Upload
agung-nugroho-ote
View
72
Download
10
Embed Size (px)
Citation preview
11. BIOAKUSTIK
Gel. Bunyi :
- Suatu perubahan mekanik terhadap zat gas, zat cair atau zat padat .
- Merupakan vibrasi/getaran dari molekul zat dan saling beradu satu sama lain,
terkoordinasi sehingga dapat mentransmisikan energi tanpa pemindahan partikel.
Saat seseorang berbicara, tergantung pada substansi yang menjalar apabila suara
mencapai tapal atas maka suara tersebut akan terbagi dua yaitu :
1. Sebagian energi ditransmisikan/diteruskan dan
2. sebagian direfleksikan (dipantulkan).
Suara/bunyi dipergunakan untuk memperoleh perubahan informasi dan untuk
mendeteksi lokasi dari suatu objek.
Contoh :
- Ikan lumba-lumba, kelelawar memperpergunakan suara untuk mengemudi dan
menentukan lokasi makanan, apabila cahaya tidak cukup untuk pengamatan.
- Gema dipergunakan pengemudi pada kedalaman air dan pengamatan
sedangkan ultrasonik atau frekuensi tinggi bunyi dipergunakan untuk
diagnosis dan pengobatan.
- Bunyi yang berfrekuensi rendah dipergunakan dalam penelitian geofisik.
11.1 Gelombang Bunyi Dan Kecepatan
Gelombang bunyi ini menjalar secara transversal atau longitudinal, cahaya hanya
menjalar secara transversal.
Pada suatu percobaan, apabila terjadi vibrasi dari suatu bunyi maka akan terjadi
peningkatan tekanan dan penurunan tekanan pada tekanan atmosfir; peningkatan
ini disebut kompresi sedangkan penurunan tekanan disebut rarefaksi (peregangan).
Hubungan antara frekuensi vibrasi (f), panjang gelombang (λ) dan kecepatan
merambat (V), secara matematis dinyatakan:
V = f . λ atau f = V/λ
Tabel 11.1 Kecepatan Merambat Bunyi Dalam Berbagai Jenis Zat
Temperatur
20°C
Material Massa jenis (ρ)
Kg/m3
Kecepatan (V)
(cm/detik)
Z = (ρ .V) Kg/m2
sec
Udara 1,29 331 430
C02 (0°C) 1,98 258H2 (0°C) 8,99 x 10-2 1.270 .Alkohol 791 1.210Benzine 810 1.166Air 1.000 1.480Alumunium 2.700 5.100Tembaga 8.200 3.560Glas 2.500 5.600Besi 7.900 5.130Darah (37°C) 1.056 1.570Otak 1.020 1.530 1,56 x 106
Otot 1.040 1.580 1,64 x 106
Lemak 920 1.450 1,33 x 106
Tulang 1.900 4.040 7,68 x 106
11.2 Sumber Bunyi
Banyak sekali fenomena yang menghasilkan bunyi :
- Misalnya pembakaran minyak dalam suatu mesin, selalu menghasilkan bunyi.
Bunyi yang dihasilkan instrumen musik. gerakan dahan, pohon atau daun
juga menghasilkan bunyi.
- Ruang mulut dan ruang hidung manusia merupakan struktur resonansi untuk
menghasilkan vibrasi melalui pita suara.
- Demikian pula garputala yang digetarkan akan menghasilkan bunyi. Dari
contoh di atas dapat disimpulkan bunyi itu bisa berasal dari alam, dan bisa
berasal dari perbuatan manusia
Untuk mendeteksi bunyi diperlukan :
- konversi gelombang bunyi ke bentuk vibrasi sehingga dapat dianalisa
frekuensi dan intensitasnya.
- Untuk konversi ini diperlukan alat mikrofon dan telinga manusia.
- Alat mikrofon merupakan transduser yang memberi respon terhadap tekanan
bunyi (sound pressure) dan menghasilkan isyarat/signal listrik.
- Mikrofon yang banyak digunakan adalah mikrofon kondensor.
- Pemilihan mikrofon ini sangat penting karena berguna untuk mendeteksi
kebisingan lingkungan perusahaan (merupakan medan difus segala arah atau
medan bebas) di samping itu perlu diperhatikan faktor kecepatan angin,
cuaca oleh karena sangat mempengaruhi mikrofon.
11.3 Pembagian Frekuensi Bunyi
Berdasarkan frekwensi maka bunyi dibedakan dalam 3 daerah frekwensi yaitu :
- 1.0 - 16 Hz (20 Hz) : Daerah infrasonik, yang termasuk di sini adalah getaran
tanah, gempa bumi.
- Frekuensi 0-16 Hz ini biasanya ditimbulkan oleh getaran tanah, getaran
bangunan maupun mobil truk. Vibrasi yang ditimbulkan oleh mobil truk biasanya
mempunyai frekuensi sekitar 1-16 Hz.
- Frekuensi lebih kecil dari 16 Hz akan mengakibatkan perasaan yang kurang
nyaman (discomfort), kelesuan (fatique) kadang-kadang dapat menimbulkan
perubahan pada penglihatan. Apabila vibrasi bunyi dengan frekuensi infra yang
mengenai tubuh akan menyebabkan resonansi dan akan terasa sakit pada
beberapa bagian tubuh.
- 16 - 20.000 Hz : Daerah sonik, yaitu daerah frekuensi yang dapat
didengar/frekuensi pendengaran (audiofrekwensi). Dari hasil percobaan,
diperoleh kepekaan telinga terhadap frekuensi bunyi berada diantara 16-
4.000 Hz.
- Nilai ambang rata-rata secara internasional terletak di daerah 1.000 Hz. Arti dari
nilai ambang yaitu frekuensi yang berkaitan dengan nineau bunyi (dB) yang
dapat didengar, misalnya pada frekuensi 30 Hz nineau bunyi harus 60 dB
(yaitu 106 x 10-2 W/m2); untuk mendengar bunyi tersebut (60 dB) berarti telinga
seseorang harus 106 x lebih kuat pada nada 1.000 Hz baru dapat mendengar
bunyi tersebut dan berarti pula tekanan bunyinya harus 103 x lebih besar. Pada
usia lanjut misalnya 60 tahun, nilai ambang pendengaran bagi 4.000 Hz ter -
letak ± 40 dB lebih tinggi dari pada usia muda (20 tahun). Gejala naiknya nilai
ambang karena usia tua tersebut dinamakan presbikusis (kurang pendengaran
oleh karena umur semakin tua).
