93
Biomass for energy prefeasibility study 09-02-2018

Biomass for energy prefeasibility study

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Biomass for energy prefeasibility study

Biomass for energy

prefeasibility study

09-02-2018

Page 2: Biomass for energy prefeasibility study

2 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Disiapkan oleh:Dr. Teddy RusolonoDaru AsycaryaHans Henrik Lindboe

Ea Energy AnalysesFrederiksholms Kanal 4, 3. th.1220 Copenhagen KDenmarkT: +45 88 70 70 83Email: [email protected]: www.eaea.dk

Page 3: Biomass for energy prefeasibility study

3 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Daftar Isi

1 Ringkasan eksekutif ...................................Error! Bookmark not defined.

2 Pendahuluan .............................................Error! Bookmark not defined.

3 Analisis pemilihan stok bahan bakar dan ketersediaan .......................11

3.1 Area tanaman yang relevan untuk dikonversi menjadi stok energi.11

3.2 Jenis pohon yang paling cocok untuk tanaman energi ....................21

3.3 Hasil panenan kayu...........................................................................27

3.4 Pemetaan tanaman ..........................................................................29

3.5 Gambaran dan pemetaan residu kayu .............................................37

4 Analisis lokasi potensial dan kapasitas ...............................................42

4.1 Penempatan pembangunan pembangkit listrik ...............................42

4.2 Penempatan pembangunan pabrik wood pellet..............................44

5 Listrik dan wood pellet......................................................................47

5.1 Pasar tenaga listrik ...........................................................................47

5.2 Biomassa untuk teknologi pembangkit listrik..................................49

5.3 Teknologi yang dipilih untuk evaluasi .............................................54

5.4 Wood pellet ......................................................................................61

6 Analisis Ekonomi ...............................................................................67

6.1 Penetapan harga sumber biomassa .................................................67

6.2 Pembangkit listrik ekonomis ............................................................69

6.3 Pabrik wood pellet ekonomis .........................................................72

7 Penilaian resiko aspek lingkungan dan sosial ...........Error! Bookmark notdefined.

8 Referensi.........................................................................................844

LAMPIRAN 1: Tambahan Tabel ………………………………………………………………….. 87LAMPIRAN 2: Peta Indikatif untuk areal pengembangan Energi Biomassa …. 89

Page 4: Biomass for energy prefeasibility study

4 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

1 Ringkasan eksekutifMenurut kebijakan yang telah diakui, pada tahun 2025, 23% bauran energiIndonesia harus berasal dari sumber energi terbarukan, dan angka inimeningkat menjadi 31% pada tahun 2050. Saat ini, bauran energi negaraIndonesia sebesar 7% merupakan energi terbarukan. Tantangan yang terkaitdengan pencapaian tujuan ini sangat penting, terutama bilamempertimbangkan pertumbuhan konsumsi listrik tahunan yang diharapkanyaitu sebesar 8,3 %. Indonesia dan Denmark saat ini bekerja sama melaluiProgram Dukungan Lingkungan Tahap 3 (ESP3), yang mencakup bantuanpengembangan program biomassa untuk energi.

Sektor kehutanan di Jawa adalah hutan hasil budidaya yang didominasi olehjati (Tectona grandis). Namun dalam beberapa tahun terakhir ini, diperlukantingkat diversifikasi yang lebih besar karena beberapa alasan. Alasan utamaadalah adanya area tanaman jati yang luas dengan produktivitas yang sangatrendah dan digolongkan oleh Perum Perhutani sebagai lahan tidak produktif.Dengan memperkenalkan spesies lain dan menyediakan kayu untuk energi,dimungkinkan untuk membantu sektor kelistrikan memenuhi sasaran mitigasiperubahan iklim melalui penggunaan energi terbarukan, dimana pada saatbersamaan mampu meningkatkan keberlanjutan lingkungan dan ekonomi disektor kehutanan.

Meskipun nilai pasar kayu energi beberapa kali lebih rendah dari pada kayukeras, ada sejumlah manfaat yang terkait dengan kayu energi, yang utama: 1)Produktifitas yang lebih tinggi (t / ha / tahun) 2) Tidak harus menunggu 20 -30tahun untuk mulai memperoleh pendapatan, dan 3) kemungkinan yang lebihbaik untuk menggabungkan sisi kehutanan dengan produksi pakan ternak(daun), dan usaha lain yang memberi manfaat bagi masyarakat lokal.

Berbagai Diskusi di Indonesia saat ini mempertanyakan kebutuhan terencanaakan penambahan kapasitas pembangkit listrik di Jawa. Oleh karena itu adaresiko bahwa pembangkit listrik yang sudah ada dan yang direncanakan akanberjumlah lebih sedikit daripada yang diperkirakan semula. Ini berarti bahwanilai kapasitas pembangkit listrik baru akan terabaikan.

Secara internasional, harga listrik tenaga angin dan tenaga surya (PV) telahmenurun drastis dan tak terduga dalam beberapa tahun terakhir. Lelang dibeberapa bagian dunia selama tahun 2017 telah menunjukkan harga setaradengan 2-4 sen dolar AS / kWh yang diproduksi (kontrak 15-20 tahun). Pada

Latar belakang

Tantangan untuk tenagalistrik biomassa

Page 5: Biomass for energy prefeasibility study

5 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

kondisi tertentu, dan tergantung pada ketersediaan sumber daya listrik,tenaga angin dan tenaga surya sekarang telah mampu mengimbangi batubaradan gas alam, bahkan tanpa dipengaruhi oleh faktor iklim dan bahan bakarfosil sekalipun. Perkembangan serupa belum terlihat pada tenaga listrikberbasis biomassa.

Saat ini telah terjadi perkembangan pesat di pasar internasional untukbisnis bio pellet, terutama dalam bentuk wood pellet. Negara-negaraEropa dan Korea Selatan saat ini merupakan importir besar woodpellet. Telah tersedia untuk umum berbagai informasi mengenai hargawood pellet di pasar Eropa. Biasanya harga impor Korea agak lebihrendah jika dibandingkan dengan harga Eropa, dan Vietnam adalaheksportir utama ke Korea. Indonesia belum menghasilkan wood pelletsecara masif untuk diekspor, namun beberapa industri lokal di Jawamenggunakan wood pellet untuk produksinya.

AnalisisPra study kelayakan ini dilakukan oleh konsultan Indonesia dan Denmark yangmenggabungkan keahlian di bidang kehutanan, teknologi energi danperencanaan kebutuhan energi. Melalui kombinasi kunjungan lapangan,wawancara, dan studi desktop, telah dianalisis peluang dan tantangan untukpenggunaan biomassa sebagai sumber energi yang berasal dari hutan yangdikelola oleh Perum Perhutani di Jawa. Mempertimbangkan tantangankeekonomian yang dihadapi dalam mengadakan tenaga listrik biomassa diJawa, melalui fokus kajian yang sama akan dikupas dua tema pengembangan:Biomassa untuk listrik atau biomassa untuk memproduksi wood pellet .

Dalam sebuah analisis beberapa spesies tanaman penghasil kayu energi telahdievaluasi tentang produktivitas, risiko, dan keberlanjutannya. Berdasarkanpandangan dan analisis teknologi, biaya produksi listrik dan wood pelletmasing-masing telah diperkirakan. Selanjutnya, berdasarkan analisis ini telahdikembangkan rekomendasi untuk langkah lebih lanjut.

Hasil utama

Berdasarkan berbagai kriteria, ditemukan bahwa spesies yang palingmenguntungkan untuk memproduksi bio-energi adalah tanaman Gliricidia danCalliandra yang dikembangkan dengan model trubusan berdaur pendek. Telahlama dikenal penanaman spesies ini di Indonesia, dan juga di Jawa. Spesies inimerupakan tanaman unggul, menghasilkan panenan yang tinggi, dan dengan

Bio Pellets

Page 6: Biomass for energy prefeasibility study

6 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

kemampuanya melakukan proses fiksasi nitrogen dapat memperbaiki kondisitanah. Diperkirakan kedua spesies tersebut dapat menghasilkan 25-30 ton /tahun / ha kayu hijau dalam kondisi lahan yang baik.

Agar bisa mencapai manfaat yang terkait dengan skala ekonomi, diperkirakanbahwa ukuran pembangkit listrik biomassa tidak boleh berada jauh di bawah10 MWelec. Dengan hasil biomassa sebesar 25 ton / tahun / ha, setidaknya4.000 ha lahan biomassa diperlukan untuk memastikan pasokan bahan bakuyang andal dan stabil.

Tiga lokasi unit pengelolaan hutan yang dikunjungi (KPH Semarang, KPHPurwodadi dan KPH Sukabumi) tampaknya memiliki lahan yang cukupterkonsentrasi pada areal tertentu, sehingga sumber biomassa tidakmemerlukan pengangkutan yang jauh. Ketiga lokasi ini bisa dipilih untuk lokasiyang tepat untuk pembangkit listrik biomassa.

Pembuatan pellet biomassa dapat dilakukan dengan menggunakan fasilitasyang jauh lebih sederhana daripada pembangkit listrik. Namun, denganteknologi ini ada faktor ukuran yang berbeda. Diperkirakan bahwa pabrikpellet komersial secara penuh di lokasi terpilih di Jawa bisa dibangun dengankapasitas 5 ton / jam, atau sekitar setengah dari kapasitas pembangkit listrikberdaya 10 MW. Ukuran optimalnya sangat dipengaruhi oleh biayatransportasi bahan baku. Tiga lokasi seperti yang disebutkan di atas cocokuntuk produksi pelet.

EkonomiPeraturan di Indonesia mengenai tarif produksi listrik dari energi terbarukan(feed-in tariffs) telah diubah beberapa kali, yang terakhir melalui PeraturanMenteri ESDM nomor 50 yang ditandatangani pada bulan Agustus 2017.Menurut peraturan baru tersebut, produsen potensial tenaga listrik biomassaharus menunjukkan bukti sumber daya yang ada dan menegosiasikan tarif dankondisi tertentu dengan PLN. Tarif di Jawa tidak bisa melebihi biaya produksilistrik lokal (BPP) yang dihitung oleh PLN, yaitu 6,6 sen AS / kWh. Namun,menurut analisis dalam pra studi kelayakan ini, biaya produksi listrik yangsebenarnya diperkirakan mencapai 10-11 sen dolar AS / kWh.

Tidak ada tanda-tanda dari pihak yang berwenang bahwa mereka akanmengubah arah kebijakan dan menerima tarif listrik dari pembangkit listrikdi kisaran 10-12 sen AS / kWh, sehingga nampaknya akan sia-sia untuk

Pembangkit listrik

Pabrik wood pellet

Pembangkit listrik

Page 7: Biomass for energy prefeasibility study

7 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

melanjutkan perencanaan terperinci mengenai pengembangan pembangkitlistrik tenaga biomassa di Jawa.

Analisis pasar internasional menunjukkan bahwa harga pelet (FOB1 pelabuhandi Jawa) sebesar 90-100 USD / ton diperkirakan akan terjadi sampai waktumendatang. Analisis dalam laporan ini menemukan bahwa biaya produksi dantransportasi dari lokasi yang dipilih kira-kira 70 USD / ton, sehingga bisamemberikan keuntungan yang besar bagi investor. Analisis sensitivitasmenunjukkan bahwa biaya produksi penyediaan bahan baku input (biayakehutanan) merupakan risiko terbesar pada saat kontrak jangka panjangpembelian pelet kayu terjadi dengan pembeli wood pellet.

RekomendasiDisarankan untuk fokus ke arah studi kalayakan pabrik wood pellet daripadamelanjutkan proses perencanaan pembangkit listrik. Risiko utama mengenaiprofitabilitas wood pellet terletak pada biaya pengadaan bahan baku (nilailahan, hasil, dan produktivitas). Risiko lain, tapi yang lebih rendah, adalahstabilitas pasar wood pellet. Risiko penggunaan teknologi untuk memproduksipelet sekarang telah dievaluasi dengan nilai resiko relatif kecil. Disebabkanoleh tambahan konsumsi energi dan resiko teknologi, peluang penggunaanteknologi torefaksi (torrefaction) atau arang wood pellet bagi Perhutani tidakdirekomendasikan.

Proyek pengembangan biopellet yang sudah berjalan melalui kesepakatanusaha patungan antara Perum Perhutani dan perusahaan Korea KOFPIdilakukan di area KPH Semarang. Namun, pembangunan di Semarang bukantanpa tantangan terkait kerja sama dengan masyarakat lokal, hasil panen danpemanenan biomassa. KOFPI belum dapat menemukan pembeli energiterbarukan ini yang bersedia membayar ongkos pengadaan bahan baku dihutan dan transportasinya. Pengalaman dari proyek ini telah didiskusikan dandimasukan dalam laporan Pra Studi Kelayakan ini.

Disarankan untuk meningkatkan fokus perhatian pada pencapaiankeberhasilan pengembangan fasilitas produksi wood pellet salah satunya yangberkedudukan di KPH Semarang. Prasyarat yang diperlukan adalah penciptaanpermintaan bahan baku dengan menarik investor dalam rangka pembangunanpabrik wood pellet.

1 FOB: Free On Board, berarti penjual membayar transportasi barang ke pelabuhan tempat barang dikirim,ditambah biaya pemuatan.

Pabrik Pellet

Page 8: Biomass for energy prefeasibility study

8 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Oleh karena itu disarankan untuk melanjutkan studi kelayakan pabriksemacam itu di KPH lain. Disarankan juga bahwa Perum Perhutani dapatsegera memutuskan sejauh mana Perhutani bersedia mengambil risiko bahanbaku (yaitu menjamin jumlah, harga dan kualitas bahan baku berdasarkankontrak jangka panjang).

Studi kelayakan harus mencakup: Lokasi pabrik yang tepat dengan kemampuan menghasilkan kira-kira 5

ton (atau lebih) pellet / jam dan memiliki akses ke sumber daya listrik. Analisis pasar internasional, dengan tujuan untuk mengklarifikasi

kondisi untuk bisa melakukan kontrak jangka panjang denganpembeli.o Secara paralel, bernegosiasi dengan PLN mengenai kemungkinan

memasok wood pellet sebagai bahan campuran batubara (co-firing)

o Secara paralel, melakukan analisis pasar lokal mengenaipermintaan biopellet untuk industri

Garis besar kontrak "Build, Own, Operate" untuk operator pabrikpellet swastao Struktur perusahaan, divisi risiko, potensi peran KOFPI – jika

diperlukan- dan pemangku kepentingan lainnya, dll Perizinan yang dibutuhkan

Sejalan dengan studi kelayakan, disarankan untuk meningkatkan komunikasidengan masyarakat setempat untuk mengklarifikasi kekhawatiran danharapan tentang budidaya tanaman hutan dengan model trubusan rotasijangka pendek (short rotation coppice).

Page 9: Biomass for energy prefeasibility study

9 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

2 PendahuluanIndonesia dan Denmark bekerja sama melalui Program DukunganLingkungan (ESP), dan pada tahap ketiga ini telah mulai berjalan daritahun 2013 berakhir sampai 2017. Tujuan menyeluruh ESP3 adalahuntuk mendukung pemerintah Indonesia dalam mencapaipertumbuhan ekonomi dan memperbaiki pengelolaan lingkungansecara bersamaan. ESP3 dalam hal ini mendukung pengembanganbiomassa untuk penggunaan energi dan membantu memperbaikikapasitas lokal untuk bidang ini.

Meningkatnya permintaan dan produksi listrikUntuk memenuhi permintaan listrik yang semakin meningkat, Indonesiaberencana juga melakukan peningkatan kapasitas pembangkit listriknyasecara signifikan di tahun-tahun mendatang. Kapasitas pembangkit listrik saatini sekitar 55 GW, dimana dengan adanya program Presiden menuju FastTrack I dan II, dan program untuk tambahan 35 GW, perusahaan penyedialistrik nasional (PLN) berencana untuk meningkatkan ini menjadi 90 GW padatahun 2019 dan 130 GW pada tahun 2025 ( ESDM, 2016). Sebagian besar daripemenuhan kapasitas ini direncanakan akan dibangun oleh IPP. Pada saatyang sama, sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 79/2014, Indonesiamenghendaki bisa meningkatkan pangsa energi terbarukan dalam bauranenergi menjadi 23% pada tahun 2025. Mengingat bahwa angka ini barutercapai kira-kira 7% pada tahun 2016, dan sebagian besar pemenuhankapasitasnya bergerak lambat, target 23% yang tinggal 8 tahun lagi ini dirasacukup ambisius.

Pembangkit listrik biomassa domestikAlternatif energi terbarukan yang dapat diberdayakan untuk mengimbangipenggunaan energi matahari dan angin, seperti tenaga panas bumi dan hidro,telah hadir di Indonesia. Namun di Jawa, sumberdaya air dan pemanfaatantenaga geothermal dinilai masih terbatas. Selain itu, Indonesia dianggapmemiliki sumber biomassa yang belum dimanfaatkan secara signifikan,dimana hanya sekitar 10% dari sumber biomassa yang tersedia digunakanuntuk keperluan energi. Dengan demikian, salah satu pilihan buat Indonesiaadalah memanfaatkan sumber daya biomassanya sebagai bahan bakupembangkit listrik sekaligus dapat digunakan untuk menyeimbangkanproduksi energi terbarukan. Pada saat penggunaan biomassa untuk produksilistrik terbatas, perkebunan lebih banyak digunakan untuk menghasilkanminyak sawit sebagai bahan bakar nabati untuk transportasi. Kondisi ini

Page 10: Biomass for energy prefeasibility study

10 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

menjadi sebuah pengalaman yang bisa diambil melalui penyediaan biomassauntuk produksi energi baru dan terbarukan.

Pelet kayu untuk keperluan dalam negeri dan / atau ekspor

Opsi lain untuk memanfaatkan biomassa sebagai energi adalah denganmembangun pabrik wood pellet. Wood Pellet ini dapat dipasarkan di dalamnegeri sebagai bahan pembakaran di industri, dipakai sebagai campuranpembakar batubara dalam pembangkit listrik tenaga uap di Indonesia, dan /atau diekspor ke negara-negara seperti Korea Selatan, yang mengimpor woodpellet dalam jumlah besar.

Lahan “tidak produktif”

Biomassa untuk memproduksi energi dapat dibudidayakan di lahan kritis, ataudisebut sebagai lahan yang 'tidak produktif'. Kementerian Lingkungan Hidupdan Kehutanan memperkirakan bahwa lahan kritis di Indonesia pada tahun2016 seluas 24,3 juta hektar (Times Indonesia, 2017). Ini adalah wilayah yangsangat luas, dan secara keseluruhan wilayah Indonesia cukup luas untukmenyediakan biomassa bagi produksi energi terbarukan (termasukpembangkit listrik) untuk seluruh wilayah Indonesia.

Namun, di Pulau Jawa, ketersediaan lahan untuk pengembangan tanamanenergi terbatas karena berbenturan dengan kebutuhan lahan pertanian.Peluang terbesar untuk pengembangan hutan tanaman energi adalah di lahanmilik Perhutani yang dikategorikan sebagai 'lahan tidak produktif'. Dalambeberapa kasus, melalui pertimbangan sosial suatu lahan bisa diarahkanuntuk program yang sejalan dengan tujuan perhutanan sosial sesuai denganKeputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan nomor P.39 / 2017 danP.38/2016. Namun, sebagai upaya pengembangan usaha, Perhutani dapatmemanfaatkan lahannya untuk secara khusus menghasilkan biomassa untukenergi.

Page 11: Biomass for energy prefeasibility study

11 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

3 Analisis pemilihan stok bahan bakar danketersediaan

3.1 Area tanaman yang relevan untuk dikonversi menjadi stokenergi

Sesuai dengan rencana jangka panjang Perhutani, dan sejalan dengan rencanapengembangan bisnis perusahaan, Perhutani telah mengalokasikan areahutan seluas 116.372 ha atau sekitar 4,7% dari total luas Perhutani di Jawa(2.445.000 ha) sebagai daerah potensial untuk pengembangan tanamanbiomassa yang tersebar di 13 KPH (Unit Pengelolaan Hutan) di Jawa Tengah,Jawa Timur, Jawa Barat dan Banten.

