Upload
nguyenthuy
View
239
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
BIDANG ILMU: Biodiversity, Lingkungan dan Sumberdaya Alam
LAPORAN HIBAH PENELITIAN
UNGGULAN UDAYANA
STUDI KARAKTERISTIK JENIS DAN KERAGAMAN FAUNA PANTAI
BERPASIR, BERBATU DAN BERLUMPUR DI KAWASAN PESISIR
PANTAI SANUR, BALI
TIM PENELITI
1. Ima Yudha Perwira, S.Pi., MP
2. Devi Ulinuha, S.Pi., MP
3. Frederick Geriet Olivier Titaheluw
DIBIAYAI DARI DANA DIPA BLU UNIVERSITAS UDAYANA TAHUN ANGGARAN 2012 (BOPTN)
DENGAN SURAT PERJANJIAN PELAKSANAAN PENELITIAN
NOMOR : 21.21/UN14/LPPM/2012
TANGGAL: 1 AGUSTUS 2012
PROGRAM STUDIMANAJEMEN SUMBERDAYA PERIARAN
FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2012
2
HALAMAN PENGESAHAN
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 1. Judul Penelitian : Studi Karakteristik Jenis dan Keragaman Fauna Pantai
Berpasir, Berbatu dan Berlumpur di Kawasan Pesisir Pantai Sanur - Bali
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 2. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Ima Yudha Perwira, S.Pi., MP b. Jenis Kelamin : Laki-laki c. NIP : 198306092010121006 d. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli e. Jabatan Struktural : Ketua Unit Penjaminan Mutu FKP f. Bidang Keahlian : Manajemen Sumberdaya Perairan g. Fakultas/PS : Kelautan dan Perikanan / Manaj. Sumberdaya Perairan h. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana i. Tim Peneliti :
No Nama Bidang keahlian Fakultas/PS Perguruan Tinggi
1. Devi Ulinuha Manaj. Lingkungan
Pesisir
Kelautan dan
Perikanan /
Manaj.
Sumberdaya
Perairan
Universitas Udayana
2. Frederick
Geriet Olivier
Titaheluw
- Kelautan dan
Perikanan /
Ilmu Kelautan
Universitas Udayana
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------- 3. Pendanaan dan jangka waktu penelitian:
a. Jangka waktu penelitian yang diusulkan : 6 bulan
b. Biaya total yang diusulkan : Rp 7.500.000,-
c. Biaya yang disetujui : Rp 7.500.000,-
Bukit Jimbaran,5 November 2012 Mengetahui Ketua Peneliti Dekan Fakultas MIPA UNUD (Prof. Dr. dr. I Made Bakta, Sp.PD (KHOM) (Ima Yudha Perwira, S.Pi., MP) NIP:19480628 197903 1 001 NIP:198306092010121006
Mengetahui Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Universitas Udayana
(Prof. Dr. Ir. I Ketut Satriawan, MT.) NIP 19640717 198903 1 001
3
STUDI KARAKTERISTIK JENIS DAN KERAGAMAN FAUNA PANTAI
BERPASIR, BERBATU DAN BERLUMPUR DI KAWASAN PESISIR
PANTAI SANUR, BALI
Ima Yudha Perwira, Devi Ulinuha, dan Frederick Geriet Olivier Titaheluw Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan,
Universitas Udayana, Propinsi Bali, Indonesia
RINGKASAN
Wilayah Pantai Sanur merupakan salah satu daerah obyek wisata di Pulau Bali dengan
karakteristik perairan yang tenang dan memiliki wilayan pantai berbatu, berpasir dan
berlumpur. Aktifitas pariwisata yang sudah berkembang pesat dimungkinkan memiliki
dampak yang cukup signifikan terhadap perubahan tingkat kestabilan ekosistem di daerah
tersebut. Oleh karena itu, diperlukan suatu kajian tentang karakteristik dan keragaman jenis
fauna yang ada di wilayah pantai berpasir, berbatu dan berlumpur di kawasan Pantai Sanur
sebagai upaya pemetaan potensi dan pengawasan kualitas serta kestabilan lingkungan pesisir
pantai di wilayah tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan kajian
karakteristik jenis dan tingkat keragaman fauna di wilayah Pantai Sanur. Penelitian dilakukan
secara deskriptif dan pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat
dengan ukuran kuadrat transek 1x1 meter. Pengambilan sampel data dilakukan pada 3 jenis
pantai yang ada di seluruh wilayah Pesisir Pantai Sanur.Pengambilan sample dilakukan dari
titik 0 meter yaitu daerah batas pasang surut menuju 100 meter ke arah laut. Adapun interval
masing-masing plot yang digunakan adalah 10 meter per plot. Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa karakteristik fauna pantai berbatu di pesisir pantai sanur didominasi oleh organisme
moluska dan echinodermata, di pantai berpasir dan berlumpur didominasi oleh moluska.
Tingkat keragaman tertinggi ditunjukkan pada ekosistem pantai berbatu, tetapi angka indeks
keragaman di daerah tersebut masih menunjukkan tingkat kestabilan eksosistem yang rendah,
miskin, serta produktivitas sangat rendah sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan
ekosistem tidak stabil.
Kata kunci: fauna, pantai, barbatu, berpasir, berlumpur.
4
A Study of Species and Diversity of Fauna on Sandy, Rocky and Muddy
Beach at the Coastal Region of Sanur, Bali
Ima Yudha Perwira, Devi Ulinuha, dan Frederick Geriet Olivier Titaheluw Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan,
Universitas Udayana, Propinsi Bali, Indonesia
SUMMARY
The region of Sanur coastal is one of the most tourism area in Bali with calm waters and is
having characteristic as rocky, sandy, and muddy beach. Tourism activity is highly developed,
and expected to be having significant impact on the change of ecosystem stability. Therefore,
it is necessary to performed a study on the characteristic and diversity of the fauna existing on
the sandy, rocky and muddy beach at the areal of Sanur waters coastal in order to be able to
describe the potent and is could be used as quality control on the coastal environment
stability. The aim of this study is to perform a study on the species characteristic and fauna
diversity at Saur waters coastal. Study is performed descriptively, and data collection was
performed by using quadrant method in 1 x 1 meter of scale. Data was taken from 3 types of
beach at all region of Sanur waters coastal. It was taken from 0 meter, from the limit of
highest tide to the 100 meters over the sea. The interval used in this study is 10 meter in each
plot. It could be conclude from the research that fauna characteristic of the sandy beach was
dominated by Mollusc and Echinodermata, while at rocky and muddy beach was dominated
by Mollusc. The highest diversity was shown at rocky beach ecosystem. However, it sill show
a low diversity indeks. This showed a low ecosystem stability and low productivity as
indication of high pressure on the environment and not stable.
Keywords: fauna, beach, rocky, sandy, muddy.
5
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
Rahmat dan Karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian Hibah
Unggulan Udayana dengan judul penelitian Studi Karakteristik Jenis dan Keragaman Fauna
Pantai Berpasir, Berbatu dan Berlumpur di Kawasan Pesisir Pantai Sanur, Bali. Kegiatan ini
dilakukan sebagai Salah satu upaya untuk meningkatkan kegiatan penelitian serta
meningkatkan budaya ilmiah di Universitas Udayana.
Laporan penelitian hibah unggulan udayana ini merupakan salah satu syarat
kelengkapan berkas hibah penelitian unggulan Udayana di Universitas Udayana. Dengan
adanya tulisan ini diharapkan dapat memerikan manfaat secara nyata dalam upaya pemetaan
potensi wilayah pesisir dan laut di wilayah Propinsi Bali pada umumnya, dan Kawasan
Tenggara Bali pada khususnya.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penulisan laporan ini, baik
dari materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan pengalaman
penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan.
Bukit Jimbaran, 5 Desember 2012
Ima Yudha Perwira, S.Pi., MP
6
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Pengesahan ............................................................................................. 2
Ringkasan dan Summary ........................................................................................ 3
Kata Pengantar ....................................................................................................... 5
Daftar isi ................................................................................................................ 6
Daftar Tabel ........................................................................................................... 7
Daftar Gambar ....................................................................................................... 8
1 Pendahuluan ....................................................................................................... 5
Latar Belakang .................................................................................................. 5
Rumusan Masalah ............................................................................................. 6
Tujuan Penelitian............................................................................................... 6
Manfaat Penelitian ............................................................................................. 6
2 Tinjauan Pustaka ................................................................................................ 11
Kawasan Pesisir Pantai ...................................................................................... 11
Pantai Berbatu dan Ekosistem Pantai Berbatu .................................................... 12
Pantai Berpasir dan Ekosistem Pantai Berpasir .................................................. 13
Pantai Berlumpur dan Ekosistem Pantai Berlumpur ........................................... 15
3 Metode Penelitian .............................................................................................. 17
Tipe Penelitian .................................................................................................. 17
Ruang Lingkup .................................................................................................. 17
Variabel Penelitian ............................................................................................ 17
Lokasi Pengambilan Sampel .............................................................................. 17
Pengambilan Sampel ......................................................................................... 17
Metode Pengambilan Sampel ............................................................................ 18
Metode Analisa Data ......................................................................................... 18
4 Hasil dan Pembahasan ........................................................................................ 20
Hasil .................................................................................................................. 20
Pembahasan....................................................................................................... 31
5 Kesimpulan ........................................................................................................ 40
Daftar Pustaka.......................................................................................................... 41
Lampiran............................................................................................................... 44
7
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Perbedaan ukuran partikel yang menyusun pantai berpasir, berbatu dan berlumpur .. 14
2 Jenis dan Kelimpahan Jenis Makrofauna Bentik yang mendiami Pantai berpasir di
beberapa wilayah di dunia ........................................................................................ 15
2 Nilai tolak ukur indeks keanekaragaman fauna ......................................................... 19
4 Identifikasi Fauna pada Titik Pengamatan Pertama (Pantai Berbatu)......................... 20
5 Tabel Tingkat Keanekaragaman Fauna Antar Stasiun pada Titik pertama (Pantai
Berbatu) ................................................................................................................... 22
5 Identifikasi Fauna pada Titik Pengamatan Kedua (Pantai Berpasir) .......................... 23
7 Tabel Tingkat Keanekaragaman Fauna Antar Stasiun pada Titik kedua (Pantai
Berpasir) .................................................................................................................. 25
8 Identifikasi Fauna pada Titik Pengamatan Kedua (Pantai Berlumpur dan Mangrove) 26
9 Tabel Tingkat Keanekaragaman Fauna Antar Stasiun pada Titik ketiga (Pantai
Berlumpur dan magrove) .......................................................................................... 28
10 Tabel Tingkat Keragaman, keseragaman dan dominansi Fauna Antar Titik
Pengamatan .............................................................................................................. 30
8
DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman
1 Struktur Zonasi Kawasan Pantai ............................................................................... 12
2 Grafik Perbandingan Indeks Keragaman, Keseragaman dan Dominansi Fauna Antar
Stasiun di Pantai Berb .............................................................................................. 23
3 Grafik Perbandingan Indeks Keragaman, Keseragaman dan Dominansi Fauna Antar
Stasiun di Pantai Berpas ........................................................................................... 26
4 Grafik Perbandingan Indeks Keragaman, Keseragaman dan Dominansi Fauna Antar
Stasiun di Pantai Berlumpur dan Mangrove .............................................................. 29
5 Grafik Perbandingan Indeks Keragaman, Keseragaman, dan Dominansi Fauna Antar
Titik Pengamatan ..................................................................................................... 31
9
I. PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Komunitas perairan pantai memiliki nilai penting tinggi bagi daya dukung
lingkungannya.Tingginya tingkat keragaman jenis baik flora maupun fauna di perairan pantai
memberikan pengaruh yang cukup signifikan terhadap tingkat kestabilan ekosistem di
wilayah tersebut. Areal pantai di kawasan pesisir pantai memiliki suatu zona yang disebut
dengan zona intertidal yang memiliki tingkat fluktuasi lingkungan yang cukup tinggi,
sehingga menyebabkan hanya fauna-fauna jenis tertentu yang dapat bertahan dan beradaptasi
di lingkungan tersebut.Fluktuasi lingkungan yang muncul di wilayah pesisir pantai dan
perairannya terjadi karena adanya pasang surut air laut, dimana terdapat suatu areal di wilayah
tersebut yang terendam dan terpapar udara secara silih berganti.Hal ini tentunya sangat
mempengaruhi fluktuasi berbagai faktor fisik lainnya seperti suhu dan salinitas yang menjadi
parameter utama kehidupan fauna. Berbagai sebab itulah yang menyebabkan kebutuhan akan
ketahanan fauna dan daya adaptasinya untuk dapat bertahan dari adanya fluktuasi tersebut.
Karakterisitik wilayah pantai sangat beragam, dengan struktur penyusun yang
beragam pula. Pantai merupakan salah satu obyek dan sebuah bentuk geografis yang terdiri
dari pasir, dan terdapat di daerah pesisir laut. Daerah pantai menjadi batas antara daratan dan
perairan laut. Didasarkan pada struktur penyusunnya, karakteristik perairan pantai terbagi
menjadi pantai berpasir, pantai berbatu dan pantai berlumpur. Masing-masing jenis perairan
pantai tersebut memiliki ciri-ciri yang khas, baik ditinjau dari segi kualitas air maupun jenis
fauna yang mendiaminya. Karakteristik jenis dan keragaman fauna sangat penting untuk
dikaji dengan tujuan pemantauan kelestarian lingkungan dan mempertahankan daya
dukungnya sebagai penyangga kehidupan manusia di sekelilingnya.
