59

Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini
Page 2: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti danKeranjang Sampah

Ajaib

Nazarina Syahputri

Page 3: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini
Page 4: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Cerita Anak Sumatera Utara

Beti danKeranjang Sampah

Ajaib

Nazarina Syahputri

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BADAN PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN BAHASA

BALAI BAHASA SUMATERA UTARA2018

Page 5: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib

Penulis cerita Nazarina Syahputri

Tim penyunting | produksiAgus MuliaSalbiyah Nurul AiniIndah Gustina Eninta KabanNofi Kristanto

Penata rupa | ilustratorMuhammad YassirWartono

Cetakan pertama: 2018

ISBN 978-602-9172-35-5

Balai Bahasa Sumatera UtaraJalan Kolam (Ujung) Nomor 7 Medan Estate, MedanTelepon/Faksimile: (061) 7332076Pos-el: [email protected]: balaibahasasumut.kemdikbud.go.id Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini tanpa izin tertulis dari penerbit.

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib iv

Page 6: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Kata PengantarKepala Balai Bahasa Sumatera Utara

Sejak Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan mencanangkan Gerakan Literasi Nasional (GLN), geliat

literasi di berbagai daerah sudah mulai terasa dan tampak. Bahkan,

ada beberapa daerah mengikrarkan diri sebagai provinsi, kabupaten,

atau kota literasi. Geliat literasi itu tentu harus diikuti pula dengan

penyediaan bahan bacaan, baik untuk siswa maupun masyarakat,

yang cakupannya bertumpu pada enam literasi dasar, yaitu literasi

baca tulis, finansial, sains, kewargaan dan kebudayaan, digital, dan

numeral. Tujuannya tentu agar minat dan daya baca masyarakat

meningkat sehingga literasi mampu pula meningkatkan taraf

kehidupan ke arah yang lebih baik.

Sebagai unit pelaksana teknis Badan Pengembangan dan

Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Balai

Bahasa Sumatera Utara telah melaksanakan penyusunan bahan

bacaan literasi pada tahun 2018. Penyusunan bahan literasi yang

dilaksanakan melalui sayembara dengan melibatkan masyarakat

tersebut berbasis pada cerita lokal masyarakat Sumatera Utara, yang

pada hakikatnya juga merupakan upaya melestarikan sastra Sumatera

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib v

Page 7: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Utara dari kemusnahan dan kepunahan.

Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini tidak akan

terwujud apabila tidak ada upaya keras dari penulisnya. Untuk itu,

ucapan terima kasih dan apresiasi yang tinggi kami sampaikan kepada

Nazarina Syahputri Selain itu kami juga menyampaikan terima kasih

dan apresiasi kepada Agus Mulia dan tim selaku panitia penyusunan

bahan bacaan literasi serta staf Balai Bahasa Sumatera Utara yang

telah membantu dengan caranya masing-masing. Atas jasa mereka

pula, bahan bacaan literasi ini dapat terwujud.

Kami berharap bahan bacaan literasi ini dapat menjadi

sumber pengayaan bagi para pembaca, khususnya generasi muda

yang akan meneruskan perjuangan untuk meningkatkan daya saing

bangsa melalui kompetensi literasi. Bahan bacaan yang telah disusun

ini tentu dapat dimanfaatkan tidak hanya oleh siswa sekolah, tetapi

juga oleh masyarakat di taman bacaan dan komunitas baca. Semoga

Tuhan Yang Maha Esa memudahkan usaha dan upaya kita untuk

memajukan bangsa dan Indonesia.

Selamat membaca!

Medan, 1 Juli 2018

Dr. Fairul Zabadi

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib vi

Page 8: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Isi Buku

Belajar Bersama … 3

Dilarang Membuang Sampah! … 15

Saling Menolong … 23

Memanfaatkan Barang Bekas … 31

Keranjang Sampah Ajaib … 41

Tentang Penulis ... 50

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib vii

Page 9: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib viii

Page 10: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 1

Page 11: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini
Page 12: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 3

Belajar Bersama

Pagi itu sinar mentari mulai menampakan cahayanya.

Cerah, tetapi tidak membakar kulit. Terlihat begitu indah keluar

dari balik gunung yang menjulang tinggi ke angkasa. Mengawali

pagi dengan semangat, Beti yang sudah menyelesaikan tugas

rumahnya, bersiap-siap berangkat sekolah.

“Mak, aku mau berangkat sekolah,” ucap Beti sembari

memakai sepatu hitam miliknya yang sudah usang dengan

tapak sepatu yang sudah lekang.

“Sudah mau berangkat kau, Bet? Sudah kau jemur

pakaian yang Mamak cuci tadi?” tanya Bu Aisyah ibunya Beti.

“Sudah Mak, semua sudah beres. Assalamualaikum

Mak, jangan telat makan lagi ya, Mak,” ucap Beti dengan binar

kecemasan di matanya.

Page 13: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 4

Setelah memberi salam dan mencium tangan ibu, Beti pun

berangkat sekolah. Perjalanan Beti menuju sekolah tidak dekat,

tetapi memakan waktu dua puluh menit jika menggunakan

sepeda. Kali ini dia harus berjalan kaki. Biasanya Beti diantar

dengan sepeda oleh ibunya. Karena ibunya sedang sakit, Beti

meminta ibunya istirahat saja di rumah.

Kejadian itu tidak membuat Beti malas pergi sekolah.

Tadi pagi Beti juga menyempatkan membantu ibu memarut ubi

yang nantinya akan dipakai sebagai lauk. Ubi sambal, menu

kesukaan Beti.

Beti bercita-cita ingin menjadi Polwan. Sebenarnya Beti

ragu akan cita-cita itu karena Beti sadar, dia hanya seorang

Yatim. Ayahnya sudah lama meninggal hanyut ditelan ganasnya

laut. Mereka tidak bisa melihat jasad tubuhnya. Dahulu ayah

Beti bekerja di daerah Belawan, Kota Medan.

Sekarang Beti tinggal bersama ibunya. Ibu Beti hanya

seorang pemulung botol bekas, di Kabupaten Karo. Namun Beti

selalu ingat pesan ibunya.