Kawasan Perhutani yang dapat dimanfaatkan sebagai daerah penghasilbiomassa harus memenuhi persyaratan teknis tertentu untuk mengurangirisiko ekonomi, ekologi dan sosial. Beberapa persyaratan / indikator awal yangditetapkan oleh Perhutani mengenai area harus digunakan untuk biomassauntuk produksi energi adalah:a. Klasifikasi produktivitas berdasarkan Sistem Informasi Sumberdaya Hutan

(SISDH)b. Sedikitnya kasus pembalakan liarc. Sedikitnya kejadian bencana alam termasuk kebakarand. Indeks Mutu Lahan (Bonita) adalah > 2.5e. Preferensi untuk menanam jenis tanaman energi (Gamal / Calliandra): Tipe

iklim A, B, C, D; semua jenis tanah; dan ketinggian 0-1500

Kriteria untuk menentukan areal untuk proyek energi biomassa tidakditentukan hanya berdasarkan persyaratan biofisik saja, namun juga perlumempertimbangkan kriteria sosial dan ekonomi untuk mengurangikemungkinan dampak negatif jika program tanaman energi biomassadilaksanakan. Potensi penggunaan lahan masyarakat untuk tanaman energibiomassa masih prospektif, terutama pada lahan yang tidak produktif. Di arealperkebunan, penggunaan residu kayu dari hasil pemanenan seperti cabangpohon dan ranting atau batang pohon hasil penjarangan juga bisadimanfaatkan sebagai sumber bahan baku biomassa.

Sehubungan dengan kriteria yang ditetapkan di atas, perencanaan tanamanenergi biomassa ditempatkan di daerah yang relatif aman dimanamempertimbangkan adanya konflik kepemilikan lahan dan degradasi hutan.Selain itu, kondisi fisik tanah mendukung pertumbuhan tanaman energibiomassa, dengan produktivitas lahan tinggi.

Page 12: Biomass for energy prefeasibility study

12 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Hasil analisis studi data sekunder (desk study) berdasarkan peta indikatifalokasi tanaman energi biomassa dan distribusi spasial tanaman hutan aktualmenunjukkan bahwa untuk pengembangan awal perkebunan tanamanbiomassa, tindakan untuk konversi atau penggantian tanaman hutan(terutama tanaman jati) yang tidak produktif secara luas dan pada berbagaiumur tanaman yang masih produktif cukup memungkinkan.

Gambar 1: Gangguan hutan dipicu oleh konflik sosial dan pembalakan liar

Gambar 2: Alokasi lahan untuk masyarakat dalam program kehutanan sosial dan modelpenanaman kayuputih

Namun bila kondisi lahan bebas dari gangguan sosial, memproduksi kayu jatijauh lebih menguntungkan daripada memproduksi biomassa untuk produksi

Page 13: Biomass for energy prefeasibility study

13 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

energi, oleh karena itu dalam kondisi seperti ini mengganti pohon jati yangberdiri dengan tanaman biomassa energi tidak dianjurkan.

Gambar 3: Area indikasi lokasi KPH dan peningkatan alokasi lahan untuk pengembanganpenanaman energi biomassa di Perhutani

Penetapan kriteria lahan untuk penggunaan biomassa kayu yang lebih efisiendengan mempertimbangkan keamanan investasi jangka panjang dan hasilbiomassa yang berkelanjutan, perlu mempertimbangkan:

1. Prioritas pada lahan yang diklasifikasikan sebagai lahan hutan tidakproduktif (open land atau stok tegakan dibawah normal) ataucenderung tidak produktif dalam jangka panjang;

2. Tanah dengan sedikit mengalami konflik tenurial atau, lahan yangmemiliki kemungkinan untuk masuk ke dalam pengelolaan lahansecara kolaboratif;

3. Apakah lahan tersebut sudah atau akan dialokasikan untuk proseskemitraan antara perusahaan dan pihak lain selain program tamananbiomassa;

4. Apakah area yang tersedia cukup besar untuk menyediakan bahanbaku biomassa yang diperlukan agar skala ekonominya memadaiuntuk memenuhi kebutuhan tanaman energi.

Untuk memenuhi kriteria di atas, sebagian besar lahan untuk tanamanbiomassa harus dipertimbangkan berdasarkan rencana jangka panjangperusahaan, dipertimbangkan pula berada pada lahan di zona produksiadaptif, atau yang berada di kawasan hutan dengan kondisi tegakan hutanyang lebih beragam untuk menyediakan berbagai alternatif tanaman hutandan pertanian terutama jika interaksi sosial sangat tinggi.

-

5,000

10,000

15,000

20,000

25,000

Allo

cate

d Ar

ea

KPH of Perhutani

Indicative Area for Biomass Project

Page 14: Biomass for energy prefeasibility study

14 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Daerah-daerah semacam ini terutama telah dialokasikan sebagai kawasanproduksi adaptif untuk penyediaan Program Perhutanan sosial yangditetapkan pemerintah melalui peta indikatif areal perhutanan sosial (PIAPS).

Di seluruh wilayah Perhutani, ada daerah potensial yang memiliki tegakanhutan yang tidak produktif (lahan terbuka atau kurangi potensi hutan, ataucenderung tidak produktif dalam jangka panjang) yang mencakup area seluas308.000 hektar, tersebar pada 57 KPH. Kawasan ini terbagi menjadi 15% diwilayah Jawa Tengah, 34% di Jawa Timur dan, 51% berada di Jawa Barat danBanten. Berdasarkan area yang tidak produktif tersebut, kurang lebih di 27KPH dihitung sekitar 229.286 ha atau 74% dari total luas wilayah potensialuntuk Perkebunan Energi Biomassa (Lihat Gambar 4).

Masing-masing KPH memiliki wilayah yang tidak produktif seluas lebih dari5.000 ha yang memiliki kawasan yang sesuai untuk perkebunan energibiomassa. (Sebagai pengecualian adalah KHP Purwodadi yang memiliki lahantidak produktif seluas 1.900 ha namun luasan ini memenuhi syarat untukdikembangkan 1 unit industri wood pellet untuk memenuhi kapasitasproduksinya). Perkebunan biomassa dibangun dengan meminimalkankonversi tegakan produktif serta menampung lahan pertanian yangdibudidayakan oleh masyarakat setempat. Oleh karena itu diperlukan analisismikro lebih lanjut untuk mendapatkan lokasi yang sesuai, termasukpersyaratan untuk menentukan lokasi industri.

Gambar 4. Area terindikasi tidak produktif menyebar di 27 KPH sebagai prioritaspengembangan perkebunan energi biomassa.

Untuk mendukung pabrik wood pellet dengan kapasitas 5 ton / jam, atausekitar 36.000 ton / tahun, dibutuhkan sekitar 50.000-60.000 ton serpihan

Page 15: Biomass for energy prefeasibility study

15 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

kayu, dengan asumsi kadar air sekitar 35% (lihat kotak teks untuk diskusitentang kadar air).

Sesuai dengan rencana penanaman beberapa jenis biomassa kayu, dandengan mempertimbangkan kebutuhan energi, keinginan untuk menjagadaerah relatif kompak, diperkirakan ukuran perkebunan minimal harus 1.600ha. Daerah tersebut tidak termasuk lahan yang dibutuhkan untuk infrastruktur

Kandungan Air/ KelembabanMenurut Buku Pegangan Bahan Bakar Kayu dari Organisasi Pangan danPertanian PBB, air di dalam kayu dapat didefinisikan sebagai "kandungan air"dan "kelembaban", namun dalam praktiknya istilah ini sering salah ataudisamakan sama satu sama lain (Krajnc, 2015 ).Buku pegangan tersebut menyatakan bahwa "kandungan air (M) adalahmassa air yang ada dalam kaitannya dengan massa kayu segar", sesuaidengan rumus berikut: M = − × 100Dimana Ww adalah berat kayu, dan Wo adalah bobot kering oven dari kayu.Buku pegangan ini memberikan contoh praktis berikut untuk perhitungankadar air.

Kelembaban kayu (u), di sisi lain, didefinisikan oleh buku pegangan sebagai"massa air yang ada dalam kaitannya dengan massa kayu kering oven. Nilai inimenggambarkan rasio massa air terhadap massa kering ". Rumus untukkelembaban adalah: u = − × 100Pendekatan dan terminologi kandungan air sering digunakan oleh merekayang terlibat dalam pembelian dan penjualan bahan bakar kayu, sedangkanpendekatan kelembaban kayu biasanya digunakan di industri kehutanan.Dalam laporan ini, akan dipakai terminologi kandungan air. Di bawah inidisertakan Tabel konversi sederhana dari buku pegangan yang disebutkan diatas, sebagai referensi.

Page 16: Biomass for energy prefeasibility study

16 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

dan budidaya pertanian, yang menggunakan pengelolaan secara kolaboratifdimana melibatkan masyarakat lokal yang diperkirakan mencapai 50% dariarea budidaya yang efektif yang seharusnya bisa ditambahkan (lihat Tabel 1.di bawah)

Subyek Nilai unit KeteranganKapasitas Produksi Wood Pellet 5 ton/jam 1 unit pabrik

120 ton/hari 8 jam/shift, 3 shift

3,000 ton/bulan 25 hari/bulan

36,000 ton/tahun 12 bulan/tahun

Jenis spesies penghasil biomassa Calliandra GliricidiaBiomassa sbg feedstockswoodpellet (%)

140 150 Rasio biomassasegar woodpellet

Biomassa yang dihasilkan(tonnes/yr)

50.400 54.000 Biomassa segar

Potensi Biomassa per ha(ton/ha/th)

30 35 Biomassa segar

Kebutuhan areal minimumtanaman biomassa (ha)

1.680 1.543 Hanya tanaman

Area total untuk tanamanbiomassa (ha)

2.520 2.314 termasuk lahanpertanian &infrastruktur (50%dari area minimum)

Tabel 1. Input biomassa kayu dan ketersediaan lahan untuk mendukung 1 unit industri woodpellet (kapasitas 5 ton / jam)

Bagian berikut ini menjelaskan kondisi stok tegakan hutan di 3 lokasi KPHPerhutani yang merupakan area yang diusulkan untuk pengembangan tanamanenergi biomassa, yaitu KPH Semarang di Jawa Tengah, KPH Purwodadi di JawaTengah, dan KPH Sukabumi di Jawa Barat.

Gambar 5 mengilustrasikan bahwa KPH Semarang memiliki wilayah yang cukupuntuk pengembangan perkebunan energi biomassa karena area yang adadiklasifikasikan sebagai TBK (Tanaman dengan Pertumbuhan kurang - biru tua)dan TK (Tanah kosong - biru muda) cukup tinggi.

Page 17: Biomass for energy prefeasibility study

17 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 5: Klasifikasi hutan dan kondisi lahan saat ini di KPH Semarang. TBK (biru tua) adalahtanaman jati pertumbuhan kurang, TK (biru muda) merupakan tanah kosong

Sementara itu klasifikasi KU I (kelas umur berkisar antara 1-10 tahun) dan KU II(kelas umur dalam rentang antara 11-20 tahun) harus dipertahankan sebagaiHutan Jati. Kemudian KU III (kelas umur berkisar antara 21-30 tahun); KU IV(kelas umur antara 31-40 tahun) dan LDTI (lahan dengan tujuan istimewa)tidak sesuai untuk pelaksanaan penanaman biomassa karena keterbatasanarea dan biaya tinggi untuk mengubah hutan yang ada.

Untuk saat ini KPH Purwodadi (Gambar 6) didominasi oleh tanaman jatidengan usia muda seperti yang digambarkan pada KU I dan KU II (diagrambatang warna merah tua dan pink). Ada juga distribusi jati komersil yang luasseperti yang terlihat pada KU III, KU V (kelas antara 51-60 tahun) dan KU VI(kelas usia antara 61-70 tahun). Namun ada area TBK (biru tua) yang cukupluas dan TK (biru muda) yang bisa dikembangkan untuk lahan biomassa.

Page 18: Biomass for energy prefeasibility study

18 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 6: Klasifikasi Hutan dan Kawasannya yang ada di KPH Semarang. TBK (biru tua) adalahtanaman dengan pertumbuhan kurang, TK (biru muda) adalah lahan kosong.

Terakhir, Gambar 7 menunjukkan bahwa KPH Sukabumi memiliki lahandengan potensi yang besar untuk perkebunan energi biomassa, karenaterdapat cukup banyak lahan yang diklasifikasikan sebagai TK (Tanah Kosong),TKL (jenis tanaman kayu lain), TKLR (tanaman kayu lain rawang), dan TKTBKP(tanah kosong tidak baik untuk kelas perusahaan).

Gambar 7: Klasifikasi Hutan dan Kawasan Yang ada di KPH Sukabumi. TK (biru muda) adalah lahankosong, TKL (ungu) adalah jenis tumbuhan kayu lainnya, TKLR (hijau gelap) adalah tanaman kayu

Page 19: Biomass for energy prefeasibility study

19 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

yang tumbuh lambat lainnya, dan TKTBKP (hitam) adalah lahan yang tidak menguntungkan, untukhutan khusus.

Gabungan Lahan yang dimungkinkan untuk menjadi areal perkebunanbiomassa adalah masing-masing berada di KPH Semarang (4.053 ha), KPHPurwodadi (4.382 ha), dan KPH Sukabumi (3.811 ha), dengan total seluas12.245 ha. Diperkirakan bahwa lahan ini cukup untuk menyediakan biomassayang memadai bagi pembangkit energi, untuk pengembangan tanaman, danuntuk alokasi lahan pertanian model pengelolaan kolaboratif dengan petaniatau masyarakat setempat.

KPHLokasi

wilayahHutan

Lokasi BKPH

Kerapatan tegakan (ha) AreaEfektifBruto

(Indikatif&

kompak)

Kondisi lahandan hutan

Rendah(KBD

-<0,25)

Sedang(KBD0,25-0,6)

TinggiKBD>0,6

Semarang SemarangBarat,SemarangTimur

JemboloUtara,JemboloSelatan,Tempuran,Kedung Jati,Barang,Tanggung

1.8521.253 948 4.053

Jati dengan hasilrendah, jatimuda, dominandi kelas I-II,pembalakan liardanpemangkasan

Purwodadi Grobogan Penganten,Jatipohon

463 2.271 1.648 4.382 Jati dengan hasilrendah, jatimuda, dominandi kelas I-II,pembalakan liardanpemangkasan

Sukabumi JampangTengal

Lengkong 1.579 2.123 - 3.702 Lahan gundulyang dominan,lahan tidakproduktif, pohonpinus hasilrendah, lahanpertanian

TOTAL 3.894 5.647 2.596 12.137Tabel 2: Lahan potensial untuk pengembangan tanaman biomassa kayu di Perhutani

Secara umum, KPH Semarang didominasi oleh lahan kosong, dan daerahdengan pohon jati muda yang tergolong tidak produktif (hutan denganproduktifitas rendah atau rusak, kepadatan bidang dasar/KBD <0,6). Lahan inisaat ini cenderung tidak produktif untuk produksi kayu karena pertumbuhanatau hasil yang rendah, dan tumpang tindih dengan tanaman pertanian yangdibudidayakan oleh petani atau masyarakat setempat. Secara topografi,daerahnya relatif datar, dan memiliki aksesibilitas yang baik. Untukmendapatkan biomassa yang cukup besar dan kompak untuk area energi,dipandang perlu untuk mengubah sisa pohon produktif menjadi biomassauntuk tanaman energi, terutama di KPH Purwodadi.

Berdasarkan pengamatan dan penilaian, banyak area di KPH Sukabumidianggap lahan terdegradasi / kosong, sedangkan area lainnya berisi tegakan

Page 20: Biomass for energy prefeasibility study

20 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

dengan beragam pohon (pinus, gmelina, pulai, dan mahoni) yang tidakproduktif (hutan dengan produktifitas rendah atau rusak, dengan KBD <0.6).Tanah di KPH Sukabumi juga sebagian digunakan untuk tanaman pertanian,dan berisi semak dan pohon dengan pertumbuhan yang kurang baik. Daerahini secara keseluruhan memiliki beberapa area terbuka yang luas, dan agakberbukit bukit.

Dalam pemanfaatan seluruh areal seluas 12.137 ha sebagaimana ditunjukanpada Tabel 2, konversi terhadap penggunaan lahan yang ada atau hutanmungkin diperlukan untuk menyiapkan area yang ditujukan untukpengembangan tanaman energi biomassa. Hasil konversi ini akanmenghasilkan log sekitar 168,894 meter kubik yang memiliki diameter kecildan harga relatif murah. Selain itu, konversi tersebut akan berpotensimenyebabkan kehilangan kayu kurang lebih sebesar 14 m3 per hektar yangberasal dari standing stock yang ada. Volume konversi diperkirakan dari TabelPertumbuhan Tegakan dengan nilai bonita 2,5 dan faktor koreksi nilai KBDseperti yang dijelaskan pada Gambar 8. di bawah ini.

Gambar 8. Perkiraan volume total akibat konversi tegakan untuk Perkebunan EnergiBiomassa yang berlokasi di KPH Semarang, KPH Purwodadi dan KPH Sukabumi.

Page 21: Biomass for energy prefeasibility study

21 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

3.2 Spesies pohon terbaik yang sesuai untuk tanaman energiPemilihan jenis pohon yang sesuai untuk bahan baku energi biomassa harusmempertimbangkan kondisi teknis, ekologi dan sosial di mana spesies akandibudidayakan. Kriteria umum yang dipertimbangkan dalam memilih spesiesyang tepat adalah:

• Spesies pohon prioritas ditanam di lahan kosong atau terlantar, lahantidak sesuai untuk pertanian, dan berpotensi bisa melibatkanmasyarakat lokal,

• Spesies pohon harus sesuai dengan kondisi lokasi, iklim, danpertumbuhan,

• Mudah dibudidayakan, mudah untuk regenerasi, mudahmemperoleh sumber benihnya dan penerapan persemaiannyasederhana,

• Pertumbuhan pohon cepat dengan kemampuan fiksasi nitrogen dankemampuan untuk mempertahankan dan / atau memperbaiki kondisitanah

• Mudah sistem pemanenannya; menggabungkan siklus panen dankepadatan tanaman dengan sistem trubusan

• Spesies pohon multiguna (Multiple Purpose Tree Species -MPTS)misalnya untuk kayu bakar,memperbaiki kondisi tanah , sumberpakan ternak dan peluang bisnis budidaya lebah madu

• Memiliki kemampuan untuk memperbaiki lahan yang rusak,• Kemampuan beradaptasi yang tinggi - tumbuh di lahan yang rusak,

mampu untuk bertahan dari kebakaran hutan, hama dan penyakittanaman,

• Menghasilkan kayu energi dengan nilai kalori tinggi dan kadarabu yang minimal

Beberapa spesies tumbuhan telah diidentifikasi sebagai sumber bioenergi danbiofuel. Ada 52 spesies yang berpotensi sebagai sumber bahan bakar nabatidan 16 di antaranya adalah spesies tanaman hutan. Sementara itu, ada 147jenis tanaman hutan yang memiliki potensi untuk perkebunan biomassa untukpengembangan bioenergi (Hartono, 2015). Di antara spesies tersebut, tujuhspesies direkomendasikan oleh Badan Penelitian dan PengembanganKehutanan (Badan Litbang) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutananuntuk pengembangan perkebunan energi biomassa, mis. Acacia auriculiformis(Acacia), Acacia mangium (Acacia), Albizia procera (Weru), Calliandracalothyrsus (Calliandra), Gliricidia sepium (Gamal), Leucaena leucocephala(Lamtoro gung) dan Sesbania grandiflora (Turi) (Ahmad, 2013)

Page 22: Biomass for energy prefeasibility study

22 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Spesies Acacia auriculiformis dan A. mangium yang terkenal di Jawa kayunyadapat dimanfaatkan sebagai kayu gergajian atau kayu pertukangan yangberasal dari perkebunan Perhutani dan hutan masyarakat. Spesies A mangiumpada umumnya ditanam di Hutan Tanaman Industri (HTI) di Sumatera danKalimantan untuk sumber utama industri pulp dan kertas komersial.

