bismillah

Embed Size (px)

Citation preview

Sebuah kejadian atau peristiwa selalu memberikan nuansa berbeda sehingga membuat setiap dari kita menjadi lebih peka untuk memberikan tanggapan dan sikap atau bahkan opini terhadap sesuatu tersebut. Proses komunikasi merupakan cara terbaik untuk menjelaskan alur sebab akibat terciptanya opini. Dimana, opini merupakan suatu bentuk respon seorang penerima pesan yang disampaikan oleh pemberi pesan. Menurut Dra. Djoenaesih S Sunarto, dalam bukunya Opini Publik, terbitan Liberty Yogyakarta, (1997), cirri-ciri opini adalah : 1. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataannya 2. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat 3. Mempunyai pendukung dalam jumlah besar Opini dapat dinyatakan secara aktif atau pasif, verbal (lisan) dan baik secara terbuka dengan melalui ungkapan-ungkapan kata yang ditafsirkan dengan jelas, maupun melalui pilihan kata yang halus atau di ungkapkan secara tidak langsung, dan dapat diartikan secara konotatif atau persepsi (personal). Opini dapat dinyatakan melalui prilaku, sikap tindak, mimik muka atau bahasa tubuh atau bentuk symbol-simbol tertulis, berupa pakaian yang dikenakan. (Rosady, Ruslan. 2007 : 66) Untuk memahami opini seseorang dan public tersebut, menurut R.P. Abelson (1968) dalam buku Manajemen Public Relation Dan Media Komunikasi, bukanlah perkara mudah, karena mempunyai kaitan yang erat dengan :1. Kepercayaan mengenai sesuatu (belief) 2. Apa yang sebenarnya dirasakan atau menjadi sikapnya (attitude) 3. Persepsi (perseption), yaitu suatu proses memberikan makna, yang berakar dari berbagai

factor, yaitu : a. Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut seseorang atau masyarakat. b. Pengalaman masa lalu seseorang atau kelompok tertentu menjadi landasan atas pendapat atau pandangannya.

c. Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang dianut atau nilai-nilai yang berlaku di masyarakat). d. Berita-berita dan pendapat-pendapat yang berkembang yang kemudian mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang. Bisa diartikan berita-berita yang dipublikasikan itu dapat sebagai pembentuk opini masyarakat. (Rosady Ruslan, 2007:66). Sedangkan menurut William Albig dalam buku Publik Relation, Opini merupakan expressed statement yang bisa diucapkan lewat kata-kata, juga bisa dinyatakan dengan isyarat atau dengan cara-cara lain yang mengandung arti dan dapat segera dapat dipahami maksudnya. Pendapat lain mengatakan bahwa Opini merupakan jawaban terbuka terhadap suatu persoalan atau issue yang dinyatakan berdasarkan kata-kata yang diajukan secara tertulis ataupun lisan (Soenarjo, 1997:85) Pada awalnya opini yang terbentuk berasal dari personal opinion atau opini personal, yaitu penafsiran individual mengenai berbagai masalah dimana terdapat pendapat yang berbeda. Opini yang dimiliki seseorang adalah merupakan suatu bagian dari group opinion (opini kelompok) yang terdiri atas mayoritas opini dan minoritas opini. Dari situlah publik yang membentuk opini memiliki kepentingan-kepentingan umum yang mempersatukan anggotaanggotanya. Menciptakan suatu kesamaan pandangan dan mengarah kepada kebulatan pendapat tentang persoalan sehingga terbentuklah opini publik (Soenarjo, 1997:96). Opini merupakan tanggapan aktif terhadap rangsangan. Tanggapan disusul melalui interpretasi personal yang diturunkan dan akan menimbulkan perasaan, pikiran dan kemauannya terhadap sesuatu yang terjadi. Dalam mengetahui individu terhadap suatu objek, data dilihat dari 3 unsur yaitu : 1. Kepercayaan Kepercayaan berkaitan dengan unsure kognitif dan mengacu kepada sesuatu yang diterima khalayak, benar atau tidaknya berdasarkan pengalaman masa lalu, pengetahuan dan informasi sekarang dan persepsi yang berkembang. 2. Nilai

Melibatkan factor kesukaan, cinta dan kebencian, hasrat dan ketakutan, bagaimana seseorang menilai sesuatu dan intensitas penilainnya apakah kuat, lemah, nitral. 3. Pengharapan Mengandung citra seseorang tentang apa keadaannya setelah tindakan. Perharapan ditentukan dari pertimbangan terhadap sesuatu yang terjadi pada masa lalu, keadaan sekarang, dan sesuatu yang kira-kira akan terjadi jika dilakukan perbuatan tertentu yang dikutip dalam buku Opini public (William dan Clave, 1994) Dari ketiga unsur tersebut dapat disimpulkan bahwa opini tidak dapat dilepaskan dari kepercayaan, nilai dan pengharapan seseorang. Sedangkan nilai berkaitan dengan rasa suka atau tidak suka seseorang dan pengharapan berkaitan dengan harapan seseorang terhadap suatu objek. Secara sederhana dapat digambarkan dalam bagan dibawah ini. Latar belakang budaya Pengalaman masa lalu Nilai-nilai yang dianut Berita yang berkembang

perseps i

opini

konsensu s

Opini publik

AffectOpin i

Behavior Cognition

Gambar 2.1 hubungan antara persepsi-sikap dan opini. Pada bagan diatas, proses pembentukan opini digambarkan bagaimana persepsi seseorang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, pengalaman masa lalu, nilai-nilai yang dianut dan berita yang sedang berkembang. Pada akhirnya membentuk opini public. Proses inilah yang akan melahirkan interpretasi atau pendirian seseorang dan pada akhirnya akan terbentuknya opini public. Yang nantinya apakah bersifat mendukung, menentang atau berlawanan. Opini dari seseorang tersebut kemudian secara akumulatif akan dapat berkembang menjadi consensus (kesepakatan), dan terkristalisasi jika masyarakat dalam kelompok tertentu mempunyai kesamaan hingga nantinya akan terbentuk opini public (Ruslan, 2007).

OPINI CIVITAS AKADEMIKA TERHADAP MEDIA HUMAS INTERNAL UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

Oleh : HASIN 080531200002

ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU BUDAYA UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Kehidupan organisasi tidak mungkin dipisahkan dari komunikasi karena komunikasi menjadi bagian dari kehidupan organisasi atau perusahaan. Komunikasi menjadi sesuatu yang sangat sentral, karena struktur, keluasan jangkauan, dan ruang lingkupnya hampir sepenuhnya ditentukan oleh teknik-teknik komunikasi, bahkan sesungguhnya spesialisasi dalam organisasi muncul dan dipelihara karena tuntutan-tuntutan komunikasi (Barnard, 1998, p.91). Perkembangan teknologi komunikasi yang cepat, membutuhkan komunikasi yang baik untuk menyampaikan pesan yang ingin disampaikan. Pemilihan saluran dan media pengiriman pesan komunikasi merupakan factor yang perlu diperhatikan karena berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan. Saluran dan media komunikasi menentukan gaya, nada, dan seluruh komposisi pesan. Pemilihan saluran dan media dalam penyampaian pesan membedakan tingkat efektivitas komunikasi dalam menyampaikan isi pesan. Efektivitas komunikasi melalui media komunikasi tercermin dari kemampuan media tersebut untuk mempengaruhi kelompok sasaran sesuai dengan yang diinginkan. Media komunikasi memiliki kemampuan untuk lebih menunjang suatu keberhasilan penyampaian pesan yang diinginkan. Pada saat ini banyak sekali media komunikasi yang digunakan baik media komunikasi internal ataupun media komunikasi eksternal. Tujuan diadakannya media komunikasi pada korporasi atau organisasi dalam penyelenggaraan kegiatan komunikasi yaitu sebagai langkah aktif korporasi atau organisasi untuk membina hubungan baik terhadap setiap pihak dengan siapa korporasi atau organisasi berhubungan, yang kedua yaitu untuk menjaga agar kegiatan komunikasi tidak berubah menjadi indikator penghambat yang bisa mengganggu hubungan baik tersebut. Humas memiliki peran penting dalam membantu menginformasikan pada publik internal (dalam organisasi) maupun publik eksternal (luar organisasi) dengan menyediakan informasi

