Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pemberian urea 3 dan

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    1/67

    ZAT EKSTRAKTIF KAYU RARU DAN PENGARUHNYA

    TERHADAP PENURUN KADAR GULA DARAH

    SECARAIN VITRO

    GUNAWAN TRISANDI PASARIBU

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    2/67

    2

    PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

    SUMBER INFORMASI

    Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Zat Ekstraktif Kayu Raru dan

    Pengaruhnya Terhadap Penurun Kadar Gula Darah Secara In Vitro adalah karya

    saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk

    apa pun kepada perguruan tinggi dimana pun. Sumber informasi yang berasalatau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

    telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

    akhir tesis ini.

    Bogor, Agustus 2009

    Gunawan Pasaribu

    NRP E251070071

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    3/67

    3

    ABSTRACT

    GUNAWAN TRISANDI PASARIBU. The Wood Extractives of Raru and Its

    Influences on Reducing Blood Sugar Level by In Vitro Testing. Under direction

    of WASRIN SYAFII and LATIFAH K. DARUSMAN

    Raru stem barks are widely used as additional materials of nira (sugar palm) in

    order to make them more durable and to enrich the taste of toddy traditional

    beverages such as tuak (Bataks beverages). The traditional knowledge from

    Sumatra reported that raru could reduce the blood sugar level. The aim of this

    research is to acquire the effectiveness of raru stem bark extractives on reducingblood sugar level by evaluated the inhibition of alpha glucosidase activity. Then

    isolated and identified compounds of raru stem barks extract which has

    antidiabetic properties by in vitro testing. There are four species of raru founded

    from exploration in five locations in Sumatra i.e. Cotylelobium melanoxylon

    Pierre, Shorea balanocarpoides Sym, Cotylelobium lanceolatum Craib, and

    Vatica perakensisKing. All of the raru species contained flavonoid, saponin and

    tannin, and the crude extract obtained from reflux and maceration method has

    been able to inhibited alpha glucosidase 88 to 97%. From the screening step,Shorea crude extract had the best performance, equivalent with the inhibition

    activity of patented drug -Glucobay- 97%. The maximum spectrum of bioactive

    component gained from UV-Vis spectroscopy of Shorea was 288.6 nm. Infra red

    spectrum could identified the aromatic functional group were -OH, C-H, C=C, C-

    O and C-H. GCMS spectroscopy showed the molecule weight was 390, and the

    molecule formula was C20H22O8. Based on those spectroscopy data and Nuclear

    Magnetic Resonance analysis, the plausible compound was 4-Glucosyl-3, 4, 5-

    trihydroxystilbene.

    Key words: Raru, stem bark, extractives, antidiabetic, alpha glucosidase

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    4/67

    4

    RINGKASAN

    GUNAWAN TRISANDI PASARIBU. Zat Ekstraktif Kayu Raru dan

    Pengaruhnya Terhadap Penurun Kadar Gula Darah secara In Vitro. Dibimbing

    oleh WASRIN SYAFII dan LATIFAH K. DARUSMAN.

    Raru merupakan sebutan untuk jenis-jenis kulit kayu yang ditambahkan

    pada nira aren yang bertujuan untuk meningkatkan cita rasa dan kadar alkohol

    serta mengawetkan minuman tradisional tuak. Dalam berbagai literatur

    disebutkan bahwa ada beberapa jenis kayu yang digolongkan sebagai kayu raru,

    antara lain Shorea maxwelliana King, Shorea faguetiana Heim. CotylelobiummelanoxylonPierre., Vatica songaV.Sl. dari famili dipterocarpaceae dan Garcinia

    sp. dari famili Guttifera. Sebagian masyarakat Tapanuli juga mengenal kulit kayu

    raru sebagai obat diabetes.

    Diabetes melitus adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana

    glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan

    keadaan hiperglikemia. Kadar gula darah berhubungan dengan kemampuan

    pankreas dalam memproduksi insulin yang berfungsi mengubah glukosa menjadi

    glikogen. Diabetes atau kencing manis sering disebut sebagai penyakit akibatkelainan hormon ini, akibatnya tubuh menjadi tidak dapat menyerap glukosa dari

    darah.

    Enzim -glukosidase memiliki nama kimia -D-glukosida glukohidrolase

    merupakan enzim yang berperan dalam pembentukan glukosa di dalam usus halus

    manusia. Enzim ini membantu dalam pemecahan rantai polisakarida pada ikatan

    (1-6) pada setiap titik percabangan yang tidak dapat dipecahkan oleh enzim

    fosforilase. Produk dari aktivitas enzim ini adalah polimer (1-4) tak bercabang

    dan satu glukosa. Reaksi ini terjadi setelah aktivitas glikogen phosporilase danglikogen transferase terjadi.

    Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui kandungan bioaktif

    kulit kayu raru, mengetahui efek farmakologis ekstraktif kulit kayu raru terhadap

    penurunan kadar gula darah melalui aktivitas inhibisi alfa glukosidase serta

    mengisolasi dan mengidentifikasi komponen bioaktif yang berperan dalam

    penurunan kadar gula darah.

    Penyelidikan tentang pemanfaatan kulit kayu raru dan teknik pemanenan

    di masyarakat sebagai obat dan bentuk pemanfaatan lainnya dilakukan melalui

    wawancara mendalam (depth interview) dan diskusi.

    Kulit kayu digiling menggunakan hammer mill dan disaring untuk

    menghasilkan serbuk 40-60 mesh. Serbuk kulit kayu raru diekstraksi dengan dua

    teknik yakni secara maserasi (perendaman) dengan etanol 70% dan refluks

    (penggodokan) dengan pelarut air selama 3 jam pada suhu 1000C. Ekstrak

    kemudian disaring dan dipekatkan dengan rotary vacum evaporator.

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    5/67

    5

    dan 10 L larutan sampel dalam DMSO. Setelah campuran reaksi diinkubasi

    selama 5 menit, 250 L larutan enzim ditambahkan dan selanjutnya diinkubasi

    selama 15 menit. Reaksi enzim dihentikan dengan penambahan 1000 L natriumkarbonat dan p-nitrofenol yang dihasilkan dibaca absorbansinya pada 400 nm.

    Sampel yang diuji dilarutkan dalam pelarut DMSO dengan konsentrasi

    1%. Larutan standar yang dibuat dengan konsentrasi yang sama dengan larutan

    sampel, dengan melarutkan tablet Acarbose (Glucobay) dalam aquadest dan HCl

    2N kemudian disentrifus, selanjutnya supernatan digunakan untuk membuat

    larutan standar. Persen inhibisi dapat dihitung dari persamaan: [(C S)/ C] x

    100%. Dengan S= absorbansi sampel (S1-S0 dengan S1= absorbansi sampel

    dengan penambahan enzim dan S0= absorbansi sampel tanpa penambahan enzim)dan C= absorbansi kontrol (DMSO), tanpa sampel (kontrol-blanko).

    Uji Kualitatif Fitokimia Ekstrak meliputi uji alkaloid, saponin, flavonoid,

    triterpenoid atau steroid, tanin dan hidroquinon. Fraksinasi dilakukan dengan

    menggunakan kromatografi lapis tipis analitik, kromatografi kolom kilas,

    kromatografi lapis tipis preparatif dan kromatografi dua dimensi. Identifikasi

    dengan dengan menggunkan Spektrofotometer UV-Vis, FTIR, GCMS dan NMR.

    Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari eksplorasi jenis raru di Sumatera

    Utara dan Riau diperoleh 4 (empat) jenis raru antara lain Cotylelobiummelanoxylon Pierre, Shorea balanocarpoides Symington, Cotylelobium

    lanceolatum Craib, danVatica perakensis King.. Hasil penapisan fitokimia secara

    umum menunjukkan bahwa ekstrak mengandung senyawa golongan flavonoid,

    tanin dan saponin. Aktivitas inhibisi kulit kayu raru berkisar antara 88-97 % dan

    inhibisi terbaik adalah dari jenis Shorea balanocarpoides. Aktivitas inhibisi

    glucobay sebesar 97%. Hasil spektrum UV-Vis dari senyawa meunjukkan maks

    288.6 nm dan spektrum infra merah mengindikasikan adanya gugus OH, C-H,C=C, C-O dan C-H aromatik. Dari hasil spektrometri GCMS diketahui adanya

    duapeakyang sangat berdekatan (peak15.76 dan 15.89). Berat molekul senyawa

    adalah 390 dengan rumus molekulnya C20H22O8. Dari data ini dan bantuan C dan

    NMR, diduga struktur senyawa aktifnya adalah senyawa 4-Glucosyl-3,4',5-

    trihydroxystilbene yang termasuk golongan fenolik.

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    6/67

    6

    @ Hak Cipta milik IPB, tahun 2009Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

    1.

    Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa

    mencantumkan atau menyebutkan sumber.

    a.

    Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian,

    penulisan karya imiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau

    tinjauan suatu masalah

    b.

    Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB2.

    Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

    karya tulis dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    7/67

    7

    ZAT EKSTRAKTIF KAYU RARU DAN PENGARUHNYA

    TERHADAP PENURUN KADAR GULA DARAH

    SECARAIN VITRO

    GUNAWAN TRISANDI PASARIBU

    Tesis

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

    Magister Sains pada

    Mayor Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    8/67

    8

    Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis : Dr. Ir. Ervizal Amzu, MS.

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    9/67

    9

    Judul Tesis : Zat Ekstraktif Kayu Raru dan Pengaruhnya Terhadap Penurun

    Kadar Gula Darah secaraIn VitroNama : Gunawan Trisandi Pasaribu

    NRP : E 251070071

    Disetujui,

    Komisi Pembimbing

    Prof. Dr. Ir. Wasrin Syafii, M.Agr Prof. Dr. Ir. Latifah K. Darusman, MS

    Ketua Anggota

    Diketahui

    Ketua Program Studi / Mayor Dekan Sekolah Pascasarjana IPB

    Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan

    Dr Ir Dede Hermawan MSc Prof Dr Ir Khairil A Notodiputro M S

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    10/67

    10

    PRAKATA

    Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus atas

    segala berkat dan anugrah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan karya

    ilmiah yang berjudul Zat Ekstraktif Kayu Raru dan Pengaruhnya Terhadap

    Penurun Kadar Gula Darah secara In Vitro yang merupakan salah satu syarat

    untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Mayor Ilmu dan Teknologi

    Hasil Hutan, Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

    Terimakasih dan penghargaan yang tulus penulis ucapkan kepada :

    1. Prof. Dr. Ir. Wasrin Syafii, M.Agr., selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

    Prof.Dr.Ir. Latifah K. Darusman, MS., selaku Anggota Komisi Pembimbingyang telah banyak memberi bimbingan, masukan dan saran dalam berbagai

    kesempatan diskusi yang terkait dengan penelitian ini, dan Dr. Ir. Ervizal

    Amzu, MS selaku penguji luar komisi yang ikut menyumbangkan

    pemikirannya untuk penyempurnaan karya ilmiah ini.

    2. Departemen Kehutanan atas beasiswa yang diberikan sehingga penulis dapatmenjalani pendidikan di Program Mayor Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan,

    Sekolah Pacasarjana IPB.

    3. Kepala Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli atas bantuan dana penelitianyang diberikan.

    4. Staf Dinas Kehutanan Kabupaten Tapanuli Utara, Tapanuli Tengah,Simalungun, Staf Balai TNBT di Tanah Lakat untuk bantuan eksplorasi bahan

    penelitian.