Wilayah Pantai Sanur merupakan salah satu daerah obyek wisata di Pulau Bali dengan
karakteristik perairan yang tenang. Pantai Sanur termasuk dalam pantai berpasir putih dan
berjenis tanah alluvial yang berasal dari endapan laut. Selain karakter pantai berpasir yang ada
di Pantai Sanur, terdapat pula beberapa bagian dari wilayah Pantai Sanur yang berbatu.
Sedangkan di wilayah Pantai Sanur bagian Selatan terdapat bagian pantai yang berlumpur dan
ditumbuhi oleh beberapa jenis mangrove. Ketiga jenis pantai tersebut memiliki karakteristik
maupun keragaman jenis fauna masing-masing yang khas. Oleh karena itu, diperlukan suatu
kajian tentang karakteristik dan keragaman jenis fauna yang ada di wilayah pantai berpasir,
berbatu dan berlumpur di kawasan Pantai Sanur sebagai upaya pemetaan potensi dan
pengawasan kualitas serta kestabilan lingkungan pesisir pantai di wilayah tersebut.
10
1.2 RUMUSAN MASALAH
Pesisir pantai Sanur merupakan suatu wilayah pengembangan wisata di kawasan Bali
Selatan.Pantai berpasir, berbatu dan berlumpur merupakan karakteristik dari wilayah Pantai
Sanur.Dengan karakteristik struktur pantai yang beragam maka dapat dimungkinkan
karakteristik jenis fauna di dalamnya juga sangat beragam. Dengan demikian dapat
dirumuskan beberapa permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana karakteristik jenis fauna yang ada dan mendiami wilayah Pantai berpasir di
Pantai Sanur?
2. Bagaimana karakteristik jenis fauna yang ada dan mendiami wilayah Pantai berbatu di
Pantai Sanur?
3. Bagaimana karakteristik jenis fauna yang ada dan mendiami wilayah Pantai berlumpur
di Pantai Sanur?
4. Bagaimana karakteristik tingkat keragaman spesies fauna yang ada di wilayah Pantai
Sanur?
5. Bagaimana tingkat kestabilan ekosistem di Pantai Sanur, dengan didasarkan pada jenis
pantai berpasir, berbatu dan berlumpur?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melakukan kajian karakteristik jenis dan
tingkat keragaman fauna di wilayah Pantai Sanur dalam upaya pemantauan kondisi
lingkungan di kawasan pengembangan wisata serta perencanaan pengelolaan pesisir pantai.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Melalui penelitian ini diharapkan akan menjadi acuan dalam perencanaan pengelolaan
dan pengembangan wilayah wisata pantai Sanur demi menjaga kelestarian dan kestabilan
ekosistem sehingga dapat tercipta suatu model pengelolaan pesisir pantai secara
berkelanjutan.
11
II. TINJAUAN PUSTAKA
1. Kawasan Pesisir Pantai
Pantai adalah daerah pertemuan antara darat dan laut; ke arah darat wilayah pantai
meliputi bagian daratan, baik kering maupun terendam air, yang masih dipengaruhi oleh sifat-
sifat fisik laut seperti pasang surut, angin laut serta perembesan air asin; sedangkan ke arah
laut wilayah pantai mencakup bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses alami yang
terjadi di daratan seperti sedimentasi dan aliran air tawar, maupun kegiatan yang disebabkan
oleh kegiatan manusia di daratan seperti penggundulan hutan dan pencemaran (Wibisono,
2004). Praseno.D.P. dan Sugestiningsih (2000) menyatakan bahwa ekosistem pantai
merupakan ekosistem alamia yang produktif, unik dan mempunyai nilai ekologis dan
ekonomis yang tinggi.Secara ekonomis ekosistem pantai menghasilkan bahan dasar untuk
pemenuhan kebutuhan pangan, keperluan rumah tangga dan industri yang bernilai komersial
tinggi. Sedangkan secara ekologis ekosistem pantai memiliki fungsi-fungsi penting, antara
lain sebagai penyedia nutrien, sebagai tempat pemijahan, tempat pengasuhan dan tumbuh
besar, serta tempat mencari makanan bagi beragam biota laut. Di samping itu, ekosistem
pantai berperan pula sebagai penahan abrasi bagi wilayah daratan yang berada di belakang
ekosistem ini.
Pantai diketahui memiliki zonasi membedakan wilayahnya menjadi beberapa
areal.Menurut McLachlan danBrown (2006), diketahui bahwa kebanyakan pantai memiliki
tiga jenis zona yang dinyatakan dengan keberadaan karakteristik elemen faunanya.Ketiga
jenis zona tersebut adalah zona supra litoral, zona litoral, dan zona sub litoral.Zona
supralitoral diketahui menjadi bagian paling atas dari wilayah perairan pantai.Di wilayah
inilah terjadi pernafasan udara dari beberapa jenis udang-udangan. Makrofauna jenis ini
memiliki kelimpahan dengan jumlah tertinggi (Dahl, 1952 dan Salvat, 1964), dan diikuti oleh
beberapa jenis taksa seperti talitrid amphipods, oniscid, isopods (Tylos), ocypodid crabs, dan
isopoda cirolanid dari genus Excirolana.Zona litoral diketahui berada di bawah zona supra
litoral.Zona ini terbentuk ketika terjadi pergeseran garis pasir turun menuju daerah pasir yang
basah atau di atas garis sungai atau air permukaan.Karakteristik taksa yang mendiami daerah
ini adalah seluruh spesies intertidal meliputi cirolanid isopods (termasuk beberapa
speciesExcirolana), isopoda, haustoriid dan amphipods, spionid polychaetes sepertiScolelepis,
dan ophelids sepertiEuzonus. Zona sublitoral, di daerah ini tidak atau jarang sekali terdapat
makrofauna pada beberapa jenis pantai. Tetapi, zona ini tampak sebagai zona fauna pada jenis
pantai menengah dimana terdapat spesies yang muncul pada pasir jenuh dan kemudian
memperpanjangnya.Gambaran struktur zonasi pantai dapat dilihat pada Gambar 1.
12
Gambar 1. Struktur Zonasi Kawasan Pantai
Berdasarkan subtstratnya kawasan pantai terbagi menjadi 3 ekosistem yaitu pantai
berbatu, pantai berpasir, dan pantai berlumpur.Ekosistem pantai berlumpur banyak dijumpai
pada daerah estuaria.Estuaria adalah perairan yang semi tertutup yang berhubungan bebas
dengan laut, sehingga air laut dengan salinitas tinggi dapat bercampur dengan air tawar
(Pickard, 1967). Bengen (2002) menyatakan bahwa ekosistem pantai terletak antara garis air
surut terendah dan air pasang tertinggi.Ekosistem ini berkisar dari daerah di mana ditemukan
substrat berbatu dan berkerikil (yang mendukung sejumlah terbatas flora dan fauna sesil)
hingga daerah berpasir aktif (dimana ditemukan populasi bakteri, protozoa, metazoa) dan
daerah berpasir bersubstrat liat dan Lumpur (di mana ditemukan sejumlah besar komunitas
infauna).Pantai berbatu dan pantai berpasir dapat dengan mudah dibedakan dan didefinisikan
karena batasan yang jelas diantara keduanya.Tetapi tidak demikian dengan perbedaan antara
pantai berpasir dan pantai berlumpur. Nybakken (1988) menyatakan bahwa kedua jenis pantai
tersebut cenderung mempnyai butiran yang lebih halus dan lebih banyak mengakumulasi
bahan organik sehingga menjadi pantai berlumpur. Oleh karena itu flora dan fauna yang ada
di kedua jenis pantai tersebut menunjukkan peralihan dari organism khas pantai terbuka
menjadi organism khas pantai berlumpur dengan gradient yang sama.
2. Pantai Berbatu dan Ekosistem Pantai Berbatu
Ekosistem pantai batu merupakan daerah pantai yang memiliki air jernih dan
berbatu.Daerah ini banyak dihuni hewan coelenterata, moluska, crustaceae dan tumbuhannya
adalah alga bersel tunggal, alga hijau, dan alga merah.Pantai berbatu yang tersusun dari bahan
yang keras merupakan daerah paling padat makroorganismenya dan mempunyai keragaman
terbesar baik spesies hewan maupun tumbuhannya.Gambaran pantai berbatu adalah
13
menonjolnya pembagian horizontal atau zonasi organismenya (Nybakken, 1998).Selain itu
menurut Bengen (2001 dan 2002), kombinasi substrat keras untuk penempelan, seringnya aksi
gelombang, dan perairan yang jernih menciptakan suatu habitat yang menguntungkan bagi
biota laut.Pantai berbatu menjadi habitat bagi berbagai jenis moluska (kerang), binatang laut,
kepiting, anemon, dan juga ganggang laut. Kehidupan yang ada di habitat ini dihuni oleh
komunitas tanaman kuat dan berbagai jenis hewan yang beradaptasi dengan cara melekat pada
substrat batuannya. Tumbuhan dan berbagai jenis fauna tersebut saling berinteraksi satu sama
lain dengan habitat ekosistem pantai berbatu tersebut.
Pantai berbatu merupakan suatu lingkungan pesisir yang produktif dan
subur.Kombinasi substrat keras untuk penempelan, frekuensi gelombang dan arus yang tinggi
serta perairan yang jernih menyediakan habitat yang menguntungkan bagi berbagai jenis biota
laut.Tidak demikian dengan pantai berpasir, yang tidak menyediakan substrat yang cukup
bagi organisme untuk melekat dan hidup, karena hempasan gelombang yang terus-menerus
menggerakkan partikel substratnya.
3. Pantai Berpasir dan Ekosistem Pantai Berpasir
Pantai berpasir merupakan lingkungan yang sangat dinamis, dimana struktur fisik
habitatnya digambarkan dengan adanya interaksi antara pasir, gelombang, dan pasang surut
air laut. Pantai berpasir merupakan salah satu jenis pantai yang dinamis karena
kemampuannya untuk menyerap energy gelombang.Energy gelombang ini dikeluarkan
melalui pergerakan airnya yang membawa pasir pantai ke luar wilayah pantai pada saat
gelombang besar dan membawanya kembali ke wilayah pantai pada saat gelombang dalam
keadaan tenang.Pantai berpasir digambarkan dengan perpindahan pasir melalui pergerakan
gelombang dan perpindahan angin.Pasir yang menyusun pantai berpasir berasal dari erosi
lahan dan dipindahkan menuju lautan melalui sungai.Pantai juga menerima kiriman pasir dari
berbagai sumber biogenic di laut seperti tulang hewan dan erosi palung.Dua kelompok
terbesar dari jenis pantai berpasir adalah pantai berpasir yang tersusun atas pasir silica dan
pantai berpasir yang terdiri dari pasir karbonat. Pasir silica memiliki tingkat kerapatan jenis
yang sedikit lebih rendah (2,66 gram.cm3) dibandingkan pasir karbonat (2,7 – 2,95 gram.cm
3
pada kalsit dan aragonite). Partikel silica cenderung lebih bulat dibandingkan dengan partikel
karbonat.Dikarenakan besarnya tingkat kepadatannya, partikel kalsium karbonat tenggelam
lebih lambat di dalam air dikarenakan bentuknya yang tidak beraturan. Selain partikel
tersebut, partikel lain yang menyusun pantai berpasir adalah berbagai jenis mineral, basal
(batuan vulkanik), dan feldspar. Akan tetapi, dari semua karakteristik yang telah disebutkan
sebelumnya, hal yang paling mendasar membedakan antara pantai berpasir, berbatu dan
14
berlumpur adalah ukuran dari partikelnya. Ukuran partikel umumnya digolongkan menurut
skala yang dipopulerkan oleh Wentworth, dalam satuan phi unit dimana φ = -log2 diameter
(mm). Perbedaan ukuran partikel pantai berpasir, berbatu dan berlumpur dapat dilihat pada
Tabel 1.
Tabel 1.Perbedaan ukuran partikel yang menyusun pantai berpasir, berbatu dan berlumpur.
Adapun kelompok makhluk hidup yang mendiami habitat ekosistem pantai berpasir
terdiri dari kelompok invertebrate dan makrofauna bentik. Golongan invertebrate yang
umumnya terdapat pada daerah pantai berpasir antara lain golongan hewan dari filum
Porifera, Cnidaria, Platyhelminthes, Nemertea, Nematoda, Acanthocephala, Rotifera,
Gastrotricha, Kinorhyncha, Loricifera, Annelida, Echiurida, Sipunculoidea, Brachiopoda,
Molluskam Tardigrada, Arthropoda, Ectoprocta,Echinodermata dan Hemichordata.