Umumnya, jenis weru, lamtoro gung dan turi ditanam dan berfungsi sebagaitanaman pagar, tanaman peneduh dan tanaman penghijauan dimanabiasanya berada di sisi jalan dan sawah. Daunnya dikonsumsi sebagai pakanternak, dan kayu digunakan untuk kayu bakar. Kayu Weru juga tahan lamadan digunakan untuk pertukangan. Pohon Kaliandra dan Gamal banyakditanam sebagai tanaman pagar dan tanaman naungan di perkebunan. Selainmenjadi penghasil utama kayu bakar, daunnya menjadi sumber pakan ternak.Tabel 3 di bawah ini menunjukkan potensi pertumbuhan dari beberapaspesies yang cocok untuk bahan baku energi biomassa.

Tabel 3. Persyaratan lokasi tumbuh dan potensi pertumbuhan beberapa jenis pohon yang cocok untuk bahanbaku energi biomassa

Spesies Persyaratan Biofisik Metoderegenerasi

Kerapatan/ Jarak Rotasi Pertumbuhan/hasil

Referensi

Acaciaauriculiformis

Ketinggian : 0-500 m,Rata-rata suhu tahunan24-28 derajat C, Rata-ratacurah hujan tahunan :760-2000 mm; jenis tanah: sangat umum ditemukandi tanah lempung, mampuuntuk tumbuh padabermacam jenis tanahtermasuk pasir berkapurdan tanah lempung hitamkering, tanah yangmusiman tergenang air,tanah liat berpasir, coralrag. Dapat toleranterhadap basa tinggi dantanah garam, pH berkisarantara 4,3 dan 9

gerneratif 2-4 x 2-4 m, jarakyang lebih dekatlebih sesuaiuntuk pulp

Rotasi yangdirekomendasikanadalah 4-5 tahun(untuk kayubakar), 8-10 tahun(untuk pulp), 12-15 tahun untukkayu.

15-20m3/ha/thdapat dicapai, tapipada tanah yangkurang subur ataudaerah yg erositinggi,pertumbuhanberkurang menjadi8-12m3/ha/th;24,2 m3/ha/th

Orwa etal. 2009;NAS(2009)

Acaciamangium

Ketinggian: 0-800 m, Rata-rata suhu tahunan 18-28derajat C, Rata-rata curahhujan tahunan: 1500-3000mm, jenis tanah: tanahmineral atau tanah alluvial

generatif 600-700 batang/ha dari 1250pohon/ha (untukkayu pulp), dari900 pohon/hamenjadi 100-200pohon/ha dalam2 atau 3 kalipenjarangan(untuk kayugergajian)

6-7 tahun (untukkayu pulp); 15-20tahun (kayugergajian)

35,2 m3/ha/th Zuhaidi(1982)

Albiziaprocera

Ketinggian: 0-1500 m,Rata-rata suhu tahunan 1-18 derajat C sampai 37-46derajat C, Rata-rata curahhujan tahunan: 100-5000mm, jenis tanah: bertahandi berbagai jenis tanah,paling bagus tumbuh ditanah alluvial lembab,tanah liat dengan drainaseyang baik, atau tanahlempung dengan pH 5,5-

Generatifdanvegetatif

Jarak 2-3 x 0,5 mdalam tegakanmurni, dicampurdengan spesieslain ditanamdengan jarak 3 x1m

Kayu bakar diaturdalam rotasi 20tahunan

Rata-ratapertumbuhantahunan diameter1-4 cm; mencapai40-60 cm dalam 30tahun

Orwa etal. 2009,PROSEA

Page 23: Biomass for energy prefeasibility study

23 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

7,5. Toleran pada tanahdangkal dan keasaman

Gliricidiasepium

Ketinggian: 0-1200 m,Rata-rata suhu tahunan15-30 derajat C, Rata-ratacurah hujan tahunan 600-3500 mm, tipe tanah: daripasir murni sampaitimbunan dasar danaualluvial yang dalam. Dalamrentang alaminya, tanahbersifat asam (pH 4,5-6,2);namun bila bahaninduknya adalah batugamping, tanahnya sedikitbasa. Hasil bagus padatanah vertisol sedikitbergaram, tetapi tidaktoleran terhadap tanahsangat asam.

Generatifdanvegetatif

1000-5000pohon/ha (diAmerika Tengah)untuk rotasi 5tahun; 1 x 1 msampai 2,5 x 2,5m (di Asia)

Setiap 2-3 tahun Panen pertamasetelah 3-4 tahun,8-15 m3/ha, 3,5-4,5 kg/pohon/th,23-40 m3/ha (diFilipina); 10-20m3/ha/th (kayubakar dipanen tiap2-3 tahun)

Elevitch &Francis(2008)

Calliandracallothyrsus

Ketinggian: 250-1800 m,Rata-rata suhu tahunan:22-28 derajat C, Rata-ratacurah hujan tahunan: 700-4000 mm; jenis tanah:tumbuh baik pada rentangjenis tanah yang luas,tetapi lebih sesuai dengantanah yang berteksturringan, sedikit asam.Toleran pada tanah yangtidak subur dan padat,atau tanah dengan aerasiburuk tetapi tidak toleranpada tanah yangtergenang air dan tanahbasa

Generatifdanvegetatif

Jarak optimumadalah 1 x 2 mdengan jarakminimum 1 x 1m (untuk kayubakar)

Tiap 1-2 tahun,trubusan tahunanberlanjut untuk10-20 tahun

35-65 m3/ha/th;15-40 tdm/ha/thdengan panentrubusan tahunanuntuk 10-20 tahun;25 t/ha/th (diindonesia); 39t/ha/th (diKamerun)

Orwa etal. (2009);Ecocrop.FAO

(Leucaenaleucocephala

Ketingian: 0-1500 (max2100 m), Rata-rata suhutahunan: 25-30 derajat C,Rata-rata curah hujantahunan: 650-3000 mm,jenis tanah: tumbuhoptimal pada tanahberkapur tapi dapatditemukan pada tanahbergaram dan tanah basapH mencapai 8; tidaktoleran pada tanah asamdan tanah tergenang air

Generatifdanvegetatf

1m x1m (untukkayu bakar)

Rotasi lebihpendek (3-5tahun)

Dari 3-4 mpertambahantinggi/th dan 20-60m3/ha/th

Orwa etal. 2009;PROSEA

Sesbaniagrandiflora

Tinggi: 0-1000m, Rata-ratasuhu tahunan: 22-30derajat C, Rata-rata curahhujan tahunan: 2000-4000mm, jenis tanah: dapattumbuh pada rentangjenis tanah yang luastermasuk tanah sedikitunsur hara dan tergenangair. Toleran terhadaptanah bergaram dan tanahbasa dan toleran padatanah asam dengan pH 4,5

Generatfdanvegetatif

0.9 x 0,9 m; 1,5m x 2m

Tidak berumurpanjang dapatdipanen dalamrotasi pendek 3tahunan

Pada tanahlempung yangdalam dengandrainase baik,hasilnya 4 t/ha/th.Di Indonesia, 20-25m3/ha/th

Orwa etal. 2009

Semua spesies pohon pada Tabel 3 di atas dapat menghasilkan bahan bakuenergi biomassa kayu dan fungsi serbaguna lainnya. Secara umum, jenisakasia relatif memiliki karakteristik sebagai spesies yang cepat tumbuh namuntidak banyak diketahui apakah bisa digunakan dan dikelola dengan sistemtrubusan yang berkelanjutan. Namun demikian, jenis-jenis tersebut tidakseperti tanaman kaliandra dan gamal meski mudah dalam budidaya dan

Page 24: Biomass for energy prefeasibility study

24 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

pemanenan, namun tidak terbukti cocok untuk penerapan sistem trubusanrotasi pendek, dan juga jarang ditanam dalam skala yang lebih luas.

Penanaman spesies eksotik dapat mengakibatkan efek samping yang tidakdiinginkan, misalnya risiko yang terkait dengan keberadaan spesies invasif.Beberapa spesies eksotik sebelumnya telah ditanam di Indonesia, sepertiakasia mangium, gliricidia, dan kaliandra. Selama pemilik lahan memilikitujuan perkebunan yang jelas, dan pemanenan dilakukan secara teratur,spesies ini pada umumnya memiliki dampak negatif yang rendah terhadaplingkungan sekitar. Kemudian dalam beberapa laporan, ada diskusi mengenaibagaimana risiko ini dapat dikurangi, misalnya jika spesies tersebut tidakditanam di daerah sekitar kawasan konservasi (yaitu Taman Nasional) dandaerah dengan vegetasi alami. Sejak tahun 1937 kaliandra telah ditanam diPerhutani dan daerah yang lebih luas bersamaan dengan programpenghijauan dan pendukung kayu bakar dan pakan ternak. Dapat dikatakanbahwa, tidak direkomendasikan untuk menanam spesies baru yang memilikikarakteristik yang tidak diketahui sampai ada kegiatan penelitian yangmemadai tentang spesies tersebut.

Memperhatikan pemaparan di atas, Pra Studi kelayakan ini telahmengidentifikasi Gliricidia sepium dan Calliandra calothyrsus sebagai duaspesies target pilihan. Kedua spesies tersebut sangat dikenal masyarakat diPulau Jawa, dan juga sebagian besar wilayah di Indonesia.

Sejak tahun 1974, Perhutani telah menyebarkan bibit kaliandra kepada petanihutan dan memanfaatkannya sebagai tanaman batas antara kawasan hutandan daerah pedesaan atau lahan pertanian. Budidaya kaliandra pada saat ituterutama ditujukan untuk menyediakan kayu bakar dan makanan ternak bagimasyarakat yang tinggal di hutan, dan mengurangi ketergantungan padaminyak tanah untuk memasak. Kaliandra digunakan sebagai tanaman teras(penahan erosi) dengan kemiringan tinggi untuk memperkuat perkebunanutama, misalnya dengan perkebunan jati, dan juga untuk tujuan perlindungantanah, karena dapat meningkatkan kesuburan tanah melalui kemampuannyauntuk menyerap nitrogen.

Jenis tanaman gliricidia banyak digunakan sebagai tanaman tepi atautanaman pagar untuk mencegah ternak besar memasuki hutan. Kayunyadigunakan sebagai kayu bakar dan daunnya digunakan sebagai pakan ternak.Kayunya dapat dipanen dengan cepat, dan pemangkasannya juga dilakukandengan proses yang cepat.

Page 25: Biomass for energy prefeasibility study

25 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

KPH Topografi areal Ketinggian(m dpl)

Curah hujan(mm/year)

KesesuaianSpesies

(Calliandraor Gliricidia)

Ketersediaan areal

Semarang Datar sampaisedikit berbukit,tanah mineral

< 100 1500-2000 Sangatsesuai

Untuk mendapatkan areayang aman danterkonsentrasi, disarankanuntuk melakukan konversihutan produksi yang ada.

Purwodadi Datar sampaisedikit berbukit,tanah mineral

< 100 1500-2000 Sangatsesuai

Untuk mendapatkan areayang aman danterkonsentrasi, disarankanuntuk melakukan konversihutan produksi yang ada.

Sukabumi Berbukit sampaicuram, tanah

mineral

500-700 2000-2500 Sangatsesuai

Tersedia area yang luas,namun kawasan cukupberbukit dan terjal, yangbisa menjadi hambatanpanen dan transportasi.

Tabel 4: Kondisi lokasi KPH Perhutani dan kesesuaiannya untuk pertumbuhan spesies pohon Calliandra danGliricidia.

Meskipun kaliandra dan Gliricidia bukan spesies pohon asli di Indonesia, tetapispesies tersebut telah lama diperkenalkan, dan dapat ditemukan hampir diseluruh pulau Jawa. Calliandra dan Gliricidia menjadi sangat populer di daerahpertanian di sebagian besar wilayah Jawa. Belum banyak laporan yangmenggambarkan adanya hama dan / atau penyakit yang berkaitan dengansalah satu spesies di atas.

Gambar 9: Perkebunan Biomassa Gliricidia pada musim kemarau yang dikembangkanoleh KOFPI dan KPH Semarang

Page 26: Biomass for energy prefeasibility study

26 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 10: Pembibitan Gliricidia di KPH Semarang

Kayu yang dihasilkan dari tanaman Kaliandra dan Glirisidia memilikikarakteristik fisik dan kimia yang relatif baik untuk dijadikan kayu bakar atausebagai bahan baku wood pellet. Nilai kalorinya tinggi dan kadar abunyarendah.

Spesies Nilaikalori(cal/g)

Beratjenis

Kadarabu (%)

Kandunganlignin(%)

Sumber

Calliandra callothyrsus 4720 0.51-0.78 1.8 20-23 Duke (1983)Gliricidia sepium 4574 0.67 1.1 26.8 KoFPI (2017)Cassia siamea 4542 0.64 2.8 21.7 KoFPI (2017)Leucaena leucocephala 4703 0.69 5.0 31.6 KoFPI (2017)Paraserianthes falcataria 4484 0.24-0.49 1.8 KoFPI (2017)Acacia mangium 4621 0.52 0.6 27.6 KoFPI (2017)Acacia auriculiformis 4700-

49000.45 0.34 23.5 Marsoem &

Irawati (2016)Albizia procera 4870 0.52 6.2 World

AgroforestryCentre

Sesbania grandiflora 4278 0.40 6.0 Karmakar et al.(2016); WorldAgroforestryCentre.

Eucalyptus pellita 4364 0.4-0.8 0.1 14-19 KoFPI (2017)Paulownia tomentosa 4990 0.26-0.33 0.49 21-23 Akyldiz & Kol

(2010),

Tabel 5. Karakteristik fisik dan kimia beberapa species kayu untuk keperluan energi biomassa

Page 27: Biomass for energy prefeasibility study

27 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Pengembangan terencana untuk tanaman energi biomassa di Perhutani akanmemprioritaskan lahan-lahan yang saat ini tidak produktif denganmemperhatikan produksi kayu komersial, terutama kayu jati dan kayukomersial lainnya seperti Pinus merkusii dan mahoni. Lahan-lahan yang tidakproduktif ini bisa terjadi karena kombinasi faktor-faktor seperti: Kondisi lokasi dengan kualitas buruk (berbatu, solum tanah dangkal), Praktik silvikultur yang buruk, konflik penggunaan lahan, yaitu tumpang tindih dengan tanaman

pertanian yang menyebabkan gangguan pertumbuhan pada tanamanpokok, pencurian pohon, dll.

Dengan demikian, pengembangan perkebunan energi biomassa tidak hanyaterbatas pada penyediaan bahan baku untuk penanaman energi biomassa,namun juga untuk perbaikan aspek lingkungan, peningkatan produktivitaslahan, dan menyiapkan pengelolaan hutan alternatif yang melibatkanpartisipasi masyarakat melalui kolaborasi antara perusahaan, petani daninvestor.

3.3 Hasil panenan kayu

Hasil kayu yang ditargetkan dapat diproduksi dalam waktu yang relatif singkat(rotasi panen setiap 2-3 tahun), diperoleh melalui sistem trubusan. Sistemtrubusan adalah metode untuk mendapatkan panen kayu berulang kalidengan cara memotong batang pohon di dekat permukaan tanah danmengeksploitasi kembali batang pohon yang berasal dari trubusan yangtumbuh kembali sebagai batang baru melalui tunggak dan akar saatbatangnya ditebang. Dengan sistem trubusan, panen biomassa bisa dilakukansetiap 1-3 tahun, dan berlanjut sampai pohon berumur 15-20 tahun dimanasaat itu baru dilakukan penanaman kembali. Untuk mendapatkanproduktivitas biomassa yang tinggi, pohon Calliandra atau Gliricidia sebaiknyaditanam dengan rapat, sehingga menghasilkan populasi pohon sebanyak5.000-10.000 pohon / ha.

Spesiespohon

Kepadatan/Jarak tanam Hasil kayu bakar Sumber

Calliandracalothyrsus

5,000-40,000 pohon/ha atau1.5x2; 2x2.5 m (diantara barisankayu);1 m x 1 m sd 1 m x 2 m; dalampenanaman baris

5-20 m3/ha/th (tanah subur sedang,panen pertama);35-65 m3/ha/th (tapak yang baik ,trubusan tahunan untuk 10-20tahun).

ICRAF 2015;Wiersum danRika 1997;Wiersum danRika 1992

Page 28: Biomass for energy prefeasibility study

28 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

15 - 40 ton/ha/th (setahun setelahpemananam, trubusan tahunanberlanjut untuk 10 – 20 tahun).

Gliricidiasepium

1,000-5,000 pohon/ha untukrotasi 5 tahun (di AmerikaTengah);1 x 1 m to 2.5 x 2.5 m jaraktanam untuk trubusan denganinterval 1-2 tahun (di Asia).1x 1 m; 1x2m; and 1x3 m (diKPH Semarang)

8-15 m3/ha (panen pertama, setelah3-4 tahun); 3.5-4.5 kg/pohon/th (diAmerika Tengah);23-40 m3/ha/th (in Filipina);10-20 m3/ha (barisan kayu di kopissetiap 2-3 tahun);4.6 kg/pohon/th and 32.9 ton/ha/th(di KPH Semarang, 4 tahun setelahpenanaman)

Craig RE &Francis JK.2006;Wiersum, KFdan Nitis, IM.1992; KoFPI-Perhutani2017(pers.comm.)

Tabel 6: Performa dan hasil panen dari spesies pohon Calliandra dan Gliricidia

Ada beragam informasi tentang hasil pertumbuhan / energi (kayu bakar) yangdiperoleh dari tanaman Calliandra dan Gliricidia (lihat Tabel 6), yangdisebabkan oleh perbedaan kondisi tanah, jarak tanam, dan rotasi yangberbeda dari trubusan yang digunakan. Dengan pengaturan jarak yang rapat,sumber benih terpilih, perawatan tanaman, dan pencegahan kerusakantanaman (terutama kebakaran), produktivitas kayu energi di Perhutaniditargetkan mencapai 30 ton / ha / tahun untuk Calliandra, atau 35 ton / ha /tahun untuk Gliricidia. Produktivitas dicapai dengan penanaman di blok yangkompak dengan populasi pohon minimal 6500 pohon / ha.

Page 29: Biomass for energy prefeasibility study

29 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 11: (kiri) Kaliandra (Calliandra callothyrsus) yang tumbuh di banyak tempat di KPH Sukabumi, danpenggunaan wood pellet di Lengkong Sukabumi untuk pengeringan daun teh ( bawah). Kegiatan uji spesiesCalliandra callothyrsus di KPH Semarang pada musim kemarau. Terlihat seperti tanaman gugur daun (kanan).

Untuk memenuhi target produktivitas seperti yang diuraikan di atas,direkomendasikan untuk melakukan uji provenan dan/atau uji klon, untukmenentukan kombinasi terbaik antara pola tanam dan jarak tanam,pengaturan rotasi trubusan, dan teknik pemanenan kayu. Selain itu,Perhutani sebaiknya mewujudkan kegiatan pemeliharaan tanaman sendiri danprogram gene conservation untuk tanaman penghasil biomassa.

3.4. Pemetaan Tanaman

Pengembangan pembangkit energi biomassa paling baik dilakukan denganmembangun hutan tanaman energi biomassa di daerah yang relatif kompak(terkonsentrasi pada satu tempat), dan tidak jauh dengan pabrik pengolahbiomassa.