akurat dalam format yang mudah dimengerti sehingga ketidak-pedulian akan suatu organisasi, produk, atau tempat dapat diatasi melalui pengetahuan dan pengertian. Salah satu profesi seorang humas memang dituntut untuk senantiasa menyediakan informasi, mendidik, menanamkan keyakinan, meraih simpati, serta mengupayakan ketertarikan masyarakat akan sesuatu dari lembaga tersebut atau memberi pemahaman sehingga dapat menerima sebuah situasi tertentu yang terjadi pada sebuah lembaga atau organisasi tersebut. Maka dari inilah seorang humas memiliki kewajiban untuk membuat program-program dalam mengambil tindakan secara sengaja dan terencana dengan tujuan untuk mempertahankan, menciptakan, dan memelihara pengertian bersama antara lembaga atau organisasi dengan publiknya. Kedudukan humas merupakan salah satu penunjang untuk mencapai tujuan-tujuan perusahaan atau lembaga yang mana telah ditetapkan dalam sebuah manajemen organisasi lembaga tersebut sehingga sasaran humas tidak hanya focus pada public eksternal atau internal saja melainkan kedua-duanya. Bahkan jika kita analisa secara mendalam public internal merupakan asset yang lebih penting dibandingkan public eksternal untuk dijadikan objek komunikasi agar tertanam sebuah pengertian positif. Karena sangat tidak mungkin jika lembaga atau perusahaan tersebut bisa menanamkan citra positif bahkan menjalin hubungan baik kepada public eksternal jika public internalnya saja belum memiliki pemikiran yang positif terhadap lembaga atau perusahaannya. Dan ini sangatlah berbahaya karena hanyalah ibarat gaung dari sebuah tong kosong yang nyaring bunyinya. Yang hanya bagus dilihat dari luar namun pada kenyataannya bobrok didalamnya. Komunikasi di ibaratkan sebagai suatu proses penyampaian informasi dan penyampaian makna dari satu ke orang lain, dan satu-satunya cara mengelola aktivitas dalam sebuah organisasi adalah melalui sebuah proses komunikasi (Ruslan, 2003, p.83). Maka komunikasi di dalam sebuah organisasi dianggap penting, sebab menyangkut suatu proses tindakan bersama untuk dapat saling berbagi informasi antara organisasi dengan publik sasarannya guna mencapai tujuan tertentu. Cutlip dan Cunfield dalam bukunya juga menjelaskan bahwa untuk dapat menciptakan komunikasi yang dua arah timbal balik dan yang mengatur arus informasi, publikasi serta pesan dari organisasi kepada publiknya atau sebaliknya untuk mencapai citra positif untuk kedua belah pihak, maka diperlukan seseorang yang bertugas untuk menjadi jembatan komunikasi antara kedua belah pihak dan mendengar apa yang diharapkan oleh publik kepada organisasi, dimana

peran ini biasanya dijalankan oleh seorang Humas (PR) (Ruslan, 2003). Tidak hanya itu Humas berfungsi menumbuhkan hubungan baik antara segenap komponen pada suatu lembaga atau perusahaan dalam rangka memberikan pengertian, menumbuhkan partisipasi dan motivasi. semua ini bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan goodwill (niat baik) publiknya serta memperoleh opini publik yang menguntungkan (Soemirat, Ardianto, 2005, p.12). Humas dalam menjalankan peran dan fungsinya dapat dilakukan dengan komunikasi melalui media. jenis komunikasi yang dilakukan dengan media banyak macamnya tergantung pada public sasarannya apakah public internal atau eksternal. Berdasarkan publiknya, media organisasi dibagi menjadi tiga jenis antara lain media internal, media eksternal dan media internal dan eksternal. Sebagai suatu kegiatan komunikasi, penerbitan media internal dimaksudkan untuk memenuhi kepentingan organisasi dan pembaca kelebihan dari media komunikasi internal ini adalah antara lain sebagai media altenatif dalam melakukan komunikasi dialogis antara organsasi dengan publiknya (Siregar, Pasaribu, 2000, p.47). Di buku Teori dan Profesi Kehumasan yang ditulis oleh M. Linggar Anggoro disebutkan bahwa variasi perangkat bantu komunikasi yang dapat digunakan oleh lembaga humas dalam menjalin komunikasi dengan public internalnya sangatlah banyak dan bervariasi. Namun pada umumnya setiap organisasi atau lembaga hanya menggunakan salah satu atau sebagian kecil dari sekian banyak cara yang dapat dilakukan yang tentunya disesuaikan terhadap kondisi atau efektivitas dari metode tersebut. Pemilihan sebuah metode sangatlah dipengaruhi oleh karakteristik dari sebuah organisasi tersebut, jumlah dan strata personel, serta dimana organisasi atau lembaga tersebut berada. Jelas bahwa karakteristik sebuah pasar sangatlah jauh berbeda dengan karakteristik sebuah pondok pesantren. Kualitas personel dari perguruan tinggi juga jelas jauh berbeda dengan kualitas personel perusahaan pembuat tahu atau tempe. Juga karakteristik budaya dimana sebuah lembaga berada juga akan sangat berpengaruh terhadap pemilihan sebuah media. Media humas pada umumnya yang dapat digunakan sebagai media komunikasi internal adalah jurnal internal, papan pengumuman, kaset video dan CCTV (Close Circuit Television), stasiun radio sendiri, jaringan telepon internal, kotak saran, insentif bicara, siaran umum, obrolan langsung, dewan pekerja, presentasi video atau slide, literature pengenalan/informasi, konferensi

staf dan rapat dinas, inpeksi pimpinan, tur staf, acara kekeluargaan, pameran dan peragaan, dan klub social. Universitas Trunojoyo Madura atau yang biasa di istilahkan UTM merupakan Perguruan Tinggi Negri ke-7 di Jawa Timur. Yang merupakan kelanjutan atau perubahan status dari Perguruan Tinggi Swasta Universiats Bangkalan atau yang biasa dikenal dengan UNIBANG menjadi Perguruan Tinggi Negri Universitas Trunojoyo Madura yang tertuang dalam surat keputusan Presiden Republik Indonesia No: 85 Tanggal 5 Juli satu-satunya perguruan tinggi negri di pulau Madura. Di usianya yang relative sangat muda Universitas Trunojoyo Madura atau yang biasa dikenal UTM dituntut untuk bekerja keras agar dapat bersaing dengan Perguruan Tinggi Negri lainnya minimal sama dalam hal pemberian mutu dan pelayanan pendidikan kepada peserta didiknya sehingga dapat memperoleh kepercayaan dari masyarakat. Maka dari itu segala upaya dilakukan dalam rangka mewujudkan Visi UTM untuk menjadi lembaga pendidikan tinggi yang menghasilkan lulusan yang memiliki kompetensi akademik dan atau profesional, yang berdaya saing global serta bertakwa kepada tuhan yang maha esa, mulai dari menggalakkan pembangunan gedung sebagai kelengakapan penunjang dibidang infrastruktur sampai kelengkapan-kelengkapan kelembagaan yang dibutuhkan dalam sebuah struktur perguruan tinggi seperti lembaga humas yang berperan sebagai informan baik terhadap public internal maupun eksternal. Lembaga humas UTM dalam menjalin komunikasi dengan public internalnya menggunakan banyak sekali metode atau media internal, salah satunya seperti company profile yang sempat meraih juara satu kategori audio visual di ajang anugerah media humas tingkat nasional yang diberikan oleh Badan Koordinasi Kehumasan. Selain itu juga ada majalah Hallo UTM sebagai media komunikasi internal yang diterbitakan secara berkala setiap tiga bulan sekali serta masih banyak media internal humas lainnya. Namun pada kenyataannya kesemua itu masih belum mampu memberikan pemahaman positif ke semua publik internal. Ini terbukti pada saat penulis mencoba berkomunikasi dengan sebagian publik internal ternyata masih banyak yang belum mengetahui media-media tersebut bahkan ada sebagian dari yang saya temui masih 2001 sehingga Universitas Trunojoyo Madura merupakan Perguruan Tinggi Negri termuda di provinsi Jawa Timur dan

mempertanyakan kinerja dari humas itu sendiri, yang mana pertanyaan ini sebenarnya tidak akan terjadi jika komunikasi yang dilakukan oleh lembaga kehumasan sudah efektif. Apalagi pada saat penulis ingin melakukan penelitian tentang efektivitas dari media Hallo UTM masih terkendala dikarenakan penyebaran dari majalah tersebut belum maksimal sehingga banyak dari dari dosen yang belum pernah membaca media tersebut bahkan sebagian dari dosen yang saya temui mengaku sama sekali tidak mengetahui apa itu Hallo UTM, padahal pembiayaan untuk media tersebut tidak lah sedikit sehingga apapun alasannya ini merupakan masalah, sehingga penelitian ini menjadi penting untuk mengetahui opini civitas akademika terhadap media internal humas Universitas Trunojoyo Madura. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah dari latar belakang tersebut maka dapat disimpulkan suatu permasalahan yang muncul yaitu tentang: Bagaimana opini civitas akademika terhadap media internal Humas Universitas Trunojoyo Madura? 1.3. Tujuan Penelitian Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui opini civitas akademika terhadap media Humas Universitas Trunojoyo Madura. 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat akademis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya jenis penelitian komunikasi khususnya yang berkaitan dengan opini mengenai media internal humas, khususnya pada teori opini dan media internal humas. 1.4.2. Manfaat praktis Hasil dari penelitian ini dapat menjadi pengetahuan bagi Humas Universitas Trunojoyo Madura tentang opini civitas akademika Universitas Trunojoyo Madura terhadap media internal Humas Universitas Trunojoyo Madura. Dan dapat dijadikan bahan acuan atau referensi untuk menentukan program-program perbaikan media humas selanjutnya agar lebih terarah dan tepat sasaran dan tentunya memberi manfaat terhadap lembaga itu sendiri.

1.5. Batasan Penelitian Penelitian tugas akhir ini diharapkan agar lebih terarah dan mudah dipahami sesuai dengan tujuan pembahasan, serta untuk memperjelas lingkup masalah yang dibahas maka perlu dilakukan pembatasan sebagai berikut:1. Masalah yang diteliti adalah mengenai opini civitas akademika terhadap media internal

Humas Universitas Trunojoyo Madura.2. Subjek yang diteliti adalah media internal Humas Universitas Trunojoyo Madura.