Sedangkan komunitas dari kelompok makrofauna bentik umumnya terdiri dari jenis udang-
udangan, Polychaeta, Moluska, dan lain sebagainya.Soares (2003) telah berhasil menganalisa
komposisi taksonomis dari makrofauna bentik pantai berpasir di berbagai wilayah di belahan
dunia.Hasil kajiannya menyatakan bahwa wilayah tropis memiliki jumlah dan kelimpahan
jenis yang jauh lebih bervariasi dibandingkan dengan wilayah lainnya.Jenis udang-udangan,
polychaeta dan moluska mendominasi jenis fauna yang mendiami wilayah pantai berpasir.
Udang-udangan adalah salah satu jenis fauna yang paling beragam, sedangkan moluska dan
polychaeta tidak menunjukkan pola yang jelas dan baku. Udang-udangan menunjukkan
respon yang paling jelas terhadap berbagai perubahan berbagai jenis pantai, baik itu jumlah
dan kelimpahan individunya serta kelimpahan dan jumlah spesiesnya.Polychaeta dan moluska
cenderung menunjukkan respon lebih terhadap perubahan pada tekstur sedimen.Adapun
sebaran jenis dan kelimpahannya pada Pantai berpasir di beberapa wilayah di dunia dapat
dilihat pada Tabel 2.
15
Tabel 2. Jenis dan Kelimpahan Jenis Makrofauna Bentik yang mendiami Pantai berpasir di
beberapa wilayah di dunia.
4. Pantai Berlumpur dan Ekosistem Pantai Berlumpur
Pantai berlumpur merupakan pantai yang memiliki substrat yang sangat halus dengan
diameter kurang dari 0.002 mm. Menurut Nybakken (1988) pantai berlumpur berada pada
daerah yang terlindung dari hempasan gelombang secara langsung. Akibat tidak adanya
hempasan gelombang maka daerah ini sulit untuk mengalami perkembangan yang
signifikan.Pembagian zonasi pada daerah pantai berlumpur yang telah dikaji masih sangat
kurang .secara umum, pembagian zonasi itu adalah sebagai berikut:
1. Bagian atas atau supralitoral dihuni oleh berbagai jenis kepiting yang menggali
substrat. Zona ini juga dipengaruhi oleh pasang tertinggi dan plaing sering mengalami
kekeringan.
2. Bagian bawah atau litoral. Bagian ini merupakan bagian yang terluas diantara bagian
ekosistem pantai berlumpur. Pada zona ini dihuni oleh golongan tiram dan cacing
polychaeta. Pada intinya, pembagian zonasi tersebut belum terlalu jelas batasannya,
sebab organisme di kedua jenis tempat tersebut tidak menetap hanya pada zona
tersebut tetapi juga dapat berpindah ke zona yang lain.
Pantai berlumpur dicirikan oleh ukuran butiran sedimen sangat halus dan memiliki
tingkat bahan organik yang tinggi, pantai ini pula banyak dipengaruhi oleh pasang surut yang
mengaduk sedimen secara periodik.Interaksi organisme dengan sedimen dan pengaruh
evaporasi perairan sangat tinggi di lingkungannya.Sehingga menjadikan pantai berlumpur
sebagai mintakat yang memiliki pengaruh energi rendah seperti estuary dan lagoon juga
sebagai daerah pemasukan air tawar (influx freshwaters) dalam jumlah yang besar sehingga
kompleksitas sedimen dominan adalah berbutir halus (dominantly fine-grained sediments)
(Bengen, 2002). Pelumpuran yang terjadi di wilayah pantai tidak hanya disebabkan oleh
energi lingkungan rendah, akan tetapi bahwa kelimpahan sedimen seperti sedimen halus,
pengendapan lumpur dapat tetap berlaku dan bahkan pada pantai yang memiliki pengaruh
gelombang yang besar.Perbedaan utama dengan wilayah pesisir dengan substrat berpasir
adalah pantai belumpur tidak dapat berkembang dengan hadirnya gerakan gelombang.Oleh
16
karena itu, daerah pesisir dengan pantai berlumpur hanya terbatas pada daerah intertidal yang
benra-benar terlindung dari aktivitas gelmbang laut terbuka.Pantai berlumpur dapat
berkembang dengan baik jika ada suatu sumber partikel sedimen yang berbutiran halus.
Ukuran partikel yang sangat halus disertai sudut dasar sedimen yang amat datar
menyebabkan air di dalam sedimen tidak mengalir keluar dan tertahan di dalam
substrat.Pantai berlumpur cenderung untuk mengakumulasi bahan organik, sehingga cukup
banyak makanan yang potensial bagi organisme panta ini. Namun, berlimpahnya partikel
organik yang halus yang mengendap di dataran lumpur juga mempunyai kemampuan untuk
menyumbat permukaan alat pernafasan. Pickard (1967) menyatakan bahwa ketersediaan
nutrien organik di pantai berlumpur yang disuplai ke sedimen perairan berasal dari dua
sumber utama, yaitu nutrien yang bersifat autochthonous dan allocththonous. Dimana
autochthonous dimaksud materi nutrien yang berasal dari sedimen, diantaranya yang terdapat
pada sedimen adalah mikroalga (Plankton maupun Perifiton) yang sangat penting
pengaruhnya dalam input nutrien atau sumber nutrien dalam ekosistem pantai berlumpur.
Sedangkan allocththonous materi nutrien dalam ekosistem tertentu yang berasal dari sistem
lain.Menurut Nybakken (1988), bahwa di atas dataran pantai berlumpur yang kosong,
tumbuhan yang paling melimpah adalah mikroalga jenis diatom, yang hidup di lapisan
permukaan lumpur dan biasanya menghasilkan warna hijau kecoklatan pada permukaan
lumpur saat pasang turun. Selanjutnya dijelaskan karena melimpahnya diatom yang terdapat
di permukaan pantai berlumpur pada saat pasang surut, maka keberadaan mikroalga jenis
diatom tersebut secara tidak langsung akan mempengaruhi keberadaan organisme konsumen
yang terdapat di ekosistem pantai berlumpur, organisme konsumen tersebut diantaranya
adalah zooplankton, polycaeta, udang, moluska. Kebanyakan organisme yang menempati
daerah berlumpur menunjukkan adaptasi dalam menggali dan melewati saluran yang
permanen dalam substrat.Kehadiran organism ditunjukkan oleh adanya berbagai lubang di
permukaan dengan ukuran dan bentuk yang berbeda. Ketika organism berada di dalam
substrat, mereka harus beradaptasi untuk hidup dala keadaan anaerobic atau harus membuat
beberapa jalan yang dapat mengalirkan air dari permukaan yang mengandung oksigen ke
bawah.Makrobentos memiliki penyebaran yang lebih luas karena mampu beradaptasi dengan
air tawar maupun air laut dengan tekstur sedimen lunak dan keras.
17
III. METODE PENELITIAN
1. Tipe Penelitian
Penelitian tentang studi karakteristik jenis dan keragaman fauna pantai di Kawasan
Pesisir Sanur – Bali ini bersifat eksploratif, yaitu mencari informasi karakteristik fauna dan
keanekaragaman di kawasan pesisir pantai Sanur Bali.Penelitian eksploratif merupakan studi
penjajakan, pengetahuan tentang teori masih sangat sedikit atau samar-samar, dan dari hasil
observasi baru dapat dirumuskan lebih rinci (Salim, 2007).Penelitian ini merupakan penelitian
eksploratif, yaitu untuk mencari informasi awal tentang struktur diatom epipelic di tambak
udang.Penelitian eksploratif merupakan studi penjajakan, pengetahuan tentang teori masih
sangat sedikit atau samar-samar, dan dari hasil observasi baru dapat dirumuskan lebih rinci
(Salim, 2007).
2. Ruang Lingkup
Adapun ruang lingkup dari pelaksanaan penelitian ini adalah karakterisitik fauna dan
tingkat kestabilan eksosistem pantai di kawasan pesisir pantai Sanur Bali.Karakteristik fauna
menggambarkan jenis-jenis fauna yang berhasil diamati dan dikoleksi dalam penelitian ini.
Selain itu dikaji pula tingkat kestabilan ekosistem dari masing-masing jenis pantai yang ada di
kawasan perairan Sanur Bali antara lain Pantai Berpasir, Pantai Berbatu, dan Pantai
Berlumpur.
3. Variabel Penelitian
Parameter penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah spesies
yang berhasil ditemukan, jumlah individu dari masing-masing spesies yang ditemukan,
tingkat keanekaragaman spesies, tingkat keseragaman spesies, dan tingkat dominansi spesies.
4. Lokasi Pengambilan Sampel
Lokasi pengambilan sampel dilakukan di beberapa kawasan Pantai Sanur meliputi
kawasan Pantai Sanur, Pantai Sindhu, dan Pantai Mertasari. Pengambilan lokasi sampel di
tiga lokasi tersebut dilakukan dengan didasarkan pada keberadaan jenis-jenis pantai yang ada
di lokasi Pantai Sanur.
5. Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dilakukan melalui pengumpulan langsung di lapangan (in
situ).Sampel yang diambil untuk fauna perairan meliputi jenis-jenis fauna yang langsung
hidup di perairan yaitu jenis-jenis makrofauna bentik (ikan, udang, kepiting, dan sebagainya).
18
6. Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan data dilakukan dengan menggunakan metode kuadrat dengan
ukuran kuadrat transek 1x1 meter. Pengambilan sampel data dilakukan pada 3 jenis pantai
yang ada di seluruh wilayah Pesisir Pantai Sanur.Pengambilan sample dilakukan dari titik 0
meter yaitu daerah batas pasang surut menuju 100 meter ke arah laut. Adapun interval
masing-masing plot yang digunakan adalah 10 meter per plot. Masing-masing plot diletakkan
kuadrat secara acak.
Setelah plot diletakkan secara acak, kemudian dilakukan pengangkatan substrat pantai
sedalam 20 cm dan kemudian disaring dengan bantuan air dan saringan kawat dengan ukuran
0,5 cm. Fauna yang terkumpul di dalam saringan kawat kemudian dimasukkan ke dalam botol
sampel yang telah diisi dengan larutan formalin 4% agar tidak mengalami kerusakan jaringan
dan menjaga bentuk morfologi fauna sampel yang berhasil dikoleksi. Sampel organisme fauna
pantai tersebut kemudian diidentifikasi di Laboratorium Ekologi, Universitas Udayana.Data
hasil identifikasi fauna tersebut kemudian digunakan untuk analisa keanekaragaman,
keseragaman dan tingkat dominansi spesies fauna yang ada di kawasan pesisir pantai Sanur.
7. Metode Analisa Data
Metode analisa data yang akan dilakukan pada penelitian ini meliputi beberapa
tahapan analisa antara lain: Kepadatan jenis, Indeks keanekaragaman jenis, dan Indeks
keseragaman jenis.
Kepadatan Jenis
Kepadatan adalah jumlah individu yang ada di dalam suatu ruang ekosistem yang
dapat dinyatakan dengan pembagian antara jumlah individu yang berhasil dikoleksi dengan
ukuran luas petak yang digunakan sebagai sampel wilayah. Adapun rumus dari kepadatan
jenis adalah:
Dimana:
Di : Kepadatan jenis ke-i
ni : Jumlah individu jenis ke-i
A : Luas petak pengambilan sampel
Keanekaragaman Jenis (Krebs, 1978)
Indeks keanekaragaman jenis (H’) menggambarkan keanekaragaman, produktivitas,
tekanan pada ekosistem, dan kestabilan ekosistem pantai yang akan diteliti. Adapun rumus
keanekaragaman jenis (Poole, 1974) adalah:
19
∑( )
( )
Dimana:
H’ : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
S : Jumlah spesies
Pi : Proporsi jumlah individu jenis ke-i dengan jumlah individu total sampel
Tolak ukur dari indeks keanekaragaman dapat dilihat pada Tabel 3.
Nilai Total Ukur Keterangan
H' < 1,0 Keanekaragaman rendah, miskin, produktivitas
sangat rendah sebagai indikasi adanya tekanan
yang berat dan ekosistem tidak stabil
1,0 < H' < 3,322 Keanekaragaman sedang, produktivitas cukup,
kondisi ekosistem cukup seimbang, tekanan
ekologis sedang.
H' > 3,322 Keanekaragaman tinggi, stabilitas ekosistem
mantap, produktivitas tinggi, tahan terhadap
tekanan ekologis.
Tabel 3. Nilai tolak ukur indeks keanekaragaman fauna
Indeks Keseragaman (Krebs, 1978)
Dimana:
J’ : Indeks keseragaman (Evenness index)
H’ : Indeks keanekaragaman Shannon-Wiener
S : Jumlah spesies
Indeks Dominansi (Simpson, 1949 dalam Odum, 1971; Southwood dan Anderson, 2000)
∑(
)
∑
Dimana:
C : Indeks dominansi (Index of dominance)
ni : Nilai dari setiap spesies (jumlah jenis individu ke-i)
N : Nilai total dari seluruh spesies (jumlah individu total yang telah ditemukan)
Pi : Perbandingan jumlah individu jenis ke-i dengan jumlah individu total yang telah
ditemukan.
