94

BIMGI-vol-2-no-2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

FESTEWTEW

Citation preview

i BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 BOARD OF TRUSTEE dr. Endang L. Achadi, MPH. Dr PH (Universitas Indonesia) Fillah Fithra Dieny, S.Gz., M.Si (Universitas Diponegoro) BOARD OF DIRECTION Lini Anisfatul, S.Gz (Universitas Indonesia) PIMPINAN UMUMRudianto Universitas Hasanuddin SEKRETARIS Cahyuning Isnani Institut Pertanian Bogor BENDAHARA Wardatul Ashifia Universitas Brawijaya PIMPINAN REDAKSI Fadilla Anjani Universitas Indonesia TIM REDAKSI Ayu Prieska Priscila Universitas Indonesia Azwar Burhan Universitas Hasanuddin Shabira Utami Institut Pertanian Bogor Elok Sekarini Stikes Surabaya Dimas Pradipta P Universitas Respati Yogya Zumrah Hatma Universitas Hasanuddin Santi Jaelani Universitas Indonesia TIM HUMAS Mief Qurani S Universitas Brawijaya Hoiriyah Stikes SurabayaAlexandra Tatgyana Universitas Indonesia Damelya Patricia Universitas Hasanuddin Fortunella Stikes Surabaya Adinda Rizki Pemb. Veteran Mardhiati Universitas Hasanuddin Sarinah Institut Pertanian Bogor TIM LAYOUT Karina Muthia Shanti Universitas Brawijaya Anneke Wulansari Universitas Brawijaya SUSUNAN PENGURUS ii BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 Susunan Pengurus............................................................................................................................. ......i Daftar Isi............................................................................................................................. .........................ii Petunjuk Penulisan .........................................................................................................................iii Sambutan Pimpinan Redaksi..............................................................................................................ix Research EDUKASI DUA SISI UNTUK MEWUJUDKAN JAJANAN SEHAT BAGI ANAK SEKOLAH DASAR Fhadilla Amelia .................................................................................................................................................................................................................................1 FORMULATION COMPLIMENTARY FEEDING BABY BISCUITS WITH COMPOSITE SUBSTITUTION ARROWROOT STARCH, SOYBEAN FLOUR, AND ORANGE-FLESHED SWEET POTATO FLOUR Nur Ilaika Zulfa, Ninik Rustanti .................................................................................................................................................................................................................................8 THE FACTOR RELATED TO SNACKS PREFERENCE IN ELEMENTARY SCHOOL CHILDRENBondika Ariandani Aprillia, Fillah Fithra Dieny .................................................................................................................................................................................................................................26 FAKTOR-FAKTOR YANG TERKAIT DENGAN POLA ASUHPEMBERIAN MP-ASI UNTUK BAYI USIA 6-11 BULAN DI LINGKUNGAN PADAT PENDUDUK KELURAHAN CIPINANG MELAYU JAKARTA TIMUR Eldina Christiani, Paramitha Wirdani N. Marlina .................................................................................................................................................................................................................................44 STRATEGI PENERAPAN COUNSELING PREVENTIONDAN RAPID DIAGNOSISNEGLECTEDSOIL-TRANSMITTED HELMINTH DISEASEPADA KLINIK KESEHATAN IBU DAN ANAK SEBAGAI UPAYA KONTROL DAN PENCEGAHAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DAN ANEMIA IBU HAMIL Naili Nur Saadah Nuhriawangsa,Yoga Mulia Pratama, dan Ega Caesaria Pratama Putra .................................................................................................................................................................................................................................57 Literature StudyUPAYA DIVERSIFIKASI PANGAN MELALUI STUDI PERSIAPAN BERAS TIRUAN DARI UMBI GADUNG SEBAGAI PANGAN FUNGSIONAL : KAJIAN PUSTAKADwi Yuwono Kristanto, Arif Sabta Aji, Rois Alfarisi, Rizal Yahya .................................................................................................................................................................................................................................65 PERAN PUSKESMAS DALAM PENANGANAN MASALAH GIZI GANDA DI INDONESIA Yayuk Estuningsih .................................................................................................................................................................................................................................72 DAFTAR ISI ISSN : 2302-6448 iii BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 Pedoman Penulisan Artikel Berkala Ilmiah Mahasiswa Gizi Indonesia (BIMGI) Indonesian Nutrition Student Journal BerkalaIlmiahMahasiswaGiziIndonesia(BIMGI)adalahpublikasitiapenambulananyang menggunakan sistem seleksi peer-review dan redaktur. Naskah diterima oleh redaksi, mendapat seleksi validitas oleh peer-reviewer, serta seleksi dan pengeditan oleh redaktur. BIMGI menerima artikelpenelitianasliyangberhubungandengankelompokbidangilmugizidasar,ilmugizi terapan,gizimasyarakat,giziklinis,pendidikangizi,biokimiagizi,ilmupangan,sanitasidan ketahanan pangan, nutrigenomik, serta artikel tinjauan pustaka, laporan kasus, artikel penyegar ilmu gizi dan kesehatan, advertorial, petunjuk praktis, serta editorial. Tulisan merupakan tulisan asli (bukan plagiat) dan sesuai dengan kompetensi mahasiswa ilmu gizi. Kriteria Artikel1.Penelitian asli: hasil penelitian asli dalam ilmu gizi, ilmu pangan, kesehatan masyarakat, dan ilmu gizi dasar. Format terdiri dari judul penelitian, nama dan lembaga pengarang, abstrak, dan teks (pendahuluan, metode, hasil, pembahasan/diskusi, kesimpulan, dan saran).2.Tinjauan pustaka: tulisan artikel review/sebuah tinjauan terhadap suatu fenomena atau ilmu dalam dunia gizi, ditulis dengan memerhatikan aspek aktual dan bermanfaat bagi pembaca.3.Laporan kasus: artikel tentang kasus yang menarik dan bermanfaat bagi pembaca. Artikel ini ditulis sesuai pemeriksaan, analisis, dan penatalaksanaan sesuai kompetensi ilmu gizi. Format terdiri dari pendahuluan, laporan, pembahasan, dan kesimpulan.4.Artikel penyegar ilmu gizi: artikel yang bersifat bebas ilmiah, mengangkat topik-topik yang sangat menarik dalam dunia pangan, gizi, dan atau kesehatan, memberikan human interest karena sifat keilmiahannya, serta ditulis secara baik. Artikel bersifat tinjauan serta mengingatkan pada hal-hal dasar atau gizi yang perlu diketahui oleh pembaca.5.Editorial: artikel yang membahas berbagai hal dalam dunia pangan, gizi dan kesehatan, mulai dari ilmu dasar gizi, berbagai metode terbaru, organisasi, penelitian, penulisan di bidang pangan dan gizi, lapangan kerja sampai karir dalam dunia pangan dan gizi. Artikel ditulis sesuai kompetensi mahasiswa ilmu gizi.6.Petunjuk praktis: artikel berisi panduan analisis atau tatalaksana yang ditulis secara tajam, bersifat langsung (to the point) dan penting diketahui oleh pembaca (mahasiswa ilmu gizi).PETUNJUK PENULISAN iv BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 7.Advertorial: artikel singkat mengenai ilmu pangan dan gizi, kesehatan dan atau kombinasi terbaru, beserta penelitian, dan kesimpulannya. Penulisan berdasarkan metode studi pustaka. Petunjuk Bagi Penulis1.BIMGI hanya akan memuat tulisan asli yang belum pernah diterbitkan pada jurnal lain.2.Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia atau bahasa Inggris yang baik dan benar, jelas, lugas, serta ringkas. Naskah diketik di atas kertas A4 dengan dua (2) spasi, kecuali untuk abstrak satu (1) spasi. Ketikan tidak dibenarkan dibuat timbal balik. Ketikan diberi nomor halaman mulai dari halaman judul. Batas atas, bawah, kiri dan kanan setiap halaman adalah 2.5 cm. Naskah terdiri dari maksimal 15 halaman.3.Naskah harus diketik dengan komputer dan harus memakai program Microsoft Word. Naskah dikirim melalui email ke alamat [email protected] dengan menyertakan identitas penulis beserta alamat dan nomor telepon yang bisa dihubungi.4.Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Penelitian asli harus mengikuti sistematika sebagai berikut:1.Judul karangan (Title)2.Nama dan Lembaga Pengarang (Authors and Institution)3.Abstrak (Abstract)4.Naskah (Text), yang terdiri atas:-Pendahuluan (Introduction)-Metode (Methods)-Hasil (Results)-Pembahasan (Discussion)-Kesimpulan-Saran5.Daftar Rujukan (Reference)5.Untuk keseragaman penulisan, khusus naskah Tinjauan pustaka harus mengikuti sistematika sebagai berikut:1. Judul2. Nama penulis dan lembaga pengarang3. Abstrak4. Naskah (Text), yang terdiri atas:- Pendahuluan (termasuk masalah yang akan dibahas)- Pembahasan- Kesimpulanv BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 - Saran5. Daftar Rujukan (Reference)6.Judul ditulis dengan huruf besar, dan bila perlu dapat dilengkapi dengan anak judul. Naskah yang telah disajikan dalam pertemuan ilmiah nasional dibuat keterangan berupa catatan kaki.7.Nama penulis yang dicantumkan paling banyak enam orang, dan bila lebih cukup diikuti dengan kata-kata: dkk atau et al. Nama penulis harus disertai dengan asal fakultas penulis. Alamat korespondensi ditulis lengkap dengan nomor telepon dan email.8.Abstrak harus dibuat dalam bahasa Inggris serta bahasa Indonesia. Panjang abstrak tidak melebihi 200 kata dan diletakkan setelah judul makalah dan nama penulis.9.Kata kunci (key words) yang menyertai abstrak ditulis dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Kata kunci diletakkan di bawah judul setelah abstrak. Tidak lebih dari 5 kata, dan sebaiknya bukan merupakan pengulangan kata-kata dalam judul.10.Kata asing yang belum diubah ke dalam bahasa Indonesia ditulis dengan huruf miring (italic).11.Tabel12.Gambar13.Metode statistik14.Ucapan terima kasih15.Daftar rujukan disusun menurut sistem Vancouver, diberi nomor sesuai dengan pemunculan dalam keseluruhan teks, bukan menurut abjad. Contoh cara penulisan dapat dilihat 1. Artikel dalam jurnali.Artikel standarVega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996 Jun 1;124(11):980-3.atauVega Kj, Pina I, Krevsky B. Heart transplantation is associated with an increased risk for pancreatobiliary disease. Ann Intern Med 1996;124:980-3. Penulis lebih dari enam orangParkin Dm, Clayton D, Black RJ, Masuyer E, Freidl HP, Ivanov E, et al. Childhood leukaemia in Europe after Chernobyl: 5 year follow-up. Br j Cancer 1996;73:1006-12. ii.Suatu organisasi sebagai penulisvi BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 The Cardiac Society of Australia and New Zealand. Clinical exercise stress testing. Safety and performance guidelines. Med J Aust 1996;164:282-4. iii. Tanpa nama penulisCancer in South Africa [editorial]. S Afr Med J 1994;84:15. iv. Artikel tidak dalam bahasa InggrisRyder TE, Haukeland EA, Solhaug JH. Bilateral infrapatellar seneruptur hos tidligere frisk kvinne. Tidsskr Nor Laegeforen 1996;116:41-2. v.Volum dengan suplemenShen HM, Zhang QF. Risk assessment of nickel carcinogenicity and occupational lung cancer. Environ Health Perspect 1994;102 Suppl 1:275-82. vi. Edisi dengan suplemenPayne DK, Sullivan MD, Massie MJ. Women`s psychological reactions to breast cancer. Semin Oncol 1996;23(1 Suppl 2):89-97. vii.Volum dengan bagianOzben T, Nacitarhan S, Tuncer N. Plasma and urine sialic acid in non-insulindependent diabetes mellitus. Ann Clin Biochem 1995;32(Pt 3):303-6. viii. Edisi dengan bagianPoole GH, Mills SM. One hundred consecutive cases of flap laceration of the leg in ageing patients. N Z Med J 1990;107(986 Pt 1):377-8. ix.Edisi tanpa volumTuran I, Wredmark T, Fellander-Tsai L. Arthroscopic ankle arthrodesis in rheumatoid arthritis. Clin Orthop 1995;(320):110-4. x.Tanpa edisi atau volumBrowell DA, Lennard TW. Immunologic status of cancer patient and the effects of blood transfusion on antitumor responses. Curr Opin Gen Surg 1993;325-33. xi. Nomor halaman dalam angka Romawivii BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 Fischer GA, Sikic BI. Drug resistance in clinical oncology and hematology. Introduction. Hematol Oncol Clin North Am 1995 Apr;9(2):xi-xii. 2. Buku dan monograf laini.Penulis perseoranganRingsven MK, Bond D. Gerontology and leadership skills for nurses. 2nd ed. Albany (NY): Delmar Publishers; 1996. ii. Editor, sebagai penulisNorman IJ, Redfern SJ, editors. Mental health care for elderly people. New York: Churchill Livingstone; 1996. iii. Organisasi dengan penulisInstitute of Medicine (US). Looking at the future of the Medicaid program. Washington: The Institute; 1992. iv. Bab dalam bukuPhilips SJ, Whisnant JP. Hypertension and stroke. In: Laragh JH, Brenner BM, editors. Hypertension: patophysiology, diagnosis, and management. 2nd ed. New York: raven Press; 1995.p.465-78. v. Prosiding konferensiKimura J, Shibasaki H, editors. Recent advances in clinical neurophysiology. Proceedings of the 10th International Congress of EMG and Clinical Neurophysiology; 1995 Oct 15-19; Kyoto, Japan. Amsterdam: Elsevier; 1996. vi. Makalah dalam konferensiBengstssonS,SolheimBG.Enforcementofdataprotection,privacyandsecurityin medical information. In: Lun KC, Degoulet P, Piemme TE, Rienhoff O, editors. MEDINFO 92.Proceedingsofthe7thWorldCongressonMedicalInformatics;1992Sep6-10; Geneva, Switzerland. Amsterdam: North-Hollan; 1992.p.1561-5. vii. Laporan ilmiah atau laporan teknis1.Diterbitkan oleh badan penyandang dana/sponsor :Smith P, Golladay K. Payment for durable medical equipment billed during skilled nursing facility stays. Final report. Dallas (TX): Dept. of Health and Human viii BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 Services (US), Office of Evaluation and Inspection; 1994 Oct. Report No.: HHSIGOEI69200860.2.Diterbitkan oleh unit pelaksana :Field MJ, Tranquada RE, Feasley JC, editors. Helath services research: work force and education issues. Washington: National Academy Press; 1995. Contract no.: AHCPR282942008. Sponsored by the Agency for Health Care Policy and research. viii. DisertasiKaplan SJ. Post-hospital home health care: the elderly/access and utilization [dissertation]. St. Louis (MO): Washington univ.; 1995. ix. Artikel dalam KoranLee G. Hospitalizations tied to ozone pollution: study estimates 50,000 admissions annually. The Washington Post 1996 Jun 21;Sect A:3 (col. 5). x.Materi audiovisualHIV + AIDS: the facts and the future [videocassette]. St. Louis (MO): Mosby-Year book; 1995. 3. Materi elektroniki.Artikel journal dalam format elektronikMorse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis [serial online] 1995 Jan-Mar [cited 1996 Jun 5]:1(1):[24 screens]. Available from: URL: HYPERLINK http://www.cdc.gov/ncidod/EID/eid.htm ii. Monograf dalam format elektronikCDI, clinical dermatology illustrated [monograph on CD-ROM]. Reeves JRT, Maibach H. CMEA Multimedia Group, producers. 2nd ed. Version 2.0. San Diego: CMEA; 1995. iii. Arsip computerHemodynamics III: the ups and downs of hemodynamics [computer program]. Version 2.2. Orlando (FL): Computerized Educational Systems; 1993. ix BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 Salam sehat luar biasa untuk seluruh mahasiswa gizi Indonesia Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT di bulan Ramadhan kali ini BIMGI bisakembalihadirmenyajikanjurnalelektronikyangmerupakankumpulanartikel ilmiah dari mahasiswa gizi Indonesia. Salawat serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan umat manusia hinggaakhir zaman.BIMGI(BerkalaIlmiahMahasiswaGiziIndonesia)merupakanjurnalelektronik mahasiswa gizi yang pertama dan satu-satunya di Indonesia. sejak pertama kali digagas, BIMGI sudah eksis diberbagai universitas anggota ILMAGI. Sepertiedisisebelumnya,BIMGI(BerkalaIlmiahMahasiswaGiziIndonesia) volume2nomor2kaliiniberisitujuhartikelpenelitiandariberbagaimahasiswagizi Indonesia.Ketujuhartikeltersebutmerupakanhasilseleksiyangdilakukanolehtim redaksi BIMGI.Kamimenyadaribahwasalah-satufaktorutamayangmendorongkesuksesan dalam menerbitkan jurnal ilmiah adalah kualitas dari artikel-artikel yang dimuat. Untuk itu,kamiberusahauntukmenyajikanartikel-artikelyangberkualitasyangmampu menjawabisuisuterkinidanpermasalahanyangadadimasyarakat.Untukitukami berharapbahwaedisiBIMGIkaliini,mampumemberikaninformasi-informasiilmiah terkait kesehatan dan gizi. Kesuksesan BIMGI dalam menyusun jurnal ilmiah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Untuk itu kami ucapkan banyak terima kasih kepadasemua pihak yang membantupenerbitanjurnalelektronikini.Kritikdansaransenantiasakaminantikan demi menciptakan edisi jurnal yang lebih baik lagi. Pimpinan Umum Rudianto SAMBUTAN PIMPINAN REDAKSI 1 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 Research ABSTRAK Jajananmenjadisalahsatusumbergizibagianaksekolahdasar.Pedagangjajanananaksekolah menjualberbagaimakanandanminumanmenarikdenganhargayangmurah.Haltersebutmenjadi daya tarik yang membuat sebagian besar anak sekolah memilih untuk jajan. Pedagang jajanan memiliki pendidikandanketerampilanyangrendahsehinggacenderungmengabaikanhygienedansanitasi pengolahanmakanan.Pedagangberasaldarikelasekonomirendah,sehinggamerekacenderung menggunakan bahan berbahaya seperti formalindan boraks untuk membuat makanan agarmenarik serta tahan lama. Hal tersebut akan menimbulkan dampak kesehatan jangka pendek maupun jangka panjang. Upaya yang dapat dilakukan adalah edukasi gizi dan kesehatan bagi pedagang jajanan serta anak sekolah. Para pedagang diberikan edukasi mengenai hygiene dan sanitasi pengolahan makanansertamemilihbahanmakananyangbaik.Anaksekolahdipaparkanberbagaimateriyangmampu meningkatkan pengetahuan mereka mengenai jajanan sehat. Upaya tersebut dapat diwadahi melalui Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), materi pelajaran di sekolah, serta pendidikan gizi di rumah. Upaya dari ke dua sisi ini diharapkan memberikan dampak yang signifikan dalam mewujudkan generasi muda yanglebihsehat.Terdapatberbagaitantangandalamprosesedukasi.Namun,tantangantersebut dapatdiminimalisirdengankontrolyangteraturpadapedagang,sertamonitoringdanevaluasiyang berkesinambungan. Katakunci: Edukasi, Pedagang Jajanan, Anak Sekolah ABSTRACT Street food become the one source of nutrition for primary school children. Vendor selling it in interesting variety of food and drinks at a cheap price. Street food trader have low education and skills so that tends to ignore the hygiene and sanitation of food processing. Vendor