3. Objek penelitian adalah para civitas akademika (mahasiswa, dosen dan karyawan) Universitas Trunojoyo Madura.

1.6. Kerangka Teori 1.6.1. Definisi Humas (publik relation) 1. The International Publik Relation Association Hubungan masyarakat adalah fungsi manajemen dari budi yang dijalankan secara berkesinambungan dan berencana, dengan nama organisasi-organisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat umum dan pribadi berusaha memperoleh dan membina pengertian, simpati, dan dukungan dari mereka yang ada sangkut pautnya atau yang mungkin ada sangkut pautnya dengan menilai pendapat umum di antara mereka dengan tujuan sedapat mungkin menghubungkan kebijaksanaan dan ketatalaksanaan mereka, guna mencapai kerjasama yang lebih produktif dan untuk melaksanakan kepentingan bersama yang lebih efisien, dengan melancarkan informasi yang berencana dan tersebar luas. 2. The British Institute of Publik Relations Upaya yang mantap, berencana dan berkesinambungan untuk menciptakan dan membina pengertian bersama antara organisasi dengan khalayaknya (Effendy, 2002, p.134). 1.6.2. Media Internal Humas (public relation) Sebuah hubungan yang kondusif antara pihak perusahaan dengan public sasarannya menjadi sesuatu yang penting karena dengan begitu penyampaian visi dan misi perusahaan atau

lembaga akan tersampaikan dengan baik. media internal yaitu media yang dipergunakan untuk kepentingan kalangan terbatas dan non komersial serta lazim digunakan dalam aktivitas Public Relation (Ruslan, 2002, p.25). berdasarkan hal ini, jelas bahwa isi yang terdapat di dalamnya tidak lain memuat semua peristiwa ataupun informasi yang berkaitan dengan kepentingan publiknya. Jadi penerbitan media internal perusahaan ini merupakan salah satu bentuk kegiatan komunikasi yang saling menguntungkan antara dua pihak yang saling berhubungan, yaitu antara perusahaan dengan pembaca. Sebagai kegiatan komunikasi, penerbitan media korporasi ini untuk memenuhi kepentingan kedua pihak (Siregar, Pasaribu, 2000). Lebih lanjut Ardianto dan Soemirat mengatakan bahwa media internal ini diperlukan oleh public relation untuk memelihara citra positif dan dukungan public yang menguntungkan. Adapun fungsi dari media internal adalah (Ruslan, 2003, p.180) :1. Sebagai media hubungan komunikasi internal dan eksternal, yang diedarkan secara gratis

dalam upaya penyampaian pesan-pesan, informasi dan berita mengenai aktivitas perusahaan, manfaat produk atau jasa, publikasi pada para konsumen, stakeholder, dan para pegawai. 2. Sebagai ajang komunikasi khusus antar karyawan, misalkan kegiatan olahraga, social, wisata, dan masih banyak lainnya. 3. Sebagai sarana media untuk pelatihan dan pendidikan dalam bidang tulis menulis bagi karyawan, serta staf humas. 4. Terdapat nilai tambah bagi departemen humas untuk menunjukkan kemampuan dalam menerbitkan media khusus. Media internal (House Jurnal) diterbitkan dalam banyak format , yaitu bulletin, majalah, surat kabar, newsletter, dan koran dinding perusahaan (Soemirat, Ardianto, 2004, p.27). Setiap format mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing tergantung dari karakter pembacanya dan karakter fisik jenis formatnya, karakter isi, perioritas, kemudahan proses produksi, biaya dan citra yang dikehendaki. Menurut Frank Jefkins, yang termasuk dalam media internal perusahaan adalah (Ruslan, 2003, p.175):1.

The Sales Bulletin,

merupakan bentuk media komunikasi regular antara manajer

penjualan dengan salesman yang berada di lapangan, dan biasanya diterbitkan secara mingguan.

2.

The newsletter, merupakan media informasi atau siaran berita yang singkat, ditujukan

kepada para pembaca yang sibuk atau tidak memiliki banyak waktu yang banyak untuk membaca berita terlalu panjang dan rinci.3.

The Magazine, suatu bentuk majalah yang berisikan tulisan feature, artikel, gambar-

gambar dan biasanya diterbitkan secara bulanan atau triwulanan.

Variasi perangkat bantu komunikasi sangatlah besar. Namun pada umumnya, setiap organisasi hanya menggunakan sebagian kecil dari sekian banyak metode yang ada. Tentu saja yang dipilih adalah yang paling sesuai. Pemilihan metode komunikasi sangat dipengaruhi oleh karakteristik organisasi, jumlah dan strata personel, serta lokasi kerja. Jelas bahwa karakteristik sebuah pasar swalayan sangat kompak atau terpadu apabila dibandingkan dengan sebuah maskapai pelayaran atau perusahaan multinasional. Kualitas personel perusahaan pembuat perangkat keras komputer jelas berbeda dari kualitas pegawai perusahaan pembuat acar bawang. Berikut ini akan diuraikan secara rinci jangkaun media dan metode komunikasi yang lazim dipergunakan oleh organisasi. 1. Jurnal internal Publikasi atau terbitan yang didistribusikan kepada para anggota ataupun khalayak pendukung dari suatu organisasi seperti institusi-institusi professional, universitas, komunitas provesi tertentu, serikat buruh dan yayasan amal, lazim disebut sebagai jurnal internal semi eksternal. Meskipun mereka bukan orang dalam. Mereka lebih dekat kepada organisasi dari pada para pemakai jasa (konsumen), pedagang, pemegang saham, atau para pencipta pendapat umum yang sepenuhnya merupakan pihak-pihak eksternal. Disini, istilah jurnal diartikan secara luas yakni sebagai bahan cetakan yang diterbitkan secara teratur. Adapun bentuk-bentuknya yang kongkret cukup bervariasi, antara lain adalah sebagai berikut :a. Majalah : jurnal internal yang memiliki format majalah biasanya berukuran A4 (297 x

210 mm). isinya kebanyakan adalah artikel-artikel feature dan ilustrasi. Jurnal itu dicetak biasa saja (letterpress) atau bisa juga melalui teknik yang lebih canggih, seperti teknik litografii dan fotografer.

b. Koran : isinya terdiri dari artikel-artikel berita yang disisipi dengan artikel feature dan

ilustrasi. Proses percetakannya biasanya lebih canggih, yakni secara offset-litho atau weboffset-litho.c. Newsletter. Jurnal halamannya sedikit, yakni 2 hingga delapan, dan ukurannya biasnya

A4. Sebagian besar isinya adalah tulisan-tulisan singkat dengan atau tanpa gambar. Percetakannya bisa letter press (cetak biasa) atau litografi dan bisa juga hanya dengan mesin fotografer. d. Majalah dinding : bentuknya seperti poster kecil yang ditempelkan pada dinding. Ini merupakan suatu medium yang biasa digunakan untuk keperluan internal maupun eksternal. 2. Papan pengumuman Papan pengumuman standar dapat ditempatkan pada berbagai lokasi yang ramai atau yang sering disinggahi, agar segenap pegawai dapat memperoleh informasi yang sama dalam waktu yang bersamaan pula. Wujud fisiknya bisa bermacam-macam, mulai dari poster cetakan yang mudah dipasang dan diganti sampai dengan papan permanen yang tebagi atas sejumlah kolom sesuai dengan jenis berita yang sering di umumkan. Bentuk fisik ini tidak perlu terlampau dipersoalkan. Idealnya, setiap kolom berita ditangani oleh staf humas yang mampu mereproduksi setiap lembaran pengumuman dalam bentuk yang menarik dan bertanggung jawab atas pemasangannya.3. Kaset video dan CCTV (Close Circuit Television)

Layar televise yang sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari, merupakan suatu media penyampaian pesan yang efektif, baik itu direkam terlabih dahulu ataupun disiarkan secara langsung. Media modern ini menghadirkan komunikasi tatap muka secara artificial (seolah-olah penonton dan yang ditonton dapat saling berkomunikasi secara langsung) yang berpotensi besar untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih baik antara pihak manajemen dengan pegawai. 4. Stasiun radio sendiri Contoh kasus yang memperlihatkan efektivitas radio sebagai media hubungan atasanbawahan dialami oleh United Biscuit. Perusahaan pembuat biskuit ini suatu ketika mengalami kesulitan dalam menciptakan situasi kerja yang nyaman bagi para pegawai yang kebanyakan adalah imigran. Suasana pabrik begitu bising sehingga untuk bercakap-cakap saja sangat sulit

atau bahkan tidak mungkin. Karena tidak ada komunikaasi, keakraban antara sesama pegawai tidak terbina, sehingga lingkungan kerja terasa dingin dan tidak ramah. Perusahaan kemudian memutuskan untuk memasang sejumlah pengeras suara diatas setiap mesin. Selain mampu mengalahkan suara mesin, pengeras suara tersebut menyiarkan program-program siaran radio yang dibuat sendiri oleh pihak perusahaan. Programnya diusahakan semenarik mungkin. Isinya antara lain adlah berita-berita internal perusahaan, laporan dan komentar terhadap suatu peristiwa olahraga, permintaan lagu, dan penyampaian pesan-pesan pribadi dari seorang pegawai kepada rekannya. United Biscuit memiliki 9 pubrik di London, Manchester, Glasgow yang satu sama lain terpisah cukup jauh, yakni sampai ratusan mil. Untuk menyiarkan program-program radionya, United Biscuit memakai jaringan BT. Dengan adanya siaran radio tersebut, maupun pabrik tetap bising, suasana kerja menjadi lebih nyaman dan menyenangkan. Sekarang perusahaan tersebut tidak lagi membuat sendiri program-programnya, tetapi merelasi dari stasiun-stasiun setempat. 5. Jaringan telpon internal Buletin berita perusahaan atau lembaga dapat dikemas dalam bentuk kaset rekaman dan setiap pegawai yang ingin menyimak isinya tinggal memutar nomor telepon unit humas dan langsung dapat membaca bulletin tersebut. Melalui telepon itu setiap pegawai juga dapat menyampaikan gagasannya mengenai berbagai hal. Kebiasaan pemikiran dan penyampaian ideide baru ini bisa dirangsang dengan penyediaan paket insentif. Seorang pegawai yang banyak memberikan ide untuk meningkatkan efisiensi pantas diberi upah tambahan atau tanda perhargaan. 6. Kotak saran Dalam rangka memperoleh dan menampung berbagai masukan dari para pegawai, pihak manajemen dapat menempatkan sejumlah kotak saran ditempat-tempat tertentu dilokasi perusahaan. Setiap pegawai yang memiliki komentar, ide-ide cemerlang, keluhan atau bahkan kecaman pedas terhadap atasan atau perusahaan dipersilahkan menyampaiakannya secara anonim melalui kotak-kotak saran tersebut. 7. Insentif bicara Organisasi-organisasi di amerika serikat dikenal sangat kreatif dalam merumuskan metode untuk memperoleh umpaan balik dari para anggota atau pegawainya. Selain jasa telfon dan kotak saran, banyak pucuk pimpinan perusahaan di amerika yang membuka nomor telfon