20
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
4.1.1 Perbandingan Indeks Keragaman, Keseragaman dan Dominansi Antar Stasiun
pada Masing-masing Titik Pengamatan
a. Karakteristik Pantai Berbatu di Wilayah Pantai Sanur
Berdasarkan hasil identifikasi fauna di titik pengamatan pertama pada wilayah Pantai
berbatu didapatkan 5 filum, yaitu Mollusca, Echinodermata, Arthropoda, Chordata, dan
Annelida. Hasil identifikasi pada filum mollusca diketahui sebanyak 5 genus, yaitu Cypraea
(Cypraea moneta), Morula (Morula margariticul), Pseudostomatella (Psudostomanella
papyracea), Nassarius (Nassarius coronatus), dan Nerita (Nerita sp). Pada Filum
Echinodermata diketahui sebanyak 3 genus, yaitu Ophiocoma (Ophiocoma echinata),
Echinometra (Echinometra sp), dan Holothuria (Holothuria scabra). Sedangkan pada Filum
Arthropoda, Chordata, dan Annelida diketahui masing-masing sebanyak satu ganus. Pada
filum Arthropoda, genus yang muncul adalah Anomoura (Anomoura sp) dan pada filum
Chordata genus yang muncul adalah Anguilla (Anguila sp). Sedangkan pada filum Annelida
diketahui adanya genus Nereis (Nereis virens). Hasil identifikasi fauna pada titik pengamatan
Pantai berbatu ini dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Identifikasi Fauna pada Titik Pengamatan Pertama (Pantai Berbatu)
Kingdom Phylum Kelas Family Genus Spesies
Animalia Mollusca Gastropoda Cypraeoidae Cypraea Cypraea moneta
Muricidae Morula
Morula
margariticula
Trochidae Pseudostomatella
Psudostomanella
papyracea
Nassariidae Nassarius
Nassarius coronatus
Neritidae Nerita Nerita sp
Echinodermata Ophiuroidea Ophiocomidae Ophiocoma
Ophiocoma
echinata
Echinoidea Echinometridae Echinometra Echinometra sp
Holothuroidea Holothuriidae Holothuria
Holothuria
scabra
Arthropoda Malacostraca Paguroidae Anomoura Anomoura sp
Chordata Actinopterygii Angullidae Anguilla Anguila sp
Annelida Polychaeta Nereidae Nereis Nereis virens
Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian telah berhasil diidentifikasi 12 spesies
yang mendiami wilayah pantai berbatu di titik pertama pengamatan dengan sampling
21
sebanyak 10 stasiun. Adapun beberapa jenis fauna yang telah berhasil diidentifikasi tersebut
antara lain: Cypraea moneta, Morula margariticula, Kepiting, Anomoura sp, Psudostomatella
papyracea, Anguilla sp, Nereis virens, Ophiocoma echinata, Nassarius coronatus,
Echinometra sp, Holothuria scabra, dan Nerita plasmospira. Dari keseluruhan stasiun yang
telah diamati, keseluruhan individu yang ditemukan di titik pengamatan pantai berbatu di
wilayah pantai sanur sebanyak 136 individu dengan rincian Cypraea moneta sebanyak 4
individu, Morula margariticula sebanyak 6 individu, Kepiting sebanyak 11 individu,
Anomoura sp sebanyak 25 individu, Psudostomatella papyracea sebanyak 8 individu,
Anguilla sp sebanyak 2 individu, Nereis virens sebanyak 2 individu, Ophiocoma echinata
sebanyak 4 individu, Nassarius coronatus sebanyak 10 individu, Echinometra sp sebanyak 3
individu, Holothuria scabra sebanyak 2 individu, serta Nerita plasmospira sebanyak 4
individu.
Hasil perhitungan indeks keragaman, keseragaman dan indeks dominansi fauna pada
lokasi pengamatan titik pertama (Pantai berbatu) menunjukkan hasil yang bervariasi. Indeks
keragaman tertinggi didapatkan pada stasiun kedua (10 meter kedua) dengan angka indeks
sebesar 0,698, sedangkan angka indeks keragaman terendah ditunjukkan pada stasiun ke 8 (10
meter ke sembilan) dengan angka indeks sebesar 0,147. Sedangkan pada stasiun ke sepuluh
tidak ditemukan jenis fauna apapun. Pada perhitungan indeks keseragaman fauna di titik
pengamatan ini diketahui bahwa indeks keseragaman fauna bervariasi dengan kisaran angka
indeks 0.212 - 0.407. Indeks keseragaman tertinggi ditunjukkan pada stasiun pengamatan
pertama (J = 0.407), sedangkan indeks keseragaman terendah ditunjukkan pada stasiun
pengamatan ke delapan (J = 0.212). Pada perhitungan tingkat dominansi spesies pada
pengamatan titik pertama ini juga menunjukkan hasil yang bervariatif. Indeks dominansi
fauna pada pengamatan ini berkisar antara 0.077 - 0.296. Indeks dominansi tertinggi
ditunjukkan pada pengamatan di stasiun pertama (C = 0,296), sedangkan indeks dominansi
spesies terendah ditunjukkan pada pengamatan di stasiun ke delapan (C = 0,077). Sedangkan
dari total keseluruhan stasiun dapat diketahui indeks keragaman titik pertama (Pantai Berbatu)
sebesar H = 0,692, dengan indeks keseragaman sebesar J = 0,270 dan indeks dominansi
sebesar C = 0,055. Indeks keragaman, keseragaman, dan dominansi fauna yang teridentifikasi
di lokasi pantai berbatu di wilayah pesisir pantai Sanur secara lebih lengkap dapat diamati
pada Tabel 5, sedangakan perbandingan indeks keragaman, keseragaman, dan dominansi
fauna antar stasiun pengamatan di lokasi pantai berbatu ini secara lengkap dapat diamati pada
Gambar 2.
22
Tabel 5. Tabel Tingkat Keanekaragaman Fauna Antar Stasiun pada Titik pertama (Pantai Berbatu).
No Nama Spesies
Stasiun
Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Cypraea moneta 2 2 0 0 0 0 0 0 0 0 4
2 Morula margariticula 4 2 0 0 0 0 0 0 0 0 6
3 Cardisoma sp 2 2 0 0 0 2 0 3 2 0 11
4 Anomura sp 0 4 5 7 2 0 5 0 0 0 25
5 Psudostomanella papyracea 0 2 2 0 0 4 0 0 0 0 8
6 Anguila sp 0 1 0 0 1 0 0 0 0 0 2
7 Nereis virens 0 0 2 0 0 0 0 0 0 0 2
8 Ophiocoma echinata 0 0 0 2 2 0 0 0 0 0 4
9 Nassarius coronatus 0 0 0 0 2 4 0 0 4 0 10
10 Echinometra sp 0 0 0 0 0 0 3 0 0 0 3
11 Holothuria scabra 0 0 0 0 0 0 2 0 0 0 2
12 Nerita plasmospira 0 0 0 0 0 0 4 0 0 0 4
Jumlah 9 15 12 13 12 16 21 11 15 10 136
Indeks Keragaman 0.447 0.698 0.418 0.270 0.479 0.414 0.504 0.147 0.270 0 0.692
Indeks Keseragaman 0.407 0.390 0.380 0.389 0.346 0.377 0.363 0.212 0.389 0 0.270
Indeks Dominansi 0.296 0.147 0.229 0.314 0.090 0.141 0.122 0.077 0.089 0 0.055
Keterangan : Lokasi pengambilan sampel Titik pengamatan pertama adalah Pantai berbatu yang berlokasi di Pantai Sindhu
23
Gambar 2. Grafik Perbandingan Indeks Keragaman, Keseragaman dan Dominansi Fauna
Antar Stasiun di Pantai Berbatu
b. Karakteristik Pantai Berpasir di Wilayah Pantai Sanur
Berdasarkan hasil identifikasi fauna di titik pengamatan kedua pada wilayah Pantai
berpasir didapatkan 3 filum, yaitu Echinodermata, Arthropoda, dan Mollusca. Hasil
identifikasi pada filum mollusca diketahui sebanyak 5 genus, yaitu Tectus (Tectus
fenestratus), Nassarius (Nassarius sp), Conus (Conus eburneus), Terebra (Terebra alveolata),
dan Matra (Matra violaceae). Sedangkan pada filum lainnya yaitu pada arthropoda ditemukan
satu genus Anomura (Anomura sp), dan pada filum Echinodermata ditemukan satu macam
genus saja yaitu Synapta (Synapta maculata). Hasil identifikasi fauna pada titik pengamatan
Pantai berbatu ini dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Identifikasi Fauna pada Titik Pengamatan Kedua (Pantai Berpasir)
Kingdom Phylum Kelas Family Genus Spesies
Animalia Echinodermata Holothuroidea Synaptidae Synapta Synapta maculata
Arthropoda Malacostraca Paguroidae Anomura Anomoura sp
Mollusca Gastropoda Turbinidae Tectus Tectus fenestratus
Gastropoda Nassaridae Nassarius Nassarius sp
Gastropoda Conidae Conus Conus eburneus
Gastropoda Terebridae Terebra Terebra alveolata
Bibalvia Matricidae Matra Matra violaceae
0,000
0,100
0,200
0,300
0,400
0,500
0,600
0,700
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ind
eks
An
gka
Stasiun Pengamatan
Grafik Perbandingan Indeks Keragaman, Keseragaman dan Dominansi Antar Stasiun
Indeks Keragaman
Indeks Keseragaman
Indeks Dominansi
24
Pengamatan fauna pada lokasi titik kedua (Pantai berpasir) di wilayah pesisir pantai
sanur menunjukkan hasil identifikasi sejumlah 8 jenis fauna dengan jumlah stasiun
pengamatan yang sama dengan titik sampling pertama (10 stasiun). Beberapa jenis fauna yang
berhasil diidentifikasi di lokasi ini antara lain: Synapta maculata, Anomoura sp, Tectus
fenestratus, Nassarius sp, Mactra violacea, Kepiting, Conus eburnius, dan Terebra alveolata.
Berdsarkan pengamatan pada keseluruhan stasiun yang telah diamati, total jumlah individu
yang ditemukan di titik pengamatan pantai berpasir di wilayah pantai sanur sebanyak 150
individu dengan rincian Synapta maculata sebanyak 2 individu, Anomoura sp sebanyak 33
individu, Tectus fenestratus sebanyak 2 individu, Nassarius sp sebanyak 95 individu, Matra
violaceae sebanyak 5 individu, kepiting sebanyak 6 individu, Conus eburneus sebanyak 2
individu, dan Terebra alveolata sebanyak 5 individu.
Hasil perhitungan indeks keragaman, keseragaman dan indeks dominansi fauna pada
lokasi pengamatan titik kedua (Pantai berpasir) menunjukkan hasil yang beragam. Indeks
keragaman berkisar antara 0,103 – 0,672 dengan indeks keragaman tertinggi tercatat pada
stasiun kesembilan (10 meter kesembilan) dengan angka indeks sebesar 0,672, sedangkan
angka indeks keragaman terendah ditunjukkan pada stasiun kedua (10 meter kedua) dengan
angka indeks sebesar 0,103. Pada perhitungan indeks keseragaman fauna di titik pengamatan
ini diketahui bahwa indeks keseragaman fauna bervariasi dengan kisaran angka indeks 0.149 -
0.427. Indeks keseragaman tertinggi ditunjukkan pada stasiun pengamatan pertama (J =
0.427), sedangkan indeks keseragaman terendah ditunjukkan pada stasiun pengamatan kedua
(J = 0.149). Pada perhitungan tingkat dominansi spesies pada pengamatan titik pertama ini
juga menunjukkan hasil yang bervariatif. Indeks dominansi fauna pada pengamatan ini
berkisar antara 0,227 – 0,880. Indeks dominansi tertinggi ditunjukkan pada pengamatan di
stasiun kedua (C = 0,880), sedangkan indeks dominansi spesies terendah ditunjukkan pada
pengamatan di stasiun kesembilan (C = 0,227). Berdasarkan total keseluruhan stasiun dapat
diketahui indeks keragaman titik pengamatan yang kedua (Pantai Berpasir) sebesar H = 0,500,
dengan indeks keseragaman sebesar J = 0,240 dan indeks dominansi sebesar C = 0,454.
Indeks keragaman, keseragaman, dan dominansi fauna yang teridentifikasi di lokasi pantai
berbatu di wilayah pesisir pantai Sanur secara lebih lengkap dapat diamati pada Tabel 7,
sedangakan perbandingan indeks keragaman, keseragaman, dan dominansi fauna antar stasiun
pengamatan di lokasi pantai berbatu ini secara lengkap dapat diamati pada Gambar 3.
25
Tabel 7. Tabel Tingkat Keanekaragaman Fauna Antar Stasiun pada Titik kedua (Pantai Berpasir).