- Di atas 20.000 Hz : Daerah ultrasonik (daerah diatas ambang pendengaran).
Frekuensi ini dalam bidang kedokteran dipergunakan dalam 3 hal yaitu
pengobatan, destruktif/penghancuran dan diagnosis. Hal ini dapat terjadi oleh
karena frekuensi yang tinggi mempunyai daya tembus jaringan cukup besar.
11.4 Intensitas Bunyi
Untuk menghitung intensitas bunyi perlu mengetahui energi yang dibawa oleh
gelombang bunyi. Energi gelombang bunyi ada 2 yaitu : energi potensial dan energi
kinetik. Intensitas gelombang bunyi (I) yaitu energi yang melewati medium
1 m2/detik atau watt/m2. Apabila dinyatakan dalam rumus maka :
I = ½ ρ v A2 ( 2 π f )2 = ½ Z (A)2
Dengan : ρ = massa jenis medium (Kg/m3)
v = kecepatan bunyi (m/detik)
Z = impedansi Akustik
A = maksimum amplitudo atom-atom/molekul
f = frekuensi
W = 2 π f = frekuensi sudut
Alexander Graham Bell (1847-1922) sebagai guru besar fisiologi di Boston,
adalah penemu telpon tahun 1876 yang melakukan penelitian terhadap suara dan
pendengaran, beliau mengatakan satu bell (nineau suara) = 10 Log
. Apabila diperoleh intensitas suatu bunyi adalah 10 kali
intensitas yang lainnya maka I / Io = 10. Oleh karena bell merupakan unit yang besar
sehingga dipakai desibel (dB). Hubungan dengan desibel dinyatakan 1 bell = 10 dB.
Telah diketahui bahwa intensitas (I) berbanding langsung dengan P2 maka perbandingan
antara tekanan dari dua bunyi dapat dinyatakan sebagai berikut:
10 10 Log (P22/P1
2) = 20 10 Log (P2/P1)
Berikut ini table daftar intensitas berbagai sumber bunyi:
Tabel 11.2 Intensitas dan dB Pada Berbagai Bunyi.
Bunyi Intensitas
W/m2
dB
Suara bisik 10 10 20
Kantor sibuk 10-7 50
Bicara jarak 1 meter 10-6 60
Kesibukan lalu lintas 10-5 70
Mobil 10-3 90
Suara yang menghasilkan nyeri 10-2 120
Pesawat jet 101 130
Roket tinggal landas 105 170
Selain intensitas bunyi kita juga mengenal istilah kekerasan bunyi/nyaring
bunyi merupakan bagian dari ukuran bunyi yang merupakan perbandingan kasar dari
logaritma intensitas efektifnya jarak penekanan bunyi yang mengakibatkan respon
pendengaran. Kenyaringan bunyi tidak berkaitan dengan frekuensi; kenyataan 30 Hz
mempunyai kekerasan sama dengan 4.000 Hz bahkan mempunyai perbedaan
intensitas dengan faktor 1.000.000 atau 60 dB.
11.5 Sifat Gelombang Bunyi
Gelombang bunyi mempunyai sifat memantul, diteruskan dan diserap oleh
benda. Apabila gelombang suara mengenai tubuh manusia (dinding) maka sebagian
dari gelombang tersebut akan dipantulkan dan sebagian lainnya akan
diteruskan/ditransmisi ke dalam tubuh.
Mula-mula gelombang bunyi dengan amplitudo tertentu mengenai dinding,
gelombang bunyi tersebut dipantulkan (R). Pantulan tersebut tergantung akan
impedansi akustik. Pernyataan itu ditulis sebagai berikut :
R = Z 1 – Z 2
Ao Z1 + Z2
Dengan : Z 1,2= impedansi akustik (V) dari kedua media.
Telah dikatakan bahwa gelombang bunyi sebagian akan diteruskan (T); besarnya T
dapat dihitung dengan mempergunakan rumus :
T = 2 Z1
Ao Z1 +Z 2
Pada hukum geometri diketahui bahwa cahaya bisa refleksi (pantul) dan
refraksi (patah). Demikian pula pada gelombang bunyi dapat dipatah (direfraksi);
dan gelombang bunyi yang masuk ke dalam jaringan akan menyebabkan efek
friction (friksi). Penyerapan energi bunyi ini akan mengakibatkan berkurangnya
amplitudo gelombang bunyi.
Nilai amplitudo bunyi yang menetap pada jaringan dinyatakan dalam rumus :
A = Ao-° α x
Dengan : A = amplitudo bunyi yang menetap pada jaringan yang tebal X cm.
Ao = amplitudo bunyi mula-mula.
α = koefisien absorpsi jaringan (cm-1)
x = tebal jaringan (cm).
Hal yang sama pula dapat diketahui berupa nilai intensitas bunyi yang menetap pada
jaringan yaitu :
I = Io e -2 X
Dengan : Io = Intensitas mula-mula
I = Intensitas bunyi yang menetap pada jaringan
α = koefisien absorpsi
Dengan mempergunakan rumus-rumus tersebut dapat menghitung nilai absorpsi jaringan
terhadap gelombang bunyi.