khusus sehingga setiap saat pegawai bisa menghubunginya secara langsung tanpa harus menempuh lika-liku birokrasi perkantoran. Teknik pintu terbuka yang dijalankan oleh pihak manajemen juga bisa diwujudkan melalui pembuatan semacam formulir aduan. Setiap pegawai yang merasa perlu menyatakan sesuatu dapat menuangkannya secara tertulis kedalam formulir tersebut. Kemudian memasukkannya ke kotak pos khusus yang menjamin sampainya formulirformulir aduan tersebut ke tangan pimpinan. 8. Siaran umum Pihak manajemen juga dapat memanfaatkan system siaran umum (public address broadcast) yang terdiri dari sejumlah pengeras suara dan instalasi sentral untuk menyampaikan pesan-pesan kepada segenap pegawainya. Cara penyampaian ini demikian fleksibel sehingga dipabrik-pabrik raksasa sekalipun suatu pesan bisa disiarkan ketika semua pegawai tengah asyik bekerja. System ini memang tidak memiliki keakrban visual seperti yang disajikan oleh monitor televise. 9. Obrolan langsung Pembicaraan tatap muka secara pribadi dan langsung sejak dahulu sampai sekarang merupakan salah satu cara yang aplig efektif untuk memperlihatkan sikap terbuka pihak manajemen. Kelebihan cara ini dibandingkan dengan penyampaian pesan melalui kaset video atau siaran radio adalah, pegawai atau bawahan dapat mengajukan komentar, pertanyaan, dan menyatakan pendapat atau isi hatinya secara langsung. Tersedianya suatu fasilitas bagi para pegawai untuk mengadakan komunikasi ke atas dan bagi pihak manajemen untuk melangsungkan komunikasi kebawah jelas sangat penting, demi terciptanya komunikasi yang efektif di kalangan pegawai. 10. Dewan pekerja Telah terbukti di Eropa bahwa pemogokan pegawai jarang sekali terjadi di perusahaanperusahaan yang memiliki komite atau dewan pekerja, atau diperusahaan yang mendudukkan tokoh pekerja pada kursi dewan direksi. Seandainya saja kehadiran dan keikutsertaan segenap pegawai diakui dan di beri tempat maka dengan sendirinya mereka akan selalu mengetahui apa yang sedang terjadi di perusahaan. Mereka akan memiliki akses pengaruh ke pihak manajemen. Dalam situasi demikian, jelas mereka tidak memiliki alasan untuk mogok atau unjuk rasa. Karena orang yang paling tolol sekalipun tidak akan membunuh sapi yang memberinya susu segar setiap hari. Ini merupakan suatu prinsip dasar yang harus dipahami oleh pihak manajemen

perusahaan manapun. Meskipun terbukti efektif, sampai sekarang belum banyak perusahaan yang memperaktekkannya. Di inggris salah satu perusahaan yang mencatat keberhasilan besar dalam membina hubungan baik antara pimpinan dan bawahan melalui pembentukan dewan pekerja (dilengkapi dengan sejumlah komite spesifik) adalah ICI.11. Presentasi video atau slide

Perangkat-perangkat audiovisual ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan, muali dari mendidik para pegawai baru, menjelaskan standar keamanan kerja, menguraikan kemajuan yang telah dicapai perusahaan, memaparkan laporan dan pembukuan tahunan, mengadakan recruitment, mendemonstrasikan kegunaan atau cara pemakaian produk-produk baru, dan lainlain. 12. Literature pengenalan/ informasi Literatur pengenalan adalah berbagai macam naskah, materi atau buklet yang berisikan riwayat singkat perusahaan. Berbagai kegiatan pokoknya, cara kerjanya, fungsi-fungsi yang dijalankan perusahaan lengkap dengan bagan-bagannya, structure manajemen dan aneka hal penting lainnya yang harus diketahui oleh para pegawai baru. 13. Konfrensi staf dan rapat dinas Pertemuan-pertemuan dinas yang melibatkan para staf dan pegawai, baik itu yang diselenggarakan di markas besar maupun di kantor-kantor cabang, dan juga konfrensi tingkat nasional, merupakan acara berkumpul yang bermanfaat untuk menggalang kebersamaan dan keakraban, sekaligus untuk menciptakan hubungan yang baik antara pihak manajemen dengan pihak pegawai. 14. Inpeksi pimpinan Dalam organisasi-organisasi yang memiliki banyak cabang yang tersebar diberbagai lokasi, salah satu cara yang ampuh untuk menggalang kedekatan dan hubungan baik antara pimpinan perusahaan dengan para pegawainya yang tidak berada dikantor pusat adalah kunjungan-kunjungan para pimpinan perusahaan tersebut ke masing-masing lokasi cabang perusahaan. Kunjungan tersebut bisa menjembatani jauhnya jarak fisik. Kunjungan itu sendiri tidak harus bersifat resmi atau kedinasan. Pada perayaan hari besar atau penyerahan penghargaan tahunan kepada salah seorang pegawai di suatu cabang, misalnya, akan sangat baik apabila pihak manajemen meluangkan waktunya untuk hadir ditengah-tengah pegawainya. 15. Tur staf

Pihak manajemen uga harus mengupayakan agar para stafnya tidak terisolasi dalam unitunitnya sendiri, sehingga mereka tidak tahu apa yang terjadi di unit-unit atau bagian lain. Kesenjangan tersebut memang bisa diatasi dengan penerbitan jurnal internal secara rutin, tetapi akan jauh lebih baik jika pimpinan mengadakan suatu program kunjungan timbale balik dikalangan stafnya. Jadi, para pegawai dari setiap bagian diberi kesempatan untuk menengok rekan-rekannya di unit-unit yang lain. Selain untuk memupuk keakraban dan rasa kekeluargaan, program itu juga mendidik segenap pegawai. Melalui program kunungan itu, para pegawai dibagian prduksi berkesempatan untuk mempelajari fungsi distribusi dan fungsi-fungsi lain yang ada di perusahaannya. 16. Acara kekeluargaan Berbagai kegiatan dan acara tidak resmi, seperti pesta perusahaan, makan malam dalam rangka merayakan tahun baru atau ulang tahun perusahaan, olah raga dan piknik bersama dengan menyertakan angota keluarga dan lingkungan terdekat ternyata sangat besar manfaatnya untuk merekatkan hubungan baik antara pihak manajemen dengan segenap pegawainya. 17. Pameran dan peragaan Pameran dan peragaan bisa dimanfaatkan untuk mendemonstrasikan dan menjelaskan sejarah atau suatu kebijakan perusahaan, bidang-bidang yang digeluti dan tata cara pelaksanaannya. Melalui pameran dapat pula diceritakan secara lugas proses manufaktur, skala opersi perusahaan di seluruh dunia, atau kampanye periklanan yang hendak dilancarkan dalam waktu dekat. Pameran permanen harus diusahakan semenarik mungkin, kalau perlu dilengkapi dengan model-model menarik dari setiap jenis pekerjaan yang berlangsung dalam tubuh perusahaan, karena selain untuk memberi penjelasan kepada para pegawai, pameran itu juga dilangsungkan untuk menarik minat para pengunjung. 18. Klub social Pada organisasi atau perusahaan yang telah mapan biasanya terdapat klub-klub social atau olahraga yang dilengkapi degan berbagai fasilitas. Secara berkala klub-klub social semacam itu perlu mengadakan berbagai acara termasuk mensponsori aneka kegiatan social, antara alin guna mempererat hubungan antara pihak manajemen dengan para pegawai.

