52
erita ikoumene untuk keesaan dan kebangsaan B O S EMUA P IHAK H ARUS B ERTANGGUNG J AWAB ! Hak Pangan dan Pemenuhan Nutrisi Anak: Upaya Kritis Mencegah Anak Kurang Gizi Peti Jenazah Sultan Ternate di Gedung GPM Soa Tabanga

Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

  • Upload
    others

  • View
    10

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

eritaikoumeneuntuk keesaan dan kebangsaan

BO

Semua Pihak haruSBertanggung JawaB!

Hak Pangan dan Pemenuhan Nutrisi Anak: Upaya Kritis Mencegah Anak Kurang Gizi

Peti Jenazah Sultan Ternate di Gedung GPM Soa Tabanga

Page 2: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

KONSULTASI NASIONALGEREJA DAN PENDIDIKANKRISTEN DI INDONESIATAHUN 2016

TemaBertolong-tolonganlah dalammenanggung bebanmu untukmembangung bangsa dengankasih Kristus

SubtemaDengan Semangat KebangkitanNasional, Gereja Meningkatkan

Peran Pendidikan Kristen dalamMewujudkan Generasi

Emas Indonesia

Diselenggarakan bersama olehMajelis Pendidikan Kristen di Indonesia (MPK)

dan Lembaga-lembaga Gereja Nasional(PGI, PGLII, PGPI, PGTI,

Bala Keselamatan, GMAHK, PBI)Dengan tuan dan nyonya rumah

Majelis Pendidikan Kristen Wilayah Jawa Timurdidukung oleh

Gereja-gereja dan Lembaga Kristen di Jawa Timur

Surabaya19 - 21 Mei 2016

Page 3: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 1

Pembaca BO yang budiman,

BO biasanya kami hadirkan diakhir bulan. Kami melakukan perubahan, kali ini kami hadirkan di awal bulan. Kami ingin agar pembaca mendapatkan BO dan membacanya pada bulan yang berjalan sesuai dengan edisinya. Sebagai

konsekuensinya, kami melakukan perubahan jadwal menjadi edisi Maret - April, yang semestinya edisi Maret. Selanjutnya edisi Mei akan terbit di awal bulan.

Perubahan ini adalah salah satu langkah kami untuk memperbaiki dan menyajikan BO yang lebih segar dan menarik bagi Anda. Dalam edisi ini, kami menyajikan tema tentang perubahan iklim yang berdampak kepada kerusakan ekologis. Sebuah isu lama yang kembali menjadi kepedulian PGI dalam periode ini, sesuai mandat SR PGI XVI 2014 di Nias.

Kerusakan alam -atau apapun sebutan yang pas- kini adalah sebuah fakta, bukan lagi sekadar ilusi. Di mana-mana kita dapat menyaksikannya dengan mata telanjang. Bahkan, kini kita pun terus-menerus merasakan dampak dan akibatnya. Banjir, longsor, udara yang sangat panas, asap, kekeringan, dan lainnya, adalah bencana akibat kerusakan alam yang selalu terjadi tanpa bisa manusia hentikan lagi.

Bencana seperti ini tidak saja terjadi di negara kita namun di seluruh belahan dunia. Korban yang ditimbulkannya juga tak bisa lagi kita hitung jumlahnya. Bertambah dan terus bertambah.

Situasi ini akan makin mengerikan jika kita tengok data-data statistik tentang kerusakan alam ini. Katanya, Indonesia sekarang adalah peringkat pertama untuk kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di posisi puncak. Itu terjadi sebab sejak tahun 2000, setiap tahun hutan kita hilang sebanyak 6.020.000 hektar.

Merujuk data yang ada, para ahli memprediksi bahwa tahun 2050 seluruh pantai yang berketinggian dua meter akan terbenam seiring dengan mencairnya gunung-gunung es di Kutub Utara dan Selatan. Jika tidak diantisipasi maka fenomena ini akan menjadi awal kehancuran dunia.

Tentu sudah banyak yang dilakukan oleh banyak kalangan, tapi tetap saja terasa belum cukup. Dalam BO ini kami ingin mengingatkan kembali sambil membangun komitmen Anda dan gereja-gereja sekalian tentang pentingnya saat ini melakukan sesuatu yang konkrit untuk mengantisipasi kerusakan alam yang lebih parah. Upaya-upaya kecil nyata yang dilakukan oleh beberapa komunitas gereja dan masyarakat dirangkai dengan narasi-narasi lainnya dari para tokoh, kami sajikan untuk Anda. Tentu juga berita-berita yang lain dengan topik yang berbeda.

Kami berharap semua ini bisa menginspirasi Anda untuk mulai memikirkan dan melakukan sesuatu untuk menyelamatkan bumi ini. Sebab memang kita semua harus bertanggung jawab!

Selamat membaca!

Penasihat:

Pdt. Dr. Henriette Hutabarat-Lebang(Ketua Umum PGI)

Pdt. Gomar Gultom, MTh(Sekretaris Umum PGI)

Pemimpin Umum/ Penanggung Jawab:

Pdt. Krise Anki Rotti-Gosal

Wakil Pemimpin Umum:

Irma Simanjuntak

Pemimpin Redaksi:

Jeirry Sumampow

Redaktur Pelaksana:

Markus Saragih

Sekretaris Redaksi:

Nugroho Agung Sutrisno

Editor:

Rainy Hutabarat

Dewan Redaksi:

Jeirry Sumampow, Rainy Hutabarat, Irma Simanjuntak, Markus Saragih, Nugroho Agung Sutrisno, Andry Pakpahan

Kontributor Daerah:

Aleksander Mangoting,

Jury Nefosan Terok

Distribusi/Keuangan:

Ardina Sirait,

Sumarno, Suhanda

Desain dan Tata Letak:

NaHapKap

Susunan Redaksi Surat Redaksi

Page 4: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 2

SaJian UTama

• Dari Diskusi Kelompok Terfokus Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan: Semua Pihak Bertanggung JawaB!

REfLEKSi

• Kelemahan Struktural Gereja Menghadapi Konflik Penguasaan SDA di Nusantara

inTERnaSionaL

• Bom Bunuh Diri di Pakistan: Peristiwa Berdarah Saat Paskah

• Para pemimpin Ordo Religius Desak Solidaritas dengan Para Petani

• Kecaman atas Senat Nigeria yang menolak RUU ke-setaraan

KoLom KomUniKaSi YaKoma-PGi

• Interfaith

• Strategi Dakwah Antar Budaya

• Generasi “Edisi Terbatas”

• Dari Lokakarya Penguatan Kapasitas Pokja-pokja YAKOMA-PGI: Radikalisme, Kerusakan Ekologis, Ke-miskinan dan Keadilan menjadi Isu Prioritas

oPini

• Gereja, Perubahan Iklim dan Pertanian Organik

KaJian

• Hak Pangan dan Pemenuhan Nutrisi Anak: Upaya Kritis Mencegah Anak Kurang Gizi

VaRia

• Perayaan Hari Doa Sedunia (HDS) 2016 di Indonesia

• Jurnalisme Advokasi di Aceh Singkil

• Lokakarya Mengelola Majalah Berita Oikoumene dan Pelatihan Jurnalistik

• Aksi GKP Pasca Banjir Dayeuhkolot

• Negara Tidak Sigap Mencegah Intoleransi dan Dis-kriminasi Terhadap Anak

• Perayaan Paskah Raya HKBP 2016

SoSoK

• Peti Jenazah Sultan Ternate di Gedung Gereja GPM Soa Tabanga

RESEnSi

• Kamu Juga Bisa YAKIN!

Daftar isi

3

20

23

38

45

48

35

33

27

Foto Cover: Brent Stirton, WWF.panda.org

Page 5: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 3

Semua Pihak Bertanggung Jawab!Dari Diskusi Kelompok Terfokus Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan:

Panas bumi meningkat dan gunungan-gunungan es di kutub utara meleleh, mencair,

dan permukaan air laut terus naik. Para ahli memperkirakan, tahun 2050 seluruh perairan pantai yang ber-ketinggian dua meter akan terbenam di bawah permukaan laut. Pulau-pulau kecil yang datar, pantai Utara pulau Jawa, bahkan Jakarta, akan tenggelam. Menghadapi ancaman kehancuran kehidupan di planet bumi, saling tuding penyebab ke-salahan dan bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan, bukan sikap yang dapat mengatasi persoalan. Masalah perubahan iklim adalah masalah bersama dan bersifat lintas batas: negara, wilayah, organisasi/institusi pun agama.

Karena itulah, Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia melalui Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan (KKC), menggelar Diskusi Kelompok Terfokus pada tanggal 23 Maret 2016 di Grha Oikoumene, untuk memetakan persoalan-persoalan lingkungan yang terjadi di berbagai wilayah, serta berbagi pengalaman kerja-kerja strategis, advokasi dan kampanye masalah lingkungan. Dalam kerja-kerja ini peran media dalam berbagai bentuknya, juga penting. Tujuan Diskusi Kelompok ini adalah, mendapatkan masukan-masukan strategis berupa masalah-masalah lingkungan di berbagai wilayah,

pengalaman best practices, dan tantangan-tantangan yang dihadapi, untuk penyusunan modul kampanye dan advokasi lingkungan yang akan disusun oleh Bidang KKC-PGI.

Diskusi Kelompok ini dihadiri oleh pegiat lingkungan lintas agama dari Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Sajogyo Institute, Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI), Jaringan Kerja Lembaga Pelayanan Kristen (JKLPK), YAKOMA-PGI, Kemen-terian Lingkungan Hidup dan Kehu-tanan (KLKH), dan Radio Heartline.

Krisis Sosial-Ekologis

Amir Mahmud dari Sajogyo Institute menilai, kerusakan lingkungan yang terjadi pada dasarnya merupakan krisis sosial-ekologis, tidak hanya pada tataran kerusakan lingkungan saja, tetapi juga masalah sosial ekonomi. Penyebab utama adalah penguasaan lahan agraria oleh segelintir individu dan berakibat rakyat petani yang tak memiliki tanah

Ancaman kerusakan iklim bukanlah ilusi. Lapisan ozon yang menjadi filter sinar matahari di bumi kian tercabik-cabik akibat rusaknya kawasan hutan alam yang berfungsi sebagai paru-paru bumi.

Diskusi terfokus memetakan persoalan-persoalan lingkungan yang terjadi di berbagai wilayah, serta berbagi pengalaman kerja-kerja strategis, advokasi dan kampanye masalah lingkungan.

sajian utama

Page 6: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 4

kehilangan penghasilan. Bersama Komisi Nasional – Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Sajogyo Institute telah melakukan penelitian tentang masyarakat adat di tujuh lokasi di Indonesia dan temuan mereka menyimpulkan: banyak perusahaan menguasai sumber-sumber agraria secara besar-besaran sehingga para petani kehilangan sumber penghasilan.

Ironisnya, organisasi-organisasi masyarakat sipil dan lembaga-lembaga agama kerap terbius dana Corporate Social Responsibility (CSR) yang diberikan oleh perusahaan-perusahaan lingkungan, seperti pertambangan, kelapa sawit dan perkebunan monokultur lainnya. Sementara masyarakat di sekeliling perusahaan-perusahaan tersebut hidup dalam kemiskinan. “Ini yang menyebabkan masyarakat sekeliling perkebunan di Kalimantan mencuri kayu, seperti terjadi di Kalimantan. Mereka kehilangan sumber bahan bakar reranting kering yang biasa mereka pungut dari hutan sekitar mereka, ” kata Darma Silan.

Masalah lingkungan di perkotaan tak kurang parah. Masalah sampah, lenyapnya ruang hijau, polusi, krisis air bersih, kemacetan lalu lintas dan banjir, mengakibatkan mutu kehidupan di kota merosot. Lingkungan hidup yang rusak menyebabkan manusia berjuang keras untuk bertahan hidup, bukan saja mencari nafkah tetapi juga beradaptasi dengan lingkungan hidup yang jauh dari sehat. Lembaga agama seperti gereja dan mesjid di lingkungan perumahan di kota-kota besar lebih peduli dengan urusan ritual ketimbang terlibat dalam

kampanye atau sosialisasi masalah-masalah lingkungan hidup. Tentu ada, gerakan-gerakan hijau dari komunitas-komusitas rukun tetangga di kota-kota, mereka bergerak secara mandiri merespon persoalan lingkungan seperti sampah, di lingkungannya. “Di lingkungan tempat tinggal saya, ada gerakan peduli lingkungan. Kegiatannya berupa pemilahan sampah-sampah organik dan nonorganik berupa gelas/botol plastik, kardus, kotak susu, kaleng susu, koran/majalah/kertas bekas, dan perkakas dapur alumunium atau besi yang tak di-pakai lagi. Setiap bulan sampah-sampah tersebut dari tiap keluarga dikumpulkan, dipilah-pilah, untuk dijual dan hasilnya masuk kas rukun tetangga. Memang belum sampai pada pengolahan sampah organik menjadi kompos, misalnya, tetapi langkah ini sudah menunjukkan kesadaran warga untuk merawat lingkungan hidup, yang merupakan sumbu dari perawatan lingkungan di perkotaan.” paparnya.

Strategi aksi

Merespon perubahan iklim menuntut semua pihak tanpa terkecuali terlibat dalam pemulihan dan perawatan lingkungan hidup yang rusak di seluruh area. Kerusakan lingkungan juga memerlukan strategi tindakan yang holistik mulai dari gerakan di tingkat komunitas basis, organisasi agama, organisasi masyarakat sipil, pengusaha maupun pemerintah daerah maupun pemerintah negara-negara. Amir Mahmud menegaskan, “Perlawanan berupa menanam pohon tidak efektif, tapi harus di-sertai perubahan perilaku manusia.Perlawanan kita dapat berupa memeriksa kembali izin konsesi perusahaan.” Artinya, gerakan perawatan lingkungan juga meng-gunakan pendekatan struktural, antara lain sinergi organisasi masyarakat sipil, lembaga agama, untuk advokasi berbagai kebijakan pemerintah, mulai dari kebijakan terkait tanah adat, agraria, kehutanan, pengalihan lahan, ruang hijau di perkotaan, dan seterusnya.

sajian utama

Potret ketidakpedulian masyarakat akan masalah sampah di lingkungan.

Page 7: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 5

Pengalaman NU dalam penyadaran lingkungan hidup mencatat pentingnya kehadiran tokoh-tokoh setempat yang dihormati masyarakatnya. Zuliati dari PBNU me-nuturkan, “Kita juga harus memetakan para pemangku kepentingan yang berpengaruh di tengah masyarakat, seperti tokoh-tokoh agama dan adat. Mereka berpenga-ruh dalam menumbuhkan kesadaran masyarakat. Kalau mengharapkan dari pemerintah , masyarakat terkesan ogah-ogahan karena dianggap proyek semata.”

Diskusi Kelompok Terfokus memetakan pendekatan-pendekatan untuk gerakan dan kampanye lingkungan hidup. Diakui, penguatan gerakan komunitas-komunitas basis penting agar rakyat mampu mengorganisir diri menghadapi persoalan lingkungan yang dihadapinya dan tidak diviktimisasi. Namun pendekatan struktural yang menyasar kepada lembaga-lembaga agama dan pemerintah lebih penting lagi untuk mengubah para-digma berpikir dan nilai seperti teologi dan reinterpretasi teks kitab suci terkait isu-isu lingkungan serta kebijakan-kebijakan pemerintah. “Modul ini akan mengakomodir pendekatan paradigma nilai atau moral masyarakat terkait lingkungan dan sekaligus pendekatan struktural yaitu perlawanan terhadap perusahaan perusak lingkungan dan kebijakan pemerintah,” ungkap Pdt. Penrad Siagian, Sekretaris Eksekutif Bidang KKC-PGI.

Jose Yusuf Marwoto dari Radio Heartline mengingatkan peran media yang strategis, terutama media sosial, untuk sosialisasi masalah-masalah lingkungan hidup. “Kita tidak bisa lagi semata mengandalkan radio dan televisi. Peran media sosial sekarang sangat kuat. Akses informasi media sosial cukup mengandalkan ponsel, bahkan radio dan televisi pun kini bisa diakses melalui ponsel. Konvergensi media ini harus kita sadari,” ungkap Jose. “Karena itu kita perlu memanfaatkan media sosial untuk kampanye dan sosialisasi lingkungan. Selanjutnya, values apa yang hendak disosialisasikan kepada masyarakat? Harus ada value dalam isu kita agar masyarakat tertarik dan tergerak untuk terlibat dalam isu kita. Ketertarikan ini akan men-dorong mereka mengkampanyekannya kepada orang lain. Radio milik kami bisa digunakan sebagai media kam-panye isu lingkungan teman-teman,” lanjutnya.

Untuk membantu proses penyusunan modul, KLKH dan PBNU menawarkan modul-modul yang telah mereka susun dan terbitkan sebagai referensi. ∎ (Rainy Hutabarat)

Indonesia kini mengalahkan Brasil sebagai juara bertahan dalam deforestasi atau penebangan hutan tertinggi di dunia. Menurut penelitian yang

dimuat dalam jurnal Nature Climate Change, pe-nebangan hutan di Tanah Air kini telah mengancam keanekaragaman hayati dan spesies langka dan pemanasan global.

Dikutip Mashable, Ahad, 29 Juni 2014, pemerintah Indonesia menyatakan moratorium atau penang-gulangan penebangan hutan telah dilakukan pada Mei 2011. Namun peneliti dari University of Maryland, Matthew Hansen, mengatakan tindakan itu tidak terlalu berpengaruh. Sejak 2000 hingga 2012, hutan utama di Indonesia telah hilang sebanyak 6.020.000 hektare per tahun.

Selain itu, Hansen menuturkan menghilangkan hutan dengan cara membakar juga berdampak pada peningkatkan suhu global. Sebab, karbon dan metana banyak tersimpan dalam hutan di Indonesia. Dengan membakar lahan gambut untuk membersih-kan jalanan, akan melepaskan karbon dan metana ke atosfer dan mempengarui suhu bumi secara keseluruhan. “Pemerintah harus mulai mengkon-versi penggunaan lahan. Meskipun Indonesia telah menerapkan moratorium, ini tidak memiliki efek yang diinginkan,” tutur Hansen. ∎

IndonesiaJuara Bertahan!

sajian utama

Page 8: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 6

Kerusakan lingkungan akibat perubahan iklim berkorelasi erat dengan kerusakan hidup

manusia. Kehancuran lingkungan akan berdampak langsung terha-dap pemiskinan masyarakat. Fakta menunjukkan, di sejumlah wilayah yang memiliki kekayaan alam yang melimpah justru masyarakatnya hidup jauh dari kesejahteraan yang diharapkan.

Victor Rembeth, Reader on Environmental Ethics and Philosophy dari Thamrin School of Climate Change and Sustainability, me-ngatakan bahwa soal kerusakan lingkungan dan wacana Justice, Peace, and Integrity of Creation (JPIC) menyentuh keberlanjutan kehidupan. Konteks keberlanjutan (sustainability) berarti bahwa apapun paham teologis seseorang ketika bicara tentang dunia, dia harus ber-pikir bahwa ini merupakan warisan bersama yang diberikan Tuhan, yang perlu dipertahankan keberadaannya hingga ke masa depan.

Sebab itu, komitmen terhadap JPIC harus memperkaya sesorang, termasuk dimensi spiritualitasnya, untuk mengubah dunia, dan men-jadikan dunia lebih baik, lebih adil, lebih damai dan lebih utuh.

Menurutnya, persoalan perubahan iklim tidak bisa dipisahkan dari revolusi industri yang menunjukkan kerakusan manusia untuk tujuan ekonomi. Eksplorasi minyak yang menjadi penentu segala sesuatu di

dunia ini, baik dalam politik, keamanan, dan kekuasaan.

“Di sinilah peace atau keadilan, yaitu bagaimana kita bisa mengisi ruang-ruang kebaikan di dunia ini sebagai bagian dari upaya mengurangi ketidakadilan yang dilakukan oleh pelaku-pelaku ekonomi yang menghalalkan segala cara. Ketidakadilan dipraktekkan demi mendapatkan segalanya, dan ini juga terjadi di Indonesia,” katanya.

Ketika sumber daya alam digerogoti secara membabi-buta, menurut Victor, gereja harus bersuara untuk menyuarakan keadilan dan keutuhan ciptaan. Sebab, hampir setiap daerah yang ada perusahaan tambang di Indonesia pasti bersinggungan dengan masyarakat akibat eksploitasi alam yang menimbulkan kerusakan lingkungan.

Lebih jauh, aktivis Humanitarian Forum Indonesia (HFI) ini menjelaskan, gereja-gereja sedunia dari berbagai latar-belakang, termasuk termasuk Roma Katolik dan Ortodoks, sejak awal abad ke-20 mengarah kepada pemahaman yang kuat tentang peran sosial gereja. Intinya, panggilan gereja untuk turut berperan dalam mengatasi masalah-masalah kehidupan umat manusia seluruhnya, dengan tiga pokok agenda yaitu memperjuangkan

keadilan, mengusahakan perdamaian, dan memajukan kesejahteraan, yang kesemuanya saling terkait dan sama bermakna bagi hubungan antarumat manusia maupun dengan ciptaan.