Tabel 11.3 Koefisien Absorpsi Dan Nilai Paruh Ketebalan Jaringan
Bahan Frekuensi °/C Nilai paruh
ketebalanOtot 1 0,13 2,7
Lemak 0,8 0,05 6,9Otak 1 0,11 1,2Tulang 0,6 0,4 6,95Air 1 2,5 x 10 - 4 14x 10 3
Nilai paruh ketebalan (Half - value thickness) jaringan adalah ketebalan jaringan
yang diperlukan untuk menurunkan intensitas mula-mula (Io) menjadi 1/2 Io.
11.6 Azas Doppler
Pada tahun 1800 ahli fisika telah membuktikan bahwa sumber bunyi
berfrekuensi fo mempunyai derajat tinggi apabila sumber bunyi bergerak mendekati
pendengar apabila sumber bunyi bergerak menjauhi pendengar akan terdapat
frekuensi dengan derajat rendah. Demikian pula apabila pendengar mendekati sumber
bunyi akan memperoleh frekuensi bunyi dengan derajat tinggi begitu pula sebaliknya.
Percobaan frekuensi ini disebut Doppic Shift. Sedangkan efek yang timbul akibat
bergeraknya sumber bunyi atau bergeraknya pendengar disebut Efek Doppler.
Secara ringkas dapat ditunjukkan gambar sebagai berikut :
Keadaan I : Bunyi bergerak mendekati pendengar A, sedangkan pendengar B diam
fd = fo ( C )
(C+V)
Keadaan II : Pendengar B mendekati sumber bunyi, sumber bunyi sendiri diam,
sedangkan pendengar A menjauhi sumber bunyi.
fd = fo (C+V )
( C )
Efek Doppler ini dipergunakan untuk mengukur bergeraknya zat cair di dalam
tubuh misalnya darah. Berkas ultrasonik/bunyi ultra yang mengenai darah (darah
bergerak menjauhi bunyi) darah akan memantulkan bunyi ekho dan diterima oleh
detektor. Apabila diketahui fo = frekuensi mula-mula, sudut θ dari arah sumber bunyi
dan perubahan frekuensi (fd) maka :
fd = 2 fo V d cos θ
Vs
Dengan : Vd = kecepatan darah
Vs = kecepatan suara
Gambar 11.1 Ultrasonic blood flow meter, tipe Doppler, dikutip dari Leslie Cromwell,
Fredy Weibell, Erich A Pfeiffer, Leo & Usselman "Biomedical Instrumentation and
Measurements", Prentice Hall, Inc., Englewood Cliffs, New Jersey, 1973, hlm. 123.
11.7 Ultrasonik Dalam Bidang Kedokteran
Ultrasonik/bunyi ultra dihasilkan oleh magnet listrik dan "kristal piezo
elektrik dengan frekuensi di atas 20.000 Hz. Bunyi ultrasonik yang dihasilkan oleh
batang ferromagnet diletakkan pada medan magnet listrik maka akan timbul
gelombang bunyi ultra pada ujung batang ferromagnet. Demikian pula apabila batang
ferromagnet dilingkari dengan kawat kemudian dialiri listrik akan timbul gelombang
ultrasonik pada ujung batang ferromagnet, sedangkan bunyi ultrasonik yang dihasilkan
dari kristal piezo electrik pertama kali ditemukan oleh Piere Curie dan Jacques pada
tahun sekitar 1880; tebal kristalnya 2,85 mm. Apabila kristal piezo electrik dialiri
tegangan listrik maka lempengan kristal akan mengalami vibrasi sehingga timbul
frekuensi ultra; demikian pula vibrasi kristal akan menimbulkan listrik. Berdasarkan
sifat itu maka kristal piezo electrik dipakai sebagai transduser pada ultrasonografi.
Frekuensi dan daya ultrasonik yang dipakai dalam bidang kedokteran
digunakan menurut kebutuhan; apabila ultrasonik yang digunakan untuk diagnostik
maka frekuensi yang digunakan sebesar 1 MHz sampai 5 MHz dengan daya 0,01 W/cm2.
Apabila daya ultrasonik ditingkatkan sampai 1 W/cm2 akan dipakai sebagai
pengobatan, sedangkan untuk merusakkan jaringan kanker dipakai daya 10 3 W/cm2.
Efek Doppler merupakan dasar penggunaan ultrasonik yaitu terjadi perubahan
frekuensi akibat adanya pergerakan pendengar atau sebaliknya; dan getaran bunyi yang
dikirim ke tempat tertentu (ke objek) akan direfleksi oleh objek itu sendiri.
Efek gelombang ultrasonik sama dengan gelombang bunyi hanya saja
frekuensi yang sangat tinggi antara lain :
Mekanik : yaitu membentuk emulsi asap/awan dan disintegrasi beberapa benda
padat, dipakai untuk menentukan lokasi batu empedu.
Panas : Nelson Heerich dan Krusen, menunjukkan bahwa sebagian ultrasonik
mengalami refleksi pada titik yang bersangkutan, sedangkan sebagian lagi pada
titik tersebut mengalami perubahan panas. Pada jaringan bisa terjadi pembentukan
rongga dengan intensitas yang tinggi.
Kimia : Gelombang ultrasonik menyebabkan prosesoksidasidan terjadi hidrolisis
pada ikatan polyester.
Efek biologis:Efek yang ditimbulkan ultrasonik ini merupakan gabungan dari
berbagai efek misalnya akibat pemanasan menimbulkan pelebaran pembuluh
darah. Selain itu ultrasonik menyebabkan peningkatan permeabilitas membran sel
dan kapiler serta merangsang aktifitas sel. Sesuai hukum Van't Hoff (menimbulkan
panas) otot mengalami paralyse dan sel-sel hancur; bacteri, virus dapat
mengalami kehancuran. Selain itu menyebabkan keletihan pada tubuh manusia
apabila daya ultrasonik ditingkatkan.