1.6.2. Konsep Opini

Opini adalah tanggapan aktif terhadap rangsangan. Tanggapan disusul melalui interpretasi personal yang diturunkan dan akan menimbulkan perasaan, pikiran, dan kesudiannya terhadap sesuatu yang terjadi. Untuk mengetahui opini individu terhadap suatu objek, dapat dilihat dari unsur pembentukan opininya. Setiap opini memiliki tiga unsur yaitu : 1. Kepercayaan (berkaitan dengan unsur kognitif) Kepercayaan mengacu pada sesuatu yang diterima khalayak, benar atau tidak berdasarkan pengalaman masa lalu, pengetahuan dan informasi sekarang dan persepsi yang berkesinambungan. 2. Nilai Melibatkan kesukaan-ketidaksukaan, cinta dan kebencian, hasrat dan ketakutan, bagaimana orang menilai sesuatu dan intensitas penilaiannya apakah kuat, lemah, netral. 3. Pengharapan Mengandung citra seseorang tentang apa keadaannya setelah tindakan. Pengharapan ditentukan dari pertimbangan terhadap sesuatu yang terjadi pada masa lalu, keadaan sekarang, dan sesuatu yang kira-kira akan terjadi jika dilakukan perbuatan tertentu (William, Clave, 1994, p.14). Dari unsur-unsur tersebut, dapat disimpulkan bahwa opini tidak bisa dilepaskan dari kepercayaan, nilai, dan pengharapan seseorang. Hal ini dikarenakan ketiga unsur tersebut mempunyai peranan dalam membentuk opini seseorang. Unsur kepercayaan terkait dengan unsur kognitif seseorang, sedang nilai berkaitan dengan rasa suka atau tidak suka seseorang dalam menilai sesuatu, sedangkan unsur pengharapan berkaitan dengan harapan seseorang terhadap sesuatu objek yang dilandasi pada masa lalu, dan keadaan masa sekarang. Secara sederhana opini di definisikan sebagai suatu pernyataan atau sikap terhadap rangsangan (stimuli) yang diberikan, kemudian timbul respon dari komunikan dan setelah itu mengalami proses yang dinamakan dengan opini. Oleh sebab itu, opini perlu dikaji, dipahami dan dipergunakan karena memiliki kekuatan tersendiri. Opini merupakan masukan bagi badan

penerbit media internal dan dapat dijadikan dasar acuan untuk menentukan arah kebijakan atau program selanjutnya. Opini itu sendiri tidak mempunyai tingkatan atau strata, namun mempunyai arah, yaitu seperti dibawah ini : 1. Opini positif, jika individu memberikan pernyataan setuju. 2. Netral, jika individu memberikan pernyataan ragu. 3. Opini negatif, jika individu memberikan pernyatan tidak setuju (Efendy, 1990, p.85). Berdasarkan pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa opini merupakan ekspresi tentang sikap (kecenderungan untuk memberikan respon) terhadap suatu masalah atau situasi tertentu dan dapat berupa pernyataan yang diucapkan atau tulisan sebagai jawaban yang diucapkan atau diberikan oleh individu terhadap suatu rangsangan atau situasi yang mengemukakan beberapa pernyataan yang dipermasalahkan. Menurut Dra. Djoenaesih S. Sunarjo, SU dalam bukunya opini publik menyatakan bahwa ciri-ciri opini adalah : (Ruslan, 2005, p.64). 1. Selalu diketahui dari pernyataan-pernyataannya. 2. Merupakan sintesa atau kesatuan dari banyak pendapat. 3. Mempunyai pendukung dalam jumlah besar. Berdasarkan ciri-ciri tersebut dapat disimpulkan bahwa opini mempunyai ciri-ciri bersifat terbuka dan merupakan kesatuan dari pendapat umum serta mempunyai jumlah pendukung dalam jumlah besar. Opini dapat dinyatakan secara aktif maupun pasif dan verbal secara terbuka melalui pilihan kata-kata yang dapat ditafsirkan dengan jelas, bisa juga melalui pilihan kata-kata yang dapat ditafsirkan dengan jelas, bisa juga melalui pilihan kata yang tersamar dan tidak secara langsung, sehingga dapat diartikan sebagai konotatif. Menurut R. P. Abelson, opini seseorang mempunyai kaitan erat dengan 1. Kepercayaan mengenai sesuatu (believe)

2. Apa yang sebenarnya dirasakan atau yang menjadi sikapnya (attitude) 3. Persepsi (perception) yaitu suatu proses memberikan makna yang berakar dari berbagai faktor yakni : a. Latar belakang budaya, kebiasaan dan adat istiadat yang dianut seseorang atau masyarakat. b. Pengalaman masa lalu seseorang/kelompok tertentu yang menjadi landasan atas pendapat dan pandangannya. c. Berita-berita dan pendapat-pendapat yang berkembang yang kemudian mempunyai pengaruh terhadap pandangan seseorang. Bisa diartikan berita-berita yang dipublikasikan itu dapat sebagai pembentuk opini masyarakat. d. Nilai-nilai yang dianut (moral, etika, dan keagamaan yang berlaku dimasyarakat)(Ruslan, 2005, p.65). Opini dari perorangan secara akumulatif dapat berkembang menjadi suatu konsensus (kesepakatan) yang mempunyai kesamaan dalam visi, ide, nilai-nilai yang dianut, latar belakang dan hingga tujuan yang hendak dicapai sehingga nantinya akan terbentuk opini publik. Berikut adalah bagan dari tahapan pembentukan opini. Menurut smith, opini dimulai dari pengetahuan (awareness) terlebih dahulu dimana tertuju kepada komponen kognitif dari pesan tersebut. Awareness terdiri dari perhatian, pengulangan dan ketetapan untuk mencapai tahap selanjutnya. Awareness tertuju apa yang yang ingin organisasi sampaikan kepada publiknya. Yang kedua adalah kebutuhan (acceptance). Acceptance lebih kepada komponen efektif, yang bertujuan untuk mengetahui ketertarikan public terhadap pesan yang sudah disampaikan. Acceptance dilatarbelakangi pengalaman seseorang didalam pengaruh lingkungan sekitarnya. Yang akhirnya menimbulkan sikap atau attitude yang terdiri dari compliance yakni untuk mendapatkan penghargaan. Identification atas kekaguman terhadap seseorang. Dan internalization yang merupakan sikap yang dibentuk dari kepercayaan. Yang ketiga adalah action atau asi verbal. Aksi verbal menunjukkan bahwa public menerima pesan tersebut (2003, p.67-68).

Batasan Opini Opini adalah respon yang diberikan seseorang yaitu komunikan kepada komunikator yang sebelumnya telah memberi stimulus berupa pertanyaan. Bila kita membahas opini, sering kali kita juga mengaitkan dengan apa yang disebut opini publik. Opini dan opini public adalah hal yang berbeda. Yang dimaksud opini adalah pendapat seseorang atau opini individu. Menurut Effendi, selama opini itu merupakan opini seseorang (individual opinion), tidak akan menimbulkan permasalahan. Permasalahan akan timbul apabila opini itu menjadi opini public (public opinion), menyangkut orang banyak karena berkaitan dengan kepentingan orang banyak. (1986, p.87). Pengertian Opini Sonarjo (1997, p.85), memberikan definisi opini merupakan jawaban terbuka (overt) terhadap suatu persoalan atau issue ataupun jawaban yang dinyatakan berdasarkan kata-kata yang diajukan secara tertulis ataupun lisan. Sunarjo juga menunjukkan opini dianggap sebagai jawaban lisan pada individu yang memberi respon (tanggapan) kepada stimulus (rangsangan) dimana dalam situasi atau keadaan yang pada umumnya diajukan sebagai suatu pertanyaan. Sedangkan menurut William Albig dalam buku Modern Public Opinion, opinion is any expression an a controversial topic. Artinya opini itu adalah suatu pernyataan mengenai sesuatu yang sifatnya bertentangan atau sedikitnya terdapat pandangan yang berlainan mengenai suatu hal. Dapat dikatakan lebih lanjut bahwa opini sangat berhubungan dengan sikap, perbedaan sikap yang bertentangan akan menghasilkan bentuk persoalan atau situasi dan biasanya tertanam dalam benak seseorang sampai seseorang menemukan cara dengan menggunakan media atau sarana lain untuk mengungkapkan secara verbal(Abdurrachman, 1993, p.53). Jenis Opini Opini public memiliki beberapa istilah yang memiliki kaitan erat dengan pengertian opini public. Menurut Emory S. Bogardus, istilah-istilah tersebut seperti yang tersebut dibawah ini : (Sunarjo, 1997, p.35-43) 1. Opini Personal (personal opinion)

Adalah penafsiran individual mengenai berbagai masalah dimana terhadapnya tidak terdapat suatu pandangan yang sama. 2. Opini Pribadi (private opinion) Opini pribadi ini merupakan aspek yang sangat penting bagi berkembangnya opini personal. hal ini disebabkan opini pribadi adalah suatu bagian dari oponi personal yang tidak dinyatakan. Apabila opini pribadi tersebut akhirnya dinyatakan hanyalah terbatas dalam lingkungan sahabat-sahabatnya yang dianggap tidak akan membocorkan opini tersebut ke pihak luar. 3. Opini Kelompok Hanya dimungkinkan karena adanya opini personal. Opini kelompok terbagi menjadi dua yaitu opini mayoritas adalah opini yang didukung jumlah mayoritas dan opini minoritas adalah opini yang didukung oleh jumlah minoritas. 4. Opini Koalisi Dalam suatu kelompok terkadang tidak terdapat opini mayoritas, sedang yang ada adalah beberapa opini minoritas yang masing-masing mempunyai tafsiran sendiri-sendiri terhadap suatu masalah. Apabila dalam hal ini dibutuhkan suatu aktivitas bersama maka beberapa opini minoritas menggabungkan diri agar dapat mewujudkan suatu opini mayoritas. Opini yang demikian ini disebut opini koalisi. Opini koalisi jarang dapat mewujudkan opini mayoritas yang benar-benar terintegrasi yang sifatnya heterogen. Opini koalisi tumbuh karena pengaruhpengaruh dari luar yang memerlukan penggabungan opini. Apabila pengaruh-pengaruh ini sudah tidak ada maka opini koalisi yang berperan sebagai opini mayoritas akan buyar menjadi kepingan-kepingan opini minoritas. 5. Opini Consensus Opini ini sangat penting karena diwujudkan dari proses diskusi. Arti consensus sendiri berarti mufakat bersama. karena itulah opini consensus lebih kuat dari opini mayoritas. Opini ini terbentuk dari rasa tenggang rasa yang tinggi akan segala sesuatu dapat diselesaikan dengan mufakat. Akan tetapi ini memiliki kelemahan karena apabila semua orang telah setuju maka

perhatian selanjutnya akan menurun. Sedangkan penjelmaan consensus itu sendiri akan hanya ditangani oleh sebagian kecil orang yang aktif saja. Sedangkan sebagian besar orang telah mengabaikan tugas dan kewajibannya. 6. Opini Umum Opini ini bersifat lebih kuat ditengah kehidupan masyarakat karena berakar kepada tradisi atau adat istiadat. Berdasarkan pengertian teori diatas, maka yang ingin dilihat dalam penelitian disini adalah opini personal, yaitu opini dari para civitas akademika Universitas Trunojoyo Madura.