Masyarakat miskin, kata Victor, adalah yang paling terdampak akibat rusaknya lingkungan atau perubahan iklim. “Kalau orang kaya kan bisa dengan mudah beradaptasi, misalnya menaikkan rumahnya di daerah banjir, membeli AC dan menutup semua jendela untuk tidak diserang nyamuk. Orang-orang yang lebih punya modal, juga bisa membeli kapal yang lebih besar untuk melaut lebih jauh dibanding kapal nelayan. Juga petani-petani pemodal bisa membeli pupuk atau bibit yang lebih tahan terhadap segala sesuatu akibat perubahan iklim. Tetapi kita bicara lagi creation and justice, orang miskin yang tidak mampu beradaptasi dengan baik akibat dampak dari perubahan iklim,” katanya.

Sebab itu dia menegaskan, tata kelola dunia ke depan harus benar-benar memperhatikan keadilan, perdamaian dan keutuhan ciptaan. ∎

Menjadikan Dunia Lebih Baik, Adil, Damai dan Utuh

Pdt. Victor Rembeth:

sajian utama

Page 9: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 7

Pusat Pembinaan dan Pelatihan (Pusbinlat)

Kondoran Gereja Toraja adalah salah satu pusat latihan dan pembinaan yang berdiri sebagai buah dari kehadiran Pusat Pelatihan Motivator Nasional di Cikembar pada 1972 – 1986. Sejak 1983 beberapa Pusbinlat Motivator didirikan di beberapa tempat di Indonesia, dan Pusbinlat Motivator Kondoran merupakan salah satu yang tetap bertahan hingga saat ini. Gereja Toraja melalui Pengurus Pusat Persekutuan Wanita Gereja Toraja (PP-PWGT) memprakarsai berdirinya Pusat Pelatihan Motivator di Toraja yang berawal di desa Buntu Marinding dengan pelatihan motivator wanita. Sejak tahun 1986 hingga saat ini, Pusat Pelatihan Motivator berlokasi di Kondoran, Desa Sangalla, telah menamatkan 4000 motivator, yang berasal dari 5 gereja anggota PGI Wilayah Sulawesi Selatan dan Tenggara.

Menurut Direktur Pusbinlat Kondoran, Ruth Beslar, pendirian Pusbinlat Motivator awalnya untuk meningkatkan perekonomian masyarakat, namun melihat dinamika sosial politik yang semakin berkembang, terutama menyangkut keutuhan bangsa, sejak 1996 strategi pelaksanaan program diubah dengan menjadikan perdamaian sosial sebagai bagian dari program. Hingga saat ini Kondoran memiliki program pemberdayaan masyarakat, perdamaian sosial dan lingkungan hidup. Usaha-usaha memelihara alam dan lingkungan melalui pertanian organik sudah lama dilakukan oleh Kondoran jauh sebelum isu perubahan iklim hangat dibicarakan. Pengurangan plastik dan memanfaatkan sampah plastik untuk hal lain yang berguna juga telah lama dipraktekkan.

Seiring merebaknya isu perubahan iklim, Kondoran mengintegrasikan seluruh programnya untuk mengurangi risiko akibat perubahan iklim. Mereka membentuk Sekolah Lapang Iklim Kopi yang kegiatannya dilaksanakan di gereja dan ladang-ladang penduduk. Tujuan pendirian sekolah

ini adalah meningkatkan pengetahuan petani tentang iklim, meningkatkan kemampuan mengantisipasi iklim ekstrim, membantu petani untuk menyusun perencanaan usaha taninya sesuai dengan kondisi iklim. Materi-materi yang dipelajari bersama para “siswa” terdiri dari prakiraan musim, pemanfaatan data historis pertanian yang dihubungkan dengan kondisi iklim, antisipasi iklim ekstrim, pola tanam dan rotasi tanam, pengendalian hama dengan menggunakan data iklim dan pertanian organic. Siswa sekolah ini adalah para petani.

Terjadinya iklim ekstrim di Indonesia menyebabkan penurunan produksi hasil pertanian, khususnya kopi, sebagai produk unggulan di wilayah Tana Toraja. Perubahan iklim ini berakibat juga kepada semakin maraknya hama dan penyakit yang mempengaruhi produksi buah kopi. Menurut Bapak Nicholas Pakiding, seorang petani kopi, mereka mengalami penurunan produksi kopi. Tahun 2012 mereka mampu memproduksi kopi sebanyak 100 kg namun tahun 2015 hanya 50 kg.

Salah satu penyebabnya adalah kurangnya pengetahuan petani tentang iklim. Selama ini petani hanya mengenal dua musim: musim kemarau 6 bulan lamanya dan musim hujan juga selama 6 bulan. Kenyataannya musim kemarau bisa lebih dari enam bulan dengan tingkat kekeringan yang cukup ekstrim, demikian juga

Menyikapi Perubahan Iklim dan Tanggap Bencana

Suasana belajar di Sekolah Lapang Iklim Kopi di Toraja.

sajian utama

Page 10: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 8

musim hujan bisa terjadi pada perkiraan musim kemarau dengan curah hujan yang sangat tinggi. Konsepnya hampir sama dengan Sekolah Lapang Pengendalian Hama Terpadu yakni sekolah yang mendidik “siswa” untuk mengenal hama dan pengendaliannya. Sekolah Lapang Iklim lebih fokus pada peningkatan pemahaman terhadap perubahan iklim dan antisipasinya. Dengan adanya pengetahuan tentang iklim, petani dapat mengantisipasi kejadian iklim ekstrim, menyesuaikan pola tanam, antisipasi hama penyakit serta dapat memperkirakan keuntungan dan kerugian secara ekonomi. Kegiatan di Sekolah ini antara lain diskusi tentang iklim dan produksi pertanian di dalam gereja, membuat ladang kopi bersama sebagai laboratorium sekolah dengan melakukan pengamatan-pengamatan di ladang untuk kemudian didiskusikan secara bersama. Perubahan iklim yang ekstrim ini juga membuat mereka belajar bagaimana mengenal hama baru dan antisipasinya dengan menggunakan ramuan tanaman-tanaman yang ada di sekitar mereka.

Menurut Pdt. Manaseh, gedung gereja yang mereka miliki tidak hanya untuk beribadah tetapi juga kegiatan Sekolah Lapang Iklim. Justru dengan adanya Sekolah Lapang Iklim ini di gereja dan jemaat semakin memperhatikan kondisi gereja dan berupaya membangun gedung gereja. “Mungkin pendapatan jemaat yang mayoritas petani telah bertambah,” kata Pdt. Manaseh sambil menunjuk gedung gereja yang sedang dalam proses membangun.

Selain itu, untuk membantu proses pengeringan kopi, Pusbinlat Kondoran bekerja sama dengan IPB Bogor menciptakan sebuah alat pengering dengan bantuan sinar matahari. Alat tersebut sangat sederhana dengan membuat kotak-kotak tempat pengeringan dan dihubungkan dengan alat penyimpan sinar matahari sehingga saat terjadi hujan, ibu-ibu yang biasanya bertanggungjawab dalam pengeringan kopi tidak akan kerepotan untuk menghindari kopi dari terpaan hujan. Tidak hanya kopi tetapi komoditi lain seperti jagung, padi, kacang dapat menggunakan alat pengering ini.

Untuk meningkatkan pendapatan petani, Pusbinlat Kondoran juga mengintegrasikan program peternakan dengan pertanian organik dan biogas. Petani diajak untuk memanfaatkan kotoran babi sebagai sumber gas yang dapat diolah menjadi sumber energi baik untuk listrik maupun kebutuhan memasak. Dengan demikian, petani

mendapat manfaat dari penjualan ternak babi dan kotorannya untuk pupuk dan biogas.

Kondisi Tana Toraja yang berbukit sangat rentan terhadap longsor, salah satunya Desa Buatarung, Tana Toraja, Sulawesi Selatan yang berada pada kemiringan 30 – 40 derajat. Pusbinlat Kondoran memfasilitasi warga untuk membentuk Tim Siaga Bencana berangkat dari pengalaman masyarakat tujuh tahun yang silam dimana longsor membawa korban jiwa. Mereka tidak ingin peristiwa itu terulang lagi. Tim Siaga ini terdiri dari penduduk desa baik laki-laki dan perempuan, berumur 18 tahun ke atas dan sudah dilatih untuk tugas siaga bencana. Tugas mereka tidak hanya saat bencana terjadi, juga mendeteksi potensi longsor seperti retakan-retakan yang ada di sekitar desa terutama di daerah pegunungan. Bila ditemukan retakan, Tim Siaga akan menutup retakan-retakan tersebut dan membuat penahan untuk mengurangi risiko yang lebih besar. Mereka juga

Ibu-ibu memproses kopi di Pusbinlat Kondoran dengan alat pengering energii surya.

sajian utama

Page 11: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 9

Bapak Beslar, staf Pusbinlat Kondoran, sedang berada di dekat kandang babi. Dengan cekatan beliau dan dua orang temannya sedang mengumpulkan rumput gajah, keong dan dedak. Mereka

menyatukannya kemudian memasukkan ke dalam mesin pakan ternak sehingga keluar butiran-butiran yang akan menjadi makanan tambahan buat ternak babi. Dia bercerita dengan semangat, makanan ternak babi itu semuanya organik termasuk suplemen vitaminnya. Mesin pangan itu sendiri juga merupakan hasil karya Pusbinlat Kondoran yang sudah dibawa ke berbagai tempat di Indonesia. Seluruh produk Pusbinlat Kondoran termasuk sayuran, makanan ternak/suplemen, buah-buahan adalah organik. Selain di Kondoran, mereka juga memiliki sentra-sentra di berbagai tempat di Tana Toraja dan Mamuju. Dalam sentra ini, pupuk organik dan pestisida organik diproduksi demikian juga hasil produksi tanaman organik. Dilakukan secara berkelompok dan diorganisir oleh Pusbinlat Kondoran. Petani menjual hasil pertanian organiknya kepada Pusbinlat dan dijual di toko-toko organik dekat kantor Sinode Gereja Toraja. ∎

bergotong royong memindahkan rumah penduduk bila posisi rumah berbahaya, misalnya, dia atas retakan tanah.

Upaya-upaya tersebut dilakukan dengan melibatkan partisipasi gereja dan masyarakat dalam pelaksanaan programnya. Tidak lupa juga mengajak kelompok lintas iman dari umat muslim maupun Hindu untuk terlibat dalam program ini. Tandu Ramba, salah seorang pendamping petani, mengungkapkan bahwa program ini dapat memandirikan petani ke depan tanpa harus tergantung pada pupuk kimia, pasokan energi dari luar dan tentu saja membangun kebersamaan petani dari semua golongan untuk mampu bertahan menghadapi perubahan iklim. ∎ (Irma Riana Simanjuntak)

Siklus Pertanian Organik:

Mulai dari Penciptaan Teknologi Pangan, Pakan Ternak dan Pupuk Organik

Kondisi lahan pertanian pasca longsor yang kerap terjadi di Desa Buatarung, Tana Toraja.

sajian utama

Page 12: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 10

Serapan energi terbesar di Indonesia adalah gas dan minyak bumi. Gas telah menjadi energi yang paling banyak digunakan di rumah tangga-

rumah tangga di pedesaan maupun di perkotaan. Terkhusus di pedesaan, seiring minimnya kayu bakar dan perlindungan kawasan hutan serta kebijakan pemerintah untuk melakukan konversi minyak tanah ke gas, ketergantungan pada gas semakin tinggi. Pertumbuhan penduduk ikut meningkatkan jumlah pemakaian gas. Belum lagi industri yang membutuhkan minyak bumi.

Pemerintah pernah menyebarluaskan iklan layanan masyarakat agar melakukan penghematan energi. Namun penghematan bukan salah satu jalan terbaik karena kebutuhan masyarakat semakin meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Secara riil dan sederhana, masyarakat bisa menggunakan sumber energi alternatif di lingkungan sekitarnya, seperti sampah, kotoran hewan, air sungai, sampai batubara dan tanaman penghasil energi seperti tanaman jarak. Bahkan, sinar matahari yang murah tak terbeli pun dapat menjadi sumber energi menjadi solar sel.

UUD 1945 Pasal 33 menyebutkan bahwa “bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”. Ditambah UU No.30/2007 tentang Energi menyebutkan bahwa “kebijakan energi nasional adalah kebijakan pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian dan ketahanan energi nasional”. Mandat konstitusi

sudah jelas bahwa negara berkewajiban melakukan eksplorasi sumber daya alam sepenuhnya untuk kemakmuran rakyat, namun di sisi lain masyarakat dapat mengelola secara mandiri sumber-sumber energi lainnya berdasarkan prinsip adil, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan.

PEMANFAATAN SUMBER ENERGI ALTERNATIF SECARA BIJAK DAN MEMBUMIIndonesia merupakan salah satu negara yang memiliki tingkat konsumsi tinggi pemakaian energi, baik listrik maupun bahan bakar minyak (BBM). Masyarakat masih menganggap, sumber energi tersebut murah dan mudah didapatkan. Padahal saat ini energi tersebut semakin sulit didapat karena sebagian besar berasal dari bahan bakar fosil yang semakin langka. Sementara untuk membiayai upaya eksplorasi sumber daya alam juga semakin mahal. Sebagian besar energi Indonesia saat ini berasal dari impor negara lain. Dampak-nya terasa ketika energi berupa gas langka dan harga tak menentu. Koran Republika pernah menulis krisis energi di Indonesia sudah masuk kategori darurat.

Pembangunan Biogas di Silaen, Sumatra Utara.

sajian utama

Page 13: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 11

Untuk mengatasi masalah energi di Indonesia tak bisa hanya pemerintah yang menyelesaikannya, tetapi setiap orang di negeri ini berperan besar dalam mengatasi krisis energi, mulai dari masyarakat awam, kalangan terdidik, sampai pemegang kekuasaan. Karena itu perlu penyadaran pentingnya hemat energi dan pengembangan energi alternatif lain demi masa depan dan bumi Indonesia yang lebih cerah. Salah satu upaya penyadaran adalah dengan penyebaran informasi sebanyak-banyaknya kepada masyarakat melalui kampanye interaktif.

Yayasan Trukajaya Salatiga adalah salah satu lembaga pelayanan Kristen yang memiliki aktivitas program pe-ngenalan dan penyebaran informasi

tentang energi alternatif utamanya energi biogas. Dalam catatan sejarah Trukajaya, program biogas sudah dimulai tahun 1995 sampai sekarang. Biogas yang masih ber-fungsi baik tersebut memberikan manfaat ekonomis kepada lebih dari 600 keluarga, sekaligus ikut arak-arakan pelestarian lingkungan di wilayah jangkauan program pada khususnya dan di lingkungan warga masyarakat umumnya.

Perjalanan Biogas Trukajaya

Trukajaya belajar teknologi energi alternatif biogas dari Lembaga Pengembangan Teknologi Pedesaan (LPTP) Surakarta yang sudah merintis pembangunan instalasi biogas sejak 1990. Bahan baku biogas berupa kotoran sapi yang berlimpah di lingkungan pedesaan berpengaruh pada keberhasilan LPTP menerapkan teknologi biogas.

Keberhasilan LPTP mendorong Trukajaya ikut menyemarakkan kampanye biogas. Sejak 1995 sampai sekarang Trukajaya melaksanakan program biogas beserta pengolahan limbah biogas.

Selama menangani program biogas, Trukajaya sudah mencoba berbagai model biogas antara lain model double dome, biogas plastik, biogas tong, biomembran, dan fix dome. Dari semua model tersebut, jenis fix dome paling banyak diaplikasikan oleh Trukajaya.

Untuk memperkaya pengalaman, Trukajaya tergabung dalam komunitas Crude Palm Oil (CPO) Pembangunan Biogas yang dikelola oleh BIRU (biogas Rumah) dan Yayasan Rumah Energi (YRE). Melalui

komunitas ini, Trukajaya dapat memperluas cakupan program di luar mitra utama, memperoleh modul dan izin penggunaan model biogas, memperoleh sertifikasi keahlian, memperoleh sertifikasi melatih calon tukang biogas dan pelatihan pengolahan limbah biogas. Ini tentu sangat menguntungkan Trukajaya dalam meningkatkan kualitas pelayanan pembangunan biogas. Selain sounding-nya meluas, Trukajaya menjadi tempat belajar biogas dan fasilitator pembangunan reaktor biogas. Dalam kurun waktu 20 tahun menangani biogas, Trukajaya telah melanglang di: Kabupaten Boyolali, Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Semarang Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Klaten, Propinsi Jawa Tengah, Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa Tengah (CPO, BIRU), Kabupaten Bojonegoro, Propinsi Jawa Timur, Kabupaten Tuban, Propinsi Jawa Timur, Kabupaten Toba Samosir, Propinsi Sumatera Utara, Kotamadya Salatiga, Propinsi Jawa Tengah, Bali (fasilitasi pembangunan biogas di Yayasan Maha Bhoga Marga, Bali), Makasar (fasilitasi pembangunan biogas di Yayasan Matepe, Makassar).

Pencapaian Trukajaya dalam program biogas adalah mendampingi

Selain sounding-nya meluas, Trukajaya

menjadi tempat belajar biogas dan fasilitator

pembangunan reaktor biogas.

sajian utama

Page 14: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 12

dan mengantarkan Desa Lembu Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang menjadi Juara Lomba Desa Mandiri Energi tingkat Kabupaten Semarang. Parameter yang dipakai dalam penjurian lomba adalah ketersediaan sumber energi baru dan tingkat partisipasi serta swadaya masyarakat. Program stimulan berupa kredit biogas yang dilakukan Trukajaya mampu mendorong warga Desa Lembu untuk secara prakarsa dan swadaya sendiri membangun reaktor biogas. Sebanyak 101 unit reaktor biogas telah terbangun di Desa Lembu.

mengabarkan Energi melintas Budaya

Pengalaman Trukajaya dalam melaksanakan program biogas di berbagai daerah di Indonesia tentu saja memiliki cerita beragam yang bermuara pada pekabaran energi. Tidak mudah bagi Trukajaya untuk menerapkan prinsip biogas di daerah yang sama sekali berbeda kultur dan geografi lingkungan. Budaya kandang di lingkungan petani Jawa tidak bisa ditemui pada diri petani Sumatra Utara yang lebih suka membiarkan ternaknya mencari makanannya sendiri di ladang. Sementara untuk pengumpulan kotoran hewan lebih mudah menggunakan kandang. Sedangkan untuk mengubah

kebiasaan dari ladang ke kandang tidak mudah.

Lain lagi hal budaya memelihara ternak gaduhan (bagi hasil pemilik ternak dan pemelihara). Kebiasaan petani Jawa untuk berdagang sapi cukup berpengaruh pada keberhasilan program biogas. Seringkali pada musim jual ternak, petani menjual semua ternaknya dan akibatnya tidak ada bahan baku untuk memproduksi gas dari reaktor biogas. inilah yang menjadi kendala sekaligus tantangan bagi Trukajaya dalam menangani persoalan biogas. Dibutuhkan pendampingan intens dan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemanfaatan kotoran ternak dan limbah biogas sebagaimana slogan yang terus dibawa oleh Trukajaya: gratis gas gratis pupuk setiap hari.

Bumi, tempat di mana semua boleh bertumbuh dan berdiri di atasnya seperti ibu yang memberikan kehidupan bagi makhluk hidup. Semua boleh digunakan namun ada batasnya dan hanya kita yang bisa membatasi diri untuk tidak boros. Kampanye energi alternatif adalah upaya perayaan penyelamatan dan pelestarian bumi agar manusia tetap bisa bertumbuh dan berdiri tegak diatasnya. ∎ (Eli Supriatno) Staf Trukajaya, Salatiga

Pembangunan Biogas di Tuban - Trukajaya.

sajian utama

Page 15: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 13

Kemandirian ekonomi merupakan salah satu pokok Nawacita

pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla. Pada masa kampanye, pasangan ini menjanjikan terwujudnya kemandirian ekonomi tersebut melalui program kedaulatan pangan. Terma kedaulatan pangan itu sendiri sudah sering disebut-sebut belakangan ini. Sejak era Susilo Bambang Yudoyono, kedaulatan pangan merupakan prioritas penting di sektor perekonomian. Hanya saja, masih banyak pihak yang menyamakan kedaulatan pangan dengan ketahanan pangan. Padahal, memiliki arti yang berbeda.

Ketahanan pangan secara awam dapat diartikan se-bagai ketersediaan bahan-bahan pokok pangan di pasar. Masyarakat dapat mengakses kebutuhan pokok untuk keperluan sehari-hari dengan mudah. Persoalan menge-nai bagaimana menghadirkan bahan pangan tersebut, itu lain soal. Pokoknya, pemerintah harus memastikan tidak boleh ada kelangkaan pangan di lapangan. Itu arti-nya, pemerintah dapat melakukan impor bahan pangan untuk memenuhi stok. Pengertian ini jelas beda dengan kedaulatan pangan yang tidak hanya mensyaratkan terpenuhinya kebutuhan masyarakat akan pangan. Tapi,

juga mengatur bahwa pangan tersebut harus berasal dari produksi dalam negeri dengan memperhatikan kearifan lokal. Lebih jauh, kedaulatan pangan dapat diartikan se-bagai hak rakyat atas pangan mulai dari hulu sampai hilir.