Berdasarkan pengamatan dan wawancara dengan manajemen PerumPerhutani dan pemangku kepentingan, wilayah yang memenuhi persyaratanuntuk tanaman energi biomassa adalah wilayah di KPH Semarang, KPHSukabumi, dan KPH Purwodadi, dengan karakteristik sebagai berikut:

Page 30: Biomass for energy prefeasibility study

30 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

a. Memiliki nilai Kerapatan Bidang Dasar (KBD) di bawah 0,6 dan / atauditetapkan sebagai daerah yang terdegradasi;

b. Memiliki topografi datar-menengah, yang memungkinkan aktivitaspemeliharaan dan eksploitasi;

c. Memiliki lahan yang cocok untuk menanam tanaman energi biomassa,d. Memiliki probabilitas konflik sosial yang rendah;e. Area yang kurang terfragmentasi, atau daerah yang terletak di dekat

lokasi fasilitas energi yang direncanakan;f. Daerah yang dekat dengan pembeli potensial produk wood pellet.

Beberapa area yang diindikasikan sebagai daerah potensial untuk tanamanenergi biomassa telah dikembangkan oleh KPH Semarang bekerjasamadengan kelembagaan Korea, yaitu KOFPI yang menanam biomassa Gliricidia diarea seluas 1.500 ha. KPH Sukabumi juga telah menanam Calliandracallothyrsus di lahan seluas 400 ha, yang dikembangkan sebagai programrehabilitasi lahan. Peta indikatif pengembangan pembangkit energi biomassadi KPH Semarang ditampilkan pada Gambar 12.

Gambar 12: Area indikatif untuk perkebunan biomassa yang berada di KPH Semarang (warnapink)

KPH Semarang di Jawa Tengah merupakan alternatif utama untukpengembangan tanaman energi biomassa karena telah dilakukan uji cobauntuk penanaman Gliricidia seluas 1.500 ha, yang akan diperluas menjadi

Wood biomassprocessor

Page 31: Biomass for energy prefeasibility study

31 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

4.000 ha. Potensi pengembangan pabrik pengolah biomassa berbasis kayu didaerah ini akan mendapat manfaat dari kedekatan dengan bahan baku, danpelabuhan Tanjung Mas Semarang yang jaraknya cukup dekat.

Pilihan kedua dalam pengembangan tanaman energi biomassa adalah di KPHSukabumi di Jawa Barat. Pada tahun 1990-an, beberapa wilayah BKPH dibagian KPH Sukabumi ini telah menanam spesies Calliandra sebagai bagiandari program rehabilitasi lahan. Pada saat itu, program tersebut merupakanupaya untuk merehabilitasi kawasan yang rusak akibat pembalakan liar,sekaligus meningkatkan kualitas lingkungan.

Gambar 13: Area indikatif untuk perkebunan biomassa yang berada di KPH Sukabumi (warnapink)

Namun karena kendala topografi, pengembangan tanaman energi biomassa diwilayah ini tampaknya akan sulit. Kawasan yang memungkinkanpengembangan tanaman energi biomassa adalah di wilayah BKPH Lengkong,dengan area yang tersedia untuk tanaman energi biomassa seluas 6.000 ha. Diwilayah ini, topografinya sesuai yaitu rata sampai dengan kemiringan sedang.Kawasan ini juga memiliki aksesibilitas yang tinggi ke pasar lokal wood pelletdi Kecamatan Lengkong, Sukabumi dan Bandung Selatan. Peta indikatifpengembangan tanaman energi biomassa potensial di KPH Sukabumi dapatdilihat pada Gambar 13.

Page 32: Biomass for energy prefeasibility study

32 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Kawasan KPH Purwodadi berdekatan dengan KPH Semarang, yang hanyaberjarak sekitar 50 km ke arah timur. KPH Purwodadi belum menetapkanprogram tanaman energi biomassa tertentu, melainkan menanam tanamankayu putih yang menghasilkan minyak atsiri dari dedaunnya. Pada tahunkedua, pohon kayu putih dipotong untuk memicu pertumbuhan daun lebihbanyak. Batang dan ranting dari potongan kayu putih adalah produk sampingbiomassa yang saat ini belum dimanfaatkan. KPH Purwodadi akanmengembangkan tanaman kayu putih seluas 1.000 ha, dan telah menanamsekitar 500 ha. Namun dari keseluruhan wilayah KPH Purwodadi yang bisadialokasikan untuk tanaman energi biomassa adalah seluas sekitar 4.300 ha.

Gambar 14: Area indikatif untuk tanaman biomassa yang berada di KPH Purwodadi (warnapink)

Alokasi lahan, pola tanam spasial, dan pengaturan jarak tanam untuk tanamanenergi biomassa harus memperhatikan rencana rotasi sistem trubusan, targetproduktivitas panen terkait dengan jumlah pohon yang akan ditanam dansistem pemanenan kayu. Selain faktor teknis ini, faktor sosial juga harusdiperhatikan, terutama alokasi lahan untuk mengakomodasi kebutuhan lahanpertanian bagi kelompok tani yang merupakan bagian dari resolusi konflikpenggunaan lahan.

Page 33: Biomass for energy prefeasibility study

33 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 15. Contoh model agroforestri tumpangsari antara kaliandra dan jagung yangdipraktekan di Ghana (atas kiri) (sumber: Trees for the future), Lamtoro dan kaliandra ditanamsecara campuran dengan tanaman jagung di Bungamayang (atas kanan) , dan contohpenanaman campuran antara pinus dan kaliandra di Kabupaten Wonosobo, Jateng (bawah).

Kemungkinan pola ruang tanam untuk KPH Semarang dan KPH Purwodadiadalah kombinasi tanaman energi biomassa dan tanaman pertanian denganmengatur ruang tanam khusus untuk tanaman energi biomassa yangdipisahkan menjadi garis tanaman pertanian. Misalnya, untuk area seluas 1hektar, 75% dapat dialokasikan untuk tanaman biomassa utama, 20% untuktanaman pertanian, dan 5% untuk jalur inspeksi.

Pola penanaman harus mempertimbangkan sistem pemanenan kayu yangditerapkan. Pada tanaman energi biomassa ada dua alternatif modelpemanenan yaitu, pertama, pemanenan manual yaitu pemotongan pohonyang dilakukan dengan pemotong tradisional atau gergaji rantai, dan kedua,pemanenan mekanis yaitu pemotongan pohon pembuatan chip menggunakantraktor dan peralatan khusus.

Page 34: Biomass for energy prefeasibility study

34 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 16. (Kiri) Model pemanenan manual tanaman biomassa kaliandra di BangkalanMadura. (Kanan) Terubusan tumbuh setelah 3 bulan panen kaliandra di Bangkalan. Gambarini menunjukan pola panen non-mekanis yang secara tradisional dilakukan oleh petaniBangkalan. Praktik ini adalah bagian dari sistem trubusan daur pendek menggunakan spesieskaliandra. Setelah pemanenan, trubusan akan muncul dan kemudian bisa dipanen kembalisetelah 1 tahun tanpa penanaman lagi. Kegiatan ini belum memunculkan masalah terkaitpatogen. KPH Semarang sebagai bagian dari Perhutani dan Organisasi Korea KOFPI jugatelah mempraktekkan pola panen yang sama.

Pemanenan secara manual menghasilkan kayu biomassa dengan panjangtertentu dan diangkut dari blok pemotong dengan cara dipanggul. Sedangkanpemanenan secara mekanis memungkinkan kayu yang diangkut ke tempattujuan sudah menjadi chip kayu, sedangkan alat pembuat chip kayunyadidesain mengikuti traktor. Pada tanah dengan kemiringan tidak melebihi10% memungkinkan untuk dilakukan pemanenan secara mekanis.

Untuk model pemanen mekanis, pengelola dapat mengatur tata letaktanaman satu baris dengan jarak tanam setiap 2 m antara jalur tanam danjarak tanam 0,6 - 0,7 m berada dalam barisan, sehingga dalam satu hektardapat ditanam sebanyak 7.100-8.300 pohon. Jarak antara jalur tanam 2mmemungkinkan roda traktor melewati celah tanam dengan aman pada saatpemanenan. Sungguhpun demikian pemanen mekanis tidak menyebabkankerusakan tanaman karena diterapkannya pola tanam yang ditata secarateratur.

Page 35: Biomass for energy prefeasibility study

35 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 17. Alat pemanen Mekanik Penuh untuk Tanaman Trubusan Rotasi Pendek (Sumber:Dimitriou L)

Rencana silvikultur penanaman biomassa untuk KPH Sukabumi dapatdilakukan dengan penanaman tanaman biomassa murni atau kombinasiantara tanaman biomassa dan tanaman pinus. Dengan topografi berbukit,KPH Sukabumi disarankan untuk menerapkan pemanen non mekanis, dimanamenerapkan sistem pemanenan secara manual menggunakan parang ataugergaji mesin secara operasional akan lebih baik. Namun, untuk KPHSemarang atau Purwodadi, karena memiliki banyak lokasi datar sangatmemungkinkan menggunakan pemanen secara mekanis penuh.

Dimungkinkan untuk menanam tanaman energi biomassa seluruhnya denganjarak tanam yang rapat sehingga populasi tanaman dapat dimaksimalkanmenjadi 10.000 pohon / ha. Bagi KPH Sukabumi, tanaman energi biomassadapat ditanam di antara jalur tanam pinus. Jumlah pohon pinus ditargetkanmencapai 200 pohon / ha, dengan jarak tanam rata-rata 7 m x 7 m. Di antarajajaran penanaman pinus selebar 7 m, sekitar 3-4 m dapat digunakan untuk 2-3 baris bibit biomassa (penanaman dua baris), dengan jarak antar jalur 1-1,5m. Dengan jarak antar tanaman di dalam baris 0,75 m - 1 m, maka kepadatanindividu tanaman biomassa bisa mencapai 3.300 - 3.500 pohon / ha. Denganjumlah populasi tanaman yang lebih kecil, area yang lebih luas dibutuhkanuntuk mendapatkan produktivitas biomassa yang lebih besar.

Page 36: Biomass for energy prefeasibility study

36 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 18. Contoh lay out penanaman yang disederhanakan dengan satubaris (dengan skala yg tidak tepat). (a) adalah jarak dengan header; (b) adalahjarak dengan pembatas tepi atau tanaman masyarakat; (c) adalah antarabatang yg dipanen dalam satu barisan (0.6-0.7 m); (d) adalah jarak antarbarisan (2m)

Page 37: Biomass for energy prefeasibility study

37 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 19. Sebuah contoh penyederhanaan layout penanaman dengan barisganda untuk KPH Sukabumi (skala tidak sebenarnya). (A) adalah jarakdiantara baris penanaman spesies biomassa (1-1.5m); (B) adalah jarak antaradua tanaman pinus sebagai tanaman pokok (7m); (C) adalah jarak diantarapemotongan batang di dalam baris (0.75-1 m); (D dan E) adalah jarak diantarabaris dan tanaman pokok (1.5-2m).

Berdasarkan kunjungan di KPH Sukabumi, disimpulkan bahwa ada dua pilihanmodel rencana. Yang pertama melakukan pembersihan lahan yang tidakproduktif dan mengubahnya menjadi perkebunan energi biomassa tanpamencampur spesies lain. Pilihan kedua agak lebih baik denganmengoptimalkan lahan di antara tegakan pinus yang ada, asalkan tidakmengganggu perkebunan utama. Perhutani memiliki pengalaman menanampinus dan kaliandra di Kepil, Wonosobo, Jawa Tengah. Jenis pemanenan yangpaling mungkin dilakukan di lahan tersebut adalah secara non-mekanik,menggunakan pola panen tradisional dengan pemotong/parang atau gergajimesin.

A

B

C

D

E

Page 38: Biomass for energy prefeasibility study

38 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

3.4 Gambaran dan pemetaan residu kayu

Residu kayu di areal Perhutani umumnya dihasilkan setelah kegiatanpemanenan, penjarangan, atau pemangkasan. Residu kayu terdiri dari cabang,batang dan sisa kayu, dan dapat dikumpulkan setelah pemotongan ataupemanenan. Saat ini, residu tersebut pada umumnya merupakan bagian dariproduksi hutan yang diberikan kepada masyarakat berkaitan dengan programperhutanan sosial, misalnya: batang dan cabang dari perkebunan kayu putih,rencek ranting jati, dan batang dan cabang Pinus merkusii sebagai produkpenjarangan.

Gambar 20: Potongan batang kayu putih menghasilkan residu di KPH Jombang

Berdasarkan wawancara dengan ADM KPH Jombang dan ADM KPH Purwodadi,residu pemotongan kayu putih pemanfaatanya bisa diatur ulang denganmasyarakat setempat jika diarahkan sebagai bahan baku untuk produksi energibiomassa.

Page 39: Biomass for energy prefeasibility study

39 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 21: Residu dari hasil panen tanaman pinus yang merupakan bahan energi biomassa.

KPH Sukabumi telah menilai bahwa residu batang pinus yang dipanenmenghasilkan nilai ekonomi tinggi, terutama batang dengan diameter di atas20 cm. Namun, dimungkinkan untuk menggunakan residu batang yang memilikidiameter di bawah 20 cm, dan / atau kayu dengan cacat fisik yang tidak lakudijual.

Gambar 22: Residu dari penjarangan pinus, foto diambil dari http://kayumebel

Selain berasal dari limbah pemanenan, residu kayu berpotensi diambil darifasilitas pengolahan kayu, seperti serbuk gergaji dan potongan-potongan kayu

Page 40: Biomass for energy prefeasibility study

40 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

dari pabrik penggergajian kayu, fasilitas furnitur, dan fasilitas pengolahan kayulainnya yang berada di daerah yang berdekatan.

Potensi residu kayu di Jawa TengahSelain berasal dari tanaman penghasil biomassa seperti yang diuraikan di atas,juga relevan untuk menentukan apakah ada residu kayu potensial yangdihasilkan dari proses pengolahan kayu yang dapat juga digunakan sebagaifeedstocks ke pabrik wood pellet. Tabel 19 pada Lampiran 1 berisi daftarperusahaan di Jawa Tengah yang memiliki potensi sampah kayu yang dapatdikaji lebih lanjut.

Residu kayu di Jawa Barat dan BantenDaftar serupa juga telah dibuat untuk Jawa Barat dan ditampilkan pada Tabel20 di Lampiran 1.

Saat ini jumlah yang pasti dan pemanfaatan residu kayu yang berasal dariperusahaan kayu di atas saat ini belum bisa ditentukan. Contoh residupotensial ini ditampilkan pada gambar di bawah ini.

.

Page 41: Biomass for energy prefeasibility study

41 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 23: Potongan residu kayu yang dihasilkan oleh penggergajian di Banten

Gambar 24: Serbuk gergaji dari residu kayu yang dihasilkan oleh pabrik penggergajian kayu diBanten

Page 42: Biomass for energy prefeasibility study

42 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

4 Analisis lokasi potensial dan kapasitasApakah itu pembangkit listrik ataupun fasilitas produksi wood pellet, adasejumlah faktor yang harus dipertimbangkan dalam penempatannya.Sementara beberapa aspek sama (yaitu jarak dengan input bahan baku), yanglain akan berbeda, dan keduanya akan dipertimbangkan secara terpisahdalam ikhtisar berikut.

Ada trade-off atau hambatan ekonomi antara investasi di pembangkit yanglebih besar (dengan biaya modal yang relatif rendah) dibandingkan denganmembangun beberapa pembangkit kecil (dengan biaya modal lebih mahal).Membangun beberapa pembangkit kecil mungkin lebih untung karenaletaknya yang lebih dekat dengan persediaan bahan baku (akibat biaya bahanbakar yang lebih rendah) . Dengan demikian, analisis penentuan lokasi dalambab ini harus dilihat bersamaan dengan analisis pembangkit yang dijelaskanpada bab berikut, dan karena kaitan ini, rekomendasi tentang penentuanlokasi dan kapasitas pembangkit disertakan dalam bab berikut.

4.1 Penempatan bangunan pembangkit listrik

Biaya pengangkutan biomasBergantung pada infrastruktur jalan di areal produktif tanaman menyebabkanbiaya transportasi mungkin cukup mahal. Ea telah mengembangkan modeltransportasi jalan sederhana yang mempertimbangkan unsur-unsur berikut: CAPEX berdasarkan biaya truk dimuka, masa pakai kendaraan, dan

tingkat suku bunga OPEX berdasarkan upah pengemudi, harga bahan bakar &

penggunaan, pajak, asuransi, dan biaya O & M Hari kerja per tahun, jam per hari, km dikemudikan per hari, km

dikemudikan kosong, muatan truk bersih, dan margin keuntungan. Elemen penting utama diasumsikan:

o % dari waktu pengangkutan truk kosong, jarak pendek yangkita anggap 50%

o kapasitas angkut truk. Ada dua model truk, satu dengankapasitas pengangkutan 15 ton, dan satu lagi dengan dayaangkut bersih 5 ton

Dikombinasikan dengan perkiraan biaya bongkar muat sekitar 1,5 USD / ton,total biaya untuk pemuatan, pengangkutan, dan pembongkaran sebagaifungsi dari jarak transportasi ditampilkan pada gambar di bawah ini.

Page 43: Biomass for energy prefeasibility study

43 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 25: Model Biaya pemuatan dan pengangkuta biomassa kayu di Indonesia sebagaifungsi jarak transportasi

Kedekatan ke jaringan listrik tegangan tinggiAspek kedua yang harus diperhatikan adalah kedekatan dengan jaringan listriktegangan tinggi dan biaya koneksi. Untuk menilai biaya ini dengan benar,Anda perlu menghubungi bagian perencanaan PLN untuk membahas biayakoneksi dan kode koneksi.

Berdasarkan SK Menteri ESDM no 33/2014 tentang sambungan listrik, biayakoneksi adalah sebagai berikut:

Listrik tersambung Tarif sambungan (Rp)450 VA 421,000900 VA 843,300

1.300 VA 1,218,0002.200 VA 2,062,000

Kedekatan ke air untuk pendinginan

Akses ke air pendingin sangat relevan, karena ini mengarah padaefisiensi yang lebih tinggi dan biaya investasi yang lebih rendah, karenamenara pendingin tidak diperlukan.

Lokasi industri dekat dengan pembeli energi panasLokasi industri yang berpotensi mendapatkan manfaat dari penggunaan panasyang dihasilkan dari pabrik juga memiliki relevansi, karena jika menghasilkan

Page 44: Biomass for energy prefeasibility study

44 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

sumber panas yang signifikan bisa dijual kepada konsumen akan sangatmenguntungkan dari sisi keekonomian pembangkit listrik.

4.2 Pembangunan pabrik wood pelletBagian berikut akan membahas secara singkat 3 lokasi potensial untuk pabrikpelet kayu.Lokasi pabrik wood pellet di SemarangLokasi pabrik wood pellet di wilayah Semarang, dengan mempertimbangkanketersediaan bahan baku biomassa di wilayah KPH Semarang, disarankanditempatkan di Kecamatan Kedung Jati, dekat akses jalan ke Semarang-Salatiga. Alasan untuk lokasi khusus ini meliputi:

a) Relatif dekat dengan bahan baku biomassa, yang terdiri dariperkebunan Gliricidia yang terletak antara 2 km - 20 km;

b) Dekat dengan pelabuhan Tanjung Mas Semarang, yang jaraknya 35km, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam;

c) Dekat dengan sumber residu potensial dari Semarang, Demak sampaiJepara, yang berada dalam jarak 30 -100 km;

d) Dekat dengan pasar lokal potensial wood pellet di Semarang,Wonosobo, Bandung, Kuningan dan Cirebon.

Gambar 26: Jarak dari Pelabuhan Tanjung Mas ke Kecamatan Kedung Jati

Lokasi pabrik wood pellet di PurwodadiLokasi pabrik wood pellet di daerah Purwodadi, dengan mempertimbangkanketersediaan bahan baku biomassa di wilayah KPH Purwodadi, disarankanuntuk ditempatkan di dekat jalan Akses ke Purwodadi-Semarang. Alasanuntuk lokasi khusus ini meliputi:

a) Relatif dekat dengan bahan baku biomassa, terdiri dari perkebunanGliricidia atau Calliandra yang terletak antara 2 km - 30 km;

Page 45: Biomass for energy prefeasibility study

45 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

b) Dekat dengan pelabuhan Tanjung Mas Semarang, yang jaraknya 63km, dengan waktu tempuh sekitar 1,5 jam;

c) Dekat dengan sumber residu potensial dari Semarang, Demak, Solo,Pati, ke Jepara, yang berada dalam jarak 60 -150 km;

d) Cukup dekat dengan pasar lokal potensial wood pellet di Semarang,Wonosobo, Bandung, dan Kuningan Cirebon.