1.6.3. Media Humas Internal Humas internal (internal public relation) itu sama pentingnya dengan humas eksternal. Jika uang yang menjadi ukurannya maka humas internal mampu memberi konstribusi profitabilitas perusahaan yang sama besarnya dengan yang diberikan oleh humas eksternal. Hubungan antara sesama pegawai pada suatu perusahaan (staff relations) atau sesama anggota di sebuah organisasi lebih berfokus pada aspek-aspek manusiawi, sehingga hal tersebut tidak sepenuhnya sama dengan hubungan-hubungan industry (industrial relations). Sementara itu, hubungan industry lebih menekankan pada besar kecilnya upah / gaji dan berbagai kondisi atau fasilitas kerja. Namun antara keduanya terdapat hubungan yang erat, mengingat hubungan industry itu juga dipengaruhi oleh efektif tidaknya komunikais dikalanga pegawai. Komunikasi internal (lebih lanjut akan disebut komunikasi pegawai atau (employe communication ) ada tiga macam. Yang pertama adalah komunikasi kebawah (downward communication), yakni dari pihak manajemen atau pimpinan perusahaan kepada para pegawai (dari atasan kebawahan). Yang kedua adalah kebalikannya, yakni komunikasi ke atas (upward communication), yakni dari pegawai kepada pihak manajemen (dari bawahan ke atasan). Adapun yang ke tiga adalah komunikasi sejajar (sideways communication), yakni yang berlangsung antara sesama pegawai. Tingkat efektivitas dari humas internal sangat dipengaruhi oleh tiga hal pokok yaitu : 1. Keterbukaan pihak manajemen

2. Kesadaran dan pengakuan pihak manajemen akan nilai dan arti penting komunikasi dengan para pegawai, dan 3. Keberadaan seorang manajer komunikasi (manajer humas) yang tidak hanya ahli dan pengalaman. Tetapi juga didukung oleh sumber-sumber daya teknis yang modern. Variasi perangkat bantu komunikasi sangatlah besar. Namun pada umumnya, setiap organisasi hanya menggunakan sebagian kecil dari sekian banyak metode yang ada. Tentu saja yang dipilih adalah yang paling sesuai. Pemilihan metode komunikasi sangat dipengaruhi oleh karakteristik organisasi, jumlah dan strata personel, serta lokasi kerja. Jelas bahwa karakteristik sebuah pasar swalayan sangat kompak atau terpadu apabila dibandingkan dengan sebuah maskapai pelayaran atau perusahaan multinasional. Kualitas personel perusahaan pembuat perangkat keras komputer jelas berbeda dari kualitas pegawai perusahaan pembuat acar bawang. Berikut ini akan diuraikan secara rinci jangkaun media dan metode komunikasi yang lazim dipergunakan oleh organisasi. 19. Jurnal internal Publikasi atau terbitan yang didistribusikan kepada para anggota ataupun khalayak pendukung dari suatu organisasi seperti institusi-institusi professional, universitas, komunitas provesi tertentu, serikat buruh dan yayasan amal, lazim disebut sebagai jurnal internal semi eksternal. Meskipun mereka bukan orang dalam. Mereka lebih dekat kepada organisasi dari pada para pemakai jasa (konsumen), pedagang, pemegang saham, atau para pencipta pendapat umum yang sepenuhnya merupakan pihak-pihak eksternal. Disini, istilah jurnal diartikan secara luas yakni sebagai bahan cetakan yang diterbitkan secara teratur. Adapun bentuk-bentuknya yang kongkret cukup bervariasi, antara lain adalah sebagai berikut :e. Majalah : jurnal internal yang memiliki format majalah biasanya berukuran A4 (297 x

210 mm). isinya kebanyakan adalah artikel-artikel feature dan ilustrasi. Jurnal itu dicetak biasa saja (letterpress) atau bisa juga melalui teknik yang lebih canggih, seperti teknik litografii dan fotografer.f. Koran : isinya terdiri dari artikel-artikel berita yang disisipi dengan artikel feature dan

ilustrasi. Proses percetakannya biasanya lebih canggih, yakni secara offset-litho atau weboffset-litho.

g. Newsletter. Jurnal halamannya sedikit, yakni 2 hingga delapan, dan ukurannya biasnya

A4. Sebagian besar isinya adalah tulisan-tulisan singkat dengan atau tanpa gambar. Percetakannya bisa letter press (cetak biasa) atau litografi dan bisa juga hanya dengan mesin fotografer. h. Majalah dinding : bentuknya seperti poster kecil yang ditempelkan pada dinding. Ini merupakan suatu medium yang biasa digunakan untuk keperluan internal maupun eksternal. 20. Papan pengumuman Papan pengumuman standar dapat ditempatkan pada berbagai lokasi yang ramai atau yang sering disinggahi, agar segenap pegawai dapat memperoleh informasi yang sama dalam waktu yang bersamaan pula. Wujud fisiknya bisa bermacam-macam, mulai dari poster cetakan yang mudah dipasang dan diganti sampai dengan papan permanen yang tebagi atas sejumlah kolom sesuai dengan jenis berita yang sering di umumkan. Bentuk fisik ini tidak perlu terlampau dipersoalkan. Idealnya, setiap kolom berita ditangani oleh staf humas yang mampu mereproduksi setiap lembaran pengumuman dalam bentuk yang menarik dan bertanggung jawab atas pemasangannya.21. Kaset video dan CCTV (Close Circuit Television)

Layar televise yang sudah menjadi bagian dari kehidupan kita sehari-hari, merupakan suatu media penyampaian pesan yang efektif, baik itu direkam terlabih dahulu ataupun disiarkan secara langsung. Media modern ini menghadirkan komunikasi tatap muka secara artificial (seolah-olah penonton dan yang ditonton dapat saling berkomunikasi secara langsung) yang berpotensi besar untuk menumbuhkan pemahaman yang lebih baik antara pihak manajemen dengan pegawai. 22. Stasiun radio sendiri Contoh kasus yang memperlihatkan efektivitas radio sebagai media hubungan atasanbawahan dialami oleh United Biscuit. Perusahaan pembuat biskuit ini suatu ketika mengalami kesulitan dalam menciptakan situasi kerja yang nyaman bagi para pegawai yang kebanyakan adalah imigran. Suasana pabrik begitu bising sehingga untuk bercakap-cakap saja sangat sulit atau bahkan tidak mungkin. Karena tidak ada komunikaasi, keakraban antara sesama pegawai tidak terbina, sehingga lingkungan kerja terasa dingin dan tidak ramah.

Perusahaan kemudian memutuskan untuk memasang sejumlah pengeras suara diatas setiap mesin. Selain mampu mengalahkan suara mesin, pengeras suara tersebut menyiarkan program-program siaran radio yang dibuat sendiri oleh pihak perusahaan. Programnya diusahakan semenarik mungkin. Isinya antara lain adlah berita-berita internal perusahaan, laporan dan komentar terhadap suatu peristiwa olahraga, permintaan lagu, dan penyampaian pesan-pesan pribadi dari seorang pegawai kepada rekannya. United Biscuit memiliki 9 pubrik di London, Manchester, Glasgow yang satu sama lain terpisah cukup jauh, yakni sampai ratusan mil. Untuk menyiarkan program-program radionya, United Biscuit memakai jaringan BT. Dengan adanya siaran radio tersebut, maupun pabrik tetap bising, suasana kerja menjadi lebih nyaman dan menyenangkan. Sekarang perusahaan tersebut tidak lagi membuat sendiri program-programnya, tetapi merelai dari stasiun-stasiun setempat. 23. Jaringan telpon internal Buletin berita perusahaan atau lembaga dapat dikemas dalam bentuk kaset rekaman dan setiap pegawai yang ingin menyimak isinya tinggal memutar nomor telepon unit humas dan langsung dapat membaca bulletin tersebut. Melalui telepon itu setiap pegawai juga dapat menyampaikan gagasannya mengenai berbagai hal. Kebiasaan pemikiran dan penyampaian ide-ide baru ini bisa dirangsang dengan penyediaan paket insentif. Seorang pegawai yang banyak memberikan ide untuk meningkatkan efisiensi pantas diberi upah tambahan atau tanda perhargaan. 24. Kotak saran Dalam rangka memperoleh dan menampung berbagai masukan dari para pegawai, pihak manajemen dapat menempatkan sejumlah kotak saran ditempat-tempat tertentu dilokasi perusahaan. Setiap pegawai yang memiliki komentar, ide-ide cemerlang, keluhan atau bahkan kecaman pedas terhadap atasan atau perusahaan dipersilahkan menyampaiakannya secara anonim melalui kotak-kotak saran tersebut. 25. Insentif bicara Organisasi-organisasi di amerika serikat dikenal sangat kreatif dalam merumuskan metode untuk memperoleh umpaan balik dari para anggota atau pegawainya. Selain jasa telfon dan kotak saran, banyak pucuk pimpinan perusahaan di amerika yang membuka nomor telfon khusus sehingga setiap saat pegawai bisa menghubunginya secara langsung tanpa harus menempuh lika-liku birokrasi perkantoran. Teknik pintu terbuka yang dijalankan oleh