Penggunaan ultrasonik dalam bidang kedokteran berkaitan dengan efek yang
ditimbulkan gelombang ultrasonik dan sifat gelombang bunyi ultra maka gelombang
ultrasonik dipergunakan sebagai diagnosis dan pengobatan.Ultrasonik
Untuk mendiagnosis umumnya dengan menggunakan kristal piezo electric yang
bertindak sebagai transduser mengirim gelombang ultrasonik mencapai pada dinding
berlawanan, kemudian gelombang bunyi dipantulkan dan diterima oleh transduser
tersebut pula. Transducer yang menerima gelombang balik akan diteruskan ke
amplifier berupa gelombang listrik kemudian gelombang tersebut ditangkap oleh CRT
(Ossiloskop). Gambaran yang diperoleh CRT tergantung tehnik yang dipergunakan.
Ada 3 macam metoda dalam memperoleh gambaran yaitu :
A Skanning yang berfungsi untuk mendiagnosis tumor otak (echo encephalo
graphy), memberi informasi tentang penyakit-penyakit mata, daerah/lokasi yang
dalam dari bola mata, menentukan apakah cornea atau lensa yang opaque atau ada
tumor-tumor retina.
B Skanning berfungsi untuk memperoleh informasi struktur dalam dari tubuh
manusia. Misalnya hati, lambung, usus, mata, mamma, jantung janin. Dapat juga
untuk mendeteksi kehamilan sekitar 6 minggu, kelainan dari uterus/kandung
peranakan dan kasus-kasus perdarahan yang abnormal, serta treatened abortus
(abortus yang sedang berlangsung). Selain itu B Skanning mampu lebih banyak
memberi informasi dari pada X-ray dan sedikit resiko yang terjadi. Misalnya X-
ray hanya dapat mendeteksi kista yang radioopaque sedangkar. B skanning lebih
banyak memberi petunjuk tentang tipe berbagai kista.
M Skanning dapat memberikan informasi tentang jantung, valvula jantung,
pericardial effusion (timbunan zat cair dalam kantong jantung). Selain itu M
skanning mempunyai kelebihan yaitu dapat dikeijakan sembari pengobatan
berlangsung untuk menunjukkan kemajuan dalam pengobatan.
Penggunaan ultrasonik dalam pengobatan sebagaimana telah diketahui bahwa
ultrasonik mempunyai efek kimia dan biologi maka ultrasonik dapat dipergunakan
dalam pengobatan. Ultrasonik memberi efek kenaikan temperatur dan peningkatan
tekanan; efek ini timbul karena jaringan mengabsorbsi energi bunyi dengan demikian
ultrasonik dipakai sebagai diatermi/pemanasan. Ultrasonik yang dipakai sebesar
beberapa W/cm2 dilakukan dalam 3-10 menit, dua kali sehari, seminggu dilakukan 3
kali. Gelombang ultrasonik berbeda dengan gelombang elektromagnetik dan panas yang
ditimbulkan oleh ultrasonik.sangat berbeda dengan microwave diathermi. Hal ini dapat
ditunjukkan melalui grafik.
Gambar 11.2 Perubahan Temperatur Selama Pengobatan Terhadap Persendian Dengan
Menggunakan Metode Ultrasonik dan Gelombang Mikro
Ultrasonik sebagai diatermi, intensitas yang dipakai 1-10 W/cm 2 dengan
frekuensi sebesar 1 MHz pemindahan amplitudo sebesar 10 W/cm2 ke dalam jaringan
kurang lebih 10-6 cm, maksimum tekanan 5 atm. Tekanan mula-mula maksimum,
berubah menjadi minimum panjang gelombang ½ λ ; untuk 1 MHz gelombang ke dalam
jaringan sebesar = 0,7 mm.
Selain itu ultrasonik dapat dipakai untuk menghancurkan jaringan ganas
(kanker). Sel ganas akan hancur pada beberapa bagian sedangkan di daerah lain
kadang-kadang menunjukkan rangsangan pertumbuhan; masih diselidiki lebih lanjut.
Penderita parkinson, penggunaan ultrasonik dalam pengobatan sangat berhasil
namun sangat disayangkan untuk mengfokuskan bunyi ke arah otak sangat sulit.
Sedangkan pada penyakit maniere (maniere's disease) di mana keadaan penderita
kehilangan pendengaran dan kesetimbangan, apabila diobati dengan ultrasonik
dikatakan 95% berhasil baik; ultrasonik menghancurkan jaringan dekat telinga tengah.
11.8 Suara
Suara pada hakekatnya sama dengan bunyi. Hanya saja kata suara dipakai untuk
mahluk hidup atau benda yang dimahlukkan, sedangkan kata bunyi dipakai untuk
benda mati. Untuk jelasnya disajikan beberapa contoh :
- suara burung
- suara si Slamet
- suara mobil; di sini mobil dimahlukkan - bunyi gaduh
- bunyi daun gemersik
- bunyi alarm.
Suara bicara normal merupakan hasil dari modulasi udara yang mengalir keluar
dari dalam tubuh. Untuk macam-macam suara, mulai dari paru-paru yang penuh
dengan uap udara melalui pita suara (vokal cords) kadang-kadang disebut glottis dan
beberapa ruang vokal, udara keluar melalui mulut dan sedikit melalui hidung.
Pembentukan suara melalui mulut ini disebut bicara.
Beberapa bunyi yang dihasilkan melalui mulut tanpa mempergunakan pita
suara disebut unvoiced sound. Misalnya p, t, k, s, f dan ch, kalau kita perincikan lagi
maka:
- p, t dan k suara/bunyi letupan (plosive sound).
- s, f dan ch suara/bunyi frikatif (fricative sound)
- ch kombinasi dari kedua tipe di atas.
Unvoiced sound merupakan aliran udara melalui penciutan (contriction) atau
dibentuk oleh lidah, gigi, bibir dan langit-langit.
Frekuensi dasar dari hasil vibrasi yang kompleks tergantung dari massa dan
tegangan pita suara. Laki-laki mempunyai frekuensi suara 125 Hz sedangkan wanita
150 Hz. Frekuensi rendah yang dihasilkan penyanyi sekitar 64 Hz (C rendah) dan fre-
kuensi yang tinggi (suara sopran) sekitar 2,048 Hz.