come from lower economic classes , so they tend to use harmful ingredients such as formaldehyde and borax to make food so appealing and durable. This will cause both short-long term health effects and long term. Efforts to do is nutrition and healtheducationforstreetfoodvendorsaswellasschoolchildren.Thetradersaregiveneducation abouthygieneandsanitationoffoodprocessingandalsochoosinggoodfoods.Schoolchildrenare given the knowledge of various materials that can enhance their knowledge about healthy food. Such efforts can be accommodated through the School Health Unit, the subject, andnutritioneducation at home. The efforts of the two sides is expected to give a significant impact in creating a healthier younger generation.Theresomanychallenge.However,thesechallengescanbeminimizedwithregular controls on vendor, as well as continuous monitoring and evaluation. Keywords: Education, Vendors, Primary School Children EDUKASI DUA SISI UNTUK MEWUJUDKAN JAJANAN SEHAT BAGI ANAK SEKOLAH DASAR Fhadilla Amelia* *Program Studi Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia 2 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 1.PENDAHULUAN Pedagangjajananataukakilima merupakanpedagangyangmenyajikan makanandanminumansiapsajiyang umumnyaberadadisepanjangjalananatau tempat-tempatlainnya 1.Makanandan minumanyangdisajikansangatbervariasi denganhargayangterjangkau.Dinegara berkembangsepertiIndonesia,pedagang jajananmerupakansumbermatapencaharian bagikebanyakanpendudukyangmemiliki pendidikandanketerampilanterbatas. Pedagangjajanantersebutmemenuhiruang publiksepertisekolah,tempatwisata, perkantoran, maupun perumahan.Salahsatupedagangjajananyang perlumendapatperhatianadalahpedagang jajanan anak sekolah. Selain adanya kantin, di sekolahbiasanyajugaterdapatpedagang jajanankalilimayangmenjualberbagai makanandanminumanyangmenarikbagi anak-anak. Jajanan tersebut merupakan salah satusumberasupangizidanenergibagi sebagianbesaranak-anak 2.Uangjajanan yangdiberikanolehorangtuaumumnyaakan dibelikanpadamakanandanminumanyang dijual di lingkungan sekolah. Besarnyaperananjajanansekolah dalammemenuhikebutuhananakperlu mendapatperhatianyangserius.Makanan jajanankakilimamenyumbang36%asupan energi hariananak, 29% protein, dan 52%zat besi sehingga hal ini sangat berpengaruh bagi pertumbuhan anak. Namun, keamanan jajanan darisegimikrobiologismaupunkimiawimasih perlu dipertanyakan 3.PenelitiandiBogormenunjukan adanyaSalmonellaparatyphiApada25-50% sampelminumanyangdijualpedangangkaki lima. Penelitian yang dilakukan di Jakarta Timur menunjukan adanya zat kimia berbahaya pada sejumlahjajanananaksekolahseperti:otak-otak dan bakso yang mengandung borak, tahu goreng dan mi kuning basah yang mengandung formalin,danessirupyangmengandung pewarnarhodaminB.Selaindarisegi keamananpenggunaanbahanmakanan, dampaknegatifjajanankakilimajuga ditimbulkan dari cara penyajian makanan yang tidakhigienis.Halinimencakuppersonal hyigienepedagangdankebersihanalat-alat yangdigunakan.Penelitianpadasalahsatu sekolah dasar di Kecamatan Bangkinang Riau, menunjukan adanya hubunganyang signifikan antara penyajian makanan dan kontaminasiE. Coli pada makanan jajanan 3, 4. Makananjajananyangtidakaman tentunyamenimbulkanberbagaimasalah kesehatanjangkapendekmaupunjangka panjang.Penggunaanbahan-bahankimia berbahayadalammakanansepertiborax, formalin, dan pewarna tekstil akan terakumulasi didalamtubuhdanbersifatkarsinogenyang dapat memicu tumor dan kanker. Selain itu, zat kimiatertentupadamakananmampu mengganggufungsiotakdanmenyebabkan gangguanperilaku pada anak sekolah, seperti konsentrasi belajar menurun dan anak menjadi hiperaktif. Dari sisi hygiene, berbagai penelitian menunjukanadanyakasusfoodbornedisease padaanaksekolahakibatmengkonsumsi makananjajanan.Penelitiandisalahsatu sekolahdasardiBanjarmasinmisalnya, sebesar64,5%respondenpernahmenderita diaresaatmengkonsumsimakananjajanan. Haltersebutdipengaruhiolehfaktor-faktor seperti:tempatjajan,kebiasaancucitangan, jenismakananyangdikonsumsi,kebersihan tempat jajan, dan kebersihan penjual jajanan 3, 5. 3 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 2.PEMBAHASAN BerbagaiUpayadariPemerintahdalam Menciptakan Jajanan SehatPemerintahtelahmelakukanberbagai upayauntukmencegahanaksekolahdasar mengkonsumsimakananyangtidakaman. BadanPengawasanObatdanMakanan (BPOM)danDepartemenKesehatan menyampaikanmaterikomunikasitentang keamananpangan.Selainitu,adaprogram AksiNasionalPanganJajananAnakSekolah (AN PJAS) yang dicanangkan sejak tahun 2011 olehWakilPresidenBoediono.PJASyang memenuhi syarat meningkat dari 56-60% pada tahun2008-2010menjadi65%(2011),76% (2012)dan80,79(2013).Pemerintahjuga melaksanakan koordinasi lintas sektoral berupa Focus Group Discussion (FGD) pangan jajanan anaksekolahpadaFebruari2014.Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi dan memadukan kegiatanANPJAStahun2014yangakan dilaksanakanolehinstansiterkaitpadatingkat pusat maupun daerah6, 7. Pemerintahmelaluiberbagai perundang-undanganberusahamelindungi anaksekolahdaribahayajajananyangtidak aman. Beberapa perundangan seperti Undang-UndangKesehatanNomor36tahun2009, Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang perlindungananak,Undang-UndangNomor8 tahun1999tentangperlindungankonsumen, Undang-UndangNomor7tahun1996,dan PeraturanPemerintahNomor28tahun2004 tentangKeamanan,MutudanGiziPangan, tetapisanksidaripelanggaranperaturanini belum ditetapkan secara tegas 8. Hal ini menjadi kendalabesardalammencapaitujuan terwujudnyajajanansehatyangamanbagi anak sekolah.ProgramEdukasiGizidanKesehatanbagi Pedagang Jajanan Anak Sekolah Edukasigizidankesehatanadalah suatuhalyangpentingbagiparapedagang jajanananaksekolah.Pedagangtersebut umumnyatidakmemilikilatarbelakang pendidikan yang cukup baik, khususnya dalam hal hygiene dan sanitasi pengolahan makanan. Pendidikanyangrendahakanmembuat pengetahuanpedagangterbatas,sehingga merekatidakmampumengenalibahan-bahan berbahayadandampaknyabagikesehatan dalampembuatanjajanan.Hygienedan sanitasiyangburukdilandasiolehrendahnya pengetahuanmerekaterkaitpengolahan makanan yang baik. Hal-hal ini merupakan akar daripermasalahanyangseringdialami pedagang jajanan 9.Salahsatuupayauntuk meningkatkan pengetahuan pedagang jajanan adalah melalui edukasigizidankesehatan.Edukasigizi memberikaninformasikepadaparapedagang terkait bahan-bahan makananyang aman dan berbahaya,prosespengolahanbahan makananyangbaik,sertamemotivasi pedagangmenjualmakananyangbergizi. Edukasikesehatanakanmemaparkan mengenaihygienedansanitasidalam pengolahanmakanan.Hal-halyangdapat diintervensiseperti:mencucitangansebelum dansesudahmengolahmakanan,mencuci peralatanhinggabersihdenganairmengalir, danmenjagakesehatanpedagangitusendiri terkaitPHBS(sepertimemotongkuku, membersihkan rambut, menyikat gigi, dan lain-lain).Programedukasigizidankesehatanini dapat dirangkum menjadi sebuah program yang bernamaEdukasiPedaganguntukGenerasi SehatdanBerprestasi.Programinidapat dilaksanakanolehpemerintahbersama 4 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 masyarakat secara berkala, misalnya sekali per bulan.Programdapatdiisidengankegiatan penyuluhan, demo masak jajanan sehat, lomba PHBSantarpedagang,sertakegiatanyang relevan lainnya.Merubahperilakudankebiasaan pedagangtentutidakbisaterjadisecara singkat. Pelaksanaan program edukasi gizi dan kesehataninimembutuhkanpendampingan dan monitoring secara berkala. Program harus dilaksanakansecaraberkesinambungan, sehinggapedangangdanmasyarakatbenar-benar merasakan dampaknya.ProgramEdukasiGizidanKesehatanbagiAnak Sekolah Edukasigizidankesehatanbagianak sekolahmenjadihalpentinguntukmencegah mereka dari konsumsi jajanan yang tidak aman. Edukasigizidapatmeliputipeningkatan pengetahuananaktentangcaramemilih makanansehatdanbergizi,menerapkan sarapansehatuntukmengurangi ketergantungananakpadajajanan,serta pemahaman pada anak terkait Pola Umum Gizi Seimbang(PUGS).Sedangkanedukasi kesehatandilaksanakanmelaluipenerapan PHBS.Edukasiinidapatdirangkumkedalam sebuahprogramyangbernamaJajandan HidupSehat,TubuhkuSehat.Programini dapat diisi dengan kegiatan penyuluhan PUGS danjajanansehat,lombaPHBSantarsiswa, diarisarapan,sertaberbagaikegiatanrelevan lainnya yang menarik bagi anak-anak.Sebuahpenelitiandilakukan menggunakanmetodeulartanggauntuk meningkatkanpengetahuananaksekolah dasar dalam pemilihan jajanan sehat. Hasilnya, anakyangdiedukasimelaluimetodetersebut mengalamipeningkatanpengetahuandalam memilihjajanansehat.Selainitu,sikapanak dalammemilihjajananjugaberubahkearah yangpositif 10.Contohtersebutmenjadisalah satubuktibahwaedukasigizidankesehatan bagianaksekolahmenjadipoinpentingyang mencegah anak mengkonsumsi makanan tidak aman.UsahaKesehatanSekolah(UKS) tentunyabisadiharapkansebagaisarana dalam memberikan edukasi gizi dan kesehatan bagianaksekolah.UKSsebagaisalahsatu pilarpenunjangkesehatanbagipesertadidik dapatmelaksanakankegiatanyang memperkayapengetahuansiswa,seperti: penyuluhan gizi setiap minggunya, pembuatan majalah dinding (mading) yang berisi informasi gizidankesehatan,lombamembuatjajanan sehat.Kegiatan-kegiatanyangdilaksanakan UKSsebaiknyatidakhanyamemenuhitugas-tugaspokokyangtelahditetapkan,guru besertatimpembinaharusmampuberkreasi menjadikUKSsebagaiwadahyangmemiliki tanggungjawabdalammembentukgenerasi bangsa yang sehat dan cerdas 11. Pelaksanaan dan Masalah di Lapangan Programedukasigizidankesehatan bagipedagangjajananmaupunanaksekolah diharapkanmampumenciptakangenerasi mudayanglebihsehat.Pedagangyangtelah teredukasidanberubahperilakunyadalam menanganijajanankearahyanglebihbaik, tentuakanmengurangirisikodandampak kesehatan yang tidak diinginkan. Anak sekolah yangmemilikiwawasanyanglebihbaik mengenai jajanan sehat, tentu akan berhati-hati dalam memilih apa yang akan mereka beli. Jika haliniterlaksanadenganbaik,makastatus kesehatan masyarakat akan jauh lebih baik. Pelaksaanprograminitentuakan mengalamisejumlahtantangan.Pedagang jajanananaksekolahumumnyaorangyang 5 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 memiliki pendidikan dan keterampilan terbatas .Akansulitbagimerekauntukmenerima perubahansecaraserta-merta.Dibutuhkan edukasidanmonitoringyang berkesinambungan. Selain itu, masalah lainnya adalahpedagangjajananyangberasaldari kelas ekonomi rendah.Akan sulit bagi mereka menggunakanbahan-bahanyangalamidan segarkarenaharganyarelatifmahal.Untuk memperolehkeuntunganyangtinggidengan modalyangrendah,pedagangjajanan cenderungmenggunakanbahanyang berbahaya.Penggunaanformalindanboraks seringdijadikanalternatifbagipedagang jajanankarenadayaawetnyayangbaik, harganya yang murah, dan mudah diperoleh di pasaran 12.Edukasigizidankesehatanbagianak sekolahdapatterintegrasidenganprogram pendidikannya.Gurudikelasbisa menyampaikanmaterigizidankesehatan dalamberbagaibentuk,misalnyadiskusi, dongeng,atausoal-soalujianyangdiberi muatangizidankesehatan.Selainitu,UKS sebagaipilarkesehatandisekolahjuga berperanpentingdalammengedukasipara siswa.Orangtuajugamampumemberikan pengetahuanmengenaijajanandanmakanan sehat.Jadi,intervensipadaanakakan memberikanhasilyanglebihbaikdalam meningkatkanpengetahuannyaterkait makanan yang sehat, bergizi, dan aman. 3.KESIMPULAN Jajananberkontribusibesarterhadap konsumsi anak-anak selama mereka berada di sekolah.Sayangnya,jajananyangdijualtidak aman bagi kesehatan. Pedagang jajanan anak sekolahumumnyamemilikipendidikandan keterampilan yang rendah sehingga cenderung mengabaikan hygiene dan sanitasi pengolahan makanan.Pedagangtersebutumumnya berasaldarikelasekonomirendah,sehingga merekamenggunakanbahanberbahaya sepertiformalindanboraksuntukmembuat makananagarmenariksertatahanlama.Hal tersebutdilakukanpedaganguntuk memperolehkeuntunganyangbesar,namun dengan modal yang kecil. Upayayangdapatdilakukanadalah edukasigizidankesehatanbagipedagang jajanansertaanaksekolah.Parapedagang diberikanedukasimengenaihygienedan sanitasipengolahanmakanansertamemilih bahanmakananyangbaik.Anaksekolah dipaparkanberbagaimateriyangmampu meningkatkanpengetahuanmereka mengenai jajanansehat.Upayatersebutdapatdiwadahi melalui UKS, materi pelajaran di sekolah, serta pendidikan gizi di rumah. Upaya dari ke dua sisi inidiharapkanmemberikandampakyang signifikandalammewujudkangenerasimuda yang lebih sehat.Programedukasiinitentunya terkendalaolehberbagaifaktor.Misalnya, pendidikanparapedagangyangrendahakan menyulitkan mereka dalam memahami hygiene dansanitasipengolahanmakanan.Selainitu, pedagangyangberasaldarikelasekonomi rendahakansulitdiintervensiuntuk menggunakan bahanyang segar dan bermutu baikkarenaharganyarelatiflebihmahal. Perilaku anak-anak dalam memilih jajanan juga membutuhkanupayaekstraakanbisa diintervensi.Namun,tantangan-tantangan tersebutdapatdiminimalisirdengankontrol yang teratur pada pedagang jajanan, misalnya melaluiinspeksimendadakpadasejumlah pedagang.monitoringdanevaluasijuga dibutuhkanuntukmelihatseberapabesar 6 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 perubahanpositifterjadipadapedagang maupun anak sekolah. 4.SARAN Melihatpermasalahanyangterjadi, makadirekomendasikansaran-saransebagai berikut: 1.Edukasi pendidikan gizi dan kesehatan padapedagangjajanananaksekolah sebaiknyadilakukansecara berkesinambung. 2.Pendidikangizidankesehatanpada anakdapatdilakukandengan memaksimalkanfungsiUKS, memasukan materi gizi dan kesehatan dalamprosespembelajaran,serta pendidikan gizi di rumah. 3.Dilakukanpengawasansecara berkesinambunganbagipedagang jajanan anak sekolah, misalnya melalui inspeksimendadakkepadapara pedagang. 4.Dilaksanakanprosesmonitoringdan evaluasisecaraberkalauntukmelihat keberhasilanprogramedukasiterkait pengetahuan gizidan kesehatan pada pedagang jajanan serta anak sekolah. 5.DAFTAR PUSTAKA 1.FoodandAgricultureOrganizationof theUnitedNations.StreetFoods [Internet].[cited2014March12]. Availablefrom: http://www.fao.org/fcit/food-processing/street-foods/en/. 2.BadanPengawasObatdanMakanan. JajananSekolahSehatMembentuk Generasi Cerdas [Internet] 2014 March 4 [cited 2014 March 12]. Available from: http://www.pom.go.id/new/index.php/view/berita/5361/Jajanan-Sekolah-Sehat-Membentuk-Generasi-Cerdas.html. 3.Judarwanto,Widodo.PerilakuMakan AnakSekolah.[Internet].[cited2014 March12].Availablefrom: http://gizi.depkes.go.id/wp-content/uploads/2012/05/perilaku-makan-anak-sekolah.pdf. 4.YepiKurniadi,ZulfanSaam,Dedi Afandi.FaktorKontaminasiBakteriE. colipadaMakananaJajanandi LingkunganKantinSekolahDasar Wilayah Kecamatan Bangkinang.Jurnal KesehatanLingkungan2013:7(1):37-32. 5.AdityaPradiptaH,Djalallalluddin, MeitriaS. N. Hubungan Perilaku Jajan denganKejadianDiarepadaAnak SekolahDasar.BerkalaKedokteran 2013:9 (4)86:82. 6.DepartemenKesehatan.Perluas Cakupan Melalui Gebyar Aksi Nasional PanganJajananAnakSekolah [Internet].[cited2014March12]. Availablefrom: http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=NW.20142170001.7.FocusGroupDiscussion(FGD)Lintas SektorPanganJajananAnakSekolah 2014 [Internet] 2014 Feb 28 [cited 2014 feb12].Availablefrom: http://www.pom.go.id/new/index.php/view/berita/5351/Focus-Group-Discussion--FGD--Lintas-Sektor-Pangan-Jajanan-Anak-Sekolah-2014.html. 8.KementrianKesehatan:Direktorat JenderalBinaGizidanKIA.Hati-Hati JajanSembarangan[Internet].2011 7 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 Feb 14 [cited 2014 March 12]. Available from: http://www.gizikia.depkes.go.id/archives/837.9.INengahSujaya,NiMadeUtami Dwipayanti,NiKetutSutiarti,L.PLila Wulandari,NiKadekTresnaAdhi. PembinaanPedagangMakananKaki Lima untuk Meningkatkan Higiene dan SanitasiPengolahandanPenyediaan MakanandiDesaPenatih,Denpasar Timur. [cited 2014 March 12]. Available from: http://ojs.unud.ac.id/index.php/jum/article/viewFile/1957/1227. 10. LilaOktinaSaputri,Kristiawati,Ilya Krisnana.PeningkatanPengetahuan danSikapdalamMemilihJajanan SehatMenggunakanAlatPermainan EdukatifUlarTangga.[cited2014 March12].Availablefrom: http://journal.unair.ac.id/filerPDF/Artikel%20anak_%202%20jajanan%20sehat.doc.11. KementrianPendidikandan Kebudayaan.PedomanPembinaan dan Pengembangan Usaha Kesehatan Sekolah.[cited2014March12]. Availablefrom: http://www.mebermutu.org/admin/lampiran/pedoman-pembinaan-uks.pdf. 12. Sari,DeviDiyas.Penyalahgunaan FormalinpadaMakanan[Internet]. [cited2014March12].Availablefrom: http://eprints.uny.ac.id/9174/21/10%20LKPD%20Formalin%20PPT.pdf. 8 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 Research ABSTRACT BACKGROUND: Complementary feeding baby biscuits with composite substitution arrowroot starch, soybeans flour, and orange-fleshed sweet potato flour is a public nutrition improvement effort through local food diversity approach.OBJ ECTIVE:Toanalyzetheeffectofsubstitutionofcompositeflourontheorganoleptic,physical properties, nutrient content and digestibility values.METHOD: An experimental study with one factor randomized design that substitution of composite flour is K, P1, P2, and P3. Organoleptic analysis was tested using Friedman and Wilcoxon test, while physical properties, nutrient content and digestibility of protein using One Way ANOVA test. RESULT:Substitutionofcompositeflourhavenosignificanteffectontheorganolepticqualityand increasedlevelsofnutrientscontent,waterabsorption,andthelevelofhardness,whilethe carbohydratecontentdecreased.Calciumlevels,kambadensityandbrewstudyarenotsignificantly differentfromthecontrolbiscuits.Proteindigestibilityvaluesintheformulabiscuitsishighestin treatment P3 (85.07%) and the lowest in P2 (77.98%).CONCLUSION: Consumption 50 g of P3 biscuits able to fulfill 40.63% energy, 31.31% protein, 31.27% vitamin A, calcium 62%, and 18.75% zinc in infants. Keywords: complimentary feeding, physical properties, nutrients content, protein digestibility, arrowroot starch, soybean flour, orange-fleshed sweet potato flour. FORMULATION COMPLIMENTARY FEEDING BABY BISCUITS WITH COMPOSITE SUBSTITUTION ARROWROOT STARCH, SOYBEAN FLOUR, AND ORANGE-FLESHED SWEET POTATO FLOUR Nur Ilaika Zulfa* Ninik Rustanti ** * Student Nutrition Science Program Faculty of Medicine, Diponegoro University** Lecturer Program of Nutritional Sciences Faculty of Medicine Diponegoro University 9 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 1.INTRODUCTIONFulfillmentnutrientsininfantsand toddlers are vital for growth and development. Growthand development thatare not optimal inchildhoodcanleadtochildrenofshort stature(stunting).Nearlyathirdofchildren under five in developing countries experiencing stunting and most of their deficiency are one or more micronutrients. Micronutrients associated withstuntingarevitaminA,calcium,and zinc.1.2