No Nama Spesies
Stasiun
Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Synapta maculata 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
2 Anomura sp 3 3 5 2 2 2 2 7 5 2 33
3 Tectus fenestratus 2 0 0 0 0 0 0 0 0 0 2
4 Nassarius sp 0 44 11 12 6 7 5 2 3 5 95
5 Mactra violacea 0 0 0 0 0 0 0 3 0 2 5
6 Cardisoma sp 0 0 0 0 0 0 0 1 2 3 6
7 Conus eburneus 0 0 0 0 0 0 0 0 2 0 2
8 Terebra alveolata 0 0 0 0 0 0 0 0 3 2 5
Jumlah 7 47 16 14 8 9 7 13 15 14 150
Indeks Keragaman 0.469 0.103 0.270 0.178 0.244 0.230 0.260 0.502 0.672 0.665 0.500
Indeks Keseragaman 0.427 0.149 0.389 0.257 0.352 0.332 0.375 0.362 0.418 0.413 0.240
Indeks Dominansi 0.347 0.880 0.570 0.755 0.625 0.654 0.592 0.373 0.227 0.235 0.454
Keterangan : Lokasi pengambilan sampel Titik pengamatan pertama adalah Pantai berbatu yang berlokasi di Pantai Mertasari
26
Gambar 3. Grafik Perbandingan Indeks Keragaman, Keseragaman dan Dominansi Fauna
Antar Stasiun di Pantai Berpasir
c. Karakteristik Pantai Berlumpur di Wilayah Pantai Sanur
Berdasarkan hasil identifikasi fauna di titik pengamatan ketiga di wilayah pantai
berlumpur dan mangrove telah berhasil didapatkan 2 filum, yaitu Mollusca dan Arthropoda.
Kegiatan identifikasi yang dilakukan pada kedua jenis filum tersebut berhasil
mendeskripsikan keberadaan 5 genus pada filum mollusca, serta 1 genus pada filum
arthropoda. Adapun genus yang tergolong dalam filum mollusca antara lain Terebra,
Chicocereus, Tivela, Saccostrea, dan Anadara. Sedangkan genus yang ditemukan dari filum
Arthropoda adalah Uca. Hasil identifikasi fauna pada titik pengamatan Pantai berbatu ini
dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Identifikasi Fauna pada Titik Pengamatan Kedua (Pantai Berlumpur dan Mangrove)
Kingdom Phylum Kelas Family Genus Spesies
Animal Mollusca Gastropoda Terbridae Terebra Terebra sp
Mollusca Gastropoda Muricidae Chicoreus Chicoreus capucinus
Mollusca Bivalvia Veneridae Tivela Tivela stultorum
Mollusca Bivalvia Ostreidae Saccostrea Saccostrea sp
Mollusca Bivalvia Arcidae Anadara Anadara granosa
Arthropoda Malacostraca Ocypodidae Uca Uca sp
Pengamatan fauna pada lokasi titik ketiga (Pantai berlumpur dan mangrove) di
wilayah pesisir pantai sanur menunjukkan hasil identifikasi sejumlah 6 jenis fauna dengan
jumlah stasiun pengamatan yang sama dengan titik sampling ketiga (10 stasiun). Beberapa
0,000
0,100
0,200
0,300
0,400
0,500
0,600
0,700
0,800
0,900
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ind
eks
An
gka
Stasiun Pengamatan
Grafik Perbandingan Indeks Keragaman, Keseragaman dan Dominansi Antar Stasiun di Pantai Berpasir
Indeks Keragaman
Indeks Keseragaman
Indeks Dominansi
27
jenis fauna yang berhasil diidentifikasi di lokasi ini antara lain: Terebra sp, Chicoreus
capucinus, Tivela stultorum, Saccostrea sp, Anadara granosa, dan Uca sp. Berdasarkan
pengamatan pada keseluruhan stasiun yang telah diamati, total jumlah individu yang
ditemukan di titik pengamatan pantai berlumpur dan mangrove di wilayah pantai sanur
sebanyak 66 individu dengan rincian Terebra sp sebanyak 15 individu, Chicoreus capucinus
sebanyak 14 individu, Tivela stultorum sebanyak 12 individu, Saccostrea sp sebanyak 11
individu, Anadara granosa sebanyak 3 individu, dan Uca sp sebanyak 11 individu.
Hasil perhitungan indeks keragaman, keseragaman dan indeks dominansi fauna pada
lokasi pengamatan titik ketiga (Pantai berlumpur dan mangrove) menunjukkan hasil yang
beragam. Indeks keragaman berkisar antara 0,276 – 0,638 dengan indeks keragaman tertinggi
tercatat pada stasiun keempat (10 meter keempat) dengan angka indeks sebesar 0,638,
sedangkan angka indeks keragaman terendah ditunjukkan pada stasiun kedelapan (10 meter
kedelapan) dengan angka indeks sebesar 0,276. Pada perhitungan indeks keseragaman fauna
di titik pengamatan ini diketahui bahwa indeks keseragaman fauna bervariasi dengan kisaran
angka indeks 0.388 - 0.430. Indeks keseragaman tertinggi ditunjukkan pada stasiun
pengamatan pertama (J = 0.430), sedangkan indeks keseragaman terendah ditunjukkan pada
stasiun pengamatan kelima (J = 0.388). Pada perhitungan tingkat dominansi spesies pada
pengamatan titik ketiga ini juga menunjukkan hasil yang bervariatif. Indeks dominansi fauna
pada pengamatan ini berkisar antara 0,256 – 0,556. Indeks dominansi tertinggi ditunjukkan
pada pengamatan di stasiun kedelapan (C = 0,880), sedangkan indeks dominansi spesies
terendah ditunjukkan pada pengamatan di stasiun pertama (C = 0,256). Berdasarkan total
keseluruhan stasiun dapat diketahui indeks keragaman titik pengamatan yang ketiga (Pantai
Berlumpur dan mangrove) sebesar H = 0,744, dengan indeks keseragaman sebesar J = 0,415
dan indeks dominansi sebesar C = 0,187. Indeks keragaman, keseragaman, dan dominansi
fauna yang teridentifikasi di lokasi pantai berlumpur dan mangrove di wilayah pesisir pantai
Sanur secara lebih lengkap dapat diamati pada Tabel 9, sedangkan perbandingan indeks
keragaman, keseragaman, dan dominansi fauna antar stasiun pengamatan di lokasi pantai
berbatu ini secara lengkap dapat diamati pada Gambar4.
28
Tabel 9. Tabel Tingkat Keanekaragaman Fauna Antar Stasiun pada Titik ketiga (Pantai Berlumpur dan magrove).
No Nama Spesies
Stasiun
Total 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 Terebra sp 2 3 2 2 5 0 0 0 1 0 15
2 Tivela stultorum 3 0 2 3 1 0 0 0 2 1 12
3 Saccostrea sp 0 0 0 4 3 0 2 0 0 2 11
4 Chicoreus capucinus 3 3 1 1 1 0 1 2 1 1 14
5 Uca sp 3 2 0 0 3 1 1 1 0 0 11
6 Anadara granosa 0 0 1 1 0 1 0 0 0 0 3
Jumlah 11 8 6 11 13 2 4 3 4 4 66
Indeks Keragaman 0.596 0.464 0.577 0.638 0.625 0.301 0.452 0.276 0.452 0.452 0.744
Indeks Keseragaman 0.430 0.422 0.417 0.396 0.388 0.434 0.411 0.399 0.411 0.411 0.415
Indeks Dominansi 0.256 0.278 0.278 0.256 0.266 0.500 0.375 0.556 0.375 0.375 0.187
Keterangan : Lokasi pengambilan sampel Titik pengamatan pertama adalah Pantai berlumpur dan mangrove yang berlokasi di Pantai Mertasari
29
Gambar 4. Grafik Perbandingan Indeks Keragaman, Keseragaman dan Dominansi Fauna
Antar Stasiun di Pantai Berlumpur dan Mangrove
4.1.2 Perbandingan Indeks Keragaman, Keseragaman dan Dominansi Antar Titik
Pengamatan
Berdasarakan hasil perhitungan indeks keragaman, keseragaman dan indeks dominansi
fauna pada semua lokasi pengamatan (Pantai Berbatu, Pantai Berpasir, dan Pantai berlumpur
serta mangrove) menunjukkan hasil yang beragam. Indeks keragaman menunjukkan kisaran
antara 0,500 – 0,936. Indeks keragaman tertinggi tercatat pada Titik pengamatan pertama
(Pantai Berbatu) dengan angka indeks sebesar 0,936 yang diikuti dengan Titik Pengamatan
ketiga (Pantai Berlumpur dan mangrove) dengan angka indeks 0,744, serta Titik Pengamatan
kedua (Pantai Berpasir) yang terendah dengan angka indeks sebesar 0,5. Pada perhitungan
indeks keseragaman fauna, Titik pengamatan kedua menunjukkan angka indeks terandah
(0,240) diikuti dengan Titik pengamatan pertama dengan angka indeks 0,377. Indeks
keseragaman tertinggi ditunjukkan pada Titik pengamatan yang kedua dengan angka indeks
0,415. Pada perhitungan tingkat dominansi spesies, diketahui tingkat dominansi bervariatif
dengan kisaran angka indeks 0.155 – 0.454. Indeks dominansi tertinggi ditunjukkan pada
Titik pengamatan yang kedua (0.454), diikuti dengan Titik pengamatan ketiga (0.287) dan
Titik pengamatan pertama (0.155). Indeks keragaman, keseragaman, dan dominansi fauna
yang teridentifikasi di ketiga titik pengamatan secara lebih lengkao dapat diamati pada Tabel
10, sedangkan perbandingan indeks keragaman, keseragaman, dan dominansi fauna antar titik
pengamatan ini secara lengkap dapat diamati pada Gambar 5.
0,000
0,100
0,200
0,300
0,400
0,500
0,600
0,700
0,800
0,900
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Ind
eks
An
gka
Stasiun Pengamatan
Grafik Perbandingan Indeks Keragaman, Keseragaman dan Dominansi Antar Stasiun di Pantai Berlumpur
Indeks Keragaman
Indeks Keseragaman
Indeks Dominansi
30
Tabel 10. Tabel Tingkat Keragaman, keseragaman dan dominansi Fauna Antar Titik
Pengamatan.
No Nama Spesies
Titik Pengamatan
1 2 3
1 Cypraea moneta 4 0 0
2 Morula margariticula 6 0 0
3 Cardisoma sp 11 6 0
4 Anomura sp 25 33 0
5 Psudostomanella papyracea 8 0 0
6 Anguila sp 2 0 0
7 Nereis virens 2 0 0
8 Ophiocoma echinata 4 0 0
9 Nassarius coronatus 10 95 0
10 Echinometra sp 3 0 0
11 Holothuria scabra 2 0 0
12 Nerita plasmospira 4 0 0
13 Synapta maculata 0 2 0
14 Tectus fenestratus 0 2 0
15 Matra violaceae 0 5 0
16 Conus eburnius 0 2 0
17 Terebra sp 0 5 15
18 Tivela stultorum 0 0 12
19 Saccostrea sp 0 0 11
20 Chicoreus capucinus 0 0 14
21 Uca sp 0 0 11
22 Anadara granosa 0 0 3
Jumlah
81 150 66
Indeks Keragaman 0.936 0.500 0.744
Indeks Keseragaman 0.377 0.240 0.415
Indeks Dominansi 0.155 0.454 0.187
Keterangan: :
Titik 1 : Pantai Berbatu di Kawasan Pesisir Pantai Sindhu
Titik 2 : Pantai Berbatu di Kawasan Pesisir Pantai Sindhu
Titik 3 : Pantai Berlumpur dan Mangrove di Pesisir Panatai Mertasari
31
Gambar 5. Grafik Perbandingan Indeks Keragaman, Keseragaman, dan Dominansi Fauna
Antar Titik Pengamatan
4.2 Pembahasan
4.2.1 Identifikasi Fauna Intertidal di Perairan Pantai Sanur
Penelitian tentang perbandingan indeks keragaman, keseragaman dan dominansi antar
stasiun pada masing-masing titik pengamatan telah menunjukkan hasil yang sangat
bervariatif. Hasil identifikasi pada beberapa jenis fauna yang ditemukan pada titik
pengamatan di perairan pantai sanur menunjukkan beberapa jenis fauna dari lima filum antara
lain Mollusca, Arthropoda, Echinodermata, Chordata, dan Polychaeta. Serupa dengan hasil
studi yang dilakukan oleh Wiratmini, Joko Wiryatno, dan Raka Dalem (2008), bahwa
beberapa jenis fauna yang ditemukan di wilayah perairan Pantai Pererenan Badung yang
termasuk dalam wilayah Kabupaten Badung, hasil identifikasi pada penelitian kali ini
menunjukkan trend dan kecenderungan filum yang sama.
Moluska termasuk dalam golongan fauna yang banyak ditemukan pada ekosistem
perairan pantai intertidal dikarenakan memiliki cakupan penyebaran yang cukup luas.