Pada suatu studi mengenai ucapan huruf hidup dan huruf mati diperoleh
bahwa huruf hidup banyak mengandung tenaga dari pada huruf mati; perbandingan
tenaga antara huruf hidup dan huruf mati 68 : 1.
11.9 Alat Pendengaran
Alat pendengaran yang dimaksudkan di sini adalah telinga. Di sini akan dibicarakan
sepintas tentang bagian-bagian telinga serta fungsinya. Telinga merupakan alat
penerima gelombang suara atau gelombang udara kemudian gelombang mekanik ini
diubah menjadi pulsa listrik dan diteruskan ke korteks pendengar melalui saraf
pendengaran.
Telinga dibagi dalam 3 bagian yaitu telinga luar, telinga tengah dan telinga
bagian dalam.
Gambar 11.3 Hubungan telinga tengah dengan pharinx melalui tuba eustachii, dikutip
dari John R. Cameron and James G. Skofronick "Medical Physics" John Wiley & Sons,
1978 hlm. 295.
Keterangan Gambar :
A = daun telinga G = syaraf pendengaran
B = saluran telinga H = round window
C = membran tympani I = tuba eustachi
D = tulang telinga: maleulus, incus, stapes J = pharinx
E = canalis semilunaris K = ruang telinga tengah
F = oval window
Telinga bagian luar : terdiri dari daun telinga dan kanal telinga; batas telinga
luar yaitu dari daun telinga sampai dengan membran tympani. Daun telinga berfungsi
sebagai pengumpul energi bunyi dan dikonsentrasikan pada membran tympani.
Pada manusia hanya menangkap 6-8 dB, sedangkan telinga gajah hanya
berfungsi sebagai pelepas panas. Pada kanalis telinga terdapat malam (wax) yang
berfungsi sebagai peningkatan kepekaan terhadap frekuensi suara 3.000-4.000
Hz, panjang kanalis 2,5 cm (λ/4 = 2,5), λ = 10 cm. Membran tympani tebalnya
0,1 mm, luas 65 mm2, mengalami vibrasi dan diteruskan ke telinga bagian tengah
yaitu pada tulang telinga (incus, malleulus dan stapes). Sarjana Van Bekesey
melakukan studi tentang vibrasi membran tympani pada telinga cadaver yang
mati. Kemudian melalui teknik fisika yang modern (mors bauer effect) diperoleh
secara nyata gerakan dari membran tympani yaitu nilai ambang pendengar pada
3.000 Hz ~ 10-9 cm. Nilai ambang pendengar terendah yang dapat didengar 20 Hz
dan pada 160 dB membran tympani mengalami ruptur/pecah.
Telinga bagian tengah : batas telinga tengah mulai dari membran tympani sampai
dengan tuba eustachii. Terdiri dari 3 buah tulang kecil yaitu os malleulus os incus
dan os stapes. Suara yang masuk itu, 99,9 % mengalami refleksi dan hanya 0,1 %
saja yang ditransmisi/diteruskan. Pada frekuensi kurang dari 400 Hz membran
tympani bersifat "per" sedangkan pada frekuensi 4.000 Hz membran tympani
akan menegang. Telinga bagian tengah ini memegang peranan proteksi. Hal ini
dimungkinkan oleh karena adanya tuba eustachii yang mengatur tekanan di dalam
telinga bagian tengah, di mana tuba eustachii mempunyai hubungan langsung
dengan mulut. Pada beberapa penyebab sehingga terjadi perbedaan tekanan antara
telinga bagian tengah dan dunia luar akan mengakibatkan penurunan sensitifitas
tekanan (misalnya pada penderita influensa); pada tekanan 60 mmHg yang
mengenai membran tympani akan mengakibatkan perasaan nyeri.
Telinga bagian dalam : berada di belakang tulang tengkorak kepala terdiri dari cochlea
dan oval window. Bagian ini mengandung struktur spiral yang dikenal sebagai cochlea,
berisikan cairan. Ukuran cochlea sangat kecil berkisar 3 cm panjang, terdiri dari 3
ruangan yaitu : ruangan vestibular merupakan tempat berakhirnya oval window; ductus
cochlearis dan ruangan tympani berhubungan dengan atap spiral. Pada cochlea terdapat
8.000 duktor yang berhubungan dengan otak melalui syaraf pendengaran.
Gambar 11.4 Ruang Cochlea, dikutip dari John R. Cameron and James G. Skofronick
"Medical Physics" John Wiley & Sons, 1978, hlm. 301.
'
Gelombang bunyi yang masuk melalui oval window menghasilkan gelombang
bunyi yang berippel (bergerigi) mencapai membran basiler pada ductus cochlearis. Di
sini gelombang tersebut diubah menjadi gelombang sinyal listrik dan diteruskan ke otak
lewat syaraf pendengaran. Apabila bunyi yang didengar 10.000 Hz, syaraf yang terdapat
pada organ corti tidak mengirim rangsangan 10.000 Hz ke otak melainkan mengirim
rangsangan secara seri ke otak yang berupa gelombang bunyi yang sinusoidal.
11.10 Test Pendengaran Dan Hilang Pendengaran
Ada dua macam hilang pendengaran yaitu hilang pendengaran karena
konduksi (tuli konduksi) dan hilang pendengaran karena syaraf (tuli syaraf/persepsi).
Tuli konduksi terjadi, di mana vibrasi suara tidak dapat mencapai telinga bagian tengah.
Tuli semacam ini sifatnya hanya sementara oleh karena adanya malam/wax/serumen
atau adanya cairan di dalam telinga tengah. Apabila tuli konduksi tidak pulih kembali
dapat menggunakan Hearing aid (alat pembantu pendengaran). Sedangkan tuli persepsi
dapat Bisa terjadi hanya sebagian kecil frekuensi saja atau seluruh frekuensi yang
tidak dapat didengar. Tuli persepsi ini sampai sekarang belum bisa diobati.