BasedontheresultsofBasicHealth Research (Riskesdas) in 2010 the prevalence ofstuntinginchildrenunderfivenationallyis 35.6%, although down 1.2% compared to 2007 (36.8%)butithasnotreachedthetarget nutritionalimprovementoftheNational Medium-TermDevelopmentPlan(RPJMN) 2015by20%.Theincidenceofstuntingif visited by age group, the prevalence of stunting in infants 6-11 months is 32.1% and increased to 41.5% at age 12-23 months.3

Factors affecting the growth disorders ininfants6-24monthsbasedonresultsofa survey by Indonesian Ministry of Health are the lowqualityofcomplementaryfeedingand parenting discrepancy given that the adequacy ofenergyandsomemicronutrientssuchas vitamin A, calcium, and zinc are not met. Age 6-24 months is prone to malnutrition due to an increasedneedupto24-30%.Therefore,in thisperiodthechildwasintroducedto complementaryfeeding(complimentary feeding).Provisionofcomplementaryfeeding withmicronutrientdensityandfrequencyof administrationshouldbeconsidered appropriatesincechildrenaged6monthsto prevent stunting.4.5

Oneoftheimportantnutrientsinthe complimentary feeding is the role of protein for growthandmaintenanceofbodycells.6 MinistryofHealthhasestablished requirementsoneofwhichisthenutrient content of protein that must be met in the 100g baby biscuits is 8-12g.7Qualityprotein foods are not only determined by the protein content in the food, but also on its ease to be digested andabsorbed(digestibilityandabsorpability) and amino acid composition contained therein. Scoresofaminoacidsonthecomplimentary feedingisquitehigharound70NetProtein Utilization (NPU) or at least 60 NPU.8

Effortstoimprovepublicnutritioncan bedonewithincreasedfoodconsumption throughfooddiversificationapproach.9 Complementaryfeedingbabybiscuitsare usuallymadefromwheatflourorriceflour. Substitutionofwheatflourcompositeaimsto increase the content ofnutrientsandimprove thephysicalpropertiesofmaterials.10 Complimentary feeding heavily marketed in the formofporridgeandbiscuits.Theshapeof biscuits can train a baby to learn to grasp, have a bite, and able to rehydrate so it can be diluted into baby porridge.11

Flourcompositesinthisstudyarea mixtureofarrowrootstarch,soy,sweet potatoesandyellow.Arrowrootstarchis chosen because it has the similiar nature and contentofnutrientswithwheatflourorrice flour.Highstarchdigestibilityof84.35%and proteindigestibilityof86%.Nevertheless,the lowproteincontentofarrowrootstarch0.4% andamylosecontentaslowas29.67to 31.34%,andahighflowerpower54%make softerbiscuits,crisp,andeasytodigest. However,withalowproteincontent,itneeds 10 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 to be supplemented by protein content so it can fulfill nutrients in complementary feeding. 12

Oneofthelocalfoodsourcesof protein that can be used as a complementary feedingissoybean.Proteincontentishighat 35-38%and41.7%intheformofflour.In addition,theaminoacidcontentoflysinein soybean meal as high as 400 mg / g of flour so thatitcancomplementflourthathavelow lysine content.13 In addition to the high protein content,soybeanalsocontainscalciumand zincthataresufficientlyhightocomplement the nutrients in complimentary feeding.14 High protein soybean meal increases the absorption ofwateronthebiscuitssothatbiscuitsare moreresistantwhenstored.However,the increaseinproteinalsocauseshardnessin biscuittexture.Previousstudiesshowedthat maximumsubstitutionofsoybeanflourin biscuit for complementary feeding is 25%.15

LevelsofvitaminAinthe complementaryfeedingcanbeimprovedby usingtheorange-fleshedsweetpotato becauseitslevelsof-carotenearehigh.-caroteneis pro-vitamin Awhich usually found inplantfoods,ofwhich6mg-caroteneis equivalentto1mgretinol(theactiveformof vitamin A).16 Orange-fleshed sweet potato flour containing -carotene around 250-500 g/100 g. Previous studies showed that substitution of orange-fleshed sweet potato flour as much as 20%onsweetbreadwouldincrease-carotene content of 12.1%. But protein content insweetpotatoflourislow0.5g/100with limitingaminoacidleucine.17 Substitutionof orange-fleshed sweet potato flour in addition to increase the levels of vitamin A can also make biscuits soluble and easy to digest because the content of reducing sugar is hygroscopic.17.18

Basedonthisbackground,the researchintheorganoleptic,physical properties, nutrient content, and in vitro protein digestibilityofcomplementaryfeedingbaby biscuitswiththemainingredientsflour compositearrowrootstarch,soybeans,and orange-fleshed sweet potatoes flours. 2.METHODThisresearch,basedonscientific area,iscarriedoutintheareasoffood production.Thisstudywasconductedfrom JunetoSeptember2013attheLaboratoryof FoodScienceSoegijapranataCatholic UniversitySemarangandBiochemistryand MicrobiologyLaboratory,BogorAgricultural University PAU.This study was an experimental study withacompletelyrandomizeddesignone factorsubstitutionarrowrootstarch(Marantha arundiaceaeL),soybeanflour(Glycinemax) andorange-fleshedsweetpotatoflour (Ipomoeabatatas)andthecomplementary feedinginstantbabybiscuits.Therearefour treatmentsintheformofbiscuitscontroland biscuitswithacombinationofsubstitutionof wheat flour with arrowroot starch, soy flour and sweetpotatoflouryellow.Percentage substitutionarrowrootstarch,soyflourand sweetpotatoflouryellowisdeterminedby calculating the estimated total nutrient content ofrawmaterialsbiscuitsbyconsideringthe levelsofprotein,energy,vitaminA,calcium and zinc in the MP-ASI in accordance with the DecreeoftheMinisterofHealthNo.:224/ Menkes/SK/II/2007 using Nutrisurvey program forWindows2005.7Eachtreatmentwas repeated3timesandorganoleptic 11 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 measurementsperformed1time.The treatment in this study can be seen in Table 1.Table1.FormulationMP-ASIBiscuitsGarutSubstitutionStarch,SoybeanMeal,and Orange-fleshed sweet potato FlourFormulation Material Type Wheat flour Arrowroot starchSoy flour Orange-fleshed sweet potato flourK 100%0%0%0% P1 20%40%15%25% P2 20%30%20%30% P3 20%35%25%20% Preparationofcomplementary feedingbabybiscuitswithsubstitution arrowroot starch, soybean flour and orange-fleshed sweet potato flour made with cream methodwhichbeginsbymixingthe margarine,eggsandsugaruntilitformsa homogenous cream and flour then add milk andstiruntildoughiseasytoshape produce.Thecompositionofearly complementary feeding baby biscuits before being substituted are eggyolk 12.9%, skim milk 12.9%, margarine 25.8%, refined sugar 12.9%,andwheatflour55%.Arrowroot starch and soybean flour is derived from the product'GASOL'.Orange-fleshedsweet potatoflourusedistheresultflouring orange-fleshedsweetpotato(Ipomoea batatas)fromSabrangan,MountPati, Central Java which is made by way of thinly sliced,aerated,dried3days,milled,and sieved with a 80 mesh sieve.Inthisresearch,formulationand datacollectionisconductedondependent variable. Data collected from the dependent variable,amongothers,thedata organoleptic,physicalproperties,nutrients andproteindigestibilityvalue.Organoleptic assessmentofcolor,aroma,texture,and flavor using a hedonic test with 3 A scale is 1=Dislike,2=Neutral,and3=Like. Organoleptic assessment was performed on 30untrainedpaneliststhatisthebaby's motherinthevillageWonosariSouth Semarang.Inorganolepticassessment, complementary feeding baby biscuits served in a ready meal.Thephysicalpropertiesinclude Kambadensitywhichistheratiobetween theweightandvolumeofbiscuits,water absorption is determined by the difference in wet weight by the initial weight of the sample weightcomparedat14%moisturecontent, brew study is the amount of water needed for rehidrate biscuits, and the texture test in this study analyzes the biscuits level of hardness usingtextureanalyzer.19 Nutritionalcontent includeslevels of a protein with the Kjeldahl method,20fatwithSoxhletmethod, calculating carbohydrate with the method of carbohydrates by difference, biscuits energy obtainedbyconvertingtheamountof protein,fat,andamountofcarbohydrates into energy, -carotene were analyzed using spectrophotometermethod,andcalcium 12 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 andzincusingAtomicAbsorption Specthrophotometer(AAS).21Meanwhile, servingsizeisdeterminedbasedonthe fulfillment of third adequacy of protein intake inasinglebaby.Contributionsperserving complementaryfeedingbabybiscuitsare determinedbasedontheresultsofthe analysisofthelevelsofenergy,protein, calcium,andzinccomparedwiththeRDI (RecommendedDailyIntake)of7-12 monthsbaby.22.23Valuebiscuitsprotein digestibility were analyzed using in vitro with multienzyme method. 13

Data were analyzed using SPSS 16 forWindows.Effectofvariationinthe percentage of substitution arrowroot starch, soybean flour and sweet potato flour yellow usingFriedmantestandWilcoxontest further.Meanwhile,thedataofphysical properties,nutrientcontentanddigestibility oftheproteinvalueofcomplementary feedingbabybiscuitstestedwithOneWay Anovawith a degree of confidence of 95%, followed by the Tukey Test Posthoc to know thedifferenceofproteindigestibilityvalues between treatments. 3.RESULTS AND DISCUSSION3.1OrganolepticOrganolepticbiscuitswith compositesubstitutionarrowroot starch,soybeanandorange-fleshed sweetpotatoflourusinghedonictest (levelA)with30untrainedpanelists fromtheinfant'smotherinSouth SemarangWonosariarea.Theresults of the analysis of the reception of color, aroma,texture,andflavorbiscuits substitution arrowroot starch, soy flour, andorange-fleshedsweetpotatoflour are presented in Table 2. Table 2. Mean Acceptance of Color, Aroma, Texture and Flavor Biscuit Starch Substitution Garut, Soybean Meal, and Orange-fleshed sweet potato Flour.Formulation Color Aroma Texture FlavorMean Info Mean Info Mean Info Mean InfoK 2.60+ 0.56like 2.60+ 0.56Like 2.50+ 0.50Neutral 2.50+ 0.57neutralP1 2.50+ 0.57neutral 2.60+ 0.50Like 2.43+ 0.63Neutral 2.30+ 0.60neutralP2 2.53+ 0.63like 2.50+ 0.63Neutral 2.43+ 0.63Neutral 2.37+ 0.67neutralP3 2.47+ 0.68neutral 2.67+ 0.48Like 2.40+ 0.68Neutral 2.23+ 0.77neutralp = 0.50 p = 0.54 p = 0.86 p = 0.26