“Nak, kalau kau rajin belajar, kelak kau akan jadi orang

sukses.”

Beti pun berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan

Page 14: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 5

selalu rajin belajar. Dia akan membuat ibunya bangga.

Sampai di sekolah baju Beti basah oleh keringat. Dia

berhenti untuk menyapa teman-temannya yang sedang duduk

di bawah pohon beringin besar.

Beti sangat ramah sehingga ia mempunyai banyak

teman. Ada Cut Mutia dari Aceh biasa di panggil Inong, ada

Markus dari Batak biasa dipanggil Lae Togar dan Chyntia dari

keturunan Tionghoa biasa dipanggil Mei-Mei. Beti sendiri berasal

dari Medan. Dahulu dia ikut bersama ayahnya yang seorang

nelayan.

Beti, Inong, Togar, dan Mei-Mei sudah berteman sejak

kelas satu sekolah dasar.

“Bet, nanti kalau kau sudah tamat SD kau mau SMP di

mana?” tanya Togar. Ternyata sebelum Beti sampai mereka

sudah lama membahas rencana mau melanjutkan sekolah

menengah pertama ke mana karena mereka sekarang sudah

kelas enam.

“Hm.. Entahlah, aku bingung. Mamakku sekarang sakit-

sakitan. Lebih baik uangnya untuk Mamak berobat.” Beti terlihat

merapatkan tapak sepatunya yang sudah seperti buaya sedang

membuka mulut.

Page 15: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 6

“Ih, Bet sepatu kau itu! Sudah rusak kulihat,” celetuk

Inong.

Tak berapa lama bel sekolah pun berbunyi. Beti dan teman-

temannya bergegas masuk ke kelas. Sampainya di kelas, Bu

Lusi yang biasa membawa mata pelajaran matematika meminta

murid-murid mengeluarkan PR mereka masing-masing.

“Ayo siapa yang belum mengerjakan?”

Semua terlihat diam, tanda bahwa mereka semua

telah mengerjakan PR-nya masing-masing. Setelah mereka

mengumpulkan tugasnya, Bu Lusi meminta Togar mengerjakan

soal nomor satu.

“Ayo Togar, coba kerjakan soal nomor satu!”

“Alahmak!” ucap Togar berbisik pada Mei-Mei, “Aku

kemarin menyontek punya Beti.”

Togar kemudian ke depan dan mencoba menyelesaikan

pertanyaan dari Bu Lusi. Karena Togar tidak belajar, ia tidak bisa

mengerjakannya. Akhirnya Togar dihukum menulis sebanyak

tiga lembar.

Saya janji akan belajar di rumah

Saya janji akan belajar di rumah

Saya janji akan belajar di rumah

Page 16: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 7

Saya janji akan belajar di rumah

“Jika sudah selesai, kau baru boleh kembali ke tempat

duduk ya, Togar,” kata Bu Lusi.

Bu Lusi pun memanggil Beti untuk mengerjakan soal

yang ada di papan tulis. Akar dari 40 adalah…?

“Baiklah silakan duduk Beti, jawaban kamu benar,” ucap

Bu Lusi.

“Terima kasih, Bu,” jawab Beti

Setelah memanggil satu per satu murid untuk

mengerjakan soal di papan tulis dan menerangkan pelajaran

selanjutnya, Bu Lusi memberikan kembali PR untuk murid-murid

kesayangannya.

“Baiklah, sekian untuk hari ini dan jangan lupa, anak-

anak Ibu mengerjakan PR-nya di rumah ya! Terutama kau Togar,

Ibu tak mau lagi melihatmu tidak bisa menjawab soal dari Ibu.

Coba kau belajar bersama Beti, kalian kan berteman,” kata Bu

Lusi sembari meninggalkan kelas.

“Iya Bu,” kata Togar.

Saat istirahat bermain, Beti, Inong, Togar, dan Mei-Mei

duduk di bawah pohon beringin besar sambil memakan bekal

mereka masing-masing. Sesekali mereka tertawa oleh cerita-

Page 17: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 8

cerita lucu yang dikisahkan oleh Togar.

“Iya loh. Jadi waktu mengembala kambing Wak Saleh,

aku istirahat sebentar di dekat pohon jambu. Karena kulihat

jambunya banyak sekali, kupanjatlah pohon itu. Eh, rupanya

lagi enak-enak makan jambu, kulihat kambing Wak Saleh ilang

entah ke mana. Oh lompatlah aku, lari aku langsung. Kucarilah

kambing itu sampai mau menangis aku, takut kena marah aku

sama Wak Saleh. Syukur aja kambingnya gak hilang, pergi dia

di balik semak-semak.” Mendengar cerita dari Togar teman-

temannya pun tertawa terbahak-bahak.

“Is kau inilah, untung aja ketemu kambingnya. Kalau

tidak bisa-bisa dimarahin kau,” kata Inong.

“Iya itulah, nasib baik kambingnya tidak hilang,” sebut

Togar.

“Hm.. Entahlah, aku bingung. Mamakku sekarang sakit-

sakitan. Lebih baik uangnya untuk Mamak berobat.” Beti terlihat

merapatkan tapak sepatunya yang sudah seperti buaya sedang

membuka mulut.

“Ih, Bet sepatu kau itu! Sudah rusak kulihat,” celetuk

Inong.

Tak berapa lama bel sekolah pun berbunyi. Beti dan teman-

Page 18: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 9

temannya bergegas masuk ke kelas. Sampainya di kelas, Bu

Lusi yang biasa membawa mata pelajaran matematika meminta

murid-murid mengeluarkan PR mereka masing-masing.

“Ayo siapa yang belum mengerjakan?”

Semua terlihat diam, tanda bahwa mereka semua

telah mengerjakan PR-nya masing-masing. Setelah mereka

mengumpulkan tugasnya, Bu Lusi meminta Togar mengerjakan

soal nomor satu.

“Ayo Togar, coba kerjakan soal nomor satu!”