Perubahan iklim

Kedaulatan pangan sangat menentukan eksistensi suatu negara. Semakin berdaulat suatu negara atas pangannya, semakin kuat posisinya di percaturan politik internasional. Ia tidak mudah diintervensi oleh kekuatan ekonomi-politik mana pun. Demikian pula sebaliknya. Negara yang kebutuhan pangannya bergantung pada impor, sangat rentan dikendalikan pihak luar. Lalu bagaimana dengan Indonesia? Politik impor tampaknya masih menjadi tren bagi setiap pemerintahan. Untuk komoditi beras saja, menurut data BPS, Indonesia konsisten mengimpor dari negara-negara tetangga sejak 2000-2014. Khusus dua tahun terakhir, pemerintah memesan beras sebanyak 472.664 ton dan 844.163 ton.

Memang, bukan perkara mudah bagi pemerintah untuk mewujudkan kedaulatan pangan. Dan ini bukan semata untuk menyukseskan program Nawacita. Kedaulatan pangan adalah perintah pasal 33 ayat 3 UUD 1945 yang harus ditaati negara. Hanya saja, amanat Konstitusi ini tidak mudah dikerjakan. Negara tidak cuma berhadapan dengan para mafia (baca: kartel) yang menguasai kekayaan alam di sektor hutan, tambang, perkebunan, dan laut sejak lama. Tapi, pemerintah mesti juga

Kedaulatan Pangan dan Keberlanjutan Kehidupan

oleh amin Siahaan

Bukan perkara mudah bagi pemerintah untuk mewujudkan kedaulatan pangan. Dan ini bukan semata untuk menyukseskan program Nawacita. Kedaulatan pangan adalah perintah pasal 33

ayat 3 UUD 1945 yang harus ditaati negara

sajian utama

Page 16: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 14

mengantisipasi perubahan iklim akibat dari pemanasan global. Pemanasan global secara sederhana dapat diartikan meningkatnya suhu di permukaan bumi (atmosfer). Penyebab utamanya adalah ber-tambahnya emisi karbon di atmosfer seperti karbondioksida (CO2) dan metana (NH4). Akibatnya, emisi karbon yang berlebih tersebut akan memerangkap pantulan sinar matahari dari bumi dan membuat suhu bumi semakin panas.

Lalu, kenapa jumlah emisi karbon bisa meningkat? Ini bukan fenomena alam. Tapi murni kerakusan manusia dalam mengeskploitasi alam demi keuntungan sesaat. Setidaknya hal ini dimulai sejak revolusi industri lahir pada abad 18. Sejak itu, suhu bumi mengalami kenaikan. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyebutkan suhu bumi naik 0,60 Celcius, dan akan diprediksi terus naik antara 1,10-6,40 Celcius. Prediksi ini masuk akal karena hingga detik ini umat manusia masih menggunakan

fosil sebagai bahan baku industri semisal batubara. Padahal, kekayaan alam tidak terbarukan ini salah satu penghasil emisi karbon. Salah satu contoh penggunaan batubara dalam industri nasional dapat kita temui dalam proyek PLTU Batang. Proyek dengan investor dari Jepang ini rencananya akan dibangun di lahan seluas 200-500 ha, di mana sebagian areanya mencaplok area pertanian produktif dan konservasi laut yang kaya akan ikan dan

terumbu karang. Dan jika sudah terealisasi, PLTU Batang diperkirakan akan menghasilkan 10,8 juta ton emisi karbon ke atmosfer dan 220 kg limbah merkuri per tahunnya. (http://www.greenpeace.org/seasia/id/blog/haruskah-pltu-mengorbankan-kedaulatan-pangan/blog/50618/).

PLTU Batang mendapat penolakan besar dari masyarakat, khususnya petani dan nelayan karena diyakini akan mengancam mata pencaharian mereka. Jika proyek ini tetap diteruskan, jumlah produksi

pertanian dan ikan akan merosot. Sebabnya, emisi karbon dari PLTU akan menyebabkan terjadinya perubahan iklim. Bagi petani, perubahan iklim dapat menyebabkan perubahan musim tanam karena cuaca hujan yang tidak menentu. Selain itu, hama akan menjadi lebih resisten dan sulit untuk diberantas. Sedangkan bagi nelayan, perubahan iklim berdampak pada perubahan cuaca di laut seperti gelombang tinggi dan angin kencang. Ini mengakibatkan mereka sulit untuk melaut dan ikan pun sulit ditemukan. Kekuatiran nelayan dan petani di kawasan PLTU Batang adalah contoh nyata akan gagalnya kedaulatan pangan di daerah tersebut.

Selain industri, emisi karbon juga dihasilkan oleh pembakaran hutan dan lahan gambut untuk kebutuhan hutan tanaman industri (HTI) dan perkebunan sawit. Ini adalah kesalahan terbesar kita karena lahan gambut merupakan tempat penyimpanan karbondioksida alami. Dan ketika gambut dibakar, maka ia akan melepaskan emisi karbon ke udara. Koalisi masyarakat sipil lingkungan seperti Walhi dan Greenpeace (2015) menyebutkan sejak 1990 Indonesia kehilangan 31 juta ha lahan gambut. Khusus untuk kasus kebakaran tahun lalu saja, terdapat 2 juta ha lahan gambut dan hutan yang dibakar. (Briefing Paper Koalisi untuk Penyelamatan Hutan Indonesia dalam COP 21 Paris 2015). Emisi karbon dari pembakaran lahan merupakan ancaman ekologis karena telah nyata mengakibatkan terjadinya bencana seperti banjir dan

Aksi demo penolakan PLTU Batang.

sajian utama

Page 17: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 15

longsor. Di sisi lain, konversi lahan hutan dan gambut tidak saja merusak ekosistem, tapi juga telah merenggut hak rakyat atas pangan. Mengapa? Karena alih fungsi lahan hutan dan gambut oleh korporasi menyasar juga ke wilayah komunitas masyarakat adat. Tak pelak lagi ini menyebabkan konflik agraria. Selama 2014, konflik agraria telah melibatkan 105.887 kepala keluarga (http://www.greeners.co/berita/tahun-2014-konflik-agraria-di-indonesia-meningkat/).

Luas areal konflik pun mengalami peningkatan tiap tahunnya. Jika tahun 2013 seluas 1.281.660 ha, maka pada 2014 menjadi 2.860.977 ha. Konflik agaria yang tak terselesaikan ini merupakan bahaya laten bagi kedaulatan pangan dan keberlanjutan hak hidup masyarakat adat.

Peran Gereja

Lalu apa peran gereja? Gereja berperan penting melawan kerusakan lingkungan. Gereja sebagai pranata keagamaan merupakan pilar demokrasi sama halnya dengan partai politik, organisasi masyarakat sipil (CSO), dan bahkan gerakan mahasiswa. Hanya saja, gejala umum yang terjadi gereja justru memilih zona nyaman. Gereja menempatkan dirinya sebagai institusi yang membutuhkan negara untuk keberlangsungan eksistensinya. Gereja tidak lagi memihak kepada jemaat, tapi bagian dari kekuasaan negara. Hasilnya, gereja tidak kritis membaca situasi sosial menyangkut kebijakan pemerintah. Kalau pun ada suara gereja, terkesan hanya normatif saja. Sikap gereja ini tidak terlepas dari pemikiran usang yang menyebutkan gereja tidak boleh berpolitik. Gereja cukup bertugas untuk menyampaikan kebenaran Injil di atas podium. Soal apa yang terjadi di masyarakat itu adalah perkara pemerintah. Pemikiran ini sebenarnya naif. Karena, pada momentum tertentu, gereja justru terlibat dalam kegiatan politik praktis. Kita dapat menyaksikannya dalam kontestasi pemilu legislatif atau pilkada.

Paradigma seperti ini harus segera diubah. Gereja tidak boleh lagi berkutat pada kegiatan rohani saja. Gereja harus memiliki visi yang holistik dan inklusif. Benar, gereja tetap tidak boleh terjun dalam politik pragmatis, tapi

gereja harus kritis terhadap kondisi sosial-politik dan lingkungan (alam). Terkait dengan kerusakan lingkungan, gereja sudah saatnya bertindak. Dalam bentuk apa? Ada beberapa pilihan yang mungkin bisa jadi alternatif. Pilihan-pilihan yang sebenarnya berangkat dari pengalaman gereja-gereja yang sudah terlebih dahulu bertindak.

Pertama, gereja dapat melakukan kegiatan karitatif seperti melakukan penghijauan dengan menanam pohon bakau; membersihkan got atau sungai dari tumpukan sampah; dan mengurangi pemakaian listrik yang tidak perlu.

Kedua, gereja memprakarsai green economy semisal bank sampah. Aksi ini termasuk gerakan ekonomi kreatif. Jadi, gereja tidak hanya berperan mengurangi sampah, khususnya yang susah terurai seperti plastik, tapi juga mendapatkan pemasukan uang dari olahan sampah menjadi barang bernilai ekonomis.

Ketiga, dan ini yang paling diharapkan: gereja melakukan kampanye dan advokasi melawan kerusakan lingkungan. Misalnya, gereja mendesak negara untuk menutup korporasi perkebunan yang membakar hutan atau perusahaan tambang yang menggusur komunitas masyarakat adat. Atau melakukan advokasi litigasi dan nonlitigasi terhadap konflik agraria antara masyarakat adat dengan korporasi. Tentu saja pada level ini gereja tidak bisa sendiri, ia mesti membangun jejaring dengan sahabat lintas iman dan organisasi masyarakat sipil.

Semoga pilihan ketiga ini pada masa-masa mendatang akan sering kita saksikan. ∎ Staf Advokasi JKLPK.

Gereja sebagai pranata keagamaan merupakan pilar demokrasi. Hanya saja, gejala umum yang terjadi gereja justru

memilih zona nyaman. Gereja menempat-kan dirinya sebagai institusi yang

membutuhkan negara untuk keberlangsungan eksistensinya.

sajian utama

Page 18: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 16

Dang boi gabe Parmalim, pinomat marhamalimon. (Fernando Manurung)

Alam berpengaruh penting dalam kearifan lokal komunitas-komunitas masyarakat sehingga keter-ikatan antara manusia dengan alam menjadi ben-

tuk-bentuk budaya dan norma-norma menjalankan ke-hidupan. Ketua Barisan Pemuda Adat Nusantara Wilayah Tano Batak, Fernando Manurung, mengatakan, “Dang boi gabe Parmalim, pinomat Marhamalimon”. Artinya: Tidak bisa jadi Parmalim, paling tidak marhamalimon.

Ada makna mendalam dari kalimat yang dilontarkan Fernando di sini. Parmalim merupakan kearifan lokal yang menjadi budaya, atau menjadi contoh kearifan lokal Batak Toba pada masa lampau. Sementara hamalimon memiliki makna di atas kebenaran, di atas kesucian, atau nilai-nilai kearifan lokal Batak Toba zaman dulu.

Bentuk dan nilai kearifan lokal adalah dua hal berbeda, yang memiliki fungsi masing-masing. Di era modernisasi, 90 persen dari keduanya menghilang akibat pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan kepercayaan. Ini menjadi realitas yang tidak bisa disalahkan apalagi disesali. Tetapi kita juga tidak boleh melupakannya begitu saja.

menekankan Harmoni antar makhluk

Banyak hal yang membuat nilai-nilai kearifan lokal menjadi ketakutan tersendiri bagi masyarakat Indonesia yang beradat. Pasca G30S dan masuknya Orde Baru merupakan babak penentu keterikatan kelompok masyarakat dengan alamnya. Tuduhan komunis adalah paksaan sebagai sesat ketika masih menjalankan bentuk-bentuk dan nilai-nilai kearifan lokal. Di lingkungan Batak Toba sendiri sangat sering disebut dengan kata sipelebegu yang berarti pemelihara setan.

Salah satu dari nilai-nilai kearifan lokal adalah sifat komunal dari masyarakat, yang sekarang ini hilang entah ke mana. Masyarakat Batak Toba menyebutnya marsiadapari. Artinya, kebersamaan atau gotong royong yang (dulu) menjadi senjata ampuh untuk menaklukkan pekerjaan berat. Selain sifat komunal, juga menjunjung tinggi keselarasan alam sekitar dengan kehidupannya. Seperti beberapa tanaman endemik yang menjadi jargon di setiap pantun orang Batak Toba. Pokki, jihor, hariara, jabi-jabi, haminjon, pakko dan banyak lagi. Tanaman-tanaman ini sangat dekat dengan kehidupan masyarakat Batak Toba, mereka menjadi bahan baku pembuatan rumah dan peralatan sehari-hari.

Menurut tradisi, masyarakat harus menggelar ritual sebelum menebang pohon ini. Bukan karena mereka menyembah pohon melainkan karena nilai relasional antarmakhluk, dengan memohon maaf sebelum menebangnya. Karena itu mereka selalu mengingat pengorbanan dan menjunjung tinggi nama pohon itu dalam kegiatan adat-istiadat melalui pantun (umpasa). Inilah wujud harmoni antarsesama makhluk hidup.

Lantas, pantaskah kita menyingkirkan nilai tersebut? Merugikan jika kita membuangnya begitu saja. Lihatlah, sekarang untuk menemukan bibit tanaman yang ber-nama pokki saja sangat susah. Jangankan menemukan, mengenalinya bahkan kita tak lagi mampu. Padahal ini adalah tanaman endemik dan harta berharga dari alam untuk masyarakat Batak.

Begitu juga dengan haminjon atau kemenyan. Hampir seluruh dunia memiliki catatan sejarah tentang tanaman ini. Tanaman ini juga tanaman endemik yang sedang terancam. Tak ada bedanya dengan tanaman-tanaman lain seperti pakko atau enau, semua memiliki ritual untuk mengambil hasil dari tanaman itu. Ingat, itu adalah nilai keselarasan, bukan aliran sesat. Bahkan dalam Alkitab

Kearifan Lokal Penopang Kehidupan Berkelanjutan

Boy Raja Pangihutan marpaung

sajian utama

Page 19: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 17

ada tertulis “Orang Timur akan datang membawa kemenyan”.

Jadi apa yang dikatakan Fernando Marpaung penting, memang kita tidak mungkin berbalik ke zaman dulu untuk meraih kembali nilai-nilai kearifan lokal. Namun, kita masih bisa menanamkan nilai-nilai dari kearifan lokal di era internet ini. Hanya saja, kita perlu berpikir positif untuk menerima nilai-nilai tersebut.

Tanah Rusak, mutu Padi menurun

Satu tahun kembali ke Tanah Batak, saya melihat banyak fenomena yang luar biasa kehidupan yang tak lagi menjalankan kearifan lokal. Padahal kampung yang seharusnya menjadi tempat hidup kearifan lokal tersebut tetap bertahan. Yakni Tobasa, dengan gelar Toba Holbung karena dulunya menjadi sumber padi berkualitas dan memiliki geografi yang strategis untuk pertanian. Kini banyak per-ubahan yang signifikan, hasil panen menurun, kualitasnya memburuk dan cara-cara kerja yang brutal.

Masyarakat sudah memulai menggu-nakan bibit padi hibrida, dan me-maksa panen tiga kali dalam setahun sehingga mutu padi yang dihasilkan merosot. Tanah dipaksa berproduksi dengan kejam sehingga nilai-nilai ke-bersamaan antar petani tak ada lagi. Panen tidak bersamaan, menyebab-kan hama burung merajalela. Dulu hanya sekali setahun dan serentak sehingga hama burung tidak meru-sak hasil panen, dan bibit dibenihkan sendiri melalui hasil panen terdahulu.

Para petani beralasan kuat mengapa harus melakukan demikian. Ternyata, perubahan cuaca memaksa mereka berbuat demikian. Jika hanya me-

ngandalkan panen sekali setahun, berarti bunuh diri secara perlahan karena tidak ada untungnya sama sekali. Nah, ini menjadi catatan penting, bahwa para petani tidak lagi paham perkiraan cuaca, atau kerusakan ekologis yang parah di bumi ini.

Pada 2015 lalu, sekitar bulan Maret, Tobasa mengalami fenomena yang membingungkan. Terjadi hujan lebat tak begitu lama namun semua sawah tenggelam dan petani harus me-nanam ulang padinya. Sebelumnya, ini tidak pernah terjadi. Seakan ini menjadi awal bencana. Dari pening-galan kearifan lokal dahulu, saya me-lihat ada tata ruang yang rapih untuk pembagian wilayah. Contohnya, untuk air minum dan air pertanian, tempat perkampungan, hutan dan ngangon kerbau atau lembu, juga kuburan. Tata ruang ini juga ada di setiap kelompok masyarakat yang disebut wilayah adat.

Tata ruang untuk sirkulasi ekosistem antara tanah, air dan hutan serta

segala isinya harus dipertahankan, sehingga jika terjadi ketimpangan, muncul akibat-akibatnya. Karena itu tak perlu bingung ketika terjadi banjir bulan Maret tahun lalu, sebab salah satu pembagian ruang dalam wilayah telah hilang. Hutan adat berubah menjadi tanaman ekaliptus

PT. Toba Pulp Lestari, bondar atau perairan air dari gunung ke sawah berubah menjadi jalan, bahkan hutan sudah tidak menghasilkan air akibat penebangan hutan alam.

Kerusakan ini tak hanya terjadi di Tanah batak, hampir seluruh Indonesia mengalaminya akibat kearifan lokal ditinggalkan. Hidup komunal dan keterikatan kehidupan dengan makluk hidup lainnya dalam alam adalah kunci menjaga bumi dan kehidupan berkelanjutan. Ketika kita meninggalkan nilai-nilai kearifan lokal, kita akan kehilangan relasi dengan alam. ∎

Penulis adalah Pegiat gerakan sosial dan pendiri Rumah Parguruan Par-maksian, Tobasa

Pencemaran dan perusakan lingkungan oleh PT. Toba Pulp Lestari.

sajian utama

Page 20: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 18

Sebuah bangunan bergaya arsitek Cina berdiri megah di Komplek Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara. Pemandangan yang luar biasa karena ber-

beda dengan bangunan-bangunan di sekitarnya. Itulah gedung Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, lembaga nirlaba yang bergerak di bidang sosial kemanusiaan, dan berpusat di Hualien, Taiwan.

Tzu Chi berarti memberi dengan cinta kasih. Misi Tzu Chi yaitu memberikan bantuan materi seraya menumbuhkan cinta kasih dan rasa kemanusiaan dalam diri pemberi dan penerima bantuan. Tzu Chi didirikan oleh Master Cheng Yen, seorang biksuni.

Sejak hadir di Indonesia tahun 1993, lembaga yang memiliki cabang di 51 negara dan 5 benua ini, telah melakukan berbagai aksi kemanusiaan dan kepedulian lingkungan. Di antaranya, Juli 1994 memberikan bantuan berupa lampu petromaks kepada korban bencana tsunami di Jawa Timur, Desember 1994 memberi bantuan dan perumahan bagi korban letusan Gunung Merapi di Jawa Tengah, Maret 2002 membersihkan Kali Angke dan Kali Ciliwung, dan Juli 2002 membangun

Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi bagi warga bantaran Kali Angke yang tinggal di daerah kumuh dan menjadi korban banjir.

Andry Zulman, Eksternal Relation Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia menuturkan, kepedulian terhadap lingkungan didasari kepada pertambahan manusia yang kian hari semakin banyak dan sangat membebani bumi karena kekayaan yang ada

didalamnya makin dieskploitasi. Manusia menebang, menggali, dan menguras isi bumi secara berlebihan sehingga berdampak pada rusaknya lingkungan.

“Ini yang melatarbelakangi kami peduli terhadap pelestarian lingkungan. Agustus 1990, Master Cheng Yen memberikan ceramah bertajuk Hidup yang Penuh Berkah. Dia mengimbau agar melestarikan lingkungan, menggalakkan pemilahan sampah, daur ulang, pemanfaatan limbah, dan menghargai energi. Di akhir ceramahnya ketika para hadirin bertepuk tangan, dikatakan, gunakanlah kedua tangan kalian yang sedang bertepuk itu untuk melestarikan lingkungan. Sejak itu, Tzu Chi mulai menggalakkan program pelestarian lingkungan,” ceritanya kepada Berita Oikoumene.

Tzu Chi bergerak dengan menggalang para relawan dari berbagai latarbelakang, untuk melakukan program pengumpulan sampah. Mulai dengan mengajak teman dan keluarga mereka untuk bersama-sama membantu dan membangun sebuah komunitas orang-orang yang peduli terhadap pelestarian lingkungan. Sampah pun

Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia: Membantu Melindungi Bumi yang Sedang Sakit

Relawan Tzu Chi membersihkan trotoar di salah satu jalan di Jakarta.

Andry Zulman, ER Yayasan Buddha Tzu Chi.

sajian utama

Page 21: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 19

berubah menjadi ladang berkah tempat menanamkan kebajikan dan menebar cinta kasih.