3.1.1ColorBasedondataanalysis,the mostpreferredcolorbiscuitsare biscuits control (K), although the results oftheanalysisshowedsubstitution biscuits arrowroot starch, soy flour, and orange-fleshedsweetpotatoflourwas notsignificantlydifferentcomparedto control biscuits (p = 0.50). In addition to controlbiscuits,biscuitcolorwith20% substitutionofsoybeanmeal,orange-fleshedsweetpotatostarchand 13 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 arrowroot starch 30% 30% (P2) is also preferred.Meanwhile,P1andP3 biscuitcolorisneutralwhenassessed by panelists. All biscuits are acceptable by the panelists.Substitutionofarrowroot starch,soyflour,andorange-fleshed sweetpotatoflourproducesbiscuits withthecolorofyellowuntilgolden brown.Acceptanceofcolorinbiscuit withvarioussubstitutionpercentages betweenarrowrootstarch,soybean flour, and orange-fleshed sweet potato flour biscuits is not significantly different from controls. This is because the color of soybean flour is light yellow, while the color of orange-fleshed sweet potato is pale yellow. However, arrowroot starch has a white degree similar to flour which is 74.2%. 12 The higher the percentage substitutionofsoyflourandorange-fleshed sweet potato flour biscuits, it will produce increasingly brownish yellow.Thecolorbrownisalso generated from the Maillard reaction is theresultofnon-enzymaticbrowning betweentheaminoacidlysinein soybeanmealwithahydrolysisgroup ofreducingsugarcontainedinthe orange-fleshedsweetpotatoflourin heat causing foodstuffs to turn brown in color.Maillardreactionmayoccurdue tothebiscuitbakingprocesswith temperatures above 115 C. 24

3.1.2AromaAroma control biscuits, biscuits with P1 and P3 formulation preferred by the panelists while the biscuits with the formulationP2ratedneutralby panelists.Basedontheanalysisof data,formulationsubstitutionbiscuits witharrowrootstarch,soybeanflour, andorange-fleshedsweetpotatoflour biscuitsarenotsignificantlydifferent from controls (p = 0.54).Babybiscuitshaveafragrant aroma.Makingbiscuitsinthisstudy usingvanillatoreducetheunpleasant aroma derived from soybean flour. The processofsoakingandheatingduring themakingofsoybeanflourcanalso disable the lipoxygenase enzymes that causeunpleasantodorsinsoybean.25 Aroma that is generated from arrowroot starchisneutral. 26Resultfrom organoleptictestshowedthatthe higherthenumberofsubstitutionsin theorange-fleshedsweetpotatoflour, thelowerthepanellikeitasfragrant aroma of biscuits is reduced. 3.1.3TextureTexturecontrolbiscuitsand biscuitswithsubstitutionformulation arrowrootstarch,soybeanflour,and orange-fleshed sweet potato flour rated neutralbypanelists.Basedonthe analysisofdata,biscuitssubstitution arrowroot starch, soy flour, and orange-fleshedsweetpotatoflourarenot significantly affect the biscuit texture (p =0.86).Acceptanceamongbiscuit texturesubstitutionarrowrootstarch, soyflour,andorange-fleshedsweet potato flour biscuits are not significantly different,includingvisualcontrol because the control biscuits and biscuit 14 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 texturewithformulationsubstitution arrowroot starch, soy flour, and orange-fleshedsweetpotatoflourareallthe same.Biscuitproducedbothcontrol andbiscuitswithvariousformulations havedenseandcrunchytexture.Itis influenced by the fat that has the effect ofshorteninginbakedgoodssuchas biscuits,pastries,andbreadtobe crisper.Fatcontentinbiscuitscomes mostlyfrombutterandeggyolks.In addition,thefatcontentoftheflour, soybean,arrowrootstarchandsweet potato starch yellow sequentially is 1%, 16.7%, 0.2%, 2.01%.13.18 Fat will break itsstructurethencoatthestarchand gluten,sothattheresultingbiscuits werecrunchy.Fatcanimprovethe physicalstructuresuchas development,softness,texture,and aroma.Inaddition,productswithhigh proteincontentalsorequirehighfatto prevent a decrease in water absorption. If the water absorption decreases, it will produceaproductwithahardand dense texture. 27