“Alahmak!” ucap Togar berbisik pada Mei-Mei, “Aku

kemarin menyontek punya Beti.”

Togar kemudian ke depan dan mencoba menyelesaikan

pertanyaan dari Bu Lusi. Karena Togar tidak belajar, ia tidak bisa

mengerjakannya. Akhirnya Togar dihukum menulis sebanyak

tiga lembar.

Saya janji akan belajar di rumah

Saya janji akan belajar di rumah

Saya janji akan belajar di rumah

Saya janji akan belajar di rumah

“Eh Bet, nanti sore ajari aku mengerjakan PR dari Bu Lusi

ya! Aku sungguh belum mengerti Bet. Itu pun kalau kau tidak

Page 19: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 10

keberatan,” sambung Togar.

“Oh, kecil itu. Baiklah aku tunggu kau di rumah ya,”

jawab Beti.

“Ih aku mau jugalah Bet, belajar sama,” kata Inong.

“Haiya, aku juga mau loh,” sambung Mei-Mei.

“Iya, oke-oke pokoknya aku tunggu kalian di rumah

selesai asar ya.”

Sore hari setelah mandi dan salat asar, Beti menunggu

teman-teman di teras rumahnya. Beti mengira teman-temannya

tidak jadi datang karena hampir tiga puluh menit Beti menunggu,

mereka belum juga datang. Tidak lama kemudian terlihat dari

kejauhan Inong, Togar, dan Mei-Mei berjalan bersama menuju

rumah Beti.

“Assalamualaikum, Bet,” sapa Inong.

“Wa’alaikum salam, eh kalian sudah datang. Aku kira

tidak jadi belajar bersama,” sambut Beti.

“Haiya, iya nih, gara-gara Togar. Bisa pula kami datang

dia belum bangun tidur,” Mei-Mei memberi penjelasan.

“Is, maaflah aku kecapaian. Tadi sepulang sekolah aku

memberi makan kambing Wak Saleh dulu karena aku tidak bisa

kalau sore. Kan kita mau belajar bersama,” jelas Togar pada

Page 20: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 11

teman-temannya.

“Ya, sudah tidak apa-apa, kasihan Togar dia pasti

kelelahan. Kalau begitu, yuk masuk kedalam biar kita bisa

segera mengerjakan PR dari Bu Lusi,” kata Beti. Mereka pun

belajar bersama-sama.

Beti adalah anak yang pintar. Sepulang sekolah, Beti selalu

menyempatkan diri untuk belajar. Setelah itu, Beti membantu

ibu membersihkan botol bekas dari hasil memulung. Botol-

botol itu nantinya akan dijual lagi kepada pengepul. Walaupun

upahnya tidak seberapa, Beti dan ibunya yakin kalau uang itu

akan mencukupi kebutuhan mereka sehari-hari.

Page 21: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 12

Page 22: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 13

Page 23: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini
Page 24: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 15

DilarangMembuang Sampah!

Sekitar pukul 10.00 WIB, Beti dan ibunya berangkat

mengumpulkan botol-botol bekas dari jalan ke jalan. Kegiatan

itu selalu dilakukan Beti pada hari Minggu. Ibunya sebenarnya

tidak mengizinkan Beti untuk ikut dengannya karena harus

menempuh jarak yang jauh, tetapi Beti selalu saja memaksa.

Beti sangat sayang kepada Bu Aisyah. Dia tak mau terjadi apa-

apa karena sekarang yang Beti punya hanya ibunya.

Mereka berdua pun menyusuri jalan-jalan. Naik turun

bukit sudah biasa mereka lakukan. Dengan berbekal keranjang

dari rotan, Bu Aisyah mengumpulkan botol-botol yang beserakan

di tanah.

Page 25: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 16

“Mak, hari ini kita ke mana? Pemandian air panas Sidebuk-

Debuk atau Taman Gundaling?” tanya Beti.“

Sepertinya hari ini lebih baik ke Taman Gundaling,

mengingat hari ini pasti banyak wisatawan berlibur ke sana.

Semoga saja banyak botol bekas yang tidak terpakai

lagi,” jawab Bu Aisyah.

Setelah berjalan jauh, mereka pun tiba di Taman

Gundaling. Terlihat ramai orang-orang sedang menikmati hari

liburnya. Ada yang datang bersama keluarganya, ada juga yang

datang bersama teman-temannya. Melihat keramaian itu Beti

tidak merasa sedih, ia malah semakin bersemangat.

“Mak, Beti cari di sebelah sana ya?”

“Iya Bet, jangan terlalu jauh ya!”

Beti membongkar isi keranjang sampah yang disediakan

oleh petugas Taman Gundaling. Melihat beberapa botol minuman

bekas Beti kegirangan.

“Alhamdulillah, ada tiga botol bekas. Aku akan

memberikannya pada Mamak,” batin Beti.

Beti pun kembali melanjutkan pencariannya. Dia

membongkar dengan baik keranjang sampah yang ada di Taman

Gundaling. Walaupun Beti pemulung, dia tidak suka jika melihat

Page 26: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 17

ada sampah yang berceceran di tanah.

Setelah beberapa saat berkeliling dia tidak mendapati

botol-botol bekas lagi di dalam keranjang sampah, Beti pun

terheran-heran. Melihat di sekelilingnya begitu banyak wisatawan

lokal, tetapi hanya sedikit sekali ia mendapat botol-botol bekas.

Tiba-tiba Beti melihat seorang pemuda membuang

botol air mineral ke tanah. Tak lama kemudian Beti melihat

seorang ibu-ibu membuang dua plastik di sembarang tempat

dan ada juga sekelompok anak muda pergi begitu saja setelah

meninggalkan beberapa sampah di atas rerumputan.

“Ya ampun, pantas saja aku tidak menemukan botol-

botol bekas di dalam keranjang sampah. Ternyata mereka

membuangnya sembarangan!” Beti membatin kesal. Padahal,

jelas di situ ada tulisan “Dilarang Membuang Sampah di Sekitar

Taman”.