    5. Peneliti dan staf di Laboratorium Pusat Studi Biofarmaka IPB yang telahbanyak membantu selama pelaksanaan penelitian, Pak Edy Dj.,MSi, Mba

    Salina,S.Si., Pak Rafi, M.Si, Pak Waras, M.Si., Pak Zaim, M.Si., Ibu Nunuk,

    Nio, Endi dan Pak Mul.6. Peneliti dan staf di Laboratorium Pusat Penelitian Kimia - LIPI Serpong yangtelah banyak membantu dalam spektroskopi, Dr. Hanafi, Puspa D.

    Lotulung,M.Sc, Sofa, S.Si.

    7. Bapak AKBP Jaswanto di Laboratorium Forensik Mabes Polri untuk bantuanspektroskopi GCMS.

    8. Staf di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Fahutan IPB yang telah banyakmembantu dalam preparasi sampel penelitian.

    9. Rekan-rekan Pascasarjana ANTECH 2007, [Gerald, Sukma, Yusro, Yetvi,Loly dan Erna] M.Si., atas segala bantuan dan kebersamaan selama ini.

    Kepada teman-teman di PS Charisma HKBP Paledang Bogor untuk dukungan

    doa selama ini dan adik-adik di Perwira 10.

    10.Keluarga Besar Pasaribu (Siborongborong) dan Keluarga Besar Hutagalung(Sibolga). Teristimewa buat istri tercinta (Risdawati Hutagalung) dan buah

    hati tersayang (Johansen Partogi Pasaribu) atas dukungan doa dan

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    11/67

    11

    RIWAYAT HIDUP

    Penulis dilahirkan di Siborongborong pada tanggal 27 Mei 1977 sebagai

    anak kelima dari pasangan S. Pasaribu (alm.) dan M. br. Nababan (alm.).

    Pendidikan sarjana ditempuh di Program Studi Teknologi Hasil Hutan, Fakultas

    Kehutanan IPB, lulus pada tahun 2000. Kesempatan untuk melanjutkan ke

    program magister pada Mayor Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan, Sekolah

    Pascasarjana IPB pada tahun 2007. Beasiswa pendidikan diperoleh dari

    Departemen Kehutanan Republik Indonesia.

    Penulis bekerja sebagai peneliti di Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli,

    Badan Litbang Kehutanan, DEPHUT sejak tahun 2002 dan ditempatkan diPematang Siantar. Bidang penelitian yang menjadi tanggung jawab peneliti ialah

    teknologi hasil hutan, khususnya hasil hutan bukan kayu.

    Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains Pada

    Program Mayor Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan, penulis menyusun tesis dengan

    judul Zat Ekstraktif Kayu Raru dan Pengaruhnya Terhadap Penurun Kadar Gula

    Darah secara In Vitrodi bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. Wasrin Syafii, M.Agr.,

    sebagai ketua Komisi Pembimbing dan Prof.Dr.Ir. Latifah K. Darusman, MS.,

    sebagai anggota Komisi Pembimbing.Selama mengikuti program S2, penulis aktif sebagai anggota Masyarakat

    Peneliti Kayu Indonesia (MAPEKI). Karya ilmiah berjudul Aktivitas Inhibisi

    Alfa Glukosidase dari Zat Ekstraktif Kulit Kayu Raru (Vatica perakensisKing)

    telah dipresentasikan pada Seminar Nasional MAPEKI di Bandung pada tanggal

    23-25 Juli 2009. Karya tersebut merupakan bagian dari riset tesis penulis.

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    12/67

    12

    DAFTAR ISI

    DAFTAR TABEL...................................................................................... xi

    DAFTAR GAMBAR................................................................................. xii

    DAFTAR LAMPIRAN........................................................... .................. xiii

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang................................................................................ 1

    Rumusan Masalah........................................................................... 3

    Tujuan Penelitian............................................................................ 3

    Hipotesis......................................................................................... 3

    Manfaat Penelitian.......................................................................... 3

    TINJAUAN PUSTAKA

    Etnobotani....................................................................................... 4

    Kulit Kayu Raru.............................................................................. 4

    Ekstraktif......................................................................................... 6

    Pemanfaatan Ekstraktif................................................................... 7

    Pemanfaatan Ekstraktif sebagai Obat............................................. 8

    Pemanfaan Ekstraktif sebagai Obat Diabetes................................. 10

    Diabetes.......................................................................................... 11

    Enzim -Glukosidase...................................................................... 13

    BAHAN DAN METODE

    Waktu dan Tempat.......................................................................... 14

    Bahan dan Alat................................................................................ 14

    Metode Penelitian............................................................................ 14

    Penyiapan bahan............................................................................... 14Penelitian Etnobotani....................................................................... 15

    Ekstraksi........................................................................................... 15

    Uji inhibisi -glukosidase................................................................. 15

    Uji fi ki i k k 16

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    13/67

    13

    DAFTAR TABEL

    Halaman

    1 Sistem reaksi pengujian................................................................................ 16

    2 Hasil eksplorasi............................................................................................. 22

    3 Hasil uji fitokimia ekstrak kulit kayu raru.................................................... 26

    4 Penggabungan dalam fraksi-fraksi................................................................ 29

    5 Aktivitas inhibisi alfa glukosidase Rf target................................................. 30

    6 Pengecekan nilai Rf dari KLTp..................................................................... 31

    7 Prakiraan spektrum infra merah dari senyawa.............................................. 34

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    14/67

    14

    DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    1 Pohon raru (Cotylelobium melanoxylon Pierre).......................................... 5

    2 Foto daun .................................................................................................... 21

    3 Rendemen ekstrak beberapa jenis raru dengan perbedaan metode

    ekstraksinya................................................................................................ 25

    4 Aktivitas inhibisi alfa glukosidase ekstrak kasar raru dengan metode ekstraksi

    yang berbeda.......................................................................................... ... 27

    5 Kromatografi lapis tipis dengan variasi campuran pelarut pengembang..... 28

    6 Persen inhibisi alfa glukosidase fraksi shorea.............................................. 30

    7 Spektrum serapan senyawa tunggal dalam etanol p.a................................... 33

    8 Spektrum FTIR senyawa............................................................................... 34

    9 Spektrum GCMS senyawa............................................................................ 35

    10 Senyawa 4-Glucosyl-3,4',5-trihydroxystilbene............................................. 36

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    15/67

    15

    DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    1 Bagan alir penelitian..................................................................................... 44

    2 Rendemen ekstrak beberapa jenis Raru........................................................ 45

    3 Aktivitas inhibisi -glukosidase ekstrak kasar Raru..................................... 46

    4 Persen inhibisi alfa glukosidase fraksi Shorea.............................................. 47

    5 Pergeseran kimia (Chemical shift) H-NMR................................................. 48

    6 Pergeseran kimia (Chemical shift) C-NMR................................................. 49

    713

    C NMR...................................................................................................... 50

    81H NMR....................................................................................................... 56

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    16/67

    16

    PENDAHULUAN

    Latar Belakang

    Hutan merupakan sumber daya alam yang mempunyai empat fungsi utama

    yaitu sebagai penyangga tanah dan air (fungsi hidrologis), penyangga iklim bumi,

    sumber keanekaragaman hayati serta modal atau penunjang pembangunan. Hasil

    hutan digolongkan sebagai hasil hutan kayu dan hasil hutan bukan kayu,

    disamping jasa lingkungan dan sumber plasma nutfah. Hasil hutan bukan kayu

    dapat dibagi berdasarkan kelompok besar yang meliputi hasil hutan bukan kayu

    (HHBK) berbasis biomassa contohnya kayu bakar. Produk HHBK lainya adalah

    komoditi rotan dan bambu, buah yang dapat dimakan, tumbuhan obat, resin dan

    lateks, hidupan liar dan produk turunannya (Thadani, R. 2001).

    Dalam rangka mengurangi tekanan terhadap hutan, dilakukan berbagai

    upaya peningkatan efisiensi pemanfaatan hasil hutan. Hal pertama yang dilakukan

    adalah dengan peningkatan rendemen pengolahan kayu di hutan maupun di

    industri pengolahan. Diharapkan dengan peningkatan rendemen, akan mengurangi

    limbah pengolahan dan menurunkan laju degradasi hutan. Saat ini telah

    dikembangkan berbagai upaya diversifikasi produk dari kayu ke produk non kayu,

    misalnya pemanfaatan batang sawit, batang kelapa dan berbagai kelompok palma

    lainnya. Pemanfaatan jenis-jenis kurang dikenal (lesser known species) dan

    limbah sekarang ini tidak masalah lagi karena kemajuan teknologi pengolahan

    kayu yang semakin tinggi. Pemanfaatan semua bagian kayu mulai dari daun,

    batang dan ranting menjadi pilihan saat ini agar nilai tambah sumber daya hutan

    dapat maksimal. Pemanfaatan semua komponen kimia kayu ke depan akan

    semakin berkembang, dimana tidak hanya sebatas untuk produksi papan, pulp,

    kertas saja, akan tetapi akan dikembangkan sebagai sumber bahan kimia alami

    seperti sumber etanol, vitamin C, arang aktif, dll.

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    17/67

    17

    Hutan tropis Indonesia memiliki sumber senyawa metabolit sekunder yang

    dapat dan telah digunakan sebagai sumber bahan baku obat tradisional (Zuhud,1994). Tanaman obat merupakan salah satu andalan masa depan dalam

    pengembangan agribisnis di Indonesia. Kualitas produk tanaman obat ditentukan

    oleh kandungan senyawa bioaktif yang merupakan hasil metabolisme sekunder

    dari tanaman. Perumusan sistem agribisnis tumbuhan obat yang handal perlu

    dimulai dengan memadukan konsep panen biomassa dengan panen senyawa

    bioaktif. Data yang menghubungkan kehomogenan sifat fisik yang digabungkan

    dengan manajemen (sosial ekonomi) disebut juga dengan konsep bioregional.

    Selama tiga dekade terakhir telah terjadi pertumbuhan pengobatan bahan

    alam yang cukup substansial di berbagai belahan dunia. Saat ini, 80 % populasi di

    negara berkembang menggunakan obat berbasis bahan alam untuk kebutuhan

    pelayanan kesehatan, dengan alasan pengobatan semacam ini tersedia secara luas

    dan mudah untuk mendapatkannya. WHO telah memprediksikan bahwa pada

    dekade yang akan datang, persentase yang sama dari penduduk dunia tetap akan

    menggunakan obat bahan alam. Pada banyak negara berkembang, penggunaan

    obat bahan alam didukung oleh efek samping dari obat bahan kimia, berikut

    semakin besarnya akses publik tentang informasi kesehatan. Saat ini, pengobatan

    berbasis tanaman memiliki pangsa pasar sekitar 30 % (WHO, 2005).

    Obat dari bahan alam (tumbuhan) dapat disejajarkan dengan obat modern

    dengan melalui serangkaian pembuktian ilmiah melalui kajian komponen

    bioaktifnya. Menurut Puslitbang Biomedis dan Farmasi (2007), ada tiga kategori

    sediaan obat alami yang ditetapkan BPOM, yaitu jamu, herbal terstandar, dan

    fitofarmaka. Jamu merupakan sediaan alami dengan bahan baku tanaman obat

    dalam bentuk sederhana yang khasiat penggunaannya berdasarkan pada data atau

    pengalaman empiris secara turun temurun. Herbal terstandar merupakan sediaan

    obat alami yang telah terstandarsisasi dan lolos uji preklinik (uji khasiat dan

    toksisitas pada hewan percobaan) Fitofarmaka merupakan sediaan alami dengan

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    18/67

    18

    dilakukan penelitian ilmiah untuk membuktikan pernyataan tersebut.