Inaddition,thetextureof biscuits produced is sandy and soft. It is alsoinfluencedbythedegreeof finenessofarrowrootstarch,soybean flour, and orange-fleshed sweet potato flour.Soybeanflourandarrowroot starch is a product of the brand of food 'GASOL'with a 100meshsieve,while theorange-fleshedsweetpotatoflour used80meshsieve.Basedon organoleptictest,thehigherthe substitutionofsoybeanfloursin biscuits,thelowerthepanelists preference.Thisbecausethebiscuits will be denser in texture and less crisp which is due to the high protein content that can affect density of biscuits. 3.1.4FlavorFlavorofcontrolbiscuitsand biscuitbabywithformulation substitutionarrowrootstarch,soybean flour, and orange-fleshed sweet potato flourratedneutralbypanelists.Based ontheanalysisofdata,formulation substitutionarrowrootstarch,soybean flour, and orange-fleshed sweet potato starch as raw material substitution baby biscuitsarenotsignificantlyaffectthe taste preferences of biscuits (p = 0.26). However, biscuits with 25% substitution of soybean meal, orange-fleshed sweet potatoflour20%and35%arrowroot starch(P3)showedsignificant difference with control biscuits because the resulting flavor is rather bland.Babybiscuitsproducedeither controlorbiscuitswithvarious formulationshavesweetandsavory flavors.Thetastecanbecausedby severalfactorssuchastheuseof support material as well as the taste of the raw material itself. In this study, the additionofthetypeandamountof supportmaterialforthethird formulationisthesamebabybiscuits. The resulting flavor of arrowroot starch isbland.28Theusageofmargarinein themakingproducesavorybiscuits whiletheusageofsugarbabycan produceasweettaste.Inaddition,it 15 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 canalsoimprovearoma,colorand texture of the biscuits. Organoleptic test datashowedthatthemoreorange-fleshedsweetpotatofloursubstitution inbabybiscuits,theincreasing fondness for the taste by panelists as it is sweeter. 3.2Physical Properties The biscuits physical properties were analyzed by Kamba density, water absorption,brewstudyandtest textures. The results of the analysis of biscuit physical properties can be seen in Table 3 belowTable3.ThemeanMP-ASIPhysicalPropertiesBabyBiscuitStarchSubstitutionGarut, Soybean Meal, and Orange-fleshed sweet potato FlourFormulation Mean physical propertiesWaterabsorption (%)Texture Test (gf) KambaDensity(g/ ml)Brew study (ml)K 110.00 3.43 b 508.00 100.80 b 0.63 0.06 35 5P1 112.73 7.48 b 935.97 210.35 a 0.61 0.02 30 5P2 122.27 5.07 b 1024.24 95.79 a 0.63 0.03 25 5P3 138.03 5.48 a 1155.02 14.85 a 0.62 0.04 35 5Description: numbers followed by different superscript letters (a, b, c, d) indicate significant difference (p 0,05) with parenting complementary feeding. Found that the provision of parenting complementary feeding is not affected by the level of mother knowledge and the local food culture. Keywords : Parenting Complementary Feeding, Baby ages 6-11 months, Desenly populatedFAKTOR-FAKTOR YANG TERKAIT DENGAN POLA ASUHPEMBERIAN MP-ASI UNTUK BAYI USIA 6-11 BULANDI LINGKUNGAN PADAT PENDUDUKKELURAHAN CIPINANG MELAYU JAKARTA TIMUR Eldina Christiani*, Paramitha Wirdani N. Marlina* *STIK Saint Carolus 45 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 1.PENDAHULUAN Krisisekonomiglobalmemicu kenaikanharga-hargapangandan menghambatlajupenurunankemiskinan (Hardono 2012). Kemiskinan memberi dampak negatifdarikualitaspelayanankesehatan, tingkat pendidikan dan menurunkan daya beli masyarakattermasukdayabelimakanan. Riskesdas2010melaporkanstatusgizi underweight, stunting dan wasting pada balita antaraperkotaandanpedesaanhanya memiliki selisih antara 3-9% (Kemenkes 2011).Melihathaltersebut,ternyatamasih banyakbalitayangmengalamistatusgizi kurang di daerah perkotaan yang terlihat lebih maju dibandingkan pedesaan. Namun, dengan kemajuantersebutbanyakmasyarakatyang tidak peduli dengan pentingnya kesehatan dan gizi.Masyarakatberlomba-lombauntuk mencapaikesuksesantanpamelihat kesehatandangizidarianak-anakpenerus bangsa.Jikadibandingkandengandidesa, akseskesehatandikotalebihmudah dijangkaudanfasilitaslebihmencukupi. Kondisitersebuttidaksemata-matadapat menghilangkan masalah gizi yang timbul pada masyarakatterlebihanak-anakdiperkotaan. Orangtuayangbanyakmenghabiskanwaktu diluarrumahkarenabekerja,sehingga kualitas waktu bersama anak menjadi kurang.Kesehatandangizimerupakanfaktor yangberpengaruhsecaralangsungpada kualitassumberdayamanusia.Kualitas sumberdayamanusiaditentukanoleh kecukupanakanzatgiziyangdiperolehdari makananyangdikonsumsinyasejakjanin dalam kandungan. Saat bayi berusia 1 tahun, besar otak telah mencapai 70% dari otak orang dewasa(Roesli2005).Masausia6-24bulan dinamakanmasaTheGoldenPeriod. Berdasarkan laporan Riskesdas tahun 2007, di DKIJakartakhususnyaJakartaTimurangka statusgizikurangpadabalitayaitusebesar13,3%.Haltersebutperludiperhatikanagar tidak menjadi masalah kronis. Banyakfaktoryangdapat mempengaruhipemberianMP-ASIdirumah, salahsatunyaialahpengetahuanibu. Pengetahuangiziibuyangkurangdapat disebabkanolehbeberapafaktor,yaituusia, pendidikan, keterpaparan media informasi dan sosial ekonomi. Selain itu, kota Jakarta Timur dipilihkarenamerupakankotayangmemiliki komposisijumlahpendudukpalingpadat dibandingkankotaJakartalainnyayaitu sebesar27%dibandingkanJakartaUtara, JakartaBarat,JakartaSelatan,danJakarta Pusatyangmasing-masingsebesar16%, 24%, 23% dan 10% (BPS 2006). Oleh karena itu,penulistertarikuntukmengetahuifaktor-faktoryangterkaitdenganpolaasuh pemberian MP-ASI untuk bayi usia 6-11 bulan dilingkunganpadatpendudukKelurahan Cipinang Melayu Jakarta Timur. 2.METODE 2.1. Populasi dan Sampel Populasidalampenelitianiniadalah keluargayangmemilikianakusia6-11bulan yangterdapatdilingkunganperkotaan KelurahanCipinangMelayu,Kecamatan Makasar yang terdiri dari RW 3, RW 9 dan RW 12.Responden adalah ibu yang memiliki anak 46 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 usia6-11bulan.Sampeldalampenelitianini adalah anak usia 6-11 bulan. Besar sampel minimal pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus Slovin : n= N 1 + N(e)2 =70 1 + 70(0,05)2 = 60Keterangan : n = Jumlah sampel N = Populasi (70 dari RW 3, 9 dan 12) e= Presisi (5%) Penanggulanganapabilaadasampel yangdropout,makaperhitungansampel ditambah10%darijumlahminimalsampel yaitusebanyak6sampel.Totalsampelyang didapatialahsebanyak66sampel.Setelah melaluiprosescleaning,sampeldari66 menjadi 60 sampel. Cara pengambilan sampel padapenelitianinidilakukandenganmetode memilihlokasipengambilansampelsecara purposif.Metodeinidigunakandengan maksud atau tujuan tertentu dan berdasarkan pertimbanganpeneliti,sedangkandalam penentuanjumlahsampelmenggunakan simple random sampling. 2.2. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitianiniberlokasidilingkungan padatpendudukKelurahanCipinangMelayu JakartaTimur.Waktupenelitiandilakukan selama5bulanyaitubulanJanuarisampai dengan Juni 2013. 2.3. Pengumpulan Data Pengumpulandataprimerdilakukanmelalui interview dengan kuesioner, observasi dan pengukuran antropometri secara langsung sedangkandatasekunderdiperolehdaridata demografilingkungansetempat.Dataprimer terdiri dari karakteristik orang tua, karakteristik bayi,pengetahuanibu,mediainformasi, asupan zat gizi, status gizi dan budaya makan . 2.4. Instrumen Penelitian Instrumenyangdigunakanpada penelitian ini antara lain kuesioner sebagai alat bantudalaminterviewmengenaikarakteristik keluarga,karakteristikanak,mediainformasi, pengetahuanibudanpolaasuhpemberian MP-ASI.Selainitu,formrecall1x24jam sebagai alat bantu dalam mengetahui asupan MP-ASIdandapatterlihatragamyang diberikanibuapakahmakananyangdiolah sendiriataumakanankomersialyang diberikanibukepadaanakusia6-11bulan. Adapunpengukuranantropometriyaitu pengukuranberatbadananakmenggunakan timbanganbayidanpanjangbadan menggunakan alat ukur kayu. 2.5. Analisis Data Analisaunivariatdilakukanuntuk menyajikandanmendeskripsikansebaran variabeldalambentukpersendansebaran yang ditelitidalam kuesioner.Analisis bivariat dilakukanuntukmengujidanmenjelaskan hubunganantaravariabelindependendan variabel dependen. Analisis bivariat dilakukan denganmenggunakanujikorelasiSpearman dengan Confident Interval 95% atau =0,05. 47 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 3.HASIL DAN PEMBAHASAN 1.1.Karakteristik Keluarga Usiaorangtuadikategorikanmenjadi duayaitudewasamuda(20-39tahun)dan dewasamadya(40-65tahun).Secara keseluruhanrata-ratausiaayahialah 32,135,85tahundanrata-ratausiaibuialah 28,624,76tahun.Haltersebutmenunjukan bahwausiaayahdanibutermasukdalam kategori dewasa muda. Usia dewasa muda ini biasanyamenjadikanibuuntuklebih memperhatikankebutuhandirinyasendiri dibandingkankepentingananaknyasehingga dapatmempengaruhikualitasdankuantitas pengasuhananak.Pekerjaanorangtua memilikiketerkaitandengankehidupansosial ekonomi dan kesehatan. Pekerjaan orang tua dikategorikanmenjadibekerjadantidak bekerja. Diketahui bahwa seluruh ayah bekerja dansebagianbesaributidakbekerjaatau sebagaiiburumahtanggaIbuyangbekerja cenderungmempercayakananakmereka diawasiolehanggotakeluargalainnyayang biasanyaadalahnenek,saudaraperempuan atauanakyangsudahlebihbesar(Mahlia 2009).Berdasarkanhasilyangdiperoleh pada Gambar 5.4 terlihat bahwa hampir semua orangtuadarisampeltergolongdalam pendidikanmenengah.Namun,biladianalisis berdasarkan UU pendidikan No 20 tahun 2003 tentangSistemPendidikanNasionalpasal6 ayat1diperolehhasilsebanyak76,7%ayah sampel dan 86,7% ibu sampel telah mengikuti programWajar9tahun.Hasilpenelitian menunjukanbahwahampirseluruhkeluarga memilikipendapatanperkapitadiatasUS$ 2/hari.Rata-ratapendapatanperkapitapada penelitianialahRp838.111,00Rp 512.820,00.Tingkatpendapatanmenentukan kuantitasdankualitasmakananyang dikonsumsi.Berdasarkanhasilpenelitian diperolehbahwahampirsemuakeluarga sampeltergolongkeluargakecil.Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar sampeltermasukdalamkeluargakecilyang memungkinkanpembagianperhatianpada masing-masinganggotakeluargasemakin merata. 1.2.Karakteristik Anak Sebaransampelpenelitian berdasarkan jenis kelamin, terlihat dari seluruh sampel terbagi menjadi dua yaitu 50% laki-laki dan 50% perempuan. Penelitian Conn JA et al. (2009) menyebutkan bahwa perbedaan antara anak laki-laki dan perempuan ialah perbedaan dalam hal ukuran konsumsinya. Bila dilihat dari Gambar 5.8 sebagian besar sampel termasuk dalam golongan usia 9-11 bulan. 1.3.Media Informasi Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwahampirsebagianbesardariibusudah terpaparinformasiterkaitMP-ASI.Penelitian Hardinsyah (2007) menyatakan semakin tinggipendidikan seseorang, semakin banyak media massayangiamanfaatkansebagaisumber infomasi guna menambah pengetahuannya. 1.4.Pengetahuan Ibu Berdasarkan hasil penelitian diketahui hampir seluruh ibu memiliki pengetahuan yang kurangyaitusebanyak86,7%.Hasil menunjukan bahwa rata-rata nilai ibu tergolong kurangyaitu45,316,41,dengannilai minimum ibu yaitu 10 poin dan nilai maksimum 48 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 ibu70poin.Tingkatpengetahuangizi seseorangberpengaruhterhadapsikapdan perilakudalammemilihmakananyangpada akhirnyaakanberpengaruhpadakeadaan gizinya (Khomsan 2007). Berdasarkan analisis dapat diketahui bahwa pertanyaan yang paling banyak(78,3%)ibumenjawabdenganbenar ialahusiaanakuntukmendapatkanMP-ASI yaitu6bulan.Selainitu,pertanyaanyang palingsedikit(20%)ibumenjawabdengan benaradalahpengaruhmemberikanMP-ASI setelahusia6bulanyaituasupananak menjadi tidak mencukupi. 