pihak manajemen juga bisa diwujudkan melalui pembuatan semacam formulir aduan. Setiap pegawai yang merasa perlu menyatakan sesuatu dapat menuangkannya secara tertulis kedalam formulir tersebut. Kemudian memasukkannya ke kotak pos khusus yang menjamin sampainya formulir-formulir aduan tersebut ke tangan pimpinan. 26. Siaran umum Pihak manajemen juga dapat memanfaatkan system siaran umum (public address broadcast) yang terdiri dari sejumlah pengeras suara dan instalasi sentral untuk menyampaikan pesanpesan kepada segenap pegawainya. Cara penyampaian ini demikian fleksibel sehingga dipabrik-pabrik raksasa sekalipun suatu pesan bisa disiarkan ketika semua pegawai tengah asyik bekerja. System ini memang tidak memiliki keakrban visual seperti yang disajikan oleh monitor televise. 27. Obrolan langsung Pembicaraan tatap muka secara pribadi dan langsung sejak dahulu sampai sekarang merupakan salah satu cara yang aplig efektif untuk memperlihatkan sikap terbuka pihak manajemen. Kelebihan cara ini dibandingkan dengan penyampaian pesan melalui kaset video atau siaran radio adalah, pegawai atau bawahan dapat mengajukan komentar, pertanyaan, dan menyatakan pendapat atau isi hatinya secara langsung. Tersedianya suatu fasilitas bagi para pegawai untuk mengadakan komunikasi ke atas dan bagi pihak manajemen untuk melangsungkan komunikasi kebawah jelas sangat penting, demi terciptanya komunikasi yang efektif di kalangan pegawai. 28. Dewan pekerja Telah terbukti di Eropa bahwa pemogokan pegawai jarang sekali terjadi di perusahaanperusahaan yang memiliki komite atau dewan pekerja, atau diperusahaan yang mendudukkan tokoh pekerja pada kursi dewan direksi. Seandainya saja kehadiran dan keikutsertaan segenap pegawai diakui dan di beri tempat maka dengan sendirinya mereka akan selalu mengetahui apa yang sedang terjadi di perusahaan. Mereka akan memiliki akses pengaruh ke pihak manajemen. Dalam situasi demikian, jelas mereka tidak memiliki alasan untuk mogok atau unjuk rasa. Karena orang yang paling tolol sekalipun tidak akan membunuh sapi yang memberinya susu segar setiap hari. Ini merupakan suatu prinsip dasar yang harus dipahami oleh pihak manajemen perusahaan manapun. Meskipun terbukti efektif, sampai sekarang belum banyak perusahaan yang memperaktekkannya. Di inggris salah satu perusahaan yang

mencatat keberhasilan besar dalam membina hubungan baik antara pimpinan dan bawahan melalui pembentukan dewan pekerja (dilengkapi dengan sejumlah komite spesifik) adalah ICI.29. Presentasi video atau slide

Perangkat-perangkat audiovisual ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan, muali dari mendidik para pegawai baru, menjelaskan standar keamanan kerja, menguraikan kemajuan yang telah dicapai perusahaan, memaparkan laporan dan pembukuan tahunan, mengadakan recruitment, mendemonstrasikan kegunaan atau cara pemakaian produk-produk baru, dan lain-lain. 30. Literature pengenalan/ informasi Literatur pengenalan adalah berbagai macam naskah, materi atau buklet yang berisikan riwayat singkat perusahaan. Berbagai kegiatan pokoknya, cara kerjanya, fungsi-fungsi yang dijalankan perusahaan lengkap dengan bagan-bagannya, structure manajemen dan aneka hal penting lainnya yang harus diketahui oleh para pegawai baru. 31. Konfrensi staf dan rapat dinas Pertemuan-pertemuan dinas yang melibatkan para staf dan pegawai, baik itu yang diselenggarakan di markas besar maupun di kantor-kantor cabang, dan juga konfrensi tingkat nasional, merupakan acara berkumpul yang bermanfaat untuk menggalang kebersamaan dan keakraban, sekaligus untuk menciptakan hubungan yang baik antara pihak manajemen dengan pihak pegawai. 32. Inpeksi pimpinan Dalam organisasi-organisasi yang memiliki banyak cabang yang tersebar diberbagai lokasi, salah satu cara yang ampuh untuk menggalang kedekatan dan hubungan baik antara pimpinan perusahaan dengan para pegawainya yang tidak berada dikantor pusat adalah kunjungan-kunjungan para pimpinan perusahaan tersebut ke masing-masing lokasi cabang perusahaan. Kunjungan tersebut bisa menjembatani jauhnya jarak fisik. Kunjungan itu sendiri tidak harus bersifat resmi atau kedinasan. Pada perayaan hari besar atau penyerahan penghargaan tahunan kepada salah seorang pegawai di suatu cabang, misalnya, akan sangat baik apabila pihak manajemen meluangkan waktunya untuk hadir ditengah-tengah pegawainya. 33. Tur staf

Pihak manajemen uga harus mengupayakan agar para stafnya tidak terisolasi dalam unitunitnya sendiri, sehingga mereka tidak tahu apa yang terjadi di unit-unit atau bagian lain. Kesenjangan tersebut memang bisa diatasi dengan penerbitan jurnal internal secara rutin, tetapi akan jauh lebih baik jika pimpinan mengadakan suatu program kunjungan timbale balik dikalangan stafnya. Jadi, para pegawai dari setiap bagian diberi kesempatan untuk menengok rekan-rekannya di unit-unit yang lain. Selain untuk memupuk keakraban dan rasa kekeluargaan, program itu juga mendidik segenap pegawai. Melalui program kunungan itu, para pegawai dibagian prduksi berkesempatan untuk mempelajari fungsi distribusi dan fungsi-fungsi lain yang ada di perusahaannya. 34. Acara kekeluargaan Berbagai kegiatan dan acara tidak resmi, seperti pesta perusahaan, makan malam dalam rangka merayakan tahun baru atau ulang tahun perusahaan, olah raga dan piknik bersama dengan menyertakan angota keluarga dan lingkungan terdekat ternyata sangat besar manfaatnya untuk merekatkan hubungan baik antara pihak manajemen dengan segenap pegawainya. 35. Pameran dan peragaan Pameran dan peragaan bisa dimanfaatkan untuk mendemonstrasikan dan menjelaskan sejarah atau suatu kebijakan perusahaan, bidang-bidang yang digeluti dan tata cara pelaksanaannya. Melalui pameran dapat pula diceritakan secara lugas proses manufaktur, skala opersi perusahaan di seluruh dunia, atau kampanye periklanan yang hendak dilancarkan dalam waktu dekat. Pameran permanen harus diusahakan semenarik mungkin, kalau perlu dilengkapi dengan model-model menarik dari setiap jenis pekerjaan yang berlangsung dalam tubuh perusahaan, karena selain untuk memberi penjelasan kepada para pegawai, pameran itu juga dilangsungkan untuk menarik minat para pengunjung. 36. Klub social Pada organisasi atau perusahaan yang telah mapan biasanya terdapat klub-klub social atau olahraga yang dilengkapi degan berbagai fasilitas. Secara berkala klub-klub social semacam itu perlu mengadakan berbagai acara termasuk mensponsori aneka kegiatan social, antara alin guna mempererat hubungan antara pihak manajemen dengan para pegawai. 1.6.4. Media Humas Internal UTM

Humas internal Universitas Trunojoyo Madura dalam menjalin komunikasi dengan public internalnya menggunakan berbagai media internal seperti : Berikut ini akan diuraikan berbagai media internal yang digunakan oleh humas internal UTM. 1. Majalah Hallo UTM 2. Papan pengumuman 3. Dokumentasi video dan audio 4. Jaringan telfon internal 5. Kotak saran 6. Obrolan langsung7. Presentasi video atau slide

8. Konfrensi staf dan rapat dinas 9. Acara kekeluargaan 10. Web lembaga BAB II METODE PENELITIAN 2.1. Definisi Konseptual Definisi konseptual merupakan identifikasi istilah dan definisi yang akan digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial(Singarimbun, 1995:33). Definisi konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah opini mengenai media humas internal. Opini merupakan jawaban terbuka (overt) terhadap suatu persoalan atau issue ataupun jawaban yang dinyatakan berdasarkan kata-kata yang diajukan secara tertulis ataupun lisan. Sunarjo juga menunjukkan opini dianggap sebagai jawaban lisan pada individu yang memberi respon (tanggapan) kepada stimulus (rangsangan) dimana dalam situasi atau keadaan yang pada umumnya diajukan sebagai suatu pertanyaan(Sunarjo, 1997, p.85). Dari beberapa definisi tentang humas maka dapat dibagi menjadi dua(2) klasifikasi. Pertama, tentang karakteristik humas atau ciri-ciri humas. Kedua, keberadaan humas dalam organisasi yang meliputi peran humas, fungsi humas, dan tugas humas (..).

Jadi opini mengenai media internal humas merupakan jawaban terbuka terhadap media internal humas dalam organisasi yang dinyatakan berdasarkan kata-kata yang disajikan secara tertulis. Opini civitas akademika mengenai media internal humas nantinya akan menentukan kualitas media humas tersebut. 3.2. Definisi Operasinal

Media internal humas

Opini Publik

Civitas Akademika (mahasiswa, dosen dan karyawan)

Respon dalam bentuk sikap (Affect, behavior dan kognitif)

3.3. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan termasuk pada jenis penelitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif ini lebih bersifat menggambarkan dan terperinci. Dikatakan menggambarkan karena penelitian ini hanya menggambarkan variabel dari permasalahan yang diteliti. Sedangkan terperinci maksudnya variabel-variabel dalam penelitian diuraikan atas faktor-faktornya. Dalam penelitian ini, natinya peneliti hanya akan menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul dimasyarakat yang menjadi objek penelitian itu (Bungin, 2001).