Gambar 27: Jarak dari Pelabuhan Tanjung Mas ke Purwodadi

Lokasi pabrik wood pellet di SukabumiLokasi ketiga pabrik pelet kayu ada di Lengkong, Sukabumi, karena:a) Relatif dekat dengan bahan baku biomassa, terdiri dari perkebunan

Gliricidia atau Calliandra yang terletak antara 2 km - 30 km;kedekatan dengan pasar wood pellet lokal seperti Lengkong (pengeringdaun teh). Ada juga 4 industri teh lainnya: Goal Para, Geger Bitung, Tugu,dan Bojong Asih yang telah menggunakan wood pellet sebagai bahanbakar alternatif. Lokasi yang diusulkan juga dekat dengan pasar woodpellet di wilayah Bandung selatan (PTPN 8 - perusahaan milikpemerintah di pabrik pengolahan teh);

b) kedekatan dengan sumber residu potensial dari Sukabumi, Banten, dandari Jakarta, dengan jarak tempuh 30 km -150 km.

Page 46: Biomass for energy prefeasibility study

46 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 28: Jarak dari Bandung ke Lengkong Sukabumi

Namun, jarak ke pelabuhan Tanjung Priok adalah 155 km, atau kira-kira 4,5jam, jarak yang cukup jauh, sehingga disarankan pemasaran wood pelletdilakukan untuk kebutuhan lokal.

Gambar 29: Jarak dari Pelabuhan Tanjung Priok ke Lengkong Sukabumi

Page 47: Biomass for energy prefeasibility study

47 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

5 Listrik dan wood pellet5.1 Pasar listrikRencana umum penyediaan tenaga listrik nasional (RUPTL) dilaksanakanmelalui keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Rencanaterakhir adalah RUPTL 2017, yang mencakup target pembangunan menujutahun 2026. Rencana ini mencerminkan kebijakan dan target di sektorketenagalistrikan termasuk pertumbuhan energi terbarukan.

Sistem listrik Jawa-Bali menyumbang sekitar 80% dari total kebutuhan listrikIndonesia. Menurut RUPTL, diharapkan ada pertumbuhan yang tinggi untukpermintaan listrik sebesar 8,3% p.a. selama periode 2017-2026. Karenainstalasi yang diproyeksikan dan direncanakan akan menggunakan tambahankapasitas batu bara dan pemanas gas, dimana batas cadangan (hubunganantara kapasitas pembangkit listrik dan permintaan listrik saat teganganpuncak) diproyeksikan jauh di atas nilai target 30%, hal ini mengindikasikanbahwa kebutuhan untuk menambah kapasitas energi tambahan (misalnyabiomassa) dalam sistem Jawa-Bali akan kurang mendapat perhatian.

Pembangunan dan pengoperasian fasilitas pembangkit tenaga listrik diIndonesia memerlukan Izin Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (IUPTL) yangdikeluarkan oleh instansi pemerintah terkait. Untuk lisensi di bawah yurisdiksipemerintah pusat, IUPTL dikeluarkan oleh Badan Koordinasi PenanamanModal (BKPM) atas nama Pemerintah Republik Indonesia. Untuk lisensi dibawah yurisdiksi pemerintah provinsi atau daerah, IUPTL dikeluarkan olehlayanan terpadu satu atap (PTSP) atas nama gubernur. Perjanjian pembelianlistrik antara pemohon IUPTL dan pembeli (PLN) merupakan prasyarat untukmendapatkan IUPTL (Saraswati & et al, 2017).

Metode pengadaan dan tarif sebelumnya telah diatur dalam PeraturanMenteri Nomor 12 (MEMR). Pada bulan Agustus 2017, Kementerian ESDMmengeluarkan Peraturan Menteri Nomor 50 dengan beberapa perubahan.Fitur utama dalam kedua peraturan adalah mengenai penerapan pembangkitlistrik tenaga biomassa ditunjukkan pada Tabel 7 di bawah ini.

Regulasi

Page 48: Biomass for energy prefeasibility study

48 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Peraturan 12 (Sebelumnya) Peraturan 50 (Setelah Agustus 17)Metodepengadaan

Mekanisme tarifMetodepengadaan

Mekanisme tarif

< 10 MW: feed-intariff>10 MW:Negosiasilangsung

Feed-in tariffberdasarkan lokasidan tingkatvoltase

Negosiasi denganPLN. Harus Build,Own, Operate,Transfer (BOOT)

Jika BPP> rata-ratanationaal,mencapai 85% ofBPPJika BPP< rata-ratanasional , BPP

Tabel 7: Metode pengadaan dan sistem tarif pembangkit listrik tenaga biomassa IPP diIndonesia. BPP adalah biaya lokal pembangkit listrik yang dihitung oleh PLN.

BPP diterbitkan setiap tahun oleh MEMR. Gambar 24 menyoroti fakta bahwaBPP di Jawa-Bali 6,62 sen USD di bawah rata-rata angka nasional (7,39 senUSD). Menurut Permen 50, tarif maksimum yang relevan untuk pembangkitlistrik tenaga biomassa pada sistem Jawa-Bali adalah 6,62 sen USD / kWh.

Gambar 30: BPP untuk tahun 2015 dan 2016 di daerah terpilih (PWC, 2017)

Koneksi GridAgar bisa menjual listrik, perlu untuk terhubung ke grid PLN. Lokasi koneksiharus disetujui oleh PLN. Konsultan memahami bahwa semua biaya koneksiharus dibayar oleh produsen listrik, walaupun hal ini tidak diatur secaraeksplisit dalam peraturan tersebut.

Jaringan transmisi di Jawa terdiri dari sambungan 500 kV, 150 kV dan 70 KV(biru, merah dan hijau pada Gambar 25. Ada daerah potensial yang dapatditemukan di lokasi yang dikunjungi dan dekat dengan gardu induk 150 KVatau 70 kV yang ada. Ketika Lokasi pilihan sudah ditetapkan, negosiasi denganPLN mengenai syarat dan ekonomi harus dimulai.

Tarif relevan untukJawa-Bali

Page 49: Biomass for energy prefeasibility study

49 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 31: Grid transmisi di Jawa (Sumber: PLN)

5.2 Biomassa untuk teknologi listrik

Teknologi yang berbeda dapat diterapkan saat menggunakan biomassa untukproduksi listrik. Proses yang umum adalah mengubah energi kimia dalambiomassa menjadi panas suhu tinggi (pembakaran), dan kemudian mengubahpanas Th menjadi listrik dan suhu rendah menjadi panas di Tc (kehilangan).Hukum fisika termodinamika menetapkan jumlah maksimum teoritis energilistrik yang dapat diturunkan dari energi panas: Efisiensimax= 1-Tc / Th 2. JikaTh uap pada 500 ° C dan Tc adalah suhu sekitar 30 ° C, efisiensi listrikmaksimum teoritis dapat dihitung menjadi 61%. Dengan bahan bakar bersihseperti gas alam, Th bisa mendekati 1.000 ° C, dan efisiensi teoritis dapatditingkatkan hingga 70%.

Gambar 32: Siklus uap Rankine

2 Carnot efficiency dihitung berdasarkan skala suhu Kelvin: °Kelvin = °Celcius+273.15

Page 50: Biomass for energy prefeasibility study

50 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Dalam teknologi konversi terapan, efisiensi listrik seringkali kurang darisetengah jumlah maksimum teoritis yang disebutkan di atas. Biasanya,konversi berbasis uap terjadi dalam empat langkah utama yang berjalandalam proses kontinyu: Boiler, turbin, kondensor dan pompa (lihat Gambar32).

Bahan bakar yang jenisnya berbeda menimbulkan tantangan teknologi yangberbeda. Biomassa dapat sangat bervariasi dalam kandungan air dankomposisi kimia, yang merupakan tantangan untuk mendesain tungku dandaya tahan boiler. Terutama kandungan kalium dan khlorida yang cukupagresif terhadap jenis baja konvensional yang terjadi pada tekanan tinggi.Selain itu, pembangkit listrik biomassa seringkali kapasitasnya lebih kecilkarena ketersediaan sumber daya lokal. Ketersediaan biomassa lokal cukuppenting karena kepadatan energi biomassa jauh di bawah kepadatan energibahan bakar lain, yaitu minyak dan batu bara. Dengan kepadatan energirendah, biaya transportasi menjadi lebih tinggi. Karena masalahtermodinamika dan faktor penskalaan, pembangkit listrik yang lebih kecilsering dirancang dengan efisiensi listrik yang lebih rendah.

Teknologi umum untuk pengapian biomassa adalah grate firing, bubblingfluidised bed, circulation fluidised bed, atau dust firing. Teknologi ini terutamadigunakan untuk bahan pembakar biomassa kayu, residu dari industri pulpdan kertas, residu dari industri gula, gambut, dan dalam beberapa kasus untukjerami.

Pengalaman internasional dengan produksi listrik menggunakan biomassakayu dan ampas tebu cukup luas. Denmark telah 25 tahun berpengalaman,terutama dengan menggunakan teknologi pembakaran grate (grate firing) ,atau pembakaran serbuk (dust firing) dalam pembakaran bersama denganbatubara atau wood pellet.

Bagian berikut akan membahas teknologi mana yang direkomendasikan untukpembangkit listrik 5-10 MW.

Biomassa kayu danampas tebu untukproduksi listrik

Page 51: Biomass for energy prefeasibility study

51 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Grate-fired boiler

Teknologi grate firing sudah mantap, terbuktibaik, relatif murah, digunakan secara luas diberbagai negara, dan menggunakan berbagaijenis bahan bakar, termasuk bahan bakaryang sulit seperti jerami gandum. DiDenmark, banyak grate-fired boilerdigunakan untuk produksi listrik denganmenggunakan kayu, limbah rumah tangga,atau jerami. Boiler grate-fired sangat kuatwalaupun dengan variasi ukuran bahan bakar,kadar air, komposisi abu, dll. Boiler dengan Grate-fired dibangun dalamkisaran ukuran 3-50 MWpower.

Beberapa kelemahan yang berkaitan dengan boiler model grate firingadalah efisiensinya sedang dan biaya operasional dan pemeliharaan yangrelatif tinggi.

Bubbling Fluidised Bed (BFB)Dalam boiler BFB, sand bed bubbles ada di bagian bawah tungku. Zonapembakaran mempertahankan semua panas bahan bakar, yang membuatpembakaran BFB cocok untukbiomassa.Teknologi boiler BFB juga cukupmenyebar luas untuk pembangkitlistrik biomassa kecil. Khususnya diSwedia dan Finlandia, boiler BFBdigunakan di industri pulp dankertas, namun boiler BFB untukbiomassa dapat ditemukan diseluruh dunia.Dibandingkan dengan teknologigrate firing, BFB menghasilkanefisiensi yang sedikit lebih tinggi dan biaya operasional dan pemeliharaanyang lebih rendah. Boiler BFB terutama digunakan pada industri kayu dankertas dengan menggunakan residu kayu sebagai bahan bakar. Boiler modelBFB bisa dibangun sedikit lebih besar dari bangunan boiler grate firing; dariyang sangat kecil, sampai sekitar 100 MWpower.

Keuntungan

Kerugian

Keuntungan

Page 52: Biomass for energy prefeasibility study

52 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Boiler model BFB memerlukan kadar air yang lebih terkontrol dalam bahanbakar untuk menjaga suhu pada tingkat yang dapat diterima.The BFB boiler is likely more CAPEX intensive for small sizes.

Circulating Fluidised Bed (CFB)Dalam boiler CFB, material dipenumpu (bed) mengalirbersamaan dengan gas buangmelalui tungku, setelah itudipisahkan dari gas dari siklon dankembali ke bagian bawah tungku.

Teknologi CFB juga digunakan diindustri pulp dan kertas Swediadan Finlandia, umumnya untukukuran pabrik yang lebih besardibandingkan dengan pabrikberteknologi BFB. Pabrik CFB menggunakan batu bara, dan beberapa jugakayu dan beroperasi di seluruh dunia.

Dalam boiler CFB , bahan bakar dengan ukuran dan kadar air yang berbedadapat digunakan. Boiler CFB dapat dibangun lebih besar dari boiler grate-fireddan BFB (sampai 3-400 MWpower). Dengan membangun skala lebih besar,memungkinkan untuk mencapai efisiensi yang lebih tinggi atau layakdioperasikan.

Emisi nitrat boiler CFB lebih tinggi daripada boiler lainnya. Konsumsilistrik boiler CFB sekitar 1 persen lebih tinggi daripada boiler grate-fired(2-3% untuk boiler grate-fired dan 3-4% untuk boiler BFB / CFBmenurut Evald dan Witt (2006)). Boiler CFB sensitif terhadapkandungan alkali dalam bahan bakar.

Dust firingBoiler pembakaran serbuk (dust firing) atau pengapian suspensi banyakmenggunakan bahan bakar batu bara. Beberapa pembangkit listrik tenagabatubara telah dipasang untuk menggunakan wood pellet , diharapkan lebihbanyak yang akan mengikuti.

Kerugian

Keuntungan

Kerugian

Page 53: Biomass for energy prefeasibility study

53 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Boiler berbahan bakar serbuk dapat dibangun dalam mode berskala besar dandengan efisiensi listrik tinggi dan OPEX dan CAPEX yang lebih rendah.

Dalam boiler model dust firing, hanya bahan yang sangat halus yang bisadigunakan. Untuk biomassa, ini berarti pellet atau serbuk gergaji. Peletisasibahan baku adalah biaya tambahan dan hanya menarik untuk pembangkitlistrik yang lebih besar, di mana efisiensi tinggi menjadi prioritas.Untuk pembangkit yang kecil, jauh dari layak untuk membangun boiler dustfiring dengan serbuk jerami. Namun, untuk co-firing bisa menjadikemungkinan yang menarik.

Teknologi lain untuk pembangkit listrik biomassaMesin stirlingMesin Stirling telah dikembangkanuntuk biomassa, termasuk jerami.Teknologi ini belum mantap berkaitandengan penggunaan jerami, namunteknologinya masih berjalan.

Keuntungannya adalah mesinnyasangat kuat saat menggunakan jerami,dan faktanya bisa dibangun unitsangat kecil.

Kerugian utamanya adalah : Efisiensi listrik yang rendah Bukan teknologi yang terbukti dengan baik Sampai sekarang, baru dibangun dalam ukuran kecil

Keuntungan

Kerugian

Keuntungan

Kerugian

Page 54: Biomass for energy prefeasibility study

54 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Bila teknologi ini sudah semakin mantap, mungkin menarik untuk instalasiyang lebih kecil untuk produksi listrik

Teknologi gasifikasiGasifikasi adalah prosespembakaran parsial dimanapadatan dalam biomassaditransformasikan menjadi gas danabu yang mudah terbakar. Gaskemudian bisa dibakar dalam boiler,turbin, atau mesin pembakaraninternal. Gasifikasi dengan demikiandapat dipandang sebagai prosespra-perawatan untuk mengurangitantangan persoalan pembakaran,dan untuk mencapai efisiensi listrikyang lebih tinggi. Ada sejumlah teknologi yang berbeda, yaitu fixed bed,fluidised bed, dan entrained flow.

Gasifikasi secara teori dapat memberikan efisiensi listrik yang lebih tinggi,diaplikasikan pada pembangkit yang lebih kecil jika gas yang dihasilkan cukupbersih dan stabil. Model ini biasanya digunakan pada turbin yang efisien ataumesin pembakaran internal.

Namun, meski lebih dari 20 tahun penelitian, pengembangan dandemonstrasi, teknologi tersebut belum dapat diklasifikasikan sebagaiteknologi yang telah terbukti andal dengan dukungan referensi yangmeyakinkan. Tantangan utama adalah jika harus melibatkan penangananbahan baku yang tidak homogen, ter dan debu di gas, dan bagaimana mampumembuktikan efisiensi yang tinggi dalam praktik, bukan teori.

Organic Rankine Cycle (ORC)ORC adalah teknologi yang sangat handal untuk pembangkit listrik biomassa.Kelemahannya adalah efisiensi listrik yang rendah. Oleh karena itu teknologihanya menarik jika produk utamanya adalah panas, dan listrik adalah produksampingan.

5.3 Teknologi pilihan untuk evaluasi kelayakanGrate firing adalah teknologi yang paling relevan untuk kasus ini. Hal iniberkaitan dengan ukuran, permintaan listrik saja (tidak termasuk panas), dankebutuhan akan teknologi yang kuat serta terbukti dengan baik. Teknologi

Keuntungan

Kerugian

Page 55: Biomass for energy prefeasibility study

55 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

grate-firing adalah satu-satunya jenis teknologi di atas dengan referensisangat kuat dalam disain ukuran yang lebih kecil.

Deskripsi pembangkit listrikBahan baku harus dikirim ke pembangkit listrik dalam bentuk batang ataupotongan kayu kecil. Jika dikirim sebagai batang, akan dipotong menjadibentuk chips di pabrik untuk memudahkan penyimpanan dan mengurangibahaya pembakaran spontan.Pembangkit listrik harus mempunyai tempat peyimpanan yang tertutup, yangdapat menampung chip untuk produksi 5-7 hari.

Gambar 33: Contoh penyimpanan bahan baku

Selain penyimpanan tertutup dan terbuka di pembangkit listrik, biomassadapat disimpan dalam bentuk batang atau Chip di gudang yang terpusat dilapangan

Gambar 34: Contoh penyimpanan biomassa kayu di lapangan

Dari tempat penyimpanan chip, bahan baku diambil melalui derek keconveyor penerimaan.

Penyimpanan dipembangkit listrik

Penyimpananterdesentralisasi

Penanganan bahanbakar di pembangkitlistrik

Page 56: Biomass for energy prefeasibility study

56 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 35: Chip kayu di atas conveyor (ban berjalan)

Di dalam boiler, chip diratakan di atas grate . Ini bisa berupa grate jalan(traveling grate), atau grate bergetar (vibrating grate), atau step grate.Misalnya di vibrating grate, bahan bakar bergerak sedikit menuruni grateyang miring setiap kali grate nya bergetar.

Gambar 1: Contoh vibrating grate

Ketika mencapai ujung grate bahan bakar benar-benar terbakar habis, danhanya abu bawah yang tersisa, yang jatuh ke dalam wadah terak yangdipenuhi air. Dari wadah terak, abu bisa diangkut kembali ke hutan dan ladangdan dijadikan pupuk.Gas buang yang melewati pemanas super dan economiser akan memanaskanair / uap untuk turbin. Setelah itu, gas buang dibersihkan dari partikel dalamkantong filter atau presipitator elektrostatik, dan gas buang cukup bersihuntuk dibawa ke cerobong.

Boiler/grate

Jalur gas buang

Page 57: Biomass for energy prefeasibility study

57 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 2: Sketsa prinsip dari pembangkit listrik grate fire menggunakan chip kayu

Uap super panas dibawa dari pemanas super ke turbin uap. Turbin tersebutmenjalankan generator untuk menghasilkan listrik. Setelah turbin, uap harusdikondensasikan dalam kondensor sebelum pompa pengumpan airmeningkatkan tekanan air. Air bertekanan tinggi dikirim kembali keeconomiser dan pemanas super di boiler untuk penguapan.

Pendinginan uap di kondensorUap dari turbin harus didinginkan agar kondensat menjadi air. Hal ini bisadilakukan pada berbagai jenis kondensor. Jika air dingin cukup tersedia,kondensor berpendingin air biasanya lebih disukai, karena perpindahan panaslebih baik, dan unit dengan ini bisa lebih kecil dan lebih murah.

Memilih kondensor berpendingin air akan menghasilkan biaya investasiterendah karena perpindahan panas lebih baik. Selain itu, akan memberikanefisiensi yang lebih tinggi untuk pembangkit listrik karena kemampuan untukmendinginkan ke suhu yang lebih rendah.