1.5.Budaya Makan Setempat Sampel Berdasarkan hasil penelitian diketahui hampirseluruhdariibusampelsudahtidak percayaataupunmemilikikepercayaan terhadapmakanantabuyaituadasebanyak 78,3%. Hal ini dikarenakan lingkungan tempat tinggalibuyangsudahberadadiperkotaan. Adatdankebiasaanyangberasaldarisuku tertentu karena proses waktu yang lama akan merubah perilaku individu atau keluarga yang menyesuaikandiridenganlingkungantempat tinggal yang baru (Yudi H 2008). 1.6.Pola Asuh Pemberian MP-ASI Sampel Berdasarkanhasilpenelitiandapat diketahuibahwasebagianbesaribusampel tepatdalammemberikanjenisMP-ASIyang sesuaidenganusiabayiyaitusebanyak 58,3%.Jenismakananadalahsalahsatu faktor yang perlu diperhatikan dalam pola asuh makananakkarenapadausiabalitaorgan tubuhanakmasihdalamtahappertumbuhan danperkembangantermasuksaluran pencernaan,sehinggakemampuanuntuk mencernamakananmasihsangatterbatas (Emiralda2007).Hasilpenelitianmenunjukan bahwasebagianbesaribusampel(55%) melakukanpolaasuhpemberianMP-ASI dalamhalfrekuensimakansecaratepat. Depkes(2005)menyatakanbahwafrekuensi makan anak dalam sehari disesuaikan dengan usiaanaksehinggaasupananaktersebut dapatmencukupikebutuhanuntuk pertumbuhan dan perkembangan anak. Selain itu,sebagianbesaribusampelmemberikan MP-ASIhasilolahansendiri.Banyaknyaibu yang memberikan MP-ASI hasil olahan sendiri dimungkinkandengansebagianbesaribu (86,7%)adalahiburumahtangga.Halini menunjukanbahwawaktuyangdimilikiibu relatiflebihbanyakuntukmengasuhanak dalampolaasuhmakannyadibandingkanibu yang bekerja. 1.7.Asupan Zat Gizi Sampel Asupan zat gizi berpengaruh terhadap statusgiziseseorang,denganmemperoleh cukup zat gizi yang diperlukan yang digunakan secaraefisien,sehinggamemungkinkan pertumbuhanfisik,perkembanganotak,dan kesehatan(Almatsier2004).Dilihatdarihasil penelitianbahwasebagianbesarsampel memilikitingkatkecukupanenergilebih (68,8%). Rata-rata asupan energi sampel ialah 729,68220,5 kkal. Hasil penelitian Jingxiong J etal.(2008)diBeijingChinamenunjukan bahwaasupanenergiyangberlebihanlebih beresikountukmengalamikelebihanberat badan, dan juga bila anak telah diberikan susu formula ataupun makanan semi padat sebelum usia 4 bulan.Selain itu berdasarkan hasil penelitian didapatkanjugasebagianbesarsampel memiliki tingkat kecukupan protein lebih. Rata-49 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 rata asupan protein sampel ialah 21,059,56g. Biladitelaahlebihlanjutpadasampelyang tergolongtidaknormaltersebutditemukan adanyakombinasiasupanyangterdiridari kombinasi ASI, susu formula dan MP-ASI serta kombinasisusuformuladanMP-ASI.Ada sebanyak28,1%sampelmengkonsumsi kombinasiASI,susuformuladanMP-ASI denganjumlahsusuformularata-ratasetiap harinya sebanyak 41,75g. Selain itu ada 37,5% sampelmengkonsumsikombinasisusu formuladanMP-ASIdenganjumlahsusu formularata-ratasetiapharinyasebanyak 119g.Berdasarkandatatersebut,dapat diketahuibahwasusuformulamenyumbang proteinlebihtinggidibandingkanASI.Halini sesuaidenganNakita(2010)yang menyatakanbahwadibandingkansusu formula,kandunganproteinASIrelatiflebih rendah,tetapilebihseimbangdengan kebutuhan bayi. 1.8.Status Gizi Sampel Berdasarkan hasil penelitian diketahui hampir semua sampel tergolong memiliki status gizi normal (91,7%). Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian status gizi anak menurut indeks BB/Ubahwahampirsemuasampelmemiliki status gizi normal (90%). Berdasarkan status gizi sampelterlihatbahwadariduakategori berdasarkanindeksBB/PBdanindeksBB/U tergolongstatusgizinormal.Halini dimungkinkandenganpendapatanperkapita yangmayoritasdiatasUS$2/harimaka keluargadapatmemenuhikebutuhanmakan bayidenganbaikyangakanmempengaruhi statusgizinya.Halinisejalandenganhasil penelitianSarah(2008)yangmenunjukan bahwaadapengaruhpendapatankeluarga denganstatusgizianakbalita.Artinyadengan pendapatankeluargabesar,makabalitapasti akan mendapatkan gizi yang baik pula. Sejalan denganpenelitianKhotimahNNetal.(2012) padaumumnyabalitayangberstatusgizibaik biasanyamemilikipolamakanyangbaikpula karena pola makan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi status gizi. 1.9.Analisis HubunganHubunganAntaraKarakteristik Keluarga dengan Pengetahuan Ibu Berdasarkanhasilujikorelasi Spearmanmenunjukkanbahwaada hubunganyangsignifikanantara pendidikan ibu dan pendapatan per kapita denganpengetahuanibumengenaiMP-ASI.Halinidapatdiartikanbahwa meningkatnya pengetahuan ibu didukung oleh tingginya pendidikan seorang ibu dan pendapatanperkapitakeluarga.Hal tersebutditunjukkandenganhasiluji statistiksebesarp-value=0,020untuk pendidikandanp-value=0,021untuk pekerjaan,dengandemikianhasil tersebutlebihkecildaribatasp-value dalampenelitianiniyaitu0,05.Halini sejalandenganpenelitianOctarinaetal. (2009)yangmenyatakanadanya hubunganantarapendidikandantingkat pengetahuandenganp-value=0,000. Selainitu,biasanyaibuyangmemiliki dasarpendidikanyangcukup, pengetahuanibuakanbertahanlebih lamadibandingkanberdasarkan lingkungan semata.Selain itu juga pendapatan per kapita memilikihubunganyangsignifikan denganpengetahuanibu.Ini 50 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 dimungkinkan terjadi, dengan pendapatan perkapitayangmemadaimakaakses terhadapinformasibaikyangverbal ataupunnonverbaldapatdiperolehibu sehinggamenambahpengetahuanibu. Hasiltersebutsejalandenganhasil penelitianNugrohoetal.2012yang menyatakanadanyahubunganantara pendapatan dengan tingkat pengetahuan (p=0,019).Penelitiantersebutmemiliki kriteriasampelyangsamayaituibu dengan bayi 6-12 bulan.Adapunhubunganyangtidak signifikanantarausiaayahdanibu, pekerjaanibu,pendidikanayah,dan besarkeluargaterhadappengetahuan ibu.Halinimenunjukanbahwaseiring denganpenambahanumurtidakselalu diikutidenganpenambahan pengetahuan.Demikianjugadengan tidakataubekerjanyaibutidakselalu diikutidenganpenambahan pengetahuan.Penambahan pengetahuanibujugatidakseiring dengan tinggi rendahnya pendidikan ayah danbesarnyakeluarga.Hasilujistatistik menunjukan nilai p-value >0,05 dan batas dalampenelitianiniialah0,05.Hal tersebutdisebabkansebarandari respondenrelatifhomogensehingga dalampenelitianbelumterlihatadanya hubungandenganpengetahuan.Hasil tersebutsejalandenganhasilpenelitian Nugrohoetal.(2012)bahwaumurtidak menggambarkanpengetahuan responden,karenapertambahanumur respondentidaksejalandengan peningkatan pengetahuan responden. Pekerjaanibutidakmemiliki hubunganyangsignifikandengan pengetahuanibu.Inidimungkinkan karenahampirseluruhdariibu(86,7%) memilikipekerjaansebagaiiburumah tangga). Pekerjaan ibu sebagai ibu rumah tanggamemungkinkanibuberinteraksi hanyadenganlingkungansekitar rumahnyadanjarangmenerima informasi-informasidariberbagaipihak yang dapat menambah pengetahuannya. Selainitu,besarkeluargatidakmemiliki hubunganyangsignifikandengan pengetahuanibu(p-value=0,208).Ibu yangberpengetahuanbaikberasaldari keluargakecil.Halinidimungkinkandari waktu yang lebih banyak dimiliki ibu untuk mencari dan mendapatkan informasi yang dapatmenambahpengetahuannya dibandingkandenganibuyangberasal darikeluargasedangyangmemiliki tanggung jawab lebih banyak. HubunganAntaraMediaInformasi dengan Pengetahuan Ibu Hasilpenelitianmenunjukan menunjukanbahwatidakadahubungan antaramediainformasidengan pengetahuanibu.Halinimenunjukan bahwapeningkatanpengetahuantidak selaludipengaruhioleh keterpaparan ibu terhadap informasi. Disamping itu hasil uji statistikjugamenunjukanbahwanilaip-value>0,05.Inimenunjukanbahwaibu yangmendapatkaninformasidapat meningkatkanpengetahuanyangibu miliki.Selainitu,sepertiyangtelah dijelaskanbahwa66,7%ibusampel tergolongdalampendidikanmenengah. 51 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 SejalandenganpenelitianAmalia(2009) yangmenyatakantingkatpendidikan berhubungan dengan kemampuan dalam menerimainformasikesehatanbaikdari mediamassamaupunpetugas kesehatan. HubunganAntaraPengetahuanIbu dengan Pola Asuh Pemberian MP-ASI HasilujikorelasiSpearman menunjukantidakadahubunganyang signifikan antara pengetahuan ibu dengan pola asuh pemberian MP-ASI dalam jenis, frekuensidanragamMP-ASI. Berdasarkanhasiltersebutdidapatkan bahwa pola asuh pemberian MP-ASI tidak terpengaruholehtinggirendahnya pengetahuan ibu dengan hasil uji statistik p-value>0,05. Hasil penelitian serupa juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan olehSinambelaKH(2000)yang mendapatkan hasil penelitian bahwa tidak ada hubungan nyata pengetahuan gizi ibu dengan praktek pemberian makanan bayi. Sampel dalam penelitian tersebut ialah 54 keluarga yang memiliki anak berumur 0-4 bulandanhasildianalisismenggunakan ujikorelasiSpearman.Bedahalnya denganhasilpenelitianWatiEK& Rahardjo S (2011) dengan uji Chi-Square menunjukanbahwaadahubungan pengetahuangizidenganpolakonsumsi makan balita (p-value=0,004). HubunganAntaraBudayaMakan SetempatdenganPolaAsuh Pemberian MP-ASI Berdasarkanhasilanalisis menggunakanujiSpearmandiperoleh hasilbahwatidakadahubunganantara kepercayaanterhadapbudayamakan setempatdenganpolaasuhpemberian MP-ASI(jenisMP-ASI,frekuensi,dan ragamMP-ASI)p-value>0,05. Berdasarkanhaltersebutdapat disimpulkanbahwapolaasuhibudalam pemberianMP-ASItidakterpengaruh denganbudayamakansetempat.Halini dapatdisebabkanlingkungantempat tinggalibuyangberadadidaerah perkotaansehinggaibusudah beradaptasidenganadatdankebiasaan dilingkunganyangbarudan meninggalkanadatdankebiasaanyang dibawadaridaerahmasing-masing.Hal inisejalandenganhasilpenelitian SetijowatiNetal.(2010)yang menggunakanujispearmandengan jumlahsampel100balitaumur12-59 bulanmenunjukanbahwafaktorsosial budayatidakmempengaruhipolaasuh makankarenaadamaupuntidakada faktorsosialbudayamempunyaipola asuh makan kurang. HubunganAntaraPolaAsuh Pemberian MP-ASI dengan Asupan Zat Gizi HasilujikorelasiSpearman menunjukantidakadahubunganyang signifikanantarapolaasuhpemberian MP-ASIdalamjenisMP-ASI,frekuensi makan dan ragam MP-ASI dengan tingkat kecukupanenergi(p-value>0,05). Berdasarkantigahasiljenis,frekuensi danragampemberianMP-ASItidak memilikihubunganyangsignifikan denganasupanenergi.Didapatkan 52 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 bahwatingkatkecukupanenergitidak selaludipengaruhiolehpolaasuh pemberianMP-ASI.Namunbiladilihat bahwapadaanakyangmemilikitingkat kecukupanenerginormalberasaldari kelompokjenisMP-ASItepat, frekuensinyasesuaidanMP-ASI campuran. Hasil tersebut sejalan dengan hasilpenelitianMariani(2002)dengan sampelberjumlah74anakbalitadan ibunya yang menunjukan bahwa tidak ada hubungansignifikanantarapolaasuh makandengantingkatkecukupanenergi dibuktikandarinilaip-value=0,901.Hasil yangsamajugaditemukanpada penelitianSetijowatiN et al. (2010)yang menyatakanbahwapolaasuhmakan tidakmempengaruhitingkatkonsumsi energi dan protein balita. Selain itu hasil uji korelasi Spearman menunjukanbahwaadahubunganyang signifikan antara pola asuh ragam MP-ASI dengantingkatkecukupanprotein.Hasil ujistatistikp-value=0,022yang menunjukanbahwap-valuelebihkecil daribatasanp-value0,05.Iniditunjukan dari sebaran sampel yang memiliki tingkat kecukupanproteinyangnormalberasal darisampelyangdiberikanMP-ASI campuran.Inidimungkinkananakyang diberikanMP-ASIolahansendiridalam satuharihanyaterdiridarisatumenu, sedangkanbilamengkonsumsiMP-ASI campuranterdiridaribeberapamenu yaitumenuyangdiolahsendiridan pabrikanmakakecukupanprotein terpenuhi.Selainitu,hasilujikorelasi Spearmanmenunjukantidakada hubunganyangsignifikanantarapola asuh jenis MP-ASI dan frekuensi MP-ASI dengantingkatkecukupanprotein(p-value>0,05).Kecukupanasupanprotein dipengaruhiolehpolaasuhibudalam pemberianragamMP-ASItetapitidak dipengaruhiolehjenisdanfrekuensi pemberianMP-ASI.Halyangsamajuga terlihatpadahasilpenelitianMariani (2002)yangmenunjukantidakada hubunganyangsignifikanantarapola asuhmakandengantingkatkecukupan protein(p-value=0,656).Hasilpenelitian tersebuttidaksejalandenganpenelitian Masithahetal.