“Hingga kini relawan kami jumlahnya ribuan untuk di Jakarta, dan di Indonesia juga cukup banyak yang sudah ikut bergabung. Relawan ini kita sebar di tempat tinggal-nya masing-masing, lalu mereka melakukan kegiatan pelestarian lingkungan dengan cara mengumpulkan sampah untuk didaur ulang. Sampah berupa kertas, plastik, alat rumah tangga, aluminium, hingga meja kursi bekas, dikumpulkan dari para relawan,” katanya.

Program pengumpulan sampah sudah dimulai sejak 1 Januari 2004. Sebuah gudang khusus seluas 500 meter di Perumahan Cinta Kasih Tzu Chi Cengkareng, Jakarta Barat dibangun untuk menampung sampah daur ulang.

Sejak saat itu, pelestarian lingkungan pun semakin digalakkan dan terus berkembang hingga terdapat 20 Depo Pelestarian Lingkungan Tzu Chi di beberapa wilayah di Indonesia. Depo pelestarian lingkungan ini membuat relawan semakin bersemangat untuk melakukan pengumpulan dan pemilahan sampah. Tak sedikit relawan yang menjadikan rumahnya sebagai depo pelestarian lingkungan mini. Mereka menampung sampah daur ulang yang diberikan oleh para tetangga, bahkan setiap harinya, tanpa ragu, malu, dan kenal lelah, mereka menjemput sampah tersebut ke rumah-rumah. Semua dilakukan demi satu hal, membantu melindungi bumi yang sedang sakit. ∎ (Markus Saragih)

Bicara Yayasan Buddha Tzu Chi Indonesia, tak lepas dari sosok

Master Cheng Yen, sang pendiri. Dia dilahirkan di kota kecil bernama Chingshui, Taiwan bagian tengah pada 1937. Master Cheng Yen memulai hidup sebagai vegetarian saat doanya untuk kesembuhan sang bunda terkabul.

Wafatnya sang ayah tahun 1960 menjadikannya memahami bahwa hidup ini hanyalah sementara dan selalu berubah.

Saat ayahnya meninggal, Master Cheng Yen bertanya pada diri sendiri, apa sebenarnya hakikat kehidupan ini? Datang dari mana dan setelah meninggal akan menuju ke mana? Pertanyaan inilah yang membuka titik perubahan kehidupan yang dicarinya.

Baginya kebahagiaan sejati adalah dengan memperluas kasih sayang, memberi kepedulian kepada masyarakat, dan menyayangi semua makhluk. Pada usia 23 tahun, dia meninggalkan rumah untuk menjadi seorang biksuni.

Master Cheng Yen selalu menerapkan cara hidup yang sederhana dan saleh. Agar dapat hidup mandiri, dia dan murid-muridnya membuat lilin dan tepung sereal berbahan kacang-kacangan untuk memper-tahankan hidup. Dia memegang teguh semangat kemandirian dengan prinsip “satu hari tidak bekerja, satu hari tidak makan”.

Pada 1966, Master Cheng Yen mendirikan Yayasan Kemanusiaan Buddha Tzu Chi. Semua kegiatan kemanusiaan yang dilakukan Tzu Chi tidak memandang perbedaan agama, ras, suku, dan negara.

Karena kepeduliannya dalam menebarkan cinta kasih universal, dia dianugerahi penghargaan, di antaranya Ramon Magsaysay Award, Filipina (1991), Orang Paling Berpengaruh di Taiwan (2003), Asian American Heritage Award for Humanitarian Service (2004), dan Penghargaan Bidang Perdamaian dari Niwano Peace Foundation, Jepang (2007). ∎ (Markus Saragih)

Memilah limbah plastik yang dikumpulkan dari sampah dilingkungan sekitar.

sajian utama

Page 22: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 20

Konflik-konflik pengelolaan sumber-sumber daya alam (SDA) kadang-kadang berdiri sendiri, kadang-kadang tertutup atau tumpag-tindih dengan konflik

lain. Misalnya, konflik antara negara dengan gerakan perjuangan kemerdekaan, atau konflik komunal di antara warga masyarakat yang berasal dari kelompok agama atau suku yang berbeda. Contoh konflik di antara berbagai komunitas adat menghadapi maskapai-maskapai tambang raksasa di Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi, dan Sumatra.

Contoh konflik pengelolaan SDA yang tumpang-tindih dengan perjuangan kemerdekaan adalah perlawanan suku-suku Amungme dan Komoro melawan tambang PT Freeport Indonesia, Inc., dimana kehadiran tambang emas-perak-tembaga itu dilihat oleh gerakan kemerdekaan Papua Barat sebagai simbol kolonialisme Indonesia.

Sedangkan contoh konflik pengelolaan SDA yang tumpang-tindih, atau lebih tepat, tertutup oleh konflik komunal setempat, adalah perlawanan rakyat pedesaan sepanjang DAS Poso melawan proyek PLTA Poso dan jarigan SUTET-nya yang sedang dibangun oleh kelompok Bukaka milik keluarga Wakil Presiden Jusuf Kalla, yang dimata awam tetutup oleh apa yang masih dianggap se-bagai konflik agama di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.

Masih dianggap sebagai “konflik agama”. Anak kalimat ini perlu digarisbawahi, terutama kata-kata “masih

dianggap”, karena kata-kata ini menyentuh apa yang merupakan pandangan umum (common sense), khususnya pandangan pihak-pihak yang bertikai, yang dalam hal konflik agama, menyentuh apa yang dikomunikasikan oleh para pemuka agama dan penentu opini publik tentang konflik tersebut.

Padahal apa yang dikomunikasikan ke publik oleh penguasa sebenarnya merupakan “kesadaran palsu” (false conciousness), untuk menutupi kepentingan-kepentingan ekonomi politik yang sesungguhnya dibalik apa yang dianggap sebagai “konflik agama” tersebut.

Dibalik Citra Konflik agama

Berarti, konflik Poso bukanlah konflik agama? Ya, tentu saja ada ketegangan diantara komunitas agama (lihat Hammond 2008). Namun menurut penelitian saya, ketegangan - atau tepatnya, kesan adanya ketegangan- antar agama di daerah itu sengaja dipelihara, untuk menutupi pihak yang sesungguhnya paling berke-pentingan dengan kesan adanya konflik agama tersebut.

Pihak-pihak yang paling berkepintingan itu adalah (a) faksi-faksi gabungan sipil dan petugas berseragam yang selama ini melanggengkan korupsi dana bantuan pengungsi dan mantan kombatan di Poso, seperti yang telah diuraikan sebelumnya; (b) faksi-faksi militer yang tetap melakukan ekspansi kehadiran militer di pedesaan, guna mempertahankan kepentingan-kepentingan

Kelemahan Struktural Gereja Menghadapi Konflik Penguasaan SDA di Nusantaraoleh: George Junus aditjondro

....perjuangan kita bukanlah melawan darah dan daging, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan roh-roh jahat di udara.

sebab itu ambilah seluruh penrlengkapan senjata Allah, supaya kamu dapat mengadakan perlawanan pada hari yang jahat itu dan tetap berdiri, sesudah kamu menyelesaikan segala sesuatu.

jadi berdirilah tegap, berikatpinggangkan kebenaran dan berbajuzirahkan keadilan. (Efesus 6:12-15)

refleksi

Page 23: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 21

bisnisnya, dan (c) espansi modal besar yang berekspansi ke Poso dan kabupaten-kabupaten lain di Sulawesi Tengah, yang memerlukan proteksi militer menghadapi oposisi penduduk setempat.

Dengan demikian, sebuah keputusan yang melecut kembali antagonisme diantara komunitas-komunitas agama, seperti eksekusi Fabianus Tibo (61), Marinus Riwu (49), dan Dominggus da Silva (39) pada tang-gal 20 September 2007, didukung oleh elite penguasa yang ingin mem-pertahankan ekspansi militer dan modal di Sulawesi Tengah. Eksekusi Tibo dkk secepatnya, juga didukung oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla (lihat Aditjondro 2007b, 2007c).

Seiring dengan pelipatgandaan jumlah batalyon yang ditempatkan di bumi kayu hitam, semakin me-ningkat pula jumlah investor besar yang beroperasi di Sulawesi Tengah, seperti Medco, Artha Graha, CCM, dan kelompok Bukaka. Kuasa-kuasa pertambangan migas dan mineral Semarang berhamburan di Kabu-paten Tojo Una-una dan Kabupaten Morowali, hasil pemekaran Kabu-paten Poso pasca konflik. Sehingga tidak keliru anggapan bahwa penem-patan pasukan tentara dan Brimob terutama bertugas sebagai penjaga keamanan modal besar di Sulawesi Tengah. Termasuk menjaga keaman-an proyek PLTA Poso yang sedang dibangun kelompok Bukaka milik keluarga Jusuf Kalla, yang juga sedah mendapat order membangun PLTA Gumbasa di Kabupaten Donggala (lihat Aditjondro, 2005).

Jadi, mengapa kepentingan ekonomi politik - khususnya, untuk penguasa-an SDA strategis - dibalik berbagai

konflik yang sepintas lalu bersifat konflik komunal kurang diketahui oleh jemaat-jemaat di daerah-daerah konflik tersebut?

Tampaknya disinilah kelemahan komunikasi dari lembaga-lembaga gereja yang seringkali ‘tidak nyambung’ dengan masalah-masalah ekonomi politik yang dihadapi para warga gereja. Komunikasi tokoh-tokoh dan lembaga-lembaga gerejani yang dihantui konflik komunal terlalu sering didominasi oleh pesan-pesan ‘kerukunan agama’, seolah-olah konflik diantara kedua atau lebih komunitas yang berseteru terutama disebabkan oleh permusuhan warisan zaman Perang Salib (Lih. Hammond, 2008).

Menurut hemat penulis, lembaga-lembaga gerejani sangat kurang menggali soal-soal ekonomi politik dan perebutan penguasaan SDA yang mengancam jemaat-jemaat setempat. Di lingkungan Poso, informasi tentang ancaman eko-logis dan ekonomis yang dihadapi oleh jemaat-jemaat, dapat dibaca dibuletin dan kertas posisi terbitan organisasi non pemerintah (ornop) yang tidak berbendera agama, bukan di literatur terbitan gereja. Misalnya di buletin Seputar Rakyat dan Kertas-kertas Posisi terbitan Yayasan Tanah Merdeka di Palu.

Berbeda dengan konflik Poso, dimana ambisi segelintir konglomerat untuk menguasai SDA di Sulawesi Tengah, terselimuti oleh citra konflik agama, maka dalam soal konflik di Papua Barat, suku-suku Pegunungan Tengah dan pantai Teluk Mimika yang menderita akibat dampak pertambangan PT Freeport Indonesia, sudah jatuh ditimpa

tangga pula. Sebab setiap kecaman terhadap tambang bermodal AS dan Jepang itu, apabila datang dari mulut orang Papua, selalu dicurigai -atau dituduh- sebagai ekspresi solidaritas terhadap Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Tuduhan atau kecurigaan semacam itu berakibat fatal bagi intelektual Papua, tidak terkecuali bagi pendeta-pendeta gereja-gereja pribumi Papua Barat, sebagaimana dialami pendeta-pendeta GKIP (Kingmi) Papua, seperti Pdt. Benny Giai (lihat Aditjondro 2007a).

Untunglah, konflik-konflik penguasaan SDA tidak selalu serumit itu. Seperti yang telah disinggung di depan, ada konflik pengelolaan SDA yang berdiri sendiri, tidak tumpang tindih dengan konflik komunal ataupun konflik perjuangan kemerdekaan. Seperti yang juga sudah disinggung di depan, kebanyakan konflik pengelolaan SDA yang paling terbuka, menyangkut pertambangan minyak bumi, das alam, dan berbagai mineral berharga, khususnya emas, perak, tembaga, nikel, timah hitam dan seng. Selain pertambangan, kegiatan pembalakan (forestry) dan konversi hutan primer menjadi perkebunan bahan baku kertas dan bubur kertas, serta perkebunan kelapa sawit, merupakan sumber konflik pengelolaan SDA.

Lima Kelemahan Struktural

Sayangnya, gereja di Nusantara ini masih sangat ketinggalan dalam mengkomunikasikan suara jemaat-jemaatnya yang menghadapi dam-pak negatif insdutri pertambangan dan pembalakan. Sedikitnya, ada

refleksi

Page 24: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 22

lima kelemahan struktural yang melatarbelakangi ketidaksiapan gereja-gereja mengkomunikasikan keresahan jemaat-jemaatnya itu. Pertama, kompleks minoritas yang diidap sebagian besar pemimpin gereja yang membuat mereka takut mengecam proyek-proyek raksasa yang didukung oleh pemerintah.

Kedua, mentalitas daerah tertinggal, yang mendorong para pemimpin informal, seperti juga para pemimpin formal, untuk mendukung proyek-proyek raksasa yang diharapkan dapat meciptakan lapangan kerja se-cara luas bagi rakyat setempat, serta efek pelipatganda (multiplier effects) lain bagi ekonomi setempat. Faktor ini tampaknya berlaku umum bagi para pemimpin gereja yang pernah penulis temui di Sumatra, Sulawesi, dan Papua Barat.

Ketiga, latar belakang pendidikan para pemimpin gereja umumnya didominasi oleh teologi dan ilmu-ilmu sosial, tanpa mendalami masalah lingkungan, ekonomi, dan politik, ikut membuat mereka melihat proyek-proyek raksasa itu semata-mata sebagai berkat Tuhan buat daerah dan jemaat-jemaat mereka. Jarang sekali ada pendeta yang melanjutkan studi ke teologi lingkungan, seperti dilakukan Pdt. Karel Philemon Erari dari GKI di Tanah Papua.

Keempat, tersebarnya secara merata satuan-satuan dan personalia militer dan polisi sampai ke desa-desa, atau paling tidak sampai ke tingkat kecamatan, boleh jadi ikut menciutkan nyali para gembala jemaat dan pemimpin gereja yang lain, untuk bersuara berbeda dari suara resmi resmi pemerintah.

Kelima, rasa terima kasih para pemimpin gereja yang berlebihan tehadap donatur-donatur besar, yang paling besar andilnya dalam pembangunan sarana fisik gereja. Faktor keempat dan kelima inilah yang paling parah akibatnya bagi kemandirian gereja untuk mengek-spresikan suara kenabiannya, dalam membela warganya -dan kaum miskin lain- menghadapi dampak negatif dari pengelolaan SDA yang strategis.

Diakonia ‘Palang Pintu’

Secara umum, belum siapnya keban-yakan gereja untuk mengkomunika-sikan berbagai masalah lingkungan dan keadilan, yang timbul karena pengelolaan SDA yang tidak bijak-sana, berakar dalam paham diakonia yang dianut. Paham diakonia, yang baru bergerak setelah korban-korban pembangunan berjatuhan, dapat kita sebut ‘diakonia palang merah’.

Sudah saatnya, gereja mengembang-kan paham diakonia yang lebih kritis, antisipatif, dan preventif. Artinya, lebih berusaha mencegah jatuh-nya korban-korban pembangunan, didasarkan pada pemahaman ter-hadap dampak ekologis dan dampak ekonomi politik proyek-proyek dan program-program yang merugikan rakyat kecil. Paham diakonia alter-natif itu, dapat kita sebut ‘diakonia palang pintu’, karena tujuannya bukan sekedar mengobati luka-luka pembangunan, melainkan mencegah jatuhnya korba-korban baru.

Paham diakonia ini tidak baru, sebab pada dasarnya, ini yang diharapkan dengan slogan KPKC - Keadilan, Per-damaian, dan Keutuhan Ciptaan, atau JPIC (Justice, Peace, and the Intefrity of

Creation) dalam bahasa Inggris.

Dengan pendekatan diakonia yang lebih kritis, antisipatif dan preventif ini, kerja-kerja rekonsiliasi juga lebih mengikuti jalur-jalur primordial, yakni rekonsiliasi antara satu kelompok agama dengan kelompok agama lain, atau antara mereka yang menginginkan kemerdekaan dan pemisahan dari negeri induk, dengan mereka yang ingin mempertahankan keutuhan negeri induk, sekarang sudah saatnya kita tidak cuma berbicara tentang reonsiliasi, melainkan tentang kedaulatan dan pembebasan. Khususnya, kedaulatan ekologis dari komunitas-komunitas yang terancam masa depannya oleh eksploitas SDA mereka secara berlebihan, serta pembebasan dari penjajahan oleh modal, militer, dan milisi-milisi yang menjadi kepanjangan tangan militer.

Untuk itu, usaha-usaha rekonsiliasi tidak dapat dibatasi hanya dengan pertemuan basa-basi antara para pemuka agama, seperti yang ber-ulang kali dilakukan para penguasa Jakarta yang datang ke Poso. Rekon-siliasi yang sejati harus diusahakan lewat pertemuan antara para pemuka masyarakat adat dengan unsur-unsur pemerintah dan pemilik modal yang seringkali ikut bertindak sebagai pelestari citra konflik etno-religius. ∎

Diringkas dari buku “Teologi, Komunikasi dan Rekonsiliasi”, (YAKOMA-PGI & BUMG-GMIH, 2009).

Sudah saatnya, gereja mengembangkan paham diakonia yang lebih kritis, antisipatif, dan preventif.

refleksi

Page 25: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 23

Sedikitnya 69 orang tewas dan puluhan terluka akibat ledakan di taman Gulshan-e-Iqbal di Lahore, Pakistan timur, Minggu (27/3/2016) malam. Lidah

api yang dipicu ledakan itu melampaui pepohonan. Tubuh korban terpental dan beterbangan di udara.

Hingga Senin pagi ini, jumlah korban yang dilaporkan tewas mencapai 69 orang. Namun, kemungkinan bisa bertambah. Di antara hampir 200 korban terluka, banyak yang berada dalam kondisi kritis karena terkena luka bakar serius dengan kondisi badan cacat.

Ledakan dahsyat itu juga ter-dengar ke seantero wilayah kota Lahore, ibu kota Provinsi Punjab, Pakistan timur itu. Orang-orang panik, histeris, dan terpisah dari keluarga-nya. Anak-anak terpisah dari orangtuanya.

Regu penolong, petugas medis, dan ambulans yang tiba di lokasi kejadian juga panik melihat begitu banyak korban tewas dan terluka. Semua rumah sakit dalam siaga darurat tinggi.

Saat terjadi ledakan, taman Gulshan-e-Iqbal itu sedang padat oleh pengunjung, umumnya keluarga-keluarga yang sedang menikmati liburan. Sebagian besar diantara-nya adalah keluarga Kristen yang sedang merayakan hari Minggu Paskah.

Menurut petugas keamanan dan saksi mata, korban ledakan itu umumnya anak-anak dan perempuan.

“Sebagian besar korban adalah perempuan dan anak-anak,” kata Inspektur Polisi Mustansar Feroze, petugas yang sedang berada di lokasi kejadian.

Titik ledakan berada di gerbang masuk taman Gulshan-e-Iqbal, yang di sekitarnya merupakan area parkir padat kendaraan. Juga tidak jauh dari area bermain anak-anak.

Salah satu faksi kelompok Taliban Pakistan, Jamaat-ul-Ahrar, menyatakan telah melakukan serangan itu. Juru bicara kelompok itu mengatakan, mereka sengaja menargetkan komunitas Kristen.

Tariq Fatimi, penasihat perdana menteri Pakistan, mengatakan, serangan ini adalah kejahatan yang memengaruhi semua kemanusiaan, apakah di Lahore, Peshawar, Brussels, ataupun Paris.

Presiden Pakistan Mamnoon Hussain dan Perdana Menteri Nawaz Sharif mengecam ledakan bom tersebut. Mereka meminta polisi melakukan penyelidikan menyeluruh, serta memburu faksi Taliban yang bertanggung jawab atas ledakan bom bunuh diri itu.

indentitas Pelaku

Identitas pelaku bom bunuh diri di sebuah taman di Kota Lahore, Pakistan, diketahui merupakan seorang guru. Disebutkan pelaku bernama lengkap Muhammad Yousaf

Bom Bunuh Diri di Pakistan:

Peristiwa Berdarah Saat Paskah

Lokasi kejadian yang hancur akibat bom bunuh diri.

internasional

Page 26: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 24

Farid. Otoritas Pakistan mendapat identitasnya dari sebuah KTP yang ditemukan di lokasi ledakan, di balik timbunan puing-puing dampak ledakan.

Jasad pelaku juga telah ditemukan dalam keadaan mengenaskan, sebab bagian atas tubuhnya membuat rupanya tak dapat dikenali. ”Bagian atas tubuhnya tidak dikenali, tapi diperkirakan dia berusia sekitar 22 tahun,” sebut seorang sumber yang merupakan petugas keamanan setempat.

Namun, kecocokan identitas kemudian terbukti dari uji DNA yang dilakukan. Disebutkan dalam KTP, Farid merupakan warga Pakistan yang tinggal di daerah Muzaffargarh, Provinsi Punjab, kelahiran 1 Januari 1988.

iman Tak Kendor

Masyarakat Pakistan yang beragama Kristen masih memiliki pengharapan meskipun serangan terhadap orang Kristen di Timur Tengah masih terus terjadi. “Kristen di Pakistan telah menderita serangan bom bunuh diri di Lohore. Mereka ditekan, dipukuli dan putri mereka dipaksa kawin dengan pria Muslim. Apakah semua serangan ini pernah mengendorkan harapan mereka? Tidak,” kata Ketua Asosiasi Kristen Inggris-Pakistan, Wilson Chowdhry, seperti dilansir Christiantimes pada Minggu (3/4).