Untuk mengetahui tuli konduksi atau tuli syaraf dapat dilakukan tes
pendengaran dengan mempergunakan :
a. Tes suara berbisik/noise box.
Prosedur tes dengan suara berbisik akan dikuliahkan pada THT atau Neurologi.
Telinga normal dapat mendengar suara berbisik dengan tone/nada rendah.
Misalnya suara konsonan, dan palatal : b, p, t, m, n pada jarak 5-10 meter. Suara
berbisik dengan nada tinggi misalnya suara desis/sibiland s, z, ch, sh, shel pada jarak
20 meter.
b. Tes garputala
Untuk mengetahui secara pasti apakah penderita tuli konduksi atau persepsi, dapat
mempergunakan garputala, frekuensi garputala yang dipakai C 1 2 8, C 1 0 2 4 dan C 2 0
4 8. Ada tiga macam tes yang mempergunakan garputala yakni : tes Weber, tes
Rinne dan tes Schwabach.
Tes Weber
Garputala C 1 2 8 digetarkan kemudian diletakkan pada vertex dahi/puncak dahi
verteks. Pada penderita tuli konduktif (disebabkan wax atau otitis media)
akan terdengar terang/baik pada telinga yang sakit. Misalnya telinga kanan
yang terdengar baik/terang disebut Weber lateralisasi ke kanan. Pada penderita
tuli persepsi/saraf, getaran garputala terdengar terang pada telinga normal.
Gambar 11.5 Test Weber, dikutip dariA.G. Likhachov, M.D. "Diseasese' the Ear
Nose and Throat Foreign Languages Publishing House, Moscow, hlm. 34, 35.
Test Rinne
Tes ini membandingkan antara konduksi melalui tulang dan udara. Garputala
digetarkan (C 1 2 8) kemudian diletakkan pada prosesus mastoideus (dibelakang
telinga), setelah tidak mendengar getaran lagi garputala dipindahkan
didepan liang telinga; tanyakan penderita apakah masih mendengarnya.
Gambar 11.6 Test Rinne, Dikutip dari A.G. Likhachov, M. D. "Diseases of the Ear
Nose and Throat" Foreign Languages Publishing House Moscow, hlm. 35.
Normal konduksi melalui udara 85-90 detik. Konduksi melalui tulang 45
detik. Rinne positif (Rinne +) : pendengaran penderita baik juga pada penderita
tuli persepsi (saraf). Rinne negatif (Rinne -) : pada penderita tuli konduksi di
mana jarak waktu konduksi tulang mungkin sama atau bahkan lebih panjang.
Tes Schwabach
Tes ini membandingkan jangka waktu konduksi tulang melalui verteks atau
prosesus mastoideus penderita dengan konduksi tulang si pemeriksa. Pada tuli
konduksi : konduksi tulang penderita lebih panjang dari pada sipemeriksa. Pada
tuli saraf/persepsi : Konduksi tulang sangat pendek. Garputala C 2 0 4 8 dipakai
untuk memeriksa ketajaman pendengaran terhadap nada tinggi. Pada orang
tua/usia lanjut dan tuli persepsi, akan kehilangan pendengaran terhadap nada
tinggi.
Audiometer
Merupakan alat elektronik pembangkit bunyi yang dipergunakan untuk
mengukur derajat ketulian. Alat elektronik ini dapat membangkitkan bunyi
pada berbagai frekuensi dan dihubungkan dengan earphon. Pemeriksa
menekan knop frekuensi tertentu sedangkan penderita mengacungkan tangan
tanda mendengar. Pada saat ini pemeriksa memberi tanda pada sebuah kartu
yang telah ada frekuensi tertentu.
11.11 Bising
Bising didefinisikan sebagai bunyi yang tidak dikehendaki yang merupakan
aktivitas alam (bicara, pidato) dan buatan manusia (bunyi mesin). Bunyi dinilai sebagai
bising sangatlah relatif sekali, suatu contoh misalnya musik di tempat-tempat
diskotik, bagi orang yang biasa mengunjungi tempat itu tidak merasa suatu
kebisingan, tetapi bagi orang-orang yang tidak pernah berkunjung di tempat diskotik
akan merasa suatu kebisingan yang mengganggu. Proffesor Phoan Way On (Singapura
1975) mengatakan bahwa di negara industri misalnya Amerika Serikat, peningkatan
kebisingan setiap tahunnya diperkirakan mencapai 1 dB. Pada tahun 1990
diperkirakan tingkat kebisingan akan mencapai 100 kali lebih besar dari pada tahun
1975.
Berdasarkan frekuensinya, tingkat tekanan bunyi, tingkat bunyi dan tenaga
bunyi maka bising dibagi dalam 3 kategori :
Audible noise (bising pendengaran).
Bising ini disebabkan oleh frekuensi bunyi antara 31,5 - 8.000 Hz.
Occupational noise (bising yang berhubungan dengan pekeijaan).
Bising ini disebabkan oleh bunyi mesin di tempat kerja, bising dari mesin .
Impuls noise (Impact noise = bising impulsif).
Bising yang terjadi akibat adanya bunyi yang menyentak, misalnya pukulan
palu, ledakan meriam tembakan bedil.
Berdasarkan waktu terjadinya, maka bising dibagi dalam beberapa jenis :
A. - Bising kontinyu dengan spektrum luas, misalnya bising karena mesin, kipas
angin.
- Bising kontinyu dengan spektrum sempit, misalnya bunyi gergaji,
penutup gas.
- Bising terputus-putus (intermittent), misalnya lalu lintas, bunyi kapal
terbang di udara.
B. - Bising sehari penuh (full time noise).
- Bising setengah hari (part time noise).
C. - Bising terus menerus (steady noise).
- Bising impulsif (impuls noise) ataupun bising sesaat (letupan).