(2005)yangmenyatakan bahwahasilujikorelasiPearson memperlihatkanadahubunganantara polaasuhmakandengantingkat kecukupanproteinbatita(p0,05).Begitupula denganhasilujispearmanyang menunjukantidakadahubunganyang signifikanantaraasupanenergidan 53 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 proteindenganstatusgiziBB/U(p-value>0,05).Diketahuibahwastatusgizi yang normal tidak hanya dipengaruhi oleh normaltidaknyatingkatkecukupan asupanzatgizi.Inidisebabkansebaran darisampelrelatifhomogensehingga dalampenelitianinibelumterlihat hubunganantaraasupanenergidan protein dengan status gizi. Adapun faktor lainselainasupanzatgiziyang mempengaruhisecaralangsungstatus gizi yaitu penyakit infeksi.Hasiltersebutsejalandengan penelitianJataD(2000)yang menyatakanbahwatidakadahubungan jumlahkonsumsienergidariMP-ASI denganstatusgizianak.Adapun kemiripan jumlah sampel dalam penelitian yaiturespondenyangberjumlah47 responden dengan rentang usia antara 4-24 bulan. Hasil penelitian Rosita D (2001) menunjukanhalyangsamayaitutidak adahubunganyangbermaknaantara konsumsiproteindenganstatusgizi(p-value>0,05). Adapun hasil penelitian yang tidaksejalanyaituhasilpenelitiandari PakhriAetal.(2011)bahwaada hubungan yang bermakna antara asupan energi dengan status gizi anak usia 0-24 bulan.Halyangsamajugaterjadipada penelitian Syukriawati R (2011) dengan uji Chi-Squareyangmenunjukanp-value=0,040yangberartibahwaada hubunganantarakonsumsiprotein dengan status gizi kurang pada anak usia 24-59 bulan. 4.SIMPULAN DAN SARAN 4.1.Simpulan Dalam penelitian ini ditemukan hasil bahwa pola asuh pemberian MP-ASI tidak dipengaruhi oleh tinggi rendahnya pengetahuan ibu serta budaya makan setempat yang dibuktikan dengan nilai p-value >0,05. 4.2.Saran 1.Perluadanyakesadarankeluarga mudadilingkunganKeluarahan CipinangMelayuuntukdapat mengatur pengeluaran keuangan demi peningkatanketersediaanpangandi rumahtanggadanmendukung pemenuhankebutuhanzatgizibagi bayi. 2.Perluadanyapenelitianlebihlanjut mengenaisumberinformasiyang mendukungterciptanyapolaasuhibu keluarga muda dalam pemberian MP-ASIdanpeningkatanpemberdayaan masyarakat dalam usaha peningkatan gizi bayi dan balita.3.Untukmengurangipenyimpangan yang terjadi dalam pemberian MP-ASI, perluadadukunganpihak lingkungan setempatdanparakaderuntuk menggalakkanmengenaipemberian MP-ASIpadausiaanak6bulan, karenahaltersebutberhubungan dengankesiapanpencernaananak untukmenerimamakanansesuai dengan usianya. 5.DAFTAR PUSTAKA 1.AlmatsierS. 2004.Prinsip Dasar Ilmu Gizi.Jakarta:PT.GramediaPustaka Utama. 54 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 2.AmaliaI.2009.Hubunganantara pendidikan,pendapatan,danperilaku hidupbersihdansehat(PHBS)pada pedaganghidanganistimewa kampong(HIK)dipasarkliwondan JebreskotaSurakarta.[skripsi]. Surakarta:Universitas Muhammadiyah. 3.[BPS]BadanPusatStatistik.2006. Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta. Jakarta. 4.ConnJA,DaviesMJ,WalkerRB,& MooreVM.2009.FoodandNutrient Intakesof9-month-oldInfantsin Adelaide,Australia.PublicHealth Nutrition:12(12),2448-2496.] 5.[Depkes]DepartemenKesehatan RepublikIndonesia.2005.Buku KesehatanIbudanAnak.Bandung: PT. Enka Parahiyangan. 6.Emiralda. 2007.PengaruhPolaAsuh AnakterhadapTerjadinyaBalita Malnutrisi Di wilayah Kerja Puskesmas MontasikKecamatanMontasik KabupatenAcehBesarTahun2006. [tesis].Medan:UniversitasSumatera Utara. 7.Hardiansyah.2007.ReviewFaktor DeterminanKeragamanKonsumsi Pangan. Jurnal Gizi dan Pangan 2 (2): 55-74. 8.Handono NP. 2010. Hubungan Tingkat PengetahuanpadaNutrisi,Pola Makan,danEnergiTingkatKonsumsi denganStatusGiziAnakUsiaLima TahundiWilayahKerjaPuskesmas Selogiri,Wonogiri.[artikelpenelitian]. Wonogiri : AKPER Giri Satria Husada. 9.HardonoGS.2012.Analisis KetahananPanganRumahTangga PetaniDiBeberapaProvinsi. [disertasi].Bogor:Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. 10. Jata D. 2000. Hubungan Pengetahuan DanPraktikIbuDalamPemberian MakananPendampingAsiDengan StatusGiziAnakUmur4-14BulanDi DesaBatuanKecamatanSukawati KabupatenGianyarPropinsiBali. [skripsi].Semarang:Universitas Diponegoro. 11. JingXiong J, Rosenqvist U, huishan W, Koletxko B, Guangli L, Jing H, greiner T.2008.Relationshipofparental characteristicsandfeedingpractices tooverweightininfantsandyoung childreninBeijing,China.Public Health Nutrition:12(7),973-978. 12. Kementrian Kesehatan. 2011. Laporan HasilRisetKesehatanDasar (Riskesdas)ProvinsiDKIJakarta Tahun2010.Jakarta:Departemen Kesehatan RI. 13. Khomsan A. 2007. Teknik Pengukuran PengetahuanGizi.JurusanGizi MasyarakatdanSumberDaya Keluarga.Bogor:InstitutPertanian Bogor. 14. KhotimahNN.SiregarR,Mardiana. HubunganPengetahuanGiziIbudan Pola Makan Balita dengan Status Gizi Balita(12-59bulan)diWilayahKerja 55 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 PuskesmasGandusKecamatan GandusPalembangTahun2010. JurnalPembangunanManusiaVol.6 No.2 Tahun 2012. 15. MahliaY.2009.Pengaruh Karakteristik Ibu dan Pola Asuh Makan TerhadapPertumbuhandan PerkembanganBayidiKecamatan PangkalanSusuKabupatenLangkat Tahun2008.[tesis].Medan: Universitas Sumatra Utara. 16. Mariani.2002.HubunganPolaAsuh Makan, Konsumsi Pangan dan Status KesehatandenganStatusGiziAnak Balita(studidiDesaBendaBaru KecamatanPamulangTanggerang PropinsiBanten).[tesis].Bogor: Institut Pertanian Bogor. 17. MasithahT,Soekirman,MartiantoD. 2005.HubunganPolaAsuhMakan danKesehatandenganStatusGizi anakBatitaDiDesaMulyaHarja. Media Gizi&Keluarga, 29(2):29-39. 18. Nakita.2010.Sehat&BugarBerkat GiziSeimbang.Jakarta: PT.Gramedia. 19. NugrohoFA,RasyidHA,WijayatiM. 2012.HubunganPengetahuanIbu MenyusuitentangASIeksklusif dneganPemberianMP-ASIDinidi WilayahKerjaPuskesmasMulyorejo. [laporanpenelitian].Malang: Universitas Brawijaya. 20. Octarina,HanafiF&BudisuariAM. 2009.HubunganAntaraKarakteristik Responden, Keadaan Wilayah dengan Pengetahuan,SikapTerhadapHIV AIDSPadaMasyarakatIndonesia. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan- Vol 12 No 4: 362-369. 21. PakhriA,FannyL,FaridahS.2011. PendidikanIbu,Keteraturan Penimbangan,AsupanZatGizidan StatusGiziAnakUsia0-24Bulan. Media Gizi Pangan, Vol.IX, Ed.1. 22. RoesliU.2005.MengenalASI Eksklusif. Jakarta : Trubus Agriwidya. 23. RositaD.2001.Hubungan PengetahuanIbutentangPola Makanan Sapihan, Tingkat Kecukupan Energi dan Protein dengan Status Gizi AnakUmur3-24Bulan(Studidi KelurahanNgaliyan).[skripsi]. Semarang:UniversitasNegeri Semarang. 24. SarahM.2008.HubunganTingkat SosialEkonomiDanPolaAsuh DenganStatusGiziAnakBalitaDi WilayahKerjaPuskesmasPantai CerminKecamatanTanjungPura KabupatenLangkatTahun2008. [skripsi].Medan:Universitas Sumatera Utara. 25. SetijowatiN,WirawanNN,Apriyanto D. 2010. Perbedaan Pola Asuh Makan PadaBerbagaiTingkatanPosyandu terhadapTingkatKonsumsiEnergi danProteinBalita.StudiKasusdi KecamatanMoyohuluKabupaten Sumbawa NTB. 26. SinambelaKH.2000.Faktor-Faktor yangBerhubungandenganPraktek 56 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 PemberianMakanan padaBayi Umur 0-4BulandiDaerahAngkaKematian BayiTinggi.[skripsi].Bogor:Institut Pertanian Bogor. 27. Sisdiknas2003.Undang-Undang Republik Indonesia. 28. SyukriawatiR.Faktor-FaktorYang BerhubunganDenganStatusGizi KurangPadaAnakUsia24-59Bulan DiKelurahanPamulangBaratKota TangerangSelatanTahun2011. [skripsi]. Jakarta : UIN. 29. WatiEK&RahardjoS.2011.Peran IbudalamPembentukanPola KonsumsiMakanPadaBalitadi PuskesmasIISumbangKabupaten Banyumas.[prosidingseminar nasional]. 30. Yudi H. 2008. Hubungan Faktor Sosial Budaya dengan Status Gizi Anak Usia 6-24 Bulan di Kecamatan Medan Area KotaMedan.[tesis].Medan: Universitas Sumatera Utara. 57 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 Research ABSTRAK Prevalensi penyakit kecacingan di Indonesia dan di dunia masih tinggi. Salah satu penyebab tertinggi kematian ibu hamil adalah infeksi STH, dimana infeksi STH ini dapat meningkatkan angka prevalensi kematianbayi.Untukmeminimalisasidanmengurangihaltersebutmakakamimerancangstrategi pengintegrasianantarausahacounselingpreventiondanpenggunaanrapiddiagnosispadaKlinik KesehatanIbudanAnak(KKIA).Selainitukeberhasilanpengintegrasianiniakanmenunjang percepatanpencapaiantargetMDGsyangsedangdigalakkanolehKementrianKesehatanRepublik Indonesia. Dari data hasil studi pustaka yang kami peroleh didapatkan faktor yang meningkatkan angka transmisiataupenularanSTHpadadaerahtropisyangkamirangkumdalamtabel4.1dan4.2. Kemudian kami mensintesis strategi konseling praktis dalam tabel 4.3 yang dapat langsung diterapkan. KonselingmenggunakanmetodediatasdapatditerapkanpadaKlinikKesehatanIbudanAnakdi puskesmasdanposyandu.Sedangkanuntukpenerapanmetoderapiddiagnosisdapatdilakukandi puskesmasdenganmenyesuaikankeadaansetempat.Penerapanmetodeinikamiintegrasikanke KKIAyangdiharapkandapatmenjadiprogramterintegrasisecaranasional.Strategipenggabungan antaracounselingpreventiondanrapiddiagnosisdapatditerapkansecaraterintegrasipadaKKIA karena secara teoritis merupakan strategi yang efektif dan efisien untuk kontrol dan pencegahan berat badan lahir rendah dan anemia ibu hamil. ABSTRACT Prevalence of helminthiasis in the world and Indonesia are still increased. One of the most causes of maternal deaths isSoil Transmitted Helminth (STH) infection, which can increase prevalence of infant mortality.Tominimizeandmitigatetheseconditions,wedeviseanintegrationstrategybetween preventioncounselingeffortsandrapiddiagnosisonMaternalandChildHealthClinic(MCHC).In addition,thisstrategywillsupporttheacceleratedachievementofMillenniumDevelopmentGrowth (MDGs) that promoted by Indonesian Ministry of Health. Using literature study, we obtained factors that increase the transmission rate of STH in tropical region which summarized in table 1 and 2. Then, we synthesize practical counseling strategies in table3.that can bedirectly applied to theMCHC at the health center. As an application of rapid diagnosis method can be done in health centers by adjusting local circumstances. We integrate this method into MCHC which is expected to be national integrated program. Strategies merger between counseling prevention and rapid diagnosis can be applied in an integrated manner on MCHC because theoretically an effective and efficient strategy to controlling and preventing of low birth weight and maternal anemia. Kata Kunci: Soil Transmitted Helminth, ibu hamil, anemia, berat badan lahir rendah, konseling, rapid diagnosis. STRATEGI PENERAPAN COUNSELING PREVENTIONDAN RAPID DIAGNOSISNEGLECTEDSOIL-TRANSMITTED HELMINTH DISEASEPADA KLINIK KESEHATAN IBU DAN ANAK SEBAGAI UPAYA KONTROL DAN PENCEGAHAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH DAN ANEMIA IBU HAMIL Naili Nur Saadah Nuhriawangsa*,Yoga Mulia Pratama**dan Ega Caesaria Pratama Putra*** * Mahasiswa Universitas Sebelas Maret, ([email protected])**Mahasiswa Universitas Sebelas Maret, ([email protected]) *** Mahasiswa Universitas Sebelas Maret, ([email protected]) 58 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 1.PENDAHULUAN Infeksisoil-transmittedhelminth(STH) kronisdapatmenyebabkankehilanganzatbesi melaluisalurancerna,kekurangandan/atau malabsorpsinutrisi,yangdapatmenyebabkan kekuranganzatbesi,anemia,danpenyakit kekurangangizilain.1Wanitahamilmerupakan kelompokyangpalingterpengaruholehkarena infeksihelminth.DatadariCenterforDisease ControlandPrevention(CDC)lebihdari1juta orangterinfeksiSTHdan44jutawanitahamildi duniaterinfeksiolehcacingtambang.2Sejak tahun2002hingga2006,prevalensipenyakit kecacingan secara berurutan di Indonesia adalah sebesar 33,3 %, 33,0 %, 46,8 % 28,4 % dan 32,6 %.3