    Pengetahuan kandungan bioaktif akan meyakinkan para profesi medis untukmenggunakan obat dari bahan alam di sarana pelayanan kesehatan.

    Rumusan Masalah

    Dalam rangka mencari sumber-sumber obat alami, diperlukan penelitian

    tentang kandungan bioaktif dari jenis tanaman hutan. Salah satu sumber tersebut

    adalah kulit kayu raru yang secara tradisional telah digunakan oleh masyarakat

    sebagai obat anti diabetes (penurun kadar gula darah). Untuk itu, perlu dilakukan

    kajian ilmiah untuk membuktikan kearifan tradisional ini tentang khasiat obatnya.

    Berdasarkan uraian diatas, yang menjadi rumusan permasalahan adalah

    bagaimana potensi senyawa yang terkandung dalam ekstrak beberapa jenis kulit

    kayu raru dan kemampuan ekstrak kulit kayu raru dalam menurunkan kadar gula

    darah.

    Tujuan Penelitian

    Tujuan dari penelitian ini adalah :

    a. Melakukan eksplorasi jenis-jenis raru.

    b. Mengetahui kandungan bioaktif kulit kayu raru.

    c. Mengetahui efek farmakologis ekstraktif kulit kayu raru terhadap penurunan

    kadar gula darah melalui inhibisi alfa glukosidase.

    d. Mengisolasi dan mengidentifikasi komponen bioaktif yang berperan dalam

    penurunan kadar gula darah.

    Hipotesis

    a. Beberapa kulit kayu raru berpotensi sebagai sumber bahan bioaktif

    b. Ekstrak dari beberapa kulit kayu raru dapat menurunkan kadar gula darah

    Manfaat Penelitian

    a. Diperolehnya data dan informasi jenis-jenis raru.

    b. Diperolehnya data dan infomasi tentang kandungan bioaktif dalam kulit kayu

    raru

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    19/67

    19

    TINJAUAN PUSTAKA

    Etnobotani

    Etnobotani merupakan ilmu botani mengenai pemanfaatan tumbuhan dalam

    keperluan sehari-hari dan adat suku bangsa. Studi etnobotani tidak hanya

    mengenai data botani taksonomis saja, tetapi juga menyangkut pengetahuan

    botani yang bersifat kedaerahan, berupa tinjauan interpretasi dan asosiasi yang

    mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dengan tumbuhan, serta

    menyangkut pemanfaatan tumbuhan tersebut lebih diutamakan untuk kepentingan

    budaya dan kelestarian sumber daya alam (Darmono, 2007). Ahli etnobotani

    bertugas mendokumentasikan dan menjelaskan hubungan kompleks antara budaya

    dan penggunaan tumbuhan dengan fokus utama pada bagaimana tumbuhan

    digunakan, dikelola, dan dipersepsikan pada berbagai lingkungan masyarakat,misalnya sebagai makanan, obat, praktik keagamaan, kosmetik, pewarna, tekstil,

    pakaian, konstruksi, alat, mata uang, sastra, ritual, serta kehidupan sosial.

    Penggunaan data tentang tumbuhan obat tradisional yang berasal dari hasil

    penyelidikan etnobotani merupakan salah satu cara yang efektif dalam

    menemukan bahan-bahan kimia baru dan berguna dalam pengobatan (Ersam,

    2005). Raru sudah dikenal secara luas oleh masyarakat Tapanuli sebagai

    campuran dalam minuman tuak. Pencampuran ini diyakini dapat mengawetkan

    dan meningkatkan kadar alkohol dari nira aren yang dikonsumsi sebagai minuman

    tradisional. Sebagian masyarakat Tapanuli juga mengenal kulit kayu raru ini

    sebagai obat diabetes.

    Kulit Kayu Raru

    Kulit kayu merupakan jaringan batang pohon yang penting setelah kayu.

    Jaringan ini tersusun dari beberapa tipe sel dan strukturnya kompleks bila

    dib di k d k S k li k b i b i k li

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    20/67

    20

    jaringan kayu terhadap kerusakan mekanik dan menjaganya dari organisme-

    organisme perusak kayu, variasi suhu dan kelembaban (Fengel dan Wagener,

    1995). Menurut Haygreen dan Bowyer (1999) kulit kayu tersusun oleh bahan-

    bahan kimia diantaranya selulosa 23.7%, hemiselulosa 24.9%, lignin 50.0%,

    ekstraktif 13.0% dan abu 0.9%

    Raru merupakan sebutan untuk jenis-jenis kulit kayu yang ditambahkan

    pada nira aren yang bertujuan untuk meningkatkan cita rasa dan kadar alkohol

    (Santiyo, 2006). Menurut laporan Balai Penyelidikan Kehutanan, 1954

    disebutkan bahwa ada beberapa jenis kayu yang digolongkan sebagai kayu raru,

    antara lain Shorea maxwelliana King, Vatica songa V.Sl. dari famili

    dipterocarpaceae dan Garcinia sp. dari famili Guttifera. Penelitian Erika, 2005

    menyebutkan bahwa jenis Shorea faguetianaHeim. termasuk juga sumber kulit

    raru. Penelitian Pasaribu, et.al.(2007) menemukan bahwa salah satu kulit kayu

    raru yang berasal dari Kabupaten Tapanuli Tengah diidentifikasi sebagai

    Cotylelobium melanoxylon Pierre. Lebih lanjut disebutkan bahwa jenis ini

    memiliki komponen kimia kayu berturut-turut adalah sebagai berikut :

    hemiselulosa 29,26%, alphaselulosa 37,35%, lignin 22,26% dan pentosan 17,31%.

    Selanjutnya kadar ekstraktif kayu raru yang larut dalam air dingin 3,19%, air

    panas 9,08%, alkohol benzene 1,76, NaOH 1% 19,27%.

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    21/67

    21

    Penambahan kulit raru pada tuak, dimaksudkan agar rasa dan alkoholnya

    cocok (Ikegami, 1997). Selanjutnya Soerianegara, (1987) menambahkan bahwa

    kulit digunakan oleh masyarakat lokal untuk mencegah buih pada nira aren dan

    untuk menghambat peragian pada minuman tuak.

    Ekstraktif

    Zat ekstraktif atau metabolit sekunder kayu meliputi sejumlah senyawa

    besar yang berbeda yang dapat diekstraksi dari kayu dengan pelarut netral baik

    yang polar maupun non-polar. Kandungan dan komposisi ekstraktif berbeda-beda

    diantara spesies kayu. Variasi ekstraktif juga dipengaruhi oleh tapak geografi dan

    musim (Fengel dan Wagener, 1995).

    Zat ekstraktif merupakan bahan pengisi pada sel tanaman yang sebagian

    besar terdapat pada lumen kayu dan sebagian kecil pada dinding sel.

    Keberadaannya tidak merupakan ikatan kimia, hanya secara fisik saja di dalam

    dinding sel. Sifat ini mengakibatkan ekstraktif mudah sekali dilarutkan atau

    diekstraksi dengan menggunakan bahan pelarut netral atau air, etanol, metanol,

    aseton, etil asetat, eter, heksana, benzena dan lainnya.

    Sjostrom (1995) dan Achmadi (1989) menyatakan bahwa secara kimiawi,

    zat ekstraktif kayu dapat digolongkan dalam tiga bagian, yaitu:

    1. Komponen-komponen alifatik (lemak dan lilin)

    Berbagai macam senyawa alifatik yang terdapat dalam resin seperti n-

    alkana, alkohol lemak, asam lemak, lemak (ester gliserol), lilin (ester dari

    alkohol), suberin (poliestolida). Kelompok alkana dan alkohol relatif sedikit,

    bersifat lipofilik dan mantap. Asam lemak umumnya terdapat sebagai ester

    dan merupakan komponen utama resin parenkim di dalam kayu daun jarum

    maupun kayu daun lebar. Ester dari alkohol lainnya, biasanya berupa alkohol

    alifatik atau terpenoid alami yang dikenal sebagai lilin.

    2 Terpena dan terpenoid

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    22/67

    22

    (n=6), tetraterpena (n=8) dan politerpena (n>8). Terpena adalah hidrokarbon

    murni, sedangkan terpenoid mengandung gugus fungsi seperti hidroksil,

    karbonil, karboksil dan ester. Contoh dari terpenoid adalah poliprenol. Zat

    ekstraktif kayu daun jarum mengandung semua jenis terpena, dari

    monoterpena sampai tri dan tetraterpena, kecuali seskuiterpena yang tergolong

    sangat langka. Sedangkan pada kayu daun lebar mengandung terpena yang

    lebih tinggi, monoterpena ditemukan hanya pada kayu tropis saja

    (Sandermann, 1966 dalamFengel dan Wagener, 1995). Terpena yang paling

    penting adalah -pinena, -pinena, dan limonena yang terdapat pada semua

    kayu daun jarum, camfena, mircena dan -felandrena. Beberapa monoterpena

    merupakan unsur pokok oleoresin dari beberapa kayu tropika. Salah satu yang

    paling menonjol adalah kamfor dari Cinnamomum camphora.

    3. Senyawaan fenolik

    Golongan ini sangat heterogen, penggolongannya dibuat menurut lima

    kelas, yaitu a) tanin terhidrolisis, produk hidrolisisnya adalah asam galat dan

    elagat serta gula, biasanya glukosa sebagai produk utama, b) tanin

    terkondensasi (flavonoid), merupakan polifenol yang mempunyai rantai

    karbon C6C3C6, contohnya krisin dan taksifolin, c) lignan merupakan dimer

    dari dua unit fenil propana (C6C3), contohnya konidendrin, pinoresinol dan

    asam plikatat, d) stilbena (1,2-difeniletilena), mempunyai ikatan ganda

    terkonjugasi sehingga komponen-komponennya bersifat sangat reaktif,

    contohnya pinosilvin, e) tropolon; mempunyai kekhasan berupa cincin karbon

    beranggota tujuh yang tidak jenuh, contohnya , , dan -tujaplisin yang

    disolasi dari Thuja plicata.

    Pemanfaatan Ekstraktif

    Pemanfaatan zat ekstraktif sat ini sudah sangat luas yang dapat digolongkan

    berdasarkan penggunaannya antara lain:

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    23/67

    23

    pada kulit dan kayu dengan pelarut akan menghasilkan asam fenolat, terpen,

    lignan, lilin dan zat warna.

    b.Sebagai bahan perekat. Penggunaan yang paling memberikan harapan saat ini

    dan dimasa depan adalah penggantian fenol dalam resin fenol-formaldehida

    untuk memproduksi papan komposit. Penggunaan tanin yang diekstraksi dari

    kulit kayu mulai berkembang penggunaannya pada industri perekatan. Sumber

    ekstrak tanin terutama dari jenis akasia.

    c.Sebagai bahan pangan. Ekstraktif dari daun akan menghasilkan minyak atsiri,

    klorofil, karotenoid dan protein daun. Bagian dari daun terutama dari famili

    Leguminosae dengan proses pengeringan dan pelumatan dapat digunakan

    sebagai pakan ternak.

    d.Sebagai bahan obat. Isolasi senyawa aktif dapat dilakukan pada berbagai

    bagian dari pohon. Seperti halnya isolasi flavonoid dihidrokuersetin dan

    kuersetin yang diekstrak dari kulit Douglas fir (Pseudotsuga menziesii) dan

    western larch (Larix occidentalis) kemungkinan besar cocok sebagai

    antioksidan (Fengel dan Wagner, 1995).