Berdasarkan skala intensitas maka tingkat kebisingan dibagi dalam : sangat
tenang, tenang, sedang, kuat, sangat hiruk pikuk dan menulikan. (lihat daftar skala
intensitas kebisingan).
Tabel 11.4 Daftar skala intensitas kebisingan
Tingkat kebisingan Intensitas
(dB)
Batas dengar tertinggi
Menulikan
120 Halilintar
110 Meriam
100 Mesin uap
Sangat hiruk pikuk
100 Jalan hiruk pikuk
90 Perusahaan sangat gaduh
80 Pluit polisi
Kuat
80 Kantor gaduh
70 Jalan pada umumnya
70 Radio
60 Perusahaan
Sedang
60 Rumah gaduh
50 Kantor umumnya
50 Percakapan kuat
40 Radio perlahan
Tenang
40 Rumah tenang
30 Kantor Perorangan
30 Auditorium
20 Percakapan
Sangat Tenang
20 Bunyi daun
10 Berbisik
0 Batas dengar terendah
Pengaruh utama dari kebisingan adalah kerusakan pada indera pendengar dan
akibat ini telah diketahui dan diterima umum. Kerusakan atau gangguan sistem pendengaran
seperti hilangnya pendengaran secara temporer/sementara dan dapat pulih kembali
apabila bising tersebut dapat dihindarkan, orang menjadi kebal atau imun terhadap
bising, telinga berdengung dan kehilangan pendengaran secara menetap dan tidak pulih
kembali biasanya dimulai pada frekuensi sekitar 4.000 Hz, kemudian menghebat dan
meluas pada frekuensi sekitarnya dan akhirnya mengenai frekuensi percakapan.
Selain pengaruh bising terhadap sistem pendengaran, dapat pula mengganggu
konsentrasi dan meningkatnya kelelahan. Hal ini dapat terjadi pada kebisingan
tingkat rendah sedangkan pada tingkat tinggi kebisingan dapat menyebabkan salah
tafsir pada saat bercakap-cakap. Apabila bising berinterferensi dengan frekuensi
300-3.000 Hz akan menyebabkan perasaan tidak enak dalam pekerjaan dan terhadap
lingkungan sekitarnya akan menimbulkan reaksi masyarakat yaitu protes terhadap
kebisingan.
Pada suatu penelitian di Jerman menunjukkan pekerja yang mengalami
kebisingan dapat menyebabkan gangguan hormonal, sistem saraf dan merusak
metabolisme. Para ahli Rusia menemukan pekerja-pekerja di industri mengalami
perubahan saluran darah, dan timbul brady cardia (denyut jantung lemah), fisik lesu dan
mudah terangsang.
Untuk menghindari hal diatas, sangat penting untuk dilakukan prinsip
pencegahan ketulian dari proses bising seperti menjauhi dari sumber bising, mesin atau
alat-alat yang menghasilkan bising diberikan cairan pelumas, membuat tembok
pemisah antara sumber bising dengan tempat kerja, pekerja-pekerja diharapkan
memakai pelindung telinga seperti ear muff/penutup telinga. Selain ear muff dapat
pula memakai ear plug/penyumbat telinga, tetapi hanya berefek terhadap bising yang
tingkatnya rendah. Kadang-kadang dapat pula menggunakan woll-katun atau woll
sintetis untuk mencegah kebisingan, tetapi woll katun kurang bermanfaat untuk
mencegah kebisingan daripada menggunakan woll sintetis.
Dalam menentukan tipe/macam-macam bising mencakup parameter dasar dan
turunan yaitu :
1. Parameter dasar :
a. Frekuensi, dinyatakan dalam hertz yaitu siklus perdetik.
b.Tenaga bunyi dinyatakan dalam Watt yaitu energi pancaran bunyi total.
c. Tekanan bunyi, dinyatakan dalam mikropaskal (uPa), yaitu intensitas sebagai
akar dari kwadrat amplitudo.
2. Parameter turunan :
a. Tingkat tekanan bunyi (sound pressure level). Dinyatakan dalam dB yang
mana menyatakan tingkat dalam frekuensi yang berkaitan dengan tekanan
bunyi. Kegunaanya adalah untuk mengukur/menentukan pita frekuensi.
Hubungan antara tekanan bunyi dengan tingkat tekanan bunyi dapat dilihat
di dalam skala desibel (dB) yaitu logaritma dari tekanan bunyi
Sound pressure level (dB) = 20 10 log P1/Po
Dengan : P1 = Tekanan bunyi (uPa)
Po = Tekanan bunyi dasar = 20 uPa (yaitu 0,002 Pa).
Dipakai tekanan dasar 20 uPa (0,0002 dyne/cm2) oleh karena bunyi dengan
frekuensi 1.000 Hz (nilai ambang pendengaran) dapat didengar oleh telinga
normal.
b. Tingkat bunyi. Sama dengan dB yang mana menunjukkan tingkat linieritas.
Satuan dalam parameter dasar dapat dihitung secara biasa, tetapi parameter
turunan dalam satuan dB tidak bisa. Suatu contoh : 2 buah sumber bunyi masing-
masing 75 dB, maka ke dua sumber bunyi tersebut memberi 78 dB (75 dB + 75
dB) = 78 dB, di sini terlihat peningkatan hanya 3 dB.