Masalah dengan teknologi ini adalah jumlah air yang dibutuhkan untukkondensor berpendingin air. Dengan efisiensi boiler 90%, dan efisiensi listriksekitar 20%, dan jika air dapat dipanaskan dengan suhu 5 ° C, akan dibutuhkanair pendingin sekitar 2.500-3.000 m3 / h (0,75 m3 / s). Jumlah air tersebutdiperkirakan tidak akan tersedia untuk pembangkit listrik di lokasi yangdiusulkan.

Perputaran uap

Kondesor berpendinginair

Page 58: Biomass for energy prefeasibility study

58 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Kondensor berpendingin air dapatdikombinasikan dengan menarapendingin jika air dingin tidakcukup tersedia. Menarapendingin bisa berupa menarapendingin kering atau menarapendingin basah, dimana energipenguapan digunakan untukmendinginkan air di kondensorberpendingin air. Menarapendingin basah untuk pabrik seperti yang ada dalam kasus ini akanmenggunakan sekitar 30-50 m3 / jam air bersih.Solusi paling sederhana untuk pembangkit listrik di daerah di mana air bersihatau dingin langka adalah kondensor berpendingin udara. Biaya investasisedikit lebih tinggi dan efisiensinya sedikit lebih rendah, namun tantanganuntuk mendapatkan cukup air dan merawat kondensor berkurang secarasignifikan.

Oleh karena itu disarankan untuk menggunakan kondensor berpendinginudara untuk kasus ini.

Perhitungan efisiensiUntuk memperkirakan efisiensi listrik pembangkit listrik, perhitungan neracapanas konvensional telah dilakukan. Komponen yang digunakan dalamperhitungan neraca panas adalah: Boiler, katup tekanan tinggi, turbin,generator, kondensor, dan tangki air umpan.Dihitung untuk setiap komponen: neraca panas, neraca massa dan persamaantermodinamika.

Tabel 8 di bawah ini menampilkan beberapa nilai masukan penting untukperhitungan keseimbangan panas.

Kondensor berpendinginair dengan menarapendingin

Kondensor berpendinginudara

Masukkan data untukperhitungan

Page 59: Biomass for energy prefeasibility study

59 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Item NilaiIsentropic efficiency turbine 80%Boiler pressure 70 barBoiler efficiency 87%Valve loss 0Generator efficiency 98%Terminal Temperature Difference 10Ambient temperature 35°CEfficiency pumps 75%Pressure loss boiler 10%Auxiliary electricity consumption 400 kW

Tabel 8: Data yang dipilih untuk perhitungan neraca panas

Gambar 38 menampilkan skema keseluruhan dari proses pembangkit listrik 10MW dengan data yang ditunjukkan di atas.

Gambar 38: Model proses pembangkit tenaga listrik (perhitungan keseimbangan panas).

Efisiensi listrik total untuk pembangkit listrik model adalah 29,7% gross dan27,5% net. Tekanan dan suhu utama ditunjukkan pada Gambar 38.

Efisiensi

Page 60: Biomass for energy prefeasibility study

60 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Pada tahap perancangan selanjutnya beberapa pilihan harus dibuat mengenaitekanan dan suhu pada boiler, sistem pendingin dan optimalisasi lebih lanjutdesain turbin, sistem pemanas awal dan kemungkinan pemanasan kembaliuap di antara tahap turbin. Perhitungan desain ini berfungsi untukmenemukan keseimbangan antara biaya dan efisiensi.

Gambar 39: Efisiensi dan parameter boiler (suhu and tekanan).

Gambar 39 menampilkan hubungan antara tekanan boiler, suhu boiler danefisiensi. Dengan mengubah tekanan boiler 10 bar, atau dengan mengubahsuhu boiler 50 ° C, efisiensinya akan meningkat atau turun sebesar 0,5% p.Tekanan boiler yang meningkat dan suhu yang meningkat akan meningkatkanbiaya komponen dan kemungkinan juga biaya O & M. Tekanan 70 bar dansuhu 450 ° C cenderung mendekati nilai optimal untuk pembangkit 10 MWdengan bahan baku kayu.

Gambar 40: Efisiensi dan suhu kondensor.

Page 61: Biomass for energy prefeasibility study

61 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Suhu kondensor sangat penting untuk efisiensi yang tinggi. Jika udara sekitardigunakan sebagai pendingin, diperkirakan suhu 45 ° C dapat diperoleh.Optimalisasi dalam studi kelayakan berikut akan menunjukkan jika suhu yanglebih rendah dapat diperoleh.

Jika pembangkit listrik biomassa dengan ukuran sekitar 10 MWpower akandidirikan di Jawa, dimensi prosesnya bisa terlihat seperti yang dijelaskan diatas dengan efisiensi listrik bersih 27,5%. Pada tahap ini, disarankan untukmenggunakan komponen yang dijelaskan di atas, tekanan dan tingkat suhuuntuk evaluasi kelayakan tahap pertama.

5.4 Wood pellet

Tipe dan pasar wood pelletBahan biofuel padat dalam bentuk pellet pada dasarnya adalah biomassaterkompresi, dan sumber biomassa dapat mencakup limbah industri ataumakanan, residu pertanian atau industri, atau dari tanaman energi. Woodpellet adalah bentuk paling umum dari bahan bakar pellet yang lebih luas,juga disebut biopelet. Wood pellet umumnya dihasilkan dari limbah industridan residu seperti serbuk gergaji dari produk kehutanan, pabrik penggilingan,produksi furnitur, penjarangan, serta cabang dan pucuk dari industripenebangan kayu, dan di beberapa daerah menghasilkan biomassa kayu daritanaman energi.

Secara umum, ada dua pasar utama untuk wood pellet: wood pellet industri,yang digunakan sebagai pengganti dan / atau dikombinasikan denganbatubara di pembangkit listrik termal, dan pellet premium, yang digunakan dikompor dan boiler untuk pembangkit panas. Pada tingkat global, permintaanuntuk kedua jenis wood pellet telah meningkat secara drastis dalambeberapa tahun terakhir, dengan permintaan pelet industri saat ini sekitar 17juta ton, yang diperkirakan akan terus meningkat di tahun-tahun mendatang(lihat Gambar 41).

Rekomendasi

Page 62: Biomass for energy prefeasibility study

62 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 41: Sejarah Permintaan dan perkiraan permintaan industri wood pellet di masa depandi Eropa, Inggris, Korea, Jepang, dan Kanada (ribuan ton) (FutureMetrics, 2017).

Dengan jumlah sedikit lebih rendah, permintaan global untuk pelet premiumjuga meningkat pesat sejak 2004, dan permintaan untuk Amerika Utara danEropa saat ini sekitar 14 juta ton per tahun (lihat Gambar 42).

Gambar 42: Sejarah Permintaan dan perkiraan permintaan masa depan untuk pelet kayupremium di Eropa, Inggris, Korea, Jepang, dan Kanada (ribuan ton) (FutureMetrics, 2017).

Selain pasar global yang diuraikan di atas, pasar lokal untuk pelet kayu jugabisa menjadi pilihan bagi produsen Indonesia.

Proses produksiSecara umum, proses pembuatan pelet kayu utamanya dapat dibagi menjadibeberapa tahap berikut:

Page 63: Biomass for energy prefeasibility study

63 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

a) Memperoleh bahan bakub) Memotong dan / atau menggiling. Langkah ini tergantung pada jenis

input biomassa. Seluruh kayu bulat perlu dikelupas, sementara serbukgergaji, serutan dan serpihan kayu tidak perlu. Setelah terkelupas,biomassa mentah dikirim ke hammer mill, yang mengubah biomassamentah menjadi bahan serbuk gergaji.

Gambar 43: Chipper kayu(kiri) dan hammer mill (kanan) (Gemco, 2017)

c) Pengeringan. Sebelum dikirim ke sistem press pellet, biomassa yangdihancurkan harus memiliki kandungan air antara 12-18%(persentase sebenarnya akan tergantung pada sifat bahan baku).Dengan demikian, bila ada biomassa hancur yang memiliki kadar airlebih tinggi dari ini pertama-tama harus dikeringkan. Ada beberapajenis sistem pengering termasuk pengeringan uap, pengeringan udarapanas, atau rotary (drum)

Gambar 44: Rotary drum dryer (Gemco, 2017)

d) Pengepresan pellet. Bila biomassa telah mencapai kandungan air yangdiinginkan, dikirim ke pabrik wood pellet. Di sini, biomassa memasukitekanan tinggi, dimana pellet terbentuk (umumnya berdiameter 4-20mm, dan panjangnya sampai 10 cm). Ada beberapa jenis press pelletyang berbeda, namun untuk fasilitas menengah sampai besar, mesinpellet 'Ring die' kemungkinan tipe yang dipilih. Bergantung padakapasitas pabrik per jam, sejumlah ini dapat disiapkan satu sama lain(lihat di bawah).

Page 64: Biomass for energy prefeasibility study

64 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 45: mesin wood pellet tipe Ring die (Whirlston, 2017)

e) Pendinginan. Setelah ditekan, wood pellet cukup panas dan olehkarena itu harus didinginkan untuk memastikan pelet berkualitastinggi karena mengeras dengan benar. Selama proses ini, kadar airjuga berkurang, sehingga kadar air wood pellet terakhir biasanyaantara 7-9%.

Gambar 4: Contoh sistem pendinginan wood pellet cooling (Gemco, 2017) – kiri dan (Whirlston,2017)- kanan

f) Pengepakan dan penyimpanan. Tahap akhir ini akan tergantung padajenis pelet yang diproduksi, dan pada pasar yang mereka inginkan.Pelet premium umumnya dikemas ke dalam kantong 15-20 kg, atau

Page 65: Biomass for energy prefeasibility study

65 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

bahkan lebih besar lagi, sedangkan pelet Industri umumnya tidakdikantongi, namun seringkali disimpan dalam silo.

Proses produksi yang khas dapat diringkas dengan gambar di bawah ini.

Gambar 47: Diagram alir produksi wood pellet (Jara, Daracan, Devera, & Acda, 2015)

5.5. Torefaksi (Torrefaction)

Selama proses torefaksi (pengeringan menjadi arang pellet), biomassa padatdipanaskan sampai suhu 250-320 ° C dalam atmosfir dengan kandunganoksigen yang berkurang. Proses tersebut menyebabkan hilangnyakelembaban dan hilangnya sebagian bahan yang mudah menguap (volatile)dalam biomassa. Dengan hilangnya sebagian dari bahan yang mudahmenguap (sekitar 20%), karakteristik biomassa asli berubah drastis. Strukturserat sebagian besar hancur dan menjadi hidrofobik atau kedap air(kelembaban yang hilang). Nilai pemanasan dari bahan yang tersisa meningkatsekitar 19 MJ / kg sampai 21 atau 23 MJ / kg untuk kayu yangdiarangkan/torefaksi.

Konsep dasar torefaksi dapat dilihat di bawah ini:

Page 66: Biomass for energy prefeasibility study

66 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 48: Proses Torrefaction (Sumber :overview of torrefaction technologies, IEA 2015)

Dengan membuat arang pellet biomassa (torrefied biomass), sejumlahkeuntungan dapat diperoleh dalam transportasi, penanganan danpenyimpanan dibandingkan dengan chip biomassa kering sebagai produkantara. Sementara kerapatan energi volumetrik (dalam GJ per m3) chipbiomassa kering kurang lebih sama dengan material asli (serpihan kayu),langkah kompresi meningkatkan ini dengan faktor 4-8 yang menghasilkanpenghematan biaya yang signifikan dalam pengiriman. dan penyimpanan.

Namun, arang biomassa lebih sulit ditekan menjadi pellet jadi daripadabiomassa mentah. Konsumsi energi dari proses pelletisasi nya saja per tonarang biomassa lebih tinggi jika dibandingkan dengan misalnya pelet kayu.Selain itu, proses torrefaction membutuhkan energi dan prosesnya masihharus dipertimbangkan dalam fase pengembangan dengan beberapa risikoteknologi ada.

Berkaitan dengan hilangnya panas, meningkatnya konsumsi listrik dan risikoteknologi, proses torefaksi nampaknya tidak menjadi metode yangmenguntungkan untuk diikuti oleh Perhutani pada saat ini.

Page 67: Biomass for energy prefeasibility study

67 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

6 Analisis ekonomiAnalisis ekonomi diperumit oleh banyaknya pilihan dan konfigurasi yang perludipertimbangkan. Lingkup proyek mencakup teknologi pembangkit listrik,boiler biomassa dan pabrik pelet kayu. Selain itu, dalam masing-masing opsiini ada beberapa pilihan desain, misalnya tiga teknologi pembakaran yangberbeda, ketidakpastian mengenai bahan bakar dan biaya, dan signifikansilokasi pembangkit listrik.

6.1 Penetapan harga sumber biomassa

Dorongan utama menggunakan biomassa untuk keperluan energi di Jawaadalah untuk meningkatkan nilai lahan dengan menambahkan lebih banyakpendapatan dan manfaat lainnya, dibanding jika nilai lahan tanpa penanamanbiomassa untuk kebutuhan energi. Seperti dijelaskan dalam bab tiga danempat, alternatif lain yang mungkin relevan untuk biomassa energi adalahJati, kayu putih, dan dalam beberapa kasus, kayu pinus untuk produksi resin.

Namun, beberapa perhitungan secara kasar dan sederhana menunjukkanbahwa hanya biomassa untuk energi dengan menggunakan model spesiestrubusan rotasi pendek yang paling menguntungkan dibandingkan denganjenis kehutanan lain, terutama Jati, jika tipe hutannya merupakan lahan tidakproduktif.

Page 68: Biomass for energy prefeasibility study

68 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Tanaman pokok kayu minyak resin Batangkayu

Tanamansampingan pertanian pertanian batang daun

1 Hasil 150 32 657 100

2 Prosentase tidakproduktif 65% 35% 20% 0%

3 Hasil terkoreksi 53 21 526 1004 Unit m3/ha/rot Kg/ha/th Kg/ha/th t/ha/rot5 Rotasi Tahun 20 1 1 36 Harga Ribu Rp/unit 4,000 250 10 1807 Prospek harga % pa + infl. 0% 0% 0% 0%8 Investasi MRp/ha -10 -10 -10 -109 Pengelolaan MRp/ha/th -1 -2 -2 -2

10 Pemasukanpokok MRp/ha/rot 210 5.2 5.3 18.0

11 Pemasukanbersih MRp/ha/rot 181 2.2 3.0 11.3

12 Depresiasi MRp/ha/rot 26 1.3 1.3 4.2

13 Depresiasitahunan MRp/ha/th 1.3 1.3 1.3 1.4

Tabel 9: Keuntungan tahunan MRp / ha / y untuk empat tanaman kehutanan yang berbeda.Perkiraan hasil dan harga berdasarkan wawancara lokal, perhitungan dan asumsi sendiri yangditunjukkan dalam bab 2 dan tiga digabungkan dengan informasi publik yang tersedia. Hanyatanaman utama yang disertakan.

Perkiraan keuntungan tahunan tanaman kehutanan yang berbeda pada lahantidak produktif disajikan pada Tabel 9. Tujuan tabel ini adalah untukmenunjukkan tingkat "tidak produktifnya" tanaman lain yang akanmenghasilkan keseimbangan keuangan dengan kayu energi, jika harga jualdari kayu adalah 180.000 Rp / ton. Harga kayu energi ini dianggap perlu untukmenghasilkan keuntungan yang kecil untuk membayar sewa tanah.

Perhitungannya didasarkan pada sejumlah asumsi kritis, dan terutama untuktujuan ilustrasi. Salah satu asumsi penting adalah tingkat depresiasi yangdipilih (11,6%), yang secara dramatis mengurangi kesukaan pada tanamanjati. Dengan tingkat depresiasi ini, nilai Jati yang dijual 20 tahun setelah "tahunkeputusan" dikurangi dengan faktor 7.

Di Baris 2 tabel, ditunjukkan tingkat ketidakproduktifan. Sebagai contoh, tidakproduktifnya perkebunan jati (dibandingkan dengan asumsi standar) harus65% agar kayu energi menjadi tanaman yang lebih menguntungkan.Ketidakproduktifan 65% berarti hasil sebenarnya 65% lebih rendah dari hasilyang diharapkan dari 150 m3 jati setelah 20 tahun.

Page 69: Biomass for energy prefeasibility study

69 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Untuk perhitungan lebih lanjut dalam bab ini mengenai ekonomi pembangkitlistrik dan pabrik wood pellet, diperkirakani bahwa bahan baku dikirim dipabrik dengan biaya 200.000 ton / ton.

6.2 Pembangkit listrik ekonomisFaktor keekonomian pembangkit listrik bergantung pada empat aliran nilaiutama:

1. CAPEX (biaya modal))2. OPEX (biaya operasional)3. Biaya bahan baku4. Penjualan energi (penjualan listrik)

Dengan menghitung tiga aliran biaya utama, Levelized cost of (LCOE) selamamasa pakai dapat diturunkan. The levelized cost kemudian dibandingkandengan Feed in tariff yang didapat dalam kesepakatan jual beli listrik (PPA).PPA adalah kontrak antara produsen dan pengambilalihan listrik danmenetapkan harga, hak dan tanggung jawab kedua pihak.

CapexSecara global ada banyak pengalaman dengan mengubah biomassa menjadilistrik. Dalam laporan Biomass for Power Generation (IRENA, 2012), totalkapasitas terpasang diperkirakan 60.000 MW, setengahnya berada di AmerikaUtara dan Eropa. Biomassa kayu adalah bahan baku yang paling banyaktersebar di belahan dunia ini, sementara residu dari produksi gula (ampastebu) dominan di belahan dunia lainnya.

Teknologi pembangkit tenaga biomassa yang berbeda dan kesesuaiannyadievaluasi di Bab 5, di mana pembangkit listrik tenaga uap model grate-fireddipilih sebagai yang paling sesuai untuk dilakukan studi kelayakan yang lebihmendalam. Teknologi ini dipilih berdasarkan ketahanannya, rekam jejakreferensi proyek, dan banyak pemasok yang relevan. Yang terpenting,teknologi ini juga memungkinan menawarkan rasio terbaik dari harga /kinerja pada ukuran antara 5 dan 25 MW listrik - tidak termasuk biomassauntuk pencampuran di pembangkit listrik tenaga batubara yang ada. Dalamlaporan IRENA, biaya modal teknologi ini diperkirakan 2-4 juta USD / MWdipasang, terutama tergantung pada ukuran dan kondisi lokal.

"Converting Biomass to Energy" atau mengubah biomass menjadi energiadalah sebuah laporan yang dikeluarkan pada tahun 2017 oleh InternationalFinance Cooperation (IFC ) sebagai Panduan untuk Investor. Dalam laporan inidata CAPEX global untuk generator dengan perputaran uap (steam cycleplants) disusun seperti yang ditunjukkan pada Gambar 49

Page 70: Biomass for energy prefeasibility study

70 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 49: Kisaran biaya investasi khas (CAPEX) untuk tenaga listrik dengan perputaran uapbergantung pada ukuran dan lokasi pembangit. (IFC, 2017)

Angka tersebut umum, namun menunjukkan ketergantungan biaya investasiberbasis pengalaman yang jelas pada a) bagian dunia dan b) ukuran.Berdasarkan perkiraan efisiensi listrik dan pada prospek hasil panen spesiestanaman yang sesuai, pembangkit 10 MW membutuhkan luas area lebih dari5.000 Ha untuk mendapatkan pasokan bahan baku yang memadai.Berdasarkan data di atas, CAPEX sekitar 2,7 juta USD / MW nampaknya cukupuntuk digunakan dalam perhitungan lebih lanjut untuk lokasi Jawa.