Beti yang sudah kelas enam sekolah dasar paham betul

maksud dari tulisan itu. Beti tetap bersabar. Didatanginya

tempat-tempat yang beserakan tadi sambil memisahkan mana

sampah yang bisa dibawa Beti untuk ibu. Dia mengumpulkan

sampah ke dalam tempat sampah yang sudah disediakan.

Setelah mengumpulkan beberapa botol bekas, Beti

Page 27: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 18

mencari Bu Aisyah untuk memasukkan hasil temuannya ke

dalam keranjang milik mereka. Saat hendak mencari ibunya,

Beti bertemu dengan Bu Butet, ibunya Togar.

Ibu Togar adalah seorang petugas kebersihan di Taman

Gundaling. Setiap hari Bu Butet bertugas menyapu sampah-

sampah yang tercecer di taman. Dengan sabar dia menyapu

setiap inci bagian di taman itu.

“Bu.. Ibu Togar!” teriak Beti dari kejauhan.

Ibu Togar yang sudah hapal betul suara itu mencari-cari

dari mana asalnya. “Eh ada si Beti, mana Mamakmu?”

“Inilah Bu, aku sedang mencarinya.”

“Wih banyak betul boronganmu hari ini, Bet?” kata Bu

Butet meledek.

“Hahaha, Ibu bisa saja,” jawab Beti, “Oh iya Bu, Beti mau

tanya.”

“Tanya apa Bet?”

“Ibu kan sudah lama kerja di sini. Menurut Ibu, apa

orang-orang di sini tidak bisa membaca ya?” tanya Beti polos.

“Hahaha, kenapa kau bertanya seperti itu, Bet?” ia

tertawa sampai tertutup matanya.

“Iya Bu, dari tadi kulihat banyak sekali orang-orang

Page 28: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 19

membuang sampah di sembarang tempat. Padahal kan sudah

jelas tertulis di setiap sudut taman ini, dilarang membuang

sampah sembarangan! Tetapi tetap saja mereka membuangnya

sesuka hati. Bahkan, tadi aku lihat ada botol minuman yang

disangkutkan di atas ranting pohon. Ya ampun Bu, aku kesal

sekali melihatnya. Apa sebaiknya aku mengajari mereka

membaca ya, Bu? Sama seperti kemarin waktu aku mengajari

Togar mengerjakan PR,” wajah Beti yang memerah karena

panasnya sinar matahari membuat ekspresi yang dibuatnya

semakin meyakinkan Bu Butet kalau dia sedang marah.

Dengan penuh sabar Bu Butet menjelaskan kepada

Beti. “Ya begitulah Bet, kurangnya kesadaran mereka akan

kebersihan lingkungan. Mereka bukan tidak bisa membaca,

hanya saja mereka tidak mau melakukannya. Mungkin mereka

malas menggerakkan tangannya ke keranjang sampah. Oh iya,

terimakasih ya Bet, sudah mengajarkan Togar. Dia cerita sama

ibu kalau dia dimarahi oleh Bu Lusi karena tidak bisa mengerjakan

tugas di papan tulis. Lalu Bu Lusi menyuruhnya agar belajar

denganmu. Sekarang Togar sudah bisa mengerjakan PR-nya

sendiri.”

“Hehehe, iya Bu sama-sama,” jawab Beti.

Page 29: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 20

“Nah itu Mamakmu Bet. Hey Aisyah!” lambai tangan Bu

Butet pada Bu Aisyah.

“Hey!” Bu Aisyah melambaikan kembali tangannya.

“Mak, lihat ini. Banyak botol yang Beti temukan hari ini,”

tunjuk Beti mengeluarkan botol-botol dari dalam plastik.

“Alhamdulillah.”

“Eh, Aisyah. Kau tahu tidak? Anakmu ini si Beti barusan

marah-marah dia. Hahaha,” kata Bu Butet.

“Benarnya itu, Bet? Kenapa?” tanya Bu Aisyah.

“Iya Mak, bagaimana tidak. Sudah jelas-jelas di taman ini

ada tulisan DILARANG MEMBUANG SAMPAH! Tapi, masih saja

banyak yang membuang sampah sembarangan. Apa mereka

tidak bisa baca? Nanti kalau sudah banjir tempat ini apa mereka

mau tahu? Padahal kan, bersih itu sebagian dari iman ya, Mak?”

Beti mulai meluapkan emosinya lagi.

“Hahaha, sudahlah Bet tidak apa, yang penting kau

jangan meniru perbuatan mereka. Jika ada sepuluh orang saja

sepertimu maka akan aman taman ini,” kata Bu Aisyah sambil

tertawa.

*****

Page 30: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 21

Page 31: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini
Page 32: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 23

Saling Menolong

Berbeda dengan teman-temannya, Beti termasuk anak

yang hidup dengan ekonomi sangat rendah karena dia hanya

dibesarkan oleh seorang ibu yang bekerja sebagai pemulung.

Hal itu membuat Beti mengurungkan niatnya untuk mengganti

sepatunya yang sudah rusak. Ia menyiasati sepatunya yang

sudah lekang dengan memberi lem pada bagian sol sepatunya.

Diam-diam dia lakukan tanpa sepengetahuan Bu Aisyah. Itu

Beti lakukan karena tidak mau menyusahkan Bu Aisyah.

Sepulang sekolah, kala itu hujan deras membasahi tanah

di Kabupaten Karo, tepatnya Tambak Lau Mulgap I, Beti yang

pulang sekolah selalu berjalan kaki bersama teman-temannya

kini harus berteduh dahulu di sebuah pos polisi di seberang

jalan.

“Haiya deras sekali hujannya loh!” kata Mei-Mei

Page 33: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 24

menyilangkan tangan ke bahunya.

“Betul itu Mei. Kalau kita pulang sekarang bisa-bisa buku

kita basah!” ucap Togar.

“Jadi, bagaimana ini? Padahal, aku ada tugas membantu

Mamak membersihkan botol-botol bekas. Sore ini harus dijual

pada Bang Beni. Kalau tidak, harus menunggu seminggu lagi

baru bisa bertemu Bang Beni.” Beti cemas memperhatikan

sekitar.