    Pemanfaatan Ekstraktif sebagai Obat

    Tumbuhan obat adalah semua tumbuhan baik yang sudah dibudidayakan

    maupun yang belum dibudidayakan yang dapat digunakan sebagai obat (Sandra

    dan Sjahril 1994). Pemanfaatan tumbuhan obat sudah banyak di Indonesia yang

    dikenal banyak dalam bentuk jamu-jamuan. Di sisi lain, pemanfaatan obat dari

    tumbuhan hutan belum banyak dilakukan, padahal potensi sumberdaya hutan

    sebagai sumber daya obat sangatlah tinggi.

    Salah satu jenis tumbuhan hutan yang sudah dikenal luas pemanfaatannya adalah

    Taxus brevifolia. Suwandi (2007)menyebutkan bahwa fungsi senyawataxol dariTaxus brevifolia

    adalah sebagai antikanker. Taxol merupakan senyawa toxoid yang mempunyai aktivitas antikanker. Selain itu,

    taxol juga memberi harapan sebagai antitumor yang lain seperti breast, head, neck, lung, colon

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    24/67

    24

    Tumbuhan dari famili Moraceae merupakan sumber utama senyawa

    flavonoida, aril-benzofuran, stilben tersubsitusi gugus isoprenil dan oksigenasi.

    Famili Clusiacea (Guttiferea) dikenal sebagai sumber senyawa santon, kumarin,

    benzofenon dan biflavonoid yang tersubstitusi gugus isoprenil oksigenasi.

    Beberapa keunggulan kimiawi tumbuhan tropika Indonesia, meliputi tiga spesies

    tumbuhan dari genus Artocarpus (Moraceae), yang terdapat di hutan tropika

    Sumatera Barat, yaitu Artocarpus bracteata dan Artocarpus dadah dan

    Artocarpus altilis asal Sri Lanka dan Taiwan sudah dilaporkan, sedangkan asal

    Indonesia belum pernah diteliti. Taksa ini dikenal sebagai sumber utama senyawa

    fenolat turunan flavonoida, aril-benzofuran, stilbenoid dan santon turunan

    flavonoida, terdiri dari 40 genus dan tidak kurang dari 3000 spesies, dari sejumlah

    senyawa yang dihasilkan mempunyai aktivitas biologi, sebagai promotor

    antitumor, antibakteri, antifungal, antiimflamatori, antikanker dan lain-lain.

    Keragaman kimiawi yang dihasilkan oleh ketiga spesies tersebut, seperti berikut

    ini;Artocarpus dadah, dari spesies ini telah ditemukan dua kelompok utama yang

    lazim, yaitu kelompok non-fenolat terdiri dari tiga turunan triterpenoid, yakni

    lupeol, lupeol asetat dan -sitosterol dan dari kelompok fenolat yang termasuk

    turunan turunan flavan-3-ol, yaitu afzelekin-3-O--L-ramnosida. Afinitas kimiawi

    tumbuhan yang dilaporkan dariArtocarpus dadah termasuk kelompok langka dari

    tumbuhan genus Artocarpus yang dikenal sebagai sumber utama senyawa flavon

    di atau tri-oksigenasi dan terisoprenilasi pada posisi C-3, sebaran senyawa seperti

    padaArtocarpus dadah.

    Elin, et.al.(2006) telah melakukan penelitian efek minyak atsiri kulit kayu

    dan daun kayu manis (Cinnamomum burmanni) terhadap bakteri dan fungi. Salah

    satu kandungannya adalah minyak atsiri yang terdapat baik dalam kulit kayu

    maupun daunnya. Pada umumnya minyak atsiri berkhasiat antimikroba, oleh

    karena itu dilakukan pengujian aktivitas terhadap bakteri dan jamur. Hasil

    menunjukkan bahwa minyak atsiri kulit batang mempunyai aktivitas yang kuat

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    25/67

    25

    aktivitas antifungi terkuat terhadap Candida albicansdengan konsentrasi hambat

    minimum 1%.

    Wen, et.al(2004) menyatakan bahwa ekstrak etanol dari kulit Cryptomeria

    japonicaD. Don menunjukkan aktivitas antibakteri yang baik. Sembilan senyawa

    mencakup tujuh diterpenoids (ferruginol, asam isopimaric, iguestol, isopimarol,

    phyllocladan-16-ol, sandaracopimarol dan sugiol) dan dua steroid (-sitosterol

    dan -sitostenone) telah diisolasi dengan HPLC dari subfraksi aktif dari fraksi

    larut hexan. Enam senyawa memperlihatkan antibakteri aktivitas sempurna;

    kemampuan mereka mengurangi aktivitas bakteri sebagai berikut: ferruginol>

    asam isopimaric> sugiol> sandara copimarol> iguestol> isopimarol. Ferruginol

    memiliki aktivitas antibakteri yang paling kuat di dalam semua senyawa.

    Pemanfaatan Ekstraktif sebagai Antidiabetes

    Senyawa aktif alkaloid dan flavonoid memiliki aktivitas hipoglikemik atau

    penurun kadar gula darah. Sedangkan senyawa tanin dan saponin dapat dipakai

    sebagai antimikroba (bakteri dan virus). Seperti halnya mahoni (Swietenia

    mahagoniJacq.), bijinya mengandung saponin dan flavonoid yang bisa digunakan

    sebagai obat hipertensi dan diabetes (Dalimartha, 2001).

    Kulit kayu pulai (Alstonia scholaris) mengandung alkaloid ditanin,

    ekitamin (ditamin), ekitanin, ekitamidin, alstonin, ekiserin, ekitin, ekitein, porfirin

    dan triterpen. Daun mengandung pikrinin. Sedangkan bunga pulai mengandung

    asam ursolat dan lupeol. Ekstrak kulit kayu ini memiliki aktivitas

    antihiperglikemia yang baik. Kulit kayu dikeringkan dengan cara dijemur atau

    pemanasan (Dalimartha, 2001).

    Agung (1998) telah melakukan telaah fitokimia dan uji efek antidiabetik

    ekstrak-ekstrak air, n-heksana, etil asetat dan etanol herba sambiloto (Androgaphis

    paniculataNees.). Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air dan ekstrak

    etanol dengan dosis 0 5 g/kg bobot badan memperlihatkan efek antidiabetik pada

    26

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    26/67

    26

    Pada penelitian Ragavan dan Krishnakumari (2006), tentang pengaruh

    ekstrak kulit batang Terminalia arjuna menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari

    kulit batang secara nyata dapat menurunkan glukosa darah tikus dari

    302,6222,35 menjadi 82,50 4,72 dan menurunkan aktivitas glukosa-6-phosfat,

    fruktosa-1, 6-disphospatase, aldosa dan meningkatkan aktivitas kultur

    phospoglukoisomerase dan heksokinase.

    Hasil penelitian Sokeng, et.al(2005) tentang pengaruh ekstrak etanol kulit

    batangBridelia ndellensis menyebutkan bahwa tidak ada efek hiperglikemik pada

    tikus setelah perlakuan. Akan tetap ekstrak dari fraksi etilasetat-disklorometan

    berpengaruh nyata dalam menurunkan glukosa darah tikus.

    Diabetes

    Diabetes melitus (DM) adalah kelainan metabolisme karbohidrat, di mana

    glukosa darah tidak dapat digunakan dengan baik, sehingga menyebabkan

    keadaan hiperglikemia. Kadar gula darah berhubungan dengan kemampuan

    pankreas dalam memproduksi insulin yang berfungsi mengubah glukosa menjadi

    glikogen. Diabetes atau kencing manis sering disebut sebagai penyakit akibat

    kelainan hormon ini, akibatnya tubuh menjadi tidak dapat menyerap glukosa dari

    darah (Hembing, 2005).

    DM merupakan kelainan endokrin yang terbanyak dijumpai. Penderita

    DM mempunyai risiko untuk menderita komplikasi yang spesifik akibat

    perjalanan penyakit ini, yaitu retinopati (bisa menyebabkan kebutaan), gagal

    ginjal, neuropati, aterosklerosis (bisa menyebabkan stroke), dan penyakit arteria

    koronaria (Coronary artery disease). Prevalensi DM sulit ditentukan karena

    standar penetapan diagnosisnya berbeda-beda. Berdasarkan kriteria American

    Diabetes Association (ADA), sekitar 10,2 juta orang di Amerika Serikat (AS)

    menderita DM dan yang tidak terdiagnosis sekitar 5,4 juta. Dengan demikian,

    diperkirakan lebih dari 15 juta orang di AS menderita DM Sementara itu di

    27

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    27/67

    27

    menjadi diabetes tipe 1, diabetes tipe 2, diabetes dalam kehamilan, dan diabetes

    tipe lain (Widijanti A. dan Bernard T.R. 2008).

    1. Diabetes Tipe 1, atau yang dulu dikenal dengan nama Insulin Dependent

    Diabetes Mellitus (IDDM), terjadi karena kerusakan sel pankreas (reaksi

    autoimun). Bila kerusakan sel beta telah mencapai 80-90% maka gejala DM

    mulai muncul. Perusakan sel beta ini lebih cepat terjadi pada anak-anak

    daripada dewasa. Sebagian besar penderita DM tipe 1 mempunyai antibodi

    yang menunjukkan adanya proses autoimun, dan sebagian kecil tidak terjadi

    proses autoimun. Kondisi ini digolongkan sebagai type 1 idiopathic. Sebagian

    besar (75%) kasus terjadi sebelum usia 30 tahun, tetapi usia tidak termasuk

    kriteria untuk klasifikasi.

    2. Diabetes tipe 2 merupakan 90% dari kasus DM yang dulu dikenal sebagai non

    insulin dependent Diabetes Mellitus (NIDDM). Pada diabetes ini terjadi

    penurunan kemampuan insulin bekerja di jaringan perifer (insulin resistance)

    dan disfungsi sel beta. Akibatnya, pankreas tidak mampu memproduksi insulin

    yang cukup untuk mengkompensasi insulin resistance. Kedua hal ini

    menyebabkan terjadinya defisiensi insulin relatif. Gejala minimal dan

    kegemukan sering berhubungan dengan kondisi ini, yang umumnya terjadi pada

    usia > 40 tahun. Kadar insulin bisa normal, rendah, maupun tinggi, sehingga

    penderita tidak tergantung pada pemberian insulin.