Terdapat beberapa peralatan yang digunakan dalam survay kebisingan seperti
pada tabel berikut ini :
Tabel 11.5 Peralatan Pengukur Tingkat Kebisingan
Peralatan Penggunaan
Sound level meter dB(L) ; dB(C) and dB(A) instantaneous Fast
(200 mri 1) or Slow (500 m-1 )
Sound level meter and octave band
analysis
As above with octave analysis 31,5-16
KHz
Impulse noise meter Peak levels as instantaneous or average
Noise average meter Average noise for time specifield
Noise dose meter Noise dose relative to predetermined Leq
dB(A)
Tape recorder Recording of noise prior to analysis
Third octave analyzer Detailed analysis from meter or tape
Statistical distribution analyser Divides noise into level classes
Real time analyzer Gives instantaneous changes in spectra
Alat utama dalam pengukuran kebisingan adalah sound level meter. Alat ini
untuk mengukur kebisingan antara 30-130 dB dari frekuensi 20-20.000 Hz. Dalam
kaitan analisa frekuensi dari suatu kebisingan biasanya dilakukan dengan alat "octave
band analyser" untuk mengukur frekuensi menengah dari 31,5; 63; 125; 250; 500;
1.000; 2.000; 4.000; 8.000; 16.000 dan 31.500 Hz.
Informasi yang diperoleh dari hasil pengukuran akan dipakai dalam estimasi
tingkat bising dan menentukan bilakah menggunakan alat proteksi bising. Selain itu
frekuensi analyser dipakai untuk estimasi pengukuran kebisingan.
Untuk keperluan analisa akan distribusi bising, biasanya memakai "tape recorderHasil
rekaman kebisingan nantinya akan dibawa ke laboratorium untuk dianalisa dengan
menggunakan octave band analyser seperti dB, dB(A), dB(A) Leq; dan data yang
diperoleh akan dibuat distribusi statistik dengan menggunakan Statistical distri bution
analyser. Kadang kala data dari sound level meter tidak dapat diukur, untuk itu perlu
dipikirkan suatu tehnik atau metode tertentu. Suatu contoh pengukuran kebisingan
impulsif pengukuran bising ini sangat sulit oleh karena waktu kejadian sangat singkat.
11.12 Vibrasi
Vibrasi adalah getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran
mekanik misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya. Oleh sebab itu vibrasi kita bedakan
dalam 2 bentuk :
a. Vibrasi karena getaran udara yang pengaruhnya terutama pada akustik.
Vibrasi udara oleh karena benda bergetar dan diteruskan melalui udara akan
mencapai telinga. Getaran dengan frekuensi 1-20 Hz tidak akan terjadi gangguan
pengurangan pendengaran tetapi pada intensitas lebih dari 140 dB akan terjadi
gangguan vestibuler yaitu gangguan orientasi, kehilangan keseimbangan dan mual-
mual. Akan timbul nyeri telinga, nyeri dada dan bisa terjadi getaran seluruh tubuh.
b. Vibrasi karena getaran mekanis mengakibatkan timbulnya resonansi/turut
bergetarnya alat-alat tubuh. Penjalaran vibrasi mekanik dapat terjadi melalui
sentuhan/kontak dengan permukaan benda yang bergerak; sentuhan ini melalui
daerah yang terlokalisasi (tool-hand vibration) atau mengenai seluruh tubuh (whole
body vibration). Bentuk tool hand vibration merupakan yang terlazim di dalam
proses pekerjaan. Timbulnya vibrasi terhadap tubuh tergantung besar kecilnya
frekuensi yang mengenai permukaan tubuh.
- Frekuensi 3-9 Hz : akan timbul resonansi pada dada dan perut.
- Frekuensi 6-10 Hz : dengan intensitas 0,6 g tekanan darah, denyut jantung,
pemakaian 02 dan volume perdenyut sedikit berubah. Pada intensitas 1,2 g
terlihat banyak perubahan sistem peredaran darah.
- Frekuensi 10 Hz : leher, kepala, pinggul, kesatuan otot dan tulang akan
beresonansi.
- Frekuensi 13-15 Hz : Tenggorokan akan mengalami resonansi.
- Frekuensi kurang dari 20 Hz : tonus otot akan meningkat; akibat kontraksi
statis ini otot menjadi lemah, rasa tidak enak dan kurang perhatian.
- Frekuensi diatas 20 Hz : otot-otot menjadi kendor
- Frekuensi 30-50 Hz : digunakan dalam kedokteran olahraga untuk memulihkan
otot-otot sesudah kontraksi luar biasa.
Saat kita melakukan suatu pekerjaan dengan menggunakan peralatan bantu
maka alat-alat yang dipakai akan bergetar dan getaran tersebut disalurkan pada
tangan. Hal ini akan memberikan efek pada tangan. Getaran-getaran dalam waktu
singkat tidak berpengaruh pada tangan tetapi dalam jangka waktu cukup lama akan
menimbulkan kelainan pada tangan berupa, kelainan pada persyarafan dan peredaran
darah. Gejala kelainan ini mirip dengan fenomena Raynaud yaitu keadaan pucat dan
biru dari anggota badan, pada saat anggota badan kedinginan, tanpa ada penyumbatan
pembuluh darah tepi dan tanpa kelainan-kelainan gizi. Phenomena Raynaud ini
terjadi pada frekuensi sekitar 30-40 Hz serta kerusakan-kerusakan pada persendian
tulang.
Untuk mengurangi efek vibrasi maka tubuh yang merupakan susunan elastis
yang kompleks dengan tulang sebagai penyokong dan landasan kekuatan serta kerja
otot. Kerangka, alat-alatr urat dan otot memiliki sifat elastis yang bekerja secara
serentak sebagai peredam dan penghantar getaran. Pengaruh getaran terhadap tubuh
ditentukan sekali oleh posisi tubuh atau sikap tubuh. Pada saat kondisi tubuh berdiri
maka pada tungkai kaki yang lurus akan menghantar 100 % getaran ke dalam badan,
sedangkan pada posisi duduk tungkai akan berlaku sebagai peredam. Selain itu getaran
mekanis dapat dihindari dengan meletakan bahan peredam dibawah benda yang
bergetar. Bahan peredam harus jauh lebuh rendah frekuensinya dari frekuensi getaran
benda. Frekuensi dari bahan peredam getaran benda sebaiknya sekitar 1 Hz, selain itu
tempat duduk atau alas kaki diletakkan bahan peredam. Tebal tempat duduk dan alas
kaki sangat menentukan besar redaman.