Dalam penelitian ini, peneliti akan memaparkan dan menggambarkan situasi yang terjadi di Universitas Trunojoyo Madura secara terperinci. Masalah yang akan dipaparkan adalah opini civitas akademika Universiats Trunojoyo Madura mengenai media internal humas. 3.4. Populasi dan Sampel Populasi Yang dimaksud dengan populasi menurut sugiono (2006: 90) adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh civitas akademika Universitas Trunojoyo Madura yang jumlahnya 4.642 Tabel No 1 2 3 Civitas Akademika Mahasiswa Dosen Karyawan Total Jumlah 4141 338 163 4.642 orang

Sumber : BAAK dan BAUK 2010-2011 Universitas Trunooyo Madura. Sampel Yang dimaksud dengan sampel menurut sugiono (2006 : 91) adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Menurut Slovin untuk pengambilan sampel (dalam Husain Umar, 2000:146) menyatakan dengan rumus : N n= 1+Ne Keterangan : n = ukuran sampel N = ukuran populasi

e = persen kelonggaran ketidak telitian, karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau di inginkan. Maka urusan sampel dalam penelitian ini dapat ditentukan sebagai berikut :

N n= 1+Ne 4642 n= 1+ 4642 (0,01) = = 97,89 100 sampel (dibulatkan)

Dengan demikian maka jumlah populasi 4642 Diperoleh ukuran sampel sebesar 97,59 atau 98 Sampel. Supaya sampel lebih refresentatif, maka jumlah sampel kemudian dihitung secara berimbang dengan menggunakan teknik proporsional sampling. Teknik sampling proporsional ini adalah penggunaan perwakilan berimbang, karena itulah sebelum menggunakan teknik ini, peneliti harus mengenal lebih dulu ciri-ciri tertentu dari populasi yang ada. Peneliti harus mengetahui besar kecil unit-unit populasi yang ada, kemudian mengambil wakil dari unit-unit populasi yang ada, kemudian mengambil wakil dari unit-unit populasi tersebut dengan sistem perwakilan dan berimbang (Bungin, 2005:114). Dilihat dari civitas akademika Universitas Trunojoyo Madura yang berstrata secara Proporsional dengan adanya strata jumlah civitas pada masing-masing dosen, mahasiswa, dan karyawan. Dengan mengetahui jumlah setiap unit populasi yang ada, sampel kemudian diambil dari setiap unit secara berimbang berdasarkan strata jumlah masing-masing unit. Civitas akademika Mahasiswa Ukuran populasi 4141 % dalam populasi Pecahan sampling N sampel % dalam sampel

Dosen Karyawan

338 163

Penetapan responden yang dijadikan sebagai sampel dilakukan dengan menggunakan teknik Incidental Sampling yaitu teknik yang paling diragukan akan menghasilkan sampel yang representative, hal ini disebabkan oleh sifat kebetulan dalam menentukan sampel. Jadi untuk menuju kesemua unit civitas akademika (dosen, karyawan, mahasiswa) yang ada di Universitas Trunojoyo Madura. Maka secara kebetulan, maksudnya yang dengan secara kebetulan ada atau ditemukan ditempat atau lokasi Universitas Trunojoyo Madura( Bungin, 2009:116). 3.5. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini penulis menggunakan 2 jenis data (Bungin, 2005:122). a. Data primer Yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama di lokasi penelitian atau objek penelitian. Data yang diperoleh oleh penulis dengan cara menyebarkan kuesioner atau daftar pertanyaan secara langsung kepada responden. b. Data sekunder Yaitu data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan. Data yang diperoleh penulis dari buku-buku pustaka, jurnal, dan karya ilmiah yang berhubungan dengan objek penelitian yang sedang diteliti. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode angket disebut juga metode kuesioner. Metode angket merupakan serangkaian atau daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis, kemudian dikirim atau diisi oleh responden. Setelah diisi, kuesioner dikirim kembali atau dikembalikan ke petugas atau peneliti (Burhan, 2005:123). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya, (Sugiono, 2009:142). 3.6. Teknik Pengolahan Data

Setelah data yang diperoleh dengan metode angket dan dokumentasi dapat terkumpul. Maka dilanjutkan pengolahan dan penganalisaan data. Sebelum dianalisis data terlebih dahulu diolah (data processing). Dalam pengolahan data, pertama-tama data diperiksa dahulu, apakah pengerjaannya udah betul atau tidak, ataukah pengisiannya udah lengkap atau belum (disebut pekerjaan editing). Setelah pemeriksaan data selesai, berikutnya pemberian kode yang disebut coding. kode tersebut berupa angka atau bilangan atau huruf tertentu yang difungsikan sebagai kode dari pilihan jawaban rersponden. Karena disini angket maka peneliti menyajikan beberapa pertanyaan-pertanyaan yang ada hubungannya dengan penelitian yang dimaksud peneliti. Dari itu, responden hanya memilih jawaban dari pertanyaan-pertanyaan (berupa angket) yang diajukan oleh peneliti sesuai kode yang tersedia. Langkah berikutnya adalah tabulating yaitu memasukkan data pada tabel-tabel dan mengatur angka-angka serta menghitungnya. Tabel ini berupa tabel frekuensi yang sesuai dengan indikator dalam definisi operasional. Atau pembuatan tabel lain yang masih ada hubungannya dengan penelitian tersebut. (Bungin, 2005:164-168) 3.7. Validitas dan Realibilitas Alat Ukur Validitas Uji validitas dilakukan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu kuesioner. Kuesioner bisa dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghazali, 2005, p.45). suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Singarimbun, Effendi, 1995, p.123). Validitas dimaksudkan untuk menyatakan sejauh mana instrumen (misalnya kuesioner) akan mengukur apa yang ingin di ukur (Kriyantono, 2006. p.139). Tahap yang harus dilakukan untuk melakukan uji validitas adalah : a. Mendefinisikan secara operasional suatu konsep yang akan di ukur. Tahap awal yang harus dilakukan adalah menjabarkan konsep dalam suatu definisi operasional.

b. Melakukan uji validitas yang dilakukan satu kali bersamaan dengan penelitian sesungguhnya, dengan menambah jumlah indikator, artinya menambah jumlah pertanyaan sehingga apabila terdapat pertanyaan sebagai indikator yang tidak valid dapat digugurkan (Hadi, 1998). c. Mempersiapkan tabulasi jawaban d. Menghitung korelasi antara masing-masing score butir jawaban dengan total dari butir jawaban (Santoso, Ashari, 2005, p.247). Uji Realibilitas Uji realibilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel. Suatu koesioner dikatakan realibel, jika jawaban responden terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Alat ukur dsebut reliabel bila alat ukur tersebut secara konsisten memberikan hasil atau jawaban yang sama terhadap gejala yang sama. Walau digunakan berulang kali. realibilitas mengandung arti bahwa alat ukur tersebut stabil, dapat diandalkan (depenable,), dan tetap ajeg (consisten) (Kriyantono, 2006. P. 140). Langkah analisis yaitu menggunakan fasilitas SPSS dengan uji statistik crombach Alpha. Pada penelitian ini, pengukuran reliabilitas dilakukan dengan cara one shot (pengukuran sekali) dengan bantuan program SPSS 11.5. for windows. Pengukuran dikatakan reliabel apabila nilai koefisien alpha yang diperoleh lebih besar dari pada 0.60 (Santoso, Ashari, 2005). Apabila alpha hitung diatas 0.60 menurut Malhotra (1996: 84) maka dapat disimpulkan bahwa perangkat pernyataan yang digunakan untuk mengukur masing-masing variabel dapat diandalkan. Begitu pula dikatakan oleh Ghozali, dikatakan reliabel jika nilai Cronbach Alpha >0,60 (Ghozali, 2005.p.41). 3.8. Metode Analisa Data Penelitian ini merupakan metode penelitian kuantitatif yaitu dengan analisa deskriptif pada objek yang hendak diteliti. Dalam hal ini dengan menggambarkan opini civitas akademika terhadap suatu kinerja kehumasan. Data diperoleh berdasar pada pendekatan survey pada suatu populasi yaitu civitas akademika Universitas Trunojoyo Madura serta teknik pengambilan sampel didasarkan pada karyawan, dosen dan mahasiswa yang masih aktif. Sehingga unit yang

diteliti adalah individu dan alat pengumpulan datanya dilakukan dengan angket yang disusun untuk menggambarkan secara objektif peran, fungsi dan tugas dari sebuah lembaga humas. Dari hasil perhitungan dengan menggunakan program komputer SPSS. Teknik pengukuran angket menggunakan skala Likert. Seperti yang dijelaskan oleh Husein Umar (2002: 137) yang mengutip dari Kinnear (1988), skala Likert berhubungan pernyataan dengan sikap seseorang terhadap sesuatu. Sedangkan menurut Sugiono (1999 : 73) Skala Likert adalah digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi pada sekelompok orang tentang fenomena sosial. Skala Likert terdiri dari empat option jawaban, yaitu : Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju (STS) Skor 2 untuk jawaban tidak setuju (TS) Skor 3 untuk jawaban setuju (S) Skor 4 untuk jawaban sangat setuju (SS) Maka analisis deskriptif yang dilakukan dengan skala Likert berdasarkan jawaban responden (sampel) dalam menjawab kuesioner yang disediakan peneliti. Pengolahan data yang dilakukan dengan pendekatan survey, yang dikombinasikan dengan gambar dan perhitungan prosentase. BAB III TINJAUAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V PENUTUP