Upload
rachmatulla
View
74
Download
2
Embed Size (px)
DESCRIPTION
biografi Purdi E Chandra.pdf
Citation preview
BIOGRAFI PURDI E CHANDRA
PENDIRI PRIMAGAMA DAN ENTERPRENEUR UNIVERSITY
LAPORAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Wirausaha Bidang Manufaktur
Yang dibina oleh Bapak Suharmanto
Oleh:
Rachmatulla (120512302008)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK MESIN
Agustus 2014
BIOGRAFI PURDI E CHANDRA
PENDIRI PRIMAGAMA DAN ENTERPRENEUR UNIVERSITY
A. Profil Purdi E Chandra
Purdi E Chandra lahir di Lampung 9 September 1959. ia mulai berbisnis sejak
ia masih duduk di bangku SMP di Lampung, yaitu ketika dirinya mulai beternak ayam
dan bebek, dan kemudian menjual telurnya di pasar. Sosok Purdi E. Chandra kini
dikenal sebagai pengusaha yang sukses. Bisnis resminya sendiri dimulai pada 10
Maret 1982, yakni ketika ia bersama teman-temannya mendirikan Lembaga Bimbingan
Test Primagama (kemudian menjadi bimbingan belajar). Lembaga Bimbingan Belajar
(Bimbel)Primagama yang didirikannya bahkan masuk ke Museum Rekor Indonesia
(MURI) lantaran memiliki 181 cabang di 96 kota besar di Indonesia dengan 100 ribu
siswa tiap tahun.
Purdi, begitu ia kerap disapa, 'hanyalah' seorang lulusan SMA. Di jenjang
kuliah, ia beberapa kali berpindah-pindah jurusan dari satu universitas ke universitas
lain. Diakui olehnya, metode pembelajaran yang didapatkan di bangku kuliah adalah
metode belajar yang membosankan. Sehingga ia memutuskan untuk keluar dari jenjang
kuliah dan mulai mencoba berbisnis. Gagal meraih gelar sarjana bukan berarti Purdi tak
bisa mencoba bidang lain untuk mendapatkan pundi emas.
Gambar 1.1 Purdi E Chandra
Berawal dari tahun 1982, Purdi memulai usahanya dengan membuka lembaga
bimbingan belajar yang saat itu ia rasa sangat dibutuhkan bagi banyak siswa sekolah
yang akan melanjutkan ke jenjang perkuliahan. Saat itu, ia hanya membuka dua kelas,
dimana ia menyewa satu tempat kecil yang disekat menjadi dua. Muridnya hanya dua.
Waktu mendirikan bisnisnya tersebut Purdi masih tercatat sebagai mahasiswa di 4
fakultas dari 2 Perguruan Tinggi Negeri di Yogyakarta. Namun karena merasa tidak
mendapat apa-apa ia nekad meninggalkan dunia pendidikan untuk menggeluti dunia
bisnis.
Sejak awal Purdi muda sudah berani meninggalkan kota kelahirannya dan
mencoba mandiri dengan bersekolah di salah satu SMA di Yogyakarta. Ibunya, Siti
Wasingah dan ayahnya, Mujiyono, merestui keinginan kuat anaknya untuk mandiri.
Dengan merantau Purdi merasa tidak tergantung dan bisa melihat berbagai kelemahan
yang dia miliki. Pelan-pelan berbagai kelemahan itu diperbaiki oleh Purdi. Hasilnya, Ia
mengaku semakin percaya diri dan tahan banting dalam setiap langkah dalam bisnisnya.
Bukan suatu kebetulan jika pengusaha sukses identik dengan kenekatan mereka untuk
berhenti sekolah atau kuliah.
Seorang pengusaha sukses tidak ditentukan dari gelar sama sekali Inilah yang
dipercaya Purdi ketika baru membangun usahanya. Kuliah di 4 jurusan yang berbeda,
Psikologi, Elektro, Sastra Inggris dan Farmasi di Universitas Gajah Mada (UGM) dan
IKIP Yogya membuktikan kecemerlangan otak Purdi. Hanya saja ia merasa tidak
mendapatkan apa-apa dengan pola kuliah yang menurutnya membosankan. Ia yakin,
gagal meraih gelar sarjana bukan berarti gagal meraih cita-cita. Purdi muda yang penuh
cita-cita dan idealisme ini pun nekad meninggalkan bangku kuliah dan mulai serius
untuk berbisnis.
Sejak saat itu pria kelahiran Punggur, Lampung Tengah ini mulai menajamkan
intuisi bisnisnya. Dia melihat tingginya antusiasme siswa SMA yang ingin masuk
perguruan tinggi negeri yang punya nama, seperti UGM. Bagaimana jika mereka
dibantu untuk memecahkan soal-soal ujian masuk perguruan tinggi, pikirnya waktu itu.