CAPEX mencakup semua investasi yang diperlukan termasuk desain, mesin,bangunan, penyimpanan, dan pekerjaan sipil. Namun, dalam hal ini juga pra-perlakuan bahan baku (chipping) harus disertakan. CAPEX untuk chipperdiperkirakan tidak signifikan dibandingkan dengan CAPEX keseluruhan (kurangdari 0,3 juta USD / MWe (0,1 juta USD / MWinput). (Satu MW input sesuaidengan kapasitas chipper 3-4 ton / jam)Selain itu, koneksi ke grid harus disertakan. Dalam penelitian ini diantisipasibahwa biaya koneksi terutama akan dibayar oleh produsen listrik (IPP), danoutput listriknya kurang dari 0,05 juta USD / MW.

Biaya modalMenurut sebuah survei yang dilakukan pada 2017, The Weighted AverageCost of Capital untuk investasi industri di Indonesia diperkirakan11,6%(Menjadi Investor yang Lebih Baik, 2017). Dengan masa pakai 20 tahun danWACC 11,6%, pembayaran tahunan dapat dihitung menjadi 13% dari total

Page 71: Biomass for energy prefeasibility study

71 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

biaya investasi. Dengan CAPEX 3.0 juta / MW dan 6.000 jam beban penuh /tahun, CAPEX akan berjumlah 65 USD / MWh, atau 6.5 USc / kWh.

OPEXBiaya operasional biasanya dapat dibagi menjadi tiga subkategori: Variabel Operasional - Konsumsi dan pembuangan residu Variabel Pemeliharaan - Pemeliharaan sistem input bahan bakar,

boiler, turbin / generator, pengolahan gas buang, dll. Operasional dan pemeliharaan tetap - Gaji, asuransi, sewa tanah,

pemeliharaan gedung dll.Dalam operasial yang sebenarnya tidak selalu mudah untuk membedakanantara biaya variabel dan biaya pemeliharaan tetap. Namun, untukpembangkit uap berukuran 5-10 MW, referensi yang lain menunjukkan biayaoperasional dan pemeliharaan tetap sekitar 2-5% dari CAPEX dan biayavariabel 3-6 USD / MWh yang dihasilkan.

Untuk pembangkit listrik dengan CAPEX 3 juta USD / MW dan 6.000 jamoperasi / tahun, OPEX totalnya sekitar 22 USD / MWh atau 2,2 USc / kWh

Bahan bakuSeperti yang ditunjukkan di atas, diperkirakan minimum Rp 200.000 / ton(15,4 USD / ton) untuk bahan baku, diperlukan untuk menutupi biayakehutanan, (termasuk 10% untuk transportasi).

Analisis pembangkit listrik yang dilakukan dalam proyek ini menunjukkanbahwa pabrik berukuran sekitar 10 mWe dan dengan pendinginan atmosferdapat memiliki efisiensi thermal bersih sekitar 27,5%.

Input biomassa dengan kelembaban 35% mengandung nilai pemanasan yangdapat digunakan sebesar 11,5 GJ / ton (3.2 MWh / ton), jika kelebihan energidari proses ini digunakan untuk mengeringkan bahan baku, nilai pemanasanyang dapat digunakan dapat ditingkatkan menjadi 11,9 GJ / ton atau 3,3 MWh/ ton. Ini berarti satu ton chip kayu bisa menghasilkan 3,3 * 0,275 = 0,91 MWhlistrik (bersih). Dengan demikian, biaya bahan baku untuk model pembangkitlistrik adalah 15,4 / 0,91 = 16,9 USD / MWh = 1,7 USc / kWh.

Total biaya untuk memproduksi listrik di pembangkit listrik tenaga biomassayang dianalisis adalah CAPEX + OPEX + Feedstock = 6.5+ 2.2+ 1.7 = 10.3 USc /kWh.

Page 72: Biomass for energy prefeasibility study

72 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Distribusi biaya ditampilkan pada Gambar 50.

Gambar 50: Biaya produksi listrik pada model pembangkit listrik biomassa dengan total biaya10,3 USc / kWh.

Keseluruhan dan sensivitasPerhitungan di atas menunjukkan bahwa pembangkit listrik berbahan bakubiomassa yang terkoneksi dengan grid PLN di Jawa hanya merauppendapatan 6,6 USC / kWh dimana biaya pengeluarannya adalah 10,3 USc /kWh. Biaya pengeluaran dalam kasus ini tampaknya bernilai lebih dari 50%dari pendapatan yang diterima, sehingga secara finansial tidak layak.Dalam perhitungan dasar biaya capex saja hanya sebanding dengan totalpendapatan. Untuk mencapai keseimbangan keuangan, biaya Capex harusdikurangi menjadi 2,7 USc / kWh yang merupakan pengurangan 60% (ceterisparibus), yang memerlukan kombinasi yang kuat antara 1) penguranganinvestasi, 2) hibah dan 3) skema pinjaman yang menguntungkan.

6.3 Pabrik Wood pellet ekonomisEkonomi pabrik pelet kayu tentu saja tergantung pada harga jual pellet kayudan biaya produksi pellet.

Biaya produksiBerdasarkan tinjauan sebelumnya terhadap fasilitas produksi wood pellet diKanada, Amerika Serikat, Eropa dan Filipina, model berbasis excel yangmensimulasikan pendirian pabrik wood pellet baru di Indonesia telahdihasilkan. Ada daftar variabel yang luas yang mempengaruhi biaya produksiwood pellet, namun yang terpenting adalah:

Page 73: Biomass for energy prefeasibility study

73 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Biaya dan jenis bahan input Biaya awal pabrik dan biaya finansial (termasuk ukuran dan lokasi) Biaya listrik Biaya panas Biaya O&M

Asumsi mengenai karakteristik fisik pabrik wood pellet diuraikan pada Tabel10:

Aspek unit NilaiKapasitas produksi – per tahun ton/tahun 43,800Kapasitas produksi – per jam ton/jam 5Tingkat pemanfaatan % 82%Produksi tahunan ton/tahun 36,000Kadar air chip kayu input % 35%Kadar air wood pellet output % 7%Permintaan listrik – per ton wood pellet kWh/ton 2203

Efisiensi Boiler % 85%

Tabel 10: Asumsi pabrik Wood pellet plant dan material

Diasumsikan bahwa input utama ke pabrik wood pellet adalah chip kayudengan kadar air sekitar 35%. Wood pellet biasanya memiliki kandungan airsekitar 7%, dan pabrik tersebut diasumsikan memiliki boiler berbasis biomassauntuk menghasilkan panas untuk proses pengeringan.

Berdasarkan parameter fisik di atas, input dan output tahunan yang dihasilkanuntuk model pabrik ditunjukkan pada Tabel 11.

Page 74: Biomass for energy prefeasibility study

74 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Aspek Unit NilaiOutput Wood pellet t/tahun 36,000

Chip kayu yang dibutuhkan untuk pelletisasi t/tahun 51,000Chip kayu yang dibutuhkan untuk produksipanas

t/tahun 3,500

Total permintaan tahunan chip kayu t/tahun 54,500Permintaan listrik MWh/tahun 7,920

Tabel 1: Input dan output tahunan pabrik wood pellet

Dengan memperhatikan angka input dan output pada Tabel 13, terlihatmencolok bahwa untuk menghasilkan 36.000 ton wood pellet memerlukanhampir 55.000 ton input chip kayu. Namun, hal ini dapat dijelaskan oleh faktabahwa input chip kayu memiliki kadar air lebih tinggi dan kandungan energi11-12 GJ / ton, sedangkan output wood pellet memiliki kandungan air yangsangat rendah dan kandungan energi lebih dari 17 GJ. /ton.

Asumsi biaya yang digunakan dalam perhitungan diuraikan pada Tabel 12

Aspek unit per USD per IDRBiaya pengiriman log kayu/chip kayu ton 15 200,000Biaya listrik MWh 71 939,8504

Biaya modal juta 3.9 52,430WACC5 % 11.6% 11.6%Umur pabrik tahun 20 20

Tabel 2: Asumsi biaya wood pellet

Salah satu unsur terpenting dalam menentukan biaya produksi pelet kayuadalah biaya modal (CAPEX). Studi tentang biaya modal untuk proyek energilainnya, misalnya pembangkit listrik, menyimpulkan bahwa biaya CAPEX padaumumnya bervariasi tergantung pada lokasi geografis pabrik. InternationalFinance Corporation (IFC) misalnya mempelajari biaya investasi khas untukpembangkit listrik tenaga uap, dan menemukan bahwa biaya CAPEX jauh lebihtinggi misalnya di Eropa dan Amerika Serikat, relatif lebih tinggi dibandingbelahan dunia lainnya, China dan India khususnya (lihat Gambar 49).

Dengan mencermati Gambar 49, dan dengan mempertimbangkan indikatormakroekonomi dan lokasi geografis Indonesia secara umum, akan wajar jikaberasumsi bahwa Indonesia kemungkinan akan berada di antara "Sisa Dunia"dan antara "China dan India".

4 Berdasarkan tarif industri5 Weighted average cost of capital, assuming 14% cost of equity, 8% cost of debt, corporate tax rate of 25%,and 70% of the project being financed via equity

Page 75: Biomass for energy prefeasibility study

75 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Analisis ekonomi saat ini mengasumsikan bahwa tren di atas juga berlakuuntuk pabrik wood pellet. Hal ini tercermin pada Tabel 13, yang menampilkanangka CAPEX untuk jenis wood pellet yg berbeda bergantung pada lokasi,jenis pellet, dan kapasitas, serta nilai CAPEX yang diasumsikan yang digunakandalam penelitian saat ini, 90 USD / ton.

Country/region Pellettype

Capacity(t/year)

Capex(USD/t) Source

EU Wood 100,000 125 (ABC Machinery, 2017)Malaysia EFB* 100,000 80 (Gemco Energy, 2015)

Philippines Wood 7,500 102 (Jara, Daracan, Devera, & Acda,2015)

Indonesia Wood 44,000 90 Assumed in current study

Tabel 13: Berbagai biaya modal untuk pabrik wood pellet tergantung pada lokasi, ukuran, danjenis pelet. Pelet EFB (Empty Fruit Bunches) dihasilkan dari residu buah sawit yang dihasilkandari proses awal produksi minyak kelapa sawit. Untuk proyek yang dirujuk tidak ada hammermill, dan dengan demikian CAPEX biasanya lebih rendah.

Dalam hal biaya operasional dan pemeliharaan (O & M), biaya tetap O & Mdiasumsikan sekitar 2,5 USD / ton kapasitas wood pellet, dan biaya O & Mvariabel menjadi 2,5 USD / ton wood pellet yang diproduksi. Angka-angka inididasarkan pada perkiraan Eropa yang diberikan oleh studi Deloitte, yangtelah disesuaikan ke bawah dengan mempertimbangkan kondisi Indonesia(ABC Machinery, 2017).

Sehubungan dengan biaya tenaga kerja, asumsi tenaga kerja yangdibutuhkan dan gaji tahunan yang terkait ditampilkan pada Tabel 14.

Jenis PekerjaJumlah yangdibutuhkan

Gaji bulanan*(mio IDR)

Total upah tahunan(mio IDR)

Pekerja terampil 10 3.0 360Manager 3 7.0 252Buruh 10 2.0 240Totals 23 852

Tabel 14: Asumsi kebutuhan tenaga kerja dan biaya tenaga kerja. * Perkiraan gaji berdasarkan(Salary Explorer, 2017).

Berdasarkan asumsi di atas, biaya produksi wood pellet adalah 60 USD / ton,dengan rincian biaya seperti yang digambarkan pada Gambar 51.

Page 76: Biomass for energy prefeasibility study

76 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Gambar 51: Biaya produksi pelet kayu dinyatakan dalam USD / ton

Seperti dapat dilihat dari Gambar 51, biaya input chip kayu yang diasumsikandan CAPEX adalah faktor terpenting dalam menentukan biaya produksi secarakeseluruhan. Untuk menggambarkan pengaruh perubahan pada parameterini, CAPEX alternatif, WACC, periode pengembalian, kadar air chip kayu, danbiaya bahan baku juga telah diimplementasikan dalam 5 skenario alternatif.Pada masing-masing skenario, variabel tersebut diubah dengan +/- 20%.

Standar Capex WACCWaktu

pengembalian

Kadar airBiayabahanbaku

Upah 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8 1.8Panas 1.5 1.5 1.5 1.5 1.0/2.4 1.2/1.8Listrik 15.5 15.5 15.5 15.5 15.5 15.5O&M yang lain 5.5 5.5 5.5 5.5 5.5 5.5CAPEX 14.3 11.9/17.2 12.6/16.5 13.7/15.1 14.3 14.3Bahan baku 21.4 21.4 21.4 21.4 19.6/24.0 17.8/25.7Total 60.0 57.7/62.9 58.3/62.2 59.4/60.9 57.8/63.5 56.2/64.6% simpangan -4.0/+4.8 -2.9/+3.6 -1.0/+1.4 -3.8/+5.8 -6.3/+7.6

Tabel 15: Analisis sensitivitas parameter kunci. Masing-masing dari 5 skenario alternatif tersebut terlihattparameter masing-masing meningkat / menurun sebesar 20%.

Tabel 15 menyoroti fakta bahwa perubahan terhadap CAPEX atau biayapendanaan memiliki efek yang sama terhadap biaya produksi wood pellet,dalam kedua hal itu mengubah dengan 3-5%. Sementara itu, harga bahanbaku input yang lebih tinggi memiliki efek yang lebih signifikan, dengan biayaproduksi mengalami perubahan sebesar 6-7%.

Page 77: Biomass for energy prefeasibility study

77 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Harga jual wood pelletsDi dalam negeri, pelet kayu buatan Indonesia berpotensi dijual untukdigunakan di: Usaha Kecil Menengah: Pabrik Tahu, Produksi Makanan Goreng, DOC

(Peternak Ayam bibit) Pabrik Teh: Teh Cakra Bandung, Teh Tambi Wonosobo, PTPN VIII

Pangalengan, PTPN Ciwidey, The Goal Para Pengeringan tembakau Kompor Rumah Tangga: proses uji coba di Bangkalan dan Wonosobo

Kuantitas dan harga untuk pasar di atas cenderung bervariasi, dan oleh karenaitu beberapa analisis kemuadia ini akan berfokus pada pasar ekspor yangtumbuh dan stabil.

Dengan serangkaian asumsi yang terkait dengan biaya transportasi jalan,biaya pemuatan ke kapal, dimungkin untuk memperkirakan biaya potensialFOB Indonesia untuk wood pellet(yaitu biaya wood pellet Indonesia yangdikirim ke kapal untuk diekspor).

Elemen biaya Biaya (USD/ton)Pemuatan pellet ke truk 1.5Transportasi ke pelabuhan (60 km) 5.8Penyimpanan di pelabuhan 1.0Pemuatan kapal 2.5Total biaya transportasi domestik danpemuatan

10.8

Biaya produksi 60.0Biaya FOB Indonesia 70.8

Tabel 16: Biaya transportasi dalam negeri dan biaya FOB Indonesia yang dihasilkan

Di pasar internasional, pasar utama industri wood pellet Indonesiakemungkinan besar adalah Korea Selatan, yang sejak tahun 2014 telahmengimpor hampir 150.000 ton per bulan, atau Jepang, yang impornyatumbuh secara signifikan dari tahun ke tahun sejak tahun 2014 dan memilikitotal impor sekitar 350.000 pada tahun 2016.

Pembangkit listrik Korea Selatan saat ini menerima sebagian besar pelet kayumereka dari Vietnam, di mana harga spot FOB Argus telah berfluktuasi sekitar95 (+/- 5) USD / ton dalam 18 bulan terakhir, dan pada saat penulisan, lebihdari 100 USD / ton. Dengan asumsi biaya pengiriman dari Vietnam ke Koreasekitar 11,5 USD / ton, ini menghasilkan harga CIF Korea sebesar 111,5 USD /

Page 78: Biomass for energy prefeasibility study

78 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

ton (100 pengiriman FOB + 11,5). Indonesia jauh dari Korea Selatan daripadaVietnam, dan ini akan menghasilkan perkiraan biaya pengiriman tambahansekitar 5,6 USD / ton.

Ini memberikan perkiraan biaya pengiriman total dari Indonesia ke KoreaSelatan sebesar 17,1 USD / ton. Dengan melihat harga CIF6 Korea di KoreaSelatan sebesar 111,5 USD / ton, dan mengurangkan perkiraan biayapengiriman sebesar 17,1 USD / ton ini, harga FOB Indonesia yang dihasilkanadalah 94,4 USD / ton.

(USD/ton)Asumsi Biaya FOB Vietnam 100.0Asumsi biaya pengapalan dari Vietnam ke Korea Selatan 11.5Asumsi harga CIF Korea 111.5Asumsi biaya pengapalan dari Indonesia ke Korea Selatan 17.1Asumsi harga FOB Indonesia berdasarkan harga Vietnam 94.4Model biaya FOB Indonesia 70.8

Tabel 3: Ringkasan asumsi biaya

Sejarah harga ARA7 CIF sejak Mei 2009, memperkirakan harga CIF Koreaberdasarkan harga FOB Vietnam, dan perkiraan harga FOB Indonesia yangsesuai ditunjukkan pada Gambar 52.

Gambar 52: Sejarah harga CIF ARA, perkiraan harga CIF Korea berdasarkan sejarah harga FOBVietnam, dan memodelkan harga FOB Indonesia. Harga terakhir untuk Korea Harga terbaruuntuk CIF Korea dan FOB Indonesia adalah perkiraan konservatif berdasarkan kenaikan yangterlihat pada harga ARA.

6 CIF: Cost Insurance and Freight. Essentially the price of the good when the vessel is in the destinationharbor (the seller is responsible for the costs of loading the ship, the shipping costs and insurance, andbuyer is thus responsible for the unloading costs).7 ARA: Amsterdam Rotterdam Antwerp

Page 79: Biomass for energy prefeasibility study

79 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Untuk sebuah diskusi mengenai alasan untuk harga anjlok di ARA woodpellets, mari kita melihat kotak teks berikut ini:

Jatuhnya harga wood pellet industriPenurunan harga wood pellet industri yang signifikan yang dimulai pada pertengahan tahun 2015dan berlanjut hingga 2016 yang digambarkan pada Gambar 45 adalah hasil dari sejumlah keadaan,termasuk 7 elemen di bawah ini.

Harga minyak yang rendahHarga minyak yang rendah memiliki efek menurunkan harga wood pellet karena keduanyamengurangi biaya transportasi (baik transportasi bahan baku dengan truk, dan wood pelletdengan kapal), namun juga membuat wood pellet premium menjadi alternatif pemanasanindividu yang relatif kurang menarik dibandingkan dengan pemanasan berbasis minyak.

Tarif spot trans atlantik rendahHarga pengiriman cukup mudah berubah (bahkan lebih daripada harga minyak), dan tarifpengiriman massal (dalam jumlah besar) trans atlantik dari Amerika Serikat bagian tenggara keEropa sangat rendah selama masa ini.

Harga batu bara, gas alam, dan CO2 rendahHarga batubara, gas alam dan izin emisi CO2 juga rendah, dan ini relatif mengurangi daya sainglistrik dan produksi panas melalui wood pellet terhadap bahan bakar fosil.

Karena harga serat Belanda rendah di Amerika SerikatMenurut Hawkings Wright, harga serat kayu AS terus turun sepanjang 2015 dan masuk pada awal2016.

Penundaan peraturan di negara-negara semacam ituDari tahun 2015 sampai 2014, Belanda mengurangi impor pelet kayu dari Amerika Serikat lebihdari 80%. Namun skema SDE + yang baru, terbuka untuk biomassa co-firing, dan oleh karena itudiasumsikan bahwa permintaan wood pellet impor kemungkinan akan meningkat lagi di tahun-tahun mendatang. Menurut Argus, pemerintah Belanda "berencana untuk memperoleh 25petajoule energi terbarukan dari proyek biomassa co-firing melalui putaran SDE + berturut-turut,yang dapat memenuhi permintaan hingga 3,5 juta ton pelet kayu." (Argus, 2016) .