    3. DM dan kehamilan (Gestational Diabetes Mellitus - GDM) adalah kehamilan

    normal yang disertai dengan peningkatan insulin resistance (ibu hamil gagal

    mempertahankan euglycemia). Faktor risiko GDM: riwayat keluarga DM,

    kegemukan, dan glikosuria. GDM ini meningkatkan morbiditas neonatus,

    misalnya hipoglikemia, ikterus, polisitemia, dan makrosomia. Hal ini terjadi

    karena bayi dari ibu GDM mensekresi insulin lebih besar sehingga merangsang

    pertumbuhan bayi dan makrosomia. Frekuensi GDM kira-kira 3-5% dan para

    ibu tersebut meningkat resikonya untuk menjadi DM di masa mendatang

    28

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    28/67

    28

    Enzim -glukosidase memiliki nama kimia -D-glukosida glukohidrolase

    merupakan enzim yang berperan dalam pembentukan glukosa di dalam usus halus

    manusia. Enzim ini membantu dalam pemecahan rantai polisakarida pada ikatan

    (1-6) pada setiap titik percabangan yang tidak dapat dipecahkan oleh enzim

    fosforilase. Produk dari aktivitas enzim ini adalah polimer (1-4) tak bercabang

    dan satu glukosa. Reaksi ini terjadi setelah aktivitas glikogen phosporilase dan

    glikogen transferase terjadi.

    Perkembangan yang terus meningkat pada ilmu pengetahuan dan teknologi

    dalam dunia biokimia dan kedokteran, memberikan dampak pada penemuan

    senyawa baru yang dapat menghambat -glikosidase secara tepat guna dan cepat.

    Senyawa ini disebut dengan inhibitor -glukosidase (IAG), yang mempunyai

    aplikasi yang sangat luas, seperti informasi mekanisme kerja enzim -glikosidase.

    Hal ini dapat terjadi karena bentuk dan fungsi senyawa IAG yang mirip terhadap

    enzim -glukosidase. Dalam dua dekade ini telah banyak dilakukan penelitian

    untuk mencari dan mengembangkan inhibitor -glukosidase. Saat ini telah

    dilaporkan banyak inhibitor -glukosidase yang baru dan efektif, seperti acarbose

    dan voglibose dari mikroorganisme serta 1-deoxynojirimycin dari tanaman

    (Asano et al.1995 dalamLiu,2006).

    Acarbose dan miglitol adalah inhibitor -glukosidase. Pada prinsipnya

    mekanisme kerja kedua inhibitor hampir sama yaitu memperlambat pemecahan

    disakarida, polisakarida dan karbohidrat kompleks lainnya menjadi monosakarida.

    Pembuatan glukosa secara enzimatis dan absorpsi glukosa selanjutnya ditunda,

    dan nilai glukosa darah setelah makan, yang tinggi pada pasien diabetes tipe II,

    dapat dikurangi dengan IAG. Perbedaan antara keduanya adalah bahwa pada

    miglitol absorpsi terjadi secara sistematis dan tidak di metabolisme di dalam

    tubuh, akan tetapi di ekskresikan oleh ginjal. IAG tidak mencegah absorpsi

    karbohidrat dan gula kompleks, tetapi mereka menunda absorpsinya. Kelemahan

    dari agen inhibitor ini adalah harus dimakan bersama makanan dan mempunyai

    29

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    29/67

    29

    BAHAN DAN METODE

    Waktu Dan Tempat

    Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus 2008-Juni 2009:

    1.Laboratorium Pengolahan dan Pemanfaatan Hasil Hutan, BPK Aek Nauli.

    2.Laboratorium Kimia Hasil Hutan Fakultas Kehutanan IPB.

    3.Laboratorium Uji Biofarmaka, Pusat Studi Biofarmaka IPB, Taman Kencana

    Bogor.

    4.Laboratorium Kimia, Lembaga Ilmu Pengetahuaan Indonesia, Serpong.

    Bahan dan Alat

    Bahan penelitian berupa 5 (lima) jenis kulit kayu raru yang diambil dari

    Kawasan Hutan Kabupaten Tapanuli Tengah adalah Cotylelobium melanoxylonPierre, dari Kabupaten Simalungun adalah Shorea balanocarpoides Symington,

    dari Kabupaten Tapanuli Utara Cotylelobium lanceolatum Craib, dari Kabupaten

    Bengkalis adalah Cotylelobium melanoxylon Pierre dan dari Kabupaten Indragiri

    Hulu, Propinsi Riau adalahVatica perakensis King. Bahan lain yang dibutuhkan

    antara lain : etanol, metanol, aquades, eter, NH4OH, NaOH, HCl, H2SO4, kertas

    saring, anhidrida asetat, pereaksi Meyer, Dragendrof, Wagner, enzim -

    glucosidase, acarbose (glucobay).

    Peralatan yang diperlukan antara lain hammer mill, alat-alat gelas, alat-alat

    ekstraksi, rotary vacum evaporator, botol uji, pipet ukur, mikropipet, neraca

    analitik, inkubator, spektofotometer, KLT, coloumnflash chromatogaphy, Gas

    Chromatography Mass Spectroscopy(GCMS) dan Nuclear Magnetic Resonance(NMR) JNM ECA 500.

    Metode Penelitian

    30

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    30/67

    30

    Penelitian Etnobotani

    Dilakukan penyelidikan tentang pemanfaatan kulit kayu raru di

    masyarakat sebagai obat dan bentuk pemanfaatan lainnya. Dilakukan juga

    penyelidikan tentang teknik pemanenannya melalui wawancara mendalam (depth

    interview) dan diskusi.

    Ekstraksi

    Kulit kayu digiling menggunakan hammer mill dan disaring untuk

    menghasilkan serbuk 40-60 mesh. Serbuk kulit kayu raru diekstraksi dengan dua

    teknik yakni secara maserasi (perendaman) dengan etanol 70% dan refluks

    (penggodokan) dengan pelarut air selama 3 jam pada suhu 1000C. Ekstrak

    kemudian disaring dan dipekatkan dengan rotary vacum evaporator(Lampiran 1).

    Rendemen ekstrak dihitung dengan rumus :

    Rendemen = bobot ekstrak pekat (g) x 100%

    bobot sampel yg diekstrak (g)

    Uji Inhibisi -Glukosidase

    Pengujian enzimatik dilakukan secara in-vitro pada ekstrak kasar dan

    fraksi-fraksi hasil pemisahan (Sutedja, 2003). Enzim yang digunakan adalah -

    glukosidase (SIGMA G 3651-250UN).

    Uji inhibisi -glukosidase dilakukan dengan cara larutan enzim dibuat

    dengan melarutkan 1.0 mg -glukosidase dalam buffer fosfat (pH 7.0) yang

    mengandung bovin serum albumin. Sebelum digunakan, sebanyak 1 mL larutan

    enzim tersebut diencerkan 25 kali dengan buffer fosfat (pH 7.0). Campuran reaksi

    terdiri dari 250 L p-nitrofenil -D-glukopiranosa (SIGMA N 1377-5G) sebagaisubstrat, 490 L buffer fosfat (pH 7.0) dan 10 L larutan sampel dalam DMSO.

    Setelah campuran reaksi diinkubasi selama 5 menit, 250 L larutan enzim

    ditambahkan dan selanjutnya diinkubasi selama 15 menit. Reaksi enzim

    31

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    31/67

    2N kemudian disentrifus, selanjutnya supernatan digunakan untuk membuat

    larutan standar. Sistem reaksi pengujian selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.

    Tabel 1 Sistem reaksi pengujian

    Blanko (l) Kontrol (+) (l) Kontrol (-) (l) Sampel (l)

    Ekstrak - - 10 10

    DMSO 10 10 - -

    Buffer 490 490 490 490

    Substrat 250 250 250 250Inkubasi pada penangas air 370C selama 5 menit

    Buffer 250 - 250 -

    Enzim - 250 - 250

    Inkubasi pada penangas air 370C selama 15 menit

    Na2CO3 1000 1000 1000 1000

    Persen inhibisi dapat dihitung dari persamaan: [(C S)/ C] x 100%.

    Dengan S= absorbansi sampel (S1-S0 dengan S1= absorbansi sampel dengan

    penambahan enzim dan S0= absorbansi sampel tanpa penambahan enzim) dan C=

    absorbansi kontrol (DMSO), tanpa sampel (kontrol-blanko).

    Uji Fitokimia Ekstrak

    A. Uji alkaloid

    Sebanyak 2 g contoh ditambah 10 ml kloroform dan beberapa tetes amoniak.

    Fraksi kloroform dengan cara menghisap fraksi kloroform perlahan-lahan

    dengan pipet tetes. Selanjutnya fraksi kloroform diasamkan dengan H2SO4

    2M. Fraksi H2SO4 diambil kemudian ditambahkan pereaksi Meyer,

    Dragendorf, Wagner. Jika terdapat endapan putih dengan pereaksi Meyer,

    endapan merah jingga dengan pereaksi Dragendorf dan endapan coklat dengan

    pereaksi Wagner, maka positif terdapat alkaloid.

    B. Uji saponin

    Sebanyak 1 g contoh ditambah air secukupnya dan dipanaskan selama 5

    32

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    32/67

    C. Uji flavonoid

    Sebanyak 1 g contoh ditambah metanol sampai terendam lalu dipanaskan.

    Filtrat diuji pada spot plate. Jika setelah ditambahkan NaOH 10% (b/v)

    timbul warna merah, maka positif tedapat flavonoid.

    D. Uji triterpenoid atau steroid

    Sebanyak 2 g contoh ditambahkan 25 ml etanol lalu dipanaskan dan disaring.

    Filtrat diuapkan lalu ditambah eter. Lapisan eter dipipet dan diuji pada spot

    plate. Jika ditambahkan pereaksi Liberman Buchard (3 tetes) terbentuk warna

    merah/ungu, positif mengandung triterpenoid. Jika terbentuk warna hijau,

    maka positif mengandung steroid.

    E. Uji tanin

    Sebanyak 10 g contoh ditambah air, lalu dididihkan selama beberapa menit,

    kemudian disaring. Filtrat ditambah FeCl3 1% (b/v). Jika terbentuk warna

    biru atau hitam kehijauan, maka positif mengandung tanin.

    F. Uji hidroquinon

    Sebanyak 1 g contoh ditambah metanol sampai terendam lalu disaring.

    Kemudian ditambahkan NaOH sebanyak 1 tetes. Terbentuknya warna merah

    menunjukkan ekstrak positif mengandung hidroquinon.

    Fraksinasi dan Identifikasi Senyawa

    Fraksinasi dilakukan dengan menggunakan kromatografi kolom kilas.

    Fraksinasi dimulai dengan mencari eluen (fase gerak) terbaik yang dapat

    memisahkan ekstrak kasar dengan menggunakan kromatogafi lapis tipis (KLT)

    analitik. Eluen dicoba dari mulai pelarut polar sampai non polar. Pemilihan eluen

    terbaik dilakukan dengan menggunakan pelat KLT aluminium silica gel GF254

    dengan ukuran 1x10cm2, dengan jarak elusi sebesar 8.5 cm. Pelat KLT terlebih

    dahulu diaktifkan pada suhu 1050C selama 10 menit. Ekstrak pekat yang sudah

    dilarutkan dengan etanol 70% ditotolkan pada pelat KLT menggunakan eluen

    33

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    33/67

    Eluat dipisahkan berdasarkan volume retensi sebesar 5 ml. Dengan bantuan KLT

    fraksi-fraksi yang sama akan digabungkan. Fraksi-fraksi tersebut kemudian diuji

    aktivitas inhibisinya terhadap alfa glukosidase.

    Untuk menjadikan fraksi menjadi satu spot yang terpisah, dilakukan

    kromatografi lapis tipis preparatif dengan fasa diam silica gel ukuran 20x20 cm

    dan fasa geraknya dengan pelarut metanol:kloroform dengan perbandingan 4:11.