“Sabar Bet, kita tunggu saja sebentar lagi,” bujuk Inong.

Hampir satu jam mereka menunggu hujan reda, tetapi

musim hujan kala itu membuat awan enggan untuk memberikan

kesempatan pada matahari muncul dengan gagahnya.

Beti pun kelihatan mulai gelisah. Rasa tak tenang

menggangu pikirannya. Bagaimana jika ibu membutuhkan

bantuannya? Jika hari ini Beti dan ibunya tidak bisa memberikan

banyak botol bekas yang telah dibersihkan pada Bang Beni,

mereka akan mandapat upah sedikit, sedangkan uang ibu sudah

mulai menipis.

Beti pun mencari ide, melihat ke arah sekitar Beti

menemukan plastik hitam besar. Kemudian diambilnya lalu

dibungkusnya tas berisi buku miliknya.

Page 34: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 25

“Mau apa kau, Bet?” tanya Togar heran.

“Aku mau membungkus tas ini agar tidak basah, aku mau

pulang sekarang. Ini sudah terlalu lama. Aku duluan ya, teman-

teman.” Beti kemudian berlari meninggalkan teman-temannya.

“Ya ampun, kasihan Beti, padahal sepatunya kemarin

aku lihat sudah rusak loh. Jika harus menempuh jalan becek

pasti sepatunya semakin rusak,” kata Mei-Mei.

“Iya, kasihan sekali dia,” sambung Togar.

“Aku kagum pada Beti. Semenjak ayahnya meninggal,

dia harus membantu ibunya bekerja. Dia anak yang gigih dan

pintar. Dia juga sayang sekali pada Bu Aisyah. Kasihan ya,

Beti tidak seberuntung kita,” kata-kata Inong membuat Togar

mendapatkan ide.

“Eh, Ibunya Beti kan pemulung botol bekas. Bagaimana

kalau kita bantu Beti dan Ibunya. Misalnya kalau kita ada botol

yang sudah tidak terpakai lagi, kita berikan saja pada Beti. Kalau

pun misalnya kita ada barang-barang yang tidak dipakai lagi,

bisa kita berikan untuk Beti. Dia pasti senang,” kata Togar.

“Saya suka, saya suka. Hai...ya, kamu pintar ya, Togar,”

ucap Mei-Mei girang.

Keesokan harinya Inong, Togar, dan Mei-Mei sudah

Page 35: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 26

membawa bermacam-macam botol bekas. Mei-Mei juga

membawa beberapa kaos yang sudah tidak terpakai lagi, untuk

diberikan kepada Beti.

Saat Beti sampai di sekolah, dia tidak melihat teman-

temannya duduk di bawah pohon beringin besar seperti biasa.

Beti pun heran. Dia langsung menuju kelasnya. Ternyata teman-

teman yang lain sudah ada di dalam kelas.

“Kejutaaaaan!!” serentak teman-teman satu kelas berdiri.

Mereka ternyata telah mempersiapkan keranjang sampah dari

bambu khusus untuk Beti. Nantinya tempat sampah itu akan diisi

oleh siswa-siswa di SD tersebut, demi meringankan kesulitan

Beti.

“Ya ampun apa-apaan ini? Aku sedang tidak ulang tahun

teman-teman. Kalian salah.” Beti heran karena memang ulang

tahunnya masih lama.

“Bukan Bet, ini khusus untuk kamu. Lihat ada tulisan

Satu Botol, Satu Kebaikan. Keren kan? Nanti teman-teman akan

mengisi botol-botol bekas ke dalam keranjang ini, Bet. Aku

sudah minta izin pada kepala sekolah. Kami ingin membantu

meringankan bebanmu dan ibumu. Tidak apa-apa kan, Bet?”

kata Togar.

Page 36: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 27

“Masya Allah. Terima kasih teman-teman semua. Aku

sangat senang.” Terlihat air mata Beti membasahi pipi.

*****

Page 37: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 28

Page 38: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 29

Page 39: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini
Page 40: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 31

MemanfaatkanBarang Bekas

“Mak, sampah-sampah anorganik ini nantinya akan

diapakan oleh Bang Beni?”

“Sampah apa Bet? Anorganik? Apa itu, Bet?” tanya ibu

heran.

“Ituloh Mak, sampah yang tidak bisa terurai. Kemarin Beti

belajar itu di sekolah. Jadi seperti botol, plastik, kaleng, kertas,

alat-alat elektronik tak terpakai, dan lain-lain itu termasuk

sampah anorganik. Kalau sampah organik itu seperti daun bisa

terurai oleh bakteri, Mak,” jelas Beti pada ibunya.

“Oh, gitu ya? Wah, Mamak bangga pada kau, Beti. Nanti

sampah-sampah ini akan dijual lagi sama Bang Beni pada tukang

botot. Lalu, akan didaur ulang lagi agar bisa digunakan.”

Page 41: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 32

“Hm.. gitu ya, Mak.”

Siang itu selesai mengerjakan PR, Beti membantu ibunya

membersihkan botol-botol bekas untuk dijual pada Bang Beni.

Saat sedang asyik mengobrol dengan ibunya, tiba-tiba saja Beti

menemukan ide.

“Mak! Bagaimana jika botol-botol ini sebagian Beti daur

ulang sendiri.”

“Mau kau apakan, Bet?” tanya ibunya sembari memegang

botol yang sedang dibersihkan.

“Aku mau membuat sesuatu dari botol bekas ini Mak.

Seperti tempat pensil, atau hiasan meja. Sepertinya mudah

Mak. Tadi di perpustakaan sekolah aku melihat buku berisi cara

mengubah barang bekas menjadi pernak-pernik lucu. Kalau

nanti aku berhasil, kan lumayan Mak. Bisa dijual. Boleh ya,

Mak?” tanya Beti.

“Ya sudah sisihkan saja seperlumu, Bet,” jawab ibu.