Pernyataan Chowdhry tersebut disampaikan setelah pemboman di Taman Gulshan-e-Iqbal di Lahore pada hari Minggu Paskah. Dalam peristiwa itu, setidaknya 70 orang

tewas, di antaranya hampir 30 anak-anak, dan lebih dari 300 luka-luka. Faksi Taliban Jamaat-ul-Ahrar mengatakan serangan bom bunuh yang terjadi pada saat Paskah tersebut menargetkan orang Kristen.

Sementara itu, Uskup Agung Sebastian Shaw yang berasal dari Lahore saat mengunjungi mereka yang terluka dalam serangan Bom Bunuh diri termasuk Kristen dan Muslim anak-anak, menyampaikan agar orang-orang di Lahore untuk lebih kuat menghadapi situasi ini. “Kami akan melalui masa kesulitan besar, kita harus belajar untuk bangkit lagi, sama seperti Kristus mampu mengangkat dirinya lagi, walaupun membawa Salib.” kata dia.

Sebelumnya, kelompok sempalan Taliban Pakistan telah mengaku bertanggung jawab atas serangan bom di hari Minggu Paskah (27/3), di sebuah taman di Lahore.

Ledakan bunuh diri kota timur Pakistan, Lahore, itu yang tadi malam dikatakan menewaskan 25 orang, kini menelan korban lebih besar, sedikitnya 67 orang, menurut juru bicara pemerintah kepada CNN.

Lebih dari 300 lainnya terluka, kata pejabat polisi, Haider Ashraf.

Ledakan terjadi di jantung Lahore pada hari Minggu malam, pada waktu banyak keluarga menghabiskan waktu di taman kota, Gulshan Iqbal, untuk merayakan liburan Paskah. Banyak wanita dan anak-anak termasuk di antara para korban.

Ehsanullah Ehsan, juru bicara kelompok sempalan Taliban Pakistan yang diikenal sebagai Jamat-ul-Ahrar, mengatakan ia bersumpah serangan seperti itu masih akan terus terjadi. ∎ (Reuters/BBC News/AFP)

Histeria Keluarga korban bom bunuh diri di Lahore.

internasional

Page 27: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 25

Para pemimpin Ordo Religius Desak Solidaritas dengan Para Petani

Para pemimpin Ordo-ordo Religius di Filipina telah meminta semua anggota

mereka untuk bersatu dan “berbicara serta bertindak” dalam solidaritas dengan orang miskin yang menderita kelaparan dan kekerasan.

Asosiasi Pemimpin Religius Filipina mendesak anggotanya untuk membantu para petani yang dibubarkan paksa oleh pasukan keamanan negara itu di Mindanao pada 1 April. “Ketika saudara-saudara kita yang bertahan kelaparan akibat kekeringan dampak El Nino, mereka tidak hanya menderita kelaparan, tapi kekerasan, bahkan tewas akibat kekerasan, kita merasa sedih dan menangis,” demikian pernyataan mereka yang dirilis 7 April.

Para pemimpin religius itu

mempertanyakan kegagalan pemerintah untuk menjaga perdamaian selama protes petani berdarah dan masyarakat adat di Provinsi Cotabato pekan lalu. “Mengapa kekuatan ekstrem digunakan terhadap para demonstran?” tanya mereka. “Tugas polisi untuk mencegah pelanggaran hukum tanpa menggunakan kekerasan,” tambah mereka.

Tiga pengunjuk rasa dilaporkan tewas, 116 luka-luka, dan 81 lainnya ditahan ketika polisi membubarkan sekitar 6.000 petani dan masyarakat adat meminta bantuan pemerintah untuk menanggapi kekeringan yang sedang berlangsung di wilayah mereka.

Dalam penyelidikan Senat, Uskup Ciriaco Francisco Gereja Methodis

mengecam masuknya pasukan keamanan dalam kompleks gereja di Kota Kidapawan pasca pem-bubaran. “Mereka bah-kan memblokir gerbang menuju gereja dengan mobil polisi,” kata Uskup Francisco.

Pastor Edu Gariguez, sekretaris eksekutif Se-kretariat Aksi Sosial Kon-ferensi Waligereja Filipina, menyerukan penyelidikan independen atas insiden tersebut. “Jika keadilan sejati dilakukan, mereka yang terbukti bersalah

harus dihukum,” kata imam itu.

Suster Susan Bolanio di Mindanao mengatakan meskipun dia tidak setuju dengan para petani mem-blokir jalan raya, “kekerasan itu harus diselidiki secara menyeluruh.”

Mitra Misereor di Filipina mencatat bahwa langkah-langkah lain bisa diambil untuk mencegah kekerasan. Misereor adalah lembaga bantuan luar negeri dari Gereja Katolik di Jerman.

Pemerintah telah mengumumkan akan merilis sekitar 3 juta dolar AS awal tahun ini untuk membantu sekitar 125.228 keluarga atau 626.140 orang yang terkena dampak kekeringan di Provinsi Cotabato dan sekitarnya. ∎ (BBC Indonesia)

Aksi protes para pimpinan ordo religius berhadapan dengan aparat.

internasional

Page 28: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 26

Senat Nigeria menolak rancangan undang-undang yang ditujukan untuk menghapus ‘semua bentuk diskriminasi’ atas perempuan. RUU Gender dan

Kesamaan Kesempatan itu ditolak setelah sejumlah besar anggota senat menyuarakan penentangan.

Akitab penolakan tersebut, kecaman datang dari para pegiat hak asasi di Nigeria. Mereka (para pegiat hak asasi, red.) mengatakan, RUU itu akan mendorong kesamaan hak untuk perempuan dalam perkawinan, warisan, dan pendidikan.

Sejumlah senator berpendapat RUU tidak sejalan dengan budaya Nigeria dan keyakinan agama. Sementara sebagian anggota senat lainnya mengatakan konstitusi Nigeria sudah menjamin hak semua orang.

Berdasarkan ajaran Islam, perempuan mendapatkan setengah dari hak pria dalam warisan, seperti dijelaskan seorang senator yang beragama Islam. Penolakan juga dilakukan oleh seorang senator Kristen yang mengutip ayat-ayat di Alkitab sebagai alasan untuk menentang RUU.

Pegiat hak asasi, Bukky Shonibare, mengatakan hari ini sebagai hari yang menyedihkan bagi perempuan Nigeria. “Itu memperlihatkan betapa mundurnya kita dan bagaimana kita ingin bertahan pada ketidakadilan agama dan budaya kita,” katanya dalam acara BBC Focus.

Kecaman juga datang dari seorang bintang terkenal, Uche Jombo, “Semua senator yang menentang RUU mestinya bersembunyi karena rasa malu.” ∎ (BBC Indonesia)

Kecaman atas Senat Nigeria yang menolak RUU kesetaraan

Pegiat hak asasi mengatakan penolakan RUU sebagai hari yang menyedihkan bagi perempuan Nigeria.

Akibat penolakan RUU Gender dan Kesamaan Kesempatan, semakin mendiskriminasi perempuan di Nigeria..

internasional

Page 29: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 27

Interfaith (lintas iman) merupakan salah satu istilah untuk menggambarkan realitas pluralitas masyarakat kita sekarang yang semakin intens. Istilah pluralisme

masyarakat untuk menyodorkan gambaran tentang masyarakat yang multi agama yang hidup dalam satu wilayah atau negara. Sedangkan interfaith adalah setiap orang bergaul dalam masyarakat plural dengan tetap meyakini kepercayaannya dan menghargai kepercayaan orang lain. Kita tidak mungkin menghakimi kepercayaan umat lain (bnd. Mat. 7: 1-2). Kepercayaan agama lain harus diterima apa adanya. Setiap kelompok pasti subyektif; menganggap agama dan sukunya paling benar sehingga apa saja tentang agama dan suku lain salah. Boleh kritis tetapi untuk internal kita bukan untuk penganut lain agama. Ada lagi yang bikin sesak nafas: agama lain dinilai menurut perilaku negatif yang tampak tetapi agama sendiri dinilai dari ajarannya. Kita memang masih belum bijak bergaul santun lintas iman.

Kemajuan dalam bidang Iptek terutama teknologi informasi dan komunikasi (TIK) serta mobilitas penduduk yang tinggi tak urung membangkitkan pertanyaan (keresahan) di dalam diri seseorang khususnya kaum muda. Sebab masa muda adalah masa pembentukan kepribadian termasuk di dalamnya pema-tangan keimanan. Orang Kristen generasi kedua yang tergema di dalam surat Efesus melihat betapa gereja dipanggil untuk memper-lengkapi warga gereja agar tidak diombang-ambingkan berbagai ajaran dunia tetapi agar bertumbuh menuju kede-wasaan iman (lihat. Ef. 4:11-16).

Interfaith menyodorkan sikap baru. Kita tidak bertujuan mengkonversi penganut agama lain agar pindah ke agama Kristen. Jika oleh karena perilaku kita yang baik atau karena sesuatu hal orang tertarik mengikuti agama Kristen, itu hak mereka. Interfaith juga bukan sikap

triumfalis yakni sikap yang mengagungkan diri paling benar dan merendahkan penganut agama lain.

Dengan pola interfaith, pola lintas iman, saya meng-hayati sepenuh hati ajaran Kristen tanpa pretensi mengecilkan kepercayaan orang lain. Kita tidak berhak memverifikasi doktrin agama orang lain, orang lain juga sama, tidak berhak menghakimi kepercayaan kita.

Pergumulan Kita Sekarang

Berada di dalam masyarakat majemuk utamanya agama wajar apabila kita bertanya apakah keyakinanku

mempunyai landasan yang kokoh? Mengapa? Ada beberapa hal yang bisa memunculkan

keraguan:

1. Jumlah kelompok lain yang mayoritas. Banyak sering dikaitkan

dengan kebenaran, yang jumlahnya kecil merasa rendah diri, merasa lemah dan pasrah (takut, tidak berdaya).

2. Merasa diintimidasi dan terintimidasi. Sebagian orang

tidak tahan di tempat kerjanya karena merasa minoritas sehingga

menyerah. Ada juga agar kedudukan semakin tinggi, rela mengganti keper-

cayaannya.

3. TIK yang begitu bergelora pertumbuhannya, menye-babkan ratusan nilai-nilai baru melintas di depan mata lewat televisi, film dan media sosial, bisa menimbulkan dua kondisi ekstrem, yakni: kita goyah dan menganut nilai baru atau orang jadi apatis (tidak peduli dengan pentingnya mengembangkan spiritualitas). Orang yang apatis sering lari ke pola hidup hedonis dan konsumtif, yang ujung-ujungnya akan memundurkan kualitas diri.

INTERFAITHDr. Einar m. Sitompul

kolom komunikasi - Yakoma-PGi 27

Page 30: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 28

4. Cukup kuat sikap relativisme, yakni sikap memandang semua agama sama yang akhirnya orang menganut suatu agama atau pindah agama berdasarkan kalkulasi untung-rugi.

Bagaimana Sebaiknya

Berada di dalam masyarakat majemuk mesti dilihat se-bagai anugerah Tuhan. Di dalam iman kita percaya Tuhan yang menempatkan sehingga kita lebih intensif berlaku sebagai garam dan terang dunia. Terang, berarti sikap dan gaya hidup kita dilihat orang, berarti tidak perlu menyembunyikan identitas bahwa kita orang Kristen; dan garam, tidak nyata tetapi memberi pengaruh baik bagi sekitar, supaya orang lain memuji Allah (bnd. Mat. 7:16).

Bergaul dengan banyak orang seyogyanya kita semakin berusaha memahami agama sendiri. Mengapa? Agar kita tidak larut dalam arus kemajemukan sehingga kehilangan jati diri. Oleh sebab itu, diskusi dan Penelaahan Alkitab

semakin diperlukan. Dengan cara itu kita bertumbuh menuju kedewasaan iman.

Dengan memiliki kesiapan intelektual kita dipersiapkan memberi respons terhadap orang yang menanyakan ke-percayaan kita; siap sedia memberi pertanggungjawaban iman.

Tolong diingat, iman tidak dapat diukur oleh logika sebab akibat, tidak juga berdasarkan yang disebut rasio. Jika Tuhan dapat dilogiskan maka Dia telah direndahkan ke taraf obyek. Agama dan ilmu bergerak di bidang masing-masing. Bagi Rasul Paulus, mempercayai Kristus adalah anugerah semata sehingga kita mesti rendah hati dan terbuka untuk dituntun oleh Tuhan. Mempercayai sifatnya eksistensial. Ibaratnya, seorang pemuda mengatakan “kekasihku paling cantik! Tidak ada yang lain”. Itu urusannya, tidak akan ada yang keberatan. Tetapi bila dia mengatakan gadis lain jelek, hati-hati, bisa berurusan dengan hukum. ∎

MPH-PGI MENGUCAPKAN SELAMAT ULANG TAHUN KEPADA:

Gereja Masehi Protestan Umum (GMPU), 15 Maret

Banua Niha Kristen Protestan (BNKP), 18 Maret

Gereja Toraja (GT ), 25 Maret

Gereja Gerakan Pentakosta (GGP), 29 Maret

Gereja Kalimantan Evangelis (GKE), 4 April

Gereja Protestan Indonesia di Donggala (GPID), 4 April

Gereja Sidang Jemaat Allah di Indonesia (GSJA), 4 April

Orahua Niha Keriso Protestan (ONKP), 16 April

Gereja Batak Karo Protestan (GBKP), 18 April

Gereja Protestan Indonesia Buol Toli-toli (GPIBT ), 18 April

Gereja Kristen Jawa Tengah Utara (GKJTU), 22 April

kolom komunikasi - Yakoma-PGi 28

Page 31: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 29

Gerakan dakwah yang dilakukan Rasulullah adalah gerakan yang penuh berkah (ash-shahwah al-mubarakah), gerakan moderat (shahwah

mu’tadilah), terpadu, terkendali, berkesinambungan dan jauh dari unsur ekstrimisme (at-tatharruf). Setiap melak-sanakan dakwah, da’i harus selalu mengikuti prinsip gerakan dakwah Rasulullah SAW tersebut, karena telah terbukti keberhasilannya dan merupakan bentuk kecin-taan kita sebagai pewaris para nabi kepada beliau SAW.

Pengembangan metode dakwah berkaitan dengan media yang menyertainya. Seorang da’i harus mampu memilih media dan metode dakwah yang relevan dengan kondisi mad’u yang telah dipelajari secara komprehensif dan berkesinambungan. Kegiatan dakwah yang dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi mad’u akan lebih berdampak karena kemudian dakwah dilakukan dengan media dan metode yang sesuai.

Seorang da’i sebaiknya memilih metode dan media yang

dari masa ke masa terus berkembang, seperti mimbar, panggung, media cetak, atau elektronik (radio, internet, televisi, komputer). Kemudian mengembangkan media atau metode kultural dan struktural yakni pranata sosial, seni, karya budaya, dan wisata alam. Juga mengembangkan dan mengakomodasikan metode dan media seni budaya masyarakat setempat yang relevan, seperti wayang, drama, musik, lukisan, dan sebagainya.

Dengan penjelasan di atas, media dakwah terdiri dari:

Media Fisik: Mimbar, panggung, media cetak (majalah, buletin, surat kabar, dll), media elektonik (radio, televisi, internet, dll);

Media Kultural dan Struktural: Pranata sosial, seni (wayang, drama, musik, lukisan, cerita /dongeng, dll), karya budaya, wisata alam, pesan serta metode dakwah harus disesuaikan dengan mad’u agar dakwah kita berhasil. Ragam pesan dakwah yang berisi metode yang dapat disesuaikan dengan mad’u:

STRATEGI DAKWAH ANTAR BUDAYA

kolom komunikasi - Yakoma-PGi 29

Page 32: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 30

a. Nasihat yang baik berupa pengajaran dan pembinaan moral;

b. Memberi motivasi dan ancaman: memberi motivasi dan kabar gembira dengan janji berisi janji-janji Allah bagi manusia yang taat, baik untuk di dunia maupun akhirat dengan menyertakan macam-macam bentuk ketaatan; memberi ancaman dan peringatan diberi azab orang yang ingkar dan kufur terhadap Allah dan rasul-Nya, baik yang akan ditimpakan juga yang telah menimpa orang terdahulu; diberi azab di akhirat, siksa mental di hari kiamat dan hukuman atas dosa yang bermacam-macam;

c. Memberi contoh-contoh bijak: Kisah-kisah orang taat masa lalu dan kini, perumpamaan-perumpamaan yang berhikmah, dan melihat sifat orang-orang terpuji.

Menjadikan karya budaya sarat dakwah seperti wayang dakwah, cerita, dongeng, drama yang berisi pesan dakwah persuasif dan inklusif, desain pakaian Islam yang modern dan syar’i bisa dilakukan sebagai langkah dakwah alternatif. Keteladanan, karya nyata, penyuluhan, bakti sosial juga bisa dilakukan untuk menginternalisasikan cahaya Islam kepada masyarakat.

Sakralisasi dan Klaim Kebenaran

Islam di Indonesia telah berusia tua dan telah membentuk sebagian besar budaya lokal. Umat semakin senang dengan hal-hal yang berbau Islam. Sungguhpun antusiasme tersebut tidak serta-merta mencerminkan kualitas keberagamaan seseorang, namun paling tidak hal itu menunjukkan adanya opti-misme masyarakat bahwa Islam dapat menyelesaikan problem hidup. Tangisan dalam acara dzikir akbar misalnya, meng-gambarkan beban hidup yang selama ini belum mampu diatasi. Kekhidmatan dalam mendengarkan alunan bacaan kitab suci Al-Qur’an dan petuah para agamawan juga menyiratkan harapan adanya solusi dan bekal dalam menghadapi beratnya beban hidup. Memang naluri ber-agama sangat kuat melekat dalam diri setiap insan.

Sebenarnya benturan antar pemeluk agama itu lebih disebabkan pada sakralisasi identitas agama. Sakralisasi itu mengakibatkan klaim kebenaran pada kelompok

agamanya sendiri, dan kesesatan pada kelompok agama lain. Namun demikian benturan itu tidak sepenuhnya disumbangkan oleh agama. Dalam banyak kasus perang antar agama, motif politik dan persaingan ekonomi lebih dominan. Keterlibatan agama lebih pada pemanfaatan “identitas transenden” yang mudah dibangkitkan dan diletupkan. Dengan kata lain, agama digunakan sebagai alat mobilisasi pertikaian. Padahal dalam relung hati yang paling dalam, manusia membutuhkan agama justru untuk perdamaian dan keharmonisan hidup.

Jalan membentang di hadapan para pelaku dakwah. Perdalam ilmu, perbanyak amal, perkuat jiwa, pererat ukhuwah, pertahankan jamaah, terus lakukan dakwah sekecil apapun itu. Masa depan gemilang dakwah akan kita jelang bersama. Allah berfirman :

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh- sungguh akan menjadikan mereka berkuasa dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar

akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi aman sentausa. mereka tetap menyembahku-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan aku. dan Barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, Maka mereka Itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur [24]:55)

Mad’u utama bagi setiap da’i adalah keluarga dan kerabatnya yang terdekat, karena dengan demikian ia telah membuat model mad’u yang dapat ditiru oleh mad’u yang lebih luas. Kemudian seorang da’i harus mengkaji dan mempertimbangkan metode pendekatan spiritual dengan mad’u, antara lain melalui shalat, dzikir, doa, silaturahim, dan sebagainya. Sehingga ada ikatan batin yang kuat dan pesan dakwah pun akan mudah diterima, serta tujuan dakwah dapat tercapai dengan paripurna. ∎ (Yoherisman)

Sebenarnya benturan antar pemeluk agama itu lebih

disebabkan pada sakralisasi identitas agama. Sakralisasi

itu mengakibatkan klaim kebenaran pada kelompok

agamanya sendiri, dan kesesatan pada kelompok

agama lain.

kolom komunikasi - Yakoma-PGi 30

Page 33: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 31

Apakah anda lahir pada tahun 1950-1960-1970an? Jika ya, anda

layak disebut “generasi edisi terbatas” yang beruntung. Mengapa? Karena mereka yang lahir pada tahun-tahun tersebut mengalami “dua era” sekaligus: era sebelum digital dan era digital. Ini bila tonggak waktu per-ubahan dipacakkan pada masa internet menjadi kebutuhan pokok hidup sehari-hari layaknya makan dan minum. Internet telah menjadi penemuan yang mengubah sejarah global secara masif dan intensif.