Purdi lalu mendapatkan ide untuk mendirikan bimbingan belajar yang diberi nama,
Primagama. Purdi memulai usaha sejak tahun 1982. Mungkin karena tidak selesai
kuliah itu yang memotivasi ia menjadi pengusaha, kisah Purdi. Lalu, dengan modal
hasil melego motornya seharga 300 ribu rupiah, ia mendirikan Bimbel Primagama
dengan menyewa tempat kecil dan disekat menjadi dua. Muridnya hanya 2 orang. Itu
pun tetangga. Biaya les cuma 50 ribu untuk dua bulan. Kalau tidak ada les maka
uangnya bisa dikembalikan.
Namun, berkat ketelatenannya, lembaga pendidikan yang ia dirikan
berkembang dengan pesat hanya dalam kurun waktu dua tahun. Banyak orang mulai
mengenal nama Primagama. Purdi mengakui, sistem yang ada di Primagama
merupakan sistem yang banyak dicari orang. Ia mengungkapkan bahwa sistem jaminan
diri yang ada di Primagama membuat banyak orang tua siswa berduyun-duyun
mendaftarkan anaknya.
B. Lembaga Pendidikan PRIMAGAMA
Segala upaya dilakukan Purdi untuk membangun usahanya. Muridnya
bertambah banyak. Setelah sukses, banyak yang meniru nama Primagama. Purdi pun
berinovasi untuk meningkatkan mutu lembaga pendidikannya ini. Sebenarnya yang
bikin Primagama maju itu setelah ada program jaminan diri, ungkapnya soal rahasia
sukses mengembangkan Bimbel Primagama. Kalau ikut Primagama pasti diterima di
Universitas Negeri. Kalau nggak uang kembali. Supaya diterima murid-murid yang
pintar diangkat jadi pengajar. Karena yang membimbing pintar, maka 90% bisa lulus
ujian masuk perguruan tinggi negeri, lanjutnya. Dengan jaminan 90% lulus dan jika
tidak lulus uang kembali, Purdi menyiasati dengan mengangkat para pengajar atau
tentor yang pintar untuk memfasilitasi siswa sekolah yang mendaftar di lembaga
bimbingan belajarnya.
Gambar 1.2 Logo Primagama
Dengan jatuh bangun Purdi menjalankan Primagama. Dari semula hanya 1
outlet dengan hanya 2 murid, Primagama sedikit demi sedikit berkembang. Kini murid
Primagama sudah menjadi lebih dari 100 ribu orang per-tahun, dengan ratusan outlet di
ratusan kota di Indonesia. Karena perkembangan itu Primagama ahirnya dikukuhkan
sebagai Bimbingan Belajar Terbesar di Indonesia oleh MURI (Museum Rekor
Indonesia). Mengenai bisnisnya, Purdi mengaku banyak belajar dari ibunya. Sementara
untuk masalah kepemimpinan dan organisasi, sang ayahlah yang lebih banyak memberi
bimbingan dan arahan. Bekal dari kedua orang tua Purdi tersebut semakin lengkap
dengan dukungan penuh sang Istri Triningsih Kusuma Astuti dan kedua putranya Fesha
maupun Zidan. Pada awal-awal berdirinya Primagama, Purdi selalu ditemani sang istri
untuk berkeliling kota di seluruh Indonesia membuka cabang-cabang Primagama. Dan
atas bantuan istrinya pula usaha tersebut makin berkembang.
Modal utama menjadi seorang pengusaha adalah berani. Purdi menuturkan
bahwa ia mulai mengembangkan bakat bisnisnya sejak ia masih duduk di bangku SMP.
Saat itu, ayah dari Fesha dan Zidan ini beternak bebek dan ayam yang kemudian
telurnya ia jual di pasar. Ia menambahkan, menjadi seorang pengusaha haruslah berani
gagal. Karena dengan mengalami banyak kegagalan artinya kita tidak berhenti untuk
mencoba dan semakin banyak kegagalan, maka kita semakin dekat satu langkah menuju
keberhasilan.
Suami dari Triningsih Kusuma Astuti mengungkapkan bahwa semua orang
berpotensi menjadi seorang pengusaha tanpa perlu gelar sarjana sekalipun. Kuncinya,
jika ia berani untuk mencoba, gagal, dan optimis, maka ia layak untuk berwirausaha.
Menjadi seorang pebisnis dengan omzet sekitar Rp 600 juta per bulan membuat Purdi
berkeinginan membantu banyak orang dalam mengembangkan ide bisnis. Baginya,
melihat, mencoba, bahkan menjiplak karya orang lain itu sah. Yang membedakan
hanyalah bagaimana nantinya kita bereksperimen dan berinovasi untuk memajukan
usaha yang kita rintis.