Keesokan harinya saat jam istirahat, Beti berkunjung lagi

ke perpustakaan sekolah untuk mencari buku yang dia ceritakan

pada ibunya kemarin. Setelah mencari beberapa saat, Beti pun

menemukan buku tersebut. Beti membacanya, lalu menuliskan

kembali langkah-langkah yang ada di buku. Buku-buku di

Page 42: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 33

perpustakaan tidak boleh dipinjam ke luar ruangan karena

memang persediaan buku di perpustakaan mereka minim sekali.

“Wah banyak sekali barang-barang bekas yang disulap

menjadi barang layak pakai,” decak Beti kagum.

“Hai Bet, lagi apa kau?” tanya Inong sambil menepuk

bahu Beti.

“Ya ampun kau baru saja mengagetkanku. Hampir saja

jantungku lepas,” kata Beti.

“Hahaha. Jangan hiperbola Bet. Lagi apa sih, kelihatannya

sibuk sekali?”

“Lihat ini, Nong! Aku menemukan buku bagus ini.

Buku tentang mengubah barang bekas menjadi layak pakai.

Recananya aku akan membuatnya lalu akan kujual,” kata Beti

menyodorkan buku tersebut.

“Wih, dron carong that,” kata Inong berbahasa Aceh.

“Apa pula artinya, Nong?”

“Artinya kau pintar, Bet.”

“Hahaha. Terima kasih. Oh iya, Inong, aku boleh minta

bantuanmu lagi?”

“Apa itu Bet?”

“Ibumu kan seorang penjahit, boleh aku meminta sisa

Page 43: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 34

kain dari ibumu, untuk bahan tambahan membuat barang-

barang ini nanti.”

“Dengan senang hati, Bet. Sepulang sekolah nanti kau

singgah saja kerumahku. Kau bisa ambil kain perca yang kau

butuhkan.”

“Terima kasih, ya,” kata Beti tersenyum manis pada

Inong.

“Sama-sama Bet. Oh iya, Barang itu nanti akan kau jual

ke mana?”

“Aku akan menitipnya di kantin sekolah. Semoga Pak

Ihsan mengizinkannya.”

“Kalau begitu aku akan jadi pembeli pertama Bet. Hehe.”

Sepulang sekolah, Beti meletakkan tas dan mengganti

seragam sekolahnya. Selesai zuhur dan makan siang, Beti

mengerjakan PR matematika dari Bu Lusi, lalu dilanjutkannya

membantu Bu Aisyah membersihkan botol-botol bekas.

“Oh iya Mak, botol-botol yang sudah kusisihkan kemarin

sore ada di mana?”

“Ada di samping keranjang sampah Mamak, Bet.”

“Selesai membantu Mamak, aku mau mendaur ulang

sampah anorganik itu ya, Mak?”

Page 44: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 35

“Iya Bet, hati-hati jika menggunakan benda tajam ya!”

“Siap Mak,” kata Beti.

Beti kemudian mengambil botol-botol tersebut dan

beberapa perlengkapan lainnya seperti lem, gunting, kain perca,

dan cat lukis sisa dari pelajaran kesenian. Kemudian, barang-

barang itu akan disulapnya menjadi tempat pensil, pot bunga

kecil, dan celengan.

Beti mulai menggunting botol-botol menjadi beberapa

bagian, memberinya lubang, lalu menempel beberapa hiasan

lain yang ia buat dari kain perca. Sebagian lain ada yang Beti

cat dengan sisa cat lukisnya.

Namun botol-botol yang Beti sisihkan kemarin tidak

banyak. Beti teringat pada teman-temannya yang beberapa

minggu lalu memberikannya keranjang sampah khusus untuk

Beti.

“Oh iya, besok aku akan mengecek keranjang sampah

dari teman-teman. Siapa tahu isinya sudah banyak. Lalu aku

bisa mendaur ulangnya menjadi barang yang bisa aku jual lagi,”

pikir Beti dalam hati.

Setelah itu, Beti pun menjemur hasil pekerjaannya tadi

di bawah sinar matahari agar cat dan lemnya cepat mengering.

Page 45: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 36

Kemudian, Beti mandi sore dan salat asar. Tidak berapa lama

Bang Beni datang ke rumah Beti.

Tok..tok..tok.. “Permisi, Bu Aisyah,” kata Bang Beni.

“Eh, Bang Beni. Bentar ya, Bang. Mamak lagi ke warung.

Duduk dulu, Bang.”

“Iya, Bet,” kata Bang Beni sambil mengambil kursi plastik

yang ada di teras.

“Eh apa itu Bet? Bagus sekali?” Tiba-tiba mata Bang

Beni tertuju pada hasil karya Beti yang tadi ia jemur dekat teras

rumahnya.

“Hehehe. Terima kasih, Bang Ben. Itu hasil karyaku dari

botol-botol bekas. Rencananya mau aku jual, Bang,” kata Beti.

“Wah, hebat sekali kau, Bet. Kecil-kecil sudah bisa

menghasilkan barang seperti itu,” decak Bang Beni kagum.

“Hahaha, Abang bisa saja. Itu Mamak sudah pulang,

Bang. Aku tinggal masuk ya, Bang.” Beti masuk dan melakukan

tugasnya. Setiap sore Beti selalu membantu ibu melipat kain

dan mencuci piring. Hal itu dilakukan Beti demi meringankan

tugas ibunya.

“Bu, keren sekali si Beti ya! Bisa punya pikiran mendaur

ulang botol-botol itu menjadi barang layak pakai,” kata Bang

Page 46: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 37

Beni pada Bu Aisyah.

“Iya tuh, si Beti. Katanya mau dijual lagi pada teman-

teman sekolahnya,” kata ibu sambil mengambil botol-botol

bekas yang sudah dibersihkan.

“Berapa ini Ben?” tanya Bu Aisyah.

“Sebentar ya Bu. Aku timbang dulu,” kata Bang Beni

sambil mengaitkan timbangan pada karung-karung berisi botol-

botol bekas.

“Empat kilogram ya, Bu. Jadi satu kilogram seharga

empat ribu dikalikan empat maka hasilnya…,” kata Bang Beni.

“Enam belas ribu, Bang!” teriak Beti dari dalam rumah.