Generasi yang lahir pada tahun-tahun tersebut mengalami lompatan yang mengejutkan di abad ini dalam usia yang masih produktif dan kesehatan yang prima. Generasi ini adalah generasi “dua dunia”: sebelum era digital dan masa digital. Mereka pernah mengalami riuh-rendah suara mesin ketik namun sekaligus saat ini jari-jemari mereka masih cekatan bergerak di atas kibor laptop atau komputer. Mereka juga generasi terakhir yang merekam lagu-lagu dari radio dengan tape-recorder dan kini bisa menikmati kemudahan mengunduh lagu-lagu dari seluruh dunia dari gawai.

Di masa kanak-kanak mereka ber-main lompat tali, loncat tinggi, petak umpet, engklek, galasin, kelereng, dan saat ini mata dan jari-jari mereka masih lincah memainkan berbagai games yang tersedia di gawai. Di masa remaja mereka biasa memben-tuk kelompok atau geng yang ber-

kumpul tanpa harus ramai bikin perjanjian melalui pesan singkat (SMS), BBM, WhatsApp, atau kotak pesan di Face-book. Dalam pertemuan dengan kawan-

kawan sekelompok mereka bisa ter-tawa sepuasnya dan kini pun mereka bisa tertawa habis-habisan bersama kawan-kawan grup WhasApp,

Facebook, BBM atau milis.

Di masa muda, mereka pernah mengalami kegelisahan atau rasa tak sabar menunggu kedatangan Pak Pos untuk mengantar surat dari kekasih, seseorang, atau kiriman wesel dari orang tua di kampung dan saat ini mereka bisa menikmati pengiriman surat melalui surel atau mentransfer uang melalui anjungan tunai mandiri.

Tidaklah keliru bila mereka disebut “generasi edisi terbatas”. ∎ (RH)

(disunting dari posting media sosial)

GENERASI “EDISI TERBATAS”

kolom komunikasi - Yakoma-PGi 31

Page 34: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 32

Tahun 2016 ini jumlah pokja (kelompok kerja) YAKOMA-PGI bertambah dari tiga pokja

(Pokja Kampung Sawah, Bekasi, Pokja Rumah Kita Dairi, Pokja Halmahera) menjadi lima pokja dengan tambahan Pokja Yogyakarta dan Pokja Jawa Timur. Pokja-pokja tersebut merupakan mitra dan organiser dalam penyelenggaraan program dan kegiatan terkait media berperspektif di tingkat komunitas basis. Mereka anggota/aktivis/pendeta gereja-gereja setempat, pengurus PGI Wilayah, organisasi setempat yang berbasis Kristen (GMKI) maupun lintas iman, dan pengurus PGI wilayah.

Pada 23-26 Februari 2016, YAKOMA-PGI menyelenggarakan Lokakarya Penguatan Kapasitas untuk pokja-pokjanya dengan memetakan bersama-sama kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan di wilayah pokja masing-masing. Dua puluh dua anggota pokja dari Dairi, Ternate, Kampung Sawah Bekasi, Yogyakarta, Surabaya, Malang, dan staf YAKOMA-PGI duduk bersama membedah isu-isu sosial di wilayah masing-masing dan difasilitasi oleh Anna Marsiana. Tercatat isu radikalisme, kerusakan ekologi, kemiskinan dan keadilan sebagai isu-isu prioritas di semua wilayah pokja di samping isu-isu khas lokal seperti patriarki, kecanduan internet, politisasi agama dan media, sengketa lahan, penggundulan hutan, pelecehan seksual, dll.

Mengawali Lokakarya Penguatan Kapasitas Pokja, diskusi seputar Media Massa dan Perubahan Sosial dipandu oleh Tri Agus Siswanto Siswowiharjo yang biasa dipanggil dengan singkatan akrab TASS, seorang pengamat, trainer sekaligus pekerja media yang bermukim di Yogyakarta. TASS menyebut empat fungsi media: fungsi pengawasan dan penyediaan informasi tentang lingkungan; fungsi penghubung di mana terjadi penyajian pilihan solusi untuk suatu masalah; fungsi transmisi budaya, adanya sosialisasi dan pendidikan serta fungsi hiburan.

Diskusi antara lain menyimpulkan, media massa berperan penting dalam perubahan sosial baik pem-bentukan opini publik, mendorong solidaritas oleh empati terhadap para korban, misalnya, bencana alam dan memperkenalkan cara berpikir kreatif yang dapat membantu memperbaiki diri dengan cara berbeda. Media

massa juga mendorong pemberan-tasan korupsi, menjaga demokrasi meski stasiun televisi juga men-dorong konsumtivisme dan menya-jikan tayangan yang membodohi publik. Sedangkan media sosial membantu kita berhubungan de-ngan orang lain di seluruh dunia dan menjadi lebih terbuka dan mema-hami budaya-budaya bangsa lain.

Dasawarsa terakhir pertumbuhan media massa memprihatinkan karena terjadi monopoli yang mengan-cam demokrasi dan hak publik atas informasi akibat penguasaan media massa oleh beberapa orang peng-usaha yang merangkap petinggi partai. Media massa khususnya tele-visi menjadi bias kepentingan sang pemilik yang sekaligus politisi. Dalam situasi sedemikian, ditambah lagi media sosial dan media daring yang telah menjadi keseharian mayoritas rakyat, maka melek media menjadi penting. ∎ (RH)

Radikalisme, Kerusakan Ekologis, Kemiskinan dan Keadilan Menjadi Isu Prioritas

Dari Lokakarya Penguatan Kapasitas Pokja-pokja YaKoma-PGi:

Foto bersama peserta Lokakarya Penguatan Kapasitas.

kolom komunikasi - Yakoma-PGi 32

Page 35: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 33

Gereja, Perubahan Iklim dan Pertanian Organikoleh Eliakim Sitorus

Perdebatan tentang apakah benar terjadi perubahan iklim (climate change, dalam tulisan ini disingkat PI – bukan Pekabaran Injil -- meskipun nanti bisa

dilihat berbagai upaya mengurangi dampak negatif perubahan iklim adalah bagian dari tugas pekabaran Injil), sudah selesai. Kelompok ahli yang berkeberatan atas pernyataan bahwa betul terjadi perubahan iklim di bumi dan cakrawala yang mengitarinya, lambat laun sudah menyetujui fenomena alam yang terjadi. Gereja, menurut hemat saya, sudah sejak awal melihat telah terjadi perubahan dalam kehidupan makhluk hidup, akibat perubahan lingkungan. Memang semula tidak drastis, tetapi lama kelamaan akibatnya sangat terasa. Karena itu baik gereja, lokal maupun persekutuan gereja secara nasional, regional dan global sudah mencari tahu apa sesungguhnya yang terjadi. Lalu, bagaimana menanggapinya.

Salah satu aksi yang sudah dilakukan adalah mengurangi penggunaan bahan-bahan bermuatan zat kimia untuk proses produksi pertanian dan peternakan. Sebab ditengarai bahan-bahan itu berkontribusi bagi mengerasnya tanah, rusaknya gen tumbuhan dan ternak, dan berbagai hal negatif lain, maka gereja menyuarakan kembali ke alam atau pemanfaatan bahan yang tersedia secara alamiah di sekitar kita. Populer disebut pertanian organik (yang saya singkat sebagai PO, bukan persekutuan oikoumene, yang lazim dikenal di lingkungan gereja, tetapi ada kaitannya dengan itu, bahwa gerakan pengembangan PO bagi gereja-gereja hendaknya menjadi bagian gerakan oikoumene). Dalam dunia pertanian dan peternakan, sungguh jelas terlihat penggunaan bahan organik sebagai pengganti zat anorganik yang diproduksi oleh pabrik memberi hasil yang nyata, namun mengalami banyak kendala.

apa Kata Kitab Suci?

Ketika Allah menciptakan langit dan bumi, tidak serta-merta tumbuhan sudah ada, hujan pun belum

turun. Tidak. Tujuh hari lamanya Allah menciptakan bumi, isinya dan terakhir manusia. Alam yang diciptakan Tuhan Allah itu berproses. Kejadian 2: 1-7, jelas menggambarkan proses dimaksud. Demikian riwayat langit dan bumi

pada waktu diciptakan (ayat 4). Belum ada semak apapun di bumi, belum timbul tumbuh-tumbuhan apapun di padang (ayat 5). Dan, Allah belum menurunkan hujan ke bumi. Kabut naik ke atas (dari permukaan laut tentunya) dan membasahi seluruh permukaan bumi itu (ayat6). Selanjutnya Allah menciptakan manusia dari debu untuk menjaga semua itu (ayat 7). Itulah juga yang terjadi saat ini: di bawah kontrol Sang Khalik alam dan semesta isinya berproses. Artinya perubahan iklim, baik yang ekstrim dan bersifat dekstruktif seketika maupun yang lamban tapi pasti, tetap kita yakini diketahui olehNya.

Selanjutnya dikisahkan, akibat kebebalan manusia, Allah murka. Maka dihukumNya manusia dengan cara mendatangkan air bah. Tentu sebagai nalar, tidak sukar bagiNya mencelupkan seluruh bagian darat kulit bumi ke dalam lautan air. Tetapi memang dasar Allah itu mencintai manusia dan ciptaanNya yang lain. Disisakannya manusia itu lewat keluarga Nabi Nuh. Disisakannya hewan sepasang tiap jenis dan tumbuhan lewat bahtera yang disuruhnya dibangun oleh Nuh. Tidak semua dihanyutkan manusia tersebut agar mati bersama air bah.

Berdasarkan pengetahuan alkitabiah pula, orang Kristen atau warga gereja mengambil sikap untuk mengantisipasi dampak negatif lanjutan dari proses PI, dengan apa yang disebut mitigasi bencana. Betul, bahwa sebelumnya pun warga gereja, meski dengan

oPini

Page 36: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 34

keterampilan terbatas berusaha mencegah semampunya kerusakan yang bakal timbul dari berbagai bencana alam yang terjadi. Tentu disadari masih banyak kelemahan. Kembali ke alam atau Pertanian Selaras Alam (PSA) hanya satu dari sejumlah tindakan mitigasi dampak PI. Itupun belum merata pengetahuan di kalangan pimpinan gereja bahwa mengantisipasi dampak buruk PI adalah tugas dan panggilan orang percaya. Lalu, di level sinode pun belum seluruh gereja memasukkannya sebagai sesuatu yang mendesak. Mungkin karena masih merasa berada di zona aman, PI tidak mereka lihat sebagai ancaman kelangsungan hidup gerejanya. Belum menjadi program masif umat manusia.

Apakah PI yang semakin memberi sinyal buruk bagi kehidupan di planet bumi penanda semakin tua dan rentanya bumi? Apakah memang melelehnya gletser di kutub dan mencairnya tumpukan salju di puncak gunung tinggi yang mengaibatkan naiknya permukaan laut, dengan demikian mengurangi luas daratan dan menjadi azab bagi dunia dalam waktu dekat? Tentu tidak ada seorang pun yang tahu persis. Orang percaya menjawabnya, bahwa Tuhan punya agenda untuk bumi milikNya. Terdengar pasrah dan menyerah. Tetapi memang demikianlah faktanya. Sebut saja berbagai proyeksi atau forecast yang dibuat para ahli, termasuk ahli agama, tentu tidak bisa menjawab secara tepat seratus persen pertanyaan kapan akhir riwayat planet bumi ini.

Gereja Harus Bertindak

Menutup uraian singkat ini, diimbau agar gereja bertindak, bahu-membahu bersama umat agama lain melakukan berbagai upaya mencegah percepatan kerusakan bumi akibat PI. Banyak hal bisa dilakukan, mulai dari pengurangan penggunaan energi listrik, misalnya mengurangi pemborosan konsumsi energi listrik untuk penerangan dan mesin pendingin di dalam gedung gereja dan di rumah-rumah warga jemaat. Juga mengurangi pemakain asesoris plastik dan bahan lain yang tidak bisa didaur ulang (non-recycle material). Gunakanlah bunga hidup untuk menghias altar. Jika rumah warga dekat dari gereja, sebaiknya berjalan kaki saja atau naik kenderaan yang lebih hemat BBM. Umat Kristen diharapkan mengurangi pengunaan makanan minuman kemasan plastik.

Bagi gereja yang warganya hidup dari pertanian dan peternakan di pedesaan, kurangi hingga ke zero

penggunaan material anorganik. Anjurkan dan bimbing warga jemaat kembali penggunaan material organik yang tersedia di alam. PO sudah diterima oleh masyarakat global sebagai usaha efektif melawan dampak ngatif PI. Larang jemaat melakukan pembakaran apa pun. Sebab membakar merusak tanah dan udara. Itulah sebabnya dianjurkan ‘tanamlah pohon hari ini meski pun besok bumi akan runtuh’. Sebab pohon akan menghasilkan O2 (oksigen) yang diubah dari zat asam (CO2) yang dikeluarkan makhluk hidup saat bernapas.

Gereja harus bersedia menengok kembali berbagai kearifan lokal jemaat tentang pelestarian sumber daya alam (tanah, air dan udara) yang tersedia. Jangan lekas memvonis mereka sudah melakukan sinkritisme atau penyembahan berhala bila “menghormati” pohon atau gunung. Berisi dan makna Firman yang Hidup terhadap kebiasaan masyarakat men-cintai ciptaan Allah lainnya. ∎

Warga gereja yang hidup dari pertanian mengurangi penggunaan material non-organik.

oPini

Page 37: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 35

Global Nutrition Report (GNR) tahun 2015 melaporkan 36% anak di bawah usia lima tahun di Indonesia mengalami stunting (pendek). Data

Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 menunjukkan peningkatan prevalensi balita pendek 37,2% (2013) dari 35,6 (2010) dan 36,8% (2007).

Stunting (pendek) merupakan salah satu bentuk gizi kurang yang ditandai dengan indikator tinggi badan menurut umur.

Penyebabnya adalah asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Pendek terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Pendek dapat menyebabkan masalah pertumbuhan anak dan perkembangan intelektualnya. Menurut laporan Unicef (1998), anak pendek pada usia 5 tahun cenderung menetap sepanjang hidup, kegagalan pertumbuhan anak usia dini berlanjut pada masa remaja dan kemudian tumbuh menjadi wanita dewasa yang pendek dan mempengaruhi secara langsung kesehatan dan produktivitas, sehingga meningkatkan peluang melahirkan anak dengan BBLR. Pendek terutama berba-haya pada perempuan, karena cenderung menghambat proses pertumbuhan dan berisiko lebih besar meninggal saat melahirkan.

Untuk menekan masalah gizi ini, pemerintah berkomitmen menurunkan prevalensi pendek pada anak di bawah lima tahun, dari 36 persen (2015) menjadi 28 persen pada 2019. Untuk itu program Gerakan 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) yang bertujuan untuk memperbaiki status gizi anak secara preventif dan promotif melalui upaya kolaboratif lintas sektor. Gerakan ini adalah inisiatif global dikenal dengan Scaling Up Nutrition (SUN) menjangkau negara-negara berkembang

yang bermasalah dengan gizi anak.

Di sisi lain, status gizi anak Indonesia juga ti-dak terlepas dari persoa-lan ketahanan pangan (security food). Dan untuk memahami isu ketah-anan pangan perlu sekali bagi aktifis yang bekerja di program pemenuhan gizi anak untuk memahami dengan baik proses yang terjadi di dalam sistem pangan (food system). Sistem pangan termasuk semua proses yang terlibat di dalam upaya mempersiapkan makanan: pembenihan, penana-man, panen, pengolahan atau perubahan bentuk, penge-masan, transportasi, pemasaran, mengkonsumsi dan sampah makanan dan kemasannya. Itu juga termasuk input yang diinginkan dan outputs generated at each step. Sistem pangan bekerja di dalam dan dipengaruhi secara sosial, politik, ekonomi dan lingkungan alam.

Sebab itu yang disebut krisis pangan tidak melulu disebabkan perubahan iklim tetapi juga faktor-faktor lain seperti politik ‘nasi’: bahwa nasi diberi label identitas bangsa. Faktor lain adalah ekonomi, seperti penimbunan pangan tertentu pada masa over produksi, kemudian mengkonsumsi makanan tertentu sebagai milik kelas tertentu di dalam struktur masyarakat. Sebab itu ketahanan pangan dalam sistem pangan membutuhkan upaya transformasi dan partisipasi masyarakat yang tidak saja bebas menentukan pangan yang akan ditanam, pangan yang akan dikonsumsi, tetapi juga pangan lokal yang dilindungi eksistensinya oleh pemerintah dari mekanisme pasar (food capitalism). Upaya ini yang kemudian melahirkan konsep kedaulatan pangan (sovereignty food).

Hak Pangan dan Pemenuhan Nutrisi Anak: Upaya Kritis Mencegah Anak Kurang Gizioleh Heince mangesa

kajian

Page 38: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 36

Hak Pangan dan nutrisi anak

Masa terpenting bagi seorang anak mendapatkan nutrisi terbaik adalah sejak anak dikandung ibunya (9 bulan) sampai berusia 2 tahun. Masa ini dikenal sebagai 1000 Hari Pertama Kehidupan. Kekurangan gizi pada masa ini akan berakibat fatal. Anak yang menerima kekurangan gizi berpotensi memiliki penyakit-penyakit kronis (chronic diseases) yang berhubungan dengan gizi. Intervensi yang dilakukan setelah umur 2 tahun merupakan intervensi yang terlambat. Perempuan yang lahir pendek karena kurang kekurangan gizi dan nutrisi, besar kemungkinan akan melahirkan anak yang pendek, anak dalam kandungannya tidak mendapat makanan yang memenuhi nilai gizi.

Dalam bingkai kedaulatan pangan yang mendukung kualitas hidup suatu bangsa, maka kelompok perempuan dan anak adalah kelompok yang harus mendapat perhatian serius. Akses pangan tidak selalu tergantung pada kemiskinan atau kadar kemiskinan seseorang atau suatu kelompok masyarakat. Terpenuhi atau tidaknya gizi dan nutrisi bagi anak juga tidak tergantung pada kemampuan membeli, bila saja negara dapat merumuskan bentuk perlindungan dan menjamin akses ketersediaan pangan yang cukup dan nutrisi yang baik. Upaya-upaya kedaulatan pangan yang dapat dilakukan negara dilakukan secara holistik dengan memperhatikan akses, pengawasan, kepemilikan lahan, ketersediaan benih/bibit, hutan yang terpelihara,

memelihata sumber air dan mata air, proses dan transformasi jenis dan bentuk pangan lokal, budidaya pangan lokal, marketing dan promosi, proteksi pangan di sekolah, promosi, proteksi dan dukungan ASI.

Dalam hal ASI dilihat sebagai salah satu hak pangan dan nutrisi anak, resolusi WHA (World Health Assembly) No. 54.2 (2001), merekomendasikan, to strengthen activities and develop new approaches to protect, promote and support exclusive breasfeeding for six months as a global public health recommendation, and to provide safe and appropriate complementary foods, with continued breastfeeding for up to two years of age or beyond. Selanjutnya secara utuh, resolusi WHA No. 55.15 (2002) kemudian menetapkan empat standar emas pangan bayi dan anak. Yaitu: (1) Menyusui segera setelah lahir atau IMD, (2) ASI Eksklusif selama 0-6 bulan (3) MP-ASI (Makanan Pendamping ASI) lokal dan rumahan mulai 6 bulan, (4) ASI diteruskan sampai 2 tahun atau lebih. Tidak berlebihan bila masyarakat

kesehatan internasional memandang ASI sebagai makanan penuh nutrisi. Bahkan sejak 2001, resolusi WHA 2 Penelitian yang menunjukkan kekuatan ASI telah banyak di publikasi. Bahkan resiko susu formula (kemudian di sebut: formula saja) bagi kesehatan dan pertumbuhan juga telah diteliti.

Hasil penelitian ini menunjukkan meningkatnya resiko kanker anak (Leukemia limphositik dan Myeloblastik), Neuroblastoma, Limfoma Maligna, Kanker Payudara (Dundaroz R et al, 2002, UK Childhood Cancer Investigation 2001, Bener 2001, Daniels 2002, Svanborg 2003. Martin et all. Journal of the National Cancer Institute England 94:1446-1457, 2005). Juga meningkatnya risiko Juvenile Diabetes, penyakit jantung dan pembuluh darah (P Smith 2004, Lucas 2004, Owen 2002, Singhal 2001), penyakit usus besar, alergi, asma, diarrhea, Infeksi E.Sakazakii dari susu bubuk yang tercemar.

Tentang perlindungan hak pangan bayi ini (ASI), terutama dari

Potret anak-anak dengan gizi buruk.

kajian

Page 39: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 37

serbuan pasar formula oleh perusahaan multinasional seperti Nestle, Wyeth, BMS, Danone, Frisian Flag, dst, para aktivis international ornop telah menyusun seperangkat ketentuan-ketentuan etika pemasaran formula. Ketentuan ini ditulis di dalam suatu dokumen International Code of Marketing of Breasmilk Substitutes yang kemudian diadopsi oleh WHA (1981) menjadi rekomendasi bagi negara-negara anggota PBB. Indonesia telah mengadopsi kode ini dan sangat serius melindungi anak dari serbuan formula seperti di dalam PP No. 33/2012 tentang ASI, Permenkes No. 39/2013 tentang Susu Formula Bayi dan Produk Bayi lainnya, UU No. 69/1999 tentang Label Pangan, Perka BPOM No.30/2013 tentang Pengawasan Formula Lanjutan. Namun pengawasan sangat lemah dan tidak pernah ada sanksi pidana atas pelanggaran kegiatan promosi dan pemasaran yang dilakukan oleh produsen formula.

