BIMBINGAN KONSELING

Embed Size (px)

DESCRIPTION

bk

Citation preview

BIMBINGAN KONSELINGRESUME BAB III

M.ABDUL AZIZUL HAKIM5202413086FTIBU. AWALIYAROMBEL 07

UNIVERSITAS NEGRI SEMARANG2014

BAB IIIPOLA PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DISEKOLAH

A. Mode-model Bimbingan dan konseling dan pola dasar bimbinganPelayanan Bimbingan dan konseling di lembaga Pendidikan formal diselenggarakan dalam rangka suatu progam bimbingan yaitu suatu rangkaian kegiatan bimbingan yang terencana, terorganisir dan terkoordinasi selama periode waktu tertentu. Suatu progam bimbingan dan konseling dapat disusun dengan berdasarkan suatu kerangka berfikir dan pola dasar pelaksanaan tertentu.Model-model bimbingan dan konseling dan pola dasar bimbingan bermula dari gerakan bimbingan dan konseling di Amerika yang dikembangkan di sejumlah kerangka pikir yang menjadi pedoman dan pegangan dalam pelayanan disekolah-sekolah. Istilah Model menurut Shertzer dan Stone (1981) yauitu suatu konseptualisasi yang luas, bersifat teoritis namun belm memenuhi semua persyaratan bagi suatu teori ilmiah. Model-model itu dikembangkan oleh orang-orang tertentu untuk menghadapi tantangan yang timbul dalam kehidupan masyarakat dan lingkungan pendidikan sekolah di AS.1. Frank Person yang menciptakan istilah Vocational Guidance yang menekankan ragam jabatan bimbingan dengan menganalisis diri sendiri , analisis terhadap bidang pekerjaan serta memadukan keduanya dengan berfikir rasional dan mengutamakan komponen bimbingan pengumpulan data serta wawancara konseling.2. William M.Proctor, (1925) yang mengenbangkan model bimbingan mengenalkan dua fungsi yaitu fungsi penyaluran dan fungsi penyesuaian menyangkut bantuan yang diberikan kepada siswa dalam memilih progam studi, aktivitas ektra-kulikuler, bentuk rekreasi, jalur persiapan memegang sesuai dengan kemampuan, bakat, minat dan cita-cita siswa.3. Jhon M.Brewer, (1932) yang mengembangkan ragam bimbingan seperti bimbingan belajar, bimbingan rekreasi, bimbingan kesehatan, bimbingan moral dan bimbingan perkembangan. model ini tidak hanya mengenai Bimbingan jabatan saja.4. Donal G. paterson, (1938) dalam konseling yang dikenal metode klinis menekankan perlunya menggunakan teknik-teknik untuk mengenal konseli dengan menggunakan tes psikologis dan studi diagnostik.5. Wilson Little dan AL. champman, (1955) menekankan perlunya memberikan bantuan kepada semua siswa dalam aspek perkembangan siswa dalam bidang studi akademik dalam mempersiapkan diri memangku suatu jabatan dan dalam mengolah pengalaman batin serta pergaulan sosial. Model ini memanfaatkan bentuk pelayanan individual dan kelompok, mengutamakan sifat bimbingan preventif dan preseveratif dan melayani bimbingan belajar, jabatan dan bimbingan pribadi.Kehas berpandangan sejumlah fakor yang menghambat konseptualisasi dan pertanggungjawaban teoretis dari bimbingan disekolah-sekolah di Amerika yaitu:

1. Organisasi professional dibidang bimbingan lebih banyak memperhatikan layanan konseling dari pada layanan bimbingan pada umumnya.2. Perbedaan konseptual antara mengajar dan membimbing masih kabur.3. Pelayanan bimbingan disekolah lebih dikaitkan dengan bidang administrasi sekolah, sehingga fungsi khas dari bimbingan tinggal samar-samar saja.4. Pemikiran teoritis5. Terdapat anggapan