Kebetulan Beti yang sedang menyapu kamar mendengar

percakapan Bu Aisyah dan Bang Beni dari teras.

“Hahaha.. kau ini Bet, cepat sekali kalau menghitung

uang,” kata Bang Beni. Bu Aisyah dan Beti pun ikut tertawa.

*****

Page 47: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 38

Page 48: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 39

Page 49: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini
Page 50: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 41

Keranjang Sampah Ajaib

Matahari kembali menampakkan sinarnya dari balik awan.

Walau cuaca agak mendung, Beti bersama ibunya berangkat

sekolah menaiki sepeda. Beti merasa bahagia karena masih bisa

diantar ke sekolah oleh ibunya, masih bisa merasakan masakan

ibunya, dan senang ketika bisa membantu ibunya. Beti tetap

bersyukur walau dia tidak memiliki ayah lagi. Beti percaya bisa

bertemu Ayah suatu hari nanti.

Hidup dalam kesederhanaan tidak membuat Beti malu

pada teman-temannya. Beti yakin jika dia besar nanti akan

menjadi orang yang berguna. Maka dari itu, Beti selalu rajin

belajar dan sekarang Beti ingin mencoba berjualan agar uangnya

Page 51: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 42

nanti bisa ia gunakan untuk pendidikannya.

“Mak, nanti kalau Beti sudah jadi jualan, Beti mau bayar

uang sekolah Beti sendiri ya, Mak. Mamak tidak usah lagi

pusing,” kata Beti yang sedang dibonceng oleh Bu Aisyah.

“Tidak usah Bet, itu adalah tanggung jawab Mamak. Kau

tabung saja uangnya,” kata Bu Aisyah.

“Gitu ya, Mak? Ya, uda nanti kalau misalnya uang Mamak

gak cukup, bilang sama Beti ya, Mak.”

“Iya Bet. Mana barang-barang yang mau kau jual? Kok

Mamak tidak melihatnya?”

“Belum aku bawa Mak. Masih terlalu sedikit. Hari ini

rencananya keranjang sampah dari teman-teman akan aku

bawa pulang Mak. Siapa tahu isinya sudah banyak. Jadi aku

bisa membuat yang lebih banyak lagi,” kata Beti.

Sesampainya di sekolah Beti menyapa teman-temannya

yang seperti biasa duduk di bawah pohon beringin besar. Terlihat

Inong, Togar, dan Mei-Mei sedang asyik tertawa.

“Hey, apa yang sedang kalian tertawakan?” tanya Beti.

“Biasalah Bet, si Togar selalu punya banyak cerita lucu

yang bisa menggelitik perut,” jawab Inong.

“Hahaha,” tawa Beti sambil melihat ke arah keranjang

Page 52: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 43

sampah miliknya.

“Teman-teman aku ke sana dulu ya. Mau melihat isi

keranjang sampah. Siapa tahu sudah penuh,” kata Beti.

“Eh, Beti, mana barang-barang yang mau kau jual?”

tanya Inong.

“Haiya? Jualan apa si Beti Nong?” tanya Mei-Mei pada

Inong.

“Rahasiaaaaa… nanti kalau sudah jadi baru aku kasih

tau. Jaga rahasia ya Nong” sambung Beti. Beti pun berlalu dari

mereka.

Beti berjalan menuju keranjang sampah miliknya.

Keranjang sampah yang bertuliskan “Satu botol, Satu kebaikan”

itu kemudian membuat Beti tersenyum. Bagaimana tidak,

keranjang sampahnya hampir penuh dengan botol-botol

bekas. Beti berencana akan membawanya pulang dan akan

menyulapnya menjadi barang layak pakai.

Tepat pukul 12.00 WIB, bel sekolah pun berbunyi

tanda jam pelajaran sudah usai. Beti dan yang lainnya mulai

memasukan buku-buku kedalam tas mereka masing-masing.

Bu Lusi seperti biasa menyampaikan pesan kepada Beti dan

dan teman-temannya.

Page 53: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 44

“Baiklah, anak-anak. Sekian pelajaran hari ini. Jangan

lupa untuk mengerjakan PR di rumah ya!” ucap Bu Lusi.

“Iya Buuuu….” jawab para murid.

Dari luar kelas terlihat banyak anak-anak dengan

kegiatannya masing-masing. Ada yang sedang jajan, ada yang

sedang menunggu jemputan, dan ada yang masih sedang

bermain di halaman sekolah. Beti yang sudah berniat membawa

pulang keranjang sampah itu tiba-tiba saja dikagetkan oleh

ketiga temannya.

“Dor!!” kata Togar.

“Eh, kalian, membuat kaget saja.”

“Bisa kau bawa itu, Bet?” tanya Inong.

“Hai..ya, iya Bet, kalau tidak bisa sini biar kami bantu,”

sambung Mei-Mei.

“Bisa-bisa, aku sudah ahli dalam hal ini,” kata Beti sambil

mengikat keranjang dengan tali plastik agar bisa disandang ke

bahunya.

“Ya sudah hati-hati kau, Bet,” pesan Togar.

Mereka pun keluar dari gerbang sekolah. Inong, Mei-

Mei dan Togar jalan searah karena rumah mereka memang

tidak berjauhan, sedangkan Beti berjalan ke lain arah menuju

Page 54: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 45

rumahnya.

Dalam perjalanan pulang, Togar penasaran dengan apa

yang akan dibuat oleh Beti, begitu juga Mei-Mei. Mereka pun

mencari jawaban dari Inong.

“Nong, apa sih yang akan dibuat oleh Beti? Kasih tahu

dong,” kata Togar?

“Hahaha, kalian masih penasaran, ya?” kata Inong.

“Haiya, betul itu kata Togar. Kasih tahu loh,” sambung

Mei-Mei.

“Nanti akan dikasih tahu Beti kok,” kata Inong sambil

menahan tawa. Mei-Mei dan Togar pun hanya bisa mengerutkan

keningnya.

“Hmm.. ya sudahlah,” kata Togar.

Di lain tempat, sesampainya di rumah, Beti berbegas

makan dan salat zuhur. Lalu mengerjakan PR dari Bu Lusi.

