidak ada dalil yang menyatakan bahwa darah tersebut najis. Maka kita kembali ke hukum asal bahwa segala sesuatu itu suci.
Ada riwayat dari Ibnu Mas’ud yang menguatkan bahwa darah dari hewan yang halal dimakan itu suci. Riwayat tersebut,
] ْأ cَّضfوf fَت fَم[ْي fْح[ِر_َهfاْوfَل ِر_َّن ]وfَدfَم�َم_ْنَجfِز[ ٌث _ُه_ُفfِر[ fْط[ْن fىَب َعaو[َدhْوfِعfَل aَمfْس[ [ْن cىَب َصfَل
“Ibnu Mas’ud pernah shalat dan di bawah perutnya terdapat kotoran (hewan ternak) dan terdapat darah unta yang disembelih, namun beliau tidak mengulangi wudhunya.”[15]