    Identifikasi dengan Spektroskopi UV-Vis

    Identifikasi senyawa menggunakan spektrofotometer UV. Spektrum serapan

    diukur dalam larutan blanko yang sangat encer dengan pembanding blanko pelarut

    serta menggunakan spektrofotometer yang dapat merekam secara otomatis.

    Pelarut yang digunakan dalam pengukuran adalah etanol. Senyawa dalam sampel

    diukur pada panjang gelombang 200-400 nm.

    Identifikasi dengan FTIR

    Contoh dalam bentuk serbuk sebanyak 2 mg dihaluskan bersamaan

    dengan 0.198 gram KBr dalam mortal agate. Setelah dihaluskan dan bercampur

    maka serbuk ini dimasukkan ke dalam alat pencetak pelat KBr kemudian ditekan

    sehingga diperoleh serbuk lempeng yang transparan. Lalu, dimasukkan ke dalam

    spektrofotometer IR. Spektrum yang muncul biasanya digambarkan dalam bentuk

    kurva transmitan dengan bilangan gelombang.

    Identifikasi dengan GCMS

    Contoh dilarutkan dalam pelarut metanol p.a dengan konsentrasi yang

    cukup encer. Kemudian disuntikkan pada alat dengan spesifikasi Agilent

    Technologies 7890A dengan siring. Suhu distel dari 100C sampai mencapai

    325C dengan run time 37.5 menit. Pada monitor akan tampak hasil spektro dan

    dapat ditentukan berat molekul senyawanya

    34

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    34/67

    Identifikasi dengan NMR

    Sampel dibebaskan dari pelarut organik dan kemudian dipreparasi

    (dilarutkan) menggunakan pelarut deuterium yang sesuai. Selanjutnya larutan

    seuterum sampel dimasukkan ke dalam tube sampel. Kemudian tube sampel

    dimasukkan ke dalam sampel holder dan ditera menggunakan sampel gauge untuk

    memastikan posisi sampel di dalam medan magnet. Selanjutnya sampel holder

    dimasukkan ke bagian SCM port, dikondisioning. Terakhir dilakukan analisis 1

    dimensi1

    H (proton) dan13

    C (carbon). Spesifikasi alat : JNM ECA 500 Merk

    JEOL.

    35

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    35/67

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Eksplorasi dan Etnobotani Raru

    Jenis pohon raru tersebar secara endemik di Pulau Sumatra. Kegiatan

    eksplorasi yang dilakukan di dua propinsi, Sumatera Utara dan Riau meliputi 5

    (lima) kabupaten antara lain Kabupaten Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara,

    Simalungun, Bengkalis dan Indragiri Hulu yang merupakan sentra penghasil kulit

    raru.

    Kegiatan eksplorasi pertama dilakukan pada Kawasan Hutan Lindung

    Register 13 (Lokasi : Siksikan) Desa Sipan Kecamatan Sarudik Kabupaten

    Tapanuli Tengah yang berada pada ketinggian 400 mdpl. Berdasarkan informasi

    dari masyarakat (Nababan dan Sianturi 14 Juli 2008, komunikasi pribadi)

    diketahui bahwa masyarakat memanfaatkan kayu untuk tiang rumah,perkapalan/pelabuhan. Selain itu secara etnobotani, masyarakat memanfaatkan

    kulit kayu raru sebagai obat diabetes dengan berbagai racikan seperti di bawah ini:

    a.Kulit raru direbus, airnya dicampur madu, kumis kucing dan sambiloto untuk

    obat diabetes.

    b.Kulit raru panjang 30 cm; lebar 5 cm direbus dengan air 1 liter. Direbus sampai

    airnya sisa liter (direbus tanpa penutup), terjadi warna coklat pekat.

    Dari hasil identifikasi jenis yang dilakukan di Herbarium Bogoriense,

    diketahui bahwa jenis kayu raru di daerah ini adalah Cotylelobium melanoxylon

    Pierre. Di masyarakat pedagang kulit raru, diketahui bahwa kulit raru yang

    terbaik untuk campuran tuakdiperoleh dari daerah ini.

    Eksplorasi kedua dilakukan pada hutan rakyat di Desa Sinasih, KecamatanSilau Kahayan, Kabupaten Simalungun yang berada pada ketinggian 250 mdpl.

    Berdasarkan hasil wawancara dengan masyarakat (Saragih 1 September 2008,

    komunikasi pribadi) diketahui informasi bahwa raru digunakan sebagai obat

    36

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    36/67

    Eksplorasi ketiga dilakukan pada hutan rakyat, Desa Sibalanga, Kecamatan

    Adian Koting, Kabupaten Tapanuli Utara yang berada pada ketinggian 800

    mdpl. Berdasarkan wawancara dengan salah seorang narasumber (Aritonang 7

    Agustus 2008, komunikasi pribadi), diketahui bahwa raru digunakan sebagai obat

    penyakit gula/diabetes. Cara masyarakat memanfaatkan kulit raru sebagai obat

    adalah dengan cara merebus beberapa gram kulit dan meminum filtratnya. Dari

    hasil identifikasi jenis yang dilakukan di Herbarium Bogoriense, diketahui bahwa

    jenis kayu raru di daerah ini adalah Cotylelobium lanceolatum Craib.

    Eksplorasi keempat dilakukan pada kawasan hutan lindung kawasan

    CALTEX Duri, Kabupaten Bengkalis. Berada pada ketinggian 100 mdpl.

    Berdasarkan hasil wawancara masyarakat (Karna 14 Agustus 2008, komunikasi

    pribadi) diketahui informasi bahwa raru digunakan sebagai obat penyakit gula.

    Masyarakat merebus kulit raru untuk pemakaian obat. Dari hasil identifikasi jenis

    yang dilakukan di Herbarium Bogoriense, diketahui bahwa jenis kayu raru di

    daerah ini adalah Cotylelobium melanoxylon Pierre.

    (a) (b) (c) (d) (e)

    Gambar 2 Foto daun a) Cotylelobium melanoxylon Pierre; b) Shorea

    balanocarpoides Symington; c)Cotylelobium lanceolatum Craib d)

    Cotylelobium melanoxylon Pierre; e)Vatica perakensis King.

    Eksplorasi kelima dilakukan pada zona penyangga Taman Nasional Bukit

    Tiga Puluh di Lokasi Camp Granit KM 7 Tanah Lakat, Kecamatan Batang

    Gansal Kabupaten Indragiri Hulu Berdasarkan hasil wawancara dengan salah

    37

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    37/67

    raru ini untuk tujuan pemakaian sebagai obat. Dari hasil identifikasi jenis yang

    dilakukan di Herbarium Bogoriense, diketahui bahwa jenis kayu raru di daerah ini

    adalah Vatica perakensis King.

    Penyarian hasil eksplorasi kayu raru berdasarkan sampel herbarium yang

    diidentifikasi di Herbarium Bogoriense, LIPI Cibinong dan Bagian Botani Pusat

    Penelitian Hutan dan Konservasi Alam, Litbang Kehutanan disajikan pada Tabel 2

    di bawah ini.

    Tabel 2 Hasil eksplorasi

    No Lokasi

    (Kab.)

    Kegunaan

    Kayu Raru

    Cara Penggunaan Jenis

    1 Tapteng Kayu : bahan

    bangunan dan

    kulit: bahan

    obat

    Untuk obat diabetes

    Resep 1: kulit raru direbus,

    airnya dicampur madu, kumis

    kucing dan sambiloto.Resep 2 : kulit raru panjang 30

    cm; lebar 5 cm direbus dengan

    air 1 liter. Direbus sampai

    airnya sisa liter.

    Cotylelobium

    melanoxylon Pierre

    2 Simalungun Kayu : bahan

    bangunan dan

    kulit: bahan

    obat

    Sebagai obat penyakit

    gula/diabetes dengan cara

    merebus kulit raru dan

    meminumnya.

    Shorea

    balanocarpoides

    Symington

    3 Taput Kayu : bahan

    bangunan dan

    kulit: bahan

    obat

    Sebagai obat penyakit

    gula/diabetes dengan cara

    merebus kulit raru dan

    meminumnya.

    Cotylelobium

    lanceolatum Craib

    4 Bengkalis Kayu : bahan

    bangunan dan

    kulit: bahan

    obat

    Sebagai obat penyakit

    gula/diabetes dengan cara

    merebus kulit raru dan

    meminumnya.

    Cotylelobium

    melanoxylon Pierre

    5 IndragiriHulu

    Kayu : bahanbangunan dan

    kulit: bahan

    obat

    Sebagai obat penyakitgula/diabetes dengan cara

    merebus kulit raru dan

    meminumnya.

    Vatica perakensisKing

    38

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    38/67

    oligostilbenoid, senyawa ini terbentuk melalui kopling oksidatif antara radikal

    bebas stilben resveratol (E-3,5,4-trihidroksi stilben) membentuk dimer, trimer

    sampai oktamer. Disamping itu, senyawa terpenoid, flavonoid, arilpropanoid dan

    turunan asam galat biasanya ditemukan dalam famili ini. Banyak diantara

    senyawa turunan oligostilben seperti disebut di atas memperlihatkan bioaktivitas

    yang seperti kemopreventif untuk kanker, antifungal, sitotoksik terhadap sel

    tumor, hepaprotektor, antiimflamasi, antibakteri dan anti HIV.

    Hampir 30 spesies tumbuhan Dipterocarpaceae telah diselidiki di

    Laboratorium Kimia Bahan Alam ITB, dan senyawa oligostilbenoid telah

    diisolasi, beberapa diantaranya merupakan senyawa baru serta tidak sedikit yang

    menunjukkan sitotoksik yang tinggi terhadap sel murin leukimia P388. Dari

    Shorea seminis telah diisolasi senyawa baru berupa dimer stilben yang diberi

    nama diptoindonesin-A (124), bersama-sama dengan dimer yang sudah dikenal (-)

    ampelopsin-A, dan laevifonol, serta trimer -viniferin dan tetramer hopeafenol

    dari Dryobalanops oblongifolia Dyer berhasil diisolasi dua senyawa baru lagi

    yaitu cis-diptoindonesin-B (125) dan trans-diptoindonesin B(126). Senyawa baru

    lainnya dalam bentuk stilbenoid termodifikasi ditemukan dalam Hopea gregaria

    yakni diptoindonesin D, F dan G (127) (128) dan (129). Dari Vatica pauciflora

    telah diisolasi 9 senyawa oligostilbenoid tiga diantaranya merupakan senyawa

    baru yakni diptoindonesin E suatu heksamer, diptoindoesin C 131 dan

    diptoindonesin H termasuk oktamer. Beberapa oligomer stilben yang hampir

    selalu ada dalam tiap spesies Dipterocarpaceae adalah -vinerin (130) dan

    hopeanol (131) masing-masing merupakan dimer resveratol dan tetramer

    resveratrol, -viniferin secara biogenetik dianggap sebagai prekursor yang

    merupakan senyawa antara untuk pembentukan hampir semua oligomer

    resveratol. Sedangkan hopeafenol karena yang hampir selalu ditemukan dalam

    setiap spesies Dipterocarpaceae, diusulkan sebagai chemical marker famili

    t b h i i B b li tilb id t l h di ji kti it t h d l

    39

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    39/67

    CotylelobiumVatica

    Refluks

    Maserasi

    30.11

    12.76 14.97

    4.354.35

    2.130.00

    10.00

    20.00

    30.00

    40.00

    Rendemen

    (%)

    Ekstraksi

    Dari 5 (lima) jenis raru hasil eksplorasi, difokuskan 3 (tiga) jenis kulit kayu

    raru sebagai bahan penelitian yaitu jenis Cotylelobium melanoxylon Pierre, Shorea

    balanocarpoides Symington, dan Vatica perakensis King. Penentuan jenis ini

    dilakukan berdasarkan perbedaan spesies yang mewakili masing-masing genus.