Pangan Lokal

Pemberian ASI dan MP-ASI sangat penting untuk pencegahan pendek. Vitamin dan mineral seperti Zinc, Thiamin, Besi dan Yodium harus tercukupi. MP-ASI diperkenalkan pada usia 6 bulan dengan pangan rumahan dan berbahan lokal. Pemberian ini tentunya perlu memperhatikan konsistensi makanan disesuaikan dengan kemampuan pencernaan anak menyerap makanan. Pencernaan anak usia 6 bulan dianggap telah siap menerima makanan rumahan.

Pangan lokal yang dianjurkan benar-benar disiapkan jumlahnya sesuai dengan kapasitas pencernaan anak, umur 6-24 bulan. Selama anak diberikan pangan lokal, ASI direkomendasikan juga tetap diberikan. Pangan lokal yang dimaksud adalah makanan dan bahan makanan yang dihasilkan dari dan oleh masyarakat lokal, memanfaatkan potensi alam lokal, diproses dan disiapkan dengan teknologi sederhana dan diberikan ke anak dengan bantuan alat-alat sederhana. Pangan ini dapat berupa ikan segar laut atau kolam dan sungai, disajikan langsung atau diolah menjadi abon ikan, sate ikan dan kue-kue yang terbuat dari ikan.

Kacang-kacangan dan sayuran hijau dibutuhkan untuk memenuhi nutrisi vitamin, mineral, yodium dan lemak. Banyak variasi pangan lokal yang tersedia di sekitar kita. Masyarakat perlu dimotivasi untuk mengidentifikasinya. Sejarah dan cerita-cerita lokal bisa menjadi pintu masuk untuk identifikasi pangan lokal yang padat gizi. Perem-puan dan tokoh-tokoh masyarakat perlu diajak untuk mulai menanami pekarangan dan tanah kosong dengan tanaman-tanaman usi pendek sebagai sumber pangan. Pemerintah didorong untuk memfasilitasi warganya memiliki ternak unggas sebagai sumber protein. Sumber-sumber air dicari, kemudian benih ikan ditebar di sana. Cerita sejarah kemenangan masyarakat masa lalu di-hadirkan kembali untuk memperkuat upaya masyarakat menemukan aset dan kekuatannya.

Pemenuhan gizi dan nutrisi anak menjadi hal mendesak untuk dipenuhi. Segala potensi masyarakat dan dukungan pemerintah menjadi sesuatu yang sangat berharga untuk mengentaskan tubuh pendek. Sebab hari-hari baik dan masa depan masyarakat dan bangsa ada di tangan anak-anak ini. ∎

Penulis adalah Anggota Presidium GKIA, aktif di PELKESI/ICAHS sebagai Community Health Care & Advocacy Specialist

kajian

Page 40: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 38

Sejumlah gereja di Indonesia menggelar perayaan Hari Doa Sedunia (HDS) 2016.

Diantaranya, Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) Centrum Manado, Gereja Banua Niha Keriso Protestan (BNKP) Tangerang, Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) Klasis Kota Kupang, Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Malang, dan Gereja Kristen Sulawesi Selatan (GKSS).

Perayaan HDS 2016 di GMIM Sentrum Manado dilaksanakan sebanyak tiga kali, yaitu subuh, siang, dan malam. Pada perayaan subuh diikuti 250 orang, siang 510 orang, dan malam 600 orang. Ketua Wilayah GMIM Manado-Sentrum Pdt. Iwan Runtunuwu memimpin perayaan siang, dan Pdt. Deisy Lewan saat perayaan subuh, sedangkan malam dipimpin Pdt. Robby Matindas.

Renungan/role play semuanya mengacu dari Buku HDS 2016.

BNKP Tangerang, merayakan HDS 2016 pada pagi hari, dan diikuti sekitar 320 orang. Menurut Pdt. Eka Telaumbanua, seluruh pernak-pernik

perayaan HDS 2016 seperti kostum dan dekor ruangan semuanya bernuansa Kuba. Refleksi tentang tema “Menyambut anak, menyambut Aku” disampaikan oleh Praeses BNKP wilayah 45, sementara liturgos, Ketua Komisi Perempuan Jemaat.

Sementara di Jakarta, perayaan HDS 2016 dilaksanakan di Gereja Kristen Pasundan (GKP) Jemaat Rehobot, Jatinegara, Jakarta Timur, bersama gereja-gereja lain. Hadir pula dari komisi perempuan gereja anggota PGIW DKI, BKS, WKK, DPD PWKI dan perwakilan dari komisi perempuan PGIW Banten adalah Komisi perempuan GBKP (Moria), MPH PGI W dan Kabiro Perempuan dan Anak PGI.

Staf dan karyawan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) juga melaksanakan Ibadah Hari Doa

Perayaan Hari Doa Sedunia (HDS) 2016 di Indonesia

Pembacaan tata ibadah saat perayaan HDS di GMIT klasis Kota Kupang.

Tumpang tangan kaum perempuan jemaat GKSS.

varia

Page 41: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 39

Sedunia 2016 di ruang Kapel Lantai 3 Grha Oikoumene, Jakarta. Meski dengan perlengkapan seadanya, ibadah yang menggunakan liturgi HDS 2016 ini, berjalan hikmat.

Komisi HDS Kuba

Perayaan HDS 2016 dilaksanakan bersama-sama saudara-saudara kita di Negara Kuba, penyusun buku Hari Doa Sedunia 2016. Jemaat menyatu dalam doa yang dituntun oleh tema “Receive Children, Receive Me” (Markus 9:37). Kita diajak untuk turut sepergumulan dengan gereja dan penduduk Kuba seputar pemboikotan ekonomi yang telah mempengaruhi kehidupan masyarakat, kekurangan bahan baku untuk industri, obat-obatan, dan sebagainya.

Disamping itu, kemampuan perempuan masih belum sepenuhnya diakui untuk posisi kunci dalam sektor perekonomian, politik dan agama. Tema HDS 2016 “Menyambut anak, menyambut Aku” mengajak kita untuk menempatkan mereka yang rentan dan terpinggirkan kepada sebuah status kehormatan, tanpa memandang status ekonomi, fisik atau psikologis mereka.

Penyambutan atau penerimaan tersebut dimaksudkan tidak hanya ide-ide yang benar tentang anak-anak atau juga kelompok orang yang tidak memiliki power dalam masyarakat, tetapi juga memperbaiki prilaku seseorang atau suatu komunitas tentang bagaimana

menerima orang lain. Tema ini menawarkan model komunitas yang mengarah pada pembaharuan dan rekonsiliasi, dan dalam komunitas seperti ini, mereka yang “tidak diperhitungkan” dapat mengambil bagian secara aktif didalamnya.

Pembaharuan dan rekonsiliasi adalah tanda-tanda kehendak Allah. TeladanNYA ini mengingatkan gereja yang adalah sebuah komunitas yang sedang bersaksi akan tanda-tanda kehendak Allah itu, secara khusus dalam momen Hari Doa Sedunia yang sementara dirayakan pada minggu pertama Maret.

HDS biasanya dilakukan pada jumat pertama di bulan Maret, sekalipun sebagian besar gereja- gereja di Indonesia melaksanakannya pada hari minggu atau menyesuaikan dengan kegiatan jemaat disepanjang minggu pertama. ∎ (MS)

Staf dan karyawan PGI ikut melaksanakan HDS 2016. Generasi muda dan senior ikut ambil bagian dalam pelayanan HDS di GKJW Malang.

Jemaat HKBP Pearaja bersukacita merayakan HDS.

varia

Page 42: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 40

Wajah penuh semangat dari 32 orang peserta yang didominasi oleh anak-anak

muda menghiasi suasana pelatihan pagi itu. Peserta ini berasal dari gereja GKPPD, JKI dan GMII Kabupaten Aceh Singkil. Sebanyak 9 unit gereja dirobohkan oleh pemerintah Kabupaten Aceh Singkil sepanjang 19-23 Oktober 2015 dengan alasan tidak memiliki IMB. Sebagian besar anak muda tersebut merupakan jemaat gereja yang gerejanya dibongkar dan diancam akan dibongkar bila tidak memiliki IMB. Anak-anak muda ini memiliki harapan agar apa yang sesungguhnya mereka alami di Aceh Singkil diberitakan ke seluruh dunia.

Sejak peristiwa pembongkaran terjadi, jemaat gereja di Aceh Singkil didatangi oleh berbagai media, baik nasional maupun lokal. Kedatangan awak media ini disambut gembira oleh jemaat namun kejadian sesungguhnya di lapangan tidak diberitakan dengan baik. Menurut Bancin, salah seorang peserta, media tak memuat peristiwa yang sesungguhnya dan cenderung menutupi peristiwa yang sebenarnya. Contohnya ketika Natal 2015, salah satu media TV nasional memberitakan perayaan Natal dengan damai di Aceh Singkil, dengan meliput salah satu gereja yang tidak dibongkar di Gunung

Meriah. Mereka tidak menyiarakan bagaimana suasana Natal di gereja yang dibongkar misalnya GKPPD Siatas di desa Pertabas.

Hal ini sangat mengecewakan warga jemaat karena sesungguhnya mereka merasakan Natal di tenda-tenda darurat dan di atas puing-puing reruntuhan gerejanya. Mereka bingung, bagaimana sebenarnya media bekerja. Menurut peserta, media seharusnya berpihak kepada yang lemah. Mereka merasa gereja disalahkan karena tidak berijin walaupun sejak lama sudah mengurus ijin dan belum mendapat ijin hingga saat ini. Dalam pemberitaan yang dimuat adalah berita penertiban gereja namun yang mereka rasakan adalah pembongkaran.

Dengan pengalaman tersebut, mereka membutuhkan media alternatif, media yang dapat memberitakan dengan fakta di lapangan dan mendukung perjuangan mereka. Tak heran bila Pelatihan Jurnalisme Damai yang diselenggarakan di Jemaat Kristen Indonesia (JKI) Kuta Krangan

pada tanggal 23-24 Maret 2016 mendapat respon positif dari peserta. Harapannya, setiap gereja memiliki jurnalis-jurnalis yang mampu menyajikan berita maupun siaran pers dan dimuat oleh berbagai media sesuai dengan fakta di lapangan.

Salah seorang peserta, Lesdin Tumangger, sekretaris Forum Cinta Damai Aceh Singkil memberikan kesaksian bahwa dulunya dia tidak mengenal email, whatsapp, fb, line dan lainnya. Mereka memiliki dokumentasi berupa gambar dan audio visual pembongkaran gereja di Aceh Singkil, namun tak bisa dimanfaatkan untuk mendukung perjuangan mereka. Akhirnya, ketika berkunjung ke berbagai instasi di Jakarta, dia menyadari pentingnya pemanfaatan media komunikasi untuk perjuangan mendapatkan hak menjalankan ibadah. Lesdin lalu membeli handphone android dan belajar dari anak kakaknya bagaimana mengoperasikan semua fitur-fitur sosial media.

Secara perlahan-lahan, apa yang terjadi di Aceh Singkil di-broadcast melalui sosial media dan akhirnya beberapa jurnalis mendapat berita tentang Aceh Singkil. Ketrampilan membuat berita, pers release, kronologi peristiwa, membangun jejaring dengan media dan berbagai organisasi pendukung kebebasan menjalankan ibadah, menjadi materi pelatihan Jurnalisme advokasi yang dilakukan oleh YAKOMA PGI bekerja sama dengan Open Doors dan Serikat Jurnalis untuk Keberagaman (SEJUK). ∎ (IRS)

Jurnalisme Advokasi di Aceh Singkil

Suasana pelatihan jurnalisme advokasi di Aceh Singkil.

varia

Page 43: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 41

Selama tiga hari berturut-turut (28-31/3), PGI (YAKOMA dan HUMAS) bersama Sinode Gereja Kristen Pasundan (GKP) menyelenggarakan

Lokakarya Mengelola Majalah Berita Oikoumene dan Pelatihan Jurnalistik, di Kantor Sinode GKP Jl. Dewi Sartika No 119, Bandung, Jawa Barat.

Lokakarya ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mendorong perbaikan pengelolaan Majalah Berita Oikoumene (BO) sekaligus memberikan pembekalan kaidah jurnalistik yang baik bagi pengelola majalah ini dan korespondennya.

Kesejukan kota Bandung menemani 22 orang peserta yang berasal dari berbagai daerah, seperti Jakarta, Bandung, Sumatera Utara, Toraja-Sulsel, Buol Tolitoli-Sulteng, Ambon, dan Kupang, untuk bersama-sama mendiskusikan BO serta melakukan praktik jurnalistik yang disampaikan Hasudungan Sirait selaku fasilitator.

Dalam paparanya di hari pertama lokakarya, Pdt. Gomar Gultom (Sekretaris Umum PGI) menuturkan, penting media cetak dalam pembaruan gereja dan juga pembaruan masyarakat. “Dalam gereja ada satu ungkapan yang terkenal Ecclesia reformata semper reformanda est. Artinya, gereja yang diperbarui selalu diperbarui. Gereja yang diperbarui inilah yang akan memperbarui masyarakat. Terkait hal ini, BO adalah

bagian upaya PGI untuk menyapa gereja dan jemaat dalam pembaruan. Untuk itu BO harus ada dalam proses pembaruan diri untuk dapat memperbaharui masyarakat,” jelasnya.

Lebih jauh Pdt. Gomar Gultom menegaskan: “BO, tidak terhindarkan, sering dipandang juga sebagai corong PGI. Oleh karena itu, harus ada pembaruan “mindset” dalam pengelolaan BO agar kesan sebagai corong PGI itu hilang.”

Pdt. Gomar Gultom menambahkan, “problem klasik yang juga dihadapi PGI adalah perubahan jaman dalam era digital. Era digital yang ditandai dengan tutupnya media cetak. Pertanyaan yang

timbul kemudian adalah apakah BO akan diteruskan? BO akan tetap diteruskan karena ada pasar tersendiri, dan sebagai media dalam menggerakan pembaruan gereja dan masyarakat.”

Disampaikan pula bahwa MPH PGI berharap agar BO dapat mensosialisasikan pergumulan oikoumenis gereja-gereja anggota PGI, yaitu kemiskinan, ketidakadilan, radikalisme, dan kerusakan lingkungan. Selain itu BO juga harus menyapa generasi muda yang sekarang di-sebut generasi Y.

Selain itu, BO punya peran penting dalam mengangkat isi keugaharian yang memiliki tiga prinsip yaitu pengendali-an diri, kesediaan berbagi dan berjuang melawan sistem.

Dalam lokakarya ini, Hasudungan Sirait selain membedah BO, juga memaparkan secara rinci bagaimana menjalankan manajemen redaksi yang baik, perencanaan liputan, menyiapkan cover story, menyiapkan foto jurnalisme, mencari narasumber dan teknis wawancara dan menyusun konten website, dan banyak lagi.

Pada setiap hal yang disajikan, peserta diminta melaku-kan diskusi kelompok dan masing-masing kelompok diminta untuk melakukan simulasi sebagai redaksi yang mengelola majalah dan menyiapkan liputan. ∎ (MS)

Lokakarya Mengelola Majalah Berita Oikoumene dan Pelatihan Jurnalistik

P. Hasudungan Sirait sedang memfasilitasi Lokakarya.

varia

Page 44: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 42

AKSI GKP PASCA BANJIR DAYEUHKOLOT

Gereja Kristen Pasundan (GKP) melalui sinergitas Crisis Center Yayasan Badan Sosial Darma Kasih, Rumah Sakit Imanuel Yayasan Badan

Rumah Sakit, Tim Baksos GKP Bandung, Warga Jemaat GKP Dayeuhkolot serta Klasis GKP Wilayah Priangan dan Puskesmas Dayeuhkolot, menyelenggarakan pemeriksaan dan pengobatan gratis bagi masyarakat yang sebelumnya terkena musibah banjir di wilayah Kampung Sukabirus Dayeuhkolot. Penyelenggaraan acara tersebut, berlangsung Hari Sabtu,26 Maret 2016 bertempat di Gedung GKP Dayeuhkolot, Jalan Sukabirus.

Untuk memenuhi kebutuhan pemeriksaan dan pengobatan, Tim Bakti Sosial GKP menghadirkan empat dokter umum, delapan orang perawat dan seorang apoteker serta melibatkan sejumlah relawan dari Jemaat Dayeuhkolot dan unsur masyarakat setempat. Pemeriksaan dan pengobatan gratis berlangsung pukul 08.00 hingga pukul 13.00. Dari data tim pendaftaran, warga masyarakat yang memeriksakan dan berobat sebanyak 332 orang (dewasa dan anak-anak). Sementara dari tim pemeriksa dan petugas distribusi obat, diketahui penyakit yang dominan diderita warga adalah gatal-gatal dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA).

Dari pengamatan langsung di tempat penyelenggaraan, pemeriksaaan dan pengobatan berlangsung aman, tertib dan lancar. Dari sisi lain, penyelenggaraan bakti sosial tersebut mendapat respon yang positif dari masyarakat setempat, baik warga masyarakat yang berusia muda,

dewasa, tua, bahkan sampai warga masyarakat yang harus berjalan dengan kursi roda dan alat bantu lainnya serta dengan bantuan orang lain. Dari sisi pelayanan, para dokter tidak hanya melayani di tempat pemeriksaan yang tersedia, tapi juga mendatangi warga masyarakat yang tidak mampu berjalan ke tempat pemeriksaan.

Harun, Ketua Rukun Tetangga 07 Kampung Sukabirus, Kelurahan Citeureup, Kecamatan Dayeuhkolot, yang turut mempersiapkan pemeriksaan dan pengobatan gratis ini menyampaikan terima kasih atas nama warga setempat. “Semoga kebaikan yang diberikan dalam wujud pengobatan gratis ini, mendapat berkah dari Tuhan Yang Maha Kuasa,” ujarnya. Demikian juga, Marjono, Ketua RW 13 Kelurahan Citeureup, Dayeuhkolot, sesaat sebelum pelaksanaan kegiatan menyatakan hal yang sama. Bahkan ia merasa terharu karena masyarakat lingkungannya mendapat perhatian melalui acara pemeriksaan dan pengobatan gratis.

Sebelum pemeriksaan dan pengobatan gratis dilaksana-kan, GKP melalui Yayasan Badan Sosial Darma Kasih telah memberikan dukungan untuk kegiatan dapur umum yang dibuka oleh GKP Jemaat Dayeuhkolot. Dukungan tersebut berupa beras, minyak goreng, gula pasir dan mie instan serta kebutuhan untuk anak-anak balita serta bahan-bahan pembersih untuk kebersihan rumah. ∎ (Dadi Hudaya Baiin)

Dokter memeriksa pasien yang tidak dapat berjalan.

Masyarakat menunggu pemeriksaan dan pengobatan.

varia

Page 45: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 43

Negara Tidak Sigap Mencegah Intoleransi dan Diskriminasi Terhadap Anak

Ketidaksigapan negara dalam mencegah intoleransi dan diskriminasi atas nama agama

yang menimpa anak-anak Indonesia mendorong organisasi-organisasi keagamaan dan tokoh lintas-agama mengambil peran aktif dalam upaya penyelesaian permasalahan tumbuh kembang dan kesejahteraan anak berdasarkan prinsip-prinsip perlindungan anak.

Hal tersebut menjadi kesimpulan Diskusi dan Lokakarya Indikator Kesejahteraan Anak dan Konsep Pendidikan Anak dalam Perspektif Agama-agama yang disampaikan Koordinator Forum Dialog Antar Agama untuk Kesejahteraan Holistik Anak (FORDAKHA) Ilma Sovri Yanti, Jumat (8/4) di Grha Oikoumene, Jalan Salemba Raya 10, Jakarta Pusat. Berbagai tokoh lintas-iman hadir mewakili agamanya masing-masing, yaitu dari agama Kristen, Katolik, Muhammadiyah, Fatayat NU, Konghucu, Bahai, dan Sunda Wiwitan.

“FORDAKHA diharapkan ber-kontribusi mengatasi persoalan anak-anak yang di pengungsian dan mengalami kekerasan karena perbedaan agama dan keyakinan dan mendorong Negara memperbaiki kehidupan anak-anak Indonesia,” katanya.

Aktivis perlindungan anak ini melanjutkan bahwa kehadiran FORDAKHA sebagai ikhtiar menjawab pertanyaan seperti sejauh mana negara memastikan anak-anak pengikut Gafatar yang

diusir dan ditolak masyarakat dapat mengakses pendidikan tanpa mengalami diskriminasi? Bagaimana negara memfasilitasi tumbuh kembang anak-anak Ahmadiyah di Lombok atau penganut Syiah Sampang di pengungsian secara adil? Apa tindakan negara untuk menghentikan kewajiban peserta didik Kristen di Aceh Singkil yang mengikuti pelajaran agama Islam atau pelarangan siswa menggunakan jilbab di sekolah Bali?