Menurut Cappenberg et al (2006), moluska khususnya dari kelas Gastropoda dan Bivalvia
merupakan kelompok yang dapat menempati berbagai macam habitat dan ekosistem seperti
lamun, karang, mangrove dan substrat pasir/lumpur yang bersifat terbuka. Moluska memiliki
kemampuan beradaptasi yang tinggi di berbagai jenis habitat ekosistem pantai, dapat
mengakumulasi logam berat tanpa mengalami kematian, dan dapat pula berperan sebagai
indikator lingkungan. Berdasarkan hasil pengamatan, kelompok gastropoda banyak
ditemukan di daerah pantai berbatu dan pantai berpasir sedangkan kelompok bivalvia
kebanyakan ditemukan di daerah pantai berlumpur atau area mangrove serta beberapa
diantaranya di pantai berpasir. Hal ini serupa dengan hasil studi yang dilakukan oleh Pelu
0,000
0,100
0,200
0,300
0,400
0,500
0,600
0,700
0,800
0,900
1,000
1 2 3
Ind
eks
An
gka
Titik Pengamatan
Grafik Perbandingan Indeks Keragaman, Keseragaman dan Dominansi Antar Titik Pengamatan
Indeks Keragaman
Indeks Keseragaman
Indeks Dominansi
32
(2001), bahwa moluska dari golongan gastropoda banyak terdapat di daerah intertidal dengan
substrat berbatu dan berkarang, sedangkan golongan bivalvia cenderung mendiami pantai
dengan substrat berlumpur dan beberapa diantaranya di daerah substrat berpasir. Hal itu
dikuatkan pula dengan adanya pernyataan dari Nybakken (1992) bahwa makrofauna yang
terdapat di daerah pantai berlumpur dan berbatu kebanyakan dari golongan moluska bivalvia.
Beberapa jenis moluska di perairan pantai sanur yang masuk dalam golongan gastropoda
antara lain: Cypraea moneta, Morula margariticula, Psudostomanella papyracea , Nassarius
coronatus, Nerita sp, Tectus fenestratus, Nassarius sp, Conus eburneus, serta Terebra
alveolata.
Kelompok moluska dari jenis gastropoda memiliki tingkah laku yang lebih aktif pada
saat spring tide (pasang tinggi dan surut rendah) dibandingkan pada saat neep tide (pasang
rendah dan surut tinggi). Hal ini dikarenakan pada saat neap tide golongan moluska kelas ini
memiliki kecenderungan untuk berlindung dari kekeringan dengan cara bersembunyi di dalam
lumpur atau di bawah perakaran mangrove. Tingkah laku ini adalah pola adaptasi gastropoda
terhadap adanya perubahan suhu (pada saat suhu tinggi) dan kondisi kering (Wells et al,
2003). Kelas bivalvia merupakan golongan kedua dari filum moluska yang terdapat di lokasi
penelitian. Barnes (1974) mengatakan bahwa bentuk kaki pelecypoda atau bivalvia
merupakan pelebaran dari bagian tubuh yang berbentuk pipih lateral seperti kapak kecil,
disebut pelecypoda. Selain itum, kelas ini memiliki dua cangkang yang tipis dan simetris yang
dapat dibuka tutup; dengan umbo yang melengkung ke depan. Romimohtarto dan Juwana
(1999) menyatakan bahwa bivalvia memiliki 3 adaptasi dan cara hidup terhadap dinamika
pasang surut air laut yaitu: (1) membuat lubang pada substrat seperti cacing kapal "Teredo
navalis" (Ship worm); (2) melekat pada substrat dengan segmen seperti pada golongan tiram
(Cassostrea dan Saccostrea sp); (3) melekat pada substrat dengan benang bysus (bissal
threads) seperti pada kerang kijau (Perna viridis). Beberapa jenis bivalvia yang berhasil
ditemukan selama penelitian antara lain: Matra violaceae, Tivela stultorum, Saccostrea sp,
dan Anadara granosa.
Selain dari golongan moluska, terdapat pula fauna yang ditemukan di lokasi
pengamatan yang tergolong dalam filum Echinodermata. Echinodermata di wilayah perairan
pantai memiliki pola zonasi tertentu yang sangat berkaitan erat dengan vegetasi alga yang ada.
Sebagian jenis dari Ophiuroidea merupakan konsumen partikel organic dan organisme kecil,
sedangkan Echinoidea adalah pemakan alga dan partikel organic (Dartnall, 1980). Sedangkan
menurut Jati (1996), dari hasil penelitian tentang biozonasi Echinodermata di Pantai Drini
Gunung Kidul Jogjakata diketahui bahwa keberadaan Echinodermata selalu dijumpai pada
zona yang ditumbuhi oleh campuran berbagai jenis alga terutama dari kelas Chlorophyceae
33
dan Rhodophyceae, dan tidak dijumpai pada zona wilayah Sargassum. Sedangkan menurut
Hardini (1999), di wilayah perairan pantai sanur golongan algae yang mendominasi adalah
algae dari golongan Chlorophyceae. Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi penelitian
diketahui bahwa terdapat tiga kelas yang ditemukan mendiami wilayah perairan pantai sanur.
Ketiga kelas yang berhasil ditemukan antara lain: Ophiuroidea, Echinoidea, dan
Holothuroidea. Adapun spesies dari Echinodermata yang ditemukan antara lain Ophiocoma
echinata, Echinometra sp, dan Holothuria scabra di titik pengamatan intertidal bersubstrat
batu, dan Synapta maculata di titik pengamatan intertidal bersubstrat pasir.
Ophiuroidea diketahui berada di perairan intertidal dengan substrat berbatu dan
sifatnya mengumpul di satu stasiun pengamatan (pada stasiun keempat dan kelima),
sedangkan spesies dari kelas Echinoidea dan Holothuroidea ditemukan di lokasi intertidal
berpasir dan soliter. Hal ini serupa dengan hasil studi yang dilakukan oleh Jati (1996) bahwa
penyebaran individu Ophiuroidea dan Echinoidea menunjukkan perbedaan, dimana
Ophiuroidea menggerombol dan menempati area tertentu yang kadang-kadang cukup luas.
Sedangkan Echinoidea dijumpai hidup individual atau soliter dan menempati rongga diantara
karang.
Ophiuroidea memiliki morfologi tubuh seperti cakram kecil dengan lima lengan
panjang. Di bagian lateralnya terdapat duri, sedangkan di bagian dorsal serta ventral tidak
terdapat duri. Pada lengannya terdapat kaki ambukral kecil yang disebut dengan teritakel yang
terletak secara ventro lateral dengan alat hisap atau ampullae yang dilengkapi dengan alat
sensoris untuk membantu pernafasan yang memungkinkan makanan dapat masuk ke dalam
mulut (Brotowidjoyo, 1993). Beberapa anggota dari kelompok Ophiuroidea memperlihatkan
adaptasi khusus seperti hidup berasosiasi dengan koloni karang hidup. Tangan-tangan dari
ophiuroidea ini akan membelit percabangan koloni gorgonian dengan sangat kuat untuk
menghadapi hempasan gelombang (Azis, 1996)..
Berbeda dengan Ophiuroidea, Echinoidea dijumpai hidup individual atau soliter dan
menempati rongga diantara karang Jati (1996) . Hewan-hewan yang masuk klas Enchinoidea
berbentuk bundar, tidak berlengan, tetapi memiliki duri-duri yang dapat digerakkan. Beberapa
jenis Echinoidea diketahui memiliki kelenjar racun. Diantara duri-durinya terdapat
pedicellaria yang berfungsi untuk membersihkan tubuh dan untk menangkap makanan kecil
(Brotowijoyo, 1993). Serupa dengan Ophiuroidea, Echinoidea memiliki cara adaptasi dengan
cara membenamkan diri ke dalam pasir sebagai upaya untuk menghindari kondisi kekeringan
dan sengatan matahari. Selain itu, Echinoidea memiliki cara untuk melindungi diri dari
hempasan ombak, serangan predator, dan sengatan terik matahari dengan melapisi dirinya
dengan potongan daun algae dan lamun atau dengan serpihan kulit kerang (Azis, 1996).
34
Kelompok ketiga dari filum echinodermata yang ditemukan di lokasi penelitian adalah
Holothuroidea. Holothuroidea yang ditemukan di lokasi penelitian ditemukan di areal
intertidal dengan substrat berbatu serta substrat berpasir. Kelompok ini memiliki morfologi
tubuh bulat memanjang dengan garis oral ke aboral sebagai sumbu, tubuh terlipat oleh kulit
yang mengandung ossicula yang mikroskopis. Di bagian anterior mulut terdapat 10 -13
tentakel yang dapat di julurkan dan ditarik kembali. Holothuroidea meletakkan diri dengan
bagian dorsal di sebelah atas. Kaki ambulakral dapat berkontraksi dan berfungsi sebagai alat
respirasi. Daerah ventral terdapat tiga daerah kaki ambulakral yang memiliki alat hisap, yang
berfungsi untuk bergerak dan tiga baris ada posisi dorsal dipakai untuk bernafas
(Brotowijoyo, 1993). Fauna dari golongan kelas Holothuroidea memiliki cara adaptasi khusus
untuk menghadapi kondisi di lingkungan intertidal yaitu dengan cara membenamkan diri ke
dalam pasir sebagai upaya untuk menghindari kondisi kekeringan dan sengatan matahari
(Azis, 1996).
Golongan fauna lainnya yang berhasil ditemukan di lokasi penelitian adalah dari filum
arthropoda. Hasil identifikasi pada filum arthropoda di lokasi penelitian menunjukkan bahwa
fauna yang diamati hanya berasal dari kelas Malacostraca. Uca sp merupakan jenis kepiting
yang banyak hidup di daerah intertidal dan pantai bersubstrat lumpur. Kepiting merupakan
jenis makrobentos yang hidup berasosiasi dengan mangrove. Hewan ini merupakan golongan
crustacean yang memiliki peran penting di daerah mangrove yang ditunjukkan dengan
kelimpahan yang cukup tinggi dibandingkan dengan daerah karang atau pantai berpasir
(Berry, 1972 dalam Jones, 1984). Kepiting yang hidup di ekosistem pantai berlumpur dan
mangrove menunjukkan adanya zonasi penyebaran baik secara vertical maupun horizontal
(Saenger et al.,1977). Berdasarkan pengamatan pada lokasi penelitian diketahui bahwa
kepiting Uca ini memiliki kecenderungan untuk mendekati daerah tergenang lebih panjang
(pada stasiun 6, 7, 8, dan 9). Hal ini dimungkinkan karena sebagian besar kepiting tidak
toleran terhadap efek desikasi atau pengeringan. Kepiting cenderung memilih daerah yang
tergenang karena organisme ini bernafas dengan menggunakan insang. Hal ini serupa dengan
pernyatan dari Nateewathana dan Tantichodok (1984) bahwa kepiting lebih memilih hidup di
tempat yang memiliki waktu penggenangan pasang surut yang lebih lama untuk menghindari
terjadinya efek pengeringan. Spesies lain dari filum Arthropoda yang berhasil diamati di
lokasi penelitian adalah Anomura sp yang termasuk dalam golongan decapoda. Decapoda
yang diwakili oleh berbagai jenis udang (Macrura), kepiting (Brachyura) dan kumang
(Anomura) pada umumnya adalah binatang pemakan segala (omnivora) dengan
kecenderungan ke arah pemakan daging (karnivora) (Barnard, 1971).
35
4.2.2 Klasifikasi Zonasi Organisme Intertidal di Perairan Pantai Sanur
Penelitian tentang perbandingan indeks keragaman, keseragaman dan dominansi antar
stasiun pada masing-masing titik pengamatan telah menunjukkan hasil yang sangat
bervariatif. Stasiun pengamatan yang digunakan mewakili skala zona intertidal yang ada,
sedangkan titik pengamatan yang berbeda menunjukkan tipe substrat dari pantai yang diamati
pada penelitian kali ini. Zona intertidal yang merupakan salah satu zona sebagai kawasan
peralihan dari daratan ke lautan memiliki variasi kondisi lingkungan yang sangat dinamis.
Sebagai wilayah peralihan antara ekosistem laut dan ekosistem daratan (terrestrial), maka
intertidal merupakan wilayah yang sangat menekan baik bagi organisme terrestrial maupun
organisme laut. Hanya organisme yang memiliki kemampuan adaptasi terhadap tekanan
akibat perubahan fisik dan kimia lingkungan intertidal yang dapat menghuni wilayah ini
(Sumich, 1999; Nybakken, 1992; Dahuri, dkk, 1992). Menurut Hedgepeth (1957), ekosistem
pesisir dan laut merupakan suatu system perairan yang sangat besar dan kompleks dimana
pembagian wilayahnya dapat dibagi secara vertical maupun horizontal. Zona intertidal
merupakan salah satu zona yang dapat dideskripsikan sebagai salah satu pembagian zona
pesisir dan laut secara vertikal. Zona intertidal pada perairan pantai Sanur di daerah Tenggara
Propinsi Bali ini memiliki ekosistem yang sangat beragam meliputi perairan pantai dengan
substrat berpasir, berbatu maupun berlumpur. Susbtrat dari zona ini yang kemudian banyak
digunakan sebagai pembagian zonasi intertidal. Selain itu, tingkat ketinggian genangan air
laut pada saat pasang surut di zona intertidal mengklasifikasikan suatu system zonasi
tersendiri secara vertikal.