B. Pola BimbinganMenurut hasil analisis Edward C. Glanz, (1964) d alam sejarah perkembangan pelayanan Bimbingan di institusi pendidikan Muncul pola empat dasar yang diberi nama :1. Pola Generalis, bahwa corak pendidikan dalam suatu institusi pendidikan berpengaruh terhadap kuantitas usaha belajar siswa, dan seluruh staf pendidik dapat menyumbang pada perkembangan kepribadian masing-masing siswa. Ujung pelayanan bimbingan dilihat sebanagai progam yang kontinyu dan bersambungan yang ditujukan kepada semua siswa. Pada akhirnya bimbingan hanya dianggap perlu saat-saat tertentu saja.2. Pola spesialis, bahwa pelayanan bimbingan di institusi pendidikan harus ditangani oleh ahli-ahli bimbingan yang masing-masing berkemampuan khusus dalam cara pelayanan bimbingan tertentu seperti testing psikologis, bimbingan karir, dan bimbingan konseling.3. Pola Kulikuler, bahwa kegiatan Bimbingan di institusi pendidikan diusulkan dimasukan dalam kurikulum pengajaran dalam bentuk pengajaran khusus dalam rangka suatu kursus bimbingan. Segi positif dari pola dasar ini ialah hubungan langsung terlibat dalam seluk beluk pengajaran, segi negatifnya terletak dalam kenyataan bahwa kemajuan dalam pemahaman diri dan perkembangan kepribadian tidak dapat diukur melalui suatu tes hasil belahjar seperti terjadi di bidang-bidang studi akademik.4. Pola Relasi-relasi Manusia dan kesehatan mental , Bahwa orang akan lebih hidup bahagia bila dapat menjaga kesehatan mentalnya dan membina hubungan baik dengan orang lain. Segi positif pola dasar ini ialah peningkatan kerja sama antara anggota-anggota staf pendidik di institusi pendidikan dan integrasi sosial diantara peserta didik dengan staf pendidik

C. Pendekatan atau Strategi DasarRobert H. Mathewson (1962), membedakan tujuh pendekatan atau strategi dasar yang masing-masing pendekatan merupakan kontinum yang bipolar. Ketuju strategi dasar itu adalah sebagai berikut :1. Edukatir versus Direktif, yaitu satu sisi pelayanan bimbingan dipandang sebagai pengalaman belajar bagi siswa yang membantu mereka untuk menentukan sendiri pilihan-pilihannya. Disisi yang lain pelayanan bimbingan ditafsirkan sebagai penentuan diagnosis oleh seorang ahli disertai rekomendasi-rekomendasi kepada siswa dan para guru serta orang tua.2. Kumulatif versus Pelayanan, yaitu satu sisi atau satu pelayanan bimbingan dilihat sebagai sebagai progam yang kontinyu dan bersambung-sambung. Disisi lain hanya diangggap perlu pada saat tertentu.3. Evaluasi diri versus oleh orang Lain, yaitu satu sisi satu pelayanan bimbingan dirancang untuk membantu siswa menemukan diri dan evaluasi diri atas prakasa sendiri. Disisi yang lain banyak memberikan tanggapan , pandangan, pendapat dan sarankarena si wa dianggap membutuhkan halitu.4. Kebutuhan individu versus kebutuhan lingkungan yaitu di sisi satu pelayanan bimbingan menekan supaya kebutuhan masing-masing siswa dipenuhi. Diujung yang lain difokuskan kepada kebutuhan lingkungan masyarakat atau lingkungan sekolah sendiri.5. Penilaian subyektif versus penilaian obyektif yaitu disisi satu pelayanan bimbingan diarahkan ke penghayatan dan penafsiran siswasendiri terhadap dirinya sendiri serta lingkungan hidupnya, disisi yang lain menitikberatkan pengumpulan data siswadarisumbar diluar siswa itu sendiri.6. Komprehensif versus berfokus pada satu aspek atau satu bidang saja, yaitu si satu sisi pelayanan bimbing diprogamkan sedemikian rupa sehingga semua tantangan di berbagai bidang kehidypan siswa terakup didalamnya. Disisi lain dipusatkan pada aspek-aspek pengembangan atau bidang permasalahan tertentu.7. Kordinatf versus spesialistik yaitu di satu sisi ditangani oleh sejumlah tenaga melakukan kerja sama secara koordinatif dalam memberikan bantuan dan berkedudukan sama dna harus harus bekerja sama erat dalam mendeskripsikan ciri-ciri suatuprogam bimbingan yang dilaksanakan pada intitusi pendidikan, disisi yang lain ditangani secara spesifik berdasrkan keahlian.