Acara diskusi dan lokakarya ini selain menuntut pemerintah, juga merumuskan keterlibatan organisasi-organisasi keagamaan dan tokoh lintas-agama menginternalisasi dan menyosialisasikan nilai-nilai bersama dalam menerapkan pola pengasuhan dan pengajaran atau cara mendidik anak secara utuh dan menyeluruh.

Dewi Kanti, dari Penghayat Sunda Wiwitan, menyampaikan bahwa model pendidikan yang diterapkan agama Sunda Wiwitan adalah pembelajaran berbasis komunitas. “Komunitas kami mengajarkan anak untuk bisa merasa, mampu berempati terhadap suatu

ketidakadilan,” tuturnya.

Cara yang ditempuh dalam proses pembelajaran itu di antaranya dengan mengenalkan kesenian kepada anak-anak untuk menghidupkan nilai-nilai kemanusiaan, harmonisasi, dan toleransi. Bermain musik dengan kecapi.

Selain itu, lanjut Dewi Kanti, untuk membongkar sekat-sekat akibat kebijakan diskriminatif pemerintah atau masyarakat, agama Sunda Wiwitan mengajarkan anak-anak dengan permainan tradisional. “Dengan permainan, anak-anak dapat menggali sendiri bagaimana berempati dan menerima perbedaan,” ungkap Dewi.

Ai Maryati Solihah, Sekretaris Bidang Advokasi Hukum dan Politik Fatayat NU, menyampaikan pentingnya agama berperan dalam mempromosikan perspektif perlindungan anak.

Sementara itu, Ketua Umum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Pdt. Dr. Henriette T. Hutabarat-Lebang juga menegaskan bahwa dalam pendidikan anak, Kekristenan mengajarkan prinsip keadilan. “Yesus tidak diskriminatif pada anak, bahkan menegaskan bahwa orang seperti anak-anaklah, yang masuk dalam Kerajaan Allah,” ujar teolog perempuan yang biasa disapa Pendeta Ery ini. ∎ (MS)

Organisasi keagamaan mengambil peran aktif dalam upaya penyelesaian permasalahan tumbuh kembang dan kesejahteraan anak.

varia

Page 46: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 44

Bertempat di Stadion Mini Tarutung, Ephorus HKBP Pdt. Willem, T. P Simarmata, MA, Kepala Departemen

Koinonia Pdt. Welman Tampubolon, Kepala Departemen Marturia Pdt. Marolop Sinaga dan Kepala Departemen Diakonia Pdt. Bihelman D. F., memimpin Ibadah Paskah Raya HKBP 2016, Minggu (3/4). Perayaan Paskah berjalan dengan hikmat dan penuh kemeriahan.

Dalam khotbah, Ephorus menyampaikan “hendaknya kita tidak lewatkan satu hari pun merenungkan Firman Tuhan, dan juga merenungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam hidup kita. Orang yang mengalami suatu penyakit, akan bertumbuh imannya dan merenungkan kasih Tuhan, bahwa hidup ini benar-benar pemberian Tuhan. Orang yang sembuh dari penyakit yang menakutkan, akan merasakan bahwa sungguh Tuhan memeliharanya.”

“Orang sakit yang percaya kuasa Tuhan akan memperoleh kekuatan dan kesembuhan karena pengharapan. Karena Firman Tuhan yang menjamin bahwa Tuhan yang memelihara ciptaanNya dengan kasihNya,

dengan kuasaNya menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya. Mungkin kita menderita, mengalami tantangan, tetapi saatnya indah dan kita berkata, “Tuhan, terimakasih! Kami memuliakan Engkau sebab mendengarkan doa kami,” ujar Ephorus dalam khotbahnya.

Ditambahkan, orang percaya yang berbeban berat karena banyak persoalan dan tantangan hidup

akan memperoleh kekuatan dan penghiburan. “Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Tuhan mendengarkan doa kita. Tuhan menjaga kita melebihi apa yang kita minta. Sebab Tuhan lebih cinta pada ciptaanNya daripada kita atas diri kita. Dan Tuhan tidak pernah memberikan pencobaan melebihi kekuatan yang kita miliki,” ucap Ephorus HKBP dengan penuh keyakinan. (Web.HKBP)

Perayaan Paskah Raya HKBP 2016

Jemaat antusias mengikuti Perayaan Paskah Raya HKBP.

Pimpinan HKBP memberkati para jemaat.

varia

Page 47: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 45

Peti jenazah itu disanggah 6 buah kursi yang dijejerkan di sisi kiri dan kanannya. Panjangnya diperkirakan mendekati dua meter. Cukup panjang

untuk rata-rata ukuran orang Indonesia. Guratan urat kayu yang menonjol pada peti mengkilap berpelitur cokelat tua itu memberi kesan bahwa peti ini terbuat dari kayu pilihan. Harganya tentu mahal. Tak sebanding dengan kesederhanaan “rumah singgah” kecil berdinding setengah papan, tempat peti itu tersimpan.

“Untuk sementara ditaruh disini dulu. Ini “rumah singgah,” tempat pendeta beristirahat sebelum melayani acara kebaktian minggu di gedung gereja di depan itu. Nanti kalau rumah baru untuk meletakan peti ini selesai dibangun, baru kita memindahkannya kesitu,” kata Nikodemus Walalohun, penjaga gedung gereja yang akrabnya disapa ‘Bung Niko.’ Di samping kanan halaman gereja terlihat sebuah bangunan kecil berukuran lebih kurang 4x3 meter yang batakonya baru selesai disusun. Kelak di tempat itu peti jenazah ini akan disemayamkan.

Niko tinggal di dekat situ bersama keluarganya. Rumah kecilnya berjarak sekitar 8 meter dari halaman gereja. Asal Niko dari Kecamatan Telutih di Pulau Seram, Provinsi Maluku. Ia datang ke Ternate, menikahi perempuan asal desa disitu, kemudian menetap dan membangun keluarga. Sekarang Niko bertugas sebagai penjaga gedung gereja/tuagama. Di gereja itu belum ada pendeta tetap, karena belum menjadi jemaat mandiri. Jemaat

Protestan di lokasi itu masih berstatus sebagai bagian pelayanan dari jemaat Gereja Ayam di Kota Ternate. Ketua Klasis GPM (Gereja Protestan Maluku) Ternate, Pdt. Oddy Ririmasse, menjelaskan bahwa jemaat disitu sementara dalam proses pemandirian.

Karena belum menjadi jemaat mandiri maka belum ada pendeta tetap yang ditempatkan disitu. Biasanya pendeta datang silih berganti untuk melayani Kebaktian Minggu. Di rumah singgah itu mereka beristirahat sebentar, mengganti jubah (toga) pendetanya, sebelum memimpin ibadah Minggu. Niko bertugas mengatur semua ruang itu. Sekarang ia kebagian tugas tambahan, menjaga dan merawat sebuah peti jenazah di lingkungan ini. “Ini tugas berat, bapa! Namun kita musti melakukannya. Dia itu katong punya bapa semua, jadi semua taruh hormat. Apalagi peti jenazahnya diserahkan kesini,” ujar Niko antusias ketika beta berkunjung kesitu untuk menengok peti jenazah di ruang kecil itu.

Niko benar, ruang boleh kecil dan sederhana untuk me-nempatkan peti jenazah itu, namun keterbukaan untuk menerima peti jenazah dari seseorang beragama Islam untuk disimpan di gereja membutuhkan ruang hati yang sangat besar. Peti jenazah yang tersimpan disitupun bukan milik sembarang orang. Peti itu pernah berisi jenazah Sultan Ternate ke 48. Seorang pemimpin Kesultanan Ternate yang mengelola kesultanannya bersendikan Islam.

Sultan Ternate, Muddafar Sjah, meninggal dunia pada 19 Februari 2015 di Jakarta. Jenazahnya dikirim pulang untuk dimakamkan di Ternate. Upacara pemakaman yang dihadiri ribuan warga Ternate berlangsung penuh takzim di pekuburan para Sultan. Letaknya tepat di halaman belakang Masjid Kesultanan yang berada di jantung Kota Ternate.

Setelah pemakaman berlangsung, keluarga Sultan berembuk untuk menentukan mau diapakan peti jenazah yang dipakai untuk membawa jasad Sultan ke Ternate. Beberapa “Soa” (kumpulan kekerabatan marga di dalam sebuah desa adat) telah datang untuk meminta agar

Peti Jenazah Sultan Ternate di Gedung Gereja GPM Soa Tabanga

Peti jenazah Sultan Ternate di gedung gereja GPM.

sosok

Page 48: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 46

peti kayu itu dipotong-potong dan dibagikan kepada mereka. Keluarga menolak dengan halus. Mereka khawatir potongan-potongan peti itu akan salah di-gunakan dan mengakibatkan syirik. Dengan alasan yang sama, keluarga Sultan juga tak ingin menyimpannya di Kedaton Ternate.

Masih lekat dalam ingatan pendeta Yanes Titaley, Ketua Majelis Jemaat Gereja Ayam di Ternate, ketika suatu sore telpon di rumahnya berdering. Di ujung telpon seseorang memperkenalkan diri sebagai wakil dari Kesultanan Ternate. Ia meminta ijin untuk bertamu ke rumah Pendeta Yanes. Utusan itu kemudian datang dan menyampaikan undangan dari pihak keluarga almarhum Sultan Ternate untuk berjumpa di kedaton.

Bersama dua anggota pengurus gereja (Majelis Jemaat) Pendeta Yanes bergegas ke kedaton kesultanan. Saat tiba di kedaton, semua keluarga Sultan sudah berkumpul. Salah seorang anak Sultan menyampaikan hasil rapat keluarga. Mereka telah memutuskan, baiknya peti jenazah Sultan di-serahkan ke Gereja Ayam. Pendeta Yanes diminta mempertimbangkan permintaan ini.

Telah lama diketahui bahwa Kedaton Ternate dan Gereja Ayam memiliki hubungan baik. Salah satu dari empat isteri Sultan berasal dari Maluku, dan penganut Protestan yang taat. Perempuan itu terdaftar sebagai anggota jemaat Gereja Ayam. Setelah menikah, Sultan membiarkannya untuk tetap me-

meluk agama Kristen. Anak-anak dari pernikahan mereka juga dibaptis secara Kristen. Kini beberapa dari mereka telah beralih menjadi pemeluk Islam. Saat masih hidup, kerap kali Sultan mengijinkan ibadah unit (jenis ibadah gereja yang dilakukan di rumah-rumah warga gereja berdasarkan rayonisasi tempat tinggal) dari Gereja Ayam diselenggarakan di kedaton.

Sikap toleran dan moderat dari Sultan Muddafar Sjah ini telah lama dikenal luas. Saat berlangsungnya konflik Maluku dan Maluku Utara pada tahun 1999, kesultanan menjadi tempat perlindungan bagi banyak warga Kristen. Setelah konflik berakhir di Maluku Utara, Sultan mengunjungi berbagai wilayah pengungsian dari warga Kristen Ternate dan mengajak mereka kembali untuk menetap di Ternate.

Dalam percakapan dengan beberapa tokoh masyarakat Kristen disana, mereka selalu memuji-muji Sultan dan keluarganya sebagai tokoh Muslim yang sangat moderat dan berkharisma. Karenanya ketika keluarganya meminta supaya peti jenazah Sultan bisa diterima dan disimpan di Gereja Ayam, Pendeta Yanes tak segera bisa menolak. Ia meminta waktu untuk membicarakannya dengan pihak GPM.

Koordinasi segera dilakukan ke pihak pimpinan Klasis GPM Ternate, maupun pimpinan Sinode GPM di Ambon. Permintaan ini tak segera direspon. Dalam tradisi GPM

terasa janggal bila peti jenazah kosong disimpan di gedung gereja. Percakapan serius juga dilakukan dengan badan Majelis Jemaat Gereja Ayam. Mereka khawatir bila peti itu disimpan di balkon gedung Gereja Ayam maka umat yang tak melulu orang Maluku bisa terganggu.

Gereja Ayam selama ini dikenal sebagai “gereja persinggahan.” Di depan gereja ada sebuah patung ayam jantan, karenanya gereja ini lebih banyak dikenal dengan sebutan Gereja Ayam. “Banyak orang Kristen yang kebetulan mampir beberapa hari di Ternate selalu beribadah disini, sekalipun mereka berasal dari denominasi Kristen yang berbeda. Karena latar belakang yang berbeda, pandangan mereka belum tentu sama terkait penempatan peti jenazah dalam bangunan gereja,” ujar Pendeta Yanes yang siang itu mengemudikan mobil dalam perjalanan untuk menengok peti jenazah itu.

Oleh pihak Sinode GPM, dicapai kesepakatan bahwa peti jenazah Sultan bisa diterima untuk disimpan di gedung gereja GPM. “Ini merupakan simbol persahabatan

Jemaat mengangkat peti jenazah Sultan Ternate.

sosok

Page 49: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 47

antara Kedaton Ternate dan GPM yang perlu dijaga,” kata Pdt. John Ruhulessin yang saat itu menjabat sebagai Ketua Sinode GPM. Diputuskan kemudian bahwa peti itu tak akan disimpan di gedung Gereja Ayam, tetapi ditempatkan di Gereja Soa Tabanga.

Lahan bagi pembangunan gedung Gereja Soa Tabanga dulunya dihibahkan Sultan Muddafar Sjah kepada warga Soa Tabanga. Dalam suratnya, Sultan meminta supaya lurah dan “bala” di Sulamadaha membantu pembangunan tempat ibadah itu.

Secara administratif, wilayah Soa Tabanga adalah bagian dari Kelurahan Sulamadaha. Sekalipun banyak warganya beragama Kristen, mereka memiliki hubungan kekerabatan yang sangat erat dengan Kesultanan Ternate. Jauh sebelum masuknya agama-agama Abrahamik di wilayah ini, Tabanga adalah bagian dari salah satu kelompok diantara empat kelompok sosial yang membentuk masyarakat Ternate pra-kesultanan.

Setiap kelompok terbagi lagi kedalam kelompok-kelompok marga yang lebih kecil yang disebut “Soa.” Sejumlah kelompok soa dipimpin oleh seorang “Momole” (kepala kampung). Di kemudian hari sejumlah Momole bergabung dibawah kepemimpinan seorang “Kolano” (raja), cikal bakal berdirinya Kesultanan Ternate.

Warga Soa Tabanga berbangga bahwa mereka adalah bagian inti

dari pasukan pengawal kesultanan. Bila ada ritual dimana Sultan hadir, pasukan Sultan dari Soa Tabanga harus berada di depan. Bila Sultan hendak sembahyang di Masjid Kesultanan, orang-orang Soa Tabanga harus selalu mendahului di depan keranda Sultan. Tugas itu tak bisa diwakilkan kepada Soa lainnya, karena masing-masing soa telah diatur kewajibannya secara adat.

Di samping peti jenazah Sultan siang itu, Nikodemus yang menikahi perempuan Soa Tabanga bercerita dengan bangga, “Orang-orang Soa Tabanga adalah ujung tombak pasukan pengawal Sultan. Mereka harus selalu pegang tandu keranda Sultan kalau Sultan mau keluar kedaton. Kalau mereka tak ada maka sejarah Kesultanan Ternate tak lengkap.”

Kokohnya pilar adat yang tetap dijunjung membuat warga Kristen di Soa Tabanga menyambut antusias peti jenazah Sultan Muddafar Sjah untuk ditempatkan di gereja mereka. Siang itu sejumlah warga berpakaian hitam, khas pakaian ibadah Kristen di Maluku, memikul peti jenazah Sultan memasuki gedung gereja Soa Tabanga. Warga lainnya berkerumun dan menyaksikan dengan sendu di sekeliling halaman gereja itu.

Di dalam gereja, pendeta Yanes dari Gereja Ayam mengenakan pakaian jabatan lengkap telah menunggu dengan khidmat bersama anggota-anggota Majelis Jemaatnya. Prosesi peti jenazah Sultan memasuki ruang ibadah dan diletakan di depan altar. Pendeta Yanes dan Simson

Teke, seorang kepala adat dari Soa Tabanga, berdiri di kepala peti. Warga jemaat mengambil tempat pada kursi-kursi yang tersedia di ruang ibadah. Dalam sambutannya, Simon bercerita tentang kebaikan Sultan Muddafar Sjah yang telah melindungi mereka saat Maluku Utara didera konflik kemanusiaan dimasa lalu. Pendeta Yanes lalu dengan lantang menegaskan, “prosesi peti ini bukanlah sebuah perilaku sinkritisme, tetapi tanda persaudaraan yang harus disambut dan dipelihara.”

Doa dipanjatkan dalam hening yang dalam. Kidung pujian dilantunkan oleh semua yang hadir. Sebuah syukur telah dinaikan kepada Yang Kuasa, untuk ikatan persaudaraan yang dikokohkan kembali di antara masyarakat Soa Tabanga, Gereja Protestan Maluku, dan Kesultanan Ternate.

Ritual kecil di gereja ini menegaskan ulang isi surat penyerahan peti jenazah Sultan yang ditanda-tangani oleh salah seorang putranya. Pada paragraf terakhir di surat itu ia menulis, “Semoga pemberian ini dapat menjadi sebuah tanda mata walaupun hanya sebuah peti. Sekiranya dengan pemberian ini dapat terus menjaga keharmonisan dalam hidup kita sehari-hari.”

Peti jenazah Sultan Muddafar Sjah yang kini tersimpan di rumah singgah Gereja Soa Tabanga telah menjadi penanda bahwa persahabatan bisa melampaui batas-batas agama, kelas sosial, dan bahkan kematian. ∎ (Jack Manupputy)

sosok

Page 50: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

BERITA OIKOUMENE | MARET - APRIL 2016 48

“Kamu Juga Bisa Yakin!” merupakan salah satu buku yang memberikan penjelasan tentang iman Kristen secara runtut dan sederhana. Seperti kita tahu, banyak subjek dalam kekristenan membutuhkan penjelasan yang mendalam dan rumit. Sementara itu, dilema yang dihadapi dalam konteks ini adalah jika subjek-subjek tersebut dipaparkan terlalu sederhana, pembaca akan mencemooh penulisnya terlalu naif; sebaliknya, jika dijelaskan terlalu rinci dan rumit, orang mengatakan penulis tidak peka dalam menolong pembaca yang sibuk dan tidak mempunyai banyak waktu untuk membaca.

Namun, Robby I. Chandra, penulis buku ini, menjelaskan subjek-subjek tersebut secara sederhana sehingga sangat membantu, bahkan bagi orang-orang yang tidak belajar teologi Kristen. Dasar-dasar kekristenan seperti doktrin Allah, penciptaan, manusia, dosa, keselamatan, dan sebagainya dijelaskan secara mendalam, tetapi dalam diksi yang mudah dimengerti. Membaca buku ini akan mendorong

Anda untuk memikirkan pertanyaan-pertanyaan sulit tentang kekristenan yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, sekaligus menjawab hal-hal yang mungkin selama ini Anda pertanyakan.

Meski buku ini cukup tebal, 214 halaman, Anda tidak akan bosan membacanya. Selain tata letak bukunya yang bagus, bahasa yang dipaparkan pun menarik dan tidak akan membuat Anda ingin berhenti membacanya. Pengalaman dan latar belakang pendidikan penulis jelas menjadi faktor penentu bagusnya buku ini, baik dari segi isi, kebahasaan, dan tata letaknya. Buku ini sangat cocok bagi kita yang ingin mengenal iman kita secara lebih mendalam sehingga kita juga dapat yakin dengan iman kita.

Buku ini cocok juga bagi Anda yang melayani dalam satu kelompok

Pendalaman Alkitab atau dalam persekutuan Kristen sebagai dasar pengajaran yang sederhana mengenai doktrin Kristen. Setelah kita “yakin” dengan iman kita, maka dengan “yakin” pula kita belajar dan bertumbuh bersama dalam persekutuan bersama dengan saudara seiman kita. Selamat membaca! ∎ (Sapta Siagian)

Judul buku : Kamu Juga Bisa Yakin!

Penulis/Penyusun: Robby i. Chandra

Editor: Lisa Suroso, Stephanie Leo,

dan mariani Sutanto

Penerbit: Young Leaders indonesia

Ukuran buku: 20,8 x 14 cm

Tebal: 214 Halaman

Memberi pertangungjawaban tentang iman kita kepada setiap orang yang memintanya merupakan suatu

keharusan bagi orang Kristen, seperti yang dinasihatkan Petrus dalam 1 Petrus 3:15. Sayangnya, tidak semua orang Kristen secara mendalam mengerti iman yang mereka peluk. Padahal syarat yang dibutuhkan untuk memberikan pertanggungjawaban adalah kita mengenal iman kita dan merasa yakin akan apa yang kita percayai. Kita bisa memenuhi syarat ini dengan banyak membaca Firman Tuhan dan referensi-referensi biblika lainnya.

resensi

Page 51: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di

Berpulang kerumah bapa di SorgaSenin, 11 April 2016

Page 52: Berita Oikoumenepgi.or.id/wp-content/uploads/2016/04/BO-Mar-Apr2016_upload.pdf · kategori penebangan hutan di dunia. Sudah mampu mengalahkan Brasil yang selama ini bertengger di