    Metode ekstraksi yang dilakukan adalah dengan metode maserasi dengan

    dan metode refluks (Harborne, 1987). Metode maserasi dipilih dalam

    memisahkan senyawa-senyawa aktif kulit kayu raru selain berdasarkan pada

    efektivitas, kepraktisan, keamanan dan ekonomis dalam penggunaannya juga

    bertujuan untuk menghindari rusaknya senyawa-senyawa aktif yang tidak tahan

    dengan panas. Pemilihan pelarut etanol sebagai larutan pengekstrak dikarenakan

    etanol merupakan pelarut serbaguna yang baik untuk ekstrak pendahuluan.

    Metode ekstraksi lainnya yaitu refluks dipilih untuk melihat efektivitas metode

    penggodokan yang dilakukan masyarakat dengan hasil pengujian laboratoris.

    Rendemen ekstrak dari 3 jenis raru dengan dua macam metode ekstraksi

    disajikan pada Gambar 3 di bawah ini. Metode ekstraksi maserasi digunakan

    untuk mengekstrak suatu komponen kimia yang tidak tahan panas.

    40

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    40/67

    Hasil ekstraksi dengan metode maserasi menghasilkan rendemen yang lebih

    tinggi dari rendemen dengan metode refluks. Rendemen ekstrak dengan metode

    maserasi untuk jenis Shorea balanocarpoides, Vatica perakensis dan

    Cotylelobium melanoxylon berturut-turut adalah sebesar 14.93%, 12.76% dan

    30.11%. Sementara rendemen dengan metode refluks untuk jenis Shorea

    balanocarpoides, Vatica perakensis danCotylelobium melanoxylon berturut-turut

    adalah sebesar 2.13%, 4.35% dan 4.35%.

    Berdasarkan nilai rendemen yang diperoleh, diketahui bahwa metodeekstraksi dengan jenis pelarut yang berbeda mempengaruhi jumlah rendemen

    yang dihasilkan. Nilai rendemen dengan maserasi (etanol 70%) lebih tinggi

    daripada metode refluks (air). Etanol memiliki dua gugus yang berbeda

    kepolarannya yaitu gugus hidroksil yang bersifat polar dan gugus alkil yang

    bersifat non polar. Dengan adanya dua gugus ini diharapkan senyawa-senyawa

    dengan tingkat kepolaran yang berbeda akan terestrak ke dalam etanol. Hal ini

    menunjukkan bahwa senyawa-senyawa yang terlarut dalam etanol 70% lebih

    banyak dari pelarut aquades.

    Penapisan Fitokimia

    Analisa fitokimia merupakan salah satu cara untuk mengetahui kandungankualitatif senyawa metabolit sekunder dari suatu bahan alam. Golongan utama

    dari senyawa aktif ekstrak tumbuhan dapat diketahui melalui analisis ini. Dari

    masing-masing perlakuan dilakukan pengujian kualitatif fitokimia untuk

    mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak kasar. Secara

    umum menunjukkan bahwa ekstrak mengandung senyawa golongan flavonoid,

    tanin dan saponin. Uji kualitatif fitokimia disajikan pada Tabel 3 di bawah ini.

    Senyawa golongan flavonoid dan saponin banyak dilaporkan sebagai

    antihiperglikemia. Penelitian Studiawan dan Mulya (2005) terhadap daun salam

    (Eugenia polyantha) yang mengandung flavonoid dan tanin dapat menurunkan

    41

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    41/67

    Tabel 3 Hasil uji fitokimia ekstrak kulit kayu raru

    Shorea Vatica Cotylelobium

    Senyawa Maserasi Refluks Maserasi Refluks Maserasi RefluksFlavonoid +++ ++ ++ ++ ++ ++

    Tanin +++ ++ ++ ++ ++ ++

    Saponin +++ ++ ++ +++ ++ +++

    Titerpenoid - - - - + -

    Steroid - - - - - +

    Hidrokuinon - - - - + -

    Alkaloid:

    DragendorfWagner

    Meyer

    --

    -

    --

    -

    --

    -

    --

    -

    --

    -

    --

    -Keterangan : (-): tidak terdeteksi; (+): positif ; (++): positif kuat; (+++): positif sangat kuat

    Uji Inhibisi Alfa Glukosidase Ekstrak Kasar

    Uji inhibisi terhadap enzim alfa glukosidase dilakukan untuk mengetahui

    aktivitas antihiperglikemik dari setiap ekstrak dan fraksi yang ada. Pada

    pengujian ini enzim alfa glukosidase akan menghidrolisis substrat p-nitrofenil--

    D-glukopironosa menjadi p-nitrofenol yang berwarna kuning dan glukosa.

    Aktivitas enzim diukur berdasarkan absorbansi p-nitrofenol yang berwarna

    kuning. Dengan adanya ekstrak kulit kayu raru yang berperan sebagai inhibitor

    alfa glukosidase makap-nitrofenolyang dihasilkan akan berkurang yang ditandai

    oleh berkurangnya intensitas warna kuning.

    Data pengujian aktivitas inhibisi alfa glukosidase ketiga jenis dengan dua

    macam metode ekstraksi (maserasi dan refluks) ditunjukkan pada Gambar 4 di

    bawah ini. Dari hasil analisis statistik yang dilakukan terhadap pengaruh jenis

    dan metode ekstraksi menunjukkan bahwa semua jenis perlakuan tidak berbeda

    nyata. Artinya bahwa semua jenis dan metode ekstraksi memberikan hasil yang

    sama baiknya jika dibandingkan dengan kontrol (glucobay). Kecenderungan

    persen inhibisi terbesar adalah Shorea balanocarpoidesdengan metode maserasi

    42

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    42/67

    94.86 92.57

    97.33

    97.05 96.2988.38 90.67

    0

    25

    50

    75

    100

    Glucobay Cotylelobium Vatica Shorea

    Refluks

    Maserasi

    Jenis Raru

    %I

    nhibisi

    Gambar 4 Aktivitas inhibisi alfa glukosidase ekstrak kasar raru dengan metode

    ekstraksi yang berbeda.

    Jika dibandingkan dengan jenis inhibitor alfa glukosidase dari tumbuhan

    lain menunjukkan perbedaan aktivitas yang cukup signifikan. Seperti yang

    dilaporkan Subramanian, R., et.al (2008) yang melakukan pengujian aktivitas

    inhibisi alfa glukosidase terhadap Andrographis pianiculatadan andrographolide

    menunjukkan bahwa pada konsentrasi 62.5 mg/ml ekstrak Andrographispianiculata memberikan inhibisi maksimal sebesar 89%. Inhibisi bervariasi dari

    89-3.2% berturut-turut dari konsentrasi tertinggi sampai terendah dan selang 62.5-

    1.95 mg/ml. Andrographolide mampu menginhibisi 53.7-3.5% pada selang

    konsentrasi 10-1.25 mg/ml.

    Fraksinasi

    Salah satu dari jenis ekstrak kulit kayu raru dipilih sebagai fokus objek

    penelitian isolasi senyawa aktif. Jenis Shorea balanocarpoides Symington

    dengan metode maserasi dipilih karena beberapa pertimbangan antara lain dari

    43

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    43/67

    dimaksud meliputi pencarian pelarut tunggal dan campuran. Pemilihan pelarut

    campuran didasarkan pada studi literatur yang dapat memisahkan saponin dan

    flavonoid. Fasa diam KLT menggunakan silica gel GF254 dan fasa geraknya

    dilakukan dengan cara coba-coba (trial and error). Dari beberapa percobaan yang

    dilakukan, pelarut yang memisahkan senyawa dengan spot-spot terpisah dengan

    baik adalah pelarut campuran metanol dan kloroform dengan perbandingan 4:11.

    Pola pemisahan ini dapat dilihat pada Gambar 5 di bawah ini.

    Gambar 5 Kromatografi lapis tipis dengan variasi campuran pelarut pengembang.

    Setelah fase gerak terbaik ditemukan, kemudian dilakukan pemisahan

    dengan kromatografi kolom kilas (flash chromatography). Fasa diam yang

    digunakan adalah silica gel yang bersifat polar dan fase gerak yang digunakan

    MeOH:CHCl3

    1: 11

    MeOH:CHCl3

    3: 11

    MeOH:CHCl3

    4: 11

    MeOH:CHCl3

    5: 11

    MeOH:CHCl3

    5: 12

    MeOH:CHCl3

    5: 10

    44

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    44/67

    Tekanan udara yang dihasilkan oleh sistem pompa meningkatkan laju

    eluen dalam proses elusi sampel. Mekanisme partisi solut di antara eluen dan fase

    diam menjadi lebih cepat sehingga waktu pemisahan lebih cepat. Eluat dari

    colomnflash chromatographydipisahkan berdasarkan volume retensi senilai 5 ml.

    Proses elusi dihentikan ketika fraksi terakhir sudah menunjukkan warna yang

    sama dengan warna fraksi awal. Hasil fraksinasi yang diperoleh adalah 313 vial.

    Kemudian dilakukan penggabungan berdasarkan kesamaan Rf dan pola KLT.

    Diperoleh 16 fraksi (Tabel 4) yang kemudian dipekatkan dengan vacum rotaryevaporator. Fraksi-fraksi yang diperoleh diuapkan kemudian dikarakterisasi

    keberadaan kristalnya.

    Tabel 4 Penggabungan dalam fraksi-fraksi

    Fraksi Tabung Berat (g) Jumlah spot Rf

    1 1-11 0.0302 1 0.882 12-15 0.1067 1 0.88

    3 16-24 0.1484 2 0.67; 0.88

    4 25-39 0.4827 3 0.34; 0.56; 0.65

    5 40-47 0.1902 6 0.34; 0.56; 0.65

    6 48-55 0.2700 6 0.27; 0.36; 0.45; 0.53; 0.65; 0.71

    7 56-89 0.9132 5 0.05; 0.27; 0.42; 0.59; 0.76; 0.91

    8 90-114 0.6351 4 0.07; 0.21; 0.40; 0.60; 0.89

    9 115-120 0.1191 4 0.13; 0.29; 0.36; 0.5410 121-149 0.3383 4 0.15; 0.27; 0.38; 0.52

    11 150-160 0.0922 4 0.19; 0.44; 0.60; 0.88

    12 161-179 0.1697 3 0.12; 0.25; 0.32

    13 180-220 0.2603 1 0.08

    14 221-247 0.3006 2 0.07; 0.24

    15 248-260 0.0553 2 0.09; 0.88

    16 216-313 0.1604 2 0.09; 0.88

    Sebanyak 16 fraksi hasil kromatografi kolom, kemudian dilakukan

    penggabungan berdasarkan kemiripan nilai Retention factor (Rf). Sehingga

    diperoleh sebanyak 5 fraksi. Fraksi 1, 2, 3, 4 dan 5 dilakukan pemantauan dengan

    45

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    45/67

    97.05 96.34 96.14

    83.13

    99.3994.44

    0

    25

    50

    75

    100

    Glucobay Fraksi 1 Fraksi 2 Fraksi 3 Fraksi 4 Fraksi 5

    Aktivitasinhibisi(%)

    Rf 0.08, 0.28, 0.40; 0.53, 0.62 dan 0.86. Fraksi 5 menghasilkan 4 spot dengan

    nilai Rf 0.08, 0.28, 0.40 dan 0.52.