Secara umum penelitian ini dilakukan di lokasi perairan pantai sanur dengan 3 jenis
substrat yang berbeda, antara lain pantai bersubstrat batu, pantai bersubstrat pasir, dan pantai
berlumpur serta mangrove. Data hasil pengamatan fauna secara kuantitatif telah dilaksanakan
dengan menggunakan metode transek kuadrat dari titik pasang tertinggi di pantai, kemudian
ditarik garis lurus kea rah tubir (reef margin). Di setiap jarak 10 meter diletakkan frame
(kerangka pipa) dengan ukuran 1 x 1 meter, dan kemudian semua fauna yang teramati di
dalam frame tersebut diidentifikasi sesuai dengan hasil yang telah didapat pada bahasan
sebelumnya. Berdasarkan penarikan garis lurus dari pasang tertinggi sampai dengan tubir
maka didapat jarak sejauh 100 meter dengan 10 stasiun pengamatan. Dengan metode inilah
system zonasi intertidal berdasarkan pasang surut dapat diamati.
Zona intertidal di perairan pantai berbatu sanur terdiri menjadi 3 macam, yaitu: stasiun
1-4 yang dalam kondisi selalu kering, stasiun 5-6 yang mengalami kekeringan dalam waktu
yang cukup singkat, serta stasiun 7-10 dengan masa kering yang sangat singkat (hampir selalu
basah). Hal ini memiliki kemiripan dengan system klasifikasi zonasi intertidal yang
36
dinyatakan oleh Stephenson dan Stephenson (1949) dalam Porter and Wescott (2010), dimana
zona intertidal terbagi menjadi 3 zona yaitu: zona tepi litoral yang dicapai pada saat pasagn
purnama, zona midlitoral yang paling luas dengan capaian pasang yang cukup banyak, serta
zona tepi infra litoral yang memiliki fase kering yang sangat singkat. Pada zona intertidal
berbatu, jumlah fauna terbanyak terdapat di zona 2 dengan waktu mengalami masa kering
yang agak pendek. Kondisi pantai yang berbatu ini menyebabkan topografi pantai berbeda
dengan jenis pantai lainnya, dengan membentuk lembah dan bukit-bukit kecil akibat
permukaan batu yang tidak teratur. Akibatnya pada daerah dengan topografi rendah
(cekungan) meskipun air sudah surut tetapi masih tergenang air laut. Sedangkan pada daerah
dengan topografi tinggi bisa jadi tidak tergenangi air laut ketika sedang surut. Kondisi ini
menyebabkan perbedaan jumlah dan jenis fauna yang mendiami daerah tersebut (Nybakken,
1992).
Selain zona pantai berbatu, di daerah pantai dengan substrat berpasir di sanur juga
menunjukkan klasifikasi zona antara lain: daerah dengan rata-rata air tinggi pada saat pasang
purnama, daerah dengan fluktuasi yang tinggi, serta daerah dengan rata-rata air rendah pada
pasagn surut purnama. Hal ini serupa dengan klasifikasi zonasi pantai berpasir yang
dijelaskan oleh Dahl, 1952 and Salvat, 1964 in Raffaelli and Hawkins, 1996 bahwa zona
intertidal pantai berpasir terbagi menjadi 3 zona, yaitu Mean High Water of Spring Tides
(MHWS) rata-rata air tinggi pada pasang purnama dimana zona ini berada pada bagian paling
atas. Pada daerah ini berbatasan langsung dengan daerah yang kering dan sering terekspose;
Mean Tide Level (MLS) rata-rata level pasang surut dimana Zona ini merupakan daerah yang
paling banyak mengalami fluktusi pasang surut; Mean Water Low of Spring Tides (MLWS)
rata-rata air rendah pada pasang surut purnama dimana pada daerah ini fliktuasi pasang surut
sangat sedikit yang berpengaruh karena daerah ini tidak terkena fluktuasi tersebut.
Berdasarkah hasil penelitian diketahui bahwa jumlah individu fauna terbanyak berada di zona
pertama (Mean High Water of Spring Tides.
Zonasi ketiga adalah pada pantai dengan substrat lumpur (pantai berlumpur dan
mangrove). Di pantai perairan sanur terdapat pula kawasan dengan substrat lumpur yaitu
berlokasi di pantai mertasari. Zonasi di pantai berlumpur di Pantai Mertasari menunjukkan
partikel substrat yang sangat halus, dan di beberapa titik terdapat lubang-lubang tempat hidup
organisme tertentu. Menurut Nybakken (1992), Pantai berlumpur merupakan pantai yang
memiliki substrat yang sangat halus dengan diameter kurang dari 0.002 mm. Sedangkan
menurut Guarinil (1997) intertidal berlumpur adalah sedimen butiran halus yang tidak stabil
dan terus bergerak di sekitar dan tidak ada tempat bagi organisme untuk melakukan
penangkapan serta mempunyai banyak liang. Menurut Blanchard (1996), Intertidal atau
37
Pantai berlumpur biasanya ditemukan daerah di teluk sebagian tertutup, laguna, pelabuhan,
dan terutama di muara sungai. Hal ini serupa dengan keadaan di lokasi penelitian dimana
lokasi penelitian terletak di muara Tukad Loloan dan membentuk sebuah teluk kecil yang
tidak terlalu terbuka. Berdasarkan hasil pengamatan diketahui bahwa terdapat dua zona di
daerah intertidal berlumpur, yaitu zona atas yang dihuni oleh golongan kepiting dan zona
bawah yang dihuni oleh golongan tiram.
4.23 Keanekaragaman, Keseragaman, dan Dominasi Spesies di Pantai Perairan Sanur
Hasil penelitian tentang kajian karakteristik fauna di pantai perairan sanur
menunjukkan bahwa pantai dengan substrat batu (pantai berbatu) memiliki tingkat keragaman
yang paling tinggi dibandingkan dengan jenis pantai lainnya (berpasir dan berlumpur). Hal ini
sesuai dengan yang dinyatakan oleh Nybakken (1992), bahwa dari semua pantai intertidal,
pantai berbatu yang tersusun dari bahan yang keras merupakan daerah yang paling padat
makroorganismenya dan mempunyai keragaman terbesar baik untuk spesies hewan maupun
tumbuhan. Tingginya tingkat keragaman fauna di pantai berbatu ini dimungkinkan karena
tingginya kadar oksigen di pantai berbatu melalui interkasi air dan atmosfer. Menurut
Nybakken (1992), Akibat seringnya hempasan gelombang dan pasang surut maka daerah
intertidal sangat kaya akan oksigen. Pengadukan yang sering terjadi menyebabkan interaksi
antar atmosfir dan perairan sangat tinggi sehingga difusi gas dari permukaan keperairan juga
tinggi. Hal ini diperkuat dengan pernyataan Weber dan Thurman (1991) bahwa pantai berbatu
di zona intertidal merupakan salah satu lingkungan yang subur dan kaya akan oksigen. Selain
oksigen daerah ini juga mendapatkan sinar matahari yang cukup, sehingga sangat cocok untuk
beberapa jenis organisme untuk berkembang biak. Menurut Bertness (2006), Lebih dari 1000
spesies invertebrata dan alga dapat ditemukan di daerah intertidal pantai berbatu. Secara
natural, pantai berbatu menyediakan makanan tidak hanya untuk manusia tetapi juga penting
bagi populasi organisme termasuk spesies lain dan migrasi burung.
Tingginya tingkat keragaman fauna di pantai berbatu tidak diikuti dengan tingginya
tingkat keragaman pantai berpasir dan pantai berlumpur di pantai perairan sanur. Pantai
berpasir merupakan pantai yang tandus dengan ukuran partikel yang kecil dan sifatnya
dinamis. Menurut Nybakken (1992) zonasi yang terbentuk pada pantai berpasir sangat
dipengaruhi oleh faktor fisik perairan. Hal ini nampak dari hempasan gelombang dimana jika
kecil maka ukuran partikelnya juga kecil, tetapi sebaliknya jika hempasan gelombang besar
maka partikelnya juga akan besar. Pada pantai berpasir hempasan gelombangnya kecil
menyebabkan butiran partikelnya kecil. Rendahnya tingkat keragaman keragaman fauna di
pantai berpasir dimungkinkan karena pantai berpasir tidak menyediakan substrat yang tetap
bagi organsime karena pengaruh gelombang air laut. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ardi
38
(2002), bahwa Substrat berpasir umumnya miskin akan organisme, tidak dihuni oleh
kehidupan makroskopik, selain itu kebanyakan bentos pada pantai berpasir mengubur diri
dalam substrat (termasuk nematoda interstitial). Produksi primer pantai berpasir rendah,
meskipun kadang-kadang dijumpai populasi diatom yang hidup di pasir intertidal. Hampir
seluruh materi organik diimpor baik dalam bentuk materi organik terlarut (DOM) atau
partikel (POM). Pantai berpasir tidak menyediakan substrat yang tetap bagi organisme karena
aksi gelombang secara terus menerus menggerakkan partikel substrat. Nematoda interstitial
sebagai meiofauna (berukuran 0,1 – 1 mm) merupakan kelompok organisme yang dapat hidup
secara ideal di antara butiran pasir dalam ruang interaksi. Selain itu, menurut Olafsson,
(1991), pada zona intertidal dan pantai berpasir, suhu sangat bervariasi dan berfluktuatif
sehingga dapat mempengaruhi distribusi dan komposisi fauna.
Rendahnya tingkat keragaman fauna juga dapat diamati pada pantai dengan substrat
berlumpur. Pantai berlumpur termasuk pantai dengan ukuran partikel substrat yang sangat
halus. Menurut Nybakken (1992), Pantai berlumpur merupakan pantai yang memiliki substrat
yang sangat halus dengan diameter kurang dari 0.002 mm. Rendahnya tingkat keragaman
fauna di pantai berlumpur dapat dimungkinkan karena tidak stabilnya substratnya. Menurut
Guarinil (1997), intertidal berlumpur adalah sedimen butiran halus yang tidak stabil dan terus
bergerak di sekitar dan Tidak ada tempat bagi organisme untuk melakukan penangkapan serta
mempunyai banyak liang.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap tingkat keragaman spesies di ketiga pantai di
pantai perairan sanur semuanya menunjukkan tingkat kestabilan eksosistem yang rendah,
miskin, serta produktivitas sangat rendah sebagai indikasi adanya tekanan yang berat dan
ekosistem tidak stabil. Tidak stabilnya ekosistem pantai perairan sanur ini dimungkinkan
karena degradasi lingkungan perairan dan kejenuhan ekosistem di ekosistem tersebut.
Kawasan pantai sanur diketahui telah berkembang menjadi kawasan pariwisata dengan hasil
buangan limbah organic yang cukup tinggi. Kemungkinan penyebab turunnya kondisi
lingkungan di pantai perairan sanur adalah kurang sempurnanya system intalasi pembuangan
air limbah dari hotel-hotel yang ada di sekitar lokasi tersebut. Berdasarkan hasil temuan dan
analisa Badan Lingkungan Hidup diketahui bahwa ada beberapa hotel lama yang kecil
membuang limbah ke lokasi tersebut, walaupun tidak semua hotel diketahui melakukan
pembuangan. Hotel lama dari pengusaha lokal, saat ini kendala memasang ipal karena
investasi sangat mahal. Hotel tipe ini sulit melakukan pengolahan limbah karena mahal sistem
ipal. Sedangkan hotel mewah, mulai dari hotel berbintang tiga hingga lima telah komitmen
menjalankan regulasi pengolahan limbah. Hotel besar berbintang telah mengelola limbah
39
dengan baik karena tuntutan pasar. Hotel baru sudah memiliki ipal sesuai dengan standar
(Hayati, 2012).
40
V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan dan analisa hasil penelitian tentang Studi Karakteristik Jenis
dan Keragaman Fauna Pantai Berpasir, Berbatu dan Berlumpur di Kawasan Pesisir Pantai
Sanur, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Karakteristik fauna pantai berbatu di pesisir pantai sanur Bali didominasi oleh organisme
jenis moluska dan echinodermata. Selain kedua jenis fauna tersebut, terdapat pula jenis
arthropoda, chordate dan annelida dalam jumlah kecil.
2. Karakteristik fauna pantai berpasir di pesisir pantai sanur Bali didominasi oleh organisme
jenis moluska. Selain jenis tersebut, terdapat pula jenis echinodermata dan arthropoda
dalam jumlah yang kecil.
3. Karakteristik fauna pantai berlumpur dan mangrove di pesisir pantai sanur Bali
didominasi oleh organisme jenis moluska. Selain jenis tersebut, terdapat pula golongan
arthropoda dengan jumlah kecil.
4. Tingkat keragaman tertinggi di ekosistem pesisir pantai sanur ditunjukkan pada
ekosistem pantai berbatu, yang diikuti dengan ekosistem pantai berlumpur dan berpasir.
5. Dari ketiga jenis ekosistem tersebut, ketiganya menunjukkan tingkat kestabilan
eksosistem yang rendah, miskin, serta produktivitas sangat rendah sebagai indikasi
adanya tekanan yang berat dan ekosistem tidak stabil.
5.2 Saran
Mengacu dari hasil penelitian tentang Studi Karakteristik Jenis dan Keragaman Fauna
Pantai Berpasir, Berbatu dan Berlumpur di Kawasan Pesisir Pantai Sanur, maka sebaiknya
dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memetakan kondisi lingkungan dan sebaran spasial
organisme di lokasi tersebut untuk mengetahui basic data model pengelolaan kawasan pesisir
pantai sanur secara terintegrasi.
41
DAFTAR PUSTAKA
Azis, A., 1996. Habitat dan Zonasi Fauna Ekhinodermata di Ekosistem Terumbu Karang.