Wanita hamil merupakan kelompokyang palingterpengaruholehkarenainfeksihelminth. Halinidikarenakanpadasaathamildiperlukan nutrisiyanglebih.Kekurangannutrisipadaibu hamildapatmenyebabkananemiaibuhamil, beratbadanlahirrendah(BBLR)danbahkan hingga meningkatkan angka prevalensi kematian bayi.1 Data Angka kematian ibu di Indonesia juga masih tinggi yaitu 228 per 100.000 kelahiran hidup padatahun2007.PadahaluntuktargetMDGs pada tahun 2015, AKI harus dapat turun menjadi 102per100.000kelahiranhidup.4Salahsatu penyebabtertinggikematianibuhamiladalah infeksiSTH,dimanainfeksiSTHinidapat meningkatkanangkaprevalensikematianbayi.1 Pencapaian program MDGs penurunan mortalitas anakdanperbaikankesehatanibusudah seharusnyatidakterlepasdaripenanggulangan infeksi STH pada ibu hamil. BanyakdariibuhamildiIndonesiayang tidakterjangkauolehpemeriksaankehamilan yangterpadudanpemeriksaanlaboratorium modern untuk penyakit infeksi. Sedangkan untuk diagnosistanpapemeriksaanpenunjangbaru bisamendiagnosisSTHsetelahtimbulgejala yangberatsepertianemiaberat.Padahaluntuk penyakitsepertiSTHmerupakanpenyakityang minimal membutuhkan pemeriksaan laboratorium mikroskopisuntukpenegakandiagnosis. Sedangkanuntukpemeriksaanrapiddiagnosis merupakan metode pemeriksaan alternatif terpilih karenameskipunmemilikisensitivitasdan spesifisitaslebihrendahdariujimikroskopis, tetapi memiliki keunggulan dalam hal biayayang lebih murah dan waktu diagnosis yang lebih cepat. Sedangkan untuk metode rapid diagnosis sendiri penggunaan di klinis masih terbatas5 oleh karena ituperludilakukanstudipustakarapiddiagnosis untuk digunakan sebagai penunjang diagnosis di klinik kecil seperti Klinik Kesehatan Ibu dan Anak (KKIA) dengan program yang terintegrasi. Strategipreventifmerupakanstrategi yang paling baik dan hanya membutuhkan sedikit biaya untuk mengeliminasi bahkan mengeradikasi STH.Banyakfaktoryangmempengaruhi penyebaran dari STH pada daerah tropis terutama di Asia Tenggara seperti yang telah dilaporkan.6,7, 8,9,10,11,12,13,14,15,16,17,18Pencegahanoleh beberapafaktoryangtelahdilaporkandandari commonknowledgedapatdigunakansebagai acuantindakanpreventifpadaibuhamilyang kemudiankamisintesisdalamtindakanpraktis berupa konseling. Untukmeminimalisasidanmengurangi kejadiananemiaibuhamil,beratbadanlahir rendah,danmenurunkanangkaprevalensi kematianbayilahir,makakamimerancang strategi pengintegrasian antara usaha counseling prevention dan penggunaan rapid diagnosis pada KKIA. Selainitu keberhasilan pengintegrasian ini akanmenunjangpercepatanpencapaiantarget MDGsyangsedangdigalakkanolehKementrian Kesehatan Republik Indonesia.4 59 BIMGI Volume 2 No.2 | Januari Juli 2014 2.PEMBAHASAN Strategikonselingyangakanditerapkan padaprograminiberupasintesisdaridatayang kamiperolehdaristudipustakalaporanfaktor yangmempengaruhitransmisicacingtambang. Daridatayangkamiperolehdidapatkanfaktor yangmeningkatkanangkatransmisiatau penularanSTHpadadaerahtropissebagai berikut: Tabel 1 Faktor risiko penularan STH. Faktor risiko dengan korelasi tinggi. 6,7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18 NoFaktoryang Mempengaruhi Keterangan 1.SumberAirminum yang tidak aman Sumber air minum tidakaman berasaldariair hujansungaiatau tampunganair hujan;sumberair minumamandari perusahaanair minumyang disalurkanlewat pipa. 2.Tidakmencuci tangansetelah buangairbesar (BAB) Perbedaan signifikanantara mencucitangan dan tidak mencuci tangan. 3.Tidakmemakaialas kakiketikakeluar rumah Pemakaian sandalatau sepatu menurunkan transmisi STH 4.Anggotakeluarga dalamsaturumah lebih dari 6 orang Semakinbanyak anggotakeluarga dalam satu rumah meningkatkan prevalensi ascariasis. 5.Pemakaiantoilet bersama Keberadaantoilet dirumahsendiri menurunkan risikoterkena infeksi STH 6.Tidakmencuci tangansebelum makan Perbedaan signifikanantara mencucitangan dan tidak mencuci tangan. 7.Penggunaan bersamatempat buangairbesar (BAB) Salahsatujalur transmisiSTH adalahlewatjalur fekal-oral. Tabel 2. Faktor risiko penularan STH. Faktor risiko dengan korelasi rendah. 6,7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18 No Faktoryang mempengaruhi Keterangan 1.Pendidikanayah rendah Berhubungan dengan pendidikan kepada anak. 2.Pendidikanibu rendah Berhubungan dengan pendidikan kepada anak. 3.Penghasilan rendahBerpengaruh terhadap kebersihan lingkungandan jenismakanan yang dimakan 4.Mempunyaihewan peliharaandalam rumah Meningkatkan kemungkinan transmisi STH. 5.Makanmakanan yang bersumber dari tanah Meningkatkan kemungkinan transmisi STH. 6.Jarangmemotong kuku Meningkatkan kemungkinan transmisi STH. 7.Tidakmencucibuah dansayursebelum dimakan Kemungkinan terdapat kontaminasidari telur mau