Kelebihan pasokanKetika wood pellet Inggris dari AS terus meningkat (sekitar 2,9 juta ton dari Januari-Oktober 2015),dan saat ini mencakup sekitar 80% impor AS ke negara-negara EU28, beberapa proyek konversi diInggris mengalami penundaan yang besar, misalnya pembangkit listrik Lynemouth. (Eurostat,2015). Tampaknya mungkin kapasitas produksi pelet kayu telah ditetapkan di AS untuk memasoksejumlah proyek UE, yang kemudian proyek tersebut di tunda dan / atau dibatalkan, dan inimengakibatkan situasi dengan pasokan berlebihan.

Page 80: Biomass for energy prefeasibility study

80 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Ea Energy menganalisa penilaian bahwa dengan harga ARA yang sangatrendah pada tahun 2016 dan paruh pertama tahun 2017 adalah akibat pabrikwood pellet di AS yang menghasilkan di bawah biaya marjinal jangka panjangmereka, dan karena itu tidak berkelanjutan dalam jangka panjang. Dengandemikian, diasumsikan bahwa harga spot CIF ARA kemungkinan besar akanmenstabilkan harga di kisaran 150-180 USD / ton.

Gambar 53 memperbesar di bagian kanan atas dari gambar sebelumnya.

Gambar 53: Perbesaran dalam Sejarah harga CIF, CIF Korea memperkirakan hargaberdasarkan sejarah harga FOB Vietnam, dan harga model FOB Indonesia. Harga saat iniuntuk CIF Korea dan FOB Indonesia adalah perkiraan konservatif berdasarkan pengerakan naikyang terlihat pada harga ARA. Sebagai catatan bahwa aksis vertikal dimulai dengan angka 50USD/ton.

Berdasarkan dua gambar di atas, dapat disimpulkan bahwa dengan asumsibiaya dan harga dalam analisis, pabrik pelet kayu di Indonesia nampaknyakompetitif dan menguntungkan di pasar internasional.

Aspek aspek tambahan

Analisis biaya di atas didasarkan pada asumsi bahwa semua bahan inputberupa chip kayu segar dengan kadar air sekitar 35%. Jika ada residu serbukgergaji tambahan yang tersedia untuk pabrik wood pellet potensial, dan /atau kadar air chip kayu jauh lebih rendah, ini akan mengurangi biayaoperasional pabrik wood pellet.

Page 81: Biomass for energy prefeasibility study

81 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Pada saat ini, analisis menyeluruh terhadap pasar domestik untuk wood pelletbelum dilakukan. Jika ada pasar yang signifikan untuk wood pellet, ini jugadapat memperbaiki ekonomi pabrik wood pellet, karena biaya yang terkaitdengan pengiriman dapat dihilangkan.

Disarankan agar kedua aspek ini ditinjau secara lebih menyeluruh dalam studikelayakan pabrik wood pellet potensial.

Page 82: Biomass for energy prefeasibility study

82 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

7 Penilaian resiko aspek lingkungan dan sosialSelama proyek berlangsung, jelaslah bahwa salah satu tantangan utama yangterkait dengan pengelolaan hutan di Indonesia saat ini berkaitan denganmasalah sosial. Namun, isu lingkungan harus ditangani bersamaan denganupaya mitigasi dampak negatif. Pengalaman penanaman komersial dengankaliandra dan gliricidia terbatas di Pulau Jawa. Perlu untuk mendukung upayaInternasional untuk melakukan uji coba tanaman yang dirancang dengancermat dan direplikasikan (diulang) di tempat lain di wilayah Perhutani danjuga di luar Jawa yang terletak di hutan tropis. Ini akan memungkinkan untukmembandingkan antar spesies, faktor-faktor seperti sumber genetik, tipetanah, ketinggian, garis lintang, suhu, tingkat kelembaban, tingkat topografi,hama dan penyakit, daya saing, dan tingkat invasifnya.

Informasi dari percobaan, yang dinilai dan dibandingkan akan memungkinkanadanya pilihan-pilihan rasional berkaitan dengan pembangunan perkebunancalliandra dan gliricidia yang besar di bawah kondisi yang palingmenguntungkan (National Research Council, 1983).

Selain analisis ekonomi, penting juga untuk mendapatkan gambaran umumtentang konflik yang ada dan / atau potensi konflik yang mungkintimbul sehubungan dengan pembangunan fasilitas energi baru.

Isu sosial dalam pengelolaan hutan di lahan Perhutani terutama terkait denganpersaingan penggunaan lahan antara tanaman hutan dan pertanian,penggunaan lahan ilegal, dan gangguan hutan (pemangkasan pohon,pencurian, dan kebakaran). Perhutani sudah lama bekerja dengan pendudukdesa yang terlibat dalam kelompok tani hutan, mengambil bagian dalam prosespengelolaan hutan melalui program Joint Forest Management (PHBM). Petanihutan diberi lahan budidaya untuk tanaman pangan di antara tanaman hutan(terutama jati), dan sekaligus menjadi pekerja tanam. Kelompok tani jugaterlibat dalam pemeliharaan pohon, pemanenan kayu, upaya pengamananhutan, dan menerima manfaat yang terkait dengan penjualan kayu.

Berikut adalah daftar masalah potensial yang dapat terjadi, juga dalampengelolaan perkebunan energi biomassa, dan merekomendasikan programmitigasi yang akan dilaksanakan (Tabel 18).

Page 83: Biomass for energy prefeasibility study

83 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Aspek Sosial danLingkungan Problem Program Mitigasi

Kepemilikan danpenggunaantanah yang tidaksah

Konflik tenurial Jangan sertakan wilayah konflikkepemilikan lahan di dalam areal tanam

Penggunaan lahanhutan untuk lahanpertanian

Persaingan penggunaan lahanuntuk lahan pertanian dalamwaktu lama dan permanen

Mengalokasikan area tertentu untuktanaman pertanian dengan tetapmenyediakan area yang efektif untukperkebunan biomassa energi

Mengurangi lahan pertanian yangdialokasikan untuk tanaman kayuenergi

Mengatur pola tanam antara tanamankayu energi dan tanaman pertanianPengelolaan hutan kolaboratif danpembagian keuntunganMenyediakan secara kontinyu area kerjauntuk penanaman, pemanenan, danpengangkutan kayu untuk masyarakat.

Degradasi lahan akibat budidayaterus menerus yang menyebabkanpertumbuhan lambat padatanaman utama danmeningkatkan hilangnya pohonakibat kegiatan ilegal

Penggunaan tanaman energi biomassaakan memperbaiki struktur tanahkesuburan tanah

GangguanStanding Stock

Pemangkasan atau pemotongancabang untuk mendapatkan kayubakar dan ruang untuk sinarmatahari untuk tanaman pangan

Alokasikan lahan pertanian terpisah daritanaman kayu biomassa sehingga tidakada persaingan untuk salah satu tanaman

Membakar kawasan hutan demimendapatkan rumput untukpeternakan dan lahan pertanian

Pencegahan dan pengendalian kebakaran,penyediaan pakan ternak dari tanamanbiomassa.

Pencurian pohon pada blokproduktif untuk kebutuhan sendiridan kebutuhan komersial

Pengelolaan kolaboratif (Perhutani-masyarakat-investor) untuk mengurangirisiko kehilangan pohon produktifMenyediakan area kerja untukpemanenan dan transportasi kayu

Polusi udara dankerusakan jalan

Polusi udara dan kerusakan jalanmenuju lokasi hutan atau pabrik

Meningkatkan perbaikan dan rehabilitasijalan, menetapkan peraturan kendaraan,dan pengaturan waktu transportasi

Kebisingan dan polusi udara dipabrik

Menyediakan teknologi maju untukmenghindari polusi udara dan kebisingan

Konsumsi airPersaingan penggunaan air untukpembangkit listrik dan untukkebutuhan manusia

Menyediakan sumber air terutama untukmasyarakat

Penggunaan jenisexotic untuktanaman energibiomassa

Karakter Invasive dari sebuahtanaman dapat mengancamkeberadaan tanaman alamiatau jenis lokal

Tidak menanam di sekitar arealkonservasi atau taman nasional atau arealyang sensitif

Table 18: Aspek sosial dan lingkungan yang potensial mempengaruhi pengelolaan energi biomassa kayu dan mitigasinya

Page 84: Biomass for energy prefeasibility study

84 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

8 ReferensiABC Machinery. 2017, November. Cost of Wood Pellet Plant. Retrieved from

ABC Machinery: http://www.bestpelletplant.com/related-topics/cost-of-wood-pellet-plant.html

AEBIOM. 2016. 2015 Pellet market overview. Brussels: AEBIOM.

Ahmad NR. 2013. Bioenergy industry based on forest biomass. Presentation forPanel Discussion Forum of Biomass Industry in Indonesia. Embassy ofSouth Korea and Ministry of Forestry Republic of Indonesia, onSeptember 5, 2013 at Grand Melia Hotel, Jakarta Indonesia.

Akylidiz MH and Kol HS. 2010. Some technological properties and uses ofPaulownia (Paulownia tomentosa Steud.) wood. Journal of EnvironmentalBiology Vol 31, p 351-355.

Asycarya D. 2015. Laporan Akhir Bangkalan Model Project 2014, ICCTF andMinistry of Forestry

Become a better investor. 2017, April 4. Indonesia-listed Companies Pay 12%for the Funds Used to Run Their Business. Retrieved from Become abetter investor: http://becomeabetterinvestor.net/blog/indonesia-listed-companies-pay-12-for-the-funds-used-to-run-their-business/

Craig RE and Francis JK. 2006. Gliricidia sepium. Species profile for Pacific IslandAgroforestry. www.traditionaltree.org. April 2006 ver.1.

Dimitriou I and Rutz D. 2015. Sustainable Short Rotation: A Handbook. SRC-www.srcplus.eu. WIP Renewable Energies, Munich, Germany

Duke JA. 1983. Handbook of Energy Crops. unpublished.

ESDM. 2016. 2016 – 2025 Electricity Supply Business Plan (Rencana UmumPenyediaan Tenaga Listrik – RUPTL) . Jakarta: Minister of Energy andMineral Resources (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral).

Future Metrics. 2017. Global pellet market outlook in 2017. Bethel:FutureMetrics.

Gemco. 2017, November 18. Biomass wood pellet plant. Retrieved fromGemco: http://www.gemco-energy.com/Biomass-Pellet-Plant/

Gemco Energy. 2015, October. Case study - Complete EFB Pellet plant inMalaysia. Retrieved from Gemco Energy: http://www.biomass-energy.org/blog/efb-pellet-plant-in-malaysia.html

Hartono BT. 2015. National energy related policy. Presentation forInternational Symposium on Wood Biomass in Indonesia “Current Statusand Perspectives of Wood Biomass Business”. Semarang, Indonesia,October 28, 2015.

ICRAF. 2015. Tree Functional Attributes and Ecological Database. WorldAgroforestry Center (ICRAF). Retrieved fromhttp://db.worldagroforestry.org on 13 November 2015.

Page 85: Biomass for energy prefeasibility study

85 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

IFC. 2017. Converting Biomass to Energy: A Guide for Developers and Investors.Washington: International Finance Corporation.

Jara A, Daracan V, Devera E, Acda M. 2015. Techno-financial analysis of woodpellet production in the Philippines. Journal of Tropical Forest Science,517-526.

Karmakar P, Singh V, Yadava RB, Singh B, Singh R, Kushwaha. 2016. Agathi(Sesbania grandilfora L.): Current status of production, protection andgenetic improvement. National Symposium on Vgetables Legume for Soiland Human Health , February 12-14.

Krajnc N. 2015. Wood Fuels Handbook. Pristina: FAO.

Lim TK. 2014. Edible Medicinal and Non-Medicinal Plants. Volume 7: Flowers.Springer Science & Business Media Dordrecht. 1102p.

Mainoo AA and Appiah FU, 1996. Growth wood yield and energy characteristicsof Leucaena leucocephala, Gliricidia sepium, and Senna siamea at age fouryears. Ghana Journal of Forestry Vol 3.

National Research Council. 1983. Calliandra: A Versatile Small Tree for theHumid Tropics. National Academy Press, Washington, D.C

Orwa C, A Mutua, Kindt R , Jamnadass R, Anthony S. 2009 AgroforestreeDatabase:a tree reference and selection guide version 4.0(http://www.worldagroforestry.org/sites/treedbs/treedatabases.asp)

PWC. 2017. Energy, Utilities & Mining News Flash April 2017. PWC.

Risović S, Đukić I, Vučković K. 2008. Energy Analysis of Pellets Made of WoodResidues. Croatian Journal of Forest Engineering, 95-108.

Roshetko JM. 2000. Calliandra calothyrsus di Indonesia. Lokakarya ProduksiBenih dan Pemanfaatan Kaliandra. ICRAF/Winrock, Bogor, Indonesia.

Salary Explorer. 2017, November. Salary Survey in Indonesia in Engineering.Retrieved from Salary Explorer:http://www.salaryexplorer.com/salary-survey.php?loc=101&loctype=1&jobtype=1&job=22#disabled

Saraswati AD et al. 2017. Electricity regulation in Indonesia.

Times Indonesia. 2017. Retrieved from Times Indonesia:https://www.timesindonesia.co.id/

Whirlston. 2017, November 18. 4-5T/H Palm Biomass Waste Pellet Plant.Retrieved from Whirlston: http://wood-pellet-line.com/4-5t-palm-biomass-waste-pellet-plant/

Wiersum KF and Nitis IM. 1992. Gliricidia sepium (Jacq.) Kunth ex Walp. InMannetje, L't and Jones, RM. Plant Resources of South East Asia No. 4:Forages. PROSEA (Plant Resources of Southeast Asia) Foundation. Bogor,Indonesia. Retrieved from http://www.proseanet.org on 24 October 2015.

Wiersum KF and Rika IK. 1992. Calliandra calothyrsus Meissn. In Mannetje, L.'tand Jones, R.M. Plant Resources of South-East Asia No. 4: Forages. PROSEA

Page 86: Biomass for energy prefeasibility study

86 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

(Plant Resources of Southeast Asia) Foundation. Bogor, Indonesia.Retrieved from http://www.proseanet.org on 2 November 2015.

Wiersum KF and Rika IK. 1997. Calliandra calothyrsus Meisner. In FaridahHanum, I and van der Maesen, L.J.G. Plant Resources of South-East AsiaNo. 11: Auxiliary plants. PROSEA (Plant Resources of Southeast Asia)Foundation. Bogor, Indonesia. Retrieved from http://www. proseanet.orgon 2 November 2015.

World Agroforestry Centre. 2009. Agroforestree Database.

Zuhaidi, AY. 2002. Acacia mangium. In B. Krisnapillay (Ed.), A Manual for ForestPlantation Establishment in Malaysia. Malayan Forest Records No.45. (pp.205-214). Kepong: Forest Research Institute Malaysia

Page 87: Biomass for energy prefeasibility study

87 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Lampiran 1: Tabel Tambahan

N0 Company Name Location Type of Residue1 CV Beta Endorphin Jateng* Mixed wood sawdust and wood chips2 CV Indo Jati Utama Jateng Teak sawdust and woodchips3 CV Istana Kayu Sukses Makmur Jateng Mixed wood sawdust and wood chips4 CV Mekar Abadi Jateng Albizia sawdust and woodchips6 CV Prima Karya Sejahtera Jateng Mixed wood sawdust and wood chips7 CV Sabda Alam Prima Nusa Jateng Mixed wood sawdust and wood chips8 CV Sinar Sengon Sejahtera Jateng Albizia sawdust and woodchips9 PT Alam Kayu Sakti Jateng Mixed wood sawdust and wood chips

10 PT Albasia Bhumiphala Persada Jateng Albizia sawdust and woodchips11 PT Albasia Sejahtera Mandiri Jateng Albizia sawdust and woodchips12 PT Artha Kayu Indonesia Jateng Mixed wood sawdust and wood chips13 PT Bahana Bhumiphala Persada Jateng Mixed wood sawdust and wood chips14 PT Bakti Putra Nusantaraa Jateng Mixed wood sawdust and wood chips15 PT Bogowonto Primalaras Jateng Mixed wood sawdust and wood chips16 PT BUANA TRIARTA Jateng Mixed wood sawdust and wood chips17 PT Cipta Wijaya Mandiri Jateng Mixed wood sawdust and wood chips18 PT Daya Cipta Karya Sempurna Jateng Mixed wood sawdust and wood chips19 PT Dian Kencana Pertiwi Jateng Mixed wood sawdust and wood chips20 PT Eastmark International Indoensia Jateng Mixed wood sawdust and wood chips21 PT Falcata Jaya Makmur Industry Jateng Albizia sawdust and woodchips22 PT Jaya Indah Furniture Jateng Mixed wood sawdust and wood chips23 PT Karya Cipta Unggul Nusantara Jateng Mixed wood sawdust and wood chips24 PT Karyabhakti Manunggal Jateng Mixed wood sawdust and wood chips25 PT Kurnia Jati Utama Indonesia Jateng Teak sawdust and woodchips26 PT Matratama Manunggaljaya Jateng Mixed wood sawdust and wood chips27 PT Pinako Rotary Permai Jateng Mixed wood sawdust and wood chips28 PT Rakabu Sejahtera Jateng Teak sawdust and woodchips29 PT Rimbawana Agung Pratama Jateng Mixed wood sawdust and wood chips30 PT San Yu Frame Moulding Industry Jateng Mixed wood sawdust and wood chips31 PT Sensasi Guna Terutama Jateng Mixed wood sawdust and wood chips32 PT Surya Mandiri Jaya Sakti Jateng Mixed wood sawdust and wood chips33 PT Tatalestari Rimbabuana Jateng Mixed wood sawdust and wood chips34 PT Tunas Madukara Indah Wood Industry Jateng Albizia sawdust and woodchips35 PT Waroeng Batok Industry Jateng Albizia sawdust and woodchips

Tabel 19: Daftar Industri Penghasil Residu Kayu di Wilayah Jawa Tengah.

Page 88: Biomass for energy prefeasibility study

88 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

N0 Company Name Location Type of Residue1 CV Aneka Rimba Usaha Banten Mixed wood sawdust and wood chips2 CV Arta Rimba Utama Banten Mixed wood sawdust and wood chips3 PT Interkayu Nusantara Banten Mixed wood sawdust and wood chips4 PT Keramindo Megah Pertiwi Banten Mixed wood sawdust and wood chips5 PT Sunwood Timber Industries Banten Mixed wood sawdust and wood chips6 Pt Delsharaya Prima Mandiri DKI Jakarta Mixed wood sawdust and wood chips7 PT Dai Han Indah Jabar Mixed wood sawdust and wood chips8 PT Daisen Wood Frame Jabar Mixed wood sawdust and wood chips9 PT Kayu Permata Jabar Mixed wood sawdust and wood chips

10 PT Rasanjaya Jabar Mixed wood sawdust and wood chips11 PT Hanaqua Industrial Corpindo Jakarta Mixed wood sawdust and wood chips12 PT Hargas Industries Indonesia Jakarta Mixed wood sawdust and wood chips13 PT Kharismatama Indoalam Jakarta Mixed wood sawdust and wood chips14 PT Mitra Karyausaha Sejahtera Jakarta Mixed wood sawdust and wood chipsTabel 20: Daftar industri penggergajian kayu dan industri pertukangan yang potensial untuk memasokresidu kayu

Page 89: Biomass for energy prefeasibility study

89 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Lampiran 2 – Peta-peta yang menggambarkanareal yang sesuai untuk energi biomassa

Tiga peta pada halaman berikut ini adalah dibuat dengan baik dan disediakanoleh Perum Perhutani (Perum perhutani, 2017). Area warna merahmerupakan lahan yang cocok untuk energi biomassa. Peta yang lebih detailtelah dibuat dan tersedia serta dianalisis di dalam proyek ini.

Page 90: Biomass for energy prefeasibility study
Page 91: Biomass for energy prefeasibility study

91 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Page 92: Biomass for energy prefeasibility study

92 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018

Page 93: Biomass for energy prefeasibility study

93 | Pra Studi Kelayakan Biomasa untuk energi 09-02-2018