Kemudian Beti mengeluarkan alat-alat yang dia gunakan untuk

membuat karya-karya dari botol bekas yang sudah dia bawa

tadi. Melihat banyaknya botol yang sudah dikumpulkan oleh

teman-temannya, Beti semakin bersemangat mengerjakannya

dengan harapan karya-karyanya ada yang mau membeli.

Beti mulai memotong botol kemudian memberinya

Page 55: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 46

lem dan menempelkan kain perca. Maka, jadilah satu buah

wadah untuk meletakkan pensil. Lalu di botol yang lain, Beti

memberinya lubang di bagian atas, selanjutnya memberinya cat

dan melukiskan gambar bunga di botol tersebut. Akhirnya, Beti

selesai membuat celengan.

Beti merasa senang karena telah mampu menghasilkan

karya yang bisa digunakan kembali dari botol bekas. Beti

berharap besok teman-teman sekolahnya mau membeli hasil

karya Beti. Sesudah selesai mengerjakan pekerjaannya, Beti

membersihkan sisa barang yang berserakan.

Keesokan paginya, saat mau berangkat sekolah, Beti

memasukkan kembali botol-botol bekas tersebut ke dalam

keranjang sampah miliknya. Tetapi kali ini ada yang berbeda,

botol-botol itu tidak lagi terlihat seperti sampah melainkan

barang-barang berguna. Ada tempat pensil, celengan, pot

bunga kecil, dan gelang. Beti tidak sabar ingin menjualkan pada

teman-temannya.

Sampainya di depan gerbang sekolah, Beti langsung

menurunkan keranjang sampah itu dari sepeda ibunya. Mencium

tangan Bu Aisyah dan memberi salam.

“Assalamualaikum, Mak.”

Page 56: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 47

“Waalaikum salam, Bet. Belajar yang rajin ya, Bet!”

“Siap Mak!”

Beti pun mengendong keranjang sampah itu dan

membawanya pada teman-temannya.

“Hey, teman-teman lihat apa yang aku bawa ini!” kata

Beti bersemangat.

“Nah, ini dia pengusaha muda kita, Gar,” ucap Inong.

“Hah? Pengusaha? Jualan kau sekarang, Bet?” tanya

Togar heran.

“Hai..ya, lu jualan apa, Bet?” tanya Mei-Mei.

Beti pun mengeluarkan karya-karya miliknya satu per

satu.

“Lihat nih, ada celengan, tempat pensil, gelang, dan lain-

lainnya.”

“Wah, keren sekali Bet. Aku maulah beli gelang ini. Tapi

aku lupa bawa uang, Bet,” kata Togar.

“Kalau begitu aku saja yang beli, sesuai janjiku, aku akan

jadi pembeli pertama dagangan Beti,” ucap Inong.

“Hahaha.. tidak usah, untuk sahabat-sahabatku

gelang ini aku kasih khusus untuk kalian. Lihat ada nama-nama

kalian sendiri di gelang ini,” kata Beti.

Page 57: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 48

“Horeee… dapat gratis,” kata Togar semangat.

Karena suara berisik dari Togar, teman-teman yang

lain mulai mendatangi mereka. Akhirnya, Beti dan sahabatnya

dikerumuni oleh anak-anak satu sekolah. Ada yang membeli

gelang, celengan, dan tempat pensil. Satu jenis dagangan Beti

dihargai seribu rupiah. Teman-teman Beti pun tidak keberatan

dengan hal itu karena mereka memiliki uang saku yang cukup

untuk membeli keperluan mereka. “Ih Bet, ini sampah-sampah

yang kemarin itu?” kata salah seorang teman Beti.

“Iya, ini aku daur ulang lagi menjadi barang bermanfaat.

Hehehe..” kata Beti.

“Wah, si Beti bisa menyulap barang bekas menjadi barang

layak pakai. Hebat kau Bet,” ucap temannya yang lain.

“Bukan, keranjang sampah ini yang ajaib. Hahaha..” kata

Togar membuat semua teman Beti tertawa.

Akhirnya, hari itu Beti berhasil menjual lima belas

dagangannya.

“Alhamdulillah, Mamak pasti senang. Hari ini aku dapat

menjual daganganku.”

Mengetahui hal itu, kepala sekolah Beti memberikan

saran agar menitipkan dagangannya pada pak Ihsan penjual

Page 58: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 49

kantin. Hal itu dikarenakan agar tidak menggangu jam belajar

Beti.

Sudah hampir dua bulan Beti menjual hasil karya yang

dia buat dari botol-botol bekas. Beti mulai bisa menabung uang

hasil dagangannya sedikit demi sedikit. Terkadang uang itu

digunakan Beti untuk membayar keperluan sekolah atau pun

keperluan rumah. Bahkan, Beti sekarang sudah bisa membeli

sepatu sendiri dari uang hasil dagangannya.

Keranjang sampah yang menurut teman-teman Beti

adalah keranjang ajaib adalah bukti bahwa barang bekas bisa

disulap menjadi barang-barang layak pakai. Tergantung dari

bagaimana kita bisa mengolahnya.

*****

Page 59: Beti dan Keranjang Sampah - balaibahasasumut.kemdikbud.go.idbalaibahasasumut.kemdikbud.go.id/.../2016/...SAMPAH-AJAIB-editor.pdf · Bahan bacaan Beti dan Keranjang Sampah Ajaib ini

Beti dan Keranjang Sampah Ajaib 50

Tentang Penulis

Nazarina Syahputri, penulis yang berprofesi sebagai tenaga

kependidikan di RA Jasmine Islamic, Titipapan, Medan Deli

ini, sering mengikuti sayembara menulis cerpen dan pernah

mengikuti kegiatan Literasi ‘Satu Guru Satu Buku’ atau

SAGUSABU yang diadakan di Media Guru.

Pertengahan tahun 2018, perempuan penulis kelahiran Medan,

09 Januari 1994 ini menerbitkan buku populer yang berjudul

‘Hijrah Sang Perindu’ dan ‘Catatan Harian Jofisa’.