    Uji Inhibisi Alfa Glukosidase Fraksi

    Hasil pengujian inhibisi alfa glukosidase fraksi-fraksi menunjukkan persen

    yang baik antara 83.13-99.39 % seperti yang disajikan pada Gambar 6 di bawah

    ini.

    Gambar 6 Persen inhibisi alfa glukosidase fraksi Shorea

    Dari hasil KLTp terhadap Rf target yaitu 0.40, 0.54, 0.67 dan 0.87

    dilakukan pengujian aktivitas inhibisi alfa glukosidase. Hasil pengujian aktivitas

    inhibisi alfa glukosidase ke 4 sub fraksi tersebut ditunjukkan pada Tabel 6 di

    bawah ini.

    Tabel 5 Aktivitas inhibisi alfa glukosidase Rf target

    No Rf target Berat (mg) Inhibisi (%)

    Kontrol (Glucobay) 97 05

    46

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    46/67

    Berdasarkan nilai aktivitas inhibisi alfa glukosidase, diperoleh persentase

    inhibisi terbesar adalah pada Rf 0.40. Akan tetapi karena persentase beratnya yang

    terlalu kecil, ditetapkan untuk objek karakterisasi adalah Rf 0.54 yang memiliki

    berat yang cukup dan persen inhibisi yang tinggi juga (97.08%).

    Dari hasil pengujian aktivitas inhibisi alfa glukosidase terhadap ke-5 fraksi

    tersebut, selanjutnya dilakukan penggabungan subfraksi dari fraksi 1,2,3 dan 5

    berdasarkan nilai Rf 0.4, 0.54, 0.67 dan 0.87. Pemisahan senyawa ini dilakukan

    menggunakan kromatografi lapis tipis preparatif (KLTp) silica gel F254 ukuran20x20 cm. Data kuantitatif dari tiap subfraksi disajikan pada Tabel 6 di bawah

    ini. Dengan menggunakan KLTp ukuran 20x20 dilakukan penotolan dengan

    LINOMAT untuk tiap-tiap fraksi. Setelah dilakukan running tiap fraksi, dilakukan

    pengerukan (pemisahan pita) berdasarkan nilai Rf. Diperoleh 4 kelompok

    berdasarkan Rf yaitu kelompok Rf 0.40; 0.54; 0.67 dan 0.86. Kemudian hasil

    kerukan dilarutkan dalam Etanol 70% dan dipisahkan selanjutnya antara silica

    dengan ekstrak. Selanjutnya dilakukan penyaringan dengan kertas saring untuk

    memisahkan filtrat dengan silica. Kemudian filtrat dipekatkan dengan rotavapor

    dan dicek kembali Rf masing-masing sub fraksi dengan KLT analitik.

    Tabel 6 Pengecekan nilai Rf dari KLTpNo Rf pita Jumlah pot Rf KLT Berat (mg)

    1 0.40 1 0.40 8.2

    2 0.54 1 0.54 35.4

    3 0.67 1 0.67 7.7

    4 0.87 1 0.87 11.9

    Penelitian terhadap jenis Shorea yang lain pernah dilakukan Hirano, Y.

    et.al. (2003) terhadap Shorea laeviforia. Peneliti berhasil mengisolasi lima

    senyawa tanin antara lain asam gallat, asam flavogallonat dilactone, asam

    valoneic dilactone, gallagyldilactone, asam ellagic dari kayu teras Shorea

    47

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    47/67

    asam valoneat dilactone dan gallagyldilactone menunjukkan bahwa sifat

    mencegah 5 - reductase tidaklah kompetitif melawan substrat (testosterone) dan

    secara parsial kompetitif melawan kofaktor (NADPH). Sebagai tambahan, analisa

    penghambatan dari asam valoneat dilactone dan NADP+ menunjukkan inhibisi

    sinergis. Hasil ini mengusulkan bahwa baik asam valoneat dilacton maupun

    gallagyldilactone dapat mempengaruhi ikatan testosterone tetapi senyawanya

    dapat berinteraksi dengan enzyme-NADP+ kompleks untuk menginhibisi

    menghalangi 5 - reductase.

    Karakterisasi Senyawa Kimia

    Karakterisasi dengan KLT Analitik dan KLT Dua Arah

    Hasil karakterisasi dengan KLT analitik menunjukkan bahwa pada plat

    KLT terdapat satu spot pada Rf 0.54. Untuk melihat kemurnian dari senyawa

    yang diperoleh, dilakukan karekterisasi KLT analitik dua arah. Analisa yang

    dilakukan dengan menggunakan larutan pengembang metanol : kloroform (4:11)

    pada elusi pertama dan metanol : kloroform (5:12) pada elusi kedua.

    Hasil KLT dengan peningkatan kepolaran dari larutan pengembang

    menghasilkan spot tunggal. Hal ini menunjukkan bahwa senyawa yang diisolasi

    sudah cukup murni, walaupun masih terlihat spot yang agak besar.

    Karakterisasi dengan Spektrofotomeri UV-Vis

    Karakterisasi senyawa secara spektrometri UV-Vis dilakukan dengan

    menggunakan pelarut etanol. Hasil spektrometri UV menunjukkan serapan

    maksimum pada panjang gelombang 288.6 nm (Gambar 7). Serapan maksimum

    pada panjang gelombang ini mengisyaratkan bahwa senyawa memiliki kromofor

    fenolik yang terkonjugasi.

    48

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    48/67

    Panjang gelombang

    Gambar 7 Spektrum serapan senyawa tunggal dalam etanol p.a., pada

    spektofotometer UV-Vis (=200-400 nm; A=0.00-0.50).

    Karakterisasi dengan Spektrofotomeri FTIR

    Spektrum Fourier Transform Infra Red (FTIR) seperti yang disajikan pada

    Gambar 8 dari senyawa menunjukkan adanya serapan pada daerah bilangan

    gelombang 3366 cm-1

    , 2931 cm-1

    , 1451-1612 cm-1

    , 1385 cm-1

    , 1196 cm-1

    , dan

    655-694 cm-1

    . Spektrum infra merah dan prakiraan gugus dari senyawa akan

    disajikan pada Tabel 7. di bawah ini.

    49

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    49/67

    Gambar 8 Spektrum FTIR senyawa.

    Tabel 7 Prakiraan spektrum infra merah dari senyawa

    Bilangan gelombang (cm-1

    ) Literatur * Gugus

    3366 3200-3600 -OH (alkohol, fenol)

    2931 2850-2960 C-H (alifatik)1451-1612 1450-1600 C=C (aromatik)

    1385 1350-1470 C-H (alkana)

    1196 1080-1300 C-O (alkohol)

    655-694 675-870 C-H (aromatik)*) Sumber : Fessenden & Fessenden J.S. (1986)

    Dari hasil penelusuran dengan literatur, bahwa senyawa diduga memilikigugus OH, C-H, C=C, C-O dan C-H aromatik. Spektrum pada puncak serapan

    3366 cm-1

    menunjukkan senyawa mempunyai gugus fungsi OH yang dapat

    berikatan hidrogen antar molekul. Serapan pada 2931 cm-1

    menunjukkan adanya

    Fen

    -OHC-H alifatik

    C=CC-H

    C-O

    C-H aromatik

    50

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    50/67

    Karakterisasi dengan GCMS dan NMR

    Identifikasi struktur senyawa dilakukan dengan dengan spektrometri

    resonansi magnetik inti untuk hidrogen (H-NMR) dan resonansi magnetik inti

    karbon (C-NMR). Untuk mengetahui bobot molekul dari senyawa, dilakukan

    spektrometri GCMS. Dari hasil spektroskopi dengan GCMS, diketahui bahwa

    terdapat adanya dua peak (Gambar 9) yang sangat berdekatan (peak 15.76 dan

    15.89). Diketahui bahwa senyawa belum murni dimana padapeak15.76 terdapat

    beberapa campuran berat molekul 183 dan 390, sementara pada peak 15.89terdapat beberapa campuran berat molekul 390 dan 183. Dengan mengacu pada

    Dictionary of Natural Products Database diketahui bahwa berat molekul 390

    memiliki kemiripan struktur dengan petunjuk awal spektroskopi yaitu

    mengandung gugus aromatik dan glikosida.

    15.00 15.20 15.40 15.60 15.80 16.00 16.20 16.40 16.60 16.80 17.00 17.20

    100000

    120000

    140000

    160000

    180000

    200000

    220000

    240000

    260000

    280000

    300000

    320000

    340000

    360000

    380000

    Time-->

    Abundance

    TIC: SHOREA.D

    15.76

    15.89

    20 40 60 80 1001201401601802002202402602803003203403603800

    1000

    2000

    3000

    4000

    5000

    6000

    7000

    8000

    9000

    m/z-->

    Abundance

    Scan 1249 (15.895 min): SHOREA.D183

    163

    91127 207

    51 10973 255 281 311147 223 339 392355375

    8000

    9000

    Abundance

    #392814: Cyclopropanecarboxylic acid, 3-(2,2-dichlorovinyl...183

    51

  • 7/26/2019 Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa waktu aplikasi urea yang diberikan secara bertahap hanya dapat meningkatkan tinggi tanaman. Pem

    51/67

    Karakterisasi dengan NMR

    Pengecekan pergeseran kimia dilakukan pada H dan C NMR (Lampiran 5

    dan Lampiran 6). Pola pergeseran yang dikarakterisasi diduga dari peak 15.89

    pada berat molekul 390. Pergeseran ini memiliki kemiripan dengan pergeseran

    yang ditentukan berdasarkan prediksi menggunakan software Chem Draw Ultra

    10.

    Hasil spektrometri1H-NMR menunjukkan adanya pergeseran pada

    puncak-puncak H (ppm) 3,31 (doblet), 3,79 (quartet), 5,03 (doblet), 6,22 (doblet),6,4 (doblet), 6,51 (doblet), 6,74 (doblet), 6,94 (doblet), 6,72 (doblet), 7,5 (doblet).

    Spektrometri13

    C-NMR menunjukkan pergeseran kimia C (ppm) 48,92 -216,71

    ppm. NMR karbon ini mengindikasikan adanya gugus benzen (aromatik) pada

    geseran kimia 156,40 -159,19, gugus C-O pada geseran kimia 71,81-78,09 dan

    gugus CH3pada geseran kimia 48,98.

    Hasil spektroskopi 13C dan 1H NMR serta GCMS menunjukkan bahwa

    kuat dugaan senyawa adalah senyawa 4-Glucosyl-3,4',5-trihydroxystilbene atau

    2--D-Glucopyranosyl-5-[2-(4-hydroxyphenyl)ethenyl]-1,3-benzenediol atau 4-C--

    D-Glucopyrano sylresveratrol atau Resveratrol 4-C-glucoside dengan berat

    molekul sebesar 390.389. Ru