Oseana Volume XXI (2): 33-43
Barnard, J.L., 1971. Key to the Hawaiian marine Gammariidae, 0-30 metre. Smithsonian
contribution to zoology, Toronto. 58:1-135
Barnes, R.D., 1974. Invertebrata Zoologi. 3rd
Edition. W.B. Saunder Comp. Philadelphia: 870
pp
Bengen, D.G., 2001.Ekosistem dan sumberdaya alam pesisir dan laut. Pusat kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan IPB, Bogor
Bengen, D.G., 2002.Pengenalan dan pengelolaan ekosistem mangrove.Pusat kajian
Sumberdaya Pesisir & Lautan IPB, Bogor.
Bertness, M.D., C.M. Crain, B.R. Silliman, M.C. Azterrica, M.V. R eyna, F. Hildago, and
J.K. Farina., 2006. The Community Structure of Western Atlantic Patagonian Rocky
Shores. Ecological Monographs Vol 76 (3): 439-460.
Blanchard, G.F., 1996. Quantifying the short-term temperature effect on light-saturated
photosynthesis of intertidal microphytobenthos. Mar Ecol Prog Ser 134:309-313
Brotowidjoyo, D.M., 1993. Zoologi Dasar. Erlangga, Jakarta.
Cappenberg, H.A.W., A. Azis, dan I, Aswandy., 2006. Komunitas Moluska di Perairan Teluk
Gilimanuk, Bali Barat. Oseanologi dan Limnologi (40): 53-64.
Dahl, E., 1952. Some aspects of the ecology and zonation of the fauna of sandy beaches.
Oikos (4):1–27.
Dahuri, R., J. Rais.,S.P. Ginting., dan Cahyani., 1992. Pengelolaan Sumer Daya Wilayah
Pesisisr dan Lautan Secara terpadu. Cetakan Kedua. Pradnya Paramita. Jakarta
Dartnall, A., 1980. Tasmanian Echinoderms. Fauna of Tasmanian Committee. University of
Tasmania, Australia.
Guarini, J.M., 1996. Osynthetic Characteristics of Microphytobenthos in Marennes-Oleron
Bay. France: preliminary results. J Exp Mar Biol Ecol 182:1-14
Hardini, Y., 1999. Inventrasisasi Alga yang Bermanfaat di Perairan Pantai Sanur Bali. Jurnal
Biologi. Vol 3 (1): 20-30
Hayati, C., 2012. Kajian Kebijakan Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Hidup terhadap Permasalahan Pencemaran Akibat Kegiatan Pariwisata di Propinsi
Bali. 2012
Hedgepeth, J., 1957. Classification of marine environments and concepts of marine ecology.
In: Hedgepeth, J.E. (Ed.), The treatise on marine ecology and paeoecology. Vol. 1,
Ecology. Memoir No. 67 of the Geological society of America, New York
42
Jati, A.W.N., 1996. Biozonasi Echinodermata di Pantai Drini, Gunung Kidul, Jogjakarta.
Biota Vol 1(2): 13-21
Jones D. S and Hagen, H.O.V., 1989. The Fiddler Crabs (Ocypodidae: Uca) of Darwin,
Northern Territory Australia. The Beagie Records. Perth Australia. pp: 55-68
Krebs, C.J., 1978a. Ecological Methodology. New York: Harper and RowPublisher.
Krebs, C.J., 1978b. Ecology: The Experimental Analysis of Distribution andAbudance. New
York: Harper and Row Publishers
McLachlan, A and A. Brown., 2006.The Ecology of Sandy Shore.Academic Press. USA. 373
Hal.
Nateewathana, A and Tantichodok, P., 1984. Species Composition, Density and Biomass of
Macrofauna of a Mangrove Forest at KoYao Yai, Southern Thailand. Asian
Symposium on Mangrove Environment Research & Management. University of
Malaya and Unesco. Kuala Lumpur. 258- 270 pp
Nybakken, J.W., 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. Penerbit PT. Gramedia
Pustaka Utama. Jakarta: 458 hal
Odum, E.P., 1971. Fundamentals of Ecology. Philadelphia: W.B. SaundersCompany
Ólafsson E., 1991. Intertidal meiofauna of four sandy beaches in Iceland. Ophelia 33: 55-65
Pelu, U., 2001. Komposisi Jenis Fauna Moluska di Perairan Pantai Teluk Saleh Sumbawa
(Nusa Tenggara Barat). Prosiding Seminar Laut Nasional III ISOI. Badan Litbang
Lingkungan Laut. Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. Jakarta. Hal 215-224
Porter, C and G. Wescott., 2010. Rocky Shores of Marine National Parks and Sanctuaries on
the Surf Coast: Values, Uses and Impacts prior to protection. Parks Victoria
Technical Series No. 22. Parks Victoria, Melbourne.
Praseno, D.P dan Sugestinignsih., 2000.Retaid di Periairan Indonesia. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Oseanografi. LIPI Jakarta, 82 hal.
Romimohtarto, K. dan S. Juwana., 1999. Biologi Laut. Ilmu tentang pengetahuan biota laut.
Puslitbang Oceanografi-LIPI. Jakarta: 527 hal
Saenger, P., Hegerl, E.J,. and. David, J.D.S., 1983. Status of Mangrove Ecosystems. IUCN.
Commission on Ecology Number 3. 132 pp
Salim, A., 2007.Penelitian Deskriptif Interpretatif. Direktorat Profesi Pendidik Direktorat
Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Departemen
Pendidikan Nasional.
Salvat, B., 1964. Les conditions hydrodynamiques interstitielles des sediments meubles
intertidaux et la repartition verticale de la fauna endogee. C. R. Acad. Sci. Paris
259:1576–1579
43
Soares, A., 2003. Sandy beach morphodynamics and macrobenthic communities in temperate,
subtropical and tropical regions: A macroecological approach. Ph.D. thesis,
University of PortElizabeth, South Africa.
Southwood, T.R.E. and P.A. Anderson., 2000. Ecological Methods. London:Blackwell
Science
Sumich, J. L., 1999. An Introduction to The Biology of Marine Life. 7th edition. McGraw-Hill.
New York. pp: 73 – 90; 239 – 248; 321 - 329
Weber, H.H., H.V. Thurman., 1991. Marine Biology. Harper Collins Publisher, Inc. 542 p
Wells, F.E., D.I. Walker and D.S. Jones., 2003. The Marine Flora and Fauna of Dampier,
Western Australia. Proceedings of the 12th
International Marine Biological
Workshop. Volume 1: 193-207
Wiratmini, NI., J. Wiryatno., dan A.A.G.R Dalem., 2008. Makrozoobenthos Pantai
Pererenan (Kabupaten Badung): Jenis, Status dan Manfaatnya bagi Masyarakat.
Jurnal Bumi Lestari Vol. 8 (2): 176-179
44
LAMPIRAN
45
Lampiran 1. Gambar Lokasi Penelitian
46
Lampiran 2. Gambar Pengambilan Sampel Penelitian
47
Lampiran 3. Personalia Penelitian
1. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap dan Gelar :Ima Yudha Perwira, S.Pi., MP
b. Pangkat/Golongan/NIP : III/b/198306092010121006
c. Jabatan Fungsional/Struktural : -
d. Program Studi/Fakultas : MSP / FKP
e. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
f. Bidang Keahlian :Perikanan
g. Jangka Waktu Penelitian : 6 bulan
2. Anggota Peneliti 1
a. Nama Lengkap dan Gelar :Devi Ulinuha, S.Pi., MP
b. Pangkat/Golongan/NIP : III/b/198412042010122004
c. Jabatan Fungsional/Struktural : -
d. Program Studi/Fakultas : MSP / FKP
e. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
f. Bidang Keahlian :Perikanan
g. Jangka Waktu Penelitian : 6 bulan
3. Anggota Peneliti 2 :
a. Nama Lengkap dan Gelar : Frederick Geriet O T
b. Pangkat/Golongan/NIP : -
c. Jabatan : Mahasiswa
d. Program Studi/Fakultas : Ilmu Kelautan / FKP
e. Perguruan Tinggi : Universitas Udayana
f. Bidang Keahlian : Ilmu Kelautan
g. Jangka Waktu Penelitian : 6 bulan
48
Lampiran 4. Curiculum Vittae Personalia Penelitian
CURRICULUM VITAE
1. NAMA : Ima Yudha Perwira
2. TEMPAT/TANGGAL LAHIR : Yogyakarta, June 9th1983
3. JENIS KELAMIN : Laki-laki
4. KEWARGANEGARAAN : Indonesia
5. ALAMAT : Perum Puri Gading, Jl Palm Sari 1 Jimbaran, Bali
6. E-MAIL : [email protected]
7. TELP : 085649882842
8. RIWAYAT PENDIDIKAN :
- 2006: Sarjana’s degree (Undergraduate) in Fisheries Aquaculture, Faculty of Fisheries
and Marine Science. Brawijaya University. Skripsi: Pengaruh Pemberian Hormon
Tiroksin terhadap Tingkat Kelulushidupan Larva Ikan Kerapu Macan (Epinephelus
fuscoguttatus).
- 2009: Master's degree in Fisheries Aquacultuer, Graduate Program, Brawijaya
University. Thesis: Effect of Medicinal Plant Extract on Cryopreservation of African
Catfish (Clarias gariepninus) Sperm.
9. TRAINING, SEMINAR, WORKSHOP:
- Peserta Seminar Nasional Basic Science di Universitas Brawijaya Malang, Tahun
2007
- Peserta Seminar Apec Marine Environment Training and Education Centre
(AMETEC) di Thailand, Tahun 2009
- Pelatihan Pengembangan Kawasan Konservasi Perairan, Conservation International
dan Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Bali, 2011.
- Seminar Pemetaan Sebaran Hama dan Penyakit Ikan (HPI) di Balai Karantina Ikan
Kelas I Propinsi Bali, 2012.
10. LIST OF PUBLICATION:
- Chili and Citrus Toxicity Study as Suplement on African Catfish (Clarias geriepinus)
Sperm. Jurnal Ilmu Perikanan Tropis. Vol. 15 (1) Oktober 2011: 41-47
- Medicinal Plant Extract Supplemented to Cryopreservation of African Catfish Sperm,
BUU Grad Research Conference Thailand, 2009
Bukit Jimbaran, 5 Desember 2012
Ima Yudha Perwira
NIP.198306092012121006
49
CURRICULUM VITAE
1. NAMA : Devi Ulinuha
2. TEMPAT/TANGGAL LAHIR : Blitar, December 4th1984
3. JENIS KELAMIN : Perempuan
4. KEWARGANEGARAAN : Indonesia
5. ALAMAT : Perum Puri Gading, Jl Palm Sari 1 Jimbaran, Bali
6. E-MAIL : [email protected]
7. TELP : 085755906030
8. Riwayat Pendidikan :
- 2006: Sarjana’s degree (Undergraduate) in Fisheries Aquaculture, Faculty of Fisheries
and Marine Science. Brawijaya University.Bachelor Thesis: Studi Perbandingan
Konstruksi Alat Tangkap Drift Gill Net di Perairan Prigi, Kab. Trenggalek dan
Perairan Jenu, Kab. Tuban
- 2009: Master's degree in Fisheries Aquaculture, Graduate Program, Brawijaya
University.Thesis: Immunomodulation of green mussel, Perna viridis (Bivalvia :
Mytilidae) Haemocytes in Relation to Salinity Stress
9. Training, Seminat dan Workshop:
- Peserta Seminar Nasional Basic Science di Universitas Brawijaya Malang, Tahun
2007
- Peserta Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian di Bidang Perikanan dan Kelautan II
di Universitas Brawijaya, Tahun 2007
- Peserta Seminar Apec Marine Environment Training and Education Centre
(AMETEC) di Thailand, Tahun 2009
- Moderator Seminar International on Marine “Sustainable Marine and Coastal
Resources Management in the Coral Triangle Initiative (CTI) Region”, Denpasar,
2011.
10. Publikasi:
- Effect of Different Salinity to Mortality Rate on green mussel, Perna viridis” di
Burapha University, Thailand, Tahun 2009.
- Toxicity Study of Medicinal Plant Used on Cryopreservation of African
Bukit Jimbaran, 5 Desember 2012
Devi Ulinuha
NIP.198412042010122004
50
CURRICULUM VITAE
1. NAMA : Frederick Geriet Olivier Titaheluw
2. TEMPAT/TANGGAL LAHIR : Kendari, 14 September 1993 3. JENIS KELAMIN : Laki-laki
4. KEWARGANEGARAAN : Indonesia
5. ALAMAT : Rusunawa Universitas Udayana
6. E-MAIL : - 7. TELP : 08573346932
8. Riwayat Pendidikan : - SD Negeri 1 Kendari
- SMPN 2 Lamongan
- SMAN 1 Lamongan
9. Riwayat Organisasi:
- Wakil Ketua Palang Merah Remaja, SMA Negeri 1 Lamongan
- Koordinator Sie 4 (Kewirausahaan) OSIS SMAN 1 Lamongan 2009/2010
Bukit Jimbaran, 5 Desember 2012
Frederick Geriet Olivier Titaheluw