C. Enterpreneur University (EU)
Keprihatinannya terhadap iklim bisnis di Indonesia menyebabkan Purdi harus
melakukan sesuatu. Tampilah ia sebagai bagian dari politisi yang manggung di Senayan
sampai tahun ini. Keinginannya adalah merubah pola pendidikan saat ini yang
berorientasi menjadi pekerja bukan pengusaha. Seharusnya, menurut pria yang pernah
menjadi ketua Himpunan Penguasaha Muda Indonesia (HIPMI) cabang Yogya ini, ada
alternatif lain dalam sistem pendidikan kita. Paling tidak anak-anak diajarkan untuk
berwira usaha. Sayangnya idenya tidak mendapat tanggapan.
Idenya ini diwujudkan dengan membentuk Enterpreuner University (EU).
Dengan dibimbing langsung oleh Purdi, EU kini telah memiliki 37 angkatan. Di sana
tak ada nilai, ijazah maupun gelar. Menurut Purdi masyarakatlah yang berhak menilai
pengusaha itu memiliki kredibilitas atau tidak, sukses atau tidak. Hal ini berbeda
dengan pendidikan yang memberlakukan ujian tapi tidak membolehkan siswanya
mencontek.
Ia mengaku telah meluluskan banyak angkatan tanpa ijazah dan nilai akhir dari
mata kuliah kewirausahaan yang ia ajarkan selama enam bulan dengan dua kali tatap
muka per minggunya ini. Mimpinya, ia akan melahirkan banyak pengusaha baru yang
dapat membantu menggiatkan iklim investasi di Indonesia, tutur mantan ketua
Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) ini.
Di EU yang hanya memakan waktu 6 bulan dan kuliah seminggu 2 kali ini,
Purdi mengkonsentrasikan pendidikannya pada pengembangan kecerdasan emosional,
spiritual, mempertajam kreativitas dan intuisi bisnis mahasiswanya. Materinya pun
seputar nilai-nilai kewirausahaan seperti pantang menyerah, kreatif dan inovatif,
semangat tinggi, berani dan jeli melihat peluang usaha.
Gambar 1.3 Logo Enterpreneur University
D. Pencapaian Purdi E Chandra
Purdi yang lahir di Lampung ini memang jadi model wirausaha jalanan, plus
modal nekad. la tinggalkan kuliahnya di empat fakultas di UGM dan IKIP Yogyakarta.
Lalu dengan modal Rp.300 ribu ia dirikan lembaga bimbingan tes Primagama 10 Maret
1982 di Yogyakarta. Sebuah peluang bisnis potensial yang kala itu tidak banyak dilirik
orang. la sukses membuat Primagama beromset hampir 70 milyar per tahun, dengan
200 outlet di lebih dari 106 kota.
Kini Primagama sudah menjadi Holding Company yang membawahi lebih dari
20 anak perusahaan yang bergerak di berbagai bidang seperti: Pendidikan Formal,
Pendidikan Non-Formal, Telekomunikasi, Biro Perjalanan, Rumah Makan,
Supermarket, Asuransi, Meubelair, Lapangan Golf dan lain sebagainya.
Walaupun kesibukannya sebagai entrepreneur sangat tinggi, namun jiwa
organisatoris Purdi tetap disalurkan di berbagai organisasi. Tercatat Purdi pernah
menjabat sebagai Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) cabang
Yogyakarta dan pengurus Kamar Dagang dan Industri Daerah (Kadinda) DIY. Selain
itu Purdi pernah juga tercatat sebagai anggota MPR RI Utusan Daerah DIY.
Purdi E Chandra sekarang membawahi 23 unit usaha di primagama meliputi
bimbingan belajar 680 cabang di seluruh indonesia, pendidikan formal dan nonformal,
percetakan, rumah makan, Tour & Travel, Tiketing dan lain-lain. Penghargaan yang
pernah diterima Purdi antara lain : MURI, ISCA, ISMBEA, Entrepreneur of the year
2003, Best Franchise, Superbrand dan penghargaan sebagai pembicara di beberapa
seminar wirausaha.
Gambar 1.4 Pencapaian Primagama
DAFTAR PUSTAKA
http://inspirasisuksesmulia.blogspot.com/2013/01/kisah-sukses-purdi-e-chandra-pemilik.html
(diakses pada 27 agustus 2014 pukul 19.08 WIB)
http://www.kolombiografi.com/2013/11/biografi-purdi-e-chandra-pendiri.html
(diakses pada 27 agustus 2014 pukul 18.38 WIB)